Infeksi Pada Mata

19
Infeksi pada mata dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, ataupun parasit. Infeksi tersebut dapat mengenai seluruh bagian mata, mulai dari kelopak mata hingga lensa. Infeksi  pada mata dapat menyebabkan mata merah dengan penglih atan yang menurun maupun tid ak. Pada penglihatan yang menurun, infeksi terjadi pada media refraksi mata, seperti pada kornea dan lensa. Sedangkan, pada penglihatan yang normal, infeksi terjadi pada struktur sekitar mata. 1  Konjungtivitis Konjungtivitis merupakan inflamasi pada konjungtiva yang menyebabkan adanya hipere mis mata dan keluarnya sekret purulen. Konjungtivitis ini terjadi akibat lemahnya sistem  pertahanan pada konjungtiva. Sistem pertahanan tersebut yaitu: 2  e mperatur yang lebih rendah dari udara sekitar !danya kelopak mata untuk menyibak kotoran !danya air mata untuk membersihkan kotoran !danya liso"im yang berperan sebagai antibakteri !danya imunoglobulin pada air mata #tiologi dari konjungtivitis yaitu: 2,$  Infeksi, yang diakibatkan oleh: o %akteri& StaphylococcuS aureus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, Neiss eria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis o 'irus& adenovirus, virus Herpes Simplex ()S'* tipe 1 dan 2,  picornavirus o +ungsi o Proto"oa o Parasit o !utoimunitas yang berupa alergi o rauma o Keratokonjungtivitis !danya bakteri yang menyerang konjungtiva menyebabkan proses inflamasi terjadi. Selsel inflamasi, yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan sel plasma, menyerang bakteri,

Transcript of Infeksi Pada Mata

7/21/2019 Infeksi Pada Mata

http://slidepdf.com/reader/full/infeksi-pada-mata 1/19

Infeksi pada mata dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, ataupun parasit. Infeksi

tersebut dapat mengenai seluruh bagian mata, mulai dari kelopak mata hingga lensa. Infeksi

 pada mata dapat menyebabkan mata merah dengan penglihatan yang menurun maupun tidak.

Pada penglihatan yang menurun, infeksi terjadi pada media refraksi mata, seperti pada kornea

dan lensa. Sedangkan, pada penglihatan yang normal, infeksi terjadi pada struktur sekitar

mata.1 

Konjungtivitis

Konjungtivitis merupakan inflamasi pada konjungtiva yang menyebabkan adanya hiperemis

mata dan keluarnya sekret purulen. Konjungtivitis ini terjadi akibat lemahnya sistem

 pertahanan pada konjungtiva. Sistem pertahanan tersebut yaitu:2 

• emperatur yang lebih rendah dari udara sekitar 

• !danya kelopak mata untuk menyibak kotoran

• !danya air mata untuk membersihkan kotoran

• !danya liso"im yang berperan sebagai antibakteri

• !danya imunoglobulin pada air mata

#tiologi dari konjungtivitis yaitu:2,$ 

• Infeksi, yang diakibatkan oleh:

o %akteri& StaphylococcuS aureus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus

influenzae, Neisseria meningitidis, Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia

trachomatis

o 'irus& adenovirus, virus Herpes Simplex ()S'* tipe 1 dan 2, picornavirus

o +ungsi

o Proto"oa

o Parasit

o !utoimunitas yang berupa alergi

o rauma

o Keratokonjungtivitis

!danya bakteri yang menyerang konjungtiva menyebabkan proses inflamasi terjadi. Selselinflamasi, yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan sel plasma, menyerang bakteri,

7/21/2019 Infeksi Pada Mata

http://slidepdf.com/reader/full/infeksi-pada-mata 2/19

namun juga berperan sebagai sel yang merusak struktur konjungtiva. Selsel tersebut

kemudian ber-ampur dengan fibrin dan mukus hasil ekskresi sel goblet sehingga membentuk

eksudat konjungtiva. #ksudat tersebut mengering dan mengalami perlekatan pada kelopak

mata atas dan baah. erdapat edema epitel, eksfoliasi konjungtiva, hipertrofi epitel, dan

 pembentukan granuloma. Selain itu, terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis* dan

hipertrofi pada kelenjar limfoid stroma konjungtivitis. Konjungtivitis yang disebabkan bakteriditandai dengan adanya dominansi P/0 (polimorfonukleat*, sedangkan konjungtivitis akibat

virus ditandai dengan adanya dominansi sel /0 (mononuklear*. Pada konjungtivitis akibat

klamidia, dapat ditemukan jumlah neutrofil dan limfosit yang hampir sebanding. Pemeriksaan

untuk konjungtivitis dilakukan dengan menemukan mikroorganisme patogen. Spesimen yang

digunakan yaitu eksudat konjungtiva atau korekan pada konjungtiva yang diambil dengan

spatula steril. Kemudian, dilakukan pearnaan ram atau pearnaan iemsa. anda dan

gejala yang terdapat pada konjungtivitis yaitu:

• !danya sensasi benda asing dalam mata dan rasa terbakar atau bekas digaruk,

 biasanya diakibatkan oleh edema dan hipertrofi papiler.

• !danya rasa terbakar atau bekas digaruk 

• !danya rasa penuh pada mata

• Pruritus

• +otofobia

• )iperemia& hiperemia paling banyak terdapat pada forni dan semakin berkurang ke

arah limbus. )iperemia ini merupakan gejala terbanyak pada konjungtivitis akut.

• #pifora& epifora ini mun-ul akibat adanya sensasi benda asing pada mata, rasa

terbakar atau bekas digaruk, atau pruritus pada mata.

• Keluarnya eksudat berlebih& eksudat ini bersisik dan amorf, menyebabkan

 perlengketan pada kedua kelopak mata.

• Pseudoptosis& yaitu melemahnya kelopak mata atas akibat adanya infiltrasi pada otot

/uller. )al ini biasanya terdapat pada konjungtivitis yang berat.

• )ipertrofi papilar& hipertrofi ini terjadi akibat kumpulan eksudat yang melekat dengan

fibril, sehingga terjadi pembesaran pada konjungtiva. )ipertrofi ini berbentuk papila

karena terdapat -abang-abang pembuluh darah pada kumpulan eksudat tersebut

sehingga membentuk papilapapila pada konjungtiva.

• Kemosis& yaitu edema pada stroma konjungtiva. Kemosis ini biasanya sering terdapat

 pada konjungtivitis akibat 0eisseria sp. dan adenovirus. ejala ini timbul sebelum

adanya ekskresi eksudat berlebih.

+olikel& folikel paling banyak terdapat pada konjungtivitis yang disebabkan virus, parasit, klamidia, dan toksik. +olikel ini terdiri atas hiperplasia kelenjar limfoid fokal

7/21/2019 Infeksi Pada Mata

http://slidepdf.com/reader/full/infeksi-pada-mata 3/19

 pada lapisan limfoid konjungtiva. +olikel ini berbentuk bulat, berarna putih

keabuan, dan avaskular.

• Pseudomembran dan membran, yang merupakan hasil dari proses eksudatif.

Pseudomembran merupakan koagulum pada permukaan epitel konjungtiva saja,

sehingga pada pengangkatan pseudomembran, epitel tersebut masih intak. Sedangkan,membran merupakan koagulum pada keseluruhan lapisan epitel konjungtiva, sehingga

 pengangkatan membran tersebut dapat menyebabkan perdarahan konjungtiva. ejala

ini sering terdapat pada konjungtiva akibat )S', streptokokus, dan pada

keratokonjungtivitis epidemik.

• 3imfadenopati preaurikular& merupakan gejala yang penting pada konjungtivitis.

• +liktenul& merupakan perivaskulitis dengan fokus limfosit pada pembuluh darah

tersebut. ejala ini merupakan reaksi hipersensitivitas delayed terhadap stafilokokus.

%eberapa tipe dari konjungtivitis berdasarkan etiologinya yaitu:

Konjungtivitis bakterial2,3

Konjungtivitis bakterial ini disebabkan oleh:

• Staphylococcus aureus

• Staphylococcus epidermidis

• Streptococcus pneumoniae

• Streptococcus pyogenes

•  Haemophilus influenzae

•  Moraxella lacunate

•  Pseudomonas pycocyanea

•  Neisseria gonorrhoeae

•  Neisseria meningitidis

• Corynebacterium diphtheriae

%akteri patogen dari konjungtivitis yang paling sering ditemukan yaitu Haemophilus

influenzae, Neisseria gonorrhoeae, dan Neisseria meningitidis. 0amun, terdapat beberapa

 bakteri konjungtivitis yang jarang ditemukan, yaitu Corynebacterium diphteriae dan

Streptococcus pyogenes. Patogenesis Patogenesis dari konjungtivitis bakterial ini yaitu

terdapat perubahan pada:

7/21/2019 Infeksi Pada Mata

http://slidepdf.com/reader/full/infeksi-pada-mata 4/19

• ingkat selular, yang berupa pembentukan eksudat akibat aktivitas sel P/0 dan sel

inflamasi lainnya pada substansia propria konjungtiva

• ingkat vaskular, yang berupa kongesti dan peningkatan permeabilitas pembuluh

darah konjungtiva, juga terdapat proliferasi kapiler pada konjungtiva

• ingkat jaringan, yang berupa edema pada konjungtiva. erjadi deskuamasi pada

epitel superfisial, proliferasi pada lapisan basal konjungtiva, dan peningkatan sel

goblet

• Sekret konjungtiva, yang terdiri atas air mata, mukus, sel inflamasi, sel epitel yang

 berdeskuamasi, fibrin, dan bakteri patogen. Pada konjungtivitis yang berat, dapat

ditemukan sel darah merah.

anda dan gejala pada konjungtivitis bakterial ini dibagi berdasarkan gejala klinis dan

onsetnya, yaitu: 1. Konjungtivitis mukopurulen akut Konjungtivitis ini ditandai denganadanya hiperemi konjungtiva dan adanya sekret mukopurulen. %akteri yang biasanya

menyebabkan penyakit ini yaitu StaphylococcuS aureus, Pneumococcus, Streptococcus

 pneumoniae, Haemophilus aegypticus, dan Koch!ee"s bacillus. %eberapa tanda dan gejala

 pada konjungtivitis tipe ini yaitu:

• Sensasi benda asing pada mata akibat pembuluh darah yang bertambah pada

konjungtiva

• +otofobia

• Sekret mukopurulen, yang menyebabkan perlekatan kedua kelopak mata setelah

 bangun tidur 

• Penglihatan yang kabur, yang disebabkan adanya mukus pada bagian depan kornea

• erlihatnya halo yang berarnaarni, yang disebabkan oleh efek prismatik mukus

 pada kornea

• Kongesti pembuluh darah konjungtiva

• Kemosis

• Perdarahan peteki, yang biasanya mun-ul pada etiologi pneumokokus

7/21/2019 Infeksi Pada Mata

http://slidepdf.com/reader/full/infeksi-pada-mata 5/19

2. Konjungtivitis purulen akut Konjungtivitis ini disebut juga konjungtivitis hiperakut, dan

ditandai dengan respon inflamasi yang lebih berat. Penyakit ini disebabkan oleh Neisseria

 gonorrhoeae, StaphylococcuS aureus, dan Streptococcus pneumoniae. Penyebaran penyakit

ini biasanya melalui saluran genital yang terinfeksi N gonorrheae dan menular ke mata

melalui tangan yang terkontaminasi. anda dan gejala pada penyakit ini berlangsung dalam

tiga fase, yaitu:

• +ase infiltrasi, yang berlangsung selama 45 hari setelah infeksi. +ase ini ditandai

dengan:

o  0yeri pada bola mata

o Kemosis disertai hiperemi konjungtiva

o #dema palpebra

o Sekret yang berair 

o Pembesaran nodus limfa preaurikular 

o +ase blenorrhoea, yang berlangsung setelah fase infiltrasi dan terjadi selama

 beberapa hari. +ase ini ditandai dengan adanya sekret yang purulen dan kental.

o +ase penyembuhan, yang ditandai dengan penurunan nyeri, edema palpebra,

dan jumlah sekret yang keluar. 0amun, konjungtiva masih terlihat merah

7/21/2019 Infeksi Pada Mata

http://slidepdf.com/reader/full/infeksi-pada-mata 6/19

3. Konjungtivitis membranosa akut Konjungtivitis ini ditandai dengan pembentukanmembran pada konjungtiva. Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae dan

Streptococcus haemolyticus. Pembentukan membran pada konjungtiva tersebut diakibatkan

oleh adanya deposisi eksudat fibrinosa pada permukaan konjungtiva akibat inflamasi yang

 berat. /embran ini kemudian dapat mengalami nekrosis yang menghasilkan jaringan

granulasi pada konjungtiva. anda dan gejala dari konjungtivitis ini dibagi dalam tiga fase,

yaitu:

• +ase infiltrasi, yang ditandai dengan:

o  0yeri yang berat pada mata

o Sekret konjungtiva

o #dema palpebra

o )iperemia, edema palpebra, yang dilapisi oleh membran

o Pembesaran nodus limfa preaurikular 

o +ase supurasi, yang ditandai dengan :

Penurunan rasa nyeri dan edema palpebra

/embran konjungtiva yang perlahan menjadi nekrosis

Sekret purulen pada konjungtiva

+ase sikatrisasi, yang ditandai dengan adanya jaringan parut6granulasi

hasil nekrosis membran

7/21/2019 Infeksi Pada Mata

http://slidepdf.com/reader/full/infeksi-pada-mata 7/19

4. Konjungtivitispseudomembranosa  Konjungtivitis ini ditandai dengan pembentukan pseudomembran pada

konjungtiva. Pseudomembran tersebut terbentuk karena adanya koagulasi eksudat fibrinosa

 pada permukaan konjungtiva. Penyakit ini ditandai dengan adanya konjungtivitis

mukopurulen akut dan pembentukan pseudomembran pada forni dan konjungtiva palpebra.

5. Konjungtivitis

kronik  Konjungtivitis ini ditandai dengan adanya inflamasi yang ringan pada konjungtiva.

Salah satu etiologi konjungtivitis ini yaitu adanya infeksi oleh bakteri StaphylococcuS aureus 

dan bakteri gram negatif lainnya. anda dan gejala dari penyakit ini yaitu:

• !danya perasaan terbakar pada mata

• Perasaan panas dan kering pada tepi palpebra

• /ata sering merasa lelah dan mengantuk 

• )iperemia pada mata

7/21/2019 Infeksi Pada Mata

http://slidepdf.com/reader/full/infeksi-pada-mata 8/19

• Sekret mukoid ringan

• !danya kongesti pada pembuluh darah konjungtiva posterior 

• )ipertrofi papilar pada konjungtiva palpebra

Pemeriksaan Pemeriksaan pada konjungtivitis dilakukan dengan identifikasi bakteri yang

menggunakan pearnaan ram atau iemsa. Selain itu, dapat dilakukan kultur terhadap

 bakteri patogen tersebut. Spesimen yang digunakan berupa usapan pada konjungtiva.

Pemeriksaan sensitivitas antibiotik dapat dilakukan, sehingga dapat ditentukan jenis terapi

antibiotik yang sesuai. 0amun, sebelum hasil pemeriksaan sensitivitas tersebut diketahui,

terapi antibiotik empiris harus diberikan. Komplikasi 

• Pembentukan jaringan parut konjungtiva, yang kemudian dapat menimbulkan

simblefaron, tri-hiasis, entropion, dan erosis konjungtiva

• 7lkus kornea, dapat menyebabkan infeksi N gonorrhoeae, 0 ko-hii, N meningitidis,

dan S aureus se-ara sistemik 

• Iridosiklitis

• Komplikasi sistemik, seperti arthritis gonorrhoea, endokarditis, dan septisemia

Penatalaksanaan 

terapi antibakterial broadspe-trum yang diberikan se-ara topikal, yaitu kloramfenikol18, gentamisin 9,$8, dan tetes mata framisetin. Penggunaan salep mata sebelum

tidur dapat mengurangi perlengketan kelopak mata pada pagi hari. ika penggunaan

antibiotik tersebut tidak menimbulkan kesembuhan, dapat digunakan antibiotik

topikal lain seperti -iprofloa-in, ofloa-in, dan gatifloa-in.

• erapi antibiotik sistemik, yang digunakan pada konjungtivitis yang disebabkan N

 gonorrhoeae dan N meningitidis. %eberapa obat tersebut yaitu norfloa-in, -efoitim,

-eftriaon, dan spe-tinomy-in.

• Pada konjungtivitis purulen akut dan mukopurulen, perlu dilakukan irigasi pada

kantung konjungtiva dengan -airan salin untuk membersihkan sekret padakonjungtiva. 0amun, irigasi mata ini tidak boleh dilakukan se-ara rutin karena dapat

merusak kandungan liso"im air mata.

• Pemberian atropin topikal, jika konjungtivitis tersebut melibatkan kornea sehingga

terjadi ulkus kornea.

• Pemberian tetes mata astringen seperti tetes mata asam "insbori- pada konjungtivitis

 bakteri kronik, yang dapat meringankan gejalagejalanya.

•edukasi terhadap kebersihan di rumah dan lingkungan sekitar untuk men-egah

 penularan penyakit.

7/21/2019 Infeksi Pada Mata

http://slidepdf.com/reader/full/infeksi-pada-mata 9/19

• Penggunaan ka-amata hitam, yang dapat mengurangi fotofobia

• Pada konjungtivitis mukopurulen, tidak boleh digunakan balut mata karena dapat

menyebabkan pertumbuhan bakteri

• erapi antiinflamasi dan analgesik, yang dapat digunakan untuk menyembuhkan

gejala nyeri

Pada konjungtivitis purulen akut, terapi tersebut juga diberikan pada pasangan seksual pasien.

Pencegahan Pen-egahan terhadap penyakit ini yaitu dengan menghindari kontak langsung

dengan pasien konjungtivitis dan imunisasi terhadap bakteri tertentu penyebab konjungtivitis

 bakteri. Prognosis Konjungtivitis akut biasanya dapat sembuh sendiri dalam 1$ hari jika

diobati dan 1914 hari jika tidak diobati. 0amun, konjungtivitis yang disebabkan bakteri S

aureus, N meningitidis, dan N gonorrhoeae akan menimbulkan komplikasi jika tidak diobati

segera.

Konjungtivitis Klamidial2,3

Konjungtivitis ini disebabkan oleh bakteri ;hlamydial sp. dan dapat diklasifikasikan sebagai

 berikut.

Klasifikasi dari konjungtivitis klamidial berdasarkan klasifikasi ones yaitu:

1. %linding tra-homa, yang merupakan trakoma hiperendemik. rakoma ini disebabkan

oleh C trachomatis serotip !, %, %a, dan ;.

2. 0onblinding tra-homa, yang disebabkan oleh C trachomatis serotip !, %, %a, dan ;.%edanya, trakoma ini tidak disertai dengan infeksi bakteri sekunder dan biasanya

7/21/2019 Infeksi Pada Mata

http://slidepdf.com/reader/full/infeksi-pada-mata 10/19

terdapat pada daerah yang memiliki kondisi higienis dan sosioekonomis yang lebih

 baik.

$. Paratra-homa, yang disebabkan C trachomatis serotip <K. Paratrakoma ini berupa

konjungtivitis inklusi.

Trakoma rakoma merupakan konjungtivitis folikuler kronik yang disebabkan oleh

Chlamydia trachomatis serotip !, %, %a, dan ;.Penyakit ini lebih banyak terdapat pada

 beberapa negara benua !frika, !sia, !ustralia, dan daerah utara dari %ra"il. Penularan

 penyakit ini melalui kontaminasi langsung dan serangga vektor seperti lalat. rakoma

merupakan penyakit yang menyebabkan 15298 kebutaan pada masyarakat dunia.

Konjungtivitis ini dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut pada konjungtiva.

aringan parut tersebut dapat menyebabkan bulu mata menjadi menekuk ke dalam dan

menimbulkan abrasi pada mata dan gangguan pada lapisan tirai air mata. rakoma biasanya

mun-ul disertai dengan konjungtivitis bakteri. %eberapa faktor risiko dari penyakit ini yaitu:

• Iklim yang kering dan berdebu, daerah dengan iklim ini memiliki prevalensi trakoma

yang lebih tinggi

• 7sia bayi dan anakanak lebih rentan terinfeksi

• Status sosioekonomi, yang menunjukkan kondisi higienis, kebersihan air, peralatan

yang bersih dan memadai, dan edukasi tentang penyakit ini.

• Kondisi lingkungan yang berdebu dan banyak terpajan sinar matahari, yang dapat

meningkatkan risiko terinfeksi.

%eberapa tanda dan gejala dari trakoma ini yaitu :

• Pengeluaran air mata terus menerus

• +otofobia

•  0yeri pada mata

• Keluarnya eksudat berlebih

• #dema palpebra

• Kemosis pada konjungtiva bulbar, forni konjungtiva, dan konjungtiva tarsal superior 

• )iperemia

• )ipertrofi dan hiperplasia papilar, yang menyebabkan tampakan hiperemia pada

konjungtiva tarsal.

•+olikel pada tarsal dan limbus. +olikel ini terbentuk akibat agregasi limfosit dan sellainnya pada lapisan adenoid. %agian pusat dari folikel ini terdiri atas histiosit

7/21/2019 Infeksi Pada Mata

http://slidepdf.com/reader/full/infeksi-pada-mata 11/19

mononuklear, limfosit, dan sel multinukleat raksasa. %agian perifernya terisi dengan

 pembuluh darah. Selain itu, dapat ditemukan daerah nekrosis.

• Keratitis superior 

• Pembentukan pannus, yaitu membran fibrovaskular yang terdapat pada limbus dankornea. Pannus ini kemudian dapat menimbulkan ulkus kornea.

• Pembentukan lengkung )erbert, yaitu depresi pada jaringan ikat pada peralihan

limbokorneal yang dilapisi epitel. 3engkung ini dibentuk dari keratitis epitel dansubepitel, pannus, folikel limbus superior, dan sikatriks.

•  0odus preaurikular yang membesar dan teraba lunak 

anda dan gejala tersebut tidak mun-ul bersamaan, namun berdasarkan fase trakoma. +ase

tersebut yaitu:

7/21/2019 Infeksi Pada Mata

http://slidepdf.com/reader/full/infeksi-pada-mata 12/19

• +ase 1, yang ditandai dengan hiperemia konjungtiva dan adanya folikel imatur 

• +ase 2, yang ditandai dengan adanya folikel matur, papil, dan panus kornea

• +ase $, yang ditandai dengan adanya jaringan parut pada konjungtiva

• +ase 4, yang ditandai dengan adanya sikatriks

Pemeriksaan yang

dilakukan pertama kali yaitu menemukan tanda dan gejala dari trakoma. 7ntuk mengetahui

adanya infeksi trakoma, dapat ditentukan jika sedikitnya dua dari empat gejala ini terpenuhi:

• erdapat lima atau lebih folikel pada tarsal konjungtiva superior 

• Pembentukan jaringan parut pada tarsal konjungtiva superior 

• erdapat keratitis epitel pada limbus superioe

• !danya pannus

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menemukan C trachomatis. Pemeriksaan tersebut

yaitu:

• Sitologi konjungtiva, yang dilakukan dengan pearnaan iemsa. Pemeriksaan ini

dapat ditemukan adanya sel plasma, sel P/0, dan sel multinukleat raksasa (sel 3eber*

• <eteksi badan inklusi, yang dapat dilakukan dengan pearnaan iemsa, pearnaan

iodin, atau imunofluoresens.

• #3IS!, untuk mendeteksi adanya antigen klamidia.

7/21/2019 Infeksi Pada Mata

http://slidepdf.com/reader/full/infeksi-pada-mata 13/19

• P;= 

• Isolasi bakteri patogen

• Serotyping yang dilakukan dengan mendeteksi antibodi spesifik dengan metode

mikroimunofluoresens.

<iagnosis banding untuk trakoma yaitu:

• Konjungtivitis folikular adenovirus6keratokonjungtivitis epidemik 

• Konjungtivitis papilar 

Komplikasi trakoma yang tersering yaitu pembentukan jaringan parut konjungtiva. aringan

 parut tersebut dapat menyebabkan terganggunya fungsi kelenjar lakrimal dan duktus

lakrimalis. )al ini menyebabkan penurunan komponen air pada tirai air mata. Selain itu, selgoblet juga mengalami gangguan fungsi sehingga terjadi pula penurunan produksi mukus

 pada tirai air mata. Selain itu, dapat terjadi tri-hiasis, yaitu pembelokan bulu mata ke dalam

sehingga menyebabkan abrasi kornea. !brasi kornea ini dapat menimbulkan ulkus kornea,

infeksi kornea, dan jaringan parut pada kornea. Komplikasi lain yang dapat terjadi yaitu

 ptosis, obstruksi duktus lakrimalis, dan dakrosistitis. Penatalaksanaan trakoma dapat

menggunakan antibiotik sistemik, yaitu:

• etrasiklin, yang diberikan se-ara oral dengan dosis 11,5 g6hari yang dibagi empat

dan diberikan selama $4 minggu. >bat ini tidak boleh diberikan pada anak berusia di

 baah ? tahun dan ibu hamil.

• <oksisiklin, yang diberikan se-ara oral dengan dosis 199mg yang diberikan 2 sehari

dan diberikan selama $ minggu.

• #ritromisin, yang diberikan se-ara oral dengan dosis 1g6hari dan dibagi empat dengan

diberikan selama $4 minggu.

• !"itromisin, yang diberikan se-ara oral dengan dosis 1g

Selain terapi yang diberikan se-ara oral, terdapat terapi antibiotik yang diberikan se-ara

topikal, yaitu sulfonamid, tetrasiklin, eritromisin, dan rifampisin. >bat topikal ini diberikanempat kali sehari selama @ minggu. <apat juga dilakukan terapi pembedahan untuk

memperbaiki bulu mata yang berbelok ke arah dalam. rakoma dapat di-egah bila kondisi

higienis lingkungan dapat terjaga dengan baik, penanganan terhadap konjungtivitis dini, dan

 penggunaan terapi antibiotik pada daerah endemik. Prognosis dari trakoma tergantung pada

kondisi higienis dari pasien, karena trakoma merupakan penyakit kronik. Konjungtivitis

inklusi Konjungtivitis ini biasanya terdapat pada pasien yang aktif se-ara seksual, karena

 penularannya melalui seks oralgenital dan transmisi dari tangan ke mata. Selain itu,

transmisi dapat terjadi melalui jalur lahir sehingga menyebabkan konjungtivitis pada bayi dan

melalui kolam renang yang kurang terklorinasi. Konjungtivitas inklusi ini disebabkan oleh

Chlamydia trachomatis serotip <K. anda dan gejala yang sering dialami pasien yaitu

hiperemia, pseudoptosis, dan keluarnya sekret, terutama pada pagi hari. Pada bayi, dapatditemukan adanya konjungtivitis papilar, sekret yang berlebih, dan pembentukan jaringan

7/21/2019 Infeksi Pada Mata

http://slidepdf.com/reader/full/infeksi-pada-mata 14/19

 parut akibat adanya pseudomembran. +olikel dapat mun-ul bila konjungtivitis tersebut

 berlangsung selama 2$ bulan. Sedangkan, pada deasa, terdapat papil dan folikel pada

kedua tarsus, keratitis superfisial, dan mikropannus superior.

Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis dapat menggunakan tes antibodi fluoresens,

#3IS!, dan P;=. Selain itu, dapat dilakukan pengukuran kadar antibodi Ig/ pada bayi

untuk men-egah komplikasi berupa pneumonitis klamidial. Pemeriksaan terhadap penyakit

ini dilakukan pada pasien dan pasangan seksual pasien tersebut. Konjungtivitis inklusi dapat

dibedakan dari trakoma dengan kriteria berikut :

• rakoma folikuler biasanya terdapat pada usia anakanak dan orang yang tinggal didaerah dengan trakoma endemik, sedangkan konjungtivitis inklusi terjadi pada usia

deasa atau orang yang sudah berhubungan seksual

• Konjungtivitis inklusi pada deasa tidak menimbulkan jaringan parut

• rakoma memiliki gambaran khas, yaitu lengkung )erbert

Penatalaksanaan untuk konjungtivitis inklusi dibedakan berdasarkan usia pasien:

•Pada bayi, diberikan terapi antibiotik berupa eritromisin yang diberikan dalam dosis49mg6kg6hari selama 14 hari dan diberikan se-ara oral. Selain itu, orang tua bayi juga

 perlu diterapi dengan tetrasiklin atau eritromisin oral.

• Pada deasa, diberikan terapi tetrasiklin (dosis 11,5g6hari*, doksisiklin (199mg

26hari*, atau eritromisin (dosis 1g6hari*. Selain itu, pasangan seksual pasien juga

harus diberikan terapi tersebut.

Pen-egahan terhadap penyakit ini yaitu dengan menjaga kebersihan lingkungan dan

kaporisasi kolam renang dengan baik. Penanganan yang baik terhadap penyakit ini dapat

men-egah kambuhnya konjungtivitis inklusi. 0amun, bila tidak diobati, penyakit ini dapat

 berlangsung selama $A bulan lebih lama.

7/21/2019 Infeksi Pada Mata

http://slidepdf.com/reader/full/infeksi-pada-mata 15/19

Konjungtivitis virus

Konjungtivitis virus akut

emam !aringokonjungtival

3

 Penyakit ini disebabkan oleh adenovirus tipe $, 4, dan ?.Penyakit ini menyebabkan adanya folikel pada konjungtiva dan mukosa faring. anda dan

gejala dari penyakit ini yaitu adanya demam $B.$C49 D;, sakit tenggorokan, konjungtivitis

folikuler pada satu atau kedua mata, kerluarnya air mata berlebih, keratitis epitelial, dan

limfadenopati preaurikular. %iasanya, pasien demam faringokonjungtival ini hanya

menunjukkan satu atau dua dari tiga gejala, yaitu demam, faringitis, atau konjungtivitis.

Pemeriksaan laboratorium dari penyakit ini yaitu dengan kultur virus dan tes antibodi

spesifik. Penularan penyakit ini biasanya melalui kolam renang yang tidak terkaporisasi

dengan baik. Penyakit ini biasanya dapat sembuh sendiri dalam aktu sekitar 19 hari.

Keratokonjungtivitis epidemik3 Penyakit ini disebabkan oleh adenovirus tipe B, 1A, 2A, dan

$?. Penularannya biasanya melalui nosokomial, yaitu penggunaan peralatan yang kurang

steril atau melalui ujung tetes mata yang mengenai mata yang terinfeksi. erdapat tiga fasedari penyakit ini, yaitu:

• +ase konjungtivitis serosa akut, yang ditandai dengan adanya hiperemia konjungtiva,

kemosis, dan keluarnya air mata

• +ase konjungtivitis folikular akut, yang ditandai dengan pembentukan folikel,

terutama pada palpebra inferior 

• +ase konjungtivitis pseudomembranosa akut, yang ditandai dengan pembentukan

 pseudomembranosa

Setelah 514 hari, pasien akan merasakan fotofobia, adanya keratitis epitelial, dan kekeruhan

kornea yang terkonsentrasi di bagian tengah. Selain itu, dapat ditemukan adanya konsistensi

nodus limfa preaurikular yang lunak, edema palpebra, kemosis, dan hiperemia konjungtival.

+olikel dan perdaraha subkonjungtival dapat timbul dalam 4B jam. Pada anakanak, penyakit

ini biasanya bersamaan dengan mun-ulnya gejala infeksi virus, seperti demam, sakit

tenggorokan, otitis media, dan diare. Pemeriksaan laboratorium penyakit ini yaitu dengan

melakukan tes antibodi spesifik dan isolasi virus dalam kultur sel. %elum ada

 penatalaksanaan spesifik untuk penyakit ini. 7ntuk meredakan gejala yang mun-ul, mata

dapat dikompres dengan air dingin. Selain itu, dapat diberikan adenin arabinosida. Pemberian

terapi antibiotik dapat diberikan jika terdapat infeksi bakteri yang menyertai. Konjungtivitisvirus "erpes #imple$ %"#&'3 Konjungtivitis ini biasanya menyerang pasien usia anakanak.

Penyakit ini mun-ul selama infeksi )S' dan biasanya bersamaan dengan keratitis herpes

simple. erdapat lesi pada kornea yang akan menjadi ulkus. Konjungtivitis )S' bersifat

folikuler, dengan folikel yang terdapat pada palpebra dan tepi palpebra. anda dan gejala dari

 penyakit ini yaitu adanya injeksi kornea unilateral, iritasi pada mata, pengeluaran sekret

 berlebih, nyeri, fotofobia, edema palpebra, dan nodus limfa preaurikular yang teraba lunak.

Pemeriksaan mikrobiologi penyakit ini yaitu dengan menemukan badan inklusi intranuklear

 pada sel kornea dan konjungtiva. Selain itu, dapat juga ditemukan sel epitel multinukleat.

Konjungtivitis )S' pada orang deasa bersifat selflimited dan tidak membutuhkan terapi.

 0amun, dapat diberikan terapi antiviral berupa topikal atau sistemik untuk men-egah

komplikasi pada kornea. !ntiviral tersebut dapat berupa trifluridin atau asiklovir. Komplikasidari konjungtivitis )S' yaitu adanya ulkus kornea dan mun-ulnya vesikel pada kulit. Pada

7/21/2019 Infeksi Pada Mata

http://slidepdf.com/reader/full/infeksi-pada-mata 16/19

 bayi yang terinfeksi )S' tipe 2, dapat terjadi komplikasi berupa ensefalitis, korioretinitis,

dan hepatitis. Konjungtivitis pen(akit )e*castle3 Konjungtivitis ini disebabkan oleh virus

 0e-astle yang biasanya menyerang pekerja peternakan yang mengurusi burung, pekerja

yang mengurusi hean, dan pekerja laboratorium. Penyakit ini memiliki gejala berupa rasa

terbakar pada mata, pruritus, nyeri, hiperemia, keluarnya air mata berlebih, dan berkurangnya

 penglihatan. Sedangkan, tanda yang dapat ditemukan yaitu kemosis, nodus limfa preaurikular yang teraba, dan folikel pada tarsus superior dan inferior. Penyakit ini tidak membutuhkan

terapi yang spesifik karena bersifat selflimited. Konjungtivitis hemoragik akut3,4 Penyakit

ini disebabkan oleh virus dari famili pi-ornavirus, yaitu enterovirus tipe ?9 dan virus

-osa-kie !24. Penularannya terjadi melalui kontak langsung, air, dan peralatan yang

terkontaminasi. /asa inkubasinya berlangsung pendek, yaitu dalam B4B jam dan gejala

klinis mulai timbul setelah 5? hari terinfeksi. %eberapa negara yang menjadi endemi

 penyakit ini yaitu India, hana, hailand, Pakistan, ;ina, epang, aian, dan %ra"il.

Penyakit ini lebih banyak terdapat pada negaranegara berkembang. 7sia anakanak (1914

tahun* merupakan usia dengan prevalensi konjungtivitis hemoragik akut terbanyak. anda

dan gejala pada penyakit ini yaitu adanya nyeri pada mata, fotofobia, sensasi bend asing,

keluarnya air mata berlebih, hiperemia, edema palpebra, dan perdarahan subkonjungtival.Perdarahan subkonjungtival tersebut biasanya menyebar, namun perlahan mulai terlihat dari

konjungtiva bulbar atas dan menyebar hingga ke baah. Selain itu, demam, malaise, myalgia,

folikel konjungtiva, limfadenopati preaurikular, dan keratitis epitelial dapat juga ditemukan

 pada penyakit ini. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan menemukan gejala dan tanda

 pada pasien. Sedangkan, pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan yaitu:

• P;=, untuk menemukan <0! atau =0! dari virus patogen

• /ole-ular serotyping, merupakan metode identifikasi virus yang lebih -epat daripada

kultur 

• Pemeriksaan sensitivitas terhadap antibiotik 

• Pemeriksaan histologis, dapat ditemukan adanya sel mononuklear, eksudat

interselular, dan adanya perdarahan pada subkonjungtiva

%elum ada terapi spesifik untuk menangani penyakit ini, karena penyembuhannya biasanya

 berlangsung selama 5? hari. Perlu untuk menjaga kebersihan diri dan edukasi terhadap

 penularan penyakit ini. Selain itu, perlu untuk menghindari kontak langsung dengan pasien.

Konjungtivitis virus kronik 3

+olluscum ontagiosum -lepharoconjunctivitis Konjungtivitis ini merupakan

konjungtivitis folikuler kronik yang diakibatkan oleh adanya nodul mollus-um pada tepi

 palpebra, palpebra, atau alis mata.Komplikasi dari penyakit ini yaitu min-ulnya keratitis

superior, pannus superior, dan trakoma.Konjungtivitis ini dapat ditatalaksana dengan eksisi

nodul atau krioterapi.

-le!aritis3

7/21/2019 Infeksi Pada Mata

http://slidepdf.com/reader/full/infeksi-pada-mata 17/19

%lefaritis adalah inflamasi kronik pada kelopak mata, terutama pada batas kelopak mata.

erdapat dua tipe blefaritis berdasarkan etiologinya, yaitu:

-le!aritis anterior

%lefaritis anterior disebabkan oleh infeksi bakteri pada batas kelopak mata. %akteri patogen

tersebut pun membagi blefaritis anterior menjadi dua ma-am, yaitu:

• %lefaritis stafilokokus& disebabkan oleh bakteri StaphylococcuS aureus,

Staphylococcus epidermidis, atau stafilokokus koagulase negatif.

• %lefaritis seboroik& disebabkan oleh bakteri Pityrosporum ovale.

anda dan gejala yang disebabkan oleh blefaritis anterior ini yaitu iritasi, rasa terbakar, dan

gatal pada batas kelopak mata. Selain itu, batas kelopak mata memerah sehingga mata terlihat

seperti dalam lingkaran merah. ranulasi atau sisik terdapat pada pangkal bulu mata padakedua sisi kelopak mata. Pada blefaritis stafilokokus, granulasi pada tepi kelopak mata

 bersifat kering, terdapat daerah ulkus yang ke-il pada tepi mata, kelopak mata hiperemis, dan

 bulu mata biasanya rontok. Sedangkan, pada blefaritis seboroik, granulasi terlihat li-in atau

 berair, tidak terdapat ulkus, dan tepi mata tidak semerah pada blefaritis stafilokokus. Penyakit

ini ditatalaksana dengan penggunaan antibiotik antistafilokokus atau salep mata sulfonamid.

Salep tersebut dioleskan pada tepi kelopak mata yang terinfeksi. Selain itu, perlu dijaga

kebersihan dari mata dan kelopak mata, dan granulasi atau sisik pada bulu mata harus rajin

dibersihkan. Komplikasi dari blefaritis stafilokokus yaitu hordeolum, -hala"ia, keratitis

epitelial pada sepertiga baah kornea, dan berisiko menimbulkan konjungtivitis rekurens.

-le!aritis posterior

%lefaritis posterior mun-ul akibat efek dari disfungsi kelenjar /eibom, yang biasanya

 berkaitan dengan dermatitis seboroik atau infeksi bakteri. %akteri tersebut mengeluarkan

lipase yang menyebabkan inflamasi pada kelenjar /eibom. %eberapa tanda dan gejala dari

kelainan ini yaitu meibomianitis (inflamasi pada orifisium meibomian*, adanya sekresi

 berlebih pada orifisium tersebut sehingga terlihat -airan seperti keju jika kelenjar tersebut

ditekan, dan adanya dilatasi kelenjar meibom pada tarsus. epi kelopak mata terlihat

hiperemis dan terdapat telangiektasia. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi pada tarsus,

yang menyebabkan tepi kelopak mata menebal dan melingkar ke arah dalam. !ir mata yang

keluar dapat berbuih atau terlihat berminyak. Komplikasi dari kelainan ini yaitu keratitisepitelial yang terjadi pada pasien blefaritis yang hipersensitif terhadap bakteri stafilokokus,

vaskularisasi perifer, penipisan pembuluh darah perifer, dan adanya infiltrat. %lefaritis

 posterior dapat diobati dengan terapi antibiotik sistemik dosis rendah yang memiliki efek

 jangka panjang, seperti doksisiklin atau eritromisin atau terapi kortikosteroid dengan

 prednisolon.

"ordeolum3

)ordeolum merupakan penyakit infeksi yang menyerang kelenjar pada kelopak mata. Infeksi

 pada kelenjar /eibom menyebabkan pembesaran ke arah dalam palpebra yang disebut

hordeolum internal. Sedangkan, infeksi pada kelenjar Eeis atau /oll menyebabkan

7/21/2019 Infeksi Pada Mata

http://slidepdf.com/reader/full/infeksi-pada-mata 18/19

hordeolum eksternal. #tiologi dari hordeolum yaitu infeksi oleh StaphylococcuS aureus.

anda dan gejala yang mun-ul pada hordeolum yaitu nyeri, hiperemi, dan pembengkakan

kelenjar. %iasanya, intensitas nyeri sebanding dengan ukuran kelenjar yang membengkak.

Semakin besar pembengkakan kelenjar tersebut, rasa nyeri akan semakin besar. Penanganan

kelainan ini yaitu dengan mengompres kelopak mata yang terinfeksi dengan air hangat

selama 1915 menit dengan frekuensi $4 kali perhari. ika hordeolum tersebut tidakmenge-il setelah 4B jam dikompres, dapat dilakukan insisi dan drainase material purulen

yang terdapat dalam benjolan tersebut. Pada hordeolum eksternal, insisi dilakukan se-ara

hori"ontal untuk men-egah pembentukan jaringan parut yang berlebih. 0amun, pada

hordeolum internal, insisi dilakukan se-ara vertikal supaya tidak melukai kelenjar /eibom.

Selain itu, dapat dilakukan terapi antibiotik dalam bentuk salep yang dioleskan pada

konjungtiva.

akrosistitis3,5

<akriosistitis merupakan infeksi pada sakus lakrimalis. /ata yang terkena infeksi ini biasanya unilateral akibat obstruksi pada duktus nasolakrimalis. Penyakit ini biasanya

terdapat pada bayi atau anita postmenopause. <akriosistitis yang menyerang bayi biasanya

disebabkan oleh infeksi Haemophilus influenzae atau obstruksi dari duktus nasolakrimalis.

Penyakit ini jarang pada usia deasa, ke-uali bila terdapat faktor risiko seperti adanya

trauma, dakrolith, atau infeksi. /ikroorganisme patogen yang menyebabkan dakriosistitis

yaitu Staphlo-o--uS aureus, Strepto-o--us Fhemolitikus, dan ;andida albi-ans.

Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan untuk menemukan mikroorganisme patogen

tersebut. Spesimen yang dibutuhkan berasal dari sab air mata pada konjungtiva. anda dan

gejala dari dakriosistitis yaitu ekskresi air mata berlebih (epifora* dan keluarnya sekret

(discharge*. Pada infeksi akut, terdapat inflamasi, nyeri, bengkak, tenderness, dan sekret

 purulen pada sakus lakrimalis. Sedangkan, pada infeksi kronik, biasanya gejalanya hanya

 berupa ekskresi air mata berlebih. #pifora yang terjadi diakibatkan oleh stenosis kanalikular

atau obstruksi pada peralihan kanalikulus dengan sakus lakrimalis. >bstruksi yang terdapat

 pada duktus nasolakrimalis dapat menyebabkan mu-o-ele, yaitu kista pada orbita yang berisi

-airan. Sedangkan, obstruksi pada peralihan kanalikulus dengan sakus lakrimalis tidak

menyebabkan mu-o-ele. Pada dakriosistitis pneumokokus, dapat ditemukan adanya ulkus

kornea akibat trauma minor pada kornea. Penanganan pada dakriosistitis akut dapat

menggunakan antibiotik sistemik, sedangkan dakriosistitis kronik dapat digunakan tetes

antibiotik. >bstruksi pada saluran air mata dapat dideteksi menggunakan teknik

dakriokistografi, yaitu teknik intubasi dan irigasi pada saluran kanalikular yang menggunakan

media kontras pada pen-itraan G=ay dan kanula lakrimalis. Sumbatan pada salurankanalikular dapat ditangani dengan pemasangan balon silikon selama $@ bulan. 0amun, pada

sumbatan yang -ukup tebal, penanganan yang dapat dilakukan yaitu dakriokistohinostomi

dan kanalikuloplasti. Pada pasien deasa yang memiliki mu-o-ele, dapat ditatalaksana

dengan dakriokistorhinostomi, yaitu teknik penyatuan sakus lakrimalis dengan ruang nasalis.

eknik penyatuan tersebut dilakukan dengan insisi pada krista lakrimalis anterior dan

 penyambungan mukosa nasal dengan mukosa sakus lakrimalis. Selain dakriokistorhinostomi,

dapat dilakukan teknik balon transluminal pada nasolakrimal bagian distal. Sedangkan, pada

 pasien bayi, obstruksi yang terjadi biasanya akan terbuka kembali dalam satu bulan. 0amun,

 jika penyakit tersebut bertambah berat, dapat dilakukan pemasangan silikon sementara pada

sakus lakrimalis. a!tar Pustaka 

7/21/2019 Infeksi Pada Mata

http://slidepdf.com/reader/full/infeksi-pada-mata 19/19

1. !ndayani , =ahayu . Susiyanti /. =ed #yes Hmateri kuliah. <epartemen /ata

+K7I=S;/. 2911.

2. Khurana !K. ;omprehensive >phthalmology. #d ke4. 0e <elhi: 0e !ge

International. 299?& h. 54?1.

$. =iordan#va P, Jhit-her P. 'aughan !sburyLs eneral >phthalmology. #d ke1@.

Philadelphia: /-ra)ill. 299?.

4. Ple-haty , =oy ). !-ute hemorrhagi- ;onjun-tivitis Hinternet. 2912 Hdiperbarui $

uni 2911& diunduh 2$ +ebruari 2912. <iambil dari

http:66emedi-ine.meds-ape.-om6arti-le6129$21@overvieMshoall.

5. !nonymous. >rbital /u-o-ele Hinternet. 2912 Hdiunduh 22 +ebruari 2912. <iambil

dari http:66eye-an-er.-om6Patient6;ondition.aspN

nI<O2$;ategoryO>rbitalumors;onditionO>rbital/u-o-ele.