Infeksi Kronik Pada Telinga Tengah Dan Mastoid

6
INFEKSI KRONIK PADA TELINGA TENGAH DAN MASTOID Karena telinga tengah berhubungan dengan mastoid, maka otits media kronik sering kali disertai mastoiditis kronik. Kedua peradangan ini dianggap aktif maupun inaktif. Aktif murujuk pada adanya infeksi dengan pengeluaran sekret telinga atau otrorhea akibat perubahan patologi dasar seperti kolesteatoma atau jaringan granulasi. Inaktif merujuk pada sekuele dari infeksi aktif terdahulu yang telah “terbakar habis” ,dengan demikian tidak ada otorrhea. Pesien dengan otitis media kronik inaktif sering kali mengeluh gangguan pendengaran. Munkin terdapat gejala lain seperti vertigo, tinitus, atau rasa penuh dalam telinga. Biasanya tampak perforasi membrana timpani yang kering. Perubahan lain dapat menunjukkan timpanosklerosis (bercak-bercak putih pada membrana timpani), hilangnya osikula yang terkadang dapat terlihat lewat perforasi membrana timpani, serta fiksasi atau terputusnya rangkaian osikula akibat infeksi terdahulu. Bila gangguan pendengaran dan cacat cukup berat, dapat dipertimbangkan koreksi bedah atau timpanoplasti. Tanda dan Gejala Otitis media kronik aktif berarti adanya pengeluaran sekret dari telinga. Otorrhea dan supurasi kronik telinga tengah dapat menunjukkan pada pemeriksaan pertama sifat-sifat dari proses patologi yang mendasarinya. Umummnya otorrhea pada otitis media kronik bersifat purulen (kental,putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium peradangannya. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas

description

j

Transcript of Infeksi Kronik Pada Telinga Tengah Dan Mastoid

Page 1: Infeksi Kronik Pada Telinga Tengah Dan Mastoid

INFEKSI KRONIK PADA TELINGA TENGAH DAN MASTOID

Karena telinga tengah berhubungan dengan mastoid, maka otits media kronik sering kali

disertai mastoiditis kronik. Kedua peradangan ini dianggap aktif maupun inaktif. Aktif

murujuk pada adanya infeksi dengan pengeluaran sekret telinga atau otrorhea akibat

perubahan patologi dasar seperti kolesteatoma atau jaringan granulasi. Inaktif merujuk pada

sekuele dari infeksi aktif terdahulu yang telah “terbakar habis” ,dengan demikian tidak ada

otorrhea.

Pesien dengan otitis media kronik inaktif sering kali mengeluh gangguan pendengaran.

Munkin terdapat gejala lain seperti vertigo, tinitus, atau rasa penuh dalam telinga. Biasanya

tampak perforasi membrana timpani yang kering. Perubahan lain dapat menunjukkan

timpanosklerosis (bercak-bercak putih pada membrana timpani), hilangnya osikula yang

terkadang dapat terlihat lewat perforasi membrana timpani, serta fiksasi atau terputusnya

rangkaian osikula akibat infeksi terdahulu. Bila gangguan pendengaran dan cacat cukup

berat, dapat dipertimbangkan koreksi bedah atau timpanoplasti.

Tanda dan Gejala

Otitis media kronik aktif berarti adanya pengeluaran sekret dari telinga. Otorrhea dan

supurasi kronik telinga tengah dapat menunjukkan pada pemeriksaan pertama sifat-sifat dari

proses patologi yang mendasarinya. Umummnya otorrhea pada otitis media kronik bersifat

purulen (kental,putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium peradangannya.

Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid.

Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan

produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap.

Pemeriksaan bakteriologi dari sekret supurasi kronik telinga tengah hanya memberikan

sedikit informasi praktis mengenai penatalaksanaan. Bakteri penginvasi sekunder, seperti

stafilococus, proteus vulgaris, dan pseudomonas aeruginosa, serta sejumlah bakteri anaerob

yang merupakan bagian dari suatu flora campuran, selalu ditemukan pada sekret telinga

kronik. Anaerob yang paling sering ditemukan adalah dari spesies bacteroides. Suatu sekret

yang encer berair dengan awitan tanpa nyeri harus mengarah pada kemungkinan tuberkulosis.

Jika sekret encer berbau busuk dan tercamour darah, maka perlu dipertimbangkan

kemungkinan keganasan.

Page 2: Infeksi Kronik Pada Telinga Tengah Dan Mastoid

Gejala otitis media kronik yang penting lainnya adalah gangguan pendengaran, yang biasanya

konduktif namun pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun

proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit, ataupun kolesteatoma, dapat

menghantarkan bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Nyeri tidak lazim dikeluarka

penderita supurasi telinga tengah kronik, dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius.

Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,

terpaparnya dura mater atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak.

Vertigo pada pasien dengan supurasi telinga tengah kronik merupakan gejala serius lainnya.

Gejala ini memberikan kesan adana suatu fistula, berarti ada erosi pada labirin tulang sering

kali pada kanalis semisirkularis horizontalis. Fistula merupakan suatu temuan yang serius,

karna infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam,

sehinnga timbul labirinitis(ketulian komplit), dan dari sana mungkin berlanjut menjadi

meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada setiap kasus supurasi telinga tengah krinik

dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada

membrana timpani dan dangan demikian dapat diteruskan melalui ronnga telinga tengah.

Untuk tujuan ini dapat menggunakan otoskop pneumatik bila dapat dipastikan pemasangan

yang erat. Uji ini perlu rutin dikerjakan pada pasien- pasien dengan otitis media kronik,

karean fistula sering kali ada sekalipun tanpa vertigo. Akan tetapi uji fistula yang berhasil

negatif, belum dapat menyingkirkan kemunkinan adanya fistula.

Perforasi membrana timpani dapat bersifat sentral atau marginal. Jika perforasi marginal atau

pada atic, maka kolesteatoma perlu dicurigai. Jaringan granulasi dapat tampak mengisi

perforasi atau pada beberapa kasus, membentuk polip yang cukup besar dan menonjol ke

dalam liang telinag. Perlu perhatian husus saat mengangkat polip ini di bawah mikrosop, agar

dapt menghindari cedera rangkain osikula. Perforasi multipel pada membrana timpani orang

dewasa mengarah pada kemungkinan infeksi tuberkulosis pada telinga tengah.

Pemeriksaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil

dengan pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan mastoid satunya atau yang normal. Erosi

tulang, terutama pada dearah attic (kehilangan skutum) memberi kesan kolesteatoma.

Penatalaksanaan

Terapi konservatif untuk otitis media kronik pada dasarnya berupa nasihat untuk menjaga

telinga agar telinga tetap kering, serta pembersihan telinga dengan penghisap secara hati-hati

di tempat praktik. Untuk membersihkn dapat menggunakan hidrogen peroksida atau alkohol

Page 3: Infeksi Kronik Pada Telinga Tengah Dan Mastoid

dengan menggunakan aplikator kawat berujung kapas untuk mengagkat jaringan yang sakit

dan supurasi yang tadak berhasil keluar. Kemudian dapat diberikan bubuk atau obat tetes

yang biasanya mengandung antibiotik dan steroid. Perhatian harus diberikan pada infeksi

regional sistem pernafasan atas. Antibiotik dapat membantu dalam mengatasi eksaserbasi

akut otitis media kronik. Namun, antibiotik tidak sepenuhnya brguna untuk mengatasi

penyakit ini, sebab dari definisinya, otitis media kronik berarti telah ada perubahan patologi

yang membandel, dan antibiotik tidak terbukti bermanfaat dalam penyembuhan kelaianan ini.

Jika direncanakan tindakan bedah, maka pemberian antibiotik sistemik beberapa minggu

sebelum operasi dapat mengurangi atau menghentikan suspurasi aktif dan memperbaiki hasil

pembedahan.

Salah satu kelainan patologi yang ditemukan pada otitis media dan mastoididtis kronik adalah

kolesteatoma, yaitu epitel skuamosa yang mengalami kreatinasi (kulit) yang terperangkap

dalam rongga telinga tengah dan mastoid. Kolesteatoma biasanya terbentuk sekunder dari

invasi sel-sel epitel liang telinga melalui attic ke dalam mastoid. Adakalanya, timbul

kongenital akibat terperangkapnya sel-sel epitel di belakang suatu membrana timpani yang

utuh. Kolesteatoma dalam telinga tengah dapat disebut sebagai kista epidermis, suatu lesi

yang terkadang ditemukan pula pada sudut serebelo-point. Epitel membesar perlahan, seolah-

olah terperangkap dalam suatu botol berleher sempit. Pelepasan enzim dan produk degradasi,

serta adanya tekanan menyebabkan erosi tulang di dekatnya. Suatu kolesteatoma dapat

mencapai ukuran yang cukup besar sebelum terinfeksi atau menimbulkan gangguan

pendengaran dengan akibat hilangnya tulang mastoid, osikul, dan pembungkus tulang

saraffasialis, perubahan patologi lain yang tampak pada otitis media kronik adalah jaringan

granulasi, yang dapat pula menyebabkan obstruksi tulang dan perubahan-perubahn hebat

dalam telinga tengah dan mastoid. Jaringan granulosa dapat matur atau imatur (fibrosa).

Sejenis jaringan granulosa yang khusus adalah granuloma kolesterol, di mana dijumpai celah-

celah kolesterin dala suatu palung jaringan granulasi dengan sel-sel raksasa yang tersebar.

Kelainan ini selalu diatasi dengan pembedahan dan memerlukan mastoidektomi.

Pembedahan

Pembenahan bertujuan membasmi infeksi dan mendapatka telinga yang kering, dan aman

melalui berbagai prosedur timpanoplasti dan mastoidektomi. Tujuan utama dari

pembedahahan adalah menghilangkan penyakit, dan hal ini tercapai bila terjadi kesembuhan.

Tujuan mastoidektomi adalah menghilangkan jaringan infeksi, menciptakan telinga yang

Page 4: Infeksi Kronik Pada Telinga Tengah Dan Mastoid

kering, dan aman. Sedangkan tujuan timpanoplasti adalah menyelamatkan dan memulihkan

pendengaran,dengan cangkok membrana timpani dan rekonstruksi telinga tengah. Tujuan

sekunder adalah mempertahankan atau memperbaiki pendengaran (timpanoplasti) bilaman

mungkin. Jika otitis media dan mastoiditis kronik bersifat serius, dan terutama bila telah ada

komplikasi atau ancaman komplikasi, maka dapat dipertimbangkan pembedahan mastoid

pada usia berapapun. Secara umum, timpanoplasti lebih jarang dilakukan pada anak dibawah

usia lima tahun. Hal ini karna tingginya insiden infeksi telinga pada kelompok umur yang

belum lagi mencapai fungsi tuba eustakius yang memadai ini, terdapat berbagai teknik

timpanoplasti yang bebrbeda termasuk pencangkokan (kulit, fasia, membrana timpani

homolog) dan rekonstruksi (osikula homolg, kartilago dan materi aloplastik).