Infeksi Kronik Pada Telinga Tengah Dan Mastoid
-
Upload
mdwidhi196209270 -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
description
Transcript of Infeksi Kronik Pada Telinga Tengah Dan Mastoid
![Page 1: Infeksi Kronik Pada Telinga Tengah Dan Mastoid](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082409/55cf9502550346f57ba5ef69/html5/thumbnails/1.jpg)
INFEKSI KRONIK PADA TELINGA TENGAH DAN MASTOID
Karena telinga tengah berhubungan dengan mastoid, maka otits media kronik sering kali
disertai mastoiditis kronik. Kedua peradangan ini dianggap aktif maupun inaktif. Aktif
murujuk pada adanya infeksi dengan pengeluaran sekret telinga atau otrorhea akibat
perubahan patologi dasar seperti kolesteatoma atau jaringan granulasi. Inaktif merujuk pada
sekuele dari infeksi aktif terdahulu yang telah “terbakar habis” ,dengan demikian tidak ada
otorrhea.
Pesien dengan otitis media kronik inaktif sering kali mengeluh gangguan pendengaran.
Munkin terdapat gejala lain seperti vertigo, tinitus, atau rasa penuh dalam telinga. Biasanya
tampak perforasi membrana timpani yang kering. Perubahan lain dapat menunjukkan
timpanosklerosis (bercak-bercak putih pada membrana timpani), hilangnya osikula yang
terkadang dapat terlihat lewat perforasi membrana timpani, serta fiksasi atau terputusnya
rangkaian osikula akibat infeksi terdahulu. Bila gangguan pendengaran dan cacat cukup
berat, dapat dipertimbangkan koreksi bedah atau timpanoplasti.
Tanda dan Gejala
Otitis media kronik aktif berarti adanya pengeluaran sekret dari telinga. Otorrhea dan
supurasi kronik telinga tengah dapat menunjukkan pada pemeriksaan pertama sifat-sifat dari
proses patologi yang mendasarinya. Umummnya otorrhea pada otitis media kronik bersifat
purulen (kental,putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium peradangannya.
Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid.
Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan
produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap.
Pemeriksaan bakteriologi dari sekret supurasi kronik telinga tengah hanya memberikan
sedikit informasi praktis mengenai penatalaksanaan. Bakteri penginvasi sekunder, seperti
stafilococus, proteus vulgaris, dan pseudomonas aeruginosa, serta sejumlah bakteri anaerob
yang merupakan bagian dari suatu flora campuran, selalu ditemukan pada sekret telinga
kronik. Anaerob yang paling sering ditemukan adalah dari spesies bacteroides. Suatu sekret
yang encer berair dengan awitan tanpa nyeri harus mengarah pada kemungkinan tuberkulosis.
Jika sekret encer berbau busuk dan tercamour darah, maka perlu dipertimbangkan
kemungkinan keganasan.
![Page 2: Infeksi Kronik Pada Telinga Tengah Dan Mastoid](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082409/55cf9502550346f57ba5ef69/html5/thumbnails/2.jpg)
Gejala otitis media kronik yang penting lainnya adalah gangguan pendengaran, yang biasanya
konduktif namun pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun
proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit, ataupun kolesteatoma, dapat
menghantarkan bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Nyeri tidak lazim dikeluarka
penderita supurasi telinga tengah kronik, dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius.
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,
terpaparnya dura mater atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak.
Vertigo pada pasien dengan supurasi telinga tengah kronik merupakan gejala serius lainnya.
Gejala ini memberikan kesan adana suatu fistula, berarti ada erosi pada labirin tulang sering
kali pada kanalis semisirkularis horizontalis. Fistula merupakan suatu temuan yang serius,
karna infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam,
sehinnga timbul labirinitis(ketulian komplit), dan dari sana mungkin berlanjut menjadi
meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada setiap kasus supurasi telinga tengah krinik
dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada
membrana timpani dan dangan demikian dapat diteruskan melalui ronnga telinga tengah.
Untuk tujuan ini dapat menggunakan otoskop pneumatik bila dapat dipastikan pemasangan
yang erat. Uji ini perlu rutin dikerjakan pada pasien- pasien dengan otitis media kronik,
karean fistula sering kali ada sekalipun tanpa vertigo. Akan tetapi uji fistula yang berhasil
negatif, belum dapat menyingkirkan kemunkinan adanya fistula.
Perforasi membrana timpani dapat bersifat sentral atau marginal. Jika perforasi marginal atau
pada atic, maka kolesteatoma perlu dicurigai. Jaringan granulasi dapat tampak mengisi
perforasi atau pada beberapa kasus, membentuk polip yang cukup besar dan menonjol ke
dalam liang telinag. Perlu perhatian husus saat mengangkat polip ini di bawah mikrosop, agar
dapt menghindari cedera rangkain osikula. Perforasi multipel pada membrana timpani orang
dewasa mengarah pada kemungkinan infeksi tuberkulosis pada telinga tengah.
Pemeriksaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil
dengan pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan mastoid satunya atau yang normal. Erosi
tulang, terutama pada dearah attic (kehilangan skutum) memberi kesan kolesteatoma.
Penatalaksanaan
Terapi konservatif untuk otitis media kronik pada dasarnya berupa nasihat untuk menjaga
telinga agar telinga tetap kering, serta pembersihan telinga dengan penghisap secara hati-hati
di tempat praktik. Untuk membersihkn dapat menggunakan hidrogen peroksida atau alkohol
![Page 3: Infeksi Kronik Pada Telinga Tengah Dan Mastoid](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082409/55cf9502550346f57ba5ef69/html5/thumbnails/3.jpg)
dengan menggunakan aplikator kawat berujung kapas untuk mengagkat jaringan yang sakit
dan supurasi yang tadak berhasil keluar. Kemudian dapat diberikan bubuk atau obat tetes
yang biasanya mengandung antibiotik dan steroid. Perhatian harus diberikan pada infeksi
regional sistem pernafasan atas. Antibiotik dapat membantu dalam mengatasi eksaserbasi
akut otitis media kronik. Namun, antibiotik tidak sepenuhnya brguna untuk mengatasi
penyakit ini, sebab dari definisinya, otitis media kronik berarti telah ada perubahan patologi
yang membandel, dan antibiotik tidak terbukti bermanfaat dalam penyembuhan kelaianan ini.
Jika direncanakan tindakan bedah, maka pemberian antibiotik sistemik beberapa minggu
sebelum operasi dapat mengurangi atau menghentikan suspurasi aktif dan memperbaiki hasil
pembedahan.
Salah satu kelainan patologi yang ditemukan pada otitis media dan mastoididtis kronik adalah
kolesteatoma, yaitu epitel skuamosa yang mengalami kreatinasi (kulit) yang terperangkap
dalam rongga telinga tengah dan mastoid. Kolesteatoma biasanya terbentuk sekunder dari
invasi sel-sel epitel liang telinga melalui attic ke dalam mastoid. Adakalanya, timbul
kongenital akibat terperangkapnya sel-sel epitel di belakang suatu membrana timpani yang
utuh. Kolesteatoma dalam telinga tengah dapat disebut sebagai kista epidermis, suatu lesi
yang terkadang ditemukan pula pada sudut serebelo-point. Epitel membesar perlahan, seolah-
olah terperangkap dalam suatu botol berleher sempit. Pelepasan enzim dan produk degradasi,
serta adanya tekanan menyebabkan erosi tulang di dekatnya. Suatu kolesteatoma dapat
mencapai ukuran yang cukup besar sebelum terinfeksi atau menimbulkan gangguan
pendengaran dengan akibat hilangnya tulang mastoid, osikul, dan pembungkus tulang
saraffasialis, perubahan patologi lain yang tampak pada otitis media kronik adalah jaringan
granulasi, yang dapat pula menyebabkan obstruksi tulang dan perubahan-perubahn hebat
dalam telinga tengah dan mastoid. Jaringan granulosa dapat matur atau imatur (fibrosa).
Sejenis jaringan granulosa yang khusus adalah granuloma kolesterol, di mana dijumpai celah-
celah kolesterin dala suatu palung jaringan granulasi dengan sel-sel raksasa yang tersebar.
Kelainan ini selalu diatasi dengan pembedahan dan memerlukan mastoidektomi.
Pembedahan
Pembenahan bertujuan membasmi infeksi dan mendapatka telinga yang kering, dan aman
melalui berbagai prosedur timpanoplasti dan mastoidektomi. Tujuan utama dari
pembedahahan adalah menghilangkan penyakit, dan hal ini tercapai bila terjadi kesembuhan.
Tujuan mastoidektomi adalah menghilangkan jaringan infeksi, menciptakan telinga yang
![Page 4: Infeksi Kronik Pada Telinga Tengah Dan Mastoid](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082409/55cf9502550346f57ba5ef69/html5/thumbnails/4.jpg)
kering, dan aman. Sedangkan tujuan timpanoplasti adalah menyelamatkan dan memulihkan
pendengaran,dengan cangkok membrana timpani dan rekonstruksi telinga tengah. Tujuan
sekunder adalah mempertahankan atau memperbaiki pendengaran (timpanoplasti) bilaman
mungkin. Jika otitis media dan mastoiditis kronik bersifat serius, dan terutama bila telah ada
komplikasi atau ancaman komplikasi, maka dapat dipertimbangkan pembedahan mastoid
pada usia berapapun. Secara umum, timpanoplasti lebih jarang dilakukan pada anak dibawah
usia lima tahun. Hal ini karna tingginya insiden infeksi telinga pada kelompok umur yang
belum lagi mencapai fungsi tuba eustakius yang memadai ini, terdapat berbagai teknik
timpanoplasti yang bebrbeda termasuk pencangkokan (kulit, fasia, membrana timpani
homolog) dan rekonstruksi (osikula homolg, kartilago dan materi aloplastik).