Efek Antibiotik Untuk Otitis Media Pada Mastoid It Is Anak
Click here to load reader
Transcript of Efek Antibiotik Untuk Otitis Media Pada Mastoid It Is Anak
EFEK ANTIBIOTIK UNTUK OTITIS MEDIA PADA
MASTOIDITIS DI ANAK-ANAK: SUATU STUDI
RESTROSPEKTIF KOHORT DENGAN MENGGUNAKAN
UNITED KINGDOM GENERAL PRACTICE RESEARCH
DATABASE
Paula Louise Thompson, BSc, MSc Epida, Ruth E. Gilbert, MB ChB, MSc Epid, MDb, Paul
F. Long, BSc, MSc, PhD (Cantab)a,c, Sonia Saxena, MBBS, MSc, MD, MRCGPd, Mike
Sharland, FRCPCH, BSc, MDd, Ian Chi Kei Wong, BSc, MSc, PhDa
aCentre for Pediatric Pharmacy Research and cDepartment of Pharmaceutics, University of London, London,
England; bCentre for Pediatric Epidemiology and Biostatistics, Institute of Child Health, Lndon, England; dDepartment of Primary Care and Social Medicine, Imperial College, London, England; ePediatric Infectious Diseases
Unit, St George’s Hospital, London, England
Pengungkapan Finansial: Ms Thompson dan Drs Gilbert, Sharland, dan Wong adalah anggota dari Department of Health’s Specialist Advisory
Committee on Antimicrobial Resistance (SACAR), subunit pediatrik,. Drs Long dan Saxena tidak memiliki hubungan financial yang relevan
terhadap artikel ini untuk diungkapkan.
Apa yang diketahui dari subjek ini Apa tambahan dalam studi ini
Studi ekologi dari database pelayanan kesehatan
rutin meyakini bahwa pengurangan preskripsi
antibiotik pada anak dapat berhubungan dengan
peningkatan komplikasi infeksi bakteri yang jarang,
terutama mastoiditis setelah otitis media. Analisis
tingkat individu pasien sekarang dibutuhkan.
Sebagian besar anak dengan mastoiditis tidak
memilki riwayat otitis media. Antibiotik untuk
otitis media membagi dua risiko mastoiditis,
namun tingginya jumlah yang dibutuhkan untuk
ditangani (NNT; Number Needed to Treat)
menghalangi terapi otitis media sebagai strategi
pencegahan mastoiditis.
ABSTRAK
Latar Belakang. Infomasi dibutuhkan pada apakah terdapat peningkatan kejadian mastoiditis
dalam hubungannya dengan penurunan preskripsi antbiotik terhadap anak-anak dengan
perawatan primer oleh seorang dokter di United Kingdom.
Objektif. Untuk menentukan kecenderungan waktu dalam kejadian mastoiditis, frekuensi yang
didahului otitis media, dan efek berbagai antibiotik terhadap otitis media pada risiko mastoiditis
pada anak-anak.
Pasien dan Metode. Kami menghubungkan studi retrospektif kohort dengan menggunakan UK
General Practice Resarch Database. Anak-anak usia tiga bulan sampai dengan 15 tahun antara
tahun 1990 sampai 2006 dimasukan dalam kriteria inklusi. Risiko mastoiditis dalam tiga bulan
setelah diagnosis otitis media dan efek perlindungan terhadap berbagai antibiotik diukur.
Hasil. Terdapat 2.622.248 anak dalam General Practice Research Database; 854 memiliki
mastoiditis, hanya sepertiga (35.7%) yang didahului oleh otitis media. Kejadian mastoiditis
menjadi stabil pada periode waktu tahun 1990 dan 2006 (~1.2 per 10.000 anak per tahun). Risiko
mastoiditis setelah otitis media adalah 1.8 per 10.00 episode (139 dari 792.623) setelah
pemberian antibiotik dibandingkan dengan 3.8 per 10.000 (149 dari 389.649) tanpa antibiotik,
dan meningkat dengan usia. Antibiotik membagi dua risiko dari mastoiditis. Dokter umum akan
butuh untuk menatalaksana 4.831 episode otitis media dengan antibiotik untuk mencegah
seorang anak menuju mastoiditis. Jika antibiotik tidak lagi digunakan untuk otitis media,
sejumlah 255 ekstra kasus mastoiditis pada masa anak-anak akan terjadi, namun disana terdapat
penggunaan antibiotik yang lebih rendah sejumlah 738.775 preskripsi per tahun di United
Kingdom.
Kesimpulan. Sebagian besar anak dengan mastoiditis tidak terlihat oleh dokter adanya otitis
media. Antibiotik membagi dua risiko mastoiditis, namun jumlah kejadian lebih besar yang
membutuhkan penanganan untuk mencegah satu kasus menghindarkan penanganan otitis media
sebagai strategi untuk mencegah mastoiditis. Walaupun mastoiditis merupakan penyakit yang
serius, sebagian basar anak-anak menunjukkan pemulihan tanpa komplikasi setelah dilakukan
mastoidektomi atau dilakukan pemberian antibiotik intravena. Menangani kejadian tambahan
otitis media dapat menjadi suatu masalah kesehatan umum yang lebih besar dalam pola resistensi
antibiotik. Pediatric 2009; 123:424 – 430
Otitis media merupakan salah satu diantara infeksi paling sering terjadi pada masa anak-
anak, alasan utama untuk seorang anak mendapatkan perawatan primer (seorang dokter)1,2 dan
salah satu dari kondisi primer pada anak-anak yang membutuhkan resep antibiotik.3-5 Otitis
media dapat terjadi pada semua kelompok usia, namun paling sering terjadi pada masa pra-
sekolah.6 Sebagian besar episode bersifat sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian antibioik,7
namun otitis media merupakan penyebab utama ketulian8 dan dapat menyebabkan meningitis dan
mastoiditis, walaupun hal tersebut jarang terjadi.9 Penandaan variasi dalam preskripsi antibiotik
antara reflek praktek, perbedaan batas penggunaan dokter ketika mengukur kebutuhan untuk
menghindari preskripsi yang tidak diperlukan dengan keuntungan pencegahan komplikasi seperti
mastoiditis.10
Penemuan terbaru dari randomisasi meta-analisis, percobaan terkontrol yang melibatkan
1643 anak menunjukan bahwa pada anak usia di bawah 2 tahun bertahan pada keuntungan dari
antibiotik untuk otitis media.11 Penulis merekomendasikan dilakukan observasi daripada segera
diberikan antibiotik pada sebagian besar anak dengan otitis media akut, namun meta-analisis ini
tidak menguatkan secara adekuat untuk menentukan efek protektif dari antibiotik untuk otitis
media terhadap risiko mastoiditis. Penemuan analisis ekologi dari database perawatan kesehatan
rutin meyakini bahwa berkurangnya jumlah dokter umum dalam memberikan resep antibiotik
pada anak berhubungan dengan peningkatan komplikasi infeksi bakteri yang jarang terjadi,
seperti pada mastoiditis. Sebuah penelitian menghubungkan penurunan penggunaan antibiotik
sebesar 23% dari seluruh resep antibiotik antara tahun 1996 sampai 2002 dengan peningkatan
admisi rumah sakit terhadap infeksi saluran napas.12 Suatu data penelitian yang berhubungan dari
96 ahli kesehatan di Inggris menyimpulkan bahwa penggunaan penisilin secara lebih tinggi
dihubungkan dengan secara signifikan admisi rumah sakit yang lebih rendah terhadap
mastoiditis.13 Penelitian lainnya mencatat bahwa 37% penurunan dalam preskripsi antibiotik
secara keseluruhan antara tahun 1993 – 2003 bertepatan dengan peningkatan peningkatan admisi
rumah sakit terhadap mastoiditis pada anak usia di bawah 4 tahun.14 Penelitian yang lebih besar
dengan penanganan dan hasil data pada individu sekarang diindikasikan untuk menentukan jika
hubungan ini dijelaskan dengan efek samping penurunan penggunaan antibiotik atau perubahan
dalam akses pelayanan, pola rujukan, kehati-hatian akan diagnosis, dan memasukkan kode data
rutin.
Gambar 1
Skema mastoiditis review kasus dan studi kohort
Di United Kingdom, >98% populasi terdaftar dengan National helath Services GP15 dan
pada rata-rata, anak (usia 0-15 tahun) mengonsultasikan dokter umumnya paling tidak selama 3
kali pertahun.16,17 Kami menggunakan data individu pasien dari UK General Practice Research
Database (GPRD) untuk menyelidiki apakah kejadian mastoiditis merupakan penanda yang
berguna dari efek samping potensial pengurangan preskripsi antibiotik untuk anak-anak.
Total populasi GPRD: 3 bulan-15 tahun, 1990-2006: 7.119.677 usia anak dari data 2.622.348 anak
Review kasus
Insiden mastoiditis tanpa otitis media dalam 3 bulan, atau dengan komorbiditas 566 anak
Insiden mastoiditis 288 anakInsiden mastoiditis: 854 anak
Otitis media kohort (eksklusi anak dengan komorbiditas): 1.182.272 kejadian, 464.845 anak
Studi kohort
Penelitian ini dihubungkan dnegan kolaburasi UK Improving Children’s Antibiotic
Prescribing Group.
PASIEN DAN METODE
Design Penelitian
Kami menghubungkan review kasus dan studi retrospekstif kohort dengan menggunakan
GRD (gambar 1). Kami inklusikan dalam penelitian ini seluruh anak usia 3 bulan sampai 15
tahun yang terdaftar dengan suatu praktek umum “up to-standard” (mengindikasikan bahwa data
berdasarkan praktek tersebut telah terverifikasi untuk memenuhi kriteria kualitas data yang
dipersyaratkan)18 antara 1 Januari 1990 samapi dengan 31 Desember 2006. Anak-anak yang
terdaftar sementara pada praktek umum dieksklusikan untuk menghindari duplikasi data karena
anak-anak tersebut kemungkinan besar juga terdaftar secara tetap di suatu tempat yang lainnya.
Pengaturan Sumber Data
GPRD merupakan salah satu database terbesar di dunia yang terkomputerisasi dari
anonimasi longitudinal rekam data pasien praktek umum,19 berisikan ~6% anak-anak dalam
populasi konsensus di United Kingdom. Praktek-praktek yang berkontribusi terhadap GPRD
adalah perwakila praktek di United Kingdom dan berada di bawah kontrak untuk merekan
seluruh diagnosis, preskripsi, imunisasi, rujukan rumah sakit, dan hasil test seluruh pasien aktif.
Studi validitas menunjukkan tingginya kualitas dan kelengkapan data GPRD,20 dan data tersebut
sudah digunakan untuk menyelidiki isu-isu kesehatan anak.21,22
Identifikasi anak dengan mastoiditis dan pembukaan kepentingan
Diagnosis dalam GPRD diklasifikasikan dengan menggunakan Oxford Medical
Information System atau Read Codes (lihat tabel 3 dan 4, yang dikeluarkan untuk mendukung
informasi pada www.pediatrics.org/content/full/123/2/424). Kami mengidentifikasi pasien
mastoiditis dengan menggunakan GPRD untuk kode-kode yang berhubungan dengan mastoiditis
atau mastoidektomi. Kode-kode untuk mastoidektomi digunakan untuk menambah kode
diagnosis mastoiditis untuk meyakinkan bahwa semua anak dengan mastoiditis telah
teridentifikasi. Kami mendefenisikan tanggal diagnosis sebagai rekam data yang pertama untuk
mastoiditis dan menyensor berbagai kejadian setelahnya. Untuk menentukan prevalensi yang
didahului oleh otitis media atau komorbiditas yang dapat menjadi predisposisi menjadi
mastoiditis, kami melihat bahwa semua praktek umum mendapatkan lebih dulu tanggal diagnosis
mastoiditis dan berbagai rekam otitis media atau masalah telinga tengah lainnya yang
berhubungan, preskripsi antibiotik, dan kelainan imunologi, kranio-facial, atau neurologi. Kami
menggunakan pendekatan komprehensif untuk menangkap seluruh indikasi diagnosis otitis
media untuk minimalisasi masalah yang berhubungan dengan variabilitas dalam pengkodean
diagnosis antar dokter umum. Berbagai sebutan otitis media dalam periode 14 hari yang sama
didefinisikan sebagai satu episode. Seluruh kode telah teridentifikasi dari kamus produk/medis
GPRD dan tervalidasi oleh dokter spesialis anak. Analisis otitis media dan preskripsi antibiotik
difikusan pada kejadian dalam 3 bulan sebelum mastoiditis, karena mastoiditis merupakan
komplikasi akut dari otitis media,23-25 dimana analisis faktor-faktor predisposisi seperti
abnormalitas imunologi, kranio-fasial, dan neurologi didasarkan pada seluruh riwayat mastoiditis
sebelumnya.
Analisis Statistik
Usia dan tahun penanggalan rata-rata insiden spesifik untuk mastoiditis (dengan atau
tanpa otitis media 3 bulan sebelumnya), untuk otitis media, dan untuk preskripsi antibiotik otitis
media dikalkulasikan 1000 anak per tahun berisiko dalam data GPRD. Interval kepercayaan (CI)
sebesar 95% dikeluarkan dengan menggunakan perkiraan Poisson, dan test-test terhadap
kecenderungan linear dihubungkan.
Analisis efek penanganan antibiotik dan kovariat lainnya pada risiko mastoiditis
dihubungkan dengan episode otitis media tanpa abnormalitas imunologi, kranio-fasial, dan
neurologi. Kami mengestimasikan risiko mastoiditis dengan episode otitis media yang tertangani
atau tidak tertangani. Jumlah yang tak berarti (2,7%) dari anak dengan waktu follow up kurang
dari 3 bulan setelah episode otitis media diinklusikan dalam kalkulasi tersebut. Anak-anak
diklasifikasikan dengan “tertangani” jika mereka menerima preskripsi antibiotik dalam waktu
yang sama dengan konsultasi dokter umum sebagai otitis media yang terdiagnosa. Jika seorng
anak memiliki episode otitis media multiple dalam 3 bulan sebelum mastoiditis, episode terdekat
sebelum kejadian mastoiditis yang digunakan. Karena kesalahan pemberian kode yang potensial
pada mastoiditis, kami menampilkan analisis statistik khasiat terapi terbatas terhadap anak-anak
yang telah menjalani prosedur bedah untuk mastoiditis. Kami tidak mengambil kelompok
hitungan dari episode otitis media yang berulang pada anak yang sama. Risiko perbedaan dan
jumlah dibutuhkan untuk penanganan (NNT; Number Needed to Treat) (1/risiko perbedaan)
telah diperhitungkan. Efek penanganan antibiotik telah ditentukan dengan menggunakan regresi
logistik untuk menghitung odds ratio sederhana untuk mastoiditis terhadap kovariate yang
mengikuti: jenis kelamin, kelompok usia, diagnosis otitis media, dan jumlah episode otitis media
dalam 3 bulan sebelum mastoiditis. Kami menahan kovariate dalam model yang memberikan
nilai P <.05 dengan dan menggunakan statistik rasio kemungkinan yang terjadi. Manajemen data
dan analisis ditampilkan dengan menggunakan software Stata/SE 9.2 (Stata Corp, College
Station, TX).26
Persetujuan etik untuk penelitian ini telah diberian oleh Scientific And Advisory Group
For The General Practice Research Database.
HASIL
Antara tahun 1990 dan 2006 terdapat 2.622.348 anak-anak usia 3 bulan sampai 15 tahun
dalam GPRD, mengontribusi 7.119.677 anak data pertahun (gambar 1) dari 423 praktek umum;
854 anak dengan mastoiditis terdentifikasi, dimana semuanya merupakan kasus incidental. Usia
median pada diagnosis adalah 9.7 tahun (range interquartile [IQR]: 6.2 – 12.9 tahun); insiden
mastoiditis pada anak mencapai puncak pada usia < 1 tahun, dengan 10.3% (88 dari 854) dari
seluruh mastoiditis yang terjadi pada anak usia < 2 tahun. Hanya saja setengah lebih adalah
perempuan (57.6% [922 dari 854]).
Hanya sepertiga (35.7% [305 dari 854]) anak-anak dengan mastoiditis mengunjungi
dokternya dan didiagnosa dengan otitis media dalam kurun waktu 3 bulan sebelumnya. Rata-rata
waktu antara episode otitis media dengan mastoiditis adalah 21.5 (IQR:6.0 – 51.5) hari. Hampir
setengah (47.5% [145 dari 305]) dari anak dengan otitis media sebelumnya dan diberikan
preskripsi antibiotik untuk kondisi ini, dimana 76% menerima amoxixilin dan 15% menerima
erithromisin. Hal ini sesuai dengan rekomendasi penanganan pada otitis media.27 Tidak terdapat
perbedaan dalam pilihan terapi antibiotik antara anak yang memiliki mastoiditis setelah otitis
media dan mereka yang tidak. Total, 40.9% (349 dari 854) dari seluruh anak dengan mastoiditis
mendapatkan preskripsi antibiotik untuk berbagai alasan dalam waktu 3 bulan sebelumnya;
53.6% (458 dari 854) dalam perkembangan menuju mastoidektomi. Dari anak yang menderita
mastoiditis dan otitis media sebelumnya 5.6% (17 dari 305) memiliki abnormalitas imunologi,
kranio-fasial, neurologi, kemudian di eksklusi dari analisis kohort.
Kami mengidentifikasikan 1.182.272 episode otitis media dari 462.904 anak. Rata-rata
anak-anak mempunyai 0.4 (SD: ±0.80) episode otitis media per tahun, menurun seiring
bertambahnya usia. Usia median pada diagnosis otitis media adalah 5.4 (IQR: 2.3 – 7.7) tahun
dan mendekati setengah (51.1% [604.113 dari 1.182.272]) dari episode yang terjadi pada anak
laki-laki. Kami menemukan kecenderungan yang berlawanan dengan usia sebagai rerata diagnsa
mastoiditis dan otitis media. Insiden diagnosa mastoiditis paling tinggi terjadi pada bayi,
terendah pada anak usia 2 tahun, dan meningkat dengan pasti pada usia-usia sesudahnya.
Kecenderungan peningkatan linear antara usia 2 dan 15 tahun signifikan pada level 5% hanya
pada anak tanpa disadari menderita otitis media antecedent (gambar 2). Di sisi lain, insiden
diagnosa otitis media menurun seiring bertambahnya usia (dari 523.0 [95% CI: 520.7 – 525.3])
sampai 44.4 [95% CI: 43.8 – 45] diagnosis per 10.000 anak per tahun pada usia 0 sampai 15
tahun, secara respektif (P < .01).
Insiden diagnosis mastoiditis stabil antara tahun 1996 dan 2006, dengan suatu insiden
rerata dari 0.12 (95% CI: 0.11 – 0.13) diagnosis per 10.000 anak per tahun. Tidak ada bukti
untuk kecenderungan linier melebihi waktu (P = .45) (gambar 3). Di sisi lain, insiden diagnosis
otitis media jatuh 34% antara tahun 1996 sampai 2006 dari 221.4 (95% CI: 219.5 – 223.4)
menjadi 147.0 (95% CI: 146.1 – 148.0) diagnosis per 10.000 anak per tahun (P < .01), dimana
insiden prekripsi antibiotik untuk otitis media menurun menjadi 49.6% dari 170.4 (95% CI:
168.7 – 172.2) menjadi 85.9 (95% CI: 85.2 – 86.7) preskripsi per 10.000 anak per tahun (P
< .01). Proporsi otitis media ditangani dengan penurunan antibiotik secara signifikan melampaui
periode penelitian, dari 77% pada 1990 menjadi 58% pada 2006 (P < .01).
Preskripsi antibiotik untuk otitis media secara signifikan mengurangi risiko
perkembangannya menjadi mastoiditis dalam waktu 3 bulan (OR: 0.56 [95% CI: 0.44 - 0.71];
ditambah untuk jenis kelamin, usia kelompok, dan diagnosis otitis media) (tabel 1). Dalam
analisis sensitivitas terbatas terhadap anak dengan mastoiditis yang membutuhkan bedah,
penambahan OR adalah 0.39 (95% CI: 0.28 – 0.55; 55 anak dalam kelompok yang ditangani dan
92 anak dalam kelompok yang tidak ditangani). Risiko secara keseluruhan dari perkembangan
mastoiditis selama 3 bulan dari episode otitis media adalah 2.4 per 10.000 (288 dari 1.182.272)
episode otitis media. Diantara anak-anak yang tertangani dengan antibiotik untuk otitis media,
risiko mastoiditis adalah 1.8 per 10.000 (149 dari 792.623) dibandingkan dengan anak-anak yang
tidak tertangani (perbedaan risiko: 2.0 per 10.000 episode otitis media (tabel 2). Kemungkinan
seorang anak menerima sebuah antibiotik untuk otitis media secara signifikan dihubungkan
dengan usia (P < .01), dengan anak yang lebih tua menjadi lebih sedikit menerima preskripsi.
Rerata dari 4831 episode otitis media membutuhkan ditangani dengan antibiotik untuk
mencegah seorang anak berkembang menjdai mastoiditis (tabel 2) NNT lebih rendah di
kelompok usia yang lebih tua namun masih malampaui 2000. Berdasarkan data ekstraksi dari
GPRD untuk tahun 2006, disana terdapat 1.273.750 episode otitis media per tahun di United
Kingdom, dimana 58% menerima antibiotik. Secara komplit penghentian praktek preskripsi
antibiotik untuk otitis media harus menghasilkan dalam tambahan 2 kasus mastoiditis per 10.000
episode otitis media (perbedaan risiko). Hal ini akan menjadi total 255 ekstra kasus mastoiditis
masa anak-anak per tahun di United Kingdom seraya mengurangi penggunaan antibiotik menjadi
738.775 preskripsi per tahun.
TABEL 1 Risiko mastoiditis setelah otitis media: variasi silang kovariat
Kovariat Kejadian OM
(N=1.182.272), n
Mastoiditis
(N = 288), n
OR sederhana
(95% CI)
Penambahan OR
(95% CI)
Terapi antibiotik
Tertangani
Tak tertangani
792 623
389 649
139
149
0.46 (0.36 – 0.58)
-
0.56 (0.44 – 0.71)
-
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
604 113
578 159
161
127
1.21 (0.96 – 1.53)
-
1.35 ((1.07 – 1.71)
-
Kelompok usia,y
<2
2-5
6-10
11-15
260 139
492 552
292 344
135 267
34
52
108
94
0.19 (0.13 – 0.28)
0.15 (0.11 – 0.21)
0.53 (0.40 – 0.70)
-
0.21 (0.14 – 0.31)
0.16 (0.11 – 0.25)
0.54 (0.41 – 0.71)
-
Diagnosis OM
OM akut
OM lainnya
260 912
921 324
36
252
0.50 (0.36 – 0.72)
-
0.65 (0.45 – 0.93)
-
Kejadian OM dalam 3 bulan sebelumnya
>1
1
981 878
200 394
41
247
0.81 (0.58 – 1.13) -
-
OM indikasi otitis media
*Penambahan terapi antibiotik, jenis kelamin, kelompok usia, dan diagnosis OM
DISKUSI
Rangkuman Pikiran Utama
Mastoiditis merupakan kondisi yang jarang terjadi, mempengaruhi 1.2 anak per tahun per
10.000 follow-up. Hanya sepertiga dari anak yang terpengaruh yang memiliki rekam medis
untuk otitis media dalam 3 bulan sebelumnya. Risiko mastoiditis setelah otitis media meningkat
sesuai usia namun tidak pernah >16 per 10.000 episode otitis media. Preskripsi atibiotik untuk
otitis media berkurang penggunaanya sebesar 50% dalm periode penelitian, namun rata-rata
diagnosa mastoiditis secara stabil tertinggal stabil. Antibiotik membagi dua risiko mastoiditis
dengan otitis media, tetapi karena rendahnya risiko mastoiditis, jumlah kejadian otitis media
membutuhkan terapi antibiotik untuk mencegah satu kasus mastoiditis (NNT) menjadi sangat
tinggi.
Metodologi Masalah
Kekuatan dari penelitian ini adalah besarnya jumlah ukuran sampel, yang dapat
menyebabkan pemeriksaan risiko mastoiditis berdasarkan karakteristik pasien dan terapi
antibiotik dan perwakilan para praktisi kesehatan dalam pengaturan perawatan primer di United
Kingdom.
Kelemahan utama, umum untuk semua penelitian berdasarkan atas pengumpulan data
klinik yang rutin, adalah kesalahan klasifikasi kejadian dan waktu kejadian. Kejadian mastoiditis
bisa jadi dikesampingkan sebagai kemungkinan tidak semua diagnosa mastoiditis rumah sakit
dimasukkan dalam GPRD. Namun bagaimanapun juga, dugaan yang berlebihan tidak
memungkinkan untuk menjadi masalah sebagai mastoiditis yang merupakan suatu kondisi yang
tidak biasa dan spesifik. Kesalahan pemberian kode juga bisa terjadi pada mastoiditis, namun
pembatasan analisa mastoiditis untuk persyaratan tindakan bedah tidak secara signifikan
merubah efek terapi. Otitis media yang tidak terlaporkan dapat terjadi jika rekam medis dari
praktik umum dibawah kategori lainnya, seperti infeksi saluran napas atas. Akhirnya, khasiat
terapi menjadi dianggap sebelah mata jika dokter umum lebih menyukai untuk mencatat otitis
media, jika mereka memberikan preskripsi antibiotik daripada saat mereka tidak
memberikannya.
Suatu pembatasan GPRD adalah bahwa preskripsi tidak secara langsung dihubungkan
dengan indikasi. Hubungan metoda kami diasumsikan bahwa preskripsi antibiotik dalam
konsultasi dokter umum yang sama sebagai otitis media yang didiagnosa adalah untuk terapi
otitis media. Namun bagaimanapun juga asumsi ini tidak seharusnya mempengaruhi hasil analisa
mastoiditis selama antibiotik menjadi terapi yang tepat untuk otitis media. Pemenuhan data tidak
tersedia dari dalam GPRD, dengan demikian, kelompok penanganan dapat memasukkan pasien
yang tidak memenuhi atau mengambil preskripsi antibiotik mereka. Kurangnya data yang cukup
tinggi, berarti kami tidak dapat memeriksa apakah anak memiliki otitis media berat lebih suka
diterapi dengan antibiotik dan pada risiko yang lebih besar berkembang menjadi mastoiditis.
Pemenuhan yang buruk dan bias indikasi dapat menyebabkan bias khasiat terapi untuk kemudian
mengarah menjadi tidak berefek.
Walaupun analisa tidak menghitung untuk kelompok-kelompok kecil dari otitis media
yang berulang, kami menemukan bahwa tidak ada efek dari jumlah kejadian otitis media dalam 3
bulan sebelum mastoiditis (P < .05). Inklusi dalam analisa khasiat penanganan sejumlah kecil
kejadian otitis media dengan follow-up < 3 bulan tidak mungkin memiliki hasil yang bias
sebagai kerugian follow-up tidak mungkin memilki kondisi pada apakah terdapat perkembangan
menjadi mastoiditis atau tidak.
Mastoiditis tidak berguna sebagai penanda efek samping yang potensial dari pengurangan
preskripsi antibiotik. Pertama-tama, hal tersebut merupakan penanda tidak spesifik sebagai hanya
sejumlah proporsi kecil (sepertiga) kasus mastoiditis yang terpengaruh oleh perubahan dalam
praktek preskripsi antbiotik untuk otitis media. Kedua, hal tersebut bersifat sensitive, dimana
mastoiditis merupakan kejadian penyakit yang jarang.
Kekuatan dan Kelemahan yang Berhubungan Dengan Penelitian Lain
Penelitian ini merupakan penelitian terbesar untuk menyelidiki frekuensi otitis media
antecedent pada anak dengan mastoiditis dan penelitian pertama yang menyelidiki efek samping
potensial dari pengurangan preskripsi antibiotik untuk otitis media pada mastoiditis, secara
spesifik pada anak-anak. Perwakilan nasional dari penelitian kami ini dikonfirmasi dengan
konsistensi penemuan dari penelitian lainnya dengan hasil kami. Insiden mastoiditis di UK pada
usia 0 sampai 14 tahun antara tahun 1991 dan 1998 dilaporkan sebanyak 1.5 per 1000 anak per
tahun (data lepasan dari Depertemen Kesehatan Rumah Sakit),28 yang dibandingkan dengan
penemuan kami 0.12 per 1000 anak per tahun pada usia 3 bulan sampai 15 tahun. Kejadian
mastoiditis tanpa otitis media sebelumnya juga diobservasi pada berbagai review studi lainnya,29-
31 dengan perkiraan setengah dari seluruh anak tidak memilki riwayat otitis media.
Distribusi usia dalam penelitian kami ini berbeda dalam perbandingannya dengan
literature, namun penelitian sebelumnya yang berdasarkan pada rangkaian kasus, dapat
menyebabkan adanya bias dengan praktek rujukan. Sebagai contoh, sebagian besar penelitian
menyebutkan rerata mastoiditis mencapai puncak pada usia 1 sampai 4 tahun namun analisis
tersebut data utamanya berdasarkan pada pasien yang diberikan oleh spesialis telinga, hidung
dan tenggorokan (THT) anak, dan dapat mengabaikan mastoiditis pada remaja, yang dapat
dirujuk ke spesialis THT dewasa.
Suatu penelitian terbaru akhir-akhir ini dengan menggunakan GPRD ditujukan untuk
menyelidiki perluasan penggunaan antibiotik yang mampu menurunkan risiko komplikasi serius
setelah infeksi saluran napas umum, termasuk mastoiditis setelah otitis media.32 Hasil penelitian
menemukan bahwa antibiotik mampu membagi dua risiko dari mastoiditis (penambahan OR:
0.56 [95% CI: 0.37 – 0.86]), diperkirakan bahwa 4064 kejadian otitis media membutuhkan terapi
antibiotik untuk mencegah satu kasus mastoiditis, yang sesuai dengan hasil penelitian kami.
Namun bagaimanapun juga, penelitian kami ini menyediakan analisis tambahan, memeriksa hal
yang mendahului mastoiditis dan pengaruh usia dan perubahan dalam preskripsi antibiotik pada
mastoiditis dalam beberapa waktu, secara spesifik pada anak-anak. Pengaturan data kami ini
terdiri atas lebih dari dua kali sebanyak praktek umum, menghasilkan lebih dari dua kali jumlah
otitis media untuk follow-up. Periode penelitian kami juga memasukkan lebih banyak informasi
terbaru.
KESIMPULAN
Sebagian besar anak dengan mastoiditis sebelumnya tidak terdeteksi adanya otitis media
di praktek umum. Penggunaan antibiotik membagi dua risiko terjadinya mastoiditis, namun
sejumlah besar kebutuhan terapi untuk mencegah satu kasus menghalangi terapi otitis media
sebagai sebuah strategi untuk mencegah mastoiditis. Bahkan pada remaja dengan otitis media,
yang sebagian besar berada pada risiko perkembangan mastoiditis, jumlah yang butuh untuk
ditangani (NNT) melebihi 2000. Walaupun mastoiditis merupakan penyakit serius, sebagian
besar anak menunjukkan proses pemulihan tanpa komplikasi setelah melakukan mastoidektomi
atau pemberian antibiotik intravena. Penanganan kondisi otitis media tambahan ini dapat
menunjukkan masalah kesehatan publik yang lebih besar karena kemungkinan kegagalan terapi
di masa yang
TABEL 2 Jumlah kejadian otitis media yang membutuhkan terapi antibiotik untuk mencegah 1 anak berkembang menjadi mastoiditis stratifikasi berdasar kelompok usia
Kelompok Usia, y
Terapi Antibiotik
Kejadian OM
(n=1.182.272)
Mastoiditis
(n=288)
Risiko Mastoditis/
10.000 OM
Perbedaan Risiko
(95% CI)
NNT
< 2 Tertangani
Tak tertangani
191 728
68 411
21
14
1.0
2.0
1.0 (0.2 – 2.2)
-
9970
-
2 – 5 Tertangani
Tak tertangani
338 939
155 583
29
23
0.9
1.5
0.6 (0.06 – 1.3)
-
16 051
-
6 – 10 Tertangani
Tak tertangani
181 042
111 302
49
59
2.7
5.3
2.6 (1.0 – 4.1)
-
3855
-
11 – 15 Tertangani
Tak tertangani
80 914
54 353
41
53
5.1
9.8
4.7 (1.6 – 7.7)
-
2135
-
Total Tertangani
Tak tertangani
792 623
389 649
139
149
1.8
3.8
2.0 (1.4 – 2.8)
-
4831
-
akan datang sebagai hasil dari resistensi antibiotik pathogen, meningkatkan penelitian pada anak
terhadap reaksi tambahan dari terapi antibiotik, dan preskripsi yang tidak perlu dan
menghabiskan biaya. Namun, dokter umum atau dokter spesialis anak yang bekerja pada
perawatan primer membutuhkan suatu kemampuan untu menyadari tanda-tanda dari mastoiditis
(pembengkakan postaurikuler dan penonjolan aurikula),31 terutama pada anak yang lebih tua, dan
untuk merujuk segera kepada pelayanan ahli THT.
Data terbaru meyakini bahwa vaksin pneumococcal konjugata Prevenar (dikenalkan pada
jadwal imunisasi di UK mulai September 2006)33 efektif dalam menurunkan otitis media
berhubungan dengan konsultasi dan preskripsi antibiotik.34 Hal ini dapat menghasilkan suatu
penurunan kejadian mastoiditis di masa yang akan datang. Kecenderungan kebutuhan antiibiotik
perlu untuk dipantau secara formal dalam hubungannya dengan follow-up longitudinal hasil data
penyakit individu yang bersangkutan, untuk meyakinkan bahwa berbagai perubahan dalam
penggunaan antibiotik tidak menimbulkan efek yang membahayakan.
PENGHARGAAN
Post Dr Wong didanai oleh Department of Health Public Health Career Scientist Award.
Dr Saxena didanai oleh penghargaan postdoctoral dari Department of Health. Surat izin GPRD
didanai oleh European Commission melalui Taskforce European Drug Development for The
Young (TEDDY) jaringan dari Excelence European Commission Framework 6 Programme
2005-2010.
Kami ucapkan terima kasih kepada para dokter umum yang berkontribusi dalam
memberikan data ke GPRD.