Industrialisasi Pertanian

11
Industrialisasi Pertanian Menurut Meier (1995), transformasi struktural dari ekonomi agraris perdesaan berpendapatan rendah ke ekonomi industri perkotaan dengan pendapatan per kapita lebih tinggi melibatkan fenomena industrialisasi dan pembangunan pertanian. Lebih lanjut disebutkan bahwa pertanian harus dipandang bukan sekedar sebagai sumber surplus untuk mendukung industrialisasi, tetapi juga sebagai sumber dinamis pertumbuhan ekonomi, penyedia lapangan kerja, dan distribusi pendapatan yang lebih baik. Selain itu, kemajuan pertanian adalah penting dalam menyediakan pangan bagi tumbuhnya tenaga kerja non pertanian, bahan baku untuk produksi sektor industri, tabungan dan penerimaan pajak untuk mendukung pembangunan sektor ekonomi lainnya; untuk mendapatkan lebih banyak devisa (atau menghemat devisa jika produk primer diimpor); dan memberikan pertumbuhan pasar bagi industri domestik. Hubungan intersektoral antara pertanian dan industri akan menentukan transformasi struktural pada perekonomian negara berkembang. Secara historis proses pembangunan dan industrialisasi pertanian di berbagai negara pada umumnya diawali dari penguatan sektor pertanian. Langkah ini ditempuh melalui modernisasi institusi perdesaan dan pergeseran pertanian berskala kecil ke pertanian kapitalis berskala besar serta peningkatan produktivitas pertanian (Weisdorf, 2006). Arifin (2005) menyatakan bahwa definisi industrialisasi pertanian tidak sesempit sekedar mekanisasi pertanian atau pengolahan hasil pertanian oleh sektor

Transcript of Industrialisasi Pertanian

Page 1: Industrialisasi Pertanian

Industrialisasi PertanianMenurut Meier (1995), transformasi struktural dari ekonomi agraris perdesaanberpendapatan rendah ke ekonomi industri perkotaan dengan pendapatanper kapita lebih tinggi melibatkan fenomena industrialisasi dan pembangunanpertanian. Lebih lanjut disebutkan bahwa pertanian harus dipandang bukan sekedarsebagai sumber surplus untuk mendukung industrialisasi, tetapi juga sebagaisumber dinamis pertumbuhan ekonomi, penyedia lapangan kerja, dan distribusipendapatan yang lebih baik. Selain itu, kemajuan pertanian adalah penting dalammenyediakan pangan bagi tumbuhnya tenaga kerja non pertanian, bahan bakuuntuk produksi sektor industri, tabungan dan penerimaan pajak untuk mendukungpembangunan sektor ekonomi lainnya; untuk mendapatkan lebih banyak devisa(atau menghemat devisa jika produk primer diimpor); dan memberikan pertumbuhanpasar bagi industri domestik. Hubungan intersektoral antara pertanian danindustri akan menentukan transformasi struktural pada perekonomian negara berkembang.Secara historis proses pembangunan dan industrialisasi pertanian di berbagainegara pada umumnya diawali dari penguatan sektor pertanian. Langkah iniditempuh melalui modernisasi institusi perdesaan dan pergeseran pertanian berskalakecil ke pertanian kapitalis berskala besar serta peningkatan produktivitaspertanian (Weisdorf, 2006).

Arifin (2005) menyatakan bahwa definisi industrialisasi pertanian tidaksesempit sekedar mekanisasi pertanian atau pengolahan hasil pertanian oleh sektorindustri, tetapi jauh lebih luas dari itu karena mencakup proses peningkatan nilaitambah, sampai pada koordinasi dan integrasi vertikal antara sektor hulu dansektor hilir. Lebih lanjut dinyatakan bahwa terdapat pihak-pihak yang memperlakukanindustrialisasi pertanian sebagai bagian dari seluruh rangkaian pembangunansistem agribisnis, di pihak lain ada pula yang beranggapan bahwaproses industrialisasi adalah suatu keniscayaan seiring dengan proses transformasistruktur ekonomi dan merupakan tuntutan efisiensi dalam bidang usaha melaluiintegrasi vertikal dari hulu hingga hilir.

Sudaryanto (2005) memberikan definisi industrialisasi pertanian sebagaisuatu proses konsolidasi usahatani dan disertai dengan koordinasi vertikalagribisnis dalam satu alur produk melalui mekanisme non pasar, sehingga karakteristikproduk akhir yang dipasarkan dapat dijamin dan disesuaikan denganpreferensi konsumen akhir. Dengan demikian, industrialisasi pertanian adalahsuatu proses transformasi struktur agribisnis dari pola dispersal menjadi pola

Page 2: Industrialisasi Pertanian

industrial. Lebih lanjut disebutkan bahwa berbeda dengan pola dispersal, dalamagribisnis pola industrial setiap perusahaan tidak lagi berdiri sendiri ataubergabung dalam asosiasi horizontal tetapi memadukan diri dengan perusahaanperusahaan lain yang bergerak dalam seluruh bidang usaha yang ada pada satu alur produk vertikal (dari hulu hingga hilir) dalam satu kelompok usaha.

Kahn (1979) menyatakan bahwa pengalaman di hampir semua negaramenunjukkan bahwa industrialisasi sangat perlu karena menjamin pertumbuhanekonomi. Hanya sebagian kecil negara dengan jumlah penduduk yang sedikit dankekayaan minyak atau sumber daya alam (SDA) lainnya yang melimpah, sepertiKuwait dan Libya, dapat berharap mencapai tingkat pendapatan per kapita yangtinggi tanpa melalui proses industrialisasi, hanya mengandalkan pada sektorpertambangan (minyak). Fakta di banyak negara menunjukkan bahwa tidak adaperekonomian yang bertumpu pada sektor-sektor primer (pertanian dan pertambangan)yang mampu mencapai tingkat pendapatan per kapita di atas 500 US$ selama jangka panjang.

Sektor industri diyakini dapat dijadikan sebagai sektor yang memimpin(leading sector) bagi sektor-sektor lainnya dalam suatu perekonomian. Hal inikarena produk-produk yang dihasilkan oleh sektor industri memiliki dasar tukar(term of trade) yang tinggi atau lebih menguntungkan, serta mampu menciptakannilai tambah (value added) yang besar dibandingkan dengan produk-produk yangdihasilkan oleh sektor lainnya. Sektor industri mempunyai variasi produk yangsangat beragam dan mampu memberikan manfaat marjinal yang tinggi kepadapemakainya. Selain itu, sektor industri juga memberikan marjin keuntungan yanglebih menarik bagi para pelaku bisnis, serta proses produksi dan penanganan produknyalebih bisa dikendalikan oleh manusia yang tidak terlalu bergantung padaalam (musim atau keadaan cuaca). Karena kelebihan-kelebihan sektor industriinilah, maka industrialisasi dianggap sebagai “obat mujarab” (panacea) untukmengatasi masalah pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang.Walaupun penting bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi yang tinggidan stabil, industrialisasi bukanlah merupakan tujuan akhir, melainkan hanyamerupakan salah satu strategi yang harus ditempuh untuk mendukung prosespembangunan ekonomi guna mencapai tingkat pendapatan per kapita yang tinggi(Riedel, 1992). Meskipun pelaksanaannya sangat bervariasi antarnegara, periodeindustrialisasi merupakan tahapan logis dalam proses transformasi struktur ekonomi.Tahapan ini diwujudkan secara historis melalui kenaikan kontribusi sektor

Page 3: Industrialisasi Pertanian

industri manufaktur dalam permintaan konsumen, produksi, ekspor, dan kesempatankerja (Chenery, 1992).

Menurut Tambunan dan Priyanto (2005), penurunanshare sektor pertanian dalam pembentukan PDB dari waktu ke waktu dan peningkatanpenyerapan tenaga kerja sektor manufaktur, merupakan indikator bahwaekonomi Indonesia telah memasuki proses industrialisasi.Proses industrialisasi di Indonesia sudah dimulai sejak Pelita I, yangdimulai tahun 1969. Industrialisasi yang dilaksanakan sejak Pelita I hingga krisisekonomi tahun 1997, mengakibatkan pendapatan per kapita masyarakatmengalami peningkatan yang cukup pesat setiap tahunnya. Apabila hanya mengandalkandari sektor pertanian dan sektor pertambangan (migas), maka Indonesiadengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang, tidak akan pernah mencapailaju pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 7 persen per tahun dan tingkat pendapatanper kapita di atas 1.000 US $ pada pertengahan tahun 1997 (Tambunan,2001).

Menurut Simatupang dan Syafaat (2000), pembangunan ekonomi padamasa pemerintahan Orde Baru mengacu pada paradigma transformasi strukturalberimbang melalui industrialisasi bertahap berbasis sektor pertanian. Pembangunanekonomi yang demikian ini dapat pula disebut sebagai pembangunandengan pendekatan sistem agribisnis.

Definisi agribisnis menurut Badan Agribisnis (1995) adalah suatu kesatuansistem yang terdiri dari beberapa subsistem yang saling terkait erat, yaitu subsistempengadaan dan penyaluran sarana produksi (subsistem agribisnis hulu),subsistem usahatani atau pertanian primer, subsistem pengolahan, subsistempemasaran, serta subsistem jasa dan penunjang. Subsistem agribisnis hulu adalahkegiatan ekonomi yang menyediakan sarana (input) pertanian seperti industriperbenihan dan pembibitan tanaman, industri pupuk dan pestisida (agro kimia),serta industri alat dan mesin pertanian (agro otomotif) bagi kegiatan pertanianprimer. Subsistem usahatani adalah kegiatan ekonomi yang menghasilkan komoditasatau produk pertanian primer melalui pemanfaatan sarana produksi yangdihasilkan oleh subsistem agribisnis hulu. Subsistem pengolahan adalah kegiatanekonomi yang mengolah komoditas atau produk pertanian primer menjadi produkolahan. Termasuk dalam subsistem tersebut adalah industri makanan, industriminuman, industri rokok, industri barang serat alam, industri biofarma, serta

Page 4: Industrialisasi Pertanian

industri agrowisata dan estetika. Subsistem pemasaran adalah kegiatan ekonomiyang berkaitan dengan kegiatan distribusi, promosi, informasi pasar, kebijakanperdagangan dan struktur pasar. Adapun subsistem jasa dan penunjang adalah kegiatanekonomi yang menyediakan jasa atau layanan yang diperlukan untukmemperlancar pengembangan agribisnis. Termasuk dalam subsistem ini adalahlembaga perkreditan dan asuransi, penelitian dan pengembangan, pendidikan danpenyuluhan, serta transportasi dan pergudangan. Hubungan dan keterkaitan antarsubsistem agribisnis tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.Gambar 3. Sistem Agribisnis

Sumber: Badan Agribisnis (1995)

Soekartawi (1993) menyatakan bahwa yang termasuk ke dalam jenis agroindustriadalah: (a) industri pengolahan input pertanian yang pada umumnya tidakberlokasi di perdesaan, padat modal, dan berskala besar seperti industri pupuk,

Page 5: Industrialisasi Pertanian

industri pestisida, dan sebagainya, dan (b) industri pengolahan hasil pertanian,seperti pengolahan pucuk teh hijau atau teh hitam, pengalengan buah, pengolahanminyak kelapa, dan lain-lain.

Tambunan dan Priyanto (2005) menyatakan bahwa industrialisasi diIndonesia selalu dimulai dari industri besar, dan kurang memperhatikan usahausahakecil. Akibatnya, sampai saat ini Indonesia belum menunjukkan tandatandasebagai Negara industri yang mandiri. Hal ini disinyalir karena parapemimpin pembangunan ekonomi terlalu mengandalkan peranan industri besarmodern, yang dianggap sebagai jalan paling pendek dan paling mungkin untukmengisi arti kemerdekaan.Senada dengan hal tersebut di atas, Simatupang dan Syafa’at (2000)menyatakan bahwa salah satu penyebab krisis ekonomi di Indonesia adalah karenakesalahan industrialisasi yang tidak berbasis pada pertanian. Selama krisis jugaterbukti bahwa sektor pertanian masih mampu mengalami laju pertumbuhan yangpositif, walaupun dalam persentase yang kecil, sedangkan sektor industri manufakturmengalami laju pertumbuhan yang negatif di atas satu digit. Banyak pengalamandi negara-negara maju di Eropa dan Jepang yang menunjukkan bahwamereka memulai industrialisasi setelah atau bersamaan dengan pembangunan disektor pertanian. Sebagai contoh, Inggris mengalami revolusi industri pada abadke-18 setelah diawali dengan revolusi pertanian yang terjadi melalui introduksiteknologi turnip. Industrialisasi di Jepang berlangsung bersamaan dengan revolusipertanian yang terjadi melalui reformasi agraria (restorasi Meiji). Demikianjuga di Taiwan pada dekade 1950-an, yang menunjukkan bahwa industrialisasiberbasis pertanian melalui pengembangan industri berskala kecil dan berlokasi diperdesaan mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan merataserta struktur ekonomi yang tangguh.

Terdapat beberapa alasan mengapa sektor pertanian yang kuat sangat esensialdalam suatu proses industrialisasi pertanian. Beberapa alasan tersebut antaralain sebagai berikut (Tambunan, 2001):1. Sektor pertanian yang kuat berarti ketahanan pangan terjamin dan ini merupakansalah satu prasyarat penting agar proses industrialisasi pertanian padakhususnya dan pembangunan ekonomi pada umumnya bisa berlangsungdengan baik. Ketahanan pangan berarti tidak ada kelaparan dan ini menjaminkestabilan sosial dan politik.

Page 6: Industrialisasi Pertanian

2. Dari sisi permintaan agregat, pembangunan sektor pertanian yang kuat membuattingkat pendapatan riil per kapita di sektor tersebut tinggi yang merupakansalah satu sumber permintaan terhadap barang-barang nonfood,khususnya manufaktur (keterkaitan konsumsi atau pendapatan). Khususnya diIndonesia, dimana sebagian besar penduduk berada di perdesaan dan mempunyaisumber pendapatan langsung maupun tidak langsung dari kegiatanpertanian, jelas sektor ini merupakan motor utama penggerak industrialisasi.Selain melalui keterkaitan pendapatan, sektor pertanian juga berfungsi sebagaisumber pertumbuhan di sektor industri manufaktur melalui intermediatedemand effect atau keterkaitan produksi: output dari industri menjadi inputbagi pertanian.3. Dari sisi penawaran, sektor pertanian merupakan salah satu sumber input bagisektor industri pertanian yang mana Indonesia memiliki keunggulan komparatif,misalnya industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaianjadi, industri kulit, dan sebagainya.4. Masih dari sisi penawaran, pembangunan yang baik di sektor pertanian bisamenghasilkan surplus di sektor tersebut dan ini bisa menjadi sumber investasidi sektor industri, khususnya industri skala kecil di perdesaan (keterkaitaninvestasi).

Menurut Dumairy (1997), hanya sedikit negara-negara berkembang yangmenyadari bahwa usaha untuk memajukan dan memperluas sektor industri haruslahsejajar dengan pembangunan dan pengembangan sektor-sektor lain, terutamasektor pertanian. Hal ini karena sektor pertanian yang lebih maju dibutuhkan olehsektor industri, baik sebagai penyedia bahan baku maupun sebagai pasar yangpotensial bagi produk-produk industri. Berkaitan dengan hal ini, Tambunan(2001) menyatakan bahwa sektor pertanian dan sektor industri mempunyai keterkaitanyang sangat erat. Keterkaitan tersebut terutama didominasi oleh efekketerkaitan pendapatan, keterkaitan produksi, dan keterkaitan investasi. Secaragrafis, keterkaitan antara sektor pertanian dan sektor industri disajikan pada Gambar

Page 7: Industrialisasi Pertanian

4.

Pada Gambar 4, jumlah output dari sektor pertanian adalah OA, sedangkanOf adalah makanan yang dikonsumsi di pasar domestik dan Ox adalah bahan bakuatau komoditas pertanian yang diekspor. Ekspor ini memungkinkan negara yangbersangkutan untuk impor sebesar Om, dengan dasar tukar internasional (terms oftrade) OT. Dengan adanya impor (Om) dan makanan (Of) memungkinkan sektorindustri di negara tersebut dapat menghasilkan output sebesar Oi. Misalkan volumeproduksi di sektor industri meningkat ke Of'. Untuk tujuan ini dibutuhkanlebih banyak input yang harus diimpor, yakni sebesar Om'. Produksi meningkatberarti juga kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat di negara tersebut juga meningkat, yang selanjutnya berarti permintaan akan makanan juga meningkat,yakni ke Of'. Jika output di sektor pertanian tidak meningkat, maka ekspor darisektor tersebut akan berkurang ke Oy dan ini berarti kebutuhan akan impor sebesar

Page 8: Industrialisasi Pertanian

Om' tidak dapat dipenuhi. Oleh sebab itu, dalam usaha meningkatkanvolume produksi di sektor industri (ke Oi'), maka output di sektor pertanian jugaharus ditingkatkan ke OC. Ini akan meningkatkan konsumsi makanan ke Om' danberarti juga output di sektor industri bisa naik ke Oi'.Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa tanpa suatu peningkatan output atauproduktivitas di sektor pertanian, maka industri pertanian (agroindustri) tidak dapatmeningkatkan outputnya (atau pertumbuhan yang tinggi akan sulit tercapai).Oleh karena itu, sektor pertanian memainkan peranan yang sangat penting dalamproses industrialisasi pertanian.