Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

34
PEMBINAAN PEMAIN USIA MUDA LANDASAN MEMBANGUN INDUSTRI SEPAKBOLA DAN PRESTASI TIM NASIONAL INDONESIA Oleh Sulistiyono Abstrak Prestasi tim nasional sepakbola Indonesia adalah tujuan utama pembinaan cabang olahraga sepakbola yang menjadi tanggung jawab Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Prestasi tim nasional sepakbola Indonesia berada dalam kondisi yang memprihatinkan selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Kenangan manis saat menjadi juara Sea Games 1991 dan 1987 seakan semakin sulit untuk diulang apalagi untuk meraih gelar di event Piala Asia atau Piala Dunia. Industrialisasi sepakbola yang terjadi dinegara- negara Eropa maupun Amerika berimbas pula pada persepakbolaan di Indonesia. PSSI mencanangkan pengelolaan sepakbola dengan konsep bisnis dan industri serta manajemen yang modern adalah salah satu usaha mencapai prestasi tim nasional. Kompetisi yang kompetitif yang dikelola dengan konsep industrialisasi tidak bisa dipungkiri mampu membuat kualitas penampilan pemain meningkat, yang pada akhirnya mengangkat prestasi tim nasional negara asal pemain tersebut. Pembinaan pemain usia muda adalah solusi yang harus mendapat perhatian seluruh pihak yang terlibat dalam pembinaan sepakbola di Indonesia baik PSSI, pemerintah, masyarakat, atau pihak swasta. Prestasi puncak dan penampilan seorang olahragawan akan dicapai dengan melakukan latihan jangka panjang dengan waktu kurang lebih berkisar antara 8 hingga 10 tahun secara bertahap, kontinyu, meningkat dan berkesinambungan. Prestasi tidak bisa diraih dengan cara instan seperti yang terjadi saat ini. Dengan pembinaan pemain usia muda yang berkualitas dan profesional mungkin Indonesia 1

description

pembinaan pemain muda

Transcript of Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

Page 1: Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

PEMBINAAN PEMAIN USIA MUDA LANDASAN MEMBANGUN INDUSTRI SEPAKBOLA DAN PRESTASI TIM NASIONAL INDONESIA

Oleh Sulistiyono

Abstrak

Prestasi tim nasional sepakbola Indonesia adalah tujuan utama pembinaan cabang olahraga sepakbola yang menjadi tanggung jawab Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Prestasi tim nasional sepakbola Indonesia berada dalam kondisi yang memprihatinkan selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Kenangan manis saat menjadi juara Sea Games 1991 dan 1987 seakan semakin sulit untuk diulang apalagi untuk meraih gelar di event Piala Asia atau Piala Dunia.

Industrialisasi sepakbola yang terjadi dinegara-negara Eropa maupun Amerika berimbas pula pada persepakbolaan di Indonesia. PSSI mencanangkan pengelolaan sepakbola dengan konsep bisnis dan industri serta manajemen yang modern adalah salah satu usaha mencapai prestasi tim nasional. Kompetisi yang kompetitif yang dikelola dengan konsep industrialisasi tidak bisa dipungkiri mampu membuat kualitas penampilan pemain meningkat, yang pada akhirnya mengangkat prestasi tim nasional negara asal pemain tersebut.

Pembinaan pemain usia muda adalah solusi yang harus mendapat perhatian seluruh pihak yang terlibat dalam pembinaan sepakbola di Indonesia baik PSSI, pemerintah, masyarakat, atau pihak swasta. Prestasi puncak dan penampilan seorang olahragawan akan dicapai dengan melakukan latihan jangka panjang dengan waktu kurang lebih berkisar antara 8 hingga 10 tahun secara bertahap, kontinyu, meningkat dan berkesinambungan. Prestasi tidak bisa diraih dengan cara instan seperti yang terjadi saat ini. Dengan pembinaan pemain usia muda yang berkualitas dan profesional mungkin Indonesia tidak hanya memiliki Kurniawan Dwi Yulianto satu-satunya pemain sepakbola asal Indonesia yang pernah bermain di liga Swiss. Industri sepakbola yang diciptakan PSSI dengan menggelar liga super dan liga divisi utama dibawah koordinasi Badan Liga Indonesia akan mubadir tanpa pembinaan usia muda yang lebih sistematis dan berkesinambungan.

Kata Kunci : Prestasi, Industrialisasi, Pembinaan Usia Muda

Sepakbola tetap olahraga yang paling digemari di Indonesia walaupun

prestasi tim nasional sebagai kebanggaan dan kesuksesan pembinaan prestasi

menunjukkan hasil yang belum menggembirakan. Pengertian prestasi bagi sebuah

individu, organisasi atau olahragawan sebenarnya tidak selalu dinilai dengan

perolehan medali emas, urutan peringkat seperti yang dipahami oleh masyarakat

1

Page 2: Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

2

pada umumnya. Gelar juara dalam sebuah pertandingan atau kompetisi adalah

salah satu indikator tercapainya prestasi. Prestasi tim nasional sepakbola senior

atau junior Indonesia dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir sejak tahun 2000

hingga tahun 2010 praktis tidak ada yang membanggakan, kalaupun ada hanya

penampilan mengesankan tim nasional sepakbola senior Indonesia saat mendapat

kepercayaan sebagai tuan rumah penyelenggara Piala Asia pada tahun 2007.

PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) sebagai organisasi yang

bertanggung jawab terhadap seluruh proses pembinaan cabang olahraga sepakbola

harus terus melakukan evaluasi sebenarnya apa yang mesti dilakukan agar prestasi

tim nasional senior Indonesia bisa sejajar dengan Korea Selatan dan Jepang

sebagai wakil negara Asia yang sering tampil di Piala Dunia. Piala Dunia

merupakan kompetisi tertinggi kejuaraan sepakbola antar negara di dunia bisa jadi

hanya sebuah mimpi yang tidak pernah menjadi kenyataan bagi tim nasional

Indonesia bila evaluasi dan perbaikan terhadap sistem pembinaan sepakbola

nasional tidak dilakukan terhadap seluruh komponen pendukung prestasi. Prestasi

optimal akan tercapai bila seluruh komponen pendukung tersedia dengan standar

yang telah ditetapkan dan proses latihan yang dijalankan secara terprogram,

berkesinambungan dan berkualitas. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas

latihan antara lain sebagai berikut : 1) pelatih yang berilmu dan berkepribadian, 2)

kompetisi yang berkualitas, 3) sarana prasarana, 4) ilmu penunjang dan penelitian

ilmiah 5) bakat olahragawan, 6) motivasi olahragawan, (Bompa, 1983:13).

Wakil Benua Afrika di Piala Dunia 2010 menunjukkan bahwa memiliki

banyak pemain yang bermain dalam kompetisi yang kompetitif dengan

Page 3: Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

3

pengelolaan yang profesional mampu mengangkat prestasi timnas sepakbola

negara masing-masing untuk berprestasi di tingkat dunia. Tempaan latihan dan

pengalaman pemain bermain di klub-klub dengan suasana yang kompetitif mampu

membuat pemain bermain dalam level tinggi. Ghana negara dari benua Afrika

yang secara prestasi paling baik di ajang Piala Dunia 2010 dengan lolos hingga

babak 8 besar memiliki 18 pemain yang bermain di kompetisi negara-negara

Eropa, Nigeria dengan dua puluh pemain dan Pantai Gading wakil benua Afrika

yang lain di Piala Dunia 2010 memiliki 13 pemain, (www. media Indonesia.com).

Kompetisi yang berkualitas dan kompetitif adalah pekerjaan berat bagi

PSSI baik untuk tingkat senior dan junior. Kompetisi yang berkualitas dan

kompetitif ditingkat junior hingga senior secara tidak langsung akan menempa

pemain agar bermain pada tingkat yang lebih baik dan munculnya pemain

berkualitas tinggal menunggu waktu. Kompetisi yang berkualitas dan pengelolaan

klub-klub sepakbola dengan visi bisnis mampu memberikan penghargaan yang

lebih baik pada seluruh komponen yang telibat terutama pemain. Pemain sepakbola

akhirnya berani memutuskan menjadi pemain sepakbola sebagai sebuah pekerjaan.

Kondisi ekonomi atau penghargaan pada pemain sepakbola tidak bisa dipungkiri

adalah daya tarik utama seseorang memutuskan memilih menjadi pemain

sepakbola sebagai profesi. Seorang calon pemain sepakbola yang memutuskan

memilih pemain sepakbola sebagai profesi tentu akan membuat pemain tampil

optimal karena motivasi pemain saat berlatih atau bertanding menjadi sangat

tinggi.

Negara-negara yang menjadi langganan lolos Piala Dunia seperti Italia,

Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, Spanyol selain memiliki banyak pemain yang

Page 4: Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

4

bemain dalam kompetisi yang kompetitif di dalam negeri dan di luar negeri teryata

negara-negara tersebut adalah negara yang memiliki perhatian yang tinggi terhadap

pembinaan pemain usia muda. Kompetisi Primavera dan Bareti yang tertata dengan

teratur serta berkesinambungan di Italia telah memberi bukti dengan memiliki

pengalaman bertanding yang lebih banyak, dengan rata-rata bertanding antara 20-

40 kali per tahun selama usia junior timnas Italia telah 4 kali Juara Dunia.

Pembinaan pemain usia muda yang terjadi di Indonesia saat ini masih

kurang mendapat perhatian dari PSSI. Sekolah sepakbola sebagai salah satu wadah

untuk membina pemain usia dini usia antara 7-15 tahun yang saat ini banyak

berdiri dari inisiatif masyarakat masih berjalan jauh dari harapan. Kategori pemain

junior dengan usia 16-18 tahun sementara ini hanya bertumpu pada kompetisi

piala soeratin atau liga remaja. Standarisasi pelatih, sarana prasarana latihan, model

kompetisi, sistem manajemen pengeloalaan belum banyak mendapat sentuhan dari

PSSI. Pembinaan yang kurang bagus dengan iklim kompetisi yang kurang

kompetitif saat usia muda adalah salah satu penyebab gagalnya pemain sepakbola

Indonesia berprestasi di tingkat senior. Demikian gambaran dari pembinaan

pemain usia muda sepakbola di Indonesia. Pembinaan usia muda mulai umur 7-18

tahun yang diibaratkan sebagai mesin penghasil pemain berkualitas dalam

kenyataanya memang sedang rusak. Apa yang mau diharapkan dari sebuah mesin

yang rusak?

Sepakbola industri dan prestasi timnas sepakbola Indonesia adalah

tantangan yang harus dihadapi oleh PSSI. Pengelolaan kegiatan sepakbola sebagai

sebuah industri adalah sebuah model pengelolaan yang saling menguntungkan

seluruh komponen yang berinteraksi dalam sepakbola. Kompetisi Liga Indonesia

yang dikelola BLI (Badan Liga Indonesia) yang merupakan badan di bawah PSSI

Page 5: Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

5

diharapkan mampu menjadi ajang kompetisi yang kompetitif dan pendorong

terciptanya industri sepakbola di Indonesia. Liga Indonesia yang dikelola dengan

visi bisnis dan industri diharapkan menjadi ajang lahirnya klub profesional, pemain

berkualitas dan tentu saja tujuan akhirnya adalah mampu mengangkat prestasi tim

nasional Indonesia ke level yang lebih tinggi.

PSSI memikul beban yang begitu berat bila seluruh masalah pembinaan

sepakbola menjadi seluruh tanggungjawabnya. Pembinaan sepakbola Indonesia

sebaiknya tidak dibebankan seluruhnya pada PSSI. PSSI bersama pemerintah,

masyarakat, perusahaan, parlemen harus bersinkronisasi untuk mengambil

kebijakan yang paling tepat dan sesuai dengan situasi serta kondisi persepakbolaan

di Indonesia. Perhatian terhadap pembinaan pemain usia muda menurut penulis

adalah solusi pertama untuk segera mendapat penanganan, selain secara simultan

menciptakan industrialisasi sepakbola nasional menuju prestasi timnas di tingkat

dunia.

PRESTASI TIM NASIONAL SEPAKBOLA INDONESIA

Istilah prestasi dalam bidang olahraga saat ini masih terjadi persepsi yang

berbeda diantara para pembina olahraga dengan masyarakat umum. Pada suatu saat

tujuan yang ingin dicapai bersifat umum, seperti pengumpulan medali, peringkat

resmi atau yang bersifat khusus seperti pemecahan rekor dan peraihan gelar juara.

Perbedaan kriteria yang digunakan untuk mencapai keberhasilan menghasilkan

kesimpulan yang berbeda. Seorang olahragawan mampu memecahkan rekor

nasional renang atau atletik dalam event internasional, misalnya di Sea Games,

namun karena kalah bersaing dengan olahragawan dari negara lainnya,

olahragawan tersebut tidak berhasil memperoleh medali.

Page 6: Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

6

Tabel 1. Prestasi Tim Nasional Sepakbola PSSI Tahun 1954 -1991

No Event 1954 1956 1958 19

60 1961 1962 1969 1970 1971 1972 1984 1986 1987 1991

1 Olimpiade Melbourne

2 Asian GamesPering-kat

III Pering-

kat II Pering-kat IV

3 Sea Games Juara Juara

4Piala Kemerdekaan Indonesia

Juara

5Merdeka Games Malaysia

Juara Juara Juara Ju

ara Juara

6Grand Royal Chalenge Myanmar

7 Junior Asia Juara Juara Juara

8 Agakhan Cup Juara

9 Queen Cup Juara

10 King Cup Juara II

11 Annversary Juara

12 Pelajar Asia Lolos

Penyisih-an

13 Piala Tiger

Page 7: Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

7

Tabe 2 . Prestasi Tim Nasional Senior Sepakbola PSSI Tahun 1999 - 2010

No Event 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 20101 SEA Games Perung-

gu  Posisi

ke-4  Penyisi

han Grup

  Posisi ke-4

  Penyisihan grup

  Penyisihan grup

 

2 Piala Kemerdeka-an Indonesia

  Juara               Juara    

3 Merdeka Games Malaysia

              Runner-up

       

4 Grand Royall Challenge Myanmar

                  Run-ner up

   

5 Piala Tiger/AFF Suzuki Cup

  Run up   Runner-up

  Runner-up

    Penyisihan Grup

Semi Final

   

6 Pra Piala Asia Lolos (Juara Grup)

        Lolos (Run-ner up grup)

    Lolos (Tuan rumah)

    Tidak Lolos

7 Piala Asia   Penyisihan

Grup

      Penyisihan

Grup

    Penyisihan Grup

     

8 Pra Piala Dunia

    Tidak lolos

(Runner-up

grup 9)

      Tidak lolos

(peringkat 3 grup)

  Tidak lolos (Kalah dari

Syria)

     

(Sumber : Subardi, Seminar Nasional Olahraga : 5 Juni 2010, Yogyakarta)

Page 8: Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

8

Pencapaian prestasi olahragawan tersebut memperoleh penilaian yang berbeda.

Masyarakat awam mudah menilai bahwa pembinaan gagal, sementara pembina

termasuk pengurus olahraga merasa pembinaan telah berhasil, (Rusli Lutan:

1998:8).

Berdasarkan Tabel 1 dan 2 halaman 6 dan 7 menunjukkan prestasi tim

nasional (timnas) Indonesia dari tahun 1954 hingga tahun 2010. Prestasi timnas

sepakbola Indonesia sangat disegani dikawasan Asia pada tahun 1954-1970,

mulai menurun tahun 1980-1990 dan mencapai titik terbawah pada tahun

2000-2010 atau sepuluh tahun terakhir. Timnas sepakbola senior Indonesia dalam

kurun waktu sepuluh tahun terakhir ditinjau dari pencapaian prestasi berdasarkan

kriteria juara atau medali disebuah event dibandingkan waktu yang lalu memang

memprihatinkan.

Timnas di tingkat Asia Tenggara mengalami situasi yang sulit untuk

memperoleh gelar, tercatat hanya dua kali medali emas Sea Games direbut timnas

PSSI yaitu tahun 1987 dan 1991. Piala Asia sebuah event bergengsi ditingkat

Asia sejak tahun 2000 Indonesia selalu lolos dari babak kualifikasi walaupun

gagal di fase grup, tetapi pada tahun 2010 timnas gagal lolos dari babak

penyisihan. Piala Dunia event empat tahunan paling bergengsi pada cabang

olahraga sepakbola, timnas Indonesia belum pernah lolos babak kualifikasi Pra

Piala Dunia zona Asia. Harapan masyarakat menyaksikan tim nasional Indonesia

tampil di Piala Dunia semakin jauh dari kenyataan bila memperhatikan deretan

prestasi timnas sepakbola Indonesia yang semakin menurun.

INDUSTRI OLAHRAGA

Industri dapat diartikan menjual barang-barang yang sejenis, barang

yang saling berhubungan, produk atau jasa yang ditawarkan pada konsumen,

Page 9: Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

9

(Smith 2008 : 14). Industri biasanya dikategorikan berdasarkan pada jenis produk

atau jasa yang ditawarkan pada konsumen. Industri dalam pandangan pemasaran

olahraga adalah sebuah produk atau jasa yang saling berhubungan dan berusaha

memuaskan apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen. Industri

olahraga dapat diartikan penyaluran produk atau jasa untuk memuaskan

kebutuhan para konsumen dibidang olahraga.

Industri olahraga sering dipandang secara sempit, kesan pertama industri

olahraga hanya sesuatu yang nampak : misalnya gedung, gymnasium, klub dan

team olahraga, liga, pakaian dan sepatu olahraga, merchandise, persatuan

olahraga, olimpiade, dan departemen olahraga pemerintah. Industri olahraga

sebenarnya masih membutuhkan banyak hal lain yang juga berperan, beberapa

diantaranya adalah :

1. Lembaga pemerintah bidang olahraga rekreasi, di tingkat daerah,

propinsi atau nasional.

2. Media, media cetak, televisi, TV kabel, dan internet.

3. Pendidikan, seperti di Universitas dimana mengajar mata kuliah

manajemen olahraga.

4. Peneliti atau seseorang yang mempelajari pemasaran olahraga atau

pelaku olahraga, misalnya fisiologi latihan dan kedokteran olahraga.

5. Bidang transportasi dan pembangunan yang berperan dalam pem-

bangunan gedung olahraga.

Page 10: Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

10

6. Perusahaan dan Organisasi bisnis pribadi yang berkontribusi pada

olahraga melalui sponsorship.

7. Relawan olahraga seseorang yang mendukung klub olahraga dan

persatuan olahraga.

Berpikir menyeluruh tentang komposisi industri olahraga adalah seperti

membayangkan urutan langkah produksi dari bahan mentah, penyaluran hingga

menjadi produk dan jasa olahraga, melalui jasa perantara dan pemasaran. Tabel 3

halaman 11 menunjukkan bahwa pemerintah memilki peran yang menyeluruh

terhadap terciptanya industri olahraga. Pemerintah tidak hanya menyediakan uang

untuk mendukung organisasi olahraga, tapi juga menciptakan beberapa fasilitas

fisik dan gedung untuk kegiatan olahraga dilakukan. Pemerintah juga membuat

kebijakan yang mempengaruhi tingkah laku olahraga, misalnya, menyusun

perundangan bagaimana dan kapan media dapat meliput kejuaraan atau per-

tandingan olahraga. Semakin ke samping kanan tabel 3 menunjukkan tujuh

kategori perbedaan produsen, penyalur, konsumen, dan orang-orang yang terlibat

dalam industri olahraga.

Bagian tabel 3 yang diarsir menunjukkan asosiasi atau organisasi yang

beraktifitas dalam industri olahraga. Kegiatan bisa berupa produksi barang atau

jasa dalam bidang olahraga. Kegiatan dalam industri olahraga jumlahnya banyak

tidak hanya yang utama saja, misalnya semakin ke kiri tabel menunjukkan

kegiatan utama yang berpengaruh pada perkembangan produk barang dan jasa inti

dalam industri olahraga. Semakin ke kanan tabel 3 menunjukkan kegiatan yang

ber-hubungan dengan distribusi dan pemasaran dari produk barang dan jasa

olahraga.

Page 11: Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

11

Tabel 3. Rantai Nilai dalam Industri Olahraga

PemerintahKementerian Olahraga

Kebijakan Pemerintah DaerahUndang-Undang

Infrastruktur Fisik     

Pencetak Produksi Organisasi Jasa Pelayanan

Media dan publikasi

Pemasaran dan

  Infrastruktur dan Olahraga dan

dan partisipasi  

setelah Penjualan

  jasa pendukung kegiatanya olaharagaFasilitas dan  

        Gedung   

KontruksiPusat kebugaran,

Organisasi Olahraga

Keanggotaan Klub Cetak

Periklanan dan Humas

Manufakturkesehatan dan medis Nasional olahragawan    

Peralatan       TV

Jasa Pendukung Kejuaraan

Pakaian Agen RekresasiOrganisasi Olahraga      

Makanan, minuman   Daerah   TV Bayar

Manajemen Olahragawan

dan suplemen

Pelatihan Pelatih dan        

  trainerAgen dan organisasi   Internet

Hukum Olahraga

Jasa Pelayanan   Olahraga      

  sponsorNon-Pemerintah  

Permainan dan Judi Rumah sakit

           

  Jasa PendidikanKejuaran dan Pemilik  

Fasilitas Umum dan  

    Kejuaraan   Khusus    Jasa Penelitian        

   Liga dan Kompetisi  

Pusat area masyarakat  

  Penegembangan        

 Institusi Olahraga

Festival Olahraga  

Taman dan halaman  

           

 Properti Intelektual

Lembaga Pendidikan      

           

 Informasi Tehnologi        

           

(Sumber : Smith 2008:15)

Page 12: Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

12

Industri sepakbola disejumlah negara-negara Eropa sudah tercipta. Dan

seluruh komponen yang terlibat dengan urusan sepakbola memperoleh

keuntungan mulai dari pemain, atau pelatih, klub, sponsor, perusahaan televisi,

bahkan penonton. Dana melimpah dari sponsorship akan diberikan bila klub

memiliki citra yang baik, jumlah penggemar yang besar, serta biasanya klub

tersebut memiliki prestasi dan dihuni oleh pemain-pemain yang terkenal atau

memiliki nilai jual yang tinggi. Stasiun TV mau membeli hak siar pertandingan

sepakbola jika pertandingan lewat stasiun TV laku dijual ke penikmat sepakbola

yang tidak bisa datang langsung ke stadion karena terbatasnya jarak. Penonton

mau membeli tiket, melihat pertandingan jika permainan sepakbola yang

disuguhkan memberi kepuasan. Kualitas pemain dengan segala faktor

pendukungnya tentu adalah kunci dari permainan yang menarik sebagai

sebuah produk industri.

INDUSTRI SEPAKBOLA DI INDONESIA

Kompetisi yang kompetitif dan berkualitas seperti layaknya Liga Inggris

atau Liga Italia dengan konsep bisnis dan industri sepakbola bukan tidak mungkin

bisa tercipta di Liga Indonesia. Kompetisi terbaik dan terbesar di kawasan Asia

berlabel Liga Indonesia akan tercipta bila usaha dan kerja keras terus dilakukan

dengan perasaan optimis. Pemain Indonesia tidak perlu harus bermain di Liga

Inggris atau negara-negara Eropa bila kompetisi dalam negeri sendiri sudah

sekelas Liga Inggris. Pemain dari negara-negara Eropa, Amerika Latin, atau

Afrika bila perlu berkeinginan bermain di Liga Indonesia.

Page 13: Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

13

Penduduk dan penggemar sepakbola dengan jumlah besar adalah peluang

yang harus dimanfaatkan oleh seluruh komponen yang terlibat dalam pembinaan

sepakbola di Indonesia. PSSI selaku pemegang kebijakan diharapkan selalu

berkoordinasi dengan pemerintah dalam menata pembinaan sepakbola, karena

apa yang dicita-citakan PSSI tidak akan tercapai tanpa dukungan dari kebijakan

pemerintah. Pemerintah seharusnya mendukung kebijakan PSSI terutama bila

konsep industri dan bisnis olahraga dengan manajemen modern dan visi dan misi

yang jelas dilaksanakan dalam persepakbolaan Indonesia. Perputaran uang yang

terjadi dalam bisnis dan industri sepakbola selain bermanfaat bagi seluruh

komponen yang terlibat langsung dalam kegiatan sepakbola juga sangat

membantu program pemerintah untuk meningkatkan roda perekonomian bangsa.

Tanda-tanda atau indikator industrialisasi sepakbola yang diimpikan di

Indonesia mulai terlihat. Kompetisi ISL (Indonesia Super Liga) pada musim

kompetisi 2009-2010 dikuiti 18 tim. Pertandingan Indonesia Super League

berjumlah 306 selama satu musim, live TV : 113 pertandingan, melibatkan jumlah

penonton sebanyak : 2.067.500 orang, rata-rata penonton tiap pertandingan :

10.712 orang dengan durasi selama 8 bulan, (Subardi, Seminar Nasional Olahraga

: 5 Juni 2010). Kehadiran penonton di stadion pada setiap pertandingan kompetisi

ISL rata-rata 10.000 per pertandingan menunjukan bahwa sepakbola Indonesia

sudah memiiki nilai jual. Penonton yang hadir di stadion jika diasumsikan

mengeluarkan minimal Rp. 15.000 rupiah untuk membeli tiket maka sebuah

sumber pendapatan yang besar buat klub. Pertandingan kompetisi Liga Super

Indonesia juga memicu kegiatan industri pendukung yang lain bergerak seperti

Page 14: Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

14

industri pembuatan pernak-pernik atau aksesori klub, permintaan sepatu

sepakbola, seragam bertanding, dan dibangunnya stadion-stadion baru atau proyek

renovasi karena harus memenuhi standar kelayakan pertandingan ISL.

Kompetisi ISL atau Djarum Liga Super Indonesia sebagai sebuah

produk dalam industri sepakbola yang diluncurkan PSSI adalah salah satu

langkah yang sudah terrealisasi selain kompetisi Liga Joss Divisi Utama.

Kompetisi Liga Super dan Divisi Utama yang dikemas secara profesional dengan

visi bisnis dan industri diharapkan menjadi kereta pendorong dan penarik

terciptanya industri dengan nilai ekonomi tinggi. Klub peserta ISL jika selama 1

musim mengeluarkan rata-rata 20 milyar rupiah maka uang 360 milyar rupiah

telah beredar untuk kegiatan sepakbola. Uang milyaran rupiah yang dikeluarkan

oleh manajemen klub sepakbola secara tidak langsung juga menghidupkan bisnis

hotel, transportasi, dan pelayanan rumah sakit. Pelan tapi pasti industri sepakbola

akan tercipta.

Bisnis dan industri sebagai sebuah konsep dalam kegiatan sepakbola

adalah kegiatan yang saling menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat.

Benarkah klub-klub di ISL telah memperoleh keuntungan? Perhatian tentu masih

harus selalu diarahkan pada kondisi keuangan klub-klub peserta ISL dan Divisi

Utama yang dianggap klub profesioanal. Klub-klub liga Indonesia teryata belum

bisa dikatakan untung, jangankan untung, seimbang atau balance dalam keuangan

saja belum mampu dilakukan. Klub-klub anggota Liga Super dan Divisi Utama

PSSI yang dianggap klub profesional teryata masih banyak yang mengandalkan

bantuan dari Pemerintah Daerah (Pemda) melalui APBD (Anggaran Pendapatan

Page 15: Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

15

Belanja Daerah) untuk mampu mengikuti kompetisi. Keuangan klub yang

tergantung pada bantuan APBD adalah situasi yang harus segera dicarikan solusi

jika PSSI dan Pemerintah ingin melihat Industri sepakbola yang sebenarnya.

PEMBINAAN PEMAIN USIA MUDA

Globalisasi dunia dalam bisnis dan industri sepakbola menjadikan pemain

adalah komoditas yang perlu mendapat perhatian serius. Prestasi dan nilai jual

klub terhadap sponsor akan meningkat bila klub memiliki pemain dengan

kualitas yang baik. Pemain yang berkualitas tidak lahir atau muncul dengan

sendirinya, pembinaan terhadap pemain usia muda yang tertata dengan

profesional, bertahap dan berkesinambungan adalah salah satu jawaban dari

pertanyaan bagaimana menciptakan industri dan bisnis sepakbola dan prestasi

tim nasional Indonesia. Semakin banyak pemain Indonesia yang tampil dalam

kompetisi yang kompetitif dengan konsep bisnis dan industri baik di dalam

negeri atau di luar negeri maka peluang mengangkat prestasi tim nasional

Indonesia juga semakin besar. Pemain sepakbola Indonesia yang mampu

menembus ketatnya kompetisi di Eropa menurut catatan penulis hanya satu nama

yaitu Kurniawan Dwi Julianto saat bermain di Lucern FC negara Swis pada tahun

1994-1995, (www.bolanews.com). Jumlah yang sangat kecil jika dibandingkan

dengan beberapa negara yang tampil di Piala Dunia seperti Kamerun atau Pantai

Gading.

Bisnis dan industri sepakbola menganggap pemain adalah komoditas

berharga bagi klub. Real Madrid adalah salah satu contoh klub dunia yang secara

nyata mengumpulkan pemain-pemain terbaik di dunia diposisinya masing-

Page 16: Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

16

masing. Pemain berkualitas semacam Cristiano Ronaldo asal Portugal, Kaka

(Brasil), Sergio Ramos (Spanyol) dibeli agar klub dapat mematok target tinggi di

kompetisi domestik dan Liga Champions. Keberadaan pemain yang berkualitas

tinggi menjamin klub mendapatkan keuntungan spektakuler dari prestasi klub dan

pendapatan komersial. Keuntungan dengan memiliki pemain dengan keterampilan

tinggi tidak hanya prestasi klub melalui jumlah hadiah yang diterima saat

pertandingan kompetisi, pemain pemain dengan skill tinggi biasanya juga

memiliki nilai jual dibidang lain yang merupakan pemasukan buat klub misalnya

dengan memiliki pemain sekelas David Beckham keuntungan dari penjualan kaos

tim Real Madrid meningkat sangat besar.

Pemain yang memiliki bekal teknik, fisik, taktik dan mental bermain bola

yang baik tidak lahir dengan sendirinya. Italia dengan kompetisi Primavera dan

Bareti adalah contoh bagaimana kompetisi sejak usia muda memberikan

sumbangan pemain untuk klub-klub Italia dan tim nasional Italia. Ajax

Amsterdam adalah klub asal Belanda dengan pembinaan pemain muda yang baik,

pemain hasil pembinaan Akademi Sepakbola Ajax berhasil menunjukan

penampilan bermain sepakbola yang baik terbukti dengan banyaknya pemain

lulusan Akademi Sepakbola Ajax membela klub-klub besar Eropa. Generasi

pemain tim Nasional Belanda seperti Patrik Kluvert, Edgar Davids, F. De Boer,

Ronald De Boer, C. Seedorf, Edvin Van De Sar adalah bukti nyata keberhasilan

pembinaan pemain muda di Belanda. Spanyol peraih dua gelar paling bergengsi

yaitu Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2008 memiliki Akademi sepakbola

Barcelona yang dikelola klub professional FC. Barcelona.

Page 17: Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

17

Pondasi atau landasan yang kokoh harus disiapkan sebelum puncak

sebuah bangunan bisa dikerjakan. Ilustrasi di atas tepat jika digunakan untuk

menggambarkan kondisi pembinaan persepakbolaan di Indonesia. Lakukan

perbaikan dan bangun terlebih dahulu pembinaan pemain usia muda yang

berkualitas sebelum berharap industri dan prestasi tim nasional. Prestasi tim

nasional adalah puncak dari bangunan pembinaan prestasi sepakbola di Indonesia.

Industri sepakbola berperan sebagai sarana untuk mencapai prestasi tim nasional

dengan kekuatan utamanya adalah iklim kompetisi dan pertandingan yang

kompetitif.

Gambar.1 Piramida Pembinaan Prestasi Olahraga (Bompa 1990, Buku Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Usia Dini, Kantor MENPORA 1995).

Prestasi puncak dan penampilan seorang olahragawan akan dicapai

dengan melakukan latihan jangka panjang dengan waktu kurang lebih berkisar

antara 8 hingga 10 tahun secara bertahap, kontinyu, meningkat dan

Page 18: Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

18

berkesinambungan. Puncak prestasi olahragawan umumnya dicapai sekitar umur

20 tahun, dengan lama tahapan pembinaan 8 s.d. 10 tahun maka seseorang pemain

sepakbola harus sudah mulai dibina dan dilatih pada usia 7-18 tahun yang dapat

namakan pembinaan pemain usia muda. Pembinaan olahragawan usia muda

dilakukan secara bertahap agar dapat mencapai prestasi puncak atau disebut

Golden Age (Usia Emas). Setiap tahapan ini didukung oleh program latihan yang

baik, dimana perkembangannya dievaluasi secara periodik. Pembinaan usia muda

dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu usia dini dengan pembagian usia dari

7-9 dan 10-12 tahun, usia remaja dengan pembagian usia dari 13-15 tahun dan

16 -18 tahun, di atas 18 tahun dianggap sudah dewasa.

Pembinaan pemain pada usia muda dari umur 9-18 tahun dengan memutar

kompetisi yang teratur dan sistematis adalah landasan yang kuat yang harus di

kerjakan dan ditata oleh PSSI selaku penanggung jawab pembinaan prestasi

sepakbola di Indonesia. Prestasi yang menjadi tujuan pembinaan sampai kapanpun

tidak akan tercapai sesuai harapan bila pemain usia muda yang dibina melalui

Sekolah Sepakbola dan klub sepakbola kelompok umur remaja atau junior masih

belum diperhatikan lebih serius. Sekolah sepakbola (SSB) dan klub sepakbola

(Persatuan Sepakbola) yang dikelola dengan swadaya masyarakat dengan

membina pemain usia 7-18 tahun adalah potensi yang harus dikembangkan,

dibina dengan profesional hingga menjadi modal yang kuat menuju prestasi tim

nasioanal Indonesia.

Sekolah sepakbola (SSB) organisasi yang berada di bawah koordinasi

Pengurus cabang (Pengcab) PSSI Kota atau Kabupaten setempat adalah wadah

Page 19: Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

19

pembinaan pemain sepakbola usia 7-15 tahun. Kondisi yang terjadi saat ini SSB

dengan mudah berdiri melakukan proses pembinaan tanpa kendali dari pengurus

PSSI pusat atau BPUM (Badan Pembina Usia Muda). SSB sebagai tempat

pembinaan pemain usia muda hingga hari ini belum mampu menghasilkan pemain

berkualitas yang mampu menopang tim nasional Indonesia. Pengurus Cabang

PSSI selaku organisasi pembina SSB di tingkat kota atau kabupaten di seluruh

Indonesia belum menerapkan standarisasi syarat berdirinya SSB. Fungsi

pengelolaan, koordinasi, pengawasan dan kontrol oleh PSSI terhadap SSB seperti

standarisasi kurikulum latihan, sarana prasarana, kualitas pelatih, model

kompetisi, pe-manfaatan teknologi informasi atau ilmu olahraga belum berjalan

dengan baik.

Kompetisi sebagai wahana untuk mengukur kemajuan proses pembinaan

dan latihan bagi pemain usia muda juga masih sangat minim diselenggrakan,

belum lagi bila berbicara tentang kualitasnya. Kompetisi yang diselenggarakan

untuk level pemain muda hanya Piala Danone, Piala Medco dan Liga Remaja

Piala soeratin, tiga buah kompetisi usia muda yang masih sangat jauh dari sebuah

sistem kompetisi untuk pembinaan yang ideal. Piala soeratin adalah kompetisi

untuk pemain usia 18 tahun ke bawah sedangkan Piala medco adalah kompetisi

untuk pemain usia dibawah 15 tahun dan Piala Danone untuk pemain usia 10-12

tahun.

Liga Remaja Piala Soeratin satu-satunya kompetisi yang diselenggarakan

PSSI untuk tingkat junior itupun masih jauh dari nuansa kompetitif dan

profesional. Kompetisi berjalan masih bersifat umum untuk semua klub sepakbola

Page 20: Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

20

anggota PSSI tanpa mengatur strata tingkat kualitas antar tim dan jumlah minimal

pertandingan setiap tim. Pembinaan pemain kelompok umur 16-18 tahun adalah

waktu dimana pemain sepakbola mulai mendapat latihan spesialisasi dengan

posisi yang akan ditekuni. Pemain junior dengan usia 16-18 tahun semestinya

memperoleh pengalaman bertanding yang cukup dengan model kompetisi yang

menggunakan sistem kompetisi penuh. PSSI seharusnya berani mengambil

kebijakan seluruh klub profesional anggota Badan Liga Indonesia wajib memiliki

tim junior dan mengikuti kompetisi level tertinggi di tingkat junior maka lahirnya

pemain dengan kualitas bukan hanya impian.

KESIMPULAN

Industri sepakbola dan prestasi tim nasional adalah sebuah impian seluruh

masyarakat dan pembina sepakbola di Indonesia. PSSI selaku organisasi yang

bertanggung jawab terhadap cita-cita mulia tersebut sudah selayaknya melakukan

berbagai langkah melalui program-program kegiatan baik program internal atau

eksternal organisasi. Pemerintah dan PSSI semestinya saling bekerjasama selaku

pemegang kebijakan publik untuk memperhatikan pembinaan pemain usia muda

termasuk di dalamnya pembinaan terhadap sekolah sepakbola dan klub sepakbola

dari tingkat anak-anak hingga junior. Kebijakan yang tepat tersebut bila

diterapkan kebutuhan akan pemain berkualitas di tingkat senior tidak akan

kekurangan dan prestasi tim nasional Indonesia akan meningkat, mimpi melihat

tim nasional Indonesia tampil di Piala Dunia bisa menjadi kenyataan.

Page 21: Pembinaan Pemain Muda Industrialisasi Dan Prestasi

21

Daftar Pustaka

Aaron C.T. Smith.2008. Introduction to Sport Marketing. Hungary : Elsevier.

Aribikuno Tjiptoadhidjojo.2000. Pemanduan dan Pembinaan bakat Usia Dini. Jakarta : KONI Pusat.

Bompa, Tudor, O, 1983. Theory and Methodologi of Training, United Stateda of American : Kendall/Hunt Pubhlishing Company.

Marco Tampubolon. 2010. Kurniawan Ingin Pensiun Usia 35 tahun. On Line 22 Juli 2010. http:// www.bolanews.com.

Peter Dejong. 2010. Data dan Fakta tim Ghana. On Line 23 Juli 2010. http://www.media Indonesia.com.

Rusli, Lutan, dkk. 1998. Sistem Monitoring Evaluasi Dan pelaporan. Jakarta : KONI Pusat.

Subardi. 2010. Sejarah Dan Prestasi Sepakbola Indonesia, Organisasi PSSI, Serta Pembinaan Sepakbola Indonesia. Yogyakarta. Seminar Nasional Olahraga : 5 Juni 2010.