IMUNISASI HANOUT
-
Upload
ali-jahidin -
Category
Documents
-
view
276 -
download
17
description
Transcript of IMUNISASI HANOUT
HAND OUT
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS DAN BALITA DENGAN
IMUNISASI
Disusun Oleh:
MAYSISKA ULIDA S
NIM 0724017
PROGRAM DIPLOMA IV KEBIDANAN
POLTEKKES TANJUNG KARANG
2008
HAND OUT
MATA KULIAH : Asuhan Neonatus Bayi dan Balita
TOPIK : Iminisasi
SUB TOPIK : Imunisasi dasar dan ulangan
WAKTU : 1x 60 menit
DOSEN : Maysiska Ullida S
OBYEKTIF PERILAKU SISWA
Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan tentang pengertian Imunisasi
2. Menyebutkan tujuan imunisasi
3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi
4. Menjelaskan jenis-jenis imunisasi dasar dan imunisasi ulangan
5. Menjelaskan prosedur imunisasi
SUMBER PUSTAKA
1. Satgas Imunisasi IDAI. Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI. Sari
Pediatri 2: 1, Juni 2005.
2. ASUH, Kerjasama Depkes RI – PATH – IDAI (UKK Perinotologi) -
USAID, 2003, Buku Modul Pelatihan Manajemen Terpadu Bayi
Muda.
3. DEPKES RI 1998, Asuhan Kebidanan Pada Bayi/ Anak
1
PENDAHULUAN
Tuhan menciptakan setiap makhluk hidup dengan kemampuan untuk
mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar dirinya. Salah satu ancaman
terhadap manusia adalah penyakit, terutama penyakit infeksi yang dibawa oleh
berbagai macam mikroba seperti virus, bakteri, parasit, jamur. Tubuh mempunyai
cara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas tertentu. Beberapa jenis
penyakit seperti pilek, batuk, dan cacar air dapat sembuh sendiri tanpa
pengobatan. Dalam hal ini dikatakan bahwa sistem pertahanan tubuh (sistem
imun) orang tersebut cukup baik untuk mengatasi dan mengalahkan kuman-
kuman penyakit itu. Tetapi bila kuman penyakit itu ganas, sistem pertahanan
tubuh (terutama pada anak-anak atau pada orang dewasa dengan daya tahan tubuh
yang lemah) tidak mampu mencegah kuman itu berkembang biak, sehingga dapat
mengakibatkan penyakit berat yang membawa kepada cacat atau kematian.
URAIAN MATERI
Kuman disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam tubuh,
maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan
antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak
terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai "pengalaman." Tetapi pada reaksi
yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali
antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih
cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis
penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi.
Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit
penyakit, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal.
2
PENGERTIAN
Kata imun berasal dari bahasa Latin ‘immunitas’ yang berarti pembebasan
(kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan
mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan.
Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah
menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit
menular. Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel
serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan
terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau
racunnya yang masuk ke dalam tubuh.
Imunisasi adalah upaya memberi kekebalan kepada seseorang. Sedangkan
vaksinisasi adalah cara untuk mendapatkan kekebalan dengan memberikan bibit
penyakit yang telah dilemahkan sehingga tubuh membentuk kekebalan sendiri.
Imunisasi itu keadaan setelah divaksin.
Imunisasi ada dua macam, yaitu :
1. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah
dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh
memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio.
2. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi,
sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah
penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka
kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir
dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui
darah placenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap
campak.
3
TUJUAN IMUNISASI
Tujuan imunisasi
Untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan
kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.
Manfaat Imunisasi:
(1)Untuk Anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
(2)Untuk Keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila
anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
(3)Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat
dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN
IMUNISASI
1. Status imun pejamu
Terjadinya antibodi spesifik pada pejamu dapat mempengaruhi
keberhasilan vaksinasi. Misalnya pada bayi semasa fetus mendapatkan
antibodi maternal spesifik terhadap virus campak, bila vaksinasi campak
diberikan saat antibodi campak masih tinggi akan memberikan hasil yang
kurang memuaskan.
2. Faktor genetik pejamu
Interaksi antara sel-sel imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. Secara
genetik respon imun manusia dapat dibagi atas responden baik, cukup dan
4
rendah terhadap antigen tertentu tetapi dapat lebih tinggi terhadap antigen
lain. Oleh karena itu tidak geran apabila keberhasilan vaksinasi ada yang
tidak berhasil 100%.
3. Kualitas dan kuantitas vaksin
Cara pemberian, dosis yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, frekuensi
pemberian yang terlalu sering dan jarak pemberian yang salah bisa
menyebabkan pengaruh buruk terhadap respon imun yang ada.
JENIS VAKSIN
1. Vaksin hidup (attenuated)
Berasal dari bakteri/virus (wild) penyebab penyakit. Virus/bakteri ini
dilemahkan di laboratorium, biasanya dengan cara pembiakan berulang-
ulang. Supaya bisa hidup, vaksin attenuated harus melakukan replikasi di
dalam tubuh resipien hingga akhirnyadapat mengadakan rangsangan suatu
imun. Vaksin attenuated bersifat labil dan dapat mudah rusak bila berada
pada suhu yang lebih panas ataupun kena sinar. Contoh yang berasal dari
virus hidup adalah vaksin campak, parotitis, rubela, polio. Berasal dari
bakteri : vaksin BCG dan demam tifoid oral.
2. Vaksin Inactivated
Dihasilkan dengan cara membiakkan bakteri atau virus dalam media
pembiakan (persemaian), kemudian dibuat tidak aktif (inactivated) dengan
penambahan bahan kimia. Vaksin ini tidak dapat hidup atau tidak dapat
tumbuh, maka seluruh dosis antigen dimasukkan dalam suntikkan. Vaksin
ini tidak menimbulkan penyakit walaupun orang tersebut sedang defisiensi
5
imun, dan tidak akan mengalami perubahan patogenik. Antigen ini tidak
dipengaruhi oleh jumlah anti bodi yang beredar. Vaksin ini selalu
membutuhkan dosis ganda. Pada awalnya, respon imun pertama tidak
mempengaruhi, setelah pemberian kedua dan ketiga baru imun protektif
muncul. Contoh sel virus inactivated ádalah polio, hepatitis A. contoh
bakteri adalah pertusis. Contoh toksoid ádalah DT dan gabungan
polisakarida adalah Hib.
3. Vaksin polisakarida
Subunit dari inactivated yang bentuknya unik, terdiri dar rantai panjang
dan molekul-molekul gula yang membentuk permukaan kapsul bakteri
tersebut. Contohnya adalah pnemokokus, meningokokus dan Hib.
4. Vaksin rekombinan
Didapatkan dengan cara teknik rekayasa genetika. Sering disebut sebagai
vaksin rekombinan. Contohnya adalah vaksin hep B.
JENIS IMUNISASI DASAR DAN ULANGAN
Sesuai dengan program pemerintah, anak-anak wajib mendapatkan imunisasi
dasar terhadap tujuh macam penyakit yaitu TBC, difteria, tetanus, batuk rejan
(pertusis), polio, campak (measles, morbili) dan hepatitis B. Sedangkan imunisasi
terhadap penyakit lain seperti gondongan (mumps), campak Jerman (rubella),
tifus, radang selaput otak (meningitis) Hib, hepatitis A, cacar air (chicken pox,
varicella) dan rabies tidak diwajibkan, tetapi dianjurkan. Berikut ini penjelasan
mengenai beberapa vaksin yang sering diberikan pada anak :
6
1. VAKSIN BCG
Vaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang terhindar dari infeksi M.
tuberculosa 100%, tapi dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut, Berasal
dari bakteri hidup yang dilemahkan ( Pasteur Paris 1173 P2), Ditemukan oleh
Calmette dan Guerin.
Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya
percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman ini dapat menyerang
berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah
bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat).
Diberikan sebelum usia 2 bulan Disuntikkan intra kutan di daerah insertio
m. Deltoid dengan dosis 0,05 ml sebelah kanan.
Imunisasi ulang tidak perlu diberikan
Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai
usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi berumur 2
bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini
"berhasil," maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul
benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi
perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan di paha kanan atas. Biasanya setelah
suntikan BCG diberikan, bayi tidak menderita demam.
Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%.
Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang.
Penyimpanan pada suhu < 5°C terhindar dari sinar matahari (indoor day-light).
Proses yang terjadi:
o Vaksin BCG lapisan chorium kulit sebagai depo, berkembang biak reaksi
indurasi, eritema, pustula
7
o Setelah cukup berkembang, sub kutan, kapiler, kelenjar limfe, peredaran
darah
Bayi kulitnya tipis, intra kutan sulit dilakukan sering suntikan terlalu dalam (sub kutan)
Reaksi sesudah imunisasi BCG
1. Reaksi normal lokal
• 2 minggu indurasi, eritema, kemudian menjadi pustula
• 3-4 minggu pustula pecah menjadi ulkus (tidak perlu pengobatan)
• 8-12 minggu ulkus menjadi scar diameter 3-7 mm.
2. Reaksi regional pada kelenjar
• Merupakan respon seluler pertahanan tubuh
• Kadang terjadi di kelj axila dan servikal (normal BCG-it is)
• Timbul 2-6 bulan sesudah imunisasi
• Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri, demam (-)
• Akan mengecil 1-3 bulan kemudian tanpa pengobatan.
Komplikasi
1. Abses di tempat suntikan
• Abses bersifat tenang (cold abses) tidak perlu terapi
• Oleh karena suntikan sub kutan
• Abses matang, aspirasi
2. Limfadenitis supurativa
• Oleh karena suntikan sub kutan atau dosis tinggi
• Terjadi 2-6 bulan sesudah imunisasi
8
• Terapi tuberkulostatik mempercepat pengecilan.
Reaksi pada yang pernah tertular TBC:
• Koch Phenomenon reaksi lokal berjalan cepat (2-3 hari sesudah imunisasi)
4-6 minggu timbul scar.
Imunisasi bayi > 2 bulan tes tuberkulin (Mantoux)
• Untuk menunjukkan apakah pernah kontak dengan TBC
• Menyuntikkan 0,1 ml PPD di daerah flexor lengan bawah secara intrakutan
• Pembacaan dilakukan setelah 48 – 72 jam penyuntikan
• Diukur besarnya diameter indurasi di tempat suntikan.
• < 5 mm : negatif
• 6-9 mm : meragukan
• 10 mm : positif
Tes Mantoux (-) imunisasi(+)
Kontraindikasi
• Respon imunologik terganggu : infeksi HIV, defisiensi imun kongenital,
leukemia, keganasan
• Respon imunologik tertekan: kortikosteroid, obat kanker, radiasi
• Hamil
2. Vaksin DPT (Difteria, Pertusis, Tetanus)
Kuman difteri sangat ganas dan mudah menular. Gejalanya adalah demam tinggi
dan tampak adanya selaput putih kotor pada tonsil (amandel) yang dengan cepat
meluas dan menutupi jalan napas. Selain itu racun yang dihasilkan kuman difteri
dapat menyerang otot jantung, ginjal, dan beberapa serabut saraf. Racun dari
9
kuman tetanus merusak sel saraf pusat tulang belakang, mengakibatkan kejang
dan kaku seluruh tubuh. Pertusis (batuk 100 hari) cukup parah bila menyerang
anak balita, bahkan penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
Di Indonesia vaksin terhadap difteri, pertusis, dan tetanus terdapat dalam 3 jenis
kemasan, yaitu: kemasan tunggal khusus untuk tetanus, bentuk kombinasi DT,
dan kombinasi DPT.
Jadwal pemberian imunisasi :
1. Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali, yaitu sejak bayi berumur 2 bulan
dengan selang waktu penyuntikan minimal selama 4 minggu. Suntikan
pertama tidak memberikan perlindungan apa-apa, itu sebabnya suntikan
ini harus diberikan sebanyak 3 kali.
2. Imunisasi ulang pertama dilakukan pada usia 1-2 tahun atau kurang lebih
1 tahun setelah suntikan imunisasi dasar ke-3.
3. Imunisasi ulang berikutnya dilakukan pada usia 6 tahun atau kelas 1 SD
dan saat kelas 6 SD diberikan lagi imunisasi ulang dengan vaksin DT
(tanpa P).
Reaksi yang terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat
suntikan selama 1-2 hari. Imunisasi ini tidak boleh diberikan kepada anak yang
sakit parah dan yang menderita kejang demam kompleks.
3. Vaksin Polio
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak
lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari.
Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan
adalah vaksin Sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui
mulut.
Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio.
Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan
selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan
10
bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan
diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT.
Jadwal pemberian imunisasi polio :
1. pada umur 0-11 bulan diberi sebanyak 3x pemberian dengan dosis 2 tetes
interval 4 minggu
2. pemberian ulangan pada umur 1,5-2 tahun
3. menjelang umur 5 tahun
4. pada umur 10-12 tahun (tamat SD)
4. Vaksin Campak
Penyakit ini sangat mudah menular. Gejala yang khas adalah timbulnya bercak-
bercak merah di kulit setelah 3-5 hari anak menderita demam, batuk, atau pilek.
Bercak merah ini mula-mula timbul di pipi yang menjalar ke muka, tubuh, dan
anggota badan.
Bercak merah ini akan menjadi coklat kehitaman dan menghilang dalam
waktu 7-10 hari. Pada stadium demam, penyakit campak sangat mudah menular.
Sedangkan pada anak yang kurang gizi, penyakit ini dapat diikuti oleh komplikasi
yang cukup berat seperti radang otak (encephalitis), radang paru, atau radang
saluran kencing.
Bayi baru lahir biasanya telah mendapat kekebalan pasif dari ibunya ketika dalam
kandungan dan kekebalan ini bertahan hingga usia bayi mencapai 6 bulan.
Imunisasi campak diberikan kepada anak usia 9 bulan. Biasanya tidak terdapat
reaksi akibat imunisasi. Namun adakalanya terjadi demam ringan atau sedikit
bercak merah pada pipi di bawah telinga, atau pembengkakan pada tempat
suntikan.
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak
(tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9
bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan
diulangi 6 bulan kemudian. Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, Campak-2
merupakan program. BIAS pada murid-murid SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila
telah mendapat MMR pada umur 15 bulan, Campak-2 pada umur 5 tahun tidak
11
perlu diberikan. Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5ml.
Kontra indikasi pemberian vaksin campak:
infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°Celsius.
gangguan sistem kekebalan.
pemakaian obat imunosupresan.
alergi terhadap protein telur.
hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin.
wanita hamil.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare,
konjungtivitis dan gejala katarak serta ensefalitis (jarang).
5. Vaksin Hepatitis B
Cara penularan hepatitis B dapat terjadi melalui mulut, transfusi darah, dan jarum
suntik. Pada bayi, hepatitis B dapat tertular dari ibu melalui plasenta semasa bayi
dalam kandungan atau pada saat kelahiran. Virus ini menyerang hati dan dapat
menjadi kronik/menahun yang mungkin berkembang menjadi cirrhosis
(pengerasan) hati dan kanker hati di kemudian hari.
• Vaksin berisi HBsAg murni
• Diberikan sedini mungkin setelah lahir
• Suntikan secara Intra Muskular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml.
• Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8°C
• Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan imunoglobulin hepatitis B 12 jam
setelah lahir + imunisasi Hepatitis B
• Dosis kedua 1 bulan berikutnya
• Dosis ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan)
• Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian
12
• Kadar pencegahan anti HBsAg > 10g/ml
• Produksi vaksin Hepatitis B di INA, mulai program imunisasi tahun 1997.
Efek samping :
• Demam ringan
• Perasaan tidak enak pada pencernaan
• Rekasi nyeri pada tempat suntikan
Tidak ada kontraindikasi
Jadwal imunisasi :
1. Imunisasi dasar hepatitis B diberikan 3 kali dengan tenggang waktu 1
bulan antara suntikan pertama dan kedua, dan tenggang waktu 5 bulan
antara suntikan kedua dan ketiga.
2. Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah pemberian imunisasi dasar.
6. Vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella)
Vaksin ini masih diimpor dan harganya cukup mahal. Penyakit gondongan
sebenarnya tidak berbahaya, tetapi bisa mengakibatkan komplikasi yang serius
seperti radang otak dan radang buah pelir (pada pria) atau kandung telur (pada
wanita) dan dapat mengakibatkan kemandulan. Penyakit rubella sebenarnya
ringan, tetapi dapat membahayakan karena dapat merusak janin dalam kandungan
pada masa kehamilan muda. Imunisasi MMR diberikan satu kali setelah anak
berumur 15 bulan. Imunisasi ulang dilakukan setelah anak berusia 12 tahun.
7. Vaksin Tifus/ Demam Tifoid
Vaksin ini tidak diwajibkan dengan pertimbangan bahwa penyakit tifus tidak
berbahaya pada anak dan jarang menimbulkan komplikasi. Gejala penyakit yang
khas adalah demam tinggi yang dapat berlangsung lebih dari 1 minggu disertai
dengan lidah yang tampak kotor, sakit kepala, mulut kering, rasa mual, lesu, dan
13
kadang-kadang disertai sembelit atau mencret. Ada 2 jenis vaksin demam tifoid,
yaitu vaksin oral (Vivotif) dan vaksin suntikan (TyphimVi). Vaksin suntikan
diberikan sekali pada anak umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun. Vaksin oral
diberikan pada anak umur 6 tahun atau lebih. Kemasan vaksin oral terdiri dari 3
kapsul yang diminum sekali sehari dengan selang waktu 1 hari.
8. Vaksin Radang Selaput Otak Haemophilus influenzae tipe B (Hib)
Penyakit ini berbahaya dan paling sering menyerang anak usia 6-12 bulan.
Radang selaput otak Hib sering mengakibatkan cacat saraf atau kematian.
Di Indonesia telah beredar 2 jenis vaksin Hib
1. ActHIB buatan Perancis
ActHIB: Imunisasi dasar diberikan pada usia 2-6 bulan sebanyak 3 kali
dengan jarak waktu 1-2 bulan. Imunisasi ulangan diberikan 12 bulan
setelah imunisasi terakhir. Bila imunisasi diberikan pada usia 1-5 tahun
maka cukup diberikan satu kali tanpa ulangan.
2. PedvaxHIB .
PedvaxHIB (USA): Imunisasi dasar diberikan 2 kali pada usia 2-14 bulan
dengan selang waktu 2 bulan. Bila dosis kedua diberikan pada usia di
bawah 12 bulan, maka imunisasi ulangan harus diberikan paling cepat 2
bulan setelah suntikan kedua. Untuk anak yang baru mendapat imunisasi
setelah berusia lebih dari 15 bulan, maka imunisasi cukup diberikan satu
kali tanpa ulangan.
9. Vaksin Hepatitis A
Walaupun gejalanya lebih nyata dan lebih berat dari hepatitis B, penyakit ini
jarang menyebabkan komplikasi atau kematian. Tanda-tandanya adalah demam,
mual, lesu, mata dan kulit kekuningan disertai warna kencing seperti air teh.
Biasanya akan sembuh dalam waktu 2-3 minggu. Vaksin Hepatitis A untuk
14
mencegah infeksi disarankan pada umur lebih dari 2 tahun, diberikan 3 kali
dengan jadwal 0,1 dan 6 bulan.
10. Vaksin Cacar Air (Varicella)
Cacar air merupakan penyakit yang sangat menular, tetapi ringan. Gejalanya khas,
mula-mula timbul bintik kemerahan yang makin membesar membentuk
gelembung berisi air dan akhirnya mengering dalam waktu 1 minggu. Gejala ini
mula-mula muncul di daerah perut, dada dan punggung, kemudian menyebar ke
muka, kepala dan anggota badan. Komplikasi yang mungkin timbul adalah radang
kulit, radang paru (pneumonia), radang otak (encephalitis), atau varicella
kongenital bila ibu menderita varicella pada kehamilan muda. Harga vaksin
(Varillix) masih mahal, karena itu direkomendasikan diberikan pada anak berusia
di atas 12 tahun yang belum pernah terkena varicella dan diulang 6-8 minggu
kemudian.
REAKSI KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
Orang tua atau pengantar bayi, balita, anak yang ingin imunisasi diberitahu bahwa
dapat terjadi reaksi lokal ditempat penyuntikan atau reaksi umum berupa gejala
tertentu, tergantung vaksinnya. Reaksi tersebut ringan dan mudah diatasi, dan bisa
hilang dalam 1-2 hari. Ditempat suntikkan kadang timbul gatal kemerahan,
bengkak, ruam, nyeri selama 1-2 hari. Kompres hangat di tempat yang benjol
tersebut. Tetapi apabila dijumpai abses dan limfeditis maka nakes harus
melaporkan kejadian tersebut ke dinas kesehatan atau layanan kesehatan. Ada 5
kelompok penyebab dalam KIPI:
1. kesalahan program
2. reaksi suntikan
3. reaksi vaksin
4. koinsiden
5. sebab tidak diketahui.
15
Hepatitis B HB diberikan dalam waktu 12 jam stelah lahir, dilanjutkan
pada umur 1 dan 3-6 bulan. Interval dosis minimal 4 minggu.
Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Saat bayi akan dipulangkan dari
RS/RB, OPV diberikan.
BCG diberikan sejak lahir. Apabila umur ≥ 3bulan maka harus uji
tuberkulin dulu, bila hasilnya negatif baru diberikan.
DTP diberikan pada umur ≥ 6 mgg, dapat diberikan kombinasi terhadap
Hep B ataupun Hib. Ulangan DPt umur 18 bulan dan 5 tahun. Umur 12
mendapat TT pada program BIAS SD kelas VI.
Hib diberikan mulai umur 12 bulan dengan interval 2 bulan. Diberikan
terpisah atau kombinasi.
16
Vaksin campak diberikan pada umur 9 bulan, campak 2 diberikan pada
program BIAS SD kelas 1 dan umur 6 tahun.
MMR diberikan pada umur 12 bulan, bila belum mendapatkan campak 9
bulan. Umur 6 tahun diberikaan untuk ulangan MMR.
Pneumokokus diberikan pada umur 2-5 athun diberikan 1 kali pada anak
yang belum mendapatkan vaksi PCV.
Influenza yang mendapatkan vaksin influenza trivalen (TIV) pertama
kalinya harus mendapatkan 2 dosis dengan interval 4 minggu.
Hep A diberikan pada umur ≥ 2thn, 2 kali dengan interval 6-12 bulan
Tifoid polisakarida diberikan pada umur ≥ 2 thn, diulang setiap 3 tahun
TATA CARA PEMBERIAN IMUNISASI
Memberi tahu secara rinci tentang resiko vaksinasi dan resiko
apabila tidak divaksinasi.
Memeriksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan
secepatnya bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan.
Membaca dengan teliti tentang vaksin yang akan diberi.
Melakukan tanya jawab dengan orang tua sebelum melakukan
imunisasi.
Memeriksa penerima vaksin dan memberikan antipiretik bila perlu.
Memeriksa vaksin yang akan diberikan apakah ada tanda-tanda
perubahan.
Yakin bahwa vaksin yang diberikan adalah sesuai dengan jadwal.
Memberikan vaksin dengan teknik yang benar.
Mencatat hal pemberian vaksin tersebut.
KESIMPULAN
Imunisasi telah membawa perubahan yang sangat dramatik dalam dunia
kesehatan. Cara pemberian imunisasi sebenarnya menirukan kejadian sakit karena
suatu infeksi secara alamiah, sehingga menimbulkan infeksi ringan yang tidak
17
berbahaya, namun menghasilkan respon imun yang kebal. Sehingga bila ada
paparan penyakit yang sesungguhnya anak tidak akan menjadi sakit.
EVALUASI
1. Sebutkan pengertian dari imunisasi!
2. Sebutkan jenis-jenis vaksin!
3. Sebutkan imunisasi dasar yang diwajibkan oleh pemerintah!
4. Sebutkan 2 contoh imunisasi ulangan (booster)!
5. Sebutkan 2 kejadian ikutan pasca imunisasi yang mungkin terjadi!
KUNCI JAWABAN
1. Imunisasi adalah upaya memberi kekebalan kepada seseorang.
2. Vaksin hidup (attenuated), Vaksin Inactivated, Vaksin polisakarida,
Vaksin rekombinan.
3. BCG, Hep B, Polio, DPT, Campak
4. Imunisasi DT, TT, polio dan campak.
5. Nyeri local pada tempat imunisasi, abses.
PENILAIAN
Setiap jawaban benar diberi skor 2
Jumlah nilai = Jumlah total nilai skor x 22
18