Makalah imunisasi

download Makalah imunisasi

of 28

Transcript of Makalah imunisasi

Makalah Kesehataan_ImunisasiPosted on 28 Januari 2009 by rahman

IMUNISASI1. Imunisasi a. Pengertian imunisasi Kata imun berasal dari bahasa Latin (immunitas) yang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular (Theophilus, 2000; Mehl dan Madrona, 2001). Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh. Kuman termasuk antigen yang masuk ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai pengalaman. Pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, perlu dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal (Gordon, 2001). Di Indonesia imunisasi mempunyai pengertian sebagai tindakan untuk memberikan perlindungan (kekebalan) di dalam tubuh bayi dan anak, agar terlindung dan terhindar dari penyakit-penyakit menular dan berbahaya bagi bayi dan anak (RSUD DR. Saiful Anwar, 2002). b. Jenis imunisasi wajib Berdasarkan program pengembangan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang diwajibkan dan Program Imunisasi Non PPI yang dianjurkan. Wajib jika kejadian penyakitnya cukup tinggi dan menimbulkan cacat atau kematian. Sedangkan imunisasi yang dianjurkan untuk penyakit-penyakit khusus yang biasanya tidak seberat kelompok pertama. Jenis imunisasi wajib terdiri dari: (Sri Rezeki, 2005) 1). BCG (Bacille Calmette Guerin) Imunisasi BCG berguna untuk mencegah penyakit tuberkulosis berat. Misalnya TB paru berat. Imunisasi ini sebaiknya diberikan sebelum bayi berusia 2 3 bulan. Dosis untuk bayi kurang setahun adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml. Disuntikkan secara intra dermal di bawah

lengan kanan atas. BCG tidak menyebabkan demam. Tidak dianjurkan BCG ulangan. Suntikan BCG akan meninggalkan jaringan parut pada bekas suntikan. BCG tidak dapat diberikan pada pasien pengidap leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang, atau pengidap HIV. Apabila BCG diberikan pada usia lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. 2). Hepatitis B Imunisasi Hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir. Pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir harus berdasarkan apakah ibu mengandung virus Hepatitis B aktif atau tidak pada saat melahirkan. Ulangan imunisasi Hepatitis B dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun. Apabila sampai usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis B maka diberikan secepatnya. Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia yang disebabkan virus Hepatitis B. Penyakit ini sangat menular dan disebabkan virus yang menimbulkan peradangan pada hati. Pada bayi respon imun alami tidak dapat membersihkan virus dari dalam tubuh. Kurang lebih 90 persen bayi dan 5 persen orang dewasa akan terus membawa virus ini dalam tubuhnya setelah masa akut penyakit ini berakhir. Seorang wanita hamil pembawa virus Hepatitis B atau menderita penyakit itu selama kehamilannya, maka dia dapat menularkan penyakit itu pada anaknya. Paling tidak 3,9 persen ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi maternal kurang lebih sebesar 45 persen. Karena itu, vaksinasi hepatitis B merupakan cara terbaik untuk memastikan bayi terlindungi dari Hepatitis B. Jika tidak dilakukan, hati akan mengeras dan menimbulkan kanker hati di kemudian hari. 3). DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) Imunisasi DPT untuk mencegah bayi dari tiga penyakit, yaitu difteri, pertusis, dan tetanus. Difteri disebabkan bakteri Corynebacteriumdiphtheriae yang sangat menular. Dimulai dengan gangguan tenggorokan dan dengan cepat menimbulkan gangguan pernapasan dengan terhambatnya saluran pernapasan oleh karena terjadi selaput di tenggorokan dan menyumbat jalan napas, sehingga dapat menyebabkan kematian. Selain itu juga menimbulkan toksin atau racun yang berbahaya untuk jantung. Batuk rejan yang juga dikenal Pertusis atau batuk 100 hari, disebabkan bakteri Bordetella pertussis. Penyakit ini membuat penderita mengalami batuk keras secara terus menerus dan bisa berakibat gangguan pernapasan dan saraf. Bila dibiarkan berlarut-larut, pertusis bisa menyebabkan infeksi di paru-paru. Selain itu, karena si penderita mengalami batuk keras yang terus menerus, membuat ada tekanan pada pembuluh darah hingga bisa mengakibatkan kerusakan otak. Tetanus merupakan penyakit infeksi mendadak yang disebabkan toksin dari clostridium tetani, bakteri yang terdapat di tanah atau kotoran binatang dan manusia. Kuman-kuman itu masuk ke dalam tubuh melalui luka goresan atau luka bakar yang telah terkontaminasi oleh tanah, atau dari gigi yang telah busuk atau dari cairan congek. Luka kecil yang terjadi pada anak-anak pada saat bermain dapat terinfeksi kuman ini. Apabila tidak dirawat penyakit ini

dapat mengakibatkan kejang dan kematian. Manusia tidak mempunyai kekebalan alami terhadap tetanus sehingga perlindungannya harus diperoleh lewat imunisasi. Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak anak umur dua bulan dengan interval 4 6 minggu. DPT 1 diberikan umur 2 4 bulan, DPT 2 umur 3 5 bulan, dan DPT 3 umur 4 6 bulan. Ulangan selanjutnya, yaitu DPT 4 diberikan satu tahun setelah DPT 3 pada usia 18 24 bulan, dan DPT 5 pada usia 5 7 tahun. Sejak tahun 1998, DPT 5 dapat diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah dasar. Ulangan DPT 6 diberikan usia 12 tahun mengingat masih dijumpai kasus difteri pada umur lebih besar dari 10 tahun. Dosis DPT adalah 0,5 ml. Imunisasi DPT pada bayi tiga kali (3 dosis) akan memberikan imunitas satu sampai 3 tahun. Ulangan DPT umur 18 24 bulan (DPT 4) akan memperpanjang imunitas 5 tahun sampai umur 6-7 tahun. Dosis toksoid tetanus kelima (DPT/DT 5) bila diberikan pada usia masuk sekolah akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi, yaitu sampai umur 17-18 tahun. Imunisasi ini akan melindungi bayi dari tetanus apabila anak-anak tersebut sudah menjadi ibu kelak. Dosis toksoid tetanus tambahan yang diberikan tahun berikutnya akan memperpanjang imunitas 20 tahun lagi. 4). Polio Untuk imunisasi dasar (3 kali pemberian) vaksin diberikan 2 tetes per oral dengan interval tidak kurang dari dua minggu. Mengingat Indonesia merupakan daerah endemik polio, sesuai pedoman PPI imunisasi polio diberikan segera setelah lahir pada kunjungan pertama. Dengan demikian diperoleh daerah cakupan yang luas. Pemberian polio 1 saat bayi masih berada di rumah sakit atau rumah bersalin dianjurkan saat bayi akan dipulangkan. Maksudnya tak lain agar tidak mencemari bayi lain oleh karena virus polio hidup dapat dikeluarkan melalui tinja. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisai polio 4. Selanjutnya saat masuk sekolah usia 5-6 tahun. 5). Campak Vaksin campak diberikan dalam satu dosis 0,5 ml pada usia 9 bulan. Hanya saja, mengingat kadar antibodi campak pada anak sekolah mulai berkurang, dianjurkan pemberian vaksin campak ulangan pada saat masuk sekolah dasar pada usia 5-6 tahun. Biasanya melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). c. Jadwal Pemberian Imunisasi Tabel 2. Jadwal Pemberian Imunisasi

No 1 2 3 4 5

Jenis Imunisasi Hepatitis B BCG DPT Polio Campak

Bulan1 I X I 2 II 3 4 5 6 III 9 15 I II II III III IV X

Sumber: Program pengembangan imunisasi Depkes (Markum, 2002) d. Manfaat imunisasi Manfaat imunisasi bagi anak dapat mencegah penyakit, cacat dan kematian. Sedangkan manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan kecemasan dan mencegah biaya pengobatan yang tinggi bila anak sakit. Di dunia selama tiga dekade United Nations Childrens Funds (UNICEF) telah menggalakkan program vaksinasi untuk anak-anak di negara berkembang dengan pemberian bantuan vaksinasi Dipteria, Campak, Pertusis, Polio, Tetanus, dan TBC. Bila dibandingkan, risiko kematian anak yang menerima vaksin dengan yang tidak menerima vaksin kira-kira 1: 9 sampai 1: 4 (Nyarko et al., 2001). Di Amerika Imunisasi pada masa anak-anak merupakan salah satu sukses terbesar dari sejarah kesehatan masyarakat Amerika pada abad 20. Sejarah mencatat di Amerika Serikat terdapat empat jenis imunisasi yang berhasil, seperti: Dipteri, Pertussis, Polio, dan Campak (Baker, 2000). IMUNISASI; Pengertian dan Ruang Lingkup Definisi : Cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu Ag, sehingga bila ia terpapar pada Ag yang serupa, tidak terjadi penyakit. Sistem Imun Spesifik : Hanya dapat menghancurkan benda asing yang dikenal sebelumnya HUMORAL : Peranan dari Limfosit B atau Sel B (Bursa Fabricius) dimana jika Sel B dirangsang sel plasma zat anti atau anti bodi didalam Serum Fungsi : Pertahanan terhadap infeksi virus, bakteri dan menetapkan toksin. Antibodi : 1. IgG : Komponen utama Ig serum (75%) Dapat menembus Placenta Terbentuk pada respons sekunder Anti bakteri, anti virus, anti jamur 2. IgM : Imunoglobulin terbesar Respons imun primer Mencegah gerakan mikroorganisme sekunder

Mengaktifkan komplemen 3. IgA : Terbentuknya pd rangsangan selaput lendir Kekebalan infeksi saluran nafas, pencernaan, urogenitalis Fiksasi komplemen, antitoxin, reaksi aglutinasi, anti virus 4. IgD : Sangat rendah dalam sirkulasi Fungsi belum jelas 5. IgE : Sangat sedikit jumlahnya Tinggi pada alergi, fiksasi komplemen, infeksi cacing, infeksi parasit SELULER Peranan dari limfosit T atau sel T dimana Sel T dibentuk di sumsum tulang Proliferasi dan diferensiasi terjadi di kelenjar Timus Fungsi : Pertahanan terhadap bakteri (intraselular), virus, jamur, parasit, keganasan Terdiri dari 1. Helper T-cell membantu sel B 1. Suppressor T-cell : Menghambat sel B Menghambat sel T 3. Cytotoxic T-cell : Menyerang antigen secara langsung Imunisasi Pasif Didapat Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh bukan oleh individu itu sendiri, misalnya kekebalan bayi yang diperoleh dari ibu setelah pemberian Ig serum Daya lindung pendek ( 2 3 minggu) Contoh : Gama globulin murni penderita campak

ATS, ADS, Anti rabies, Anti Snake venom Profilaksi & terapeutik ( pengobatan ) Reaksi aktopik Terjadi beberapa menit dimana tubuh mengalami Shock berat, gatal seluruh tubuh, urticaria tempat suntik meluas, gelisah, pucat, cyanosis, dyspnoe, kejang mati Therapi : Adrenalin, Corticosteroid Serum sickness Masa tunas : 6 24 hari Panas, urticaria, exanthema, muntah, berak, bahaya urticaria (oedem) glottis tercekik. Therapi : Adrenalin, Corticosteroid, Anti Histamin Pemberian ke II (ulangan) 1. Ana phylactic reaction : Masa tunas : Beberapa menit 24 jam Gejala : Sama reaksi atopik < ringan 2. Accelerated Reaction : Masa tunas : 1 5 hari Gejala : Sama serum sickness " Pemberian serum test lebih dahulu Test pemberian serum 1. Skin test : 0,1 ml seru 1/10 intra kutan tunggu 15 menit : " infiltrat > 10 mm 2. Eye test : 1 tetes serum kemudian tunggu 15 menit : + mata bengkak merah Bila skin dan atau eye test positif pemberian Serum : Cara Bersedka - 0,1 ml serum dlm 1 ml air garam fisiologis Subkutan tunggu jam reaksi - 0,5 ml serum dlm 1 ml air garam fisiologis Subkutan tunggu jam reaksi - Sisa serum Intra Muskular Tujuan Imunisasi Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang

Menghilangkan penyakit tertentu pada populasi Keberhasilan Imunisasi tergantung faktor: 1. Status Imun Penjamu: Adanya Ab spesifik pada penjamu keberhasilan vaksinasi, mis: campak pada bayi kolustrum ASI IgA polio Maturasi imunologik: neonatus fungsi makrofag,kadar komplemen, aktifasi optonin. Pembentukan Ab spesifik terhadap Ag kurang hasil vaksinasi ditunda sampai umur 2 bulan. Cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak kebal secara simultan, bayi diimunisasi Frekuensi penyakit , dampaknya pada neonatus berat imunisasi dapat diberikan pada neonatus. Status imunologik (spt defisiensi imun) respon terhadap vaksin kurang. 2. genetik secara genetik respon imun manusia terhadap Ag tertentu baik, cukup, rendah keberhasilan vaksinasi tidak 100% 4. kualitas vaksin a. cara pemberian, misal polio oral imunitas lokal dan sistemik b. Dosis vaksin tinggi menghambat respon, menimbulkan efek samping rendah tidak merangsang sel imunokompeten c. Frekuensi Pemberian Respon imun sekunder Sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi produksinya, afinitas lebih tinggi. Frekuensi pemberian mempengaruhi respon imun yang terjadi . Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar Ab spesifik masih tinggi Ag dinetralkan oleh Ab spesifik tidak merangsang sel imunokompeten. d. Ajuvan : Zat yang meningkatkan respon imun terhadap Ag mempertahankan Ag tidak cepat hilang

Mengaktifkan sel imunokompeten e. Jenis Vaksin Vaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik. Kandungan vaksin 1. Antigen virus, bakteri vaksin yang dilemahkan: polio, campak, BCG vaksin mati : pertusis eksotoksin : Toksoid, dipteri, tetanus 1. Ajuvan : persenyawaan aluminium 2. Cairan pelarut : air, cairan garam fisiologis, kultur jaringan, telur. Hal hal yang merusak vaksin: Panas semua vaksin Sinar matahari BCG Pembekuan toxoid Desinfeksi/antiseptik : sabun Jadwal Imunisasi Untuk keseragaman Mendapatkan respon imun yang baik Berdasarkan keadaan epidemiologi, prioritas penyebab kematian, kesakitan IMUNISASI BCG Vaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang terhindar dari infeksi M. tuberculosa 100%, tapi dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut, Berasal dari bakteri hidup yang dilemahkan ( Pasteur Paris 1173 P2), Ditemukan oleh Calmette dan Guerin Diberikan sebelum usia 2 bulan Disuntikkan intra kutan di daerah insertio m. deltoid dengan dosis 0,05 ml, sebelah kanan Imunisasi ulang tidak perlu, keberhasilan diragukan Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%. Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang. Penyimpanan pada suhu < 5C terhindar dari sinar matahari (indoor day-light).

Cara penyuntikan BCG Bersihkan lengan dengan kapas air Letakkan jarum hampir sejajar dengan lengan anak dengan ujung jarum yang berlubang menghadap keatas. Suntikan 0,05 ml intra kutan merasakan tahan benjolan kulit yang pucat dengan pori- pori yang khas diameter 4-6 mm Kenapa suntikan intra kutan? Vaksin BCG lapisan chorium kulit sebagai depo berkembang biak reaksi indurasi, eritema, pustula Setelah cukup berkembang sub kutan kapiler, kelenjar limfe, peredaran darah Bayi kulitnya tipisintra kutan sulit sering suntikan terlalu dalam (sub kutan) Reaksi sesudah imunisasi BCG 1. Reaksi normal lokal 2 minggu indurasi, eritema, kemudian menjadi pustula 3-4 minggu pustula pecah menjadi ulkus (tidak perlu pengobatan) 8-12 minggu ulkus menjadi scar diameter 3-7 mm. 2. Reaksi regional pada kelenjar Merupakan respon seluler pertahanan tubuh Kadang terjadi di kelj axila dan servikal (normal BCG-it is) Timbul 2-6 bulan sesudah imunisasi Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri, demam (-) Akan mengecil 1-3 bulan kemudian tanpa pengobatan. Komplikasi 1. Abses di tempat suntikan Abses bersifat tenang (cold abses) tidak perlu terapi

Oleh karena suntikan sub kutan Abses matang aspirasi 2. Limfadenitis supurativa Oleh karena suntikan sub kutan atau dosis tinggi Terjadi 2-6 bulan sesudah imunisasi Terapi tuberkulostatik mempercepat pengecilan. Reaksi pada yang pernah tertular TBC: Koch Phenomenon reaksi lokal berjalan cepat (2-3 hari sesudah imunisasi) 4-6 minggu timbul scar. Imunisasi bayi > 2 bulan tes tuberkulin (Mantoux) Untuk menunjukkan apakah pernah kontak dengan TBC Menyuntikkan 0,1 ml PPD di daerah flexor lengan bawah secara intra kutan Pembacaan dilakukan setelah 48 72 jam penyuntikan Diukur besarnya diameter indurasi di tempat suntikan. < 5 mm : negatif 6-9 mm : meragukan 10 mm : positif Tes Mantoux (-)imunisasi(+) Kontraindikasi Respon imunologik terganggu : infeksi HIV, def imun kongenital, leukemia, keganasan Respon imunologik tertekan: kortikosteroid, obat kanker, radiasi Hamil IMUNISASI HEPATITIS B Vaksin berisi HBsAg murni Diberikan sedini mungkin setelah lahir Suntikan secara Intra Muskular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml.

Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8C Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan imunoglobulin hepatitis B 12 jam setelah lahir + imunisasi Hepatitis B Dosis kedua 1 bulan berikutnya Dosis ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan) Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian Kadar pencegahan anti HBsAg > 10mg/ml Produksi vaksin Hepatitis B di Indonesia, mulai program imunisasi pada tahun 1997 Efek samping Demam ringan Perasaan tidak enak pada pencernaan Rekasi nyeri pada tempat suntikan Tidak ada kontraindikasi IMUNISASI POLIO Vaksin dari virus polio (tipe 1,2 dan 3) yang dilemahkan, dibuat dlm biakan sel-vero : asam amino, antibiotik, calf serum dalam magnesium klorida dan fenol merah Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam flacon, pipet. Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml) Vaksin polio diberikan 4 kali, interval 4 minggu Imunisasi ulangan, 1 tahun berikutnya, SD kelas I, VI Anak diare gangguan penyerapan vaksin. Ada 2 jenis vaksin IPV salk OPV sabin IgA lokal Penyimpanan pada suhu 2-8C Virus vaksin bertendensi mutasi di kultur jaringan maupun tubuh penerima vaksin

Beberap virus diekskresi mengalami mutasi balik menjadi virus polio ganas yang neurovirulen Paralisis terjadi 1 per 4,4 juta penerima vaksin dan 1 per 15,5 juta kontak dengan penerima vaksin Kontra indikasi : defisiensi imunologik atau kontak dengannya IMUNISASI DPT Terdiri dari toxoid difteri racun yang dilemahkan Bordittela pertusis bakteri yang dilemahkan toxoid tetanus racun yang dilemahkan (+) aluminium fosfat dan mertiolat Merupakan vaksin cair. Jika didiamkan sedikit berkabut, endapan putih didasarnya Diberikan pada bayi > 2 bulan oleh karena reaktogenitas pertusis pada bayi kecil. Dosis 0,5 ml secara intra muskular di bagian luar paha. Imunisasi dasar 3x, dengan interval 4 minggu. Vaksin mengandung Aluminium fosfat, jika diberikan sub kutan menyebabkan iritasi lokal, peradangan dan nekrosis setempat. Reaksi pasca imunisasi: Demam, nyeri pada tempat suntikan 1-2 hari diberikan anafilatik + antipiretik Bila ada reaksi berlebihan pasca imunisasi demam > 40C, kejang, syok imunisasi selanjutnya diganti dengan DT atau DPaT Kontraindikasi Kelainan neurologis n terlambat tumbuh kembang Ada riwayat kejang Penyakit degeneratif Pernah sebelumnya divaksinasi DPT menunjukkan: anafilaksis, ensefalopati, kejang, renjatan, hiperpireksia, tangisan/teriakan hebat. IMUNISASI CAMPAK

Vaksin dari virus hidup (CAM 70- chick chorioallantonik membrane) yang dilemahkan + kanamisin sulfat dan eritromisin Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades. Diberikan pada bayi umur 9 bulan oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh dari ibu. Dosis 0,5 ml diberikan sub kutan di lengan kiri. Disimpan pada suhu 2-8C, bisa sampai 20 derajat celsius Vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2-8C Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan kemudian Efek samping: demam, diare, konjungtivitis, ruam setelah 7 12 hari pasca imunisasi. Kejadian encefalitis lebih jarang Kontraindikasi: * infeksi akut dengan demam, defisiensi imunologik, tx imunosupresif, alergi protein telur, hipersensitifitas dng kanamisin dan eritromisin, wanita hamil. * Anak yang telah diberi transfusi darah atau imunoglobulin ditangguhkan minimal 3 bulan. * Tuberkulin tes ditangguhkan minimal 2 bulan setelah imunisasi campak IMUNISASI HIB Untuk mencegah infeksi SSP oleh karena Haemofilus influenza tipe B Diberikan MULAI umur 2-4 bulan, pada anak > 1 tahun diberikan 1 kali Vaksin dalam bentuk beku kering dan 0,5 ml pelarut dalam semprit. Dosis 0,5 ml diberikan IM Disimpan pada suhu 2-8C Di Asia belum diberikan secara rutin Imunisasi rutin diberikan di negara Eropa, Amerika, Australia. IMUNISASI MMR Merupakan vaksin hidup yang dilemahkan terdiri dari: Measles strain moraten (campak) Mumps strain Jeryl lynn (parotitis) Rubela strain RA (campak jerman)

Diberikan pada umur 15 bulan. Ulangan umur 12 tahun Dosis 0,5 ml secara sub kutan, diberikan minimal 1 bulan setelah suntikan imunisasi lain. Kontra indikasi: wanita hamil, imuno kompromise, kurang 2-3 bulan sebelumnya mendapat transfusi darah atau tx imunoglobulin, reaksi anafilaksis terhadap telur IMUNISASI TYPHUS Tersedia 2 jenis vaksin: suntikan (typhim) >2 tahun oral (vivotif) > 6 tahun, 3 dosis Typhim (Capsular Vi polysaccharide-Typherix) diberikan dengan dosis 0,5 ml secara IM. Ulangan dilakukan setiap 3 tahun. Disimpan pada suhu 2-8C Tidak mencegah Salmonella paratyphi A atau B Imunitas terjadi dalam waktu 15 hari sampai 3 minggu setelah imunisasi Reaksi pasca imunisasi: demam, nyeri ringan, kadang ruam kulit dan eritema, indurasi tempat suntikan, daire, muntah. IMUNISASI VARICELLA Vaksin varicella (vaRiLrix) berisi virus hidup strain OKA yang dilemahkan. Bisa diberikan pada umur 1 tahun, ulangan umur 12 tahun. Vaksin diberikan secara sub kutan Penyimpanan pada suhu 2-8C Kontraindikasi: demam atau infeksi akut, hipersensitifitas terhadap neomisin, kehamilan, tx imunosupresan, keganasan, HIV, TBC belum tx, kelainan darah. Reaksi imunisasi sangat minimal, kadang terdapat demam dan erupsi papulo-vesikuler. IMUNISASI HEPATITIS A Imunisasi diberikan pada daerah kurang terpajan, pada anak umur > 2 tahun. Imunisasi dasar 3x pada bulan ke 0, 1, dan 6 bulan kemudian. Dosis vaksin (Harvix-inactivated virus strain HM 175) 0,5 ml secara IM di daerah deltoid. Reaksi yag terjadi minimal kadang demam, lesu, lelah, mual-muntah dan hialng nafsu makan VAKSIN COMBO Gabungan beberapa antigen tunggal menjadi satu jenis produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda, misal DPT + hepatitis B +HiB atau Gabungan beberapa antigen dari galur multipel yg berasal dari organisme penyakit yang sama, misal: OPV

Tujuan pemberian Jumlah suntikan kurang Jumlah kunjungan kurang Lebih praktis, compliance dan cakupan naik Penambahan program imunisasi baru mudah Imunisasi terlambat mudah dikejar Biaya lebih murah Daya proteksi Titer antibodi salah satu antigen lebih rendah namun masih diatas ambang protektif. Efektivitasnya sama di berbagai jadwal imunisasi. Bisa terjadi kemampuan membuat antibodi utk mengikat antigen berkurang. Dapat terjadi respon imun antigen kedua berubah. Reaktogenitas yang ditentukan terutama oleh ajuvan tidak berbeda jauh. Nyeri berat lebih sering terjadi pada vaksin kombo (Bogaerts, Belgia). Cakupan imunisasi menjadi lebih tinggi. KIPI pada dosis vaksin ekstra tidak bertambah COLD CHAIN (RANTAI DINGIN) Vaksin harus disimpan dalam keadaan dingin mulai dari pabrik sampai ke sasaran. Simpan vaksin di lemari es pada suhu yang tepat Pintu lemari es harus selalu tertutup dan terkkunsi Simpan termometer untuk memonitor lemari es. Taruh vaksin Polio, Campak, pada rak I dekat freezer. Untuk membawa vaksin ke Posyandu harus menggunakan vaccine carrier/ termos yang berisi es. Disadur dari tulisan : dr. B Gebyar TB, SpA

makalah imunisasiLatar Belakang Dewasa ini masih banyak yang menyepelekan imunisasi dan bahkan banyak anak yang tidak mendapatkan imunisasi sehingga dikhawatirkan saat dewasa nanti tidak kebal terhadap penyakit tertentu dan bahkan akan membahayakan hidupnya.

Masih banyak orang yang kurang tanggap terhadap gejala kelainan kekebalan tubuh karena kurang tahu gejala umumnya dan kurang merespon karena menganggap kelainan imunitas tidak berbahaya. Rumusan masalah 1. Apa saja jenis-jenis imunisasi itu? 2. Apa saja kelainan pada sistem imun? 3. Apa yang dimaksud dengan respon imun? 4. Jenis penyakit apa saja yang bisa diberi vaksin? Tujuan 1. Mengetahui jenis-jenis imunisasi. 2. Mengidentifikasikan macam macam kelainan atau gangguan yang terjadi dalam sistem kekebalan. 3. Mengetahui cara umum yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi efek penyakit kelainan kekebalan tubuh. 4. Mengetahui beberapa penyakit yang bisa di beri vaksin. 5. Mengetahui kelainan pada sistem imun. KAJIAN TEORI PENGERTIAN IMUNISASI Imunisasi Alami adalah tindakan pencegahan yang dilakukan oleh tubuh. Imunisasi Buatan adalah tindakan pencegahan untuk melawan penyakit tertentu secara buatan dengan menggunakan pil atau suntikan. Imunusasi diperoleh dari sumber-sumber berikut: Mikroorganisme mematikan yang dimatikan. Strain hidup yang tidak mematikan. Toksin yang dimodifikasi. Antigen hasil isolasi, terpisah dari patogennya. Antigen hasil rekayasa genetik. JENIS-JENIS IMUNISASI

Imunisasi BCG Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. Imunisasi DPT Imunisasi DPT adalah suatu vaksin yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang. Imunisasi DT Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Imunisasi TT Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. Imunisasi Campak Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Imunisasi MMR Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Imunisasi Hib Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. Imunisasi Varisella Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan mengelupas. Imunisasi HBV Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian.

Imunisasi Pneumokokus Konjugata Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).

IMUNISASI AKTF DAN IMUNISASI PASIF Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak. Vaksin antara lain untuk penyakit: 1. Tetanus Tetanus adalah infeksi akut karena racun yang dibuat dalam tubuh oleh bakteri Clostridium tetani. Macam vaksinnya adalah toksoid, diberikan dalam bentuk suntikan. 2. Meningitis meningokokus (Meningokok) Penyakit radang selaput otak (meningitis) disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis (meningokokus). 3. Tifoid Lebih dikenal sebagai penyakit typhus atau demam Tifoid. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. 4. Campak (Measle) 5. Parotitis (Mumps) atau gondongan Parotitis disebabkan oleh virus yang menyerang kelenjar air liur di mulut, dan banyak diderita anakanak dan orang muda.

6. Rubella (campak Jerman) Rubella merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, mengakibatkan ruam pada kulit menyerupai campak, radang selaput lendir, dan radang selaput tekak. 7. Yellow fever (demam kuning) Penyakit ini disebabkan virus yang dibawa nyamuk Aedes dan Haemagogus. 8. Hepatitis B Vaksinasi hepatitis B diperlukan untuk mencegah gangguan hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). 9. Japanese B enchephalitis Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menimbulkan infeksi pada otak. Virus dibawa oleh nyamuk Culex yang hidup di daerah Asia (dari India Timur ke Korea, Jepang, dan Indonesia). 10. Rabies Penyakit infeksi pada otak ini disebabkan oleh virus. Vaksin diberikan melalui suntikan sebanyak 3 kali, yaitu hari ke-0, 7, dan 28. 11. Influenza Penyakit yang disebabkan oleh virus dari keluarga Orthomyxoviridae ini menimbulkan wabah berulang dengan aktivitas kuat serta kejadian infeksi dan kematian yang tinggi pada semua usia. RESPON IMUN Respon imun adalah cara yang dilakukan tubuh untuk memberi respon terhadap masuknya pathogen atau antigen tertentu ke dalam tubuh. Respon imun dibedakan menjadi dua yaitu: Respon Imun Non Spesifik Respon ini timbul terhadap jaringan tubuh yang rusak atau terluka. Respon imun non spesifik berupa inflamasi dan fagositosis. a. Inflamasi Inflamasi merupakan reaksi cepat terhadap kerusakan jaringan. Reaksi ini mencegah penyebaran infeksi ke jaringan lain dan mempercepat proses penyembuhan. Tanda tanda terjadi inflamasi : Timbul warna kemerahan, disebabkan pembuluh darah membesar dan meningkatkan aliran darah ke area yang rusak. Timbul panas, disebabkan aliran darah yang lebih cepat. Terjadi pembengkakan. Timbul rasa sakit. b. Fagositosis Dilakukan oleh sel darah putih jenis neutrofil dan monosit. Proses fagositosis meliputi sel darah putih menelan pathogen.

Respon Imun Spesifik Respon imun spesifik melindungi tubuh dari serangan pathogen dan juga memastikan pertahanan tubuh tidak berbalik melawan pertahanan tubuh itu sendiri. Respon ini timbul dari dua system yang berbeda, yaitu: a. Antibody-Mediated Immunity Respon ini hanya diperantarai antibody dan tidak melibatkan sel. Antibody akan menyerang bakteri atau virus sebelum pathogen tersebut masuk ke dalam tubuh. Antibody dihasilkan oleh sel limfosit B dan teraktivasi bila mengenai antigen yang terdapat pada permukaan sel pathogen, dengan bantuan sel limfosit T. Terdapat 3 jenis sel limfosit B: Sel B plasma, mensekresikan antibody ke system sirkulasi tubuh. Sel B memori, hidup untuk waktu yang lama dalam darah. Sel B pembelah, berfungsi menghasilkan lebih banyak lagi sel-sel limfosit B. Aksi antibody terhadap antigen adalah sebagai berikut: Menyebabkan antigen saling melekat Menstimulasi fagositosis oleh neutrofil Berperan sebagai antitoksin. Mencegah bakteri pathogen melekat pada membrane sel tubuh. b. Cell-Mediated Immunity Merupakan respon imun yang melibatkan sel-sel yang menyerang langsung organism asing. Sel yang terlibat adalah sel limfosit T, yang ketika teraktivasi akan mematikan beberapa mikroorganisme. Beberapa macam sel limfosit T: Sel T pembantu, membantu atau mengontrol system spesifik lainnya. Sel T pembunuh, menyerang sel tubuh yang terinfeksi dan sel-sel pathogen yang relative besar secara langsung. Sel T superior, menurunkan dan menghentikan respon imun. Kelainan pada sistem Imun Autoimunitas Autoimunitas merupakan penyakit yang menyebabkan tubuh mengembangkan antibodi pada antigennya sendiri. Macam antoimunitas adalah artitis reumatik, anemia pernisiosa dan penyakit adison, lupus.

Aids AIDS merupakan penyakit yang disebabkan karena virus HIV (Human Immunodefisiency virus), penyakit ini menyerang sistem kekebalan tubuh. Kelainan Genetis juga bisa meyebabkan kelainan Sistem Imun dan tidak dapat disembuhkan. Tindakan Pencegahan Vaksinasi Pemberian obat-obat yang sesuai Pengendalian perantara penyakit Meningkatkan kebersihan lingkungan dan diri sendiri Pengenalan terhadap benda asing KESIMPULAN Imunisasi adalah cara memperkuat sistem Imun. Imunisasi aktif merupakan pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Sedangkan imunisasi pasif merupakan penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Respon imun adalah cara yang dilakukan tubuh untuk memberi respon terhadap masuknya pathogen atau antigen tertentu ke dalam tubuh. Sebagian besar kelainan Sistem Imuni berasal dari kelainan Genetis .

Perlukah Anak Di Imunisasi? (Bahaya Imunisasi)Posted on March 28th, 2008 in Misc IMUNISASI yang saya maksud disini adalah imunisasi dengan cara VAKSINASI

foto: kompas.com Dalam dua hari ini saya berdiskusi disebuah mailing list, namanya milis sehat yang dimoderatori oleh beberapa DSA (Dokter Spesialis Anak). Karakter milis ini adalah lebih cenderung tanya jawab antara pasien dengan dokternya, dibanding milis lain yang kebanyakan anggota milisnya berkedudukan setara. Arus informasi tidak searah. Posting saya yang berjudul Betulkah Imunisasi Tidak Perlu? ditanggapi dengan baik oleh semua anggota milis tetapi dengan posisi yang sama. Tidak ada satu orangpun yang sependapat dengan saya bahwa Imunisasi bukanlah sesuatu yang harus. Seperti yang sudah saya bayangkan sebelum membuka diskusi, dalam diskusi ini saya sendirian dengan pendapat bahwa Imunisasi tidak perlu buat balita. Kondisi ini terbentuk karena karakter milis yang saya sampaikan diatas. Bahkan mungkin banyak yang menganggap saya bodoh dengan tidak mengimunisasi anak saya. Its fine, pasti dia punya dasar pijakan berfikir yang saya tidak miliki. Kalau referensi ilmu saya sama dengan dia tentu saya akan berfikir seperti dia. Begitu juga sebaliknya, jika pengetahuan yang saya miliki ada didalam kepalanya, belum tentu dia akan berfikir seperti itu. Ya, dengan keterbatasan ilmu kesehatan/kedokteran tentu saya tidak bisa memahami dengan baik manfaat imunisasi seperti yang didukung oleh semua smart parents dimilis tersebut. Karena keterbatasan ilmu itu pula saya melakukan imunisasi terhadap dua orang balita saya dengan lengkap (kecuali polio). Imunisasi polio terlalu beresiko menurut saya. Hal kontroversial lain yang sering dibahas dimilis ini tetapi diterima dengan baik oleh anggota milis adalah penggunaan anti biotik dalam resep obat oleh kebanyakan dokter. Ketika hal ini saya lontarkan ke seorang dokter maka tanggapannya sama dengan tidak mengimunisasi balita. Dokter menjawab saya lebih tahu. Tetapi kenapa diterima baik oleh milis ini, karena arus informasinya tidak frontal tetapi sesuai arus, datang dari dokter yang diikuti oleh anggota milis lain. Jika issue tidak perlu imuniasi ini dibawa oleh dokter tentu kondisi diskusi akan jauh berbeda. Yang mau bergabung dimilis ini silakan kirim email ke [email protected]

Yang sependapat dengan saya: 1. http://gugundesign.wordpress.com/2007/08/07/imunisasi-siapa-tidak-takut/ 2. http://forum.ub.ac.id/index.php?action=vthread&forum=6&topic=138 Soal halal atau haramnya, kunjungi website ini: http://imunisasihalal.wordpress.com/ Yang tidak sependapat dengan saya: 1. Cari sendiri 2. Cari sendiri 3. Silakan ikuti yang nomor 1 & 2 ) Update 21 Nov 2009: Bahaya MERCURY yang terdapat didalam vaksin yang disuntikkan kedalam tubuh bayi anda.

PEMBUNUH NEURON (SEL OTAK) TERGANAS.

YANG MEMBUAT ANAK ANDA JADI AUTIS DAN ADD. Update 15 Des 2009: Berikut ini informasi resmi dari WHO. In the absence of immunity induced by vaccination, human beings appear to be universally susceptible to infection with the smallpox virus. Dengan tidak adanya kekebalan yang disebabkan oleh vaksinasi, tampaknya manusia secara universal rentan terhadap infeksi dengan virus cacar.Mempertimbangkan ImunisasiAuthor: Pediatrica Gadjah Mada | Filed Under: imunisasi, kontroversi | at 09:43 |

MEMPERTIMBANGKAN IMUNISASI oleh dr Yanuar Adjie,Mkes, SpA Source : yanuaradjie.wordpress.com Tulisan ini sengaja dibuat sebagai jawaban & reaksi dari apa yg ada di blog pak Gugun di www.gugundesign.wordpress.com/2007/08/07/imunisasi-siapa-tidak-takut/ Sebenarnya di blog tersebut juga sudah terjadi diskusi yang panjang dan menarik, yangg bila dibaca pendapat2 yang berkembang tersebut terdapat pro dan kontra. Ini berarti belum ada kesepakatan & kesimpulan mengenai hal ini. Saya akan mencoba menerangkan dari apa yg saya tahu ttg masalah ini (ini bukan berarti saya yg paling tahu lho), karena ternyata ada teman saya, sesama dokter anak, yg mendapat complain dari orang tua pasien karena mendapat informasi dari blognya pak Gugun. Tulisan ini saya masukkan ke blog saya agar pasien2 saya dapat ikut membaca dan memahami (dan saya harap kemudian setuju, atau paling tidak bijak dlm mensikapi masalah ini). 1. Imunisasi pada dasarnya harus dilakukan secara sukarela kepada siapa saja yg akan mendapatkannya. Memang pd anak terdapat istilah imunisasi wajib (5 macam pada saat bayi), tp menurut saya, dokter & pemerintah hanya bisa menganjurkan tindakan ini. Bila orang tua si anak tidak mau, dokter tidak bisa memaksakan, hanya bisa sebatas memberi saran & penjelasan. Kecuali utk imunisasi wajib sebelum berangkat haji, saya belum ada komentar, karena memang yg saya tahu hal itu wajib & menjadi syarat. Apa kalau kita menandatangani surat penolakan kita tetap tidak boleh berangkat haji, saya tdk tahu karena belum pernah mencoba. Mungkin itu juga termasuk regulasi dari pemerintah Arab Saudi. Mungkin kita akan membahasnya lebih lanjut di tempat yg lain. 2. Dari pengalaman saya, manfaat imunisasi memang baru terasa bila anak kita menderita sakit yg seharusnya bisa dicegah dgn imunisasi. Begitu yang kadang saya katakan pd orang tua pasien yg tdk mau mengimunisasi campak anaknya & kemudian anaknya sakit campak. Bila anak kita, yg diimunisasi atau tidak, tidak menderita sakit apa2, kita lupa akan manfaat imunisasi. 3. Di dalam ilmu kedokteran, kaidah2 yg obyektif (terlihat secara kasat mata, dsb) adalah sebagai kaidah yg disuperioritaskan. Ilmu kedokteran tdk membahas hal2 yg supranatural, tetapi hanya yg natural2 saja. Semua data diolah secara obyektif dan terbuka. Adakah data2

yg kotor & manipulatif? Rasa saya kok ada, dimana kepentingan politik, bisnis dsb ikut bermain dalam dunia kedokteran ini. Dalam dunia ilmu kedokteran juga menganut teori relatifitas, maksudnya tidak ada ilmu yang absolut. Hari ini mungkin pendapat/ilmu A yang dianut, besok mungkin sdh ilmu B. Kalau dalam Islam ada ijtihad yang katanya kalau benar dapat pahala dua, kalau salahpun tetap mendapat pahala satu. Kita bebas memilih pendapat mana yg kita anut sesuai dengan keyakinan masing2 dimana keterangan yg (kita anggap paling) jujur & pengalaman menjadi dasar keyakinan itu. Di ilmu tentang imunisasi yg saya tahu sudah dinyatakan dengan jujur bahwa keefektifan imunisasi memang tidak sampai 100%, begitu pula keamanannya tidak 100% aman. Masing2 jenis imunisasi mempunyai keterangannya sendiri2 ttg hal ini, seperti BCG, Polio, DPT, MMR dsb. Menjadi tugas dokter yg akan mengimunisasi utk menerangkan seluk beluk imunisasi tsb, terutama bila ditanya. Karena orang tua yg membawa anaknya utk imunisasi dianggap sudah tahu ttg masalah ini, walaupun tidak salah & lebih baik bila dokter sembari mempersiapkan proses imunisasinya mencoba bertanya kepada orang tua si anak sampai sejauh mana persepsi orang tua thd imunisasi tersebut. Karena pengalaman saya, ada orang tua yg menganggap imunisasi HiB adalah imunisasi utk otak, atau imunisasi utk radang otak (padahal hanya khusus utk kuman yg bernama HiB saja), bahkan yang lebih parah katanya imunisasi buat kepinteran.. Wah, wah.. lebay deh.. (dan ironisnya kalau tdk salah info itupun didpt dari seorang dokter.. Wah, gawat.. dokternya pun ikut menyesatkan..). Saya tidak (atau belum) akan mengungkapkan tentang imunisasi satu persatu di tulisan ini. Inti dari poin 3 ini adalah bahwa dunia kedokteran jujur mengakui & mengungkapkan fakta2 mengenai imunisasi. Bagaimana dengan dunia lain, selain kedokteran, silakan anda nilai sendiri. 4. Mengenai kandungan vaksin yg terdapat unsur babi dsb, saya berpendapat kalau memang itu terpaksa maka saya kira agama dapat memberi keringanan, kalau tdk ada alternatifnya. Kalau umat islam ingin vaksin yang tdk ada unsur2 babi, dsb, nyatanya kalangan kita blm mampu memproduksi sendiri. Mengenai kandungan racun, dsb, vaksin tsb dipastikan sdh melalui uji yg ketat, yg sdh diperhitungkan segala risikonya. Masa sih mereka (produsen) juga ingin meracuni anak2 mereka sendiri? Saya kira tidak. Lagipula apa bisa badan kita ini steril 100% dari racun2 tsb saat ini? susah deh sepertinya di lingkungan kita seperti sekarang ini. 5. Kita perlu mempelajari jenis2 vaksin satu demi satu. Dari situ kita bisa tentukan mana yg signifikan kebermaknaannya dlm mencegah penyakit, dan mana yg berisiko tinggi dlm membahayakan tubuh manusia. Mungkin saya perlu beri contoh bagaimana imunisasi sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Penyakit cacar, alhamdulillah, sdh punah dari muka bumi kita. Cacar (variola), bkn cacar air, yg bila orang terkena akan menimbulkan bekas bopeng2 pd kulit. Itulah manfaat vaksin, yg jelas terbukti sangat meyakinkan. Jadi kesimpulannya, kita perlu data lbh banyak lagi, utk dpt menentukan sesuatu hal. Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Judul tulisan di blog pak Gugun cukup baik, tp harus diikuti oleh data2 yg berimbang (disertai bukti, manfaat vaksin, dll), biar pembaca memperoleh informasi yang cukup utk proses pengambilan keputusan terbaiknya, terutama dalam masalah imunisasi bagi anaknya. Terima kasih.

Bahaya IMUNISASI!

Imunisasi merupakan cara terbaik untuk melindungi anak dari berbagai macam penyakit. Anda mendengar hal ini dari dokter, media masa, brosur di klinik, atau teman-teman Anda. Tetapi, apakah Anda pernah berpikir ulang tentang tujuan imunisasi? Pernahkah anda meniliti lebih lanjut terhadap isu-isu dan cerita mengenai sisi lain imunisasi (yang tidak pernah diinformasikan oleh dokter)? Baiklah, mari kita ikuti lebih lanjut

Serangkaian imunisasi yang terus digiatkan hingga saat ini oleh pihak-pihak terkait yang katanya demi menjaga kesehatan anak, patut dikritisi lagi baik dari segi kesehatan maupun syariat. Teori pemberian vaksin yang menyatakan bahwa memasukkan bibit penyakit yang telah dilemahkan kepada manusia akan menghasilkan pelindung berupa anti bodi tertentu untuk menahan serangan penyakit yang lebih besar. Benarkah? Tiga Mitos Menyesatkan Vaksin begitu dipercaya sebagai pencegah penyakit. Hal ini tidak terlepas dari adanya 3 mitos yang sengaja disebarkan. Padahal, hal itu berlawanan dengan kenyataan. effektif melindungi manusia dari penyakit. Kenyataan: Banyak penelitian medis mencatat kegagalan vaksinasi. Campak, gabag, gondong, polio, terjadi juga di pemukiman penduduk yang telah diimunisasi. Sebagai contoh, pada tahun 1989, wabah campak terjadi di sekolah yang punya tingkat vaksinasi lebih besar dari 98%. WHO juga menemukan bahwa seseorang yang telah divaksin campak, punya kemungkinan 15 kali lebih besar untuk terserang penyakit tersebut daripada yang tidak divaksin. Imunisasi merupakan sebab utama penurunan jumlah penyakit. Kebanyakan penurunan penyakit terjadi sebelum dikenalkan imunisasi secara masal. Salah satu buktinya, penyakit-penyakit infeksi yang mematikan di AS dan Inggris mengalami penurunan rata-rata sebesar 80%, itu terjadi sebelum ada vaksinasi. The British Association for the Advancement of Science menemukan bahwa penyakit anak-anak mengalami penurunan sebesar 90% antara 1850 dan 1940, dan hal itu terjadi jauh sebelum program imunisasi diwajibkan. imunisasi benar-benar aman bagi anak-anak Yang benar, imunisasi lebih besar bahayanya. Salah satu buktinya, pada tahun 1986, kongres AS membentuk The National Childhood Vaccine Injury Act, yang mengakui kenyataan bahwa vaksin dapat menyebabkan luka dan kematian. Racun dan Najis? Tak Masuk Akal Apa saja racun yang terkandung dalam vaksin? Beberapa racun dan bahan berbahaya yang biasa digunakan seperti Merkuri, Formaldehid, Aluminium, Fosfat, Sodium, Neomioin, Fenol, Aseton, dan sebagainya. Sedangkan yang dari hewan biasanya darah kuda dan babi, nanah dari cacar sapi, jaringan otak kelinci, jaringan ginjal anjing, sel ginjal kera, embrio ayam, serum anak sapi, dan sebagainya. Sungguh, terdapat banyak persamaan antara praktik penyihir zaman dulu dengan pengobatan modern. Keduanya menggunakan organ tubuh manusia dan hewan, kotoran dan racun (informasi ini diambil dari British National AntiVaccination league) Dr. William Hay menyatakan, Tak masuk akal memikirkan bahwa Anda bisa menyuntikkan nanah ke dalam tubuh anak kecil dan dengan proses tertentu akan meningkatkan kesehatannya. Tubuh punya cara pertahanan tersendiri yang tergantung pada vitalitas saat itu.

Jika dalam kondisi fit, tubuh akan mampu melawan semua infeksi, dan jika kondisinya sedang menurun, tidak akan mampu. Dan Anda tidak dapat mengubah kebugaran tubuh menjadi lebih baik dengan memasukkan racun apapun juga ke dalamnya. .. (Immunisation:The Reality behind the Myth) Makhluk Mulia Vs Hewan Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Manusia merupakan khalifah di bumi, sehingga merupakan ashraful makhluqaat (makhluk termulia). Mengingat keunggulan fisik, kecerdasan, dan jiwa secara hakiki, manusia mengungguli semua ciptaan Allah yang ada. Manusia merupakan makhluk unik yang dilengkapi sistem kekebalan alami yang berpotensi melawan semua mikroba, virus, serta bakteri asing dan berbahaya. Jika manusia menjalani hidupnya sesuai petunjuk syariat yang berupa perintah dan larangan, kesehatannya akan tetap terjaga dari serangan virus, bakteri, dan kuman penyakit lainnya. Sedangkan orang-orang kafir, mengangap adanya kekurangan dalam diri manusia sebagai ciptaan Allah, sehingga berusaha sekuat tenaga memperkuat sistemn pertahanan tubuh melalui imunisasai yang tercampur najis dan penuh dengan bahaya. Manusia merupakan makhluk yang punya banyak kelebihan. Terdapat perbedaan yang mencolok antara manusia dengan hewan tingkat rendah. Apa yang dapat diterapkan padanya tidak cocok bagi hewan, demikian juga sebaliknya. Namun, orang-orang atheis menyamakan hewan dengan manusia, sebab mereka menganut teori evolusi manusia melalui kera yang sangat menggelikan. Oleh karena itu, mereka percaya bahwa apa yang dimiliki hewan dapat secara aman dimasukkan ke dalam tubuh manusia. Jadi, sel-sel hewan, virus, bakteri, darah, dan nanah disuntikkan ke dalam tubuh manusia. Logika setan ini adalah menjijikkan menurut Islam. Imunisasi digembar-gemborkan sebagai suatu bentuk keajaiban pencegahan penyakit, padahal faktanya cara itu tidak lebih hanya sebagai proyek penghasil uang para dokter dan perusahaan farmasi. Dalam kenyataannya, imunisasi lebih banyak menyebabkan bahaya daripada kesehatan. Bahkan, mengacaukan proses-proses alami yang ada dalam ciptaan-Nya. Nah, dengan paparan singkat ini, orang tua mana yang merasa tidak takut untuk memberikan imunisasi pada anaknya? (dsw)