imunisasi dasar
-
Upload
oktaviana-karyanti-juita -
Category
Documents
-
view
31 -
download
0
description
Transcript of imunisasi dasar
TUGAS UJIAN
ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
IMUNISASI DASAR
OLEH :
Oktaviana Karyanti Juita
0861050164
PEMBIMBING :
dr. Adolfina R. Amahorseja, MS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KELUARGA
PERIODE 26 AGUSTUS 2013 - 21 SEPTEMBER 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
MACAM–MACAM IMUNISASI DASAR PROGRAM PENGEMBANGAN IMUNISASI (PPI)
1. Imunisasi BCG ( Bacille Calmette-Guerin )
Vaksin BCG merupakan vaksin hidup yang dibuat dari Mycobacterium bovis. Vaksin
diberikan pada anak ≤ 2 bulan, secara intrakutan 0,1 ml, di dalam spuit 1 cc pada
insertion muskulus deltoideus.
Reaksi yang mungkin terjadi setelah penyuntikan :
- Reaksi local 1 – 2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timmbu
kemerahan dan teraba benjolan yang kemudia benjolan menjadi pustule, lalu pecah
dan membentuk luka ( ulkus ). Luka ini akhirnya sembh secara spontan dan
meninggalkan scar. Bia tidak ada scar, berarti imunisasi BCG tidak jadi, maka akan
diulang dan bila bayi sudah berumur lebih dari 2 bulan maka harus dilakukan uji
Mantoux terlebh dahulu.
- Reaksi regional : terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher tanpa
disertai nyeri tekan maupun demam yang akan menghilang dalam watu 3 – 6 bulan.
2. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi HB memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Dosis pertama (HB 0)
diberikan segera setelah bayi lahir atau kurang dari 7 hari setelah kelahiran. Pada umur 2
bulan, bayi mendapat imunisasi HB I dan 4 bulan kemudian mendapat imunisasi HB II.
Vaksin hepatitis diberikan secara intramuskular, pada 1/3 anterolateral vastus lateralis
kiri atau kanan. Dengan dosis 0,5 mL.
3. Imunisasi Polio
Penyakit ini disebabkan oleh virus poliomyelitis pada medula spinalis yang secar
klasik menimbulkan kelumpuhan. Virus termasuk dalam kelompok entero virus, famili
Picornaviridae. Dikenal 3 macam serotipe virus polio, yaitu P1, P2, P3. Virus polio
masuk melalui mulut dan multiplikasi pertama kali terjadi pada tempat implantasi dalam
faring dan traktus gastrointestinal. Virus menembus jaringan limfoid setempat, masuk ke
dalam pembuluh darah, kemudian masuk sistem saraf pusat. Aplikasi virus polio dalam
neuron motor kornu anterior medula spinalis, dan batang otak mengakibatkan kerusakan
sel dan menyebabkan manifestasi poliomielitis yang spesifik. Paralisis flasid terjadi pada
kurang 2% semua infeksi polio.
Vaksin polio berisi virus polio tipe 1, 2, dan 3, yang merupakan suku Sabin yang
masih hidup, tetapi sudah dilemahkan (attenuated). Pemberian dilakukan 4 kali, dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu. Dimulai pada anak usia 0 bulan (segera setelah
lahir), Tiap dosis (2 tetes = 0,1 ml) diberikan secara tetes oral. Kemudian vaksin ini
memacu pembentukan antibodi baik dalam darah, maupun pada epitelium usus, yang
menghasilkan pertahanan lokal dan sistemik terhadap virus polio.
4. Imunisasi DPT ( Difteri Pertusis tetanus )
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3 in 1 yang melindungi terhadap Difteri,
pertusis, dan tetanus.
Difteria adalah suatu penyakit akut yang bersifat toxin-mediated disease dan
disebabkan oleh kuman Corynobacterium diphteriae. Seseorang anak dapat terinfeksi
pada naso-faringnya, dan kuman tersebut akan memproduksi toksin yang menghambat
sintesis protein seluler dan menyebabkan destruksi jaringan setempat, dan terjadilah
selapu/membran yang dapat menymbat jalan napas.
Pertusis atau batuk rejan adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri
Borditella pertusis. Merupakan kuman yang bersifat gram negatif dengan menimbulkan
gejala terjadinya penumpukan lendir dalam saluran napas akibat kegagalan aliran oleh
bulu getar yang lumpuh, yang berakibat terjadinya batuk paroksismal tanpa inspirasi,
yang diakhiri dengan bunyi whoop. Pasien biasanya akan muntah dan sianosis, dan
menjadi sangat lemas dan tegang.
Tetanus adalah suatu penyakit akut yang bersifat fatal yang disebabkan oleh
eksotoksin yang diproduksi oleh kuman Clostridium tetani. Berbentuk batang, dan
bersifat anaerobik, gram positif yang mampu menghasilkan spora dengan bentuk
drumstick. Sensitif terhadap panas, dan tidak bisa hidup dengan lingkungan ber-oksigen.
Kuman masuk ke dalam tubuh melalui luka, dalam suasana anaerob, kemudian produksi
toksin terjadi (tetanospasmin) terjadi, disebarkan melalui darah dan limfa, lalu menmpel
pada reseptor di sistem saraf. Gejala utamanya terjadi kontraksi serta spastisitas otot yang
tak terkontrol, kejang-kejang, dan gangguan sistem saraf otonom.
Vaksin DPT diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan, dengan interval 4-6 minggu.
DPT 1 pada umur 2-4 bulan, DPT 2 umur 3-5 bulan, dan DPT 3 umur 4-6 bulan. Ulangan
diberikan setelah 1 tahun pemberian DPT 3, yaitu sekitar 18-24 bulan. Dan DPT 5 dapat
diberikan pada umur 5-7 tahun. Pemberian vaksin DPT dengan dosis 0,5 ml, secara
intramuskular, pada 1/3 anterolateral vastus lateralis kiri atau kanan.
5. Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan dan di
ulang 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan sebanyak 0,5 mL secara
intramuskular pada 1/3 anterolateral vastus lateralis kiri atau kanan.