Teori Dasar Imunisasi

21
2.1.3 Teori Dasar Imunisasi 2.1.3.1 Pendahuluan Imunisasi dasar lengkap Pengertian status imunisasi dasar lengkap Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif. Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. (Ranuh, 2008) Status imunisasi dasar lengkap Menurut kamus bahasa Indonesia kelengkapan berasal dari kata lengkap yang artinya tidak ada kekurangan. (Ahmad, 2006) Imunisasi dasar adalah imunisasi dengan program pemerintah, anak- anak wajib mendapat imunisasi terhadap tujuh macam penyakit TBC, difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis) polio, campak (Measles, morbili) dan hepatitis B (Ranuh,2008). Kelengkapan dalam memberikan imunisasi terhadap penyakit TBC, difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis) polio, campak (measles, morbili), dan hepatitis B dengan tidak ada kekurangannya (Raditya, 2009).

description

imunisasi

Transcript of Teori Dasar Imunisasi

Page 1: Teori Dasar Imunisasi

2.1.3 Teori Dasar Imunisasi

2.1.3.1 Pendahuluan

Imunisasi dasar lengkap

Pengertian status imunisasi dasar lengkap

Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif. Imunisasi

adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu

antigen, sehingga bila kelak ia terkena antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. (Ranuh,

2008)

Status imunisasi dasar lengkap

Menurut kamus bahasa Indonesia kelengkapan berasal dari kata lengkap

yang artinya tidak ada kekurangan. (Ahmad, 2006) Imunisasi dasar adalah imunisasi

dengan program pemerintah, anak- anak wajib mendapat imunisasi terhadap tujuh

macam penyakit TBC, difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis) polio, campak (Measles,

morbili) dan hepatitis B (Ranuh,2008).

Kelengkapan dalam memberikan imunisasi terhadap penyakit TBC, difteri, tetanus,

batuk rejan (pertusis) polio, campak (measles, morbili), dan hepatitis B dengan tidak ada

kekurangannya (Raditya, 2009).

Jenis vaksin yang digunakan dalam mencapai kelengkapan imunisasi adalah Vaksin

BCG, Vaksin DPT/HB, Vaksin Hepatitis B (Uniject-HB), Vaksin Polio, dan Vaksin Campak.

Pelayanan imunisasi dilaksanakan di unit-unit pelayanan kesehatan seperti puskesmas,

puskesmas pembantu, poskesdes, posyandu, RS, rumah bersalin dan dokter praktek

swasta/bidan praktek swasta. (Depkes RI. 2009)

Manfaat imunisasi dasar lengkap

Usia anak-anak merupakan masa rawan terserang penyakit karena daya tahan

tubuhnya belum kuat. Dengan pemberian imunisasi dasar secara lengkap terjadinya penyakit

Page 2: Teori Dasar Imunisasi

terhadap bayi bisa dihindari, itulah salah satu manfaat dari imunisasi. Selain itu ada beberapa

manfaat imunisasi yang lain yaitu :

1) Dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.

2) Upaya pencegahan yang sangat efektif terhadap timbulnya penyakit.

3) Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada diri seseorang atau sekelompok

masyarakat.

4) Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau

kematian.

5) Untuk memberikan kekebalan pada bayi mencegah penyakit dan kematian bayi.

6) Untuk meningkatkan derajat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal

untuk melanjutkan pembangunan negara.

Macam-macam imunisasi dasar lengkap

1) Vaksin Hepatitis B (Uniject- HB)

Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan

dan bersifat non-infecious, berasal dari HbsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (hansenula

polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan. (Depkes RI, 2009)

a) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan

oleh virus hepatitis B.

b) Cara pemberian dan dosis

Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 mL atau 1 buah HB PID (Prefilled

Injection device) pemberian suntikan secara intra muskuler, sebaiknya pada

Page 3: Teori Dasar Imunisasi

anterolateral paha.Imunisasi HB harus segera diberikan setelah lahir atau sedini

mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah lahir paling lambat sampai usia 7 hari.

c) Efek samping

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar

tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2

hari. (Depkes RI, 2009)

d) Kontra indikasi

Jangan diberikan pada bayi dengan berat saat lahir dibawah <2000 gram,

bayi dengan gangguan asfikisia. (Depkes RI,2009)

e) Cara Penyimpanan

Uniject-HB di propinsi disimpan dalam kamar pendingin, di kabupaten/kota

maupun di puskesmas disimpan dalam lemari es dengan suhu 20- 80C seperti

vaksin HB dalam vial sedangkan dirumah bidan/pustu boleh disimpan dalam suhu

udara biasa atau pada suhu kamar sampai (Vaccine Vial Monitor VVM) berubah.

Uniject perlu dilindungi dari sinar matahari langsung karena (Vaccine Vial

Monitor VVM) juga akan cepat berubah warna bila terkena sinar matahari. (Depkes

RI, 2009)

2) Vaksin BCG (bacillus calmette guerine)

a) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis tuberkulosis adalah

penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosa (disebut juga batuk

darah).Penyakit ini menyebar melalui pernafasan lewat bersin atau batuk.Gejala

Page 4: Teori Dasar Imunisasi

awal penyakit adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam, dan keluar

keringat pada malam hari. (Depkes RI, 2009)

Gejala selanjutnya adalah batuk terus menerus, nyeri dada dan (mungkin)

batuk darah. Gejala lain tergantung pada organ yang diserang. Tuberkulosis dapat

menyebabkan kelemahan dan kematian.

b) Cara pemberian dan dosis.

Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu, dengan

menggunakan alat suntik steril 5 ml, dosis pemberian: 0,05 ml sebanyak 1 kali.

Disuntikkan secara intrakutan didaerah lengan kanan atas (insertion musculus

deltoideus) dengan menggunakan Auto Disposable Syiringe 0,05 ml, dan vaksin yang

sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.

c) Kontra indikasi

Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti, eksim, furunkulosis dan

mereka yang sedang menderita TBC.

d) Efek samping

Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam

setelah 1-2 mgg akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah

menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka, luka tidak perlu pengobatan akan

sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut.

Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional diketiak dan atau leher,

terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam.Reaksi ini normal, tidak

memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya. (Depkes

RI,2009)

Page 5: Teori Dasar Imunisasi

e) Cara penyimpanan

Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan pada suhu 2-

80C, tidak boleh beku vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8 jam.

f) Jadwal pemberian imunisasi BCG.

Imunisasi BCG diberikan pada umur <2 bulan sebaiknya pada anak dengan uji

Mantaoux (tuber kulin) negatif (Ranuh, 2008).

3) Vaksin DPT/HB

Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan

dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus

yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infections. (Depkes RI, 2009)

a) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis,

dan hepatitis.

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri coryne bacterium

diphtheriae. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernafasan. (Depkes RI,

2009)

Gejala awal penyakit adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan dan

demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput kebiru- biruan pada tenggorokan dan

tonsil. Difteri dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernafasan yang

berakibat kematian. (Depkes RI, 2009)

Pertusis juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada saluran

pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis. Penyebaran pertusis

adalah melalui percikan ludah (droplet infection) yang keluar dari batuk atau bersin.

Page 6: Teori Dasar Imunisasi

Gejala penyakit adalah pilek, mata merah, bersin, demam, dan batuk ringan yang

lama-kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat

dan keras. Komplikasi pertusis adalah pneumonia bacterialis yang dapat

menyebabkan kematian

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh clostridium tetani yang

menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang, tetapi

melalui kotoran yang masuk kedalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit adalah

kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut,

berkeringat dan demam. Bayi terdapat juga gejala berhenti menetek (sucking)

antara 3 sampai dengan 28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang

hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat

kejang, pneumonia dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian

Hepatitis B (penyakit kuning) adalah penyakit yang di sebabkan oleh virus

hepatitis B yang merusak hati, penularan penyakit adalah secara horizontal yaitu dari

darah dan produknya, melalui suntikan yang tidak aman melalui tranfusi darah dan

melalui hubungan seksual sedangkan penularan secara vertikal yaitu dari ibu ke bayi

selama proses persalinan.

Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada

merasa lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu. Urin menjadi kuning,

kotoran menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pula pada mata ataupun kulit.

Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan pengerasan hati, kanker hati dan

menimbulkan kematian. (Depkes RI, 2009)

b) Cara pemberian dan dosis:

Page 7: Teori Dasar Imunisasi

Pemberian dengan cara intramuskuler 0,5 ml sebanyak 3 dosis. Dosis

pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 – 8 minggu,

interval terbaik 8 minggu (Depkes RI,2009)

c) Kontra indikasi

Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala

serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis.Anak yang

mengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus

dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan

DT. Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain,

vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai

kejang. (Depkes RI,2009)

d) Efek samping

Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas, demam, pembengkakan

atau kemerahan pada tempat penyuntikan. Kadang- kadang terjadi gejala berat seperti

demam tinggi. Iritabilitas dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah

Imunisasi. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.

(Depkes RI,2009)

e) Cara penyimpanan

Vaksin disimpan dalam suhu +20 s/d 80C. Vaksin DPT-HB dapat digunakan

kembali hingga 4 minggu sejak vial vaksin dibuka.

4) Vaksin polio (Oral Polio Vaccine= OPV)

Vaksin oral polio hidup adalah vaksin polio invalent yang terdiri dari suspensi

poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biarkan

jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa. (Depkes RI, 2009)

Page 8: Teori Dasar Imunisasi

a) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis poliomyelitis adalah

penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang

berhubungan yaitu virus polio tipe 1, 2, dan 3. Secara klinis penyakit polio

adalah anak dibawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut (acute flaccid

paralysis AFP). Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia (tinja) yang

terkontaminasi.Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan

kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadi karena

kelumpuhan otot-otot pernafasan terinfeksi dan tidak segara ditangani. (Depkes RI,

2009)

b) Cara pemberian dan dosis

Polio 1 diberikan saat bayi lahir untuk imunisasi dasar (polio 2, 3, 4)

diberikan pada umur 2, 4 dan 6 bulan, interval antara dua imunisasi tidak kurang dari

4 minggu. (Depkes RI, 2009)

c) Kontra indikasi

Pada individu yang menderita “immune deficiency” tidak ada efek yang

berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun

jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat

diberikan setelah sembuh. (Depkes RI, 2009)

d) Efek samping

Menurut WHO pada umumnya imunisasi polio tidak terdapat efek samping.

Efek samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi.

(Depkes RI, 2009)

e) Cara penyimpanan

Page 9: Teori Dasar Imunisasi

Vaksin polio oral (OPV) dapat disimpan beku pada temperature 20C.

Vaksin yang beku dapat dicairkan dengan cara di tempatkan antara telapak

tangan dan digulir-gulirkan dijaga warna tidak berubah yang merah muda sampai

orange muda (sebagai indikator pH). Bila keadaan tersebut dapat terpenuhi, maka

sisa vaksin telah terpenuhi dapat dibekukan lagi, kemudian dapat dipakai lagi sampai

warna berubah dengan catatan dan tanggal kadaluarsa harus selalu diperhatikan.

(Ranuh, 2008)

5) Vaksin campak

Pada tahun 1963, telah dibuat dua jenis vaksin campak yaitu vaksin yang berasal dari

virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe edmonston B) sedangkan, Vaksin yang

berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan formalin

yang dicampur dengan garam alumunium).

Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan 0,5 ml.

Pemberian yang dianjurkan secara subkutan, walaupun demikian dapat diberikan secara

intramuscular. (Ranuh, 2008)

a) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Campak adalah

penyakit yang disebabkan oleh virus myxovirus viri dae measles. Disebabkan melalui

udara (percikan ludah/sewaktu bersin atau batuk dari penderita.

Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek,

konjungtivitis (mata merah) selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher,

kemudian menyebar ketubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah diare

hebat, peradangan pada telinga dan infeksi saluran napas (pneumonia). (Depkes

RI, 2009)

Page 10: Teori Dasar Imunisasi

b) Cara pemberian dan dosis

Sebelum disuntikan vaksin campak terlebih dahulu harus di larutkan dengan

pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. Pemberian diberikan

pada umur 9 bulan secara sub kutan walaupun demikian dapat diberikan secara

intramuscular. (Ranuh, 2008)

c) Kontra indikasi

Individu yang mengidam penyakit immune defiuency atau individu yang

diduga menderita gangguan respon imun karena leukimia, imformasi. Efek samping

hingga 15% dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang

dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi. (Depkes RI, 2009)

d) Cara penyimpanan

Vaksin disimpan pada suhu 00 C sampai 800 C. (Ranuh, 2008)

Faktor-faktor yang mempengaruhi status imunisasi

Tanggung jawab keluarga terutama para ibu terhadap imunisasi bayi atau balita sangat

memegang peranan penting sehingga akan diperoleh suatu manfaat terhadap keberhasilan

imunisasi serta peningkatan kesehatan anak.

Status imunisasi pada bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

1) Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

di dalam atau di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi

proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah seseorang untuk menerima

Page 11: Teori Dasar Imunisasi

informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cendrung mendapatkan informasi,

baik dari informasi maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk maka

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat

kaitannya dengan pendidikan dimana seseorang dengan pendidikan yang tinggi, maka

orang tersebut akan luas pula pengetahuannya. Namun ditekankan pula seseorang yang

berpendidikan rendah belum tentu berpengetahuan rendah pula.

2) Informasi/media Massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat

memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasikan perubahan

atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media

massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai

sarana komunikasi, sebagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,

dll mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam

penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, Media massa membawa pula pesan-pesan

yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru

mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbantuknya

pengetahuan terhadap hal tersebut.

3) Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan atau tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah

yang dilakukan baik atau buruk . Dengan demikian seseorang akan bartambah

pengetahuannya walaupun tidak melakukan Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, Sehingga status sosial

ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Page 12: Teori Dasar Imunisasi

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan didalam individu yang berada dalam

lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya reaksi timbal balikataupun tidak yang akan

direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang

dikembangkan memberi pengetahuan dan ketrampilan profesional serta pengalama belajar

selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manivestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak

dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

6) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga

pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Semakin tua semakin bijaksana, semakin

banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga

menambah pengetahuannya. (Hendra, 2009)

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Di

dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.

Page 13: Teori Dasar Imunisasi

c. Evaluation (menimbang- nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya).

Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,

dan sikapnya terhadap stimulus.

7) Sikap

Sikap adalah kecenderungan bertindak dari individu, berupa respon tertutup terhadap

stimulus ataupun obyek tertentu (Sunaryo,2004). Faktor yang dapat mempermudah atau

mempredisposisikan terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat adalah sikap

seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan. Sikap terhadap

kesehatan adalah pendapat atau penilaian orang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

pemeliharaan kesehatan yang salah satunya mencakup sikap terhadap pencegahan penyakit

menular (Notoatmodjo,2003).

8) Dukungan Keluarga

Keberhasilan program imunisasi di masyarakat berkaitan dengan dukungan dari

kelompok masyarakat, salah satunya adalah keluarga tanggung jawab keluarga dalam

imunisasi pada bayi sangat memegang peranan penting sehingga akan diperoleh suatu

manfaat terhadap keberhasilan imunisasi serta peningkatan kesehatan anak. Dengan adanya

dukungan keluarga mendorong kemauan dan kemampuan yang ditujukan terutama kepada

para ibu sebagai anggota masyarakat untuk menggunakan sarana pelayanan kesehatan.

Semua aktifitas yang dilakukan para ibu seperti dalam pelaksanaan imunisasi pada bayi tidak

lain adalah hasil yang diperoleh dari dukungan keluarga, baik dari suami maupun anggota

keluarga lainnya. Dukungan keluarga merupakan suatu faktor yang mempengaruhi perilaku

seseorang dalam membuat keputusan dengan lebih tepat (Sulistiadi, 2000).

9) Kepercayaan

Page 14: Teori Dasar Imunisasi

Kepercayaan terhadap baik buruknya nilai kesehatan didasarkan atas penilaiannya

pada kemanfaatan yang dirasakan dari segi emosi/kejiwaan, sosial, serta hambatan-hambatan

yang dirasakan (Eko dan Hesty, 2009).

Kepercayaan dan perilaku kesehatan ibu juga hal yang penting, karena penggunaan

sarana kesehatan oleh anak berkaitan erat dengan perilaku dan kepercayaan ibu tentang

kesehatan dan mempengaruhi status imunisasi (Muhammad, 2002). Setelah imunisasi

kadang-kadang timbul kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) seperti demam ringan sampai

tinggi, bengkak, kemerahan, agak rewel. Itu adalah reaksi yang umum terjadi setelah

imunisasi. Umumnya akan hilang dalam 3 – 4 hari, walaupun kadang-kadang ada yang

berlangsung lama (Soedjatmiko,2009). Imunisasi merupakan upaya medis untuk mencegah

terjadinya suatu penyakit. Agama Islam imunisasi syah menurut hukum sehingga masyarakat

tidak ragu untuk melakukan imunisasi sepanjang materi atau bahan yang digunakan berupa

unsur yang haram (Muhammad, 2002).

Orang tua juga harus mengetahui bahwa pemberian imunisasi aman bagi anak,

bahkan saat anak sedang sakit ringan, mempunyai cacat fisik/mental atau mengalami

mal nutrisi (Soedjatmiko, 2009). Faktor pengetahuan memegang peranan penting dalam

pemberian status imunisasi dasar, karena pengetahuan mendorong kemauan dan

kemampuan masyarakat. (Notoatmodjo, 2003)

Menurut Ramli (2007) bahwa status imunisasi dipengaruhi oleh faktor pengetahuan

ibu tentang imunisasi, jumlah anak dan balita, kepuasan ibu terhadap pelayanan petugas

kesehatan, keterlibatan pamong dalam memotivasi ibu dan faktor jarak rumah ke tempat

pelayanan imunisasi.