Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

56
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), lebih dari 10 juta balita meninggal tiap tahun, diperkirakan 2,5 juta meninggal akibat penyakit yang tidak dapat dicegah. Vaksin imunisasi sangat penting untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian. Penyakit infeksi yang datang sebagai pembunuh utama anak – anak yaitu ; campak, poliomielytis, difteri, pertusis (batuk rejam), tetanus dan tuberculosis. Untuk memberantas penyakit ini maka sejak tahun 1997, WHO telah memulai pelaksanaan program imunisasi sebagai upaya global secara resmi yang Expended Program Of Imunitation (EPI) yang dikenal di Indonesia sebagai Program Pengembangan Imunisasi (PPI) (Hadinegoro, 2004) Sejak penetapan EPI oleh WHO, cakupan imunisasi dasar anak meningkat dari 5% hingga mendekati 80% di 1

description

aaaa

Transcript of Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

Page 1: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), lebih dari 10 juta balita

meninggal tiap tahun, diperkirakan 2,5 juta meninggal akibat penyakit yang

tidak dapat dicegah. Vaksin imunisasi sangat penting untuk mengurangi angka

kesakitan dan kematian. Penyakit infeksi yang datang sebagai pembunuh

utama anak – anak yaitu ; campak, poliomielytis, difteri, pertusis (batuk

rejam), tetanus dan tuberculosis. Untuk memberantas penyakit ini maka sejak

tahun 1997, WHO telah memulai pelaksanaan program imunisasi sebagai

upaya global secara resmi yang Expended Program Of Imunitation (EPI) yang

dikenal di Indonesia sebagai Program Pengembangan Imunisasi (PPI)

(Hadinegoro, 2004)

Sejak penetapan EPI oleh WHO, cakupan imunisasi dasar anak

meningkat dari 5% hingga mendekati 80% di seluruh dunia, sekurang –

kuranngnya ada 2,7 juta kematian akibat campak, tetanus neonatorum dan

pertusis serta 200.000 kelumpuhan akibat polio yang dapat dicegah setiap

tahun. Vaksinasi terhadap 7 penyakit telah direkomendasikan EPI sebagai

Imunisasi rutin di negara berkembang yaitu : BCG, DPT, POLIO, CAMPAK,

dan HEPATITIS B (Ali, 2006)

1

Page 2: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

Departemen Kesehatan RI (2004), menyebutkan imunisasi adalah suatu

usaha yang dilakukan dalam pemberian vaksin pada tubuh seseorang

sehingga dapat menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Program

imunisasi di Indonesia dimulai sejak abad ke 19 untuk membasmi penyakit

cacar di Pulau Jawa. Kasus cacar terakhir di Indonesia ditemukan pada tahun

1972 dan pada tahun 1974 Indonesia secara resmi dinyatakan Negara bebas

cacar. Tahun 1977 sampai dengan tahun 1980 mulai diperkenalkan imunisasi

BCG, DPT dan TT secara berturut-turut untuk memberikan kekebalan

terhadap penyakit-penyakit TBC anak, difteri, pertusis dan tetanus

neonatorum. Tahun 1981 dan 1982 berturut-turut mulai diperkenalkan antigen

polio dan campak yang dimulai di 55 buah kecamatan dan dikenal sebagai

kecamatan PPI (Depkes RI, 2000)

Status program yang demikian, pemerintah bertekad untuk mencapai

Universal Child Immunization (UCI) yaitu komitmen internasional dalam

rangka Child Survival pada akhir tahun 1990. Dengan penerapan strategi

mobilisasi sosial dan pengembangan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS),

UCI ditingkat nasional dapat dicapai pada akhir tahun 1990. Akhirnya lebih

dari 80% bayi di Indonesia mendapat imunisasi lengkap sebelum ulang

tahunnya yang pertama (Depkes RI, 2000)

UCI merupakan indikator penting dalam program imunisasi. Target

UCI tahun 2009 adalah >90% artinya target UCI tercapai bila minimal 90%

desa/kelurahan dikabupaten/kota telah memenuhi target imunisasi campak

sebagai imunisasi rutin terakhir.

2

Page 3: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

Cakupan UCI tahun 2009 Provinsi Sumatera Selatan saat ini adalah

82,5% artinya masih sangat jauh dibanding target 90%. Apalagi tahun 2010

ini target UCI harus 100% sesuai Kepmenkes nomor 741 tahun 2008 tentang

Standar Pelayanan Minimal (SPM) kabupaten/kota (Dinkes. 2010: 3).

Penelitian Dwi Lestari pada tahun 2007, menunjukkan bahwa tingkat

ketepatan jadwal imunisasi dengan kategori baik, ditemukan sebagian besar

pada ibu yang berpendidikan formal menengah, berumur antara 20-30 thn,

pekerjaan Ibu Rumah Tangga, dan pada umumnya memiliki 2 orang anak.

Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting karena

suatu pemahaman tentang program ini amat diperlukan untuk kalangan

tersebut. Pemahaman ibu atau pengetahuan ibu terhadap imunisasi sangat

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu (Ali ,2002)

Syahrul,Fariani.,(2002) dalam kesimpulan penelitiannya juga

mengemukakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahun ibu

dan keterpaparan informasi dengan status imunisasi,tingkat pengetahuan ibu

tentang imunisasi sebagian besar (73,0%) sudah baik. Namun demikian juga

masih didapat sebagian kecil (4%) yang tergolong kurang.

Menurut Noor,N.N (2000) menyebutkan berbagai variabel sangat erat

hubungannya dengan status sosio ekonomi sehingga merupakan karakteristik.

Status sosial ekonomi erat hubungannya dengan pendapatan keluarga (Noor,,

2000)

3

Page 4: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang

anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang

primer maupun yang sekunder (Ali, 2002)

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2008, di

Indonesia cakupan imunisasi BCG sebesar 86,9%, imunisasi campak sebesar

81,6%, imunisasi Polio sebesar 71%, imunisasi DPT sebesar 67,7%, dan

imunisasi Hepatitis B sebesar 62,8%, sedangkan cakupan imunisasi lengkap

sebesar 46,2% (Depkes RI, 2008)

Menurut Survei Demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, dewasa

ini angka kematian bayi di Indonesia 34/1000 kelahiran hidup, dan dilaporkan

bahwa sekitar 34.690 meninggal setiap tahun karena berbagai penyakit yang

dapat dicegah dengan imunisasi (BKKBN Sumsel, 2007)

Pelaksanan program imunisasi dasar (BCG, DPT, Hepatitis B, Polio,

Campak) diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat termasuk usaha

swasta baik berbentuk organisasi, yayasan badan usaha maupun perorangan.

Unit pelaksana terdepan adalah puskesmas. Data imunisasi tahun 2010 hasil

cakupan imunisasi untuk Sumatera Selatan secara nasional 94,9% sedangkan

hasil dari Bidan Praktik Swasta Soraya tahun 2011 dimulai dari bulan januari

sampai bulan mei 2011 berjumlah 460 bayi yang diimunisasi.

Berdasarkan penelitian dan data yang diperoleh diatas penulis tertarik

untuk meneliti mengenai “Hubungan Antara Pendapatan Keluarga dengan

Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi di Rumah Bersalin Citra

Palembang Tahun 2011”.

4

Page 5: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

B. Perumusan Masalah

Rendahnya Angka Cakupan Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi

460 orag (4,85%) daru Target yang telah ditetapkan di Rumah Bersalin Citra

Palembang tahun 2011.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana data distribusi frekuensi tentang pemberian imunisasi dasar

pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011.

2. Bagaimana data distribusi frekuensi tentang pendidikan ibu dengan status

pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang

2011.

3. Bagaimana data distribusi frekuensi tentang pengetahuan ibu dengan

pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang

2011.

4. Bagaimana data distribusi frekuensi tentang pendapatan keluarga ibu

dengan pemberian imunisasi dasar di Rumah Bersalin Citra Palembang

2011.

5. Bagaimana hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi

dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang 2011.

6. Bagaimana hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi

dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang 2011.

7. Bagaimana hubungan antara pendapatan keluarga ibu dengan pemberian

imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang 2011.

5

Page 6: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Hubungan Antara Pendidikan, Pengetahuan,

dan Pendapatan Keluarga Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Pada

Bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang 2011.

2. Tujuan Khusus

a. Mendapatkan data distribusi frekuensi tentang pemberian imunisasi

dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011.

b. Mendapatkan data distribusi frekuensi tentang pendidikan ibu dengan

pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra

Palembang tahun 2011.

c. Mendapatkan data distribusi frekuensi tentang pengetahuan ibu dengan

pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra

Palembang tahun 2011.

d. Mendapatkan data distribusi frekuensi tentang pendapatan keluarga ibu

dengan pemberian imunisasi di Rumah Bersalin Citra Palembang

2011.

e. Mendapatkan data tentang hubungan antara Pendidikan Ibu dengan

Pemberian Imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra

Palembang Tahun 2011”.

f. Mendapatkan data tentang hubungan antara pengetahuan Ibu dengan

pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra

Palembang Tahun 2011”.

6

Page 7: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

g. Mendapatkan data tentang hubungan antara pendapatan keluarga Ibu

dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra

Palembang Tahun 2011”.

E. Manfaat Penelitian

1. Untuk Masyarakat

a. Hasil penelitian ini akan dapat digunakan sebagai masukan dalam

meningkatkan upaya pemberian imunisasi dasar pada bayi.

b. Akan memberi masukan penyebab tidak memberikan imunisasi

sehingga dapat mengantipasi masalah dan komplikasi yang akan

terjadi.

2. Untuk Mahasiswa

a. Akan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian

serta sebagai bahan untuk penerapan ilmu yang telah diperoleh selama

kuliah khususnya mata kuliah Metodologi Penelitian.

b. Akan dapat menambah wawasan dibidang Ilmu Kebidanan dalam

praktek sehari-hari yaitu menerapkan asuhan kebidanan khususnya

terhadap pemberian imunisasi.

3. Bagi Institusi

a. Akan dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi mahasiswa

akademi Kebidanan tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi anak

secara tepat.

7

Page 8: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

b. Akan dapat digunakan seagai dasar bagi peneliti lanjut untuk

melakukan penelitian selanjutnya daam hal yang terkait dengan

penelitian ini.

c. Akan dapat menambah referensi bacaan diperpustakaan

d. Akan dapat membagi informasi perkembangan ilmu kebidanan

khusunya pemberian imunisasi dasar pada bayi.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada tanggal Mei – Juli 2011 di Rumah

Bersalin Citra Palembang Tahun 2011.

8

Page 9: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Pemberian Imunisasi Dasar

1. Definisi Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpapar

pada antigen serupa, tidak terjadi penyakit. Imunisasi merupakan cara

yang termudah, teraman dan terbaik untuk mencegah anak terjangkit

penyakit yang berbahaya dan mengancam jiwanya (Ranuh, 2008)

Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja

memasukkan antigen lemah agar merasngsang antibodi keluar sehingga

tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh

mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk ke

dalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut

dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika

nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antingen yang sama dengan

vaksin maka antibodi akan tercipta lebih cepat dan banyak walaupun

antigen bersifat lebih kuat dari vaksin yang pernah dihadapi sebelumnya.

Oleh karena itu imunisasi efektif mencegah penyakit infeksi ( Proverawati,

2010)

9

9

Page 10: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

2. Perkembangan Program Imunisasi di Indonesia

Dalam catatan internasional, pada akhir tahun 1990-an, Indonesia

memiliki reputasi pencapaian program imunisasi yang mengesankan,

berkat sistem pelayanan yang efektif seperti posyandu, pencacatan

pelaporan, dan sistem distribusi vaksin ke daerah-daerah. Pemerintah

secara nasional melakukan kontrol terhadap pelaksanaan imunisasi.

Namun sejak dimulainya desentralisasi tampak adanya gambaran

penurunan dibeberapa daerah, terutama bagi daerah atau wilayah sulit

komunikasi dan transportasi diluar jawa. Daerah ini umumnya kesulitan

dana operasional, seperti membawa vaksin dari kabupaten ke desa-desa,

membiayai juru imunisasi desa dan penyimpanan vaksin. Pada tahun 1984,

cakupan imunisasi lengkap secara nasional baru mencapai 4%. Dengan

strategi akselerasi, cakupan imunisasi dapat ditingkatkan menjadi 73% pada

akhir tahun 1989. Strategi ini terutama ditujukan untuk memperkuat

infrastruktur dan kemampuan manajemen program. Dengan bantuan donor

internasional (antara lain WHO, UNICEF, USAID) program berupaya

mendistribusikan seluruh kebutuhan vaksin dan peralatan rantai dinginnya

serta melatih tenaga vaksinator dan pengelola rantai dingin . Pada akhir tahun

1989, sebanyak 96% dari semua kecamatan di tanah air memberikan

pelayanan imunisasi dasar secara teratur (Depkes RI, 2000)

10

Page 11: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

3. Beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

Imunisasi adalah Upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan

kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit.

Imunisasi juga merupakan upaya pencegahan primer yang sangat efektif

untuk menghindari terjangkitnya penyakit infeksi. Dengan demikian,

angka kejadian penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian

yang ditimbulkannya pun akan berkurang (Depkes RI, 2000)

Program imunisasi menurut Depkes, RI (2005) dilaksanakan dengan

baik melalui program rutin maupun program tambahan untuk Penyakit-

Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) seperti :

a. Tuberkulosis

Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit

TBC ini dapat menyerang semua golongan umur dan diperkirakan

terdapat 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta

orang per tahun. Di negara-negara berkembang kematian ini merupakan

25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan

pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TBC berada di Negara

berkembang.

11

Page 12: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

b. Difteri

Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Corynebacterium diphtheriae merangsang saluran pernafasan terutama

terjadi pada balita. Penyakit difteri mempunyai kasus kefatalan yang

tinggi. Pada penduduk yang belum divaksinasi ternyata anak yang

berumur 1-5 tahun paling banyak diserang karena kekebalan antibodi )

yang diperolah dari ibunya hanya berumur satu tahun.

c. Pertusis

Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi akut yang

disebabkan oleh Bordotella pertusis pada saluran pernafasan. Penyakit

ini merupakan penyakit yang cukup serius pada bayi usia dini dan tidak

jarang menimbulkan kamatian. Seperti halnya penyakit infeksi saluran

pernafasan akut lainnya, pertusis sangat mudah dan cepat penularannya.

Penyakit ini dapat merupakan salah satu penyebab tingginya angka

kesakitan terutama di daerah yang padat penduduk.

d. Tetanus

Penyakit tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman

bakteri Clostridium tetani. Kejadian tetanus jarang dijumpai di negara

yang telah berkembang tetapi masih banyak terdapat di negara yang

sedang berkembang, terutama dengan masih seringnya kejadian tetanus

pada bayi baru lahir (tetanus neonatorum). Penyakit terjadi karena

kuman Clostridium tetani memasuki tubuh bayi lahir melalui tali pusat

yang kurang terawat.

12

Page 13: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

Kejadian seperti ini sering kali ditemukan pada persalinan yang

dilakukan oleh dukun kampong akibat memotong tali pusat memakai

pisau atau sebilah bambu yang tidak steril. Tali pusat mungkin pula

dirawat dengan berbagai ramuan, abu, daun-daunan dan sebagainya.

Oleh karena itu, untuk mencegah kejadian tetanus neonatorum ini

adalah dengan pemberian imunisasi.

e. Poliomielitis

Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh virus polio.

Berdasarkan hasil surveilans AFP (Acute Flaccide Paralysis) dan

pemeriksaan laboratorium, penyakit ini sejak tahun 1995 tidak

ditemukan di Indonesia. Namun kasus AFP ini dalam beberapa tahun

terkahir kembali ditemukan di beberapa daerah di Indonesia.

f. Campak

Penyakit campak ( Measles ) merupakan penyakit yang disebabkan

oleh virus campak, dan termasuk penyakit akut dan sangat menular,

menyerang hampir semua anak kecil. Penyebabnya virus dan menular

melalui saluran pernafasan yang keluar saat penderita bernafas, batuk

dan bersin (droplet). Penyakit ini pada umumnya sangat dikenal oleh

masyarakat terutama para ibu rumah tangga. Dibeberapa daerah

penyakit ini dikaitkan dengan nasib yang harus dialamai oleh semua

anak, sedangkan di daerah lain dikaitkan dengan pertumbuhan anak.

13

Page 14: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

g. Hepatitis B

Penyakit hepatitis merupakan penyakit menular yang disebabkan

oleh virus hepatitis B. Penyakit ini masih merupakan satu masalah

kesehatan di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi. Prioritas

pencegahan terhadap penyakit ini yaitu melalui pemberian imunisasi

hepatitis pada bayi dan anak-anak. Hal ini dimaksudkan agar mereka

terlindungi dari penularan hepatitis B sedini mungkin dalam hidupnya.

Dengan demikian integrasi imunisasi Hepatitis B ke dalam imunisasi

dasar pada kelompok bayi dan anak-anak merupakan langkah yang

sangat diperlukan.

4. Tujuan Pelaksanaan Imunisasi

Menurut Depkes RI (2001), tujuan pemberian imunisasi adalah untuk

mencegah penyakit dan kematian bayi dan anak-anak yang disebabkan

oleh wabah yang sering muncul. Pemerintah Indonesia sangat mendorong

pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka

kesakitan, kematian pada bayi, balita/ anak-anak pra sekolah. Untuk

tercapainya program tersebut perlu adanya pemantauan yang dilakukan

oleh semua petugas baik pimpinan program, supervisor dan petugas

imunisasi vaksinasi. Tujuan pemantauan menurut Azwar (2003) adalah

untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan kerja, mengetahui

permasalahan yang ada.

14

Page 15: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki program. Hal-hal yang

perlu dilakukan pemantau ( dimonitor) sebagaimana disebutkan sebagai

berikut : Pemantauan ringan adalah memantau hal-hal sebagai berikut

apakah pelaksanaan pemantauan sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan, apakah vaksin cukup tersedia, pengecekan lemari es normal,

hasil imunisasi dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan,

peralatan yang cukup untuk penyuntikan yang aman dan sterl, apakah

diantara 6 penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dijumpai dalam

seminggu.

Cara memantau cakupan imunisasi dapat dilakukan melalui

cakupan dari bulan ke bulan dibandingkan dengan garis target, dapat

digambarkan masing-masing desa. Untuk mengetahui keberhasilan

program dapat dengan melihat seperti, bila garis pencapaian dalam 1 tahun

terlihat antara 75-100% dari target, berarti program sangat berhasil. Bila

garis pencapaian dalam 1 tahun terlihat antara 50-75% dari target, berarti

prgram cukup berhasil dan bila garis pencapaian dalam 1 tahun dibawah

50% dari target berabrti program belum berhasil. Bila garis pencapaian

dalam 1 tahun terlihat dibawah 25% dari target berarti program sama

sekali tidak berhasil. Untuk tingkat kabupaten dan provinsi, maka

penilaian diarahkan pada penduduk tiap kecamatan dan kabupaten.

Disamping itu, pada kedua tingkat ini perlu mempertimbangkan pula

memonotoring evaluasi pemakaian vaksin (Notoatmodjo, 2003)

15

Page 16: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

5. Jadwal Pemberian Imunisasi

Menurut Depkes RI (2005) jadwal pemberian imunisasi dasar pada bayi

yaitu:

a. Vaksinasi BCG

Vaksinasi BCG diberikan pada bayi umur 0-12 bulan secara

suntikan intrakutan dengan dosis 0,05 ml. Vaksinasi BCG dinyatakan

berhasil apabila terjadi tuberkulin konversi pada tempat suntikan. Ada

tidaknya tuberkulin konversi tergantung pada potensi vaksin dan dosis

yang tepat serta cara penyuntikan yang benar. Kelebihan dosis dan

suntikan yang terlalu dsalam akan menyebabkan terjadinya abses

ditempat suntikan. Untuk menjaga potensinya, vaksin BCG harus

disimpan pada suhu 20 C.

b. Vaksinasi DPT

Kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus adalah

dengan pemberian vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan toksoid

tetanus yang telah dimurnikan ditambah dengan bakteri bortella pertusis

yang telah dimatikan. Dosis penyuntikan 0,5 ml diberikan secara

subkutan atau intramuscular pada bayi yang berumur 2-12 bulan

sebanyak 3 kali dengan interval 4 minggu. Reaksi spesifik yang timbul

setelah penyuntikan tidak ada. Gejala biasanya demam ringan dan

reaksi lokal tempat penyuntikan. Bila ada reaksi yang berlebihan seperti

suhu yang terlalu tinggi, kejang, kesadaran menurun, menangis yang

16

Page 17: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

berkepanjangan lebih dari 3 jam, hendaknya pemberian vaksin DPT

diganti dengan DT.

c. Vaksinasi Polio

Untuk kekebalan terhadap polio diberikan 2 tetes vaksin polio oral

yang mengandung viruis polio yang mengandung virus polio tipe 1, 2

dan 3 dari Sabin. Vaksin yang diberikan melalui mulut pada bayi umur

2-12 bulan sebanyak 4 kali dengan jarak waktu pemberian 4 minggu.

d. Vaksinasi Campak

Vaksin yang diberikan berisi virus campak yang sudah dilemahkan

dan dalam bentuk bubuk kering atau freezeried yang harus dilarutkan

dengan bahan pelarut yang telah tersedia sebelum digunakan. Suntikan

ini diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml pada anak umur 9-12

bulan. Di negara berkembang imunisasi campak dianjurkan diberikan

lebih awal dengan maksud memberikan kekebalan sedini mungkin,

sebelum terkena infeksi virus campak secara alami. Pemberian im\

unisasi lebih awal rupanya terbentur oleh adanya zat anti kebal bawaan

yang berasal dari ibu (maternal antibodi), ternyata dapat menghambat

terbentuknya zat kebal campak dalam tubuh anak, sehingga imunisasi

ulangan masih diberikan 4-6 bulan kemudian. Maka untuk Indonesia

vaksin campak diberikan mulai berumur 9 bulan.

17

Page 18: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

e. Imunisasi Hepatitis B

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya

penyakit hepatitis yang kendungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair.

Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis tiga kali. Waktu pemberian

imunisasi hepatitis B pada umur 0-11 bulan. Cara pemberian imunisasi ini

adalah intramuskular (Hidayat, 2005).

Tabel 2.1

Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Anak

Jenis Imunisasi

Umur (bulan)Lahir 1 2 3 4 5 6 9 10Program Pengembangan Imunisasi (PPI), diwajibkan

BCGBCG

Hepatitis B

Hepatitis B1

Hepatitis B2 Hepatitis B3

DPT DPT1DPT2DPT3

Polio Polio 1 Polio 2Polio 3

Polio 4Campak Campak

Sumber : Depkes RI, 2000

18

Page 19: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

6. Manfaat dan Efek Samping Imunisasi

Imunisasi mempunyai manfaat untuk memberi perlindungan

menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi

pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak. Walaupun pengalaman

sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi (karena

biasanya disuntik), tapi rasa sakit yang sementara akibat suntikan ini demi

untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang (Aminah, 2009)

Imunisasi pada umumnya melindungi dan mencegah terhadap

penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak.

Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi, yang

diwajibkan ada 6 macam penyakit: tuberkolosis (TBC), difteri, pertusis

(batuk rejan atau batuk 100 hari), tetanus, poliomielitis, campak dan

hepattis B sedangkan imunisasi yang dianjurkan seperti penyakit radang

hati (hepatitis), penyakit gondongn (mums), penyakit campak jerman

(rubella), penyakit tifes paratifes, penyakit kolera (Aminah, 2009)

Vaksin sebagai suatu produk biologis dapat memberikan efek

samping yang tidak diperkirakan sebelumnya dan tidak selalu sama

reaksinya antara penerima yang satu dengan penerima lainnya. Efek

samping imunisasi yang dikenal sebagai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

(KIPI) atau Adverse Events Following Immunization (AEFI) adalah suatu

kejadian sakit yang terjadi setelah menerima imunisasi yang diduga

berhubungan dengan imunisasi.

19

Page 20: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

Penyebab kejadian ikutan pasca imunisasi terbagi atas empat macam,

yaitu kesalahan program/tehnik pelaksanaan imunisasi, induksi vaksin,

faktor kebetulan dan penyebab tidak diketahui. Gejala klinis KIPI dapat

dibagi menjadi dua yaitu gejala lokal dan sistemik. Gejala lokal seperti

nyeri, kemerahan, nodelle/ pembengkakan dan indurasi pada lokasi

suntikan. Gejala sistemik antara lain panas, gejala gangguan pencernaan,

lemas, rewel dan menangis yang berkepanjangan (Depkes, 2000)

B. Pendidikan

Pendidikan adalah Manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupanya yang

dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah

menerima informasi (Hidayat 2005)

Pendidikan secara umum adalah Segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok / masyarakat sehingga

mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan

(Notoadmojo, 2003)

Pendidikan seseorang merupakan salah satu proses perubahan tingkah

laku, semakin tinggi pendidikan seseorang maka dalam memilih tempat-

tempat pelayanan kesehatan semakin diperhitungkan. Peran seorang ibu pada

program imunisasi sangatlah penting. Karenanya suatu pemahaman tentang

program ini amat diperlukan untuk kalangan tersebut. Pemahaman ibu atau

20

Page 21: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

pengetahuan ibu terhadap imunisasi sangat dipengaruhi oeleh tingkat

pendidikan ibu (Ali, 2002)

C. Pengetahuan

Pengetahuan ( knowledge ) adalah merupakan hasil ukur “ tahu “ dan

ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007)

Menurut Notoadmodjo (2007), tingkat pengetahuan di dalam domain

kognitif terdiri dari 6 tingkatan :

a) Tahu (know)

Pengetahuan di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

di pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (Recall) terhadap yng spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, pleh sebab itu

tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara

lain, menyebutkan menguraikan mendefenisikan, menyatakan, dan

sebagainya.

b) Memahami (Comprehension)

Memahami di artikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat di interpretasikan

materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau

21

Page 22: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya.

c) Aplikasi

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum

– hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya. Dalam konteks atau

kondisi yang lain.

d) Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata kerja

seperti : pengelompokan, membedakan, dan sebagainya.

e) Sintesis

Syntesis adalah suatu kemampuan meletakkan atau

menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

– formulasi yang ada misal : dapat menyusun, dapat merencanakan,

dapat meringkas, dapat menyusaikan, dan sebagainya, terhadap suatu

teori atau rumusan – rumusan yang telah ada.

22

Page 23: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

f) Evaluasi ( Evaluation )

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian –

penilaian itu bedasarkan suatu kriteria yang telah anda, misal : pemberian

imunisasi dasar pada bayi.

Pengukuran Pengetahuan menurut Notoatmodjo, (2005) adalah

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

pertanyaan tertulis (angket), yang menanyakan tentang isi materi yang

akan menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek

penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ukur

atau kita ketahui dan dapat disesuaikan dengan tingkatan – tingkatannya.

Adapun pertanyaan yang dapat digunakann untuk pengukuran

pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis,

yaitu: pertnyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay; pertanyaan

obyektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), betul-

salah atau pertanyaan menjodohkan. Untuk setiap item pertanyaan dalam

kuesioner pengetahuan, jika dijawab dengan benar diberi nilai 1,

sedangkan untuk pertanyaan yang dijawab salah satu kosong (tidak

dijawab) akan diberi nilai 0.

Tingkat analisa data yang digunakan adalah dengan cara

perhitungan persentase. Aspek pengetahuan yang dinilai menggunakan

rumus sebagai berikut:

23

Page 24: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

P = a/b x 100%

Keterangan

P = Persentase jawaban yang benar

a = Jumlah pertanyaan yang dijawab benar

b = Jumlah semua pertanyaan

Kemudian dilakukan pengkatagorian yaitu:

1. Tinggi : Apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden > 75%

2. Rendah : Apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden < 75%

D. Pendapatan keluarga

Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh seseorang dari

aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk barang atau jasa kepada

pelanggan (Garnida, 2005)

Berdasarkan surat Keputusan Gubernur Sumsel No.

578/KPTS/Disnaker/2006 tanggal 31 November 2006 tentang Upah

Minimum Propinsi (UMP) Sumsel tahun 2007, UMP tenaga kerja Sumsel

adalah sebesar Rp 723.000 perbulan.

Selanjutnya Depkes RI (2000) menyebutkan komponen pendukung ibu

melakukan imunisasi dasar pada bayi antara lain kemampuan individu

menggunakan pelayanan kesehatan yang diperkirakan berdasarkan pada

faktor pendidikan, pengetahuan, sumber pendapatan atau penghasilan

(Depkes RI, 2000)

24

Page 25: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

E. Hubunngan antara Pendidikan Ibu dengan Pemberian Imunisasi

Dasar pada Bayi

Berdasarkan penelitian Idwar (2001) juga disimpulkan bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikan seorang ibu maka makin besar peluang untuk

mengimunisasikan bayinya yaitu 2,215 kali untuk pendidikan tamat SLTA/ke

atas dan 0,961 kali untuk pendidikan tamat SLTP/sederajat. Ibu yang

berpendidikan mempunyai pengertian lebih baik tentang pencegahan penyakit

dan kesadaran lebih tinggi terhadap masalah-masalah kesehatan yang sedikit

banyak telah diajarkan di sekolah.

Cahyono,K.D.,(2003) dalam kesimpulan penelitiannya juga

menyatakan ibu-ibu yang tahu tentang imunisasi tertinggi pada ibu yang

tamat SLTA yaitu 80,7% dan secara statistik menunjukkan ada perbedaan

yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang

imunisasi.

Adapun menurut penelitian lain mengatakan bahwa pendidikan memilih

pengaruh besar terhadap sikap dan berpengaruh positif terhadap pola pikir

seseorang, dengan berpendidikan tinggi seseorang memiliki pengaruh positif

dalam bersikap, dan mempengaruhi perkembangan jiwa seseorang, semakin

tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik wawasan dan cara berpikir

seseorang dalam bersikap dan bertindak (Siswandoyo, 2002)

25

Page 26: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

F. Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi

Dasar pada Bayi

Tanggung jawab keluarga terutama para ibu terhadap imunisasi bayi/

balita sangat memegang peranan penting sehingga akan diperoleh suatu

manfaat terhadap keberhasilan imunisasi serta peningkatan kesehatan anak.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh komponen-komponen

pendorong yang menggambarkan faktor-faktor individu secara tidak langsung

berhubungan dengan penggunaan pelayanan kesehatan yang mencakup

beberapa faktor, terutama faktor pengetahuan ibu tentang kelengkapan status

imunisasi dasar bayi atau anak. Komponen pendukung antara lain

kemampuan individu menggunakan pelayanan kesehatan yang diperkirakan

berdasarkan pada faktor pendidikan, pengetahuan, sumber pendapatan atau

penghasilan ( Depkes RI, 2000 )

Peningkatan cakupan imunisasi melalui pendidikan orang tua telah

menjadi strategi populer di berbagai negara. Strategi ini berasumsi bahwa

anak-anak tidak akan diimunisasi secara benar disebabkan orang tua tidak

mendapat penjelasan yang baik atau karena memiliki sikap yang buruk

tentang imunisasi. Program imunisasi dapat berhasil jika ada usaha yang

sungguh-sungguh dan berkesinambungan pada orang- orang yang memiliki

pengetahuan dan komitmen yang tinggi terhadap imunisasi. Jika suatu

program intervensi preventif seperti imunisasi ingin dijalankan secara serius

dalam menjawab perubahan pola penyakit dan persoalan pada anak dan

26

Page 27: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

remaja, maka perbaikan dalam evaluasi perilaku kesehatan masyarakat dan

peningkatan pengetahuan sangat diperlukan (Ali, 2002)

Berdasarkan hasil penelitian Cahyono,K.D (2003) memberikan

gambaran bahwa anak mempunyai kesempatan lebih besar untuk tidak

diimunisasi lengkap bagi yang ibunya tinggal di pedesaan, berpendidikan

rendah, kurang pengetahuan, tidak memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat),

tidak punya akses ke media massa (surat kabar/majalah, radio, TV), dan

ayahnya berpendidikan SD ke bawah. Semakin banyak jumlah anak, semakin

besar kemungkinan seorang ibu tidak mengimunisasikan anaknya dengan

lengkap. Selanjutnya Cahyono,K.D (2003) dalam kesimpulan penelitiannya

juga menyatakan ibu-ibu yang tahu tentang imunisasi tertinggi pada ibu yang

tamat SLTA yaitu 80,7% dan secara statistik menunjukkan ada perbedaan

yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang

imunisasi.

Syahrul,Fariani.,dkk (2002) dalam kesimpulan penelitiannya juga

mengemukakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahun ibu

dan keterpaparan informasi dengan status imunisasi,tingkat pengetahuan ibu

tentang imunisasi sebagian besar (73,0%) sudah baik Namun demikian juga

masih didapat sebagian kecil (4%) yang tergolong kurang.

27

Page 28: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

G. Hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Pemberian Imunisasi

Dasar pada Bayi

Sumardidan Dieter Evers dalam Khalimah (2007), pendapatan yaitu seluruh

penerimaan baik berupa uang maupun barang dari pihak lain maupun dari hasil

sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan adalah suatu tingkat penghasilan yang

diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan

anggota keluarga lainnya.

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak,

karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer

maupun yang sekunder termasuk dalam pemberian imunisasi pada anaknya.

Terdapatnya penyebaran masalah kesehatan yang berbeda berdasarkan

status sosialekonomi pada umumnya dipengaruhi oleh 2 (dua) hal, yaitu :a).

Karena terdapatnyaperbedaan kemampuan ekonomis dalam mencegah

penyakit atau mendapatkan pelayanankesehatan, b). Karena terdapatnya

perbedaan sikap hidup dan perilaku hidup yangdimiliki.Status sosio ekonomi

erat hubungannya dengan pekerjaan/jenisnya, pendapatankeluarga, daerah

tempat tinggal/geografis, kebiasaan hidup dan lain sebagainya

  Menurut Depkes RI (2000) menyebutkan komponen pendukung ibu melakukan

imunisasi dasar pada bayi antara lain kemampuan individu menggunakan

pelayanan kesehatan yang diperkirakan berdasarkan pada faktor pendidikan,

pengeta huan, sumber pendapatan atau penghasilan.

28

Page 29: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

BAB III

KERANGKA KONSEP OPERASIONAL , DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Menurut Notoadmojo (2010: 38) Kerangka konsep dalam suatu

penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep lainnya atau antara variabel satu dengan variabel

yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Dan dari tinjauan pustaka tampak

bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi dasar

pada bayi, cukup bervariasi berdasarkan berbagai riset yang dilakukan

ditempat atau situasi yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini peneliti ingin

meneliti mengenai hubunugan antara pendidikan, pengetahuan, pendapatan

ibu tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra

Palembang tahun 2011 adalah sebagai berikut.

Bagan 3.1 Kerangka konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pendidikan

Pengetahuan

Pendapatan

Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi

29

29

Page 30: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

B. Definisi Operasional

NO

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Pemberian Imunisasi Dasar

Suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manuasia(Ranuh, 2008)

Wawancara kuesioner 1. Baik (imunisasi diberikan lengkap)

2. Tidak baik (Imunisasi dasar diberikan tidak lengkap)

Ordinal

2 Pendidikan Pendidikan seseorang ibu merupakan salah satu proses perubahan tingkah laku, semakin tinggi pendidikan seseorang ibu maka dalam memilih tempat-tempat pelayanan kesehatan semakin diperhitungkan. ( Hidayat, 2005)

Wawancara Kuesioner 1. Rendah: (< SMA)

2. Tinggi : (> SMA)

(Idwar, 2001)

Ordinal

3 Pengetahuan hasil ukur “ tahu “ dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. ( Notoatmodjo, 20007)

Wawancara Kuesioner 1. Tingg:Apabila pertanyaan dijawab bena roleh responden > 75%

2. Rendah: Apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden < 75% (Notoatmodjo, 2005)

Ordinal

4 Pendapatan Jumlah uang yang diterima oleh seseorang dari aktivitasny, kebanyakan dari penjualan produk atau jasa kepada pelanggan(Garnida,2005)

Wawancara Kuesioner 1. Tinggi: Jika pendapan > Rp 723.000

2. Rendah: Jika pendapatan < Rp 723.00 (Garnida,2005)

Ordinal

C. Hipotesis

30

Page 31: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

1. Ho = Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu tentang pemberian

imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang

tahun 2011.

Ha = Ada hubungan antara pendidikan ibu tentang pemberian

imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang

tahun 2011.

2. Ho = Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang pemberian

imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang

tahun 2011.

Ha = Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian

imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang

tahun 2011.

3. Ho = Tidak ada hubungan antara pendapatan ibu tentang pemberian

imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang

tahun 2011.

Ha = Ada hubungan antara pendapatan ibu tentang pemberian

imunisasi pada dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra

Palembang tahun 2011.

BAB IV

31

Page 32: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Menurut jenisnya penelitan ini merupakan penelitian kuantitatif.

Berdasarkan sumber pengambilanya menggunakan data primer yang

merupakan data yang diperoleh lanngsung dari subjek melalui wawancara

dalam bentuk kuesioner. Desain yang akan digunakan dengan menggunakan

pendekatan Cross Sectional dimana objek penelitiannya diukur secara

bersamaan. Pada penelitian ini akan dicari hubungan antara pendidikan,

pendapatan, dan pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi

di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi penelitan adalah keseluruhan objek penelitan atau objek

yang diteliti (Notoatmodjo, 2002). Populasi yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah seluruh ibu yang datang untuk melakukan

pemberian imunisasi dasar pada bayinya di Rumah Bersalin Citra

Palembang tahun 2011 dari bulan januari sampai mei berjumlah 460 bayi

yang diimunisasi dan rata-rata populasinya perbulan adalah 92 bayi yang

diimunisasi.

2. Sampel

32

32

Page 33: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

Sampel dalam penelitan adalah sub unit dalam populasi survei atau

populasi survei itu sendiri yang oleh peneliti dipandang dapat mewakili

populasi target (Darwis, 2003). Sampel yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah seluruh ibu yang datang untuk melakukan

pemberian imunisasi dasar pada bayi di Rumah Bersalin Citra Palembang

tahun 2011 yang diambil secara Non Random Sampling dengan teknik

Accidental Sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan

cara mengambil responden secara kebetulan.

Besarnya sampel pada penelitian ini adalah X orang. Menurut

Notoadmojo, (2005) perkiraan besarnya sampel dapat dihitung dengan

rumus :

perkiraan besarnya sampel dapat dihitung dengan rumus :

N

n =

1 + N (d2)

Keterangan :

n = Besarnya Sampel

N = Besarnya Populasi

d = Tingkat Ketepatan / kepercayaan yang diingankan (0.1)

92 n =

33

Page 34: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

1 + 92 ( 0,1)²

92 n =

1 + 92 ( 0.01) 92 n = 1,92

n = 48

Maka, didapat jumlah sampel penelitian sebanyak 48 orang.

C. Tempat Penelitian

Tempat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah di Rumah

Bersalin Citra Palembang tahun 2011

D. Waktu Penelitian

Kegiatan April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

PengajuanJudul

Pembuatan Proposal

Seminar Proposal

Perbaikan Proposal

Pengolahan Data

Seminar KTI

E. Etika Penelitian

34

Page 35: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

Penelitian ini akan dilakukan dengan perizinan dari Akademi Kebidanan

Aisyiyah Palembang dan Rumah Bersalin Citra Palembang sebagai tempat

yang akan dijadikan lokasi penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data Primer

Data Primer merupakan data yang akan diperoleh langsung dari

subjek melalui wawancara dalam bentuk pengisian kuesioner.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang akan diperoleh dari Rumah

Bersalin Citra Palembang tahun 2011 dari bulan januari sampai dengan

tanggal 18 mei tahun 2011 berjumlah 460 bayi yang diimunisasi dan rata-

rata perbulan adalah 92 bayi yang diimunisasi.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang akan digunakan yaitu dengan cara wawancara dan kuesioner

langsung pada responden di Rumah Bersalin Citra Palembang tahun 2011

3. Instrument Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini akan menggunakan alat bantu yaitu kuesioner.

G. Pengolahan Data

35

Page 36: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

Menurut Budiarto (2001) langkah-langkah yang dilakukan dalam

pengolahan data adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Data ( Editiring )

Proses editing adalah memeriksa data yang telah dikumpulkan baik

berupa daftar pertanyaan. kartu atau buku register. Yang dilakukan pada

kegiatan memeriksa data ialah menjumlah dan melakukan koreksi.

Menjumlah ialah menghitung banyaknya lembaran kartu periksa

untuk mengetahui apakah sesuai dengan jumlah yang ditentukan, sedangkan

yang termasuk proses koreksi ialah proses membenarkan atau

menyelesaikan hal-hal yang salah atau kurang jelas.

2. Pemberian Kode ( Coding )

Coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kodee pada tiap-tiap data

yang termasuk dalam kategori yang sama. Untuk mempermudah

pengolahan, sebaiknya semua variable diberi kode terutama data klasifikasi.

3. Memasukkan Data ( Entry )

Data yang sudah diberi kode akan diedit dan selanjutnya akan dimasukkan

dalam table.

4. Pembersihan Data ( Clenning )

Merupakan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan

apakah masih ada kesalahan atau tidak.

H. Teknik Analisa Data

36

Page 37: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

Data yang akan di analisa dengan komputerisasi menggunakan uji

chisquare melalui bantuan program SPSS yang akan disajikan dalam bentuk

tabel dan tekstular. Menurut Notoatmodjo ( 2005 ) analisa data dilakukan

melalui :

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat akan dilakukan terhadap setiap variable dari

hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan

distribusi dan persentase dari tiap variablel.

2. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat akan dilakukan terhadap dua variable yang diduga

berhubungan atau berkorelasi, yaitu variable independen dan variable

dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pendidikan,

pengetahuan dan pendapatan ibu, dan variabel dependenya adalah

imunisasi.dasar pada bayi.

Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square (X2), bertujuan

untuk mengetahui perbedaan proporsi antara beberapa kelompok data dan

untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variabel

independen. Hasil uji statistik dikatakan berbeda secara bermakna

(signifikan) apabila nilai lebih besar dari alpha (α = 0,05). Jika Pvalue hasil

perhitungan < α (0,05) maka H0 ditolak, sehingga kesimpulannya kedua

variabel tersebut berhubungan signifikan.

Sebaliknya, dikatakan tidak bermakna apabila Pvalue lebih kecil dari

alpha (α = 0,05). Jika Pvalue hasil perhitungan > α (0,05) maka Ho diterima,

37

Page 38: Pendapatan Dgn Imunisasi Dasar

sehingga kesimpulannya kedua variabel tersebut tidak berhubungan

signifikan.

38