Konsep Dasar Imunisasi

24
Konsep Dasar Imunisasi I. Pendahuluan Imunisasi berasal dari kata imun yaitu kebal atau resisten. Bayi yang diimunisasikan berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita dengan mencegah penyakit seperti Hepatitis B, Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Tetannus, Polio dan Campak. 1,2 Imunisasi merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan penyakit melalui imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh lebih murah dibanding mengobati seseorang apabila telah jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. 2 Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit infeksi berbahaya, maka mereka memiliki kesempatan beraktifitas, bermain, belajar tanpa terganggu masalah kesehatan. Namun demikian, sampai saat ini masih terdapat masalah-masalah dalam pemberian imunisasi, antara lain pemahaman orang tua yang masih kurang pada sebagian masyarakat, mitos salah tentang imunisasi, sampai jadwal imunisasi yang terlambat. 2 Perlu diketahui bahwa istilah imunisasi dan dan vaksinasi berbeda. Imunisasi merupakan pemindahan atau transfer antibodi secara pasif sedangkan vaksinasi dimaksudkan

description

anak

Transcript of Konsep Dasar Imunisasi

Page 1: Konsep Dasar Imunisasi

Konsep Dasar Imunisasi

I. Pendahuluan

Imunisasi berasal dari kata imun yaitu kebal atau resisten. Bayi yang

diimunisasikan berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.

Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam

menurunkan angka kematian bayi dan balita dengan mencegah penyakit seperti

Hepatitis B, Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Tetannus, Polio dan Campak. 1,2

Imunisasi merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan

penyakit melalui imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang

paling efektif dan jauh lebih murah dibanding mengobati seseorang apabila telah

jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. 2

Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit infeksi berbahaya,

maka mereka memiliki kesempatan beraktifitas, bermain, belajar tanpa terganggu

masalah kesehatan. Namun demikian, sampai saat ini masih terdapat masalah-

masalah dalam pemberian imunisasi, antara lain pemahaman orang tua yang masih

kurang pada sebagian masyarakat, mitos salah tentang imunisasi, sampai jadwal

imunisasi yang terlambat.2

Perlu diketahui bahwa istilah imunisasi dan dan vaksinasi berbeda.

Imunisasi merupakan pemindahan atau transfer antibodi secara pasif sedangkan

vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang

pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh.2

Imunitas secara pasif dapat diperoleh dari dua macam bentuk yaitu

imunoglobulin yang non spesifik atau gamaglobulin dan imunoglobulin yang spesifik

yang berasal dari plasma donor yang sudah sembuh dari penyakit tertentu atau baru

saja mendapat vaksinasi penyakit tertentu. Imunoglobulin non spesifik digunakan

pada anak dengan defisiensi imunoglobulin sehingga memberikan memberikan

perlindungan dengan segera dan cepat. Namun perlindungan ini tidak berlangsung

permanen, melainkan hanya beberapa minggu saja. 2

Page 2: Konsep Dasar Imunisasi

Vaksinasi merupakan tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan

dengan antigen yang berasal dari mikroorganisme patogen. Antigen yang diberikan

telah dibuat demikian rupa sehingga 6idak menimbulkan sakit namun mampu

mengaktivasi limfosit menghasilkan antibodi dan sel memori. Cara ini menirukan

infeksi alamiah yang tidak menimbulkan sakit namun cukup memberikan kekebalan.

Tujuannya adalah memberikan ‘infeksi ringan’ yang tidak berbahaya namun cukup

untuk menyiapkan respon imun sehingga apabila terjangkit penyakit yang

sesungguhnya di kemudian hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh dengan

cepat membentuk antibodi dan mematikan antigen/penyakit yang masuk tersebut.2

Vaksinasi mempunyai keuntungan sebagai berikut:2

1. Pertahanan tubuh yang terbentuk akan dibawa seumur hidup

2. Cost effective karena murah dan efektif

3. Tidak berbahaya. Reakis yang serius sangat jarang terjadi, jauh lebih jarang

dibandingkan komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut secara

alami.

Tujuan dasar imunisasi ialah untuk mencegah timbulnya penyakit

tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada suatu

populasi dan eradikasi penyakit berbahaya dari dunia dan hal ini telah berhasil

dilakukan pada penyakit cacar 3

Page 3: Konsep Dasar Imunisasi

Konsep Dasar Imunisasi

Pembentukan Kekebalan Sebagai Dasar Imunsasi

Sistem imun tubuh terdiri atas dua jenis kekebalan, yaitu:1

1. Kekebalan alami (innate immunity)

Kekebalan bawaan ialah kekebalan yang diturunkan dari orang tua

kepada anaknya dan selalu ada pada orang yang sehat. Jenis kekebalan ini

memanfaatkan mekanisme pertahanan tubuh sendiri yaitu dengan adanya

sel-sel makrofag yang dapat menelan dan menghancurkan segala jenis

patogen.

2. Kekebalan yang didapat (adaptive immunity).

Sebaliknya respons imun adaptif atau spesifik ialah kekebalan yang

didapat dengan pembentukan zat anti spesifik karena pernah terinfeksi oleh

patogen tertentu. Sistem imunitas adaptif terdiri dari sel-sel limfosit dan

produknya yaitu zat anti.

Pembentukan kekebalan adaptif inilah yang menjadi dasar

diberikannya imunisasi pada anak. Terbentuknya imunitas adaptif

memerlukan rangsangan oleh mikroba atau antigennya. Bila suatu antigen

menembus epitel dan mencapai organ-organ limfoid maka akan timbul

respons dari limfosit yaitu dengan pembentukan reseptor-reseptor spesifik

terhadap antigen tersebut 1,2

Aspek Imunologi Imunisasi

Dikenal dua macam respon imun, yaitu:1,2

1. Respon imun primer

Respon imun primer ialah respon imun yang terjadi pada pajanan

(“exposure”) pertama dengan antigen.

Zat anti yang terbentuk pada respon primer kebanyakan ialah IgM

dengan titer yang rendah yang tak cukup untuk melindungi individu tersebut

terhadap penyakit. Produksi zat anti sejak dimasukkannya antigen juga agak

lambat (3).

Page 4: Konsep Dasar Imunisasi

2. Respon imun sekunder.

Respon imun sekunder ialah pajanan kedua dan seterusnya dengan

antigen yang sama.

Pada respon imun sekunder zat anti yang terbentuk terutama ialah IgG,

timbulnya respon lebih cepat dan kadar zat anti yang terbentuk lebih tinggi.

Hal ini dimungkin oleh karena terbentuknya sel-sel memori pada respon

primer.

Dengan pajanan antigen berikut maka sel-sel tersebut akan

mengalami transformasi blas, berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel-

sel plasma yang menghasilkan zat anti. Sel-sel limfosit T yang berperan

dalam imunitas seluler juga akan mengalami transformasi dan berdiferensiasi

menjadi sel-sel T aktif sehingga lebih banyak terbentuk sel-sel memori dan sel

efektor. Hal inilah yang menjadi dasar diberikannya imunisasi dasar dan

suntikan ulangan (booster) agar kekebalan terbentuk kekebalan yang

maksimal (1).

Dasar pemberian imunisasi dasar dan ulangan (booster)

Pemaparan pertama pada antigen menimbulkan respon imun primer,

yaitu melalui limfosit yang disebut limfosit naif karena mereka belum mempunyai

pengalaman imunologis. Pemaparan ke dua dan selanjutnya akan menimbulkan

respon imun sekunder yang lebih cepat, lebih kuat dan lebih mampu untuk

mengenyahkan antigen dari pada respon imun primer. 1

Hal ini terjadi berkat aktivasi limfosit memori yang terbentuk pada

rangsangan antigen pertama. Limfosit memori berumur panjang dan setiap kali

berhadapan dengan antigen yang sama akan terbentuk lebih banyak sel-sel

memori dan terjadi pengaktifan sel-sel memori yang sudah ada. 1

Hal ini yang menjadi dasar mengapa vaksin memberikan perlindungan

jangka panjang terhadap infeksi. Pada suatu saat setelah pemberian imunisasi

dasar ada kemungkinan kekebalan akan menurun sehingga perlu diadakan

perangsangan terhadap sel-sel memori dengan pemberian imunisasi ulangan

atau booster 1

Page 5: Konsep Dasar Imunisasi

Keberhasilan Imunisasi

Keberhasilan imunisasi tergantung pada beberapa faktor, yaitu:2,3

1. Status imun host

Adanya antibodi spesifik pada host terhadap vaksin yang diberikan akan

mempengaruhi keberhasilan vaksinasi. Misalnya pada bayi yang semasa

fetus mendapat antibodi maternal spesifik terhadap virus campak, bila

vaksinasi campak diberikan pada saat kadar antibodi spesifik campak masih

tinggi akan memberikan hasil yang kurang memuaskan.  Demikian pula air

susu ibu (ASI) yang mengandung IgA sekretori (sIgA) terhadap virus polio

dapat mempengaruhi keberhasilan vaksinasi polio yang dlberikan secara oral.

Tetapi umumnya kadar sIgA terhadap virus polio pada ASI sudah rendah

pada waktu bayi berumur beberapa bulan. Pada penelitian di subbagian

Alergi-Imunologi, Bagian IKA FKUI/RSCM, Jakarta ternyata sIgA polio sudah

tidak ditemukan lagi pada ASI setelah bayi berumur 5 bulan. Kadar sIgA tinggi

terdapat pada kolostrum. Karena itu bila vaksinasi polio secara oral diberikan

pada masa kadar sIgA polio ASI masih tinggi, hendaknya ASI jangan

diberikan dahulu 2 jam sebelum dan sesudah vaksinasi.

Page 6: Konsep Dasar Imunisasi

Keberhasilan vaksinasi memerlukan maturitas imunologik. Pada bayi

neonatus fungsi makrofag masih kurang, terutama fungsi mempresentasikan

antigen karena ekspresi HLA masih kurang pada permukaannya, selain

deformabilitas membran serta respons kemotaktik yang masih kurang. Kadar

komplemen dan aktivitas opsonin komplemen masih rendah, demikian pula

aktivitas kemotaktik serta daya lisisnya. Fungsi sel Ts relatif lebih menonjol

dibanding pada bayi atau anak karena memang fungsi imun pada masa

intrauterin lebih ditekankan pada toleransi, dan hal ini masih terlihat pada bayi

baru lahir. Pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen tertentu masih

kurang. Vaksinasi pada neonatus akan memberikan hasil yang kurang

dibanding pada anak, karena itu vaksinasi sebaiknya ditunda sampai bayi

berumur 2 bulan atau lebih.

Status imun mempengaruhi pula hasil imunisasi. Individu yang

mendapat obat imunosupresan, atau menderita defisiensi imun kongenital,

atau menderita penyakit yang menimbulkan defisiensi imun sekunder seperti

pada penyakit keganasan, juga akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi,

bahkan adanya defisiensi imun merupakan indikasi kontra pemberian vaksin

hidup karena dapat menimbulkan penyakit pada individu tersebut. Vaksinasi

pada individu yang menderita penyakit infeksi sistemik seperti campak atau

tuberkulosis milier akan mempengaruhi pula keberhasilan vaksinasi.

Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan fungsi sel sistem imun

seperti makrofag dan limfosit. Imunitas selular menurun dan imunitas humoral

spesifisitasnya rendah. Meskipun kadar globulin-γ normal atau bahkan

meninggi, imunoglobulin yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan

baik karena terdapat kekurangan asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis

antibodi. Kadar komplemen juga berkurang dan mobilisasi makrofag

berkurang, akibatnya respons terhadap vaksin atau toksoid berkurang.

2. Faktor genetik host

Interaksi antara sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik.

Secara genetik respons imun manusia dapat dibagi atas responder baik,

cukup, dan rendah terhadap antigen tertentu.

Ia dapat memberikan respons rendah terhadap antigen tertentu, tetapi

terhadap antigen lain tinggi sehingga mungkin ditemukan keberhasilan

Page 7: Konsep Dasar Imunisasi

vaksinasi yang tidak 100%. Faktor genetik dalam respons imun dapat

berperan melalui gen yang berada pada kompleks MHC dengan non MHC.

Gen kompleks MHC

Gen kompleks MHC berperan dalam presentasi antigen. Sel Tc akan

mengenal antigen yang berasosiasi dengan molekul MHC kelas I, dan sel

Td serta sel Th akan mengenal antigen yang berasosiasi dengan molekul

MHC kelas II.

Jadi respons sel T diawasi secara genetik sehingga dapat dimengerti

bahwa akan terdapat potensi variasi respons imun. Secara klinis terlihat

juga bahwa penyakit tertentu terdapat lebih sering pada HLA tertentu,

seperti spondilitis ankilosing terdapat pada individu dengan HLA-B27.

Gen non MHC

Secara klinis kita melihat adanya defisiensi imun yang berkaitan dengan

gen tertentu, misalnya agamaglobulinemia tipe Bruton yang terangkai

dengan kromosom X yang hanya terdapat pada anak laki-laki.

Demikian pula penyakit alergi yaitu penyakit yang menunjukkan

perbedaan respons imun terhadap antigen tertentu merupakan penyakit

yang diturunkan. Faktor-faktor ini menyokong adanya peran genetik dalam

respons imun, namun mekanisme yang sebenarnya belum diketahui

3. Kualitas dan kuantitas vaksin.

Beberapa faktor kualitas dan kuantitas vaksin dapat menentukan keberhasilan

vaksinasinya seperti cara pemberian, dosis, frekuensi pemberian, ajuvan

yang dipergunakan, dan jenis vaksin.

Cara pemberian vaksin

Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respons imun yang timbul.

Misalnya vaksin polio oral akan menimbulkan imunitas lokal di samping

sistemik, sedangkan vaksin polio parenteral akan memberikan imunitas

sistemik saja.

Dosis vaksin

Dosis vaksin terlalu tinggi atau terlalu rendah juga mempengaruhi respons

imun yang terjadi. Dosis yang terlalu tinggi akan menghambat respons

imun yang diharapkan, sedangkan dosis terlalu rendah tidak merangsang

Page 8: Konsep Dasar Imunisasi

sel imunokompeten. Dosis yang tepat dapat diketahui dari hasil uji coba,

karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis yang direkomendasikan.

Frekuensi pemberian

Frekuensi pemberian juga mempengaruhi respons imun yang terjadi.

Sebagaimana telah kita ketahui, respons imun sekunder menyebabkan sel

efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi produksinya, dan afinitasnya lebih

tinggi. Di samping frekuensi, jarak pemberian pun akan mempengaruhi

respons imun yang terjadi. Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar

antibodi spesifik masih tinggi, maka antigen yang masuk segera dinetralkan

oleh antibodi spesifik tersebut sehingga tidak sempat merangsang sel

imunokompeten, bahkan dapat terjadi apa yang dinamakan reaksi Arthus

yaitu bengkak kemerahan di daerah suntikan antigen akibat pembentukan

kompleks antigen-antibodi lokal sehingga terjadi peradangan lokal. Oleh

sebab itu, pemberian ulang (booster) sebaiknya mengikuti apa yang

dianjurkan sesuai dengan hasil uji coba.

Adjuvan

Ajuvan adalah zat yang secara nonspesifik dapat meningkatkan respons

imun terhadap antigen. Ajuvan akan meningkatkan respons imun dengan

cara mempertahankan antigen pada tempat suntikan, dan mengaktivasi sel

APC untuk memproses antigen secara efektif dan memproduksi interleukin

yang akan mengaktifkan sel imunokompeten lainnya.

Persyaratan Vaksin2

1. mengaktivasi APC untuk mempresentasikan antigen dan memproduksi

interleukin,

2. mengaktivasi sel T dan sel B untuk membentuk banyak sel  memori,

3. mengaktivasi sel T dan sel Tc terhadap beberapa epitop, untuk mengatasi

variasi respons imun yang ada dalam populasi karena adanya polimorfisme

MHC, dan

4. memberi antigen yang persisten, mungkin dalam sel folikular dendrit jaringan

limfoid tempat sel B memori direkrut sehingga dapat merangsang sel B

sewaktu-waktu untuk menjadi sel plasma yang membentuk antibodi terus-

menerus sehingga kadarnya tetap tinggi.  

Page 9: Konsep Dasar Imunisasi

Jenis vaksin 3

1. Live attenuated

Vaksin hidup akan menimbulkan respons imun lebih baik dibandingkan

vaksin lainnya seperti vaksin mati atau yang diinaktivasi (killed atau

inactivated), atau komponen dari mikroorganisme. Rangsangan sel Tc

memori membutuhkan suatu sel yang terinfeksi sehingga dibutuhkan vaksin

hidup. Sel Tc dibutuhkan pada infeksi virus yang pengeluarannya melalui

budding.

Vaksin hidup diperoleh dengan cara atenuasi. Tujuan atenuasi adalah

untuk menghasilkan organisme yang hanya dapat menimbulkan penyakit

yang sangat ringan. Atenuasi diperoleh dengan cara memodifikasi kondisi

tempat tumbuh mikroorganisme, misalnya suhu yang tinggi atau rendah,

kondisi anaerob, atau menambah empedu pada media kultur seperti pada

pembuatan vaksin TBC yang sudah ditanam selama 13 tahun. Dapat pula

dipakai mikroorganisme yang virulen untuk spesies lain tetapi untuk manusia

avirulen, misalnya virus cacar sapi.

Vaksin hidup yang dibuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan

daya virulensinya dengan cara kultur dan perlakuan yang berulang-ulang,

namun masih mampu menimbulkan reaksi imunologi yang mirip dengan

infeksi alamiah. Sifat vaksin live attenuated vaccine, yaitu :

Vaksin dapat tumbuh dan berkembang biak sampai menimbulkan

respon imun sehingga diberikan dalam bentuk dosis kecil antigen

Respon imun yang diberikan mirip dengan infeksi alamiah, tidak perlu

dosis berganda

Dipengaruhi oleh circulating antibody sehingga ada efek netralisasi jika

waktu pemberiannya tidak tepat.

Vaksin virus hidup dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik

Dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah

Mempunyai kemampuan proteksi jangka panjang dengan keefektifan

mencapai 95%

Virus yang telah dilemahkan dapat bereplikasi di dalam tubuh,

meningkatkan dosisi asli dan berperan sebagai imunisasi ulangan

Page 10: Konsep Dasar Imunisasi

Contoh : vaksin polio (Sabin), vaksin MMR, vaksin TBC, vaksin demam tifoid,

vaksin campak, gondongan, dan cacar air (varisela).

2.  Inactivated vaccine (Killed vaccine)

Vaksin dibuat dari bakteri atau virus yang dimatikan dengan zat kimia

(formaldehid) atau dengan pemanasan, dapat berupa seluruh bagian dari

bakteri atau virus, atau bagian dari bakteri atau virus atau toksoidnya saja.

Sifat vaksin inactivated vaccine, yaitu :

Vaksin tidak dapat hidup sehingga seluruh dosis antigen dapat

dimasukkan dalam bentuk antigen

Respon imun yang timbul sebagian besar adalah humoral dan hanya

sedikit atau tidak menimbulkan imunitas seluler

Titer antibodi dapat menurun setelah beberapa waktu sehingga

diperlukan dosis ulangan, dosis pertama tidak menghasilkan imunitas

protektif tetapi hanya memacu dan menyiapkan system imun, respon

imunprotektif baru barumuncul setelah dosis kedua dan ketiga

Tidak dipengaruhi oleh circulating antibody

Vaksin tidak dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik

Tidak dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi

alamiah

Contoh : vaksin rabies, vaksin influenza, vaksin polio (Salk), vaksin

pneumonia pneumokokal, vaksin kolera, vaksin pertusis, dan vaksin demam

tifoid.

3.  Vaksin Toksoid

Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit

dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah. Bahan bersifat

imunogenik yang dibuat dari toksin kuman. Hasil pembuatan bahan toksoid

yang jadi disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu merangsang

terbentuknya antibodi antitoksin. Imunisasi bakteri toksoid efektif selama satu

tahun. Bahan ajuvan digunakan untuk memperlama rangsangan antigenik

dan meningkatkan imunogenesitasnya. Contoh : Vaksin Difteri dan Tetanus

Page 11: Konsep Dasar Imunisasi

4. Vaksin Acellular dan Subunit

Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan

melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA,

vaksin vektor virus dan vaksin antiidiotipe. Contoh vaksin hepatitis B, Vaksin

hemofilus influenza tipe b (Hib) dan vaksin Influenza.

5.  Vaksin Idiotipe

Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding)

dari antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino

yang disebut sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak

sebagai antigen. Vaksin ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui

netralisasai dan pemblokiran terhadap reseptor pre sel B.

6.  Vaksin Rekombinan

Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar.

Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot.

Sistem ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus.

Dengan teknologi DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga

dihasilkan vaksin DNA. Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa

gen sebagai antigen pelindung dari virus lainnya, misalnya gen untuk antigen

dari berbagai virus disatukan ke dalam genom dari virus vaksinia dan

imunisasi hewan dengan vaksin bervektor ini menghasilkan respon antibodi

yang baik. Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan epitop

organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi

dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.

7.   Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)

Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi

dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari

mikroba diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk

meningkatkan ekspresi gen yang diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah

disuntikkan DNA plasmid akan menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak

Page 12: Konsep Dasar Imunisasi

berintegrasi kedalam DNA sel (kromosom), selanjutnya mensintesis antigen

yang dikodenya.

Selain itu vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat

imunostimulan yang akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini

berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigenyang

patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil

akhir  penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA

(virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan selular yang cukup

kuat,sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini sedang dilakukan.

Imunisasi Dasar

1. BCG

Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang

primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi

BCG. TBC yang berat contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC milier

pada seluruh lapangan paru, atau TBC tulang. Vaksin BCG merupakan vaksin

yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. 

Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 dosis sejak lahir sebelum umur

3 bulan. Vaksin BCG diberikan melalui intradermal/intracutan. Efek samping

pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan,

limfadenitis regionalis, dan reaksi panas.

2. Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit hepatitis B. kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam

bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 dosis.

Imunisasi hepatitis ini diberikan melalui intramuscular.

3. Polio

Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada

anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi

Page 13: Konsep Dasar Imunisasi

pemberian imunisasi polio adalah 4 dosis. Imunisasi polio diberikan melalui

oral.

4. DPT

Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan

vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat

racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti

(toksoid). 

Frekuensi pemberian imuisasi DPT adalah 3 dosis. Pemberian pertama

zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap

vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada

pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi DPT

diberikan melalui intramuscular. 

Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun berat. Efek ringan

misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan, dan

demam. Efek berat misalnya terjadi menangis hebat, kesakitan kurang

lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, encephalopathy, dan

syok.

5. Campak

Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular.

Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian

imunisasi campak adalah 1 dosis. Imunisasi campak diberikan melalui

subkutan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada

tempat suntikan dan panas. (Alimul, 2009)

Page 14: Konsep Dasar Imunisasi

Kontraindikasi Imunisasi

1. Analfilaksis atau reaksi hipersensitifitas yang hebat merupakan kontraindikasi

mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam dan panas

Page 15: Konsep Dasar Imunisasi

lebih dari 38oC merupakan kontraindikasi pemberian DPT, hepatitis B-1 dan

campak.

2. Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda dan gejala

AIDS, sedangkan vaksin yang lain sebaiknya diberikan.

3. Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada

bayi yang sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali

lagi ketika bayi sudah sehat. (Proverawati, 2010)

Daftar Pustaka

Page 16: Konsep Dasar Imunisasi

1. Abbas AK, Lichtman AH. 2009. Basic Immunology. 3rd ed, Saunders Elsevier, Philadelphia.

2. Ranuh IGN, Editor. 2001. Buku Imunisasi di Indonesia. Satgas Imunisasi IDAI.

3. Info Imunisasi. Anonim. Diundah dari http://infoimunisasi.com/vaksin/definisi-vaksin/ pada tanggal 02

April 2013

Tugas Tumbuh Kembang

Page 17: Konsep Dasar Imunisasi

Konsep Dasar Imunisasi

Revina Tranggana

C110212103

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

M A K A S S A R

2013