Imt

14
BAB VI PEMBAHASAN Hasil yang dibahas dalam penelitian ini terdiri dari 6 variabel meliputi hubungan pendidikan orang tua dengan usia menarche, hubungan penghasilan orang tua dengan usia menarche, hubungan tinggi badan dengan usia menarche, hubungan indeks massa tubuh (IMT) dengan usia menarche, hubungan lingkar lengan atas dengan usia menarche, dan hubungan frekuensi makan dengan usia menarche. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisa univariat dan analisa bivariat. A. Analisis Deskriptif (Univariat) Analisis deskriptif adalah cara analisis dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel. 1. Karakteristik Responden a. Pendidikan Orang Tua Dari hasil penelitian terhadap 150 responden siswi kelas I SMP Pelitadua Pancoran Mas Depok berdasarkan pendidikan orang tua responden dapat dilihat bahwa 58 responden (38,7%) memiliki orang tua dengan pendidikan rendah dan 92 responden (61,3%) memiliki orang tua dengan pendidikan tinggi.

description

efrerf rfgrtgt

Transcript of Imt

  • BAB VI

    PEMBAHASAN

    Hasil yang dibahas dalam penelitian ini terdiri dari 6 variabel meliputi hubungan

    pendidikan orang tua dengan usia menarche, hubungan penghasilan orang tua dengan

    usia menarche, hubungan tinggi badan dengan usia menarche, hubungan indeks massa

    tubuh (IMT) dengan usia menarche, hubungan lingkar lengan atas dengan usia menarche,

    dan hubungan frekuensi makan dengan usia menarche. Analisa yang digunakan dalam

    penelitian ini meliputi analisa univariat dan analisa bivariat.

    A. Analisis Deskriptif (Univariat)

    Analisis deskriptif adalah cara analisis dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data

    yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk

    umum atau generalisasi. Pada umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

    presentase dari tiap variabel.

    1. Karakteristik Responden

    a. Pendidikan Orang Tua

    Dari hasil penelitian terhadap 150 responden siswi kelas I SMP Pelitadua

    Pancoran Mas Depok berdasarkan pendidikan orang tua responden dapat

    dilihat bahwa 58 responden (38,7%) memiliki orang tua dengan pendidikan

    rendah dan 92 responden (61,3%) memiliki orang tua dengan pendidikan

    tinggi.

  • Atmarita dan Fallah (2004) mengemukakan bahwa tingkat pendidikan

    berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat

    pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang untuk menyerap

    informasi dan mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-

    hari khususnya dalam kesehatan dan gizi.

    b. Penghasilan Orang Tua Responden

    Dari hasil penelitian terhadap 150 responden siswi kelas I SMP Pelitadua

    Pancoran Mas Depok berdasarkan penghasilan orang tua responden dapat

    dilihat bahwa 58 responden (38,7%) memiliki orang tua dengan penghasilan <

    2 Juta per bulan dan 92 responden (61,3%) memiliki orang tua dengan

    penghasilan > 2 Juta per bulan.

    Pada umumnya apabila penghasilan keluarga meningkat maka kebutuhan

    kecukupan gizi yang dikonsumsi dapat terpenuhi atau bahkan dapat

    berlebihan. Akan tetapi penghasilan yang tinggi tidak menjamin untuk

    mendapatkan gizi yang baik. Seringkali anak mengalami kurang gizi atau

    kelebihan zat gizi pada hal berasal dari keluarga yang punya penghasilan

    tinggi. (Mc Williams 1986).

    2. IMT (Indeks Massa Tubuh) Responden

  • Dari hasil penelitian terhadap 150 responden siswi kelas I SMP Pelitadua

    Pancoran Mas Depok dapat dilihat bahwa 52 responden (34,7%) memiliki IMT <

    18,5 cm atau > 25 cm dan 98 responden (65,3%) memiliki IMT 18,5 cm 25 cm.

    IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa

    khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka

    mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai

    usia harapan hidup lebih panjang. (Supariasa, 2001:60)

    3. Lingkar Perut Responden

    Dari hasil penelitian terhadap 150 responden siswi kelas I SMP Pelitadua

    Pancoran Mas Depok dapat dilihat bahwa 70 responden (46,7%) memiliki lingkar

    perut < 74,5 cm atau > 80 cm dan 80 responden (53,3%) memiliki lingkar perut

    74,5 cm - 80 cm

    Pengukuran lingkar perut (waist circumference) kini menjadi metode paling

    populer kedua (sesudah IMT) untuk menentukan status gizi. Cara pengukuran

    lingkaran perut ini membedakan obesitas. Seseorang dengan obesitas memiliki

    faktor resiko untuk berbagai penyakit metabolik, vaskuler, dan degeneratif

    memiliki lingkaran perut yng lebih besar dari normal. Nilai normal untuk lingkar

    perut bagi wanita Asia adalah 80 cm, sedangkan bagi pria Asia adalah 90 cm.

    4. Lingkar Lengan Atas Responden

  • Dari hasil penelitian terhadap 150 responden siswi kelas I SMP Pelitadua

    Pancoran Mas Depok dapat dilihat bahwa 49 responden (32,7%) memiliki lingkar

    lengan atas < 23,5 cm atau > 25,7 cm dan 101 responden (67,3%) memiliki

    lingkar lengan atas 23,5 cm 25,7 cm.

    Lingkar Lengan Atas (LILA) merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status

    gizi, ambang batas LILA di Indonesia adalah 23,5 cm. Supriasa (2001).

    5. Frekuensi Makan Responden

    Dari hasil penelitian terhadap 150 responden siswi kelas I SMP Pelitadua

    Pancoran Mas Depok dapat dilihat bahwa 34 responden (22,7%) memiliki

    frekuensi makan < 3X/hari atau > 3X/hari dan 116 responden (77,3%) memiliki

    frekuensi makan 3X/hari.

    Sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang

    Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi di Desa Siaga apabila keluarga

    tersebut dapat mengkonsumsi setiap hari lauk hewani dan buah (Direktorat Bina

    Gizi Masyarakat 2007). Frekuensi makan yang baik adalah makan 3 X sehari.

    6. Usia Menarche Responden

    Dari hasil penelitian terhadap 150 responden siswi kelas I SMP Pelitadua

    Pancoran Mas Depok dapat dilihat bahwa 33 responden (22%) mengalami

  • menarche pada usia < 10 tahun atau > 12 tahun dan 117 responden (78%)

    mengalami menarche pada usia 10 tahun 12 tahun.

    Menarche adalah yang pertama kali di alami oleh seseorang gadis dan merupakan

    perubahan ciri-ciri seks sekunder pada masa pubertas (Desmita, 2007).

    Menarche adalah haid pertama, saat periode menstruasi yang pertama terjadi

    (Kamus Kedokteran, 2004). Menarche adalah hal yang wajar yang pasti di alami

    oleh setiap wanita normal dan tidak perlu untuk di gelisahkan. Menarche rata-rata

    terjadi pada umur 12,5 tahun yang berarti bahwa 2,5% dari remaja perempuan

    dengan maturasi awal yang normal mulai mendapat dua tahun lebih awal dari

    umur 12,5 tahun dan 2,5% remaja dengan maturasi lambat yang normal mulai

    mendapat menstruasi sesudah umur rata-rata tersebut (Soetjiningsih, 2004).

    B. Hasil Penelitian Bivariat

    1. Karakteristik Responden

    a. Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan Usia Menarche

    Dari hasil penelitian terhadap 150 responden siswi kelas I SMP Pelitadua

    Pancoran Mas Depok dari 58 responden dengan tingkat pendidikan orang tua

    rendah terlihat bahwa 8 responden (13,8%) mengalami menarche pada usia <

    10 tahun atau > 12 tahun dan 50 responden (86,2%) mengalami menarche

    pada usia 10 tahun - 12 tahun. Sedangkan dari 92 responden dengan

  • pendidikan orang tua tinggi terlihat bahwa 25 responden (27,2%) mengalami

    menarche pada usia < 10 tahun atau > 12 tahun dan 67 responden (72,8%)

    mengalami menarche pada usia 10 tahun - 12 tahun.

    Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P Value = 0,085 berarti P Value > 0,05

    sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

    pendidikan orang tua dengan usia menarche siswi kelas I SMP Pelitadua

    Pancoran Mas Depok.

    Atmarita dan Fallah (2004) mengemukakan bahwa tingkat pendidikan

    berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat

    pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang untuk menyerap

    informasi dan mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-

    hari khususnya dalam kesehatan dan gizi.

    Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian ginarhayu (2002) yang

    menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan orang tua

    dengan usia menarche (P value > 0,05).

    b. Hubungan Penghasilan Orang Tua dengan Usia Menarche

    Dari hasil penelitian terhadap 150 responden siswi kelas I SMP Pelitadua

    Pancoran Mas Depok dari 58 responden dengan penghasilan orang tua < 2

    Juta per bulan terlihat bahwa 7 responden (12,1%) mengalami menarche pada

    usia < 10 tahun atau > 12 tahun dan 51 responden (87,9%) mengalami

  • menarche pada usia 10 tahun - 12 tahun. Sedangkan dari 92 responden dengan

    penghasilan orang tua > 2 Juta per bulan bahwa 26 responden (28,3%)

    mengalami menarche pada usia < 10 tahun atau > 12 tahun dan 66 responden

    (71,7%) mengalami menarche pada usia 10 tahun - 12 tahun.

    Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P Value = 0,033 berarti P Value < 0,05,

    sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara

    penghasilan orang tua dengan usia menarche siswi kelas I SMP Pelitadua

    Pancoran Mas Depok.

    Tinggi rendahnya pendapatan merupakan faktor utama yang menentukan daya

    beli keluarga yang erat hubungan dengan makanan yang dikonsumsi keluarga

    dan pemeliharaan kesehatan keluarga. Defisiensi zat gizi umumnya terjadi

    pada kelompok dengan tingkat sosial ekonomi rendah (WHO 2001).

    Pendapatan keluarga membatasi kemampuan keluarga untuk membeli dan

    menyediakan bahan makanan sumber protein seperti daging, ikan, dan unggas.

    (Mc Williams 1986).

    Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian ginarhayu (2002) yang

    menyatakan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan orang tua

    dengan usia menarche (P value < 0,05).

    2. IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan Usia Menarche

  • Dari hasil penelitian terhadap 150 responden siswi kelas I SMP Pelitadua

    Pancoran Mas Depok dari 52 responden dengan IMT < 18,5 atau > 25 terlihat

    bahwa 20 responden (38,5%) mengalami menarche pada usia < 10 tahun atau >

    12 tahun dan 32 responden (61,5%) mengalami menarche pada usia 10 tahun - 12

    tahun. Sedangkan dari 98 responden dengan IMT 18,5 25 terlihat bahwa 13

    responden (13,3%) mengalami menarche pada usia < 10 tahun atau > 12 tahun

    dan 85 responden (86,7%) mengalami menarche pada usia 10 tahun - 12 tahun.

    Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P Value = 0,001 berarti P Value < 0,05,

    sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara berat badan

    responden dengan usia menarche siswi kelas I SMP Pelitadua Pancoran Mas

    Depok.

    IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa

    khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka

    mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai

    usia harapan hidup lebih panjang. (Supariasa, 2001:60)

    1. Hubungan Lingkar Perut dengan Usia Menarche

    Dari hasil penelitian terhadap 150 responden siswi kelas I SMP Pelitadua

    Pancoran Mas Depok dari 70 responden dengan lingkar perut < 74,5 atau > 80

    cm terlihat bahwa 6 responden (8,6%) mengalami menarche pada usia < 10 tahun

    atau > 12 tahun dan 64 responden (91,4%) mengalami menarche pada usia 10

  • tahun - 12 tahun. Sedangkan dari 80 responden dengan lingkar perut 74,5 cm - 80

    cm terlihat bahwa 27 responden (33,8%) mengalami menarche pada usia < 10

    tahun atau > 12 tahun dan 53 responden (66,3%) mengalami menarche pada usia

    10 tahun - 12 tahun.

    Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P Value = 0,000 berarti P Value < 0,05,

    sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara lingkar

    perut responden dengan usia menarche siswi kelas I SMP Pelitadua Pancoran Mas

    Depok.

    Pengukuran lingkar perut (waist circumference) kini menjadi metode paling

    populer kedua (sesudah IMT) untuk menentukan status gizi. Cara pengukuran

    lingkaran perut ini membedakan obesitas. Seseorang dengan obesitas memiliki

    faktor resiko untuk berbagai penyakit metabolik, vaskuler, dan degeneratif

    memiliki lingkaran perut yng lebih besar dari normal. Nilai normal untuk lingkar

    perut bagi wanita Asia adalah 74,5 cm 80 cm, Sedangkan hubungan antara

    lingkar perut dengan usia terjadinya menarche dapat dijelaskan bahwa dengan

    asupan nutrisi yang cukup atau berlebih maka akan terjadi penimbunan jumlah

    kalori yang masuk ke tubuh melebihi jumlah kalori yang dikeluarkan oleh tubuh,

    kelebihan kalori itulah yang akan tersimpan dalam tubuh dan menjadi timbunan

    lemak yang tersebar dibagian-bagian tertentu sehingga lingkar perut juga akan

    bertambah, penimbuna kalori yang cukup dalam tubuh inilah yang mempercepat

    bekerjanya hormon-hormon reproduksi (FSH - LH, GnRH, Estrogen,

    Progesteron) yang menyebabkan terjadinya menarche.

  • Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Meuthia Kesuma (2000) yang

    menyatakan ada hubungan yang bermakna antara lingkar perut dengan usia

    menarche (P value < 0,05).

    2. Hubungan Lingkar Lengan Atas dengan Usia Menarche

    Dari hasil penelitian terhadap 150 responden siswi kelas I SMP Pelitadua

    Pancoran Mas Depok dari 49 responden dengan lingkar lengan atas < 23,5 cm

    atau > 25,7 cm terlihat bahwa 3 responden (6,1%) mengalami menarche pada

    usia < 10 tahun atau > 12 tahun dan 46 responden (93,9%) mengalami menarche

    pada usia 10 tahun - 12 tahun. Sedangkan dari 101 responden dengan lingkar

    lengan atas 23,5 cm 25,7 cm terlihat bahwa 30 responden (29,7%) mengalami

    menarche pada usia < 10 tahun atau > 12 tahun dan 71 responden (70,3%)

    mengalami menarche pada usia 10 tahun - 12 tahun.

    Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P Value = 0,002 berarti P Value < 0,05,

    sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara lingkar

    lengan atas dengan usia menarche siswi kelas I SMP Pelitadua Pancoran Mas

    Depok.

  • Lingkar Lengan Atas (LILA) merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status

    gizi, sehingga hubungan antara lingkar lengan atas dengan usia menarche dapat

    dijelaskan bahwa remaja putri dengan status gizi baik akan memiliki lingkar

    lengan 23,5 cm 25,7 cm, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa remaja

    putri dengan lingkar lengan 23,5 cm 25,7 cm lebih dimungkinkan telah

    mengalami menarche dibandingkan dengan remaja putri dengan lingkar lengan 25,7 cm.

    Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Meuthia Kesuma (2000) yang

    menyatakan ada hubungan yang bermakna antara lingkar lengan atas dengan usia

    menarche (P value < 0,05).

    3. Hubungan Frekuensi Makan dengan Usia Menarche

    Dari hasil penelitian terhadap 150 responden siswi kelas I SMP Pelitadua

    Pancoran Mas Depok dari 34 responden dengan frekuensi makan < 3X/hari atau

    > 3X/hari terlihat bahwa 2 responden (5,9%) mengalami menarche pada usia < 10

    tahun atau > 12 tahun dan 32 responden (94,1%) mengalami menarche pada usia

    10 tahun - 12 tahun. Sedangkan dari 116 responden dengan frekuensi makan

    3X/hari terlihat bahwa 31 responden (26,7%) mengalami menarche pada usia < 10

    tahun atau > 12 tahun dan 85 responden (73,3%) mengalami menarche pada usia

    10 tahun - 12 tahun.

  • Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P Value = 0,019 berarti P Value < 0,05,

    sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi

    makan dengan usia menarche siswi kelas I SMP Pelitadua Pancoran Mas Depok.

    Seorang remaja putri dengan frekuensi makan 3 kali sehari, maka akan

    mendapatkan asupan nutrisi yang cukup dibandingkan dengan remaja putri

    dengan frekuensi makan < 3 kali sehari atau > 3 kali sehari, sehingga dengan

    demikian dengan status gizi remaja putri dengan frekuensi makan 3 kali sehari

    lebih cepat mengalami menarche dibandingkan dengan remaja putri dengan

    frekuensi makan < 3 kali sehari atau > 3 kali sehari hal ini dikarenakan asupan

    nutrisi yang diterima mempengaruhi hormon yang merangsang terjadinya

    menarche lebih cepat.

    Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Putri Gita Menur (2006) yang

    menyatakan ada hubungan yang bermakna antara frekuensi makan dengan usia

    menarche (P value < 0,05).

    C. Keterbatasan Penelitian

    Dalam penelitian ini, peneliti masih menemukan berbagai keterbatasan penelitian.

    Beberapa keterbatasan penelitian yang ada sebagai berikut :

    1. Rancangan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross sectional sehingga

    hubungan yang ditentukan dari variabel independen dan variabel dependen

  • bukanlah merupakan hubungan sebab akibat, karena penelitian dilakukan dalam

    waktu bersamaan dan tanpa adanya follow up.

    2. Kualitas Data

    Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran disertai wawancara dan

    berpedoman pada kuesioner. Pengumpulan data dengan kuesioner mempunyai

    dampak yang sangat subjektif sehingga kebenaran data tergantung dari kejujuran

    responden. Ketidaktepatan jawaban dapat terjadi karena faktor pemahaman

    responden yang kurang terhadap pernyataan-pernyatan yang disampaikan oleh

    peneliti saat wawancara. Data yang terkumpul saat wawancara ditentukan oleh

    kemampuan pengumpul data terutama kemampuan untuk menggali informasi.

    Dalam pengambilan data, peneliti dibantu oleh beberapa orang guru. Untuk

    mengeliminasi kelemahan dari metode ini, maka sebelum dilakukan pengumpulan

    data, pengumpul data terlebih dahulu diberi arahan oleh peneliti. Setelah itu

    dilakukan latihan tehnik wawancara dan melakukan simulasi antara sesama

    pengumpul data.

    3. Sampel

    Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas.

    4. Instrument

  • Peneliti masih pemula sehingga pasti masih ada beberapa kekurangan dalam

    penelitian ini.