IMPLEMENTASI PROBIOTIK Saccharomyces spp … · hidup yang bila dikonsumsi oleh manusia atau hewan...
Transcript of IMPLEMENTASI PROBIOTIK Saccharomyces spp … · hidup yang bila dikonsumsi oleh manusia atau hewan...
0
IMPLEMENTASI PROBIOTIK Saccharomyces spp. ISOLAT KOLON AYAM
KAMPUNG DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN BROILER
I GUSTI NYOMAN GDE BIDURA, DESAK PUTU MAS ARI CANDRAWATI,
DAN DEWI AYU WARMADEWI
Faculty of Animal Husbandry, Udayana University, Denpasar-Bali, Indonesia
Jl. PB. Soedirman, Denpasar, Bali-Indonesia
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk mengevaluasi efek dari dua isolat
probiotik (Saccharomyces spp. Gb-7 dan Gb-9) isolat dari kolon ayam kampung dalam
1
ransum terhadap performans dan kadar kolesterol total dalam serum darah broiler.
Sebanyak 240 ekor ayam secara acak dibagi menjadi 4 kelompok (A, B, C, dan D) dengan
10 ekor ayam dalam setiap ulangan. Ransum untuk kelompok A, B, dan C disuplementasi
masing-masing dengan probiotik 0,30% Saccharomyces spp.Gb-7 (A), 0,30%
Saccharomyces spp.Gb-9 (B), dan 0,15% Saccharomyces spp.Gb-7+0,15% Saccharomyces
spp. Gb-9 (C). Grup D adalah ransum yang tidak mengandung probiotik (kontrol). Sampel
darah dimasukkan dalam botol sampel dan serum dipanen untuk digunakan dalam
menentukan kadar kolesterol total dalam serum dengan bantuan kit komersial. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kelompok ayam yang diberi ransum mengandung probiotik
ternyata secara nyata (P<0,05) menurunkan kadar kolesterol serum dibandingkan dengan
kontrol (kelompok D). Grup ayam yang mengkonsumsi ransum mengandung probiotik
Saccharomyces spp. (A,B, dan C) memiliki pertambahan berat badan dan efisiensi
penggunaan ransum yang lebih tinggi atau lebih efisien dalam menggunakan pakan
dibandingkan dengan tanpa probiotik (P <0,05). Disimpulkan bahwa penggunaan probiotik
(Saccharomyces spp.Gb-7; Gb-9, dan kombinasinya) isolat kolon ayam kampung dapat
meningkatkan kinerja pertumbuhan dan efisiensi penggunaan ransum broiler umur 2-6
minggu, serta menurun kolesterol serum darah broiler.
Kata kunci: Saccharomyces spp., probiotik, performans, kolesterol
IMPLEMENTATION ON DIET OF PROBIOTIC Saccharomyces spp. ISOLATED
FROM COLON OF NATIVE CHICKENS ON PERFORMANCE OF BROILER
ABSTRACT
The current research was conducted in order to evaluate the effect of two isolates of
probiotics (Saccharomyces spp. Gb-7 and Gb-9) isolation from colon of native chickens on
total serum cholesterol and performance in broilers. A total 240 broilers were randomly
diveded into 4 groups (A,B,C, and D) of 10 birdss each. The diets for group A, B, and C
were suplemented with probiotics 0.30% Saccharomyces spp.Gb-7, 0.30% Saccharomyces
spp. Gb-9, and 0.15% Saccharomyces spp.Gb-7+0.15% Saccharomyces spp.Gb-9 of feed,
resvectively. Group D diet had no probiotic (control). The blood samples were allowed to
clot in a sample bottle and serum harvested was used to determine the total serum
cholesterol content with the aid of commercial kit. The result showed that the probiotic fed
groups had a significant (P<0,05) reduction in serum cholesterol levels than the control
(group D). The bird consumed probiotic Saccharomyces spp. had higher live weight gain
(LWG)s and were efficient in using feed compared to those unsupplemented probiotics in
their diets (P<0.05). It was concluded that using of probiotics (Saccharomyces spp.Gb-7;
Gb-9; and it’s combinations) isolation from colon of native chickens could increase growth
performance and feed efficiency of broiler up to six weeks of age. Moreover it decreased
the serum cholesterol contents of birds.
Key words: Saccharomyces spp., probiotics, performance, cholesterol
PENDAHULUAN
Probiotik merupakan makanan tambahan yang mengandung mikroba hidup yang
memberi pengaruh menguntungkan bagi inang dengancara meningkatkan keseimbangan
mikroba dalam saluran pencernaan (Fuller 1992). Sedangkan Havenaar dan Huis (1992)
mendefinisikan probiotik sebagai suatu kultur tunggal ataupun campuran dari mikroba
hidup yang bila dikonsumsi oleh manusia atau hewan akan berperan dalam menjaga
2
keseimbangan mikroflora alami yang ada dalam tubuh inangnya.Probiotik sering
dihubungkan dengan kesehatan saluran pencernaan, karena dapat membantu menekan
pertumbuhan bakteri yang merugikan (Hegar, 2007).
Probiotik umumnya berupa kelompok mikroorganisme nonpathogen yang
berpengaruh positif terhadap fisiologi dan kesehatan saluran pencernaan inangnya, jika
dikonsumsi secara rutin dalam jumlah yang cukup (Schrezenmeir dan De Vrese, 2001). Di
dalam saluran pencernaan, banyak kelompok probiotik yang mampu menguraikan
senyawa-senyawa beracun yang dihasilkan dari metabolisme protein dan lemak, sehingga
konsentrasi dari senyawa-senyawa toksik itu dapat dikurangi atau bahkan dieliminasi
seluruhnya. Dengan kata lain, derajat kesehatan saluran pencernaan akan meningkat bila
didalamnya terdapat probiotik dalam jumlah yang cukup.
Probiotik menunjukkan efek fungsional, seperti efek antidiare, menurunkan
kolesterol darah, meningkatkan kemampuan motilitas dan detoksifikasi usus, menginduksi
sistem imun, menghasilkan berbagai macam metabolit (seperti hydrogen peroksida, asam
laktat, dan asam asetat) yang mampu menjaga keseimbangan pH dan mikroekologi usus,
serta membantu metabolisme vitamin, mineral dan hormon. Selain itu, probiotik juga
berperan sebagai agen antitumor dengan cara mencegah pembentukan nitrosamine yang
bersifat karsinogen (Tjay dan Kirana, 2007).
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu mikroorganisme agar dapat
dikembangkan menjadi agent probiotik adalah tidak bersifat patogen, toleran terhadap
asam, dan toleran terhadap garam empedu (Hood dan Zottola, 1998), karena selama
perjalannya menuju kolon probiotik harus mampu melewati lambung yang memiliki pH
asam dan asam deoksikolat yang merupakan detergen biologis bagi mikroorganisme.
Selain itu, kandidat probiotik juga harus memiliki kemampuan untuk memberikan efek
kesehatan, sehingga dapat dipakai dalam waktu lama (Shortt, 1999). Penelitian tentang
probiotik telah banyak dilakukan dengan menyeleksi strain-strain mikroorganisme yang
mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi probiotik lokal.
Metabolisme bakteri terhadap asam empedu memegang peran penting dalam resiko
terkena kanker colon. Diasumsikan bahwa asam empedu sekunder (yang dihasilkan oleh
metabolisme mikroba) dapat berperan sebagai promotor dari proses pembentukan kanker
colon. Proses dehidrogenasi dari inti steroid dalam menghasilkan ikatan delta 1 dan delta
4 yang berikatan dengan grup 3-keto memiliki peran penting dalam hubungannya dengan
kanker colon. Strain tertentu dari Clostridia secara in vitro diketahui dapat membentuk
reaksi ini (Wahyudi dan Hendraningsih, 2007). Saccharomyces cerevisiae dalam bentuk
biomassa telah banyak dipakai sebagai supplemen pada makanan ternak (Ahmad 2005).
Menurut Kompiang (2002) dan Wahyudi dan Hendraningsih (2007), suplementasi
Saccharomyces cerevisiae dalam ransum nyata meningkatkan laju pertumbuhan, efisiensi
penggunaan ransum, dan mencegah kejadian keracunan pada unggas yang disebabkan
oleh aflatoksin atau aflatoxicosis.
Saccharomyces spp merupakan genus khamir/yeast yang memiliki kemampuan
mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Khamir Saccharomyces merupakan
mikroorganisme bersel satu yang tidak berklorofil, termasuk kelompok Eumycetes dan
tumbuh baik pada suhu 300c dan pH 4,8. Saccharomyces merupakan salah satu bentuk
protein sel tunggal atau disebut dengan istilah Single Cell Protein (Fuller, 1989).
Saccharomyces spp. juga dilaporkan sangat kaya kandungan vitamin B kompleksnya.
Vitamin ini mempunyai efek merangsang pertumbuhan, menambah nafsu makan, dan
membantu pencernaan di dalam tubuh ternak.
Fraksi selulosa merupakan komponen yang paling besar sebagai penyusun dinding
sel tanaman, yaitu sekitar 40-50%, merupakan salah satu fraksi serat kasar tanaman yang
3
sangat sulit/tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan hewan. Supaya dapat digunakan,
maka selulosa terlebih dahulu harus diuraikan menjadi senyawa yang sederhana.
Degradasi tersebut melibatkan kompleks enzim selulase yang dihasilkan oleh mikroba
(Wainwright, 2002). Selulosa tersebut hanya dapat didegradasi oleh dua enzim utama
yang dikeluarkan oleh khamir, yaitu endo-beta-glucanase dan beta glucosidase (CMC-ase)
Menurut Orpin dan Joblin (1988), sebagian besar polysakarida tanaman difermentasi oleh
khamir dalam rumen dan hampir 50% komponen selulosa dan hemiselulosa tanaman
dicerna oleh khamir. Harmayani (2004) melaporkan, khamir yang mampu tumbuh dan
mengasimilasi kolesterol dalam usus halus mempunyai potensi sebagai pengontrol kadar
kolesterol serum darah inang, karena di dalam usus halus terjadi proses absorpsi kolesterol.
Apakah khamir Saccharomyces spp terpilih (yang lolos uji suhu, asam, garam
empedu saluran pencernaan unggas, dan mampu mendeskonjugasi kolesterol, serta
mempunyai aktivitas CMC-ase dan agen anti kanker kolon) dari kolon ayam kampung
mempunyai kemampuan untuk meningkatkan performans ayam broiler, serta menurunkan
jumlah lemak abdominal, kadar kolesterol, dan kadar gas amonia ekskreta ternak ayam.
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dilakukan penelitian tentang isolasi
dan seleksi kamir Saccharomyces spp yang terdapat di dalam kolon ayam untuk
selanjutnya dikembangkan menjadi kandidat probiotik baru yang berpotensi sebagai
probiotik anti kanker kolon dan mempunyai aktivitas enzim pendegradasi serat kasar
(CMC-ase) dan bila diimplementasikan pada ternak unggas, akan dapat meningkatkan
kuantitas dan kualitas produksi karkas yang efisien serta ramah lingkungan.
Konsep utama penelitian ini adalah adanya indikasi bahwa dalam penyusunan
ransum untuk ternak, tidak bisa terlepas dari penggunaan limbah agro-industri pertanian
yang pada umumnya kandungan seratnya (selulosa dan hemiselulosanya) tinggi dan
protein kasarnya rendah, sehingga nilai kecernaannya juga rendah, dan bila diberikan pada
ternak menyebabkan produktivitas ternak rendah. Disisi lain, ayam kampung sangat
efisien dalam mencerna pakan serat karena adanya khamir pendegradasi pakan serat dalam
kolonnya. Degradasi tersebut melibatkan kompleks enzim selulase yang dihasilkan oleh
mikroba (Wainwright, 2002). Selulosa tersebut hanya dapat didegradasi oleh dua enzim
utama yang dikeluarkan oleh khamir, yaitu endo-beta-glucanase dan beta glucosidase
(CMC-ase). Menurut Orpin dan Joblin (1988), sebagian besar polysakarida tanaman
difermentasi oleh khamir dalam rumen dan hampir 50% komponen selulosa dan
hemiselulosa tanaman decerna oleh khamir. Sehingga perlu dilakukan isolasi khamir
Saccharomyces spp dan uji kemampuannya sebagai agensia probiotik pada ternak unggas
(uji asam dan garam empedu), selanjutnya produksi kultur. Hasil produksi kultur isolate
Saccharomyces spp tersebut, selanjutnya diujikan lagi sebagai inokulan fermentasi pakan
serat (dilihat dari kemampuan peningkatan kecernaan protein dan serat kasar, serta energi
termetabolis)
Khamir Saccharomyces spp yang terseleksi sebagai sumber probiotik tersebut
akan dapat berperan meningkatkan aktivitas enzim pencernaan, mencegah timbulnya
kanker kolon saluran pencernaan, dan meningkatkan kecernaan pakan serat dalam saluran
pencernaan ayam. Hal ini sangat penting artinya, karena dalam penyusunan ransum ayam
tidak bisa terlepas dari penggunaan dedak padi. Dedak padi tersebut mempunyai
kelemahan, yaitu kandungan protein dan energi termetabolisnya rendah, dan
penggunaannya dalam ransum unggas dibatasi karena tingginya kandungan asam fitat,
tannin, maupun serat kasarnya, dan ternak ayam tidak dapat mencerna senyawa tersebut.
Proses biofermentasi pakan akan merombak struktur jaringan kimia dinding sel, pemutusan
ikatan lignoselulosa dan lignin, sehingga ransum mudah dicerna. Pada saat berada di
4
dalam saluran pencernaan ayam, mikroba fermenter tersebut (Saccharomyces spp) akan
mampu bekerja sebagai probiotik. Probiotik dalam saluran pencernaan dapat
meningkatkan kecernaan zat makanan retensi protein, mineral Ca, Co, P, dan Mn.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Lama Penelitian
Penelitian lapangan di laksanakan di kandang milik petani peternak di Desa Dajan
Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali. Sedangkan analisis laboratorium dilaksanakan
di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Laboratorium Sumber Daya Genetika dan
Biologi Molekuler, Lab. Biosain, dan Lab. Nutrisi Fakultas Peternakan, Universitas
Udayana, Denpasar. Penelitian berlangsung selama delapan bulan.
Sumber Isolat/Isi Kolon Ayam Kampung
Sumber isolate dalam penelitian ini adala digesta kolon ayam kampung dewasa
yang diperoleh dari ayam kampung di sekitar tempat penelitian.
Ransum dan air Minum.
Ransum yang digunakan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan Tabel
komposisi zat makanan menurut Scott et al. (l982), dengan menggunakan bahan, seperti
jagung kuning, tepung ikan, bungkil kelapa, dedak padi, pollard, bungkil kacang kedelai,
garam, dan mineral-mix. Semua perlakuan ransum disusun isokalori (ME: 2900 kcal/kg)
dan isoprotein (CP: 20%). Air minum yang diberikan bersumber dari perusahan air minum
setempat.
Membuat Kultur Isolat Khamir Saccharomyces spp. Unggulan Pada Media Onggok
Pembuatan kultur khamir Saccharomyces spp. unggulan pada media onggok
mengikuti metode Muktiani (2002). Media onggok yang akan dipergunakan terlebih
dahulu di steam/dikukus. Ada 3 buah media onggok yang berisi 100 g sampel. Ambil
isolat yang telah dibiakan dalam larutan nutrient broth yang telah disimpan selama 24 jam,
kemudian disentrifuge dan ambil endapannya, selanjutnya tambahkan aquades sebanyak 4
cc dan ditambahkan kedalam kedalam media onggok. Fermentasi dilakukan selama 2 hari.
Untuk mengetahui jumlah koloni yang tumbuh lakukan pengenceran bertingkat.
Rancangan Penelitian
Rancangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap
(RAL) dengan empat macam perlakuan dan enam kali ulangan. Tiap ulangan (unit
percobaan) menggunakan 10 ekor ayam broiler umur dua minggu dengan berat badan
homogen. Ke empat perlakuan tersebut adalah: (i) ransum basal tanpa suplementasi kultur
Saccharomyces spp.unggulan sebagai kontrol (A); (ii) ransum basal disuplementasi 0,30%
kultur Saccharomyces spp.Gb7. unggulan (B); (iii) ransum basal disuplementasi 0,30%
kultur Saccharomyces spp.Gb9 unggulan (C); dan (iv) ransum basal disuplementasi 0,15%
kultur Saccharomyces spp.Gb7 unggulan dan 0,15% Saccharomyces spp.Gb9 unggulan
(D);
Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati meliputi:
Konsumsi ransum dan air minum: pengukuran dilakukan tiap minggu sekali dengan
cara mengurangi jumlah ransum yang diberikan dengan sisa
5
Pertambahan berat badan: penimbangan berat badan dilakukan setiap minggu.
Sebelum penimbangan terlebih dahulu ayam dipuasakan 12 jam.
Feed Conversion Ratio (FCR): merupakan perbandingan antara konsumsi ransum
dengan pertambahan berat badan.
Perlemakan tubuh ayam: bagian-bagian lemak tubuh menurut Kubena at al. (l974)
adalah: pad fat (dipisahkan dari organ jeroan dengan kulit perut), mecenteric fat
(dipisahkan pertautannya dari usus), lemak empedal, dan abdominal fat (gabungan
dari pad fat, mecenteric fat dan lemak empedal).
Analisis Statistika Data yang diperoleh di analisis dengan sidik ragam dan apabila terdapat perbedaan
yang nyata (P<0,05) di antara perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari
Duncan (Steel and Torrie, l989).
HASIL
Pertambahan Berat Badan
Hasil penelitian seperti tersaji pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pertambahan berat
badan ayam selama 4 minggu percobaan pada kelompok ayam kontrol (ransum tanpa
mengandung probiotik) adalah 1609,39 g/ekor/4 minggu (grup D). Pemberian probiotik
Saccharomyces spp.Gb-7 sebanyak 0,30% dalam ransum (A); Saccharomyces spp.Gb-9
sebanyak 0,30% dalam ransum (B) dan kombinasi 0,15%vSaccharomyces spp.Gb-7+
0,15% Saccharomyces spp.Gb-9 (C) secara berturutan adalah: 12,32%; 14,48%; dan
13,04% nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada kontrol (D/ransum tanpa probiotik)
Table 1. Efek dari dua isolat probiotik (Saccharomyces spp.Gb-7 dan Gb-9) isolasi dari
usus ayam kampung terhadap kolesterol total serum dan kinerja broiler umur 2-6
minggu
Keterangan:
1. Ransum untuk kelompok A, B, dan C disuplementasi dengan probiotik 0,30% Saccharomyces
spp.Gb-7; 0,30% Saccharomyces spp.Gb-9; dan 0,15% Saccharomyces spp. Gb-7 + 0,15%
Saccharomyces spp. Gb-9
2. SEM :”Standard Error of Treatment Means”
3. Nilai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05)
Konsumsi Ransum
Rataan jumlah ransum yang dikonsumsi oleh ayam grup kontrol (D) selama empat
minggu adalah 3022,65 g/ekor/4 minggu (Tabel 1). Rataan jumlah ransum yang
dikonsumsi selama empat minggu pengamatan oleh ayam grup A, B, dan C, secara
berturutan adalah: 3,90% lebih rendah; 0,40% lebih tinggi; dan 2,08% lebih rendah secara
statistik tidak berbeda nyata (P>0,05).
Variabel Perlakuan1) SEM2)
Group A Group B Group C Group D
Pertambahan berat badan (g/ekor/4 minggu) 1804.27a1) 1839.05a 1815.81a 1606.39b 52.92
Konsumsi ransum (g/ekor/4 minggu) 2904.87a 3034.43a 2959.77a 3022.65a 65.705
FCR (konsumsi ransum : pertambahan berat
badan)
1.61b 1.65b 1.63b 1.87a 0.026
Serum kolesterol (mg/dl) 142.71b 138.39b 143.52b 169.93a 7.283
6
Feed Conversion Ratio (FCR)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan nilai FCR pada ayam grup D atau
kontrol adalah 1,87/ekor (Tabel 1). Pemberian probiotik Saccharomyces spp.Gb-7 (A);
Saccharomyces spp.Gb-9 (B); dan kombinasi keduanya (C), secara berturutan adalah:
13,90%; 11,76%; dan 12,83% nyata (P<0,05) lebih rendah daripada kontrol (D).
Kolesterol Serum
Rataan kadar kolesterol dalam serum darah ayam pada akhir penelitian tersaji pada
Tabel 1. Rataan kadar kolesterol serum dahar ayam kontrol (D) adalah 169,93 mg/dl
serum darah. Pemberian probiotik melalui ransum, yaitu perlakuan A, B, dan C, secara
berturutan adalah: 16,02%; 18,56%; dan 15,54% nyata (P<0,05) lebih rendah daripada
kontrol (D).
PEMBAHASAN Data menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada konsumsi
ransum. Hasilnya yang sama dilaporkan pada ayam petelur oleh beberapa peneliti (Mohiti
et al., 2007; Ayanwale et al., 2006; Yousefi dan Karkoodi, 2007) dan pada ayam pedaging
(Chumpawadee et al., 2008; Karaoglu dan Durdag, 2005). Mereka meneliti efek dari ragi
dimasukkan dalam diet dan mencatat bahwa konsumsi pakan tidak terpengaruh oleh
suplemen tersebut.
Selain itu, rasio konversi pakan signifikan berbeda antara perlakuan dengan kontrol.
Hasil ini sesuai seperti yang dilaporkan oleh Mutus et al. (2006) yang melaporkan bahwa
suplemen probiotik tidak memiliki efek pada efisiensi penggunaan ransum. Yousefi dan
Karkoodi (2007) juga melaporkan bahwa rasio konversi pakan tidak terpengaruh oleh
makanan probiotik dan suplemen ragi. Chumpawadee et al. (2008) tidak bisa mendeteksi
perbedaan dalam rasio konversi pakan dari ayam pedaging dibandingkan dengan kontrol.
Di sisi lain, beberapa studi menunjukkan bahwa suplementasi probiotik dalam pakan ayam
meningkatkan efisiensi penggunaan ransum (Umiarti et al., 2014; Bidura et al., 2009;
Bidura et al., 2012; Bidura et al., 2014). Perbedaan hasil penelitian tersebut mungkin
disebabkan karena adanya variasi dalam flora usus dan kondisi lingkungan (Mahdavi et al.,
2005). Kelangsungan hidup mikroba probiotik dalam saluran pencernaan ternak unggas
tergantung pada banyak faktor, misalnya, strain, komposisi media, dan teknologi
penyimpanan (Anadon et al., 2006)
Efisiensi pakan dan pertambahan berat badan ayam yang diberi ransum
mengandung probiotik ternyata lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini
mungkin disebabkan oleh fakta bahwa probiotik mengandung spesies bakteri
menguntungkan yang biasanya ditemukan di saluran usus. Kebanyakan strain tersedia
secara komersial dari spesies Lactobacilli dan Bifidobacteria, yang umumnya dianggap
aman dan dapat sangat membantu dalam pengobatan penyakit diare. Namun, manfaat
klinis terapi probiotik tergantung pada banyak faktor, seperti jenis bakteri, dosis, metode
pemberian, dan lainnya (Dinkçi et al., 2006). Penggunaan kultur, seperti Saccharomyces
cerevisiae dapat meningkatkan berat badan, sebagai akibat dari respon terhadap asupan
bahan kering ransum. Terutama, Saccharomyces cerevisiae, telah digunakan dalam
makanan hewan selama beberapa dekade dan dianggap sumber protein berkualitas tinggi
dan vitamin B-kompleks, selenium dan zince (Queiroz et al., 2004).
Selain itu, Piao et al. (1999) melaporkan bahwa penggunaan 0,10% ragi
(Saccharomyces serevisiae) dalam ransum nyata meningkatkan berat badan, efisiensi
pakan dan kecernaan nutrisi, serta mengurangi jumlah N dan P yang disekresikan dalam
feses. Studi pada itik yang dilakukan oleh Bidura et al. (2012) juga menegaskan temuan
sebelumnya bahwa suplementasi 0,10% kultur ragi menyebabkan peningkatan konsumsi
7
pakan, konversi pakan, dan berat badan itik. Temuan tersebut kemudian didukung oleh
hasil Umiarti et al. (2014) yang menemukan bahwa penggunaan 0,10%-0,30%
Saccharomyces spp secara signifikan meningkatkan berat badan dan efisiensi pakan. Efek
yang lebih positif suplementasi ragi dilaporkan oleh Mulyono et al. (2009), Wu et al.
(2005) dan Huang et al. (2004) dan Santin et al. (2001) menemukan bahwa suplementasi
pakan dengan dinding sel S.cerevisiae (0,2%) meningkat berat badan ayam.
Efek menguntungkan dari suplementasi produk ragi pada produksi unggas telah
dilaporkan oleh beberapa peneliti. Telah dibuktikan bahwa dapat meningkatkan kecernaan
nutrien (Bidura et al., 2009; Bidura et al., 2012), mengurangi amonia (Puspani et al., 2014)
dalam tinja dan meningkatkan populasi mikroorganisme pada saluran gastro-intestinal (Jin
et al., 1997). Mekanisme kerja dari produk ragi, bagaimanapun, belum sepenuhnya
dipahami. Kultur ragi dapat memberikan berbagai faktor pertumbuhan, pro-vitamin dan
stimulan lainnya untuk pertumbuhan bakteri dalam gastro-intestinal unggas (Ahmad,
2006). Saccharomyces cerevisiae khususnya, telah digunakan dalam pakan ternak selama
beberapa dekade dan dianggap sebagai sumber protein berkualitas tinggi, B-kompleks
vitamin, selenium dan seng (Queiroz et al., 2004).
Piao et al. (1999) menyatakan bahwa probiotik di saluran gastro-intestinal dapat
meningkatkan protein dan retensi energi dalam tubuh ayam. Khamir probiotik efektif
dalam mendegradasi senyawa kompleks, seperti beta-glukan dan arabinoxylans menjadi
senyawa yang lebih sedehana serta meningkatkan bioavailabilitas (Wang et al., 2004; Chen
et al., 2005; Cho et al., 2007; Bidura et al., 2009; Bidura et al., 2015; Candrawati et al.,
2014). Hasil lebih lanjut menunjukkan bahwa Saccharomyces spp. adalah ragi yang
mampu menghasilkan enzim, seperti amilase dan selulase, sehingga mereka dapat
meningkatkan daya cerna protein dan serat kasar, seperti selulosa dan hemi-selulosa untuk
membentuk senyawa sederhana mono-sakarida (Utama, 2011 Bidura et al., 2015). Selain
itu, seperti yang dinyatakan oleh Howard et al. (2003), khamir selulolitik mampu
menghasilkan enzim 1,4 beta-endo-glukonase; 1,4 beta-exo-glukonase; dan beta-
glukosidase yang mungkin menurunkan komponen serat kasar menjadi karbohidrat yang
mudah larut.
Hasil ini ternyata bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ayanwale et al. (2006) yang menemukan bahwa ragi (S. cerevisiae) suplemen dalam
ransum ayam petelur tidak memiliki efek kenaikan berat badan. Chumpawadee et al.
(2008) mengamati suplementasi singkong oleh ragi untuk ransum broiler tidak
meningkatkan laju pertumbuhan. Peneliti lain sebelumnya juga melaporkan seperti efek
non-signifikan suplementasi probiotik dalam ransum terhadap efisiensi penggunaan
ransum (Mutus et al., 2006; Wahyuni et al., 2008; Suryani dan Bidura, 2000; Yousefi dan
Karkoodi, 2007; Chumpawadee et al., 2009). Seperti yang dinyatakan oleh Mahdevi et al.
(2005), alasan tersebut adanya bervariasi pengaruh dari suplementasi probiotik mungkin
berhubungan dengan variasi dalam flora usus dan dalam kondisi lingkungan. Dengan
demikian, hasil yang tidak konsisten tentang pengaruh probiotik pada produksi unggas
mungkin karena beberapa aspek, seperti strain bakteri, dosis suplemen, komposisi diet,
strategi makan, bentuk pakan dan interaksi dengan aditif pakan lainnya (Chesson, 1994) .
Suplementasi dua isolat probiotik (Saccharomyces spp Gb-7;. Gb-9, dan
kombinasinya) yang diisolasi dari usus ayam kampung dalam ransum nyata dapat
menurunkan kadar kolesterol dalam plasma. Probiotik dapat berkontribusi dalam regulasi
konsentrasi kolesterol serum yang dilakukan oleh asam empedu deconjugated. Kolesterol
merupakan prekursor untuk pembentukan asam empedu dan ketika deconjugated asam
empedu ekskresi ditingkatkan oleh suplementasi probiotik, molekul prekursor kemudian
lebih diperlukan untuk pemulihan pembentukan asam empedu (Ezema dan Yeh, 2015).
8
Akibatnya, mungkin diharapkan bahwa tingkat serum menurun kolesterol (Taman et al.,
2008; Sutarpa et al., 2011). Selain itu, Klaver dan Van Der Meer (1993) juga menyarankan
bahwa co-presipitasi dengan asam empedu mungkin penting dalam mengurangi
konsentrasi kolesterol serum. Ezema dan Yeh (2015) menyarankan, tingkat probiotik
(S.cerevisiae) yang direkomendasikan dalam ransum adalah 1,0 g/kg untuk kinerja
produksi telur yang optimal dan minimalis kadar serum kolesterol telur (Bidura et al.,
2016).
De Smet et al. (1998) melaporkan bahwa probiotik dapat berkontribusi pada
regulasi konsentrasi kolesterol serum oleh asam empedu deconjugated. Karena ekskresi
asam empedu deconjugated ditingkatkan dan kolesterol itu prekursor, lebih molekul yang
dihabiskan untuk pemulihan asam empedu (Ezema dan Yeh, 2015). Sebagai hasil dari
peningkatan sintesis asam ini, diharapkan bahwa tingkat kolesterol serum akan berkurang.
Bahwa co-presipitasi dengan asam empedu mungkin penting dalam mengurangi
konsentrasi kolesterol dalam serum. Khamir telah diakui sebagai mikroba yang dapat
menghasilkan enzim lipase (Ulker et al., 2010). Sutarpa et al. (2011) menyatakan bahwa
penggunaan probiotik pada diet secara signifikan dapat menurunkan kadar kolesterol
dalam serum dan daging ayam kampung. Probiotik (S. cereviseae) pada tingkat yang
sesuai dapat mengurangi serum dan kolesterol telur dan meningkatkan produksi telur. Oleh
karena itu, suplementasi probiotik pada tingkat 1,0 g/kg ransum dapat direkomendasikan
untuk produksi telur yang optimal dan untuk menurunkan konsentrasi kolesterol dalam
serum serta telur (Ezema dan Yeh, 2015).
Ada hasil yang kontroversial mengenai efek probiotik pada profil lipid.
Mekanisme yang terlibat mungkin sebagai berikut (Rao et al., 2006): (i) bakteri akan
mengikatkan diri dengan kolesterol yang mengakibatkan menghambat penyerapan
kolesterol kembali ke dalam tubuh; (ii) eliminasi kolesterol dalam tinja akan difasilitasi
oleh bakteri; (iii) enzim sintesis kolesterol akan dihambat melalui produk fermentasi
bakteri asam laktat karena itu, produksi kolesterol akan menurun; (iv) gangguan dari
bakteri dalam daur ulang garam empedu (produk metabolisme kolesterol) dan
memfasilitasi eliminasi yang meningkatkan permintaan untuk garam empedu yang terbuat
dari kolesterol dan dengan demikian hasil dalam konsumsi kolesterol tubuh; dan (v)
asimilasi asam laktat.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa suplementasi 0,30% probiotik
Saccharomyces spp. isolat usus ayam kampung dalam ransum nyata dapat meningkatkan
performans dan mengurangi konsentrasi kolesterol dalam serum ayam broiler umur 2-6
minggu.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Direktorat
Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan
Pengembangan, Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Sesuai dengan Surat
Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomor: 486/UN14.2/PNL.01.03.00/2016,
atas dana yang diberikan sehingga penelitian sampai penyusunan paper ini dapat
terselesaikan tepat waktu.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, R. Z 2005. Pemanfaatan Khamir Saccharomyces cerevisiae untuk Ternak.
Wartazoa Vol. 15 (1): 49-55
Alimyameen. 2011. Penggunaan Probiotik dan Prebiotik Pada Ternak. Available from:
http://alimyameen. Blogspot. Com/2011/04/penggunaan-probiotik-danprebiotik-
pada-13.html. cited: 25/02/2012
Ariwati, N. L.P. 2012. Isolasi dan Identifikasi Khamir Saccharomyces spp dari Ragi Tape
sebagai Agensia Probiotik dan Pencegah Kanker Kolon. Thesis, Program Studi
Peternakan, Program Pasca Sarjana, Universitas Udayana, Denpasar
Ahmad, I., 2006. Effect of probiotics on broilers performance. Int. Poult. Sci., 5: 593-597.
Anadon, A., M.R. Martinez-Larranaga and M.A. Martinez. 2006. Probiotics for animal
nutrition in the European Union. Regulation and safety assessment. Regul. Toxicol.
Pharmacol., 45: 91-95.
Ayanwale, B.A., M. Kpe and V.A. Ayanwale. 2006. The effect of supplementing
Saccharomyces cerevisiae in the diets on egg laying and egg quality characteristics
of pullets. Int. Poult. Sci., 5: 759-763.
Bidura, I.G.N.G., D.P.M.A. Candrawati, and D.A. Warmadewi. 2014. Implementation of
Saccharomyces spp.S-7 isolate (Isolated from manure of Bali cattle) as a probiotics
agent in diets on performance, blood serum cholesterol, and ammonia-N
concentration of broiler excreta. International Journal of Research Studies in
Biosciences (IJRSB) Vol. 2 (8): 6-16
Bidura, I.G.N.G., D.P.M.A. Candrawati, and D.A. Warmadewi. 2015. Selection of Khamir
Saccharomyces spp. Isolated from Colon of Native Chickens as a Probiotics
Properties and has CMC-ase Activity. Journal of Biological and Chemical Research
Volume 32 (2): 683-699
Bidura, I.G.N.G., D. A. Warmadewi, D. P. M. A. Candrawati, E. Puspani, I. A. P. Utami,
and I. G. A. Aryani. 2009. Effect of Feeding “Ragi Tape” (Yeast culture) May
Enhanced Protein, Metabolizable Energy, and Performance of Bali Drake. The
International Conference on “Biotechnology for a Sustainable Future”. Denpasar,
15-16 September 2009, Held by Udayana University, Denpasar-Bali
Bidura, I.G.N.G., D. A. Warmadewi, D.P.M.A. Candrawati, I.G.A. Istri Aryani, I.A. Putri
Utami, I.B. Gaga Partama, and D.A. Astuti. 2009. The Effect of Ragi Tape
Fermentation Products in Diets on Nutrients Digestibility and Growth Performance
of Bali Drake. Proceeding. The 1st International Seminar on Animal Industry 2009.
Sustainable Animal Production for Food Security and Safety. 23-24 November
2009. Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University. Pp:180-187
Bidura, I.G.N.G., D. P. M. A. Candrawati, D. A. Warmadewi, I. P. Suyadnya, and I.A.S.
Aryani. 2011. The Increase of Protein Digestibility and Metabolizable Energy of
Rice Bran by Saccharomyces cerevisiae Fermentation. The 3rd International
Conference on Bioscience and Biotechnology. Maintaining World Prosperity
trhough Biosciences, Biotechnology and Revegetation. 21-22 September 2011.
Udayana University, Denpasar Bali, Indonesia. Organized by Udayana University
in Cooperation with Yamaguchi University. Pp: 98-105
Bidura, I.G.N.G., Ida Bagus Gaga Partama, Dewa Ketut Harya Putra and Urip Santoso.
2016. Implementation on diet of Probiotic Saccharomyces spp.SB-6 isolated from
10
colon of Bali cattle on egg production and egg cholesterol concentration of
Lohmann brown laying hens. International Journal of Current Microbiology App.
Sci. 5 (4): 793-802. doi: http://dx.doi.org/10.20546/ijcmas.2016.504.091
Buck, L. M. and S. E. Gililand. 1994. Comparison of Freshly Isolated Strain of
Lactobacillus acidophilus of Human Intestine Origin for Ability to Assimilate
Cholesterol During Growth. J. Dairy Sci. 77: 2925-2933
Candrawati, D.P.M.A., D.A. Warmadewi, and I.G.N.G. Bidura. 2014. Isolation of
Saccharomyces spp from Manure of Beef Bali cattle as a probiotics properties and
has CMC-ase activity to improve nutrient quality of rice bran. Journal of Biological
and Chemical Research. Vol. 31 (1): 39-52
Cerezuela, R., J. Meseguer and M.A. Esteban. 2011. Current knowledge in synbiotic use
for fish aquaculture: a review. J. Aquac. Res. Dev., S1: 008:1-7.
Chen YJ, KS Son, BJ Min, JH Cho, OS Kwon, IH Kim. 2005. Effects of Dietary Probiotic
on Growth Performance, Nutrients Digestibility, Blood Characteristics and Fecal
Noxious Gas Content in Growing Pigs. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 18 (10): 1464-
1468.
Chesson, A. 1994. Probiotics and Other Intestinal Mediators. In: (Ed. D.J.A. Cole, J.
Wiseman, and M.A. Varley) Principles of Pig Science. Loughborgough, UK:
Nottingham University Press. Pp. 197-214.
Cho, J. H., B. J. Min, Y. J. Chen, J. S. Yoo, Q. Wang, J. D. Kim, and I. H. Kim. 2007.
Evaluation of FSP (Fermented Soy Protein) to Replace Soybean Meal in Weaned
Pigs: Growth Performance, Blood Urea Nitrogen, and Total Protein Concentrations
in Serum and Nutrient Digestibility. AJAS Vol. 20 (12):1874-1879
Chumpawadee, S., A. Chantiratikul and S. Santaweesuk. 2008. Effect of dietary inclusion
of cassava yeast as probiotic source on egg production and egg quality of laying
hens. Int. J. Poult. Sci., 8: 195-199.
Chumpawadee, S., O. Chinrasri and S. Santaweesuk. 2009. Effect of Dietary Inclusion of
Cassava Yeast as Probiotic Source on Growth Performance and Carcass Percentage
in Japanese Quails. Pakistan Journal of Nutrition 8 (7): 1036-1039, 2009
Chen, Y. H., H. K. Hsu, and J. C. Hsu. 2002. Studies on the fine structure of caeca in
domestic geese. AJAS 15 (7) : 1018 – 1021
Dinkçi, N., G. Ünal, S. Akalin and S. Gönç. 2006. The Importance of Probiotics in
Pediatrics. Pakistan Journal of Nutrition 5 (6): 608-611
De Smet, I., L. Van Hoorde De Saaeyer, M. Van de Woeslyne and W. Verstraele. 1998.
Cholesterol lowering in pig through enhanced bile salt hydrolase’ activity. Br. J.
Nutr., pp: 185-194
Dubey, R. C. 2006. A Textbook of Biotechnology. Foutrh Revised & Enlarged Edition. S.
Chand & Company LTD., Ram Nagar, New Delhi.
11
Ezema, C. And D.C., Eze. 2015. Probiotics effect of yeast (Saccharomyces cerevisiae) on
hen-day egg performance, serum and egg cholesterol levels in laying chicken.
Pakistan Journal of Nutrition 14 (1): 44-46
Fuller, R. 1992. Probiotics ; the scientific basis, First edition, Chapman & Hall, London,
p; 209 – 221
Fuller, R. 1989. History and Development of Probiotics, in: Probiotics the Scientific Basis.
Ed.Fuller, R. First Ed. Fuller, R. First Ed London: Chapman and Hall.
Ghasemi, H.A., A.M. Tahmasbi, G.H. Moghaddam, M.Mehri, S. Alijani E. Kashefi and A.
Fasifi. 2006. The effect of phytase and Saccharomyces cerevisiae (SC47)
supplementation on performance serum parameters, phosphorous and calcium
retention of broiler chickens. Int. Poult. Sci., 5: 162-168.
Gholib, D., Istiana, Tarmuji dan R.Z. Ahmad. 2003. Laporan Hasil Penelitian Potensi
Sacchromyces cerevisae APBN 2002 Sebagai Probiotik. Balai Penelitian
Veteriner,Bogor.
Harmayani, E. 2004. Peranan probiotik untuk menurunkan kolesterol. Makalah Seminar
Nasional “Probiotik dan Prebiotik sebagai Makanan Fungsional”, tanggal 30
Agustus 2004, Kerjasama Pusat kajian Keamanan Pangan, Lemlit Unud dengan
Indonesian Society for Lactic Acid Bacteria (ISLAB), Kampus Bukit Jimbaran,
Univ. Udayana, Denpasar.
Havenaar, R and J.H.J. Huis in,t Veld. 1992. Probiotics: A General View. In The Lactic
Acid Bacteria in Health & Disease, Wood, B.J.B (ed). Blackie Academic &
Professional.
Hegar, B. 2007. Mikroflora Saluran Cerna pada Kesehatan Anak. Jurnal Kesehatan dan
Farmasi. Jakarta: Dexa Media.
Hood, S.K. and Zottola. 1998. Effect of low on the ability of Lactobacillus acidophilus to
survive and adhere tohuman intedtinal intestinal cell, Journal of Food Science 53:
1514 – 1516.
Howard, R. L., Abotsi, E. J. Rensburg and S. Howard. 2003. African Jurnal of
Biotechnology Vol. 2 (12): 602-610).
Huang, M. K., Y. J. Choi, R. Houde, J. W. Lee, B. Lee, and X. Zhao. 2004. Effect of
Lactobacilli and Acidophilic Fungus on The Production Performance and Immune
Responses In Broiler Chickens. Poult. Sci. 88: 788-795
Hyronimus, B., C. Le Mareec, A.H. Sassi, and A. Deschamps 2000. Acid and Bile
Tolerance of spore-forming Lactic Acid Bacteria. Journal Food Microbiology
Volume 61: 193-197.
12
Iji, P.A., A.A. Saki and D.R. Tivey. 2001. Intestinal structure and function of broiler
chickens on diets supplemented with a mannan oligosaccharide. J. Sci. Food Agric.,
81: 1186-1192.
Isolauri, E., 2004. The role of probiotics in pediatrics. Current Pediat., 14: 104-109.
Istiana, E. Kusumaningtyas, D Gholib dan S. Hastiono. 2002. Isolasi dan Identifikasi
Saccharomyces cerevisiaebeserta in vitro terhadap (Salmonella typhimurium).
Pros.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.Ciawi, Bogor 30 Sept-
1 Okt 2002. Puslitbang Peternakan, Bogor.: 459-462.
Jin, L. Z., Y.W. Ho, N. Abdullah and S. Jalaludin. 1997. Probiotics in Poultry: Modes of
Action. Worlds Poultry Sci. J. 53 (4): 351 – 368
Jin, L. Z., Y.W. Ho, N. Abdullah and S. Jalaludin. L997. Probiotics in Poultry: Modes of
Action. Worlds Poultry Sci. J. 53 (4): 351 – 368
Karaoglu, M. and H. Durdag, 2005. The influence of dietary probiotic Saccharomyces
cerevisiae supplementation and different slaughter age on the performance,
slaughter and carcass properties of broilers. Int. Poult. Sci., 4: 309-316.
Klaver, F.A.M. and R. Van der Meer. 1993. The assumed assimilation of cholesterol by
Lactobacillus and Bifidobacterium bifidum is due to their bile salt deconjugated
activity. Appl. Environ. Microbiol. 59: 1120-1124
Kompiang, I. P. 2002. Pengaruh ragi Saccaromyces cerevisiae dan ragi laut sebagai
pakan imbuhan probiotik terhadap kinerja unggas. JITV. 7 (1): 18-21
Kubena, L.F., J.W. Deaton, F.C. Chen and F.N. Reece. L974. Factors Influencing The
Quality af Abdominal Fat in Broilers. 2. Cage Versus Floor Rearing. Poultry Sci.
53 : 574 – 576
Kumprechi, I., P. Zobac, Z. Gasnarek dan E. Robosova. 1994. The effect of continues
applications of probiotics preparations based on S cerevisiae var elipsoideus and
Strptococcus faecum C- 68(SF-68) on chicken broiler yield. Zivoscisma-yroba
39(6): 491-503.
Kumprechtova, D., P. Zobac dan I. Kumprect. 2000. The effect of Saccharomyces
cerevisiae Sc 47 on chicken broiler performance an nitrogen out put. Czech.J
AnimSci 45: 169 – 77.
Manggau, M. A. 2005. Pemanfaatan Bakteri Asam Laktat Sebagai Antikanker. Kursus
Singkat Pemanfaatan Bakteri Asam Laktat Dalam bidang Pangan dan Kesehatan.
Makassar, Lem. Lit Univ. Hasanuddin 14-24 November 2005
Mahdavi, A.H., H.R. Rahmani and J. Pourreza, 2005. Effect of probiotic supplements on
egg quality and laying hen’s performance. Int. Poult. Sci., 4: 488-492.
13
Merrifield, D.L., A. Dimitroglou, A. Foey, S.J. Davies, R.T.M. Baker, J. Bogwald, M.
Castex and E. Ringo, Effects of dietary prebiotics on growth performance. 2010.
The current status and future focus of probiotic and prebiotic applications for
salmonids. Aquac., 302: 1-18.
Mohiti, Asli, M., S.A. Hosseini, H. Ltfollahian and F. Shariatmadari, 2007. Effect of
probiotics, yeast, vitamin C supplements on performance and immune response of
laying hen during high environmental temperature. Int. J. Poul. Sci., 6: 895-900.
Mulyono, R. Murwani, dan F. Wahyono. 2009. Kajian Penggunaan Probiotik
Saccharomyces Cereviseae sebagai Alternatif Aditif Antibiotik terhadap Kegunaan
Protein dan Energi pada Ayam Broiler. Journal of the Indonesian Tropical Animal
Agriculture Vol.34 (2): 145-151
Mutus, L., N. Kocabagli, M. Aip, N. Acar, M. Eren and S. Gezen, 2006. The effect of
dietary probiotic supplementation on tibial bone characteristics and strength in
broilers. Poult. Sci., 85: 1621-1625.
Muktiani, A. 2002. Penggunaan Hidrosilat Bulu Ayam dan Shorgum serta Suplemen
Kromium Organik untuk Meningkatkan produksi Susu pada sapi perah. Disertasi,
Program Pascasarjana IPB, Bogor.
Orpin, C. G. And K. N. Joblin. 1988. The Rumen Anaerobic fungi. In. The Rumen
Micribial Ecosystem. Ed. P. N. Hobson. Elsevier Applied Science, London and
New York. Pp. 129-149
Park, Y.H., J.G. Kim, Y.W. Shin, H.S. Kim, Y.J. Kim, T.Chun and K.Y. Whang. 2008.
Effects of Lactobacillus acidophilus 43121 and a mixture of Lactobacillus casei
and Bifidobacterium longum on the serum cholesterol level and fecal sterol
excretion in hypercholesterolemia-induced pigs. Biosc. Biotechnol. Biochem., 72:
595-600.
Piao, X. S., I. K. Han, J. H. Kim, W. T. Cho, Y. H. Kim, and C. Liang. 1999. Effects Of
Kemzyme, Phytase, and Yeast Supplementation On The Growth Performance and
Pullution Reduction Of Broiler Chicks. Asian-Aust. J.Anim.Sci. 12 (1):36-41
Puspani, E., I.G.N.G. Bidura, D.P.M.A. Candrawati, and I.G.A. I. Aryani. 2014. Pollard in
diets supplemented with yeast on broiler performance and ammonia-N
concentration of excreta. Journal of Biological and Chemical Research Vol. 31 (2):
1048-1055
Putra, A.N., N.B.P. Utomo and Widanarni. 2015. Growth Performance of Tilapia
(Oreochromis niloticus) Fed with Probiotic, Prebiotic and Synbiotic in Diet.
Pakistan Journal of Nutrition 14 (5): 263-268
Plummer, D. T. l977. An Introduction to Practical Biochemestry. McGraw-Hill Book Co.,
Ltd. New Delhi.
Prangdimurti. 2001. Probiotik dan Efek Perlindungan Terhadap Kanker Kolon (Cited
2010 Des, 17) Available from: http://www.rudyct.com.
14
Queiroz, R.C., A.F. Bergamaschine, J.F.P. Bastos, P.C. Santos and G.C. Lemos, 2004. Uso
de produto a base de enzima e levedura na dieta de bovines: Digestibilidade dos
nutrients e desempenho em confinamento. Rev. Brasil Zootech., 33: 1548-1556.
Rao, D.R., C.B. Chawan and S.R. Pulusani. 2006. Influence of milk and thermophilus milk
on plasma cholesterol levels and hepatic cholesterogenesis in rats. J. Food Sci., 46:
1339-1341.
Roni, N. G. K., E. Puspani, Dan I G. N. G. Bidura. 2014. Efforts to Suppress Total Body
Fat And Ammonia Gas excreta Ducks Management Through Feed Probiotics. The
Magazine Scientific Ranch (Indonesia)18 (3):119-124
Santin, E., A. Maiorka, M. Macari, M. Grecco, J.C. Sanchez, T.M.Okada and A.M.
Myasaka. 2001. Performance and intestinal mucosa development of broiler
chickens fed diets containing Saccharomyces cerevisiae cell wall. J. Applied Poult.
Res., 10: 236-244.
Spring, P., C. Wenk, K.A. Dawson and K.E. Newman. 2000. The effects of dietary
mannan oligosaccharides on cecal parameter and the concentrations of enteric
bacteria in the ceca of Salmonella challenged broiler chicks. Poult. Sci.,79: 205-
211.
Sutarpa, I. N. S., S. A. Lindawati, Y. Ramona, I. N. S. Miwada, I. N. T. Ariana, and M.
Hartawan. 2011. The Effect of Lactic Acid Bacteria Administration on The
Performances, Total Bacteria in The Digestive Tract, and The Blood and Meat
Cholesterol Content of Kampong Chickens. The 3rd International Conference on
Bioscience and Biotechnology. Maintaining World Prosperity trhough Biosciences,
Biotechnology and Revegetation. 21-22 September 2011. Udayana University,
Denpasar Bali, Indonesia. Organized by Udayana University in Cooperation with
Yamaguchi University. Udayana University Press. Pp. 110-112
San’t Anna, S.E. and R.O.C. Torres. 1998. Growth of Pediococcus acidilactici on Sugar
Cane Blacstrap Molases. (Cited 2010 Des 17) Avaiable from:
http;//www.scielo.br/scielo.php?pid=S000137141998000300011&script=s ci
artext.
Saransi, A. U., I. M. Mudita, T. I. Putri, D.P.M.A. Candrawati dan I.G.N.G. Bidura. 2010.
Buku Pedoman Penuntun Praktikum. Lab. Nutrisi, Fakultas Peternakan, Universitas
Udayana, Denpasar
Scott, M.L., M.C. Neisheim and R.J. Young. L982. Nutrition of The Chickens. 2nd Ed.
Publishing by : M.L. Scott and Assoc. Ithaca, New York.
Schrezenmeir, J. And M. De Vrese, 2001. Probiotics, Prebiotics and Symbiotics-
Approaching and Definition. American Journal of Clinical Nutrition 73 : 361S –
364S
Shortt, C. 1999. The Probiotic Centure : Historial And Current Perspective, Review on
Trend Food Science and Technology 10 : 411-417.
15
Soemarno. 2000. Isolat dan Identifikasi Bakteri Klinik Yogyakarta: Akademi Analisa
Kesehatan Yogyakarta, Departemen Kesehatah republik Indonesia.
Sperber, W.H. and Swan J. 1976. Hot-Loop Test for Determination of Carbon Dioxide
Production from Glucose by lactic Acid Bacteria, Applied and Enviromental
Microbiology, 3(6): 990-991.
Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. L989. Principles and Procedures of Statistics. 2nd Ed.
McGraw-Hill International Book Co., London.
Sudirman, I., 2004, Peranan bakteri asam laktat dalam kesehatan hewan dan peternakan,
Pelatihan Mikrobiologi Dasar, Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Tanggal 26 April
– 7 Mei 2004.
Sujaya, N., Y. Ramona., N.P. Widarini, N.P. Suriani., N.M.U Dwipayanti., K.A.
Nocianitri., dan N.W. Nursini. 2008. Isolasi dan karakteristik bakteri asam laktat
susu kuda Sumbawa. Jurnal Veteriner Maret 2008 volume 9 No.2: 52-59.
Sukaryani, S. 1997. Ragi, Bahan Makanan Ternak Alternatif Berprotein Tinggi. Poultry
Indonesia Nomor 205 Maret 1997. Hal: 15 – 16.
Tedesco, D., C Castrovilli, G. Coni, D. Bartoli, V. Vollrto dan F. Polidori. 1994. Use
ofprobiotics in the feedingof meat rabbits: Effects on performance and intestinal
microorganism. Rivistadj. Coniglicoltura 31(10): 41-46.
Tjay, T.H. dan Kirana R. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Ulker, S., A. Ozel, A. Colak, S.A. Karaoglu, 2010. Isolation, production and
characterization of an extracellular lipase from Trichoderma harzianum isolated
from soil. Turk. J. Biol., 35: 543-550.
Umiarti, A.T., E. Puspani dan IGNG. Bidura. 2014. Influence of Saccharomyces spp
culture level in the ration on the performances and the levels of ammonia gas in
chicken excreta. The Magazine Scientific Ranch (Indonesia) 17 (3): 79-84
Utama, C. S. N. 2011. Potensi Probiotik Bekatul. Poultry Indonesia. Vol VI, September:
78-80
Utama, C.S. and B.E. Setiani. 2014. Production of Probiotic Supplement Based on
Agriculture Industrial Waste. Pakistan Journal of Nutrition 13 (7): 386-389
USDA. 1977. Poultry Grading Manual. U.S. Government Printing Office, Washington,
D.C. 20402
Wahyuni, S. H. S., J. Wahju, D. Sugandi, D. J. Samosir, N. R. Anwar, A. A. Mattjik, dan
B. Tangenjaya. 2008. Implementasi Dedak Padi Terfermentasi Oleh Aspergillus
Ficuum dan Pengaruhnya terhadap Kualitas Ransum Serta Performans Produksi
Ayam Petelur. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis Vol. 33 (4):255-261
16
Wang, Z.T., Y.M. Yao, G.X. Xiao and Z.Y. Sheng, 2004. Risk factors of development of
gut-derived bacterial translocation in thermally injured rats. World J.
Gastroenterology, 10: 1619-1624.
Wu, Y., C. Lai, S. Qiao, L. Gong, W. Lu and D. Li. 2005. Properties of Aspergillus
Xylanase and the Effects of Xylanase Supplementation In Wheat-Based Diets on
Growth Performance and The Blood Biochemical Values In Broiler. Asian-Aust. J.
Anim. Sci. Vol 18 (1): 66-74
Wahyudi, A. Dan L. Hendraningsih. 2007. Probiotik. Konsep, Penerapan, dan Harapan.
Buku Ajar. Fakultas Peternakan-Perikanan, Universitas Muhammadiyah, Malang
Wahyudi, A. Dan Zaenal B. Masduqie. 2004. Isolasi mikroba selulolitik cairan rumen
beberapa ternak ruminansia (Kerbau, sapi, kambing, dan domba). Protein, Jurnal
Ilmiah Peternakan dan Perikanan Vol. 11 (2): 181-186
Wainwright, M. 2002. An Introduction to Fungal Biotechnology. John Wiley & Sons Ltd.
Baffins Lane, Chichester, West Sussex PO19 IUD, England.
Warastuti, P. 1999. Pengaruh tingkat penambahan ragi tape dalam konsentrat terhadap
tabiat makan kambing Peranakan Etawah (PE) yang diberi pakan basal rumput
lapangan. Skripsi, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar.
Wina. E. 2004. Pemanfaatan ragi (yeast) sebagai pakan imbuhan untuk meningkatkan
produktivitas ternak ruminansia. Wartazoa 9(2): 50 – 56.
Yamada, E.A. and V.C. Sgarbieri, 2005. Yeast (Saccharomyces cerevisiae) protein
concentrate: Preparation, chemical composition and nutritional and functional
properties. J. Agric. Food Chem., 53:3931-3936.
Yousefi, M. and K. Karkoodi, 2007. Effect of probiotic thepax and Saccharomyces
cerevisiae supplementation on performance and egg quality of laying hens. Int. J.
Poult. Sci., 6: 52-54.
Zhang, Z.F., T.X. Zhou and I.H. Kim, 2013. Effects of dietray olive oil on growth
performance, carcass parameters, serum characteristics and fatty acid composition
of breast and drumstick meat in broilers. Asian-Aust. J. Anim. Sci., 26: 416-422