IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANISTIK DAN BEHAVIORISTIK...

191
1 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANISTIK DAN BEHAVIORISTIK DALAM METODE PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK PADA MI AL FALAH KALIANGKRIK DAN MI AL ISLAM TONOBOYO BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh : FADHOIL, S.AG NIM. M1.13.022 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan Untuk gelar Magister Pendidikan Islam PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015 i

Transcript of IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANISTIK DAN BEHAVIORISTIK...

1

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANISTIK DAN

BEHAVIORISTIK DALAM METODE PEMBELAJARAN

AKIDAH AKHLAK PADA MI AL FALAH KALIANGKRIK

DAN MI AL ISLAM TONOBOYO BANDONGAN

KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh :

FADHOIL, S.AG

NIM. M1.13.022

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

Untuk gelar Magister Pendidikan Islam

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2015

i

2

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANISTIK DAN

BEHAVIORISTIK DALAM METODE PEMBELAJARAN

AKIDAH AKHLAK PA DA MI AL FALAH KALIANGKRIK

DAN MI AL ISLAM TONOBOYO BANDONGAN

KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh :

FADHOIL, S.AG

NIM. M1.13.022

Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana

Institut Agama Islam Negeri Salatiga

Sebagai pelengkap Persyaratan

Untuk gelar Magister Pendidikan Islam

Salatiga, 25 September 2015

ttd

Dr. H.M. Zulfa, M.Ag

Pembimbing 1

Ii

3

4

P ROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

LEMBAR PERSETUJUAN TESIS

Nama : Fadhoil, S.Ag

NIM : M1.13.022

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Konsentrasi : PAI

Tanggal Ujian : 25 September 2015

Judul Tesis : Implementasi Pendidikan Humanistik dan Behavioristik

Dalam Metode Pembelajaran Akidah Akhlak pada

MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo

Bandongan Magelang Tahun pelajaran 2014/2015

Panitia Munaqosah Tesis

1. Ketua Penguji : Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag __________________

2. Sekretaris : Dr. Winarno, M.Pd. __________________

3. Penguji I : Dr. H. Sa‟adi, M.Ag. __________________

4. Penguji II : Dr. H. Miftahuddin, M.A __________________

5. Penguji III : Dr. H.M. Zulfa, M.Ag. __________________

Iii

5

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil karya saya

sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa

pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang

lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau Ijasah pada Institut

Agama Islam Negeri ( IAIN ) Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.”

Salatiga, 25 September 2015

Yang Membuat Pernyataan

Fadhoil, S.Ag

NIM.M1.13.022

iv

6

ABSTRAK

Fadhoil. 2015. Implementasi pendidikan humanistik dan Behavioristik dalam Metode

Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al

Islam Tonoboyo Bandongan Magelang Tahun ajarn 2014/2015

Dosen Pembimbing: Dr. H.M.Zulfa, M.Ag.

Kata Kunci : Humanistik , Behavioristik dan metode Akidah akhlak

Penelitian ini mengenai implementasinya pendidikan humanistik dan

behavioristik dalam metode pembelajaran akidah akhlaq di Madrasah

Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan

magelang tahun ajaran 2014/2015. Dengan permasalahan penelitian yang

meliputi: (1) Bagaimana aplikasi metode pembelajaran akidah akhlaq di

Madrasah?(2)Bagaimana guru mengimplementasikan pendidikan

humanistik dan behavioristik di Madrasah ?

Adapun hasil penelitian menunjukkan dalam pelaksanaan

pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al Falah dan MI Al Islam dalam

perencanaannya dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran melalui RPP dan

pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Dalam

pengelolaan pembelajaran Akidah Akhlak guru menerapkan metode,

diantaranya : ceramah , tanya jawab, diskusi dan demonstrasi

Implementasi pendidikan humanistik dan behavioristik dalam

pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al Falah dan MI Al Islam dapat dilihat

dalam proses pembelajaran, Guru sudah cukup mampu

mengimplementasikan pendidikan humanistik dan behavioristik kedalam

metode pembelajaran akidah akhlak. Hal ini guru sudah cukup mampu

melaksanakan dalam pembelajaran yang sudah ada interaksi yang

komunikatif antara guru dan siswa maupun siswa dengan siswa. Penciptaan

suasana kelas yang nyaman tanpa ancaman. Siswa dilibatkan secara aktif

dalam proses pembelajaran menjadi berpusat pada siswa, sedangkan guru

berpindah sebagai fasilitator dan si swa diberi kebebasan untuk

berpendapat. Pendidikan humanistik dan behavioristik sudah dapat

ditwrapkan oleh guru akidah akhlak misalnya adanya pendidikan yang

bersifat terbuka, pendidikan mandiri dan pendidikan yang berpusat pada

siswa.

7

v

PEDOMAN

TRANSLITERASI ARAB – LATIN

Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor

0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988

A. Konsonan Tunggal.

Huruf

Arab

Nama Huruf

Latin

Keterangan

Alif - Tidak ا

dilambangkan

- Ba‟ B ب

- Ta‟ T ت

Sa S S dengan titik ث

diatas

- Jim J ج

HA‟ H H dengan titik ح

dibawah

- Kha‟ Kh خ

- Dal D د

Zal Z Z dengan titik ذ

diatas

- Ra‟ R ر

- Za‟ Z ز

- Sin S س

- Syin Sy ش

Sad S S dengan titik ص

dibawah

Dad D D dengan titik ض

dibawah

T T T dengan titik ط

dibawah

8

ظ

Za‟ Z Z dengan titik

dibawah

ع

‟ain „ Koma terbalik

(apotrof tunggal)

- Gain G غ

- Fa‟ F ف

- Qaf Q ق

- Kaf K ك

- Lam L ل

- Mim M م

- Nun N ن

Waw W و

- Ha‟ H ه

Hamzah . Koma lurus ء

miring (tidak

untuk awal kata)

- Ya‟ Y ى

‟Ta ة

Marbutah

H Dibaca ah ketika

mauquf

‟Ta ة...

Marbutah

H / t Dibaca ah / at

ketika mauquf

B. Vokal Pendek

ARAB LATIN KETERANGAN CONTOH

- A Bunyi fathah

pendek افل

- I Bunyi kasrah

pendek سلم

- U Bunyi dammah

pendek احد

vii

9

C. Vokal Panjang

ARAB LATIN KETERANGAN CONTOH

A Bunyi fathah ا

panjang كان

/ ى

ي

I Bunyi kasrah

panjang فيك

و- U Bunyi dammah

panjang كونو

D. Diftong

ARAB LATIN KETERANGAN CONTOH

....–

و

Aw Bunyi fathah

diikuti wau موز

...

ي

Ai Bunyi fathah

diikuti ya كيد

E. Pembauran kata sandang tertentu.

ARAB LATIN KETERANGAN CONTOH

ال ...aL-Qa Bunyi al

Qomariyyah القمر

–ال

ش

Asy-sy

Bunyi al

Syamsiyyah

dengan / (el)

Diganti huruf

berikutnya

الشمسية

ل ...وا Wal /

Wasy-

sy

Bunyi al

Qomariyyah / al

Syamsiyyah

diawali huruf

hidup, maka tidak

terbaca mandiri

والمعاملة

والتربية

viii

10

PRAKATA

Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Yang

menguasai seluruh alam jagat raya. Hanya kepada-Nya kami memohon pertolongan,

dan atas limpahan rahmat, taufiq, beserta hidayah-Nya kita masih diberikan ketetapan

iman dan taqwa kepada-Nya.

Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan pada Nabi Muhammad

SAW, yakni yang telah merubah zaman kegelapan (jahiliah) menjadi zaman yang

terang benderang dengan manusia yang berakhlak melalui ajaran agama Islam yang

dibawanya, serta syafaatnya senantiasa kita harapkan di hari kiamat kemudian.

Atas pancaran ilmu-Nya yang dianugerahkan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis yang berjudul “Implementasi Pendidikan Humanistik dan

Behavioristik Dalam Metode Pembelajaran Akidah Akhlaq pada MI Al Falah

Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang Tahun Pelajaran

2014/2015), dengan baik, dan lancar serta dapat menempuh perjalanan panjang yang

penuh dengan perjuangan. Semua ini tidak lain adalah atas pertolongan dari Allah

SWT.

Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag, selaku Direktur Program

Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

ix

11

3. Bapak Dr. H. M. Zulfa, M.Ag. selaku pembimbing yang penuh

dengan keihlasan, kesabaran dan kejelian untuk memberikan

bimbingan dan arahan sampai terselesainya penyusunan tesis ini.

4. Dr. Adang Kuswaya, M.Ag dan Dr. Budiono Saputro, M.Pd. selaku

dosen mata kuliah di Program Pascasarjana IAIN Salatiga yang

pernah berpesan kepada Mahasiswa dengan kalimat “ yang penting

dijalani/teko dilakoni, alon-alon wathon kelakon”, beserta seluruh

dosen dan karyawan Program Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah

memberikan bekal ilmu pengetahuan dan pelayanan kepada penulis.

5. Bpk Ibu Guru pada MI Al Falah Kaliangkrik, Bapak Rozib Sulistyo,

M.PdI (Kepala Madrasah dan guru MI Al Islam Tonoboyo

Bandongan Magelang), beserta seluruh dewan guru, karyawan dan

peserta didiknya yang telah memberikan kesempatan dan bantuan

demi terselesainya penelitian kepada penulis.

6. Seluruh pihak yang telah terlibat dalam penyusunan tesis ini.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri dan mohon

kekuatan, tidak lupa semoga amal baik mereka mendapat balasan yang lebih dari-

Nya. Amin.

Tiada gading yang tak retak, penulis menyadari masih banyak kekurangan

bahkan kekeliruan dari Tesis ini, penulis meyadari bahwa semua itu adalah

kekurangan dari diri pribadi penulis, dengan ini mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari seluruh pembaca untuk menjadi yang lebih baik

x

12

Penulis berharap semoga Tesis ini memberikan kemanfaatan dan

kemaslahatan khususnya pada diri pribadi penulis dan pembaca serta dalam ilmu

pendidikan secara umum. Amin ya robbal’alamin.

Salatiga, 25 September 2015

Penulis,

Fadhoil, S.Ag

NIM. M1. 13.022

xi

13

MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah

keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”

Berusaha tanpa berdo‟a itu sombong

Berdo‟a tanpa berusaha itu bohong

Maka hiasilah hidupmu dengan Berusaha dan berdo‟a

xii

14

PERSEMBAHAN

1. Kedua orang tuaku, yang telah membesarkan dan mendidikku hingga

aku dewasa;

2. Kedua mertuaku yang selalu mendo‟akan aku;

3. Istriku dan anak-anakku tercinta yang selalu menyayangi dan

memotivasi aku;

4. Drs. H. Achmad Sa‟i, Mandur Adha.S.PdI, dan rekan rekan semua di

jajaran kaliangkrik yang selalu memberikan motivasi kepada saya.

5. Kakak- kakakku , beserta keluarga yang selalu mendukungkku;

6. Keluarga besar mertua, yang ikut mendo‟akan aku; dan

7. Kepada teman-teman PPs IAIN salatiga angkatan 2013 yang saya

cintai.

8. Seluruh pembaca yang budiman

xiii

15

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN .. ................................................................................. iii

ABSTRAK....................................................................................................... ........... iv

PANDUAN TRANSLITERASI ................................................................................. v

KATA PRAKATA ..................................................................................................... viii

MOTTO............................................................................................................ ........... xi

DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. ................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. ................. xix

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Balakang Masalah ......................................................... 1

B. Rumusan Masalah. .................................................................. 5

C. Tujuan dan manfaat penelitian ................................................ 5

D. Tinjuauan pustaka.................................................................. .... 6

E. Penegasan Istilah ...................................................................... 11

F. Metode Penelitian ..................................................................... 14

G. Sistematika Penulisan .............................................................. 18

BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................................ 20

A. Humanistik ................................................................................ 20

B. Behavioristik. ............................................................................ 31

C. Metode Pembelajaran Akidah Akhlak....................................... 57

D. Pengertian, Dasar,dan Tujuan Akidah Akhlak............................ 62

xiv

16

BAB III HASIL PENELITIAN PENELITIAN ......................................... 70

A. Gambaran Madrasah Ibtidaiyah Al Falah kaliangkrik .......... 70

B. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................ 70

1. Tinjauan historis ................................................................ 70

2. Visi dan misi ....................................................................... 71

3. Tinjauan Geografis ............................................................ 72

4. Data sarana dan Prasarana ............................................... 73

5. Kegiatan Ekstrakulikuler .................................................. 77

6. Kedaan guru dan karyawan .............................................. 79

7. Keadaan siswa .................................................................... 79

C. Gambaran Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo ............. 83

D. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................ 82

1. Tinjauan historis ................................................................ 82

2. Tinjauan Geografis ............................................................ 82

3. Visi dan misi ....................................................................... 83

4. Kedaan guru dan karyawan Data sarana dan Prasarana 88

5. Keadaan siswa ................................................................... 89

6. Data sarana dan Prasarana .............................................. 89

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .................................. 93

A. Pemahaman guru Tentang Pendidikan humanistik

dan behavioristik ..................................................................... 93

B. Analisis Metode pembelajaran akidah Akhlak......................... 99

C. Implementasi Pendidikan humanistik dan Behavioristik dalam

Metode Pembelajaran Akidah Akhlaq. ................................... 102

D. Kelebihan dan kekurangan Metode humanistik dan

Metode Behavioristik............................................................. .... 111

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 117

1. Simpulan .................................................................................... 117

2. Saran.. ....................................................................................... 118

17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 120

LAMPIRAN ..................................................................................... 124

BIOGRAFI PENULIS............................................................................161

xiv

18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada masa sekarang sistim pendidikan menjadikan peserta didik

sebagai manusia yangtercabut dari realitas sekarang, karena guru telah

mendidik mereka menjadi orang lain bukan menjadi dirinya sendiri, artinya

kebebasan dan pengakuan dari guru kurang mendapat perhatian yang

maksimal. Akhirnya pendidikan bukan menjadi sarana untuk

menumbuhkan potensi anak didik akan tetapi malah menjadikan mereka

manusia yang siap cetak untuk kepentingan tertentu.1

Dalam pengajaran didalam kelas kebanyakan guru hanya

memberikan metode ceramah, dilihat dari dominasi guru lebih banyak dari

pada siswa. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran diera sekarang ini

perlu adanya penyegaran dan kombinasi dalam penyampaian pelajaran

dengan baik dan fariatif.

Konsep humanistik mengajarkan manusia memiliki rasa

kemanusiaan yang mendalam dari seorang guru terhadap peserta didik

dalam proses belajar dan mengajar.Menghilangkan rasa egois, otoriter, dan

1 Mansour Fakih dkk, Pendidikan Popular Membangun Kesadaran Kritis,Yogyakarta:

Insist , 2001, 42.

19

individualis dan tidak semena mena melakuakan lawan bicara memahami

atau masuk pada pembicaraan kita.Pendidikan humanistik adalah

pendidikan yang memandang manusia sebagai manusia yaitu makhluk

ciptaan Allah dengan fitrah – fitrah tertentu untuk dikembangkan secara

optimal. Pendidikan Humanistik atau konsep belajar humanistik

tentunya tidak bisa dipisahkan dengan psikologi humanistik.Pahampsikologi

humanistik inilah yang dapat dinyakini beberapa ahli menjadi dasar atau

munculnya konsep pendidikan humanistik. Aliran ini yang mendorong

peningkatan kualitas manusia melalui penghargaan terhadap potensi positif

yang ada pada setiap manusia. Seiring dengan perubahan dan tuntutan

zaman, proses pendidikan selalu berubah. Dengan adanya perubahan dalam

strategi pendidikan dari waktu ke waktu, humanistik memberikan arahan

yang signifikan dalam pencapaian tujuan ini.2 Psikologi humanistik

membantu upaya perbaikan dalam salah satunya dengan pendekatan

humanistik.Pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada

ranah kognitif, afektif dan Psikomotorik pada siswa. Dalam prakteknya

siswa diberi pengalaman belajar, diakui, diterima, dan dimanusiakan,

sehingga pada akhirnya peserta didik menjadi optimis untuk sukses.

Behavioristik merupakan suatu teori psikologi yang berfokus materi

kajiannya hanyalah prilaku nyata (overt behavior ) tidak terkait dengan

hubungan kesadaran atau konstruksi mental. Teori behavioristik pada

mulanya telah lahir semenjak abad kesembilan belas, pengkondisian klasik

2 Ratna Syifa‟a Rachmahana, “Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam

Pendidikan”, El tarbawi: Jurnal pendidikan Islam http://Journaluii.ac.id : 16 diacses 23

Nopember 2014.

20

menurut Ivan P. Pavlov yang merupakan cikal bakal perkembangan teori

behavioristik dikemudian hari.

Ciri utama teori behavioristik adalah guru bersikap otoriter dan

sebagai agen induktrinasi dan propaganda dan sebagai pengendali masukan

prilaku. Hal ini dikemukakan karena behavioristik menganggap bahwa

manusia itu bersifat pasif dan segala sesuatunya tergantung pada stimulus

yang didapatkan.

Pengajaran Akidah Akhlak adalah sebagai suatu sistem yang terdiri

dari komponen komponen yang terjalin sangat erat satu sama lain, dan

apabila komponen tersebut terjalin dengan baik maka akan bereaksi secara

optimal. Komponen komponen tersebut adalah : komponen tujuan

pendidikan, komponen pendidik, komponen anak didik, komponen materi,

komponen metode, dan komponen evaluasi pendidikan.

Sebagai salah satu komponen pendidikan adalah satu faktor yang

penting. Tujuan pengembangan pembelajarannya adalah untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik untuk meningkatkan

potensi kenyakinan, pemahaman, dan pengalaman siswa sehingga menjadi

manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.3

Dalam menentukan metode pengajaran Akidah akhlak di suatu

madrasah diperlukan beberapa hal yang perlu diperhatikan. Agar dalam

pengajaran lebih bermakna maka perlu adanya pengakuan peserta didik

sebagai subyeknya yaitu dengan melihat teori Humanistik dan behavioristik.

3 Ramayulis,Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005, 22.

21

Peran guru dalam pengajaran ini sebagai fasilitator bagi para siswa,

sedangkan Guru memberi motivasi, kesadaran mengenai makna belajar

dalam kondisi siswa. Dan peran guru mengfasilitasi pengalaman belajar

kepada siswa serta mendampingi untuk mencapai tujuan pembelajaran dan

siswa berperan sebagai pelaku utama.

Sebagian guru sekarang banyak yang menggunakan metode-metode

klasik yang hanya menggunakan metode ceramah dan kurang

mengkombinasikan dengan metode lain. Hal ini kurang memperhatikan

potensi potensi kemanusiaan siswa , karena siswa hanya cenderung

menerima saja tanpa ada feed beck tentang pelajaran yang diperoleh.

Akhirnya siswa hanya memperoleh memperoleh materi Akidah Akhlak pada

saat akan ujian saja, sedangkan dalam berlangsungnya pelajaran mereka

hanya cenderung kurang berminat dan hadir dikelas secara fisik saja

,sementara psikhisnya tidak terlibat.

Di MI Al Falah Kaliangkrik Kabupaten Magelang yang merupakan

Madrasah yang cukup berkembang dalam kegiatan keagamaan.Madrasah

ini terletak di sebelah pedesaan yang sebagian penduduknya bertani. Dengan

kedaan orang tua yang kurang dalam pemahaman terhadap

keagamaan,maka mereka akan berusaha untuk mendukung kegiatan dan

mendukung kegiatan yang bersifat dan berkaitan dengan agama islam.

Dengan banyaknya kepercayaan orang tua terhadap pengembangan

kegiatan keagamaan yang dilakukan di Madrasah maka disini penulis akan

mencoba meneliti tentang bagaimana proses pengajaran Akidah akhlaq

22

apakah sejalan dengan kegiatan keagamaan yang dilakukan di luar

pembelajaran yang cukupberkembang.

Dengan mencetuskan teori belajar Humanistik Arthur Comb dan

Abraham Maslow, penelitian ini lebih mengarah kepada Implementasi dari

pendidikan humanistik yang diambil dari teori belajar humanistik Carl

Rogers yang dapat diterapkan dalam metode pembelajaran Akidah Akhlak

di MI Al Falah Kaliangkrik Kabupaten Magelang. Rogers memilki implikasi

yang signifikan terhadap metode pembelajaran akidah Akhlak. Hal ini

dalam teori belajar humanistik carl rogers dapat dikembangkan dalam

mewarnai metode pembelajaran. Dengan adanya pendidikan Humanistik

diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya

secara positif dan menimalisir potensi dirinya yang negatif.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana metode pembelajaran akidah akhlak di MI Al Falah kaliangkrik

dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang?

2. Bagaimana Implementasi Pendidikan humanistik dan behavioristik dalam

pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al Falah kaliangkrik dan MI Al Islam

Tonoboyo Bandongan Magelang?

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian

23

a. Untuk mengetahui bagaimana metode pembelajaran akidah akhlak

di MI

Al Falah kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan

b. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi pendidikan humanistik

dan

behavioristik dalam metode pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al

Falah Kaliangrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang?

2. Kegunaan Penelitian

a. Untuk menambah wawasan bagi penulis tentang pendidikan humanistik

dan pendidikan behavioristik dalam metode pembelajaran Akidah

Akhlak

b. Untuk menjadi pertimbangan Guru Akidah Akhlak di MI Al FAlah

Kaliangkrik Magelang dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang

dalam memilih metode pembelajaran untuk Akidah Akhlak

c. Untuk menambah wawasan pemikiran tentang pendidikan humanistik

dan behavioristik

d. Sebagai bahan kajian bagi peneliti lain sehingga dapat melakukan

pengembangan lebih lanjut.

D. Tinjauan Pustaka

Kajian pustaka dimaksud sebagai kajian ilmiah yang berguna untuk

memberikan kajian kejelasan dn batasan pemahaman informasi yang

digunakan , diteliti melalui khazanah pustaka dan sebatas jangkauan yang

24

didapatkan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan tema

penulisan

Tesis yang ditulis oleh M. Mukhlis Fahruddin.Konsep Pendidikan

Humanis dalam Perspektif Al-Qur'an.Tesis. Program Pasca Sarjana

Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga.Yogyakarta. 2008. Hakikat

pendidikan adalah proses memanusiakan anak manusia, yaitu menyadari

akan manusia yang merdeka, kreatif yang terwujud di dalambudayanya.

Namun hingga saat ini menurut beberapa pakar, pendidikan belum mampu

mencapai titik idealnya yakni memanusiakan manusia, yang terjadi justeru

sebaliknya yakni merendahkan derajat dan martabat

manusia(dehumansisasi). Gagalnya pendidikan untuk menanamkan nilai

humanismeterlihat dengan menempatkan Indonesia termasuk negara yang

korup, banyak sekolah-sekolah khusus bagi para pemodal, orang kaya dan

yang miskin tidak mendapatkannya, sekolah seolah menjadi pemicu

marjinalisasi terhadap mereka yang tidak mengenyam pendidikan yang

layak, banyak kasus tawuran antara pelajar, kekerasan guru terhadap

muridnya pendidikan dan pelanggaran-pelanggaran lainnya. Hal ini

semakin menutupnya nilai humanisdalam pendidikan.

Proses pendidikan yang berlangsung seharusnya diarahkan pada

tumbuhnya kreatifitas, kemandirian anak didik, tercipta hubungan

25

yanghumanis antara pendidik dan peserta didik, serta mampu

mengoptimalkan potensi yang ada.4

Karya ilmiah yang ditulis Nanang khoirudin, jurusan pendidikan

bahasa Arab fakultas Tarbiyah UIN Yogyakarta tahun 2005 dengan judul “

Pendidikan Humanistik dan Aplikasinya dalam Proses Pembelajaran Bahasa

arab (Telaah atas pemikiran Paulo Freire)” menyimpulkan tentang

problematika PBM Bahasa arab yang salah ini terjadi karena salah satunya

menggunakan gaya bank, yang menganggap bahwa anak didik tidak

dianggap sebagai manusia yang mempunyai potensi dan tidak adanya

kesempatan untuk berekpresi pada akhirnya peserta didik mengalami

kekurang dalam kegiatan pembelajaran.5

Tesis yang ditulis oleh Murtmainnah, Juruasan Pendidikan Agama

islam, Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta

tahun2011 dengan Judul “Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam dengan Pendekatan Humanis di MAN Wates 1 Kulon

Progo”.Menyimpulkan tentang analisis terhadap pembelajaran PAI yang

menggunakan pendekatan Humanistis, yang melihat apakah dalam Proses

pembelajaran PAI sudah mencakup tiga aspek pendidikan, yaitu ranah

4M. Mukhlis Fahruddin. Konsep Pendidikan Humanis dalam Perspektif Al-

Qur'an.Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan

Kalijaga.Yogyakarta, 2008. 5Nanang khoirudin, Pendidikan Humanistik dan Aplikasinya dalam Proses Pembelajaran

Bahasa arab (Telaah atas pemikiran Paulo Freire) jurusan pendidikan bahasa Arab fakultas

Tarbiyah UIN Yogyakarta , 2005.

26

kognitif, Afektif dan Psikomotorik baik dalam perencanaan pembelajaran

maupun pelaksanaa pembelajarannya.6

Tesis Muhammad Yusuf, jurusan Tarbiyah UIN 2007 dengan judul”

Pendidikan Humanis dan Aplikasinya dalam Pendidikan Akidah Akhlak

(Telaah atas pemikiran Abdul munir Mulkhan” menyimpulkan Konsep

pendidikan humanis menurut Abdul Munir Mulkan yang meliputi pokok

pokok , yaitu : Hakikat manusia,hakikat pendidikan humanis yang disertai

dengan sistim aplikasi pendidikan humanis Abdul Munir mulkan dalam

Pendidikan agama islam mengenai tujuan, kurikulum, metode, evaluasi,

pendidik dan peserta didik.7

Sejauh pengamatan penulis, belum ada satu tesispun yang membahas

secara mendalam tentang teori behavioristik. Namun ada beberapa skripsi

yang cukup relevan dengan permasalahan yang akan penulis teliti, antara

lain :

Karya Ilmiah berjudul Studi Komparasi Teori Behavioristik Dan

Humanistik (kajian metode pembelajaran bahasa arab), oleh Mansata Indah

Dwi Uteri (2012). Karya ini memaparkan dua teori tersebut dalam

memandang pembelajaran bahasa arab dan mengkomparasikan keduanya

terhadap metode yang sesuai untuk pembelajaran bahasa arab. Hasil dari

penelitian ini bahwa teori Behavioristik sudah tidak banyak digunakan

6Murtmainnah,Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan

Pendekatan Humanis di MAN Wates 1 Kulon Progo Juruasan Pendidikan Agama islam,

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta, 2011. 7 Muhammad Yusuf, Pendidikan Humanis dan Aplikasinya dalam Pendidikan Akidah

Akhlak (Telaah atas pemikiran Abdul munir Mulkhan” Jurusan Tarbiyah UIN, 2007 .

27

dalam pembelajaran bahasa arab, karena dianggap masih banyak

kekurangan dibandingkan dengan teori Humanistik.8Penelitian ini berbeda

dengan penelitian penulis, karena penulis meneliti implementasi pendidikan

humanistik dan behavioristik terhadap metode pembelajaran.

Karya Ilmiah berjudul Pendekatan Behavioristik Skinner Dalam

Pembelajaran Ahlak (kajian metodologi ahlak anak usia pra sekolah berdasarkan

kurikulum Departemen Agama), oleh Muhammad Nawawi B (2006). Karya

ilmiah ini mengungkapkan bagaimana pendekatan Behavioristik Skinner

dalam pembelajaran ahlak anak usia pra sekolah, meliputi metode dan

strategi pembelajarannya. Dengan hasil penelitian bahwa pendekatan

Behavioristik Skinner cocok dengan kurikulum Departemen Agama

terhadap pembelajaran ahlak usia pra sekolah.9 Penelitian ini berbeda

dengan penelitian penulis, karena penulis mengkaji keseluruhan teori

humanistik dan behavioristik, mulai dari teori, pendekatan, dan metodenya.

Karya ilmiah berjudul Peran Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

di MAN Sawit Boyolali (prespektif teori belajar behavioristik), oleh Nur Azizah

Al-Mubarokah (2012).Karya ini menjelaskan guru bahasa arab di MAN

Sawit Boyolali menerapkan teori belajar behavioristik dalam proses

8 Mansata Indah Dwi Uteri “Studi Komparasi Teori Behavioristik Dan Humanistik

(kajian metode pembelajaran bahasa arab)”.Karya Ilmiah Jurusan Pendidikan Bahasa

Arab,Fakultas Islam Tarbiyah dan Keguruan,Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga,

2011. 8

Muhammad Nawabi B, Pendekatan Behavioristik Skinner Dalam Pembelajaran Ahlak

(kajian metodologi ahlak anak usia pra sekolah berdasarkan kurikulum Departemen Agama)”,

Karya Ilmiah Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2006.

28

pembelajarannya.10

Penelitian ini berbeda dengan penelitian penulis karena

jenis penelitian yang berbeda (penulis menggunakan Library research), dan

penulis juga mengkaji teori humanistik dan behavioristik secara teroritik

mendalam bukan aplikatif

Dari tujuh judul diatas membahas pendidikan humanis dan

pendidikan behavioris lebih mengungkapakan teori-teori yang terdapat

didalamnya dengan diadakan kajian literature untuk mengupas tentang

pendidikan humanistik dan behaviorisme. Adapun pembahasan dalam

penelitian penulis adalah tentang implementasi dari pendidikan Humanistik

dan Behavioristik dalam metode Pengajaran Akidah Akhlak di MI Al Falah

kaliangrik Magelang dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari pemahaman yang tidak dikehendaki mengenai

beberapa kata yang ada di dalam judul tesis ini, maka dijelaskan beberapa

istilah kunci dalam penelitian sebagai berikut ini.

Dilihat dari segi kebahasaan, humanisme berasal dari kata Latin

humanus dan mempunyai akar kata homo yang berarti manusia.Humanus

berarti sifat manusiawi atau sesuai dengan kodrat manusia11

.Sebagai

paham, pendukungnya disebut humanis.Paham humanis adalah suatu aliran

10

Nur Azizah Al-Mubarokah, “Peran Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Arab di MAN

Sawit Boyolali (prespektif teori belajar behavioristik)”, Karya Ilmiah Jurusan Pendidikan Bahasa

Arab, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga,

2011, t.d. 11

Abdurrahman Mas‟ud. Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik, Humanisme

Religius sebagai Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta: Gema Media. 2004, 135.

29

untuk mempelajari dan menyelidiki buku-buku pengetahuan yang

ditinggalkan oleh orang-orang Yunani dan Romawi.Buku-buku tersebut

dicetak lagi dan diberi penjelasan. Selain humanus, terdapat istilah umanista,

yakni jargon zaman Renaissance yang sejajar dengan artista (seniman) atau

iurista (ahli hukum). Umanista adalah guru atau murid yang mempelajari

kebudayaan, seperti gramatika, retorika, sejarah, seni puisi, atau filsafat

moral.12

Secara terminologi, humanisme berarti martabat dan nilai dari setiap

manusia, dan semua upaya untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan

alamiahnya (fisik nonfisik) secara penuh.

Abdurrahman Mas‟ud mengemukakan bahwa humanisme dimaknai

sebagai kekuatan atau potensi individu untuk mengukur dan mencapai

ranah ketuhanan dan menyelesaikan permasalahan-permasalah sosial.

Menurut pandangan ini, individu selalu dalam proses menyempurnakan diri.

Humanisme sebagai suatu aliran dalam filsafat, memandang manusia

itu bermartabat luhur, mampu menentukan nasib sendiri, dan dengan

kekuatan sendiri mampu mengembangkan diri.Pandangan ini disebut

pandangan humanistis atau humanisme.13

Pemakaian istilah humanisme mula-mula terbatas pada pendirian

yang terdapat di kalangan ahli pikir di zaman Renaissanceyang

12

Haryanto Al-Fandi. Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis. Jogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2011, 71. 13

Hardiman, F. Budi. Filsafat Modern dari Machiacelli sampai Nietzsche.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007.

30

mencurahkan perhatian kepada pengajaran kesusateraan Yunani dan

Romawi Kuno dan kepada perikemanusiaan.

Posisi humanisme sama denganreformasi.Keduanya sama-sama

mengunggulkan pencapaian individu.Perbedaannya adalah bahwa

humanisme, kebenaran yang mereka pikirkan tidak terikat pada kebenaran

Tuhan.Manusia adalah pusat, bukan Tuhan.Pemikiran tersebut dipengaruhi

oleh ilmu alam, kelak menjadi aliran rasionalisme.Senaliknya aliran

reformasi tidak memuja manusia dan keindahan, tetapi memuja

Tuhan.Kebahagiaan bukan di dunia, melainkan di surga.14

Istilah "Implikasi/Implication" adalah "Keterlibatan/melibatkan atau

keadaan terlibat", juga berarti "Apa yang termasuk atau tersimpul dari

sesuatu yang disugestikan tetapi tidak dinyatakan", Begitu juga dengan

menggunakan kata Implementasi/Implementation yakni sesuatu yang di

terapkan, pelaksana/penerapan15

, sedangkan mengimplementasikan itu

bermakna menerapkan. Dalam penulisan tesis ini, penulis menggunakan

kata implementasi karena lebih cocok di gunakan untuk proses kemudahan

dalam memehami judul tesis , sehingga dapat dipergunakan dalam

menerapkan pembelajaran di Madrasah, utamanya dalam menopang tugas

guru pendidikan agama Islam di dalam melaksanakan tugas-tugas

kependidikan. Dalam hali ini siswa dapat kita arahkan menjadi orang lebih

14

Indratno, A. Feri T. (ed). Negara Minus Nurani, Esai-esai Kritis Kebijakan Publik.

Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2009.

15.Merriam Webster, Webster‟s Third New International Dictionary and Seven Language

Dictionary ( Encyclopedia Britannica), America, Volume II H to R, 1961, 1135.

31

baik,

"Madrasah" yakni terdapat dua model sekolah pada masa

prakolonial, yakni pertama, belajar dengan mendatangi guru-guru (kyai),

dan kedua bersekolah di Madrasah.Dalam tesis ini penulis menggunakan

dalam arti "Tempat orang untuk menuntut ilmu agama atau belajar

mengenal Allah.

Madrasah adalah tempat pendidikan yang memberikan pendidikan

dan pengajaran yang berada di bawah naungan Departemen Agama.

Madrasah tidak lain adalah kata arab untuk sekolah artinya tempat belajar.

Jadi, yang dimaksud dengan judul “Implementasi Pendidkian

Humanistik dan Behavioristik dalam Metode Pembelajaran Akidah Akhlak

di MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan

Kabupaten Magelang” dalam hal ini adalah suatu usaha yang dikerahkan

dengan sungguh-sungguh oleh seorang guru dan keterlibatannya dalam

melaksanakan tugas-tugas sebagai guru akidah Akhlak kepada peserta

didik.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), yaitu

suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis

32

fenomena, peristiwa sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang

secara individual maupun kelompok.16

Penelitian pada tesis ini bersifat deskriptif analitik. Adapun

maksudnya adalah menjabarkan dan menganalisis secara kristis segala

fenomena yang ditentukan di lapangan sehingga menghasilkan

kesimpulanpenelitian yang obyektif. Hal ini sesuai dengan definisi

penelitian kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan psikologi.Maksudnya bahwa dalam penjelasan dan analisis

tesis ini penulis banyak menggunakan teori-teori psikologi pendidikan.

Adapun teori psikologi yang berkaitan adalah psikologi pendidikan yaitu

terkait dengan situasi atau tempat yang berhubungan dengan belajar dan

mengajar, proses dalam belajar mengajar, dan hasil yang dicapai oleh

proses belajar mengajar.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian merupakan sumber untuk memperoleh

keterangan peneltian.Adapun yang dimaksud dengan sumber datadalam

penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.17

16

Lexi j Moleong, Metodologi Penelitian Kuantitatif.cet ke dua puluh tiga Bandung: PT

Remaja Rosdakarya Offset, 2007, 56. 17

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka

Cipta, 2002, 107.

33

Adapun subyek penelitian ini adalah :

a. Guru PendidikanAgama mapel Akidah Akhlak MI Al Falah

Kaliangkrik Magelang dan MI al Islam Tonoboyo Bandongan

magelang

b. Siswa-siswi kelas V MI Al Falah Kaliangkrik Magelang dan siswa

siswi kelas V MI Al Islam Tonoboyo Bandongan Magelang

4. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :

a. Observasi

(Ketika guru sebelum mengajar,mengajar,setelah

mengajar)melihat dan mendengarkan secara langsung)

Obeservasi adalah pengamatan dan pencatatan secara

langsung dengan cermat dan sistematis bukan asal-asalan saja

terhadap fenomena-fenomena yang akan diteliti. Metode ini juga

melakukan pengamatan langsung ke objek penelitian untuk melihat

dari dekat kegiatan yang dilakukan.Penulis melakukan pengamatan

langsung saatu pembelajaran Aqidah akhlak dilaksanakan.Hal ini

untuk mendapatkan data tentang bagaimana implementasi

pendidikan humanistik dan behavioristik dalam metode penbelajaran

Akidah Akhlak.

b. Wawancara

Wawancara yang digunakan penulis adalah wawancara jenis

non terstruktur dan terstruktur.Wawancara non terst ruktur adalah

34

wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman

wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

pengumpulan datanya.Pedoman wawancara hanya berupa garis-garis

besar permasalahan yang akan ditanyakan18

.dalam daftar pertanyaan

ditujukan pada 3 orang guru yang mengajar materi Akidah Akhlak di

MI Al Falah kaliangkrik kabupaten Magelang dan MI Al Islam

Tonoboyo Bandongan Magelang

Sedangkan wawancara terstruktur adalah wawancara yang

pertanyaannya telah disusun oleh pewawancara yang didasarkan atas

masalah dalam desain peneltian.Wawancara tersebut penulis

gunakan untuk mengetahui bagaimana implementasi pendidikan

humanistik dan behavioristik dalam metode pembelajaran Akidah

Akhlak dan bagaimana pengaruhnya bagi siswa.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen.

Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang bersifat

dokumentatif, seperti :Daftar Nilai, Buku catatan Pribadi, keadaan

siswa, keadaan guru, struktur organisasi, absensi siswa, hasil belajar

siswa/nilai, dan catatan perubahan perilaku siswa baik dalam aspek

kognitif, psikomotor, dan afektif.

5. Metode Analisis Data

18

Sugiona, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif R@D cet kedelapan,

Bandung, Alfabeta, 2009 ,167.

35

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan langsung, dan bahan-

bahan lain sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain.

Dalam menganalisis data kuantitatif, penulis menggunakan teknik

deskriptif analitik yaitu teknik mengumpulkan dan menyusunnya kemudian

menganalisis dan menafsirkan data yang sudah terkumpul.Teknik ini

memudahkan peneliti dalam menganalisis menggunakan landasan teori yang

ditetap. Secara umum, langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisa

dikemukakan LexyJ. Meleong adalah sebagai berikut :19

a. Menelaah seluruh data

Penulis mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan

dokumentasi dipelajari dan dipahami secara mendalam.

b. Reduksi data

Reduksi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk merangkum data-data

yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi,

dipilih hal-hal yang pokok dan penting, dicari pola dan temuannya.

c. Menyusun data dalam satu kesatuan

Proses ini dilakukan mulai dari awal sampai pengumpulan data selesai.

Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi

langsung dianalisis.

d. Kategorisasi

19

Lexi j Moleong, Metodologi Penelitian Kuantitatif.cet ke dua puluh tiga Bandung: PT

Remaja Rosdakarya Offset, 2007, 248.

36

Kategorisasi berarti penyusunan kategori yang merupakan

pengumpulan data dan pemilihan data yang berfungsi untuk

memperkaya uraian unit menjadi satu kesatuan.

e. Triangulasi Data

Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dengan pengecekan terhadap

kebenaran data penafsirannya.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini akan dibagi menjadi

lima bagian. Garis besar pembahasannya sebagai berikut :

Bab I memuat tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, landasan teori,

metode penelitian, dan sistematika pembahasan.Kesemuanya berisi

gambaran umum uraian Bab II sampai Bab V dari penulisan tesis ini.

Bab II memaparkan pengertian Umum tentang Pendidikan Humanistik

dan Behavioristik. Uraiannya membahas secara rinci mengenai pembelajaran

Humanistik dan Behavioristik diMadrasah, Penerapan metode pembelajaran

Akidah Akhlak , dan tentang Madrasah, guru-gurunya, kompetensi guru itu

sendiri.

Bab III memaparkan detesis mengenai sejarah berdirinya Madrasah

MI Al Falah kaliangkrik Magelang dan MI Al Islam Tonoboyo

BandonganKabupaten Magelang. Tujuan dan program kerja Madrasah,

37

sumber dana, organisasi Madrasah.MI Al Falah kaliangkrik Magelang dan

MI Al Islam Tonoboyo Bandongan beserta pelaksanaan hasilnya.

Bab IV menganalisis hasil penelitian di lapangan (Madrasah)

implementasinya dengan pembelajaran di Madrasah. Analisisnya membahas

Implementasi Pendidikan Humanistik dan Behavioristik dalam Metode

Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam

Tonoboyo Bandongan Kabupaten Magelang.

Bab V penutup. Pada bagian ini penulis menarik kesimpulan dari

keseluruhan pembahasan dalam sub bab kesimpulan, dilanjutkan dengan

pemberian saran-saran, dan diakhiri dengan uraian penutup.

38

BAB II

KAJIAN TEORI

1. HUMANISTIK

a. Teori Pendidikan Humanistik

Teori Pendidikan yang cocok dalam Penerapan pendidikan

humanistik dalam pembahasan psikologi adalah teori belajar

humanistik.

Belajar merupakan suatu perubahan pada diri individu yang

disebabkan oleh pengalaman. Belajar terjadi dengan banyak cara.

Kadang-kadang disengaja, ketika siswa memperoleh informasi yang

disampaikan oleh guru di kelas, atau ketika mereka sedang berperilaku

sehari-hari.20

Dalam perspektif humanistik, pendidik seharusnya

memperhatikan pendidikan lebih responsive terhadap kebutuhan kasih

sayang ( affective ) siswa. Kebutuhan afektif ialah kebutuhan yang

20

Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 2006,

120.

39

berhubungan dengan emosi, perasaan, nilai, sikap, predisposisi, dan

moral.

Beberapa tokoh yang berperan membidangi kelahiran teori

belajar humanistik adalah :

1. Arthur Combs (1912 – 1999 )

Arthur Combs menjelaskan bagaimana persepsi ahli-ahli

psikologi dalam memandang tingkah laku.Untuk mengerti tingkah

laku manusia, yang penting adalah mengerti bagaimana dunia ini

dilihat dari sudut pandangnya. Untuk mengerti orang lain, yang

penting adalah melihat dunia sebagaimana yang dia lihat, dan untuk

menentukan bagaimana orang berfikir, merasa tentang dia atau

tentang dunia.21

Menurut Combs belajar terjadi bila mempunyai arti bagi

individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai

atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Combs menyatakan

bahwa tingkah laku menyimpang adalah akibat yang tidak ingin

dilakukan, tetapi dia tahu bahwa dia harus melakukan.

Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan

dengan berasumsi bahwa setiap mau belajar apabila materi

pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Akan

tetapi pembelajaran itu tidak bermakna bagi siswa.sehingga yang

penting ialah bagaimana membawa siswa untuk memperoleh makan

21

Sri Esti WuryaniDjiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 2006,

181.

40

bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan

menghubungkannya dengan kehidupannya..

Dilihat dari faktor kemauan untuk maju, guru dikelompokkan

menjadi tiga jenis:22

1. Guru robot, yaitu guru yang bekerja persis seperti robot. Mereka

hanya masuk kelas, mengajar lalu pulang. Mereka hanya peduli

pada beban materi yang harus disampaikan kepda siswa, mereka

tidak punya kepedulian terhadap kesulitan siswa dalam

menerima materi, apalagi kepedulian terhadap sesama guru dan

sekolah pada umumnya. Mereka tidak peduli dan mmirip robot

yang selalu menjalankan perintah sesuai program yang telah

disusun.guru jenis ini banyak sekali menggunakan ungkapan

2. Guru materalistis, yaitu guru yang selalu melakuakan

perhitungan, mirip dengan aktifitas jual beli. Parahnya yang

dijadikan patokan adalah hak yang mereka terima, barulah

kewajiban mereka akan dilaksanakan sesuai hak yang mereka

terima.pada awalnya guru ini merasa profesional, tetapi akhirnya

akan terjebak pada kesombongan dalam bekerja sehingga tidak

tampak manfaatnya dalam bekerja.

3. Gurunya manusia, yaitu guru yang mempunyai keikhlasan dalam

mengajar dan belajar. Guru yang mempunyai kenyakinan bahwa

target pekerjaannya adalahmembuat para siswa berhasil

22

Munif Chatib, Gurunya Manusia : menjadikan semua anak istimewa dan

semua anak juara, bandung,: kaifa learning, 2012.

41

memahami materi yang akan disampaikan. Guru yang ikhlas

akan berintrospeksi apabila ada siswa yang tidak memahami

materi ajar. Guru yang berusaha meluangkan waktu untuk

belajar sebab mereka sadar, profesi gurutidak boleh berhenti

untuk belajar.guru yang keinginannya kuat dan serius ketika

mengikuti pelatihan dan pengembangan kompetensi.

Tujuan pendidikan humanistik menurut Combs :

a. Menerima kebutuhan-kebutuhan dan tujuan siswa serta

menciptakan pengalaman dan program untuk perkembangan

keunikan potensi siswa.

b. Memudahkan aktualisasi diri siswa dan perasaan diri mampu.

c. Memperkuat perolehan keterampilan dasar ( akademik, pribadi,

antar pribadi, komunikasi, dan ekonomi ).

d. Memutuskan pendidikan secara pribadi dan penerapannya.

e. Mengenal pentingnya perasaan manusia, nilai, dan persepsi dalam

proses pendidikan.

f. Mengembangankan suasana belajar yang menantang dan bisa

dimengerti, mendukung, menyenangkan, serta bebas dari

ancaman.

g. Mengembangan siswa masalah ketulusan, respek, menghargai

orang lain, dan terampil dalam menyelesaikan konflik.23

2. Maslow ( 1986 )

23

Sri Esti WuryaniDjiwandono, Psikologi Pendidikan , Jakarta: Grasindo, 2006, 181-182.

42

Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa didalam diri individu

ada dua hal :

a. Suatu usaha yang positif untuk berkembang

b. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

Maslow mengemukakan bahwa individu beperilaku dalam upaya

untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hierarkis. Pada diri masing-

masing orang mempunyai berbagai perasaan takut, seperti rasa takut untuk

berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut

membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya. Tetapi disisi lain,

seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju kearah keutuhan,

keunikan diri, kearah berfungsinya semua kemampuan, kearah kepercayaan

diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri

sendiri.

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan manusia menjadi tujuh

herarki.Kebutuhan untuk tingkat yang paling rendah yaitu tingkat untuk

bisa mempertahankan hidup. Bila seseorang telah dapat memenuhi

kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat

menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan

mendapatkan rasa aman, setelah itu merasa aman. Iaingin memenuhi

nkebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan untuk memiliki dan dicintai

dan kebutuhan akan harga diri dari kelompok, selanjutnya kebutuhan yang

lebih tinggi yaitu presstasi intelektual, penghargaan estetis dan akhirnya

aktualisasi diri.

43

Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai

implikasi yang penting yang harus dilaksanakan oleh guru pada waktu ia

mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar

ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.

Dan untuk tingkat sekolah dasar kebutuhan ini hanya sampai kepada

pemenuhan harga diri dari kelompok, belum sampai ketingkjat aktualisasi

diri.

3. Rogers ( 1986, 1983 )

Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu kognitif dan

experimental. Menurut bRogers yang terpenting dalam proses pembelajaran

adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan

pembelajaran, yaitu :

a. Menjadi manusia nberarti memiliki kekuatan yang wajar

untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang

tidak ada artinya.

b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.

Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan baha dan

ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

c. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar

tentang proses.

Prinsip belajar humanistik menurut Rogers, melalui bukunya

yang sangat popular freedom to learn and freedom to learn for the 80’s, dia

44

mengajukan pendekatan pendidikan sebaiknya mencoba membuat

belajar dan mengajar lebih manusiawi, lebih personal, dan lebih berarti.

a) The desire to learn( Keinginan untuk belajar)

Rogers percaya bahwamanusia secara wajar mempunyai

keinginan untuk belajar. Keinginnan ini dapat dilihat dengan

memperhatikan keingintahuan yang sangat dari seorang anak ketika

menjelajahi.

Dalam kelas yang menganut faham humanistic, anak diberi

kebebasan untuk memuasakn keingintahuan mereka,untuk mengikuti

minat mereka yang tidak dapat dihalangi untukmenemukan diri

mereka sendiri, serta apa yang penting dan berarti tentang dunia

yang mengelilingi dunia mereka.

b). Significant Learning( Belajar secar signifikan)

Rogers telah mengidentifikasi bahwa belajar secara signifikan

terjadi ketika belajar dirasakan relevan terhadap kehidupan

kebutuhan dan tujuan siswa. Contohnya, pikiran siswa yang belajar

dengan menggunakan tehnologi berupa computer akan menikmati

permainan, atau siswa yang cepat belajar dengan menghitung uang

pengemalian ketika berbelanja

c). Lerning without Threat( Belajar tanpa ancaman)

Dalam proses belajar dapat dipertinggi ketika siswa dapat

menguji kemampuan mereka,mencoba pengalaman baru, bahkan

45

membuat kesalahan tanpa mengalami sakit hati karena kritik dan

celaan.

d). Self initiated Learning ( Belajar atas inisiatif sendiri)

Belajar akan paling signifikan atanu meresap ketika belajar

itu atas inisiatif sendiri. Dengan memilih pengarahan dari orang yang

sedang belajar itu sendiri dan akan member motivasi tinggi dan

kesempatan kepada siswa untuk belajar. Dlam belajar atas inisiatif

sendiri dan belajar harus melibatkan aspek kognitif, afektif dan

psikomotor.

e). Learning and change ( Belajar dan Berubah)

Prinsip dari Rogers telah mengidentifikasi belajar yang paling

ber,manfaat adalah belajar merupakan suatu proses belajar. Apa

yang dibutuhkan sekarang menurut Rogers adalah individu yang

mampu belajar dalam lingkungan yang mampu belajar dalam

lingkungan yang berubah.

a. Aplikasi humanistik dalam Pembelajaran Rogers.

Beberapa aplikasi teori belajar humanistik dalam proses pembelajaran

adalah :

1. Pendidikan Terbuka

Pendidikan terbuka adalah proses pendidikan yang memberikan

kesempatan kepada murid untuk bergerak secara bebas di sekitar kelas

dan memilih aktifitas belajar mereka sendiri. Guru hanya berperan

46

sebagai pembimbing. Ciri utama dari belajar ini adalah lingkungan fisik

kelas yang berbeda dengan kelas lainnya (tradisional), karena murid

bekerja secara individual atau dalam kelompok- kelompok kecil.Dalam

kelompok ini mengsyaratkan adanya pusat pusat kegiatan yang

mengekplorasikan bidang bidang pelajaran, tema-tema, Ketrampilan dan

minat minat terntentu. Pusat ini dapat memberikan petunjuk untuk

mempelajari sesuatu topik tanpa kehadiran guru dan dapat mencata

partisipas dan kemajuan murid untuk nantinya dibicarakan dengan

seorang guru.24

Adapun kriteria yang disyaratkan dengan model ini adalah :

1. Tersedia fasilitas yang memudahkan proses belajar, artinya berbagai

macam bahan yang diperlukan untuk belajar harus ada. Murid tidak

dilarang bergerak secara bebas di ruang kelas, tidak dilarang bicara,

tidak ada pengelompokan atas dasar tingkat kecerdasan.

2. Adanya suasana penuh kasih saying, hangat, hormat dan terbuka. Guru

menangani masalah-masalah perilaku dengan jalan berkomunikasi

secara pribadi dengan murid yang bersangkutan, tanpa melibatkan

kelompok.

3. Adanya kesempatan bagi guru dan murid untuk bersama-sama

mendiagnosis peristiwa-peristiwa belajar, artinya murid memeriksa

pekerjaan mereka sendiri, guru mengamati dan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan.

24

Rumin, S. dkk. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta, 1993, 111.

47

4. Pengajaran yang bersifat individual, sehingga tidak ada tes ataupun

buku kerja.

5. Guru mempersepsi dengan cara mengamati setiap proses yang dilalui

murid dan membuat catatan dan penilaian secara individual, hanya

sedikit sekali diadakan tes formal.

6. Adanya kesempatan untuk pertumbuhan professional bagi guru, dalam

arti guru boleh menggunakan bantuan orang lain termasuk rekan

sekerjanya.

7. Suasana kelas yang hangat dan ramah sehingga mendukung proses

belajar yang membuat murid nyaman dalam melakukan sesuatu.25

b. Belajar Kooperatif

Belajar kooperatif merupakan dasar yang baik untuk meningkatkan

dorongan berprestasi murid. Dalam praktiknya, belajar koopertifmemiliki

tiga karakteristik :

a.) Murid bekerja dalam tim-tim belajar yang kecil ( 4-6 orang anggota ) dan

komposisi ini tetap selama seminggu.

b.) Murid didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan

bersifat

akademik dan melakukannya secara kelompok.

c). Murid diberi imbalan atau hadiah atas dasar presentasi kelompok.

Adapun teknik-teknik dalam belajar kooperatif ini ada empat

macam, yakni :

25

Ratna Syifa‟a Rachmana, Psikologi Humanistik…,,9.

48

a.) Team – Games – Turnament

Dalam teknik ini murid-murid yang kemampuan dan

jenis kelaminnya berbeda disatukan dalam tim yang bterdiri

dari empat sampai lima anggota. Setelah guru menyajikan

bahan pelajaran, lalu tim mengerjakan lembaran-lembaran

kerja, saling mengajukan pertanyaan, dan belajar bersama

untuk persiapan menghadapi perlombaan atau turnamen yang

diadakan sekali seminggu. Dalam turnamen, penentuan

anggota tim berdasarkan kemampuan pada minggu

sebelumnya. Hasilnya, murid-murid yang berprestasi paling

rendah pada setiap kelompok memiliki peluang yang sama

untuk memperoleh poin bagi timnya sebagai murid yang

berprestasi paling tinggi.

Adapun jalannya turnamen adalahpara murid secara

bergantian mengambil kartu dan menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang tertera pada kartu itu, yakni pertanyaan

yang sesuai dengan materi yang telah dipelajari selama

seminggu itu. Pada akhir turnamen, guru menyiapkan lembar

berikut tentang tim-tim yang berhasil dan skor-skor tertinggi

yang dicapai.

Meskipun keanggotaan tim tetap sama, tetapi tiga

orang yang mewakili tim untuk bertanding dapat berubah-

ubah atas dasar penampilan dan prestasi masing-masing

49

anggota. Misalnya saat ini prestasi murid rendah dan ia

bertanding dengan murid lain yang kemampuannya serupa,

maka mingguberikutnya ia bisa saja bertanding melawan

murd-murid yang berprestasi tinggi manakala ia menjadi lebih

baik.

b). Student Teams – Achivement Divisions

Teknik ini menggunakan tim yang terdiri dari empat

sampai lima orang anggota, akan tetapi kegiatan turnamen

diganti dengan saling bertanya selama lima belas menit,

dimana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terlebih dulu

disusun oleh tim. Skor-skor pertanyaan diubah menjadi skor-

skor tim, skor-skor yang tertinggi memperoleh poin lebih dari

pada skor-skor yang lebih rendah, disamping itu juga ada skor

perbaikan.

c).Jigsaw

Murid dimasukkan kedalam tim-tim kecil yang bersifat

heterogen, kemudian tim diberi bahan pelaja ran. Murid

mempelajari bagian masing-masing bersama-sama dengan

anggota tim lain yang mendapat bahan serupa. Setelah itu

mereka kembali ke kelompoknya masing-masing untuk

mengajarkan bagian yang telah dipelajarinya bersama dengan

anggota tim lain tersebut, kepada teman-teman dalam

timmnya sendiri. Akhirnya semua tim dites mengenai seluruh

50

bahan pelajaran. Adapun skor yang diperoleh murid dapat

ditentukan melalui dua cara,yakni skor untuk masing-masing

murid dan skor yang digunakan untuk membuat skor tim.

d). Group investigation

Disini para murid bekerja di dalam keolmpok-

kelompok kecil untuk menanggapi berbagai proyek kelas.

Setiap kelompok membagi tugas tersebut menjadi sub-sub

topic yang dibebankan kepada setiap anggota kelompok untuk

menelitinya dalam rangka mencapai tujuan kelompok. Setelah

itu setiap kelompok mengajukan hasil penelitiannya kepada

kelas.

c. Pembelajaran Mandiri

Pembelajaran mandiri adalah proses pembelajaran yang

menuntut murid menjadi subyek yang harus merancang, mengatur,

dan mengontrol kegiatan mereka sendiri secara bertanggungjawab.

Dalam pelaksanaan pembelajaran mandiri menuntut kemandirian

yang besar dari peserta didik.Di sini pendidik menjadi seorang

fasilitator, dan menjadi tempat bertanya dan bahkan sangat

diharapkan dalam pendidikan adalah seorang ahli dalam bidang yang

dipelajari siswa.

d. Student Centered Learning ( Belajar yang terpusat pada siswa)

51

Student Centered Learning atau disingkat SCL merupakan

strategi pembelajaran yang menempatkan peserta didik secara aktif

dan mandiri, serta bertanggung jawab atas pembelajaran yang

dilakukan. Dengan SCL peserta didik diharapkan mampu

mengembangkan keterampilan berfikir secara kritis,

mengembangkan system dukiungan sosial untuk pembelajaran

mereka, mampu memilih gaya belajar yang paling efektif dan

diharapkan menjadi life-long learner dan memiliki jiwa entrepreneur.

2. BEHAVIORISTIK

Teori Behavioristik sering juga disebut sebagai Associatonism Theory

terlahir pada abad ke Sembilan belas, yang dimulai dari langkah pemikiran

Ivan P. Pavlov (1848- 1936 M).26

Istilah Behaviorisme lebih dikenal gencar

dikembangkan oleh J.B.Watson (1878-1958 M) sehingga dia disebut sebagai

bapak Behaviorisme.

Behavioristik adalah satu aliran teori psikologi yang materi kajiannya

adalah prilaku yang tidak berhubungan dengan kesadaran atau struktur

mental.Menurut Jhon B. Watson (1913) Behaviorisme merupakan satu

cabang ilmu pengetahuan alam yang secara penuh bersifat ekperimental dan

objektif, dengan tujuan meramalkan dan mengontrol perilaku.

26

Abdul Aziz bin Ibrahim el-usahaili, Psikolinguistik Pembelajaranan Bahasa Arab

Bandung, 2009, Humaniora, 8.

52

Teori-teori behavioristik yang cukup dikenal saat ini adalah

purposivebehavior milik E.C. Tolma, systematic behavior dari CL Hull,

descriptive behavior dari B.F. Skinner, dan continguity theory dari Guthrie.27

Teori Behavioristik membedakan teori-teorinya menjadi teori

pemerolehan dan teori belajar.Untuk informasi lebih jelas penulis

memaparkan perbedaan dari keduanya.

a. Teori Pemerolehan Behavioristik

Teori Behavioristik adalah teori yang hanya mempelajari

perilaku nyata (overt behavior) tanpa meneliti lebih jauh sebabnya.

Teori ini pun membedakan antara teori pemerolehan dan belajarnya.

Teori Pemerolehan adalah teori yang mempelajari bagaimana

anakmemperoleh bahasannya tanpa sadar.Sedangkan teori belajar

adalah penguasaan bahasa anak secara sadar.

Adapun teori pemerolehan behavioristik diantaranya teori

tabularasa (kertas kosong), teori verbal, teori mediasi, dan teori

perantaian respons.28

b. Teori Belajar Behavioristik

Telah dipaparkan sebelumnya bahwa teori belajar merupakan

teori sadar yang dilakukan anak untuk mempelajari akidah akhlak.

27Abdul Aziz bin Ibrahim el-usahaili, Psikolinguistik Pembelajaranan Bahasa Arab

Bandung, 2009, Humaniora, 27. 28

.Abdul Aziz bin Ibrahim el-usahaili, Psikolinguistik Pembelajaranan Bahasa Arab

Bandung, 2009, Humaniora , 28.

53

Teori belajar yang ditawarkan oleh Behavioristik sendiri adalah teori

penguatan (tipe S, S-R), atau teori pengkondisian instrumental (tipe

R,S-R-R).

Teori pengkondisian klasik (classical conditioning) sering juga

disebut Pavlovianism yang dicetuskan oleh Ivan Petrovich Pavlov

(1849-1936).Diteori ini Pavlov menyimpulkan bahwa belajar

membutuhkan stimulus yang berkelanjutan, dan akan hilang

responya jika stimulus tergaggu sehingga harus dilakukan

pengkondisian ulang.

Teori belajar pengkodisian operan (operant conditioning) yang

dicetuskan oleh B.F. Skinner, menerima pengkondisian klasik, namun

disini dia membagi penguat menjadi dua bagian yaitu penguat negatif

dan penguat positif. Kemudian akan mempengaruhi respon

selanjutnya jika stimulus dilakukan lagi. Bisa disimpulkan dalam

pembentukan perilaku maka dilakukan memanipulasi penguat.

Teori pengkondisian berdasar kontinguitas (continguous

conditioning) oleh Edwin R. Guthrie berpegang bahwa ; suatu

kombinasi stimulus akan cenderung diikuti jika dengan gera kan

yang sama kombinasi stimulus terjadi kembali. Teori ini memberikan

54

cara pemutusan kebiasaan dengan :incompatible respons, exhaustive of

fatigue, change ofenvironment, dan thers hold.29

c. Pendekatan Behavioristik

Dalam sebuah teori akan ditemukan istilah pendekatan,

metode, dan teknik yang berdasarkan teori tersebut. Meskipun cukup

sulit untuk membedakan, pada dasarnya ketiga hal tersebut sangatlah

berbeda.Pendekatan merupakan tingkat asumsi atau pendirian

terhadap objeknya.Metode merupakan tingkat yang menerapkan

teori-teori pada tingkat pendekatan.Sedangkan teknik mengacu pada

pengertian dari objek tersebut.

Pendekatan behavioristik mulai dikenal semenjak Skinner

mencetuskannya pada tahun 1957. Pendekatan ini menekankan

bahwa dalam sebuah proses belajar dikendalikkan dari luar,

stimulus-respon.

Berikut asumsi-asumsi pendekatan behavioristik mengenai pembelajaran

:

a. Semua belajar adalah hasil dari pengalaman dan halini dapat dilihat

dengan adanya perubahan perilaku.

b. Belajar merupakan proses pembentukan kebiasaan secara mekanis.

c. Belajar secara analogi bukan secara analisis.

29Abdul Aziz bin Ibrahim el-usahaili, Psikolinguistik Pembelajaranan Bahasa Arab

Bandung, 2009, 61.

55

d. Kesalahan merupakan hasil inferensi B1 dan harus dihindari dan

dibetulkan bila terjadi.

e. Tujuan mengajar akidah akhlak untuk mengembangkan

penguasaan akidah akhlak sebagai system koordinatsuatu system

yangbebas tanpa adanya campur aduk dengan system lain (B1)

f. Kesalahan dapat dihindari apabila kesalahan itu dapat diramalkan.

d. Metode Behavioristik

Pendekatan belajar behavioristik menjelaskan belajar itu

adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai

secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans)

yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan

hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan

belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi

penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak,

berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan

ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (Stimulus-

Respon).

Penekanan pendekatan Behvioristik ini adalah perubahan

tingkah laku setelah terjadi proses belajar dalam diri siswa. Pelopor-

pelopor pendekatan Behavioristik pada dasarnya berpegang pada

keyakinan bahwa banyak perilaku manusia merupakan hasil suatu

proses belajar dan karena itu perilaku tersebut dapat diubah dengan

56

belajar juga. Pendekatan Behavioristik ini berpangkal pada beberapa

keyakinan tentang martabat manusia, yang sebagian bersifat falsafah

dan sebagian lagi bercorak psikologis, yaitu :

1. Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus

atau jelek. Manusia mempunyai potensi untuk bertingkah laku

baik atau buruk, tepat atau salah. Berdasarkan bekal keturunan

atau pembawaan dan berkat interaksi antara bekal keturunan

dan lingkungan, terbentuk pola-pola bertingkah laku yang

menjadi ciri-ciri khas dari kepribadiannya.

2. Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri,

menangkap apa yang dilakukannya, dan mengatur serta

mengontrol perilakunya sendiri.

3. Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri

pola-pola tingkah laku yang baru melalui suatu proses belajar.

4. Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya

pun dipengaruhi oleh perilaku orang lain.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dalam pendekatan

Behavioristik ini lebih menekankan atau mementingkan pada :

1. Mementingkan faktor lingkungan

2. Menekankan pada faktor bagian

3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan

mempergunakan metode obyektif.

57

4. Sifatnya mekanis

5. Mementingkan masa lalu

Tokoh penting dalam pendekatan belajar Behavioristik ini antar a

lain Edward L Thorndike, Ivan P Pavlov, BF Skinner, Robert Gagne dan

Albert Bandura.

A. Edward Lee Thorndike (1874-1949): Teori Koneksionisme

Thorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog

yang berkebangsaan Amerika.Lulus S1 dari Universitas Wesleyen

tahun 1895, S2 dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di

Columbia tahun 1898. Buku-buku yang ditulisnya antara lain

Educational Psychology (1903), Mental and social Measurements (1904),

Animal Intelligence (1911), A teacher’s Word Book (1921),Your City

(1939), dan Human Nature and The Social Order (1940).

Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa

terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut

stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan

dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan

organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah

sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya

perangsang.Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam

sangkar (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan

antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk

memilih respons yang tepat serta melalui usaha –usaha atau

58

percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error)

terlebih dahulu.Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and

error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung

menurut hukum-hukum tertentu.Oleh karena itu teori belajar yang

dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar

koneksionisme atau teori asosiasi. Adanya pandangan-pandangan

Thorndike yang memberi sumbangan yang cukup besar di dunia

pendidikan tersebut maka ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh

pelopor dalam psikologi pendidikan.

Percobaan Thorndike yang terkenal dengan menggunakan

kucing yang telah dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang

tertutup dan pintunya dapat dibuka secara otomatis apabila kenop

yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh. Percobaan

tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting and

conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba

dan membuat salah. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing

tersebut cenderung untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang

tidak mempunyai hasil. Setiap response menimbulkan stimulus yang

baru, selanjutnya stimulus baru ini akan menimbulkan response lagi,

demikian selanjutnya, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:

S R S1 R1 dst

59

Dalam percobaan tersebut apabila di luar sangka r

makanan, maka kucing berusaha untuk mencapainya dengan cara

meloncat-loncat kian kemari. Dengan tidak sengaja kucing telah

menyentuh kenop, maka terbukalah pintu sangkar tersebut, dan

kucing segera lari ke tempat makan. Percobaan ini diulangi untuk

beberapa kali, dan setelah kurang lebih 10 sampai dengan 12 kali,

kucing baru dapat dengan sengaja menyentuh kenop tersebut

apabila di luar diletakkan makanan.

Dari percobaan ini Thorndike menemukan hukum-hukum

belajarsebagai berikut :30

1. Hukum Kesiapan (law of readiness),

yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu

perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut

akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung

diperkuat.Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar

sebagai suatu kegiatan yang membentuk asosiasi (connection) antara

kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Misalnya, jika

anak merasa senang atau tertarik pada kegiatan jahit-menjahit, maka

ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan, ia

merasa puas dan belajar menjahit akan menghasilkan prestasi

memuaskan.

30

Rumin,S. dkk. 1993.Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta, 111.

60

Masalah pertama hukum law of readiness adalah jika

kecenderungan bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan

merasa puas. Akibatnya, ia tak akan melakukan tindakan

lain.Masalah kedua, jika ada kecenderungan bertindak, tetapi ia

tidak melakukannya, maka timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya,

ia akan melakukan tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan

ketidakpuasannya.Masalah ketiganya adalah bila tidak ada

kecenderungan bertindak padahal ia melakukannya, maka timbullah

ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk

mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.

2. Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku

diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin

kuat.

Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang

merupakan perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat

karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara

keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip menunjukkan

bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan. Makin sering

diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.

3. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon

cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung

diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk

61

pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil

perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan

cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya,

suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung

dihentikan dan tidak akan diulangi.

Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan

bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah”

hasil perbuatan yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak

mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika

sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan PR akan

membentuk sikapnya

Thorndike berkeyakinan bahwa prinsip proses belajar

binatang pada dasarnya sama dengan yang berlaku pada manusia,

walaupun hubungan antara situasi dan perbuatan pada binatang

tanpa diperantarai pengartian. Binatang melakukan respons-respons

langsung dari apa yang diamati dan terjadi secara mekanis.

Selanjutnya Thorndike menambahkan hukum tambahan sebagai

berikut:

a. Hukum Reaksi Bervariasi (multiple response).

Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali

oleh prooses trial dan error yang menunjukkan adanya

bermacam-macam respon sebelum memperoleh respon yang

tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

62

b. Hukum Sikap ( Set/ Attitude).

Hukum ini menjelaskan bahwa perilakku belajar

seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus

dengan respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada

dalam diri individu baik kognitif, emosi , sosial , maupun

psikomotornya.

c. Hukum Aktifitas Berat Sebelah (Prepotency of Element).

Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam proses

belajar memberikan respon pada stimulus tertentu saja sesuai

dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi ( respon

selektif).

d. Hukum Respon by Analogy.

Hukum ini mengatakan bahwa individu dalam

melakukan respon pada situasi yang belum pernah dialami

karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan situasi

yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah

dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-

unsur yang telah dikenal ke situasi baru. Makin banyak unsur

yang sama maka transfer akan makin mudah.

e. Hukum perpindahan Asosiasi (Associative Shifting)

Hukum ini mengatakan bahwa proses peralihan dari

situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal dilakukan

secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi

63

sedikit unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur

lama.

Selain menambahkan hukum-hukum baru, dalam

perjalanan penyamapaian teorinya thorndike mengemukakan

revisi Hukum Belajar antara lain :31

1. Hukum latihan ditinggalkan ka rena ditemukan

pengulangan saja tidak cukup untuk memperkuat

hubungan stimulus respon, sebaliknya tanpa

pengulanganpun hubungan stimulus respon belum tentu

diperlemah.

2. Hukum akibat direvisi. Dikatakan oleh Thorndike bahwa

yang berakibat positif untuk perubahan tingkah laku adalah

hadiah, sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa.

3. Syarat utama terjadinya hubungan stimulus respon bukan

kedekatan, tetapi adanya saling sesuai antara stimulus dan

respon.

4. Akibat suatu perbuatan dapat menular baik pada bidang

lain maupun pada individu lain.

Teori koneksionisme menyebutkan pula konsep transfer of

training, yaiyu kecakapan yang telah diperoleh dalam belajar dapat

digunakan untuk memecahkan masalah yang lain. Perkembangan

31

Rumin,S. dkk. 1993.Psikologi Pendidikan ,Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta, 111.

64

teorinya berdasarkan pada percobaan terhadap kucing dengan

problem box-nya.

B. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936).

Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan

Rusia yaitu desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi

seorang pendeta. Ia dididik di sekolah gereja dan melanjutkan ke

Seminari Teologi. Pavlov lulus sebagai sarjan kedokteran dengan

bidang dasar fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi direktur

departemen fisiologi pada institute of Experimental Medicine dan

memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan. Ivan Pavlov

meraih penghargaan nobel pada bidang Physiology or Medicine tahun

1904. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi

psikology behavioristik di Amerika. Karya tulisnya adalah Work of

Digestive Glands(1902) dan Conditioned Reflexes (1927).32

Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik)

adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap

anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan

stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan

reaksi yang diinginkan.

Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain

tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana

gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini

32

Winarno Surahmad, Behaviorisme Sebagai Psikologi Prilaku Modern, Tarsito bandung,

1986 ; 173.

65

sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam

hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara,

melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana

baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu

(Bakker, 1985).

Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan

rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah

sesuai dengan apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan

eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia

menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun

demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia

berbeda dengan binatang.

Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi

leher pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari

luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah

air liur anjing tersebut. Dalam percobaan tersebut, sebelum makanan

diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih

dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar

pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang,

maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah

saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula.

Makanan adalah rangsangan wajar, sedang merah adalah

rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian

66

dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan

syarat (kondisi) untuk timbulnys air liur pada anjing tersebut.

Peristiwa ini disebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons.

Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun

dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip

tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak

reflek bersyarat yang timbul tidak disadari manusia.

Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau

pembiasaan dapat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus

alami dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang

dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing

keluar sebagai respon yang dikondisikan.

Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia?

Ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada situasi yang sama

seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim

Walls yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin

suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka

nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari

yang panas. Bayangkan, bila tidak ada lagu trsebut betapa lelahnya si

penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya. Contoh lain

adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian

di bank. Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu

membedakan bunyi-bunyian dari pedagang makanan (rujak, es, nasi

67

goreng, siomay) yang sering lewat di rumah, bel masuk kelas-istirahat

atau usai sekolah dan antri di bank tanpa harus berdiri lama.

Contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan

strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara

mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk

mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara

individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang

berasal dari luar dirinya.

C. Burrhus Frederic Skinner (1904-1990).

Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner

mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah

laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul

The Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia

mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi

diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam

masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil konferensi

dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors

yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970)

B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh

behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan

meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses

operantconditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku

68

organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam

lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh

lebih fleksibel daripada conditioning klasik.

Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar

dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan

latihan. Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha

untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan

yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak

memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant

Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif

atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat

berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.

Selanjutnya Skinner membuat eksperimen sebagai berikut :

Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah

dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah

dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi

makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya,

dan lantai yang dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus

beruasaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak

kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan

tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara

bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus,

proses ini disebut shapping.

69

Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung

merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar

adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk

melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi

penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu

penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan

positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk

penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi

penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan

perilaku tidak senang.

Berdasarkan percobaan tersebut Skinner mengemungakan

beberpa prinsip belajar, antara lain :

1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah

dibetulkan, jika benar diberi penguat.

2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.

3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.

4. Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu

lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.

5. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.

6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan

sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal

variabel rasio reinforcer.

7. Dalam pembelajaran digunakan shaping.

70

D. Robert Gagne ( 1916-2002).

Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan

amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa condition of

learning. Gagne pelopor dalam instruksi pembelajaran yang

dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Ia kemudian

mengembangkan konsep terpakai dari teori instruksionalnya untuk

mendisain pelatihan berbasis komputer dan belajar berbasis multi

media. Teori Gagne banyak dipakai untuk mendisain software

instruksional.

Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong guru

untuk merencanakan instruksioanal pembelajaran agar suasana dan

gaya belajar dapat dimodifikasi. Ketrampilan paling rendah menjadi

dasar bagi pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam

hierarki ketrampilan intelektual. Guru harus mengetahui

kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar dimulai dari hal

yang paling sederhana dilanjutnkan pada yanglebih kompleks

(belajar SR, rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar

konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi (belajar aturan

dan pemecahan masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut tetap

mengacu pada asosiasi stimulus respon

E. Albert Bandura (1925-masih hidup).

71

Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di Mondare

alberta berkebangsaan Kanada. Ia seorang psikolog yang terkenal

dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri.

Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll

yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari

orang dewasa disekitarnya. Bandura juga dikenal dengan konsep

belajar melalui observasi (Observational Learning) yang mencakup

konsep modeling dan imitasi.

Bandura menjelaskan faktor-faktor yang berproses dalam

belajar observasi adalah:

- Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik

pengamat.

- Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean

simbolik.

- Reprodukdi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan

meniru, keakuratan umpan balik.

- Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaanterhadap

diri sendiri

Selain itu juga harus diperhatikan bahwa faktor model atau

teladan mempunyai prinsip prinsip sebgai berikut:

1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara

mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara

simbolik kemudian melakukannya.

72

2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan

nilai yang dimilikinya.

3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau

panutan tersebut disukai dan dihargai dan perilakunya

mempunyai nilai yang bermanfaat

Karena melibatkan atensi, ingatan dan motivasi, teori Bandura

dilihat dalam kerangka Teori Behaviou Kognitif. Teori belajar sosial

membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan penyimpangan

psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku. Teori Bandura

menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam

berbagai pendidikan secara massal.

Aplikasi Teori Behavioristik terhadap Pembelajaran Siswa. Hal-

hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik

adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:

a. Mementingkan pengaruh lingkungan

b. Mementingkan bagian-bagian

c. Mementingkan peranan reaksi

d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar

melalui prosedur stimulus respon

e. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk

sebelumnya

Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan

paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam

73

bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus

dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak

banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-

contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan

pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada

yang kompleks.

Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai

dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran

berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan

harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya

perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang

diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya

suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat

penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat

penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku

yang tampak.

Kritik terhadap behavioristik adalah pembelajaran siswa yang

berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi

pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak

berdasar karena penggunaan teori behavioristik mempunyai

persyaratan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak

setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan

74

kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk

menerapkan kondisi behavioristik.

Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan

kemampaun yang membuthkan praktek dan pembiasaan yang

mengandung unsur-unsur seperti :Kecepatan, spontanitas,

kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya:

percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer,

berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan

untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran

orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru

dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti

diberi permen atau pujian.

Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi

pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran

yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai

central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru

melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid

dipandang pasif , perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi

oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan

dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar

dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan

hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru

dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.

75

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, metode merupakan

tingkat pendekatan asumsi-asumsi yang ada ditingkat pendekatan.

Ada tiga metode penerapan pembelajaran akidah akhlak yang

didasari oleh pandangan teori behavioristik, yaitu: metode langsung

(direct method), metode audiolingual (aural-oral method), dan

pendekatan alami (natural approach).

a. Metode Langsung (Direct Method)

Tujuan dari metodeini adalah agar siswasecara lisan dapat

berkomunikasi, berfikir, bahkan menggunakan mimikdari

bahasa kedua (bahasa target). Peranan guru di kelas merupakan

bagian dari partner selama proses pembelajaran. Target dari

pembelajaran ini adalah kemampuan lisan, maka penulisan tidak

terlalu diperhatikan.

System evaluasi metode ini adalah dengan penggunaan

bahasa kedua secara nyata, seperti halnya wawancara. Bila

terjadi kesalahan dalam penggunaan kalimat, siswa diharapkan

untuk melakukan koreksi terhadap diri sendiri (self correction).

b. Metode Audiolingual (Aural-Oral Method)33

Metode ini merupakan hasil dari pendekatan behavioristik

milik Skinner. Asumsi bahasa kedua dan bahasa pertama antara

33

Winarno Surahmad, Behaviorisme Sebagai Psikologi Prilaku Modern, Tarsito bandung,

1986 ; 173.

76

metode langsung, dan audiolingual sama, yaitu dalam

pembelajarann bahasa kedua digunakan sebagai alat komunikasi.

Prinsip utama metode ini adalah „ajarkan berbicara

kemudian menulis‟ dalam artian bahwa dalam belajar

mendengarkan dan berbicara dahulu, baru kemudian membaca

dan menulis. Prinsip ini sama dengan prinsip anak kecil saat

mempelajari bahasa ibunya.

Perbedaan metode ini dengan metode langsung adalah

peran guru dimetode ini sebagai pemberi model. Guru bisa

mengontrol perilaku bahasa siswa, sedangkan siswa mengulang

dan menirukan dengan cepat dan tepat. Imitasi dan repetisi

disajikan dalam bentuk dialog hingga bisa menambahkan kosa

kata dan struktur bahasa kedua.

Keterampilan ini mementingkan empat keterampilan yaitu

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan menekankan

pada keterampilan menyimak dan berbicara. Posisi bahasa

pertama dianggap sebagai interferensi, dan analisis kontrastif bisa

membantu kelancaran pembelajaran.

Kesalahan dalam pembelajaran dianggap bisa diatasi dan

diprediksi oleh pendidik. Sistem evaluasi yang digunakanpun

bersifat deskriptif.

77

c. Metode Pendekatan Alami (Natural Approach)34

Metode ini dikenalkan oleh Stepen Kresen dan Terrell (1982).

Kresen berpendapat bahwa orang dewasa seharusnya

mendapatkan bahasa kedua sama halnya seperti yang dilakukan

oleh anak-anak, yaitu pemerolehan tanpa disadarinya.

Kresen membagi pembelajaran menjadi dua bagian, yaitu

pemerolehan dan pembelajaran. Pemerolehan adalah penerimaan

materi dibawah kesadaran seseorang. Sedangkan pembelajaran

adalah penerimaan secara sadar. Menurut Kresen, sifat

pembelajaran (learning) hanyalah sebagai editor saja, dan

pemerolehan tanpa sadar merupakan transfer materi yang

sesungguhnya.

Guru pada awalnya bertugas untuk menyampaikan yang

mudah dipahami oleh siswa tanpa siswa harus menjawabnya. Para

pelajar tidak dituntut untuk mengucapkan apa-apa hingga mereka

sudah siap merespon.

Setelah murid menjalani ‟periode membisu‟, guru membuat

suasana menjadi lebih bersahabat, dan nyaman tanpa membuat

anak merasa tertekan dengan pembelajaran. Periode ini siswa

diharapkan tidak ada rasa takut akan kesalahan.

34

H. Dougls Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa, Jakarta: kedubes AS,

2008, 85.

78

Evaluasi metode ini melalui observasi sederhana terhadap

perilaku pelajar. Gurupun berhak mengkoreksi kesalahan-

kesalahan pokok, tapi tidak boleh secara menonjol.

C. METODE PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK

Dalam sebuah Al Quran juga pernah disebutkan yakni dalam

Surat An Nisa ayat 63 juga dapat dijadikan petunjuk dalam

membicarakan metode Humanistik dalam mengajar,

yang artinya ; “ Mereka itu adalah orang orang yang mengetahui apa

yang ada didalam hati mereka. Karena itu berpalianglah kamu dari

mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada

mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.35

Dalam surat Attin ayat 4 juga dijelaskan,

Artinya ; “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan

bentuk yang sebaik- baiknya”36

Disamping kedua surat tersebut, juga dijelaskan dalam surat Al

Baqoroh ayat 48, yaitu:

35

Al quran dan terjemahnya.Departemen Agama Republik Indonesia. Bandung : JART,

2005, 1079. 36

Al quran dan terjemahnya.Departemen Agama Republik Indonesia. Bandung : JART,

2005, 1079.

79

وإذ قلنا للملئكة اسجدوا لدم فسجدوا إلا إبليس أبى

واستكبر وكان من الكافرين

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para

malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka

kecuali Iblis(b); ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk

golongan orang-orang yang kafir.”37

Metode dalam bahasa arab dikenalsebagai istilah Thoriqoh yang berarti

langkah – langkah yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.

Metode ini harus diwujudkan dalam proses pembelajaran dalam rangka

pengembangan sikap mental dan kepribadian peserta didik.38

Diantara metode pembelajaran Akidah Akhlak adalah :

a. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang

dapat membantu kekurangan – kekurangan yang terdapat pada

metode ceramah. Anak didik yang biasanya kurang mencurahkan

perhatiannya terhadap pelajaran yang diajarkan dengan metode

ceramah akan berhati – hati terhadap pelajaran yang diajarkan

melalui metode tanya jawab. Sebeb anak didik tersebut sewaktu-

37

Al quran dan terjemahnya.Departemen Agama Republik Indonesia. Bandung : JART,

2005, 46. 38

Al quran dan terjemahnya.Departemen Agama Republik Indonesia. ,Bandung : JART,

2005, 129.

80

waktu akan mendapat giliran untuk menjawab suatu pertanyaan

yang akan diajukan kepadanya.

Metode Tanya jawab adalah salah satu cara mengajar yang

dilakukan oleh guru dengan mengajukan pertanyaan kepada peserta

didik tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang

telah mereka baca sambil memperhatikan proses berfikir diantara

peserta didik.

b. Metode Humaniora

Metode ini mengutamakan kerja sama antara pendidik dan

peserta didik, juga keselarasan antara teori dan praktik riil dalam

kehidupan nyata. Metode humaniora menempatkan manusia secara

utuh.39

c. Metode Pemecahan Masalah

Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan

pelajaran dengan mendorong peserta didik untuk mencari dan

memecahkan suatu masalah.

d. Metode Karya Wisata

Metode karya wisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan

dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu diluar

sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu. Tujuan karya

wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung

dari obyek yang dilihat.

39

Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam , Jakarta: Bumi Aksa

ra, 1995, 307.

81

e. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang

menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau

alat untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada

anak didik. Dengan metode demonstrasi guru a tau murid

memperlihatkan pada seluruh anggota kelas suatu proses, misalnya

bagaimana cara shalat yang sesuai dengan ajaran Rasulullah.40

f. Metode Diskusi

Metode diskusi ialah suatu cara penyampaian bahan

pelajaran, dimana guru memberikan kesempatan kepada kelompok-

kelompok untuk mengadakan pembicaraan ilmiah guna

mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun

berbagai altenatif pemecahan atas segala masalah.

Materi yang relevan dengan diskusi sebaiknya materi - materi yang

controversial sehingga lebih menarik dalam pembahasannya.

g. Metode Mengajar Beregu

Metode mengajar beregu ialah suatu pengajaran yang

dilakukan oleh dua orang guru atau lebih dalam mengajar sejumlah

peserta didik yang mempunyai perbedaan minat, kemampuan atau

tingkat kelas.41

Semua materi Aqidah Akhlak relevan dengan metode ini,

misalnya materi tentang Akhlak terpuji dan akhlaq tercela.

47

Baharudi dan Moh Makin, Pendidikan Humanistik...,202. 41

Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam , Jakarta: Bumi Aksae

ra, 1995, 307.

82

h. Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah penyajian materi dengan cara

pemberian tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada kelompok-

kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai

tujuan. Materi-meteri yang relevan dengan metode ini diantaranya

adalah materi tentang asmaul husna.

i. Metode Situasional

Metode ini mendorong peserta didik untuk belajar dengan

perasaan gembira dalam berbagai tempat dan keadaan. Metode ini

dapat memberikan kesan-kesan yang menyenangkan, sehingga kesan

tersebut melekat dalam ingatan peserta didik

Suatu metode dilakukan dalam praktik pembelajaran. Belajar

memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan penugasan tentang

sesuatu.sedangkan pembelajaran adalah usaha sistematis yang

memungkinkan terciptanya pendididkan untuk meraih internalisasi

ilmu pengetahuan sebagai proses pengalaman khusus yang bertujuan

menciptakan perubahan secara terus menerus dalam pe rilaku dan

pemikiran manusia.

Pembelajaran Akidah Akhlak merupakan suatu proses transfer

of knowledge dan transfer of value melalui upaya secara sadar dan

terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,

83

memahami,menghayati, mengimani, berakhlak mulia, mengamalkan

ajaran Islam dari sumber utamanya Al Qur`an dan Hadits

D. PENGERTIAN DASAR, DAN TUJUAN AKIDAH AKHLAK

1. Pengertian Akidah Akhlak

Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu

[ عقد -يعقد -عقد ] artinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian.

Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang

harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta

terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh

badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan

bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati

membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya

dan yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan

keraguan.42

Berdasarkanpengertian-pengertian di atas dapat

dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan

atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran

Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber

keyakinan yang mengikat.

42

Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam , Jakarta: Bumi Aksae

ra, 1995, 307.

84

Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu

,yang artinya tingkah laku, perangai tabi‟at [أخالق] jamaknya [خلق]

watak, moral atau budi pekerti. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan. Jadi,

akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan

secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika

tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka

disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak

mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu

berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela

atau akhlakul madzmumah.

2. Dasar Akidah Akhlak

Dasar aqidah akhlak adalah ajaran Islam itu sendiri yang

merupakan sumber-sumber hukum dalam Islam yaitu Al Qur‟an dan

Al Hadits. Al Qur‟an dan Al Hadits adalah pedoman hidup dalam

Islam yang menjelaskan kriteria atau ukuran baik buruknya suatu

perbuatan manusia. Dasar aqidah akhlak yang pertama dan utama

adalah Al Qur‟an dan. Ketika ditanya tentang aqidah akhlak Nabi

Muhammad SAW, Siti Aisyah berkata.” Dasar aqidah akhlak Nabi

Muhammad SAW adalah Al Qur‟an.”

Islam mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik

dan menjauhi perbuatan buruk. Ukuran baik dan buruk tersebut

85

dikatakan dalam Al Qur‟an. Karena Al Qur‟an merupakan firman

Allah, maka kebenarannya harus diyakini oleh setiap muslim.

Dalam Surat Al-Maidah ayat 15-16 disebutkan yang artinya

“Sesungguhnya telah datang kepadamu rasul kami,

menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu

sembunyikan dan banyak pula yang dibiarkannya. Sesungguhnya

telah datang kepadamu cahayadari Allah dan kitab yang

menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang

yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan

kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita

kepada cahaya yang terang benderang dengan izinNya, dan

menunjuki meraka ke jalan yang lurus.”

Dasar aqidah akhlak yang kedua bagi seorang muslim adalah

Al Hadits atau Sunnah Rasul. Untuk memahami Al Qur‟an lebih

terinci, umat Islam diperintahkan untuk mengikuti aja ran Rasulullah

SAW, karena perilaku Rasulullah adalah contoh nyata yang dapat

dilihat dan dimengerti oleh setiap umat Islam (orang muslim).

3. Tujuan Akidah Akhlak

Aqidah akhlak harus menjadi pedoman bagi setiap muslim.

Artinya setiap umat Islam harus meyakini pokok-pokok kandungan

86

aqidah

akhlak tersebut. Adapun tujuan aqidah akhlak itu adalah :

a) Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang sejak

lahir. Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak

dilahirkan manusia terdorong mengakui adanya Tuhan. Firman

Allah dalam surah Al-A‟raf ayat 172-173 yang artinya “Dan

(Ingatlah), ketika Tuhanmu menguluarkan kehinaan anak-anak

Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian

terhadap jiwa mereka, seraya berfirman: “Bukankah Aku ini

Tuhanmu? “, mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami),

kami jadi saksi” (Kami lakukan yang demikian itu), agar dihari

kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani

Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan

tuhan)” atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya

orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dulu,

sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang

(datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan

membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat

dahulu?” Dengan naluri ketuhanan, manusia berusaha untuk

mencari tuhannya, kemampuan akal dan ilmu yang berbeda-

beda memungkinkan manusia akan keliru mengerti tuhan.

Dengan aqidah akhlak, naluri atau kecenderungan manusia akan

87

keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa dapat berkembang

dengan benar

b) Aqidah akhlak bertujuan pula membentuk pribadi muslim yang

luhur dan mulia. Seseorang muslim yang berakhlak mulia

senantiasa bertingkah laku terpuji, baik ketika berhubungan

dengan Allah SWT, dengan sesama manusia, makhluk lainnya

serta dengan alam lingkungan. Oleh karena itu, perwujudan dari

pribadi muslim yang luhur berupa tindakan nyata menjadi

tujuan dalam aqidah akhlak.

c) Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang

menyesatkan. Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk

lainnya berupa akal pikiran. Pendapat-pendapat atau pikiran-

pikiran yang semata-mata didasarkan atas akal manusia, kadang-

kadang menyesatkan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, akal

pikiran perlu dibimbing oleh aqidah akhlak agar manusia

terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat

4. Hubungan Akidah dengan Akhlak

Dengan akhlak yang baik seseorang akan bisa

memperkuat aqidah dan bisa menjalankan ibadah dengan baik

dan benar, dengan itu ia akan mampu mengimplementasikan

tauhid ke dalam akhlak yang mulia (Akhlakul Karimah). Karena

88

barang siapa mengetahui Sang Penciptanya dengan

benar, niscaya ia akan dengan mudah berperilaku baik

sebagaimana perintah Allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh

atau bahkan meninggalkan perilaku-perilaku yang telah

ditetapkan-Nya.

Hubungan manusia dengan Allah SWT dan kelakuannya

terhadap Allah SWT. Ditentukan mengikut nilai-nilai aqidah

yang ditetapkan. Begitu juga akhlak terhadap manusia

dicorakkan oleh nilai-nilai aqidah seorang muslim, sebagaimana

yang ditetapkan di dalam Al-Qur‟an yang merupakan ajaran dan

wahyu dari Allah SWT

1. Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak

Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah

aqidah yang benar terhadap alam dan kehidupan, karena

akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran dirinya. Oleh

karena itu jika seorang beraqidah dengan benar, niscaya

akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula

sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun akan salah.

Aqidah seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan

keyakinannya terhadap Allah juga lurus dan benar

2. Jujur

89

Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang

berhubungan dengan aqidah. Jujur dapat terwujud apabila

seseorang telah memegang konsep-konsep yang berhubungan

dengan aqidah. Dengan dijalankannya konsep-konsep aqidah

tersebut maka seseorang akan memiliki akhlak yang baik.

Sehingga orang akan takut dalam melakukan perbuatan dosa.

Akhlak Islami adalah perangkat tata nilai yang

bersifat samawi dan azali yang mewarnai cara berpikir,

bersikap dan bertindak seorang muslim terhadap dirinya,

Allah dan Rasul-Nya, sesamanya dan lingkungannya.

a. Akhlak merupakan dimensi kehidupan seorang Muslim

yang mencakup akidah, ibadah, dan syariah

b. Samawi adalah akhlak yang bersumber dari Al-qur‟an

dan Alhadist

c. Azali adalah akhlak islami yang bersifat tetap, tidak

berubah walaupun tata nilai dan norma dalam

kehidupan bermasyarakat berubah sesuai dengan

perubahan masa dan keadaan

Cakupan dari Akhlak islami sangat luas diantaranya :

1. Ethos: Mengatur hubungan seseorang dengan Khaliknya, seperti

terhadap Rasul Allah dan Kitab-Kitabnya

90

2. Ethis: Mengatur hubungan seseorang dengan dirinya dan terhadap

sesamanya dalam kegiatan kehidupan sehari-hari

3. Moral: Mengatur hubungan dengan sesamanya tapi berlainan jenis

menyangkut kehormatan tiap pribadi

4. Estetika: Rasa keindahan yang mendorong seseorang untuk

meningkatkan keadaan dirinya serta lingkungannya agar lebih indah

menuju kesempurnaan

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa

perubahan yang sangat mendalam terhadap berbagai segi tatanan

kehidupan manusia mulai dari berfikir, bersikap, dan bertingkah

laku termasuk mengeluarkan ide yang bermuara pada friksi-friksi

kemanusiaan walaupun ilmu pengetahuan dan teknologi telah

membawa perubahan yang besar dan luar biasa. Dengan

permasalahan tersebut, maka diperlukan dakwah sebagai petunjuk

hidup.

Menurut Yusuf Qardhawi, ada 3 ancaman terhadap akhlak manusia:

- Ananiyyah : sikap individualisme yang menjadi ciri manusia modern.

- Madiyyah atau sikap materialistik : kecintaan pada kehidupan duniawi

secara berlebihan.

- Naf‟iyyah atau pragmatis : menilai sesuatu hanya berdasarkan aspek

kegunaan semata.

91

Ketiga ancaman terhadap akhlak ini hanya bisa diatasi manakala

manusia memiliki landasan aqidah yang kuat.

92

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Diskripsi MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Kecamatan

Bandongan Kabupaten Magelang

1. Diskripsi MI Al Falah Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang

a. Sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik,

kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang

Pendidikan adalah merupakan upaya meningkatkan

kemampuan dalam kehidupan berbangsa dan beragama, artinya

kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat pendidikannya.

Disamping itu dalam Undang Undang Dasar Republik Indonesia

tahun 1945 mengamanatkan pemerintah tentang pendidikan, bahwa

dalam pendidikan harus mampu menjamin pemerataan kesempatan

pendidikan, relefansi dan efisiensi managemen pendidikan untuk

menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan,

sehinga perlu dilakukan perencanaan pendidikan secara terarah dan

berkesinambungan.43

Dari segi perencanaan pendidikan Undang Undang No. 20

tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional, dan Amandemen

Undang Undang Dasar1945 yang menetapkan alokasi anggaran

43

Buku Pedoman MI Al Falah, Kaliangkrik, Magelang 2014/2015.

93

pendidikan 20% dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN),

ini adalah merupakan angin segar yang perlu direspon positif bagi

kalangan dunia pendidikan, artinya ini menunjukan perhatian

pemerintah pada dunia pendidikan secara besar.

Seiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya laju

teknologi dan informasi memaksa dunia pendidikan harus adaptif

terhadap perkembangan tersebut, tuntutan untuk menciptakan akan

suatu pendidikan yang bermutu, berkwalitas inilah yang menjadi

ganjalan di setiap lembaga pendidikan Madrasah maupun madrasah

penyelenggara pendidikan, khususnya adalah Madrasah Ibtidaiyah Al

Falah Kaliangkrik Kabupaten Magelang.

Guna mengimplentasikan pendidikan Madrasah yang bermutu

dan berkwalitas kami mengusulkan program-program perencaan

pendidikan sebagai langkah untuk memajukan lembaga pendidikan

demi terciptanya cita-cita kami dan masyarakat, yang memiliki suatu

lembaga pendidikan yang bermutu sesuai standar pendidikan yang

bersifat nasional maupun internasional.44

b. Visi, Misi dan tujuan Madrasah Ibtidaiyah Al Falah kaliangkrik

1) Visi Madrasah :

Terwujudnya Madrasah yang dapat membentuk Generasi

Relegius, Disiplin dan Peduli.

44

Kepala Madrasah, Dokumentasi Data Sejarah, MI Al Falah kaliangkrik, 2013/2014.

94

2) Misi Madrasah :

a). Menciptakan lingkungan belajar yang Relegius

b). Menciptakan lingkungan belajar yang disiplin dan terintegrasi

c). Memberdayakan seluruh potensi peserta didik untuk peduli

terhadap lingkungannya.

3) Tujuan Madrasah

a) Terbentuknya generasi yang relegius dalam kehidupan sehari

hari

b) Terbentuknya siswa madrasah yang disiplin dalam aspek

akademik maupun non akademik dalam kehidupan pribadi

dan sosial

c). Terbentuknya siswa yang peduli terhadap lingkungan.45

4). IdentitasMadrasah

1. Nama Madrasah : MI AL FALAH KALIANGKRIK

2. No. Statistik Madrasah (NSM) : 111233080174

3. Akreditasi Madrasah : B ( Baik )

4. Alamat Lengkap Madrasah : Kauman

Desa / Kelurahan : Kaliangkrik

Kecamatan : Kaliangkrik

Kab/ Kota : Magelang

Provinsi

: Jawa Tengah

45

Kepala Madrasah, Dokumentasi Data Sejarah, MI Al Falah kaliangkrik, 2013/2014.

95

No. Telp. : -

5. NPWP Madrasah : 00 542 625 9 524 000

6. Nama Kepala Madrasah : Fadhoil, S.Ag

7. No. Telp./ HP Kepala

Madrasah : 081328841779

8. Nama Yayasan : MAARIF

9. Alamat Yayasan

:jln Magelang Jogja km 12

Palbapang

Mungkid Magelang 56511

10. No. Telp. Yayasan : 0293 782037

11. No. Akte PendirianYayasan : lk/3.C/1528/Pem.MI/7

12. Kepemilikan Tanah : Milik Yayasan

a. Status Tanah :Wakaf

b. Luas Tanah : 1531.31 M2

13. Status Bangunan : Yayasan

14. Luas Bangunan : 1231 M2

15. E-mail :

5). Progam Kerja Madrasah

a. Sarana prasarana dan ketenagaan

(1) Meningkatkan pendayagunaan buku paket dan LKS bagi murid dan

guru

utamanya mata pelajaran ujian negara.

(2) Berusaha meningkatkan pendayagunaan tenaga yang ada secara

efesien dan efektif, serta berusaha meningkatkan ke rja sama semua

staf (karyawan/guru) dengan cara sebaik-baiknya.

(3). Mengupayakan peningkatan pengetahuan dan kemampuan

96

guru/pegawai

dengan cara :

i. Mengikutkan penataran baik yang diadakan oleh depag

(MIN/pengawas) lembaga Maarif atau KKM

- Pembinaan rutin

- Meningkatkan pelaksanaan monitoring terhadap guru /

karyawan terhadap tugasnya.46

- Meningkatkan usaha untuk pembekalan dan pembinaan

terhadap siswa. Utamanya pada kelas terakhir (tiga) dalam

rangka mempersiapkan siswa mengikuti Ujian Nasional (UN)

dengan memberikan les atau kegiatan-kegiatan pelatihan secara

rutin dan terprogram.

- Mengajukan permohonan pada pengurus Madrasah Ibtidaiyah

Al Falah untuk memperbaiki ruang-ruang yang kurang baik dan

menambah ruangan baru.

b.Kurikulum dan Evaluasi:

(1) Meningkatkan pembinaan kurikulum pada guru mata

(2) pelajaran melalui KKM dan lembaga pendidikan Islam.

(3) Menertibkan penelitian dan evaluasi melalui kegiatan

Ektra,

Intra dan Korikuler, baik melalui evaluasi formatif atau

sumatif.

46

Kepala Madrasah, Dokumentasi Data Sejarah, MI Al Falah kaliangkrik, 2013/2014

97

(4). Mengupayakan penuntasan penguasaan program

kurikuler

dengan melalui les atau kegiatan-kegiatan lain yang dapat

menunjang penyelesaian.

c. Kesiswaan dan Porseni:

1. Meningkatkan pengenalan siswa terhadap lingkungan

Madrasah melalui orientasi siswa.

2. Meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah SWT. melalui

pengajian diniyah setelah shubuh dan setelah maghrib

3. Meningkatkan pelatihan kepemimpinan siswa melalui

kegiatan Ekstra kurikuler yang berupa :

- Peringatan hari-hari besar islam

- Perlombaan-perlombaan ( Class Metting )

- Kepramukaan

- Kesenian47

d. Humas

1. Mengadakan kerja sama dengan Kemenag, Dikbud dan LP.

Islam sehubungan dengan pelaksanaan orientasi siswa baru.

2. Meningkatkan hubungan dengan masyarakat sekitar

dengan memberi penjelasan tentang kebijakasanaan

Madrasah, situasi dan perkembangan Madrasah.

3. Menampung saran-saran dan pendapat masyarakat untuk

47

Ur Kurikulum, Dokumentasi Data Kurikulum, MI Al Falah Kaliangkrik, 2014/2015

98

memajukan Madrasah.

e. Sumber dana

Sesuai dengan penjelasan Kepala Madrasah Ibtidaiyah

Al Falah Kaliangkrik Magelang, bahwa biaya pendirian gedung

tersebut adalah swadaya murni masyarakat Kaliangkrik,

melalui musyawarah dengan beberapa tokoh masyarakat

sekaligus memberikan sumbangan yang relatif besar. Sumber

dana yang diperoleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan

Madrasah, diantaranya:

a. Dari SPP murid.

b. Infaq dan Sadaqoh dari para dermawan.

c. Sumbangan dari instansi pemerintah.

Pendistribusian keuangan Madrasah untuk menunjang

kegiatan dapat dibagi beberapa kelompok antara lain untuk :

1. Honorarium guru / pegawai dan pembina ekstrakurikuler.

2. Kegiatan operasional guru.

3. Pengadaan fasilitas sarana dan prasarana yang sangat

penting.

4. Pembinaan profesional guru dan hal-hal lain yang

berhubungan dengan kesejahteraan guru.

f. Bangunan gedung MI Al Falah Kaliangkrik Magelang

Bangunan yang dimiliki MI Al Falah Kaliangkrik itu

ada beberapa gedung.untuk lebih jelsnya lihat tabel dibawah

99

ini.

Tabel 1

Bangunan di MI Al Falah Kaliangkrik

No.

Ruang

Jumlah

Ukuran (M2)

1

Ruang kelas

9

6 x7

2

R. kepala sekolah

1

2,5x2,5

3

R. guru

1

6 x7

4

R. perpustakaan

1

4 x 6

5 R. UKS

1

4 x 6

6 R. koperasi

1

4 x 6

7 R. gudang

1

4 x 6

8 Kamar mandi dan

WC

11

3

2 x 3

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada denah MI Al Falah

kaliangkrik Magelang dalam lampiran I.

a. Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di MI Al Falah

100

Kaliangkrik Magelang merupakan kegiatan aktif siswa yang tidak

bisa dipisahkan dari kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Sekolah .

Kegiatan ekstrakurikuler tersebut adalah :

1) Kegiatan yang bersifat keagamaan

2) Musabaqoh Tilawalil Qur'an (MTQ)

3) Peringatan hari besar Islam

4) Pengumpulan zakat fitrah

5) Penyembelihan hewan qurban

6) Pembagian daging qurban

7) Pesantren Kilat

8) Kegiatan Manasik Haji

9) Kegiatan yang bersifat umum

(a) Kepramukaan

(b) Kesenian, meliputi: Drum Band

10). Kegiatan yang bersifat Sosial

a. Latihan Dokter kecil

b. Cerdas cermat dokter kecil

b. Strukutur Organisasi

Struktur organisasi yang dipergunakan di MI Al Falah

Kaliangkrik Magelang adalah sebagai berikut:

101

Gambar 1

Struktur Organisasi MI Al falah Kaliangkrik Magelang

c. Kondisi Obyektif Guru dan Siswa

a. Jumlah Guru

Untuk mengetahui keadaan guru dan latar belakang

pendidikannya, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:48

48

Kepala Madrasah, Dokumentasi Data Sejarah, MI Al Falah kaliangkrik, 2013/2014

Depdikbub Kementerian

Agama

Yayasan Maarif Lembaga Pendidikan Maarif

Kepala Madrasah

Ibtidaiyah Al Falah

fadhoil,S.Ag

f

Fadhoil, S.Ag

Tata Usaha Efi Susilowati,S.PdI

Wk. Kurikulum Islamiyah, S.Ag

Wk.Sarana

Syaeful Mujib

Prasarana

WkKesiswaanAhmad yakup

Wk. Humas S Rodli

Wali Kelas Wali Kelas

Wali Kelas

Dewan

Guru

Siswa

102

Tabel 2

Daftar Guru MI Al Falah Kaliangkrik,

Kec. Kaliangkrik Kab.Magelang

No Nama Guru Ijazah Terakhir

1 Fadhoil S-1/Tarbiyah/PAI/1998

2 Islamiyah S-1/Ushuludin/Akidah filsafat/1995

3 Efi Susilowati S-1/Tarbiyah/PAI/2002

4 Masrifatul Amiroh S-1/Tarbiyah/PAI/2013

5 Istiqomah S-1/Tarbiyah/PAI/2011

6 Istna Maulida Sulistiana S-1/FKIP/BK/2012

7 Khairul Muna S-1/Tarbiyah/Bahasa Inggris/2010

8 Ahmad Yakup SMA/IPS/2007

9 Suciati S-1/Tarbiyah/PAI/2012

10 M. SyaefulMujib S-1/Tarbiyah/PAI/2011

11 Lina Dwi S S-1/Syariah/Ahwalus syahsiah/2010

12 M.Qobul S-1/Tarbiyah/PAI/2002

13 Slamet Rodli D-2/Tarbiyah/PAI/1998

b. Jumlah Siswa

Sedangkan untuk mengetahui jumlah siswa tahun ajaran 2014-2015

103

di MI Al Falah Kaliangkrik Magelang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3

Daftar Siswa MI Al Falah Kaliangkrik, Kec. Kaliangkrik. Kab. Magelang

Tahun Ajaran 2014-2015

NO Kelas Jml Kelas

Banyaknya Siswa

Jumlah

Keluarga

Miskin L P

1 1 1 19 17 36 36

2 11 1 27 14 41 41

3 I11 1 22 22 44 44

4 1V 1 25 10 35 35

5 V 2 18 20 38 38

6 V1 2 27 8 35 35

104

B. Diskripsi MI Al Islam Tonoboyo, Kecamatan Bandongan, Kabupaten

Magelang

1. Sejarah berdirinya MI Al Islam Tonoboyo Kecamatan Bandongan

Kabupaten Magelang

Madrasah Al Islam Tonoboyo kecamatan Bandongan Kabupaten

Magelang mempunyai sejarah pertumbuhan dan perkembangan sendiri.

Madrasah ini didirikan untuk dipersiapkan menjadi tempat belajar anak-

anak, lama kelamaan yayasan ini berencana untuk meningkatkan kualitas

pendidikan di sekitar tonoboyo akhirnya di dirikan Madrasah Ibtidaiyah

(MI), karena perkembangan zaman yang semakin modern maka yayasan

berupa bagaimana meningkatkan sumber daya manusia yang ada di sekitar

desa tersebut,maka pada tahun 1965 berdirilah Madrasah Ibtidaiyah yang di

dirikan oleh yayasan Islam yang beranggotakan para pemuka agama dan

masyarakat sekitar.49

Dari perjalanan MI Al Islam tonoboyo mengalami dinamika yang

berarti, yaitu selain tempatnya kurang mendukung dan sarana prasarana

juga kurang memadai sehingga betul-betul perjuangan yang sangat luar

biasa.

Dinamika ini membawa MI Al Islam Tonoboyo semakin dewasa

dalam menapak perjalannya. Berbagai masalah yang muncul, dapat

terselesaikan dengan tuntas dengan baik

49

Wawancara dengan kepala Madrasah Bapak Rozib, M.Pd.I, 2015, Pukul 10.15 WIB

105

Dalam perkembangan kemudian MI Al Islam Tonoboyo mempunyai

sebidang tanah sendiri seluas + 470 M dengan dibangun gedung dan lokal

dengan luas + 430 untuk PBM dan pada tahun 1965, dimana setelah SK

pendirianya pada tanggal 01 Januari 1965 dengan no izin operasionalnya

adalah Lk/3.C/1513/PCM/MI/78 sehingga sekarang PBM dan kegiatan

lainnya pun bisa dijalankan dengan baik oleh Madrasah, ini semua berkat

kegigihan orang tua murid (Komite Madrasah), guru, pegawai dan instansi

terkait, dengan gedung yang megah di tanah yang luas hingga kini.

2. Letak Geografis

MI Al Islam Tonoboyo adalah terletak di Desa Tonoboyo, di

Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang.Dan desa ini dilalui oleh

sebuah jalan protokol yang menghubungkan kecamatan Bandongan dengan

kecamatan-kecamatan lain disekitarnya, seperti kecamatan Kaliangkrik dan

Kecamatan Kajoran

Adapun desa Tonoboyo ini berbatasan dengan desa-desa disekitarnya,

yaitu sebelah utara dengan desa Kalegen Kecamatan bandongan, disebelah

selatan berbatasan dengan desa Bandongan Kecamatan Bandongan,

disebelah timur berbatasan dengan desa Mantusari, dan sebelah barat

berbatasan dengan desa Beseran Kecamatan Kaliangkrik.50

50

Tata Usaha, Dokumentasi data letak geografis, MI Al Islam Tonoboyo, 2015.

106

3. Struktur organisasi

Agar terjadi mekanisme kerja yang lancar dan tertib, maka

disusunlah struktur organisasi sekolah, adapun struktur organisasi MI Al-

Islam Tonoboyo tahun pelajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut :

107

= Garis Intruksional

= Garis Koordinasi

Gambar 2

Bagan Organisasi MI Al Islam Tonoboyo

Tahun Pelajaran 2015

Ketua yayasan

Sie

Olah Raga

Dan UKS

Sie

Kesenian

Sie

Drum Band

Sie

Keagamaan

Sie

Pramuka Pa

Sie

Pramuka Pi

Wali Kelas

Dewan Guru

Peserta Didik MI Al Islam Tonoboyo

KOMITE MADRASAH TATA USAHA

Keterangan =

Ur. KURIKULUM Ur

KESISWAAN

Ur

SARPRAS

Ur

HUMAS

108

4. Visi, Misi, dan Tujuan

a. Visi Madrasah

Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo kecamatan Bandongan kabupaten

Magelang sebagai lembaga pendidikan dasar berciri khas Islam perlu

mempertimbangkan harapan murid, orang tua murid, lembaga pengguna

lulusan madrasah dan masyarakat dalam merumuskan visinya. Madrasah

Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo, juga diharapkan merespon perkembangan

dan tantangan masa depan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, era

reformasi dan globalisasi yang sangat cepat. Madrasah Al Islam Tonoboyo

kecamatan Bandongan kabupaten Magelang ingin mewujudkan harapan

dan respon dalam Visi Madrasah yaitu:

“Membentuk peserta didik Yang Unggul Dalam Mutu, Berbudi pakerti

luhur, Terampil, Beriman dan Bertaqwa Kepada Allah SWT serta cinta

Tanah Air dan Bangsa “

Indikator Visi :

1. Memiliki KTSP yang memadai.

2. Terpenuhi standar proses

3. Terpenuhi standar kelulusan

4. Terpenuhi standar tenaga kependidikan

5. Terpenuhi standar pengelolaan

6. Terpenuhi fasilitas pendidikan

7. Terpenuhi standar pembiayaan pendidikan

8. Terpenuhi standar penilaian

109

9. Memiliki budaya dan lingkungan Madrasah yang kondusi

b. Misi Madrasah :

1. Menyusun dan melaksanakan KTSP

2. Melaksanakan Pembelajaran sesuai standar proses

3. Melaksanakan pembimbingan karakter dan pengembangan diri.

4. Meningkatkan Kompetensi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

a. Mewujudkan pendidikan yang bermutu, efisien, dan relevan serta

berdaya saing tinggi

b Mewujudkan sistem pendidikan yang transparan, akuntabel, partisipatif

dan

efektif

5. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan

6. Mewujudkan sumber-sumber pembiayaan non pemerintah serta mengelola

keuangan dengan transparan dan akuntabel

7. Melaksanakan penilaian hasil belajar sesuai standar penilaian

8. Melaksanakan Manajemen Madrasah yang berkarakter.

c. . Tujuan Madrasah :

Tujuan MI al Islam Tonoboyo jangka menengah (5 tahun kedepan) adalah :

1. Tercapainya nilai rata-rata semua mata pelajaran kategori A

2. Meningkatnya nilai KKM pada semua mata pelajaran

110

3. Meningkatnya ketercapaian nilai KKM untuk semua mata pelajaran

4. Meningkatnya penguasaan komputer dan internet pada setiap siswa

5. Keadaan Guru dan Karyawan

Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo kecamatan Bandongan kabupaten

Magelang mempunyai tenaga edukatif yang cukup baik bila ditinjau dari

jenjang pendidikan yang dimiliki. Dari masing-masing pendidik mengampu

bidang studi sesuai profesianya.

Tabel 4

Daftar Guru MI Al Islam Tonoboyo

Kec.Kaliangkrik. Kab.Magelang

No Nama Guru Ijazah Terakhir

1 Rozib Sulistiyo,

M.PdI

S2.UIN Yogyakarta

2 Lushandiyah,S.Ag S1.IAIN Walisongo Smrg

3 Eko Purwati, S.PdI UMM, Magelang

4 Maltufah MA Magelang

5 Mariyatul anisah,

S.PdI

STAIN Salatiga

6 Fauziyah S,S.kom UMM Magelang

7 Roechanal ma‟tufani SMA Magelang

8 Nisfu Ema fatimah MA Magelang

111

9 Muliatin Ni‟mah,S.Pd UNY Yogyakarta

10 Ahmad zamzani SMA Magelang

11 Islachudin SMA Magelang

12 Wachidun MA Magelang

6. Data siswa MI Al Islam

Sedangkan untuk mengetahui jumlah siswa tahun ajaran 2014-2015 di MI Al

Islam Tonoboyo dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5

Daftar Siswa MI Al Islam Tonoboyo.Kab.Magelang Tahun Ajaran 2014-2015

NO

Kelas

Jml Kelas

Banyaknya Siswa

Jumlah

Keluarga

Miskin L P

1 1 2 25 24 49 49

2 11 1 16 20 36 36

3 111 2 26 20 46 46

4 1V 2 16 20 36 36

5 V 1 7 6 13 13

6 V1 1 13 8 21 21

7. Sarana dan Prasarana

112

Pada saat penelitian berlangsung, Madrasah Ibtidaiyah Al Islam

Tonoboyo memiliki gedung yang bisa di gunakan untuk kantor, ruang

guru,UKS, perpustakaan, ruang TU, ruang tamu dan gudang.

Dalam tiap-tiap kelas dilengkapi dengan peralatan yang diperlukan

dalam proses belajar mengajar, seperti kursi guru dan siswa, meja guru dan

siswa, almari, papan tulis dan fasilitas lain. Untuk lebih jelas tentang fasilitas

yang ada dapat dilihat dalam tabel berikut51

:

Tabel 6

Sarana Dan Prasarana MI Al Islam Tonoboyo

Tahun 2014/2015

No Jenis Barang/Ruang Jumlah Kondisi Keterangan

1 Ruang Belajar 9 Baik -

2 Ruang kepala 1 Baik -

3 Ruang Guru 1 Baik -

4 Ruang Tamu 1 Baik -

5 Ruang

Perpustakaan

1 Baik -

6 Ruang Koperasi 1 Baik -

7 Ruang Tu 1 Baik -

8 Ruang UKS 1 Baik -

9 Papan Tulis 9 Baik -

51

Ur Sarana Dan Prasarana, Dokumen data MI Al Islam Tonoboyo, Magelang, 2015

113

10 Almari Besar 3 Baik -

11 Almari Kecil 2 Baik -

12 Kursi, Meja Guru 11 Baik -

13 Meja Siswa 76 Baik -

14 Kursi Siswa 152 Baik -

15 Komputer 3 Baik -

16 Papan garis 4 Baik -

17 Sound 1 Baik -

18 Telpon 1 Baik -

29 Alat Musik 1 Baik Drum Band

20 Bola Voli 2 Baik -

21 Bola Kaki 2 Baik -

22 Raket 6 Baik -

23 Net 1 Baik -

24 Lap Top 1 Baik -

25 Kamar Mandi 2 Baik -

26 WC 2 Baik -

27 Vidio Tape 1 Baik -

Dalam melakukan PBM dan dalam upaya memudahkan pemahaman

sekaligus penguasan materi oleh siswa, selain itu juga dalam rangka

pencapaian tujuan pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah Al Islam media

pendidikan untuk digunakan sebagai berikut :

a. Lap Top

b. LCD Proyektor

114

c. Bagan Peta (lokal, regional, Nasional, dan Dunia)

d. Tape

e. TV

f. Mikropo

g. DVD

h. Kaset

i. Spiker Aktif

j. Komputer

k. CD

l. Buku Perpustakaan

115

BAB 1V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Pemahaman Guru tentang pendidikan Humanistik dan

Behavioristik

1. Pendidikan humanistik

Menurut Bu Islamiyah adalah :

“Pendidikan Humanistik adalah suatu pendidkan yang dalam proses

pembelajaran dikelas berusaha untuk memanusiakan manusia dan memberi

keleluasaan kepada siswa dalam proses pembelajaran”.52

Menurut Bapak khoirul Muna adalah :

“Pendidikan humanistik adalah suatu pendidikan yang dalam metode

penyampaian dititik beratkan pada kebebasan siswa dan guru tidak bersifat

otoriter dalam penyampaian materi kepada siswa.”53

Menurut Bapak Ahmad Yakup adalah:

“ Pendidikan humanistik adalah Adanya suasana penuh kasih sayang,

hangat, hormat dan terbuka. Guru menangani masalah-masalah perilaku dengan

jalan berkomunikasi secara pribadi dengan murid yang bersangkutan,tanpa

52

Wawancara dengan Ibu Islamiyah, Tanggal 8 Juli 2015 53

Wawancara dengan Bapak Khoirul Muna, Tanggal 8 Juli 2015

116

melibatkan kelompok”.54

Berdasarkan hasil wawancara kami dengan Bapak Ibu Guru di MI Al

Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan dapat diambil

intisari bahwa mereka sudah memahami dan sudah tahu tentang arti dari

pendidikan humanistik tersebut yakni dalam pembelajaran berusaha untuk

memanusiakan manusia. Dalam arti bahwa guru tidak bersifat mutlak dan

otoriteir dalam pembelajaran, dan siswa diberi kebebasan dalam

pembelajaran kepada siswa dengan metode yang berfariatif dan berusaha

untuk bersifat kasih sayang, sehingga siswa akan leluasa dan akan mudah

menyerap pengetahuan secara menyeluruh.

Peranan guru-guru Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik dan

Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan tidak diragukan lagi,

bahwa peranan beliau-beliau dalam pendidikan yang tersusun rapi dan

menyeluruh sangat penting untuk mengangkat harkat dan martabat suatu

kaum agar menjadi kaum yang maju dan berperadaban. Pada konteks inilah

guru-guru Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik dan Madrasah

Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan kabupaten Magelang, khususnya

guru-guru yang mengajar akidah akhlak memiliki peran strategis, yaitu

sebagai sarana dalam proses transformasi nilai-nilai ajaran Islam untuk

diterapkan. Sebab proses transformasi itu membutuhkan semangat untuk

mengajarkan akidah akhlak yang baik kepada peserta didik, dan mencegah

54

Wawancara dengan Bapak Ahmad yakup, Tanggal 8 Juli 2015

117

kemungkaran, dan mengentaskan kebodohan dengan cara mengajarkan

ilmu agama dengan sungguh-sungguh.

Bila pembelajaran semacam ini berkembang dan membudaya di

kalangan guru di Madrasah, bisa jadi ajaran humanistik dalam Islam

menjadi suatu ide-ide yang menjadikan para guru-guru untuk semangat

dalam mengajar dan mendidik pada peserta didik. Dan kata humanistik pada

bab terdahulu telah berasal dari bahasa inggris yang berarti

“Memanusiakan manusia,bersifat sayang dan santun dalam mengajar serta

penuh keakraban”.

Menurut pengamatan dan wawncara kami bahwa Guru-guru

Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik dan Madrasah Ibtidaiyah Al

Islam Tonoboyo Bandongan mengetahui bahwa pendidikan humanistik

senantiasa disertai dengan sikap ketelitian dan kecermatan serta kebanggaan

terhadap pekerjaan yang bermutu. Pendidikan humanistik juga tidak

diperkenankan untuk takut pada celaan orang lain yang suka mencela, atau

takut kritik. Artinya, bahwa guru harus disertai dengan sikap terbuka, mau

menerima kritik dari siapap pun demi kebaikan hasil pekerjaannya

(usahanya). Orang yang mempunyai sikap humanistik seyogyanya memiliki

wawasan jangka panjang atau masa dengan yang lebih baik dan yang

diridhoi oleh-Nya.

Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi

fasilitator bagi para siswa dan guru memberi motivasi, kesadaran mengenai

makna belajar dalam kehidupan sehari hari. Guru mengfasilitasi

118

pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk

memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama

yang memaknai proses belajar sendi ri. Diharapkan siswa memahami potensi

diri, dan mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan

potensi diri yang bersifat negatif

2. Pendidikan behavioristik

Pemahaman Guru tentang pendidikan behavioristik beragam,

diantaranya Pendidikan Behavioristik yang disampaikan P Rozib Sulistyo

adalah :

“ Pendidikan behavioristik adalah suatu pendidikan yang dalam

pembelajaran berdasarkan adanya stimulus dan respon.dimana dalam

pembelajarannya selalu memberikan suatu penguatan sikap dan pembiasaan”55

Pendidikan Behavioristik yang disampaikan B Lushandiyah

“Pendidikan behavioristik adalah suatu pendidikan yang dalam

pembelajarannya kepada siswa dengan sikap guru yang bersifat otoriter kurang

memberikan keleluasaan dalam belajar dan metode yang diberikan kurang

berfariatif”56

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan kami bahwa

Pembelajaran dengan menggunakan Pendidikan behavioristik adalah

adanya pembelajaran yang menghubungkan stimulus dan respon. Dengan

kegiatan ini mendudukkan siswa dalam belajar sebagai individu yang pasif.

Respon atau prilaku tertentu menggunakan metode drill atau pembiasaan

55

Wawancara dengan Bapak Rozib Sulistiyo, Tanggal 9 Juli 2015 56

Wawancara dengan Ibu lushandiyah, Tanggal 9 Juli 2015

119

semata. Munculnya prilaku didalam kelas akan semakin kuat bila diberikan

suatu reinfocement dan akan hilang bila diberi suatu hukuman. Berdasarkan

teori ini siswa dianggap sebagai obyek yang pasif yang selalu membutuhkan

motivasi dan penguatan dari pendidik.

Oleh karena itu para Guru MI Al Falah dan Guru MI Al Islam

Tonoboyo dalam mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan

menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang

harus dicapai oleh para siswa, begitu juga dalam proses evaluasi belajar

diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal- hal

yang tidak dapat diamati kurang dijangkau dalam proses evaluasi. Jadi

implementasi dari pendidikan behavioristik yang diberikan guru didalam

kelas kurang dapat memberikan ruang gerak yang bebas bagi siswa un tuk

berkreasi, bereksperimen dan mengembangkan kemampuannya sendiri.

Sehingga berdasakan pengamatan kami di Madrasah Ibtidaiyah al

Falah kaliangkrik dan Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan

magelang kurang banyak diterapkan oleh Bapak ataupun Ibu Guru karna

kurang dapat diminati oleh siswa dalam pembelajaran dan cenderung siswa

pasif dan membosankan. Dari hasil tes ataupun evaluasi hasil belajar kurang

berhasil dengan maksimal. Sebagai konsekuensinya para guru yang

menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran

dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang ha rus

dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak

120

memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik

dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara

hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.

Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan

pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada

hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki.

Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat

menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori

behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan.

Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang

kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian

didasari atas perilaku yang tampak.

Menurut kami, Behavioristik adalah pembelajaran siswa yang

berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil

yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar karena

penggunaan teori behavioristik mempunyai persyaratan tertentu sesuai

dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa

memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan

kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.

Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan

yang membutuhkan praktek dan pembiasaan. Teori ini juga cocok

diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi

121

peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru

dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi

permen atau pujian.

Menurut pengamatan kami bahwa Penerapan teori behaviroristik

yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya

proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru

sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru

melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipa ndang

pasif , perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang

diberikan guru. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru

dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar

yang efektif. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh

behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan

siswa

B. Analisis Metode Pembelajaran Akidah Aklak Di MI Al Falah Kaliangkrik

dan MI Al Islam Tonoboyo Bandongan

Sumber data yang kami jadikan acuan dalam metode pembelajaran

adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam

Tonoboyo . Wawancara yang kami lakukan pada hari Rabu, tanggal 3 Juni

2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut

tentang bagaimana pembelajaran aqidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik

?

122

Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa

pembelajaran aqidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik setiap minggunya

terdiri dari dua jam untuk masing – masing kelas ( Kelas I s.d. VI ).setiap

jamnya terdiri 35 menit, jadi selama satu minggu menjadi 2 x 35 menit

Selain di dalam ruang kelas, pembelajaran aqidah akhlak juga

diterapkan di luar ruang kelas, misalnya menghafal surat-surat

pendek,menghafal doa-doa pendek dan asmaul husna bersama-sama setiap

kelas. Kegiatan ini dilakukan setiap hari lima belas menit sebelum pelajaran

dimulai, sholat dhuha dan sholat dhuhur berjamaah di masjid besar

Kaliangkrik, peringatan hari – hari besar islam, seperti pesantren

ramadhan, pembagian zakat fitrah, pengajian, qurban, dan manasik haji

MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Tonoboyo dalam pengajaran dan

pembiasaan selain mengadakan pembelajaran aqidah akhlak secara rutin di

dalam jam pembelajaran di kelas juga melakukan pembelajaran –

pembelajaran di luar kelas. Kegiatan ini sangat baik untuk menunjang

kegiatan pembelajaran selain dengan pembelajaran yang dilakukan di kelas

sehingga siswa bisa lebih memahami pembelajaran aqidah akhlak dan

mengamalkannya.

Wawancara yang kedua kepada Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah

Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo. Wawancara dilakukan pada hari

Rabu, tanggal 3 Juni 2015 Pertanyaan yang disampaikan menyangkut

tentang apa yang menjadi acuan dalam perencanaan pembelajaran aqidah

akhlak ?

123

Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru

Aqidah Akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik itu sendiri dengan mengacu

pada standar kompetensi ( SK ) dan kompetensi dasar ( KD ) tingkat sekolah

dasar yang telah ditentukan oleh pemerintah. Guru menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran itu dengan mengembangkan SD dan KD yang

sudah ada.

Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik menjadikan SK dan

KD dari pemerintah sebagai sumber acuan dalam penyusunan perencanaan

pembelajaran. Kemudian Guru Aqidah Akhlak berusaha untuk

mengembangkan SK dan KD itu dalam rangkaian proses pembelajaran yang

baik.

Penulis menemui Ibu islamiyah selaku guru aqidah akhlak Kelas V

MI Al Falah Kaliangkrik dan Bu Lushandiyah selaku guru MI Al Islam

Tonoboyo guna meminta data tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

( RPP ) Aqidah Akhlak Kelas V.

Dari dokumen tersebut, penulis dapat mengetahui tentang Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas V yang dibuat guru aqidah

akhlak untuk kemudian dianalisis mengenai implementasinya pendidikan

humanistik dan behavioristik dalam rencana pembelajarannya.

Sumber data adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik.

Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 3dan 4 Juni 2015, pukul

08.00 – 11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang

124

metode pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran aqidah akhlak

di kelas V MI Al Falah Kaliangkrik ?

Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa dalam

proses pelaksanaan pembelajarnya Guru Aqidah Akhlak menggunakan

metode yang hampir sama di semua kelas yaitu menggunakan metode

ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan diskusi.

Guru Aqidah Akhlak di MI Alfalah Kaliangkrik dan MI Al Islam

Tonoboyo telah menggunakan beberapa metode pembelajaran seperti

metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan diskusi. Metode ini masih

termasuk kedalam metode konvensional yaitu dalam pembelajaran. Guru

Aqidah Akhlak belum cukup mampu mengembangkan menggunakan

metode – metode yang lebih bervariasi dan kurang dapat memberikan

implementasinya dalam pendidikan humanistik dan behavioristiknya karna

metode yang diterapkan belum mewarnai adanya pendidikan tersebut.

C. Implementasi Pendidikan Humanistik dan Behavioristik Dalam Pengajaran

Akidah Akhlak

Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V

MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo. Observasi pelaksanaan

kegiatan pembelajaran merupakan yang pertama dilaksanakan penulis di

125

MI Al Falah Kaliangkrik MI Al Islam Tonoboyo Bandongan. Hal – hal yang

kami amati adalah mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang

dilakukan pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas.

Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya

sebagai berikut

Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah

cukup kondusif , karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, setelah

bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama – sama

menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas.

1. Kegiatan Awal

Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan

mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu

guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru

memberikan apersepsi terhadap siswa. Guru mencoba mengkaitkan materi

yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu materi perilaku

percaya diri dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Setelah itu

guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang pengetahuan siswa

mengenai perilaku tekun, siswa menganggapi pertanyaan guru dengan

antusias. Setelah itu, guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai

pada pertemuan itu kepada siswa secara singkat.

2. Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan

menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dalam tahap ini

126

guru membagi menjadi tiga kegiatan dalam pembelajaran, yaitu eksplorasi,

elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan ini siswa dibentuk dalam

beberapa kelompok untuk melakukan diskusi mencari contoh – contoh

perilaku yang baik dalam kehidupan sehari – hari. Setelah berdiskusi, siswa

diminta untuk membacakan hasil diskusi mereka di depan kelas, teman –

teman yang lain menanggapi presentasi setiap kelompok.

Setelah presentasi selesai, guru memberikan konfirmasi terhadap apa

yang telah ditampilkan oleh siswa. Guru melakukan penguatan – penguatan

juga pelurusan – pelurusan terhadap hasil dari temuan dalam diskusi

mereka

3. Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan akhir ini guru bersama dengan siswa menyimpulkan

pelajaran yang dipelajari pada saat itu dengan cara menanyai secara lisan

kepada beberapa siswa. Kegiatan tanya jawab lisan itu juga dijadikan guru

sebagai post tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang

pembelajaran yang telah dilaksanakan pagi itu. Di dalam pem

belajaran aqidah akhlak di kelas itu, guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan mereka sehingga

pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. Siswa diberi kesempatan untuk

menyampaikan pendapat di depan teman – teman mereka dan dilatih untuk

berani dan menghargai pendapat – pendapat orang lain. Sudah ada

implementasi pendidikan humanistik dan behavioristik dalam metode

pembelajarannya.

127

Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Falah Kaliangkrik dan MI

Al Islam Tonoboyo. Wawancara dilakukan pada hari rabu dan kamis,

tanggal 10, 11 Juni 2015, pukul 09.00 – 10.00 WIB. Pertanyaan yang

disampaikan menyangkut tentang bagaimana metode pembelajaran yang

digunakan oleh Guru Aqidah Akhlak.

Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dalam

pelaksanaan proses pembelajarannya Guru Aqidah Akhlak menggunakan

metode diskusi. Dia mengatakan: “ kalau pelajarannya kayak gini enak

bu….,soalnya kita bisa saling tukar pendapat sama teman – teman. Kalau

pelajarannya diterangkan terus biasanya ngantuk bu …, kalau gini ka n bisa

ikut ngomong sama mikir kan jadinya tidak ngantuk.”

Siswa merasa senang dalam pembelajaran karena siswa diberi

kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka di depan teman – teman

mereka dan dilatih untuk berani dan mengahargai pendapat – pendapat

orang lain. Dengan metode itu siswa dapat saling bertukar pendapat

sehingga siswa menjadi aktif dan berperan di dalam kelas.

Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V

MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam tonoboyo. Observasi pelaksanaan

kegiatan pembelajaran merupakan yang kedua dilaksanakan penulis di MI

Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo. Hal – hal yag diamati

mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan pendidik

Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas.

128

Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya

sebagai berikut :

Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah

cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang

setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama

– sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas.

Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan

mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu

guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru

memberikan apersepsi terhadap siswa. Guru mencoba mengakaitkan materi

yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu materi perilaku

percaya diri dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Setelah itu

guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang pengetahuan siswa

mengenai perilaku hemat, siswa menganggapi pertanyaan guru dengan

antusias. Setelah itu, guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai

pada pertemuan itu kepada siswa secara singkat

Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan

menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dalam tahap ini

guru membagi menjadi tiga kegiatan dalam pembelajaran, yaitu eksplorasi,

elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan ini siswa dibentuk dalam

beberapa kelompok untuk melakukan diskusi mencari contoh – contoh

perilaku tekun dalam kehidupan sehari – hari. Setelah berdiskusi, siswa

129

diminta untuk membacakan hasil diskusi mereka di depan kelas, teman –

teman yang lain menanggapi presentasi setiap kelompok.

Setelah presentasi selesai, guru memberikan konfirmasi terhadap apa

yang telah ditampilkan oleh siswa. Guru melakukan penguatan – penguatan

juga pelurusan – pelurusan terhadap hasil dari temuan dalam diskusi

mereka

Dalam kegiatan akhir ini guru bersama dengan siswa menyimpulkan

pelajaran yang dipelajari pada saat itu dengan cara menanyai secara lisan

kepada beberapa siswa. Kegiatan tanya jawab lisan itu juga dijadikan guru

sebagai post tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang

pembelajaran yang telah dilaksanakan pagi itu.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplor

kemampuan mereka sehingga pembelajaran menjadi berpusat pada siswa.

Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat di depan teman –

teman mereka dan dilatih untuk berani dan menghargai pendapat –

pendapat orang lain. Akan tetapi disini guru belum bias kreatif untuk bisa

mencari metode yang lebih menarik bagi siswa karena kegiatan

pembelajaran itu hamper sama dengan pertemuan sebelumnya.

Demonstrasi puasa dan pembagian zakat fitrah ini tidak dilakukan di

dalam kelas melainkan dilakukan bersama seluruh siwa di MI Al Falah

Kaliangkrik bersama dengan menyongsong hari raya idhul fitri. Pada

kegiatan ini semua siswa melakukan zakat fitrah bersama dengan dipimpin

oleh guru aqidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik.

130

Kegiatan puasa dan zakat fitrah dilakukan mulai dari berniat puasa,

sampai berbuka puasa. Latihan zakat fitrahi di lengkapi dengan orang orang

yang berhak menerima zakat fitrah dan cara membaginya.

Menurut peneliti kegiatan ini sangat bermanfaat bagi siswa.

Pembelajaran lebih bermakna bagi siswa karena siswa bisa mengalami

sendiri tata cara puasanya. Siswa merasa sangat senang mengikuti kegiatan

tersebut. Karena mereka benar – benar diajak untuk mengikuti tata cara

zakat fitrah .sehingga siswa bisa lebih memahami tata cara zakat fitrah dan

dikemudian hari bisa melaksanakan dalam kehidupannya.

Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Falah Kaliangkrik dan MI

Al Islam Tonoboyo. Wawancara dilakukan pada hari Rabu dan kamis,

tanggal 1 dan 2 Juli 2015, pukul 09.00 – 10.00 WIB. Pertanyaan yang

disampaikan menyangkut tentang bagaimana kesan adanya kegiatan zakat

fitrah yang diselenggarakan oleh madrasah.

Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dia sangat

senang dan antusias mengikuti zakat fitrah. Karena menurut dia “ Kalau

kayak gini kita bisa melaksanakan sendiri karena kita melakukan

demonstrasi langsung zakat fitrah dilengkapi dengan syarat serta yang

berhak menerimanya. Kita senang karena kita jadi merasa seakan – akan

kita sedang melaksanakan haji zakat fitrah dirumah”.

Siswa cukup senang dan antusias mengikuti kegiatan zakat fitrah

yang diselengarakan madrasah.kegiatan ini sangat baik untuk menambahn

pengetahuan mereka

131

Sumber data selanjutnya adalah kegiatan pembelajaran Aqidah

Akhlak kelas V MI Al Falah Kaliangkrik. Observasi pelaksanaan kegiatan

pembelajaran merupakan yang ketiga dilaksanakan penulis di MI Al Falah

Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo. Hal – hal yag diamati mengenai

proses pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan pendidik Aqidah Akhlak

dan peserta didik di dalam kelas.

Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya

sebagai berikut:

Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah

cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang

setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama

– sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas.

1. Kegiatan Awal

Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan

mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu

guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru

memberikan apersepsi terhadap siswa. Karena materi pada pembelajaraan

saat itu adalah indicator pertama dari KD, jadi apersepsinya diberi

pertanyaan – pertanyaan singkat tentang materi yang akan dibahas. Materi

yang dibahas pada pertemuan ini adalah dermawan. Terlebih dahulu Guru

melakukan Tanya jawab kepada siswa tentang arti dari dermawan bagi

siswa. Siswa menanggapi pertanyaannya dengan antusias. Setelah

132

memberikan penjelasan tentang pentingnya sholat, guru menyampaikan

kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan itu kepada siswa secara

singkat.

2. Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan

menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Guru

menanyakan kepada siswa tentang arti dari dermawan sebelumnya. Guru

meminta beberapa siswa untuk menjelaskan arti dermawan di depan kelas.

Setelah beberapa siswa menjelaskan di depan kelas guru memberikan

koreksi tentang penjelasan dermawan dan kemudian semua siswa

menjelaskan dermawan dengan baik secara klasikal maupun individu

3. Kegiatan Akhir

Dalam kegiatan akhir ini guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menjelaskan tentang dermawan di depan kelas secara individual

maupun kelompok. Kemudian menyimpulkan pelajaran yang telah

disampaikan saat ini. Peneliti menyimpulkan guru berhasil dalam

memberikan pembelajaran terhadap siswa, karena banyak diantara siswa

yang sudah bisa menjelaskan dermawan setelah pembelajaran dilakukan.

Guru sudah menjalin komunikasi yang cukup baik dengan siswa

sehingga suasana kelas menjadi nyaman, siswa antusias, bebas

mengeluarkan pendapat tanpa ancaman. Guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan siswa, siswa sebagi obyek

133

utama dalam pembelajaran. Guru menjadi fasilitator, dan menjadi tempat

bertanya dan meluruskan dari yang dikemukakan siswa

Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Falah Kaliangkrik.

Wawancara dilakukan pada hari Kamis, tanggal 9 Juli 2015, pukul 09.00 –

09.30 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana

metode pembelajaran yang digunakan oleh guru aqidah akhlak ?

Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dalam

pelaksanaan proses pembelajarannya Guru Aqidah Akhlak menggunakan

metode demonstrasi, dia merasa nyaman dengan metode itu karena bu guru

sangat menghargai apa yang disampaikan siswa. Dia mengatakan : “Bu

Guru tidak galak kok…, kalau disuruh baca hafalan di depan kelas saya

tidak takut, soalnya kalau saya salah baca gak dimarahi tapi nanti

dibenarkan sama bu guru”.

Siswa senang di dalam kelas karena apa yang dia sampaikan atau

ditampilkan sangat dihargai oleh guru, sehingga itu dapat menciptakan rasa

percaya diri untuk siswa. Siswa menjadi tidak takut untuk ikut aktif dan

berperan didalam kelas.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru dan siswa

secara garis besar penulis mempunyai kesimpulan bahwa pendidikan

humanistik dan behavioristik sudah diterapkan dalam proses belajar

mengajar di MI Al falah kaliangkrik. Akan tetapi di MI al islam Tonoboyo

Guru masih kurang memberikan metode yang variatif tetapi masih bersifat

konvensional yaitu metode ceramah, dalam kegiatan ini guru sudah

134

menerapkan variasi dalam penerapan metode pembelajarannya. Hal ini

terbukti bahwa siswa merasa senang dalam pembelajaran. Dalam penerapan

Behavioristiknya sudah tampak ketika dalam pembelajaran dengan

mengadakan praktek langsung yang bersifat latihan dan pembiasaan yang

dapatditerapakan dalam kehidupan sehari hari.

D. Kelebihan dan Kelemahan Pendidikan Humanistik dan Behavioristik

dalam Pembelajaran Akidah Akhlaq

1. Pendidikan Humanistik dalam Pembelajaran

Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah

menjadi fasilitator bagi para siswa dan guru memberi motivasi,

kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan sehari hari.

Guru mengfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan

mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses

belajar sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, dan

mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan

potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan pembelajaran lebih

kepada proses belajanya dari pada hasil belajarnya.

Adapun proses yang dilalui dalam pendidikan humanistik

dalam proses belajar mengajar adalah :

135

1. Merumuskan tujuan yang jelas.

2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak

belajar yang bersifat jelas, jujur dan positif

3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan

siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri.

4. Mendorong siswa untuk berfikir kritis, dan memaknai

proses pembelajaran secara mandiri

5. Siswa didorong untuk mengemukakan pendapat, memilih

pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan

menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.

6. Guru menerima siswa apa adannya dan berusaha

untukmemahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara

normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggung jawab

atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya

7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju sesuai

dengan kecepatanya. Evaluasi diberikan secara individual

berdasarkan perolehan prestasi siswa

Pembelajaran bedasarkan pendidikan humanistik ini cocok

diberikan dan diterapkan pada materi-materi yang bersifat

pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis

terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan pendidikan

humanistik ini adalah siswa merasa senang dan bergairah, berinisiatif

dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, prilaku dan sikap

136

atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang

bebas, berani dan tidak terikat pada pendapat orang lain dan

mengatur pribadinya sendiri dengan tanggung jawab tanpa

mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma,

disiplin atau etika yang berlaku.

2. Kekurangan Pendidikan Humanistik dalam pembelajaran

Kekurangan teori ini adalah Jika tidak terkontrol, murid akan

mempunyai sikap egois yang tinggi. Melakukan apa yang mereka

inginkan tanpa batas,

siswa tidak mengetahui bahwa dirinya memililiki kepribadian yang

unik.Karena dalam teori ini guru adalah sebagai fasilitator maka

kurang cocok diterapkan pada siswa yang pola pikirnya kurang aktif

atau pasif. Karena bagi siswa yang kurang aktif dia akan takut atau

malu untuk bertnyan pada gurunya sehingga dia akan tertinggal oleh

teman-temanya yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, padahal dalam

teori ini guru akan memberikan respons bila murid yang diajar juga

aktif dalam menanggapi respons yang diberikan oleh guru.Karena siswa

berperan sebagai pelaku utama (student center) maka keberhasilan

proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri, peran

guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa

menjadi berkurang.

137

138

3. Kelebihan Pendidikan Behavioristik dalam Pembaelajaran

1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara

mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara

simbolik kemudian melakukannya.

2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan

nilai yang dimilikinya.

3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau

panutan tersebut disukai dan dihargai dan perilakunya

mempunyai nilai yang bermanfaat.

4. Dapat membantu dalam memahami dan memodifikasi perilaku

5. Aspek kognitif dalam pembelajaran lebih melibatkan atensi

ingatan dan motivasi

4. Kelemahan Pendidikan Behavioristik Dalam Pembelajaran

1. Pendidikan Behavioristik menyatakan bahwa interaksi antara

stimulus respon dan penguatan terjadi dalam suatu proses

belajar. Pendidikan Behavioristik banyak dikritik karena sering

kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks,

sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan

pendidikan dan atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar

hubungan stimulus dan respon.

2. Pendidikan Behavioristik tidak mamapu menjaelaskan

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan

139

stimulus dan respon.

3. Pandanagan behavioristik kurang dapat menjelaskan adanya

variasi tingkat emosi pelajar, walaupun mereka mempunyai

pengalaman penguatan yang sama

4. Pandangan Behavioristik tidak dapat menjelaskan mengapa dua

anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan

yang relatif yang sama, ternyata perilakunya terhadap suatu

pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda

tingkat tingkat kesulitanya.

5. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan

responyang dapat diamati, mereka tidak memperhatikan adanya

pengaruh pikiran atau perasaa yang mempertemukan unsur-

unsur yang diamati tersebut.

6. Pendidikan behavioristik juga cenderung mengarahkan pelajar

untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak

produktif, proses pembentukan atau shaping, yaitu yaitu

memmbawa siswa menuju atau berimajinasi.

Dari hasil wawancara dengan guru di MI Al Falah kaliangkrik

mereka sudah paham tentang pengertian tentang humanistik dan

behavioristik. Sehingga dalam pembelajaran memberikan suatu

arahan yang begitu anak antusias dalam mengikuti pembelajaran dan

mengadakan sutu perubahan yang begitu positif.

140

Berdasarkan hasil observasi penulis, Guru sudah menjalin

komunikasi yang cukup baik dengan siswa sehingga suasana kelas

menjadi nyaman, siswa antusias, bebas mengeluarkan pendapat tanpa

ancaman. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengeksplor kemampuan siswa, siswa sebagi obyek utama dalam

pembelajaran. Guru menjadi fasilitator, dan menjadi tempat

bertanya dan meluruskan dari yang dikemukakan siswa

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru dan

siswa secara garis besar penulis mempunyai kesimpulan bahwa

pendidikan humanistik dan behavioristik sudah diterapkan dalam

proses belajar mengajar di MI Al falah kaliangkrik. Akan tetapi di

MI Al Islam Tonoboyo Guru masih kurang memberikan metode yang

variatif tetapi masih bersifat konvensional yaitu metode ceramah,

dalam kegiatan ini guru belum menerapkan variasi dalam penerapan

metode pembelajarannya. Hal ini terbukti bahwa siswa merasa

kurang senang dalam pembelajaran. Dalam penerapan

Behavioristiknya sudah tampak ketika dalam pembelajaran dengan

mengadakan praktek langsung yang bersifat latihan dan pembiasaan

yang dapat diterapakan dalam kehidupan sehari hari.

Hasil wawancara dengan siswa, anak merasa senang dengan

pembelajaran yang menggunakan metode yang berfariatif, anak

merasa tidak jemu dan tidak bosan. Dalam pembelajaran yang

diterapkan guru sudah menerapakan pedidikan humanistik dan

141

behavioristik sehingga guru sudah paham betul dan sudah

menggunakan metode yang berfariatif, sehingga anak bisa memahami

dan merasa senang dengan sistim pembelajaran tersebut

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah kami urikan

mengenai “Implementasi Pendidikan humanistik dan behavioristik dalam

metode pembelajaran Akidah akhlak di MI Al falah Kaliangkrik dan MI Al

Islam Tonoboyo Bandongan”maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai

berikut :

1. Metode pembelajaran akidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al

Islam Tonoboyo terdapat dua tahapan pelaksanaan pembelajaran.Dalam

pelaksanaan pembelajarn Akidah akhlak kelas V di MI al falah kaliangkrik

dan MI Al Islam Tonoboyo terbagi dalam tiga tahapan yaitu perencanaan

pembelajaran, pengelolaan pembelajaran dan penilaian

pembelajaran.Dalam pembelajaran guru Akidah akhlak membuat RPP

sesuai SK dan KD yang telah ditentukan pemerintah berdasarkan

Permmendiknas no 41 tahun 2007, dalam pengelolaan pembelajaran guru

menerapakan beberapa metode diantaranya metode ceramah, tanya jawab

diskusi dan demonstrasi. Sedangkan dalam tahap penilaian guru

142

menggunakan tes (tertulis dan tes tidak tertulis) dan non tes(praktek dan

pengamatan terhadap prilaku siswa)

2. Implementasi pendidikan humanistik dan behavioristik dalam metode

pembelajaran akidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam

Tonoboyo dapat dilihat dari dua tahapan yaitu proses perencanaan yang

ditulis dalam RPP yang dibuat guru akidah akhlak di MI al Falah

kaliangkrik dan MI al Islam Tonoboyo dari kesemua komponen tersebut

belum mampu mengembangkan ranah kognitif,afektif dan psikomotorik.

Dalam proses pembelajaran Akidah akhlak guru sudah cukup mampu

mengimplementasikan pendidikan humanistik dan behavioristik kedalam

metode pembelajran akidah akhlak. Hal ini dapat terlihat dari dalam

pembelajaran sudah ada interaksi komunikasi antara guru dan siswa dan

antara siswa dengan siswa lainnya. Penciptaan suasana kelas yang nyaman

tanpa ancaman . Siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran

sehingga pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. Guru bersifat sebagai

fasilitator serta dapat memberikan pendapat guru guru berusaha untuk

memberikan stimulus dan respon yang hasil dari pembelajaran dapat

diwujudkan dalam pembiasaan tingkah laku yang baik. Pendidikan

humanistik dan behavioristik sudah dapat diterapkan pada metode

pembelajaran akidah akhlak di kelas 5 secara terbuka, mandiri dan

berpusat pada siswa.

B. Saran saran

143

Setelah melihat kesimpulan diatas ,ada beberapa yang penlis ingin

sampaikan kepada pihak pihak terkait dan implementasi pendidikan

humanistik dan behavioristik dalam metode pembelajaran akidah akhlak di

MI Al Falah Kaliangkrik dan MI Al Islam Tonoboyo.

1. Kepada Guru akidah akhlak

a. Hendaknya guru Akidah akhlak lebih bisa mengembangkan dalam

memilih

metode pembelajaran yang tepat agar siswa lebih bisa memahami dann

nyaman

dalam belajar.

b. Semestinya guru Akidah akhlak mampu memahami karakteristik siswa

sehingga mampu menyesuaikan dalam usaha pemilihan metode

pembelajaran yang cocok bagi siswa yang diajarnya.

2. Kepada pihak sekolah

a. Hendanya sekolah mengadakan pelatihan kepada guru khususnya guru

akidah akhlak tentang pembelajaran akidah akhlak yang

mengimplementasikan pada pendidikan humanistik dan behavioristik

agar bisa menciptakan pendidikan yang bermutu dan bermakna pada

siswa.

b. Madrasah menyediakan fasilitas fasilitas penunjang pendidikan dengan

mengikuti perkembangan zaman, karena sekarang zaman tehnologi yang

sudah sangat berkembang. Madrsah bisa menyediakan akses internet

yang untuk mencari informasi yang dibutuhkan oleh siswa.

144

3. Kepada siswa

a. Siswa hendaknya berlatih selalu aktif,baik bertanya atau menyimpilakn

pendapat orang lain agar pembelajaran bisa sesuai dengan yang

dibutuhkan oleh siswa.

b. Kepada para siswa agar senantiasa membiasakan perilaku yang

bersifat positif dan mampu menerapkan kajian humanistik dan

behavioristik didalam kehidupan sehari-hari di rumah maupun

dilingkungan sekitar agar mampu membuat perubahan didalam

perilaku yang kurang baik menjadi perilaku budi pekerti yang

lebih baik. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Fakih, Mansour dkk. Pendidikan Popular Membangun kesadaran Kritis

Yogyakarta: Insist , 2001.

Rachmana, Ratna Syifa, “Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam

Pendidikan”, El tarbawi: Jurnal pendidikan Islam . Melalui http://Journal

uii.ac.id/ 16.htm (23/11/2014), 2002.

Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia,

2005.

Fahrudin, M. Mukhlis . Konsep Pendidikan Humanis dalam Perspektif Al-

145

Qur'an.Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan

Kalijaga.Yogyakarta. 2008.

Murtmainnah. “Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan

Pendekatan Humanis di MAN Wates 1 Kulon Progo “,Skripsi Juruasan

Pendidikan Agama islam, Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Sunan

Kalijogo Yogyakarta: 2011.

Dewi, Uteri Mansata Indah Dwi. “Studi Komparasi Teori Behavioristik Dan

Humanistik (kajian metode pembelajaran bahasa arab)”. Skripsi Jurusan

Pendidikan Bahasa Arab,Fakultas Islam Tarbiyah dan Keguruan,

Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2011.

Muhammad, Nawabi B. Pendekatan Behavioristik Skinner Dalam

Pembelajaran

Ahlak (kajian metodologi ahlak anak usia pra sekolah berdasarkan kurikulum

Departemen Agama)”, Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan

Kalijaga, 2006.

Al Mubarokah, Nur Azizah . Peran Guru Dalam Pembelajaran Bahasa Arab di

MAN Sawit Boyolali (prespektif teori belajar behavioristik)”, Skripsi Jurusan

Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2011.

Mas‟ud, Abdurrahman. Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik,

Humanisme Religius sebagai Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta: Gema

Media. 2004.

146

Al Fandi, Haryanto. Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis

Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Chatib, Munib. Gurunya Manusia menjadikan semua anak Istimewa dan Semua

Anak juara, Bandung : Kaifa , 2012.

Hardiman, F. Budi. Filsafat Modern dari Machiacelli sampai Nietzsche.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007.

Indratno, A. Feri T. (ed). Negara Minus Nurani, Esai-esai Kritis Kebijakan

Publik. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2009.

Merriam, Webster, Webster‟s Third New International Dictionary and Seven

Language Dictionary ( Encyclopedia Britannica), America,Volume II H to R,

1961.

Moleong, Lexi j , Metodologi Penelitian Kuantitatif.cet ke dua puluh tiga

Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2007.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta

Rineka Cipta, 2002.

Sugiona, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, kualitatif dan R@D cet

kedelapanl, Bandung Alfabeta,2009 .

147

Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan Jakarta: Grasindo,

2006.

Rumin,S. dkk. Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta, 1993.

Bin Ibrahim, el-usahaili Abdul Aziz. Psikolinguistik Pembelajaranan Bahasa

Ara, Bandung, 2009.

Surahmad, Winarno. Behaviorisme sebagai Psikologi Prilaku modern, Tarsito

Bandung, 1986.

Brown, H. Dougls. Prinsip Pembelajaan dan Pengajaran Bahasa. Jakarta:

kedubes AS, 2008.

Al quran dan terjemahnya.Departemen Agama Republik Indonesia. Bandung :

JART, 2005.

Daradjat, Zakiah, dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bu

Aksae ra, 1995.

Buku Pedoman MI Al Falah, kaliangkrik, Magelang 2014/2015.

Kepala Madrasah, Dokumentasi Data Sejarah, MI Al Falah kaliangkrik,

2013/2014

148

Ur Kurikulum, Dokumentasi Data Kurikulum, MI Al Falah

Kaliangkrik,2014/2015

Ur Kesiswaan, Dokumen keadaan siswa, MI Al Falah kaliangkrik, 2014/2015.

Wawancara dengan kepala Madrasah Bapak Rozib, M.Pd.I, 2015, Pukul

10.15 WIB

Tata Usaha, Dokumentasi data letak geografis, MI Al Islam Tonoboyo, 2015.

Ur Sarana Dan Prasarana, Dokumen data MI Al Islam Tonoboyo, Magelang,

2015

149

LAMPIRAN-LAMPIRAN

150

WAWANCARA DAN OBSERVASI DI MI AL FALAH KALIANGKRIK

KABUPATEN MAGELANG

Catatan Lapangan 1

Metode pengumpulan data : Observasi

Hari/tanggal : Senin, 25 Mei 2015

Jam : 08.00 – 11.00 WIB

Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik

Sumber data : Pengamatan Letak Geografis MI Al Falah

Kaliangkrik

Deskripsi data :

Sumber data adalah kegiatan pengamatan dan dokumentasi letak dan

keadaan geografis MI Al Falah Kaliangkrik Magelang. Observasi dilakukan

pada hari Selasa, tanggal 29 Mei 2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB.

Dari hasil observasi penulis, diperoleh informasi bahwa MI Al Falah

Kaliangkrik secara geografis terletak di sebelah Utara Kantor KUA kurang

lebih 600 meter dari jalan utama Magelang – Kaliangkrik. Sedangkan

151

sebelah Selatan berbatasan dengan rumah penduduk. Untuk sebelah Timur

berbatasan langsung dengan MTs Damardjati dan MA Kaliangkrik.

Sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan masjid besar Kaliangkrik.

Berkaitan dengan proses belajar mengajar, lingkungan MI Al Falah

Kaliangkrik sangat mendukung karena letaknya jauh dari keramaian ..

Interpretasi :

Secara geografis MI Al Falah Kaliangkrik terletak di daerah strategis

yang mudah dijangkau oleh alat transportasi, dan cukup jauh dari

keramaian.

Catatan Lapangan 2

Metode pengumpulan data : Wawancara

Hari/tanggal : Senin, 25 Mei 2015

Jam : 08.00 – 11.00 WIB

Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik

Sumber data : Bapak Khoirul Muna, S.PdI

Deskripsi data :

Sumber data adalah Wakil Kepala MI Al Falah Kaliangkrik.

Wawancara dilakukan pada hari Selasa, tanggal 29 Mei 2015, pukul 08.00 –

11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang sejarah

singkat MI Al Falah Kaliangkrik dan perkembangannya.

Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa MI Al

Falah Kaliangkrik berdiri pada tahun 1945, akan tetapi secara rinci

sejarahnya tidak tertulis sehingga beliau sendiri juga kurang memahami hal

tersebut. Akan tetapi beliau mengungkapkan siapa- siapa saja yang pernah

menjabat kepala madrasah di MI Al Falah Kaliangkrik. tahun 1960-1970

adalah Bapak Suwarno, Tahun 1970 – 1994 Adalah Bapak Sihabudin, tahun

152

1994-1998 adalah Bapak Qobul tahun 2009 - sekarang adalah Bapak

Fadhoil, S.Ag.

Sedangkan untuk perkembangan MI Al Falah Kaliangkrik, beliau

bapak Khoirul muna mengungkapkan dalam prestasi US/M cukup baik dari

tahun ke tahun. Untuk akreditasi penilaian tentang US/M MI Al Falah

Kaliangkrik mengalami satu kali akreditasi yaitu tahun 2010 berakreditasi

B.

Interpretasi :

Dari hasil wawancara tersebut,penulis mendapatkan data tentang

sejarah MI Al Falah Kaliangkrik dan perkembangannya.

Catatan Lapangan 3

Metode pengumpulan data : Wawancara

Hari/tanggal : Senin, 25 Mei 2015

Jam : 08.00 – 11.00 WIB

Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik

Sumber data : Bapak khoirul muna,S.PdI.

Deskripsi data :

Sumber data adalah Wakil Kepala MI Al Falah Kaliangkrik.

Wawancara dilakukan pada hari Selasa, tanggal 29 Mei 2015, pukul 08.00 –

11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang visi dan misi

MI Al Falah Kaliangkrik.

Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa visi MI

Al Falah Kaliangkrik adalah Terwujudnya Madrasah yang dapat

Membentuk Generasi Relegius, Disiplin dan peduli

153

Sedangkan untuk misi MI Al Falah Kaliangkrik adalah Menciptakan

lingkungan yang relegius, menciptakan lingkungan belajar yang disiplin dan

terintegrasi, memberdayakan seluruh potensipeserta didik untuk peduli

terhadap lingkungannya.

Interpretasi :

MI Al Falah Kaliangkrik berupaya untuk mengimplementasikan visi

dan misi madrasah mewujudkan generasi yang relegius, disiplin yang

terintegrasi dan kepedulian pada lingkungan masyarakat di lingkungan

sekolah.

Catatan Lapangan 4

Metode pengumpulan data : Dokumentasi

Hari/tanggal : Rabu, 3 Juni 2015

Jam : 08.00 – 11.00 WIB

Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik

Sumber data : Wakil Kepala Madrasah

Deskripsi data :

Penulis menemui wakil Kepala MI Al Falah Kaliangkrik guna

meminta data tentang struktur organisasi, daftar guru dan karyawan, daftar

siswa, sarana dan prasarana.

154

Interpretasi :

Dari dokumen tersebut, penulis dapat mengetahui struktur

organisasi, daftar guru dan karyawan, daftar siswa, sarana dan prasarana di

MI Al Falah Kaliangkrik.

Catatan Lapangan 5

Metode pengumpulan data : Wawancara

Hari/tanggal : Rabu, 3 Juni 2015

Jam : 08.00 – 11.00 WIB

Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik

Sumber data : Ibu Islamiyah, S.Ag

Deskripsi data :

Sumber data adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik.

Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 3 Juni 2015, pukul 08.00 –

11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana

pembelajaran aqidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik ?

Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa

pembelajaran aqidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik setiap minggunya

terdiri dari dua jam untuk masing – masing kelas ( Kelas I s.d. VI ).

155

Selain di dalam ruang kelas, pembelajaran aqidah akhlak juga

diterapkan di luar ruang kelas, misalnya menghafal surat-surat

pendek,menghafal doa-doa pendek dan asmaul husna bersama-sama setiap

kelas. Kegiatan ini dilakukan setiap hari lima belas menit sebelum pelajaran

dimulai, sholat dhuha dan sholat dhuhur berjamaah di masjid besar

Kaliangkrik, peringatan hari – hari besar islam, seperti pesantren

ramadhan, pesta qurban, dan manasik haji

Interpretasi :

MI Al Falah Kaliangkrik selain mengadakan pembelajaran aqidah

akhlak secara rutin di dalam jam pembelajaran di kelas juga melakukan

pembelajaran – pembelajaran di luar kelas. Misalnya menghafal surat-surat

pendek ,doa-doa harian dan asmaul husna setiap hari, manasik haji dll.

Kegiatan ini sangat baik untuk menunjang kegiatan pembelajaran selain

dengan pembelajaran yang dilakukan di kelas sehingga siswa bias lebih

memahami pembelajaran aqidah akhlak dan mengamalkannya.

Catatan Lapangan 6

Metode pengumpulan data : Wawancara

Hari/tanggal : Rabu, 3 Juni 2015

Jam : 08.00 – 11.00 WIB

Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik

Sumber data : Ibu Islamiyah

Deskripsi data :

Sumber data adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik.

Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 3 Juni 2015, pukul 08.00 –

11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang apa yang

menjadi acuan dalam perencanaan pembelajaran aqidah akhlak ?

156

Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru

Aqidah Akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik itu sendiri dengan mengacu

pada standar kompetensi ( SK ) dan kompetensi dasar ( KD ) tingkat sekolah

dasar yang telah ditentukan oleh pemerintah. Guru menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran itu dengan mengembangkan SD dan KD yang

sudah ada.

Interpretasi :

Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik menjadikan SK dan

KD dari pemerintah sebagai sumber acuan dalam penyusunan perencanaan

pembelajaran. Kemudian Guru Aqidah Akhlak berusaha untuk

mengembangkan SK dan KD itu dalam rangkaian proses pembelajaran yang

baik.

Catatan Lapangan 7

Metode pengumpulan data : Dokumentasi

Hari/tanggal : Rabu, 3 Juni 2015

Jam : 08.00 – 11.00 WIB

Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik

Sumber data : Ibu Islamiyah

Deskripsi data :

157

Penulis menemui Ibu islamiyah selaku guru aqidah akhlak Kelas V

MI Al Falah Kaliangkrik guna meminta data tentang Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran ( RPP ) Aqidah Akhlak Kelas V.

Interpretasi :

Dari dokumen tersebut, penulis dapat mengetahui tentang Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas V yang dibuat guru aqidah

akhlak untuk kemudian dianalisis mengenai implementasinya pendidikan

humanistik dan behavioristik dalam rencana pembelajarannya.

Catatan Lapangan 8

Metode pengumpulan data : Wawancara

Hari/tanggal : Rabu, 3 Juni 2015

Jam : 08.00 – 11.00 WIB

Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik

Sumber data : Ibu Islamiyah

Deskripsi data :

158

Sumber data adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik.

Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 3 Juni 2015, pukul 08.00 –

11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang metode

pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas

V MI Al Falah Kaliangkrik ?

Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa dalam

proses pelaksanaan pembelajarnya Guru Aqidah Akhlak menggunakan

metode yang hampir sama di semua kelas yaitu menggunakan metode

ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan diskusi.

Interpretasi :

Guru Aqidah Akhlak MI Al Falah Kaliangkrik menggunakan

beberapa metode pembelajaran seperti metode ceramah, tanya jawab,

demonstrasi, dan diskusi. Metode ini masih termasuk kedalam metode

konvensional dalam pembelajaran. Guru Aqidah Akhlak belum cukup

mampu mengembangkan menggunakan metode – metode yang lebih

bervariasi.

Catatan Lapangan 9

Metode pengumpulan data : Observasi

Hari/tanggal : Rabu, 10 Juni 2015

Jam : 08.00 – 11.00 WIB

Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik

Sumber data : Observasi pembelajaran aqidah akhlak kelas V

Deskripsi data :

159

Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V

MI Al Falah Kaliangkrik. Observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran

merupakan yang pertama dilaksanakan penulis di MI Al Falah Kaliangkrik.

Hal – hal yag diamati mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang

dilakukan pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas.

Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya

sebagai berikut :

a. Kegiatan awal

Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah

cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang

setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama

– sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas.

Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan

mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu

guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru

memberikan apersepsi terhadap siswa. Guru mencoba mengkaitkan materi

yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu materi perilaku

percaya diri dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Setelah itu

guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang pengetahuan siswa

mengenai perilaku tekun, siswa menganggapi pertanyaan guru dengan

antusias. Setelah itu, guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai

pada pertemuan itu kepada siswa secara singkat.

b. Kegiatan inti

Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan

menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dalam tahap ini

guru membagi menjadi tiga kegiatan dalam pembelajaran, yaitu eksplorasi,

elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan ini siswa dibentuk dalam

beberapa kelompok untuk melakukan diskusi mencari contoh – contoh

perilaku yang baik dalam kehidupan sehari – hari. Setelah berdiskusi, siswa

diminta untuk membacakan hasil diskusi mereka di depan kelas, teman –

teman yang lain menanggapi presentasi setiap kelompok.

Setelah presentasi selesai, guru memberikan konfirmasi te rhadap apa

yang telah ditampilkan oleh siswa. Guru melakukan penguatan – penguatan

juga pelurusan – pelurusan terhadap hasil dari temuan dalam diskusi

mereka.

160

c. Kegiatan akhir

Dalam kegiatan akhir ini guru bersama dengan siswa menyimpulkan

pelajaran yang dipelajari pada saat itu dengan cara menanyai secara lisan

kepada beberapa siswa. Kegiatan tanya jawab lisan itu juga dijadikan guru

sebagai post tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang

pembelajaran yang telah dilaksanakan pagi itu.

Interpretasi :

Di dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas itu, guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan mereka sehingga

pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. Siswa diberi kesempatan untuk

menyampaikan pendapat di depan teman – teman mereka dan dilatih untuk

berani dan menghargai pendapat – pendapat orang lain. Sudah ada

implementasi pendidikan humanistik dan behavioristik dalam metode

pembelajarannya.

Catatan Lapangan 10

Metode pengumpulan data : Wawancara

Hari/tanggal : Rabu, 10 Juni 2015

Jam : 09.00 – 10.00 WIB

Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik

Sumber data : M.Usman Chasani

161

Deskripsi data :

Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Falah Kaliangkrik.

Wawancara dilakukan pada hari rabu, tanggal 10 Juni 2015, pukul 09.00 –

10.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana

metode pembelajaran yang digunakan oleh Guru Aqidah Akhlak.

Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dalam

pelaksanaan proses pembelajarannya Guru Aqidah Akhlak menggunakan

metode diskusi. Dia mengatakan: “ kalau pelajarannya kayak gini enak

bu….,soalnya kita bisa saling tukar pendapat sama teman – teman. Kalau

pelajarannya diterangkan terus biasanya ngantuk bu …, kalau gini kan bisa

ikut ngomong sama mikir kan jadinya tidak ngantuk.”

Interpretasi :

Siswa merasa senang dalam pembelajaran karena siswa diberi

kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka di depan teman – teman

mereka dan dilatih untuk berani dan mengahargai pendapat – pendapat

orang lain. Dengan metode itu siswa dapat saling bertukar pendapat

sehingga siswa menjadi aktif dan berperan di dalam kelas.

Catatan Lapangan 11

Metode pengumpulan data : Observasi

Hari/tanggal : Rabu, 17 Juni 2015

Jam : 09.00 – 10.00 WIB

Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik

Sumber data : Observasi pembelajaran aqidah akhlak kelas V

Deskripsi data :

162

Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V

MI Al Falah Kaliangkrik. Observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran

merupakan yang kedua dilaksanakan penulis di MI Al Falah Kaliangkrik.

Hal – hal yag diamati mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang

dilakukan pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas.

Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya

sebagai berikut :

a. Kegiatan awal

Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah

cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang

setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama

– sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas.

Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan

mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu

guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru

memberikan apersepsi terhadap siswa. Guru mencoba mengakaitkan materi

yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu materi perilaku

percaya diri dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Setelah itu

guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang pengetahuan siswa

mengenai perilaku hemat, siswa menganggapi pertanyaan guru dengan

antusias. Setelah itu, guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai

pada pertemuan itu kepada siswa secara singkat.

b. Kegiatan inti

Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan

menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dalam tahap ini

guru membagi menjadi tiga kegiatan dalam pembelajaran, yaitu eksplorasi,

elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan ini siswa dibentuk dalam

beberapa kelompok untuk melakukan diskusi mencari contoh – contoh

perilaku tekun dalam kehidupan sehari – hari. Setelah berdiskusi, siswa

diminta untuk membacakan hasil diskusi mereka di depan kelas, teman –

teman yang lain menanggapi presentasi setiap kelompok.

Setelah presentasi selesai, guru memberikan konfirmasi terhadap apa

yang telah ditampilkan oleh siswa. Guru melakukan penguatan – penguatan

juga pelurusan – pelurusan terhadap hasil dari temuan dalam diskusi

mereka.

163

c. Kegiatan akhir

Dalam kegiatan akhir ini guru bersama dengan siswa menyimpulkan

pelajaran yang dipelajari pada saat itu dengan cara menanyai secara lisan

kepada beberapa siswa. Kegiatan tanya jawab lisan itu juga dijadikan guru

sebagai post tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang

pembelajaran yang telah dilaksanakan pagi itu.

Interpretasi :

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplor

kemampuan mereka sehingga pembelajaran menjadi berpusat pada siswa.

Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat di depan teman –

teman mereka dan dilatih untuk berani dan menghargai pendapat –

pendapat orang lain. Akan tetapi disini guru belum bias kreatif untuk bisa

mencari metode yang lebih menarik bagi siswa karena kegiatan

pembelajaran itu hamper sama dengan pertemuan sebelumnya.

164

Catatan Lapangan 12

Metode pengumpulan data : Observasi

Hari/tanggal : Rabu, 1 Juli 2015

Jam : 09.00 – 10.00 WIB

Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik

Sumber data : Observasi kegiatan puasa romadhon dan

pembagian zakat fitrah

Deskripsi data :

Demonstrasi puasa dan pembagian zakat fitrah ini tidak dilakukan di

dalam kelas melainkan dilakukan bersama seluruh siwa di MI Al Falah

Kaliangkrik bersama dengan menyongsong hari raya idhul fitri. Pada

kegiatan ini semua siswa melakukan zakat fitrah bersama dengan dipimpin

oleh guru aqidah akhlak di MI Al Falah Kaliangkrik.

Kegiatan puasa dan zakat fitrah dilakukan mulai dari berniat puasa,

sa, sa‟i, tampai berbuka puasa. Latihan zakat fitrahi di lengkapi dengan

orang orang yang berhak menerima zakat fitrah dan cara membaginya.

Interpretasi :

Menurut peneliti kegiatan ini sangat bermanfaat bagi siswa.

Pembelajaran lebih bermakna bagi siswa karena siswa bisa mengalami

sendiri tata cara piasanya. Siswa merasa sangat senang mengikuti kegiatan

tersebut. Karena mereka benar – benar diajak untuk mengikuti tata cara

zakat fitrah .sehingga siswa bisa lebih memahami tata cara zakat fitrah dan

dikemudian hari bisa melaksanakan dalam kehidupannya.

165

Catatan Lapangan 13

Metode pengumpulan data : Wawancara

Hari/tanggal : Rabu, 1 Juli 2015

Jam : 11.30 – 12.00 WIB

Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik

Sumber data : amin

Deskripsi data :

Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Falah Kaliangkrik.

Wawancara dilakukan pada hari Rabu, tanggal 1 Juli 2015, pukul 09.00 –

10.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana

kesan adanya kegiatan zakat fitrah yang diselenggarakan oleh madrasah.

Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dia sangat

senang dan antusias mengikuti zakat fitrah. Karena menurut dia “ Kalau

kayak gini kita bisa melaksanakan sendiri karena kita melakukan

demonstrasi langsung zakat fitrah dilengkapi dengan syarat serta yang

berhak menerimanya. Kita senang karena kita jadi merasa seakan – akan

kita sedang melaksanakan haji zakat fitrah dirumah”.

Interpretasi :

Siswa cukup senang dan antusias mengikuti kegiatan zakat fitrah

yang diselengarakan madrasah.kegiatan ini sangat baik untuk menambahn

pengetahuan mereka.

166

Catatan Lapangan 14

Metode pengumpulan data : Observasi

Hari/tanggal : Rabu, 8 juli 2015

Jam : 07.00 – 08.45 WIB

Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik

Sumber data : Observasi pembelajaran aqidah akhlak kelas V

Deskripsi data :

Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V

MI Al Falah Kaliangkrik. Observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran

merupakan yang ketiga dilaksanakan penulis di MI Al Falah Kaliangkrik.

Hal – hal yag diamati mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang

dilakukan pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas.

Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya

sebagai berikut :

a. Kegiatan awal

Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah

cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang

setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama

– sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas.

Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan

mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu

guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru

memberikan apersepsi terhadap siswa. Karena materi pada pembelajaraan

saat itu adalah indicator pertama dari KD, jadi apersepsinya diberi

pertanyaan – pertanyaan singkat tentang materi yang akan dibahas. Materi

yang dibahas pada pertemuan ini adalah menghafalkan bacaan sholat.

Terlebih dahulu Guru melakukan Tanya jawab kepada siswa tentang

pentingnya sholat bagi kira. Siswa menanggapi pertanyaannya dengan

antusias. Setelah memberikan penjelasan tentang pentingnya sholat, guru

menyampaikan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan itu kepada

siswa secara singkat.

167

b. Kegiatan inti

Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan

menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Guru

menanyakan kepada siswa tentang bagaimana bacaan sholat yang telah hafal

sebelumnya. Guru meminta beberapa siswa untuk menghafalkan bacaan

sholat yang telah mereka hafal di depan kelas. Setelah beberapa siswa

menghafalkan di depan kelas guru memberikan koreksi tentang bacaan

sholat anak dan kemudian semua siswa menghafalkan bacaan sholat baik

secara klasikal maupun individual.

c. Kegiatan akhir

Dalam kegiatan akhir ini guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengulang bacaan mereka di depan kelas secara individual maupun

kelompok. Kemudian menyimpulkan pelajaran yang telah disampaikan saat

ini. Peneliti menyimpulkan guru berhasil dalam memberikan pembelajaran

terhadap siswa, karena banyak diantara siswa yang hafal bacaan shalat

setelah pembelajaran dilakukan.

Interpretasi :

Guru sudah menjalin komunikasi yang cukup baik dengan siswa

sehingga suasana kelas menjadi nyaman, siswa antusias, bebas

mengeluarkan pendapat tanpa ancaman. Guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan siswa, siswa sebagi obyek

utama dalam pembelajaran. Guru menjadi fasilitator, dan menjadi tempat

bertanya dan meluruskan dari yang dikemukakan siswa.

168

Catatan Lapangan 15

Metode pengumpulan data : Wawancara

Hari/tanggal : Rabu, 8 Juli 2015

Jam : 09.00 – 09.30 WIB

Lokasi : MI Al Falah Kaliangkrik

Sumber data : Siti Masruroh

Deskripsi data :

Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Falah Kaliangkrik.

Wawancara dilakukan pada hari Kamis, tanggal 9 Juli 2015, pukul 09.00 –

09.30 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana

metode pembelajaran yang digunakan oleh guru aqidah akhlak ?

Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dalam

pelaksanaan proses pembelajarannya Guru Aqidah Akhlak menggunakan

metode demonstrasi, dia merasa nyaman dengan metode itu karena bu guru

sangat menghargai apa yang disampaikan siswa. Dia mengatakan : “Bu

Guru tidak galak kok…, kalau disuruh baca hafalan di depan kelas saya

tidak takut, soalnya kalau saya salah baca gak dimarahi tapi nanti

dibenarkan sama bu guru”.

Interpretasi :

Siswa senang di dalam kelas karena apa yang dia sampaikan atau

ditampilkan sangat dihargai oleh guru, sehingga itu dapat menciptakan rasa

percaya diri untuk siswa. Siswa menjadi tidak takut untuk ikut aktif dan

berperan didalam kelas.

169

WAWANCARA DAN OBSERVASI DI MI AL ISLAM TONOBOYO

BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG

Catatan Lapangan 1

Metode pengumpulan data : Observasi

Hari/tanggal : Selasa, 26 Mei 2015

Jam : 08.00 – 11.00 WIB

Lokasi : MI Al IslamTonoboyo

Sumber data : Pengamatan Letak Geografis MI Al Islam

Tonoboyo bandongan

Deskripsi data :

Sumber data adalah kegiatan pengamatan dan dokumentasi letak dan

keadaan geografis MI Al Islam Tonoboyo bandongan. Observasi dilakukan

pada hari Selasa, tanggal 26 Mei 2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB.

Dari hasil observasi penulis, diperoleh informasi bahwa MI al Islam

secara geografis terletak di sebelah Utara Kanto kecamatan Bandungan

kurang lebih 1000 meter dari jalan utama Magelang – Bandongan.

Sedangkan sebelah Selatan berbatasan dengan rumah penduduk. Untuk

sebelah Timur berbatasan langsung dengan Balai desa . Sedangkan sebelah

Barat berbatasan dengan masjid besar Kaliangkrik. Berkaitan dengan

proses belajar mengajar, lingkungan MI Al Islam sangat mendukung karena

letaknya jauh dari keramaian..

Interpretasi :

170

Secara geografis MI Al Islam Tonoboyo terletak di daerah strategis

yang mudah dijangkau oleh alat transportasi, dan cukup jauh dari

keramaian.

Catatan Lapangan 2

Metode pengumpulan data : Wawancara

Hari/tanggal : Selasa, 26 Mei 2015

Jam : 08.00 – 11.00 WIB

Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo

Sumber data : Bapak RozibSulistyo, M.PdI

Deskripsi data :

Sumber data adalah Kepala MI Al Islam Tonoboyo. Wawancara

dilakukan pada hari Selasa, tanggal 26 Mei 2015, pukul 08.00 – 11.00 WIB.

Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang sejarah singkat MI Al

Islam Tonoboyo

dan perkembangannya.

Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa MI Al

Islam Tonoboyo berdiri pada tahun 1965, akan tetapi secara rinci sejarahnya

tidak tertulis sehingga beliau sendiri juga kurang memahami hal tersebut.

Akan tetapi beliau mengungkapkan siapa- siapa saja yang pernah menjabat

kepala madrasah di tahun 2009 - sekarang adalah Bapak Rozib Sulistyo,

M.PdI.

Sedangkan untuk perkembangan MI Al Islam Tonoboyo, beliau

bapak Rozib sulistyo mengungkapkan dalam prestasi US/M cukup baik dari

171

tahun ke tahun. Untuk akreditasi penilaian tentang US/M MI Al Islam

Tonoboyo mengalami satu kali akreditasi yaitu tahun 2010 berakreditasi B.

Interpretasi :

Dari hasil wawancara tersebut,penulis mendapatkan data tentang sejarah

MI Al Islam Tonoboyo dan perkembangannya.

Catatan Lapangan 3

Metode pengumpulan data : Wawancara

Hari/tanggal : Selasa, 27 Mei 2015

Jam : 08.00 – 11.00 WIB

Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo

Sumber data : Bapak Rozib Sulistyo, M.PdI

Deskripsi data :

Sumber data adalah Wakil Kepala MI Al Islam Tonoboyo.

Wawancara dilakukan pada hari Selasa, tanggal 27 Mei 2015, pukul 08.00 –

11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang visi dan misi

MI Al Islam Tonoboyo.

Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa visi MI Al

Islam Tonoboyo adalah Membentuk Peserta Didik yang Unggul dalam Mutu,

Berbudi pekerti luhur, trampil, Beriman dan Bertaqwa kepada Allah SWT

serta cinta tanah air dan bangsa.

Sedangkan untuk misi MI Al Islam Tonoboyo adalah melaksanakan

KTSP,melaksanakan standar proses, pengembangan karakter,

meningkatkan sarpras,melaksanakan peningkatan kompetensi pendidik,

melaksanakan standar penilaian dll.

172

Interpretasi

MI Al Islam Tonoboyo berupaya untuk mengimplementasikan visi

dan misi madrasah Membentuk Peserta Didik yang Unggul dalam Mutu,

Berbudi pekerti luhur, trampil, Beriman dan Bertaqwa kepada Allah SWT

serta cinta tanah air dan bangsa.

Catatan Lapangan 4

Metode pengumpulan data : Dokumentasi

Hari/tanggal : Kamis, 4 Juni 2015

Jam : 08.00 – 11.00 WIB

Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo

Sumber data : Kepala Madrasah

Deskripsi data :

Penulis menemui wakil Kepala MI Al Islam Tonoboyo guna meminta

data tentang struktur organisasi, daftar guru dan karyawan, daftar siswa,

sarana dan prasarana.

Interpretasi :

Dari dokumen tersebut, penulis dapat mengetahui struktur organisasi,

daftar guru dan karyawan, daftar siswa, sarana dan prasarana di MI Al

Islam Tonoboyo

.

173

Catatan Lapangan 5

Metode pengumpulan data : Wawancara

Hari/tanggal : Rabu, 3 Juni 2015

Jam : 08.00 – 11.00 WIB

Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo

Sumber data : Ibu Lushandiyah, S.Ag

Deskripsi data :

Sumber data adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Islam Tonoboyo.

Wawancara dilakukan pada hari Kamis, tanggal 4 Juni 2015, pukul 08.00 –

11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana

pembelajaran aqidah akhlak di MI Al Islam Tonoboyo ?

Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa pembelajaran

aqidah akhlak di MI Al Islam Tonoboyo setiap minggunya terdiri dari dua

jam untuk masing – masing kelas ( Kelas I s.d. VI ).

Selain di dalam ruang kelas, pembelajaran aqidah akhlak juga

diterapkan di luar ruang kelas, misalnya menghafal surat-surat

pendek,menghafal doa-doa pendek dan asmaul husna bersama-sama setiap

kelas. Kegiatan ini dilakukan setiap hari lima belas menit sebelum pelajaran

dimulai, sholat dhuha dan sholat dhuhur berjamaah di masjid besar

Tonoboyo, peringatan hari – hari besar islam, seperti pesantren ramadhan,

pesta qurban, dan manasik haji

Interpretasi :

MI Al Islam Tonoboyo selain mengadakan pembelajaran aqidah

akhlak secara rutin di dalam jam pembelajaran di kelas juga melakukan

pembelajaran – pembelajaran di luar kelas. Misalnya menghafal surat -surat

pendek ,doa-doa harian dan asmaul husna setiap hari, manasik haji dll.

174

Kegiatan ini sangat baik untuk menunjang kegiatan pembelajaran selain

dengan pembelajaran yang dilakukan di kelas sehingga siswa bias lebih

memahami pembelajaran aqidah akhlak dan mengamalkannya

Catatan Lapangan 6

Metode pengumpulan data : Wawancara

Hari/tanggal : Kamis, 4 Juni 2015

Jam : 08.00 – 11.00 WIB

Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo

Sumber data : Ibu Lushandiyah,S.Ag

Deskripsi data :

Sumber data adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Islam Tonoboyo.

Wawancara dilakukan pada hari Kamis, tanggal 4 Juni 2015, pukul 08.00 –

11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang apa yang

menjadi acuan dalam perencanaan pembelajaran aqidah akhlak ?

Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru

Aqidah Akhlak di MI Al Islam Tonoboyo itu sendiri dengan mengacu pada

standar kompetensi ( SK ) dan kompetensi dasar ( KD ) tingkat sekolah

dasar yang telah ditentukan oleh pemerintah. Guru menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran itu dengan mengembangkan SD dan KD yang

sudah ada.

Interpretasi :

Guru Aqidah Akhlak MI Al Islam Tonoboyo SK dan KD dari pemerintah

sebagai sumber acuan dalam penyusunan perencanaan pembelajaran.

Kemudian Guru Aqidah Akhlak berusaha untuk mengembangkan SK dan

KD itu dalam rangkaian proses pembelajaran yang baik.

175

Catatan Lapangan 7

Metode pengumpulan data : Dokumentasi

Hari/tanggal : kamis. , 4 Juni 2015

Jam : 08.00 – 11.00 WIB

Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo

Sumber data : Ibu lushandiyah,S.Ag

Deskripsi data :

Penulis menemui Ibu islamiyah selaku guru aqidah akhlak Kelas V

MI Al Islam Tonoboyo guna meminta data tentang Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran ( RPP ) Aqidah Akhlak Kelas V.

Interpretasi :

Dari dokumen tersebut, penulis dapat mengetahui tentang Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak Kelas V yang dibuat guru aqidah

akhlak untuk kemudian dianalisis mengenai implementasinya pendidikan

humanistik dan behavioristik dalam rencana pembelajarannya.

176

Catatan Lapangan 8

Metode pengumpulan data : Wawancara

Hari/tanggal : kamis, 4 Juni 2015

Jam : 08.00 – 11.00 WIB

Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo

Sumber data : Ibu Lushandiyah

Deskripsi data :

Sumber data adalah Guru Aqidah Akhlak MI Al Islam Tonoboyo.

Wawancara dilakukan pada hari kamis, tanggal 4 Juni 2015, pukul 08.00 –

11.00 WIB. Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang metode

pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas

V MI Al Islam

Tonoboyo ?

Dari hasil wawancara tersebut, beliau mengungkapkan bahwa dalam

proses pelaksanaan pembelajarnya Guru Aqidah Akhlak menggunakan

metode yang hampir sama di semua kelas yaitu menggunakan metode

ceramah, tanya jawab, demonstrasi, dan diskusi.

Interpretasi :

Guru Aqidah Akhlak MI Al Islam Tonoboyo menggunakan beberapa

metode pembelajaran seperti metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi,

dan diskusi. Metode ini masih termasuk kedalam metode konvensional

dalam pembelajaran. Guru Aqidah Akhlak belum cukup mampu

mengembangkan menggunakan metode – metode yang lebih bervariasi.

177

Catatan Lapangan 9

Metode pengumpulan data : Observasi

Hari/tanggal : Kamis, 11 Juni 2015

Jam : 08.00 – 11.00 WIB

Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo

Sumber data : Observasi pembelajaran aqidah akhlak kelas V

Deskripsi data :

Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Al

Islam Tonoboyo. Observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan

yang pertama dilaksanakan penulis di MI Al Islam Tonoboyo. Hal – hal yag

diamati mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan

pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas.

Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya

sebagai berikut :

d. Kegiatan awal

Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah

cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang

setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama

– sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas.

Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan

mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu

guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru

memberikan apersepsi terhadap siswa. Guru mencoba mengkaitkan materi

yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu materi perilaku

percaya diri dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Setelah itu

guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang pengetahuan siswa

178

mengenai perilaku tekun, siswa menganggapi pertanyaan guru dengan

antusias. Setelah itu, guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai

pada pertemuan itu kepada siswa secara singkat.

e. Kegiatan inti

Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan

menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dalam tahap ini

guru membagi menjadi tiga kegiatan dalam pembelajaran, yaitu eksplorasi,

elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan ini siswa dibentuk dalam

beberapa kelompok untuk melakukan diskusi mencari contoh – contoh

perilaku yang baik dalam kehidupan sehari – hari. Setelah berdiskusi, siswa

diminta untuk membacakan hasil diskusi mereka di depan kelas, teman –

teman yang lain menanggapi presentasi setiap kelompok.

Setelah presentasi selesai, guru memberikan konfirmasi terhadap apa

yang telah ditampilkan oleh siswa. Guru melakukan penguatan – penguatan

juga pelurusan – pelurusan terhadap hasil dari temuan dalam diskusi

mereka.

f. Kegiatan akhir

Dalam kegiatan akhir ini guru bersama dengan siswa menyimpulkan

pelajaran yang dipelajari pada saat itu dengan cara menanyai secara lisan

kepada beberapa siswa. Kegiatan tanya jawab lisan itu juga dijadikan guru

sebagai post tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang

pembelajaran yang telah dilaksanakan pagi itu.

Interpretasi :

Di dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas itu, guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan

mereka sehingga pembelajaran menjadi berpusat pada siswa. Siswa diberi

kesempatan untuk menyampaikan pendapat di depan teman – teman mereka

179

dan dilatih untuk berani dan menghargai pendapat – pendapat orang lain.

Sudah ada implementasi pendidikan humanistik dan behavioristik dalam

metode pembelajarannya.

Catatan Lapangan 10

Metode pengumpulan data : Wawancara

Hari/tanggal : Kamis, 11 Juni 2015

Jam : 09.00 – 10.00 WIB

Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo

Sumber data : Muhammad Anharul Asror

Deskripsi data :

Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Islam Tonoboyo. Wawancara

dilakukan pada hari kamis, tanggal 11 Juni 2015, pukul 09.00 – 10.00 WIB.

Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana metode

pembelajaran yang digunakan oleh Guru Aqidah Akhlak.

Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dalam

pelaksanaan proses pembelajarannya Guru Aqidah Akhlak menggunakan

metode Ceramah dan kadang diskusi. Dia mengatakan: “ kalau pelajarannya

ceramah terus jadi ngantuk, tetapi jika diskusi kayak gini enak

bu….,soalnya kita bisa saling tukar pendapat sama teman – teman …, kalau

gini kan bisa ikut ngomong sama mikir kan jadinya tidak ngantuk.”

Interpretasi :

Siswa merasa senang dalam pembelajaran karena siswa diberi

kesempatan untuk menyampaikan pendapat mereka di depan teman – teman

mereka dan dilatih untuk berani dan mengahargai pendapat – pendapat

180

orang lain. Dengan metode itu siswa dapat saling bertukar pendapat

sehingga siswa menjadi aktif dan berperan di dalam kelas.

Catatan Lapangan 11

Metode pengumpulan data : Observasi

Hari/tanggal : Kamis, 18 Juni 2015

Jam : 09.00 – 10.00 WIB

Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo

Sumber data : Observasi pembelajaran aqidah akhlak kelas V

Deskripsi data :

Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V

MI Al Islam Tonoboyo. Observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran

merupakan yang kedua dilaksanakan penulis di MI Al Islam Tonoboyo. Hal

– hal yang diamati mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang

dilakukan pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas.

Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya

sebagai berikut :

a. Kegiatan awal

Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah

cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang

setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama

– sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas.

Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan

mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu

guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru

181

memberikan apersepsi terhadap siswa. Guru mencoba mengakaitkan materi

yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu materi perilaku

percaya diri dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Setelah itu

guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang pengetahuan siswa

mengenai perilaku hemat, siswa menganggapi pertanyaan guru dengan

antusias. Setelah itu, guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai

pada pertemuan itu kepada siswa secara singkat.

b. Kegiatan inti

Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan

menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dalam tahap ini

guru membagi menjadi tiga kegiatan dalam pembelajaran, yaitu eksplorasi,

elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan ini siswa dibentuk dalam

beberapa kelompok untuk melakukan diskusi mencari contoh – contoh

perilaku tekun dalam kehidupan sehari – hari. Setelah berdiskusi, siswa

diminta untuk membacakan hasil diskusi mereka di depan kelas, teman –

teman yang lain menanggapi presentasi setiap kelompok.

Setelah presentasi selesai, guru memberikan konfirmasi terhadap apa

yang telah ditampilkan oleh siswa. Guru melakukan penguatan – penguatan

juga pelurusan – pelurusan terhadap hasil dari temuan dalam diskusi

mereka.

c. Kegiatan akhir

Dalam kegiatan akhir ini guru bersama dengan siswa menyimpulkan

pelajaran yang dipelajari pada saat itu dengan cara menanyai secara lisan

kepada beberapa siswa. Kegiatan tanya jawab lisan itu juga dijadikan guru

sebagai post tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tentang

pembelajaran yang telah dilaksanakan pagi itu.

Interpretasi :

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplor

kemampuan mereka sehingga pembelajaran menjadi berpusat pada siswa.

Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat di depan teman –

teman mereka dan dilatih untuk berani dan menghargai pendapat –

pendapat orang lain. Akan tetapi disini guru belum bias kreatif untuk bisa

mencari metode yang lebih menarik bagi siswa karena kegiatan

pembelajaran itu hamper sama dengan pertemuan sebelumnya.

182

Catatan Lapangan 12

Metode pengumpulan data : Observasi

Hari/tanggal : Kamis, 2 Juli 2015

Jam : 09.00 – 10.00 WIB

Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo

Sumber data : Observasi kegiatan pembagian zakat fitrah

Deskripsi data :

Demonstrasi pembagian zakat fitrah ini tidak dilakukan di dalam

kelas melainkan dilakukan bersama seluruh siwa di MI Al Islam Tonoboyo

bersama dengan menyongsong hari raya idhul fitri. Pada kegiatan ini semua

siswa melakukan zakat fitrah bersama dengan dipimpin oleh guru aqidah

akhlak di MI Al Islam Tonoboyo

Kegiatan puasa dan zakat fitrah dilakukan mulai dari berniat puasa,

sa, sa‟i, tampai berbuka puasa. Latihan zakat fitrahi di lengkapi dengan

orang orang yang berhak menerima zakat fitrah dan cara membaginya.

Interpretasi :

Menurut peneliti kegiatan ini sangat bermanfaat bagi siswa.

Pembelajaran lebih bermakna bagi siswa karena siswa bisa mengalami

sendiri tata cara piasanya. Siswa merasa sangat senang mengikuti kegiatan

tersebut. Karena mereka benar – benar diajak untuk mengikuti tata cara

zakat fitrah .sehingga siswa bisa lebih memahami tata cara zakat fitrah dan

dikemudian hari bisa melaksanakan dalam kehidupannya.

183

Catatan Lapangan 13

Metode pengumpulan data : Wawancara

Hari/tanggal : Kamis, 2 Juli 2015

Jam : 11.30 – 12.00 WIB

Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo

Sumber data : Afrizal Ghufron

Deskripsi data :

Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Islam Tonoboyo. Wawancara

dilakukan pada hari Kamis, tanggal 2 Juli 2015, pukul 09.00 – 10.00 WIB.

Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana kesan

adanya kegiatan zakat fitrah yang diselenggarakan oleh madrasah.

Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dia sangat

senang dan antusias mengikuti zakat fitrah. Karena menurut dia “kita bisa

melaksanakan sendiri karena kita melakukan demonstrasi langsung zakat

fitrah dilengkapi dengan syarat serta yang berhak menerimanya”.

Interpretasi :

Siswa cukup senang dan antusias mengikuti kegiatan zakat fitrah

yang diselengarakan madrasah.kegiatan ini sangat baik untuk menambahn

pengetahuan mereka.

184

Catatan Lapangan 14

Metode pengumpulan data : Observasi

Hari/tanggal : Kamis, 9 juli 2015

Jam : 07.00 – 08.45 WIB

Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo

Sumber data : Observasi pembelajaran aqidah akhlak kelas V

Deskripsi data :

Sumber data adalah kegiatan pembelajaran Aqidah Akhlak kelas V MI Al

Islam Tonoboyo. Observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan

yang ketiga dilaksanakan penulis di MI Al Islam Tonoboyo Hal – hal yang

diamati mengenai proses pembelajaran dan aktivitas yang dilakukan

pendidik Aqidah Akhlak dan peserta didik di dalam kelas.

Dari hasil tersebut, penulis mengamati kegiatan pembelajarannya

sebagai berikut :

1. Kegiatan awal

Sebelum pelajaran dimulai, penulis mengamati kondisi kelas sudah

cukup kondusif karena pembelajaran aqidah akhlak jam pertama, yang

setelah bel masuk sekolah semua siswa berbaris di depan kelas dan bersama

– sama menghafalkan surat- surat pendek sebelum masuk kedalam kelas.

Dalam kegiatan awal, guru mengawali pelajaran dengan

mengucapkan salam dan berdoa bersama dengan para siswa, setelah itu

guru mengabsen siswa yang tidak hadir. Tahapan selanjutnya adalah guru

memberikan apersepsi terhadap siswa. Karena materi pada pembelajaraan

saat itu adalah indicator pertama dari KD, jadi apersepsinya diberi

pertanyaan – pertanyaan singkat tentang materi yang akan dibahas. Materi

yang dibahas pada pertemuan ini adalah menghafalkan bacaan sholat.

Terlebih dahulu Guru melakukan Tanya jawab kepada siswa tentang

pentingnya sholat bagi kira. Siswa menanggapi pertanyaannya dengan

antusias. Setelah memberikan penjelasan tentang pentingnya sholat, guru

menyampaikan kompetensi yang akan dicapai pada pertemuan itu kepada

siswa secara singkat.

185

2. Kegiatan inti

Dalam kegiatan inti ini, guru menyampaikan materi dengan

menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Guru

menanyakan kepada siswa tentang bagaimana bacaan sholat yang telah hafal

sebelumnya. Guru meminta beberapa siswa untuk menghafalkan bacaan

sholat yang telah mereka hafal di depan kelas. Setelah beberapa siswa

menghafalkan di depan kelas guru memberikan koreksi tentang bacaan

sholat anak dan kemudian semua siswa menghafalkan bacaan sholat baik

secara klasikal maupun individual.

3. Kegiatan akhir

Dalam kegiatan akhir ini guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengulang bacaan mereka di depan kelas secara individual maupun

kelompok. Kemudian menyimpulkan pelajaran yang telah disampaikan saat

ini. Peneliti menyimpulkan guru berhasil dalam memberikan pembelajaran

terhadap siswa, karena banyak diantara siswa yang hafal bacaan shalat

setelah pembelajaran dilakukan.

Interpretasi :

Guru sudah menjalin komunikasi yang cukup baik dengan siswa

sehingga suasana kelas menjadi nyaman, siswa antusias, bebas

mengeluarkan pendapat tanpa ancaman. Guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengeksplor kemampuan siswa, siswa sebagi obyek

utama dalam pembelajaran. Guru menjadi fasilitator, dan menjadi tempat

bertanya dan meluruskan dari yang dikemukakan siswa.

186

Catatan Lapangan 15

Metode pengumpulan data : Wawancara

Hari/tanggal : kamis, 9 Juli 2015

Jam : 09.00 – 09.30 WIB

Lokasi : MI Al Islam Tonoboyo

Sumber data : Aini Masruroh

Deskripsi data :

Sumber data adalah siswa kelas V MI Al Islam Tonoboyo. Wawancara

dilakukan pada hari Kamis, tanggal 9 Juli 2015, pukul 09.00 – 09.30 WIB.

Pertanyaan yang disampaikan menyangkut tentang bagaimana metode

pembelajaran yang digunakan oleh guru aqidah akhlak ?

Dari hasil wawancara tersebut, dia mengungkapkan bahwa dalam

pelaksanaan proses pembelajarannya Guru Aqidah Akhlak menggunakan

metode demonstrasi, dia merasa nyaman dengan metode itu karena bu guru

sangat menghargai apa yang disampaikan siswa. Dia mengatakan : “Bu

Guru tidak suka marah kok…, kalau disuruh baca hafalan di depan kelas

saya tidak takut, soalnya kalau saya salah baca gak dimarahi tapi nanti

dibenarkan sama bu guru”.

Interpretasi :

Siswa senang di dalam kelas karena apa yang dia sampaikan atau

ditampilkan sangat dihargai oleh guru, sehingga itu dapat menciptakan rasa

percaya diri untuk siswa. Siswa menjadi tidak takut untuk ikut aktif dan

berperan didalam kelas.

187

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : FADHOIL, S.AG

NIM : M1.13.022

Tempat/Tanggal Lahir : Magelang, 15 Nopember 1973

Alamat : Wanadri Rt 3 /Rw 4, desa Ngendrokilo,

Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang,

Propinsi Jawa Tengah. Kode Pos 563152

Pendidikan :

1. MI Al Huda Ngendrokilo (1986)

2. MTs Negeri Kaliangkrik (1989)

3. PGA Negeri Magelang (1992)

4. D2 STAIN Salatiga (1996)

5. SI PAI STAIN SALATIGA (1998)

6. S2 PPs STAIN SALATIGA. Masuk (2013

Salatiga, 25 September 2015

Penulis,

Fadhoil, S.Ag

NIM.M1.13.022

188

Struktur Organisasi MI Al Falah Kaliangkrik Kecamatan

Kaliangkrik Kabupaten Magelang

Depdikbub Departemen

Agama

Yayasan

Maarif

Lembaga Pendidikan

Maarif

Kepala Madrasah

Ibtidaiyah Al falah

Fadhoil, S.Ag Tata Usaha

M.Syaeful Mujib,S.Pd.I

Wk. Kurikulum Wk. Sarana

Prasarana

Wk Kesiswaan Wk. Humas

Wali Kelas Wali Kelas

Wali Kelas

Dewan

Guru

Siswa

189

Bagan Organisasi MI Al Islam Tonoboyo Kecamatan Bandongan

Kabupaten Magealng

Tahun Pelajaran 2015

= Garis Intruksional

= Garis Koordinasi

Ketua yayasan

Sie

Olah Raga

Dan UKS

Sie

Kesenian

DanMading

Sie

Drum Band

Dan PKS

Sie

Keagamaan

Sie

Pramuka Pa

Sie

Pramuka Pi

Dan PMR

Wali Kelas

Dewan Guru

Peserta Didik MI Al Islam Tonoboyo

KOMITE MADRASAH TATA USAHA

Keterangan =

Ur. KURIKULUM Ur

KESISWAAN

Ur

SARPRAS

Ur

HUMAS

190

FOTO-FOTO WAWANCARA PADA MI AL FALAH KALIANGKRIK

DAN MI AL ISLAM TONOBOYO BANDONGAN

2015

Wawancara dengan bapak Rozib Sulistyo,S.Ag

Wawancara dengan bapak Yakup, S.Pd.I

Wawancara dengan ibu Islamiyah, S.Ag

Wawancara dengan siswa

Wawancara dengan guru di MI Al Falah Kaliangkrik

191