Implementasi mobile frontend (final edited)

12
STRATEGI IMPLEMENTASI MOBILE -FRONTEND PADA WEBSITE RESMI KEPEMERINTAHAN UNTUK MENDUKUNG KEMUDAHAN AKSES LAYANAN MASYARAKAT A. Dony Riyanto dan Yoshida Sari Abstrak Mengacu pada Undang-Undang No. 14 tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik penerapan teknologi informasi sudah diwajibkan kepada Badan Publik untuk membuka akses bagi setiap pemohon informasi untuk mendapatkan informasi publik (kecuali beberapa informasi tertentu). Saat ini telah banyak instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah otonom yang mengembangkan pelayanan publik melalui jaringan komunikasi dan informasi dalam bentuk situs web. Namun seiring dengan kebutuhan akan kemudahan mendapatkan informasi yang semakin meningkat maka sudah selayaknya pemerintah tidak hanya menyajikan informasi dalam bentuk website yang hanya bisa diakses melalui browser desktop tetapi juga dalam bentuk versi mobile, memandang kini pengguna internet mobile sudah semakin berkembang pesa . Dari latar belakang inilah penulis ingin membantu masyarakat umumnya dalam mendapatkan informasi yang dapat diakses secara online melalui media mobile. Dengan demikian akan sangat membantu pemerintah yang ingin menunjukkan ataupun membuat layanan yang baru agar dapat dengan mudah dan cepat diketahui masyarakat. Kata kunci: Mobile Frontend, e-Government, pemerintah, informasi publik, pelayanan masyarakat. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan perangkat komputasi bergerak setiap tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan. Seiring dengan kebutuhan masyarakat akan perangkat komunikasi, informasi, multimedia dan hiburan (TIME=Telecommunication, Information, Multimedia and Entertainment), produsen perangkat bergerak pun kini berlomba menghasilkan produk yang inovatif, dengan berbagai pilihan keunggulan dan harga. Hal ini tentu mendorong konsumsi konten dan informasi yang lebih banyak, berkualitas dan terdistribusi luas. Selain dapat mengangkat perekonomian masyarakat, mulai dari pemegang hak distribusi, pedagang, penyedia konten, penyedia layanan telekomunikasi, layanan internet dan sebagainya, hal ini juga menjadi solusi untuk mengurangi kesenjangan teknologi informasi (digital-divide) di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Handphone dan smartphone saat ini bukan lagi gaya hidup, namun sudah bergeser menjadi kebutuhan sehari-hari. Masyarakat umum, sekalipun misalnya dengan pekerjaan informal seperti penarik becak dan pekerja rumah tangga, umumnya memiliki handphone. Selain mudah untuk dibawa-bawa, kebutuhan atas telekomunikasi secara intensif-pun dapat terpenuhi. Mulai dari layanan suara, pesan singkat, komunikasi multimedia, obrolan (chat/messenger), diskusi/kolaborasi (group chat/group messenger), agenda/aktivitas/ kolaborasi, akses web, layanan jejaring sosial dan sebagainya. Dalam bidang telekomunikasi, hal ini sering disebut dengan jargon Unified Communication. Di sisi lain, pemerintah Indonesia juga sedang berbenah untuk terus dapat melakukan penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance), kepemerintahaan berbasis elektronik (e-Government) dan berbagai upaya pencegahan terjadinya penyimpangan, baik dari internal institusi pemerintah, pelayanan masyarakat, maupun upaya

description

Makalah Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komputer

Transcript of Implementasi mobile frontend (final edited)

Page 1: Implementasi mobile frontend (final edited)

STRATEGI IMPLEMENTASI MOBILE -FRONTEND PADA WEBSITE RESMI KEPEMERINTAHAN UNTUK MENDUKUNG KEMUDAHAN AKSES LAYANAN MASYARAKAT

A. Dony Riyanto dan Yoshida Sari

AbstrakMengacu pada Undang-Undang No. 14 tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik penerapan teknologi

informasi sudah diwajibkan kepada Badan Publik untuk membuka akses bagi setiap pemohon informasi untuk mendapatkan informasi publik (kecuali beberapa informasi tertentu). Saat ini telah banyak instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah otonom yang mengembangkan pelayanan publik melalui jaringan komunikasi dan informasi dalam bentuk situs web. Namun seiring dengan kebutuhan akan kemudahan mendapatkan informasi yang semakin meningkat maka sudah selayaknya pemerintah tidak hanya menyajikan informasi dalam bentuk website yang hanya bisa diakses melalui browser desktop tetapi juga dalam bentuk versi mobile, memandang kini pengguna internet mobile sudah semakin berkembang pesa . Dari latar belakang inilah penulis ingin membantu masyarakat umumnya dalam mendapatkan informasi yang dapat diakses secara online melalui media mobile. Dengan demikian akan sangat membantu pemerintah yang ingin menunjukkan ataupun membuat layanan yang baru agar dapat dengan mudah dan cepat diketahui masyarakat.

Kata kunci: Mobile Frontend, e-Government, pemerintah, informasi publik, pelayanan masyarakat. 1. Pendahuluan1.1 Latar Belakang Masalah

Penggunaan perangkat komputasi bergerak setiap tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan. Seiring dengan kebutuhan masyarakat akan perangkat komunikasi, informasi, multimedia dan hiburan (TIME=Telecommunication, Information, Multimedia and Entertainment), produsen perangkat bergerak pun kini berlomba menghasilkan produk yang inovatif, dengan berbagai pilihan keunggulan dan harga. Hal ini tentu mendorong konsumsi konten dan informasi yang lebih banyak, berkualitas dan terdistribusi luas. Selain dapat mengangkat perekonomian masyarakat, mulai dari pemegang hak distribusi, pedagang, penyedia konten, penyedia layanan telekomunikasi, layanan internet dan sebagainya, hal ini juga menjadi solusi untuk mengurangi kesenjangan teknologi informasi (digital-divide) di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Handphone dan smartphone saat ini bukan lagi gaya hidup, namun sudah bergeser menjadi kebutuhan sehari-hari. Masyarakat umum, sekalipun misalnya dengan pekerjaan informal seperti penarik becak dan pekerja rumah tangga, umumnya memiliki handphone. Selain mudah untuk dibawa-bawa, kebutuhan atas telekomunikasi secara intensif-pun dapat terpenuhi. Mulai dari layanan suara, pesan singkat, komunikasi multimedia, obrolan (chat/messenger), diskusi/kolaborasi (group chat/group messenger), agenda/aktivitas/ kolaborasi, akses web, layanan jejaring sosial dan sebagainya. Dalam bidang telekomunikasi, hal ini sering disebut dengan jargon Unified Communication.

Di sisi lain, pemerintah Indonesia juga sedang berbenah untuk terus dapat melakukan penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance), kepemerintahaan berbasis elektronik (e-Government) dan berbagai upaya pencegahan terjadinya penyimpangan, baik dari internal institusi pemerintah, pelayanan masyarakat, maupun upaya pemberantasan korupsi. Beberapa usaha dilakukan pemerintah, antara

lain: penyajian informasi publik melalui media online, penerapan e-government, e-procurement, KTP online, quick-response POLRI, ombudsman online, Tata Naskah Dinas Elektronik (TNDE), dan lain sebagainya. Saat ini sudah banyak pemerintah daerah, dinas dan institusi yang memperhatikan pentingnya penyampaian informasi melalui website resmi, terintegrasi dan terkoordinasi. Demikian juga untuk mendapatkan masukan umpan balik dari masyarakat mengenai pelayanan yang belum diterima maupun keluhan-keluhan lain. Pemerintah daerah terus berkoordinasi untuk mendorong setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk menanyangkan informasi publik melalui web. Walaupun demikian belum semua tingkat pemerintah daerah sudah dapat menerapkan hal ini dengan baik. Hal ini juga terkait dengan kebijakan masing-masing pemerintah daerah sesuai dengan otonomi daerah. Selain itu, berbagai permasalahan juga sering kali timbul dalam usaha penerapannya, antara lain: kesulitan dalam mendapatkan/ melatih sumber daya manusia (SDM) yang berkompetensi, ketersediaan fasilitas yang cukup, kesibukan akibat banyak hal administratif lain yang harus dikerjakan dan mungkin tidak setiap saat berada di depan komputer, dan berbagai permasalahan lainnya. Secara personil, sebetulnya banyak diantara SDM yang ditunjuk/diberi wewenang untuk menangani hal tersebut memiliki perangkat bergerak seperti handphone atau smartphone. Demikian juga halnya dengan masyarakat. Masyarakat kini lebih sadar akan pentingnya pelayanan online, terutama masyarakat perkotaan. Tidak menutup kemungkinan juga akan/sudah merambah ke pedesaan dengan program-program dari Kemenkominfo dan dinas terkait. Namun demikian tidak semua masyarakat memiliki komputer, atau mengoperasikan komputer setiap saat dalam aktifitas sehari-hari. Dalam beberapa survei justru menunjukkan, jumlah pengguna internet melalui media mobile bahkan hampir sama banyaknya dengan pengguna internet aktif dengan komputer. Bagaimana kemudian pemerintah mengadaptasi hal ini? Apakah

Page 2: Implementasi mobile frontend (final edited)

infrastruktur layanan masyarakat berbasis online yang ada saat ini sudah mendukung akses melalui perangkat mobile selain komputer? Bagaimana menerapkan adaptasi ini tanpa perlu banyak memboroskan APBD/anggaran lain, namun dapat memberikan layanan masyarakat yang baik? Perlu strategi yang tepat untuk itu.

Makalah ini mencoba mengangkat topik tersebut diatas, dengan meneliti dan mencoba mencari konsep dan strategi yang paling tepat untuk mengadaptasi kebutuhan informasi masyarakat, terutama yang hendak melakukan akses layanan kepemerintahaan online menggunakan perangkat mobile sehingga dapat tercapai prinsip layanan masyarakat yang dapat diakses kapan saja, dimana saja, oleh siapa saja, mudah, murah, tepat guna dan tepat biaya, dengan mengambil judul “Strategi Implementasi Mobile Frontend pada Website Resmi Kepemerintahan untuk Mendukung Kemudahan Akses Layanan Masyarakat”.

1.2 Tujuan PenelitianTujuan utama dari penelitian ini adalah:a. Menemukan pola desain web untuk perangkat

mobile yang paling sesuai dengan kondisi website kepemerintahaan saat ini.

b. Menemukan pola implementasi yang paling sesuai, dengan memperhatikan kemudahan adaptasi, tepat guna dan rendah biaya

c. Merumuskan strategi penerapan berdasarkan pola desain dan implementasi yang akan ditemukan.

d. Melakukan kajian singkat akan penggunaan dan tanggapanya di masyarakat pemakai layanan masyarakat secara online.

1.3 Rumusan MasalahRumusan masalah penelitian ini adalah:

a. Bagaimana kesiapan website resmi kepemerintahan untuk mengadaptasi tampilan mobile (Mobile -Frontend)?

b. Layanan online kepemerintahan apa saja yang paling sering/perlu diakses oleh masyarakat, terutama melalui perangkat mobile ?

c. Bagaimana strategi yang paling tepat untuk menerapkan Mobile-Frontend untuk layanan-layanan tersebut, sehingga mudah diterapkan di kepemerintahan dan mudah pula diakses oleh masyarakat?

1.4 Batasan MasalahBatasan masalah penelitian ini adalah:

a. Yang termasuk dalam website resmi kepemerintahan dalam makalah ini, disesuaikan dengan definisi dari penyedia layanan dan informasi masyarakat sesuai regulasi yang berlaku.

b. Dari semua website resmi kepemerintahan yang ada, lebih difokuskan pada pemerintah provinsi dan pemerintah kota/kabupaten.

c. Pengamatan dilakukan secara acak, dan dilakukan khusus pada situs web resmi kepemerintahan yang berada di wilayah Sumatera.

2. Landasan Teori2.1 Definisi

Sebelum dapat melakukan pembahasan lebih lanjut, perlu kiranya didefinisikan dan dibatasi beberapa istilah dalam makalah ini.

2.1.1 Situs WebSitus web atau sering disingkat dengan istilah

situs adalah sejumlah halaman web yang memiliki topik saling terkait, terkadang disertai pula dengan berkas-berkas gambar, video, atau jenis-jenis berkas lainnya. Sebuah situs web biasanya ditempatkan setidaknya pada sebuah server web yang dapat diakses melalui jaringan seperti internet, ataupun jaringan wilayah lokal (LAN) melalui alamat internet yang dikenal sebagai URL. Gabungan atas semua situs yang dapat diakses publik di internet disebut pula sebagai World Wide Web (WWW).

Sebuah situs web secara umum digunakan untuk menyebar luaskan informasi dalam berbagai bentuk dan tujuan, dan/atau memberikan layanan secara terhubung (online). Layanan dalam situs web sangat beragam dan belum dapat secara pasti dibatasi/dikategorikan, karena perkembangan teknologi yang kerkaitan dengan internet terus berkembang. Tujuan penggunaannya pun sangat beragam, ada yang menjadi portal berita, media jejaring social, email, multimedia, perorangan (blog), komersial, maupun kepemerintahan.

2.1.2 Program E-Government

Program E-Government adalah upaya pemerintah untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui pengembangan e-government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup dua aktivitas yang berkaitan yaitu:

a. Pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronis.

b. Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah negara.Program e-Government ini adalah inisiatif

pemerintah dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden (Inpres) no. 03 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan e-Government.

Page 3: Implementasi mobile frontend (final edited)

Didalam Inpres tersebut, kesiapan sebuah instansi pemerintah menuju e-Government dibagi menjadi empat tahapan, yaitu:

a. Tahap 1: persiapanb. Tahap 2: pematanganc. Tahap 3: pemantapand. Tahap 4: pemanfaatanDidalam inpres tersebut juga disebutkan beberapa

arah pembentukan e-government yang baik andatar lain:a. Pelayanan yang diberikan melalui situs

pemerintah tersebut, harus oleh sistem manajeman dan proses kerja yang efektif karena kesiapan peraturan, prosedur dan keterbatasan sumber daya manusia sangat membatasi penetrasi komputerisasi ke dalam sistem manajemen dan proses kerja pemerintah.

b. Harus memiliki strategi yang mapan dan angaran memadai yang dialokasikan untuk pengembangan egovernment pada masing-masing instansi.

c. Pentingnya faktor seperti standardisasi, keamanan informasi, otentikasi, dan berbagai aplikasi dasar yang memungkinkan interoperabilitas antar situs secara andal, aman, dan terpercaya untuk mengintegrasikan sistem manajemen dan proses kerja pada instansi pemerintah ke dalam pelayanan publik yang terpadu.

d. Harus ada upaya kuat untuk mengatasi kesenjangan kemampuan masyarakat untuk mengakses jaringan internet, sehingga meningkatkan jangkauan dari layanan publik yang dikembangkan.

2.1.3 Informasi dan Pelayanan PublikInformasi publik adalah informasi yang

dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik. Sedangkan yang termasuk dalam badan publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri. Dalam hal ini antara lain adalah: Pemerintah Pusat, Pemprov, Pemkot, DPR/DPRD, SKPD, Polri, TNI, KPU/KPUD, dan lain sebagainya.

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara atau penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administrative yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Sedangkan yang termasuk sebagai penyelenggara pelayanan publik adalah setiap institusi penyelenggara Negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan publik. Dari definisi ini terlihat bahwa yang termasuk dalam penyelenggara pelayanan publik adalah juga badan publik ditambah dengan unsur-unsur terkait termasuk korporasi dan lembaga independen.

2.1.4 Mobile FrontendMobile frontend dalam makalah ini adalah

tampilan konten dari sebuah situs web pada sebuah perangkat mobile, yang dapat berupa output dan/atau input, yang ditampilkan oleh aplikasi web browser yang dimiliki oleh masing-masing perangkat sesuai dengan ukuran dan densitas layarnya. Dalam arsitektur aplikasi komputer, sering digunakan istilah frontend dan backend untuk mendefinisikan dua bagian yang terpisah (awal dan akhir, depan dan belakang), yang masing-masing memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda. Tidak ada definisi khusus untuk memisahkan/ mengelompokkan mana bagian frontend dan mana bagian backend. Dalam aplikasi client-server, sisi klien dapat dikatakan sebagai front-end, sedangkan sisi server dapat dikatakan sebagai back-end. Dalam konten web, Frontend diartikan sebagai konten yang ditampilkan ke pengguna akhir (end-user). Sedangkan backend ditujukan untuk pengguna khusus seperti admin maupun operator khusus lainnya.

Makalah ini menggunakan istilah Mobile Frontend untuk mendefinisikan secara terpisah antara desktop frontend (bagian dari web yang ditampilkan untuk pengguna akhir di komputer personal dan laptop) dan Mobile Frontend . Istilah mobile frontend di dalam world wide web sering juga disebut dengan istilah lain seperti: mobile interface, Mobile GUI, mobile web design dan sebagainya. Namun penulis berpendapat bahwa penggunaan kata Mobile Frontend lebih tepat, karena istilah tersebut tidak mengambarkan secara rinci apakah konten yang ditampilkan harus berbentuk aplikasi atau tidak, dan apakah ada interaksi untuk input dan output atau tidak. Istilah antarmuka (interface) dan Graphical User Interface (GUI), umumnya dianalogikan dengan rancangan aplikasi yang berupa aplikasi input dan output, terutama jika dikaitkan dengan bidang ilmu Interaksi Manusia dan Komputer. Sedangkan materi yang diteliti dalam makalah ini adalah berupa konten, yang dikirimkan dari server, kemudian ditampilkan oleh aplikasi web browser di klien (perangkat Mobile). Jadi bukan ditekankan pada pembahasan tentang desain aplikasinya, namun lebih kepada kontennya, ketika dibuka di perangkat mobile.

Page 4: Implementasi mobile frontend (final edited)
Page 5: Implementasi mobile frontend (final edited)

2.1.5 Perangkat Mobile Perangkat mobile yang dimaksud dalam

makalah ini adalah semua perangkat elektronik jinjing, dengan ukuran fisik layar tidak lebih besar dari komputer personal dan/atau komputer jinjing (laptop/ netbook), baik yang memiliki fasilitas komunikasi terpasang maupun terpisah, yang dapat digunakan untuk mengakses situs web, menggunakan web browser yang tersedia, baik melalui embedded-firmware perangkat tersebut maupun melalui instalasi pada sistem operasi yang terpasang didalam perangkat tersebut. Yang dikategorikan termasuk dalam perangkat mobile dalam hal ini adalah mobile phone (handphone), smartphone, PDA, tablet, network multimedia player, dan sebagainya.

Maximiliano Firtman dalam buku “Programming The Mobile Web” membagi ukuran tampilan perangkat mobible sebagai berikut:

a. Low-end devices: 128x160 atau 128x128 pixelb. Mid-end devices group #1: 176x220 atau

176X208 pixelc. Mid-end devices group #2: dan high-end

devices: 240x320 pixeld. Touch enabled high-end devices and smart-

phone: 240x480, 320x480, 360x480, 480x800, 480x800, 480x854, 640x960 pixelPada perangkat dengan layar sentuh terbaru

umumnya memiliki layar QVGA (Quarter VGA) yaitu 240x320, HVGA (Half VGA) yaitu 320x480 pixel, VGA yaitu 640x480, bahkan sampai dengan resolusi SVGA (800×600 pixel) dan XGA (1024×768 pixel) yang umumnya dimiliki komputer personal dan komputer jinging.

2.1.6 Pola RancanganPola rancangan yang dimaksud dalam makalah

ini adalah rancangan tampilan (standard screen patern) yang menjadi acuan dalam merancang situs web, khususnya situs web untuk perangkat mobile . Pola rancangan memuat secara umum susunan menu, isi, judul/kepala (header) dan kaki (footer) sebuah situs web. Secara umum ada beberapa macam pola rancangan. Menurut Theresa Neil dalam situsnya, setidaknya ada 12 hingga 15 pola rancangan secara umum.

Dalam petunjuk teknis kominfo tentang e-Government, ditegaskan bahwa situs-situs web pemerintah daerah harus mampu menerbitkan dokumen yang lebih detail dari situs komersial, karena memiliki tujuan dan persyaratan yang berbeda dan lebih sulit dari situs komersial, sehingga hanya manajemen yang baik yang bisa menyeimbangkan semua prioritas yang diperlukan pengguna.

Disisi lain, merancang situs web untuk perangkat mobile harus memperhatikan banyak hal. Menurut Shanshan Ma dalam situsnya, setidaknya ada 10 perbedaan cara mendesain situs web untuk desktop dan untuk mobile. Antara lain:

a. Desain situs web untuk perangkat Mobile harus mengedepankan isi/konten yang utama. Isi/konten tambahan sebaiknya disusun dalam halaman yang berbeda atau bahkan disembunyikan. Mengingat keterbatasan resolusi dan kecepatan proses data yang terbatas.

b. Penyusunan isi/konten secara vertikal, tidak seperti umumnya situs web untuk desktop yang disusun horisontal.

c. Memperhatikan panjangnya teks dan besarnya gambar yang ditampilkan

d. Memperhatikan navigasi, kaki (footer) dan sebagainya.

2.2 Legalitas dan Dasar HukumLegalitas dan landasan hukum yang menjadi

acuan dalam makalah ini antara lain adalah Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik nomor 14 tahun 2008, Undang-undang Pelayanan Publik, Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik, Instruksi Presiden (inpres) nomor 03 tahun 2003 tentang e-Government, petunjuk teknik (juknis) Kominfo tentang Panduan Penyelenggaraan Situs Web Pemerintah Daerah.

3. Metode PenelitianMetode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:a. Studi DataMengumpulkan data-data situs resmi kepemerintahan, struktur kepemerintahan, SKPD, pelayanan publik, regulasi yang berlaku dan sebagainya.b. ObservasiMetode observasi dilakukan dengan cara melihat situs-situs resmi kepemerintahan terutama di wilayah Sumatera seperti Pemprov NAD, Pemprov Sumut, Pemprov Kepri, Pemprov Riau, dan sebagainya. Mengamati desain, menu, materi, hasil tampilan pada komputer maupun perangkat Mobile.c. Studi LiteraturStudi literature dilakukan dengan mencari bahan-bahan artikel yang berkaitan dengan mobile dan desain web pada perangkat mobile dari praktisi-praktisi desain web mobile , buku-buku, peraturan, undang-undang dan regulasi lain yang berkaitan.d. WawancaraWawancara dilakukan secara acak namun tidak dalam jumlah besar, disebabkan karena makalah ini lebih menekankan pada strategi teknis, bukan kepada analisa dari hasil survei. Wawancara ditujuan untuk mendapat masukan layanan apa saja yang sering/dibutuhkan masyarakat dan bagaimana penanganannya oleh pemerintah terkait, berkaitan dengan informasi dan pelayanan publik melalui media situs web dan kaitannya dengan akses dari perangkat mobile.

Page 6: Implementasi mobile frontend (final edited)

4. Hasil dan Pembahasan4.1 Perkembangan dan Kebutuhan Publik untuk

Perangkat Mobile Indonesia merupakan salah satu pasar terbesar

perangkat mobile di dunia. Ini dapat dilihat dari menjamurnya perangkat mobile di pasaran dari berbagai merek dan jenis. Pengguna internet di Indonesia juga meningkat. Dari sekian banyak pengguna internet, akses internet dari perangkat mobile menempati posisi yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil riset AC Nielsen dalam Southeast Asian Digital Consumer Report tahun 2011, 21% penduduk Indonesia melakukan akses internet, yaitu penduduk yang berusia antara 15 sampai 49 tahun. Dari angka tersebut, 48% pengguna melakukan akses internet melalui ponsel dan 13% lainnya menggunakan perangkat genggam lainnya. Persentase pengguna mobile ini melampaui semua negara-negara Asia tenggara lainnya. Dan angka ini diproyeksikan akan meningkat menjadi 53% pada tahun 2012 untuk pengguna internet melalui ponsel, dan 30% dari perangkat genggam lain. Ini jelas menunjukkan postur pengguna internet di Indonesia. Faktor penyebabnya dapat dengan mudah dilihat dari kondisi yang ada, bahwa infrastruktur jaringan berbasis kabel/serat optik masih rendah dan lamban pembangunannya, selain disebabkan oleh hambatan-hambatan lain, sehingga penetrasinya tidak merata.

Menurut laporan bulan Mei 2010 dari Opera, pembuat aplikasi Opera Mini dan Opera Mobile, Indonesia menempati urutan pertama terbesar dunia pengguna aplikasi web browser untuk perangkat mobile ini, mengalahkan Rusia. Dan data berikutnya dari tahun ke tahun, Indonesia mendominasi tiga besar pengguna Opera Mini.

4.2 Kebutuhan Masyarakat Akan Akses Informasi

dan Pelayanan PublikData-data diatas juga menunjukkan bahwa

kebutuhan masyarakat akan konten yang dapat diakses melalui perangkat mobile akan terus meningkat, bahkan diproyeksikan lebih tinggi dari kebutuhan untuk mengakses situs web melalui komputer personal dan komputer jinjing. Jika dikaitkan dengan program pemerintah dalam hal e-Government, maka badan publik dan penyelenggara pelayanan publik, khususnya yang sudah memiliki dan/atau menyediakan informasi dan pelayanan publik melalui situs web, harus memperhatikan kebutuhan sebagian masyarakat yang masuk dalam pengguna internet melalui perangkat mobile ini.

4.3 Pertumbuhan dan Aksesibilitas Layanan E-

Government4.3.1 Kondisi Saat Ini

Berdasarkan pengamatan, semua situs web yang menjadi bahan observasi sudah memiliki konten yang cukup baik dan diperbaharui antara satu hingga tiga minggu. Dengan jarak antar berita/pengumuman

yang satu dengan yang lain bervariasi, bahkan ada juga yang sampai dua bulan bahkan lebih. Konten yang ditampilkan berupa HTML. Beberapa dari situs tersebut memiliki dua atau lebih versi bahasa.

Namun berdasarkan pengamatan tersebut pula didapati belum ada situs yang sudah mendukung mobile frontend. Bahkan beberapa situs web memiliki cacat tampilan ketika diakses melalui perangkat mobile, terutama dengan resolusi kecil. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: standar HTML yang tidak sepenuhnya terpenuhi, penggunaan div dan table yang tidak sempurna, gambar yang berukuran besar, kurang antisipasi ukuran-ukuran relatif (misalnya lebar table yang tetap menggunakan pixel bukan persen) dan lain sebagainya.

4.3.2 Jenis Informasi dan Tujuan Situs Web KepemerintahanJenis informasi yang ditonjolkan umumnya

berupa pengumuman, berita, profil daerah dan beberapa konten lainnya. Dari tampilan tersebut, didapati bahwa belum banyak layanan publik yang sajikan secara online. Layanan-layanan yang ada lebih bersifat khusus seperti webmail, intranet, login user. Hal ini menunjukkan bahwa situs web tersebut baru masuk tahap ke-2 yaitu pematangan, sesuai inpres.

4.3.3 Struktur Menu dan Penyajian InformasiMenu yang ada umumnya disusun horisontal

di bagian atas dan vertikal di bagian samping, baik kanan maupun kiri dari isi. Ini dari menu, secara umum sama, selain informasi diatas, terdapat juga agenda, polling, galeri foto, penghitung jumlah pengunjung (visitor counter), buku tamu, dan lain sebagainya. Beberapa situs web memiliki fungsi khusus misalnya posko bencana/gempa.

4.3.4 Penggunaan TeknologiBerdasarkan informasi yang didapat melalui

HTTP header, diketahui bahwa hampir semua situs web menggunakan Apache Web Server. Dari informasi modul dan dari alamat URL, sebagian besar situs web dipastikan menggunakan PHP sebagai pemrograman web dinamis.

4.4 Strategi Implementasi4.4.1 Menetapkan Jenis Kelompok Perangkat

Karena keberagaman jenis, resolusi dan densitas layar dari masing-masing perangkat mobile yang digunakan di masyarakat, dan mengingat bahwa tujuan dari implementasi ini adalah untuk menyediakan akses informasi publik dan pelayanan publik bagi masyarakat luas, dan mempertimbangkan efektifitas, tepat biaya dan tepat guna dari program-program TIK pemerintah, maka dapat disarankan agar dibuat kategori/jenis kelompok perangkat mobile sebagai berikut:

a. Low-end Mobile (96x64, 128x160 atau 128x128 pixel)

Page 7: Implementasi mobile frontend (final edited)

Versi desktop

Versi lowend mobile

Versi smartphone

Acuan rancangan

b. Smartphone (320 x 240 atau 480x360)Hal ini dengan berasumsi bahwa ketersediaan

perangkat low-end mobile cukup banyak terdapat di masyarakat karena harganya yang relatif murah dan terjangkau bagi masyarakat kecil. Selain itu, untuk masyarakat kelas menengah saat ini sudah cukup banyak yang memiliki smartphone seperti Blackberry, dan beberapa merek lain. Indonesia merupakan salah satu pengguna terbesar smartphone tersebut di dunia. Perbedaan utama dari kategori smartphone dan low-end Mobile ini, selain karena resolusi layar, juga karena keterbatasan komputasi, memori dan perangkat navigasi. Sedangkat untuk perangkat mobile dengan spesifikasi yang lebih tinggi seperti touch screen smartphone dan tablet, tidak termasuk dalam kategori ini. Walaupun jumlah penggunanya di Indonesia meningkat cukup tinggi, namun karena jumlahnya yang relatif kecil dibanding jumlah total pengguna internet, dan kemampuan komputasinya yang jauh lebih tinggi, perangkat-perangkat tidak termasuk kategori karena sudah mampu mengadaptasi tampilan situs web untuk desktop.

4.4.2 Menetapkan Acuan RancanganAcuan rancangan digunakan untuk menjadi

dasar dari tampilan situs web di berbagai kategori perangkat mobile yang sudah ditentukan diatas. Berdasarkan pengamatan isi dan pertimbangan konten (sesuai regulasi terkait) maka acuan rancangan disarankan untuk dapat disusun dengan pola berikut:

Keterangan:A. Logo kepemerintahanB. Kepala (header) situs webC. Foto kepala kepemerintahanD. Prakata, selayang pandangE. Pengumuman/BeritaF. Menu-menu lainG. Link ke situs kepemerintahan lainH. Kaki (footer) situs web

Belum ada aturan resmi untuk pola rancangan ini. Namun berdasarkan pengamatan, pola rancangan seperti diataslah yang paling mudah untuk diadaptasi oleh situs-situs web kepemerintahaan, berdasarkan pengamatan dan pertimbangan.

Berikut adalah contoh pola rancangan untuk kategori yang berbeda:

4.4.3 Menentukan Struktur / Jenis MenuBerdasarkan petunjuk teknis, setidaknya ada

enam menu yang ada dalam sebuah situs web kepemerintahan yaitu:

a. Selayang pandangb. Pemerintahan daerahc. Geografid. Peta wilayah dan Sumberdayae. Peraturan/kebijakan daerahf. Buku tamu

Berdasarkan hasil pengamatan, isi dari situs web yang paling sering diperbaharui (update) adalah pengumuman, berita dan artikel, selain beberapa isi lain seperti surat kepala pemerintahan (gubernur/walikota/ bupati) dan regulasi. Selain itu juga dibutuhkan fasilitas peta situs dan/atau pencarian untuk membantu keterbatasan navigasi. Berdasarkan hal itu, maka struktur menu yang disarankan setidaknya adalah:

a. Pengumuman/berita/artikelb. Regulasic. Selayang pandangd. Pemerintahan daerahe. Geografif. Peta wilayah dan sumberdayag. Peraturan/kebijakan daerahh. Buku tamui. Pencarian/peta situs

A B

C D

E

F

G

H

A B

D

E

F

G

H

C

Page 8: Implementasi mobile frontend (final edited)

4.4.4 Mendefinisikan Aturan Konten dan Adaptasi RancanganBeberapa aturan konten dan adaptasi

rancangan yang harus diperhatikan antara lain adalah:a. Logo kepemerintahan harus dibuat dalam

beberapa versi ukuran dan kedalaman warna, agar dapat cukup jelas terlihat ketika diakses dari perangkat mobile dengan resolusi dan kedalaman warna yang berbeda. Jangan mengandalkan mekanisme skala yang dimiliki web browser perangkat mobile.

b. Bagian kepala (header) harus dapat melebar/menyesuaikan lebar 100% termasuk gambar dan layar belakang yang ada didalamnya. Hal ini untuk mencegah tampilan situs web tampak cacat.

c. Gambar di dalam berita/pengumuman/artikel tidak boleh lebih besar dari 200 pixel. Pertimbangan 200 pixel adalah berdasarkan kesimpulan dari para praktisi mobile frontend, sehingga bukan sebuah standar baku. Namun hal itu cukup efektif untuk menghindari gambar tampak tidak jelas.

d. Semua konten tampilan gambar harus dapat dibuat berskala

4.4.5 Penggunaan Standar Web dan Fleksibilitas RancanganBerdasarkan pengamatan teknologi yang

digunakan, pertimbangan jenis perangkat mobile yang tersedia dan sesuai dengan kategori perangkat mobile yang menjadi acuan diatas, maka standar teknologi yang disarankan untuk digunakan dalam membangun mobile frontend adalah XHTML dan CSS. Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:

a. Jangan menerapkan ukuran lebar baku (fixed width) dalam mendesain mobile frontend.

b. Maksimalkan konten/isi yang desain tampilannya bersifat penuh (blocking) atau membentuk area tertentu.

c. Maksimalkan penggunaan fasilitas warna layar (background) dan gambar tersusun (tiled) dari CSS untuk menghindari gambar tampat cacat ketika ditampilkan di perangkat mobile beda resolusi layar.

d. Gunakan persen dalam menentukan lebar elemen-elemen situs web.

4.4.6 Menyatukan Rancangan dan PemasanganRancangan disatukan dengan menerapkan

mekanisme switching. Mekanisme switching digunakan untuk mendeteksi perangkat mobile yang digunakan untuk mengakses situs web, lalu melakukan pengalihan isi situs web. Mekanisme switching dilakukan dengan mengetahui browser agent dari pengakses situs web, kemudian menggunakan perintah pemrograman seperti PHP atau javacript melakukan pengalihan ke file/konten yang sesuai. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa cara. Cara yang relative paling mudah adalah dengan

berkerjasama dengan penyedia layanan switching online. Cara ini dilakukan dengan menentukan penyedia jasa deteksi dan switching online untuk perangkat mobile. Penyedia jasa deteksi dan switching online ini akan memberikan potongan kode program (source code) dalam berbagai bentuk untuk dipasangkan ke konten/isi mobile frontend yang sudah dibuat. Cara ini relatif mudah namun memiliki kelemahan, antara lain: keterikatan/ketergantungan dari pihak luar, sehingga tidak menjamin kinerja, kesalahan (error), dan prinsip kerahasiaan. Cara lainnya adalah dengan mengimplementasikan sendiri kode program untuk pendeteksi, pengelompokan, dan pengalihan situs web. Hal ini relatif lebih sulit dilakukan, karena membutuhkan kemampuan lebih dalam/teknis, namun tidak melibatkan pihak luar dan tidak perlu berlangganan.

4.4.7 PengujianPengujian dapat dilakukan dengan beberapa

cara. Cara yang paling akurat adalah dengan mengakses situs web secara langsung menggunakan beberapa perangkat mobile yang berbeda jenis. Tentunya pengujian ini menampilkan hasil secara akurat, namun butuh biaya dan waktu untuk mengujinya satu persatu. Cara lain adalah dengan menggunakan aplikasi emulasi (emulator). Ada beberapa jenis emulator, ada yang berbentuk aplikasi yang harus terlebih dahulu dipasang (install) di komputer klien, atau pun secara online. Misalnya dengan mengunduh Opera Mini di komputer dan menjalankankan menggunakan Sun Wireless Tool Kit (WTK) atau Java emulator lainnya.

4.4.8 Perawatan dan Pengembangan LanjutanKarena perkembangan perangkat mobile

begitu cepat dan selalu mengikuti zaman/tren, maka situs web mobile frontend juga harus secara berkala dilakukan perawatan dan pengembangan lanjutan. Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:

a. Menerima masukan dari pengakses situs, apakah ada konten yang tidak bisa ditampilkan sempurna di perangkat mereka.

b. Mengukuti demografi dan kebutuhan pengakses situs web.

c. Mengikuti teknologi terbaru misalnya HTML5.

5. KesimpulanPenerapan mobile frontend semakin mutlak

diperlukan untuk situs web kepemerintahaan, dilihat dari data-data yang ada. Penerapan mobile frontend perlu segera diimplementasikan mengingat implementasinya yang masih sangat rendah, sementara proyeksi kebutuhan masyarakat Indonesia cenderung meningkat cukup tinggi. Strategi yang tepat dapat mengurangi biaya, waktu, dan meningkatkan efisiensi/efektifitas penerapannya. Pemerintah juga perlu mengantisipasi untuk penerapapan e-Government pada tahapan selanjutnya yaitu 3 dan 4, dengan kondisi masa depan.