Implementasi GG Hubungannya Dengan AKIP

17
UNIVERSITAS INDONESIA Implementasi Penerapan Good Public Governance dan Hubungannya Dengan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Kementerian dan Lembaga FINAL INDIVIDUAL ASSIGNMENT NURHASANAH (1306498001) 1

description

implementasi GG dengan AKIP

Transcript of Implementasi GG Hubungannya Dengan AKIP

UNIVERSITAS INDONESIA

Implementasi Penerapan Good Public Governance dan Hubungannya

Dengan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Kementerian dan LembagaFINAL INDIVIDUAL ASSIGNMENTNURHASANAH (1306498001)FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM PASCASARJANA ILMU AKUNTANSI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

MARET 2015BAB I

PENDAHULUAN

1. Tujuan PenulisanTulisan ini bertujuan untuk melihat penerapan Prinsip Good Public Governance (GPG) dan hubungannya dengan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada Kementerian dan Lembaga (K/L).

2. Latar Belakang PenulisanPemerintah Indonesia harus menghadapi tekanan masyarakat yang menginginkan terciptanya Good Corporate Governance atau tata kepemerintahan yang baik. Gagasan tentangGood Corporate Governance (GCG) awalnya melanda dunia karena kegagalan perusahaan besar didunia, dan pada tahun 2008 GCG mempunyaiGPG sebagai pasangan hidup, keduanya berinteraksi dan saling mempengaruhi. GPG merupakan konsep prinsip-prinsip penyelenggaraan organisasi sektor publik seperti pemerintahan, partai politik, yayasan, koperasi, rumah sakit nirlaba, dan lain-lain. Pedoman GPG berorientasi pada penyelenggaraan kepemerintahan yang bersih dan berwibawa (Hoesada, 2013). Penerapan GCG di Indonesia belum efektif mengingat ketiga pilar yaitu negara, swasta dan masyarakat belum seimbang dalam menjalankan good governance (Daniri, 2008).UU Keuangan Negara, UU Perbendaharaan Negara, UU Pemeriksaan Keuangan Negara, PP 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, PP 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan, dan PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan bertujuan menegakkan Good Public Governance(GPG). Sedikit sekali lembaga pemerintahan danmasyarakat memperbincangkan, apalagi merujuk kepada GPG (Hoesada, 2013).

Sebelum itu reformasi yang telah dijalankan dengan dikeluarkannya Undang-undang diatas mewajibkan pemerintah membuat Laporan Keuangan (LK), namun LK belum dapat mencerminkan tingkat kinerja secara keseluruhan dari suatu K/L. Oleh karena itu, selain laporan keuangan pemerintah juga diwajibkan melaporkan capaian kinerja yang disebut Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) (Asmoko, 2014). Kewajiban membuat LAKIP sudah dikeluarkan melalui Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999, dan kemudian dilakukan evaluasi atas LAKIP K/L sebagai suatu bagian dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN - RB). Hasil evaluasi SAKIP tersebut diwujudkan dengan nilai yang menggambarkan tingkat akuntabilitas kinerja suatu instansi pemerintah.

Secara keseluruhan K/L lebih mengetahui hasil evaluasi SAKIP ini seperti menyandingkan dengan hasil pemeriksaan BPK (opini BPK) yang diberikan setiap tahun. Pada akhir tahun 2014, Kementerian PAN-RB telah mengevaluasi SAKIP di 88 K/L serta 33 Pemerintah Provinsi, hasilnya mengatakan bahwa 6 K/L memperoleh nilai A, 33 instansi meraih nilai B, nilai CC 40 instansi, predikat C 3 instansi dan predikat D 2 instansi (KemenPAN-RB, 2014). Namun, dalam segi content adakah keterkaitan antara GPG dan SAKIP yang telah dijalankan instansi pemerintah?.3. Rumusan MasalahBagaimanakah implementasi GPG pada kementerian dan lembaga dan apakah keterkaitan GPG dan SAKIP yang telah dijalankan instansi pemerintah?.

4. Struktur PenulisanTulisan ini terbagi menjadi 3 bab, Bab 1 tentang pendahuluan yang menjelaskan : 1. Issue khusus apa yang akan dibahas dalam penulisan ini yaitu tentang bagaimanakah implementasi GPG di K/L karena ternyata sedikit sekali lembaga pemerintahan danmasyarakat memperbincangkan GPG dan menggunakannya, 2. mengapa GPG penting untuk dibahas karena GPG bertujuan mengatur pola hubungan antara penyelenggara negara dan masyarakat, antara penyelenggara negara dan lembaga negara, serta antar lembaga negara. Penerapaan GPG mempunyai pengaruh besar terhadap perwujudanGCGdalam sector privat. Sinergi diantara GPG dan GCG diharapkan dapat menciptakan kepemerintahan yang bersih dan berwibawa, dan pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan kesejahteraan rakyat. Pelaksanaan GPG terutama sangat penting melalui penegakan kepatuhan terhadap hukum sehingga dapat dicegah terjadinya praktik suap, korupsi, dan sejenisnya (Menteri PAN-RB, 2013) dan 3. bagaimanakah issue GPG diimplementasikan dalam konteks SAKIP yang telah dijalankan oleh K/L

Bab 2, Pembahasan mengenai: 1. pedoman Umum Good Public Governance (GPG), 2. pedoman Evaluasi SAKIP, 3. Analisa keterkaitanBab 3, Kesimpulan BAB II

PEMBAHASAN

1. Good Public Governance (GPG)Dalam pedoman praktis penerapan GPG menggambarkan secara global Prinsip Dasar dalam pelaksanaan GPG yaitu komitmen tinggi serta dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan. Untuk itu diperlukan pedoman praktis yang dapat dijadikan acuan pelaksanaan GPG oleh penyelenggara negara, baik yang memiliki fungsi legislatif dan pengawasan, eksekutif, yudikatif, maupun lembaga-lembaga non struktural

Pedoman pokok pelaksanaan terbagai menjadi 3 poin yang terdiri dari masing-masing subpoin, yaitu : 1. Setiap lembaga negara harus menyusun pedoman GPG dengan mengacu pada Pedoman Umum GPG ini. Pedoman GPG bagi masing-masing lembaga negara tersebut mencakup sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut : 1.1 Visi, misi dan nilai-nilai lembaga negara yang bersangkutan. 1.2 Kedudukan dan fungsi lembaga negara, pimpinan dan organ pengawasan internal. 1.3 Kebijakan untuk memastikan terlaksananya fungsi organ setiap lembaga negara secara efektif. 1.4 Kebijakan untuk memastikan terlaksananya akuntabilitas, pengendalian internal yang efektif serta pelaporan keuangan dan kinerja. 1.5 Pedoman perilaku yang didasarkan pada nilai-nilai lembaga negara dan etika penyelenggaraan negara. 1.6 Sarana pengungkapan informasi untuk pemangku kepentingan. 1.7 Kebijakan penyempurnaan berbagai peraturan lembaga negara yang bersangkutan dalam rangka memenuhi asas GPG;

2. Keikutsertaan semua pihak dalam lembaga negara yang bersangkutan dalam proses persiapan dan pelaksanaan sehingga penerapan GPG dapat berjalan efektif. Untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut: 2.1 Membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen untuk melaksanakan GPG oleh semua anggota, pimpinan, dan jajaran lembaga negara serta pemangku kepentingan. 2.2 Melakukan kajian terhadap kondisi lembaga negara yang berkaitan dengan pelaksanaan GPG dan tindakan korektif yang diperlukan. 2.3 Menyusun program dan pedoman pelaksanaan GPG lembaga negara yang bersangkutan. 2.4 Melakukan internalisasi pelaksanaan GPG sehingga terbentuk rasa memiliki dari semua pihak dalam lembaga negara, serta pemahaman atas pelaksanaan pedoman GPG dalam kegiatan sehari-hari. 2.5 Melakukan penilaian sendiri atau dengan menggunakan jasa pihak eksternal yang independen untuk memastikan penerapan GPG secara berkesinambungan. Hasil penilaian tersebut diungkapkan dalam laporan tahunan dan dilaporkan kepada lembaga negara yang berwenang untuk melakukan pengawasan serta disediakan untuk dapat diakses oleh masyarakat luas;

3. Agar pedoman GPG dapat diterapkan dengan baik diperlukan adanya tiga hal dibawah ini: 3.1 Penyelenggara negara yang mendukung dan menciptakan suasana agar GPG tidak hanya merupakan pedoman diatas kertas tetapi dilaksanakan dengan baik. 3.2 Penyelenggara negara yang berperilaku sebagai teladan dan melakukan sosialisasi pedoman GPG bagi seluruh jajarannya. 3.3 Sanksi yang konsekuen terhadap pelanggaran nilai-nilai, etika dan pedoman perilaku penyelenggara negara dan jajarannya

Sumber :diolah dari Pedoman Umum Good Public Governanc, Komite Nasional Kebijakan Governance, 20102. Evaluasi SAKIP

Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 tahun 2013 Evaluasi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, terdiri atas evaluasi penerapan komponen manajemen kinerja (Sistem AKIP) yang meliputi: perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja internal, dan pencapaian kinerja sesuai dengan criteria masing-masing komponen yang dituangkan dalam Lembar Kriteria Evaluasi (LKE) dan diberikan penilaian/ scoring secara terstruktur sebagai berikut :

1. Perencanaan Kinerja, yang terdiri dari : 1.1 Perencanaan Strategis : a. Pemenuhan Renstra yaitu apakah Dokumen Renstra telah ada dan memuat visi, misi, tujuan, sasaran, program, indikator kinerja sasaran, target tahunan, indikator kinerja tujuan dan target jangka menengah, b. Kualitas Renstra yaitu apakah Tujuan dan sasaran telah berorientasi hasil, kegiatan merupakan cara untuk mencapai tujuan/sasaran/hasil program/hasil kegiatan, Indikator kinerja tujuan (outcome) dan sasaran (outcome dan output) telah memenuhi kriteria indikator kinerja yang baik, Dokumen Renstra telah selaras dengan Dokumen RPJMD, Dokumen Renstra telah menetapkan hal-hal yang seharusnya ditetapkan (dalam kontrak kinerja/tugas fungsi) c. Implementasi Renstra yaitu apakah Dokumen Renstra digunakan sebagai acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan tahunan, Dokumen Renstra digunakan sebagai acuan penyusunan Dokumen Rencana Kerja dan Anggaran, Dokumen Renstra telah direviu secara berkala. 1.2 Perencanaan Kinerja Tahunan : a. Pemenuhan perencanaan kinerja tahunan yaitu apakah Dokumen perencanaan kinerja telah memuat sasaran, program, indikator kinerja sasaran, dan target kinerja tahunan, b. Kualitas Perencanaan Kinerja tahunan yaitu apakah Sasaran telah berorientasi hasil, Kegiatan merupakan cara untuk mencapai sasaran, Dokumen PK telah selaras dengan dokumen PK atasannya dan dokumen Renstra, Target kinerja ditetapkan dengan baik, Dokumen PK telah menetapkan hal-hal yang seharusnya ditetapkan (dalam kontrak kinerja/tugas fungsi), c. Implementasi Perencanaan Kinerja Tahunan yaitu Target kinerja yang diperjanjikan telah digunakan untuk mengukur keberhasilan, Penetapan Kinerja telah dimonitor pencapaiannya secara berkala, Penetapan Kinerja telah dimanfaatkan dalam pengarahan dan pengorganisasian kegiatan 2. Pengukuran Kinerja, yang terdiri dari :a. Pemenuhan Pengukuran yaitu apakah Telah terdapat indikator kinerja utama (IKU) sebagai ukuran kinerja secara formal, Terdapat mekanisme pengumpulan data kinerjab. Kualitas Pengukuran yaitu apakah IKU telah dapat diukur secara obyektif, IKU telah menggambarkan hasil, IKU telah relevan dengan kondisi yang akan diukur, IKU telah cukup untuk mengukur kinerja, IKU telah diukur realisasinya, IKU unit kerja telah selaras dengan IKU Instansi, Indikator kinerja sasaran dapat diukur secara obyektif, Indikator kinerja sasaran unit kerja telah selaras dengan indikator kinerja Instansi, Pengumpulan data kinerja dapat diandalkan

c. Implementasi Pengukuran yaitu apakah IKU telah dimanfaatkan dalam dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran, IKU telah dimanfaatkan untuk penilaian kinerja, IKU telah direviu secara berkala, Pengukuran kinerja digunakan untuk pengendalian dan pemantauan kinerja secara berkala,

3. Pelaporan Kinerja, yang terdiri dari :a. Pemenuhan Pelaporan yaitu apakah LAKIP telah disusun, LAKIP telah disampaikan tepat waktu, LAKIP menyajikan informasi mengenai pencapaian IKU

b. penyajian informasi kinerja yaitu apakah LAKIP bukan merupakan kompilasi dari Unit Kerja di bawahnya, LAKIP menyajikan informasi pencapaian sasaran yang berorientasi outcome, LAKIP menyajikan informasi mengenai kinerja yang telah diperjanjikan, LAKIP menyajikan evaluasi dan analisis mengenai capaian kinerja, LAKIP menyajikan pembandingan data kinerja yang memadai antara realisasi tahun ini dengan realisasi tahun sebelumnya dan pembandingan lain yang diperlukan, LAKIP menyajikan informasi keuangan yang terkait dengan pencapaian kinerja, Informasi kinerja dalam LAKIP dapat diandalkan

c. Pemanfaatan Informasi Kinerja yaitu apakah Informasi yang disajikan telah digunakan dalam perbaikan perencanaan, Informasi yang disajikan telah digunakan untuk menilai dan memperbaiki pelaksanaan program dan kegiatan organisasi, Informasi yang disajikan telah digunakan untuk peningkatan kinerja, Informasi yang disajikan telah digunakan untuk penilaian kinerja4. Evaluasi Kinerja, yang terdiri dari :a. Pemenuhan Evaluasi yaitu apakah terdapat pemantauan mengenai kemajuan pencapaian kinerja beserta hambatannya, Evaluasi program telah dilakukan, Hasil evaluasi telah disampaikan dan dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan

b. Kualitas Evaluasi yaitu apakah Evaluasi program dilaksanakan oleh SDM yang berkompeten, Pelaksanaan evaluasi program telah disupervisi dengan baik melalui pembahasan-pembahasan yang reguler dan bertahap, Evaluasi program dilaksanakan dalam rangka menilai keberhasilan program, Evaluasi program telah memberikan rekomendasi-rekomendasi perbaikan perencanaan kinerja yang dapat dilaksanakan, Evaluasi program telah memberikan rekomendasi-rekomendasi peningkatan kinerja yang dapat dilaksanakan

c. Pemanfaatan Evaluasi yaitu apakah hasil evaluasi Program/akuntabilitas kinerja telah ditindaklanjuti untuk perbaikan perencanaan, hasil evaluasi Program telah ditindaklanjuti untuk perbaikan kinerja,

5. Pencapaian Sasaran/Kinerja Organisasi, yang terdiri dari :a. kinerja yang dilaporkan (output) yaitu berapa scoring berdasarkan rata-rata interval capaiannya, apakah Capaian kinerja lebih baik dari tahun sebelumnya, Informasi mengenai kinerja dapat diandalkan

b. kinerja yang dilaporkan (outcome) yaitu berapa scoring berdasarkan rata-rata interval capaiannya, apakah Capaian kinerja lebih baik dari tahun sebelumnya, Informasi mengenai kinerja dapat diandalkan

Sumber :diolah dari lampiran Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah3. Analisa

Analisa didasarkan pada perbandingan Pedoman Umum Good Public Governance (GPG) Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional KebijakanGovernance(KNKG) di Indonesia dan Petunjuk pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi (PAN-RB) tahun 2013a. Pedoman yang dibuat oleh KNKG tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Pedoman Good Public Governance bukan merupakan bentuk peraturan perundang-undangan, tetapi suatu acuan yang berisi prinsip prinsip yang dapat dijadikan landasan, acuan, dan rujukan bagi penyelenggara negara baik eksekutif, legislatif, dan yudikatif, serta lembaga non structural dalam mewujudkan good governance. Sebagai tindak lanjut dari pedoman yang sudah disusun oleh KNKG diharapkan masing-masing lembaga Negara menyusun manual yang lebih operasional dan diinternalisasikan kepada seluruh jajarannya (KNKG, 2008), dan ini belum seluruhnya terlaksana di K/L dan bahkan GPG belum tersosialisasikan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari website K/L yang menyinggung tentang GPG masih sedikit yaitu : OJK, Kementerian Keuangan, BPK, BPKP.Berbeda dengan GCG yang telah dilaporkan secara regular oleh sector privat dan perbankan karena perusahaan yang terdaftar dalam bursa diwajibkan menjalankan dan melaporkan dalam laporan tahunannya, GPG masih belum dilaporkan implementasinya dalam laporan tahunan kementerian dan lembaga.

b. Pedoman GPG dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah dua hal yang berbeda berikut ini perbedaannya:

GPGAKIP

Adanya pedoman tentang 1.1 Visi, misi dan nilai-nilai lembaga. 1.2 Kedudukan dan fungsi lembaga negara, pimpinan dan organ pengawasan internal. 1.3 Kebijakan untuk memastikan terlaksananya fungsi organ setiap lembaga negara secara efektif. 1.4 Kebijakan untuk memastikan terlaksananya akuntabilitas, pengendalian internal yang efektif serta pelaporan keuangan dan kinerja. 1.5 Pedoman perilaku dan etika 1.6 Sarana pengungkapan informasi untuk pemangku kepentingan. 1.7 Kebijakan penyempurnaan dalam rangka memenuhi asas GPGAdanya dokumen dan kualitas perencanaan strategis tentang visi, misi tujuan, sasaran, program, indikator kinerja sasaran, target tahunan, indikator kinerja tujuan dan target jangka menengah.

Keikutsertaan semua pihak dalam penerapan GPG : 2.1 Membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen untuk melaksanakan GPG oleh semua anggota, pimpinan, dan jajaran lembaga negara serta pemangku kepentingan. 2.2 Melakukan kajian terhadap kondisi lembaga negara yang berkaitan dengan pelaksanaan GPG dan tindakan korektif yang diperlukan. 2.3 Menyusun program dan pedoman pelaksanaan GPG lembaga negara yang bersangkutan. 2.4 Melakukan internalisasi pelaksanaan GPG 2.5 Melakukan penilaian, Hasil penilaian tersebut diungkapkan dalam laporan tahunan dapat diakses oleh masyarakat luasAdanya pengukuran kinerja baik secara pemenuhan maupun kualitas

Agar pedoman GPG dapat diterapkan dengan baik 3.1 Penyelenggara negara yang mendukung dan menciptakan suasana agar GPG tidak hanya merupakan pedoman diatas kertas tetapi dilaksanakan dengan baik. 3.2 Penyelenggara negara yang berperilaku sebagai teladan dan melakukan sosialisasi pedoman GPG bagi seluruh jajarannya. 3.3 Sanksi pelanggaran nilai-nilai, etika dan pedoman perilaku penyelenggara negara dan jajarannyaAdanya pelaporan kinerja baik secara pemenuhan maupun kualitas

Adanya evaluasi kinerja baik secara pemenuhan maupun kualitas

Adanya pencapaian sasaran/kinerja organisasi baik output dan outcome

c. Pembentukan GPG sedang dilaksanakan Kementerian PAN-RB selaku koordinator instansi pemerintah dalam bentuk : Penyusunan roadmap pembenahan dan model penilaian (assessment) Reformasi Birokrasi, Pengembangan Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistle Blowing System), Sosialisasi dan edukasi Program Anti Korupsi yang dilakukan KPK, BPK dan BPKP, Perampingan birokrasi secara bertahap, melanjutkan reformasi birokrasi nasional melalui implementasi UU ASNBAB III

KESIMPULAN Tulisan ini bertujuan untuk melihat penerapan Prinsip Good Public Governance (GPG) dan hubungannya dengan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada Kementerian dan Lembaga (K/L) dengan menggunakan analisa didasarkan pada Pedoman Umum Good Public Governance (GPG) Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional KebijakanGovernance(KNKG) dan dibandingkan dengan Pedoman Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi (PAN-RB) tahun 2013. Hasil dari tulisan ini adalah bahwa: 1. GPG belum seluruhnya terlaksana di K/L dan bahkan GPG belum tersosialisasikan dengan baik sehingga K/L belum membuat pedoman GPG dimasing-masing instansinya, 2. GPG dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah dua hal yang berbeda, GPG lebih mengatur hubungan ke pihak eksternal yaitu masyarakat, antara penyelenggara negara dan lembaga negara, serta antar lembaga Negara. Sedangkan AKIP merupakan internal sistem akuntabilitas kinerja instansi, 3. Implementasi GPG lebih cenderung dijalankan Kementerian PAN-RB dalam penyusunan roadmap pembenahan dan model penilaian (assessment) Reformasi Birokrasi, pengembangan sistem pelaporan pelanggaran (whistle blowing system), sosialisasi dan edukasi program anti korupsi, perampingan birokrasi secara bertahap, implementasi UU ASN.DAFTAR PUSTAKA

Asmoko, Hindri, 2014. Korelasi Opini Audit BPK atas LKKL dengan Hasil Evaluasi LAKIP K/L. Balai Diklat Kepemimpinan, BPPKDaniri, Mas Achmad, 2008. Sambutan Ketua Komite Nasional Kebijakan Governance, dalam Konsep Pedoman Umum Good Public Governance, Jakarta, PP.144http://www.menpan.go.id/berita-terkini/2079-akip-membaik-makin-banyak-k-l-raih-nilai-aHoesada, Jan, 2013. Good Public Governance. Artikel dalam website Komite Standar Akuntansi Pemerintahan.Komite Nasional Kebijakan Governance, 2008. Public Governance, Proceeding Diskusi Panel dan Workshop Konsep Pedoman Umum, Jakarta. Penerbit Salemba. PP. 153Komite Nasional Kebijakan Governance, 2010. Pedoman Umum Good Public GovernancePeraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 tahun 2013 tentang perubahan lampiran Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

1