IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS ISLAM DALAM...
Transcript of IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS ISLAM DALAM...
IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS ISLAM DALAM
MENGHADAPI PERSAINGAN USAHA
(Studi Kasus Terhadap Pedagang Muslim Di Pasar Ciputat Tangerang)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I)
Oleh: ERIK LESMANA
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS ISLAM DALAM
MENGHADAPI PERSAINGAN USAHA
(Studi Kasus Terhadap Pedagang Muslim Di Pasar Ciputat Tangerang)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I)
Oleh:
ERIK LESMANA NIM. 105046101589
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
DR. SYAHRUL A’DAM, M.Ag. HOTNIDA NASUTION, M.Ag. NIP. 197305042000031002 NIP. 197106301997032002
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS ISLAM DALAM
MENGHADAPI PERSAINGAN USAHA (Studi Kasus Terhadap Pedagang
Muslim Di Pasar Ciputat Tangerang), telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Juni
2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Jakarta, 14 Juni 2010 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag (......................................) NIP. 197107011998032002
Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (......................................) NIP. 197407252001121001
Pembimbing I : Dr. Syahrul A’dam, M.Ag (......................................) NIP. 197305042000031002
Pembimbing II: Hotnida Nasution, M.Ag (......................................) NIP. 197106301997032002
Penguji I : Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, MA (......................................) NIP. 196011071985051001
Penguji II : Mu’min Rauf, MA (......................................) NIP. 150281979
Lembar Pernyataan:
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 14 Juni 2010
Erik Lesmana
ABSTRAK
Erik Lesmana (105046101589): “Implementasi Etika Bisnis Islam Dalam
Menghadapi Persaingan Usaha (Studi Kasus Terhadap Pedagang Muslim Di Pasar
Ciputat Tangerang)”, Program Strata 1 (S1), Konsentrasi Perbankan Syariah,
Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Penelitian ini adalah penelitian empiris yang dilakukan pada tahun 2010 yang
bertujuan untuk menguji hipotesis yang berkaitan dengan pengaruh tingkat
persaingan usaha dan pemahaman etika bisnis Islam terhadap perilaku dagang dan
seberapa besar pengaruhnya. Penelitian ini dilakukan dipasar Ciputat Tangerang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain survei.
Responden adalah para pedagang muslim yang berjualan di pasar Ciputat. Teknik
analisis data untuk menunjukan hiputesis adalah uji Rank Spearman. Hasil penelitian
menyatakan bahwa terdapat hubungan searah dan signifikan antara tingkat persaingan
usaha dan pemahaman etika bisnis Islam terhadap perilaku dagang. Sementara
pengaruhnya sedang dan kuat.
Selain hal itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana
proses berlangsungnya persaingan usaha di pasar Ciputat dan sejauh mana para
pedagang muslim dipasar ini telah mengimplementasikan etika bisnis Islam. Hasil
penelitian menyatakan bahwa proses berlangsungnya persaingan usaha dipasar
Ciputat tersebut berjalan dengan sehat karena telah sesuai dengan apa yang diajarkan
oleh agama Islam. Sedangkan ajaran Islam terutama yang berkenaan dengan etika
i
dalam menjalankan usaha/ bisnis ternyata telah diimplementasikan secara baik oleh
sebagian besar pedagang muslim dipasar Ciputat tersebut.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Karena kasih sayang dan
kuasaNya penulis diberikan kekuatan, kesabaran, kejernihan pikiran, dan
keistiqamahan. KarenaNya dan BersamaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW.
Manusia paling mulia yang perkataannya adalah pedoman, perbuatannya adalah
teladan, dan ketetapannya adalah sandaran. Yang disepanjang hayatnya berjuang
untuk kejayaan Islam dan keselamatan kaum muslimin serta memberikan tuntunan
kepada umat manusia menuju akhlakul karimah. Pembawa syariatNya bagi seluruh
hambaNya dalam setiap ruang dan waktu sampai akhir zaman.
Sejatinya skripsi adalah gambaran komprehensif dari kemampuan mahasiswa
yang didapat selama perkuliahan. Begitu banyaknya kekurangan dalam skripsi ini
adalah menggambarkan kedangkalan pengetahuan dari penulis. Karenanya kritik dan
saran dari pembaca sangat penulis nantikan agar kesalahan serupa tidak terulang
dimasa depan.
Dibalik kekurangan dan keterbatasannya, penulis merasa sangat bahagia atas
terselesaikannya skripsi ini. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis secara pribadi
adalah dapat mempersembahkan “segalanya” yang terbaik kepada Ayahanda Arbain
Abu dan Ibunda Masdarni tercinta. Salam sujud penulis haturkan atas kesabaran,
iii
keikhlasan, perhatian dan cinta kasih yang tak pernah pudar serta doa yang tak henti-
hentinya kepada Allah SWT. Agar penulis meraih kesuksesan belajar dan prestasi
gemilang, juga atas perjuangan beliau yang telah mendidik dan mengayomi serta
mengajarkan makna kehidupan.
Dan selanjutnya, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan
yang tinggi kepada dosen pembimbing yang telah memberikan banyak waktu dan
telah dengan sabar memberi masukan dan arahan demi kesempurnaan skripsi ini.
Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada para dosen program studi
Muamalat yang telah mengajarkan kepada kami berbagai ilmu pengetahuan yang
bermanfaat dengan penuh rasa ikhlas dan kesabaran.
Akhirnya penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang sangat berjasa dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag. Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H. Sekertaris Program Studi
Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Syahrul A’dam, M.Ag. Terima kasih atas segala masukan, arahan,
serta bimbingannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
iv
5. Ibu Hotnida Nasution, M.Ag. Terima kasih atas segala masukan, arahan, serta
bimbingannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Bapak Odih Supriyatna selaku Kepala Pasar di PD. Pasar Niaga Kerta Raharja
Pasar Ciputat yang telah memberikan kesempatan melakukan penelitian dipasar
Ciputat tersebut. Kepada Bapak M. Amri (Staf Penyalar dipasar Ciputat), terima
kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Dan kepada seluruh petugas
harian Pasar Ciputat, terima kasih atas kerjasama dan partisipasinya.
7. Seluruh keluarga besar penulis, saudara - saudariku tercinta; Kyai Elvis Yunansi
dan Kyai Leni Martini (Istri), Kakanda Hendri Gunawan Dan Ayunda Lince
Arnila (Istri), Kakanda Ali Palefi, Adinda Rika Lestari dan Hendra Gandi
(Suami), Keponakan tercinta Salsabila Inka Putri, Zakiya Andara, Nicky Putri
Alvioni, terima kasih atas segala dukungan moril maupun materil serta doanya,
segala kasih sayang yang selalu di curahkan. Keluarga besar Bapak Aim
Nurbudiman S.Pd dan Ibu Euis Sopiah S.Pd, terima kasih atas dukungan moral
yang telah diberikan. Adinda Silvy Evilia Ratna Lisdiani teriima kasih atas
semangat, motivasi dan doanya.
8. Seluruh dosen program studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum, terima
kasih atas ilmu yang telah disampaikan.
9. Seluruh teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2005, khususnya kelas B.
terima kasih atas persahabatan yang terjalin dan dorongan semangat yang
diberikan. Semoga kita semua meraih kesuksesan. Zainal Arifin, Abdul Fatah,
Arif Hamdan, Sadar Rukmana, terima kasih atas bantuannya.
v
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan Bapak, Ibu, dan saudara semua
dengan pahala yang berlipat ganda.
Jazaa kumullah Khairan Katsiraa.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 14 Juli 2010
(Erik Lesmana)
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
vi
A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................. 12
D. Tinjauan Studi Terdahulu..................................................................... 13
E. Teknik Penulisan .................................................................................. 15
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................ 16
A. Etika Bisnis dalam Islam...................................................................... 16
B. Pasar dan Bentuk Persaingan Usaha..................................................... 25
1. Pengertian........................................................................................ 25
2. Struktur Pasar .................................................................................. 27
a. Pasar Bersaing Sempurna.......................................................... 27
b. Pasar Bersaing Monopolistik (Monopolistis Competition) ....... 29
c. Pasar Monopoli ......................................................................... 30
d. Pasar Oligopoli.......................................................................... 32
C. Mekanisme Pasar dalam Islam ............................................................. 35
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 44
A.Ruang Lingkup Penelitian..................................................................... 44
B. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 44
1. Teknik Penarikan Sampel ............................................................... 44
2. Jenis Penelitian................................................................................ 44
vii
3. Jenis Data dan Sumber Data ........................................................... 45
4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data...................................... 45
5. Populasi dan Sampel ....................................................................... 48
C. Teknik Analisis Data ............................................................................ 48
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Data.................................................. 48
2. Model Korelasi................................................................................ 50
3. Perumusan Hipotesa........................................................................ 51
4. Pengujian Hipotesis (Uji Rank Spearman) ..................................... 51
5. Variabel Penelitian dan Devenisi Operasional................................ 52
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN....................................................... 60
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian .................................................... 60
1. Existing Kondisi Pasar Ciputat ....................................................... 60
2. Struktur Organisasi ......................................................................... 63
B. Penemuan dan Pembahasan.................................................................. 63
1. Uji Reliabilitas dan Validitas .......................................................... 63
2. Deskripsi Data................................................................................. 72
a. Deskripsi Responden................................................................. 72
b. Jawaban Responden .................................................................. 78
C. Pengujian Hipotesis ............................................................................ 130
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................. 133
viii
A. Kesimpulan ........................................................................................ 133
B. Rekomendasi ...................................................................................... 136
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 138
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tinjauan Studi Terdahulu.................................................................................. 13
Tabel 3.1 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ......................................................... 52
ix
Tabel 3.2 Instrumen Penelitian ......................................................................................... 54
Tabel 4.1 Nilai Cronbach’s Alpha Pemahaman Etika Bisnis Islam dan Tingkat
Persaingan Usaha serta Perilaku Dagang........................................................... 64
Tabel 4.2 Spearman’s rho Pemahaman Etika Bisnis Islam............................................... 66
Tabel 4.3 Spearman’s rho Tingkat Persaingan Usaha ...................................................... 68
Tabel 4.4 Spearman’s rho Perilaku Dagang...................................................................... 70
Tabel 4.5 Distribusi Kuesioner ......................................................................................... 73
Tabel 4.6 Deskripsi Responden ........................................................................................ 74
Tabel 4.7 Pernyataan 1 : PU.............................................................................................. 78
Tabel 4.8 Pernyataan 2 : PU.............................................................................................. 79
Tabel 4.9 Pernyataan 3 : PU.............................................................................................. 80
Tabel 4.10 Pernyataan 4 : PU............................................................................................ 80
Tabel 4.11 Pernyataan 5 : PU............................................................................................ 81
Tabel 4.12 Pernyataan 6 : PU............................................................................................ 81
Tabel 4.13 Pernyataan 7 : PU............................................................................................ 82
Tabel 4.14 Pernyataan 8 : PU ........................................................................................... 82
Tabel 4.15 Pernyataan 9 : PU............................................................................................ 83
Tabel 4.16 Pernyataan 13 : PU.......................................................................................... 84
Tabel 4.17 Pernyataan 14 : PU.......................................................................................... 84
Tabel 4.18 Pernyataan 15 : PU.......................................................................................... 85
Tabel 4.19 Pernyataan 16 : PU.......................................................................................... 86
Tabel 4.20 Pernyataan 17 : PU.......................................................................................... 86
x
Tabel 4.21 Pernyataan 18 : PU.......................................................................................... 87
Tabel 4.22 Pernyataan 19 : PU.......................................................................................... 87
Tabel 4.23 Pernyataan 20 : PU.......................................................................................... 88
Tabel 4.24 Pernyataan 21 : PU.......................................................................................... 88
Tabel 4.25 Pernyataan 22 : PU.......................................................................................... 89
Tabel 4.26 Pernyataan 23 : PU.......................................................................................... 89
Tabel 4.27 Pernyataan 24 : PU.......................................................................................... 90
Tabel 4.28 Pernyataan 25 : PU.......................................................................................... 90
Tabel 4.29 Pernyataan 26 : PU.......................................................................................... 91
Tabel 4.30 Pernyataan 27 : PU.......................................................................................... 91
Tabel 4.31 Pernyataan 28 : PU.......................................................................................... 92
Tabel 4.32 Pernyataan 29 : PU.......................................................................................... 93
Tabel 4.33 Pernyataan 30 : PU.......................................................................................... 93
Tabel 4.34 Pernyataan 1 : TP ............................................................................................ 95
Tabel 4.35 Pernyataan 2 : TP ............................................................................................ 95
Tabel 4.36 Pernyataan 3 : TP ............................................................................................ 96
Tabel 4.37 Pernyataan 4 : TP ............................................................................................ 96
Tabel 4.38 Pernyataan 5 : TP ............................................................................................ 97
Tabel 4.39 Pernyataan 6 : TP ............................................................................................ 97
Tabel 4.40 Pernyataan 8 : TP ............................................................................................ 98
Tabel 4.41 Pernyataan 9 : TP ............................................................................................ 99
Tabel 4.42 Pernyataan 10 : TP .......................................................................................... 99
xi
Tabel 4.43 Pernyataan 11 : TP ........................................................................................ 100
Tabel 4.44 Pernyataan 12 : TP ........................................................................................ 100
Tabel 4.45 Pernyataan 13 : TP ........................................................................................ 101
Tabel 4.46 Pernyataan 14 : TP ........................................................................................ 102
Tabel 4.47 Pernyataan 15 : TP ........................................................................................ 102
Tabel 4.48 Pernyataan 16 : TP ........................................................................................ 103
Tabel 4.49 Pernyataan 17 : TP ........................................................................................ 104
Tabel 4.50 Pernyataan 18 : TP ........................................................................................ 104
Tabel 4.51 Pernyataan 19 : TP ........................................................................................ 105
Tabel 4.52 Pernyataan 20 : TP ........................................................................................ 106
Tabel 4.53 Pernyataan 21 : TP ........................................................................................ 106
Tabel 4.54 Pernyataan 22 : TP ........................................................................................ 107
Tabel 4.55 Pernyataan 23 : TP ........................................................................................ 108
Tabel 4.56 Pernyataan 24 : TP ........................................................................................ 108
Tabel 4.57 Pernyataan 25 : TP ........................................................................................ 109
Tabel 4.58 Pernyataan 1 : PD.......................................................................................... 110
Tabel 4.59 Pernyataan 3 : PD.......................................................................................... 110
Tabel 4.60 Pernyataan 4 : PD.......................................................................................... 111
Tabel 4.61 Pernyataan 5 : PD.......................................................................................... 112
Tabel 4.62 Pernyataan 6 : PD.......................................................................................... 112
Tabel 4.63 Pernyataan 7 : PD.......................................................................................... 113
Tabel 4.64 Pernyataan 8 : PD.......................................................................................... 114
xii
Tabel 4.65 Pernyataan 9 : PD.......................................................................................... 114
Tabel 4.66 Pernyataan 10 : PD........................................................................................ 115
Tabel 4.67 Pernyataan 11 : PD........................................................................................ 115
Tabel 4.68 Pernyataan 12 : PD........................................................................................ 116
Tabel 4.69 Pernyataan 13 : PD........................................................................................ 117
Tabel 4.70 Pernyataan 17 : PD........................................................................................ 117
Tabel 4.71 Pernyataan 18 : PD........................................................................................ 118
Tabel 4.72 Pernyataan 19 : PD........................................................................................ 118
Tabel 4.73 Pernyataan 20 : PD........................................................................................ 119
Tabel 4.74 Pernyataan 21 : PD........................................................................................ 120
Tabel 4.75 Pernyataan 22 : PD........................................................................................ 120
Tabel 4.76 Pernyataan 23 : PD........................................................................................ 121
Tabel 4.77 Pernyataan 24 : PD........................................................................................ 122
Tabel 4.78 Pernyataan 25 : PD........................................................................................ 122
Tabel 4.79 Pernyataan 26 : PD........................................................................................ 123
Tabel 4.80 Pernyataan 27 : PD........................................................................................ 123
Tabel 4.81 Pernyataan 28 : PD........................................................................................ 124
Tabel 4.82 Pernyataan 29 : PD........................................................................................ 125
Tabel 4.83 Pernyataan 30 : PD........................................................................................ 125
Tabel 4.84 Pernyataan 31 : PD........................................................................................ 126
Tabel 4.85 Pernyataan 32 : PD........................................................................................ 127
Tabel 4.86 Pernyataan 33 : PD........................................................................................ 127
xiii
Tabel 4.87 Pernyataan 34 : PD........................................................................................ 128
Tabel 4.88 Pernyataan 35 : PD........................................................................................ 129
Tabel 4.89 Spearman’s rho Persaingan Usaha dan Tingkat Pengetahuan dengan
Perilaku Dagang............................................................................................ 130
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Tabulasi Data Penelitian
Lampiran 2 : Administrasi Penelitian dan Kuesioner
xiv
xv
Lampiran 3 : Output Uji Validitas Data
Lampiran 4 : Output Reliabilitas Data
Lampiran 5 : Spearman’s rho Persaingan Usaha dan Tingkat Pengetahuan dengan
Perilaku Dagang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama merupakan suatu yang sangat penting untuk mendapat perhatian
secara mendalam. Karena agama dapat mempengaruhi proses kehidupan manusia,
terutama dalam hal kemanusiaan, etika, estetika dan norma. Demikian pula
tuntutan Islam dalam bermuamalah. Sejak dulu Rasulullah SAW telah
menganjurkan cara bermuamalah yang didalamnya mencakup tentang
perdagangan dengan cara yang bersih dari tipu daya dan mengajarkan kita untuk
berbuat jujur serta menjunjung tinggi nilai keadilan.
Selanjutnya didalam hal perdagangan atau bisnis Rasul memberikan
apresiasi yang lebih terhadap ini, dengan bersabda: “sembilan dari sepuluh pintu
rizki Allah terdapat dalam perdagangan,” namun Rasul tidak dengan begitu saja
meninggalkan tanpa aturan, kaidah, ataupun batasan-batasan yang harus
diperhatikan dalam dunia bisnis. Diantara nilai-nilai yang penting dalam bidang
ini adalah; sifat “kasih sayang” yang telah dijadikan Allah sebagai “trade mark”
risalah Muhammad SAW.
☺
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiayaa / 21: 107)
1
Dalam suatu perekonomian yang kompleks saat ini, orang harus
menghadapi tantangan dan risiko untuk mengkombinasikan tenaga kerja,
material, modal dan manajemen secara baik sebelum memasarkan suatu produk.
Orang-orang demikian itu dikenal sebagai pengusaha.
Motivasi utama kegiatan bisnis adalah laba yang didefinisikan sebagai
perbedaan antara penghasilan dan biaya-biaya yang dikeluarkan. Dalam bisnis,
para pengusaha harus dapat melayani pelanggan dengan cara yang
menguntungkan untuk kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang,
selain harus selalu mengetahui kesempatan-kesempatan baru untuk memuaskan
keinginan-keinginan pembeli.1
Islam menghendaki perdagangan yang berlangsung dengan bebas dan
bebas dari distorsi pasar. Hal ini bertujuan untuk memelihara unsur keadilan
semua pihak dan Islam mengatur agar persaingan dipasar dilakukan secara adil.
Persaingan dan globalisasi adalah sesuatu yang mesti dihadapi. Untuk
menghadapinya diperlukan kekuatan-kekuatan atau daya saing (terutama dalam
bidang produksi termasuk perniagaan), antara lain sebagai berikut2 :
a. Daya saing kualitas, produk-produk yang akan dipasarkan tentu kualitasnya
harus bisa bersaing dengan baik
1 Husein Umar, Business an Introduction, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 3-
4. 2 Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktek (Jakarta: Gema
Insani Press, cet.I, 2003), h. 44.
2
b. Daya saing harga, tidak mungkin akan memenangkan persaingan jika produk-
produk yang dimiliki sangat mahal harganya. Tidak mungkin akan bisa
memasarkan suatu produk jika harganya tinggi sekalipun dengan kualitas
yang baik
c. Daya saing marketing, dunia marketing berbicara masalah pasar, maka hal
yang terpenting adalah bagaimana menarik konsumen untuk membeli barang-
barang yang telah diproduksi. Dalam hal ini kemampuan untuk mengemas
produk sangat dibutuhkan
d. Daya saing jaringan kerja (networking), suatu bisnis tidak akan memiliki daya
saing dan akan kalah jika “bermain sendiri” dalam hal ini bermakna tidak
melakukan kerjasama, kooordinasi dan sinergi dengan lembaga-lembaga
bisnis lain diberbagai bidang.
Sesungguhnya Islam ingin mendirikan dibawah naungan sejumlah nilai
luhur satu pasar yang manusiawi, dimana orang yang besar mengasihi orang yang
kecil, orang yang bodoh belajar dari yang pintar, dan orang-orang bebas menegur
orang yang nakal dan dzalim. 3
Sedangkan pasar yang berada dibawah naungan peradaban materialisme
dan filosofi kapitalisme tidak lain adalah miniatur hutan rimba, dimana orang
yang kuat memangsa yang lemah, orang yang besar menginjak-injak yang kecil.
3 Yususf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Terj. K.H. Didin
Hafidudin, Dkk, (Jakarta: Rabbani Press, 2001), h. 320.
3
Orang yang bisa bertahan dan menang hanyalah orang yang paling kuat dan
kejam, bukan orang yang paling baik dan ideal.4
Realitas menunjukan bahwa sistem-sistem ekonomi sekuler (liberal dan
sosialisme) telah membawa manusia berperilaku mengeksploitasi manusia lain.
kekayaan alam dieksploitasi untuk kepentingan diri sendiri, dan bahkan Tuhan
sendiri dikesampingkan ketika dalam proses pemenuhan kebutuhan materialnya.
Muhammad Syafii Antonio seperti yang dikutif Arifin Hamid,
mengemukakan bahwa terdapat beberapa nilai dalam sistem ekonomi Islam, yaitu
(1) Perekonomian Islam untuk masyarakat luas, bukan hanya masyarakat muslim,
(2) Nilai keadilan dan persaudaraan yang menyeluruh yang meliputi keadilan
sosial, keadilan ekonomi, (3) Keadilan distributif pendapatan, larangan monopoli,
kesempatan yang sama dan terbuka, jaminan pemenuhan kebutuhan dasar (basic
needs fulfillment), yang mampu menanggung yang tidak mampu (attakaful al-
ijtimai). (4) Kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial.5
Relevan dengan pandangan diatas, M.M. Metwally mengemukakan
sejumlah prinsip dasar ekonomi Islam, sebagai berikut6 :
1. Dalam ekonomi Islam, berbagai jenis sumber daya dipandang sebagai
pemberian atau titipan Allah kepada manusia yang harus dimanfaatkan
sesfisien dan seoptimal mungkin, tidak ada kemubaziran didalamnya.
4 Ibid., h. 321. 5 H. M. Arifin Hamid, Membumikan Ekonomi Syariah di Indonesia, (Perspektif
Sosioyuridis), (Jakarta: Elsas, Cet: II, 2008), h. 134. 6 Ibid., h. 136-137.
4
☺
☺ ⌧
⌧ ⌧
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah Saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. Al-Isra’ / 17: 26-27)
2. Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu termasuk
kepemilikan alat atau faktor produksi. Pemilikan pribadi bersifat tidak mutlak,
kepemilikan mutlak hanya oleh penciptanya. Pemilikan individu dibatasi oleh
kepentingan masyarakat dan merupakan titipan (amanah) Allah kepada
manusia. Alat dan faktor produksi di tangan manusia hanya bersifat
penguasaan dalam bentuk pemanfaatan dan pengaturan sesuai dengan syariat
Islam.
3. Islam menolak (tidak membenarkan) pendapatan yang diperoleh secara tidak
halal (bathil), seperti pencurian, penipuan, kecurangan, penyuapan, penjualan
barang dan jasa yang haram, penggunaan kiat-kiat yang manipulatif,
keuntungan yang berlebihan dengan cara-cara yang tidak terpuji, penimbunan
barang dan penggunaan iklan yang mengelabui dan tidak wajar.
4. Pemilikan pribadi termasuk alat dan faktor produksi sebagai kapital yang
dapat mendorong peningkatan produksi nasional untuk kesejahteraan
5
masyarakat. Akumulasi capital yang terpusat pada segelintir orang tidak
dibenarkan karena akan memperburuk distribusi pendapatan.
5. Penggerak utama ekonomi Islam adalah kerjasama dengan landasan
ketauhidan, keikhlasan, kejujuran dan keadilan serta hanya mengharapkan
keuntungan yang wajar.
⌧
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (Q.S. Ali Imran: 130)
6. Prinsip pertanggungjawaban terhadap segala yang berkaitan dengan prilaku
ekonomi baik semasa masih dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat
nanti. Dengan keyakinan ini akan selalu memberikan inspirasi bagi para
pelaku ekonomi untuk tidak berbuat diluar ketentuan syariat karena akan
didapatkan ganjaran dan tidak terbebas dari pertanggungjawaban nantinya.
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang Sempurna terhadap apa yang Telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (Q.S. Al-Baqarah: 281)
6
Sistem ekonomi Islam memiliki tiga asas pokok sekaligus juga merupakan
tujuan ekonomi Islam, yaitu7 : (1) Dunia beserta segala isinya dan kandungannya
adalah milik Allah sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran:
☺ ⌧ “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di
dalamnya; dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Al-Maidah:120)
Manusia dalam konteks ini hanya berstatus sebagai khalifah, dengan
demikian manusia adalah pemimpin dan pengendali semua makhluk di bumi yang
nantinya harus dipertangungjawabkan kepada pencipta dan pemilik
sesungguhnya. (2) Allah itu Esa dan pencipta segala makhluk dan tunduk kepada-
Nya. Dan (3) Asas pertangungjawaban ganda, yaitu selain pertangungjawaban
dunia juga masih harus dipertangungjawabkan di hari kemudian.
Muslim sebagai pondasi dasar ekonomi Islam tidak kalah pentingnya baik
dalam membedakan perkembangan ekonomi Islam dan konvensional kedepan
maupun menentukan perbedaan karakteristik aktivitas ekonomi Islam dan
konvensional. 8
Manusia dalam ekonomi Islam dilihat bukan hanya sebagai objek yang
diatur dalam perekonomian tetapi juga sebagai faktor penentu yang mengukuhkan
berlangsungnya perekonomian diatas prinsip-prinsip Islam. Manusia jugalah yang
kemudian menentukan perkembangan perekonomian Islam dengan segala
7 Ibid., h. 133-134 8 Ali Sakti, Analisis Teoritis : Ekonomi Islam (Jawaban atas Kekacauan Ekonomi Modern),
(Paradigma dan Aqsa Publishing, Cet: I), h. 91.
7
perangkat dan institusinya. Jadi landasan akidah atau nilai dasar Islam harus
betul-betul dipahami oleh para pelaku pasar (manusia), sehingga bukan hanya
prinsip-prinsip ekonomi Islam yang dapat berjalan tapi juga secara tak langsung
keberlangsungan itu terjaga melalui pengawasan internal yang ada dalam diri
manusia-manusianya. 9
Untuk itulah Islam mengajarkan setiap pelaku ekonomi atau bisnis untuk
selalu memperhatikan lingkungan sosial disekitarnya. Sosiologi ekonomi tersebut
dapat diartikan kedalam dua cara. Pertama, Sosiologi ekonomi didefinisikan
sebgai sebuah kajian yang mempelajari hubungan antara masyarakat, yang
didalamnya terjadi interaksi sosial dengan ekonomi. Dalam hubungan tersebut,
dapat dilihat bagaimana masyarakat mempengaruhi ekonomi. Juga sebaliknya,
bagaimana ekonomi mempengaruhi masyarakat. Kedua, Sosiologi ekonomi
didefinisikan sebagai pendekatan sosiologis yang diterapkan fenomena ekonomi.
Dari definisi ini terdapat dua hal yang harus dijelaskan, yaitu pendekatan
sosiologis dan fenomena ekonomi.10
Sementara ekonomi konvensional (sekali lagi) sejalan dengan landasan
filosofi materialismenya, manusia yang terbangun adalah manusia yang memiliki
nilai-nilai atau parameter-parameter materialistis (economic man). Maka secara
9 Ibid., h. 91. 10 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 11-14.
8
otomatis juga hal ini menjaga mekanisme perekonomian konvensional untuk setia
pada landasan filosofinya.11
Ada sebuah etika Islam yang menjadi rujukan manusia dalam beraktifitas,
khususnya aktifitas ekonomi, agar segala yang dilakukan tidak keluar dari norma-
norma Islam. Etika itu menyebutkan bahwa segala perbuatan hendaknya diniatkan
(motif) karena Allah SWT, diniatkan dengan cara-cara Allah SWT (yang halal
lagi baik), dan ditujukan hanya untuk Allah SWT (tidak lepas dari konsep ibadah,
yaitu mencari ridha Allah SWT).12
Ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan hadis sebagai pedoman
telah menggariskan norma-norma etika dalam berusaha, ajaran itu adalah13 :
o Niat yang baik
o Tidak melalaikan kewajiban kepada Allah
o Suka sama suka antara pihak yang bersangkutan
o Dilandasi akhlak dan mental yang baik
o Tidak mau melakukan kecurangan
o Menerapkan administrasi yang baik dan manajemen yang tepat
o Objek usaha haruslah yang halal
Di Indonesia, keinginan dan kesungguhan negara untuk menciptakan iklim
usaha yang sehat telah diupayakan diantaranya dengan membuat suatu produk
11 Ali Sakti, Analisis Teoritis : Ekonomi Islam, h. 92. 12 Ibid., h. 68. 13 Rusydi, Etos Kerja dan Etika Usaha: Perspektif Al-Quran dalam Nilai dan Makna Kerja
dalam Islam, (Jakarta: Persada Madani), h. 101.
9
perundang-undangan tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat, yakni UU No. 5 Tahun 1999 yang mulai di berlakukan sejak tanggal 5
September 2000. UU ini merupakan hasil dari proses reformasi ekonomi dan
politik yang diharapkan mampu menciptakan persaingan usaha yang sehat.14
Muhammad Amin Suma mengemukakan bahwa diantara tiang pancang
etika bisnis atau tepatnya karakter bisnis yang sangat menetukan sukses atau
tidaknya suatu bisnis ialah: iktikad baik, kejujuran, kesetiaan/ kepatuhan dan
tanggungjawab. Dari beberapa prinsip tersebut dapatlah disimpulakan bahwa
dengan modal etika bisnis islami sebagaimana diitentukan diatas, sekurang-
kurangnya dalam keadaan tertentu, seseorang atau sekelompok orang bisa atau
tepatnya boleh melakukan bisnis tanpa didahului dengan akad.15
Persaingan kapitalistik selalu terjadi dengan tidak sempurna dan tidak
murni. Friksi, rigiditas dan ketidaklancaran bergeraknya faktor produksi selalu
menimbulkan persaingan tidak sempurna. Asumsi pengetahuaan tentang
persaingan sempurna tidak dibenarkan dan konsumen selalu ditunjukan dengan
distorsi-distorsi yang diakibatkan pengaruh iklan.16
Islam lebih realistis. Ia menghargai kesulitan-kesulitan dalam
menyelesaikan persoalan yang terjadi karena adanya kelangkaan dan menekankan
perlunya suatu strategi yang terdiri dari sebuah paket peralatan. Semuanya selaras
14 Gelhorn dan Gunawan Wijaya, Seri Hukum Bisnis: Merger dalam Perspektif Monopoli, (jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 7.
15 Amin Suma, Menggali Akar, Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, Cet: I, 2008), h. 309.
16 Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perpektif Islam, (Yogyakarta: BPTE, Cet: I, 2004), h. 383.
10
dengan pandangan dunianya dan maqashid. Tanpa adanya pendekatan
komrehensif semacam ini maka yang ada hanyalah kebijakan gado-gado yang
diramu lewat kompromi dengan berbagai tuntutan yang saling bertentangan dari
kelompok pluralis dan kelas-kelas sosial.17
Permasalahannya, apakah agama sebagai tuntunan tersebut telah
dipraktekan oleh para penganutnya dalam kehidupan yang profan ini terlebih
melihat semakin ketatnya persaingan bisnis di era globalisasi sekarang ini.
Maka dengan melihat realitas diatas penulis merasa tertarik dan tergugah
untuk mengangkat permasalahan tersebut kedalam penelitian skripsi dengan
judul: “Implementasi Etika Bisnis Islam Dalam Menghadapi Persaingan
Usaha (Studi Kasus Terhadap Pedagang Muslim di Pasar Ciputat
Tangerang)”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi hanya pada permasalahan
tentang ada tidaknya pengaruh persaingan dan pemahaman etika bisnis terhadap
perilaku dagang, yang obyeknya adalah para pedagang muslim di pasar Ciputat
Tangerang.
Karena itu perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
17 M.Umar Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, Terj. Ikhwan Abidin B., (Jakarta: Gema
Insani Press, Cet: I, 2000), h. 228.
11
1. Bagaimana implementasi etika bisnis Islam pada para pedagang muslim di
pasar Ciputat
2. Bagaimana kondisi persaingan usaha yang terjadi antar pedagang muslim di
pasar Ciputat
3. Bagaimana pengaruh etika bisnis Islam dan persaingan usaha terhadap
perilaku dagang
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana implementasi etika bisnis Islam pada para
pedagang muslim di pasar Ciputat
b. Untuk mengetahui bagaimana kondisi persaingan usaha yang terjadi antar
pedagang muslim di pasar Ciputat
c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh etika bisnis Islam dan persaingan
usaha terhadap perilaku dagang
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Para Pedagang/ Pengusaha
o Menambah wawasan dan pengetahuan tentang etika bisnis Islam.
o Diharapkan setelah adanya pengetahuan tersebut kepada para
pedagang di pasar Ciputat Tangerang, maka para pedagang akan
bersikap istiqamah dalam melakukan tindakan/ perilaku bisnis yang
sesuai dengan etika Islam.
12
o Meningkatkan kegiatan keagamaannya, melaksanakan kerjasama yang
saling menguntungkan dengan pihak lain serta tetap menjunjung tinggi
nilai dan norma agama yang telah dianutnya dengan sungguh-
sungguh.
o Akan terciptanya persaingan usaha yang sehat dengan menerapkan
nilai-nilai etika Islam sehingga diperoleh keberkahan hidup di dunia
dan kemenangan di akhirat kelak.
b. Bagi Penulis
o Menambah pengetahuan teoritis dan memperluas wawasan untuk
mempelajari secara langsung dan menganalisis hubungan tentang ada
tidaknya pengaruh persaingan dan pemahaman etika bisnis terhadap
perilaku dagang berdasarkan teori yang telah dipelajari.
o Menambah khazanah keilmuan tentang ekonomi Islam khususnya bagi
penulis sendri dan bagi pembaca pada umumnya.
c. Bagi Pihak Lain
o Dapat dijadikan informasi tambahan bagi para pembaca untuk
menambah referensi bagi penelitian khususnya mengenai persaingan
usaha, tingkat pengetahuan pedagang muslim akan etika bisnis islami
dan perilaku mereka. Dan dapat dijadikan study literatur untuk
penelitian lebih lanjut bagi yang berminat.
D. Tinjauan Studi Terdahulu
13
Dalam tinjauan literatur, peneliti memperoleh dua tema yang lebih
mendekati terhadap tema yang akan penulis bahas, yaitu:
Tabel 1.1
Tinjauan studi terdahulu
1. Judul “Hubungan Tingkat Persaingan Usaha dan Perilaku
Etika Bisnis Islam Pedagang Muslim di Pasar Modern
BSD Tangerang”
Penulis Ahmad Khoirul Ikhwan, Mahasiswa Program Studi
Muamalat Perbankan Syariah UIN Jakarta (2006)
Jenis penelitian dan
analisis data statistik
Penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif dan
menggunakan Regresi Linear Sederhana sebagai alat
analisis
Hasil penelitian Setelah melakukan analisis dengan uji statistik dengan
metode Product Moment (Person) ternyata terbukti,
yaitu ada hubungan positif yang signifikan antara tingkat
persaingan usaha terhadap etika perilaku bisnis islam,
dan hubungan tersebut bersifat kuat yakni sebesar 0,83
point atau berda pada kisaran 0,70-0,90. Namun teori
tersebut tidak berlaku dipasar modern BSD Tangerang,
sebab meskipun tingkat persaingan usahanya tinggi akan
tetapi para pedagang (muslim) tetap istiqamah memakai
14
etika bisnis yang islami.
2. Judul “Pengaruh Tingkat Keagamaan Terhadap Perilaku
Pedagang di Pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan”.
Penulis Ahmad Faiz, Mahasiswa Program Studi Muamalat
Perbankan Syariah UIN Jakarta (2009),
Jenis penelitian dan
analisis data statistik
Penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif dan
menggunakan Regresi Linear Sederhana sebagai alat
analisis.
Hasil penelitian o Dalam penelitiannya digunakan lima dimensi
keagamaan yang dikembangkan oleh Djamludin
Ancok dari rumusan Glock dan Stark yang membagi
keagamaan menjadi lima dimensi; yaitu dimensi
akidah Islam, dimensi peribadatan (praktek agama),
dimensi akhlak (pengamalan), dimensi ilmu, dimensi
penghayatan.
o Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan uji f
mengindikasikan bahwa variabel dimensi akidah
Islam, dimensi peribadatan, dimensi akhlak, dimensi
ilmu dan dimensi penghayatan berpengaruh terhadap
perilaku pedagang secara simultan.
15
16
E. Teknik Penulisan
Teknik penulisan yang digunakan adalah merujuk pada pedoman
penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Etika Bisnis Dalam Islam
Sebelum berbicara tentang etika bermuamalah atau etika Bisnis lebih
jauh, perlu diketahui beberapa hal yang berkenaan tentang etika dan bisnis itu
sendiri. Etika adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana berperilaku jujur,
benar dan adil. Etika merupakan cabang ilmu filsafat, mempelajari perilaku moral
dan immoral, membuat pertimbangan matang yang patut dilakukan oleh
seseorang kepada orang lain atau kelompok tertentu.1
Secara sederhana sikap/ attitude didefinisikan sebagai Ekspresi sederhana
dari bagaimana kita suka atau tidak suka terhadap beberapa hal. Contoh: sikap
dalam kehidupan sehari-hari pada iklan, parpol dan/atau opini.
Berbicara tentang etika maka kita juga berbicara tentang value atau nilai.
Nilai-nilai adalah harapan dan gambaran yang lebih umum tentang perilaku
manusia, yang mungkin sadar atau tertanam secara sangat dalam sehingga tidak
dapat dirumuskan secara verbal. Dengan demikian, nilai-nilai dapat didefinisikan
sebagai gambaran yang abstrak, kolektif yang manusia percaya bahwa hal itu
adalah benar, baik dan layak untuk dicapai.2
1 Gatut L Budiono, Etika Bisnis Pendekatan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Poliyama Widya
Pustaka, 2008), h.2. 2 Ibid., h. 9.
17
Selanjutnya, dalam hal bisnis; terdapat dua pengertian pokok mengenai
bisnis, pertama, bisnis merupakan kegiatan-kegiatan. Dan kedua, bisnis
merupakan sebuah perusahaan. Para ahli pun mendefinisikan bisnis dengan cara
berbeda. Definisi Raymond E. Glos seperti yang dikutif Husein Umar, dianggap
memiliki cakupan yang paling luas, yakni3 :
“bisnis merupakan seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industri yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka...”.
Pengertian bisnis yang berkembang dalam masyarakat selama ini selalu
berkonotasi pada pengertian jual beli, yakni jual beli barang/ jasa sehingga pada
intinya pengertian bisnis selalu berhubungan dengan uang, barang dan jasa dan
atau semua jenis alat pemenuhan kebutuhan manusia, Sayyid Qutub pernah
mengungkapkan sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab, bahwa bisnis atau
kegiatan ekonomi merupakan aktifitas pertama yang meninggalkan etika, disusul
dengan politik dan seks.4
Bisnis Islami ialah serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya
yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan (barang/jasa) termasuk profitnya, namun
dibatasi dalam cara memperolehnya dan pendayagunaan hartanya karena aturan
halal dan haram.
3 Husein Umar, Business an Introduction, h. 3. 4 M. Quraish Sihab, Etika Bisnis dalam Wawasan Al-Quran “Juranal Umum Quran No.
03/VII/1987”, h. 4.
18
☺
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui”. (Q.S. Al-Baqarah: 188).
Etika dalam Islam bertujuan mengajarkan manusia untuk menjalin
kerjasama, tolong-menolong dan menjauhkan diri dari sikap iri, dengki, dan
dendam serta hal-hal yang tidak sesuai dengan syariat Islam.5
Dengan kenyataan diatas, maka pada prinsipnya pengetahuan akan etika
bisnis dalam pandangan Islam mutlak harus dimiliki oleh setiap para pebisnis/
pedagang terutama pebisnis/ pedagang muslim dalam menghadapi persaingan
usaha yang sekarang telah memasuki era globalisasi untuk menghindarkan diri
dari berbagai macam tindakan yang dilarang oleh Allah SWT.
Sangat popular konsep yang diungkapkan oleh Max Weber tentang
Protestant Ethics yang membawa kemajuan pesat dalam pembangunan di Eropa.
Nurcholis Majid menjelaskan dalam sebuah tulisannya, bahwa tesis Max Weber
tentang Etika Protestan mengatakan kemajuan ekonomi Eropa Barat adalah berkat
ajaran asketisme (zuhud) dalam ajaran Alvin. Kaum Calvinis menerima panggilan
Ilahi untuk bekerja keras dan tetap berhemat terhadap harta yang berhasil
5 Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam (Jakarta: Gema Insani Press, Cet: I,
1997), h. 5.
19
dikumpulkan, karena hidup mewah bukanlah tujuan. Dengan cara hidup hemat
maka terjadilah akumulasi modal menuju kapitalisme.6
Kritik yang dapat diajukan kepada Weber ialah dia sangat mengagung-
agungkan paham Protestan ini. Weber telah mempelajari berbagai agama lain,
tapi Islam ia pelajari minim sekali dengan tujuan untuk membenarkan tesisnya
bahwa agama protestan ini lebih unggul. Dalam kenyataan muncul bantahan
terhadap teorinya berdasarkan fakta di lapangan yaitu beberapa Negara lain yang
bukan Protestan, tapi Katolik misalnya, juga mengalami kemajuan seperti
dijumpai pada Negara Perancis, Italia, juga bangsa yang menganut Shinto-
Buddhis, seperti Jepang, Korea mengalami kemajuan pesat. Kemajuan Jepang
sekarang ini disusul oleh kemajuan negara lain yang menganut Konfusianisme.7
Pada hakekatnya Islam sebagai satu agama besar telah mengajarkan
konsep-konsep unggul lebih dulu dari protestan, akan tetapi para penganjur dan
para pengikutnya kurang memperhatikan dan tidak melaksanakan ajaran-ajaran
Islam sebagaimana mestinya. Tantangan bagi bangsa Indonesia yang sebagian
besar beragama Islam agar kita berhasil ialah menggali inner dynamics sistem
etika yang berakar dalam pola keyakinan yang dominan.
Etika bisnis Islam telah diajarkan Nabi SAW saat menjalankan
perdagangan. Karakteristik Nabi SAW sebagai pedagang adalah, selain dedikasi
6 Nurchalis Majid, “Menelusuri Gagasan Sekularisasi”, artikel diakses pada 16 maret 2009
dari http:degoblog.wordpress.com/2008/12/18.html. 7 Ibid.
20
dan keuletannya juga memiliki sifat shidiq, amanah, fathanah dan tabligh. Ciri-
ciri itu masih ditambah saja’ah.8
o Shiddiq – Rightenousness
− Truthfulness in thinking, intention, speech, and action
− Peace of mind
− Walk the talk
− Halal oriented
Shiddiq artinya adalah benar, nilai dasarnya adanya integritas dalam
pribadi, selalu berkata benar, tidak berbohong, pikiran jernih. Nilai bisnisnya
ialah selalu berperilaku jujur, ikhlas, terjamin, keseimbangan emosi, berusaha
dalam komoditi yang halal, tidak memperjual belikan barang haram, atau asal
usul barang tersebut tidak jelas (mungkin dari barang curian, dsb).9
o Amanah – Trustworthiness
− Promise keeping
− Justice and fairness
− Tranparence
− Accountable
− Reliable
8 H. Buchari Alma, Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung: Alfabeta,
2009). h. 54-55. 9 Ibid., h. 54.
21
Nilai dasar dari amanah, adalah terpercaya, bisa memegang amanah,
tidak mau menyeleweng, selalu mempertahankan prinsip berdiri diatas
kebenaran. Nilai bisnisnya ialah adanya kepercayaan, bertanggungjawab,
transparan, tepat waktu, memberikan yang terbaik.10
o Fathanah – Intelligent
− Knowledgeable
− Skilful
− Strategic
− Tactful
Nilai dasar fathanah, ialah memiliki pengetahuan luas, cekatan,
terampil, memiliki strategi yang jitu. Nilai bisnisnya ialal memiliki visi dan
misi, cerdas, menguasai atau luas pengetahuannya mengenai barang dan jasa,
serta selalu belajar, mencari pengetahuan.11
o Tabligh – Communicative
− Servant-guardian leader
− Effective commnicator
− Motivating and inspiring
− Instruction by example
− Mobilizing, developing, and organizing followers
− Delegation of power
10 Ibid., h. 55. 11 Ibid., h. 55.
22
Nilai dasarnya adalah komunikatif, menjadi pelayan bagi publik, bisa
berkomunikasi secara efektif, memberikan contoh yang baik, dan bisa
mendelegasikan wewenangnya kepada orang lain. Nilai bisnisnya supel,
penjual yang cerdas, deskripsi tugas, bisa bekerja dengan tim, koordinasi ada
kendali dan supervisi.12
o Ada satu lagi yang merupakan sifat Rasulullah yang perlu di tambahkan yaitu
saja’ah, artinya berani. Nilai bisnisnya mau dan mampu mengambil
keputusan, menganalisis data, tepat dalam mengambil keputusan, dan
responsif.13
Nilai-nilai etika Islam yang dapat mendorong bertumbuhnya dan
suksesnya bisnis antara lain:14
1. Konsep Ihsan
Ihsan adalah suatu usaha individu untuk sungguh-sungguh bekerja,
tanpa kenal menyerah dengan dedikasi penuh menuju pada optimalisasi,
sehingga memperoleh hasil maksimal, ini tidak sama dengan perfeksionisme,
melainkan optimalisme. Perfeksionalisme tidak dianjurkan, karena ini tidak
mungkin dicapai oleh manusia. Kesempurnaan itu adalah sifat Allah SWT,
kita hanya mungkin berusaha untuk mendekatinya, dan tidak akan mungkin
bisa sempurna.
12 Ibid., h. 55. 13 Ibid., h. 55. 14 Ibid., h. 205-207.
23
Jepang juga memiliki konsep yang mirip, yang mereka sebut dengan
istilah Kaizen artinya Unending Improvement. Orang Jepang tidak pernah lupa
melaksanakan konsep Kaizen dalam kehidupan sehari-hari baik dalam urusan
pekerjaan maupun dalam kegiatan sehari-hari, sehingga mereka dapat
bersaing secara baik dengan negara lain.
2. Itqan
Artinya membuat sesuatu dengan teliti dan teratur. Jadi harus bisa
menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Allah SWT telah menjanjikan
bahwa siapa saja yang bersungguh-sungguh maka Dia akan menunjukan jalan
kepadanya dalam mencapai nilai yang setinggi-tingginya. Kembali kepada
bangsa Barat dan Jepang, ternyata mereka juga menerapkan konsep itqan ini
yang mereka lakukan dengan menerapkan TQC (Total Quality Control). Jadi
ada pengawasan mutu produksi atau dalam hal ini mutu barang dagangan,
dengan terus berusaha agar bisa lebih baik lagi.
3. Konsep hemat
Apa yang diunggulkan oleh Protestan ethics-nya Weber, sebenarnya
adalah konsep Islam, yang sejak 14 abad yang lalu telah diajarkan oleh
Rasulullah SAW kepada umatnya. Kita harus hemat dan tidak berlaku
mubazir, pekerjaan memboros-boroskan harta adalah teman syaitan. Hemat
bukan berarti kikir dan tidak menggunakan harta kecuali untuk sesuatu yang
benar-benar bermanfaat, sehingga dengan demikian kita dapat menyisihkan
sebagian harta tersebut dalam bentuk tabungan. Dana tabungan ini akan dapat
24
digunakan sebagai sumber investasi lebih lanjut, yang pada gilirannya
digunakan untuk produksi ataupun modal usaha. Lingkaran ini akan
menghasilkan tambahan harta bagi seseorang. Dan dapat menghantarkan kita
ke kehidupan beragama yang lebih bermakna.
4. Kejujuran dan Keadilan
Kejujuran (honesty), merupakan pilar yang sangat penting dalam
Islam, sebab kejujuran adalah nama lain dari kebenaran itu sendiri. Islam
melarang tegas melakukan kebohongan dan penipuan dalam bentuk apapun.
Sebab, nilai kebenaran ini akan berdampak langsung kepada para pihak yang
melakukan transaksi dalam perdagangan dan masyarakat secara luas.
sedangkan keadilan (justice) dalam Islam diartikan dengan suka sama suka
(antarraddiminkum) dan satu pihak tidak menzalimi pihak lain (la tazlimuna
wa la tuzlamun).
5. Kerja keras
Berusaha dalam bidang bisnis dan perdagangan adalah usaha kerja
keras. Dalam kerja keras itu tersembunyi kepuasan batin yang tidak dinikmati
oleh profesi lain. Dunia bisnis mengutamakan prestasi lebih dulu, baru
kemudian prestise, bukan sebaliknya. Generasi muda yang mengutamakan
prestise lebih dulu mereka tidak akan mencapai kemajuan, karena setiap
kemajuan pasti menuntut adanya prestasi. Prestasi dimulai dengan usaha kerja
keras, dalam bidang apapun juga.
25
Kemauan keras (azam) ini dapat menggerakkan motivasi untuk
bekerja dengan sungguh-sungguh. Orang-orang yang berhasil, atau bangsa
yang berhasil ialah bangsa yang mau kerja keras, tahan menderita, tapi
berjuang terus memperbaiki nasibnya. Pekerjaan dakwah yang dilakukan oleh
Rasul pun mencerminkan kerja keras, sehingga dapat berhasil mencapai
kejayaannya.15 Dalam Al-Quran dinyatakan bahwa:
☺ ☺ ⌧ ⌧
⌧
⌧
☺
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (Q.S. Ali Imran: 159)
B. Pasar Dan Bentuk Persaingan Usaha
1. Pengertian
Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli yang disana
terjadi transaksi. Secara garis besar pasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
15 Ibid., h. 157.
26
o Pasar nyata atau konkrit, adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli
untuk melakukan transaksi jual beli barang atau jasa. Misalnya pasar
tradisional
o Pasar abstrak, adalah pasar yang penjual dan pembelinya tidak bertemu
secara lengsung. Misalnya pasar bursa komoditi dan bursa saham16
Sedangkan persaingan usaha sendiri dalam kamus manajemen dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan bersaing/ bertanding diantara pengusaha/
pebisnis yang satu dengan pengusaha/ pebisnis lainnya didalam
memenangkan pangsa pasar (share market) dalam upaya melakukan
penawaran produk barang dan jasa kepada konsumen dengan berbagai strategi
pemasaran yang diterapkannya.
Persaingan usaha terdiri atas:
o Persaingan sehat (healthy competition)
o Persaingan gorok leher (cut throat competition)
Menurut teori persaingan sempurna ekonomi klasik, pasar terdiri atas
sejumlah produsen dan konsumen kecil yang tidak menentu. Kebebasan
masuk dan keluar, kebebasan memilih teknologi dan metode produksi, serta
kebebasan dan ketersediaan informasi, semuanya dijamin oleh pemerintah.
16 http://syadiashare.com/jenis-jenis-pasar.html., diaksese pada tanggal 7 Mei 2010.
27
Dalam keadaan pasar seperti ini, dituntut adanya teknologi yang efisien,
sehingga pelaku pasar akan dapat bertahan hidup.17
Namun sistem ekonomi seperti ini, dituduh oleh kaum sosialis hanya
memelindungi pemilik faktor produksi. Sehingga ada tudingan bahwa kaum
kapitalis telah membuat keputusan ekonomi yang mengejar kepentingan
individu, menekankan tingkat upah yang minimal, dan mendorong
pengambilan keuntungan yang sebesar-besarnya, mengkonsentrasikan
ekonomi pada sebagian kecil orang saja. Selanjutnya, sistem ekonomi pasar
bebas juga telah membawa kepada ketidakstabilan dalam aktivitas ekonomi
dan perputaran usaha.18
2. Struktur Pasar
Struktur pasar dibedakan berdasarkan banyaknya penjual dan pembeli.
Secara mudah dikatakan pasar yang terdiri dari banyak penjual dengan barang
yang relatif homogen disebut pasar bersaing sempurna (perfect competition).
Sedangkan pasar yang terdiri dari banyak penjual dan barangnya berbeda satu
sama lain (terdiferensiasi) disebut pasar bersaing monopolistic. Pasar yang
hanya ada satu penjual disebut pasar monopoli. Pasar yang ada beberapa
penjual disebut pasar oligopoli.19
a. Pasar Bersaing Sempurna
17 Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perpektif Islam, (Yogyakarta: BPFE, Cet: I, 2004), h.
371. 18 Ibid., h. 372. 19 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: Rajawali Pers, Cet: III, 2010), h.
167.
28
Suatu pasar disebut bersaing sempurna jika terdapat banyak
penjual dan pembeli sehingga tidak ada satupun diantara mereka dapat
mempengaruhi harga yang berlaku; terdapat mobilitas sumberdaya yang
sempurna; setiap produsen maupun konsumen mempunyai informasi yang
sempurna tentang keadaan pasar meliputi perubahan harga, kuantitas dan
kualitas barang dan informasi lainnya; tidak ada biaya atau manfaat
eksternal berhubungan dengan barang dan jasa yang dijual di pasar. Harga
terbentuk melalui mekanisme pasar dan hasil interaksi antara penawaran
dan permintaan, secara teoritis penjual tidak dapat menentukan harga atau
disebut price-taker, dimana penjual akan menjual barangnya sesuai harga
yang berlaku di pasar. Barang dan jasa yang dijual di pasar ini bersifat
homogen dan tidak dapat dibedakan. Semua produk terlihat identik.
Pembeli tidak dapat membedakan apakah suatu barang berasal dari
produsen A, produsen B, atau produsen C. Oleh karena itu, promosi
dengan iklan tidak akan memberikan pengaruh terhadap penjualan
produk.20 Contoh produknya adalah seperti beras, gandum, batubara,
kentang, dan lain-lain.
Sifat-sifat pasar persaingan sempurna :21
o Jumlah penjual dan pembeli banyak
o Barang yang dijual sejenis, serupa dan mirip satu sama lain
20 Ibid., h. 169. 21 Ibid., h. 169.
29
o Penjual bersifat pengambil harga (price taker)
o Harga ditentukan mekanisme pasar permintaan dan penawaran
(demand and supply)
o Posisi tawar konsumen kuat
o Sulit memperoleh keuntungan di atas rata-rata
o Sensitif terhadap perubahan harga
o Mudah untuk masuk dan keluar dari pasar
Semakin banyak penjual berarti semakin banyak pilihan pembeli.
Penjual yang harganya lebih tinggi tentu akan ditinggalkan pembeli. Hal
inilah yang mendorong penjual untuk mengikuti saja harga yang berlaku
dipasar (price taker).22
Semakin homogen barang yang dijual berarti pembeli semakin
tidak memiliki insentif mencari barang di penjual lain. Hal inilah yang
mendorong penjual untuk menjual barangnya sama dengan harga yang
berlaku dipasar. Tidak ada alasan bagi pembeli untuk membayar lebih
untuk barang yang sama.23
Semakin banyak kelebihan kapasitas produksi berarti setiap
kenaikan permintaan dapat dipenuhi tanpa membuat harga-harga naik. Hal
inilah yang menahan penjual untuk tidak menaikkan harganya meskipun
22 Ibid., h. 169. 23 Ibid., h. 169
30
ada kenaikan permintaan. Bila ia menaikan harganya, pembeli akan
membelinya dari penjual lain yang juaga memiliki kelebihan kapasitas.24
b. Pasar Bersaing Monopolistik (Monopolistis Competition)
Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau
penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana
konsumen produk tersebut berbeda-beda antara produsen yang satu
dengan yang lain. Contoh produknya adalah seperti makanan ringan
(snack), nasi goreng, pulpen, buku, dan sebagainya.
Sifat-sifat pasar monopolistik :25
o Untuk unggul diperlukan keunggulan bersaing yang berbeda
o Mirip dengan pasar persaingan sempurna
o Brand yang menjadi ciri khas produk berbeda-beda
o Produsen atau penjual hanya memiliki sedikit kekuatan merubah harga
(price maker)
o Relatif mudah keluar masuk pasar
Bila salah satu asumsi pasar bersaing sempurna kita lepaskan,
dalam hal ini, asumsi tentang barang yang homogen, maka kita akan
mendapatkan jenis pasar lain yaitu pasar bersaing monopolistik.
Terdiferensiasinya produk yang dijual memberikan peluang bagi penjual
24 Ibid., h. 169. 25 Ibid., h. 170-170.
31
untuk menjual barangnya dengan harga yang berbeda (price maker)
dengan barang lain yang ada di pasar.26
c. Pasar Monopoli
Monopoli merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu
monos polein, yang artinya penjual sendiri. Secara harfiah berarti di pasar
hanya ada satu penjual. Frank Fisher menjelaskan kekuatan monopoli
sebagai “the ability to act in unconstrained way” (kemampuan bertindak
[dalam menentukan harga] dengan caranya sendiri), sedangkan Besanko
(et.al.) menjelaskan monopoli sebagai penjual yang menghadapi “little or
no competition” (kecil atau tidak ada persaingan) di pasar27. Contohnya
seperti microsoft windows, perusahaan listrik negara (PLN), perusahaan
kereta api (PERUMKA), dan lain sebagainya.
Berdasarkan teori, monopoli dapat dibedakan menjadi dua yaitu:28
1) Monopoli yang alamiah (natural monopoly), yaitu monopoli yang
terjadi karena pelaku usaha tersebut memiliki kemampuan teknis
tertentu seperti:
(1) Pelaku usaha tersebut memiliki kemampuan atau pengetahuan
khusus (special knowledge) yang memungkinkan berproduksi
sangat efesien
26 Ibid., h. 170. 27 Ibid., h. 173-174. 28 Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perpektif Islam, h. 384-386.
32
(2) Skala ekonomi, dimana semakin besar skala produksi maka biaya
marjinal semakin menurun, sehingga biaya produksi perunit
(average cost) makin rendah
(3) Pelaku usaha memiliki kemampuan kontrol sumber faktor
produksi, baik berupa sumber daya alam, sumber daya manusia
maupun lokasi produksi.
2) Monopoli yang diperoleh melalui peraturan perundang-undangan
adalah:
(1) hak atas kekayaan intelektual, yaitu dimana negara memberikan
hak monopoli kepada pelaku usaha untuk memproduksi atau
memasarkan hasil dari suatu inovasinya tersebut;
(2) hak usaha eksklusif, yaitu hak yang diberikan oleh pemerintah
kepada pelaku usaha tertentu yang tidak didapatkan oleh pelaku
usaha yang lain, misalkan agen tunggal, importir tunggal, pembeli
tunggal, dan lain sebagainya.
Dimasukannya monopoli ke dalam katagori salah satu kegiatan
yang dilarang oleh undang-undang persaingan usaha, bukan berarti bahwa
sama sekali kegiatan monopoli tidak dapat dilakukan di Indonesia, karena
monopoli yang diperoleh melalui peraturan perundang-undangan, seperti
yang monopoli yang berkaitan dengan produksi dan/atau pemasaran
barang dan/atau jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak serta
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara masih diperbolehkan,
33
asalkan diatur dengan undang-undang dan diselenggarakan oleh BUMN
atau badan/ lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh pemerintah, masih
dapat ditoleransi oleh Undang-undang No.5/1999.29
d. Pasar Oligopoli
Oligopoli menurut ilmu ekonomi merupakan salah satu bentuk
struktur pasar, dimana di dalam pasar tersebut hanya terdiri dari sedikit
perusahaan. Sedikitnya jumlah perusahaan yang beroperasi di pasar
disebabkan oleh adanya barrier to entry yang mampu menghalangi
pemain baru untuk masuk ke dalam pasar. Sedikitnya jumlah pemain ini
juga menyebabkan adanya saling ketergantungan (mutual
interdependence) antar pelaku usaha, dan faktor inilah yang membedakan
struktur pasar oligopoli dengan struktur pasar yang lain. Ada beberapa
model strategi ketergantungan antar pelaku usaha oligopoli yaitu kolusi
(collusion), kepemimpinan harga (price leadership), dan kurva permintaan
patah (kinked demand curve).30
Dalam pasar yang berstruktur oligopoli sangat mungkin terjadi
perusahaan perusahaan yang ada akan saling mempengaruhi untuk
menentukan harga pasar, yang kemudian dapat mempengaruhi perusahaan
lainnya, baik yang sudah ada (existing firms) maupun yang masih diluar
pasar (potential firms). Praktek oligopoli umumnya dilakukan sebagai
29 http://theuploads.files.wordpress.com/ 2009/08/presentasi-pasar.ppt., diaksese pada tanggal
7 Mei 2010. 30 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, h. 175-176.
34
salah satu upaya untuk menahan perusahaan-perusahaan potensial untuk
masuk kedalam pasar, dan juga perusahaan-perusahaan melakukan
praktek oligopoli sebagai salah satu usaha untuk menikmati laba super
normal di bawah tingkat maksimum dengan menetapkan harga jual
terbatas ( limiting prices), sehingga menyebabkan kompetisi harga
diantara pelaku usaha yang melakukan praktek oligopoli menjadi tidak
ada.31
Apabila perusahaan yang dominan di dalam pasar oligopoli
melakukan kolusi maka mereka akan bekerja seperti satu perusahaan yang
bergabung untuk memaksimalkan laba dengan cara berlaku secara kolektif
seperti layaknya perusahaan monopoli. Tetapi kemungkinan gabungan
perusahaan yang melakukan kolusi akan mengalami kesulitan tetap ada,
karena masing-masing perusahaan memiliki struktur biaya yang berbeda,
sedangkan mereka harus menetapkan tingkat harga yang sama. Selain itu,
semakin banyak perusahaan yang masuk dalam kolusi maka kemampuan
untuk mencapai kesepakatan akan semakin sulit, dan masing-masing
anggota akan memiliki kecenderungan untuk berlaku curang. Cheating
atau kecurangan yang dilakukan oleh anggota kartel akan semakin tinggi
apabila laba yang dijanjikan oleh kegiatan kolusi lebih kecil dibandingkan
laba yang akan mereka dapatkan, misalnya dengan menjual di bawah
harga kesepakatan sehingga pasar mereka akan semakin luas. Hal tersebut
31 Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perpektif Islam, h. 389-390.
35
di atas menyebabkan pembahasan mengenai struktur pasar oligopoli
merupakan salah satu pembahasan yang cukup penting dalam hukum
persaingan usaha, karena sebagian besar pelaku usaha yang memiliki
kedudukan sebagai penguasa di dalam pasar tersebut akan dapat
memanfaatkan posisi dominannya untuk mendapatkan keuntungan yang
maksimal seperti layaknya pelaku usaha yang memiliki kedudukan
monopoli.32
C. Mekanisme Pasar Dalam Islam
Islam adalah agama yang selain bersifat syumuliyah (sempurna) juga
harakiyah (dinamis). Disebut sempurna karena Islam merupakan agama
penyempurna dari agama-agama sebelumnya dan syariatnya mengatur seluruh
aspek kehidupan, baik yang bersifat akidah maupun muamalah. Dalam kaidah
tentang muamalah, Islam mengatur segala bentuk perilaku manusia dalam
berhubungan dengan sesamanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di dunia.
Termasuk di dalamnya adalah kaidah Islam yang mengatur tentang pasar dan
mekanismenya.33
Pasar adalah sebuah mekanisme pertukaran barang dan jasa yang alamiah
dan telah berlangsung sejak peradaban awal manusia. Islam menempatkan pasar
pada kedudukan yang sangat penting dalam perekonomian. Praktik ekonomi pada
32 Ibid., h. 390. 33 http://suud83.wordpress.com/2009/03/27/mekanisme-pasar-islami-dan-pengendalian-harga,
diaksese pada tanggal 7 Mei 2010.
36
masa Rasulullah dan Khulafaurasyidin menunjukkan adanya peranan pasar yang
besar. Rasulullah sangat menghargai harga yang dibentuk oleh pasar sebagai
harga yang adil. Beliau menolak adanya suatu price intervenstion seandainya
perubahan harga terjadi karena mekanisme pasar yang wajar. Namun, pasar disini,
mengharuskan adanya moralitas, antara lain: persaingan yang sehat (fair play),
kejujuran (honesty), keterbukaan (transparancy), dan keadilan (justice). Jika nilai-
nilai ini telah di tegakkan, maka tidak ada alasan untuk menolak harga pasar. 34
Menurut Ibnu Taimiyah price intervension dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
o Price intervension yang zalim
o Price intervension yang adil
Ibnu Taimiyah menjelaskan tiga keadaan dimana price intervension harus
dilakukan :
o Produsen tidak mau menjual barangnya kecuali pada harga yang lebih tinggi
daripada regular market price, padahal konsumen membutuhkan barang
tersebut. Dalam keadaan ini pemerintah dipaksa untuk memaksa produsen
agar mau menjual barangnya dan menentukan harga (price intervension) yang
adil.
o Produsen menawarkan pada harga yang terlalu tinggi menurut konsumen,
sedangkan konsumen meminta pada harga yang terlalu rendah menurut
34 http://hafidalbadar.blog.uns.ac.id/2009/06/04/mekanisme-pasar-dan-regulasi-harga-menurut-ibnu-taimiyah, diakses tgl 7 mei 2010.
37
produsen. Dalam keadaan ini pemerintah bisa menjadi mediator antara
produsen dan konsumen, kemudian pemerintah harus mendorong kepada
produsen dan konsumen untuk menentukan harga.
o Pemilik jasa, misalnya tenaga kerja yang menolak bekerja kecuali pada harga
yang lebih tinggi daripada harga pasar yang berlaku, sehingga pemerintah
dapat melakukan intervensi dengan memaksa pemilik jasa untuk memberikan
jasanya.35
Selain melarang adanya intervensi harga, ada beberapa larangan yang
diberlakukan Rasulullah SAW untuk menjaga agar seseorang tidak dapat
melambungkan harga seenaknya seperti larangan menukar kualitas mutu barang
dengan kualitas rendah dengan harga yang sama serta mengurangi timbangan
barang dagangan. Beberapa larangan lainnya adalah36:
1) Bai’ Najsy
Bai’ Najsy adalah sebuah praktek dagang dimana seorang penjual
menyuruh orang lain untuk memuji barang dagangannya atau menawar
dengan harga yang tinggi agar calon pembeli yang lain tertarik untuk membeli
barang dagangannya. Si penawar sendiri tidak bermaksud untuk membeli
barang-barang tersebut. Ia hanya ingin menipu orang lain yang benar-benar
ingin membeli. Sebelumnya orang ini telah mengadakan kesepakatan dengan
penjual untuk membeli dengan harga tinggi agar ada pembeli yang
35 http://hafidalbadar.blog.uns.ac.id. 36 Adiwarman, Ekonomi Mikro Islami, h. 182.
38
sesungguhnya dengan harga yang tinggi pula dengan maksud untuk ditipu.
Akibatnya terjadi “permintaan palsu” (false demand).37
2) Ihtikar
Ihtikar adalah penimbunan barang-barang seperti makanan dan
kebutuhan sehari-hari. Penimbunan barang dan pencegahan peredarannya
sangat dilarang dan dicela dalam Islam seperti yang difirmankan Allah SWT.
⌧ ☺
⌧
”Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, (35) pada hari dipanaskan emas perak
37 Ibid., h. 183.
39
itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (Q.S. At-Taubah: 34-35)
Dari ayat di atas dapat dilihat bahwa praktek penimbunan baik yang
berbentuk uang tunai maupun barang sangatlah bertentangan dengan ajaran
Islam. Bahaya dari praktek ihtikar dapat menyebabkan kelangkaan barang di
pasar sehingga harga barang menjadi naik. Ihtikar ini sering kali
diterjemahkan sebagai monopoli dan/ atau penimbunan. Padahal sebenarnya
ihtikar tidak identik dengan monopoli dan/atau penimbunan. Dalam Islam,
siapapun boleh berbisnis tanpa peduli apakah dia satu-satunya penjual
(monopoli) atau ada penjual lain. Menyimpan stock barang untuk keperluan
persediaan pun tidak dilarang dalam Islam. Jadi monopoli sah-sah saja,
demikian pula halnya dengan menyimpan persediaan. Yang dilarangadalh
ihtikar, yaitu mengambil keuntungan diatas keuntungan normal dengan cara
menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi, atu istilah
ekonominya monopoliy’s rent-seeking. Jadi dalam Islam, monopoli boleh.
Sedangkan monopoliy’s rent-seeking tidak boleh.38
3) Tallaqi Al-Rukban
Praktek ini adalah dengan cara mencegat orang-orang yang membawa
barang dari desa dan membeli barang tersebut sebelum tiba di pasar.
Rasulullah melarang praktek semacam ini dengan tujuan untuk mencegah
38 Ibid., h. 185.
40
terjadinya kenaikan harga. Beliau memerintahkan agar barang-barang
langsung dibawa ke pasar, sehingga penyuplai barang dan para konsumen bisa
mengambil manfaat dari harga yang sesuai dan alami.39
Menurut Islam negara memiliki hak untuk melakukan intervensi dalam
kegiatan ekonomi baik itu dalam bentuk pengawasan, pengaturan maupun
pelaksanaan kegiatan ekonomi yang tidak mampu dilaksanakan oleh masyarakat.
Intervensi harga oleh pemerintah bisa karena faktor alamiah maupun non alamiah.
Pada umumnya intervensi pemerintah berupa intervensi kebijakan dalam regulasi
yang berhubungan dengan permintaan dan penawaran dan intervensi dalam
menentukan harga. Intervensi dengan cara membuat kebijakan yang dapat
mempengaruhi dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran (market
intervention) biasanya dikarenakan distorsi pasar karena faktor alamiah. Bila
distorsi pasar terjadi karena faktor non almiah, maka kebijakan yang ditempuh
salah satunya dengan dengan intervensi harga di pasar.40
Mekanisme pasar, regulasi dan moral harus ada dalam satu kesatuan, satu
paket pemikiran. Dengan hanya moral dan harga saja, boleh jadi belum mampu
mewujudkan tujuan-tujuan yang diinginkan masyarakat. Maka dari itu peran
efektif negara sebagai mitra, katalisator dan fasilitator, sangat dibutuhkan untuk
mewujudkan misi Islam. Beberapa hadis telah menekankan perlunya peran-peran
tersebut. Al-Qur’an hanya menyediakan norma-norma dan memerintahkan kaum
39 Ibid., h. 186. 40 Suud Fuadi, Mekanisme Pasar Islami Dan Pengendalian Harga, artikel diakses tanggal 7
Mei 2010.
41
muslimin untuk menjalankan norma-norma itu, dengan harapan kaum muslimin
menaatinya. Namun beberapa dari mereka tidak mau mematuhinya, khususnya
manakala moral lingkungan telah rusak. Maka dari itu negara mempunyai peranan
penting melalui pendidikan, dorongan, dan pencegahan untuk tingkah laku yang
membahayakan masyarakat seperti kezaliman, kecurangan, penipuan, dan
keculasan dengan tidak mematuhi perjanjian dan tanggung jawab.
Perhatian pada pentingnya peranan negara telah dicerminkan oleh tulisan
ulama-ulama terkemuka sepanjang sejarah. Al-Mawardi misalnya, telah
menyatakan bahwa keberadaan sebuah pemerintahan yang efektif, sangat
diperlukan untuk mencegah kezaliman dan pelanggaran. Sedangkan Ibn
Taimiyyah pun menekankan Islam dan negara mempunyai hubungan yang tidak
dapat dipisahkan. Satu pihak tidak dapat menjalankan perannya dengan baik tanpa
dukungan pihak yang lain. Proses implementasi syariah tidak akan mungkin tanpa
adanya negara yang memainkan peranan penting, dan negara mungkin akan
terpuruk dalam pemerintahan yang tidak adil dan tirani tanpa pengaruh syariah.
Demikian pula Baqir Al-Sadr sebagaimana dikutip M. Umar Chapra mengatakan
bahwa intervensi pemerintah dalam ruang lingkup kehidupan berekonomi adalah
penting dalam menjamin keselarasan dengan norma-norma Islam.41
Syarat utama untuk menjamin sebuah sistem ekonomi pasar yang fair dan
adil adalah perlunya suatu peran pemerintah yang sangat canggih yang
41 Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana,
2007), hal. 189.
42
merupakan kombinasi dari prinsip non-intervention. Dalam teori Adam Smith
seperti yang di kutif Mustafa Edwin, peran bahkan campur tangan pemerintah
tidak ditolak sama sekali atas dasar prinsip no harm, yaitu bahwa demi
menegakkan prinsip keadilan no harm, pemerintah harus campur tangan. Jadi,
bahkan sebaliknya, dalam situasi tertentu pemerintah justu dituntut untuk campur
tangan. Dalam situasi seperti itu, pemerintah yang tidak ikut campur tangan justru
akan dianggap tidak adil. Situasi seperti ini adalah situasi di mana ada pihak
tertentu yang dilanggar hak dan kepentingannya atau yang dirugikan oleh pihak
lain secara tidak sah.42
Dengan demikian, pemerintah tidak memiliki wewenang untuk melakukan
intervensi terhadap harga pasar dalam kondisi normal. Ibnu Taimiyah mengatakan
jika masyarakat melakukan transaksi jual beli dalam kondisi normal tanpa ada
bentuk distorsi atau penganiayaan apa pun dan terjadi perubahan harga karena
sedikitnya penawaran atau banyaknya permintaan, maka ini merupakan kehendak
Allah SWT.43
Harus diyakini nilai konsep Islam tisak memberikan ruang intervensi dari
pihak manapun untuk menentukan harga, kecuali dan hanya kecuali adanya
kondisi darurat yang kemudian menuntut pihak-pihak tertentu untuk ambil bagian
menentukan harga. Pengertian darurat disini adalah pada dasarnya peranan
pemerintah ditekan seminimal mungkin. Namun intervensi pemerintah sebagai
42 Ibid., h. 161. 43 Ibid., h. 161
43
pelaku pasar dapat dibenarkan hanyalah jika pasar tidak dalam keadaan sempurna,
dalam arti ada kondisi-kondisi yang menghalangi kompetisi yang fair terjadi
(market failure).44
Pada dasarnya mekaniisme pasar perekonomian Islam dan konvensional
memiliki karakteristik yang sama yaitu mekanisme pasar bebas. Tapi yang
membedakan adalah mekanisme pengawasan dalam pasar Islam. Sepanjang
mekanisme berjalan dengan adil dan tidak mengancam terpenuhinya kebutuhan
minimal seluruh rakyat, maka Negara dalam hal ini otoritas ekonomi tidak akan
mengintervensi pasar dalam bentuk apapun.45
Tetapi jika terjadi kegagalan pasar diluar sebap-sebap ketidakadilan dari
pelaku pasar, Negara boleh melakukan intervensi sepanjang kegagalan pasar
tersebut mengancam kebutuhan minimal rakyat. Dan dalam prakteknya peran
lembaga pengawas dan regulator pasar begitu signifikan dalam perekonomian
Islam. Ada dua bentuk pengawasan yang dilakukan pemerintah dalam mekanisme
pasar, yaitu: pertama, kesungguhan dalam mewujudkan tujuan Negara. Kedua,
kontrol dilakukan oleh lembaga independent, yaitu al-hisbah yang berfungsi
untuk menegakan aturan main mekanisme pasar. Jadi kebebasan mekanisme pasar
dalam Islam sangat diakui dan dijaga sepanjang ketentuan-ketentuan dan tujuan-
tujuan syariah dapat terlaksana dan terpelihara dengan baik. Misalnya tujuan
syariah yang menyebutkan pemenuhan kebutuhan dasar bagi semua masyarakat
44 Ibid, h.161. 45 Ali Sakti, Analisis Teoritis : Ekonomi Islam, h. 97.
44
dapat terpenuhi, maka sepatutnya intervensi dalam bentuk apapun dari siapapun
tidak boleh dilakukan dalam menentukan pergerakan harga yang ada di pasar.
Harga secara murni ditentukan penuh oleh mekanisme permintaan dan
penawaran.46
46 Ibid., h. 97.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di PD. Pasar Niaga Kerta Raharja Pasar
Ciputat – Ciputat, dengan objek penelitian yaitu pedagang muslim di pasar
tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel independen
(tingkat persaingan usaha) dan (pemahaman etika bisnis Islam) dengan variabel
dependen (perilaku pedagang muslim) di PD. Pasar Niaga Kerta Raharja Pasar
Ciputat.
B. Metode Pengumpulan Data
1. Teknik Penarikan Sampel
Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling
dengan menggunakan metode non probabillity sampling dengan tipe
purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu dimana penentuan sampel tergantung dari kepentingan penelitian.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif, karena untuk melihat seberapa besar pengaruh tingkat persaingan
45
usaha dan pemahaman etika bisnis terhadap perilaku para pedagang muslim
dengan analisa statistik
Hasil temuan analisis kuanitatif kemudian dilakukan kontekstualisasi
dan interpretasi. Penelitian ini merupakan penelitian survei karena dalam
penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner/ angket.
3. Jenis Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis dan sumber data dibagi dalam dua kategori, yaitu:
a) Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari responden
melalui kuesioner dan wawancara dengan para pedagang yang beragama
Islam dan para pihak lainnya yang dapat membantu penelitian ini.
b) Data sekunder, adalah sumber data pendukung dan pelengkap data
penelitian. Data ini sangat penting bagi kelengkapan analisa dari temuan
hasil penelitian. Sumber data sekunder yang dimaksud adalah buku-buku
dan bahan-bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan masalah
penelitian.
4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan penulis lakukan adalah:
a) Observasi, yaitu penulis melakukan peninjauan langsung ketempat yang
akan diteliti, yakni pasar Ciputat, untuk mengamati secara seksama setiap
kejadian, gejala, sosio-ekonomi dan yang lainnya secara jelas dan akurat.
46
b) Quesioner/ angket, kegiatan ini penulis lakukan untuk mendapatkan data
primer dari responden yang berupa daftar isian tertulis atas sejumlah
permasalahan yang akan di teliti.
Adapun instrumen data yang digunakan adalah kuesioner/ angket.
Model jawaban dalam kuesioner menggunakan skala likert yang
merupakan metode untuk mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau
ketidaksetujuan terhadap subjek, objek atau kejadian tertentu. Skala likert
menggunakan lima angka penilaian dari gradasi sangat positif sampai sangat
negatif atau sebaliknya. Adapun pemberian skor dari setiap pertanyaan yang
digunakan dalam penelitian ini ditentukan sebagai berikut:
a) Sangat tidak setuju skornya
satu
b) Tidak setuju skornya dua
c) Netral skornya tiga
d) Setuju skornya empat
e) Sangat setuju skornya lima
Setelah diperoleh total skor tiap-tiap responden, dilakukan kategorisasi
untuk mengetahui persepsi pedagang terhadap kondisi persaingan usaha dan
Implementasi etika bisnis Islam di pasar Ciputat tersebut secara keseluruhan.
Format penskoran variabel persaingan usaha dapat diuraikan sebagai
berikut: untuk 30 item pertanyaan tentang persaingan usaha terdiri dari
jawaban sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju dan sangat setuju. Dari
jawaban ini kemudian dibuat kategorisasi persepsi pedagang terhadap kondisi
47
persaingan usaha di pasar Ciputat tersebut, yaitu di dasarkan pada seberapa
besar persentase (%) jawaban, yang akan di bagi menjadi tiga kelompok:
o Sangat tidak setuju dan tidak setuju, berarti kategori persaingan usaha
berlangsung tidak baik
o Netral, berarti kategori persaingan usaha berlangsung biasa
o Setuju dan sangat setuju kategori persaingan usaha berjalan dengan baik
Format penskoran variabel perilaku dagang dapat diuraikan sebagai
berikut: untuk 35 item pertanyaan tentang perilaku dagang terdiri dari
jawaban sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju dan sangat setuju. Dari
jawaban ini kemudian dibuat kategorisasi persepsi pedagang terhadap perilaku
mereka didalam menjalankan usahanya sehari-hari di pasar Ciputat tersebut,
dengan di dasarkan seberapa besar persentase (%) jawaban yang di bagi
menjadi tiga kelompok:
o Sangat tidak setuju dan stidak setuju, berarti kategori perilaku dagang
mereka belum sesuai dengan ajaran dan tuntunan Islam
o Netral, berarti kategori perilaku dagang mereka masih meragukan
o Setuju dan sangat setuju kategori perilaku dagang mereka sudah sesuai
dengan ajaran islam
48
5. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan totalitas dari semua objek atau individu yang
memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan di teliti.1 Populasi
dalam penelitian ini adalah pedagang muslim di pasar Ciputat Tangerang.
Yakni 314 pedagang resmi atau yang terdaftar dan sekitar 500 orang pedagang
yang menempati lapak-lapak liar atau tak terdaftar. Jadi jumlah populasi para
pedagang sekitar 800 orang pedagang.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil melalui cara-
cara tertentu yang juga memilliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang
dianggap bisa mewakili populasi. Jumlah sampel yang akan ditarik dari
populasi pedagang diatas sebesar 10% yaitu sebanyak 80 orang.
C. Teknik Analisis Data
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Data
Sebelum data primer dianalisis, perlu dilakukan pengujian atas
kualitas data yaitu uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas digunakan
untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner
dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan
1 M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, Cet. I, 2002), h.58.
49
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner.2 Validitas data penelitian ditentukan
oleh proses pengukuran yang akurat.
Validitas menunjukkan ketepatan dan kecermatan tes dalam
menjalankan fungsi pengukurannya. Suatu tes dikatakan mempunyai validitas
tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil
ukur sesuai dengan makna dan tujuan diadakannya tes tersebut. Suatu
kuesioner dikatakan sudah valid bila nilai signifikansi tiap butir pertanyaan
lebih kecil dari nilai alpha (α)3. Nilai signifikansi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 0,05.
Sedangkan uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur variabel yang
diukur melalui kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
waktu kewaktu walaupun berkali-kali diuji.
SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji
statistik Cronbach Alpha. Untuk menganalisis reliabilitas, kriteria
menyebutkan jika nilai Cronbach’s Alpha sama dengan atau lebih dari 0,800
maka butir-butir pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan reliabel4.
Adapun angka Cronbach’s Alpha dapat dihitung dengan rumus :
2 H. Imam Ghozali, Apikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, (Semarang: badan
Penerbit Univesitas Diponegoro, 2007), h.45. 3 Suliyanto, Metode Riset Bisnis, ( Yogyakarta: Andi, 2006), h.149. 4 Ety Rochaeti, dkk. Metode Penelitian BisnisDengan Aplikasi SPSS, (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2007), h. 210.
50
R= α = R = N [ S2 (1- ∑ Si2 ]
N-1 S2 Ket:
α = koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha
S2 = varians skor keseluruhan
Si2 = varians masing- masing item
N = jumlah item dalam tes
2. Model Korelasi
Model korelasi yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman.
Korelasi ini berguna untuk menguji keeratan hubungan antara beberapa
variabel dengan skala ordinal. Skala ordinal adalah satuan ukuran yang
menunjukan jenjang atau rank. Korelasi Rank Spearman digunakan untuk
mengetahui hubungan antara persaingan usaha dan pemahaman etika bisnis
Islam terhadap perilaku dagang.
Adapun rumus korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut:
1- 6∑di
2
rs = N3- N
Dimana:
∑di2 : beda (selisih) setiap pasang rank
N : jumlah pasang rank
rs : Rank Spearman
51
Dalam penelitian ini perhitungan korelasi Rank Spearman dilakukan
dengan menggunakan perangkat lunak SPSS. Dan taraf signifikansi atau
besarnya α yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5%.
3. Perumusan Hipotesa
Hipotesis penelitian atas permasalahan ini adalah:
o Ho : Tidak terdapat hubungan searah dan signifikan antara tingkat
persaingan usaha dengan perilaku para pedagang muslim di pasar Ciputat
Tangerang.
Ha : Terdapat hubungan searah dan signifikan antara tingkat persaingan
usaha dengan perilaku para pedagang muslim di pasar Ciputat Tangerang.
o Ho : Tidak terdapat hubungan searah dan signifikan antara pemahaman
etika bisnis Islam dengan perilaku para pedagang muslim di pasar Ciputat
Tangerang.
Ha : Terdapat hubungan searah dan signifikan antara pemahaman etika
bisnis Islam dengan perilaku para pedagang muslim di pasar Ciputat
Tangerang.
4. Pengujian Hipotesis (Uji Rank Spearman)
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan Rank Spearman, yaitu untuk mengetahui bagaimana hubungan
antara persaingan usaha dan pemahaman etika bisnis Islam dengan perilaku
para pedagang.
52
Kenaikan dan penurunan dari nilai X1, X2 dan Y ditentukan oleh
adanya hubungan linear antara variable-variabel tersebut, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dan diantara variable-variabel tersebut dapat
terjadi hubungan sangat kuat atau tidak ada hubungan linear. Adapun
pedoman interpretasi koefisien korelasi yang digunakan adalah sebagai
berikut5.
Tabel 3.1
Pedoman interpretasi koefisien korelasi
Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00- 0,199 Sangat rendah
0,20- 0,399 Rendah
0,40- 0,599 Sedang/ cukup
0,60- 0,799 Kuat
0,80- 1,000 Sangat kuat
5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel adalah sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan dalam
penelitian yang merupakan satu konsep yang mempunyai variasi. Variabel
tersebut berupa variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel dalam
penelitian ini adalah:
5 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 250.
53
1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Perilaku Dagang
2. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemahaman Etika Bisnis Islam
(X1) dan Tingkat Persaingan Usaha (X2).
Pemahaman Etika bisnis Islam (X1)
Perilaku Dagang (Y)
Persaingan Usaha (X2)
Adapun Definisi Operasioanal Variabel adalah bagaimana menentukan
dan mengukur variabel- variabel tersebut di lapangan dengan merumuskan
secara singkat dan jelas serta tidak menimbulkan berbagai penafsiran.
Jawaban dari responden atas kuesioner dikuantifikasikan dengan diberi skor.
54
Tabel 3.2
Instrumen Penelitian
Variabel Sub-variabel
(dimensi) Indikator Skala
Daya saing
kualitas
o Barang yang halal
o Mutu barang yang baik
o Menjaga mutu barang
o Menjaga kebersihan barang
o Menerangkan barang apa adanya
o Tidak menyembunyikan cacat
o Tidak berbohong akan kondisi
barang
o Tidak mencampur barang yang
haram
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Odinal
Ordinal
Ordinal
Daya saing
harga
o Menjual dengan harga pasaran
o Persaingan memicu perang harga
o Menjual barang dengan harga
tinggi
o Menjual barang dibawah harga
pasar
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Persaingan
Usaha
Daya saing
marketing
o Mampu Mengambil keputusan
ketika terpuruk
o Promosi
o Tempat kerja yang strategis
o Tata letak/ penyajian yang baik
o Memberi hak konsumen memilih
o Menjaga mutu penyajian
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
55
o Membutuhkan tenaga kerja
o Memberi upah yang sesuai
o Mencatat peredaran barang
o Mencatat peredaran uang
o Mencatat hutang-piutang
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Daya saing
jaringan kerja
o Selektif memilih pekerjaan
o Selektif memilih rekan kerja
o Bekerjasama dengan pedagang
lain
o Bermusyawarah dalam mengelola
bisnis
o Tidak menyaingi penjual lain
o Melakukan study banding
o Belajar demi memajukan usaha
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Tingkat
Pengetahuan
o Allah yang menciptakan alam
semesta beserta isinya
o Sumber daya adalah pemberian/
titipan Allah
o Al-Quran dan hadis merupakan
pedoman hidup
o Tidak boleh Mubadzir
o Islam mengakui konsep
kepemilikan pribadi
o Pemilikan pribadi berisifat tidak
mutlak
o Pemilikan individu dibatasi oleh
kepentingan masyarakat
o Penguasaan manusia hanya
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
56
bersifat pemanfaatan dan
pengaturan
o Islam menolak pendapatan secara
tidak halal
o Islam melarang pencurian
o Larang penipuan
o Larang kecurangan
o Larang penyuapan
o Larang penjualan barang dan jasa
yang haram
o Larang keuntungan yang
berlebihan dengan cara yang tidak
terpuji
o Larangan penimbunan barang
o Larangan penggunaan iklan yang
mengelabui dan tidak wajar
o Kepemilikan pribadi sebagai
modal untuk kesejahteraan
masyarakat
o Akumulasi modal yang terpusat
pada segelintir orang tidak
dibenarkan
o Landasan utama ekonomi Islam
adalah kerjasama dengan
landasan ketauhidan
o Landasan utama ekonomi Islam
adalah kerjasama dengan
landasan keikhlasan
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
57
o Landasan utama ekonomi Islam
adalah kerjasama dengan
landasan kejujuran
o Landasan utama ekonomi Islam
adalah kerjasama dengan
landasan keadilan
o Landasan utama ekonomi Islam
adalah kerjasama untuk
mendapatkan keuntungan yang
wajar
o Pertanggungjawaban akan
berlaku baik di dunia maupun
diakhirat nanti
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Perilaku
Dagang
Niat o Semata-mata untuk mendapatkan
ridha Allah
o Hanya untuk mendapatkan materi
o Untuk mendapatkan kebahagiaan
di dunia dan akhirat
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Tidak
melalaikan
ibadah
o Tidak pernah lalai dalam shalat
o Berusaha shalat tepat pada
waktunya
o Puasa di bulan ramadhan
o Membayar zakat
o Shalat berjamaah
o Shalat sunnah
o Shadaqah
o Membaca Al-Quran
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
58
o Berdzikir dan berdoa Ordinal
Akhlak dan
mental yang
baik
o Ingin usaha maju
o Bekerja tanpa mengenal waktu
o Dapat menjalankan usaha dalam
keadaan apapun
o Bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidup
o Untuk mendapatkan rezki yang
halal
o Menjaga amanah
o Jujur dalam berdagang
o Suka menolong orang yang
sedang kesusahan
o Menjaga kebersihan lingkungan
sekitar
o Berpenampilan rapi
o Longgar dan murah hati
o Senyum dan bersifat akrab
terhadap pelanggan
o Tenang, sopan dan tidak
memotong pembicaraan
pelanggan
o Bersemangat dalam menghadapi
pelanggan
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Tidak
melakukan
tindakan yang
tidak terpuji
o Tidak melakukan sumpah palsu
o Tidak melakukan riba
o tidak memaksa pembeli
o tidak membohongi konsumen
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
59
o tidak melakukan kecurangan
o tidak menjual barang haram
o tidak menipu
o tidak mencari keuntungan yang
berlebihan
o tidak melakukan penimbunan
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
60
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Existing Kondisi Pasar Ciputat
Pasar Ciputat berdiri di atas tanah seluas 5.670 M2 yang dibangun oleh
“PT. BETA NIA MULTI SARANA” dan mulai difungsikan pada tahun 1997.
Selain gedung pasar, pemerintah Kabupaten Tangerang melalui Dinas
Pengelolaan Pasar Kabupaten Tangerang, juaga membangun Los
Polycarbonate di Areal Sub Terminal untuk menampung para pedagang K-5.
Pasar ciputat sekarang ini berfungsi untuk melayani kebutuhan sehari-
hari masyarakat Ciputat, Pondok Aren, Pamulang. Jakarta Selatan dan
sekitarnya.
Ruang dagang yang dibangun dipasar ciputat terdiri dari 1.136 Unit
Kios dan 386 Unit Los. Namun dari sejumlah kios dan los yang tersedia lebih
dari setengahnya dalam keadaan kosong, jumlah pedagang yang menempati
kios sebanyak 325 pedagang dan hanya 27 los yang terisi pedagang, dengan
rincian sebagai berikut:
Lantai atas : sebagian besar pedagang pakaian
Blok EK : 188 kios buka : 70 tutup : 118
Blok FK : 72 kios buka : 19 tutup : 53
Blok GK : 203 kios buka : 15 tutup : 188
61
Lantai Dasar : pedagang kelontong
Blok CK : 184 kios buka : 120 tutup : 64
Blok DK : 235 kios buka : 4 tutup : 231
Lantai Basement : sembako dan kebutuhan dapur lainnya
Los AL : 110 Los buka : 0 tutup : 110
Blok BK : 115 kios buka : 70 tutup : 45
Los : 128 Los buka : 27 tutup : 101
Menurut pengakuan salah seorang Staf administrasi harian pasar, hal
ini disebabkan karena sebagian kondisi bangunan dalam keadaan rusak dan
sebagian yang lain tidak dihuni karena para pedagang menilai posisi atau
letaknya yang kurang strategis, sehingga kebanyakan para pedagang lebih
memilih untuk berjualan di Areal Sub Terminal dan diluar lokasi Pasar
Ciputat itu sendiri.
Selain permasalahan diatas masih terdapat beberapa masalah yang saat
ini dihadapi oleh baik pengelola maupun para pedagang di Pasar Ciputat,
diantaranya:
1. Ruang dagang cukup tersedia, tetapi sebagian ruang dagang tidak efektif
yang disebabkan Pemilik hanya sebagai investor bukan sebagai pedagang
2. Rusaknya tangga masuk pasar pada bagian pintu belakang sebelah utara
pasar.
3. Kurangnya sirkulasi udara pada gedung pasar, sehingga kurang nyamanya
bagi pedagang dan konsumen
62
4. Kurang adanya pemeliharaan gedung pasar, sehingga perlu adanya
kerjasama dengan pengelola dan pihak ketiga.
5. Rusaknya pemadam kebakaran hidrant.
6. Banyaknya PK-5 yang berada diluar gedung pasar, sehingga membuat
kecemburuan pedagang yang ada didalam gedung pasar.
7. Lokasi dan kondisi beberapa kios dan los yang sulit dijangkau oleh
pembeli sehingga tak ada minat bagi para pedagang untuk menempatinya
8. Lahan, ruang, bangunan kondisi membahayakan (rusak/ tidak kokoh) atau
ditempat yang berbahaya
9. Kurang tertib dan kurang kooordinasi antara pengelola dan pedagang
10. Tidak ada zone khusus untuk jenis barang yang didagangkan
63
2. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi dari PD. Pasar Niaga Kerta Raharja Pasar
Ciputat – Ciputat adalah sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI
PASAR CIPUTAT KABUPATEN TANGERANG
Urusan Ketentraman, Ketertiban & Keamanan − Odih Supriyatna − Cecep Nurahman
Kepala Pasar Odih Supriyatna
URUSAN KEBERSIHAN Muktar
Staf Penyalar/ Kolektor − Dedi Junaedi − M. Amri − Gunawan
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Analisis Reliabilitas dan Validitas
Reliabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran.
Untuk menganalisis reliabilitas, kriteria menyebutkan jika nilai Cronbach’s
Alpha sama dengan atau lebih dari 0,800 maka butir-butir pertanyaan dalam
kuesioner dinyatakan reliabel1.
1 Ety Rochaeti, dkk. Metode Penelitian BisnisDengan Aplikasi SPSS,(Jakarta: Mitra Wacana
Media,2007), h. 210.
64
Tabel 4.1
Nilai Cronbach’s Alpha Pemahaman Etika Bisnis Islam dan Tingkat Persaingan
Usaha serta Perilaku Dagang
Variabel Cronbach’s Alpha N of Items Keterangan
Pemahaman Etika Bisnis Islam 0,862 25 Reliabel
Tingkat Persaingan Usaha 0,858 30 Reliabel
Perilaku Dagang 0,865 35 Reliabel
Sumber : Data diolah
Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel
Pemahaman Etika Bisnis Islam dan Tingkat Persaingan Usaha serta Perilaku Dagang
adalah (0,862), (0,858), dan (0,865). Angka tersebut lebih besar dari 0,800 sehingga
dapat disimpulkan bahwa butir-butir pernyataan dalam kuesioner Pemahaman Etika
Bisnis Islam dan Tingkat Persaingan Usaha serta Perilaku Dagang adalah reliabel.
Syarat lain layak tidaknya suatu kuesioner penelitian adalah harus lulus uji
validitas. Validitas menunjukkan ketepatan dan kecermatan tes dalam menjalankan
fungsi pengukurannya.
Dalam penelitian ini uji validitas kuesioner penelitian dilakukan dengan
menggunakan uji Rank Spearman. Caranya adalah dengan mengkorelasikan skor tiap
butir pertanyaan dengan skor totalnya. Suatu butir pertanyaan dalam kuesioner
65
dikatakan valid jika nilai signifikansinya lebih kecil dari nilai alpha2. Dan taraf
signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05.
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa setiap item pernyataan dalam kuesioner
Pemahaman Etika Bisnis Islam mempunyai nilai signifikansi yang lebih kecil dari
0,05. Nilai signifikansi terbesar dari item-item pernyataan tentang Pemahaman Etika
Bisnis Islam adalah 0,007 atau lebih kecil dari 0,05. namun demikian ternyata ada
satu item pernyataan tentang Pemahaman Etika Bisnis Islam yang dinyatakan tidak
valid, yaitu pernyataan no: 7 karena nilai signifikansinya adalah 0,058 atau lebih
besar dari 0,05.
Selanjutnya, nilai signifikansi paling besar untuk item pernyataan tentang
Tingkat Persaingan Usaha berdasarkan tabel 4.3 adalah 0,008 atau lebih kecil dari
0,05 dan terdapat tiga buah pernyataan yang dinyatakan tidak valid karena nilai
signifikansinya lebih besar daripada 0,05 yang terdapat pada pernyataan no: 10, 11
dan 12 yaitu sebesar: (0,054), (0,441), dan (0,482).
Kemudian pada setiap item pernyataan dalam kuesioner Perilaku Dagang
yang dapat dilihat pada tabel 4.4 nilai signifikansi paling besar adalah 0,003 atau
lebih kecil dari 0,05, dan ternyata ada empat buah item pernyataan tentang Perilaku
Dagang yang dinyatakan tidak valid, yaitu pernyataan no: 2, 14, 15, 16 karena nilai
signifikansinya adalah (0,394), (0,394), (0,150), dan (0,293) atau lebih besar dari
0,05.
2 Suliyanto, Metode Riset Bisnis, ( Yogyakarta: Andi, 2006), h.149.
66
Dengan demikian terdapat delapan item pernyataan dalam Kuesioner
Pemahaman Etika Bisnis Islam dan Tingkat Persaingan Usaha serta Perilaku Dagang
yang dinyatakan tidak valid. Namun sebanyak 92 % lainnya dinyatakan telah valid.
Tabel 4.2
Hasil Uji Rank Spearman Untuk Variabel Pemahaman Etika Bisnis Islam
Pemahaman Etika Bisnis Islam Keterangan Pernyataan
Coefficient Correlation Sig. (2- tiled) N Valid
Pernyataan 1 0,.660* 0,000 60 Valid
Pernyataan 2 0,.556* 0,000 60 Valid
Pernyataan 3 0,635* 0,000 60 Valid
Pernyataan 4 0,582* 0,000 60 Valid
Pernyataan 5 0,343* 0,007 60 Valid
Pernyataan 6 0,602* 0,000 60 Valid
Pernyataan 7 0,246* 0,058 60 Tidak Valid
Pernyataan 8 0,407* 0,001 60 Valid
Pernyataan 9 0,787* 0,000 60 Valid
Pernyataan 10 0,709* 0,000 60 Valid
Pernyataan 11 0,793* 0,000 60 Valid
Pernyataan 12 0,704* 0,000 60 Valid
Pernyataan 13 0,704* 0,000 60 Valid
Pernyataan 14 0,759* 0,000 60 Valid
67
Pernyataan 15 0,811* 0,000 60 Valid
Pernyataan 16 0,503* 0,000 60 Valid
Pernyataan 17 0,707* 0,000 60 Valid
Pernyataan 18 0,546* 0,000 60 Valid
Pernyataan 19 0,692* 0,000 60 Valid
Pernyataan 20 0,628* 0,000 60 Valid
Pernyataan 21 0,609* 0,000 60 Valid
Pernyataan 22 0,494* 0,000 60 Valid
Pernyataan 23 0,648* 0,000 60 Valid
Pernyataan 24 0,569* 0,000 60 Valid
Pernyataan 25 0,595* 0,000 60 Valid
**correlation is significant at 0.01 level (2- tiled)
*correlation is significant at 0.05 level (2- tiled)
Sumber : data diolah
68
Tabel 4.3
Hasil Uji Rank Spearman Untuk Variabel Tingkat Persaingan Usaha
Tingkat Persaingan Usaha Keterangan Pernyataan
Coefficient Correlation Sig. (2- tiled) N Valid
Pernyataan 1 0,410* 0,001 60 Valid
Pernyataan 2 0,456* 0,000 60 Valid
Pernyataan 3 0,434* 0,001 60 Valid
Pernyataan 4 0,345* 0,007 60 Valid
Pernyataan 5 0,481* 0,000 60 Valid
Pernyataan 6 0,622* 0,000 60 Valid
Pernyataan 7 0,589* 0,000 60 Valid
Pernyataan 8 0,582* 0,000 60 Valid
Pernyataan 9 0,494* 0,000 60 Valid
Pernyataan 10 0,250 0,054 60 Tidak Valid
Pernyataan 11 -0,101 0,441 60 Tidak Valid
Pernyataan 12 0,093 0,482 60 Tidak Valid
Pernyataan 13 0,518* 0,000 60 Valid
Pernyataan 14 0,418* 0,001 60 Valid
Pernyataan 15 0,553* 0,000 60 Valid
Pernyataan 16 0,626* 0,000 60 Valid
Pernyataan 17 0,541* 0,000 60 Valid
69
Pernyataan 18 0,530* 0,000 60 Valid
Pernyataan 19 0,389* 0,002 60 Valid
Pernyataan 20 0,509* 0,000 60 Valid
Pernyataan 21 0,528* 0,000 60 Valid
Pernyataan 22 0,558* 0,000 60 Valid
Pernyataan 23 0,558* 0,000 60 Valid
Pernyataan 24 0,538* 0,000 60 Valid
Pernyataan 25 0,677* 0,000 60 Valid
Pernyataan 26 0,675* 0,000 60 Valid
Pernyataan 27 0,339* 0,008 60 Valid
Pernyataan 28 0,378* 0,003 60 Valid
Pernyataan 29 0,584* 0,000 60 Valid
Pernyataan 30 0,451* 0,000 60 Valid
**correlation is significant at 0.01 level (2- tiled)
*correlation is significant at 0.05 level (2- tiled)
Sumber : data diolah
70
Tabel 4.4
Rank Spearman Untuk Variabel Perilaku Dagang
Perilaku Dagang Keterangan Pernyataan
Coefficient Correlation Sig. (2- tiled) N Valid
Pernyataan 1 0,541* 0,000 60 Valid
Pernyataan 2 -0,112 0,394 60 Tidak Valid
Pernyataan 3 0,457* 0,000 60 Valid
Pernyataan 4 0,586* 0,000 60 Valid
Pernyataan 5 0,625* 0,000 60 Valid
Pernyataan 6 0,705* 0,000 60 Valid
Pernyataan 7 0,753* 0,000 60 Valid
Pernyataan 8 0,566* 0,000 60 Valid
Pernyataan 9 0,381* 0,003 60 Valid
Pernyataan 10 0,623* 0,000 60 Valid
Pernyataan 11 0,521* 0,000 60 Valid
Pernyataan 12 0,740* 0,000 60 Valid
Pernyataan 13 0,485* 0,000 60 Valid
Pernyataan 14 0,037 0,778 60 Tidak Valid
Pernyataan 15 0,188 0,150 60 Tidak Valid
Pernyataan 16 0,138 0,293 60 Tidak Valid
Pernyataan 17 0,639* 0,000 60 Valid
71
Pernyataan 18 0,788* 0,000 60 Valid
Pernyataan 19 0,781* 0,000 60 Valid
Pernyataan 20 0,630* 0,000 60 Valid
Pernyataan 21 0,562* 0,000 60 Valid
Pernyataan 22 0,657* 0,000 60 Valid
Pernyataan 23 0,752* 0,000 60 Valid
Pernyataan 24 0,587* 0,000 60 Valid
Pernyataan 25 0,640* 0,000 60 Valid
Pernyataan 26 0,688* 0,000 60 Valid
Pernyataan 27 0,701* 0,000 60 Valid
Pernyataan 28 0,658* 0,000 60 Valid
Pernyataan 29 0,804* 0,000 60 Valid
Pernyataan 30 0,787* 0,000 60 Valid
Pernyataan 31 0,774* 0,000 60 Valid
Pernyataan 32 0,601* 0,000 60 Valid
Pernyataan 33 0,724* 0,000 60 Valid
Pernyataan 34 0,772* 0,000 60 Valid
Pernyataan 35 0,743* 0,000 60 Valid
**correlation is significant at 0.01 level (2- tiled)
*correlation is significant at 0.05 level (2- tiled)
Sumber : data diolah
72
2. Deskripsi Data
a. Deskripsi Responden
Sampel dalam penelitian ini adalah para pedagang resmi yang
berjualan di PD. Pasar Niaga Kerta Raharja Pasar Ciputat – Ciputat yang
beragama Islam, hal ini dikarenakan objek penelitian skripsi ini adalah
etika berbisnis dalam Islam. Jumlah sampelnya adalah 80 orang. Dalam
penelitian ini Penarikan sampel menggunakan metode non probabillity
sampling dengan tipe purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu dimana penentuan sampel tergantung dari
kepentingan penelitian. Instrumen pengumpulan data yang digunakan
adalah kuesioner. Adapun teknik pengisiannya adalah dilakukan secara
mandiri oleh responden, yaitu dengan mengirim kuesioner kepada
responden, kemudian kuesioner yang telah terisi diambil kembali. Teknik
ini diambil karena pengisian kuesioner dengan cara membacakan langsung
butir-butir pertanyaan kepada responden tidak memungkinkan mengingat
responden sangat sibuk.
73
Tabel 4.5
Gambaran Distribusi Kuesioner
Identifikasi sampel Jumlah Persentase
Total kuesioner yang disebar 80 100 %
Total kuesioner yang direspon 68 85 %
Total kuesioner yang tidak direspon 12 15 %
Total kuesioner yang dapat digunakan 60 75 %
Total kuesioner yang tidak dapat digunakan 8 10 %
Dari 60 kuesioner yang disebar, sebanyak 85% atau sebanyak 68 kuesioner
kembali. Namun ada 8 kuesioner yang tidak dapat digunakan karena ada butir-butir
pertanyaan yang tidak diisi. Sehingga jumlah kuesioner yang dapat digunakan adalah
sebanyak 60 buah atau 75 % dari seluruh kuesioner yang disebar. Gambaran jelas
tentang distribusi kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.5 di atas.
74
Tabel 4.6
Deskripsi Responden
Deskripsi
responden
Keterangan Frekuensi Persentase Persentase
kumulatif
Jumlah Sampel 60 100 % 100 %
Laki- laki 49 81,7 % 81,7 % Jenis kelamin
Perempuan 11 18,3 % 100 %
18- 27 tahun 14 23,3 % 23,3 %
28- 37 tahun 18 30 % 53,3 %
38- 47 tahun 19 31,7 % 85 %
48- 57 tahun 6 10 % 95 %
Usia
Di atas 57 tahun 3 5 % 100 %
Menikah 12 20 % 20 %
Belum menikah 47 78,3 % 98,3 %
Status
perkawinan
Janda/ duda 1 1,7 % 100 %
SD 5 8,3 % 8,3 %
SLTP 11 18,3 % 26,7 %
SLTA 37 61,7 % 88,3 %
Diploma 3 5 % 93,3 %
S1 2 3,3 % 96,7 %
Pendidikan
S2- S3 2 3,3 % 100 %
75
Ayam potong 1 1.7 % 1.7 %
Bakso 2 3.3 % 5 %
Bumbu giling 5 8.3 % 13.3 %
Jaket dan sablon 1 1.7 % 15 %
Jilbab 1 1.7 % 16.7 %
Kosmetik 1 1.7 % 18.3 %
Makanan dan minu-
man
4 6.7 % 25 %
Pakaian 17 28.3 % 53.3 %
Pakaian dalam 2 3.3 % 56.7 %
Plastik 3 5 % 61.7 %
Sayur mayur 3 5 % 66.7 %
Sembako 7 11.7 % 78.3 %
Sepatu/ tas 4 6.7 % 85 %
Telur 2 3.3 % 88.3 %
Toko jamu 2 3.3 % 91.7 %
Jenis dagangan
Warung nasi 5 8.3 % 100 %
1-5 tahun 17 28.3 % 28.3 %
6-10 tahun 29 48.3 % 76,6 %
Lama
berdagang
11-15 tahun 7 11.7 % 88,3 %
76
16-20 tahun 3 5 % 93,3 %
21-25 tahun 3 5 % 98,3 %
Di atas 25 tahun 1 1,7 % 100 %
Gedung 47 78.3 % 78.3 % Tempat
berdagang Luar gedung 13 21.7 % 100 %
Dari kuesioner yang terkumpul, terlihat bahwa responden terbanyak berusia
38 - 47 tahun, yaitu sebesar 31, 7 %. Dan responden yang berusia di atas 57 tahun
jumlahnya paling sedikit yaitu hanya sebesar 5 %. Sementara sisanya adalah
responden yang berusia antara 18 - 27 tahun sebanyak 23,3 %, responden berusia 28 -
37 tahun sebanyak 30 %, responden berusia 48 - 57 tahun sebanyak 10 %. Demikian
dapat kita simpulkan bahwa para pedagang di pasar Ciputat mayoritas adalah orang-
orang yang masih dalam usia produktif, yang tentunya masih wajib untuk memenuhi
segala kebutuhannya baik duniawi maupun ukhrawi.
Dan mayoritas responden berjenis kelamin laki- laki yaitu sebesar 81,7 % dan
responden perempuan hanya sebesar 18,3 % dari jumlah responden, hal ini bisa
dimaklumi karena pada dasarnya didalam Islam laki-laki lebih di tuntut untuk bekerja
guna memenuhi kebutuhan sehari-hari ketimbang wanita.
Sementara itu sebanyak 20 % responden berstatus menikah, dan yang belum
menikah sebanyak 78,3 %, sedangkan sisanya yang berstatus telah janda/ duda yaitu
hanya sebesar 1,7 %.
77
Kemudian dilihat dari tingkat pendidikannya, mayoritas pedagang muslim di
pasar Ciputat berpendidikan SLTA, yaitu sebesar 61,7 %, sementara jumlah pedagang
yang merupakan lulusan Sekolah Dasar sebesar 8,3 %, jumlah pedagang yang
merupakan lulusan SLTP sebesar 18,3 %, jumlah pedagang yang merupakan lulusan
Diploma sebesar 5 %, sarjana strata satu hanya sebanyak 3,3 %, dan sarjana strata dua
- tiga juga hanya sebanyak 3,3 % dari jumlah responden.
Berdasarkan jenis dagangannya terlihat bahwa sebanyak 28,3 % responden
berjualan pakaian yang merupakan jenis responden mayoritas. Sementara pedagang
bumbu giling dan warung nasi merupakan responden terbanyak kedua, yaitu sebesar
8,3 % dari jumlah responden. Pedagang sepatu/ tas juga pedagang makanan dan
minuman menempati urutan terbanyak ketiga dengan jumlah persentase yang sama
yaitu sebesar 6,7 % dari jumlah responden. Sisanya adalah pedagang plastik (5 %),
pedagang sayur mayur (5 %), pedagang bakso (3,3 %), pedagang pakaian dalam (3,3
%), pedagang telur (3,3 %), pedagang jamu (3,3 %), pedagang ayam (1,7 %),
pedagang jaket dan sablon (1,7 %), pedagang jilbab (1,7 %), dan pedagang kosmetik
sebesar (1,7 %) dari jumlah responden.
Sementara dilihat dari masa kerjanya, pedagang yang telah bejualan dalam
kurun waktu 1-5 tahun berjumlah 17 orang atau 28,3 %, yang telah berdagang selama
6-10 tahun sebanyak 29 orang atau 48,3 %, yang telah berdagang selama 11-15 tahun
sebanyak 7 orang atau 11,7 %, yang telah berdagang selama 16-20 tahun sebanyak 3
orang atau 5 %, yang telah berdagang selama 21-25 tahun sebanyak 3 orang atau 5 %
dan pedagang yang telah berjualan selama lebih dari 25 tahun sebanyak 1 orang atau
78
1,7 %. Selanjutnya dari jumlah kuesioner yang disebarkan mayoritas pedagangnya
berjualan di dalam kios atau los yaitu sebanyak 47 pedagang atau 78,3 % dan
pedagang yang berjualan di luar kios atau los sebanyak 13 pedagang atau 21,7 % dari
jumlah responden.
b. Jawaban Responden
Dalam kuesioner penelitian ini diajukan pernyataan-pernyataan tentang
Pemahaman Etika Bisnis Islam dan Tingkat Persaingan Usaha serta Perilaku Dagang
disertai lima pilihan jawaban, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju,
dan sangat setuju. Adapun jawaban responden atas setiap butir pernyataan dalam
kuesioner disajikan sebagai berikut.
1) Pernyataan Tentang Tingkat Persaingan Usaha
Pada bagian ini diajukan pernyataan-pernyataan tentang Tingkat Persaingan
Usaha berdasarkan empat dimensi, yaitu daya saing kualitas, daya saing harga, daya
saing marketing, dan daya saing jaringan kerja. Dari setiap dimensi tersebut diajukan
beberapa pernyataan berdasarkan indikator-indikatornya.
a) Daya saing kualitas
Tabel 4.7 Saya hanya mau menjual barang yang halal
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
netral 5 8.3 8.3 8.3
setuju 25 41.7 41.7 50.0
sangat setuju 30 50.0 50.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
79
Dari tabel di atas terlihat sebanyak 91,7 % responden mengakui bahwa dalam
menjaga daya saing kualitas barang dagangannya mereka hanya mau menjual barang
dagangan yang halal, bahkan 50,0 % di antaranya sangat menyadari bahwa aspek
kehalalan dari barang dagangannya adalah suatu keharusan. Sementara hanya 8,3 %
pedagang yang tidak memberikan respon apapun akan pentingnya aspek kehalalan
dari barang yang mereka jual.
Tabel 4.8 Saya menjual barang dengan mutu yang baik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
netral 4 6.7 6.7 6.7
setuju 29 48.3 48.3 55.0
sangat setuju 27 45.0 45.0 100.0 Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari dabel 4.8 diatas kita dapat melihat bahwa 93,3 % responden
menyatakan bahwa barang yang mereka jual adalah barang dengan mutu dan kualitas
yang baik, bahkan sebanyak 45,0 % diantaranya sangat meyakini bahwa barang
dagangan yang mereka jual memenuhi standarisasi mutu yang baik. Sementara hanya
6,7 % pedagang yang tidak memberikan respon apapun akan pentingnya mutu barang
yang baik.
80
Tabel 4.9 Saya berusaha menjaga mutu barang dagangan agar tetap dalam kondisi yang
baik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
netral 2 3.3 3.3 3.3
setuju 26 43.3 43.3 46.7
sangat setuju 32 53.3 53.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.9 diajukan untuk mengetahui apakah responden selalu
mengupayakan untuk menjaga mutu barang dagangannya, dan hasilnya hampir semua
responden menanggapinya dengan cukup positif, bahkan sebanyak 96,6 %
menyatakan selalu berusaha menjaga mutu dagangannya agar tetap dalam kondisi
yang baik dan hanya 3,3 % diantaranya lebih memilih untuk bersikap netral.
Tabel 4.10 Saya selalu menjaga kebersihan barang dagangan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
netral 3 5.0 5.0 5.0
setuju 26 43.3 43.3 48.3
sangat setuju 31 51.7 51.7 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.10 diajukan untuk mengetahui tanggapan para
responden akan kebersihan barang dagangannya. Dan hasilnya sebanyak 95,0 %
responden menyatakan selalu menjaga kebersihan barang dagangannya. Sedangkan
sisanya sebanyak 5,0 % memilih untuk tidak memberikan pernyataan atau bersifat
netral.
81
Tabel 4.11 Saya selalu menerangkan/ menawarkan barang apa adanya kepada pelanggan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
netral 8 13.3 13.3 13.3
setuju 31 51.7 51.7 65.0
sangat setuju 21 35.0 35.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.11 diajukan untuk mengetahui apakah para pedagang
selalu menerangkan/ menawarkan barang apa adanya kepada pelanggan. Dan
hasilnya sebanyak 86,7 % responden mengiyakan hal tersebut. Walaupun begitu
sebanyak 13,3 % responden memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini.
Tabel 4.12 Saya tidak menyembunyikan cacat barang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 6 10.0 10.0 10.0
netral 7 11.7 11.7 21.7
setuju 31 51.7 51.7 73.3
sangat setuju 16 26.7 26.7 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Dari tabel di atas terlihat sebanyak 78,4 % responden mengakui bahwa dalam
menjaga daya saing kualitas barang dagangannya mereka tidak menutup-nutupi jika
terdapat cacat pada barang dagangannya. Walaupun begitu sebanyak 11,7 %
responden memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sebanyak
10,0 % lainnya menjawab sebaliknya.
82
Tabel 4.13 Saya tidak berbohong ketika menerangkan kondisi barang dagangan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 3 5.0 5.0 5.0
netral 10 16.7 16.7 21.7
setuju 28 46.7 46.7 68.3
sangat setuju 19 31.7 31.7 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Dari tabel 4.13 di atas terlihat bahwa sebanyak 78,4 % responden mengakui
bahwa dalam menjaga daya saing kualitas barang dagangannya mereka tidak mau
berbohong ketika menerangkan kondisi barang dagangannya. Walaupun begitu
sebanyak 16,7 % responden memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini.
Dan sebanyak 5,0 % lainnya menjawab sebaliknya dan hal ini mengindikasikan
bahwa masih terdapat pedagang yang berbohong ketika menawarkan barang
dagangannya kepada calon pembeli.
Tabel 4.14 Saya tidak mencampur dagangan dengan barang yang haram
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 2 3.3 3.3 3.3
tidak setuju 1 1.7 1.7 5.0
netral 1 1.7 1.7 6.7
setuju 22 36.7 36.7 43.3
sangat setuju 34 56.7 56.7 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.14 diajukan untuk mengetahui apakah para pedagang
tidak mencampur dagangan mereka dengan barang dagangan yang bersifat haram.
Dan hasilnya sebanyak 93,4 % responden mengiyakan hal tersebut. Walaupun begitu
83
sebanyak 1,7 % responden memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini.
Dan sebanyak 5,0 % lainnya menjawab sebaliknya yang artinya mereka mencampur
barang dagangannya dengan barang dagangan yang bersifat haram.
b) Daya saing harga
Tabel 4.15 Saya menawarkan barang dagangan dengan harga yang sesuai
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
tidak setuju 2 3.3 3.3 5.0
netral 3 5.0 5.0 10.0
setuju 34 56.7 56.7 66.7
sangat setuju 20 33.3 33.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Dari tabel 4.15 di atas terlihat bahwa sebanyak 90,0 % responden mengakui
bahwa dalam menjaga daya saing harga barang dagangannya mereka menawarkan
barang dagangannya dengan harga yang sesuai. Walaupun begitu sebanyak 5,0 %
responden memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sebanyak 5,0
% lainnya menjawab sebaliknya dan ini artinya masih terdapat beberap pedagang
yang menjual barang dagangannya dengan harga yang tidak semestinya.
84
c) Daya saing marketing
Tabel 4.16 Saya bisa mengambil keputusan apabila usaha yang saya jalankan dalam keadaan
terpuruk
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 3 5.0 5.0 5.0
tidak setuju 5 8.3 8.3 13.3
netral 11 18.3 18.3 31.7
setuju 35 58.3 58.3 90.0
sangat setuju 6 10.0 10.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.16 diajukan untuk mengetahui apakah para pedagang
bisa mengambil keputusan apabila usaha yang mereka jalankan dalam keadaan
terpuruk. Dan hasilnya sebanyak 68,3 % responden mengiyakan hal tersebut.
Walaupun begitu sebanyak 18,3 % responden memilih untuk tidak memberi
pernyataan terkait hal ini. Dan sebanyak 13,3 % lainnya menjawab sebaliknya yang
artinya mereka merasa tidak mampu dalam mengelola usahanya ketika dalam masa
krisis.
Tabel 4.17 Saya mempromosikan barang dagangan kepada konsumen
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
tidak setuju 3 5.0 5.0 6.7
netral 10 16.7 16.7 23.3
setuju 35 58.3 58.3 81.7
sangat setuju 11 18.3 18.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
85
Dari tabel 4.17 di atas terlihat bahwa sebanyak 76,6 % responden mengakui
bahwa dalam menjaga daya saing marketing dagangannya mereka berusaha untuk
mempromosikan barang dagangannya kepada konsumen. Walaupun begitu sebanyak
16,7 % responden memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Dan
sebanyak 6,7 % lainnya menjawab sebaliknya dan ini artinya para pedagang tersebut
tidak melakukan usaha untuk mempromosikan barang dagangannya kepada
konsumen.
Tabel 4.18 Saya memilih tempat yang strategis untuk berdagang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 2 3.3 3.3 3.3
netral 6 10.0 10.0 13.3
setuju 30 50.0 50.0 63.3
sangat setuju 22 36.7 36.7 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Dari tabel 4.18 di atas terlihat bahwa sebanyak 76,6 % responden mengakui
bahwa mereka memilih tempat yang strategis untuk berdagang. Walaupun begitu
sebanyak 10,0 % responden memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini.
Dan sebanyak 3,3 % lainnya menjawab sebaliknya dan ini artinya para pedagang
tersebut kurang memperdulikan letak posisi dimana mereka berjualan.
86
Tabel 4.19
Saya menyusun barang dagangan saya secara baik sehinngga terlihat lebih menarik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
netral 5 8.3 8.3 10.0
setuju 27 45.0 45.0 55.0
sangat setuju 27 45.0 45.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Dari tabel 4.19 di atas terlihat bahwa sebanyak 90,0 % responden menyatakan
bahwa mereka menyusun barang dagangannya secara baik sehingga terlihat lebih
menarik. Walaupun begitu sebanyak 8,3 % responden memilih untuk tidak memberi
pernyataan terkait hal ini. Dan sebanyak 1,7 % lainnya menjawab sebaliknya artinya
mereka kurang memperdulikan tata letak barang dagangannya.
Tabel 4.20 Saya memberi hak kepada pembeli untuk memilih
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
netral 7 11.7 11.7 11.7
setuju 26 43.3 43.3 55.0
sangat setuju 27 45.0 45.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.20 diajukan untuk mengetahui apakah para pedagang
memberi hak kepada pembeli untuk memilih barang yang ingin dibeli. Dan hasilnya
sebanyak 88,3 % responden mengiyakan hal tersebut. Walaupun begitu sebanyak
11,7 % responden memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini.
87
Tabel 4.21 Saya berusaha untuk selalu merapihkan kembali barang dagangan agar selalu terlihat
menarik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
tidak setuju 1 1.7 1.7 3.3
netral 3 5.0 5.0 8.3
setuju 38 63.3 63.3 71.7
sangat setuju 17 28.3 28.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Dari tabel 4.21 di atas terlihat bahwa sebanyak 91,6 % responden menyatakan
bahwa mereka berusaha untuk selalu merapihkan kembali barang dagangan agar
selalu terlihat menarik. Walaupun begitu sebanyak 5,0 % responden memilih untuk
tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sebanyak 3,4 % lainnya menjawab
sebaliknya artinya mereka kurang memperdulikan kerapihah akan barang
dagangannya.
Tabel 4.22 Saya membutuhkan tenaga kerja demi untuk kemajuan usaha saya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 5 8.3 8.3 8.3
netral 8 13.3 13.3 21.7
setuju 33 55.0 55.0 76.7
sangat setuju 14 23.3 23.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Dari tabel 4.22 di atas terlihat bahwa sebanyak 78,3 % responden mengakui
bahwa dalam menjaga daya saing marketing dagangannya mereka membutuhkan
tenaga kerja untuk kemajuan usahanya. Walaupun begitu sebanyak 13,3 % responden
88
memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sebanyak 8,3 % lainnya
menjawab sebaliknya dan ini artinya para pedagang tersebut merasa tidak
membutuhkan tenaga kerja.
Tabel 4.23 Saya memberikan upah kepada pegawai sesuai dengan haknya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 4 6.7 6.7 6.7
netral 9 15.0 15.0 21.7
setuju 38 63.3 63.3 85.0
sangat setuju 9 15.0 15.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.23 diajukan untuk mengetahui apakah responden
memberikan upah kepada pegawai sesuai dengan haknya. Dan hasilnya sebanyak
78,3 % responden mengiyakan hal tersebut. Walaupun begitu sebanyak 15,0 %
responden memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini karena mereka
tidak mempekerjakan pegawai. Dan sebanyak 6,7 % lainnya menjawab sebaliknya.
Tabel 4.24 Saya mencatat barang yang masuk atau yang keluar
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 2 3.3 3.3 3.3
tidak setuju 4 6.7 6.7 10.0
netral 10 16.7 16.7 26.7
setuju 38 63.3 63.3 90.0
sangat setuju 6 10.0 10.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Dari tabel 4.24 di atas terlihat bahwa sebanyak 73,3 % responden menyatakan
bahwa mereka mencatat barang yang masuk atau yang keluar. Walaupun begitu
89
sebanyak 16,7 % responden memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini.
Dan sebanyak 10,0 % lainnya menjawab sebaliknya artinya mereka tidak mempunyai
catatan yang spesifik terhadap perputaran barang.
Tabel 4.25 Saya mencatat pendapatan dan pengeluaran
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
tidak setuju 4 6.7 6.7 8.3
netral 10 16.7 16.7 25.0
setuju 34 56.7 56.7 81.7
sangat setuju 11 18.3 18.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Dari tabel 4.25 di atas terlihat bahwa sebanyak 75,0 % responden menyatakan
bahwa mereka mencatat pendapatan dan pengeluaran transaksi hariannya. Walaupun
begitu sebanyak 16,7 % responden memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait
hal ini. Dan sebanyak 8,3 % lainnya menjawab sebaliknya artinya mereka tidak
mempunyai catatan yang spesifik terhadap perputaran uang (modal).
Tabel 4.26 Saya mencatat jika ada hutang ataupun piutang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 3 5.0 5.0 5.0
netral 5 8.3 8.3 13.3
setuju 35 58.3 58.3 71.7
sangat setuju 17 28.3 28.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.26 diajukan untuk mengetahui apakah para pedagang
mencatat jika ada hutang ataupun piutang. Dan hasilnya sebanyak 86,6 % responden
90
mengiyakan hal tersebut. Walaupun begitu sebanyak 8,3 % responden memilih untuk
tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sebanyak 5,0 % lainnya menjawab
sebaliknya yang artinya mereka tidak mempunyai catatan hutang-piutang.
d) Daya saing jaringan kerja
Tabel 4.27 Saya sangat selektif didalam memilih usaha yang akan saya jalani
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
netral 10 16.7 16.7 16.7
setuju 39 65.0 65.0 81.7
sangat setuju 11 18.3 18.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Dari tabel 4.27 di atas terlihat bahwa sebanyak 83,3 % responden mengakui
bahwa dalam menjaga daya saing jaringan kerja (networking), mereka sangat selektif
didalam memilih usaha yang akan mereka jalani. Walaupun begitu sebanyak 16,7 %
responden memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini.
Tabel 4.28 Saya selektif dalam memilih rekan kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 6 10.0 10.0 10.0
netral 8 13.3 13.3 23.3
setuju 34 56.7 56.7 80.0
sangat setuju 12 20.0 20.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Dari tabel 4.28 di atas terlihat bahwa sebanyak 76,7 % responden mengakui
bahwa dalam menjaga daya saing jaringan kerja (networking), mereka sangat selektif
didalam memilih rekana kerja. Walaupun begitu sebanyak 13,3 % responden memilih
91
untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sebanyak 10,0 % lainnya
menjawab sebaliknya artinya mereka kurang memperdulikan dengan siapa mereka
melakukan kerjasama.
Tabel 4.29 Saya menjalin kerjasama dengan pedagang dan pihak lain dalam berbisnis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 5 8.3 8.3 8.3
netral 14 23.3 23.3 31.7
setuju 27 45.0 45.0 76.7
sangat setuju 14 23.3 23.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.29 diatas ditujukan untuk mengetahui apakah didalam
menjaga daya saing jaringan kerja (networking) para pedagang dipasar ciputat
tersebut menjalin kerjasama dengan pedagang atau pihak lain dalam melakukan
usahanya. Dan hasilnya sebanyak 68,3 % responden mengiyakan hal tersebut.
Walaupun begitu sebanyak 23,3 % responden memilih untuk tidak memberi
pernyataan terkait hal ini. Dan sebanyak 8,3 % lainnya menjawab sebaliknya yang
artinya mereka tidak menjalin kerjasama dengan pedagang atau pihak lain dalam
berbisnis.
Tabel 4.30 Saya selalu bermusyawarah didalam mengelola bisnis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 4 6.7 6.7 6.7
netral 14 23.3 23.3 30.0
setuju 34 56.7 56.7 86.7
sangat setuju 8 13.3 13.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
92
Pernyataan pada tabel 4.30 diatas ditujukan untuk mengetahui apakah didalam
menjaga daya saing jaringan kerja (networking) mereka bermusyawarah didalam
mengelola bisnis. Dan hasilnya sebanyak 70,0 % responden mengiyakan hal tersebut.
Walaupun begitu sebanyak 23,3 % responden memilih untuk tidak memberi
pernyataan terkait hal ini. Dan sebanyak 6,7 % lainnya menjawab sebaliknya yang
artinya mereka tidak pernah bermusyawarah didalam mengelola bisnis.
Tabel 4.31 Saya berusaha untuk tidak ingin menyaingi para pedagang lain
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 3 5.0 5.0 5.0
tidak setuju 5 8.3 8.3 13.3
netral 13 21.7 21.7 35.0
setuju 30 50.0 50.0 85.0
sangat setuju 9 15.0 15.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.31 diajukan untuk mengetahui apakah responden
berusaha untuk tidak ingin menyaingi para pedagang lain. Dan hasilnya sebanyak
65,0 % responden mengiyakan hal tersebut. Walaupun begitu sebanyak 21,7 %
responden memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sebanyak
13,3 % lainnya menjawab sebaliknya karena mereka ingin berusaha menyaingi
pedagang lainnya.
93
Tabel 4.32 Saya berusaha belajar dari pedagang lain dalam menjalankan usaha
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
sangat tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
tidak setuju 1 1.7 1.7 3.3
netral 8 13.3 13.3 16.7
setuju 35 58.3 58.3 75.0
sangat setuju 15 25.0 25.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.32 diatas ditujukan untuk mengetahui apakah didalam
menjaga daya saing jaringan kerja (networking) mereka berusaha belajar dari
pedagang lain dalam menjalankan usahanya. Dan hasilnya sebanyak 83,3 %
responden mengiyakan hal tersebut. Walaupun begitu sebanyak 13,3 % responden
memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sebanyak 3,4 % lainnya
menjawab sebaliknya yang artinya mereka tidak mempunyai itikad untuk melakukan
studi kepada pedagang lain.
Tabel 4.33 Saya mau belajar demi memajukan usaha
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
tidak setuju 2 3.3 3.3 3.3
netral 3 5.0 5.0 8.3
setuju 33 55.0 55.0 63.3
sangat setuju 22 36.7 36.7 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.33 diajukan untuk mengetahui apakah responden mau
belajar demi memajukan usahanya, dan hasilnya hampir semua responden
menanggapinya dengan cukup positif, bahkan sebanyak 91,7 % menyatakan mau
94
belajar demi memajukan usahanya dan hanya 5,0 % diantaranya lebih memilih untuk
bersikap netral. Sedangkan sisanya sebanyak 3,3 % bersikap sebaliknya.
Dari pernyataan-pernyataan tentang bagaimana keadaan persaingan usaha
yang berlangsung di pasar Ciputat tersebut, didapat kesimpulan bahwasanya rata-rata
sebanyak 82,4 % pedagang muslim yang menjadi responden di pasar Ciputat tersebut
melakukan persaingan usah dengan cara-sara yang sehat (tidak melanggar etika dan
ajaran Islam). Sedangkan sebanyak rata-rata 12,16 % responden tersebut enggan
berkomentar perihal hal ini yang artinya cara-cara mereka dalam melangsungkan
persaingan usaha masih diragukan apakah sudah sesuai dengan ajaran Islam atau
belum. Namun berdasarkan hasil survei ini juga ternyata masih terdapat pedagang
muslim yang melakukan kecurangan dan cara-cara yang kurang sehat (melanggar
etika dan ajaran Islam) dalam melakukan persaingan usahanya antar sesama
pedagang lain, yaitu rata-rata berkisar 6,84 % pedagang.
Ini artinya proses berlangsungnya persaingan usaha di pasar Ciputat tersebut
berjalan dengan sehat karena telah sesuai dengan apa yang telah di ajarkan oleh
agama Islam.
2) Pernyataan Tentang Pemahaman Etika Bisnis Islam
Pada bagian ini diajukan pernyataan-pernyataan tentang pemahaman etika
bisnis Islam yang disusun berdasarkan pandangan M.M. Metwally yang dikutip dari
DR. H. M. Arifin Hamid, dalam bukunya “Membumikan Ekonomi Syariah di
Indonesia”.
95
Tabel 4.34 Allah menciptakan alam semesta beserta isinya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
setuju 19 31.7 31.7 31.7
sangat setuju 41 68.3 68.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Dari tabel 4.34 di atas terlihat sebanyak 100,0 % responden menyadari betul
bahwa seluruh alam semesta beserta isinya ini adalah ciptaan Allah tanpa satu orang
responden pun menyangkalnya.
Tabel 4.35 Sumberdaya adalah pemberian dan titipan Allah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
setuju 25 41.7 41.7 43.3
sangat setuju 34 56.7 56.7 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.35 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa sumberdaya adalah pemberian dan titipan Allah, dan hasilnya
hampir semua responden mengakuinya, yaitu sebanyak 98,4 %. Sedangkan sisanya
sebanyak 1,7 % bersikap sebaliknya mereka mempunyai pandangan lain akan hal ini
dan cenderung kurang memahaminya.
96
Tabel 4.36 Al-Quran dan hadis merupakan pedoman hidup
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
netral 2 3.3 3.3 3.3
setuju 21 35.0 35.0 38.3
sangat setuju 37 61.7 61.7 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0 Pernyataan pada tabel 4.36 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa Al-Quran dan hadis merupakan pedoman hidup, dan hasilnya
hampir semua responden mengakuinya, yaitu sebanyak 96,7 %. Sedangkan sisanya
sebanyak 3,3 % memilih untuk bersikap netral.
Tabel 4.37 Allah melarang manusia berbuat mubazir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
netral 4 6.7 6.7 6.7
setuju 21 35.0 35.0 41.7
sangat setuju 35 58.3 58.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.37 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa Allah melarang manusia berbuat mubazir, dan hasilnya mayoritas
responden mengetahuinya, yaitu sebanyak 93,3 %. Dan sisanya sebanyak 6,7 %
memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini.
97
Tabel 4.38 Allah memperbolehkan setiap orang memiliki sesuatu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
tidak setuju 4 6.7 6.7 8.3
netral 5 8.3 8.3 16.7
setuju 29 48.3 48.3 65.0
sangat setuju 21 35.0 35.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0 Pernyataan pada tabel 4.38 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa Allah memperbolehkan setiap orang (hamba-Nya) memiliki
sesuatu, dan hasilnya hampir semua responden menyadarinya, yaitu sebanyak 83,3 %.
Dan sisanya sebanyak 3,3 % memilih untuk bersikap netral. Sedangkan sebanyak 8,4
% lainnya belum mengetahui akan hal ini.
Tabel 4.39 Setiap yang dimiliki seseorang hanyalah bersifat sementara (titipan Allah)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
netral 3 5.0 5.0 5.0
setuju 23 38.3 38.3 43.3
sangat setuju 34 56.7 56.7 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0 Pernyataan pada tabel 4.39 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa setiap yang dimiliki seseorang hanyalah bersifat sementara (titipan
Allah), dan hasilnya mayoritas responden sebanyak 95,0 % mengetahui hal tersebut.
98
Sedangkan sisanya sebanyak 5,0 % responden memilih untuk tidak memberi
pernyataan terkait hal ini.
Tabel 4.40 Harta yang kita miliki hanya sebatas untuk kita urus dan manfaatkan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
tidak setuju 13 21.7 21.7 23.3
netral 9 15.0 15.0 38.3
setuju 25 41.7 41.7 80.0
sangat setuju 12 20.0 20.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.40 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa harta yang dimiliki hanya sebatas untuk diurus dan dimanfaatkan,
dan hasilnya mayoritas responden mengetahuinya, yaitu sebanyak 61,3 %. Dan
sisanya sebanyak 15,0 % memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini.
Sedangkan sebanyak 23,4 % lainnya belum mengetahui akan hal ini.
99
Tabel 4.41 Allah melarang pendapatan yang tidak halal
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
tidak setuju 1 1.7 1.7 3.3
netral 1 1.7 1.7 5.0
setuju 24 40.0 40.0 45.0
sangat setuju 33 55.0 55.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.41 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa Allah melarang pendapatan yang tidak halal, dan hasilnya
mayoritas responden mengetahuinya, yaitu sebanyak 95,0 %. Dan sisanya sebanyak
1,7 % memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Namun sebanyak 3,4
% lainnya mengaku belum mengetahui akan hal ini.
Tabel 4.42 Allah melarang kita mencuri
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
netral 3 5.0 5.0 6.7
setuju 18 30.0 30.0 36.7
sangat setuju 38 63.3 63.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.42 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa Allah melarang pencurian, dan hasilnya mayoritas responden
100
mengetahuinya, yaitu sebanyak 93,3 %. Dan sisanya sebanyak 5,0 % memilih untuk
tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Sedangkan sebanyak 1,7 % lainnya
mengaku belum mengetahui akan hal ini.
Tabel 4.43 Allah melarang kita melakukan penipuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 3 5.0 5.0 5.0
setuju 22 36.7 36.7 41.7
sangat setuju 35 58.3 58.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.43 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa Allah melarang penipuan, dan hasilnya mayoritas responden
mengetahuinya, yaitu sebanyak 95,0 %. Sedangkan sebanyak 5,0 % lainnya mengaku
belum mengetahui akan hal ini.
Tabel 4.44 Allah melarang kita berbuat curang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 3 5.0 5.0 5.0
netral 1 1.7 1.7 6.7
setuju 23 38.3 38.3 45.0
sangat setuju 33 55.0 55.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
101
Pernyataan pada tabel 4.44 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa Allah melarang kecurangan, dan hasilnya mayoritas responden
mengetahuinya, yaitu sebanyak 93,3 %. Dan sisanya sebanyak 1,7 % memilih untuk
tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Sedangkan sebanyak 5,0 % lainnya
mengaku belum mengetahui akan hal ini.
Tabel 4.45 Allah melarang kita menyuap/ menyogok
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 3 5.0 5.0 5.0
netral 2 3.3 3.3 8.3
setuju 26 43.3 43.3 51.7
sangat setuju 29 48.3 48.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.45 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa Allah melarang pencurian, dan hasilnya mayoritas responden
mengetahuinya, yaitu sebanyak 91,6 %. Dan sisanya sebanyak 3,3 % memilih untuk
tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Sedangkan sebanyak 5,0 % lainnya
mengaku belum mengetahui akan hal ini.
102
Tabel 4.46 Allah melarang kita menjual barang dan jasa yang haram
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
netral 2 3.3 3.3 5.0
setuju 20 33.3 33.3 38.3
sangat setuju 37 61.7 61.7 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0 Pernyataan pada tabel 4.42 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa Allah melarang penjualan barang dan jasa yang haram, dan
hasilnya mayoritas responden mengetahuinya, yaitu sebanyak 95,0 %. Dan sisanya
sebanyak 3,3 % memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Sedangkan
sebanyak 1,7 % lainnya mengaku belum mengetahui akan hal ini.
Tabel 4.47 Allah melarang kita menghalalkan segala cara demi mendapatkan keuntungan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
tidak setuju 5 8.3 8.3 10.0
netral 3 5.0 5.0 15.0
setuju 21 35.0 35.0 50.0
sangat setuju 30 50.0 50.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.47 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa Allah melarang kita menghalalkan segala cara demi mendapatkan
103
keuntungan, dan hasilnya mayoritas responden mengetahuinya, yaitu sebanyak 85,0
%. Dan sisanya sebanyak 5,0 % memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal
ini. Sedangkan sebanyak 10,0 % lainnya mengaku belum mengetahui akan hal ini.
Tabel 4.48 Allah melarang kita melakukan penimbunan barang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
tidak setuju 2 3.3 3.3 5.0
netral 4 6.7 6.7 11.7
setuju 31 51.7 51.7 63.3
sangat setuju 22 36.7 36.7 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.48 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa Allah melarang penimbunan barang, dan hasilnya mayoritas
responden mengetahuinya, yaitu sebanyak 88,4 %. Dan sisanya sebanyak 6,7 %
memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Sedangkan sebanyak 5,0 %
lainnya mengaku belum mengetahui akan hal ini.
104
Tabel 4.49 Allah melarang kita mengelabui dan membohongi konsumen
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 3 5.0 5.0 5.0
tidak setuju 3 5.0 5.0 10.0
netral 3 5.0 5.0 15.0
setuju 29 48.3 48.3 63.3
sangat setuju 22 36.7 36.7 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.49 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa Allah melarang kita mengelabui dan membohongi konsumen, dan
hasilnya mayoritas responden mengetahuinya, yaitu sebanyak 85,0 %. Dan sisanya
sebanyak 5,0 % memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Sedangkan
sebanyak 10,0 % lainnya mengaku belum mengetahui akan hal ini.
Tabel 4.50 Harta kita juga harus bermanfaat bagi orang lain
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
tidak setuju 2 3.3 3.3 5.0
netral 3 5.0 5.0 10.0
setuju 36 60.0 60.0 70.0
sangat setuju 18 30.0 30.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
105
Pernyataan pada tabel 4.50 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa harta yang dimiliki juga harus bermanfaat bagi orang lain, dan
hasilnya mayoritas responden menyadari hal tersebut, yaitu sebanyak 90,0 %. Dan
sisanya sebanyak 5,0 % memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini.
Sedangkan sebanyak 5,0 % lainnya bersikap sebaliknya mereka mempunyai
pandangan lain akan hal ini dan cenderung kurang memahaminya.
Tabel 4.51 Allah melarang kita memperkaya diri sendiri tanpa memperhatikan adanya hak orang
lain didalamnya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
tidak setuju 7 11.7 11.7 13.3
netral 5 8.3 8.3 21.7
setuju 29 48.3 48.3 70.0
sangat setuju 18 30.0 30.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0 Pernyataan pada tabel 4.51 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa Allah melarang kita memperkaya diri sendiri tanpa
memperhatikan adanya hak orang lain didalmnya, dan hasilnya mayoritas responden
menyadari hal tersebut, yaitu sebanyak 78,3 %. Dan sisanya sebanyak 8,3 % memilih
untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Sedangkan sebanyak 13,3 % lainnya
bersikap sebaliknya mereka mempunyai pandangan lain akan hal ini dan cenderung
kurang memahaminya.
106
Tabel 4.52 Landasan utama ekonomi islam adalah kerjasama dengan landasan ketauhidan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 3 5.0 5.0 5.0
netral 4 6.7 6.7 11.7
setuju 35 58.3 58.3 70.0
sangat setuju 18 30.0 30.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.52 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa penggerak utama ekonomi Islam adalah kerjasama dengan
landasan ketauhidan, dan hasilnya mayoritas responden mengetahuinya, yaitu
sebanyak 88,3 %. Dan sisanya sebanyak 6,7 % memilih untuk tidak memberi
pernyataan terkait hal ini. Sedangkan sebanyak 5,0 % lainnya bersikap sebaliknya
mereka mempunyai pandangan lain akan hal ini dan cenderung kurang
memahaminya.
Tabel 4.53 Landasan utama ekonomi islam adalah kerjasama dengan landasan keikhlasan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
netral 1 1.7 1.7 1.7
setuju 39 65.0 65.0 66.7
sangat setuju 20 33.3 33.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
107
Pernyataan pada tabel 4.53 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa penggerak utama ekonomi Islam adalah kerjasama dengan
landasan keikhlasan, dan hasilnya mayoritas responden mengetahuinya, yaitu
sebanyak 98,3 %. Dan sisanya sebanyak 1,7 % memilih untuk tidak memberi
pernyataan terkait hal ini.
Tabel 4.54 Landasan utama ekonomi islam adalah kerjasama dengan landasan kejujuran
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
netral 2 3.3 3.3 3.3
setuju 33 55.0 55.0 58.3
sangat setuju 25 41.7 41.7 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.54 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa penggerak utama ekonomi Islam adalah kerjasama dengan
landasan kejujuran, dan hasilnya mayoritas responden mengetahuinya, yaitu sebanyak
96,7 %. Dan sisanya sebanyak 3,3 % memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait
hal ini.
108
Tabel 4.55 Landasan utama ekonomi islam adalah kerjasama dengan landasan keadilan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
netral 7 11.7 11.7 11.7
setuju 32 53.3 53.3 65.0
sangat setuju 21 35.0 35.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.55 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa penggerak utama ekonomi Islam adalah kerjasama dengan
landasan keadilan, dan hasilnya mayoritas responden mengetahuinya, yaitu sebanyak
88,3 %. Dan sisanya sebanyak 11,7 % memilih untuk tidak memberi pernyataan
terkait hal ini.
Tabel 4.56 Landasan utama ekonomi islam adalah kerjasama untuk nendapatkan keuntungan
yang wajar
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
netral 11 18.3 18.3 18.3
setuju 31 51.7 51.7 70.0
sangat setuju 18 30.0 30.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.56 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa penggerak utama ekonomi Islam adalah kerjasama untuk
mendapatkan keuntungan yang wajar, dan hasilnya mayoritas responden
109
mengetahuinya, yaitu sebanyak 81,7 %. Dan sisanya sebanyak 18,3 % memilih untuk
tidak memberi pernyataan terkait hal ini.
Tabel 4.57 Pertanggungjawaban akan berlaku baik didunia maupun diakhirat nanti
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
netral 1 1.7 1.7 1.7
setuju 27 45.0 45.0 46.7
sangat setuju 32 53.3 53.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Pernyataan pada tabel 4.57 diajukan untuk mengetahui apakah responden
mengetahui bahwa pertanggungjawaban tidak hanya akan berlaku didunia saja
melainkan juga diakhirat nanti, dan hasilnya mayoritas responden mengetahuinya,
yaitu sebanyak 98,3 %. Dan sisanya sebanyak 1,7 % memilih untuk tidak memberi
pernyataan terkait hal ini.
3) Pernyataan Tentang Perilaku Dagang
Pada bagian ini diajukan pernyataan-pernyataan tentang bagaimana prilaku
para pedagang di pasar Ciputat tersebut didalam menjalankan usahanya sehari-hari
dengan berpedoman pada norma-norma etika dalam berusaha yang bersumber pada
ajaran Islam yaitu Al-Quran dan hadis dan diantaranya telah di telaah oleh Drs.
Rusydi, didalam bukunya yang berjudul “Etos Kerja dan Etika Usaha: Perspektif Al-
quran Dalam Nilai dan Makna Kerja dalam Islam”. Yaitu sebagai berikut:
110
a) Niat
Tabel 4.58 Saya niat melakukan usaha semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
netral 5 8.3 8.3 10.0
setuju 29 48.3 48.3 58.3
sangat setuju 25 41.7 41.7 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.58 diatas kita dapat melihat sebanyak 90,0 %
responden menyatakan bahwa mereka niat melakukan usaha semata-mata untuk
mendapatkan ridha Allah. Walaupun begitu sebanyak 8,3 % responden memilih
untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sisanya 1,7 % menjawab
sebaliknya artinya masih terdapat pedagang di pasar ciputat yang mempunyai niatan
dalam menjalankan usahanya tidak hanya untuk mendapatkan ridha Allah semata.
Tabel 4.59 Saya niat melakukan usaha untuk mendapatkan kebahagiaan didunia dan akhirat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
netral 3 5.0 5.0 6.7
setuju 26 43.3 43.3 50.0
sangat setuju 30 50.0 50.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
111
Jika dilihat dari tabel 4.59 diatas kita dapat melihat sebanyak 93,3 %
responden menyatakan bahwa mereka niat melakukan usaha untuk mendapatkan
kebahagiaan didunia dan akhirat. Walaupun begitu sebanyak 5,0 % responden
memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sisanya 1,7 % menjawab
sebaliknya artinya masih terdapat pedagang di pasar ciputat yang mengabaikan tujuan
untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat sebagai pondasi awal dalam
menjalankan usahanya.
b) Tidak melalaikan ibadah
Tabel 4.60 Kita tidak boleh lalai dalam shalat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 2 3.3 3.3 3.3
netral 11 18.3 18.3 21.7
setuju 32 53.3 53.3 75.0
sangat setuju 15 25.0 25.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.60 diatas kita dapat melihat sebanyak 78,3 %
responden menyadari betul bahwa melalaikan shalat itu tidak diperbolehkan.
Walaupun begitu sebanyak 18,3 % responden memilih untuk tidak memberi
pernyataan terkait hal ini. Dan sisanya 3,3 % menjawab sebaliknya artinya masih
terdapat pedagang di pasar ciputat yang kurang menyadari akan hal ini.
112
Tabel 4.61 Saya selalu berusaha untuk shalat tepat pada waktunya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 2 3.3 3.3 3.3
netral 15 25.0 25.0 28.3
setuju 24 40.0 40.0 68.3
sangat setuju 19 31.7 31.7 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.61 diatas kita dapat melihat sebanyak 71,7 %
responden menyadari betul bahwa mereka harus selalu berusaha untuk shalat tepat
pada waktunya. Walaupun begitu sebanyak 25,0 % responden memilih untuk tidak
memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sisanya 3,3 % menjawab sebaliknya artinya
masih terdapat pedagang di pasar Ciputat yang sering tidak mendirikan shalat pada
waktunya.
Tabel 4.62 Kita harus selalu berpuasa di bulan ramadhan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 4 6.7 6.7 6.7
netral 8 13.3 13.3 20.0
setuju 27 45.0 45.0 65.0
sangat setuju 21 35.0 35.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.62 diatas kita dapat melihat sebanyak 80,0 %
responden menyadari betul bahwa sudah menjadi keharusan bagi mereka untuk selalu
113
berpuasa dibulan Ramadhan. Walaupun begitu sebanyak 13,3 % responden memilih
untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sebanyak 6,7 % sisanya
menjawab sebaliknya artinya ada pedagang di pasar ciputat yang masih sering tidak
berpuasa dibulan Ramadhan ini.
Tabel 4.63 Kita diwajibkan membayar zakat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
netral 9 15.0 15.0 16.7
setuju 28 46.7 46.7 63.3
sangat setuju 22 36.7 36.7 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.63 diatas kita dapat melihat sebanyak 83,4 %
responden menyadari betul bahwa saudah menjadi kewajiban bagi mereka selaku
umat Islam untuk membayar zakat. Walaupun begitu sebanyak 15,0 % responden
memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sisanya 1,7 % menjawab
sebaliknya, artinya masih ada pedagang di pasar ciputat yang beranggapan bahwa
zakat bukanlah suatu kewajiban bagi mereka.
114
Tabel 4.64 Kita dianjurkan untuk melakukan shalat secara berjamaah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
netral 13 21.7 21.7 21.7
setuju 23 38.3 38.3 60.0
sangat setuju 24 40.0 40.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.64 diatas kita dapat melihat sebanyak 78,3 %
responden menyadari betul bahwa melakukan shalat berjamaah itu lebih baik
daripada shalat sendirian. Walaupun begitu sebanyak 21,7 % responden memilih
untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini.
Tabel 4.65 Saya melaksanakan shalat sunnah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
netral 20 33.3 33.3 35.0
setuju 34 56.7 56.7 91.7
sangat setuju 5 8.3 8.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.65 diatas kita dapat melihat sebanyak 65,0 %
responden mengakui bahwa mereka masih sering melaksanakan shalat sunnah.
Walaupun begitu sebanyak 33,3 % responden memilih untuk tidak memberi
pernyataan terkait hal ini. Dan sisanya 1,7 % menjawab sebaliknya artinya masih ada
115
pedagang di pasar Ciputat yang mengakui bahwa mereka tidak pernah melaksanakan
shalat sunnah.
Tabel 4.66 Saya menyisihkan uang untuk bersedekah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
netral 5 8.3 8.3 8.3
setuju 40 66.7 66.7 75.0
sangat setuju 15 25.0 25.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.66 diatas kita dapat melihat sebanyak 91,7 %
responden mengakui bahwa mereka menyisihkan uangnya untuk bersedekah.
Walaupun begitu sebanyak 8,3 % responden memilih untuk tidak memberi
pernyataan terkait hal ini.
Tabel 4.67 Saya meluangkan waktu untuk membaca Al-quran
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
netral 17 28.3 28.3 30.0
setuju 33 55.0 55.0 85.0
sangat setuju 9 15.0 15.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.67 diatas kita dapat melihat sebanyak 70,0 %
responden mengakui bahwa mereka berusaha meluangkan waktu untuk membaca Al-
116
quran. Walaupun begitu sebanyak 28,3 % responden memilih untuk tidak memberi
pernyataan terkait hal ini. Dan sisanya 1,7 % menjawab sebaliknya artinya masih ada
pedagang di pasar Ciputat yang mengakui bahwa mereka tidak pernah meluangkan
waktu untuk membaca Al-quran.
Tabel 4.68 Saya menyempatkan waktu untuk senantiasa berdzikir dan berdoa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
netral 13 21.7 21.7 23.3
setuju 31 51.7 51.7 75.0
sangat setuju 15 25.0 25.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.68 diatas kita dapat melihat sebanyak 76,7 %
responden mengakui bahwa mereka berusaha meluangkan waktu untuk senantiasa
berdzikir dan berdoa. Walaupun begitu sebanyak 21,7 % responden memilih untuk
tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sisanya 1,7 % menjawab sebaliknya
artinya masih ada pedagang di pasar Ciputat yang mengakui bahwa mereka tidak
pernah meluangkan waktu untuk senantiasa berdzikir dan berdoa.
117
c) Akhlak dan mental yang baik
Tabel 4.69 Saya ingin usaha saya maju
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
netral 1 1.7 1.7 1.7
setuju 20 33.3 33.3 35.0
sangat setuju 39 65.0 65.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.69 diatas kita dapat melihat sebanyak 98,3 %
responden mempunyai keinginan agar usaha mereka maju, dan ini merupakan suatu
motifasi yang baik guna kelangsungan usaha mereka kedepan. Walaupun begitu
terdapat 1,7 % responden memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini.
Tabel 4.70 Saya bekerja demi mendapatkan rezki yang halal
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
netral 1 1.7 1.7 1.7
setuju 38 63.3 63.3 65.0
sangat setuju 21 35.0 35.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.70 diatas kita dapat melihat sebanyak 98,3 %
responden mengakui bahwa mereka bekerja demi mendapatkan rezki yang halal.
Walaupun begitu terdapat 1,7 % responden memilih untuk tidak memberi pernyataan
terkait hal ini.
118
Tabel 4.71 Saya selalu berusaha menjaga amanah orang lain
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 5 8.3 8.3 8.3
netral 8 13.3 13.3 21.7
setuju 32 53.3 53.3 75.0
sangat setuju 15 25.0 25.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.71 diatas kita dapat melihat sebanyak 78,3 %
responden mengakui bahwa mereka selaku pedagang selalu berusaha menjaga
amanah orang lain. Walaupun begitu sebanyak 13,3 % responden memilih untuk
tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sebanyak 8,3 % menjawab sebaliknya
artinya masih ada pedagang di pasar Ciputat yang mengakui bahwa mereka tidak
pernah berusaha untuk menjaga amanah dari orang lain yang persentasenya cukup
besar.
Tabel 4.72 Saya selalu jujur dalam melakukan usaha
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 3 5.0 5.0 5.0
netral 6 10.0 10.0 15.0
setuju 33 55.0 55.0 70.0
sangat setuju 18 30.0 30.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
119
Jika dilihat dari tabel 4.72 diatas kita dapat melihat sebanyak 85,0 %
responden mengakui bahwa mereka selaku pedagang selalu berusaha untuk jujur
dalam berdagang. Walaupun begitu sebanyak 10,0 % responden memilih untuk tidak
memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sebanyak 5,0 % menjawab sebaliknya artinya
masih ada pedagang di pasar Ciputat yang mengakui bahwa mereka jarang atau
bahkan tidak pernah berusaha untuk jujur dan persentasenya cukup
mengkhawatirkan.
Tabel 4.73 Saya suka menolong orang yang sedang dalam kesusahan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
netral 13 21.7 21.7 23.3
setuju 33 55.0 55.0 78.3
sangat setuju 13 21.7 21.7 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.73 diatas kita dapat melihat sebanyak 76,7 %
responden mengakui bahwa mereka selaku pedagang suka menolong orang yang
sedang dalam kesusahan. Walaupun begitu sebanyak 21,7 % responden memilih
untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sisanya 5,0 % menjawab
sebaliknya artinya masih ada pedagang di pasar Ciputat yang mengakui bahwa
mereka jarang atau bahkan tidak suka menolong orang yang sedang dalam
kesusuahan.
120
Tabel 4.74 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
netral 6 10.0 10.0 10.0
setuju 36 60.0 60.0 70.0
sangat setuju 18 30.0 30.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.74 diatas kita dapat melihat sebanyak 90,0 %
responden mengakui bahwa mereka selaku pedagang selalu berusaha untuk menjaga
kebersihan lingkungan sekitar. Walaupun begitu sebanyak 10,0 % responden memilih
untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini.
Tabel 4.75 Saya berpakaian rapi dan menarik dalam menghadapi pelanggan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 2 3.3 3.3 3.3
netral 15 25.0 25.0 28.3
setuju 29 48.3 48.3 76.7
sangat setuju 14 23.3 23.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.75 diatas kita dapat melihat sebanyak 71,6 %
responden mengakui bahwa mereka selaku pedagang selalu berusaha untuk
berpakaian rapi dan menarik dalam menghadapi pelanggan. Walaupun begitu
sebanyak 25,0 % responden memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini.
121
Dan sisanya 3,3 % menjawab sebaliknya artinya masih ada pedagang di pasar Ciputat
yang mengakui bahwa mereka jarang atau bahkan tidak pernah berusaha untuk
berpakaian rapi dan menarik dalam menghadapi pelanggan.
Tabel 4.76 Saya senang menolong orang dan bersifat murah hati dalam berdagang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
netral 11 18.3 18.3 20.0
setuju 36 60.0 60.0 80.0
sangat setuju 12 20.0 20.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.76 diatas kita dapat melihat sebanyak 80,0 %
responden mengakui bahwa mereka selaku pedagang merasa senang menolong orang
dan bersifat murah hati dalam berdagang. Walaupun begitu sebanyak 18,3 %
responden memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sisanya 1,7 %
menjawab sebaliknya artinya masih ada pedagang di pasar Ciputat yang mengakui
bahwa mereka merasa kurang antusias didalam menolong orang lain dan kurang
bermurah hati dalam berdagang.
122
Tabel 4.77
Saya senyum dan bersifat akrab ketika menghadapi pelanggan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
netral 12 20.0 20.0 20.0
setuju 33 55.0 55.0 75.0
sangat setuju 15 25.0 25.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.77 diatas kita dapat melihat sebanyak 80,0 %
responden mengakui bahwa mereka selaku pedagang selalu berusaha untuk tetap
tersenyum dan bersifat akrab ketika menghadapi pelanggan. Walaupun begitu
sebanyak 20,0 % responden memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini.
Tabel 4.78 Saya tenang, sopan dan tidak memotong pembicaraan pelanggan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
netral 11 18.3 18.3 18.3
setuju 36 60.0 60.0 78.3
sangat setuju 13 21.7 21.7 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.78 diatas kita dapat melihat sebanyak 81,7 %
responden mengakui bahwa mereka selaku pedagang berusaha untuk bersikap tenang,
sopan dan tidak memotong pembicaraan pelanggan. Walaupun begitu sebanyak 18,3
% responden memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini.
123
Tabel 4.79 Saya bersemangat ketika melayani pelanggan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
netral 6 10.0 10.0 10.0
setuju 38 63.3 63.3 73.3
sangat setuju 16 26.7 26.7 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.79 diatas kita dapat melihat sebanyak 90,0 %
responden mengakui bahwa mereka selaku pedagang berusaha untuk tetap
bersemangat ketika melayani pelanggan. Walaupun begitu sebanyak 10,0 %
responden memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait hal ini.
d) Tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji
Tabel 4.80 Kita tidak boleh melakukan sumpah palsu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 2 3.3 3.3 3.3
tidak setuju 1 1.7 1.7 5.0
netral 2 3.3 3.3 8.3
setuju 28 46.7 46.7 55.0
sangat setuju 27 45.0 45.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.80 diatas kita dapat melihat sebanyak 91,7 %
responden mengakui bahwa mereka selaku pedagang tidak boleh melakukan sumpah
palsu. Walaupun begitu sebanyak 3,3 % responden memilih untuk tidak memberi
124
pernyataan terkait hal ini. Dan sebanyak 5,0 % menjawab sebaliknya artinya masih
ada pedagang di pasar Ciputat yang mengakui bahwa mereka masih sering bersumpah
palsu dan hal ini tentu saja mengkhawatirkan.
Tabel 4.81 Kita tidak boleh berbuat riba
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
tidak setuju 2 3.3 3.3 5.0
netral 4 6.7 6.7 11.7
setuju 27 45.0 45.0 56.7
sangat setuju 26 43.3 43.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.81 diatas kita dapat melihat sebanyak 88,3 %
responden mengakui bahwa mereka selaku pedagang tidak boleh berbuat riba.
Walaupun begitu sebanyak 6,7 % responden memilih untuk tidak memberi
pernyataan terkait hal ini. Dan sebanyak 5,0 % menjawab sebaliknya artinya masih
ada pedagang di pasar Ciputat yang mengakui bahwa mereka masih sering melakukan
riba dan hal ini tentu saja mengkhawatirkan.
125
Tabel 4.82 Kita tidak boleh memaksa pembeli
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
netral 4 6.7 6.7 8.3
setuju 34 56.7 56.7 65.0
sangat setuju 21 35.0 35.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.82 diatas kita dapat melihat sebanyak 91,7 %
responden mengakui bahwa mereka selaku pedagang tidak boleh memaksa pembeli.
Walaupun begitu sebanyak 6,7 % responden memilih untuk tidak memberi
pernyataan terkait hal ini. Dan sisanya 1,7 % menjawab sebaliknya artinya masih ada
pedagang di pasar Ciputat yang mengakui bahwa mereka masih sering memaksa
pembeli dan hal ini tentu saja mengkhawatirkan.
Tabel 4.83 Kita tidak boleh membohongi konsumen
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
netral 6 10.0 10.0 11.7
setuju 32 53.3 53.3 65.0
sangat setuju 21 35.0 35.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.83 diatas kita dapat melihat sebanyak 88,3 %
responden mengakui bahwa mereka selaku pedagang tidak boleh membohongi
126
konsumen. Walaupun begitu sebanyak 10,0 % responden memilih untuk tidak
memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sisanya 1,7 % menjawab sebaliknya artinya
masih ada pedagang di pasar Ciputat yang mengakui bahwa mereka masih sering
membohongi konsumen dan hal ini tentu saja mengkhawatirkan.
Tabel 4.84 Kita tidak boleh melakukan kecurangan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
netral 5 8.3 8.3 10.0
setuju 31 51.7 51.7 61.7
sangat setuju 23 38.3 38.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.84 diatas kita dapat melihat sebanyak 90,0 %
responden mengakui bahwa mereka selaku pedagang tidak boleh melakukan
kecurangan. Walaupun begitu sebanyak 8,3 % responden memilih untuk tidak
memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sebanyak 1,7 % menjawab sebaliknya artinya
masih ada pedagang di pasar Ciputat yang mengakui bahwa mereka masih sering
melakukan kecurangan dan hal ini tentu saja mengkhawatirkan.
127
Tabel 4.85 Kita tidak boleh menjual barang yang haram
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
sangat tidak setuju 1 1.7 1.7 1.7
tidak setuju 1 1.7 1.7 3.3
netral 1 1.7 1.7 5.0
setuju 30 50.0 50.0 55.0
sangat setuju 27 45.0 45.0 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.85 diatas kita dapat melihat sebanyak 95,0 %
responden mengakui bahwa mereka selaku pedagang tidak boleh menjual barang
yang haram. Walaupun begitu sebanyak 1,7 % responden memilih untuk tidak
memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sisanya 3,4 % menjawab sebaliknya artinya
masih ada pedagang di pasar Ciputat yang mengakui bahwa mereka masih sering
menjual barang yang haram dan hal ini tentu saja mengkhawatirkan.
Tabel 4.86 Kita tidak boleh menipu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
netral 4 6.7 6.7 6.7
setuju 27 45.0 45.0 51.7
sangat setuju 29 48.3 48.3 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.86 diatas kita dapat melihat sebanyak 93,3 %
responden mengakui bahwa mereka selaku pedagang tidak boleh menipu. Walaupun
128
begitu sebanyak 6,7 % responden memilih untuk tidak memberi pernyataan terkait
hal ini.
Tabel 4.87 Kita tidak boleh mencari keuntungan yang berlebihan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 4 6.7 6.7 6.7
netral 10 16.7 16.7 23.3
setuju 27 45.0 45.0 68.3
sangat setuju 19 31.7 31.7 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.87 diatas kita dapat melihat sebanyak 76,7 %
responden mengakui bahwa mereka selaku pedagang tidak boleh mencari keuntungan
yang berlebihan. Walaupun begitu sebanyak 16,7 % responden memilih untuk tidak
memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sebanyak 6,7 % menjawab sebaliknya artinya
masih ada pedagang di pasar Ciputat yang merasa bahwa tidak ada larangan bagi
mereka jika ingin mencari keuntungan yang berlebihan dan hal ini tentu saja
mengkhawatirkan.
129
Tabel 4.88 Kita tidak boleh melakukan penimbunan barang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
tidak setuju 2 3.3 3.3 3.3
netral 13 21.7 21.7 25.0
setuju 26 43.3 43.3 68.3
sangat setuju 19 31.7 31.7 100.0
Valid
Total 60 100.0 100.0
Jika dilihat dari tabel 4.88 diatas kita dapat melihat sebanyak 75,0 %
responden mengakui bahwa mereka selaku pedagang tidak boleh melakukan
penimbunan barang. Walaupun begitu sebanyak 21,7 % responden memilih untuk
tidak memberi pernyataan terkait hal ini. Dan sebanyak 3,3 % menjawab sebaliknya
artinya masih ada pedagang di pasar Ciputat yang mengakui bahwa mereka masih
sering melakukan penimbunan barang dan hal ini tentu saja mengkhawatirkan.
Dari pernyataan-pernyataan tentang bagaimana prilaku para pedagang muslim
di pasar Ciputat tersebut didalam menjalankan usahanya sehari-hari yang berpedoman
pada norma etika dalam berusaha yang bersumber pada ajaran Islam yaitu Al-Quran
dan Hadis, didapat kesimpulan bahwasanya sebanyak 83,82 % pedagang muslim
yang menjadi responden di pasar Ciputat tersebut, telah mengamalkan ajaran Islam,
terutama yang berkenaan dengan etika bisnis Islam yang di implementasikan kedalam
pekerjaan mereka sehari-hari sebagai seorang pedagang muslim. Sedangkan sebanyak
13,87 % responden tersebut enggan berkomentar perihal hal ini, yang artinya perilaku
dagang mereka masih diragukan apakah sudah sesuai dengan tuntunan ajaran Islam
130
atau belum. Namun berdasarkan hasil survei ini juga ternyata masih terdapat
pedagang muslim yang ternyata belum mengamalkan ajaran Islam yang berkaitan
dengan hal perdagangan ini, yaitu rata-rata berkisar 3,42 %.
Pernyataan diatas menunjukan bahwasanya ajaran Islam terutama yang
berkenaan dengan etika dalam menjalankan usaha/ bisnis telah di implementasikan
secara baik oleh sebagian besar pedagang di pasar ciputat.
C. Pengujian Hipotesis
Tabel 4.89
Korelasi Rank Spearman
Persaingan Usaha dan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Dagang
Dari tabel di atas terlihat bahwa koefisien korelasi antara variabel persaingan
usaha dengan perilaku dagang adalah sebesar 0,564. Artinya hubungan antara kedua
131
variabel tersebut adalah sedang atau cukup ( 0,40 ≤ r ≤ 0,599). Koefisien korelasi
yang bernilai positif menunjukan hubungan yang searah antara persaingan usaha
dengan perilaku dagang. Artinya bila persaingan usaha berjalan dengan relatif stabil
maka perilaku dagang juga akan dapat terjaga dengan baik tanpa ada kekhawatiran
yang berlebihan akan terjadinya banyak perilaku yang menyimpang.
Sedangkan koefisien korelasi antara variabel tingkat pengetahuan dengan
perilaku dagang adalah sebesar 0,660. Artinya hubungan antara kedua variabel
tersebut adalah kuat ( 0,60 ≤ r ≤ 0,799). Koefisien korelasi yang bernilai positif
menunjukan hubungan yang searah antara tingkat pengetahuan dengan perilaku
dagang. Artinya apabila seorang pedagang muslim mengetahui tentang etika
perdagangan Islam dengan baik maka perilaku dagang mereka juga dapat dipastikan
akan baik.
Kemudian untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel persaingan
usaha dengan perilaku dagang, maka dibuat hipotesis sebagai berikut :
o Ho : Tidak terdapat hubungan searah dan signifikan antara tingkat
persaingan usaha dengan perilaku para pedagang muslim di pasar Ciputat
Tangerang.
Ha : Terdapat hubungan searah dan signifikan antara tingkat persaingan
usaha dengan perilaku para pedagang muslim di pasar Ciputat Tangerang.
Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak
132
Berdasarkan tabel diatas, angka probabilitas antara variabel persaingan usaha
dengan perilaku dagang adalah 0,000 sehingga Ho ditolak. Artinya hubungan antara
tingkat persaingan usaha dengan perilaku para pedagang muslim adalah signifikan.
selanjutnya untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel tingkat
pengetahuan dengan perilaku dagang, maka dibuat hipotesis sebagai berikut :
o Ho : Tidak terdapat hubungan searah dan signifikan antara pemahaman
etika bisnis Islam dengan perilaku para pedagang muslim di pasar Ciputat
Tangerang.
Ha : Terdapat hubungan searah dan signifikan antara pemahaman etika
bisnis Islam dengan perilaku para pedagang muslim di pasar Ciputat
Tangerang.
Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak
Berdasarkan tabel diatas, angka probabilitas antara variabel tingkat
pengetahuan dengan perilaku dagang adalah 0,000 sehingga Ho ditolak. Artinya
hubungan antara pemahaman etika bisnis Islam dengan perilaku para pedagang
muslim adalah signifikan.
Dengan demikian, hipotesis penelitian ini yaitu ”terdapat hubungan searah
dan signifikan antara tingkat persaingan usaha dan pemahaman etika bisnis Islam
terhadap perilaku para pedagang muslim di pasar Ciputat Tangerang” dapat diterima.
133
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mengadakan penelitian dan pembahasan tentang
“Implementasi Etika Bisnis Islam Dalam Menghadapi persaingan Usaha” yang
penulis lakukan di Pasar Ciputat, akhirnya penulis telah mendapatkan kesimpulan
(jawaban), dan hal tersebut sejalan dengan rumusan masalah yang penulis angkat/
kemukakan.
Adapun kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penelitian tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Dari pernyataan-pernyataan tentang bagaimana prilaku para pedagang di pasar
Ciputat tersebut didalam menjalankan usahanya sehari-hari dengan berpedoman
pada norma-norma etika dalam berusaha yang bersumber pada ajaran Islam yaitu
Al-Quran dan hadis, didapat kesimpulan bahwasanya rata-rata sebanyak 83,82 %
pedagang muslim yang menjadi responden di pasar Ciputat telah mengamalkan
ajaran Islam terutama yang berkenaan dengan etika bisnis Islam yang di
implementasikan kedalam pekerjaan mereka sehari-hari sebagai seorang
pedagang muslim. Sedangkan sebanyak rata-rata 13,87 % responden tersebut
enggan berkomentar perihal hal ini yang artinya perilaku dagang mereka masih
diragukan apakah sudah sesuai dengan ajaran Islam atau belum. Namun
berdasarkan hasil survei ini juga ternyata masih terdapat pedagang muslim yang
134
ternyata belum mengamalkan ajaran Islam yang berkaitan dengan hal
perdagangan ini, yaitu rata-rata berkisar 3,42 %.
Pernyataan diatas menunjukan bahwasanya ajaran Islam terutama yang
berkenaan dengan etika dalam menjalankan usaha/ bisnis telah di
implementasikan secara baik oleh sebagian besar pedagang di pasar ciputat.
2. Dari pernyataan-pernyataan tentang bagaimana keadaan persaingan usaha yang
berlangsung di pasar Ciputat tersebut, didapat kesimpulan bahwasanya, sebanyak
82,4 % pedagang muslim yang menjadi reponden di pasar Ciputat tersebut
melakukan persaingan usaha dengan cara-sara yang sehat (tidak melanggar etika
dan ajaran Islam). Sedangkan sebanyak 12,16 % responden tersebut enggan
berkomentar perihal hal ini yang artinya cara-cara mereka dalam melangsungkan
persaingan usaha masih diragukan apakah sudah sesuai dengan ajaran Islam atau
belum. Namun berdasarkan hasil survei ini juga ternyata masih terdapat pedagang
muslim yang melakukan kecurangan dan cara-cara yang kurang sehat (melanggar
etika dan ajaran Islam) dalam melakukan persaingan usahanya antar sesama
pedagang lain, yaitu rata-rata berkisar 6,84 % pedagang.
Ini artinya proses berlangsungnya persaingan usaha di pasar Ciputat
tersebut berjalan dengan sehat karena telah sesuai dengan apa yang telah di
ajarkan oleh agama Islam.
3. koefisien korelasi antara variabel persaingan usaha dengan perilaku dagang
adalah sebesar 0,564. Artinya hubungan antara kedua variabel tersebut adalah
sedang atau cukup ( 0,40 ≤ r ≤ 0,599). Koefisien korelasi yang bernilai positif
135
menunjukan hubungan yang searah antara persaingan usaha dengan perilaku
dagang. Artinya bila persaingan usaha berjalan dengan relatif stabil maka perilaku
dagang juga akan dapat terjaga dengan baik tanpa ada kekhawatiran yang
berlebihan akan terjadinya banyak perilaku yang menyimpang.
Sedangkan koefisien korelasi antara variabel tingkat pengetahuan dengan
perilaku dagang adalah sebesar 0,660. Artinya hubungan antara kedua variabel
tersebut adalah kuat ( 0,60 ≤ r ≤ 0,799). Koefisien korelasi yang bernilai positif
menunjukan hubungan yang searah antara tingkat pengetahuan dengan perilaku
dagang. Artinya apabila seorang pedagang muslim mengetahui tentang etika
perdagangan Islam dengan baik maka perilaku dagang mereka juga dapat
dipastikan akan baik.
Kemudian angka probabilitas antara variabel persaingan usaha dengan
perilaku dagang adalah 0,000 sehingga Ho ditolak. Artinya hubungan antara
tingkat persaingan usaha dengan perilaku para pedagang muslim adalah
signifikan.
Sedangkan angka probabilitas antara variabel tingkat pengetahuan dengan
perilaku dagang adalah 0,000 sehingga Ho ditolak. Artinya hubungan antara
pemahaman etika bisnis Islam dengan perilaku para pedagang muslim adalah
signifikan.
Hasil penelitian juga membuktikan bahwa hipotesis penelitian ini yaitu
”terdapat hubungan searah dan signifikan antara tingkat persaingan usaha dan
136
pemahaman etika bisnis Islam terhadap perilaku para pedagang muslim di pasar
Ciputat Tangerang” dapat diterima.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas, peneliti memberikan
beberapa saran, baik bagi para pedagang maupun peneliti selanjutnya, sebagai
berikut:
1. Agama sebagai tuntunan haruslah dipraktekan oleh para penganutnya dalam
kehidupan yang profan ini, tak terkecuali oleh para pedagang muslim yang
dalam kesehariannya selalu dihadapkan kepada persaingan usaha, baik yang
berjalan secara sehat maupun tidak. Terlebih melihat semakin ketatnya
persaingan bisnis di era globalisasi sekarang ini. Ada sebuah etika Islam yang
menjadi rujukan manusia dalam beraktifitas, khususnya aktifitas ekonomi,
agar segala yang dilakukan tidak keluar dari norma-norma Islam. Etika itu
menyebutkan bahwa segala perbuatan hendaknya diniatkan (motif) karena
Allah SWT, diniatkan dengan cara-cara Allah SWT (yang halal lagi baik), dan
ditujukan hanya untuk Allah SWT (tidak lepas dari konsep ibadah, yaitu
mencari ridha Allah SWT)
2. Studi pada penelitian ini di lakukan di pasar tradisional Ciputat, yang dalam
pelaksanaan kesehariannya belum mempunyai konsep yang benar-benar
terorganisir, hal ini di dasarkan pada kurangnya informasi yang berkenaan
dengan profil pasar tersebut, terlebih tidak adanya data yang selalu di
perbaharui setiap periodenya. Hal ini menyebabkan peneliti kurang
137
mendapatkan referensi yang dibutuhkan guna penelitian ini. selain itu
penelitian ini juga hanya mampu terpusat pada pedagang resmi yang berjualan
di pasar tersebut dan tidak dapat melibatkan pedagang liar (tidak resmi), di
karenakan hal tersbut di luar wewenang pengurus harian pasar Ciputat.
Peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk dapat melakukan penelitian yang
melibatkan seluruh pedagang yang berjualan di pasar yang bersangkutan, baik
pedagang resmi maupun tidak, sehingga data yang di peroleh dapat lebih
akurat lagi. Selain itu, penelitian serupa juga diharapkan dapat di aplikasikan
ditempat (pasar) lainnya yang pengelolaannya terorganisir secara lebih baik.
138
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari dan Donni Juni Priansa. Manajemen Bisnis Syariah. Bandung: Alfabeta, 2009.
Ancok, Djamludin dan Fuad Nashori Suroso. Psikologi Islam atas Problem-problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993.
Budiono, Gatut L. Etika Bisnis Pendekatan Teoritis dan Praktis. Jakarta: Poliyama Widya Pustaka, 2008.
Chapra, M.Umar. Islam dan Tantangan Ekonomi. Terj. Ikhwan Abidin B. Jakarta: Gema Insani Press, 2000, Cet. Ke-1.
Damsar. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana, 2009.
Faiz, Ahmad. “Pengaruh Tingkat Keagamaan Terhadap Perilaku Pedagang di Pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan”. Skripsi Program Studi Muamalat Perbankan Syariah UIN Jakarta, 2009.
Gelhorn dan Gunawan Wijaya. Seri Hukum Bisnis: Merger dalam Perspektif Monopoli. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.
Ghozali, H. Imam. Apikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Univesitas Diponegoro, 2007.
Hafidhuddin, Didin dan Hendri Tanjung. Manajemen Syariah dalam Praktek. Jakarta: Gema Insani Press, 2003, Cet. Ke-1.
Hamid, H. M. Arifin. Membumikan Ekonomi Syariah di Indonesia, (Perspektif Sosioyuridis). Jakarta: Elsas, 2008, Cet. Ke-2.
139
Hasan, M. Iqbal. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002, Cet. Ke-1.
Ikhwan, Ahmad Khoirul. “Hubungan Tingkat Persaingan Usaha dan Perilaku Etika Bisnis Islam Pedagang Muslim di Pasar Modern BSD Tangerang”. Skripsi Program Studi Muamalat Perbankan Syariah UIN Jakarta, 2006.
Kahf, Monzer. Ekonomi Islam (Telaah Analitik terhadap Fungsi Ekonomi Islam), Terj. Machnun Husein. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995, Cet. Ke-1.
Karim, Adiwarman A. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: Rajawali pers, Edisi: III, 2010.
Muhammad. Ekonomi Mikro dalam Perpektif Islam. Yogyakarta: BPTE, 2004, Cet. Ke-1.
Nasution, Mustafa Edwin dkk. Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana, 2007.
Qardhawi, Yususf. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam. Terj. K.H. Didin Hafidudin M.Sc., Dkk. Jakarta: Rabbani Press, 2001.
Rusydi. Etos Kerja dan Etika Usaha: Perspektif Al-quran dalam Nilai dan Makna Kerja Dalam Islam. Jakarta: Persada Madani.
Sakti, Ali. Analisis Teoritis : Ekonomi Islam (Jawaban atas Kekacauan Ekonomi Modern). PARADIGMA dan AQSA Publishing, Cet: I.
Sihab, M. Quraish. Etika Bisnis dalam Wawasan Al-quran “Juranal Umum Quran No. 03/VII/1987”.
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis,Bandung: Alfabeta, 2009.
140
Suliyanto, Metode Riset Bisnis, Yogyakarta: Andi, 2006.
Suma, Amin. Menggali Akar, Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam. Jakarta: Kholam Publishing, 2008, Cet. Ke-1.
Umar, Husein. Business an Introduction. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000.
http://www.nurulq.staff.gunadarma.ac.id.
http:degoblog.wordpress.com/2008/12/18.html.
http://syadiashare.com/jenis-jenis-pasar.html.
http://theuploads.files.wordpress.com/ 2009/08/presentasi-pasar.ppt.
KUESIONER PENELITIAN
NO :
Jakarta, April 2010
Kepada yang terhormat,
Bapak/ Ibu Pedagang Pasar Ciputat
Di
Ciputat
Dengan hormat,
Saya mahasiswa Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Konsentrasi Perbankan Syariah
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang
melakukan penelitian tentang Implementasi Etika Bisnis Islam Dalam Menghadapi
Persaingan Usaha. Untuk itu saya memohon kesediaan Bapak/ Ibu untuk meluangkan waktu
dan konsentrasi untuk menjawab pertanyaan yang ada di hadapan Bapak/ Ibu. Atas kesediaan
Bapak/ Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Mengetahui
Kepala Pasar Ciputat
Odin Supriyatna
Hormat saya
Erik Lesmana
(Peneliti)
I. Data Personal **
Nama
Usia
Jenis Dagangan
Lama Berdagang
Jenis Kelamin 1. Laki- laki 2. Perempuan
Status perkawinan 1. Menikah 2. Belum menikah 3. Cerai
Pendidikan terakhir 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Diploma 5. S1 6. S2-S3
Tempat berdagang 1. Gedung,Blok : No: 2.Luar Gedung
**Kerahasiaan jawaban Bapak/ Ibu akan kami jaga.
Petunjuk pengisian : memberikan tanda silang (X) pada jawaban di sebelah kanan, dengan
ketentuan seperti dibawah ini:
1 Sangat tidak setuju
2 Tidak setuju
3 Netral
4 Setuju
5 Sangat setuju
II. Persaingan Usaha
No Pernyataan 1 2 3 4 5
Daya Saing Kualitas
1 Saya hanya mau menjual barang yang halal STS TS N S SS
2 Saya menjual barang dengan mutu yang baik STS TS N S SS
3 Saya berusaha menjaga mutu barang dagangan agar
tetap dalam kondisi yang baik
STS TS N S SS
4 Saya selalu menjaga kebersihan barang dagangan STS TS N S SS
5 Saya selalu menerangkan/ menawarkan barang apa
adanya kepada pelanggan
STS TS N S SS
6 Saya tidak menyembunyikan cacat barang STS TS N S SS
7 Saya tidak berbohong ketika menerangkan kondisi
barang dagangan
STS TS N S SS
8 Saya tidak mencampur dagangan dengan barang
yang haram
STS TS N S SS
Daya Saing Harga
9 Saya menawarkan barang dagangan dengan harga
yang sesuai
STS TS N S SS
10 Persaingan usaha memicu terjadinya perang harga STS TS N S SS
11 Saya menjual barang dengan harga tinggi STS TS N S SS
12 Saya menjual barang dibawah harga yang
semestinya
STS TS N S SS
Daya Saing Marketing
13 Saya bisa mengambil keputusan apabila usaha
yang saya jalankan dalam keadaan terpuruk
STS TS N S SS
14 Saya mempromosikan barang dagangan kepada
konsumen
STS TS N S SS
15 Saya memilih tempat yang strategis untuk
berdagang
STS TS N S SS
16 Saya menyusun barang dagangan saya secara baik
sehinngga terlihat lebih menarik
STS TS N S SS
17 Saya memberi hak kepada pembeli untuk memilih STS TS N S SS
18 Saya berusaha untuk selalu merapihkan kembali
barang dagangan agar selalu terlihat menarik
STS TS N S SS
19 Saya membutuhkan tenaga kerja demi untuk
kemajuan usaha saya
STS TS N S SS
20 Saya memberikan upah kepada pegawai sesuai
dengan haknya
STS TS N S SS
21 Saya mencatat barang yang masuk atau yang
keluar
STS TS N S SS
22 Saya mencatat pendapatan dan pengeluaran STS TS N S SS
23 Saya mencatat jika ada hutang ataupun piutang STS TS N S SS
Daya Saing Jaringan Kerja
24 Saya sangat selektif didalam memilih usaha yang
akan saya jalani
STS TS N S SS
25 Saya selektif dalam memilih rekan kerja STS TS N S SS
26 Saya menjalin kerjasama dengan pedagang dan
pihak lain dalam berbisnis
STS TS N S SS
27 Saya selalu bermusyawarah didalam mengelola
bisnis
STS TS N S SS
28 Saya berusaha untuk tidak ingin menyaingi para
pedagang lain
STS TS N S SS
29 Saya berusaha belajar dari pedagang lain dalam
menjalankan usaha
STS TS N S SS
30 Saya mau belajar demi memajukan usaha STS TS N S SS
III. Tingkat Pengetahuan
No Pernyataan 1 2 3 4 5
Kemampuan Teoritis
1 Allah menciptakan alam semesta beserta isinya STS TS N S SS
2 Sumberdaya adalah pemberian dan titipan Allah STS TS N S SS
3 Al-quran dan hadis merupakan pedoman hidup STS TS N S SS
4 Allah melarang manusia berbuat mubazir STS TS N S SS
5 Allah memperbolehkan setiap orang memiliki
sesuatu
STS TS N S SS
6 Setiap yang dimiliki seseorang hanyalah bersifat
sementara (titipan Allah)
STS TS N S SS
7 Kepemilikan seseorang dibatasi oleh kepentingan
masyarakat
STS TS N S SS
8 Harta yang kita miliki hanya sebatas untuk kita
urus dan manfaatkan
STS TS N S SS
9 Allah melarang pendapatan yang tidak halal STS TS N S SS
10 Allah melarang kita mencuri STS TS N S SS
11 Allah melarang kita melakukan penipuan STS TS N S SS
12 Allah melarang kita berbuat curang STS TS N S SS
13 Allah melarang kita menyuap/ menyogok STS TS N S SS
14 Allah melarang kita menjual barang dan jasa yang
haram
STS TS N S SS
15 Allah melarang kita menghalalkan segala cara
demi mendapatkan keuntungan
STS TS N S SS
16 Allah melarang kita melakukan penimbunan
barang
STS TS N S SS
17 Allah melarang kita mengelabui dan membohongi
konsumen
STS TS N S SS
18 Harta kita juga harus bermanfaat bagi orang lain STS TS N S SS
19 Allah melarang kita memperkaya diri sendiri
tanpa memperhatikan adanya hak orang lain
didalamnya
STS TS N S SS
20 Landasan utama ekonomi islam adalah kerjasama
dengan landasan ketauhidan
STS TS N S SS
21 Landasan utama ekonomi islam adalah kerjasama
dengan landasan keikhlasan
STS TS N S SS
22 Landasan utama ekonomi islam adalah kerjasama
dengan landasan kejujuran
STS TS N S SS
23 Landasan utama ekonomi islam adalah kerjasama
dengan landasan keadilan
STS TS N S SS
24 Landasan utama ekonomi islam adalah kerjasama
untuk nendapatkan keuntungan yang wajar
STS TS N S SS
25 Pertanggungjawaban akan berlaku baik didunia
maupun diakhirat nanti
STS TS N S SS
IV. Perilaku Dagang No Pernyataan 1 2 3 4 5
Niat
1 Saya niat melakukan usaha semata-mata untuk
mendapatkan ridha Allah
STS TS N S SS
2 Saya niat melakukan usaha hanya untuk
mendapatkan materi
STS TS N S SS
3 Saya niat melakukan usaha untuk mendapatkan
kebahagiaan didunia dan akhirat
STS TS N S SS
Tidak Melalaikan Ibadah
4 Saya tidak pernah lalai dalam shalat STS TS N S SS
5 Saya selalu berusaha untuk shalat tepat pada
waktunya
STS TS N S SS
6 Saya harus selalu berpuasa di bulan ramadhan STS TS N S SS
7 Saya tidak pernah lupa untuk membayar zakat STS TS N S SS
8 Kita dianjurkan untuk melakukan shalat secara
berjamah
STS TS N S SS
9 Saya melaksanakan shalat sunnah STS TS N S SS
10 Saya menyisihkan uang untuk bersedekah STS TS N S SS
11 Saya meluangkan waktu untuk membaca Al-quran STS TS N S SS
12 Saya menyempatkan waktu untuk senantiasa
berdzikir dan berdoa
STS TS N S SS
Akhlak dan Mental yang Baik
13 Saya ingin usaha saya maju STS TS N S SS
14 Saya bekerja tanpa mengenal waktu STS TS N S SS
15 Saya mampu menjalankan usaha dalam keadaan
apapun
STS TS N S SS
16 Saya bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari
STS TS N S SS
17 Saya bekerja demi mendapatkan rezki yang halal STS TS N S SS
18 Saya selalu berusaha Menjaga amanah orang lain STS TS N S SS
19 Saya selalu jujur dalam melakukan usaha STS TS N S SS
20 Saya suka menolong orang yang sedang dalam
kesusahan
STS TS N S SS
21 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar STS TS N S SS
22 Saya berpakaian rapi dan menarik dalam
menghadapi pelanggan
STS TS N S SS
23 Saya senang menolong orang dan bersifat murah
hati dalam berdagang
STS TS N S SS
24 Saya senyum dan bersifat akrab ketika menghadapi
pelanggan
STS TS N S SS
25 Saya tenang, sopan dan tidak memotong
pembicaraan pelanggan
STS TS N S SS
26 Saya bersemangat ketika melayani pelanggan STS TS N S SS
Tidak Melakukan Tindakan yang Tidak Terpuji
27 Kita tidak boleh melakukan sumpah palsu STS TS N S SS
28 Kita tidak boleh berbuat riba STS TS N S SS
29 Kita tidak boleh memaksa pembeli STS TS N S SS
30 Kita tidak boleh membohongi konsumen STS TS N S SS
31 Kita tidak boleh melakukan kecurangan STS TS N S SS
32 Kita tidak boleh menjual barang yang haram STS TS N S SS
33 Kita tidak boleh menipu STS TS N S SS
33 Kita tidak boleh mencari keuntungan yang
berlebihan
STS TS N S SS
34 Kita tidak boleh melakukan penimbunan barang STS TS N S SS
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA