IMPLEMENTASI BIMBINGAN MENTAL KEAGAMAAN DALAM …

62
IMPLEMENTASI BIMBINGAN MENTAL KEAGAMAAN DALAM PENGELOLAAN KECEMASAN MENGHADAPI KEMATIAN PADA WARGA BINAANPEMASYARAKATAN LANSIA DI RUTAN KELAS II A PEKALONGAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : INDRIYANI NIM. 2041115014 JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN 2020 Perpustakaan IAIN Pekalongan Perpustakaan IAIN Pekalongan

Transcript of IMPLEMENTASI BIMBINGAN MENTAL KEAGAMAAN DALAM …

IMPLEMENTASI BIMBINGAN MENTAL KEAGAMAAN

DALAM PENGELOLAAN KECEMASAN MENGHADAPI

KEMATIAN PADA WARGA BINAANPEMASYARAKATAN

LANSIA DI RUTAN KELAS II A PEKALONGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat

memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

INDRIYANI

NIM. 2041115014

JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN

2020

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

i

IMPLEMENTASI BIMBINGAN MENTAL KEAGAMAAN

DALAM PENGELOLAAN KECEMASAN MENGHADAPI

KEMATIAN PADA WARGA BINAANPEMASYARAKATAN

LANSIA DI RUTAN KELAS II A PEKALONGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat

memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

INDRIYANI

NIM. 2041115014

JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN

2020

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

v

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi yang digunakan dalam penulisan buku ini adalah hasil

Putusan Bersama Menteri Agama Republik Indonesia No.158 tahun 1987.

Transliterasi tersebut digunakan untuk menulis kata-kata Arab yang sudah diserap

ke dalam Bahasa Indonesia. Kata-kata Arab yang sudah diserap ke dalam Bahasa

Indonesia sebagaimana terlihat dalam kamus linguistic atau kamus besar Bahasa

Indonesia (KBBI). Secara garis besar pedoman transliterasi itu adalah sebagai

berikut.

1. Konsonan

Fonem-fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam system tulisan Arab

dilambangkan dengan huruf, Dalam translitersi itu sebagian dilambangkan dengan

huruf sebagian dilambangkan dengan tanda dan sebagian lagi dilambangkan

dengan huruf dan tanda sekaligus

Di bawah ini daftar huruf Arab dan transliterasi dengan huruf latin.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا

Ba B Be ب

Ta T Te ت

Sa S Es (dengan titik di atas) ث

jim J Je ج

ha H ح

Ha (dengan titik di

bawah)

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

vi

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

kha Kh Ka dan ha خ

dal D De د

zal Z د

Zei (dengan titik di

atas)

Ra R Er ر

Zai Z Zet ز

Sin S Es س

Syin Sy Es dan ye ش

Sad s ص

Es (dengan titik di

bawah)

Dad D ض

de (dengan titik di

bawah)

Ta T ط

Te (dengan titik di

bawah)

Za Z ظ

Zet (dengan titik di

bawah)

ain ‘ Koma terbalik diatas‘ ع

Gain G Ge غ

Fa F Ef ف

Qaf Q Qi ق

Kaf K Ka ك

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

vii

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Lam L El ل

Mim M Em م

Nun N En ن

Wau W We و

Ha H Ha ه

Hamzah Apostrof ء

Ya Y Ye ي

2. Vokal

Vokal tunggal Vokal rangkap Vokal panjang

ا = a ا = a

ا = i ا ي = ai ي = i

ا = u او = au او = u

3. Ta Marbutah

Ta Marbutah hidup dilambangkan dengan /t/

Contoh :

ditulis mar’atun jamilah مر اة جميلة

Ta marbutah mati dilambangkan dengan /h/

Contoh :

فاطمة ditulis Fatimah

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

viii

4. Syaddad (tasydid geminasi)

Tanda geminasi dilambangkan dengan huruf yang sama dnegan

huruf yang diberi tanda syaddad tersebut.

Contoh

ربنا ditulis rabbana

البر ditulis al-birr

5. Kata sandang (artikel)

Kata sandang yang diikuti oleh “huruf syamsiyah”ditransliterasikan sesuai

dengan bunyinya yaitu bunyi /I/ diganti dengan hururf yang sama dengan

huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.

Contoh:

ditulis Asy-syamsu الشمس

ditulis ar-rojulu الرجل

ditulis As-sayyidah السيدة

Kata sandang yang diikuti oleh “huruf qomariyah”ditransliterasikan sesuai

dengan bunyinya, yaitu bunyi /I/ diikuti terpisah dari kata yang mengikuti

dan dihubungkan dengan tanda sempang

Contoh :

ditulis al-qamar القمر

ditulis al-badi البديع

ditulis al-jalal الجلال

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

ix

6. Huruf Hamzah

Hamzah yang berada di awal kata tidak ditransliterasikan akan tetapi jika

hamzah tersebut berada di tengah kata atau di akhir kata, huruf hamzah itu

ditransliterasikan dengan apostrof /’/

Contoh

ditulis Umirtu امرت

ditulis Syai’un شيء

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

x

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah, sebagai rasa cinta dan

kasih kupersembahkan skripsi ini kepada:

1. Bapak Sunaryo terimakasih atas kasih sayang yang berlimpah dan

termakasih atas segala pengorbanan serta dukungan yang engkau berikan,

dan teruntuk Ibu Sari Temu yang saya sayangi, yang senantiasa sabar

membesarkan dan mendidik saya, serta telah memberikan dukungan dan

do’a sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Almamaterku jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ushuluddin,

Adab dan Dakwah IAIN Pekalongan.

3. Bapak Miftahul Ula, M.Ag, selaku pembimbing yang telah membimbing

hingga skripsi ini selesai. Saya mengucapkan beribu terima kasih atas

bimbingan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Kakak-kakak dan adik-adik saya Mbak Ikhtiyar, Mas Muhlisin, adik

Falah, Umi dan Talita yang senantiasa mendatangkan tawa dan menjadi

tempat untuk saya bercerita. Terimakasih atas cinta dan kehangatannya.

5. Calon pasangan hidup Mas Arya Dian Wismana sekeluarga, terimakasih

atas do’a, semangat, perhatian dukungan moral spiritual, materiil maupun

immateriil dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Sahabat suka dukaku, Qooidah dan Ayu Bella Prastika yang setia

menemani dan memberi semangat sampai skripsi ini selesai, serta semua

sahabat-sahabatku kelurga Cupu dan keluarga Cemara terimakasih atas

segala semangat dan motivasi yang tiada henti.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

xi

7. Atasan dan kawan kerjaku Mas Heri, Mbak Tika, Gadis dan Retno yang

selalu memberikan semangat dan motivasi selama saya menyelesaikan

skripsi ini.

Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan dan kemudahan untuk

kita semua, baik dalam urusan dunia atau akhirat. Aamiin.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

xii

MOTTO

كل نفس ذائقة ٱلموت

Artinya:

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.”

(Q.S. Ali ‘Imran: 185)

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

xiii

ABSTRAK

Indriyani. 2020. Implementasi Bimbingan Mental Keagamaan dalam

Pengelolaan Kecemasan Menghadapi Kematian pada Warga Binaan

Pemasyarakatan Lansia di Rutan Kelas II A Pekalongan. Skripsi Fakultas

Ushuluddin Adab dan Dakwah Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Institut

Agama Islam Negeri Pekalongan. Pembimbing H. Miftahul Ula, M.Ag.

Kata kunci: Bimbingan Mental Keagamaan, Kecemasan Kematian, Lansia.

Kematian merupakan keniscayaan, tidak satu jiwapun yang mampu

menghindarinya. Sedikit sekali yang bisa menerimanya karena semua orang

merasa sangat berat untuk meninggalkan kehidupan ini. Kematian adalah pintu

gerbang untuk meneruskan dan memasuki kehidupan baru yang lebih indah dan

lebih berkualitas karena kehidupan dan kenikmatan ruhani, derajat dan

kualitasnya lebih tinggi, ketimbang kenikmatan badani yang durasinya sangat

pendek. Periode penutup dalam rentang kehidupan seseorang adalah lansia,

dimana kondisi fisik sudah mulai menurun, dengan demikian di lanjut usia

terkadang muncul semacam pemikiran atau kecemasan bahwa mereka berada

pada sisa-sisa umur menunggu kematian.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah 1) bagaimana kondisi

kecemasan lansia dalam menghadapi kematian di Rutan Kelas II A Pekalongan?

2) bagaimana implementasi bimbingan mental keagamaan dalam pengelolaan

kecemasan menghadapi kematian pada warga binaan pemasyarakatan lansia di

Rutan Kelas II A Pekalongan? 3) apa faktor-faktor penghambat dan pendukung

dalam implementasi bimbingan mental keagamaan dalam pengelolaan kecemasan

menghadapi kematian pada warga binaan pemasyarakatan lansia di Rutan Kelas II

A Pekalongan?. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui kondisi

kecemasan lansia dalam menghadapi kematian di Rutan Kelas II A Pekalongan 2)

untuk mengetahui implementasi bimbingan mental keagamaan dalam pengelolaan

kecemasan menghadapi kematian pada warga binaan pemasyarakatan lansia di

Rutan Kelas II A Peklaongan 3) untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan

pendukung dalam implementasi bimbingan mental keagamaan dalam pengelolaan

kecemasan menghadapi kematian pada warga binaan pemasyarakatan lansia di

Rutan Kelas II A Pekalongan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field

research). Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah wawancara,

observasi, dan dokumentasi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif dengan menggunakan triangulasi data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi kecemasan kematian lansia

di Rutan Kelas II A Pekalongan berupa rasa gelisah, jantung berdebar, dan sakit

kepala. Implementasi bimbingan mental keagamaan dilakukan oleh penyuluh dari

Rutan sendiri dan dari kementrian Agama kepada seluruh warga binaan di Rutan

terutama warga binaan lanjut usia. Faktor penghambat dari penelitian ini adalah

mulai melemahnya panca indera dari lansia, dan faktor pendukung dari penelitian

ini adalah semangat untuk bertaubat dari warga binaan lansia.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

xvii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING .......................................................... iii

TRANSLITERASI ...................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. x

HALAMAN MOTTO ................................................................................. xii

ABSTRAK ................................................................................................... xiii

KATA PENGANTAR ................................................................................. xiv

DAFTAR ISI ............................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8

D. Kegunaan Penelitian . ............................................................... 8

E. Tinjauan Pustaka . .................................................................... 9

F. Metode Penelitian .................................................................... 19

G. Sistematika Penulisan ............................................................... 25

BAB II BIMBINGAN MENTAL KEAGAMAAN DAN

KECEMASAN MENGHADAPI KEMATIAN

A. Bimbingan Mental Keagamaan ................................................ 27

1. Pengertian Bimbingan Mental Keagamaan ........................ 27

2. Tujuan Bimbingan Mental Keagamaan .............................. 29

3. Bentuk Kegiatan Bimbingan Mental Keagamaan ............... 30

4. Materi Bimbingan Mental Keagamaan................................ 36

B. Kecemasan Menghadapi Kematian .......................................... 38

1. Pengertian Kecemasan ....................................................... 38

2. Kecemasan dalam Perspektif Islam . ................................... 39

3. Faktor Penyebab Kecemasan ............................................. 41

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

xviii

4. Pengertian Kematian .......................................................... 42

5. Kematian Perspektif Islam .................................................. 43

6. Kecemasan Kematian ........................................................ 45

7. Aspek-aspek Kecemasan Kematian .................................... 47

C. Bimbingan Mental Keagamaan dalam Pengelolaan Kecemasan

Menghadapi Kematian ........................................................... 48

1. Tahap-tahap Bimbingan Mental Keagamaan dalam

Kecemasan Menghadapi Kematian ................................... 48

2. Metode-metode Bimbingan Mental Keagamaan dalam

Kecemasan Menghadapi Kematian ................................... 49

BAB III BIMBINGAN MENTAL KEAGAMAAN DALAM

PENGELOLAAN KECEMASAN MENGHADAPI

KEMATIAN PADA WARGA BINAAN

PEMASYARAKATAN LANSIA DI RUTAN KELAS II A

PEKALONGAN

A. Gambaran Umum Rutan Kelas II A Pekalongan ....................... 52

1. Sejarah Berdirinya Rutan Kelas II A Pekalongan ................ 52

2. Visi dan Misi ...................................................................... 54

3. Struktur Organisasi ............................................................ 55

4. Demografi dan Struktur Bangunan ..................................... 56

a. Demografi ................................................................... 56

b. Struktur Bangunan ....................................................... 56

c. Data Kepegawaian ....................................................... 56

d. Sarana dan Prasarana ................................................... 59

e. Keadaan Penghuni Rutan Kelas II A Pekalongan ......... 60

B. Kondisi Kecemasan Warga Binaan Lansia dalam Menghadapi

Kematian di Rutan Kelas II A Pekalongan ............................... 61

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

xix

C. Implementasi Bimbingan Mental Keagamaan dalam

Pengelolaan Kecemasan Menghadapi Kematian pada Warga

Binaan Lansia di Rutan Kelas II A Pekalongan ....................... 68

D. Faktor Penghambat dan Pendukung Implementasi Bimbingan

Mental Keagamaan dalam Pengelolaan Kecemasan

Menghadapi Kematian pada Warga Binaan Lansia di Rutan

Kelas II A Pekalongan ............................................................. 74

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN MENTAL KEAGAMAAN

DALAM PENGELOLAAN KECEMASAN MENGHADAPI

KEMATIAN PADA WARGA BINAAN

PEMASYARAKATAN LANSIA DI RUTAN KELAS II A

PEKALONGAN

A. Analisis Kondisi Kecemasan Lansia dalam Menghadapi

Kematian di Rutan Kelas II A Pekalongan ............................... 76

B. Analisis Implementasi Bimbingan Mental Keagamaan dalam

Pengelolaan Kecemasan Menghadapi Kematian pada Warga

Binaan Pemasyarakatan Lansia Di Rutan Kelas II A

Pekalongan .............................................................................. 81

C. Analisis Faktor Penghambat dan Pendukung Implementasi

Bimbingan Mental Keagamaan dalam Pengelolaan Kecemasan

Menghadapi Kematian pada Warga Binaan Lansia di Rutan

Kelas II A Pekalongan ............................................................. 89

BAB V PENUTUP ................................................................................. 93

A. Kesimpulan............................................................................ 93

B. Saran-saran ............................................................................ 95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecemasan yang dimiliki manusia bisa berupa perasaan gelisah yang

bersifat subjektif, sejumlah perilaku (tampak khawatir dan gelisah, resah) atau

respon fisiologis yang bersumber di otak dan tercermin dalam bentuk denyut

jantung yang meningkat dan otot yang menegang. Kecemasan merupakan

suatu keadaan suasana hati yang di tandai oleh efek negatif dan gejala-gejala

ketegangan jasmaniah dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan

datangnya bahaya atau kemalangan yang akan datang dengan perasaan

khawatir.1

Misteri kematian akan selalu menjadi hal yang paling dekat, jika

seseorang mau menyadarinya. Tetapi sayang sekali dalam era modern ini,

dengan begitu banyak gemerlap dunia dan kemajuan teknologi, banyak

manusia yang lupa bahkan sengaja untuk melupakan. Barulah ketika manusia

menginjak masa lanjut usia, manusia mulai mengingat dan berfikir tentang

kematian. Di saat-saat itulah, ketika umur sudah tidak lagi muda, kekuatan

fisik mulai menyurut, biasanya orang mulai sadar dan muncul penyesalan,

mengapa anugerah kesehatan dan fasilitas umur yang telah dilewati tidak

1 V. Mark Durand dan David H. Barlow, Psikologi Abnormal, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2006), hlm. 158-159.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

2

digunakan untuk membangun taman kebajikan yang indah dipandang dan

menyejahterakan diri, keluarga, dan masyarakat.2

Adanya kesadaran akan kematian dan rasa penyesalan hidup yang

tidak terealisasi inilah. Maka pada masa lanjut usia akan mengalami

kecemasan dalam menghadapi kematian. Yang mana rasa cemas terhadap

kematian dapat disebabkan oleh kematian dan apa yang terjadi sesudahnya

merupakan misteri, adanya pemikiran tentang sanak keluarga yang akan

ditinggal dan boleh jadi juga kecemasan akan kematian muncul karena merasa

bahwa tempat yang akan dikunjungi sangat buruk.3

Kematian merupakan keniscayaan, tidak satu jiwapun yang mampu

menghindarinya. Sedikit sekali yang bisa menerimanya karena semua orang

merasa sangat berat untuk meninggalkan kehidupan ini. Kematian adalah

pintu gerbang untuk meneruskan dan memasuki kehidupan baru yang lebih

indah dan lebih berkualitas karena kehidupan dan kenikmatan ruhani, derajat

dan kualitasnya lebih tinggi, ketimbang kenikmatan badani yang durasinya

sangat pendek.4

Lanjut usia adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang.

Tahap terakhir dalam rentang kehidupan dibagi menjadi usia lanjut dini,

yang berkisar antara usia enam puluh samapai tujuh puluh, dan usia lanjut

yang mulai pada usia tujuh puluh sampai akhir kehidupan seseorang. Usia

2 Bisri M. Djaelani, Indahnya Kematian, (Yogyakarta: Madaniah, 2008), hlm. 45. 3 Komaruddin Hidayat, Psikologi Kematian; Mengubah Ketakutan Menjadi Optimisme,

(Jakarta: Noura Books, 2012), hlm. 14-15. 4 Komaruddin Hidayat, Psikologi Kematian; Mengubah Ketakutan, ..., hlm. 96.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

3

lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu dan merupakan

periode kemunduran. Efek-efek tersebut akan menentukan sampai sejauh

mana pria atau wanita usia lanjut akan melakukan penyesuaian diri secara

baik atau buruk.5

Menurut Jalaluddin lanjut usia merupakan usia orang yang sudah tidak

produktif lagi, kondisi fisik rata-rata sudah menurun sehingga dalam keadaan

uzur ini berbagai penyakit mudah menyerang, dengan demikian di lanjut usia

terkadang muncul semacam pemikiran atau kecemasan bahwa mereka berada

pada sisa-sisa umur menunggu kematian. Hal inilah yang sering

menimbulkan kecemasan pada lanjut usia.6

Permasalahan yang sering dialamai lanjut usia, mereka mengalami

kecemasan dalam menghadapi kematian. Pada masa lanjut usia seseorang

biasanya menjadi semakin kurang tertarik terhadap kehidupan akhiran dan

lebih memikirkan tentang kematian itu sendiri. Hal tersebut terjadi karena

kondisi tubuh dan kesehatan memburuk, mereka cenderung untuk

berkonsentrasi pada masalah kematian dan mulai dipengaruhi perasaan

tentang kematiannya. Selain itu masalah kecemasan dalam menghadapi

kematian pada lanjut usia, terutama lanjut usia yang tinggal tidak dengan

keluarganya, dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kondisi

lingkungan, frustasi, faktor psikologis pada lansia itu sendiri, faktor motivasi

hidup, dukungan dari keluarga serta faktor spiritual. Para warga binaan lansia

yang berada di Rutan Kelas II A Pekalongan memperoleh perlakuan dan hak

5 Elizaebeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980), hlm. 380. 6 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 106.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

4

sebagai warga binaan yang khusus terkait dengan segala sesuatu yang

dibutuhkan selama berada di Rutan. Perlakuan dan hak khusus warga binaan

tersebut bisa berupa kebutuhan psikisnya. Maka dari itu, untuk memberikan

perlakuan dan hak yang selayaknya kepada warga binaan lansia, pihak Rutan

selalu rutin mengadakan bimbingan mental dan kegiatan-kegiatan kerohanian

yang lainnya di Rutan Kelas II A Pekalongan.7 Warga binaan pemasyarakatan

lansia layak diberikan perlakuan khusus di Rutan, karena mereka termasuk

dalam warga binaan yang menetap dan telah diberikan blok kamar sendiri di

Rutan Kelas II A Pekalongan.

Hakikat bimbingan keagamaan adalah upaya untuk membantu

individu belajar mengembangkan fitrah iman atau kembali kepada fitrah iman

dengan cara memberdayakan fitrah-fitrah (jasmani, rohani, nafs, dan iman)

mempelajari dan melaksanakan tuntunan Allah dan Rasul-Nya, agar fitrah-

fitrah yang ada pada individu berkembang dan berfungsi dengan baik dan

benar.8

Bimbingan mental/jiwa merupakan tumpuan perhatian pertama dalam

misi Islam. Untuk menciptakan manusia yang berakhlak mulia, Islam telah

mengajarkan bahwa pembinaan jiwa harus lebih diutamakan dari pada

pembinaan fisik atau pembinaan pada aspek-aspek lain, karena dari jiwa yang

baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada gilirannya

akan menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan

7 Tavip Imam Haryanto, S.Pd, Kasubsie Pelayanan Tahanan, Wawancara Pribadi,

Pekalongan, 18 Agustus 2019. 8 Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islam (Teori dan Praktik), (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 207.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

5

manusia lahir dan batin. Islam mengajarkan bahwa tujuan hidup jangka

panjang yakni mendapatkan kebahagiaan di akhirat adalah lebih penting dari

pada tujuan hidup jangka pendek di dunia ini. Orang yang mengutamakan

kehidupan jangka panjang, akan menggunakan dunia sebagai ladang amal

untuk bekal di akhirat. Dengan adanya bimbingan mental keagamaan,

manusia akan memikirkan tujuan hidup jangka panjang, manusia akan

senantiasa mencari pahala, mencari kemuliaan, dan mencari segala kebaikan

yang akan ia terima di akhirat nanti.9

Bimbingan mental keagamaan sangatlah dibutuhkan oleh warga

binaan pemasyarakatan lansia, karena problem-problem yang dihadapi

mereka sangatlah banyak, dan salah satunya adalah kecemasan akan

datangnya kematian. Untuk orang-orang yang bebas dalam arti bukan

penghuni Rutan saja pasti cemas akan kematian, apalagi mereka para warga

binaan yang jauh dari keluarga, jauh dari dunia luar, dan minimnya kajian-

kajian yang dapat memperkuat keimanan mereka. Mereka menolak

mengakhiri hidupnya di Rutan. Selain masih mempertanggung jawabkan

perbuatan yang telah mereka lakukan didunia, di Rutan mereka juga belajar

meningkatkan keimanan mereka dengan mengikuti kajian-kajian bimbingan

mental keagamaan sehingga mereka siap jika sewaktu-waktu mereka

dipanggil kembali oleh Allah Swt. “Ini hukuman di dunia, saya butuh

9 Pipi Supiatin dan Sohari Sahrani, Psikologi Belajar dalam Perspektif Islam, (Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 92.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

6

bimbingan mental keagamaan untuk kelak hukuman di akhirat”. Ujar salah

satu warga binaan lansia di Rutan Kelas II A Pekalongan.10

Bimbingan mental keagamaan yang secara rutin diselenggarakan di

Rutan Kelas II A Pekalongan, dan dikhususkan kepada para warga binaan

lansia yang berupa pembacaaan al-Qur’an, asmaul khusna, dan dilanjutkan

dengan ceramah dengan tema-tema tertentu, serta memberikan bimbingan

hidup mulai dari hidup pribadi, keluarga, masyarakat dan hubungan dengan

Allah, bahkan dengan alam semesta dan makhluk hidup lain. Jika bimbingan

bimbingan tersebut dijalankan betul-betul maka akan terjamin kebahagiaan

dan ketentraman batin dalam hidup ini tiada saling sengketa, adu domba,

tiada kecurugaan dalam pergaulan. Hidup aman, damai dan sayang

menyayangi antar satu sama lain.

Rumah Tahanan merupakan tempat para pelaku tindak pidana yang

masih menunggu putusan hukuman yang akan diterima sebagai bentuk

pertanggung jawaban atas perbuatan yang telah dilakukan. Akan tetapi,

karena berbagai kendala yang terjadi, Rutan Kelas II A Pekalongan sama

fungsinya dengan Lembaga Pemasyarakatan. Terdapat banyak pelaku pidana

di Rutan Kelas II A Pekalongan yang statusnya sudah menjadi tahanan.

Dalam rumah tahanan terdiri dari berbagai usia remaja, dewasa, dan lanjut

usia. Warga binaan pemasyarakatan lansia yang melakukan tindak pidana

menghadapi sejumlah permasalahan yang sangat berpengaruh terhadap

psikologis mereka. Salah satu gangguan psikologis yang dialami oleh warga

10 B, Tahanan Kasus Perlindungan Anak dengan Hukuman 13 Tahun Penjara, Wawancara

Pribadi, Pekalongan, 13 Agustus 2019.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

7

binaan lansia adalah kecemasan, lebih spesifiknya kecemasan dalam

menghadapi kematian.11

Dengan diadakannya Bimbingan Mental Keagamaan untuk Warga

Binaan Pemasyarakatan Lansia di Rumah Tahanan Kelas II A Pekalongan

diharapkan mampu mewujudkan keharmonisan yang sungguh-sungguh antara

fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi

problem-problem yang biasa terjadi dan merasakan secara positif

kebahagiaan dan kemampuan dirinya, diharapkan mampu membantu para

lansia untuk menemukan solusi dalam permasalahannya, termasuk

permasalahan tentang kecemasan karena mereka belum siap untuk

menghadapai kematian, dan diharapkan mampu membuka mata batin setiap

warga binaan agar mereka mampu kembali pada fitrahnya sebagai khalifah

dimuka bumi.

Berkaitan dengan permasalahan yang ada di Rumah Tahanan Kelas II

A Pekalongan di atas, maka penulis melakukan penelitian mengenai

implementasi bimbingan mental keagamaan yang dapat diterapkan dalam

mengelola kecemasan menghadapi kematian yang dialami oleh warga binaan

pemasyarakatan lanjut usia. Oleh sebab itu, penelitian mengenai pelaksanaan

bimbingan mental keagamaan dalam mengatasi kecemasan menghadapi

kematian pada warga binaan lansia menjadi suatu yang menarik untuk dikaji

secara mendalam. Sehingga penulis bermaksud menuangkannya dalam

sebuah karya ilmiah (skripsi) dengan mengambil judul “Implementasi

11 Tavip Imam Haryanto, S.Pd, Kasubsie Pelayanan Tahanan, Wawancara Pribadi,

Pekalongan, 18 Agustus 2019.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

8

Bimbingan Mental Keagamaan Dalam Pengelolaan Kecemasan

Menghadapi Kematian Pada Warga Binaan Pemasyarakatan Lansia Di

Rutan Kelas II A Pekalongan”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi Kecemasan Lansia dalam menghadapi Kematian di

Rutan Kelas II A Pekalongan?

2. Bagaimana Implementasi Bimbingan Mental Keagamaan dalam

Pengelolaan Kecemasan menghadapi Kematian pada Warga Binaan

Pemasyarakatan Lansia di Rutan Kelas II A Pekalongan?

3. Apa faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam Implementasi

Bimbingan Mental Keagamaan dalam Pengelolaan Kecemasan

menghadapi Kematian di Rutan Kelas II A Pekalongan?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui kondisi Kecemasan Lansia dalam menghadapi

Kematian di Rutan Kelas II A Pekalongan.

2. Untuk mengetahui Implementasi Bimbingan Mental Keagamaan dalam

Pengelolaan Kecemasan menghadapi Kematian pada Warga Binaan

Pemasyarakatan Lansia di Rutan Kelas II A Pekalongan.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam

Implementasi Bimbingan Mental Keagamaan dalam Pengelolaan

Kecemasan menghadapi Kematian di Rutan Kelas II A Pekalongan.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan ini yaitu sebagai berikut:

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

9

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna secara teoritis sebagai aset

pengembangan ilmu pengetahuan yang relevan khususnya berkaitan

dengan implementasi bimbingan mental keagamaan dalam pengelolaan

kecemasan menghadapi kematian pada Warga Binaan Pemasyarakatan

Lansia.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam pengembangan

keilmuan di Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam di Fakultas

Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Pekalongan. Penelitian ini juga

diharapkan dapat berguna bagi untuk lembaga sosial khususnya di

Rutan Kelas II A Pekalongan.

E. Tinjauan Pustaka

1. Deskripsi Teori

Bimbingan Mental adalah proses membina moral/mental

seseorang kearah yang sesuai dengan ajaran agama. Artinya setelah

pembinaan itu terjadi, orang dengan sendirinya akan menjadikan

agama sebagai pedoman dan pengendalian, tigkah laku, sikap dan

gerak geriknya dalam hidup. Dari pengertian bimbingan mental

keagamaan diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan mental

keagamaan adalah suatu bimbingan atau pembinaan yang diarahkan

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

10

atau ditujukan untuk pembentukan mental (jiwa) seseorang ke arah

yang lebih baik yang sesuaidengan ajaran agama.12

Kemudian menurut Aunur Rahim Faqih, tujuan bimbingan

mental keagamaan itu sendiri adalah membantu untuk

mengembangkan pemahaman diri sendiri sesuai dengan kecakapan,

minat, pribadi dan kesempatan yang ada, membuat proses sosialisasi

dan sensituitas kepada kebutuhan orang lain, memberi dorongan

didalam mengarahkan diri, pemecahan masalah pengembalian

keputusan dalam keterlibatan diri dalam masalah yang ada,

mengembang nilai dan sikap menyeluruh serta perasaan sesuai dengan

penerimaan diri, membantu didalam memahami tingkah laku manusia

dan membantu untuk hidup didalam kehidupan yang seimbang dalam

berbagai aspek, fisik, mental dan sosial.13

Selanjutnya Fungsi bimbingan mental keagamaan menurut

Dewa Ketut Sukardi adalah sebagai pencegah terhadap timbulnya

masalah, yang menghasilkan pemahaman tentang sesuatu, yang

menghasilkan solusi dari berbagai permasalahan yang dialami serta

yang membantu dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan

pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan.14

12 Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang,

1982), hlm. 35

13 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: VII Press,

2001), hal. 54. 14 Dewa Ketut Sukardi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2000), hlm. 26-27.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

11

Cemas memiliki arti tidak tentram dihati (karena takut,

khawatir), kondisi hati merasa sangat gelisah (takut, khawatir).

Kecemasan merupakan suatu kondisi seseorang yang mempunyai

perasaan takut yang mendalam dan firasat akan datangnya malapetaka

sebagai hasil munculnya perasaan kenangan, keinginan, dan

pengalaman yang terdesak dipermukaan kesadaran.15

Kecemasan berfungsi sebagai tanda adanya bahaya yang akan

terjadi, suatu ancaman terhadap ego yang harus dihindari atau dilawan.

Dalam hal ini ego harus mengurangi konflik antara kemauan Id dan

Superego. Konflik ini akan selalu ada dalam kehidupan manusia

karena menurut Freud, insting akan selalu mencari pemuasan

sedangkan lingkungan sosial dan moral membatasi pemuasan tersebut.

Sehingga menurut Freud suatu pertahanan akan selalu beroperasi

secara luas dalam segi kehidupan manusia. Layaknya semua perilaku

dimotivasi oleh insting, begitu juga semua perilaku mempunyai

pertahanan secara alami, dalam hal untuk melawan kecemasan.

Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa kecemasan sulit

diketahui, tetapi hanya dapat diamati melalui reaksi-reaksi yang

ditimbulkannya, baik bersifat psikologis maupun fisiologis.16

Drever

mengatakan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang

15 Dewa Ketut Sukardi, Kamus Istilah Bimbingan dan Penyuluhan, (Surabaya: Usaha

Nasional, 1993), hlm. 22. 16 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Arsan, 1991), hlm. 3.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

12

kompleks dan kronis yang diiringi dengan berbagai bentuk kegelisahan

dan gangguan-gangguan kejiwaan.17

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah

perasaan takut yang mendalam dan firasat akan datangnya malapetaka,

serta tidak mampu mengendalikan pikiran buruk yang dapat diamati

melalui reaksi-reaksi secara psikis maupun fisik.

Kematian merupakan pemisahan jiwa dan raga, sehingga raga

tidak lagi mempunyai daya dan hidup, sedangkan jiwa adalah kualitas

rohani yang pada saat datang kematian akan bersifat abadi.18

Kematian bagi sebagian besar manusia merupakan salah satu hal

paling ditakuti, karena segala hal yang berkaitan dengan hal tersebut

sebisa mungkin dihindari. Keengganan untuk membicarakan kematian

bagi sebagian besar manusia salah satunya adalah karena munculnya

anggapan yang menakutkan tentang situasi setelah mati. Ketakutan

biasanya berhubungan erat dengan rasa cemas yang muncul sebagai

reaksi kekhawatiran akan tertimpa sesuatu yang menghancurkan,

membahayakan, dan menyakitkan.

Begitu pula kecemasan menghadapi kematian, dikala seseorang

membayangkan kematian maka yang berfikir adalah kerugian,

kehancuran, kesakitan, serta bahaya yang mengiringinya membuat

kematian menjadi sesuatu yang sangat menyakitkan. Yang mana rasa

cemas terhadap kematian dapat disebabkan oleh kematian dan apa

17 Arif Wibisono, Hubungan Shalat dengan Kecemasan, (Jakarta: Studia Jakarta, 1994),

hlm. 21. 18 M. Quraish Shihab, Kematian Adalah Nikmat, (Tanggerang: Lentera Hati, 2013), hlm. 8.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

13

yang terjadi sesudahnya merupakan misteri, adanya pemikiran tentang

sanak kelurga yang akan ditinggal dan boleh jadi juga kecemasan akan

kematian muncul karena merasa bahwa tempat yang akan dikunjungi

sangat buruk.19

Para psikolog mengatakan bahwa kecemasan manusia akan

kematian sejatinya merupakan ketakutan akan kehilangan pribadi.

Seolah-olah manusia takut hilang dari rombongan, takut bahwa dirinya

akan sendirian setelah mati nanti. Kecemasan menghadapi kematian

pastinya dialami oleh sebagian besar manusia, tidak terbatas pada usia

tertentu, akan tetapi mungkin ketika usia sudah semakin tua, rasa

cemas itu akan semakin besar apabila seseorang tidak dapat memaknai

kehidupan yang benar. Rasa cemas itu bisa jadi karena masih ada

banyak hal yang ingin manusia lakukan, namun ketika dihadapkan

pada kematian, seolah semua aktivitas harus terhenti. Rasa cemas dan

takut nampaknya merupakan merupakan bentuk sikap pemberontakan

terhadap kematian karena mungkin ada hal yang belum terlaksana.20

Lanjut usia merupakan proses perubahan biologis secara terus

menerus yang dialami oleh manusia hingga berusia 60 tahun atau lebih

(tahap akhir dari kehidupan), baik secara fisik masih mampu untuk

mencukupi kebutuhannya sendiri maupun tidak. Pada umumnya lansia

mengharapkan: panjang umur, semangat hidup, tetap berperan sosial,

dihormati, mempertahankan hak dan hartanya, tetap berwibawa,

19 Komaruddin Hidayat, Psikologi Kematian; Mengubah Ketakutan ..., hlm. 14-15. 20 Muhammad Siradj, Kematian Dalam Irang-Irang Panjang, (Jakarta: Balai Pustaka,

1976), hlm. 81-82.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

14

kematian dalam ketenangan dan diterima disisi Allah Swt (khusnul

khotimah), dan masuk surga. Proses menua para warga binaan lansia

yang tidak sesuai dengan harapan tersebut, dirasakan sebagai beban

mental yang cukup berat. Keinginan untuk lebih dekat dengan Allah

Swt merupakan kebutuhan para lansia.

2. Penelitian Yang Relevan

Pada tahap ini, penulis melakukan penelusuran terhadap

beberapa penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya (previos

finding) yang ada hubungan pembahasan dengan penelitian

sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui korelasi pembahasan

dalam penelitian ini dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan

sebelumnya.

Penelitian pertama, skripsi oleh Zida Nusrotina (Fakultas

Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta, tahun 2017), yang berjudul “Mujahadah Sebagai Terapi

Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lanjut Usia Di Majlis

Mujahadah Bil Musthofa Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak

Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk lebih memahami manfaat

mujahadah sebagai terapi kecemasan menghadapi kematian pada

lanjut usia. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif.21

21 Zida Nusrotina, skripsi, Mujahadah Sebagai Terapi Kecemasan Menghadapi Kematian

Pada Lanjut Usia Di Majlis Mujahadah Bil Musthofa Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak

Yogyakarta ((Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta, tahun 2017).

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

15

Perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah,

peneliti meneliti bagaimana implementasi bimbingan mental

keagamaan dalam pengelolaan kecemasan menghadapi kematian pada

warga binaan pemasyarakatan lanjut usia di Rutan Kelas II A

Pekalongan, penelitian ini lebih berfokus pada bagaimana penerapan

bimbingan mental keagamaan untuk mengelola kecemasan

menghadapi kematian pada warga binaan pemasyarakatan lansia,

sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Zida Nusrotina berfokus

pada mujahadah sebagai terapi kecemasan menghadapi kematian,

tanpa menyertakan bagaimana cara mengatasi kecemasan menghadapi

kematian dengan bimbingan mental keagamaan.

Penelitian kedua, jurnal oleh Ermawati & Shanty Sudarji,

berjudul “Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lanjut Usia”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecemasan menghadapi

kematian pada lanjut usia. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif

dengan metode studi kasus. Dengan hasi penelitian yang menunjukkan,

subjek I merasa bahwa kecemasan dalam menghadapi kematian

cenderung ringan, dan Ia sudah siap jika kematiannya tiba. Sementara

pada subyek II, cenderung cemas menghadapi kematian dikarenakan

beberapa hal, antara lain takut akan kematian itu sendiri, takut mati

karena banyak tujuan hidup yang belum tercapai, juga merasa cemas

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

16

karena merasa sendirian dan tidak akan ada yang menolong saat Ia

sekarat nantinya.22

Perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah

peneliti meneliti tentang bagaimana implementasi bimbingan mental

keagamaan dalam pengelolaan kecemasan menghadapi kematian pada

warga binaan pemasyarakatan lanjut usia di Rutan Kelas II A

Pekalongan, penelitian ini lebih berfokus pada bagaimana penerapan

bimbingan mental keagamaan untuk mengelola kecemasan

menghadapi kematian pada warga binaan pemasyarakatan lansia,

sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ermawati & Shanty Sudarji

berfokus pada studi kasus intrinsik terkait kecemasan kematian tanpa

disertai konsep bimbingan ataupun teori.

Penelitian ketiga, skripsi oleh Asda Pardosi (Fakultas Psikologi

Universitas Sumatra Utara Genap, tahun 2013/2014), berjudul

“Kecemasam Menghadapi Kematian Pada Lansia Ditinjau Dari Tipe

Kepribadian”. Pada penelitian ini bertujuan untuk melihat kecemasan

menghadapi kematian pada lansia ditinjau dari tipe kepribadian

ekstrovert dan introvert. Metode dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif komparatif.23

Perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah

peneliti meneliti tentang bagaimana implementasi bimbingan mental

22 Ermawati & Shanty Sudarji, Jurnal Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lanjut Usia,

Universitas Bunda Mulia, Vol. 6, No. 1 April 2013. 23 Asda Padorsi, Skripsi, Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Ditinjau Dari

Tipe Kepribadian (Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara Genap, 2013/2014).

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

17

keagamaan dalam pengelolaan kecemasan menghadapi kematian pada

warga binaan pemasyarakatan lanjut usia di Rutan Kelas II A

Pekalongan, penelitian ini lebih berfokus pada bagaimana penerapan

bimbingan mental keagamaan untuk mengelola kecemasan

menghadapi kematian pada warga binaan pemasyarakatan lansia,

sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Asda Pardosi lebih berfokus

pada hubungan antara kecemasan menghadapi kematian pada lansia

ditinjaun dari tipe kepribadian, tanpa disertai bagaimana cara

mengatasi kecemasan menghadapi kematian dengan bimbingan mental

keagamaan.

3. Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini, kerangka berfikir akan menjadi landasan

untuk menjelaskan bagaimana implementasi bimbingan mental

keagamaan dalam pengelolaan kecemasan menghadapi kematian pada

warga binaan pemasyarakatan lanjut usia. Untuk itu akan dijelaskan

kerangka berfikir sebagai berikut:

Lanjut usia merupakan masa penutup kehidupan akhir dari

proses perkembangan seseorang, masa lansia juga merupakan masa

kemunduran, baik secara fisik maupun psikis. Dengan keadaan

tersebut lansia banyak yang mengalami depresi ataupun kecemasan

karena belum siap menerima keadaan dirinya sekarang ini. Kecemasan

merupakan suatu keadaan suasana hati yang ditandai oleh efek negatif

dari gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

18

mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan yang

akan datang dengan perasaan khawatir. Salah satu hal yang membuat

para lanjut usia cemas adalah mereka belum siap untuk menghadapi

kematian. Kematian merupakan suatu titik henti yang permanen dari

semua fungsi hidup, akhir dari kehidupan. Bimbingan mental

keagamaan merupakan suatu upaya untuk memberikan bantuan kepada

para lansia agar para lansia mampu mewujudkan dirinya sebagai

manusia seutuhnya dalam mencapai kebahagiaan hidup didunia dan

akhirat.

Bimbingan mental keagamaan mempunyai peran yang cukup

besar dalam pengelolaan kecemasan menghadapi kematian pada lamjut

usia, hal ini terlihat bahwa sebagian lansia mengalami kecemasan

terhadap kematian yang akan datang setiap saat tanpa mereka

mengetahui penyebab dan waktunya, dengan adanya bimbingan mental

keagamaan diharapkan para lansia mampu mengelola rasa cemasnya

tersebut agar mereka dapat menjalani kehidupan yang lebih baik lagi

dan mampu mempersiapkan diri dalam menghadapi kematian.

Dengan kerangka berfikir tersebut, kiranya dapat dibuat alur

atau skema sebagai berikut:

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

19

Gambar 1. Kerangka Berfikir

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau jalan yang dipakai untuk

melakukan penelitian yang didalamnya mencakup:

1. Jenis dan Pendekatan

a. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian lapangan. Penelitian lapangan (field research)

merupakan jenis penelitian dimana seorang peneliti secara

langsung meneliti objek dan mencari data terkait pembahasan

secara konkrit di lokasi penelitian.24

Dalam penelitian ini peneliti meneliti secara langsung bagaimana

kondisi kecemasan para lansia dalam menghadapi kematian, dan

implementasi bimbingan mental keagamaan dalam pengelolaan

24 Erna Widodo Muhtar, Konstruksi ke Arah Penelitian Deskripsi, (Yogyakarta: Avyrouz,

2000), hlm. 79.

WBP Lansia Kecemasan

Kematian

WBP Lansia Mampu

Mengelola Rasa

Cemas

Bimbingan Mental

Keagamaan

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

20

kecemasan menghadapi kematian pada warga binaan

pemasyarakatan lansia, serta mengetahui faktor-faktor penghambat

dan pendukung dalam Implementasi Bimbingan Mental

Keagamaan dalam Pengelolaan Kecemasan menghadapi Kematian

di Rutan Kelas II A Pekalongan.

b. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode

kualitatif, karena dalam menjawab rumusan masalah, penelitian

menggunakan data-data deskriptif yang berupa kata-kata bukan

angka-angka.25

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian yang bermasud

untuk memahami bagaimana implementasi bimbingan mental

keagamaan dalam pengelolaan kecemasan menghadapi kematian

pada warga binaan pemasyarakatan lansia yang berada di Rumah

Tahanan Kelas II A Pekalongan, secara holistik dan dengan cara

deskripsi pada suatu konteks khusus yang alamiah serta dengan

memanfaatkan metode alamiah.

c. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

psikologis. Pendekatan psikologis adalah suatu penelitian terhadap

25 Masyuri dan M. Zainudin, Metode Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm.

50.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

21

peristiwa atau pengalaman kejiwaan individu yang terkait dengan

keagamaannya (religiousty).26

Dengan pendekatan secara psikologis bermaksud untuk memahami

bagaimana kondisi kecemasan para warga binaan pemasyarakatan

lansia dalam menghadapi kematian.

2. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu sumber data

primer dan sumber data sekunder, diantaranya:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung

dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau

alat pengambilan langsung dari subjek informasi yang dicari.27

Sumber data primer dalam penelitian ini menggunakan purposive

sampling yaitu dengan penarikan sampel bertujuan atau teknik

pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu.28

Penelitian ini berfokus pada 12 warga binaan pemasyarakatan

lansia, dan kemudian akan diambil 3 sampel dengan kriteria lansia

yang masih kooperatif atau masih bisa untuk diajak komunikasi,

sehat secara fisiologis dan psikologis, penyuluh dan petugas Rutan

Kelas II A Pekalongan.

26 M. Amin Abdullah, dkk, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Kurnia Kalam,

2015), hlm. 88. 27 Saefudin Azhar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 91. 28 Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 68.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

22

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber

pendukung untuk memperjelas sumber data primer berupa data

kepustakaan yang berkorelasi dengan pembahasan objek.29

Meliputi buku-buku penunjang yang berkaitan dengan judul, dan

lain-lain.

c. Pendekatan Pengumpulan Data

Pendekatan pengumpulan data merupakan langkah yang paling

utama dalam penelitian. Tanpa mengetahui pendekatan

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar yang ditetapkan.30

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawaancara dilakukan peneliti terhadap para warga binaan

pemasyarakatan lansia, penyuluh, dan petugas di Rutan Kelas II A

Pekalongan. Wawancara bertujuan untuk mengetahui bagaimana

kondisi kecemasan lansia dalam menghadapi kematian, untuk

mengetahui bagaimana implementasi bimbingan mental

keagamaan dalam pengelolaan kecemasan menghadapi kematian

pada warga binaan pemasyarakatan lansia di Rutan Kelas II A

Pekalongan, dan untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi

penghambat dan pendukung dalam implementasi bimbingan

29 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2005), hlm. 114. 30 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 308.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

23

mental keagamaan dalam pengelolaan kecemasan menghadapi

kematian pada warga binaan pemasyarakatan lansia di Rutan Kelas

II A Pekalongan.

b. Pengamatan atau Observasi

Pengamatan atau observasi dilakukan peneliti untuk mengamati

secara langsung bagaimana kehidupan, situasi serta kondisi para

warga binaan pemasyarakatan lansia, dan untuk mengamati

bagaimana implementasi bimbingan mental keagamaan dalam

pengelolaan kecemasan menghadapi kematian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata document yang artinya barang-

barang tertulis. Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data

tentang implementasi bimbingan mental keagamaan dalam

pengelolaan menghadapi kematian pada warga binaan

pemasyarakatan lansia, serta digunakan untuk mendokumentasikan

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam proses

penelitiannya.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan langkah-langkah untuk memproses

temuan penelitian yang ditranskripsikan melalui proses reduksi data.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

24

Peneliti menggunakan metode analisis deskripsif kualitatif untuk

memperoleh gambaran secara menyeleuruh data penelitian.31

Menurut Miles dan Hurberman, Metodologi Penelitian Kualitatif

Analisis Data terdapat tiga macam jenis kegiatan dalam analisis data

kualitatif, yaitu:

Reduksi Data, merujuk pada proses pemilihan, pemfokusan,

penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian (data mentah) yang

terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Model Data (data

display), model data merupakan sebagai suatu kumpulan informasi

yang tersusun dan membolehkan pendeskripsian kesimpulan serta

pengambilan tindakan. Penarikan atau Verifikasi Kesimpulan, dari

permulaan pengumpulan data, penelitian kualitatif mulai memutuskan

apakah “makna” sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan,

konfigurasi yang mungkin, alur kausal, dan prosisi-prosisi.32

Dengan teknik analisis data ini, peneliti melakukan upaya

penarikan kesimpulan secara terus menerus selama mengamati kondisi

kecemasan para warga binaan pemasyarakatan lansia dalam

menghadapi kematian, implementasi bimbingan mental keagamaan

didalam pengelolaan kecemasan menghadapi kematian pada warga

binaan pemasyarakatan lansia dan faktor-faktor penghambat dan

pendukung dalam Implementasi Bimbingan Mental Keagamaan dalam

31 Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling, ...,

hlm. 141-142. 32 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2014), hlm. 129-134.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

25

Pengelolaan Kecemasan menghadapi Kematian di Rutan Kelas II A

Pekalongan.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Secara keseluruhan, penelitian ini terdiri dari lima bab, dengan

sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini penulis akan memaparkan latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

landasan teori, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II Landasan Teori Bimbingan Mental Keagamaan Dalam

Pengelolaan Kecemasan Menghadapi Kematian. Pada bab ini penulis

memaparkan mengenai bimbingan mental keagamaan, kecemasan

menghadapi kematian, bimbingan mental keagamaan dalam pengelolaan

kecemasan menghadapi kematian.

Bab III Gambaran Umum Penelitian Bimbingan Mental Keagamaan

Dalam Pengelolaan Kecemasan Menghadapi Kematian. Pada bab ini

penulis akan memaparkan gambaran umum Rumah Tahanan Kelas II A

Pekalongan, memaparkan kondisi kecemasan warga binaan

pemasyarakatan lansia dalam menghadapi kematian di Rutan Kelas II A

Pekalongan, memaparkan bagaimana implementasi bimbingan mental

keagamaan terhadap pengelolaan kecemasan menghadapi kematian, serta

memaparkan faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

26

bimbingan mental keagamaan dalam pengelolaan kecemasan menghadapi

kematian di Rutan Kelas II A Pekalongan.

Bab IV Analisis Implementasi Bimbingan Mental Keagamaan Dalam

Pengelolaan Kecemasan Menghadapi Kematian. Pada bab ini penulis

memaparkan analisis tentang kondisi kecemasan para warga binaan

pemasyarakatan lansia dalam menghadapi kematian, analisis implementasi

bimbingan mental keagamaan dalam pengelolaan kecemasan menghadapi

kematian pada warga binaan pemasyarakatan lansia dan analisis kondisi

kecemasan warga binaan pemasyarakatan lansia menghadapi kematian

setelah dilakukan bimbingan mental keagamaan dalam pengelolaan

kecemasan menghadapi kematian.

Bab V adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

93

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat kondisi kecemasan yang dialami oleh Warga Binaan Lansia di

Rutan Kelas II A Pekalongan.

a. Bentuk kecemasan menghadapi kematian para warga binaan, antara

lain: 1) Warga Binaan Lansia merasakan gelisah. 2) Warga Binaan

Lansia merasa jantung berdebar. 3) Warga Binaan Lansia merasa sakit

kepala.

b. Terdapat dua macam reaksi yang dialami warga binaan ketika

mengalami kecemasan menghadapi kematian, yaitu: 1) Reaksi

psikologis seperti; sering mengeluh, mengalami kebingungan, merasa

putus asa, dan marah-marah. 2) Reaksi fisiologis seperti; halusinasi,

merasa tidak tenang, dan jantung terasa berdetak kencang.

c. Jenis kecemasan yang dialami oleh Warga Binaan Lansia yang berada

di Rutan Kelas II A Pekalongan, merupakan jenis kecemasan State

anxiey yaitu kecemasan yang timbul jika individu dihadapkan pada

situasi-situasi tertentu dan gejalanya akan tampak ketika situasi

tersebut masih ada.

2. Implementasi Bimbingan Mental Keagamaan dalam Pengelolaan

Kecemasan Menghadapi Kematian pada Warga Binaan Pemasyarakatan

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

94

3. Lansia di Rutan Kelas II A Pekalongan, dilakukan melalui bimbingan

kelompok.

a. Implementasi bimbingan mental keagamaan di Rutan dilakukan

melalui tiga tahap, yaitu; assesmen, rencana program bimbingan/

pembinaan, dan tindak lanjut.

b. Materi yang diberikan kepada warga binaan lansia berupa materi fiqh

ibadah, materi akhlak, dan materi akidah (keimanan).

c. Metode bimbingan mental keagamaan yang digunakan yaitu metode

ceramah dan metode tanya jawab.

d. Pendekatan yang digunakan dalam bimbingan mental keagamaan

berupa pendekatan persuasif dan pendekatan family.

e. Evaluasi implementasi bimbingan mental keagamaan.

4. Dalam Implementasi Bimbingan Mental Keagamaan di Rutan Kelas II A

Pekalongan, terdapat faktor penghambat dan pendukung, diantaranya

adalah:

a. Faktor penghambat: 1) Intern; panca indra dari warga binaan lansia

yang mulai melemah. 2) Ekstern; kurangnya SDM dan tenaga kerja

yang masih sedikit, serta keterbatasan waktu dan tempat untuk

bimbingan mental keagamaan.

b. Faktor pendukung: 1) Intern; semangat dan keinginan dari waarga

binaan lansia untuk mengikuti bimbingan mental keagamaan. 2)

Ekstern; semangat petugas Rutan, dan kepedulian Pembina atau

pembimbing mental keagamaan.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

95

B. Saran-saran

Untuk meningkatkan peran bimbingan mental keagamaan keagamaan di

Rutan Kelas II A Pekalongan, maka peneliti memberikan saran sebagai

berikut:

1. Untuk warga binaan lansia di Rutan Kelas II A Pekalongan

a. Agar selalu berusaha menenangkan hati dan menganggap bahwa

segala apa yang telah terjadi meruapakan sebuah pelajaran dan

merupakan ujian dari Allah SWT.

b. Diharapkan agar dapat menerima dan mengikuti segala kegiatan yang

dilaksanakan di Rutan.

c. Diharapkan agar tidak berhenti untuk terus mempelajari materi

keagamaan yang telah diberikan.

d. Teruslah semangat, yakin, dan optimis untuk masa depan yang lebih

baik, serta jangan mudah menyerah dan putus asa.

2. Untuk pembimbing Agama

a. Pembimbing agama harus sabar dan ikhlas dalam memberikan

bimbingan kepada warga binaan terutama warga binaan lansia, karena

ini merupakan perbuatan yang baik dan lading pahala bagi

pembimbing agama.

b. Mampu mengadakan komunikasi dan pendekatan yang baik antara

pembimbing dan warga binaan.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

96

3. Untuk Pimpinan Rutan Kelas II A Pekalongan.

a. Agar warga binaan lansia diberikan kegiatan rutin yang mengandung

nilai positif, sehingga mereka mampu menjalankan kehidupan di Rutan

dan mengalihkan mereka dari kecemasan akan kematian.

b. Diharapkan untuk dapat meningkatkan sarana dan prasarana Rutan

agar kegiatan bimbingan dapat terlaksana dengan baik.

c. Perlu adanya penambahan jumlah pembimbing agar kegiatan

bimbingan mental keagamaan lebih optimal.

4. Untuk Mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam Angkatan Dibawah

2015.

a. Kembangkan lagi penelitian ini yang berkaitan dengan kecemasan

kematian, mengingat keterbatasan penulis dalam menulis skripsi ini.

b. Ambil penelitian di Rutan Kelas II A Pekalongan, karena disana masih

banyak sekali problem-problem yang harus kalian selesaikan, dan

warga binaan di Rutan Kelas II A Pekalongan masih membutuhkan

sentuhan tangan dari kalian calon konselor handal dari IAIN

Pekalongan.

c. Tetap semangat dalam belajar dan jangan lupa untuk selalu berdo’a

agar segala sesuatu yang kita lakukan selalu diridhoi oleh Allah SWT.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Amin, dkk. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Kurnia

Kalam.

Al-Ghozali. 1997. Asma’ul-Husna Rahasia nama-nama Allah. Terjemahan Ilyas

Hasan. Bandung: Mizan.

Amin, Samsul Munir. 2013. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: AMZAH.

Arifin, M. 1976. Pokok-pokok Pikiran dan Penyuluhan Agama. Jakarta: Golden

Terayon Press.

________. 1994. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Cet

Ke-4. Jakarta: PT. Golden Terayon Press.

________. 2000. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi

Aksara.

Azhar, Saefudin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

B. Tahanan Kasus Perlindungan Anak dengan Hukuman 13 Tahun Penjara. 2019.

Pekalongan. Wawancara Pribadi.

Break, Laura E. 2010. Development Through The Lifespan: Dari Dewasa Awal

Sampai Menjelang Ajal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chotimah, Chusnul. 2005. Pembinaan Mental Agama Islam Terhadap Ibu-ibu

Usia Monopouse Di Kecamatan Semarang Selatan. Skripsi. Semarang:

Fakultas Dakwah IAIN Walisongo.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Daradjat, Zakiah. 1982. Pendidikan Agama dalam pembinaan Mental. Jakarta:

Bulan Bintang.

______________. 1991. Kesehatan Mental. Jakarta: Arsan.

Diyono, Bambang. 2020. Warga Binaan Pemasyarakatan. Pekalongan.

Wawancara Pribadi.

Djaelani, Bisri M. 2008. Indahnya Kematian. Yogyakarta: Madaniah.

Durand, V. Mark dan David H. Barlow. 2006. Psikologi Abnormal Edisi ke

Empat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Elyas, Papa Luis Maluf. 1998. Munjid fil Lughoh Wa a’ala. Libanon: El Mucheg.

Emzir. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Ermawati & Shanty Sudarji. 2013. Jurnal. Kecemasan Menghadapi Kematian

Pada Lanjut Usia. Universitas Bunda Mulia.

Faqih, Aunur Rahim. 2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta:

VII Press.

Faza, Zen. 2020. Penyuluh Kementerian Agama. Pekalongan. Wawancara Pribadi.

Harahap, Sahrin. 2009. Ensiklopedia Akidah Islam. Jakarta: Kencana.

Haryanto, Tavip Imam. 2019. Kasubsie Pelayanan Tahanan. Pekalongan.

Wawancara Pribadi.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

____________________. 2020. Kasubsie Pelayanan Tahanan. Pekalongan.

Wawancara Pribadi.

Hasan, Aliah B. Purwakania. 2006. Psikilogi Perkembangan Islam. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Hidayat, Komaruddin. 2012. Psikologi Kematian; Mengubah Ketakutan Menjadi

Optimisme. Jakarta: Noura Books.

Hurlock, Elizaebeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

____________________. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Jalaluddin. 2002. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Jaya, Yahya. 1994. Spiritualisasi Islam dala Menumbuhkembangkan Kepribadian

dan Kesehatan Mental. Bandung: PT. Raja Rosdakarya.

Jones, Ricard Nelson. 2011. Teori dan Praktik Konseling dan Terapi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Kusnowo. 2020. Warga Binaan Pemasyarakatan. Pekalongan. Wawancara

Pribadi.

Masyuri dan M. Zainudin. 2008. Metode Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Muhtar, Erna Widodo. 2000. Konstruksi ke Arah Penelitian Deskripsi.

Yogyakarta: Avyrouz.

Musnamar, Thohari. 1992. Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling

Islam. Jakarta: UII Press.

Najati, Muhammad ‘Utsman. 2004. Psikologi Dalam Perspektif Hadits. Jakarta:

Radar Jaya Offset.

Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia.

Nevid, Jeffrey S, dkk. 2005. Psikologi Abnormal edisi kelima Jilid 1. Jakarta:

Erlangga.

Nusrotina, Zida. 2017. Skripsi. Mujahadah Sebagai Terapi Kecemasan

Menghadapi Kematian Pada Lanjut Usia Di Majlis Mujahadah Bil

Musthofa Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak Yogyakarta. Fakultas

Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

Padorsi, Asda. 2013/2014. Skripsi. Kecemasan Menghadapi Kematian Pada

Lansia Ditinjau Dari Tipe Kepribadian. Fakultas Psikologi Universitas

Sumatra Utara Genap.

Rahayu, Iin Tri. 2009. Psikoterapi Perspektif Islam dan Psikologi Kontemporer.

Malang: UIN Malang Press.

Razak, Nasudin. 1989. Dinul Islam. Bandung: Al-Ma’arif.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Said ibn Ali ibn Wafh Al-Qathani. 2009. Memahami Makna dan Kandungan

Asmaul Husna berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunah, Judul asli Syarah

Asma’ul Husna fi Dhau-i al-Kitaab wa Sunnah. Penerjemah Achmad

Sunarto. Semarang: Pustaka Nuun.

Semiun, Yustinus. 2006. Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud.

Yogyakarta: Kanisius.

Shihab, M. Quraish. 2013. Kematian Adalah Nikmat. Tanggerang: Lentera Hati.

_______________. Menyingkap Tabir Ilahi Asma Al Husna Dalam Perspektif

AlQur’an.

Siradj, Muhammad. 1976. Kematian Dalam Irang-Irang Panjang. Jakarta: Balai

Pustaka.

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, Dewa Ketut. 1993. Kamus Istilah Bimbingan dan Penyuluhan. Surabaya:

Usaha Nasional.

_________________. 2000. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.

Jakarta: Rineka Cipta.

Suparno, Hadi. 2020. Warga Binaan Pemasyarakatan. Pekalongan. Wawancara

Pribadi.

Sutoyo, Anwar. 2013. Bimbingan dan Konseling Islam (Teori dan Praktik).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Tohirin. 2013. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan

Konseling. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ulinnaja, Robithoh Anam. 2020. Pengelola Pembinaan Kepribadian. Pekalongan.

Wawancara Pribadi.

Umari, Barmawie. 1993. Sistematika Tasawwuf. Solo: Romadloni.

Wibisono, Arif. 1994. Hubungan Shalat dengan Kecemasan. Jakarta: Studia

Jakarta.

Winkel, W. S. 1989. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah. Jakarta:

Gramedia.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

PEDOMAN OBSERVASI

1. Mengamati kondisi Kecemasan Lansia dalam Menghadapi Kematian

Rutan kelas IIA Pekalongan, antara lain:

Aspek-aspek kecemasan kematian.

2. Mengamati proses implementasi bimbingan mental keagamaan dalam

pengelolaan kecemasan menghadapi kematian pada warga binaan

pemasyarakatan lansia di Rutan kelas IIA Pekalongan, antara lain:

Petugas pembinaan, warga binaan lansia, proses, metode, teknik

pendekatan, tahap-tahap, materi.

3. Mengamati faktor penghambat dan pendukung proses implementasi

bimbingan mental keagamaan dalam pengelolaan kecemasan menghadapi

kematian pada warga binaan pemasyarakatan lansia di Rutan kelas IIA

Pekalongan, antara lain:

Kegiatan bimbingan mental keagamaan.

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

DOKUMENTASI

Wawancara Petugas Rutan

Wawancara Penyuluh

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Wawancara Warga Binaan

Bimbingan Mental Keagamaan

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Blok KamarLansia

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an

Per

pu

stak

aan

IAIN

Pek

alo

ng

an