Iman

download Iman

of 48

description

Islam

Transcript of Iman

2

Iman, islam, ihsan adalah tiga kata yang maknanya saling berkaitan, sebagaimana yang diterangkan dalam hadits Rasulullah Saw.Diriwayatkan dari umar bin khatab, Suatu hari, disaat kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Tiba-tiba muncullah seorang laki-laki yang mengenakan pakaian serba putih, rambutnya hitam pekat, tidak berjejak, dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya, samppai dia duduk di depan Nabi Saw. dan menyandarkan kedua lututnya pada lutut Nabi Saw.seraya meletakkan kedua telapak tangannya diatas paha belia. Kemudian ia berkata, Wahai Muhammad, ajarilah aku tentang islam,Nabi bersabda, islam adalah hendaknya engkau bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul-Nya, engkau mendirikan solat, mengelurkan zakat, berpuasa ramadhan, dan menunaikan ziarah haji ke baitullah jika engkau mampu menempuh perjalanannya. Segera saja laki-laki itu berkata, Engkau benar wahai Muhammad. . . . . . . . . . . . . . Dia kembali berkata, Wahai Muhammad kabarilah aku tentang iman,Muhammad bersabda, iman adalah hendaknya engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitb-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman pula kepada ketentuan (qadar) baik ataupun buruk ,Engkau benar Muhammad , Kemudian ia berkata lagi jelaskan padaku tentang ihsan ,Rasulullah bersabda Hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya atau jika engkau tidak melihat-Nya, maka Alla-lah yang melihat engkau.Begitulah kalau jika dilihat dari segi aspek lahirnya, maka agama yang diajarkan jibril adalah islam, agama juga disebut iman jika yang diamati adalah aspek batinnya. Kemudian agama baru disebut ihsan jika aspek batin (iman) dan lahirnya (amal saleh) telah di penuhi secara utuh dan sempurna.imanPengertian imanSecara bahasa iman berarti membenarka (tashdiq), sementara menurut istilah ialah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatannya. Sedang menurut istilah yang sesungguhnya ialah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur dengan syak dan ragu, serta memberi pengaruh terhadap pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Kata iman dalam Al-quran digunakan untuk arti yang bermacam-macam. Ar- Raghib al-Ashfahani (ahli kamus Al-quran) mengatakan, iman didalam Al-quran terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya sebatas dibibir saja padahal dalam hati dan perbuatannya tidak beriman, terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya terbatas pada perbuatannya saja, sedang hati dan ucapannya tidak beriman dan ketiga kata iman terkadang digunakan untuk arti iman yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan di amalkan dalam perbuatan sehari-hari.

Rukun (pilar-pilar) iman dalam islamSesuai dengan hadits Rasulullah saw, diatas sudah dijelas bahwasanya ada enam rukun iman yang harus diyakini untk menjadi seorang islam yang sempurna dan menjadi seorang hamba Allah yang ihsan nantinya, enam rukun iman tersebut nadalah:Beriman kepada Allah SwtYakni beriman kepadarububiyyahAllah Swt, maksudnya : Allah adalah Tuhan, Pencipta, Pemilik semesta, dan Pengatur segala urusan, Beriman kepadauluhiyyahAllah Swt, maksudnya: Allah sajalah tuhan yang berhak di sembah, dan semua sesembahan selain-Nya adalah batil, iman kepada Nama-Nama dan Sifat-Sifat-Nya maksudnya: bahwasanya Allah Swt, memiliki nama-nama yang mulia, dan sifat-sifat-Nya yang sempurna serta agung sesuai yang ada dalam Al-quran dan Sunnah Rasul-Nya.Beriman kepada malaikatMalaikat adalah hamba Allah yang mulia, mereka diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya, serta tunduk dan patuh mentaati-Nya, Allah telah membebankan kepada mereka berbagai tugas, Diantaranya adalah : Jibril tugasnya menyampaikan wahyu, Mikail mengurusi hujan dan tumbuh-tumbuhan, Israfil meniup sangsakala di hari kiamat, Izrail (malaikat maut), Raqib , Atit,mencatat amal perbutan manusia, Malik menjaga neraka, Ridwan menjaga surga, dan malaikat-malaikat yang lain yang hanya Allah Swt yang dapat mengetahuinya.Beriman kepada kitab-kitabAllah yang Maha Agung dan Mulia telah menurunkan kepada para Rasul-Nya kitab-kitab, mengandung petunjuk dan kebaikan. Diantaranya: kitab taurat diturunkan kepada Nabi Musa, Injil diturunkan kepada Nabi Isa, Zabur diturunkan kepada Nabi Daud, Shuhuf Nabi Ibrahim dan Nabi Musa, Al-quran diturunkan Allah Swt, kepada Nabi Muhammad Saw, Dengannya Allah telahmenasakh(menghapus) semua kitab sebelumnya. Dan Allah telah menjamin untuk menjaga dan memeliharanya, karena ia akan menjadi hujjah atas semua makhluk, sampai hari kiamat.Beriman kepada para rasulAllah telah mengutus kepada maakhluk-Nya para rasul, rasul pertama adalah Nuh dan yang terakhir adalah Muhammad Saw, dan semua itu adalah manusia biasa, tidak memiliki sedikitpun sifat ketuhanan, mereka adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan dengan kerasulan. Dan Allah telah mengakhiri semua syariat dengan syariat yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw,yang diutus untuk seluruh manusia , maka tidak ada nabi sesudahnya.Beriman kepada hari akhiratYaitu hari kiamat, tidak ada hari lagi setelahnya, ketika Allah membangkitkan manusia dalam keadaan hidup untuk kekal ditempat yang penuh kenikmatan atau ditempat siksaan yang amat pedih. Beriman kepada hari akhir meliputi beriman kepada semua yang akan terjadi setelah itu, seperti kebangkitan dan hisab, kemudian surga atau neraka.

Beriman kepada (taqdir) ketentuan AllahTaqdir artinya: beriman bahwasanya Allah telah mentaqdirkan semua yang ada dan menciptakan seluruh mahluk sesuai dengan ilmu-Nya yang terdahalu, dan menurut kebijaksanaan-Nya, Maka segala sesuatu telah diketahui oleh Allah, serta telah pula tertulis disisi-Nya, dan Dialah yang telah menghendaki dan menciptakannya.IslamPengertian islamkata islam merupakan pernyataan kata nama yang berasal dari bahasa arabaslama,yaitu bermaksud untuk menerima, menyerah, atau tunduk Dengan demikian islam berarti penerimaan dari dan penundukan kepada tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya dan menghindari politheisme. Perkataan ini memberikan beberapa maksud dari Al-qur,an. Dalam beberapa ayat, kualitas islam sebagai kepercayaan ditegaskan: Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama islam) . Ayat lain menghubungkan islam dandin(lazimnya diterjemahkan sebagai Agama) . Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu,dan telah Ku- cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai islam jadi agama bagimu.Secara etimologis kata islam diturunkan dari akar kata yang sama dengan kata salam yang berarti Damai. Kata muslim (sebutan bagi pemeluk agama islam) juga berhubungan dengan kata islam, kata tersebut berarti Orang yang berserah diri kepada Allah.Islam memberikan banyak amalan keagamaan. Para penganut, umumnya di galakan untuk memegang lima rukun islam, yaitu lima pilar yang menyatukan muslim sebagai sebuah komunitas. Islam adalah syariat Allah terakhir yang diturunkan-Nya kepada penutup para nabi dan Rasul-Nya,Muhammad bin Abullah Saw, ia merupakan satu-satunya agama yang benar. Allah tidak menerima agama dari siapapun selainnya. Dia telah menjadikannya sebagai agama yang mudah, tidak ada kesulitan dan kesusahan didalamnya, Allah tidak mewajibkan dan tidak pula membebankan kepada para pemeluknya apa-apa yang mereka tidak sanggup melakukunnya. Islam adalah agama yang dasarnya tauhid, syiarnya kejujuran, parosnya keadilan, tiangnya kebeenaran, ruhnya kasih sayang.ia merupakan agama agung yang mengarahkan manusia kepada seluruh hal yang bermanfaat, serta melarang dari segala hal yang membahayakan bagi agama dan kehidupan mereka didunia .

Rukun (pilar-pilar) islamIslam di bangun diatas lima rkun. Seseorang tidak akan menjadi muslim yang sebenarnya hingga dia mengimani dan melaksanakannya yaitu:Rukun pertama:syahadat (bersaksi) bahwa, tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwasanya Muhammad Rasulullah. Syahadat ini merupakan kunci islam dan pondasi bangunannya. Makna syahadatla ilaha illallahialah : tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah saja,dilah ilahi yang hak, sedangkan ilahi selainnya adalah batil dan ilahi itu artinya sesuatu yang disembah. Dan makna syahadat: bahwasanya Muhammad itu adalah Rasulullah ialah: membenarkan semua apa yang diberitakannya, dan mentaati semua perintahnya srta menjauhi semua yang dilarang dan dicegahnya.Rukun kedua:shalat:Allah telah mengsyariatkan lima shalat setiap hari sebagai hubungana antara seorang muslim dengan Tuhanya. Didalamnya dia bermunajat dan berdoa kepada-Nya,disamping agar menjadi pencegah bagi muslim dari perbuatan keji dan mungkar. Dan Alah telah menyiapkan bagi yang menunaikanya kebaikan dalam agama dan kemantapan iman serta ganjaran,baik cepat maupun lambat.Makadengan demikian seorang hamba akan mendapatkan ketenangan jiwa dan kenyamanan raga yang akan membuatnya bahagia di dunia dan akhirat.Rukun ketiga:Zakat yaitu sedekah yang dibayyar oleh orang yang memiliki harta sampainishab(kadar tertenrtu) setiap tahun,kepada yang berhak menerimanya seperti kaum fakir dan lainya,diantara yang berhak menerima zakat.Zakat itu tidak di wjibkan atas orang fakir yang tidak memiliki nishab,tapi hanya di wajibkan atas kaum kaya untuk menyempurnakan agama dan islam mereka,meningkatkan kondisi dan akhlak mereka,menolak segala balak dari mereka dan harta mereka,mensuccikan mereka dari dosa,disamping sebagai bantuan bagi orang-orang yang membutuhkan dan fakir diantara mereka,serta untuk memenuhi kebutuhan keseharian mereka,sementara zakat hanyalah merupakan bagian kecil sekali dari jumlah harta dan rizki yang diberikan Allah kepada mereka.Rukun keempat:Puasa yaitu selama satu bulan saja setiap tahun,pada bulan ramadhan yang mulia,yakni bulan kesembilan dari bulan-bulan hijriyah.Kaum muslimin secara keseluruhan serempak meninggalkan kebutuhan-kebutuhan pokok mereka,makan,minum,dan jimak di siang hari mulai terbit fajar sampai matahari terbenam.Dan semua itu akan di ganti oleh Allah bagi mereka berkat karunia dan kemurahan-Nya,dengan penyempurnaan agama dan iman mereka,serta peningkatan kesempurnaan diri,dan banyak lagi ganjaran dan kebaikan lainya,baik di dunia maupun di akhirat yang telah di janjikan Allah bagi orang-orang yang berpuasa.Rukun kelima:Haji yaiu menuju masjidil haram untuk melakukan ibadah tertentu. Allah mewajibkan atas orang yang mampu sekali seumur hidup,Pada waktu itu kaum muslimiin dari segala penjuru berkumpul di tempat yang paling mulia dimuka bumi ini,menyembah tuhan yang satu,memakai pakaian yang sama,tidak ada perbedaan antara pemimpin dan yang dipimpin,antara si kaya dan si fakir dan antara yang berkulit putih dan berkulit hitam.Mereka semua melaksanakan bentuk-bentuk ibadah tertentu,yang terpenting diantaranya adalah: wukuf di padang arafah,tawaf di kabah,kiblatnya kaum muslimin,dan sai antara bukit shafa dan marwah.IhsanIhsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah swt. Sebab ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan darin-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat dimata Allah swt. Rasulullah Saw. Pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak yang mulia. Oleh karenanya, seorang muslim hendaknya tidak memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama saja, melainkan harus dipandang sebagai bagian dari aqidah dan bagian terbesar dari keislamannya karena, islam di bangun atas tiga landasan utama, yaitu iman, islam, dan ihsan, seperti yang telah diterangkan oleh Rasulullah Saw.dalam haditsnya yang sahih . Hadits ini menceritakan saat Rasulullah Saw. Menjawab pertanyaan malikat jibril yang menyamar sebagai seorang manusia mengenai islam, iman, dan ihsan. Setelah jibril pergi, Rasulullah Saw. Bersabda kepada sahabatnya, inilah jibril yang datang mengajarkan kepada kalian urusan agama kalian. Beliau menyebutbut ketiga hal diatas sebagai agama, dan bahkan Allah Swt. Memerintahkan untuk berbuat ihsan pada banyak tempat dalam Al-quran. Dan berbuat baiklah kalian, karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik. (Qs Al-baqarah:195) Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk berbuat adil dan kebaikan . . . .(Qs. An-nahl : 90 )Pengertan ihsanIhsan berasal dari kata hasana yuhsinu, yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya adalah ihsanan, yang artinya kebaikan. Allah Swt. Berfirman dalam Al-quran mengenai hal ini. Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri . . .(Al-isra:7)Dan berbuat baiklah (kpd orang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu . . (Qs AL-Qashash: 77).Ibnu katsir mengomentari ayat diatas dengan mengatakan bahwa kebaikan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah kebaikan kepada seluruh mahluk Allah Swt.Landasan syarI ihsanPertama Al- quranul karimDalam Al-quran, terdapat 166 ayat yang berbicara tentang ihsan dan implementasinya. Dari sini kita dapat menarik satu makna, betapa mulia dan agungnya perilaku dan sifat ini, hingga mendapat porsi yang sangat istimewa dalam Al-quran. Berikut ini adalah beberapa ayat yang menjadi landasan akan hal ini. Dan berbuat baiklah kalian karena sesungguhnyaAllah mencintai orang-orang yang berbuat baik. (Qs. Al- baqarah: 195)Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk berbuat adil dan kebaikan. (Qs.An-nahl:90). . . . .serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia. . . .(Qs. Al-baqarah:83)Dan berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan para hamba sahayamu. . . . (Qs. An-nisa: 36)Kedua, As-sunnahRasulullah Saw. Pun sangat memberi perhatian terhadap masalah ihsan ini. Sebab,ini merupakan puncak harapan, perjuangan seorang hamba. Bahkan, diantara hadits-hadits mengenai ihsan tersebut, ada beberapa yang menjadi landasan utama dalam memahami agama ini. Rasulullah Saw. menerangkan mengenai ihsan Ketika ia menjawab pertanyaan malaikat jibril tentang ihsan, dimana jawaban tersebut dibenarkan oleh jibril, dengan mengatakan , Engkua menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.(HR. Muslim).Aspek pokok dalam ihsanIhsan meliputi tiga aspek yang fundamental ketiga aspek tersebut ibadah, muamalah, dan ahklak.Ibadahkita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menjalankan semua jenis ibadah, seperti solat, puasa, haji dan sebagainya dengan cara yang benar. Yaitu dengan menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksnaan ibadah-ibadah tersebut ia penuhi dengan cita rasa yang sangat kuat (menikmatinya), juga dengan kesadaran penuh bahwa Allah selalu memantaunya hingga ia merasa bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan oleh Allah. Minimal seorang hamba harus merasa bahwa Allah selalu memantaunya, karena dengan inilah ia dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna, sehingga hasil dari ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan.inilah maksud dari perkataan Rasulullah Saw. yang berbunyi,Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri sangatlah luas. Maka selain dari jenis ibadah itu tadi, yang tidak kalah pentingnya adalah juga seperti ibadah lainnya seperti jihad, menghormati sesame mukmin, mendidik anak, membahagiakan istri, dan menjalankan yang mubah semata-mata demi mencari dan mendapatkan Ridho Allah Swt. dan masih banyak lagi. Rasulullah menghendaki umatnya dalam keadan seperti itu, yaitu senantiasa sadar jika ingin ingin mewujudkan ihsan dalam setiap ibadahnya.Tingkat ibadah dan derajatnyaBerdasarkan nash-nash dalam Al-quran dan sunnah, maka ibadah mempunyai tiga tingkatan, yang pada setiap tingkatan derajatnya seorang hamba tidak akan dapat mengukurnya. Karena itulah kita berlomba-lomba untuk meraihnya, pada setip derajat ada tingkatan tersendiri dalam surga. Yang tertinggi adalah derajat muhsinin, Dan ia akan menempati jannatul firdaus, derajat tertinggi dalam surga. Kelak penghuni surgs tingkat bawah akan memandangi penghunu surga surga tingkat atas, laksana penduduk bumi memandangi bintang-bintang di langit yang menandakan betapa jauhnya jarak antara mereka.Adapun tiga tingkatan ter sebut adalah sebagai berikut:1. Tingkat At-taqwa, yaitu tingkatan paling bawah dengan derajad yang berbeda-beda.2. Tingkat Al-bir, yaitu tingkat menengah dengan derajat yang berbeda-beda.3. Tingkat Al-ihsan, yaitu tingkat paling atas dengan derajat yang berbeda-beda.Tingkat taqwaTingkat taqwa adalah tingkatan dimana seluruh derajatnya dihuni oleh mereka yang masuk kategori Al-muttaqin, sesuai dengan derajad ketaqwan masing-masing.Taqwa akan menjadi sempurna dengan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi serta meninggalkan segala apa yang dilarangNya, hal ini berarti meninggalkan salah satu perintah Allah saja dapat mengakibatkan sangsi, dan melakukan salah satu laranganNya saja adalah dosa. Dengan demikian puncak taqwa adalah menjalankan semua perintah Allah serta menjauhi segala laranganNya.Namun ada satu hal yang harus dipahami dengan benar, yaitu bahwa Allah Swt. Maha mengetahui mengetahui keadaan hamba-hambaNya yang memiliki berbagai kelemahan, yang dengan kelemahannya itu seorang hamba melakukan dosa. Oleh karena itu Allah membuat satu cara penghapusan dosa, yaitu dengan cara bertobat dan pengampunan. Melalui hal tersebut, Allah akan mengampuni hambaNya yang berdosa karena kelalaiannya dari menunaikan hak-hak taqwa. Sementara itu, ketika seorang hamba naik peringkat puncak taqwa, boleh jadi ia akan naik peringkatnya pada peringkat bir atau ihsan. Peringkat ini disebut martabat taqwa, karena amalan-amalan yang ada pada derajat ini membebaskannya dari siksaan atas kesalahan yang dilakukannya. Adapun derajat yang paling rendah dari peringkat ini adalah derajat dimana seseorangmenjaga dirinya dari kekalnya dalam neraka, yaitu dengan iman yang benar dan diterima oleh Allah Swt.Tingkat Al-birPeringkat ini akan dihuni oleh mereka yang masuk kategoi Al-abror, hal ini sesuai dengan amalan-amalan kebaikan yang mereka lakukan dari ibadah-ibadah sunnah serta segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah Swt. hal ini dilakukan setelah mereka melakukan hal yang wajib, yakni yang ada pada peringkat At-taqwa.Peringkat ini disebut derajat Al-bir (kebaikan), karena derajat ini merupakan perluasan pada hal-hal yang sifatnya sunnah, sesuai sifatnya semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah dan merupakan tambahan dari batasan-batasan yang wajib serta yang di haramkanNya. Amalan-amalan ini tidak diwajibkan oleh Allah kepada hambaNya, tetapi perintah itu bersifat anjuran, sekaligus terdapat janji pahala didalamnya.Akan tetapi mereka yang melakukan amalan tambahan ini tidak akan masuk kedalam tingkatan Al-bir, kecuali mereka telah melaksanakan peringkat yang pertama, yaitu peringkat taqwa. Karena melaksanakan hal yang pertama menjadi syarat mutlak untuk naik keperingkat yang selanjutnya.Dengan demikian,barang siapa yang mengklaim dirinya telah melakukan kebaikan sedang ia tidak mengimani unsure-unsur kaidaah iman dalam ihsan, serta tidak terhindar dari siksaan neraka , maka ia tidak dapat masuk kedalam peringkat ini. (Al-bir). Allah Swt. telah berfirman,Bukanlah kebaikan dengan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebaikan itu adalah taqwa, dan datangilah rumah-rumah itu dari pintu-pintunya dan bertaqwalah kepada Allah agar kalian beruntung. (Qs. Al-baqarah: 189).ya tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar seruan orang yang menyeru kepada iman, yaitu berimanlah kamu kepada tuhanmu, maka kamipun beriman. Ya tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang banyak berbuat baik. (Al-imran: 193) .

Tingkat ihsanTingkatan ini akan dicapai oleh mereka yang masuk dalam kategori Muhsinun, mereka adalah orang yang telah melewati tingkat pertama dan kedua (peringkat At-taqwa dan Al-bir).Ketika kita mencermati pengertian ihsan dengan sempurna, maka kita akan mendapatkan kesimpulan bahwa ihsan memiliki dua sisi yaitu : Pertama, ihsan adalah kesempurnaan dalam beramal sambil menjaga keiklasan dan jujur dalam beramal.Kedua, ihsaan adalah sensntiasa memaksimalkan amalan-amalan sunnah yang dapat mendekat diri kepada Allah Swt. selama hal itu adalah sesuatu yang diridhaiNya dan dianjurkan untuk melaksanakannya.Untuk dapat naik kemartabat ihsan dalam segala amal , hanya bisa dicapai melalui amalan-amalan wajib dan amalan-amalan sunnah yang dicintai oleh Allah Swt. serta dilakukan atas dasar mencari ridha Allah Swt.Dibawah ini hanya beberapa tips dari sekian banyak yang dapat kita lakukan agar iman tetap kuat dalam hati.1. Akrab dengan Al Quran.Al Quran merupakan petunjuk utama mencapai tsabat. Al Quran adalah tali penghubung yang amat kokoh antara hamba dengan Rabbnya. Siapa akrab dan berpegang teguh dengan Al Quran niscaya Allah memeliharanya; siapa mengikuti Al Quran, niscaya Allah menyelamatkannya; dan siapa yang mendakwahkan Al Quran, niscaya Allah menunjukinya ke jalan yang lurus. Dalam hal ini Allah berfirman: Orang-orang kafir berkata, mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya Kami teguhkan hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar). (Al Furqan: 32-33)2. Iltizam (komitmen) terhadap syariat Allah.Allah berfirman: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akherat. Dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim. Dan Allah berbuat apa saja yang Ia kehendaki. (Ibrahim: 27)Di ayat lain Allah menjelaskan jalan mencapai tsabat yang dimaksud. Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan (hati mereka di atas kebenaran). (An Nisa: 66)3. Mempelajari Kisah Para Nabi.Mempelajari kisah dan sejarah itu penting. Apalagi sejarah para Nabi. Ia bahkan bisa menguatkan iman seseorang. Secara khusus Allah menyinggung masalah ini dalam firman-Nya: Dan Kami ceritakan kepadamu kisah-kisah para rasul agar dengannya Kami teguhkan hatimu dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran , pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (Hud: 120)

4. Berdoa.Di antara sifat hamba-hamba Allah yang beriman adalah mereka memohon kepada Allah agar diberi keteguhan iman, seperti doa yang tertulis dalam firmanNya: Ya Rabb, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami. (Ali Imran: 8).Agar hati tetap teguh maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam banyak memanjatkan doa berikut ini terutama pada waktu duduk takhiyat akhir dalam shalat. .Wahai (Allah) yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada din-Mu. (HR. Turmudzi)5. BerdakwahJika tidak digerakkan, jiwa seseorang tentu akan rusak. Untuk menggerakkan jiwa maka perlu dicarikan medan yang tepat. Di antara medan pergerakan yang paling agung adalah berdakwah. Dan berdakwah merupakan tugas para rasul untuk membebaskan manusia dari adzab Allah.Maka tidak benar jika dikatakan, fulan itu tidak ada perubahan. Jiwa manusia, bila tidak disibukkan oleh ketaatan maka dapat dipastikan akan disibukkan oleh kemaksiatan. Sebab, iman itu bisa bertambah dan berkurang. Jika seorang dai menghadapi berbagai tantangan dari ahlul bathil dalam perjalanan dakwahnya, tetapi ia tetap terus berdakwah maka Allah akan semakin menambah dan mengokohkan keimanannya.6. Dekat dengan UlamaSenantiasa bergaul dengan ulama akan semakin menguatkan iman seseorang. Tercatat dalam sejarah bahwa berbagai fitnah telah terjadi dan menimpa kaum muslimin, lalu Allah meneguhkan iman kaum muslimin melalui ulama. Di antaranya seperti diutarakan Ali bin Al Madini Rahimahullah: Di hari riddah (pemurtadan) Allah telah memuliakan din ini dengan Abu Bakar dan di hari mihnah (ujian) dengan Imam Ahmad.7. Meyakini Pertolongan AllahMungkin pernah terjadi, seseorang tertimpa musibah dan meminta pertolongan Allah, tetapi pertolongan yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung datang, bahkan yang dialaminya hanya bencana dan ujian. Dalam keadaan seperti ini manusia banyak membutuh-kan tsabat agar tidak berputus asa.Dan berapa banyak nabi yang berperang yang diikuti oleh sejumlah besar pengikutnya yang bertaqwa, mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada doa mereka selain ucapan, Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami. Tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akherat. (Ali Imran: 146-148)8. Mengetahui Hakekat KebatilanAllah berfirman: Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir yang bergerak dalam negeri . (Ali Imran: 196)Dan demikianlah Kami terang-kan ayat-ayat Al Quran (supaya jelas jalan orang-orang shaleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berbuat jahat (musuh-musuh Islam). (Al Anam: 55)Dan Katakanlah, yang benar telah datang dan yang batil telah sirna, sesungguhnya yang batil itu pastilah lenyap. (Al Isra: 81)Berbagai keterangan ayat di atas sungguh menentramkan hati setiap orang beriman. Mengetahui bahwa kebatilan akan sirna dan kebenaran akan menang akan mengukuhkan seseorang untuk tetap teguh berada dalam keimanannya.9. Memiliki Akhlak Pendukung Tsabat

Akhlak pendukung tsabat yang utama adalah sabar. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam:Tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabar-an. (HR. Al Bukhari dan Muslim)Tanpa kesabaran iman yang kita miliki akan mudah terombang-ambingkan oleh berbagai musibah dan ujian. Karena itu, sabar termasuk senjata utama mencapai tsabat.10. Mendengar nasehat Orang ShalihNasehat para shalihin sungguh amat penting artinya bagi keteguhan iman. Karena itu, dalam segala tindakan yang akan kita lakukan hendaklah kita sering-sering meminta nasehat mereka. Kita perlu meminta nasehat orang-orang shalih saat mengalami berbagai ujian, saat diberi jabatan, saat mendapat rezki yang banyak dan lain-lain.

TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI HAMBA DAN KHALIFAH ALLAHSebagai seorang khalifah, apa yang dilakukan tidak boleh hanya untuk kepentingan diri pribadi dan tidak hanya bertanggung jawab pada diri sendiri saja. Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama umat manusia dan hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada tiga instansi, yaitu :1.Pertanggung jawaban pada diri sendiri.2.Pertanggung jawaban pada masyarakat.3.Pertanggung jawaban pada Allah.

Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba AllahMakna yang esensial dari kata abd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan. Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan hanya layak diberikan kepada Allah, yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan, dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.Sebagai hamba, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang Khaliq; menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.Hubungan manusia dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang hamba (budak) dengan tuannya. Si hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat atas segala perintah tuannya. Demikianlah, karena posisinya sebagai abid, kewajiban manusia di bumi ini adalah beribadah kepada Allah dengan ikhlas sepenuh hati . Artinya Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (QS.98:5)Tanggung jawababdullahterhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki dan bersifat fluktuatif (naik-turun), yang dalam istilah hadist Nabi SAW dikatakanyazidu wayanqushu(terkadang bertambah atau menguat dan terkadang berkurang atau melemah).Seorang hamba Allah juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga . tanggung jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggung jawab terhadap diri sendiri, karena memelihara diri sendiri berkaitan dengan perintah memelihara iman keluarga. Oleh karena itu dalam al-quran dinyatakan denganquu anfusakum waahlikum naaran(jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman, dari neraka).Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah AllahSebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harusdipertanggung jawabkan dihadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia dimuka bumi adalah tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allahdi muka bumi untuk mengelola dan memelihara alam.Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan.Manusia menjadi khalifah, berarti manusia memperoleh mandat Tuhan untukmewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepadamanusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya mengolah danmendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan olehAllah.Kekuasaan manusia sebagai khalifah Allah dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang telahdigariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hokum-hukumTuhan baik yang tertulis dalam kitab suci (al-qaul), maupun yang tersirat dalamkandungan pada setiap gejala alam semesta (al-kaun).Seorang wakil yangmelanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkarikedudukan dan peranannya serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya.Oleh karena itu dia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaankewenangannya dihadapan yangdiwakilinya, sebagaimana firman Allah dalamsurat fathir : 39. Artinya : Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat.Pertama, memakmurkan bumi (al imarah).Yakni dengan mengexploitasi alam dengan sebaik-baiknya dengan adil dan merata dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak punah, supaya generasi berikutnya dapat melanjutkan exploitasi itu.

Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun (ar riayah).Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan sangat potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal semacam itu perlu dihindari.Dua peran yang dipegang manusia dimuka bumi, sebagai khalifah danabdun merupakan keterpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup yang sarat dengan kreatifitas dan amaliyah yang selalu berpihakpada nilai-nilai kebenaran.Dua sisi tugas dan tanggungjawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadiketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti firman Allah Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia, dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS.95:4)A. Bidang IbadahKata ibadah ( - - ) berasal dari bahasa Arab yang diartikan dengan taat, menurut, mengikut, berbakti, berkhidmat, tunduk, patuh, mengesakan dan merendahkan diri. Sedangkan secara istilah ibadah adalah setiap aktivitas muslim yang dilakukan ikhlas hanya untuk mengharap ridha Allah swt, penuh rasa cinta dan sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. Seperti firman Allah dalam surat Al-Anam ayat 162 : Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta Alam.

Selain itu, ibadah juga diartikan sebagai suatu sikap pasrah dan tunduk total kepada semua aturan Allah dan Rasul-Nya. Lebih dari itu, ibadah dalam pandangan Islam merupakan refleksi syukur pada Allah swt atas segala nikmatnya yang timbul dari dalam lubuk hati yang dalam dan didasari kepahaman yang benar. Pada gilirannya, ibadah tidak lagi dipandang semata-mata sebagai kewajiban yang memberatkan, melainkan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan.Allah swt berfirman dalam surat Ad Dzariyat ayat 56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku (QS. 51: 56)Kemudian dalam kitab Al-Hidayah jilid kesatu dikatakan sebagai berikut: Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan cara melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, serta beramal sesuai dengan izin dari pembuat syariat (Al-Hakim, Allah).Manusia dalam hidupnya mengemban amanat ibadah baik dalam hubungan kepada Allah, maupun hubungan sesama manusia dalam hubungan dengan lingkungan, dan hubungan dengan alam.Secara umum, bentuk perintah beribadah kepada Allah dibagi dua, yaitu sebagai berikut:1. Ibadah Mahdhah atau Ibadah KhususYang dimaksud dengan ibadah mahdhah adalah hubungan manusia dengan Tuhannya, yaitu hubungan yang akrab dan suci antara seorang muslim dengan Allah SWT yang bersifat ritual (peribadatan), Ibadah mahdhah merupakan manifestasi dari rukun islam yang lima. Atau juga sering disebut ibadah yang langsung. Selain itu juga ibadah mahdhah adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah jelas secara zahir dan tidak memerlukan penambahan atau pengurangan.Jenis ibadah yang termasuk ibadah mahdhah, adalah :a. ShalatSecara lughawi atau arti kata shalat mengandung beberapa arti yang beragam salah satunya doa, itu dapat ditemukan contohnya dalam Al-Quran surat al-Taubah ayat 103: Berdoalah untuk mereka, sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka.Secara terminologis ditemukan beberapa istilah diantarnya: Serangkaian perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi salam.b. ZakatZakat adalah salah satu ibadah pokok dan termasuk salah satu rukun Islam, yang berarti membersihkan, bertumbuh dan berkah. Zakat itu ada dua macam: yaitu zakat harta atau disebut juga zakat mal dan zakat diri yang dikeluarkan setiap akhir bulan ramadhan yang disebut juga zakat fitrah.c. PuasaPuasa adalah ibadah pokok yang ditetapkan sebagai salah satu rukun Islam. Puasa secara bahasa bermakna , menahan dan diam dalam segala bentuknya. Secara terminologis puasa diartikan dengan menahan diri dari makan, minum dan berhubungan seksual mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan syarat-syarat yang ditentukan.d. Ibadah HajiSecara arti kata, lafaz haji yang berasal dari bahasa arab, berarti bersengaja. Dalam artian terminologis adalah Menziarahi kabah dengan melakukan serangkaian ibadah di Masjidil Haram dan sekitarnya, baik dalam bentuk haji ataupun umroh.e. UmrohUmroh adalah mengunjungi kabah dengan serangkaian khusus disekitarnya. Perbedaannya dengan haji ialah bahwa padanya tidak ada wuquf di Arafah, berhenti di Muzdalifah, melempar jumrah dan menginap di Mina. Dengan begitu ia merupakan haji dalam bentuknya yang lebih sederhana, sehingga sering umroh itu disebut dengan haji kecil.f. Bersuci dari hadas kecil maupun besar.Rumusan Ibadah Mahdhah adalah KA + SS(Karena Allah + Sesuai Syariat)2. Ibadah Ghairu MahdhahYang dimaksud ibadah ghairu mahdhah berarti mencakup semua perilaku manusia yang hubungannya dengan sesama manusia, yaitu dalam semua aspek kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah swt, yang dilakukan dengan ikhlas untuk mendapat ridho Allah swt. Atau sering disebut sebagai ibadah umum atau muamalah, yaitu segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi oleh Allah baik berupa perkataan atau perbuatan, lahir maupun batin yang mencakup seluruh aspek kehidupan seperti aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, seni dan pendidikan. Seperti qurban, pernikahan, jual beli, aqiqah, sadaqah, wakaf, warisan dan lain sebagainya. Selain itu ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang cara pelaksanaannya dapat direkayasa oleh manusia, artinya bentuknya dapat beragam dan mengikuti situasi dan kondisi, tetapi substansi ibadahnya tetap terjaga. Seperti perintah melaksanakan perdagangan dengan cara yang halal dan bersih.Ibadah yang termasuk Ibadah Ghairu Mahdhah, adalah:a. ItikafBerdiam di masjid untuk berdzikir kepada Allah.b. WakafWakaf menurut bahasa berarti menahan sedang menurut istilah wakaf ialah memberikan suatu benda atau harta yang kekal zatnya kepada suatu badan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.c. QurbanQurban secara bahasa berarti dekat, sedang secara istilah adalah menyembelih hewan yang telah memenuhi syarat tertentu di dalam waktu tertentu yaitu bulan Dzulhijjah dengan niat ibadah guna mendekatkan diri kepada Allah.d. ShadaqahShadaqah adalah memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya karena mengharapkan pahala di akhirat.e. AqiqahAqiqah dalam bahasa arab berarti rambut yang tumbuh di kepala anak/bayi. Istilah aqiqah kemudian dipergunakan untuk pengertian penyembelihan hewan sehubungan kelahiran bayi.f. Dzikir dan DoaRumusan Ibadah Ghairu Mahdhah BB + KA(Berbuat baik + Karena Allah )B. Prinsip-prinsip ibadah1. Niat, merupakan prinsip utama dalam beribadah karena semua perbuatan orang yang beriman kepada Allah dan Rasulullah SAW yang diniatkan di jalan Allah bernilai ibadah, baik dalam ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah.2. Semua jenis perbuatan ibadah harus mengacu kepada Al-Quran dan As-Sunnah.3. Melakukan ibadah dengan jalan ittiba (mengikuti tata cara yang dilakukan oleh Rasulullah saw), mengetahui hujjah atau dalil-dalilnya.4. Tidak berpatokan pada pendekatan rasional, kecuali dalam urusan muamalah.5. Bertanya kepada ulama (ahli zikir) jika tidak mengetahui dalil-dalilnya.C. Hakikat Ibadah dan Syarat-syarat Diterimanya Ibadah1. Hakikat IbadahHakikat ibadah adalah tunduknya jiwa yang muncul dari keyakinan hati, menikmati kehadiran Allah yang memberikan semua kekuatan, kenikmatan, rasa, dan segalanya. Menyadari kekekalan Allah dan kenisbian manusia.Hakikat ibadah itu sendiri sebenarnya adalah perenungan jiwa, penampakan jasmani yang bergerak mengikuti arah-arah illahi sebagaimana dijelaskan oleh syariat dan merupakan perwujudan keyakinan terhadap kegaiban Allah.Sebenarnya dalam ibadah itu terdapat hakikatnya, yaitu: ....ketundukan jiwa yang timbul dari karena hati (jiwa) merasakan cinta akan Tuhan yang mabud dan merasakan kebesaran-Nya lantaran beristiqad bahwa alam ini ada kekuasaan yang akal tak dapat mengetahui hakikatnya2. Syarat-Syarat Diterimanya IbadahIbadah adalah perkara taufiqiyyah, yaitu tidak ada suatu ibadah yang disyariatkan kecuali berdasarkan Al-Quran dan As Sunnah.Ibadah-ibadah itu bersangkut penerimaannya kepada dua faktor yang penting, yang menjadi syarat bagi diterimanya suatu ibadah. Syarat-syarat diterimanya suatu amal (ibadah) ada dua macam yaitu:a. Ikhlas, yakni dilaksanakan dengan mengharapkan keridhaan Allah, hanya pamrih atas nama Allah dan karena perintah-Nya. Allah berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 11-12 sebagai berikut:

Katakanlah. sesungguhnya aku diperintahkan agar menyembah Allah dengan penuh ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. Dan aku diperintahkan agar menjadi orang yang pertama-tama berserah diri.

b. Ibadah dilaksanakan sesuai syariat Islam yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Kahf ayat 110 sebagai berikut:Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya aku ini hanyaseorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnyaTuhan kamu adalah Tuhan yang Esa. Barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.D. Tujuan IbadahIbadah dalam Islam harus dikerjakan dengan cara-cara berikut:1. Ikhlas, semata-mata mengharap ridha Allah swt2. Mahabbah dan thaat (penuh rasa cinta dan tunduk)3. Istiqomah4. Iqtishad (dilakukan berdasarkan fitrah, sesuai dengan kapasitas dan tidak memisahkan antara yang satu dengan yang lain)Dan hikmah ibadah adalah:Ibadah yang benar akan melahirkan hikmah serta hasil yang dapat dirasakan di dunia dan juga di akhirat kelak, di antaranya sebagai berikut :1. Taqwa2. Terhindar dari perbuatan keji dan mungkar3. Diri dan harta menjadi suci4. Diri, fisik, dan psikis menjadi sehat5. Dimudahkan rezekinya dan anak keturunannya6. Meraih surga dan menjauhkan dari siksaan api neraka

KESIMPULAN1. Ibadah adalah setiap aktivitas muslim yang dilakukan ikhlas hanya untuk mengharap ridha Allah swt, penuh rasa cinta dan sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. Bentuk ibadah ada 2, yaitu ibadah mahdhah (ibadah yang hubungannya langsung kepada Allah) dan ibadah ghairu mahdhah (ibadah yang hubungannya dengan sesama manusia)2. Ibadah mahdhah diantaranya adalah shalat, zakat, puasa, haji, umroh, dan besuci dari hadas kecil dan besar. Contoh ibadah ghairu mahdhah adalah itikaf, wakaf, aqiqah, sadaqah, qurban, dzikir dan doa.3. Prinsip-prinsip ibadah adalah diantara salah satunya Niat, merupakan prinsip utama dalam beribadah karena semua perbuatan orang yang beriman kepada Allah dan Rasulullah SAW yang diniatkan di jalan Allah bernilai ibadah, baik dalam ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah.4. Hakikat ibadah adalah tunduknya jiwa yang muncul dari keyakinan hati, menikmati kehadiran Allah yang memberikan semua kekuatan, kenikmatan, rasa, dan segalanya. Menyadari kekekalan Allah dan kenisbian manusia. Syarat-syarat diterimanya suatu ibadah adalah ikhlas dan sesuai syariat Islam yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah.5. Tujuan dari ibadah adalah Ikhlas, semata-mata mengharap ridha Allah swt, Mahabbah dan thaat (penuh rasa cinta dan tunduk), Istiqomah. Dan hikmah dari ibadah adalah Terhindar dari perbuatan keji dan mungkar, diri dan harta menjadi suci, Diri, fisik, dan psikis menjadi sehat dan Meraih surga dan menjauhkan dari siksaan api neraka.A.Pengertian IbadahIbadahsecara etimologis berasal dari bahasa arab yaitu- -yang artinya melayani patuh, tunduk. Sedangkan menurut terminologis ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai allah azza wa jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin[1].Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya[2];1.Ibadah MahdhahIbadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah ditetpkan Allah akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya.Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :Wudhu,TayammumMandi hadatsShalatShiyam ( Puasa )HajiUmrahIbadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah,baik dari al-Quranmaupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya. Haram kita melakukan ibadah ini selama tidak ada perintah.b.Tatacaranyaharus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh: Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah(QS.64) Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah( QS. 59: 7).c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal)artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebuthikmah tasyri. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syariat, atau tidak.Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.d. Azasnya taat,yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.Rumus Ibadah Mahdhah adalah =KA + SS (Karena Allah + Sesuai Syariat)2.Ibadah Ghairu MahdahIbadah ghairu mahdhah atau umum ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah. misalnya ibadaha ghairu mahdhah ialah belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain sebagainya.Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:a.Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan. Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh melakukan ibadah ini.b.Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah bidah , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasulbidah, makabidahnya disebutbidah hasanah, sedangkan dalam ibadahmahdhahdisebutbidah dhalalah.c.Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat ataumadharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, danmadharat, maka tidak boleh dilaksanakan.d.Azasnya Manfaat, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.Rumus Ibadah Ghairu Mahdhah =BB + KA (Berbuat Baik + Karena Allah)B.Hakikat IbadahSebenarnya dalam ibadah itu terdapat hakikatnya, yaitu[3]: ketundukan jiwa yang timbul dari karena hati (jiwa) merasakan cinta akan Tuhan yang mabud dan merasakan kebesaran-Nya, lantaran beri;tiqad bahwa bagi alam ini ada kekuasaan yang akal tak dapat mengetahui hakikatnya".Adapun seorang arif juga mengatakan bahwa hakikat ibadah yaitu : , pokok ibadah itu, ialah engkau meridhoi Allah selaku pengendali urusan; selaku orang yang memilih; engkau meridhai Allah selaku pembagi, pemberi penghalang (penahan), dan engkau meridhai Allah menjadi sembahan engkau dan pujaan (engkau sembah)Didalam ibadah itu terdapat berbagai macam penghalang ibadah[4]. Penghalangnya yaitu :1.Rezeki dan keinginan memilikinya2.Bisikan-bisikan dan keinginan meraih tujuan3.Qadha; dan pelbagai problematika4.Kesusahan dan berbagai musibahC.Syarat-Syarat Diterimanya IbadahIbadahadalah perkara taufiqiyyah, yaitu tidak ada suatu ibadah yang disyariatkan kecualiberdasarkanAl Quran dan As Sunnah. Apa yang tidak di syariatkan berarti bidah mardudah ( bidah yang ditolak ), hal ini berdasarkan sabda Nabi : . Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntutan dari Kami, maka amalan tersebut tertolak.Ibadah-ibadah itu bersangkut penerimaannya kepada dua faktor yang penting, yang menjadi syarat bagi diterimanya.Syarat-syarat diterimanya suatu amal (ibadah) ada dua macam yaitu[5]:1.Ikhlas . (:11-12)Katakan olehmu, bahwasannya aku diperintahkan menyembah Allah (beribadah kepada-Nya) seraya mengikhlaskan taat kepada-Nya; yang diperintahkan aku supaya aku merupakan orang pertama yang menyerahkan diri kepada-Nya.2.Dilakukan secara sah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah........ (:110)Barang siapa mengharap supaya menjumpai Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholeh, dan janganlah ia mensyarikatkan seseorang dengan tuhannya dalam ibadahnya ituSyarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajib-nya taat kepada Rasul, mengikuti syariatnya dan meninggal-kan bidah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan.Ulamaahli bijak berkata: inti dari sekian banyak ibadah itu ada 4, yaitu[6]: 1.Melakasanakan kewajiban-kewajiban Allah2.Memelihara diri dari semua yang diharamkan Allah3.Sabar terhadap rizki yang luput darinya4.Rela dengan rizki yang diterimanya.IV.KESIMPULANIbadah merupakan suatu uasaha kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah dalam islam itu ada dua macam yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah.Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah. Seorang hamba yang ibadahnya ingin dikabulkan hendaklah haruis memenuhi 2 syarat yaitu ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah.

SUMBER HUKUM ISLAMHukum, menurut kamus besar Bahasa Indonesia yaitu pertauran atau adat yang secara resmi dianggap mengikat dan mempunyai konsekuensi logis yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. Menurut ulama' fiqih, hukum adalah: akibat yang timbul atau kewajiban atau konsekuensi yang harus dijalani karena tuntutan syari'at agama (Al-Qur'an dan hadits) yang berupa;al-wujub, al-mandub, al-hurmah, al-karahah dan al-mubahah. Sedangkan sumber hukum Islam adalah sesuatu yang menjadi dasar hukum, acuan atau pedoman dalam syariat IslamParafuqaha(ulama ahli fiqih) sepakat bahwa sumber hukum Islam adalah Al-Qur'an dan hadits. Berdasarkan sabda Nabi Saw.; ( )Artinya:"Aku tinggalkan kepadamu dua perkara, apabila kamu berpegang teguh pada kedua perkara tersebut niscaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. Kedua perkara tersebut ialah kitab Allah (Al-Qur'an) dan sunah Rasulullah."(HR. Bukhari dan Muslim)Sedangkanijtihadmerupakan suatu pendapat dari ulama yang berkompeten dalam hal itu untuk mendapatkan hukum dari suatu masalah hukum yang belum ada ketetapannya dengan mengambil sumber dari Al-Qur'an dan hadits.Pengertian Al-Qur'anAl-Qur'an dari segi bahasa artinya adalah bacaan, sedangkan secara istilah al-Qur'an adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada nabi Muhammad Saw. melalui malaikat Jibril as., untuk disampaikan kepada manusia sebagai pedoman hidup, agar mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat dan bagi yang membacanya termasuk ibadah.Al-Qur'an juga disebutAl-Furqan(pembeda),Adz-Dizkra(pengingat),Asy-Syifa'(obat),Al-Huda(petunjuk) danAl-Bayan(penjelas)Kedudukan dan Fungsi Al-Qur'anAl-Qur'an mempunyai kedudukan dan fungsi yang penting bagi umat Islam. Kedudukan dan fungsi Al-Qur'an itu adalah sebagai berikut;oSebagai sumber hukum Islam yang pertama dan utama.Sebagai sumber hukum, Al-Qur'an mempunyai tiga komponen dasar hukum, yaitu sebagai berikut;Hukum yang berkaitan dengan aqidah atau keimanan, yaitu yang membicarakan tentang tauhid atau keesaan Allah SWT.Hukum yang berkaitan dengan syariat, yaitu yang membicarakan aturan atau tatacara berhubungan secara lahiriyah dengan Allah SWT dan dengan manusia.Hukum yang berkaitan dengan akhlak, yaitu berhubungan dengan perilaku manusia dan adab sopan santun dalam bergaul dengan sesame manusia.Allah Swt senantiasa menjaga kemurnian, kebenaran dan kelestarian Al-Qur'an. Sebagai sumber hukum, dia akan tetap terjaga kebenaran tulisan, isi dan kandungannya, sehingga tidak diragukan lagi keautentikannya untuk digunakan sebagai dasar atau sandaran segala hokum yang ada di muka bumi. Sebagaimana berfirman Allah Swt:Artinya:"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya."(QS. Al-Hijr: 9)oSebagai pedoman dan petunjuk hidup bagi manusia dalam menjalani kehidupannya untuk mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat.Al-Qur'an kebenarannya tidak diragukan lagi, baik isi kandungannya, proses turunnya serta asal turunnya. Segala sesuatu yang berkaitan dengan Al-Quran adalahhaqatau benar. Perhatikan firman Allah SWT berikut :Artinya:"Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa."(QS. Al-Baqarah: 2)Setiap muslim wajib menggunakan Al-Qur'an sebagai sumber hukum Islam, jika tidak menggunakannya maka dianggap kafir. Berdasarkan firman Allah SWT :Artinya:"Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." (QS. Al-Maidah: 44)oSebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya.Sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya, Al-Qur'an mempunyai kandungan isi sebagai berikut:Mengandung aqidah (keimanan) terhadap rukun iman yang enam.Mengandung ibadah (hubungan dengan Allah atau hablumminallah)Mengandung mu'amalah (hubungan antar sesama manusia)Mengandung akhlaqul karimah (akhlak mulia)Mengandung ilmu pengetahuan dan teknologi.oSebagai wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.Allah SWT berkenan memilih diantara para hambanya itu seorang rasul yang diberi wahyu kepadanya. Nabi Muhammad Saw. adalah salah satu dari hamba-Nya yang dipilih untuk mendapatkan wahyu Al-Qur'an tersebut. Segala ucapan dan kata-kata yang keluar dari mulut beliau merupakan sesuatu yang terbimbing dengan wahyu dari Allah SWT. Perhatikan firman Allah SWT berikut ini:Artinya:"Dan tidaklah yang dia (Rasulullah)ucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya,ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)."(QS. An-Najm: 3-4)oSebagai mu'jizat terbesar bagi Nabi Muhammad Saw.Al-Qur'an merupakan mu'jizat Nabi Muhammad Saw yang terbesar.Pengertian HaditsHadits secara bahasa yaituhadatsa-yuhaditsu-haditsanyang artinya kabar atau sesuatu yang baru. Hadits menurut istilah yaitu segala ucapan, perbuatan dan ketetapan atau persetujuan yang bersumber dari nabi Muhammad saw. Termasuk juga dalam hadits yaituhimmahatau keinginan Nabi Saw. Hadits juga disebutsunnah. Dan Hadits berkedudukan sebagai sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an.Hadits dilihat dari segi materinya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu;oHadits qauliyahyaitu hadits atas dasar perkataan/ucapan nabi Muhammad Saw.oHadits fi'liyahyaitu hadits atas dasar perbuatan yang dilakukan nabi Muhammad Saw.oHadits taqririyahyaitu hadits atas dasar persetujuan nabi Muhammad Saw. terhadap apa yang dilakukan para sahabatnya.Adapun jika dilihat dari sedikit banyaknya perawi yang menjadi sumber berita, hadits itu terbagi menjadi dua macam, yaitu hadits mutawatir (diriwayatkan oleh banyak orang dan memiliki banyak sanad) dan hadits ahad (diriwayatkan tidak banyak orang).Para ulama membagi hadits dalam tiga tingkatan, yaitu;1.Hadits Shahih, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, dan sempurna ketelitiannya, sanadnya bersambung sampai Rasulullah Saw. dan tidak memiliki cacat (illat)2.Hadits Hasan,yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, dan tetapi kurang teliti, sanadnya bersambung sampai Rasulullah Saw., tidak memiliki cacat (illat) dan tidak berlawanan dengan orang yang lebih terpercaya.3.Hadits Dhaif, yaitu hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat hadits shahih, dan juga tidak memenuhi syarat-syarat hadits hasan.Hadits Ahad dilihat dari jumlah perawinya terbagi menjadi tiga macam:a.Hadits Mashur, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang rawi atau lebih, dan belum mencapai derajat mutawatir.b.Hadits Aziz, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh dua orang rawi, walaupun perawi itu dalam satu tingkatan saja.c.Hadits Gharib, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh satu orang rawi pada tingkatan maupun sanad.Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan fungsi hadits nabi Muhammad Saw. dalm hokum Islam diantaranya sebagai berikut;oSebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur'an.Ada beberapa hukum yang tidak disebutkan ataupun dijelaskan dalm Al-Qur'an, kemudian Rasulullah saw. menambahkan hukum tersebut sebagai kaitan dengan hukum di dalam Al-Qur'an. Penambahan itu bias berbentuk penjelasan atau penjabaran dan dalil hukumnya bias bersifat wajib, sunah atau bahkan haram. Sebagai sumber hukum Islam kedua, hukum yang terkandung di dalam hadist juga wajib ditaati sebagaimana mentaati Al-Qur'an. Perhatikan firman Allah SWT berikut ini:Artinya:"Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya".(QS. Al-Hasyr: 7)oSebagai penguat hukum yang sudah disebutkan dalam Al-Qur'an.Al-Qur'an dan hadits menjadi sumber hukum Islam yang saling mendukung dan menguatkan. Sebagai contoh, larangan menyekutukan Allah SWT sudah dijelaskan di dalam Al-Qur'an, tetapi dikukuhkan lagi di dalam hadits nabi.oSebagai penafsir atau penjelas hukum dalam Al-Quran.Ayat-ayat Al-Qur'an yang masih bersifat umum dijelaskan dengan hadits Rasulullah Saw. misalnya, perintah shalat di dalam Al-Qur'an masih bersifat umum, belum ada penjelasan mengenai teknis dan sebagainya. Rasulullah Saw. melalui haditsnya menjelaskan tata cara melaksanakan dan hal-hal teknisnya, sehingga ummatnya tidak mengalami kesulitan untuk melaksanakan perintah tersebut.oHadist menetapkan hukum-hukum yang tidak terdapat dalam Al-Qur'anHadits merupakan sumber hukum yang kedua setelah Al-Qur'an, oleh karena itu hadits berkedudukan dan berfungsi menetapkan hukum suatu hal atau perkara yang tidak dijumpai di dalam Al-Qur'an. Sebagai contohnya, keharaman seorang laki-laki menikah dengan bibi istrinya secara bersamaan. Rasulullah bersabda, yang artinya:"dilarang mengumpulkan (mengawini bersama) seorang perempuan dengan saudara perempuan dari ayahnya atau seorang perempuan dengan saudara perempuan dari ibunya."(HR. Bukhari dan Muslim)Dalam hal ini, Rasulullah Saw merupakan syari' atau berkapasitas sebagai pembuat hukum.Hal ini sebagaimana diterangkan Allah SWT dalam surat An-Najm (53): 3-4.Pengertian IjtihadIjtihadberasal dari kataijtahada-yajtahidu-ijtihadanyang artinya mencurahkan tenaga, bersungguh-sungguh. Menurut istilah, ijtihad artinya berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memecahkan suatu persoalan yang tidak ada ketetapan hukumnya, baik dalam al-Qur'an maupun hadits. Orang yang melakukan ijtihad disebutMujtahid.Syarat-syarat BerijtihadIjtihad bukan masalah yang mudah, karenanya seorang mujtahid harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Adapun persyaratannya sebagai berikut;1)Orang Islam, dewasa, sehat akalnya serta memiliki kecerdasan.2)Memahamiulumul Qur'andanulumul haditsterutama yang berkaitan dengan masalah hukum-hukum, asbabunnuzul, nasikh mansukh, tarikh, musthalah hadits, asbabul wurud, matan hadits, tingkatan hadits dan kedudukan serta hal ikhwal perawinya.3)Memahami bahasa Arab dengan segala kelengkapannya.4)Memahami ilmu usulul fiqih (pokok-pokok fiqih)5)Memahani masalah ijma' atau pendapat ulama' terdahulu6)Hal yang diijtihadkan merupakan persoalan yang tidak ada dalil qath'inya dalam Al-Qur'an atau hadits.Kedudukan dan Fungsi IjtihadKedudukan dan fungsi ijtihad sebagai berikut;Ijtihad merupakan sumber hukum Islam yang ketiga setelah Al-Qur'an dan haditsIjtihad merupakan sarana untuk menyelesaikan persoalan-persoalan baru yang muncul dengan berpedoman pada Al-Qur'an dan haditsIjtihad merupakan salah satu cara yang disyari'atkan untuk menyelesaikan permasalahan social dan kenegaraan dengan ajaran-ajaran Islam.Ijtihad merupakan wadah untuk mencurahkan pikiran-pikiran kaum muslimin.Bentuk-bentuk IjtihadIjtihad dibedakan menjadi beberapa bentukIjmakyaitu kesepakatan para ulama dalam menetapkan hukum suatu masalah yang belum diterangkan dalam Al-Qur'an dan hadits.Qiyasyaitu menyamakan permaslahan yang terjadi dengan masalah lain yang sudah ada hukumnya karena ada kesamaan sifat atau alasan.Contoh: Hukum minuman keras diqiyaskan dengan khamar.Karena keduanya ada kesamaan sifat yaitu sama-sama memabukkan.Istihsanyaitu menetapkan hukum suatu masalah yang tidak dijelaskan secara rinci dalam Al-Qur'an dan hadits, yang didasarkan atas kepentingan/kemaslahatan umum.Istishabyaitu meneruskan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan karena suatu dalil sampai ada dalil lain yang merubah kedudukan hukum tersebut.Istidlalyaitu menetapkan hukum suatu perbuatan yang tidak disebutkan secara rinci dalam Al-Qur'an atau hadits dengan didasarkan karena telah menjadi adat istiadat atau kebiasaan masyarakat setempat.Maslahah mursalahyaitu perkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan sesuai dengan maksud syara' dan hukumnya tidak diperoleh dari dalil secara langsung dan jelas.Contoh: Peraturan lalu lintas.Urfyaitu kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok orang, baik dalam ucapan ataupun perbuatan.Zara'iyaitu perbuatanyang menjadi jalan untuk mencapai maslahah atau menghilangkan madarat.

HUKUM TAKLIFIHukum taklifiadalah hukum yang menjelaskan tentang perintah, larangan, dan pilihan untuk menjalankan sesuatu atau meninggalkannya. Contoh hukum yang menunjukkan perintah, seperti mendirikan shalat, membayar zakat, berhaji ke Baitullah bagi yang mampu dan lain sebagainya.Firman Allah SWT:Artinya:"Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat"(QS. Al-Baqarah: 110)Hukum yang menunjukkan larangan, seperti memakan harta benda orang lain dengan cara batil. Firman Allah SWT.;Artinya:"Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil " .(QS. Al-Baqarah: 188)Hukum yang menunjukkantakhyir(pilihan), seperti makan, minum, tidur, bepergian dan juga ziarah kubur. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.; ( )Artinya:"(dulu) aku melarang kalian untuk ziarah kubur. (tapi sekarang) pergilah kalian untuk berziarah kubur."(HR. Ahmad, Muslim dan Ashabus sittin)Hukum tersebut berlaku bagi setiap muslim mukalaf, yaitu muslim yang sudah harus mempertanggungjawabkan atas perbuatannya. Hukum taklif, sebagaimana dalam ilmu fiqih dapat digolongkan menjadi 5 (lima), yaitu:Wajib/fardhuatauAl-Wujub(perintah yang harus dikerjakan) yaitu suatu perbuatan yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan mendapat dosa.Dari segi pelaksanaannya wajib itu dibagi menjadi dua;oWajib 'ain(fardhu 'ain) yaitu perbutan yang harus dikerjakan setiap orang yang mukalaf. Seperti shalat lima waktu, puasa ramadhan dan birrul walidain (berbuat baik kepada orang tua)oWajib kifayah(fardhu kifayah) yaitu perbuatan yang harus dilakukan oleh sekelompok muslim, apabila perbuatan itu sudah dilakukan oleh sebagian muslim maka sebagian yang lainnya tidak dikenai kewajibannya.SunnahatauAl-Mandub(anjuran) yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila tidak kerjakan tidak berdosa.Sunnah ditinjau dari kekuatan anjurannya dibagi menjadi dua;oSunah muakadahyaitu perbuatan yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan oleh setiap individu muslim, seperti shalat rawatib, shalat tarawih, shalat hari raya, dll.oSunah ghairu muakadahyaitu sunah biasa maksudnya perbuatan yang tidak begitu dianjurkan untuk dilakukan.HaramatauAl-Hurmah(larangan) yaitu suatu perbuatan yang apabila dikerjakan mendapat dosa, tetapi jika ditinggalkan mendapat pahala, seperti berzina, mencuri.MakruhatauAl-Karohah(sesuatu yang tidak disukai) yaitu perbuatan yang lebih baik ditinggalkan, jika tidak lakukan juga tidak berdosa.Hukum makruh terbagi menjadi dua bagian, yaitu:oMakruh tahrim, yaitu larangan yang pasti yang didasarkan pada dalil dzanni (dalil yang masih mengandung keraguan).oMakruh tanzih,yaitu suatu larangan syara', tetapi larangan tersebut tidak bersifat pasti karena tidak ada dalilnya. Menurut pendapat ahli fiqih pelaku makruh tidaklah tercela, sedangkan orang yang meninggalkannya adalah terpuji.MubahatauAl-Mubahah(boleh) yaitu suatu perbuatan yang tidak ada dosa atau pahala bagi yang mengerjakan atau meninggalkannya. Misalnya seperti makan, minum, tidur.

IBADAHIbadah berasal dari kata-yang artinya menyembah. Secara istilah ibadah adalah mengerahkan segenap kemampuan untuk menjalankan segala yang diperintahkan Allah dan meninggalkan segala yang dilarang-Nya.Kataibadah juga berarti tunduk, patuh dan taat. Menurut Ibnu Taimiyah, ibadah adalah suatu ungkapan yang mencakup segala ucapan dan perbuatan baik yang lahir maupun yang batin yang dicintai dan diridhai Allah SWT. Upaya untuk membersihkan diri dari segala sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Allah SWT juga termasuk ibadah. Allah SWT melarang seorang hamba beribadah kepada selain-Nya karena perbuatan tersebut termasuk syirik.a.Syarat Sah Ibadah.Secara garis besar syarat sahnya ibadah terdiri dari dua macam, yaitu;Niat ikhlas hanya karena Allah.Artinya:"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus".(QS. Al-Bayyinah: 5)[1] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.Ittiba' rasul yaitu mengikuti tata cara beribadah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. ( ) : .Rasulullah Saw. bersabda :"Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya (Islam), maka dia tertolak.(HR. Bukhori dan Muslim),dalam riwayat Muslim disebutkan:"Siapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama) kami, maka dia tertolak)."b.Hikmah IbadahAdapun hikmah ibadah adalah sebagai berikut;-Menjadi bukti adanya iman dalam diri seseorang.-Menjadikan semakin bertambah iman seseorang.-Menjadikan dekat seorang hamba kepada Allah SWT.-Memperoleh ketenangan dan ketentraman jiwa.-Mendapat derajat yang mulia di sisi Allah SWT.-Melindungi diri dari perbuatan maksiat dan mungkar.-Menjadi jalan untuk menyelesaikan suatu permasalahan.-Menjadi sebab mendapatkan kebahagiaan di akhirat atau masuk surga.Al-Khilaf (perselisihan pendapat) dalam perkara agama memang jamak terjadi bahkan di kalangan sahabat Rasulullah n sekalipun. Namun demikian hal itu berbeda dengan yang selama ini dipahami banyak orang yang justru menjauh dari upaya mencari kebenaran dengan dalih ini adalah masalah khilafiyah.Al-khilaf (perselisihan pendapat) di antara manusia adalah perkara yang sangat mungkin terjadi. Yang demikian karena kemampuan, pemahaman, wawasan dan keinginan mereka berbeda-beda. Namun perselisihan masih dalam batas wajar manakala muncul karena sebab yang masuk akal, yang bukan bersumber dari hawa nafsu atau fanatik buta dengan sebuah pendapat. Meski kita memaklumi kenyataan ini, namun (perlu diingat bahwa) perselisihan pada umumnya bisa menyeret kepada kejelekan dan perpecahan. Oleh karena itu, salah satu tujuan dari syariat Islam yang mudah ini adalah berusaha mempersatukan persepsi umat dan mencegah terjadinya perselisihan yang tercela. Tetapi, karena perselisihan merupakan realita yang tidak bisa dihindarkan dan merupakan tabiat manusia, Islam telah meletakkan kaidah-kaidah dalam menyikapi masalah yang diperselisihkan, berikut orang-orang yang berselisih, serta mencari cara yang tepat untuk bisa sampai kepada kebenaran yang seyogianya hal ini menjadi tujuan masing-masing pribadi. Para salaf (generasi awal) umat Islam telah terbukti sangat menjaga adab di saat khilaf, sehingga tidak menimbulkan perkara yang jelek, karena mereka selalu komitmen dengan adab-adab khilaf. (Kata pengantar Dr. Mani bin Hammad Al-Juhani terhadap kitab Adabul Khilaf hal. 5)Macam-macam KhilafAdapun macam khilaf adalah sebagai berikut.1. Ikhtilaf tanawwu. Yaitu suatu istilah mengenai beragam pendapat yang bermacam-macam namun semuanya tertuju kepada maksud yang sama, di mana salah satu pendapat tidak bisa dikatakan bertentangan dengan yang lainnya. Semisal perbedaan ahli tafsir dalam menafsirkan Ash-Shirath Al-Mustaqim dalam surat Al-Fatihah. Ada yang menafsirkannya dengan Al-Qur`an, Islam, As-Sunnah, dan Al-Jamaah. Semua pendapat ini benar dan tidak bertentangan maksudnya.Demikian pula orang yang membaca tasyahhud dengan yang diriwayatkan oleh Ibnu Masud z, dia memandang bolehnya membaca tasyahhud yang lain seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas c dan lainnya. Perbedaan yang seperti ini tidak tercela. Namun bisa menjadi tercela manakala perbedaan seperti ini dijadikan sebab atau alat untuk menzalimi orang lain.2. Ikhtilaf tadhad. Yaitu suatu ungkapan tentang pendapat-pendapat yang bertentangan di mana masing-masing pendapat orang yang berselisih itu berlawanan dengan yang lainnya, salah satunya bisa dihukumi sebagai pendapat yang salah. Misalnya dalam satu perkara, ada ulama yang mengatakan haram dan ulama yang lain mengatakan halal.Dalam perselisihan semacam ini tidak boleh bagi seseorang untuk mengambil pendapat tersebut menurut keinginan (hawa nafsu)nya, tanpa melihat akar masalah yang diperselisihkan dan pendapat yang dikuatkan oleh dalil.3. Ikhtilaf afham. Yaitu perbedaan dalam memahami suatu nash. Hal ini boleh namun dengan beberapa syarat di antaranya: Ia harus berpijak di atas jalan Ahlus Sunnah wal Jamaah, tidak banyak menyelisihi apa yang Ahlus Sunnah di atasnya, kembali kepada yang haq ketika terbukti salah, dan hendaknya ia termasuk orang yang telah memiliki kemampuan untuk berijtihad.(Hujajul Aslaf, Abu Abdirrahman dan Al-Qaulul Hasan fi Marifatil Fitan, Muhammad Al-Imam)Penyebab Perbedaan Pendapat di antara UlamaSuatu hal yang telah kita ketahui bersama bahwa tidak ada seorang ulama pun yang tepercaya keilmuan, amanah, dan ketaatannya sengaja menyelisihi apa yang ditunjukkan oleh dalil Al-Qur`an dan As-Sunnah. Karena orang yang sejatinya alim, niscaya yang menjadi penunjuk jalannya adalah kebenaran. Namun para ulama bisa saja terjatuh ke dalam kesalahan saat menyebutkan suatu hukum syariat. Kesalahan pasti bisa terjadi, karena manusia pada dasarnya lemah ilmu dan pemahamannya. Pengetahuannya pun terbatas, tidak bisa meliputi seluruh perkara.Sebab terjadinya perselisihan pendapat di kalangan ulama dalam suatu hukum sendiri di antaranya sebagai berikut:1. Karena dalil belum sampai kepadanya.Hal ini tidak hanya terjadi setelah zaman para sahabat. Bahkan di zaman mereka pun pernah terjadi. Seperti tersebut dalam Shahih Al-Bukhari bahwa Amirul Mukminin Umar bin Al-Khaththab z melakukan safar menuju Syam. Di tengah perjalanan dikabarkan kepadanya bahwa di Syam tengah terjadi wabah thaun. Umar menghentikan perjalanannya dan bermusyawarah dengan para sahabat. Mereka berselisih pendapat. Ada yang mengusulkan untuk pulang dan ada yang berpendapat terus melanjutkan. Ketika mereka tengah bermusyawarah, datang Abdurrahman bin Auf yang tadinya tidak ikut musyawarah karena ada suatu keperluan. Abdurrahman mengatakan: Saya memiliki ilmu tentang ini. Saya mendengar Rasulullah n bersabda: Jika kalian mendengar di suatu negeri ada thaun maka janganlah kalian memasukinya. Dan jika terjadi di tempat yang kalian ada di sana maka janganlah keluar (dari daerah tersebut, red.) untuk lari darinya. (Lihat Shahih Al-Bukhari no. 5729)2. Adakalanya hadits telah sampai kepada seorang alim namun dia belum percaya (penuh) kepada yang membawa beritanya. Dia memandang bahwa hadits itu bertentangan dengan yang lebih kuat darinya. Sehingga dia mengambil dalil yang menurutnya lebih kuat.3. Hadits telah sampai kepada seorang alim namun dia lupa.4. Dalil telah sampai kepadanya namun ia memahaminya tidak sesuai dengan yang diinginkan. Misalnya kalimat artinya: Atau kalian menyentuh perempuan, dalam surat Al-Ma`idah ayat 6. Sebagian ulama mengatakan bahwa sekadar seorang lelaki menyentuh perempuan batal wudhunya. Sebagian lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan menyentuh di sini adalah jima (bersetubuh) sebagaimana pendapat Ibnu Abbas c. Pendapat inilah yang benar, dengan landasan adanya riwayat bahwa Nabi n mencium sebagian istrinya lalu berangkat menuju shalat dan tidak berwudhu.5. Telah sampai dalil kepadanya dan dia sudah memahaminya, namun hukum yang ada padanya telah mansukh (dihapus) dengan dalil lain yang menghapusnya. Sementara dia belum tahu adanya dalil yang menghapusnya.6. Telah datang kepadanya dalil namun ia meyakini bahwa dalil itu ditentang oleh dalil yang lebih kuat darinya, dari nash Al-Qur`an, hadits, atau ijma (kesepakatan ulama).7. Terkadang sebabnya karena seorang alim mengambil hadits yang dhaif (lemah) atau mengambil suatu pendalilan yang tidak kuat dari suatu dalil.(Diringkas dari risalah Al-Khilaf Bainal Ulama, Asbabuhu wa Mauqifuna minhu bersama Kitabul Ilmi karya Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin t)Sikap Kita terhadap Perselisihan yang AdaPerlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan khilaf yang memiliki bobot dan dianggap adalah perbedaan pendapat ulama yang tepercaya secara keilmuan dan ketaatannya. Bukan mereka yang dianggap atau mengaku ulama namun sebenarnya bukan ulama. Bukan pula khilaf antara ahlul bidah seperti Khawarij, Syiah, dan lainnya dengan Ahlus Sunnah. Sikap kita terhadap perselisihan ulama adalah:1. Kita yakin bahwa khilaf mereka bukan karena menyengaja menentang dalil, namun karena sebab-sebab yang sudah kita sebutkan di atas serta sebab lain yang belum disebutkan.2. Kita mengikuti pendapat yang lebih kuat dari sisi dalil. Karena Allah l tidaklah mewajibkan untuk mengikuti ucapan seseorang kecuali hanya Rasulullah n, baik jiwa ini menyukainya atau tidak. Adapun selain Rasulullah n, tidak ada jaminan terbebas dari kesalahan. Sehingga apa yang sesuai dengan hujjah dari pendapat mereka, itulah yang kita ambil dan ikuti. Sedangkan yang tidak sesuai dengan hujjah maka kita tinggalkan. Sebagaimana wasiat para imam untuk meninggalkan pendapat mereka yang menyelisihi dalil. Di sisi lain, meski kita dapatkan dari mereka adanya pendapat yang salah, ini bukanlah suatu celah untuk menjatuhkan mereka. Usaha untuk sampai kepada kebenaran telah mereka tempuh, namun mereka belum diberi taufiq untuk mendapatkannya. Jika mereka salah dengan pendapatnya setelah usaha maksimal maka tidak ada celaan atas mereka. Bahkan mereka mendapatkan satu pahala. Semestinya tertanam dalam jiwa kita sikap hormat dan memuliakan para ulama serta mendoakan rahmat dan ampunan bagi mereka. (Lihat Kitabul Ilmi karya Asy-Syaikh Muhammad Al-Utsaimin t)Bolehkah Mengingkari Pihak Lain dalam Permasalahan yang Sifatnya Khilafiyah?Ada dua hal yang harus dibedakan yaitu, masalah-masalah khilafiyah dan masalah-masalah ijtihadiyah.Masalah khilafiyah lebih umum sifatnya daripada masalah ijtihadiyah. Karena masalah khilafiyah (perbedaan pendapat) ada yang sifatnya bertentangan dengan dalil dari Al-Qur`an, hadits, atau ijma. Permasalahan khilafiyah yang seperti ini harus diingkari.Berbeda dengan permasalahan ijtihadiyah yang memang tidak ada nash atau dalil dalam permasalahan tersebut. Dalam masalah ijtihadiyah (yakni yang muncul karena ijtihad pada masalah yang memang diperkenankan berijtihad padanya), seseorang memiliki keluasan padanya. Manakala dia mengambil suatu pendapat yang ia pandang lebih kuat, maka yang menyelisihinya tidak boleh mencela.Sebagai misal dalam masalah khilafiyah -untuk membedakan antara keduanya- adalah pendapat sebagian ulama yang membolehkan pernikahan tanpa wali nikah. Pendapat ini salah karena bertentangan dengan hadits Nabi n: Tidak ada nikah kecuali dengan wali. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan lainnya. Asy-Syaikh Al-Albani t menshahihkannya dalam Al-Irwa` no. 1839)Ini dinamakan masalah khilafiyah.Adapun contoh masalah ijtihadiyah seperti bersedekap atau meluruskan tangan setelah bangkit dari ruku, di mana tidak ada nash yang sharih (jelas) yang menunjukkan posisi tangan setelah ruku. Wallahu alam.Al-Imam Ibnul Qayyim t menyatakan: Ucapan mereka (sebagian orang) bahwa masalah-masalah khilafiyah tidak boleh diingkari, ini tidaklah benar. Karena pengingkaran adakalanya tertuju kepada ucapan atau pendapat, fatwa, atau amalan. Adapun yang pertama, jika suatu pendapat menyelisihi sunnah atau ijma yang telah menyebar maka wajib untuk diingkari menurut kesepakatan (ulama). Meskipun pengingkaran tidak secara langsung, namun menjelaskan lemahnya pendapat ini dan penyelisihannya terhadap dalil juga merupakan bentuk pengingkaran. Adapun masalah amalan jika ia menyelisihi sunnah atau ijma maka wajib diingkari sesuai dengan derajat pengingkaran. Bagaimana seorang ahli fiqih mengatakan bahwa tidak ada pengingkaran pada masalah yang diperselisihkan, padahal ulama dari semua golongan telah menyatakan secara tegas batalnya keputusan hakim jika menyelisihi Al-Qur`an atau As-Sunnah, meskipun keputusan tadi telah mengikuti atau mencocoki pendapat sebagian ulama?! Adapun bila dalam suatu permasalahan tidak ada dalil dari As-Sunnah atau ijma dan ada jalan (bagi ulama) untuk berijtihad dalam hal ini, (maka benar) tidak boleh diingkari orang yang mengamalkannya, baik dia seorang mujtahid atau yang mengikutinya. (Ilamul Muwaqqiin, 3/252)Permasalahan ijtihadiyah jangan sampai menjadi sebab perpecahan di tengah-tengah kaum muslimin, seberapapun besarnya permasalahan. Karena jika demikian, kaum muslimin justru akan bercerai berai, tidak punya kekuatan dan menjadi permainan setan dari kalangan jin dan manusia, serta menjadi umpan yang empuk bagi para musuh Islam. Sebagian orang tidak memerhatikan jenis ikhtilaf yang seperti ini, sehingga mereka menyangka bahwa setiap permasalahan yang diperselisihkan oleh ulama dijadikan dasar untuk memberikan loyalitas karenanya atau memusuhi yang menyelisihinya. Sikap yang seperti ini akan memicu berbagai kerusakan dan kebencian yang hanya Allah l yang mengetahuinya. Hendaklah semboyan kita dalam permasalahan seperti ini adalah berlapang dada, yang mana salafus shalih berlapang dada padanya. Adalah Al-Imam Ahmad t berpendapat keharusan berwudhu karena keluar darah dari hidung dan karena berbekam. Maka Al-Imam Ahmad ditanya: Bagaimana jika seorang imam shalat lalu keluar darinya darah dan tidak berwudhu, apakah anda bermakmum di belakangnya? Beliau menjawab: Bagaimana saya tidak mau shalat di belakang Al-Imam Malik dan Said bin Musayyib?! Yakni bahwa Al-Imam Malik dan Said rahimahumallah berpendapat tidak wajibnya berwudhu karena keluar darah. (Adabul Khilaf, Hujajul Aslaf dan Al-Qawaid Al-Fiqhiyah)Dianjurkan untuk Keluar dari Lingkup PerselisihanUlama fiqih menyebutkan suatu kaidah yang penting yang seyogianya dijadikan pegangan yaitu: Dianjurkan untuk keluar dari perselisihan.Puncak yang dicapai dari kaidah ini adalah kehati-hatian dalam beragama dan menumbuhkan sikap saling mencintai serta menyatukan hati, dengan cara melepaskan diri dari perselisihan pada perkara yang kemudaratannya ringan. Apabila meninggalkan sebagian hal yang disunnahkan akan menyampaikan kepada maslahat yang lebih dominan dan menutup pintu khilaf, maka perkara sunnah ditinggalkan.Sebagaimana Nabi n membatalkan rencana untuk memugar Kabah dan menjadikannya dua pintu. Karena Nabi n memandang bahwa membiarkan Kabah seperti itu lebih besar maslahatnya, di mana banyak orang Quraisy yang baru masuk Islam dikhawatirkan akan punya anggapan bahwa Nabi n tidak menghormati kesucian Kabah. Dikhawatirkan nantinya mereka bisa murtad dari agama karenanya.Demikian pula sahabat Ibnu Masud zmengingkari Khalifah Utsman bin Affan z di saat ia shalat dengan tetap seperti ketika bermukim (tidak qashar) dalam bepergian. Namun Ibnu Masud tetap shalat di belakang Utsman dengan tidak meng-qashar dan mengikuti khalifah. Ibnu Masud z berkata: Perselisihan itu jelek.Oleh karena itu sejak dahulu ulama telah sepakat tentang sahnya shalat orang yang bermazhab Syafii di belakang orang yang bermazhab Hanafi. Demikian pula sebaliknya, sekalipun mereka berselisih tentang batal atau tidaknya wudhu seseorang bila menyentuh perempuan.Kemudian yang perlu diperhatikan, dalam perkara yang diperselisihkan keharamannya maka jalan keluarnya adalah dengan meninggalkannya. Sedangkan perkara yang diperselisihkan tentang wajibnya maka jalan keluarnya adalah dengan dikerjakan.Namun tingkatan untuk dianjurkan keluar dari area khilaf berbeda-beda sesuai dengan kuat atau lemahnya dalil. Yang menjadi ukuran adalah kuatnya dalil yang menyelisihi. Jika dalil yang menyelisihi lemah maka tidak dianggap, terlebih jika menjaga kaidah ini (karena dalil yang lemah) bisa menyampaikan kepada meninggalkan sunnah yang telah kuat.Sebagai misal, bila ada yang mengatakan bahwa mengangkat tangan dalam shalat menjadikan batal shalatnya. Pendapat seperti ini tidak perlu dihiraukan karena bertentangan dengan hadits-hadits yang kuat dalam permasalahan ini.Kemudian juga yang perlu diperhatikan bahwa jangan sampai karena menjaga kaidah ini kita menyelisihi ijma. Jadi untuk bisa dijalankan kaidah tadi adalah dengan melihat kuatnya dalil orang yang khilafnya teranggap. Adapun bila khilafnya jauh dari dalil syariat atau merupakan suatu pendapat yang ganjil maka tidak dianggap. Orang yang pengambilan dalilnya kuat maka khilafnya dianggap meskipun derajatnya di bawah orang yang diselisihinya. (Diringkas dari Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah karya Ali Ahmad An-Nadawi dari hal. 336-342)Adab yang harus Diperhatikan untuk Mengobati Perselisihan yang Terjadi di Antara Ahlus SunnahPertama: Niatan yang tulus dan ingin mencari kebenaran. Seorang penuntut ilmu seharusnya bersikap obyektif. Ini mudah secara teori namun susah dalam praktik. Karena tidak sedikit orang yang lahiriahnya seolah menyeru kepada kebenaran, padahal sejatinya dia sedang mengajak kepada dirinya atau membela dirinya dan syaikhnya. Mungkin hal ini yang menjadikan sebagian orang ketika membantah dan berdiskusi tidak bisa ilmiah, namun semata ingin menjatuhkan lawannya (yang menyelisihinya) dengan mengangkat masalah pribadi dan menggunakan bahasa celaan. Hendaklah masing-masing menjadikan Al-Qur`an dan hadits sebagai hakim yang memutuskan di antara mereka. Allah l berfirman:Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (An-Nisa`: 59)Kedua: Bertanya kepada ulama Ahlus Sunnah. Allah l berfirman:Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui. (Al-Anbiya`: 7)Ketiga: Menghindarkan perselisihan beserta penyulutnya semampu mungkin.Hal ini bisa terwujudkan dengan:1. Berbaik sangka terhadap ulama dan para penuntut ilmu serta mengutamakan ukhuwah Islamiah di atas segala kepentingan.2. Apa yang dinyatakan/keluar dari mereka atau disandarkan kepada mereka dibawa kepada kemungkinan yang baik.3. Bila keluar dari mereka sesuatu yang tidak bisa dibawa kepada penafsiran yang baik maka dicarikan alasan yang paling tepat. Hal ini bukan dimaksudkan untuk menyatakan bahwa ulama itu mashum atau tidak bisa salah, namun sebagai bentuk berbaik sangka kepada ulama.4. Koreksi diri serta tidak memberanikan diri menyalahkan ulama kecuali setelah penelitian yang mendalam dan kehati-hatian yang panjang.5. Membuka dada untuk menerima segala kritikan dari saudaramu dan menjadikannya sebagai acuan untuk ke depan yang lebih baik.6. Menjauhkan diri dari perkara yang bisa menimbulkan fitnah dan huru-hara.7. Komitmen dengan adab-adab Islam dalam memilih kata-kata yang bagus serta menjauhkan kata-kata yang tidak pantas.(Lihat Adabul Khilaf, Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid hal. 44-47 dan An-Nush-hul Amin Asy-Syaikh Muqbil)Contoh Penerapan Adabul Khilaf di Masa SalafDi antara sahabat Ibnu Abbas c dengan Zaid bin Tsabit z terjadi perselisihan pendapat tentang masalah yang berkaitan dengan hukum waris, di mana ia berpendapat bahwa kedudukan kakek itu seperti ayah, bisa menggugurkan saudara-saudara mayit dari mendapatkan warisan. Sementara sahabat Zaid z berpendapat bahwa saudara-saudara mayit tetap mendapat warisan bersama adanya kakek. Ibnu Abbas c sangat yakin bahwa pendapat Zaid z salah, sampai-sampai Ibnu Abbas c berkeinginan untuk menantangnya bermubahalah (saling berdoa agar Allah l memberi laknat kepada yang salah) di sisi Kabah.Pada suatu saat, Ibnu Abbas c melihat Zaid z mengendarai kendaraannya. Maka dia pun mengambil kendali kendaraan Zaid dan menuntunnya. Zaid z berkata: Lepaskan, wahai anak paman Rasulullah! Ibnu Abbas c menjawab: Seperti inilah yang kita diperintahkan untuk melakukan (penghormatan) kepada ulama dan pembesar kita.Zaid z berkata: Perlihatkan kepadaku tanganmu! Ibnu Abbas c mengeluarkan tangannya. Lalu Zaid z menciumnya, seraya mengatakan: Seperti inilah kita diperintahkan untuk menghormati keluarga Nabi.Ketika Zaid z meninggal dunia, Ibnu Abbas mengatakan: Seperti inilah yakni wafatnya ulama (caranya) ilmu itu lenyap. Sungguh pada hari ini telah terkubur ilmu yang banyak. (Adabul Khilaf hal. 21-22)