IMAN MAKALAH

24
ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH KEBUTUHAN NUTRISI A. Pengkajian Keperawatan Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat meliputi 1. Riwayat Makanan Meliputi informasi atau keterangan tentang pola makanan,tipe makanan yang dihindari atau diabaikan,makanan yang lebih disukai,yang dapat digunakan untuk membantu merencanakan jenis makanan untuk sekarang dan rencana makanan untuk masa selanjutnya. 2. Kemampuan Makan Beberapa hal yang perlu dikaji dalam hal kemampuan makan antara lain: kemampuan mengunyah,menelan,dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain. 3. Pengetahuan tentang nutrisi Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah penentuan tingkat pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi 4. Napsu makan,jumlah asuhan 5. Tingkat aktifitas 6. Pengomsusian obat 7. Penampilan fisik Penampilan fisik dapat dilihat dari hasil pemeriksaan fisik terhadap aspek-aspek berikut: rambut

Transcript of IMAN MAKALAH

Page 1: IMAN MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH KEBUTUHAN NUTRISI

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat meliputi

1. Riwayat Makanan

Meliputi informasi atau keterangan tentang pola makanan,tipe makanan yang dihindari

atau diabaikan,makanan yang lebih disukai,yang dapat digunakan untuk membantu

merencanakan jenis makanan untuk sekarang dan rencana makanan untuk masa

selanjutnya.

2. Kemampuan Makan

Beberapa hal yang perlu dikaji dalam hal kemampuan makan antara lain: kemampuan

mengunyah,menelan,dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain.

3. Pengetahuan tentang nutrisi

Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah penentuan tingkat

pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi

4. Napsu makan,jumlah asuhan

5. Tingkat aktifitas

6. Pengomsusian obat

7. Penampilan fisik

Penampilan fisik dapat dilihat dari hasil pemeriksaan fisik terhadap aspek-aspek berikut:

rambut

Yang sehat berciri mengkilat, kuat, tidak kering, dan tidak mengalami kebotakan bukan

karena factor usia; daerah di atas kedua pipi dan bawah kedua mata tidak berwarna gelap,

mata cerah dan tidak ada rasa sakit dan pembuluh darah; daerah bibir tidak kering, pecah-

pecah, mengalami pembengkakan, lidah berwarna merah gelap, tidak ada luka pada

permukaan, gusi tidak bengkak, tidak mudah berdarah, dan gusi yang mengelilingi gigi

harus rapat serta erat tidak tertarik kebawah sampai dibawah permukaan gigi, gigi tidak

berlubang dan tidak berwarna, kulit tubuh halus,tidak bersisik, tidak timbul bercak

Page 2: IMAN MAKALAH

kemerahan atau tidak terjadi pendarahan yang berlebihan, kuku jari kuat dan berwarna

merah muda.

8. Pengukuran Antroprometrik

Pengukuran ini meliputi: pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar lengan.tinggi

badan pada anak dapat digambarkan dengan suatu kurva/grafik sehingga dapat terlihat

polo perkembanganya.

Tinggi dan berat badan orang dewasa sering debandingkan dengan bermacam-

macam peta untuk dirinya. Pada umumnya, berat untuk pria lebih dari berat badan

seorang wanita walaupun tingginya sama. Ini disebabkan pria mempunyai persentase dan

struktur tulang yan berbeda.

Seorang dengan persentase bagian tubuh yang besar dan jaringan otot yang

banyak akan terlihat gemuk (over weight). Metode khusus yang sering digunakan untuk

mengukur besar tubuh seseorang adalah area kulit yang berada diatas otot trisep. Pada

umumnya, wanita mempunyai lipatan kulit yang lebih tebal didaerah ini. Ini disebabkan

banyaknya jaringan subkutan pada wanita, sehingga membuat wanita terlihat lebih

gemuk.

9. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah

pemeriksaan albumin serum, Hb, glukosa, elektrolit dan lain-lain.

B. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan nutrisi adalah

1. Kekurangan nutrisi berhubungan dengan :

Meningkatkan kebutuhan kalori dan kesulitan mencerna secara berkelanjutan

akibat penyakit infeksi, luka bakar ataupun kanker.

Disfagia akibat kelumpuhan cerebral

Penurunan absorpsi nutrisi akibat intoleransi laktosa

Penurunan nafsu makan

Sekresi berlebihan,baik melalui latihan fisik, muntah, diare atau pengeluaran

lainnya.

Page 3: IMAN MAKALAH

Kecukupan absorpsi akibat efk samping obat dan lainnya.

Kesulitan mengunyah

2. Kelebihan nutrisi, berhubungan dengan

Perubahan pola kenyang akibat efek obat atau radiasi

Penurunan fungsi pengecap dan penciuman

Kurangnya pengetahuan tentang nutrisi.

Penurunan kebutuhan metabolisme

Kelebihan asupan

C. Perencanaan keperawatan

Tujuan :

1. Meningkatkan nafsu makan apabila nutrisi kurang

2. Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi

3. Mempertahankan nutrisi melalui oral maupun parental.

Rencana tindakan:

1. Monitor perubahan faktor yang menyebabkan terjadinya kekurangan kebutuhan

nutrisi atau kelebihannya dan status kebutuhan nutrisinya.

2. Kurangi faktor yang mempengaruhi perubahan nutrisi.

3. Ajarkan untuk merencanakan makanan

4. Kaji TTV dan bising usus

5. Monitor glukosa, elektrolit, albumin, hemoglobin

6. Berikan pendidikan tentang cara diet, kebutuhan kalori atau tindakan lainnya.

Page 4: IMAN MAKALAH

D. Pelaksanaan tindakan keperawatan

1. Pemberian nutrisi melalui oral

Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan

pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan cara

membantu memberikan makanan atau nutrisi melalui oral bertujuan memenuhi kebutuhan

nutrisi pasien dan membangkitkan makanan pada pasien.

Alat dan bahan:

Piring,sendok, garpu, gelas, serbet , mangkok cuci tangan, pengalas, jenis diet.

Prosedur kerja:

Cuci tangan

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

Atur posisi pasien

Pasang pengalas

Anjurkan pasien berdoa sebelum makan

Bantu untuk melakukan makanan dengan cara menyuapkan makanan secara

sedikit demi sedikit dan berikan minuman sesudah makan.

Setelah selesai bersihkan mulut pasien dan anjurkan untuk duduk sebentar.

Catat hasil atau respon pemenuhan terhadap makanan

Cuci tangan

2. Pemberian Nutrisi Melalui Pipa Penduga/ Lambung

Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/ lambung merupakan tindakan keperawatan

yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral

atau tidak mampu menelan dengan cara memberi makan melalui pipa lambung atau pipa

penduga. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan pasien

Page 5: IMAN MAKALAH

Alat dan Bahan:

Pipa penduga dalam tempatnya

Corong

Spuit 20 cc

Pengalas

Bengkok

Plaster

Gunting

Makanan dalam bentuk cair

Air matang

Obat

Stetoskop

Klem

Baskom berisi air(kalau tidak ada stetoskop)

Vaselin

Prosedur kerja:

1. Cuci tangan

2. Jelasklan prosedur yang akan dilakukan

3. Atur posisi pasien dengan posisi semifowler

4. Bersihkan daerah hidung dan pasangan pengalas di daerah dada

5. Letakkan bengkok di dekat pasien

6. Tentukan letak pipa penduga dengan cara mengukur panjang pipa dari

epigastrium samping hidung kemudian dibengkokan ke telinga dan diberi

tanda

7. Berikan vaselin atau pelicin pada ujung pipa dan klem pangkal pipa tersebut

lalu masukan melalui hidung secara berlahan-lahan sambil pasien di anjurkan

untuk menelanya

8. Tentukan apakah pipa tersebut benar-benar sudah masuk kelambung dengan

cara:

Page 6: IMAN MAKALAH

Masukan ujung selang yang di klem ke dalam baskom yang berisi air(klem

dibuka),perhatikan bila ada gelembung maka pipa masuk ke paru, dan jika

tidak ada gelembung maka pipa masuk ke lambung.setelah itu di klem atau di

lipat kembali

Masukan udara dengan spuit ke dalam lambung melalui pipa tersebut dengan

dengarkan demgan stetoskop. Bila di lambung terdengar bunyi, berarti pipa

tersebut sudah masuk, setelah itu kelarkan udara yang ada di dalam sebanyak

jumlah yang di masukan.

9. Setelah selesai, maka lakukan tindakan pemberian makanan dengan cara

pasang corong atau spuit pada pangkal pipa

10. Masukan air matang ± 15 cc pada awal dengan cara di tuangkan di pinggirnya

11. Berikan makanan dalam bentuk cair yang tersedia, setelah itu bila ada

masukan obat dan beri minum lalu pipa penduga di klem

12. Catat hasil ataau respon pasien selama pemberian makanan

13. Cuci tangan

3. Pemberian nutrisi melalui pariental

Pemberian nutrisi melalui parintal merupakan pemberian nutrisi berupa cairan infus

yang di masukan kedalam tubuh melalui darah vena,baik secara sentral (untuk nutrisi

pariental total)

Ataupun arteri (untuk nutrisi pariental parsial). Pemberian nutrisi melalui pariental di

lakukan pada pasien yang tidak bisa makan melalui oral atau pipa nasogastrik dengan

tujuan untuk menunjang nutrisi anteral yang hanya memenuhi sebagian kebutuhan nutrisi

harian

Metode pemberian

a. Nutrisi parientar parsial

Merupakan pemberian nutrisi meelalui intravena yang digunakan untuk

memenuhi sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien karena pasien masih dapat

Page 7: IMAN MAKALAH

menggunakan saluran pencernaan. Cairan yang biasanya di gunakan dalam bentuk

dexterose atau cairan asam amino.

b. Nutrisi Pariental total

Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena di mana kebutuhan nutrisi

sepenuhnya melalui cairan infus karena keadaan saluran pencernaan pasien tidak

dapat di gunakan

Cairan yang dapat di gunakan adalah yang mengandung karbohidrat seperti

Triofusin E 1000, cairan yang mengandung asam amino seperti Pan Amin G, dan

cairan yang mengandung lemak seperti intralipid

c. Jalur pemberian nutrisi pariental dapat melalui vena sentral untuk jangka waktu

lama dan melalui vena perifer(Hidayat,AAA & uliyah, M, 2005)

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat di nilai dari adanya

kemampuan dalam:

1. Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan danya kemampuan dalam makan

serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang dari kebutuhan

2. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi di tunjukkan dengan tidak adanya tanda kekurangan

atau kelebihan berat badan

3. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau pariental ditunjukkan denagn adanya

proses pencernaan makan yang adekuat.

Page 8: IMAN MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG NUTRISI

Di susun oleh:

1. Anik istikomatun

2. Choirul iman

3. Heri Sugianto

4. Habib Ali M

5. Margiana

6. Tri Wulandari

7. Winarti

8. Simon A

PRODI SI KEPERAWATAN

STIKES KARYA HUSADA

SEMARANG

2010/2011

Page 9: IMAN MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN

TERHADAP ANAK TENTANG DIARE

DI RUANG DAHLIA RS.PANTI WILASA SEMARANG

A. DIARE

1. DEFINISI

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yinja yang lebih banyak dari

biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat

disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer

lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan

kronis (Mansjoer,A.1999,501).

2. ETIOLOGI

1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus),

parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).

2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).

3. Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak, protein.

4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak

kutang matang.

5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.

3. PATOFISIOLOGI

faktor infeksi F malabsorbsi F makanan F. Psikologi

KH,Lemak,Protein Masuk dan ber meningk. Tek osmo toksin tak dapat cemas kembang

dlm tik diserap usus.Hipersekresi air pergeseran air dan hiperperistaltik dan elektrolit

elektrolit ke rongga ( isi rongga usus) usus menurunya kesempatan usus menyerap

makanan

Page 10: IMAN MAKALAH

A. Diare

Frek. BAB meningkat distensi abdomen

Kehilangan cairan & elekt integritas kulit

berlebihan perianal

gg. kes. cairan & elekt As. Metabl mual, muntah

Resiko hipovolemi syok sesak nafsu makan

Gang. Oksigensi BB menurun

Gangg. Tumbang

B. PENGKAJIAN DATA DASAR

1. BIODATA KLIEN

Nama : An.Susi

Umur : 4 bulan

Jenis Kelamin :Perempuan

Agama : Hindu

Alamat : Semarang

2. PENANGGUNG JAWAB

Nama : Ny S

Umur : 35 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Hindu

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Semarang

Status : Ibu kandung

Page 11: IMAN MAKALAH

3. DATA MEDIK

Tanggal Berobat : 28 Mei 2007

Tanggal Pengkajian : 28 Mei 2007

No Induk Puskesmas : 2193

Diagnosa medik : Diare

4. STATUS KESEHATAN

TTV : PB :55 cm ,

BB : 5 kg

RR : 32X/menit,

suhu :35 C,

nadi :155x/menit,

pristaltik :40x/menit

Perut kembung

Pasien kelihatan lemah

Ubun-ubun cekung

Palpebra cekung

Mukosa bibir kering

Turgor jelek

Kencing sedikit warna kuning keruh

Rasa haus meningkat

Feses encer

Muntah

BB pasien turun 1,5 kg

Page 12: IMAN MAKALAH

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output berlebihan

dan intake yang kurang

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder

terhadap diare.

3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare

4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.

5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus menerus.

6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

D. PERENCANAAN (INTERVENSI)

1) Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan skunder terhadap diare

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan

elektrolit dipertahankan secara maksimal

Kriteria hasil :

Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )

Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak

cekung.

Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

Intervensi :

1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit

R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan

pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk

memperbaiki defisit

Page 13: IMAN MAKALAH

2) Pantau intake dan output

R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat

untuk membersihkan sisa metabolisme.

3) Timbang berat badan setiap hari

R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1

lt

4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr

R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral

5) Kolaborasi :

- Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)

R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal

(kompensasi).

- Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur

R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.

- Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)

R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang,

antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum

luas untuk menghambat endotoksin.

2) Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak

adekuatnya intake dan out put

Tujuan :

setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi

terpenuhi

Kriteria :

Nafsu makan meningkat

- BB meningkat atau normal sesuai umur

Intervensi :

1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,

berlemak dan air terlalu panas atau dingin)

Page 14: IMAN MAKALAH

R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi

lambung dan sluran usus.

2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah,

sajikan makanan dalam keadaan hangat

R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.

3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan

R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam

R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.

5) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :

a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu

b. obat-obatan atau vitamin ( A)

R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan

3) Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak

sekunder dari diare

Tujuan :

Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan

suhu tubuh

Kriteria hasil :

suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)

Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)

Intervensi :

1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam

R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)

2) Berikan kompres hangat

R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh

3) Kolaborasi pemberian antipirektik

R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak

Page 15: IMAN MAKALAH

4) Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan

frekwensi BAB (diare)

Tujuan :

setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak

terganggu

Kriteria hasil :

Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga

Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar

Intervensi :

1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur

R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman

2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan

mengganti pakaian bawah serta alasnya)

R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban

dan keasaman feces

3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam

R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak

terjadi iskemi dan irirtasi .

5) Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

Tujuan :

setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu

beradaptasi

Kriteria hasil :

Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel

Page 16: IMAN MAKALAH

Intervensi :

1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan

R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga

2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS

R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS

3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan

R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya

4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun

non verbal (sentuhan, belaian dll)

R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada

klien.

5) Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak

E. IMPLEMENTASI

a. Memantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit

agar Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan

pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk

memperbaiki deficit

b. Memantau intake dan output

untuk membersihkan sisa metabolisme.

c. Menimbang berat badan setiap hari

untuk Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan

1 lt

d. Menganjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr

untuk Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral

e. Berkolaborasi :

dalam Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)

Page 17: IMAN MAKALAH

untuk koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal

(kompensasi).

F. EVALUASI

Masalah dikatakan teratasi apabila Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-

37,50 c, RR : < 40 x/mnt )

Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.

Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

Page 18: IMAN MAKALAH

DAFTAR PUSTAKA

Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta

Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC. Jakarta.

Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta

Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.

Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta

Soetjiningsih, 1995. Tumbuh KembangAnak. EGC. Jakarta

Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta