PEMBENARAN OLEH IMAN - STFT) Jakarta · melalui iman, yaitu iman kepada Kristus. Di dalam iman itu...

16

Transcript of PEMBENARAN OLEH IMAN - STFT) Jakarta · melalui iman, yaitu iman kepada Kristus. Di dalam iman itu...

Page 1: PEMBENARAN OLEH IMAN - STFT) Jakarta · melalui iman, yaitu iman kepada Kristus. Di dalam iman itu kita dibenarkan. Bagi Calvin, dibenarkan di hadapan Allah berartiutrpnkihgedadiperhitung-kan
Page 2: PEMBENARAN OLEH IMAN - STFT) Jakarta · melalui iman, yaitu iman kepada Kristus. Di dalam iman itu kita dibenarkan. Bagi Calvin, dibenarkan di hadapan Allah berartiutrpnkihgedadiperhitung-kan

ilmu teologi perbedaan pandangan

bisa saja terjadi. Tetapi saling

memahami dua komunitas umat itu

sangat penting untuk mempererat

relasi persaudaraan antara kedua

komunitas ini.wvutsronljihebaVUTSRPONMLKJIHECBA

PEMBENARAN OLEH IMAN

MENURUT PAULUSyutsrponmlkihgfedcbaTSRPONMLKIHEDCBA

DALAM PEMAHAMAN PROTESTAN

Pdt. Samuel Benyamin Hakh

I. Pengantar

Dalam rangka perayaan tahun Paulus,

Lembaga Biblika Indonesia (LBI)

mengadakan seminar mengenai ajaran

Paulus yang sering menjadi bahan

perbedaan pendapat an tara umat

Protestan dan katolik, khususnya

pandangan Paulus mengenai

"pembenaran oleh iman". Maka saya

telah diminta untuk membahas topik

ini dilihat dari sisi Protestan. Saya

menyadari bahwa tema ini menjadi

pokok perdebatan yang hangat

bertahun-tahun an tara Katolik dan

Protestan, sejak Luther dan Calvin

memberikan tafsiran yang berbeda

dalam menghadapi ajaran Katolik.

Perdebatan itu mengkristal pada Konsili

Trente yang hasilnya memperbesar

jarak antara Katolik dan Protestan.

Namun dalam perkembangan pada

masa kini, terutama sesudah Konsili

Vatikan II, kedua agama besarwtrnmlkihfedaWVURLKJFEDAini saling

memahami ajarannya masing-masing.

Sebagai gereja Reformasi di bawah

Luther dan Calvin maka saya mohon

dipahami jika dalam pembahasan ini

terdapat perbedaan-perbedaan

pandangan. Menurut hemat saya dalam

Dalam pembahasan ini saya mulai

dengan pemahaman para reformator,

karena perbedaan pandangan itu

berawal dati tokoh reformator itu, yang

kemudian mempengaruhi pandangan

kelompok Protestan. Sesudah itu, saya

akan membahas pandangan Paulus dan

langkah bersama Katolik dan Protestan

ke depan.

II. Pembenaran oleh

Iman dalam Pemahaman

Protestan

Berbicara mengenai pembenaran oleh

iman menurut Paulus dalam pema-

haman Protestan maka tak dapat tidak

kita harus mulai dengan Luther dan

Calvin sebagai tokoh-tokoh Protestan

yang mengangkat gagasan itu dalam

perdebatan teologis berkaitan dengan

3

Page 3: PEMBENARAN OLEH IMAN - STFT) Jakarta · melalui iman, yaitu iman kepada Kristus. Di dalam iman itu kita dibenarkan. Bagi Calvin, dibenarkan di hadapan Allah berartiutrpnkihgedadiperhitung-kan

kontroversi doktrin melawan pihak

Katolik pada zamannya. Pandangan

mereka sangat berpengaruh terhadap

gereja-gereja Protestan hingga kini.

Karena itu, di bawah ini saya secara

singkat memaparkan pandangan

mereka.wvutsronljihebaVUTSRPONMLKJIHECBA

A. Martin Luther

Pada awalnya Luther sangat mernbenci

kalimat: "manusia dibenarkan oleh

Allah". Martin Luther sendiri telah

berupaya memahami kalimat (manusia

dibenarkan oleh Allah) itu secara

filosofis, bahwa Allah itu benar dan ia

menghukum orang yang berdosa.

Namun persoalan yang Luther gumuli

adalah bahwa sekalipun ia hidup dalam

biara, tetapi ia merasa bahwa ia adalah

seorang berdosa di hadapan Allah dan

itu berarti ia akan dikenakan hukuman

Allah. Oleh sebab itu, ia bergumul

dengan ungkapan Paulus dalam surat

Roma bahwa: "orang benar akan hidup

oleh iman". Dalam pergumulannya iru,

Luther mula! memahami bahwa

pem benaran oleh Allah adalah

anugerah yang Allah berikan oleh iman.

Allah membenarkan manusia hanya

oleh iman, sebagaimana dikatakan:

"orang benar akan hidup oleh iman".

Pemahaman ini membuat Martin

Luther merasa bahwa ia telah dilahirkan

kembali dan masuk melalui pintu yang

terbuka ke dalam Firdaus. Sejak waktu

itu, Luther membaca Alkitab dalam

terang yang berbeda. Ungkapan Paulus

bahwa: "orang benar akan hidup oleh

iman" yang tadinya ia benci,wtrnmlkihfedaWVURLKJFEDAkini ia

mencintainya, sebagai ungkapan yang

sangat indah. Dengan dernikian, Martin

Luther telah menemukan jalan baru

dalam memahami ajaran tentang

pembenaran oleh iman itu'.

4

Kernudian Martin Luther mengem-

bangkan gagasan bahwa iman itu

menyatukan orang beriman kepadayxwvutsrqponmlkjihgfedcbaYWUTSRPONMLKJIHGFEDCBA./1011 '

Kristus. Orang yang disatukan denganfaUAa;....fU' ..

Kristus oleh iman telah "memisahkan

diri" dati dosa. Luther memakai

gambaran ten tang penyatuan pengantin

perempuan dengan pengantin laki-laki,

untuk melukiskan penyatuan orang

beriman dengan Kristus. Dengan

penyatuan itu maka apa yang Kristus

rniliki adalah juga rnilik orang percaya

dan apa yang orang percaya rniliki,

adalah juga milik Kristus. Melalui

penyatuan itu, orang beriman

mengambil bahagian dalam segala

kekayaan Kristus, karena Kristus telah

menghapuskan segala dosa mereka.

Kristus yang adalah Allah, yang telah

menjadi manusia itu, tidak pernah

berdosa, dan kesucian-Nya itu kekal.

Karena itu, Ia bisa membebaskan orang

beriman dari do sanya.? Melalui

pembenaran oleh iman.

Dalam ajarannya tentang pembenaran,

Luther ~ menekankan iman

sebagai pokok yang sangat sentral

dalam teologinya. Ia menegaskan

bahwa "kita tidak dapat memperoleh

pengampunan dosa dan kebenaran di

depan Allah oleh bukti, perbuatan atau

penggenapan tugas kita seridiri,

melainkan kita beroleh pengampunan

dosa dan menjadi benar di depan Allah

oleh anugerah demi Kristus, melalui

iman, bila kita percaya bahwa Kristus

menderita bagi kita dan oleh karena Dia

dosa kita diampuni ... karena Allah

akan menganggap dan menghitung

iman ini sebagai kebenaran ... ".3

Selanjutnya Luther mengatakan: "Iman

itu sendiri membenarkan, sebab kita

menerima pengampunan dosa dan Roh

Kudus, hanya dengan iman saja".

Menurut Luther, iman bukan suatu

perbuatan atau jasa, iman juga bukan

Page 4: PEMBENARAN OLEH IMAN - STFT) Jakarta · melalui iman, yaitu iman kepada Kristus. Di dalam iman itu kita dibenarkan. Bagi Calvin, dibenarkan di hadapan Allah berartiutrpnkihgedadiperhitung-kan

pengetahuan belaka di dalam

kecerdasan, tetapi suatu kepercayaan di

dalam kemauan, yakni meninggikan

dan menerima apa yang ditawarkan

oleh janji itu. Dengan mengutip Rm.

5:1, Luther menggambarkan perkataan:

"dibenarkan" sebagai ungkapan yang

digunakan dalam peradilan untuk

menunjuk kepada tindakan

"membebaskan seorang yang bersalah

dan menyatakan dia benar". Tindakan

ini dilakukan atas dasar kebenaran

seorang yang lain", yakni kebenaran

Kristus yang diberikan oleh iman

kepada-Nya, bukan oleh perbuatan baik

manusia.

Dalam pembahasannya mengenai iman

dan perbuatan baik, Luther dan para

pengikutnya mengakui bahwa iman itu

harus memberikan buah yaitu

perbuatan baik, demi Allah. Luther

mengakui ada dua macam kebenaran

yaitu kebenaran Kristus, di mana Ia

membenarkan kita melalui iman

sebagaimana tertulis dalam lKor. 1:30.

Kebenaran ini diberikan kepada

manusia pad a saat pembaptisan melalui

iman kepada Kristus. Melalui iman itu

kebenaran Kristus menjadi kebenaran

kita, dan Ia sendiri menjadiwtrnmlkihfedaWVURLKJFEDAmilik kita.

Kebenaran ini diberikan kepada kita

hanya oleh anugarah. Tanpa perbuatan

baik kita. Kebenaran yang kedua adalah

kebenaran kita sendiri. Bukan karen a

kita sendiri melakukannya, melainkan

karena kita melakukannya berdasarkan

kebenaran Kristus. lnilah pekerjaan-

pekerjaan baik yang kita lakukan.

Pertama, kita menyalibkan daging

dengan semua keinginan dan keakuan

diri kita sendiri (Gal. 5:24). Kedua,

kebenaran ini terdiri dari perbuatan

kasih kepada sesama. Ketiga, di dalam

ketaatan dan takut akan Allah.

Kebenaran kedua adalah hasil atau buah

dari kebenaran yang pertama yakni

kebenaran Allah. Itulah buah-buah

Roh yang Paulus sebutkan dalam Gal.

5:22.5 Namun Luther mencegah orang

menaruh kepercayaan terhadap

berbuatan baik seakan-akan rnengambil

hati Allah dengan perbuatan baik itu.

Sekali lagi, Luther menegaskan bahwa

kita menerima pengampunan dosa dan

pembenaran hanya melalui iman dalam

Kristus, bukan oleh perbuatan baik itu.

Perbuatan-perbuatan baik itu

sepenuhnya adalah tanggapan yang

selayaknya terhadap tindakan

pembenaran Allah yang penuh

kemurahan, tetapi perbuatan terse but

tidak dapat, dan tidak boleh dianggap

sebagai penyebab dari kebenaran itu",

Segala sesuatu yang dilakukan tanpa

iman adalah dosa (band. Rm. 14:23) 7.

Dengan demikian dapat kita simpulkan

bahwa Luther sangat menekankan iman

dalam pembahasannya mengenai

pembenaran, sehingga kurang memberi

temp at bagi perbuatan baik. Memang,

Luther mengakui juga tentang

perbuatan baik itu, tetapi ia tidak

memberikan porsi yang pembahasan

yang memadai sehingga terkesan ia

mengabaikannya. Walau demikian ia

sangat tegas menyatakan bahwa

perbuatan baik itu harus dilakukan

berdasarkan iman. Pemahaman ini

kemudian dikembangkan lebih jauh

oleh Calvin.wvutsronljihebaVUTSRPONMLKJIHECBA

B. Johanes Calvin

Hingga tahun 1500, istilah "pernbe-

naran" dipahami sebagai: "dijadikan

benar". Pemahaman ini berasal dari

Agustinus yang melihat pembenaran

itu, baik sebagai suatu peristiwa

maupun sebagai proses. Namun para

reformator mendefinisikan pernbe-

naran secara eksklusif di dalam istilah

yang bersifat legal yaitu: sebagai suatu

5

Page 5: PEMBENARAN OLEH IMAN - STFT) Jakarta · melalui iman, yaitu iman kepada Kristus. Di dalam iman itu kita dibenarkan. Bagi Calvin, dibenarkan di hadapan Allah berartiutrpnkihgedadiperhitung-kan

penstlwa di mana orang berdosa

dinyatakan sebagai orang benar di

hadapan Allah. Lalu pembenaran

diikuti oleh suatu penyucian, yaitu

suatu proses di mana orang percaya

dibuat benar.

Menurut Calvin, manusia telah

dikutuk oleh Allah karena tidak

mampu melakukan hukum Taurat

maka satu-satunya jalan untuk

memperoleh keselamatan adalah

melalui iman, yaitu iman kepada

Kristus. Di dalam iman itu kita

dibenarkan. Bagi Calvin, dibenarkan di

hadapan Allah berartiutrpnkihgedadiperhitung-

kan sebagai orang benar pada

penghakiman Allah. Orang yang

dibenarkan oleh iman adalah orang

yang telah dibenarkan oleh Kristus

melalui iman sehingga ia berdiri di

hadapan Allah bukan lagi sebagai

orang berdosa melainkan sebagai orang

yang dibenarkan. Di sini terjadi suatu

perubahan atau pembaharuan yaitu

pembaruan dari orang yang berdosa

menjadi orang yang dibenarkan.

Karena pembenaran terletak dalam

pengampunan dosa dan diperhitung-

kannya kebenaran Kristus kepada kita,

maka pembenaran dipahami sebagai

suatu penerimaan yang dengannya

Allah menerima kita ke dalam kasih

karunia-Nya sebagai orang benar.

Dalam perkataan lain, manusia

dibenarkan bukan karena ia mempu-

nyai kebenaran itu pada dirinya sendiri

melainkan karena ia dibenarkan oleh

Kristus.

Calvin melakukan pembedaan antara

pembenaran oleh iman dan pembe-

naran oleh perbuatan. Menurut Calvin

dengan menegakkan kebenaran kita

sendiri maka kita menghalau kebe-

naran Tuhan. Maka supaya kita

memperoleh kebenaran Allah,

6

semestinya kebenaran yang lain harus

dimusnahkan sarna sekali. Selama

masih tinggal kebenaran dari

perbuatan-perbuatan, betapapun

sedikitnya, maka masih ada alas an bagi

kita untuk bermegah". Karena itu,

Calvin menolak kebenaran yang terbuat

dari campuran iman dan perbuatan atau

kerjasama an tara anugerah Allah dan

usaha manusia. Benar, bahwa manusia

perlu berbuat baik tetapi perbuatan baik

itu sebagai respons terhadap anugarah

Allah itu. Sebab menurut Calvin, hanya

dengan perantaraan kebenaran Kristus

lah, kita dapat dibenarkan di hadirat

Allah. Manusia tidak rnerniliki

kebenaran di dalam dirinya sendiri,

tetapi karena kebenaran Kristus

diperhitungkan kepadanya sehingga ia

mendapat bagian di dalarnnya". Jadi

Calvin menolak pembenaran oleh

perbuatan, betapapun kecilnya.

Namun tidak berarti ia sama sekali

menolak perbuatan. Menurut Calvin,

orang yang dibenarkan wajib

menampakkan imannya dalam

perbuatan-perbuatan yang berkenan

kepada Allah. Maka Calvin tidak

menerima kalau pengudusan hanya

diperlakukan sebagai lampiran untuk

ajaran mengenai pembenaran menurut

teologi Luther. Calvin sendiri

menjelaskan secara luas mengenai

kehidupan baru yang dibuahkan oleh

iman. Menurut Calvin, pengudusan

maupun pembenaran merupakan buah

persekutuan dengan Kristus yang

terwujud kalau manusia mulai percaya

kepada Kristus, Bagi Calvin, anugerah

iman ituyutsrponmlkihgfedcbaTSRPONMLKIHEDCBAbersifat rangkap.yxwvutsrqponmlkjihgfedcbaYWUTSRPONMLKJIHGFEDCBAPertama,

persekutuan an tara orang percaya

dengan Kristus membawa secara

langsung pada pembenaran dirinya.

Melalui Kristus orang percaya

dinyatakan menjadi benar dalam

pandangan Allah. Kedua, Oleh karena

Page 6: PEMBENARAN OLEH IMAN - STFT) Jakarta · melalui iman, yaitu iman kepada Kristus. Di dalam iman itu kita dibenarkan. Bagi Calvin, dibenarkan di hadapan Allah berartiutrpnkihgedadiperhitung-kan

persatuan orang percaya dengan

Kristus, orang percaya itu mulai

melakukan proses menjadi seperti

Kristus, rnelalui kelahiran kembali 10,

yang nampak dalam perbuatan-

perbuatan yang berkenan kepada Allah,

serta pembebasan atas hukuman atas

dosa karena Kristus, tetapi pembe-

naranlah yang menjamin keselamatan,

bukan pengudusan. Sebab ia yakin,

sarna seperti Luther, perbuatan-

perbuatan yang paling baikpun yang

dilakukan oleh orang-orang percaya,

tidak dapat membebaskan mereka dari

hukuman Allah. Hanya Kristus yang

membebaskan!'. Jadi, bukan perbuat-

an melainkan iman yang membenar-

kan manusia. Calvin menegaskan:

"Kami tidak mengimpikan iman yang

sepi dari perbuatan baik, atau

pembenaran yang tegak tanpa

perbuatan itu. Bedanya hanya ini: kami

memang mengakui bahwa iman dan

perbuatan baik perlu saling bertautan,

namun pembenaran tetap kami anggap

terletak dalam iman, tidak dalam

perbuatan" 12.

Dengan dernikian, Calvin hendak

membuktikan bahwa ajaran Protestan

mengenai pembenaran tidak perlu

menghindari perhatian penuh terhadap

perbuatan-perbuatan baik. Pembenaran

menurut ajaran Calvin dengan istilah

teknis disebut "pembenaran rangkap",

yakni tidak hanya manusia berdosa yang

dibenarkan, perbuatan-perbuatannya

pun ikut dibenarkan, bukan karen a

kualitas sendiri melainkan karena

Kristus.

Pandangan Luther dan Calvin yang

telah dipaparkanwtrnmlkihfedaWVURLKJFEDAdi atas, dituangkan

dalam dogma-dogma gereja masing-

masing (Lutheran dan Calvinis)

sehingga memberikan pengaruh yang

besar bagi para pengikutnya hingga kim.

Dalam Konfesi-konfesi gereJa

Lutheran, ditegaskan bahwa: "orang

berdosa dibenarkan di depan Allah

(artinya, ia dibebaskan dan dinyatakan

dengan bebas murni dari semua

dosanya, dan dari tuntutan kutukan

yang seharusnya diterimanya, dan

diterima sebagai anak Allah dan pewaris

kehidupan yang kekal) tanpa suatu jasa

atau kelayakan dari pihak kita sendiri

dan tanpa suatu perbuatan yang sudah,

yang sekarang, atau yang menyusul,

semata-mata dengan kasih karunia .... ".

13Dalam pelajaran Katekisasi mas a kim,

yang dipakai di gereja Protestan,

ditegaskan bahwa "Barang siapa yang

percaya kepada Yesus, dosanya tidak

diperhitungkan lagi. Kepercayaan

diperhitungkan sebagai kebenaran".

Pada bagian lain dikatakan: "di

pengadilan Allah semua manusia

dinyatakan bersalah dan akan

menerima hukuman maut. Yesus rela

menerima hukurnan maut itu tertimpa

atas dirinya sebagai pengganti bagi

setiap orang yang percaya kepada-Nya

(Rm. 3:21-26). Bagi mereka, tidak ada

hukuman lagi. 'Surat hutang' sudah

dihapuskan (Kol. 2:13,14)Semua itu

adalah mutlak anugerah kasih Allah

yang dikatuniakannya secara cuma-

cuma kepada kita (Ef. 2:8_9)"14

Setelah kita memaparkan pandangan

para reformator (Luther dan Calvin),

maka pertanyaan yang timbul adalah

apa yang menjadi pokok perdebatan

antara Katolik dan Protestan dalam

kaitan dengan pokok "pembenaran

oleh iman?" Sebab baik Katolik

maupun Protestan sama-sama

mengakui "pembenaran oleh iman" itu.

Tampaknya prinsip eksegetis yang

menjadi perdebatan adalah, apakah kata

kerja: "membenarkan" berarti:

"menjadikan benar" atau "diperhitung-

kan sebagai kebenaran?". Selanjutnya,

7

Page 7: PEMBENARAN OLEH IMAN - STFT) Jakarta · melalui iman, yaitu iman kepada Kristus. Di dalam iman itu kita dibenarkan. Bagi Calvin, dibenarkan di hadapan Allah berartiutrpnkihgedadiperhitung-kan

apakah kata: "membenarkan" menun-

juk kepada suatu "transformasi"

(perubahan) atau status? Apakah

"kebenaran Allah" adalah sesuatu

yang bersifat "rnilik" atau "aktivitas

Allah?" Ataukah "kebenaran sebagai

anugerah yang dikaruniakan Allah>''"

Perbedaan tafsiran terhadap pokok

yang krusial ini telah menempatkan

Katolik dan Protestan pada posisi yang

saling berseberangan. Tampaknya

ajaran Agustinus sangat berpengaruh di

kalangan Katolik bahwa pembenaran

berarti permulaan dari kehidupan orang

Kristen maupun suatu proses di mana

seseorang "dijadikan sebagai orang

benar". Jadi bagi Agustinus, pernbe-

naran bukan hanya sebagai suatu

peristiwa melainkan juga suatu proses

yang berlangsung terus. Pemahaman

.Agustinus ini lebih diperkuat pada

Konsili di Trente (1545-1563)16. KonsiliwtrnmlkihfedaWVURLKJFEDA

ini antara lain, melahirkanyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaYWUTSRPONMLKJIHGFEDCBATridentinum

Profession of Faith yang isinya secara

tegas menolak ajaran reformasi ten tang

pembenaran oleh iman. Ada empat

pokok utama yang menjadi titik krusial.

Pertama, Hakekat pembenaran. Luther,

dalam ajarannya cenderung mernperla-

kukan pembenaran sebagai perkara

ditryatakan mef!)adi benar dari pada suatu

proses mei!}adi benar. la, kemudian, mulai

melihat pembenaran sebagai suatu

peristiwa yang dilengkapi dengan

proses yang jelas akan kelahiran

kembali dan pembaruan bagian dalam

manusia rnelalui tindakan Roh Kudus.

Pembenaran mengubah status sebelah

luar dari orang berdosa dalam

pandangan Allah (coramDeo) sedangkan

kelahiran kembali mengubah sifat dasar

bagian dalam dari orang berdosa itu.

Konsili Trente dengan kuat menentang

pandangan ini17.

8

Kedua, Hakekat Kebenaran yang

rnernbenarkan. Luther menekankan

fakta bahwa orang-orang berdosa tidak

mempunyai kebenaran dalam diri

mereka sendiri. Mereka tidak

mempunyai apapun di dalam diri

mereka yang dapat dianggap sebagai

dasar untuk membenarkan mereka.

Kebenaran itu berada di luar diri orang

berdosa. Hal itu dinyatakan, tidak

ditanamkan; eksternal, bukan internal.

Dengan pandangan ini, Luther

menolak pendapat Agustinus bahwa

orang-orang berdosa dibenarkan atas

dasar kebenaran internal yang secara

berlimpah dimasukkan atau ditanam-

kan Allah di dalam diri orang-orang itu.

Konsili Trente mempertahankan

pandangan Agustinus dan menolak

pandangan Luther''.

Ketiga, Hakekat iman yang mernbenar-

kan. Luther menegaskan bahwa

kehidupan Kristen dimulai melalui

iman dan hanya oleh iman saja.

Perbuatan-perbuatan baik mengikuti

pembenaran tetapi tidak menyebabkan

pembenaran itu. Konsili Trente

sepenuhnya mengakui hal ini sehingga

sangat dekat dengan Luther.

Keempat, Kepastian akan keselamatan.

Bagi Luther, .orang dapat benar-benar

yakin akan keselamatannya. Kesela-

matan di dasarkan dalam kesetiaan

Allah pada janji-janji kemurahan-Nya.

Jadi bila gagal mempunyai keyakinan

dalam keselamatan berarti meragukan

keterandalan dan kesungguhan Allah.

Walau demikian disadari bahwa

keyakinan yang demikian diserang terus

menerus sehingga seseorang bisa

terjatuh. Konsili sangat skeptik

terhadap pandangan ini. 19

Page 8: PEMBENARAN OLEH IMAN - STFT) Jakarta · melalui iman, yaitu iman kepada Kristus. Di dalam iman itu kita dibenarkan. Bagi Calvin, dibenarkan di hadapan Allah berartiutrpnkihgedadiperhitung-kan

Saya mengungkapkan perbedaan-

perbedaan pandangan an tara Katolik

dan Protestan (Luther dan Calvin) ini,

hanya dengan satu maksud yakni

supaya diskusi kita lebih focus pada

pokok-pokok yang dianggap

berseberangan. Namun sebelum kita

memulia diskusi itu, saya mengajak kita

untuk menelusuri pemahaman Paulus

mengenai pembenaran oleh iman.yutsrponmlkihgfedcbaTSRPONMLKIHEDCBA

III. Pembenaran oleh

Iman menurut Paulus

Pada bagian ini saya akan berusaha

membahas pembenaran oleh iman itu

dari sisi Paulus. Kata "pembenaran"

diterjemahkan dari bahasa Yunani:wvutsronljihebaVUTSRPONMLKJIHECBA

btKaw(j'\)Vll yang berasal dari kata

dasar btKatOs artinya: "tegak", "adil",

dan "benar", yang dikaitkan dengan dua

aspek yairu: aspek legal (Rm. 5:7; band.,

1 Yoh. 3:7; Why. 22:11) dan aspek

religius yakni tidak· melanggar

kedaulatan Allah dan memelihara

hukum-hukum-Nya (Rm. 3: 10;

band.Pengk. 7:10) 20.

Gagasan ini Paulus angkat dalam rangka

membahas hukum Taurat yang ia sebut

sebagai hukum yang akan mendatang-

kan kebenaran (band. Rm. 9:30,31).

Menurut Paulus, Taurat adalah hukum

Allah (Rm. 7:22), maka hukum Taurat

adalah juga kudus, benar dan baik.

(Rom 7:12,16) serta bersifat rohani

(Rm. 7:14a). Paulus juga memandang

hukum Taurat sebagai anugerah yang

Allah berikan kepada Israel (Rm. 9:4)

dan memiliki fungsi sebagai penuntun

dalam kehidupan umat (Gal. 3:24).

Orang yang melakukan hukum Taurat

akan hid up olehnya (Rm. 10:5; Gal.

3:12). Jadi pada satu pihak Paulus

memandang ~ukum Taurat sebagai

sesuatu yang sangat positif. Paulus

sendiri, sebelum menjadi pengikut

Yesus, sangat taat melaksanakan

hukum Taurat itu (Fil. 3:6).

Namun dalam membahas hukum

Taurat itu, Paulus sampai pada

pemahaman bahwa hukum Taurat itu

tidak menghasilkan kebenaran di

hadapan Allah (Gal. 3:21). Menurut

Paulus usaha untuk mendirikan

kebenaran sendiri (Rm. 10:3) karena

menaati hukum Taurat (Gal. 3:9)

merupakan "sampah" karena

pengenalan akan Kristus (Gal. 3:8)21.

Pandangan Paulus ini merupakan suatu

penolakan yang radikal terhadap

optimismewtrnmlkihfedaWVURLKJFEDAdi kalangan para rabi Yahudi

bahwa seseorang bisa melaksanakan

segala hukum Taurat dengan sempurna.

Paulus yakin bahwa persekutuan yang

benar dengan Allah hanya terjadi

karena pembenaran oleh Allah sendiri.

Tidak ada usaha dari manusia yang

memungkinkan dirinya dibenarkan+,

Hanya anugerah Allah semata yang

memungkinkan manusia dibenarkan.

Karena pembenaran itu adalah

terutama tindakan Allah di dalam

Kristus.

Menurut Paulus, tidak seorangpun yang

mampu melakukan hukum Taurat.

Sebab manusia bersifat daging dan

terjual di bawah kuasa dosa (Rm. 7:14).

Karena itu, Paulus mengatakan: " ...

bukan apa yang aku kehendaki yaitu

yang baik, yang aku perbuat melainkan

apa yang aku tidak kehendaki (yang aku

benci) yaitu yang jahat, yang aku

perbuat (Rm. 7:19). Paulus hendak

menyatakan bahwa tidak ada

seorangpun yang mampu melakukan

hukum Taurat itu secara sempurna.

9

Page 9: PEMBENARAN OLEH IMAN - STFT) Jakarta · melalui iman, yaitu iman kepada Kristus. Di dalam iman itu kita dibenarkan. Bagi Calvin, dibenarkan di hadapan Allah berartiutrpnkihgedadiperhitung-kan

Oleh karena hukum Taurat itu tidak

mampu memerdekakan manusia dari

hukum dosa dan maut (Rm. 8:2) maka

Paulus menolak hukum Taurat. Paulus

menegaskan bahwa Taurat tidak dapat

membenarkan (Rm. 3:20; Gal. 2:16,17).

Sebaliknya, hukum Taurat membawa

orang kepada pengenalan akan dosa

(Rm. 3:20) dan kematian (2Kor. 3:6)

karen a ternyata Taurat tidak dapat

memberikan hidup (Gal. 3:21).

Menurut Paulus, sesudah hukum Taurat

datang, dosa mulai hidup (Rm. 7:8-9).

Makanya Paulus berani mengatakan

bahwa kuasa dosa ialah hukum Taurat

(1 Kor. 15:56). Hukum Taurat itu yang

merangsang hawa nafsu dosa (Rm. 7:5).

Hal itu disebabkan ketidak berdayaan

Taurat oleh daging (Rm. 8:3).

Ketidakberdayaan itu, Paulus uraikan

lebih jauh dalam Rm. 7:7-25).

Paulus melihat bahwa Taurat gagal

untuk membenarkan manusia di

hadapan Allah. Karena memang

manusia tidak mungkin dibenarkan

dengan melakukan hukum Taurat (Gal.

2:16). Ada dua alas an yang Paulus

berikan.yxwvutsrqponmlkjihgfedcbaYWUTSRPONMLKJIHGFEDCBAPertama, karena kelernahan dan

keberdosaan manusia sehingga tidak

mampu menaati seluruh hukum Taurat.

Kelemahan daging (Rm. 8:3) dan sifat

keberdosaan manusia itu (Rm. 7:23)

tidak dapat diubah oleh hukum Taurat.

Kedua, hati manusia yang berdosa

membutuhkan suatu perubahan oleh

kuasa Allah. Padahal Taurat adalah

suatu hukum tertulis, bukan suatu

kehidupan yang diberikan oleh Roh

Allah (Rm. 7:6). Gagasan ini diperluas

dalam pertentangan an tara perjanjian

yang lama dengan perjanjian yang baru.

Perjanjian yang lama (Taurat) terdiri

dari hukum tertulis yang hanya

memproklamasikan kehendak Allah

tetapi tidak memberikan kuasa bagi

manusia berdosa untuk taat kepadawvutsronljihebaVUTSRPONMLKJIHECBA

10

kehendak Allah. Karena itu, meskipun

Taurat adalah kehendak Allah tetapi,

menurut Paulus ia tidak membenarkan

manusia, sebaliknya ia menempatkan

manusia di bawah penghukuman Allah.

Maka menurut Paulus satu-satunya

jalan pembenaran yang menyelamatkan

adalah iman. Hal ini jelas diungkapkan

dalam Rm. 3:21-26. Paulus memulai

uraiannya pada ayat 21 dengan

mengatakan: "Tetapi sekarang tanpa

hukum Taurat kebenaran Allah telah

dinyatakan ... ". Ungkapan NuvtwtrnmlkihfedaWVURLKJFEDAD£

(tetapi sekarang) menunjukkan bahwa

sekarang Paulus mengalihkan perhatian

kepada sesuatu yang sarna sekali baru.

Suatu permulaan baru yang menandai

batas waktu an tara yang terd ahulu

dengan yang sekarang. Di bagian

terdahulu, Paulus menegaskan bahwa

tidak seorangpun benar di hadapan

Allah dengan melakukan hukum

Taurat. Semua orang (Yahudi dan

bukan Yahudi) telah berbuat dosa dan

berada di bawah hukuman Allah.

Namun sekarang ada suatu harapan

baru bagi manusia yang berada di

bawah hukuman Allah itu. Harapan

baru itu adalah: DtKUW<JUVll 8£0U

(kebenaran Allah) . Kebenaran Allah itu

telah dinyatakin tanpa hukum Taurat.

Ungkapan ini (kebenaran Allah telah

dinyatakan tanpa hukum Taurat)

merupakan sua tu gagasan yang

bertentangan dengan pemahaman

orang Yahudi bahwa orang akan hidup

karena kebenaran hukum Taurat (Rm.

10:5; Gal. 3:21; Fil. 3:9), melalui hukum

Taurat (Fil. 3:6) atau oleh hukum Taurat

(Gal. 2:21)23. Di Rm. 2:13, ia

mengatakan bahwa "orang yang

melakukan hukum Taurat lah yang akan

dibenarkan". Tetapi di sini ia

menegaskan bahwa tanpa hukum

Taurat itu, kebenaran Allah telah

Page 10: PEMBENARAN OLEH IMAN - STFT) Jakarta · melalui iman, yaitu iman kepada Kristus. Di dalam iman itu kita dibenarkan. Bagi Calvin, dibenarkan di hadapan Allah berartiutrpnkihgedadiperhitung-kan

dinyatakan. AntitesiswtrnmlkihfedaWVURLKJFEDAini menunjukkan

bahwa Paulus ingin menolak peranan

hukum Taurat sebagai yang

membenarkan karena oleh tindakan

Allah di dalam Yesus Kristus orang

tidak lagi bergantung pada hukum

Taurar", ltulah Liil (kabar gembira). Di

dalam Injil ini nyata kebenaran Allah

yang bertolak dari irnan dan memimpin

kepada iman, seperti ada tertulis: Orang

benar akan hidup oleh iman" (Rm.

1 :17).

Kebenaran itu hanya datang dati Allah,

yakni tindakan Allah yang membangun

dan memelihara hubungan yang benar

antara dirinya dengan manusia dan

an tara manusia dengan sesamanya. Jadi,

kalau manusia dinyatakan benar, bukan

karena ia berbuat baik, atau karena pada

dirinya ada kebenaran melainkan karena

ia dibenarkan oleh Allah. Walaupun

upaya melakukan hukum Taurat adalah

sesuatu yang baik tetapi perbuatan itu

tidak menjamin keselamatan. Sama

seperti satu aturan, tentu disusun

dengan maksud baik yaitu supaya

ditaati. Tetapi ketaatan kita kepadanya

tidak menjamin keselamatan kita,

demikian juga hukurn Taurat. Hukum

Taurat itu sendiri baik, tetapi ketaatan

kepadanya tidak menjamin keselamatan

kita sebagaimana disaksikan oleh

Alkitab.

Paulus lebih jauh menjelaskan

bagaimana kebenaran Allah mengerja-

kan kebenaran manusia di hadapan

Allah. Ada dua hal:yxwvutsrqponmlkjihgfedcbaYWUTSRPONMLKJIHGFEDCBAPertama, kebenaran

Allah karena irnan (pistis). Iman di sini

berarti sikap mengharapkan kesela-

matan sepenuhnya dari kasih karunia

Allah saja. Lalu ditambahkan lagi

kalimat: "iman di dalam Yesus

Kristus". Artinya sikap mengharapkan

keselamatan sepenuhnya dari kasih

karunia Allah berdasarkan kematian

dan kebangkitan Yesus Kristus yang

telah membuka jalan keselamatan itu

bagi semua orang. Iman itu membuat

kita bersatu dengan Kristus. Artinya

melalui iman itu, kematian Kristus

menjadi kematian kita, dan

kebangkitan Kristus menjadi

kebangkitan kita menuju kepada satu

kehidupan yang baru. Dengan

demikian, iman itu telah menjadi

saluran di mana kebenaran Allah yang

diperolehNya melalui kematian dan

kebangkitan Kristus, dianugerahkan

kepada kita. Kebenaran itu ada "bagi

semua orang yang percaya".

Maksudnya bagi orang Yahudi maupun

bukan Yahudi, yang percaya kepada

Yesus Kristus ". "Sebab tidak ada

perbedaan", yakni tidak ada perbedaan

antara Yahudi dan bukan Yahudi di

hadapan Allah.

Paulus melanjutkan ayat 23 dengan

mengatakan bahwa "semua orang telah

berbuat dosa". Artinya baik Yahudi

maupun bukan Yahudi telah berbuat

dosa atau memberontak terhadap

Allah. "Dan telah kehilangan kemuliaan

Allah". Menurut tradisi Yahudi,

manusia pertama di Firdaus itu

memiliki kemuliaan Allah karena

mereka dekat dengan Allah. Sama

seperti Musa yang setelah bertemu

dengan Allah di bukit Sinai, wajahnya

bercahaya. Tetapi karena manusia

berbuat dosa maka manusia

menjauhkan diri dari Allah. Akibatnya

manusia kehilangan kemuliaan Allah.

Namun dalam ayat 24, Paulus

mengatakan bahwa "oleh kasih karunia

atau belas kasihan (khans), telah

dibenarkan dengan cuma-cuma ... ".

Artinya oleh perbuatan Allah yang

penuh belas kasihan itu maka orang

yang percaya telah dibenarkan

(dikaiosune) dengan cuma-curna (dorean)

atau "tanpa imbalan". PauluswvutsronljihebaVUTSRPONMLKJIHECBA

11

Page 11: PEMBENARAN OLEH IMAN - STFT) Jakarta · melalui iman, yaitu iman kepada Kristus. Di dalam iman itu kita dibenarkan. Bagi Calvin, dibenarkan di hadapan Allah berartiutrpnkihgedadiperhitung-kan

menekankan pembenaran dengan

cuma-cuma untuk membantah

pandangan Yahudi bahwa bagaimana-

pun manusia berdosa, ada segelintir

orang yang dibenarkan oleh perbuatan-

nya. Paulus dengan tegas mengatakan

pembenaran itu diberikan dengan

cuma-cuma atau sebagai hadiah.

Hadiah itu diberikan "karena

penebusan Yesus Kristus'v".

Kata "penebusan"yxwvutsrqponmlkjihgfedcbaYWUTSRPONMLKJIHGFEDCBA(apolutrousis)

sering dipakai untuk pembebasan

budak-budak. Te tapwtrnmlkihfedaWVURLKJFEDAi bila Paulus

berbicara tentang pembebasan budak

ia selalu memakai kata: membebaskan,

(diterjemahkan dari kata dasar

eleuteros=bebas). Maka kata

apolutrousis lebih menunjuk kepada

penebusan dosa dengan segala

akibatnya (Yes. 43:22-28; 44:21, dyb.,

48:9, dyb). Dalam PL penebusan bisa

berarti penebusan dosa yang dilakukan

dalam upacara korban, tetapi juga

penebusan tanah. Misalnya Boas

menebus tanah milik Elimelekh

sekaligus mengawini Rut.

Dalam Rm. 3:25 Paulus menegaskan

bahwa "Kristus telah ditenrukan Allah

menjadi jalan pendamaian ... ". Kata-

kata "jalan pendamaian" diterjemahkan

dari kata Yunani: hilasterion = rurup

pendamaian. Dalam bahasa Ibrani:

kipporit dari kata kerja kipper

=mendamaikan. Kata kipper juga

dapat berarti: mengoleskan, melumur-

kan, menghapuskan, mentitup. Kata

kerja itu menjadi istilah khas

pendamaian yang diselenggarakan

dalam bait Allah melalui persembahan

kurban. Dalam Im. 16: 18, kita

membaca bahwa darah dilumurkan

pada tanduk mezbah. Sebelumnya

darah itu dipercikkan ke atas tutup

perdamaian (1m. 16:15). Melalui

perbuatan itu Imam AgungwvutsronljihebaVUTSRPONMLKJIHECBA

12

mengadak"an pendamaian karena

segala kenajisan dan pelanggaran

bangsa Israel (Im. 16:16,20). Darah itu

sendiri tidak mendamaikan ia hanya

sebagai sarana pendamaian karen a

Tuhan telah memberikannya untuk

menjadi sarana pendamaian (Irn.

17:11). Dengan melumurkan darah

pada temp at yang kudus maka dosa

umat telah dihapuskan. Maka kata

kipper mendapat arti: menghapus,

mendamaikan (Kel. 29:36). Dalam

upacara pendamaian ini dosa umat

dihapuskan. Demikian juga dengan

kematian Kristus. Melalui kematianNya

itu dosa seluruh umat manusia

dihapuskan dan terjadilah pendamaian

dengan Allah. Maka kematian Kristus

adalah "tempat atau jalan pendamaian"

dalam darah-Nya. Dalam PL darah

dianggap sebagai tempat kediaman

jiwa, nyawa seseorang. Sebab darah

adalah nyawa CUI. 12:23). Di Israel,

kematian hewan kurban sembelihan

mendamaikan Israel dengan Allah.

Hewan yang tak bersalah itu

menggantikan tempat manusia yang

bersalah. Demikian juga Kristus. Ia

yang tidak bersalah menggantikan

tempat manusia yang bersalah dengan

mengorbankan diriNya di salib.

Dengan demikian Ia menjadi

pendamaian bagi dosa manusia di

hadapan Allah. Kalau dalam Irn. 17:11,

kita membaca: ''Aku telah memberikan

darah iru kepadamu unruk mengadakan

pendamaian". Dan dalam PB

dikatakan: "Kristus Yesus telah

ditentukan (ho proetheto) Allah

menjadi jalan pendamaian" (Rm. 3:25).

Jadi bukan manusia melainkan Allah

sendiri yang menyediakan jalan

pendamaian. Pendamaian itu

membuktikan kebenaran atau keadilan

(dikaiosuney", Mungkin lebih baik

dipakai kata "kebenaran" karen a

konteks kita bukan berbicara ten tang

Page 12: PEMBENARAN OLEH IMAN - STFT) Jakarta · melalui iman, yaitu iman kepada Kristus. Di dalam iman itu kita dibenarkan. Bagi Calvin, dibenarkan di hadapan Allah berartiutrpnkihgedadiperhitung-kan

hukuman melainkan pendamaian oleh

Allah.

Di kalangan orang Yahudi ada

keyakinan bahwa Allah membenarkan

man usia. Dalam hal ini baik orang

yahudi maupun Paulus sarna pendapat

mereka. Yang berbeda adalah dalam hal

"percaya kepada Yesus". Jadi menurut

orang Yahudi manusia dibenarkan

melalui usaha melaksanakan Taurat,

, sedangkan menurut Paulus manusia

dibenarkan oleh iman kepada Yesus

Kristus.

Selanjutnya dalam Rm. 10, Paulus

menyesali nasib bangsanya karena

kegagalan mereka mengakui Yesus

sebagai Mesias. Paulus mengungkapkan

bahwa kegagalan itu disebabkan oleh

adanya dua jalan pembenaran. Dan

bahwa Israel telah berpaut pada jalan

pembenaran menurut hukum Taurat

(Rm. 9:31) sehingga mereka kehilangan

jalan pembenaran melalui iman (Rm.

10:4-6). Paulus mengatakan bahwa

Israel memang berusaha untuk

membangun kebenaran tetapi mereka

gagal mencapainya karena mereka

berusaha dengan kemampuan sendiri (

Rm. 10:1-3). Mereka mengabaikan

kebenaran dari Allah dan lebih puas

dengan kebenaran sendiri. Padahal

kebenaran Allah adalah tindakan

penyelamatan Allah sendiri melalui

Yesus Kristus ".

Paulus tidak hanya membeberkan

ketidak-mampuan Taurat untuk

membenarkan manusia di hadapan

Allah tetapi juga untuk mempertahan-

kan pendapatnya tentang pembenaran

oleh iman yang ia tafsirkan bertolak

dari perjanjian Allah dengan Abraham.

Dengan mengutip Kej. 15:6, Paulus

menegaskan bahwa Allah telah

membuat perjanjian dengan Abraham

jauh sebelum Taurat Musa diberikan.

Maka wasiat atau janji itu tidak bisa

dibatalkan atau ditambah dengan

bermacam-macam penambahan (Gal.

3:15-18). Karena itu Taurat, yang baru

diberikan 430 tahun kemudian tidak

dapat membatalkan perjanjian Allah

yang sudah disahkan itu29. Menurut

Paulus Abraham tidak memiliki hukumwtrnmlkihfedaWVURLKJFEDA,

Taurat tetapi imannya diperhitungkan

kepadanya sebagai kebenaran (Rm. 4:1-

5). Paulus menegaskan bahwa

pembenaran itu diberikan malah

sebelum tanda sunat itu sampaikan.

Malah sunat itu diberikan sebagai

meterai kebanaran berdasarkan iman

yang ditunjukkannya sebelum ia

bersunat (Rm. 4:9-11). Paulus

kemudian menghubungkan janji itu

dengan Kristus yakni bahwa janji itu

telah dipenuhi di dalam Kristus. Karena

itu setiap orang yang memiliki iman

Abraham itu memperoleh berkat.

Penolakan Paulus terhadap Taurat ini

berdasarkan iamnnya kepada Yesus.

Menurut Paulus keselamatan itu datang

bukan dari Taurat tetapi dari Kristus'".

Oleh sebab itu tidak ada alasan bagi

siapapun untuk bermegah (Rm. 3:27).

Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa menurut Paulus semua orang

(baik Yahudi maupun bukan Yahudi)

telah berbuat dosa dan berada di bawah

hukuman Allah. Hukum Taurat

maupun sunat tidak dapat menyela-

matkan. Memang hukum Taurat itu

diberikan oleh Allah untuk manusia

tetapi manusia bersifat daging sehingga

tidak mampu melakukan seluruh

tuntutan hukum Taurat.

Orang Yahudi memang berusaha

untuk melakukan hukum Taurat itu

untuk memperoleh keselamatan tetapi

usaha mereka tidak membawa kepada

keselamatan. Karena mereka tidakwvutsronljihebaVUTSRPONMLKJIHECBA

13

Page 13: PEMBENARAN OLEH IMAN - STFT) Jakarta · melalui iman, yaitu iman kepada Kristus. Di dalam iman itu kita dibenarkan. Bagi Calvin, dibenarkan di hadapan Allah berartiutrpnkihgedadiperhitung-kan

mampu melakukan hukum Taurat itu

secara sempurna. Maka menurut

Paulus manusia hanya bisa eliselamat-

kan oleh imannya, yakni iman kepada

Kristus. Oleh iman ini manusia

elibenarkan eli hadapan Allah. Pembe-

naran itu bukan hasil usaha manusia

melainkan adalahyutsrponmlkihgfedcbaTSRPONMLKIHEDCBAanugerah yang

Allah berikan kepada manusia

dengan cuma-cuma.

Pertanyaan yang boleh eliajukan eli sini

adalah, apakah Paulus sama sekali

menolak perbuatan baik dari orang

percaya itu? Dari surat-surat rasul

Paulus kita baca bahwa ia sangat

menekankan perbuatan baik dari orang

percaya sebagai respons terhadap

pembenaran yang Allah berikan dengan

cuma-cuma itu. Menurut Paulus

pembenaran bukan hanya merupakan

suatu tindakan yang telah elinyatakan,

tetapi juga sebagai suatu anugerah yang

dinantikan di masa depan. Paulus

mengatakan: "Sebab oleh Roh dan

karena irnan , kita menantikan

kebenaran yang kita harapkan" (Gal.

5:5). Paulus juga mengaitkan perbuatan

seseorang dengan penghakiman Allah

elimasa depan. Dalam suratnya kepada

jemaat di Roma ia mengatakan: "Ia

(Allah) akan membalas setiap orang

menurut perbutannya, yaitu hidup kekal

kepada mereka yang dengan tekun

berbuat baik, mencari kemuliaan,

kehormatan dan ketidak-binasaan

tetapi murka dan geram kepada mereka

yang mencari kepentingan sencliri, yang

tidak taat kepada kebenaran melainkan

taat kepada kelaliman" (Rm. 2:6-8).

Dari teks ini kiranya jelas bahwa bagi

Paulus, perbuatan baik itu perlu

dilakukan oleh setiap orang beriman

dalam kehidupan setiap hari. Ia

menasihati jemaat agar mereka jangan

jemu-jemu berbuat baik. Selama masih

ada kesempatan jemaat eliajak untukwvutsronljihebaVUTSRPONMLKJIHECBA

14

berbuat baik kepada semua orang

(Gal. 6:9,10)31. Karena pada hari

penghakiman, Allah akan menghakimi

mereka sesuai dengan apa yang mereka

perbuat, baik atau jahat (2Kor. 5:10;

band. Rm. 14:10,11; Ef. 6:8; KoL 3:22-

4:1).

Menurut Paulus perbuatan baik itu,

lahir dari iman yang senafas dengan

pekerjaan kasih dan ketekunan

pengharapan kepada Tuhan kita Yesus

KristuswtrnmlkihfedaWVURLKJFEDA(1Tes. 1:3; band. 2Tes. 1:3).

Dengan begitu, iman bukanlah iman

yang hampa melainkan iman yang

dikonkritkan dalam perbuatan. Paulus

eli sini tidak berbicara ten tang pekerjaan

yang menghasilkan iman, atau

perbuatan yang menghasilkan kasih.

Perbuatan baik yang Paulus maksudkan

eli sini adalah perbuatan yang berasal

dari iman dan kasih, dan ketekunan

yang berasal dari p engharapan ".

Perbuatan baik ini dapat clilihat sebagai

demontrasi dari iman yang benar dan

sebagai bukti bahwa kita telah mati dan

bangkit bersama Kristus. Namun perlu

ditegaskan bahwa pada satu pihak,

dasar pembenaran Allah tidak terletak

pada perbuatan manusia sebagai suatu

kebaikan atau jasa melainkan hanya

pada anugerah Allah. Sebab karena

kasih karunia, kita eliselamatkan oleh

iman, itu bukan hasil usaha kita tetapi

pemberian Allah, supaya jangan ada

orang yang bermegah (band. Ef. 2:8,9).

Dipihak lain, penekanan eliberikan juga

pada pekerjaan iman sebagai buah yang

sangat dibutuhkan '! dari kita sebagai

orang beriman.

Dengan demikian, kiranya jelas bahwa

perbuatan baik merupakan buah dari

iman yang benar, namun pembenaran

Allah itu bukan terletak pada

Page 14: PEMBENARAN OLEH IMAN - STFT) Jakarta · melalui iman, yaitu iman kepada Kristus. Di dalam iman itu kita dibenarkan. Bagi Calvin, dibenarkan di hadapan Allah berartiutrpnkihgedadiperhitung-kan

perbuatan baik itu, melainkan terletak

pada iman.yutsrponmlkihgfedcbaTSRPONMLKIHEDCBA

Langkah bersama

(Katolik dan

Protestan) ke depan

Persoalan mengenai doktrin yang

menimbulkan benturan antara Katolik

dan Protestan yang mengakibatkan

pemisahan gereja .mesti dihentikan,

tidak hanya karena perkembangan

zaman yang semakin terbuka di mana

segal a sesuatu bisa didialogkan

bersama, tetapi terutama karena balk

Katolik dan Protestan memiliki iman

yang satu. Maka perlu diperkuat titik-

titik temu yang mampu mendorong

kedua aliran agama Kristen ini

mengemban tugas bersama dalam

meningkatkan gerakan keesaan dan

menghadapi persoalan-persoalan sosial

kemasyarakatan yang timbul sebagai

bagian dati tugas dan panggilan

bersama untuk memberitakan atau

mewujudkan damai sejahtera Allah di

bumi.

Usaha untuk dilakukan dialog-dialog

dan kerjasama yang konstruktif pada

level In ternasional, N asional dan

Regional telah membuka isolasi-isolasi

yang selama ini memisahkan kedua

gereja. Hadirnya perutusan gereja

Katolik dalam persidangan-persidang-

anwtrnmlkihfedaWVURLKJFEDAwee khususnya di Porto Alegre-

Argentina dan kerjasama yang erat

antara KWI dan PGI dalam melaksana-

.kan tugas bersama di wilayah Negara

Republik Indonesia membuktikan

bahwa persoalan doktrin bukanlah

segala-galanya.

Sejak Konsili VatikanwvutsronljihebaVUTSRPONMLKJIHECBAII, dialog-dialog

terbuka antara Katolik dan Protestan

secara konstruktif telah dirintis, baik di

Amerika maupun Eropa. Salah satu

hasil dialog yang sangat mengagumkan

adalah lahirnya Deklarasi BersamayxwvutsrqponmlkjihgfedcbaYWUTSRPONMLKJIHGFEDCBA

(joint Declaration) antara Gereja Katolik

dengan Lutheran World Federation

(LWF) yang terdiri dari 5 pasal dan 44

butir, yang secara khusus berbicara

tentang ajaran pernbenararr". Deklarasi

bersama ini merupakan suatu langkah

maju yang sangat signifikan. Hal yang

menarik dari Deklarasi ini adalah pada

butir ke 7 kedua belah pihak (Katolik

dan Lutheran) sarna-sama melihat

perlunya upaya mengkaji kutukan-

kutukan serta masalah yang selama ini

membawa pemisahan dan melihatnya

dari sudut pandang yang baru.

Kesadaran ini membuktikan bahwa

tanpa memungkiri masa lalu masing-

masing pihak, kedua gereja perlu

memasuki masa depan bersama secara

baru.

Dalam lingkup Indonesia, kerjasama

KWI dan PGI serta lembaga-lembaga

gerejawi lainnya pada tingkat Nasional

seperti, Natal bersama, seruan bersama,

termasuk penolakan perayaan Paskah

2009 karena sangat bernuansa politis,

dan dialog antar umat beragama. Kerja

sama ini telah menghadirkan nuansa

baru dalam kehidupan bersama secara

ekumenis di Indonesia. Selain itu,

pertukaran dosen antar Perguruan

Tinggi Filsafat dan Teologi dari kedua

gereja sangat membantu dalam upaya

meningkatkan hubungan persaudaraan

dan ekumenis kedua gereja. Kegiatan

kebersamaan ini perlu terus dipelihara

dan ditingkatkan ke masa depan.

Ini tidak berarti bahwa soal-soal

doktriner kita abaikan. Soal-soal

15

Page 15: PEMBENARAN OLEH IMAN - STFT) Jakarta · melalui iman, yaitu iman kepada Kristus. Di dalam iman itu kita dibenarkan. Bagi Calvin, dibenarkan di hadapan Allah berartiutrpnkihgedadiperhitung-kan

doktriner itu perlu didiskusikan juga

seperti yang telah dilakukan an tara

Katolik dengan LWF dalam semangat

persaudaraan.

Demikian sedikit catatan yang saya

bisa bagikan dalam seminarwtrnmlkihfedaWVURLKJFEDAini semoga

dapat memberikan stimulus dalam

diskusi nanti. Terima kasih.yutsrponmlkihgfedcbaTSRPONMLKIHEDCBA

Catatan Akhir

1 Alister E. McGrath,yxwvutsrqponmlkjihgfedcbaYWUTSRPONMLKJIHGFEDCBAThe Christian Theology

Reader (Oxford: Blackwell Publishing, 2007) h.

439,4402 Ibid, h. 441

3 G.D. Dahlenburg, Konfesi-Konfesi Gereja

Lutheran (lakarta: BPK Gunung Mulia, 1991),

h.37.

4 Pandangan-pandangan Luther ini lebih

mendetail dapat dibaca dalam buku: Lewis W.

Spitz, Luter's Works, vol 34 (Philadelphia:

Muhlenberg Press, 1960, h. 151-196; G.D.

Dahlenberg, op.cit., h. 39,40

S Timothy F. Lull, (aditor), Martin Luther's Basic

Theological Writings (Minneapolis: Fortress

Press, 1989), h. 155,156,157,158.

6 Alister E. McGrath, Sdarah Pemikiran Reformasi

Oakarta: BPK Gunung Mulia, 2000) h. 144

7 Ibid, h. 43,44

8 Yohanes Calvin, lnstitutio, Pengqjaran Agama

Kristen, terj. Winarsih Arifin, Th van den End

a akarta: BPK Gunung Mulia, 1980) h. 132-134.

Hugh T. Kerr, ( editor) A. Compend of the

Institutes of the Christian Religion by Calvin

(London: Lutterworth Press, 1964) h. 109.

9Yohanes Calvin, op. cit., h. 135. Hugh T. Kerr,

Op. cit., h. 110.

10 Calvin menyatakan bahwa baik pembenaran

maupun kelahiran kembali merupakan hasil dari

persatuan orang percaya dengan Kristus. Lih.

Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran, op. cit,

h.146

11 Chris ciao de J onge, Apa itu Calvinisme?0akarta:

1995) h. 54,55.

12 Yohanes Calvin, Op. cit., h. 141.

13 GD. Dahlenburg, op. cit., h. 41.faUA

14 Katekisasi Masa Kini aakarta:Yayasan

Komunikasi Bina Kasih, 1987) h. 96,97.

Pembahasan yang mendalam terhadap pokok

16

pembenaran oleh iman dapat ditelusuri lebih

jauh dalam buku, Alister McGrath,Justiftvation

f:y Faith, What It is Meeans for Us Today (Grand

Rapids, Michigan: Acadcrniie Books,

Zondervan Publ., House, 1988).

IS James D.G. Dunn, The Theology of Pau], the

Apostle (Grand Rapids Michigan/Cambridge,

UK.: William B. Eerdmans Pub!. Co., 1998) h.

337

16 Lih. H. Berkhof; LH. EnkJaar, Sejarah Gereja

(Iakarta: BPK GunungMulia, 1996) h. 179,180;

Yohanes Calvin, op. cit., h. 450.

17 Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran, 0p.

cit., h. 148

18 Ibid, h. 150151

19 Ibid, h. 152,153.

20 William F. Arndt and F. Wilbur Gingrich, A

Greek-English Lexicon of the New Testament and

other EarlY Christian Literature, second Edition

(Chicago and London: The University of

Chicago Press, 1979) 195,196.

21 Gottfried Quell & Gottlob Schrenk,

"Righteousness", Bible Kry Words (New York:

Harper & Brothers, Publisher, 1951) h. 40,41.

22 Ibid, h. 42.

23 Herman Ridderbos, Paul, An Outline of His

Theology, trans. By John Richard de Witt (Grand

Rapids Michigan: William B. Eerdmans Pub!.

co., 1975) h. 170.

24 Jamen D.G. Dunn, Word Biblical Commentary,

Romans 1-8, vo!' 38 (Dallas, Texas: Word Books,

Publisher, 1988) h. 176,177.

25 Th. Van den End, TaJsiranSurat Roma (jakarta:

BPKGunungMulia, 1997) h. 153,154.

26 James D.G. Dunn, Word Biblical,op. cit., h.

178,179; Th. Van den End, op. cit., h. 159,160.

27 Th. Van den End, Ibid, h. 161;

28 John Ziesler, Paul's Letter to the Romans

(London: SCM Press; Philadelphia, Trunity

Press International, 1989) h. 252,255

29 John Ziesler, The Epistle to the Galatians

(London: Epworth Press, 1992) h. 43,44

30 Th. Van den End, op. cit., h. 181,182

31 Herman Ridderbos, op. cit., h. 178,179

32 Ben Witherington III, 1 and 2 Thessalonians,

A Social-Rhreton'cal Commentary (Grand Rapids

Michigan/Cambridge UK: William B.

Eerdmans Pub. Co., 2006) h. 58,59.

33 Ibid, h. 180

Page 16: PEMBENARAN OLEH IMAN - STFT) Jakarta · melalui iman, yaitu iman kepada Kristus. Di dalam iman itu kita dibenarkan. Bagi Calvin, dibenarkan di hadapan Allah berartiutrpnkihgedadiperhitung-kan

34 Ramli S.N. Harahap,yxwvutsrqponmlkjihgfedcbaYWUTSRPONMLKJIHGFEDCBAPengaruh Deklarasi

Bersama tentang Ajaran Pembenaran oleb l man

terhadap Cero/a-gero/aProtestan dan dan Katoiik di

Indonesia(Tesis) Oakarta: 2009, tidak ditcrbitkan),

h.80-92.yutsrponmlkihgfedcbaTSRPONMLKIHEDCBA

Bahan Bacaan

Arndt, William F, and Gingrich, F Wilbur,

A Greek-English Lexicon of the New

Testament and other Early Christian

Literature, second Edition (Chicago

and London: The University of

Chicago Press, 1979)

Berkhof, H.; Enklaar, I.H., Sejarah Gereja

aakarta: BPK Gunung Mulia, 1996)

Calvin, Yohanes, Institutio, Pengajaran

Agama Kristen, terj. Winarsih Arifin,

Th van den End (jakarta: BPK

Gunung Mulia, 1980)

Dahlenburg, G.D., Konfesi-Konfesi

Gereja Lutheran (jakarta: BPK

Gunung Mulia, 1991),

de Jonge, Christian, Apa itu Calvinisme? .

(lakarta: 1995)

Dunn,James D.G., The Theology of Paul,

the Apostle (Grand Rapids Michigan/

Cambridge, UK.: William B.

Eerdmans Publ. Co., 1998)

Dunn, James, D.G., Word Biblical

Commentary, Romans 1-8, vol. 38

(Dallas,Texas: Word Books, Publisher,

1988)

Harahap, Ramli S.N., Pengaruh Deklarasi

Bersama ten tang Ajaran Pembenaran

oleh Iman terhadap Gereja-gereja

Protestan dan dan KatolikwtrnmlkihfedaWVURLKJFEDAdi Indonesia

(Tesis) (lakarta: 2009, tidak diterbitkan)

Kittel, Gerhard (ed); Theological

Dictionary of the New Testament;

Vol. IV; (Eerdmans Grand Rapids

1963-74).

Ladd, G.E., A Theology of the ew

Testament, (Cambridge: the

Lutterworth Press, 1974).

1

Kerr, Hugh T., ( editor) A. Compend of

the Institutes of the Christian Religion

by Calvin (London: Lutterworth

Press, 1964)

Lull, Timothy F, (aditor), Martin Luther's

Basic Theological Writings

(Minneapolis: Fortress Press, 1989)

McGrath, Alister E., The Christian

Theology Reader (Oxford: Black-well

Publishing, 2007)

McGrath, Alister E., Sejarah Pemikiran

Reformasi, Terj. Oakarta: BPK

Gunung Mulia, 2000)

McGrath, Alister, Justification by Faith,

What It is Means for Us Today (Grand

Rapids, Michigan: Academiie Books,

Zondervan Publ., House, 1988).

Quell, Gottfried & Schrenk, Gottlob, "

Righteousness", Bible Key Words

(New York: Harper & Brothers,

Publisher, 1951)

Ridderbos, Herman, Paul, An Outline of

His Theology, trans. By John Richard

de Witt (Grand Rapids Michigan:

William B. Eerdmans Publ. co., 1975)

Spitz, Lewis W, Luter's Works, vol 34

(philadelphia: Muhlenberg Press, 1960

ten Napel, Henk,Jalan Yang Lebih Utama

Lagi, Jakarta, BPK Gunung Mulia

1988.

Van den End, Th., Tafsiran Surat Roma

(Iakarta: BPK Gunung Mulia, 1997)

Witherington III, Ben, 1 and 2

Thessalonians, A Social-Rhretorical

Commentary (Grand Rapids

Michigan/ Cambridge UK: William B.

Eerdmans Pub. Co., 2006)

Ziesler,John, Paul's Letter to the Romans

(London: SCM Press; Philadelphia,

Trunity Press International, 1989)

Ziesler,John, The Epistle to the Galatians

(London: Epworth Press, 1992)

17