IMAN & PENGARUHNYA DALAM ISLAM.doc

20
MAKALAH AL-ISLAM IMAN DAN PENGARUH DALAM KEHIDUPAN Disusun Oleh: 1. Ida Retnaningsih (121022) 2. Ika Fitriani (121023) 3. Ita Tri Purnamawati (121024) 4. Jaka Ariyadi W (121025) 5. Lilik Arip P (121026) 6. Maharani R Putri (121027) 7. Margit Wibowo (121028) 1

description

IMAN & PENGARUHNYA DALAM ISLAM

Transcript of IMAN & PENGARUHNYA DALAM ISLAM.doc

Page 1: IMAN & PENGARUHNYA DALAM ISLAM.doc

MAKALAH AL-ISLAM

IMAN DAN PENGARUH DALAM KEHIDUPAN

Disusun Oleh:

1. Ida Retnaningsih (121022)

2. Ika Fitriani (121023)

3. Ita Tri Purnamawati (121024)

4. Jaka Ariyadi W (121025)

5. Lilik Arip P (121026)

6. Maharani R Putri (121027)

7. Margit Wibowo (121028)

D-III KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

2013/2014

1

Page 2: IMAN & PENGARUHNYA DALAM ISLAM.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan

tanpa dicampuri keraguan sedikitpun. Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri

adalah percaya kepada Alloh, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya,

hari akhir dan berIman kepada takdir baik dan buruk.

Iman dan Ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya.

Dengan ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya, dengan iman orang yang

berilmu dapat terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan ilmunya untuk

kepentingan pribadi bahkan untuk membuat kerusakan. Albert Einsten pernah

mengatakan:”religion without science is lame and science without religion is blind”.

Dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya, iman itu menuntut suatu perilaku

yang menjadi konsekuensinya. Dan kadar pengaruh iman itu tergantung kepada kuat-

lemahnya iman tersebut. Juga tekad dan kehendak seseorang itu dapat menentukan

dirinya untuk melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan yang dituntut oleh

imannya.

B. Tujuan

a. Tujuan Umum: Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat memahami tentang

Iman dan Pengaruh dalam Kehidupan.

b. Tujuan Khusus:

1. Menjelaskan Apa itu Hakekat Iman

2. Menjelaskan Hubungan Iman, Ilmu dan Amal

3. Menjelaskan Karakteristik dan Sifat Orang Beriman

4. Menjelaskan Hal-hal yang dapat merusak dan meniadakan iman

C. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Hakekat Iman?

2. Apa Hubungan Iman, Ilmu dan Amal?

3. Bagaimana Karakteristik dan Sifat Orang Beriman?

4. Apa saja Hal-hal yang dapat Merusak dan Meniadakan Iman?

2

Page 3: IMAN & PENGARUHNYA DALAM ISLAM.doc

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakekat Iman

Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan

tanpa dicampuri keraguan sedikitpun. Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri

adalah percaya kepada Alloh, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya,

hari akhir dan berIman kepada takdir baik dan buruk. Iman mencakup perbuatan,

ucapan hati dan lisan, amal hati dan amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman

bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.

Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan yang

lebih umum dari pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang

hamba tidaklah mencapai keImanan kecuali jika seorang hamba telah mamapu

mewujudka keislamannya. Iman juga lebih khusus dipandang dari segi pelakunya,

karena pelaku keimanan adalah kelompok dari pelaku keIslaman dan tidak semua

pelaku keIslaman menjadi pelaku keImanan, jelaslah setiap mukmin adalah muslim

dan tidak setiap muslim adalah mukmin.

Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal merupakan buah keImanan

dan salah satu indikasi yang terlihat oleh manusia. Karena itu Alloh menyebut Iman

dan amal soleh secara beriringan dalam Qur’an surat Al Anfal ayat 2-4 yang artinya:

Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman

itu adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila

dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan

kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat

dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada me-reka. Itulah

orang-orang yang beriman dengan sebenar-benar-nya.” (Al-Anfal: 2-4)

Iman adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka perlu diketahui

kriteria bertambahnya Iman hingga sempurnanya Iman, yaitu:

1. Diyakini dalam hati

2. Diucapkan dengan lisan

3. Diamalkan dengan anggota tubuh.

3

Page 4: IMAN & PENGARUHNYA DALAM ISLAM.doc

Sedangkan dalam Islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan terlepas

dari adanya rukun Iman yang enam, yaitu:

1. Iman kepada Alloh

2. Iman kepada malaikatNya

3. Iman kepada kitabNya

4. Iman kepada rosulNya

5. Iman kepada Qodho dan Qodar

6. Iman kepada hari akhir

Demikianlah kriteria amalan hati dari pribadi yang berIman, yang jika telah

tertanam dalam hati seorang mukmin enam keImanan itu maka akan secara

otomatis tercermin dalam prilakunya sehari-hari yang sinergi dengan kriteria

keImanan terhadap enam poin di atas.

Jika Iman adalah suatu keadaan yang bersifat dinamis, maka sesekali didapati

kelemahan Iman, maka yang harus kita lakukan adalah memperkuat segala lini dari

hal-hal yang dapat memperkuat Iman kembali. Hal-hal yang dapat dilakukan bisa

kita mulai dengan memperkuat aqidah, serta ibadah kita karena Iman bertambah

karena taat dan berkurang karena maksiat.

Ketika Iman telah mencapai taraf yang diinginkan maka akan dirasakan oleh

pemiliknya suatu manisnya Iman, sebagaImana hadits Nabi Muhammad saw. yang

artinya:

“Tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan

merasakan manisnya Iman: Menjadikan Alloh dan RosulNya lebih dicintainya

melebihi dari selain keduanya, mencintai seseorang yang tidak dicintainya

melainkan karena Alloh, membenci dirinya kembali kepada kekufuran

sebagaImana bencinya ia kembali dilemparkan ke dalam api neraka.”

(HR.Bukhori Muslim).

4

Page 5: IMAN & PENGARUHNYA DALAM ISLAM.doc

B. Hubungan Iman, ilmu dan amal

Hubungan Iman dan Ilmu

Beriman berarti meyakini kebenaran ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Serta dengan penuh ketaatan menjalankan ajaran tersebut. Untuk dapat menjalankan

perintah Allah SWT dan rasul kita harus memahaminya terlebih dahulu sehingga

tidak menyimpang dari yang dikehendaki Allah dan RasulNya. Cara memahaminya

adalah dengan selalu mempelajari agama(islam).

Iman dan Ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya.

Dengan ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya, dengan iman orang yang

berilmu dapat terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan ilmunya untuk

kepentingan pribadi bahkan untuk membuat kerusakan. Albert Einsten pernah

mengatakan:”religion without science is lame and science without religion is blind”.

Dalam surat al Mujadilah ayat 11 dijelaskan sebagai berikut:

Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah

dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan

untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah

akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang

diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang

kamu kerjakan.

Pada bagian akhir ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah SWT akan

mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu. Kedua hal tersebut merupakan

rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Untuk memperoleh derajat yang lebih tinggi,

kita harus beriman dan berilmu.

Hukum menuntut ilmu

Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim. Kewajiban itu berlaku bagi

laki-laki atau perempuan, anak-anak ataupun dewasa. Ilmu yang wajib diketahui

oleh setiap muslim adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tata cara peribadahan

kepada Allah. Karena setiap muslim wajib beribadah kepada allah SWT.

Sedangkan beribadah tanpa mengetahui ilmunya dapat mengakibatkan kesalahan,

yang pada akhirnya ibadah tersebut tidak diterima Allah SWT.

5

Page 6: IMAN & PENGARUHNYA DALAM ISLAM.doc

Manfaat menuntut ilmu

1. Orang yang menuntut ilmu memperoleh pahala seperti orang berjihad

2. Menuntut ilmu mempunyai kebaikan sebih baik daripada sholat seratus rakaat

3. Orang yang suka mencari ilmu akan dimudahkan jalannya menuju syurga dan

dinaungi para malaikat

4. Menuntut ilmu menambah pengetahuan yang belum diketahui.

Perilaku Orang Yang Senang Menuntut Ilmu

1. Rajin menghadiri majelis-majelis ilmu

2. Rajin membaca buku-buku keilmuan

3. Tidak malu bertanya jika belum mengetahuinya

4. Rela mengeluarkan biaya dalam rangka memperoleh ilmu

5. Menggunakan waktu luang untuk menambah pengetahuan

6. Selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru

7. Melakukan diskusi atau tukar pikiran dengan orang lain

8. Mengikuti lomba-lomba yang berkaitan dengan keilmuan.

Hubungan Iman dan Amal

Perlu kami ulang bahwa iman adalah kondisi jiwa yang timbul atas dasar

pengetahuan dan kecenderungan. Iman ini menuntut sang mukmin agar bertekad

dan berkehendak secara global untuk komitmen pada konsekuensi-konsekuensinya,

juga menuntut agar melakukan perbuatan yang sesuai dengan imannya. Oleh

karena itu, seseorang yang mengetahui hakikat sesuatu, namun bermaksud untuk

tidak mengamalkan konsekuensi dari pengetahuan itu, sebenarnya ia belum

beriman kepada sesuatu itu. Begitu pula orang yang ragu untuk mengamalkannya.

Allah SWT berfirman, “Orang-orang Arab Badui itu berkata, 'Kami telah

beriman.” Katakanlah kepada mereka, “Kalian belum beriman, akan tetapi

katakanlah bahwa kami telah tunduk, karena iman itu belum masuk ke dalam hati

kalian.'" (QS. Al-Hujurat: 14)

Iman yang hakiki itu bertingkat-tingkat. Hanya, tidak setiap tingkat akan

selalu mendesak pemiliknya untuk melakukan konsekuensi praktisnya. Karena

iman yang lemah, sebagian dorongan hawa-nafsu dan nafsu ammarah-nya

menggiring dirinya kepada maksiat, meski tidak sampai membuatnya senantiasa

berbuat maksiat dan melanggar seluruh konsekuensi iman tersebut. Tentunya,

semakin kuat dan sempurna iman seseorang, semakin besar pengaruhnya untuk

melakukan amal perbuatan yang sesuai dengan keimanannya.

6

Page 7: IMAN & PENGARUHNYA DALAM ISLAM.doc

Dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya, iman itu menuntut suatu perilaku

yang menjadi konsekuensinya. Dan kadar pengaruh iman itu tergantung kepada

kuat-lemahnya iman tersebut. Juga tekad dan kehendak seseorang itu dapat

menentukan dirinya untuk melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan yang

dituntut oleh imannya.

Dengan memperhatikan adanya hubungan imbal-balik antara iman dan amal,

serta pengaruhnya dalam meraih kebahagiaan seseorang, kita dapat

mengumpamakan kehidupan yang bahagia dengan sebuah pohon yang akar-

akarnya adalah iman kepada Allah Yang Esa, kepada rasul, risalah dan syariatnya,

kepada Hari Kebangkitan, pahala dan siksa Ilahi. Adapun pokoknya adalah

kehendak dan tekad yang kuat untuk mengamalkan segala konsekuensi yang

tumbuh dari akar-akar iman tersebut. Sedang dahan-ranting dan dunnya adalah

amal-amal saleh tumbuh dari akar-akar yang sama melalui pokok tersebut. Maka,

buah perkalian akar, pokok, dahan dan daun demikian ini adalah kebahagiaan yang

abadi. Pohon yang tidak mempunyai akar tidak akan menumbuhkan dahan dan

daun, serta tidak akan menghasilkan buah yang diharapkan.

C. Karekteristik dan sifat orang beriman

Ada beberapa point karakteristik dari orang-orang yang beriman yaitu:

1. Mereka menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih mereka cintai daripada anak, isteri,

harta benda dan segalanya.

“Katakanlah:“jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum

keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri

kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari

Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan Nya, maka tunggulah sampai Allah

mendatangkan keputusan Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-

orang yang fasik.”(QS.9:24)

2. Orang yang beriman tidak akan izin untuk tidak ikut berjihad.

Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta

izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah

mengetahui orang-orang yang bertakwa.Sesungguhnya yang akan meminta izin

kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari

kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam

keraguannya. (QS.9:44-45)

7

Page 8: IMAN & PENGARUHNYA DALAM ISLAM.doc

3. Mereka selalu mendengar dan taat jika Allah dan rasul-Nya memanggil mereka

untuk melaksanakan suatu perbuatan.

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah

dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan.

“Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang

beruntung.”(QS.24:51)

4. Mereka menjadikan Rasul sebagai hakim dlm setiap persoalan/permasalahannya.

“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka

menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian

mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang

kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”(QS.4:65)

5. Mereka memiliki iman yg mantap, tidak dicampuri dgn keragu-raguan sedikitpun

dan keimanannya dibuktikan dengan berjihad di jalan Allah dgn harta & jiwanya.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang

yakin(beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu

dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.

Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS.49:15)

6. Mereka taat kepada Allah,rasul-Nya, dan ulil amri serta mengembalikan seluruh

persoalan yg mereka perselisihkan kepada Al-Qur’an dan Sunnah rasulullah.

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya,dan ulil amri

di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka

kembalikanlah ia kepada Allah(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu

benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih

utama(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS.4;59)

7. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka maka hatinya bergetar, imannya

bertambah, tetap menjalankan shalat, berzakat.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama

Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah

iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allah lah mereka bertawakkal.(yaitu)

orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki

yang Kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan

sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi

Rabbnya dan ampunan serta rezki(nikmat) yang mulia. (QS.8:2-4)

8

Page 9: IMAN & PENGARUHNYA DALAM ISLAM.doc

8. Cinta kepada Allah, bersikap lemah lembut terhadap sesama muslim dan tegas

kepada kaum kafir.

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari

agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah

mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut

terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir,

yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka

mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya,

dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. “(QS.5:54)

9. Mereka tidak mempunyai pilihan lain terhadap apa yang telah ditetapkan oleh

Allah dan rasul-Nya, kecuali hanya taat,tunduk dan berserah diri kepada-Nya

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan

yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan,

akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa

mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang

nyata. “(QS.33:36)

D. Hal-hal yang dapat merusak dan meniadakan iman

Ada beberapa perbuatan yang dapat merusak Iman seorang Muslim:

1. Riya’ (Pamer)

Dikatakan Riya’ apabila seseorang berbuat baik, tetapi ditampakan buat orang

lain dengan maksud agar orang lain memuji perbuatan tersebut. Riya’ dapat terjadi

sebelum berbuat, ketika sedang berbuat, dan dapat pula sesudah berbuat. Sifat

Riya’ dapat di ketahui melalui sikap, ucapan, maupun perbuatan itu sendiri.

Islam mengajarkan kepada kita agar dalam melakukan perbuatan baik didasari

dengan niat yang ikhlas karena Allah swt. Ikhlas menurut Islam bukan berati tanpa

pamrih. Di dalam Islam di tegaskan bahwa perbuatan baik yang dilakuakan

sesorang harus punya pamrih. Perbuatan yang dikalukan tanpa pamrih tidak ada

nilainya. Menurut Islam hanya ada satu pamrih yang dibenarkan, yakni ingin

mencari ridha Allah atau semata-mata menaati perintah-Nya. Dengan demikian

ikhlas yang dimaksud dalam Islam murni hanya karena Allah swt.

9

Page 10: IMAN & PENGARUHNYA DALAM ISLAM.doc

Dalam hal ini Allah swt berfirman: ”Hai orang-orang yang beriman, jangan

kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan

menyakiti perasaan orang yang menerima seperti orang menafkahkan hartanya

karena Riya’ kepada manusia” (QS. Al-Baqarah: 246)

Selain itu Rasulullah saw bersabda: ”Sesugguhnya segala perbuatan itu dinilai

dari niatnya dan sesungguhnya setiap orang akan memperoleh apa yang ia niatkan”

(H.R.Bukhari dan Muslim)

2. Takabur (Sombong)

Takabur atau sombong ialah suatu sikap yang menganggap orang lain lebih

rendah dari pada dirinya. Orang yang takabur selalu memandang bahwa dirinya

lebih baik, lebih benar, lebih pandai dan sebagainya dari pada orang lain. Oleh

sebab itu, sifat ini termasuk akhlakul madzmumah atau akhlak yang tercela

sehingga tidak disukai dalam pergaulan. Sifat atau sikap Takabur akan berdampak

negatif bagi diri seseorang dan juga orang lain.

Sifat Takabur wajib dijauhi oleh setiap Muslim. Allah swt berfirman: ”Dan

janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan

janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Sederhanakanlah

kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk

suara ialah suara keledai”.(QS. Luqman:18-19).

3. Nifaq

Kata Nifaq berasal dari bahasa Arab dan merupakan ”Shigat isim mashdar”

yang artinya berpura-pura atau bermuka dua. Kata kerjanya adalah ”naafaqa” yang

mengandung arti berbuat pura-pura. Orang yang bermuka dua dan suka berbuat

pura-pura di sebut Munafiq.

Secara garis besar munafiq dapat dibagi dua yakni yang berhubungan dengan

I’tikad (aqidah) dan yang berhubungan dengan amaliah (perbuatan).

Munafiq yang berhubungan dengan aqidah yakni orang yang mengaku

percaya adanya Allah swt, tetapi sebenarnya hatinya tidak percaya. Allah swt

berfirman:”Di antara manusia ada yang berkata: ’Kami beriman kepada Allah dan

Hari Kemudian’, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang

beriman.”(QS.Al-Baqarah: 8)

Kemudian Allah swt menegaskan lagi dalam surah selanjutnya. Allah swt

berfirman: ”Mereka (orang-orang munafiq itu) hendak memperdayakan Allah dan

10

Page 11: IMAN & PENGARUHNYA DALAM ISLAM.doc

orang-orang beriman, padahal mereka tidak memperdayakan melainkan diri

mereka sendiri, sedang mereka tidak sadar. Di hati-hati mereka ada penyakit, maka

Allah tambah penyakit kepada mereka, dan adalah bagi mereka siksa yang pedih

dengan sebab mereka telah berdusta.”(QS. Al-Baqarah: 9-10)

Sedangkan yang di maksud Munafiq yang berhubungan dengan amaliah ialah

yang berhubungan dengan perbuatan nyata dan terdapat dalam pergaulan hidup

bermasyarakat. Allah swt berfirman: ”Dan bila mereka berjumpa dengan orang-

orang yang beriman, mereka mengatakan:’Kami telah beriman.’Dan bila mereka

kembali kepada setan-setan mereka, mereka menyatakan:’Sesungguhnya kami

spendirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.” (QS. Al-Baqarah: 14)

Ciri-ciri orang munafiq telah ditegaskan Rasulullah saw dalam sabdanya:

”Tanda-tanda munafiq ada tiga: apabila berbicara dusta, apabila berjanji ingkar dan

apabila di percaya khianat.” (HR. Bukhari). Sedangkan di alam akhirat, pelaku

nifaq itu karena dianggap kafir yang jahat, tentu akan dicampakkan kedalam

neraka Jahanam dan ia kekal di dalamnya. Allah swt berfirman: ”Sesungguhnya

orang-orang munafiq itu ditempatkan pada tingkatan yang paling bawah dari

neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi

mereka.”(QS. An-Nisa’:145)

4. Fasiq

Kata Fasiq berasal dari bahasa Arab dan merupakan ”shigat Isim’ fa’il” yang

artinya orang yang berbuat jahat atau orang yang berbuat maksiat. Fasiq adalah

orang yang sebenarnya mengetahui perintah dan larangan Allah, tetapi dengan

sengaja ia tidak mematuhinya. Orang fasiq itu pada awalnya termasuk orang yang

beriman juga, tetapi karena imannya yang lemah, ia tak mampu mempertahankan

diri dari godaan setan dan akhirnya mengikuti semua ajakan setan. Dalam hal ini

Allah swt berfirman: ”Dan janganlah kamu menjadi sperti orang-orang yang lupa

kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri,

mereka itulah orang-orang fasiq.”(QS. Al-Hasyr: 19)

Menurut kaidah Islam, kalau seseorang melakukan kejahatan dan kemaksiatan

dengan senang dan bangga, tidak ada rasa menyesal dan rasa malu, maka orang

tersebut sebenarnya bukan orang beriman tetapi adalah orang kafir. Allah swt

berfirman: ”Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit,

maka dengan surat yang turun itu bertambah kekafiran mereka, di samping

11

Page 12: IMAN & PENGARUHNYA DALAM ISLAM.doc

kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadan kafir.”(QS. At-

Taubah: 125)

Contoh-contoh perbuatan jahat dan maksiat yang dilakukan oleh orang fasiq

itu banyak, antara lain mencuri, merampok, menganiaya, berzina, mengadu domba,

memfitnah dan lainnya. Perbuatan fasiq berbahaya, baik bagi diri sendiri maupun

bagi orang lain. Bahaya bagi diri sendiri, yakni mendapatkan dosa karena tidak

menaati Allah dan Rasul-Nya. Bahaya bagi orang lain yakni manimbulkan

kerugian dan mala petaka. Allah swt berfirman: ”Dan adapun orang-orang yang

fasiq, maka tempat mereka adalah neraka. Setiap kali mereka hendak keluar dari

padanya, mereka di kembalikan lagi kedalamnya dan dikatakan kepada mereka.

”Rasakanlah yang kamu dulu mendustakannya.”(QS. As-Sajadah: 20)

5. Perbuatan Dosa

Dosa adalah sebagai akibat dari tidak melaksanakan perintah Allah yang wajib

dan mengerjakan larangan Allah yang haram. Hal ini disebabkan karena imannya

yang masih lemah, atau belum memiliki keyakinan kuat kepada kebenaran

agamanya. Seseorang yang beriman lemah apabila berulang-ulang melakukan

perbuatan dosa dan tidak segera bertobat, tentu dosa itu akan mengotori jiwanya,

merusak iman yang ada dalam jiwanya. Allah swt berfirman: ”Sesungguhnya

beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang

mengotorinya.” (QS. Asy- Syam:9-10)

Perbuatan dosa dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Bagi diri

sendiri, dapat menyebabkan goncangan jiwa, pikiran kacau, hati resah dan

cemaskalau perbuatan dosa tersebut diketahui orang lain. Rasulullah saw bersabda:

”Dosa ialah yang merisaukan hatimu dan kamu rela (bila hal itu) diketahui orang

lain.”(H.R.Muslim)

Selamatkanlah Iman kita...!!!!

Setiap muslim wajib melakukan usaha-usaha agar imannya itu bertambah sehingga

semakin kuat. Seseorang yang beriman kuat tentu akan senantiasa bertaqwa kepada

Allah swt. Selain itu setiap muslim wajib berusaha memelihara imannya agar tidak

rusak apalagi hilang (murtad).

Yang paling penting bagi setiap muslim ialah membentengi diri agar jangan

sampai melakukan riya’,takabur, nifaq, fasiq dan perbuatan dosa khusunya dosa

syirik. Apa bila sikap dan perbuatan itu tersebut dimiliki dan diperbuat, maka

orang tersebut akan celaka dunia dan akhirat.

12

Page 13: IMAN & PENGARUHNYA DALAM ISLAM.doc

Dari Abu Bakar ra bahwa Rasulullah saw bersabda: ”Maukah aku kabarkan

pada kalian dosa yang paling besar?”, kami para sahabat menjawab: ”Baiklah, ya

Rasullullah.” Beliau bersabda: ”Menyekutukan Allah (syirik) dan durhaka kepada

orang tua.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya, iman itu menuntut suatu perilaku yang

menjadi konsekuensinya. Dan kadang pengaruh iman itu tergantung kepada kuat-

lemahnya iman tersebut. Juga tekad dan kehendak seseorang itu dapat menentukan

dirinya untuk melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan yang dituntut oleh

imannya.

B. Saran

Jagalah keimanan kita, jangan sampai kita merusak dan meninggalkan iman kita.

DAFTAR PUSTAKA

http://rusthina.wordpress.com/2009/05/22/hubungan-iman-dan-ilmu/

13