IMAN & PENGARUHNYA DALAM ISLAM.doc
description
Transcript of IMAN & PENGARUHNYA DALAM ISLAM.doc
MAKALAH AL-ISLAM
IMAN DAN PENGARUH DALAM KEHIDUPAN
Disusun Oleh:
1. Ida Retnaningsih (121022)
2. Ika Fitriani (121023)
3. Ita Tri Purnamawati (121024)
4. Jaka Ariyadi W (121025)
5. Lilik Arip P (121026)
6. Maharani R Putri (121027)
7. Margit Wibowo (121028)
D-III KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
2013/2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan
tanpa dicampuri keraguan sedikitpun. Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri
adalah percaya kepada Alloh, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya,
hari akhir dan berIman kepada takdir baik dan buruk.
Iman dan Ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya.
Dengan ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya, dengan iman orang yang
berilmu dapat terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan ilmunya untuk
kepentingan pribadi bahkan untuk membuat kerusakan. Albert Einsten pernah
mengatakan:”religion without science is lame and science without religion is blind”.
Dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya, iman itu menuntut suatu perilaku
yang menjadi konsekuensinya. Dan kadar pengaruh iman itu tergantung kepada kuat-
lemahnya iman tersebut. Juga tekad dan kehendak seseorang itu dapat menentukan
dirinya untuk melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan yang dituntut oleh
imannya.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum: Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat memahami tentang
Iman dan Pengaruh dalam Kehidupan.
b. Tujuan Khusus:
1. Menjelaskan Apa itu Hakekat Iman
2. Menjelaskan Hubungan Iman, Ilmu dan Amal
3. Menjelaskan Karakteristik dan Sifat Orang Beriman
4. Menjelaskan Hal-hal yang dapat merusak dan meniadakan iman
C. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Hakekat Iman?
2. Apa Hubungan Iman, Ilmu dan Amal?
3. Bagaimana Karakteristik dan Sifat Orang Beriman?
4. Apa saja Hal-hal yang dapat Merusak dan Meniadakan Iman?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Iman
Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan
tanpa dicampuri keraguan sedikitpun. Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri
adalah percaya kepada Alloh, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya,
hari akhir dan berIman kepada takdir baik dan buruk. Iman mencakup perbuatan,
ucapan hati dan lisan, amal hati dan amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman
bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.
Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan yang
lebih umum dari pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang
hamba tidaklah mencapai keImanan kecuali jika seorang hamba telah mamapu
mewujudka keislamannya. Iman juga lebih khusus dipandang dari segi pelakunya,
karena pelaku keimanan adalah kelompok dari pelaku keIslaman dan tidak semua
pelaku keIslaman menjadi pelaku keImanan, jelaslah setiap mukmin adalah muslim
dan tidak setiap muslim adalah mukmin.
Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal merupakan buah keImanan
dan salah satu indikasi yang terlihat oleh manusia. Karena itu Alloh menyebut Iman
dan amal soleh secara beriringan dalam Qur’an surat Al Anfal ayat 2-4 yang artinya:
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman
itu adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan
kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat
dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada me-reka. Itulah
orang-orang yang beriman dengan sebenar-benar-nya.” (Al-Anfal: 2-4)
Iman adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka perlu diketahui
kriteria bertambahnya Iman hingga sempurnanya Iman, yaitu:
1. Diyakini dalam hati
2. Diucapkan dengan lisan
3. Diamalkan dengan anggota tubuh.
3
Sedangkan dalam Islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan terlepas
dari adanya rukun Iman yang enam, yaitu:
1. Iman kepada Alloh
2. Iman kepada malaikatNya
3. Iman kepada kitabNya
4. Iman kepada rosulNya
5. Iman kepada Qodho dan Qodar
6. Iman kepada hari akhir
Demikianlah kriteria amalan hati dari pribadi yang berIman, yang jika telah
tertanam dalam hati seorang mukmin enam keImanan itu maka akan secara
otomatis tercermin dalam prilakunya sehari-hari yang sinergi dengan kriteria
keImanan terhadap enam poin di atas.
Jika Iman adalah suatu keadaan yang bersifat dinamis, maka sesekali didapati
kelemahan Iman, maka yang harus kita lakukan adalah memperkuat segala lini dari
hal-hal yang dapat memperkuat Iman kembali. Hal-hal yang dapat dilakukan bisa
kita mulai dengan memperkuat aqidah, serta ibadah kita karena Iman bertambah
karena taat dan berkurang karena maksiat.
Ketika Iman telah mencapai taraf yang diinginkan maka akan dirasakan oleh
pemiliknya suatu manisnya Iman, sebagaImana hadits Nabi Muhammad saw. yang
artinya:
“Tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan
merasakan manisnya Iman: Menjadikan Alloh dan RosulNya lebih dicintainya
melebihi dari selain keduanya, mencintai seseorang yang tidak dicintainya
melainkan karena Alloh, membenci dirinya kembali kepada kekufuran
sebagaImana bencinya ia kembali dilemparkan ke dalam api neraka.”
(HR.Bukhori Muslim).
4
B. Hubungan Iman, ilmu dan amal
Hubungan Iman dan Ilmu
Beriman berarti meyakini kebenaran ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Serta dengan penuh ketaatan menjalankan ajaran tersebut. Untuk dapat menjalankan
perintah Allah SWT dan rasul kita harus memahaminya terlebih dahulu sehingga
tidak menyimpang dari yang dikehendaki Allah dan RasulNya. Cara memahaminya
adalah dengan selalu mempelajari agama(islam).
Iman dan Ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya.
Dengan ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya, dengan iman orang yang
berilmu dapat terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan ilmunya untuk
kepentingan pribadi bahkan untuk membuat kerusakan. Albert Einsten pernah
mengatakan:”religion without science is lame and science without religion is blind”.
Dalam surat al Mujadilah ayat 11 dijelaskan sebagai berikut:
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.
Pada bagian akhir ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah SWT akan
mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu. Kedua hal tersebut merupakan
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Untuk memperoleh derajat yang lebih tinggi,
kita harus beriman dan berilmu.
Hukum menuntut ilmu
Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim. Kewajiban itu berlaku bagi
laki-laki atau perempuan, anak-anak ataupun dewasa. Ilmu yang wajib diketahui
oleh setiap muslim adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tata cara peribadahan
kepada Allah. Karena setiap muslim wajib beribadah kepada allah SWT.
Sedangkan beribadah tanpa mengetahui ilmunya dapat mengakibatkan kesalahan,
yang pada akhirnya ibadah tersebut tidak diterima Allah SWT.
5
Manfaat menuntut ilmu
1. Orang yang menuntut ilmu memperoleh pahala seperti orang berjihad
2. Menuntut ilmu mempunyai kebaikan sebih baik daripada sholat seratus rakaat
3. Orang yang suka mencari ilmu akan dimudahkan jalannya menuju syurga dan
dinaungi para malaikat
4. Menuntut ilmu menambah pengetahuan yang belum diketahui.
Perilaku Orang Yang Senang Menuntut Ilmu
1. Rajin menghadiri majelis-majelis ilmu
2. Rajin membaca buku-buku keilmuan
3. Tidak malu bertanya jika belum mengetahuinya
4. Rela mengeluarkan biaya dalam rangka memperoleh ilmu
5. Menggunakan waktu luang untuk menambah pengetahuan
6. Selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru
7. Melakukan diskusi atau tukar pikiran dengan orang lain
8. Mengikuti lomba-lomba yang berkaitan dengan keilmuan.
Hubungan Iman dan Amal
Perlu kami ulang bahwa iman adalah kondisi jiwa yang timbul atas dasar
pengetahuan dan kecenderungan. Iman ini menuntut sang mukmin agar bertekad
dan berkehendak secara global untuk komitmen pada konsekuensi-konsekuensinya,
juga menuntut agar melakukan perbuatan yang sesuai dengan imannya. Oleh
karena itu, seseorang yang mengetahui hakikat sesuatu, namun bermaksud untuk
tidak mengamalkan konsekuensi dari pengetahuan itu, sebenarnya ia belum
beriman kepada sesuatu itu. Begitu pula orang yang ragu untuk mengamalkannya.
Allah SWT berfirman, “Orang-orang Arab Badui itu berkata, 'Kami telah
beriman.” Katakanlah kepada mereka, “Kalian belum beriman, akan tetapi
katakanlah bahwa kami telah tunduk, karena iman itu belum masuk ke dalam hati
kalian.'" (QS. Al-Hujurat: 14)
Iman yang hakiki itu bertingkat-tingkat. Hanya, tidak setiap tingkat akan
selalu mendesak pemiliknya untuk melakukan konsekuensi praktisnya. Karena
iman yang lemah, sebagian dorongan hawa-nafsu dan nafsu ammarah-nya
menggiring dirinya kepada maksiat, meski tidak sampai membuatnya senantiasa
berbuat maksiat dan melanggar seluruh konsekuensi iman tersebut. Tentunya,
semakin kuat dan sempurna iman seseorang, semakin besar pengaruhnya untuk
melakukan amal perbuatan yang sesuai dengan keimanannya.
6
Dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya, iman itu menuntut suatu perilaku
yang menjadi konsekuensinya. Dan kadar pengaruh iman itu tergantung kepada
kuat-lemahnya iman tersebut. Juga tekad dan kehendak seseorang itu dapat
menentukan dirinya untuk melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan yang
dituntut oleh imannya.
Dengan memperhatikan adanya hubungan imbal-balik antara iman dan amal,
serta pengaruhnya dalam meraih kebahagiaan seseorang, kita dapat
mengumpamakan kehidupan yang bahagia dengan sebuah pohon yang akar-
akarnya adalah iman kepada Allah Yang Esa, kepada rasul, risalah dan syariatnya,
kepada Hari Kebangkitan, pahala dan siksa Ilahi. Adapun pokoknya adalah
kehendak dan tekad yang kuat untuk mengamalkan segala konsekuensi yang
tumbuh dari akar-akar iman tersebut. Sedang dahan-ranting dan dunnya adalah
amal-amal saleh tumbuh dari akar-akar yang sama melalui pokok tersebut. Maka,
buah perkalian akar, pokok, dahan dan daun demikian ini adalah kebahagiaan yang
abadi. Pohon yang tidak mempunyai akar tidak akan menumbuhkan dahan dan
daun, serta tidak akan menghasilkan buah yang diharapkan.
C. Karekteristik dan sifat orang beriman
Ada beberapa point karakteristik dari orang-orang yang beriman yaitu:
1. Mereka menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih mereka cintai daripada anak, isteri,
harta benda dan segalanya.
“Katakanlah:“jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari
Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang fasik.”(QS.9:24)
2. Orang yang beriman tidak akan izin untuk tidak ikut berjihad.
Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta
izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah
mengetahui orang-orang yang bertakwa.Sesungguhnya yang akan meminta izin
kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari
kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam
keraguannya. (QS.9:44-45)
7
3. Mereka selalu mendengar dan taat jika Allah dan rasul-Nya memanggil mereka
untuk melaksanakan suatu perbuatan.
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah
dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan.
“Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung.”(QS.24:51)
4. Mereka menjadikan Rasul sebagai hakim dlm setiap persoalan/permasalahannya.
“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang
kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”(QS.4:65)
5. Mereka memiliki iman yg mantap, tidak dicampuri dgn keragu-raguan sedikitpun
dan keimanannya dibuktikan dengan berjihad di jalan Allah dgn harta & jiwanya.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang
yakin(beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu
dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.
Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS.49:15)
6. Mereka taat kepada Allah,rasul-Nya, dan ulil amri serta mengembalikan seluruh
persoalan yg mereka perselisihkan kepada Al-Qur’an dan Sunnah rasulullah.
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya,dan ulil amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS.4;59)
7. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepada mereka maka hatinya bergetar, imannya
bertambah, tetap menjalankan shalat, berzakat.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allah lah mereka bertawakkal.(yaitu)
orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki
yang Kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi
Rabbnya dan ampunan serta rezki(nikmat) yang mulia. (QS.8:2-4)
8
8. Cinta kepada Allah, bersikap lemah lembut terhadap sesama muslim dan tegas
kepada kaum kafir.
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut
terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir,
yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka
mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya,
dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. “(QS.5:54)
9. Mereka tidak mempunyai pilihan lain terhadap apa yang telah ditetapkan oleh
Allah dan rasul-Nya, kecuali hanya taat,tunduk dan berserah diri kepada-Nya
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan
yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan,
akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang
nyata. “(QS.33:36)
D. Hal-hal yang dapat merusak dan meniadakan iman
Ada beberapa perbuatan yang dapat merusak Iman seorang Muslim:
1. Riya’ (Pamer)
Dikatakan Riya’ apabila seseorang berbuat baik, tetapi ditampakan buat orang
lain dengan maksud agar orang lain memuji perbuatan tersebut. Riya’ dapat terjadi
sebelum berbuat, ketika sedang berbuat, dan dapat pula sesudah berbuat. Sifat
Riya’ dapat di ketahui melalui sikap, ucapan, maupun perbuatan itu sendiri.
Islam mengajarkan kepada kita agar dalam melakukan perbuatan baik didasari
dengan niat yang ikhlas karena Allah swt. Ikhlas menurut Islam bukan berati tanpa
pamrih. Di dalam Islam di tegaskan bahwa perbuatan baik yang dilakuakan
sesorang harus punya pamrih. Perbuatan yang dikalukan tanpa pamrih tidak ada
nilainya. Menurut Islam hanya ada satu pamrih yang dibenarkan, yakni ingin
mencari ridha Allah atau semata-mata menaati perintah-Nya. Dengan demikian
ikhlas yang dimaksud dalam Islam murni hanya karena Allah swt.
9
Dalam hal ini Allah swt berfirman: ”Hai orang-orang yang beriman, jangan
kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti perasaan orang yang menerima seperti orang menafkahkan hartanya
karena Riya’ kepada manusia” (QS. Al-Baqarah: 246)
Selain itu Rasulullah saw bersabda: ”Sesugguhnya segala perbuatan itu dinilai
dari niatnya dan sesungguhnya setiap orang akan memperoleh apa yang ia niatkan”
(H.R.Bukhari dan Muslim)
2. Takabur (Sombong)
Takabur atau sombong ialah suatu sikap yang menganggap orang lain lebih
rendah dari pada dirinya. Orang yang takabur selalu memandang bahwa dirinya
lebih baik, lebih benar, lebih pandai dan sebagainya dari pada orang lain. Oleh
sebab itu, sifat ini termasuk akhlakul madzmumah atau akhlak yang tercela
sehingga tidak disukai dalam pergaulan. Sifat atau sikap Takabur akan berdampak
negatif bagi diri seseorang dan juga orang lain.
Sifat Takabur wajib dijauhi oleh setiap Muslim. Allah swt berfirman: ”Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Sederhanakanlah
kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk
suara ialah suara keledai”.(QS. Luqman:18-19).
3. Nifaq
Kata Nifaq berasal dari bahasa Arab dan merupakan ”Shigat isim mashdar”
yang artinya berpura-pura atau bermuka dua. Kata kerjanya adalah ”naafaqa” yang
mengandung arti berbuat pura-pura. Orang yang bermuka dua dan suka berbuat
pura-pura di sebut Munafiq.
Secara garis besar munafiq dapat dibagi dua yakni yang berhubungan dengan
I’tikad (aqidah) dan yang berhubungan dengan amaliah (perbuatan).
Munafiq yang berhubungan dengan aqidah yakni orang yang mengaku
percaya adanya Allah swt, tetapi sebenarnya hatinya tidak percaya. Allah swt
berfirman:”Di antara manusia ada yang berkata: ’Kami beriman kepada Allah dan
Hari Kemudian’, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman.”(QS.Al-Baqarah: 8)
Kemudian Allah swt menegaskan lagi dalam surah selanjutnya. Allah swt
berfirman: ”Mereka (orang-orang munafiq itu) hendak memperdayakan Allah dan
10
orang-orang beriman, padahal mereka tidak memperdayakan melainkan diri
mereka sendiri, sedang mereka tidak sadar. Di hati-hati mereka ada penyakit, maka
Allah tambah penyakit kepada mereka, dan adalah bagi mereka siksa yang pedih
dengan sebab mereka telah berdusta.”(QS. Al-Baqarah: 9-10)
Sedangkan yang di maksud Munafiq yang berhubungan dengan amaliah ialah
yang berhubungan dengan perbuatan nyata dan terdapat dalam pergaulan hidup
bermasyarakat. Allah swt berfirman: ”Dan bila mereka berjumpa dengan orang-
orang yang beriman, mereka mengatakan:’Kami telah beriman.’Dan bila mereka
kembali kepada setan-setan mereka, mereka menyatakan:’Sesungguhnya kami
spendirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.” (QS. Al-Baqarah: 14)
Ciri-ciri orang munafiq telah ditegaskan Rasulullah saw dalam sabdanya:
”Tanda-tanda munafiq ada tiga: apabila berbicara dusta, apabila berjanji ingkar dan
apabila di percaya khianat.” (HR. Bukhari). Sedangkan di alam akhirat, pelaku
nifaq itu karena dianggap kafir yang jahat, tentu akan dicampakkan kedalam
neraka Jahanam dan ia kekal di dalamnya. Allah swt berfirman: ”Sesungguhnya
orang-orang munafiq itu ditempatkan pada tingkatan yang paling bawah dari
neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi
mereka.”(QS. An-Nisa’:145)
4. Fasiq
Kata Fasiq berasal dari bahasa Arab dan merupakan ”shigat Isim’ fa’il” yang
artinya orang yang berbuat jahat atau orang yang berbuat maksiat. Fasiq adalah
orang yang sebenarnya mengetahui perintah dan larangan Allah, tetapi dengan
sengaja ia tidak mematuhinya. Orang fasiq itu pada awalnya termasuk orang yang
beriman juga, tetapi karena imannya yang lemah, ia tak mampu mempertahankan
diri dari godaan setan dan akhirnya mengikuti semua ajakan setan. Dalam hal ini
Allah swt berfirman: ”Dan janganlah kamu menjadi sperti orang-orang yang lupa
kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri,
mereka itulah orang-orang fasiq.”(QS. Al-Hasyr: 19)
Menurut kaidah Islam, kalau seseorang melakukan kejahatan dan kemaksiatan
dengan senang dan bangga, tidak ada rasa menyesal dan rasa malu, maka orang
tersebut sebenarnya bukan orang beriman tetapi adalah orang kafir. Allah swt
berfirman: ”Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit,
maka dengan surat yang turun itu bertambah kekafiran mereka, di samping
11
kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadan kafir.”(QS. At-
Taubah: 125)
Contoh-contoh perbuatan jahat dan maksiat yang dilakukan oleh orang fasiq
itu banyak, antara lain mencuri, merampok, menganiaya, berzina, mengadu domba,
memfitnah dan lainnya. Perbuatan fasiq berbahaya, baik bagi diri sendiri maupun
bagi orang lain. Bahaya bagi diri sendiri, yakni mendapatkan dosa karena tidak
menaati Allah dan Rasul-Nya. Bahaya bagi orang lain yakni manimbulkan
kerugian dan mala petaka. Allah swt berfirman: ”Dan adapun orang-orang yang
fasiq, maka tempat mereka adalah neraka. Setiap kali mereka hendak keluar dari
padanya, mereka di kembalikan lagi kedalamnya dan dikatakan kepada mereka.
”Rasakanlah yang kamu dulu mendustakannya.”(QS. As-Sajadah: 20)
5. Perbuatan Dosa
Dosa adalah sebagai akibat dari tidak melaksanakan perintah Allah yang wajib
dan mengerjakan larangan Allah yang haram. Hal ini disebabkan karena imannya
yang masih lemah, atau belum memiliki keyakinan kuat kepada kebenaran
agamanya. Seseorang yang beriman lemah apabila berulang-ulang melakukan
perbuatan dosa dan tidak segera bertobat, tentu dosa itu akan mengotori jiwanya,
merusak iman yang ada dalam jiwanya. Allah swt berfirman: ”Sesungguhnya
beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang
mengotorinya.” (QS. Asy- Syam:9-10)
Perbuatan dosa dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Bagi diri
sendiri, dapat menyebabkan goncangan jiwa, pikiran kacau, hati resah dan
cemaskalau perbuatan dosa tersebut diketahui orang lain. Rasulullah saw bersabda:
”Dosa ialah yang merisaukan hatimu dan kamu rela (bila hal itu) diketahui orang
lain.”(H.R.Muslim)
Selamatkanlah Iman kita...!!!!
Setiap muslim wajib melakukan usaha-usaha agar imannya itu bertambah sehingga
semakin kuat. Seseorang yang beriman kuat tentu akan senantiasa bertaqwa kepada
Allah swt. Selain itu setiap muslim wajib berusaha memelihara imannya agar tidak
rusak apalagi hilang (murtad).
Yang paling penting bagi setiap muslim ialah membentengi diri agar jangan
sampai melakukan riya’,takabur, nifaq, fasiq dan perbuatan dosa khusunya dosa
syirik. Apa bila sikap dan perbuatan itu tersebut dimiliki dan diperbuat, maka
orang tersebut akan celaka dunia dan akhirat.
12
Dari Abu Bakar ra bahwa Rasulullah saw bersabda: ”Maukah aku kabarkan
pada kalian dosa yang paling besar?”, kami para sahabat menjawab: ”Baiklah, ya
Rasullullah.” Beliau bersabda: ”Menyekutukan Allah (syirik) dan durhaka kepada
orang tua.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya, iman itu menuntut suatu perilaku yang
menjadi konsekuensinya. Dan kadang pengaruh iman itu tergantung kepada kuat-
lemahnya iman tersebut. Juga tekad dan kehendak seseorang itu dapat menentukan
dirinya untuk melakukan atau meninggalkan suatu perbuatan yang dituntut oleh
imannya.
B. Saran
Jagalah keimanan kita, jangan sampai kita merusak dan meninggalkan iman kita.
DAFTAR PUSTAKA
http://rusthina.wordpress.com/2009/05/22/hubungan-iman-dan-ilmu/
13