Ekonomi Islam.doc

30
Ekonomi Islam :Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam A. Perekonomian di Masa Rasulullah Saw (571- 632 M) Pada periode Makkah masyarakat Muslim belum sempat membangun perekonomian, sebab masa itu penuh dengan perjuangan untuk mempertahankan diri dari intimidasi orang orang Quraisy. Barulah pada periode Madinah Rasulullah memimpin sendiri membangun masyarakat Madinah sehingga menjadi masyarakat sejahtera dan beradab. Meskipun perekonomian pada masa beliau relatif masih sederhana, tetapi beliau telah menunjukkan prinsip- prinsip yang mendasar bagi pengelolaan ekonomi. Karakter umum dari dari perekonomian pada masa itu adalah komitmennya yang tinggi terhadap pemerataan kekayaan. Sebagaimana pada masyarakat Arab lainnya, mata pencaharian mayoritas penduduk Madinah adalh berdagang, sebagian lainnya bertani, beternak, dan berkebun. Berbade dengan Makkah yang gersang sebagian tanah di Madinah relatif subur sehingga pertanian, peternakan dan perkebunan dapat dilakukan di kota ini. Kegiatan ekonomi pasar relatif menonjol pada masa itu, dimana untuk menjaga agar mekanisme pasar tetap berada dalam bingkai etika dan moralitas Islam, Rasulullah mendirikan Al Hisbah untuk mengontrol pasar dan membentuk Baitul Maal untuk kesejahteraan masyarakat. Rasulullah mengawali pembangunan Madinah tanpa sumber keuangan yang pasti sementara distribusi kekayaan juga timpang. Sumber pemasukan negara barasal dari beberapa sumber tetapi yang palin pokok adalah Zakat dan Ushr. Secara garis besar pemasukan negara ini dapat digolongkan bersumber dari umat Islam sendiri berupa Zakat, Ushr (5-10%), Ushr (2,5%), Zakat Fitrah, Wakaf, Amwal Fadila, Nawaib, Shadaqah yang lain, dan Khumus. Dari non- muslim berupa Jizyah, Kharaj, dan Ushr (5%) dan umum berupa Ghanimah, Fay, Uang tebusan, pinjaman dari kaum muslim atau non- muslim, dan hadiah dari pemimpin atau pemerintah negara lain. Sampai tahun ke-4 Hijrah, pendapatan dan sumber daya negara masih sangat kecil. Kekayaan pertama datang dari Banu Nadir, suatu suku yang tinggal di pinggiran Madinah. Kelompok ini masuk dalam piagam Madinah, tetapi mereka melanggar perjanjian sehingga mereka ditaklukkan dan dipaksa meninggalkan kota. Semua milik Banu Nadir yang ditinggalkan dan dibagikan kepada kaum Muhajirin dan kaum Anshar yang miskin. Harta rampasan perang juga merupakan pendapatan negara, meskipun

Transcript of Ekonomi Islam.doc

Ekonomi Islam :Sejarah Pemikiran Ekonomi IslamA. Perekonomian di Masa Rasulullah Saw (571- 632 M)Pada periode Makkah masyarakat Muslim belum sempat membangun perekonomian, sebab masa itu penuh dengan perjuangan untuk mempertahankan diri dari intimidasi orang orang Quraisy. Barulah pada periode Madinah Rasulullah memimpin sendiri membangun masyarakat Madinah sehingga menjadi masyarakat sejahtera dan beradab. Meskipun perekonomian pada masa beliau relatif masih sederhana, tetapi beliau telah menunjukkan prinsip- prinsip yang mendasar bagi pengelolaan ekonomi. Karakter umum dari dari perekonomian pada masa itu adalah komitmennya yang tinggi terhadap pemerataan kekayaan.

Sebagaimana pada masyarakat Arab lainnya, mata pencaharian mayoritas penduduk Madinah adalh berdagang, sebagian lainnya bertani, beternak, dan berkebun. Berbade dengan Makkah yang gersang sebagian tanah di Madinah relatif subur sehingga pertanian, peternakan dan perkebunan dapat dilakukan di kota ini. Kegiatan ekonomi pasar relatif menonjol pada masa itu, dimana untuk menjaga agar mekanisme pasar tetap berada dalam bingkai etika dan moralitas Islam, Rasulullah mendirikan Al Hisbah untuk mengontrol pasar dan membentuk Baitul Maal untuk kesejahteraan masyarakat.

Rasulullah mengawali pembangunan Madinah tanpa sumber keuangan yang pasti sementara distribusi kekayaan juga timpang. Sumber pemasukan negara barasal dari beberapa sumber tetapi yang palin pokok adalah Zakat dan Ushr. Secara garis besar pemasukan negara ini dapat digolongkan bersumber dari umat Islam sendiri berupa Zakat, Ushr (5-10%), Ushr (2,5%), Zakat Fitrah, Wakaf, Amwal Fadila, Nawaib, Shadaqah yang lain, dan Khumus. Dari non- muslim berupa Jizyah, Kharaj, dan Ushr (5%) dan umum berupa Ghanimah, Fay, Uang tebusan, pinjaman dari kaum muslim atau non- muslim, dan hadiah dari pemimpin atau pemerintah negara lain.

Sampai tahun ke-4 Hijrah, pendapatan dan sumber daya negara masih sangat kecil. Kekayaan pertama datang dari Banu Nadir, suatu suku yang tinggal di pinggiran Madinah. Kelompok ini masuk dalam piagam Madinah, tetapi mereka melanggar perjanjian sehingga mereka ditaklukkan dan dipaksa meninggalkan kota. Semua milik Banu Nadir yang ditinggalkan dan dibagikan kepada kaum Muhajirin dan kaum Anshar yang miskin.

Harta rampasan perang juga merupakan pendapatan negara, meskipun nilainya relatif tidak besar jika dibandingkan dengan biaya peperangan yang dikeluarkan. Zakat dan Ushr merupakan sumber pendapatan pokok, terutama setelah tahun ke-9 H dimana zakat mulai diwajibkan kecuali perempuan, anak-anak, pengemis, pendeta, orang tua, dan orang yang menderita penyakit dibebaskan dari kewajiban ini.

Beberapa sumber pendapatan yang tidak terlalu besar berasal dari beberapa sumber, misalnya: tebusan tawanan perang, pinjaman dari kaum muslim, khumuz atau rikaz (harta karun temuan pada periode sebelum Islam), amwal fadhla (harta kaum muslimin yang meninggal tanpa ahli waris), wakaf, nawaib (pajak bagi muslimin kaya dalam rangka menutupi pengeluaran negara selama masa darurat, zakat fitrah, kaffarat (denda atas kesalahan yang dilakukan seorang mislim pada acara keagamaan), maupun sedekah dari kaum muslim.

B. Pemikiran Ekonomi Islam: Kilasan Tokoh dan PemikirannyaTerminoligi pemikiran ekonomi Islam disini mengandung dua pengertian, yaitu pemikiran ekonomi yang dikemukakan oleh parasarjana muslim dan pemikiran ekonomi yang didasarkan atas agama Islam. Dalam realitas kedua pengertian ini sering kali menjadi kesatuan, sebab para sarjana muslim memang menggali pemikirannya mendasarkan pada ajaran Islam. Pemikiran ekonomi dalam ajaran Islam. Pemmikiran ekonomi dalam islam bertitik tolak dari Al Quran dan Hadis yang merupakan sumber dan dasar utama Syariat Islam.

Nejatullah Siddiqi telah membagi sejarah pemikiran ini menjadi tiga periode, yaitu periode pertama/ fondasi (Masa awal Islam 450 H/1058 M), periode kedua (450-850 H/1058-1446 M), dan periode ketiga (850-1350 H/1446-1932 M). Periodesasi ini masih didasarkan pada kronologikal (urutan waktu) semata bukan berdasarkan kesamaan atau kesesuaian ide pemikiran. Hal ini dilakukan karena studi tentang sejarah pemikiran ekonomi Islam masih pada tahap eksplorasi awal. Dan ditambahkan periode kontemporer (pemikiran yang muncul sejak tahun 1930-an sampai sekarang).

1. Periode Pertama/Fondasi (Masa Awal Islam- 450 H/1058 M)Pada periode ini banyak sarjana muslim yag pernah hidup bersama para sahabat Rasulullah dan para tabiin sehingga dapat memperoleh referensi ajaran Islam yang autentik. Beberapa diantaranya adalah:a. Zaid bin Ali (120 H/798 M)Zaid bin Ali, cucu Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib merupakan ekonom pertama yang memperbolehkan adanya harga tangguh tempo lebih tinggi daripada harga tunai. Namun, ia melarang tegas riba dalam bentuk apapun.b. Abu Hanifa (80-150 H/699- 767 M)Salah satu kebijakan Abu Hanifa adalah menghilangkan ambiguitas dan perselisihan dalam masalah transaksi, hal ini merupakan salah satu tujuan Syariah dalam hubungan dengan jual beli dan dia menyebutkan contoh, murabahah. Dalam murabahah persentase kenaikan harga didasarkan atas kesepakatan antara penjual dan pembeli terhadap harga pembelian yang pembayarannya diangsur. Pengalaman Abu Hanifa dibidang perdagangan menjadikan beliau dapat menentukan mekanisme yang lebih adil dalam transaksi ini dan transaksi yang sejenis.c. Abu Yusuf (113-182 H/731-798 M)Abu Yusuf menekankan pentingnya prinsip keadilan, kewajaran dan penyesuaian terhadap kemampuan membayar dalam perpajakan, serta perlunya akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara. Ia juga membahas teknik dan sistem pemungutan pajak, serta perlunya sentralisai pengambilan keputusan dalam administrasi perpajakan. Menurutnya, negara memiliki peranan besar dalam menyediakan barang/ fasilitas publik, yang dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi, seperti: jalan, jembatan, bendungan, dan irigasi. Dalam aspek mikro ekonomi, ia juga telah mengkaji bagaimana mekanisme harga bekerja dalam pasar, kontrol harga, serta apakah pengaruh berbagai perpajakan terhadapnya.d. Muhammad bin Al Hasan Al Shaybani (132-189 H/750-804 M)Muhammad bin Al Hasan Al Shaybani telah menulis beberapa buku, antara lain Kitab al Iktisab fiil Rizq al Mustahab dan Kitab al Asl. Buku pertama banyak membahas berbagai aturan Syariat tentang ijarah (hiring out), tijarah (trade), ziraah (agriculture), dan sinaah (industry). Perilaku konsumsi ideal menurutnya adalah sederhana, suka memberikan derma (charity), tetapi tidak suka meminta- minta. Buku yang kedua membahas berbagai bentuk transaksi/ kerja sama usaha dalam bisnis, misalnya salam (prepaid order), sharikah (partnership), dan mudharabah.e. Abu Ubayd Al Qasim Ibn Sallam (224 H/838 M)Buku yang ditulis oleh Abu Ubayd yang berjudul Al Amwal yang membahas keuangan publik/kebijakan fiskal secara komprehensif. Didalamnya dibahas secara mendalam tentang hak dan kewajiban negara, pengumpulan dan penyaluran zakat, khums, kharaj, fay, dan berbagai sumber penerimaan negara lainnya.f. Harith bin Asad Al Muhasibi (243 H/859 M)Harith bin Asad menulis buku berjudul Al Makasib yang membahas cara- cara memperoleh pendapatan sebagai mata pencaharian melalui perdagangan, industri, dan kegiatan ekonomi produktif lainnya. Pendapatan ini harus diperoleh secara baik dan tidak melampaui batas/ berlebihan. Laba dan upah tidak boleh dipungut atau dibayarkan secara lazim, sementara menarik diri dari kegiatan ekonomi bukanlah sikap muslim yang benar- benar Islami. Harith menganjurkan agar masyarakat harus bekerja sama dan menguk sikap pedagang yang melanggar hukum (demi mencari keuntungan).g. Junaid Baghdadi (297 H/910 M)Junaid Baghdadi merupakan seorang sufi, karenanya ide- idenya tentang ekonomi tergambar dari ajaran- ajaran tasawufnya. Menurutnya, inti dari ajaran tasawuf adalah membuang motivasi untuk mementingkan diri sendiri dalam meningkatkan kualitas spiritual serta mengabdikan diri pada pengetahuan yang benar. Seorang muslim juga harus melakukan apa yang terbaik untuk kepentingan abadi, mengharapkan kebajikan untuk seluruh masyarakat, serta menjadi benar- benar beriman kepada Allah swt dengan mengikuti sunah Nabi Muhammad saw.h. Ibn Miskwaih (421 H/1030 M)Ibn Miskwaih menulis buku yang berjudul Tahdib al Akhlaq yang banyak membahas tentang pertukaran barang dan jasa serta peranan uang. Menurutnya, manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa. Karenanya, menusia akan melakukan pertukaran barang dan jasa dengan kompensasi yang pas. Dalam melakukan pertukaran uang akan berperan sebagai alat penilai dan penyeimbang dalam pertukaran, sehingga dapat tercipta keadilan.i. Mawardi (450 H/1058 M)Pemikiran Mawardi tentang ekonomi terutama dalam bukunya yang berjudul, Al Ahkam al Sulthoniyyah dan Adab al Din wal Dunya. Bukunya yang pertama banyak membahas tentang pemerintah dan administrasi, juga terdapat tugas muhtasib untuk mengawasi pasar, menjamin ketepatan timbangan dan berbagai ukuran lainnya, serta mencegah penyimpangan transaksi dagang dan pengrajin dari ketentuan syariah. Buku yang kedua banyak membahas tentang perilaku ekonomi muslim secara individual yang disampaikan melalui ajaran- ajaran tasawuf tentang budi luhur dalam perekonomian dan juga membahas perilaku- perilaku yang dapat merusak budi luhur.

2. Periode Kedua (450-850 H/1058-1446 M)Pemikiran ekonomi pada masa ini banyak dilatarbelakangi oleh menjamurnya korupsi dan dekadensi moral, serta melebarnya kesenjangan antara golongan miskin dan kaya, meskipun secara umum kondisi perekonomian masyarakat Islam berada dalam taraf kemakmuran. Terdapat pemikir- pemikir besar yang karyanya banyak dijadikan rujukan hingga kini, diantaranya adalah:a. Al Ghazali (451-505 H/1055-1111 M)Dalam pandangan Al Ghazali, kegiatan ekonomi merupakan amal kebajikan mencapai maslahah untuk memperkuat sifat kebijaksanaan, kesederhanaan, dan keteguhan hati manusia. Lebih jauh Al Ghazali membagi manusia ke dalam tiga kategori, yaitu: pertama, orang yang kegiatan hidupnya sedemikian rupa sehingga melupakan tujuan akhirat. Kedua, orang yang mementingkan tujuan akhirat daripada tujuan duniawi, golongan ini akan beruntung. Dan ketiga, golongan pertengahan/kebanyakan orang, yaitu mereka yang kegiatannya sejalan dengan tujuan akhirat.b. Ibn Taimiyah (661-728 H/1263-1328 M)Ibn Taimiyah telah membahas pentingnya suatu persaingan dalam pasar yang bebas, peranan market supervisor dan lingkup dari peranan negara. Negara harus mengimplementasikan aturan main yang Islami sehingga produsen, pedagang, dan para agen ekonomi lainnya dapat melakukan transaksi secara jujur dan fair. Negara juga harus menjamin pasar berjalan dengan bebas dan terhindar dari praktik- praktik pemaksaan, menipulasi, dan eksploitasi yang memanfaatkan kelemahan pasar sehingga persaingan dapat berjalan dengan sehat. Selain itu, negara bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan dasar dari rakyatnya.c. Ibn Khaldun (732-808 H/1332-1404 M)Secara umum Ibn Khaldun sangat menekankan pentingnya suatu sistem pasaryang bebas. Ia menentang intervensi negara terhadap masalah ekonomi dan percaya akan efensiensi sistem pasar bebas. Ia juga telah membahas tahap- tahap pertumbuhan dan penurunan perekonomian dimana dapat saja berbeda antara satu negara dengan negara lainnya. Ia juga menekankan pentingnya demand side economics khususnya pengeluaran pemerintah, sebagaimana pandangan Keynesian, untuk mencegah kemerosotan bisnis dan menjaga pertumbuhan ekonomi. Dalam situasi kemerosotan ekonomi, pajak harus dikurangi dan pemerintah harus meningkatkan pengeluarannya untuk merangsang pertumbuhan ekonomi.d. Nasiruddin Tusi (485 H/1093 M)Tusi sangat menekankan pentingnya tabungan dan mengutuk konsumsi yang berlebihan serta pengeluaran- pengeluaran untuk aset- aset yang tidak produktif, seperti perhiasan dan pnimbunan tanahtidak produktif. Ia memandang pentingnya pembangunan pertanian sebagai fondasi pembangunan ekonomi secara keseluruhan dan untuk menjamin kesejahteraan masyarakat. Ia juga merekomendasikan pengurangan pajak, dimana berbagai pajak yang tidak sesuai dengan syariah Islam harus dilarang.

3. Periode Ketiga (850-1350 H/1446-1932 M)Dalam periode ketiga ini kejayaan pemikiran, dan juga dalam bidang lainnya, dari umat Islam sebenarnya telah mengalami penurunan. Namun demikian, terhadap beberapa pemikiran ekonomi yang berbobot selama dua ratus tahun terakhir, sebagaimana tampak dalam karya dari:a. Shah Waliullah (1114-1176 H/1703-1762 M)Berdasarkan pengamatannya terhadap perekonomian di Kekaisaran Mughal India, Waliullah mengmukakan dua faktor utama yang menyababkan penurunan pertumbuhan ekonomi. Dua faktor tersebut yaitu: pertama, keuangan negara dibebani dengan berbagai pengeluaran yang tidak produktif. Kedua, pajak yang dibebankan kepada pelaku ekonomi terlalu berat sehingga menurunkan semangat berekonomi. Menurutnya, perekonomian dapat tumbuh jika terdapat tingkat pajak yang ringan yang didukung oleh administrasi yang efisiensi.b. Muhammad Iqbal (1289-1356 H/1873-1938 M)Muhammad Iqbal dikenal sebagai filosof, sustrawan juga pemikir politik tetap sebenarnya ia juga memiliki pemikiran- pemikiran ekonomi yang brilian. Pemikirannya memang tidak berkisar tentang hal- hal teknis dalam ekonomi, tetapi lebih kepada konsep- konsep umum yang mendasar. Iqbal menganalisis dengan tajam kelemahan kapitalisme dan komunisme dan menampilkan suatu pemikiran poros tengah yang dibuka oleh Islam.

4. Periode Kontemperer (1930- sekarang)Era tahun 1930-an merupakan masa kebangkitan kembali intelektualitas di dunia Islam. Kemerdekaan negara- negara muslim dari kolonialisme Barat turut mendorong semangat para sarjana muslim dalam mengembangkan pemikirannya. Khurshid membagi perkembangan ekonomi Islam kontemporer menjadi empat fase yaitu:1. Fase PertamaPertengahan 1930-an banyak muncul analisis masalah ekonomi sosial dari perspektif Islam sebagai wujud kepedulian terhadap dunia Islan yang secara umum dikuasai oleh negara- negara Barat. Meskipun kebanyakan analisis ini berasal dari para ulama yang tidak memiliki pendidikan formal bidang ekonomi , namun langkah mereka telah membuka kesadaran baru tentang perlunya perhatian yang serius terhadap masalah sosial ekonomi.2. Fase KeduaPada tahun 1970-an banyak ekonom muslim yang berjuang keras mengembangkan aspek tertentudari ilmu ekonomi Islam, terutama dari sisi moneter. Mereka banyak mengetengahkan pembahasan tentang bunga dan riba dan mulai menawarkan alternatif pengganti bunga. Konferensi internasional pertama diadakan di Makkah, Saudi Arabia pada tahun 1976, disusul Konferensi Internasional tentang Islam dan Tata Ekonomi Internasional Baru di London, Inggris pada tahun 1977. Sejak itu banyak karya tulis yang dihasilkan dalam wujud makalah, jurnal ilmiah hingga buku, baik yang dipresentasikan dalam pertemuan- pertemuan internasional maupun yang diterbitkan secara khusus.3. Fase KetigaPerkembangan ekonomi Islam selama satu setengah dekade terakhir menandai fase ketiga dimana banyak berisi upaya- upaya praktikal- operasional bagi realisasi perbankan tanpa bunga, baik di sektor publik maupun swasta. Bank- bank tanpa bunga banyak didirikan, baik di negara- negara muslim maupun di negara- negara non- muslim, misalnya di Eropa dan Amerika. Dengan berbagai kelemahan dan kekurangan atas konsep bank tanpa bunga yang digagas oleh para ekonom muslim (dan karenanya terus disempurnakan) langkah ini menunjukkan kekuatan riil dan keniscayaan dari sebuah teori keuangan tanpa bunga.4. Fase KeempatPada saat ini perkembangan ekonomi Islam sedang menuju kepada sebuah pembahasan yang lebih integral dan komprehensif terhadapteori dan praktik ekonomi Islam. Adanya berbagai keguncangan dalam sistem ekonomi konvensional, yaitu kapitalisme dan sosialisme, menjadi sebuah tantangan sekaligus peluang bagi implementasi ekonomi Islam. Dari sisi teori dan konsep yang terpenting adalah membangun sebuah kerangka ilmu ekonomi yang menyeluruh dan menyatu, baik dari aspek mikro maupun makro ekonomi. Berbagai metode ilmiah yang baku banyak diaplikasikan disini. Dari sisi praktikal adalah bagaimana kinerja lembaga ekonomi yang telah (misalnya bank tanpa bunga) dapat berjalan baik dengan menunjukkan segala keunggulannya, serta perlunya upaya yang berkesinambungan untuk mengaplikasikan teori ekonomi Islam.

Pada awalnya, perkembangan ini diawali oleh kiprah para ulama (yang kebanyakan tidak didukung pengetahuan ekonomi yang memadai) dalam menyoroti berbagai persoalan sosial ekonomi saat itu dari perspektif Islam.

Zarqa membagi topik- topik kajian dari para ekonom dimasa ini menjadi tiga kelompok tema, yaitu:

a. Perbandingan sistem ekonomi Islam dengan ekonomi lainnya, khususnya kapitalisme dan sosialisme

b. Kritik terhadap sisten- sistem ekonomi konvensional, baik dalam tataran filosofi maupun praktikal

c. Pembahasan yang mendalam tentang ekonomi Islam itu sendiri, baik secara mikro maupun makro.

C. Melacak Missing Link Sejarah Pemikiran Ekonomi

Dalam magnus opusnya, History of Economic Analysis, Joseph Schumpeter mengatakan, bahwa terdapat suatu great gap dalam sejarah pemikiran ekonomi selama lebih dari 500 tahun, yaitu pada masa yang dikenal sebagai dark ages oleh Barat. Pada masa kegelapan tersebut Barat dalam keadaan terbelakang, dimana tidak terdapat prestasi intelektual yang gemilang termasuk juga dalam pemikiran ekonomi. Demikian pula pada kebanyakan buku sejarah pemikiran ekonomi, misalnya Spiegel (1991), menganggap pada masa dark age tidak terdapat karya pemikiran tentang ekonomi. Spiegel memang membuka sejarah pemikiran ekonomi dari Bibel (1M) dan para pemikir Yunani (SM), akan tetapi kemudian setelah itu melompat ribuan tahun langsung pada pemikiran abad pertengahan.

Ternyata penilaian tentang dark age tersebut sangat bias dengan kepentingan Barat. Dunia secara keseluruhan tentu bukan hanya dunia Barat, dan Barat tidaklah mewakili dunia secara keseluruhan. Sebenarnya, pada sebagian besar masa dark age itu justru merupakan masa kegemilangan di dunia Islam, suatu hal yang berusaha ditutup- tutupi oleh Barat. Pada masa itu banyak karya- karya gemilang diberbagai bidang ilmu, termasuk ilmu ekonomi, yang lahir dari sarjana- sarjana muslim. Jadi, sesungguhnya terdapat dua missing link dalam sejarah pemikiran ekonomi, yaitu great gap pada masa dark age dan relasi antara pemikiran di Barat dan dunia Islam. Dan ternyata banyak pemikiran dari para sarjana muslim tersebut yang mirip, bahkan sama dengan pemikiran para sarjana Barat yang hidup beratus- ratus tahun kemudian.

D. Pemikiran Ekonomi dari Timur (Islam) ke Barat

Pemikiran para sarjana muslim ternyata banyak yang mirip, sejalan atau bahkan sama dengan pemikiran para ekonom Barat yang datangnya beratus- ratus kemudian. Terdapat beberapa kemungkinan jawaban, antara lain:

a. Terjadi dua kebetulan yang sama, yaitu kebetulan diantara sarjana muslim dengan para ekonom Barat punya pemikiran dan ide yang sama.

b. Para pemikir Barat secara langsung dan tidak langsung sangat dipengaruhi oleh pemikiran dari para sarjan muslim.

c. Para pemikir Barat melakukan plagiasi/ penjiplakan terhadap karya- karya para sarjana muslim.

Jika kemungkinan pertama yang terjadi, hal ini mengindikasikan betapa cemerlang dan briliannya para sarjana muslim waktu itu. Beratus- ratus tahun yang lalu, jauh ketika dunia Barat masih dalam kebodohan dan kegelapan (dark age), para sarjana muslim berhasil merumuskan pemikiran- pemikiran ekonomi yang baru ditulis oleh para ekonom Barat beratus- ratus kemudian.

Untuk memilih kemungkinan kedua dan ketiga,tentunya akan membutuhkan diskusi yang panjang. Namun langkah awal dapat dilakukan dengan mencermati sejarah proses perpindahan (transformasi) ilmu pengetahuan dari dunia Islam ke Barat. Dengan mencermati proses transformasi ini maka akan ditemukan indikasi- indikasi untuk menjawab pertanyaan mengapa banyak terjadi kesamaan antara pemikiran sarjana muslim dan sarjana Barat. Sejarah telah membuktikan bahwa dunia ilmu pengetahuan dikalangan masyarakat muslim mendapat pengaruh yang luar biasa terhadap dunia luar, termasuk Eropa. Kebudayaan dan ilmu pengetahuan Ialam mencapai Eropa melalui beberapa cara, yaitu:

1. Melalui para mahasiswa dan cendekiawan dari Eropa Barat yang belajar disekolah- sekolah tinggi dan universitas Spanyol dan Timur Tengah.

2. Melalui terjemahan-terjemahan karya- karya muslim dari sumber- sumber bahasa Arab terutama ke dalam bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, dan Catalonia/latin.

3. Melalui Andalusia dimana kaum muslimin telah menetap di negeri ini sekitar 8 abad lamanya. Kebudayaan Islam di Andalusia melalui perkembangan pesat diberbagai pusat kota, misalnya Cordova, Sevila, Granada.

4. Melalui Sisilia, kaum muslim menundukkan Sisilia pada masa akhir lewat tangan Dinasti Aghlabiyyah yang berkuasa dikawasan Tunis dan Aljazair.

5. Melalui perang Salib menetapnya pasukan salib dalam waktu yang lama di dunia Islam antara abad ke-5 sampai abad ke-7 H atau 12-14 M membuat mereka berhubungan dengan berbagai aspek kebudayaan Islam.

6. Melalui perdagangan antar Barat dan Timur lewat Mesir.

Selain itu, banyak universitas di Eropa yang didirikan oleh orang- orang Kristen, tetapi mendapat pengaruh Islam yang besar, baik dari para pengajar/dosen maupun literatur- litaratur yang digunakannya. Pendirian universitas di Eropa waktu itu harus mendapat izin dari Paus terlebih dahulu karena untuk menjaga agar pelajaran- pelajaran tidak menyimpang dari kemurnian ilmu para sarjana muslim.

Dengan mempertimbangkan fakta diatas, maka sangatlah mungkin kalau para ekonom Barat kemungkinan dipengaruhi/ bahkan menjiplak karya- karya sarjana muslim. Indikasi ini diperkuat pula oleh kenyataan bahwa beberapa praktik ekonomi di Barat diadopsi dan diadaptasi dari praktik ekonomi didalam Islam, misalnya: syirkah (serikat dagang/ partnership), suftaja (bills of exchange), hawala (letter of credit), funduq (specialized large scale commercial institution and market which developed into virtual stock exchanges).Prinsip Dasar dan Pokok dalam Ekonomi Islam

EKONOMI Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam. Dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam. Tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di akhirat.

Dalam ekonomi Islam itu sendiri, memiliki prinsip-prinsip tertentu. Hal ini sangatlah penting untuk Anda ketahui. Terutama ketika akan melakukan usaha yang berkaitan dengan ekonomi yang berdasarkan pada aturan Islam.

Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar:

1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah SWT kepada manusia.

2. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.

3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.

4. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir orang saja.

5. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk kepentingan banyak orang.

6. Seorang muslim harus takut kepada Allah SWT dan hari penentuan di akhirat nanti.

7. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab).

8. Islam melarang riba dalam segala bentuk.

Selain itu, ada juga tiga prinsip sistem pokok dalam ekonomi Islam:

Multiple OwnershipPrinsip ini mempertegas bahwa konsep kepemilikan di dalam Islam sangat beragam. Berbeda dengan konsep liberal dengan kepemilikan swasta dan konsep sosialis dengan kepemilikan Negara. Islam mengajarkan kita bahwa kepemilikan yang hakiki adalah kepemilikan Allah SWT, adapun kepemilikan di dunia adalah kepemilikan yang sifatnya sementara dan titipan. Dan manusia akan dimintai pertanggungjawabannya kelak akan alokasi dan penggunaan kepemilikannya di dunia.

Konsep kepemilikan dalam Islam sangat beragam. Islam mengakui kepemilikan swasta. Namun untuk menjamin nihilnya perilaku zhalim, maka pemerintah melalui institusinya harus menguasai produksi komoditas tertentu dan komoditas-komoditas yang menjadi kebutuhan hajat hidup seluruh manusia. Kepemilikan ganda juga diakui seperti swasta-Negara, Negara-asing, domestik-asing, dan lain-lain.

Freedom of ActDalam Islam, manusia sebagai entitas mandiri bebas melakukan sesuatu dengan syarat tidak mengganggu kebebasan orang lain dan kebebasannya akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Inilah yang melandasi prinsip Freedom of Act. Dengan prinsip ini, pemerintah yang ideal harus senantiasa menjaga mekanisme perekonomian dengan sangat ketat. Hal ini disebabkan Freedom of Act akan membentuk mekanisme pasar dalam desain perekonomian.

Social JusticeKeadilan sosial berarti suka sama suka dan tidak menzhalimi pihak lain. Peran pemerintah dalam hal ini sekali lagi sangat sentris. Dalam beberapa kasus, pemerintah harus intervensi harga maupun pasar. Hal ini untuk menjamin keadilan sosial dengan landasan suka sama suka dan tidak menzhalimi pihak lain. [rika/islampos/islampeace/wahanabelajarekonomiislam]

Teori Produksi DalamIslam

1. Pengertian Produksi Al Quran menggunakan konsep produksi barang dalam artian luas. Al Quran menekankan manfaat dari barang yang diproduksi. Memproduksi suatu barang harus mempunyai hubungan dengan kebutuhan manusia. Berarti barang itu harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan manusia, bukan untuk memproduksi barang mewah secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan manusia, karenanya tenagakerja yang dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut dianggap tidak produktif.

Namun demikian, Al Quran memberi kebebasan yang luas bagi manusia untuk berusaha memperoleh kekayaan yang lebih banyak lagi dalam menuntut kehidupan ekonomi. Dengan memberikan landasan rohani bagi manusia sehingga sifat manusia yang semula tamak dan mementingkan diri sendiri menjadi terkendali.

Dalam surat al Maaarij dijelaskan ada beberapa sifat alami manusia yang menjadi azas semua kegiatan ekonomi yaitu : sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Sifat tamak manusia menjadikan manusia berkeluh kesah, tidak sabar dan gelisah dalam perjuangan mendapatkan kekayaan. Dengan begitu akan memacu manusia untuk melakukan kegiatan yang produktif. Manusia akan giat untuk memuaskan kebutuhannya yang terus bertambah, sehingga akibatnya manusia cenderung melakukan kerusakan (mafsadat) di muka bumi. Dari sifat dasar manusia yang tamak itu pula menyebabkan manusia memiliki dorongan yang kuat dan bimbingan serta arahan yang benar dan pasti akan menjadikan manusia memiliki sifat mulia. Kemajuan manusia akan terus berlanjut sepanjang mereka terus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Daya ciptanya yang tinggi akan terus menghasilkan produk-produk baru dan metode serta teknik produksi yang makin sempurna, sehingga mampu menjaga taraf hidup manusia seiring dengan perubahan zaman. Sifat-sifat dasar manusia dijelaskan dalam surat lain yaitu Ali Imran ayat 14 yang artinya : Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (syurga). Keiinginan yang tidak terbatas untuk selalu dipenuhi dan memuaskan kehendak pada manusia semakin lama akan semakin tinggi. Karena itu jika tidak terdapat arahan yang baik, hal itu akan mendorong manusia melakukan kerusakan di muka bumi, seperti yang terjadi saat ini. Al-Quran memberikan pandangan hidup yang seimbang. Di satu sisi Islam membantu pertumbuhan yang sehat dan mulia bagi masyarakat. Di sisi lain Islam memberi rangsangan terhadap adanya aktivitas produktif. Karena itu Islam membuka kesempatan bagi riset dan penelitian yang sekiranya dapat meningkatkan kesejahteraan manusia.

Ada beberapa sabda Rasulullah yang menegaskan pentingnya ikhtiar untuk memperoleh kebutuhan materi dalam kehidupan, yaitu :

Memperoleh penghidupan yang halal merupakan kewajiban yang paling penting setelah kewajiban menunaikan shalat.

Apabila telah selesai kau tunaikan shalat Subuh, janganlah kamu tidur hingga kamu sendiri telah berusaha untuk mendapatkan nafkah.

Terdapat dosa-dosa tertentu yang hanya dapat dihapuskan dengan berusaha secara tetap dalam masalah ekonomi.

Dari beberapa hadits tersebut menunjukkan bahwa manusia dianjurkan untuk selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup yang salah satunya dengan cara berproduksi.

Produksi adalah menciptakan manfaat dan bukan menciptakan materi. Maksudnya adalah bahwa manusia mengolah materi itu untuk mencukupi berbagai kebutuhannya, sehingga materi itu mempunyai kemanfaatan. Apa yang bisa dilakukan manusia dalam memproduksi tidak sampai pada merubah substansi benda. Yang dapat dilakukan manusia berkisar pada misalnya mengambilnya dari tempat yang asli dan mengeluarkan atau mengeksploitasi (ekstraktif). Memindahkannya dari tempat yang tidak membutuhkan ke tempat yang membutuhkannya, atau menjaganya dengan cara menyimpan agar bisa dimanfaatkan di masa yang akan datang atau mengolahnya dengan memasukkan bahan-bahan tertentu, menutupi kebutuhan tertentu, atau mengubahnya dari satu bentuk menjadi bentuk yang lainnya dengan melakukan sterilisasi, pemintalan, pengukiran, atau penggilingan, dan sebagainya. Atau mencampurnya dengan cara tertentu agar menjadi sesuatu yang baru. Hal itu semua hanya mengubah kondisi materi, sehingga pada kondisi yang barupun substansinya tetap tidak berubah.

Prinsip fundamental yang harus selalu diperhatikan dalam proses produksi adalah prinsip kesejahteraan ekonomi. Bahkan dalam sistem kapitalis terdapat seruan untuk memproduksi barang dan jasa yang didasarkan atas azas kesejahteraan ekonomi. Keunikan konsep Islam mengenai kesejahteraan ekonomi terletak pada kenyataan bahwa hal itu tidak dapat mengabaikan pertimbangan kesejahteraan umum lebih luas yang menyangkut persoalan-persoalan moral, pendidikan, agama dan banyak hal lainnya. Dalam ilmu ekonomi modern, kesejahteraan ekonomi diukur dari segi uang. Seperti ungkapan Profesor Pigou bahwa : Kesejahteraan ekonomi kira-kira dapat didefinisikan sebagai bagian kesejahteraan yang dapat dikaitkan dengan alat pengukur uang.

Dalam sistem produksi Islam konsep kesejahteraan ekonomi digunakan dengan cara yang lebih luas. Menurut Afzalur Rahman dalam bukunya Doktrin Ekonomi Islam, konsep kesejahteraan ekonomi Islam terdiri dari bertambahnya pendapatan yang diakibatkan oleh meningkatnya produksi dari hanya barang-barang yang berfaedah melalui pemanfaatan sumber-sumber daya secara maksimum baik manusia maupun benda- demikian juga melalui ikut sertanya jumlah maksimum orang dalam proses produksi. Dengan demikian, perbaikan sistem produksi dalam Islam tidak hanya berarti meningkatnya pendapatan, yang dapat diukur dari segi uang, tetapi juga perbaikan dalam memaksimalkan terpenuhinya kebutuhan kita dengan usaha minimal tetapi tetap memerhatikan tuntunan perintah-perintah Islam tentang konsumsi. Oleh karena itu, dalam sebuah negara Islam kenaikan volume produksi saja tidak akan menjamin kesejahteraan rakyat secara maksimum. Mutu barang-barang yang diproduksi yang tunduk pada perintah Al Quran dan sunnah, juga harus diperhitungkan dalam menentukan sifat kesejahteraan ekonomi. Demikian pula kita harus memperhitungkan akibat-akibat tidak menguntungkan yang akan terjadi dalam hubungannya dengan perkembangan ekonomi bahan-bahan makanan dan minuman terlarang. Suatu negara Islam tidak hanya akan menaruh perhatian untuk menaikkan volume produksi tetapi juga untuk menjamin ikut sertanya jumlah maksimum orang dalam proses produksi. Di negara-negara kapitalis modern kita temukan perbedaan yang mencolok karena cara produksi dikendalikan oleh segelintir kapitalis.

Oleh karena itu, sistem produksi dalam suatu negara Islam harus dikendalikan oleh kriteria objektif dan subjektif; kriteria yang objektif akan tercermin dalam bentuk kesejahteraan yang dapat diukur dari segi uang, dan kriteria subjektif dalam bentuk kesejahteraan yang dapat diukur dari segi etika ekonomi yang didasarkan atas perintah-perintah kitab suci Al Quran dan Sunnah.

1. 2. Pentingnya Produksi Pentingnya peranan produksi dalam memakmurkan kehidupan suatu bangsa dan taraf hidup manusia, disebutkan dalam beberapa ayat dan hadits, seperti : Surat al Qashash ayat 73 :

Supaya kamu mencari sebagian dari karuniaNya.. Surat ar Rum ayat 23 :

Dan usahamu mencari bagian dari karuniaNya. Apabila dikaji secara terperinci dalam AlQuran, maka kita akan mendapatkan bahwa penekanan atas usaha manusia untuk memperoleh sumber penghidupan merupakan salah satu prinsip ekonomi yang mendasar di dalam Islam.

Dalam berbagai ayat AlQuran telah merujuk secara singkat berbagai cara yang dibolehkan bagi manusia untuk memanfaatkan sumber alam yang tak ternatas dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia yang tak terbatas. Al Quran bukan hanya membenarkan dan mengakui kenyataan bahwa umat Islam harus terus berjuang secara sungguh-sungguh dan terus mengingatkan keadaan sosial dan ekonomi, tetapi telah juga mendorong untuk meningkatkan cara dan teknik produksi agar orang/bangsa itu tidak ketinggalan dengan orang/bangsa lain.

Tujuan utama Allah menciptakan bumi ialah untuk diberikan kepada manusia agar dapat mempergunakan sumber-sumber yang ada di bumi untuk memperoleh rizki. Tersedianya rizki berkaitan erat dengan usaha manusia. Usaha yang keras akan menghasilkan sesuatu yang optimal, ganjaran dan kemurahan dan keberhasilan yang tidak ada batasnya.

Bagi Islam, memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk dikonsumsi sendiri atau dijual ke pasar. Dua motivasi itu belum cukup karena masih terbatas pada fungsi ekonomi. Islammenekankan bahwa setiap kegiatan produksi harus pula mewujudkan fungsi sosial (Q.S. Al Hadid (57): 7).

Agar mampu mengemban fungsi sosial seoptimal mungkin, kegiatan produksi harus melampaui surplus untuk mencukupi kebutuhan konsumtif dan meraih keuntungan finansial, sehingga bisaberkontribusi kehidupan sosial. Melalui konsep ini, kegiatan produksi harus bergerak di atas dua garis optimalisasi. Optimalisasi pertama adalah mengupayakan berfungsinya sumber dayainsani ke arah pencapaian kondisi full employment (tanpa pengangguran), dimana setiap orang menghasilkan karya kecuali mereka yang udzur syari (sakit atau lumpuh). Optimalisasi kedua memproduksi berdasarkan skala prioritas yaitu kebutuhan primer (dharuriyyat), lalu kebutuhan sekunder (hajiyyat) dan kebutuhan tersier (tahsiniyyat) secara proporsional.

1. 3. Faktor-faktor Produksi Ada beberapa jenis faktor produksi yaitu :

1. 1. Tanah Tanah mengandung pengertian yang luas, yaitu termasuk semua sumber yang kita peroleh dari udara, laut, gunung, dan sebagainya, sampai keadaan geografi, angin, dan iklim yang terkandung dalam tanah. Termasuk dalam faktor produksi tanah adalah :

a) Bumi (tanah) merupakan permukaan tanah yang di atasnya kita dapat berjalan, mendirikan bangunan, rumah, perusahaan.

b) Mineral, seperti logam, bebatuan dan sebagainya yang terkandung di dalam tanah yang juga dapat dimanfaatkan oleh manusia.

c) Gunung, merupakan suatu sumber lain yang menjadi sumber tenaga asli yang membantu dalam mengeluarkan harta kekayaan. Gunung-gunung berfungsi sebagai penadah hujan dan menajdi aliran sungai-sungai dan melaluinya semua kehidupan mendapatkan rizki masing-masing.

d) Hutan, merupakan sumber kekayaan alam yang penting. Hutan memberikan bahan api, bahan-bahan mentah untuk industri kertas, damar, perkapalan, perabotan rumah tangga, dan sebagainya.

e) Hewan, mempunyai kegunaan memberikan daging, susu, dan lemak untuk tujuan ekonomi, industri dan perhiasan. Sebagian lagi digunakan untuk kerja dan pengangkutan.

Baik Al Quran maupun sunnah banyak memberikan tekanan pada pembudidayaan tanah secara baik. Dengan demikian, Al Quran menaruh perhatian akan perlunya mengubah tanah kosong menjadi kebun-kebun dengan mengadakan pengaturan pengairan, dan menanaminya dengan tanaman yang

baik. Seperti KalamNya dalam surat As Sajadah ayat 27 : Dan apakah mereka tidak memerhatikan bahwasanya Kami menghalau hujan ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan tanam-tanaman yang daripadanya dapat makan binatang-binatang ternak mereka dan mereka sendiri Tanah dapat dipandang dari dua sisi yaitu :

1. Tanah sebagai Sumber Daya Alam

Seorang Muslim dapat memperoleh hak milik atas sumber-sumber daya alam setelah memenuhi kewajibannya terhadap masyarakat. Penggunaan dan pemeliharaan sumber-sumber daya alam itu dapat menimbulkan dua komponen penghasilan, yaitu : (a) penghasilan dari sumber-sumber daya alam sendiri (yaitu sewa ekonomis murni) dan (b) penghasilan dari perbaikan dalam penggunaan sumber-sumber daya alam melalui kerja manusia dan modal. Jadi manusia berhak untuk memanfaatkan dan memiliki tanah untuk dipergunakan dalam mencari nafkah dan menggunakannya sebagai salah satu faktor produksi.

2. Tanah sebagai Sumber Daya yang Dapat Habis (Exhaustable).

Menurut pandangan Islam sumber daya yang dapat habis adalah milik generasi kini maupun generasi-generasi masa yang akan datang. Generasi kini tidak berhak untuk menyalahgunakan sumber-sumber daya yang dapat habis sehingga menimbulkan bahaya bagi generasi yang akan datang. Dari analisis tersebut, hipotesis atau kebijaksanaan pedoman dapat disusun sebagai berikut :

1) Pembangunan pertanian pada negara-negara Islam dapat ditingkatkan melalui metode penanaman yang intensif dan ekstensif jika dilengkapi dengan suatu program pendidikan moral, berdasarkan ajaran Islam.

2) Penghasilan yang diperoleh dari penggunaan sumber daya yang dapat habis (exhaustable resources) lebih digunakan untuk pembangunan lembaga-lembaga sosial (seperti universitas, rumah sakit) dan untuk infrastruktur fisik daripada konsumsi sekarang ini

3) Sewa ekonomis murni boleh lebih digunakan untuk memenuhi tingkat pengeluaran konsumsi sekarang ini.

1. 2. Tenaga Kerja Tenaga kerja atau buruh merupakan faktor produksi yang diakui di setiap sistem ekonomi terlepas dari kecenderungan ideologi mereka. Kekhususan perburuhan seperti kemusnahan, keadaan yang tidak terpisahkan dari buruh itu sendiri, ketidakpekaan jangka pendek terhadap permintaan buruh, dan yang mempunyai sikap dalam penentuan upah, merupakan hal yang sama pada semua sistem.

Tenaga kerja adalah segala usaha dan ikhtiar yang dilakukan oleh anggota badan atau pikiran untuk mendapatkan imbalan yang pantas. Termasuk semua jenis kerja yang dilakukan fisik maupun pikiran.

Manusia diciptakan untuk bekerja dan mencari penghidupan masing-masing. Seperti disebutkan dalam surat al Balad ayat 4 : Sesungguhnya Kami menciptakan manusia padahal dia dalam kesusahan. Kabad berarti kesusahan, kesukaran, perjuangan dan kesulitan akibat bekerja keras. Ini merupakan suatu cobaan bagi manusia yaitu dia ditakdirkan berada pada kedudukan yang tinggi (mulia) tetapi kemajuan tersebut dapat dicapai melalui ketekunan dan bekerja keras. Di samping itu pengertian kabad juga menunjukkan bahwa manusia hendaknya berupaya untuk melakukan dan menanggung segala kesukaran dan kesusahan dalam perjuangan untuk mencapai tujuan.

Rasulullah saw, senantiasa menyuruh umatnya bekerja dan tidak menyukai manusia yang bergantung kepada kelebihan saja.

Dalam Islam, buruh bukan hanya suatu jumlah usaha atau jasa abstrak yang ditawarkan untuk dijual pada para pencari tenaga kerja. Mereka yang mempekerjakan buruh mempunyai tanggung jawab moral dan sosial. Dalam kenyataannya, seorang pekerja modern memiliki tenaga kerja yang berhak dijualnya dengan harga setinggi mungkin (upah tinggi). Tetapi dalam Islam ia tidak mutlak bebas untuk berbuat apa saja yang dikehendakinya dengan tenaga kerjanya itu. Baik pekerja maupun majikan tidak boleh saling memeras. Semua tanggung jawab buruh tidak berakhir pada waktu seorang pekerja meninggalkan pabrik majikannya. Ia mempunyai tanggung jawab moral untuk melindungi kepentingan yang sah, baik kepentingan para majikan maupun para pekerja yang kurang beruntung.

Dengan demikian, dalam Islam buruh digunakan dalam arti yang lebih luas namun lebih terbatas. Lebih luas, karena hanya memandang pada penggunaan jasa buruh di luar batas-batas pertimbangan keuangan. Terbatas

dalam arti bahwa seorang pekerja tidak secara mutlak bebas untuk berbuat apa saja yang dikehendakinya dengan tenaga kerjanya itu. Tenaga kerja secara umum dibagi menjadi beberapa tingkat yaitu :

1. Tenaga kerja kasar/buruh kasar, misalnya pekerja bangunan, pandai besi, dan sebagainya. Allah memuliakan hambanya meskipun yang bekerja sebagai pekerja kasar. Banyak ayat dan riwayat yang membahas tentang kegiatan para nabi terkait dengan peghargaan terhadap para pekerja kasar pekerja/tukang Nabi Sulaiman, Nabi Hud dengan pembuatan kapal, dan sebagainya.

2. Tenaga kerja terdidik. Dalam al Quran disebutkan tentang tenaga ahli. Cerita tentang Nabi Yusuf yang diakui pengetahuan dan kejujurannya oleh raja yang mempercayakan tugas mengurus dan menjaga gudang padi dan sebagainya. Hal itu menunjukkan bahwa faktor keahlian dan pendidikan menjadi sangat penting dalam bekerja.

Kriteria Pemilihan Tenaga Kerja Pemilihan tenaga kerja tergantung ketersediaan/penawaran tenaga kerja. Sedangkan penawaran tenaga kerja tergantung pada beberapa faktor :

a) Kecakapan tenaga kerja, merupakan keahlian dan ketrampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Islam menjunjung tinggi hasil kerja yang cakap dan memerintahkan umat Islam untuk mengajarkan semua jenis kerja dengan tekun dan sempurna. Kecakapan tenaga kerja tergantung pada tiga faktor yaitu : kesehatan fisik, mental dan moral serta pendidikan dan pelatihan bagi para pekerja.

b) Mobilisasi tenaga kerja, merupakan pergerakan tenaga kerja dari suatu kawasan geografi ke kawasan yang lain. Mobilisasi terkait erat dengan kondisi ekonomi pekerja. Mobilisasi dipengaruhi oleh faktor tingkat upah, dimana biasanya pekerja akan berupaya untuk mencari tempat kerja yang memberikan tingkat upah lebih tinggi. Al Quran membolehkan adanya mobilisasi tenaga kerja demi untuk mencari penghidupan yang lebih baik.

c) Penduduk, jumlah penduduk merupakan faktor yang sangat memengaruhi terhadap penawaran tenaga kerja. Idealnya pertumbuhan penduduk seiring/seimbang dengan pertumbuhan lapangan kerja (pertumbuhan ekonomi).

Kebebasan Bekerja Islam memberikan kebebasan dalam hal mencari lapangan pekerjaan baik macam maupun wilayah kerja demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Namun Islam tetap menggariskan bahwa ada pekerjaan yang halal dan haram.

Kemuliaan Bekerja Setiap pekerjaan yang halal terbuka untuk semua orang tanpa

memandang warna kulit, keturunan atau kepercayaan. Islam mengajarkan umatnya agar menghormati saudara seagama tanpa memandang pekerjaan dan ia memberikan kemuliaan dan status kepada golongan buruh. AlQuran membuat banyak contoh tentang kehidupan para Rasul yang bekerja dengan tenaga sendiri untuk kehidupannya.

1. 3. Modal Modal merupakan asset yang digunakan untuk distribusi asset yang berikutnya. Modal dapat memberikan kepuasan pribadi dan membantu untuk menghasilkan kekayaan yang lebih banyak. Pentingnya modal dalam kehidupan manusia ditunjukkan dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 14 yang artinya :

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (syurga).Kata mataau berarti modal berupa emas dan perak, kuda yang bagus dan ternak (termasuk bentuk modal yang lain). Kata zainu menunjukkan kepentingan

modal bagi kehidupan manusia.

Sedangkan Rasulullah menekankan kepentingan modal dalam sabdanya :

Tidak boleh iri kecuali kepada dua perkara yaitu : orang yang hartanya digunakan untuk jalan kebenaran dan orang yang ilmu pengetahuannya diamalkan kepada orang lain.

Dari hadits tersebut diketahui bahwa mencari ilmu sama pentingnya dengan mencari harta.

Pengumpulan modal Ada beberapa faktor yang menentukan terhadap pengumpulan modal yaitu :

a) Peningkatan pendapatan, dapat dilakukan melalui cara yang bersifat wajib : pembayaran zakat dan larangan mengenakan bunga. Sedangkan cara pilihan yaitu dengan penggunaan harta anak yatim, penanaman modal secara tunai dan melalui warisan.Menghindari sikap berlebih-lebihan, dalam hal ini

b) adalah mengurangi kebiasaan melakukan pembelanjaan yang tidak sesuai dengan kebutuhan, menghindari gaya hidup mewah dan mubazir.

c) Pembekuan modal, cara ini dapat menyebabkan berkurangnya modal yang dapat digunakan. Islam membenci kegiatan pembekuan modal atau menyimpan harta bukan untuk digunakan dalam kegiatan produktif. Hal ini seperti disampaikan dalam surat Al Maarij ayat 18 yang artinya : Dan menghimpun (harta) lalu menyimpannya (tidak membayarkan zakatnya).d) Keselamatan dan keamanan, dalam proses penghimpunan modal, perlu adanya rasa aman dan ketentraman dalam negara dimana lokasi penanaman modal itu dilakukan. Bila ada jaminan keselamatan dan keamanan dalam suatu negara, maka rakyat akan lebih giat dalam melakukan pemupukan modal.

Dalam perspektif ekonomi konvensional, modal dapat tumbuh dari sebagian

pendapatan yang ditabungkan oleh masyarakat. Besarnya tabungan dipengaruhi oleh tingkat bunga. Menurut ekonom konvensional, semakin tinggi tingkat bunga

semakin besar imbalan tabungan, semakin tinggi pula kecenderungan untuk menabung dan sebaliknya. Menurut Keynes, tingkat bunga yang tinggi akan menekan kegiatan ekonomi dan menyebabkan volume penanaman modal yang lebih kecil. Sebagai akibatnya, pendapatan uang yang terkumpul akan mengecil, dan dengan adanya kecenderungan yang sama untuk menabung, volume tabungan akan berkurang. Kenyataannya adalah bahwa jika individu-individu rasional, mereka mungkin lebih banyak menabungkan penghasilan mereka, bila tingkat bunganya tinggi. Suatu tingkat bunga yang tinggi berarti lebih tingginya imbalan bagi tabungan. Oleh karena itu, berdasarkan alasan-alasan murni, orang akan lebih banyak menabung.

Yang terpenting dalam hal ini ialah bahwa modal dapat juga tumbuh dalam perekonomian masyarakat yang bebas bunga. Islam membolehkan adanya laba yang berlaku sebagai insentif untuk menabung. Islam membolehkan dua cara pembentukan modal yang berlawanan yaitu konsumsi sekarang yang berkurang (mengurangi tingkat konsumsi untuk menabung) dan konsumsi mendatang yang bertambah. Dengan demikian memungkinkan modal memainkan peranan yang sesungguhnya dalam proses produksi.

1. 4. OrganisasiOrganisasi atau manajemen merupakan proses merencanakan dan mengarahkan kegiatan usaha perusahaan untuk mencapai tujuan. Organisasi memegang peranan penting dalam kegiatan produksi. Pentingnya perencanaan dan organisasi dapat dilihat pada hakikat bahwa Allah sendiri adalah perencana yang terbaik. Seperti disebutkan dalam surat Ali Imran ayat 173 yang artinya :

Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Dialah sebaik-baik pelindung. Peranan organisasi dalam Islam sangat penting, apalagi jika dikaitkan dengan kegiatan produksi. Ada beberapa ciri mendasar yang harus dimiliki oleh organisasi Islam terkait dengan fungsinya sebagai salah satu faktor produksi, yaitu :

a) Dalam ekonomi Islam yang pada hakekatnya lebih berdasarkan ekuiti (equity-based) daripada berdasarkan pinjaman (loan-based), para manajer cenderung mengelola perusahaan yang bersangkutan dengan pandangan untuk membagi dividen di kalangan pemegang saham atau berbagi keuntungan di antara mitra suatu usaha ekonomi. Sifat motivasi organisasi demikian sangatlah berbeda dalam arti bahwa mereka cenderung untuk mendorong kekuatan-kekuatan koperatif melalui berbagai bentuk investasi berdasarkan persekutuan dalam bermacam-macam bentk seperti musyarakah, mudharabah, dan lain-lain.

b) Sebagai akibatnya, pengertian tentang keuntungan biasa mempunyai arti yang lebih luas dalam kerangka ekonomi Islam karena bunga pada modal tidak dapat dikenakan lagi. Modal manusia yang diberikan oleh manajer harus diintegrasikan dengan modal yang berbentuk uang. Perilaku mengutamakan kepentingan orang lain dalam Islam, mungkin berbeda dalam kenyataan dan siasat pengelolaannya, kecuali bila secara kebetulan perilaku sebenarnya dari organisasi tersebut serupa dengan tindakan yang diperlukan dalam memaksimalkan keuntungan. Hal ini tidak berarti bahwa manajemen tidak berusaha untuk mencari laba. Arti yang sesungguhnya bahwa organisasi Islam sebagai faktor produksi berbeda dengan organisasi dalam ekonomi konvensional/secular, baik pada tingkatan konseptual maupun pada tingkatan operasional dalam usaha menyelaraskan banyaknya tujuan yang tunduk pada kendala-kendala keuntungan.

c) Karena sifat terpadu organisasi inilah tuntutan akan integritas moral, ketepatan dan kejujuran dalam proses perakunan (accounting) jauh lebih diperlukan daripada dalam organisasi secular.

d) Faktor manusia dalam produksi dan strategi usaha mempunyai signifikansi lebih diakui dibandingkan dengan strategi manajemen lainnya yang didasarkan pada memaksimalkan keuntungan atau penjualan.

1. 5. Tujuan ProduksiTujuan dari kegiatan produksi mencapai dua hal pokok pada tingkat pribadi muslim dan umat Islam adalah :

a) Memenuhi kebutuhan setiap individu. Di dalam ekonomi Islam kegiatan produksi menjadi sesuatu yang unik dan istimewa sebab di dalamnya terdapat faktor itqan (profesionalitas) yang dicintai Allah dan ihsan yang diwajibkan Allah atas segala sesuatu. Pada tingkat pribadi muslim, tujuannya adalah merealisasi pemenuhan kebutuhan baginya.

b) Merealisasikan kemandirian umat, hendaknya umat memiliki berbagai kemampuan, keahlian dan prasarana yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan material dan spiritual.

Dalam upaya merealisasikan pemenuhan kebutuhan umat ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :

a) Melakukan perencanaan. Perencanaan yang dilakukan seperti disyariatkan oleh Nabi Yusuf adalah selama 15 tahun. Perencanaannya mencakup produksi, penyimpanan, pengeluaran dan distribusi.

b) Mempersiapkan sumberdaya manusia dan pembagian tugas yang baik.

c) Memperlakukan sumber daya alam dengan baik.

d) Keragaman produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan umat.

e) Mengoptimalkan fungsi kekayaan berupa mata uang.

1. 6. Prinsip-prinsip Produksi dalam IslamAl Quran dan hadits memberikan arahan tentang prinsip-prinsip produksi sbb:

1) Tugas manusia di muka bumi sebagai khalifah adalah memakmurkan bumi dengan ilmu dan amalnya.

2) Islam selalu mendorong kemajuan di bidang produksi melalui penelitian, eksperimen dan perhitungan dalam proses pengambangan produksi.

3) Teknik produksi diserahkan kepada keinginan dan kemampuan manusia.

4) Dalam berinovasi dan bereksperimen prinsipnya Islam menyukai kemudahan, menghindari mudharat dan memaksimalkan manfaat.

Adapun kaidah-kaidah dalam berproduksi adalah:

1. Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.

2. Mencegah kerusakan di muka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara keserasian, dan ketersediaan sumber daya alam.

3. Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta mencapai kemakmuran. Kebutuhan yang harus dipenuhi harus berdasarkan prioritas yang ditetapkan agama yaitu terkait dengan kebutuhan untuk tegaknya akidah/agama, terpeliharanya nyawa, akal dan keturunan/kehormatan serta kemakmuran material.

4. Produksi dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian umat.

5. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik kualitas spiritual, mental dan fisik.

Menurut Mannan(1992), perilaku produksi tidak hanya menyandarkan pada kondisi permintaan pasar tetapi juga berdasarkan pertimbangan kemaslahatan. Sejalan dengan itu, Metwally (1992) menyatakan bahwa fungsi kepuasan perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh variable tingkat keuntungan, tetapijuga oleh pengeluaran yang bersifat charity atau good deeds. Sehingga fungsi utilitas dari pengusaha muslim adalah: Umax = U(F, G) Dimana : F = tingkat keuntungan G = tingkat pengeluaran untuk good deeds/charity

Menurut Metwally, pengeluaran perusahaan untuk charity akan meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan, karena G akan menghasilkan efekpenggandaan (multiplier effect) terhadap kemampuan daya beli masyarakat, pada akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan. Tanpa adanya charity,yang dalam Islam diimplementasikan melalui kewajiban zakat, golongan miskin tidak akan mampu mengaktualisasikan permintaannya karena tidak memiliki daya beli.

Pertentangan antara charity/shadaqahdan riba, dimana peran sistem keuangan berdasarkan riba sangat mendukung sistem ekonomi individualistis dan hedonis, sedangkan shadaqah sangat bersifat alturistis, dermawan dan penuh kesetiakawanan sosial. Menurut Sayyid Quthb, riba adalah lawan shadaqah.

Dalam dunia usaha modern saat ini peran sosial dari perusahaan menjadi hal yang penting dalam rangka menyelaraskan kepentingan perusahaan dengan masyarakat secara umum. Konsep CSR (Corporate Social Responsibility) dengan cara menyisihkan sebagian keuntungan bagi pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan.

1. 7. Penetapan UpahAda berbagai pendapat tentang penetapan upah, diantaranya :

a) Upah ditetapkan berdasarkan tingkat kebutuhan hidup

b) berdasarkan ketentuan produktivitas marginal

Upah Menurut Pandangan Islam Islam menganjurkan dalam perjanjian tentang upah kedua pihak (pengusaha dan pekerja) harus bersikap jujur dan adil, sehingga tidak terjadi tindakan aniaya terhadap pekerja maupun majikan. Aniaya terhadap pekerja berarti mereka tidak dibayar secara adil, sedangkan aniaya terhadap majikan yaitu mereka dipaksa oleh kekuatan industri untuk membayar upah melebihi kemampuan mereka.

Tingkatan Upah Upah ditetapkan berdasarkan prinsip keadilan melalui proses negosiasi antara pekerja, majikan dan negara. Peran negara (pemerintah) adalah menetapkan tingkat upah minimum dengan mempertimbangkan perubahan kebutuhan dari pekerja golongan bawah. Tingkat upah minimum sewaktu-waktu harus ditinjau kembali untuk melakukan penyesuaian berdasarkan perubahan tingkat harga dan biaya hidup. Tingkat maksimumnya ditentukan berdasarkan sumbangan tenaganya dan nilainya sangat bervariasi.

Penutup Setiap kegiatan produksi hendaknya ditujukan untuk meningkatkan manfaat dari suatu materi. Produksi harus memerhatikan norma dan etika yang telah ditetapkan dalam Islam. Penggunaan faktor-faktor produksi secara efisien terutama yang berasal dari sumberdaya bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam. Penentuan upah harus didasarkan pada beberapa kriteria seperti kebutuhan hidup, roduktivitas dan kemampuan perusahaan.

KEBIJAKAN SEKTOR RIIL DALAM PERSEPEKTIF ISLAM Bahwa system keuangan Islam sesungguhnya merupakan perlengkapan dan penyempurnaan system ekonomi Islam yang berdasarkan kepada produksi dan perdagangan atau dikenal dengan istilah sector riil.

A. Perdagangan Luar NegeriAhli-ahli ekonomi yang tergolong mazhab merkantilis, yaitu ahli-ahli ekonomi yang hidup disekitar abad ke-16 dan 17, berpendapat bahwa perdagangan luar negri merupakan sumber kekayaan untuk suatu Negara. Menurut mereka, suatu Negara dapat mempertinggi kekayaan dengan cara menjual barang-barangnya keluar negeri.

Perdagangan luar negeri (Foreign trade) adalah aktivitas jual-beli yang berlangsung antar bangsa dan umat bukan antar individu dari satu Negara baik perdagangan antara dua Negara maupun antara dua individu, yang masing-masing berasal dari Negara yang bebeda, untuk membeli komoditi yang akan ditransfer kenegrinya, dimana semuanya tadi termasuk dalam masalah mengendalikan hubungan Negara lain.

Perdagangan bamk pernah merupakan praktek sehari-hariyang berlaku walaupun setelah berlakunya ekonomi uang. Volume perdagangan barter sampai sekarang pun tidaklah dapat dianggap kecil artinya, Islam juga tela mengakui perdagangan barter seperti dinyatakan dalam perintah Al-quran dan sunnah.

Perdagangan luar negeri biasanya terjadi antarnegara, melalui orang yang menjadi pelaku bisnisnya, sehingga seseorang bias pergi kenegara lain untuk mendatangkan komoditi tertentu. Kemudian dia melakukan transaksi pembelian komoditi untuk ditransfer kenegaranya. Atau bias juga dia mengambil komoditi untuk dijual kenegara lain, sehingga dia akan memberikan harga komoditi tersebut untuk negaranya, atau dengan perdagangan tersebut. Dia bias membeli komoditi tertentu yang akan didatangkan kenegaranya. Dan dalam semua kondisi tadi, Negara akan mengarahkan dan campur tangan secara langsung terhadap perdagangan tersebut. Oleh karena itu, untuk keperkluan tersebut Negara akan membuat pos-pos ditiap-tiap perbatasan Negara. Pos-pos inilah yang oleh kalangan Fuqoha di sebut tem[at-tempat pengintai.

Hal ini berbeda dengan system kapitalis, sebab hukum perdagangan luar negeri, menurut kapitalis, hanya mengikuti komoditinya semata bukan pemiliknya. Sehingga komoditi tersebut akan diteliti dari mana sumbernya, bukan dari segi pelaku bisnisnya atau siapa yang membawanya. Inilah bedanya, antara pandangan Islam dan kapitalis. Karena system kapitalis melihat komoditi dan sumber yang menghasilkan komoditi tersebut, maka kapitalis memberikan hukum sesuai dari hukum dari mana sumbernya. Sementara Islam, melihat berdasarkan pemilik komoditinya, yaitu berdasarkan pelaku bisnisnya, tanpa memperhatikan dari mana sumber yang menghasilkannya. Jadi, kapitalis menilai berdasarkan komoditinya, sedangkan Islam menilai berdasarkan pelakunya.

Menurut teori Ibn Khaldun perdagangan internasional bahwa melalui perdagangan luarnegeri, kepuasan masyarakat, keuntungan pedagang dan kekayaan Negara semuanya meningkat. Perdagangan antara Negara inibaru dilakukan setelah terpenuhi kebutuhan Negara dengan tingkat effesiensi dalam konsumsi masyarakat. Barang-barang dagangan menjadi lebih bernilai ketika para pedagang membawanya dari suatu Negara ke Negara lain. Perdagangan luar negeri ini dapat menyumbang secara positif kepada tingkat pendapatan Negara, tingkat pertumbuhan, serta tingkat kemakmuran. Jika barang-barang luar negeri memiliki kualitas lebih baik dari dalam negeri, ia akan memicu impor. Pada saat yang sama produsen dalam negeri harus berhadapan dengan pruduk berkualitas tinggi dan berkompetitif sehingga mereka harus berusaha untuk meningkatkan kualitas produksi mereka.

a. Realita perdagangan luar negeri

Perdagangan luar negeri memiliki manfaat yang sangat besar karena akan memberikan devisa yang banyak kepada negaranya, dan akan menambah keyakinan seseorang tentang betapa pentingnya perdagangan luar negri tersebut adalah adanya persaingan dan kompetisi yang hebat diantara negara-negara besar untuk mendapatkan pasar-pasar baru, serta mempertahankan posisi-posisi yang sudah diraih sebelumnya, yang dipergunakan untuk melakukan pertukaran-pertukaran komuditinya, serta mengimpor bahan-bahan mentah.perdagangan luar negeri tersebut memiliki karakteristik, keistimewaan dan dampak tretentu. Adapun sebab utama untuk melekukan perdagangan intrenasional adlah adanya perbedaan dalam perhitungan produksi barang-barang yang beragam jenisnya antara satu negara dengan negara lain.

b. Keuntungan melakukan perdagangan luar negeri

Melakukan ekspor dan impor merupakan kegiatan yang cukup penting disetiap Negara. Tiada satu Negara pun didunia ini yang tidaka melakukan perdagangan luar negeri walaubagaimanapun kepentingan sector luar negeri dalam suatu perekonomian berbeda dari satu Negara kenegara lain. Disebagian Negara, ekspor dan impor meliputi bagian yang cukup besar dalam pendapatan nasional, sedangkan dibeberapa Negara lain ia merupakan bagian yang kecil saja dari pendapatan nasional. Uraian berikut secara ringkasmenerangkan beberapa keuntungan :

1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri

Mengapakah berbagai Negeri mlakukan perdagangan antara satu sama lain ? Alasannya yang paling nyata adalah karena setiap Negara tidak dapat menghasilkan semua barang-barang yang dibutuhkannya.

2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi

Sebab yang utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi walaupun suatu Negara dapat memproduksi sesuatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh Negara lain, tetapi adakalanya adalah lebih baik apabila Negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri. Dengan mengadakan spesialisasi dan perdagangan, setiap Negara dapat memperoleh keuntungan yang berikut : dimiliki setiap Negara dapat digunakan dengan lebih effisien.(Factor-faktor produksi yang

Setiap Negara dapat menikmati lebih banyak barang dari yang dapat diproduksi didalam negeri.

3. Memperluas pasar industri-industri dalam negeri

Beberapa jenis industri telah dapat memenuhi permintaan dalam negeri sebelum mesin-mesin (alat-alat produksi) epenuhnya digunakan. Ini berarti bahwa industri itu masih dapat menaikkan produksi dan meningkatkan keuntungannya apabila ia masih terdapat pasar untuk barang-barang yang dihasilkan oleh industri itu karena seluruh permintaan dari dalam negeri telah dipenuhi satu-satunya cara untuk memperoleh pasaran adalah dengan mengekspornya keluar negeri.

4. menggunakan teknologi modern dan meningkatkan produktifitas

perdagangan luar negeri memungkinkan sesuatu Negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih effisien dan cara-cara manajemen yang lebih moderen. Perdagangan luar negeri memungkinkan Negara tersebut mengimpor mesin-mesin atau alat-alat yang lebih moderen untuk melaksanakan teknik produksi dan cara produksi yang lebih baik.

B. Nilai Valuta AsingKurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukan harga atau nilai mata uang sesuatu Negara dinyatakan dalam nilai mata uang Negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai uang domistik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing.Pada dasarnya terdapat dua cara didalam menentukan kurs valuta asing yaitu :

1. Berdasarkan permintaan dan penawaran mata uang asing dalam pasar bebasKurs pertukaran valuta asing adalah factor yang sangat penting dalam menentukan apakah barang-barang dinegara lain adalah lebih murah atau lebih mahal dari barang-barang yang diproduksikan didalam negeri.

Permintaan terhadap mata uang asing mempunyai cirri-ciri :

Semakin tinggi harga mata uang, semakin sedikit permintaan keatas mata uang tersebut.Semakin rendah harga mata uang, semakin banyak permintaan keatas maata uang tersebut.Begitu pula dalam penawaran mata uang asing mempunyai cirri-ciri : penawaran mata uang tersebut.(Semakin tinggi harga mata uang, semakin banyak semakin sedikit penawaran mata uang tersebut.(Semakin rendah harga mata uang,

2. Penawaran kurs pertukaran oleh pemerintah

Pemerintah dapat campur tangan dalam menentukan kurs valuta asing. Tujuannya adalah untuk memastikan kurs yang wujud tidak akan menimbulkan efek yang buruk keatas perekonomian. Kurs pertukaran yang ditetapkan pemerintah adalah berbeda dengan kurs yang ditentukan oleh pasar bebas. Sejauh mana perbedaan tersebut, dan apakah ia lebih tinggi atau lebih rendah dari yang di tetepkan oleh pasar bebas, adalah bergantung pada kebijakan dan keputusan pemerintah mengenai kurs yang paling sesuai untuk tujuan-tujuan pemerintah dalam menstabilkan dan mengembangkan perekonomian.

a. Teori nilai tukar uang Islam

Nilai tukar suatu mata uang didalam islam juga digolongkan dalam dua kelompok yaitu :

Natural dan Human error

Selain dari itu, perlu untuk diingat bahwa kebijakan nilai tukar uang dalam islam dapat dikatakan menganut system Managed Floating, dimana nilai tukar adalah hasil dari kebijakan-kebijakan pemerintah (bukan merupakan cara atau kebijakan itu sendiri) karena pemerintah tidak mencampuri keseimbangan yang terjadi dipasar kecuali jika terjadi hal-hal yang menggangu keseimbangan itu sendiri. Jadi bisa dikatakan bahwa suatu nilai tukar yang stabil adalah merupakan hasil dari kebijakan pemerintah yang tepat.

b. Interaksi uang antar Negara

Perdagangan luar negeri (foreign trade) tersebut faktanya telah membentuk interaksi uang antar Negara. Sebab Negara harus membayar harga barang-barang komoditi dengan mata uang Negara yang menjualnya, atau dengan mata uang yang bias diterima oleh Negara tersebut. Sehingga Negara tersebut harus menerima harga barang komoditi yang dijualnya dengan mata uangnya, atau mata uang yang dikehendakinya. Dengan demikian terbentuklah interaksi uang antar Negara.

Disana terjadi pertukaran barang-barang atau antara barang-barang ekspor dengan barang-barang impor. Dan disana juga terjadi pertukaran jasa angkut, semisalnya transportasi darat, angkutan barang-barang komoditi antar Negara, biaya pos, telegram, saluran telepon internasional, termasuk jasa perdagangan serta pembayaran mata uang yangharus dibayar, atau komisi untuk para wakil dan pialang, serta jasa-jasa yang berkaitan denga kegiatan pariwisata.

Untuk membayar barang-barang impor tersebut, kita akan menawarkan mata uang nasional kita untuk mendapatkan mata uang asing tersebut, atau kita akan menawarkan barang komoditi kita dinegara asing tersebutsupaya bisa mendapatkan mata uang Negara tersebut. Maka diperolehnya mata uang-mata uang asing tersebut merupakan masalah yang penting bagi Negara tersebut, supaya Negara yang bersangkutan bias manciptakan hubungan perdagangan, atau hubungan perekonomian dengan Negara-negara tersebut. Hanya saja, kita tidak boleh mengorbankan mata uang kita, lalu kita menawarkannya dalam rangka mengacaukan dan menghancurkan kepercayaan kepada mata uang tersebut dengan tujuan menciptakan hubungan perdagangan atau hubungan perekonomian. Namun kita harus menjadikan bargaining position kita dalam hubungan perekonomian luara negeri tersebut baik dalam bentuk perdagangan, maupun non perdagangan sebagai salah satu landasan dalam hubungan tersebut. Dengan demikian kita akan mudah mempertahankan mata uang kita.. Sementara kita mendapatkan banyak mata uang asing yang kita butuhkan.

Untuk membantu masalah diatas, Negara harus menjauhkan dirinya untuk mengambil utang, baik hutang dalam jangka pendek maupun hutang dalam jangka panjang. Sebab hutang tersebut merupakan sesuatu yang menyebabkan kekacauan pada dasar mata uang kita. Begitu pula hutang tersebut kadang-kadang menyebabkan merosotnya nilai uang kita.

c. Kebijakan nilai tukar uang

Mata uang asing dapat digunakan untuk membeli barang-barang dari luar negeri ataupun juga asset financial seperti saham, obligasi, treasury bills, options, futures, warrants, dan lain-lain. Pada tulisan ini, untuk memberikan kemudahan, akan diasumsikan hanya ada dua Negara yang melakukan perdagangan internasional, yaitu domestic dan asing.dalam suatu Negara, satu-satunya institusi resmi yang dapat mengubah penawaran mata uangnya adalah bank sentral dari Negara tersebut. Bank sentral dalam kesehariannya acap kali menjual dan mambeli mata uang asing. Setiap bank sentral dapat memilih antara dua rezim kebijakan nilai tukar yang berbeda yaitu :

1. Rezim nilai tukar dipagu (Fixed Exchange Rate Regime) : yaitu bila otoritas keuangan suatu Negara menetapkan suatu nilai tukar uang tertentu untuk mata uangnya.

2. Rezim nilai tukar fleksibel (Flexibel Exchange Rate Regime) : yaitu bila nilai tukar mata uang suatu Negara adalah ditentukan oleh keseimbangan yang terjadi dipasar pertukaran uangnya.

Fixed Exchange Rate Regime

Dalam system kebijakan bank sentral suatu Negara cukup mengumumkan suatu nilai tukar tertentu untuk mata uangnya terhadapmata uang asing tertentu dimana bank sentral bersedia membeli dan menjual mata uang asing dengan kuantitas berapapun.

Dalam rezim nilai tukar dipagu ini bank sentral acap kali dipaksa untuk mencetak uang melebihi apa yang diinginkannya. Dalam rezim nilai tukar dipagu ini bank sentral dapat mengendalikan nilai tukar atau penawaran uang, akan tetapi tidak keduanya sekaligus. Jika bank sentral menetapkan nilai tukar, maka bank sentral harus menawarkan berapapun kuantitas uang yang dibutuhkan oleh para pedagang atau dengan kata lain bank sentral harus membeli berapapun kuantitas mata uang asing yang ditawarkan oleh para pedagang ( kehilangan kendali atas penawaran mata uang ).

Flexibel Exchange Rate Regime

Rezim system nilai tukar mengambang ini adalah system yang dipakai hamper sebagian besar Negara didunia pada saat ini. Jika bank sentral ingin menambah penawaran uang, bank sentral dapat mencetak uang dan kemudian membeli sesuatu asset ( biasanya berbentuk obligasi pemerintah ). Jika bank sentral ingin mengurangi penawaran uang, maka bank sentral dapat menjual sesuatu asset ( biasanya juga dalam bentuk obligasi pemerintah) dan memusnahkan uang yang didapatnya dari penjualan tersebut.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs

Perubahan dalam permintaan dan penawaran sesuatu valuta, yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta, disebabkan oleh banyak factor. Yang diantaranya :

1. Perubahan dalam citarusa masyarakat.

2. Perubahan harga barang ekspor dan impor.

3. Kenaikan harga umum(inflasi).

4. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi.

5. Pertumbuhan ekonomi.C. Neraca PembayaranNeraca pembayaran adalah suatu catatan aliran keuanganyng menunjukkan nilai transaksi perdagangan dan aliran dana yang dilakukan diantara suatu Negara dengan Negara lain dalam suatu tahun tertentu. Suatu neraca pembayaran dapat dibedakan kepada dua bagian yang utama, yaitu neraca berjalan dan neraca modal.

a. Jenis-jenis neraca pembayaran

1. Neraca berjalan

Neraca berjalan mencatat transaksi-transaksi berikut:

Espor dan impor barang tampak

Ekspor dan impor jasa {atau barang tak tampak

Pembayaran perpindahan note keluar negeri

2. Neraca modal

Neraca modal meliputi dua golongan transaksi, yaitu aliran modal jangka panjang dan aliran modal keuangan swasta.

Aliran modal jangka panjang: ia meliputi dua dua jenis aliran modal, aliran modal resmi dan investasi langsung oleh pihak swasta ke Negara-negara lain. Aliran modal resmi:adalahpinjaman dan pembayaran di antara badan-badan pemerintah di suatu Negara-negara lain. Sedangkan investasi langsung swasta: penanaman modal langsung, yaitu investasi berupa modal langsung, yaitu investasi berupa mendirikan perusahaan-perusahaan terutam perindustrian.

(Modal keuangan swasta adalah alira-aliran modal dalam bentuk tabungan atau investasi keuangan yang dapat dengan cepat ditukarkan kembali kepada valuta yang asal atau valuta lainnya.