Ilmu Keperawatan Maternitas-forcep.docx

21
Ilmu Keperawatan Maternitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Forceps mempunyai berbagai macam ukuran dan bentuk, tetapi pada dasarnya terdiri dari 2 tangkai forceps yang saling menyilang dan bisa dimasukkan sati persatu kedalam vagina. Tiap tangkai forceps dapat diputar dalam posisi yang sesuai dengan kepala bayi dan kemudian dikunci. Pada dasarnya tiap tangkai forceps mempunyai 4 komponen. Komponen tersebut adalah daun, leher, kunci, dan gagang. Tiapdaun mempunyai dua lengkungan, yakni lengkung sefalik (lengkung kepala) dan lengkung pelvik (lengkung panggul). Lengkung kepala sesuai dengan bentuk kepala bayi, sedangkan lengkung panggul sesuai dengan bentuk kepala bayi, sedangkan lengkung panggul sesuai dengan jalan lahir. Daun forceps berbentuk oval sampai bulat panjang dan ada beberapa variasi lain yang lebih fleksibel agar dapat memegang kepala bayi dengan lebih kuat. Lengkung kepala harus cukup besar untuk memegang kepala bayi dengan kuat tanpa menimbulkan kompresi, namun tidak terlalu besar agar alat tersebut tidak meleset. Lengkung panggul kurang lebih sesuai dengan sumbu jalan lahir, tetapi diantara berbagai alat forceps harus terdapat variasi yang luas. Daun forceps dihubungkan dengan bagian gagang melalui leher dengan panjang yang mengikuti kebutuhan alat tersebut. Macam persendian atau kunci forceps bervariasi menurut macam alat. Cara penguncian yang umum terdiri dari sebuah ceruk yang terletak dileher forceps pada sambungannya dengan bagian gagang, dan ceruk ini pas dengan ceruk serupa yang terletak pada leher tangkai forceps lainnya. Bentuk penguncian semacam ini umumnya disebut kunci inggris. Kunci geser digunakan pada beberapa jenis forceps, misalnya forceps Kielland dan forceps Barton, dimana sebuah penampung bentuk U tunggal terpasang ditengah pada leher tangkai forceps kiri untuk menerima leher tangkai forceps kanan. Kunci geser memudahkan leher untuk bergerak maju mundur secara bebas. Bagian-bagian kunci forceps dengan tife yang cukup

Transcript of Ilmu Keperawatan Maternitas-forcep.docx

Page 1: Ilmu Keperawatan Maternitas-forcep.docx

Ilmu Keperawatan Maternitas

BAB IPENDAHULUAN

A.  Latar BelakangForceps mempunyai berbagai macam ukuran dan bentuk, tetapi pada dasarnya terdiri dari 2

tangkai forceps yang saling menyilang dan bisa dimasukkan sati persatu kedalam vagina. Tiap tangkai forceps dapat diputar dalam posisi yang sesuai dengan kepala bayi dan kemudian dikunci. Pada dasarnya tiap tangkai forceps mempunyai 4 komponen. Komponen tersebut adalah daun, leher, kunci, dan gagang. Tiapdaun mempunyai dua lengkungan, yakni lengkung sefalik (lengkung kepala) dan lengkung pelvik (lengkung panggul). Lengkung kepala sesuai dengan bentuk kepala bayi, sedangkan lengkung panggul sesuai dengan bentuk kepala bayi, sedangkan lengkung panggul sesuai dengan jalan lahir. Daun forceps berbentuk oval sampai bulat panjang dan ada beberapa variasi lain yang lebih fleksibel agar dapat memegang kepala bayi dengan lebih kuat.

Lengkung kepala harus cukup besar untuk memegang kepala bayi dengan kuat tanpa menimbulkan kompresi, namun tidak terlalu besar agar alat tersebut tidak meleset. Lengkung panggul kurang lebih sesuai dengan sumbu jalan lahir, tetapi diantara berbagai alat forceps harus terdapat variasi yang luas. Daun forceps dihubungkan dengan bagian gagang melalui leher dengan panjang yang mengikuti kebutuhan alat tersebut.

Macam persendian atau kunci forceps bervariasi menurut macam alat. Cara penguncian yang umum terdiri dari sebuah ceruk yang terletak dileher forceps pada sambungannya dengan bagian gagang, dan ceruk ini pas dengan ceruk serupa yang terletak pada leher tangkai forceps lainnya. Bentuk penguncian semacam ini umumnya disebut kunci inggris. Kunci geser digunakan pada beberapa jenis forceps, misalnya forceps Kielland dan forceps Barton, dimana sebuah penampung bentuk U tunggal terpasang ditengah pada leher tangkai forceps kiri untuk menerima leher tangkai forceps kanan. Kunci geser memudahkan leher untuk bergerak maju mundur secara bebas. Bagian-bagian kunci forceps dengan tife yang cukup berbeda, yaitu kunci Perancis, terdiri dari sebuah mata mur baut. Setelah tiap tangkai mata baut dan mata baut dikencangkan untuk mengunci secara kuat kedua tangkai forceps tersebut menjadi satu.

B.       TujuanAdapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

a.       Untuk memenuhi serta mengetahui dan memahami pengertian ekstraksi forceps, tujuan, jenis tindakan, indikasi, dan kontra indikasi forceps

b.      Untuk memenuhi dan memahami syarat-syarat untuk tindakan ekstraksi forceps, komplikasi, dan persiapan dalam ekstraksi forceps.

c.       Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada kelahiran forceps.

Page 2: Ilmu Keperawatan Maternitas-forcep.docx

  BAB IIPEMBAHASAN

A.      DefinisiForceps digunakan untuk menolong persalinan bayi dengan presentasi verteks, dapat

digolongkan sebagai berikut, menurut tingkatan dan posisi kepala bayi pada jalan lahir pada saat daun forceps dipasang.

Ekstraksi forceps adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya. (Hanifa W,1991: 88)

Cunam atau forceps adalah suatu alat obstetrik terbuat dari logam yang digunakan untuk melahirkan anak dengan tarikan kepala.(Phantom,______:178)

Ekstraksi cunam adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah janin (kepala) dengan alat cunam. ( Bari Abdul, 2001: 501)

Ektraksi porceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala) dengan alat porceps. Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk melahirkan janin. Walaupun sebagian besar proses pengeluaran dihasilkan dari ekstraksi porceps tetapi bukan berarti kekuatan menjadi tumpuan keberhasilan.

Cunam ialah suatu alat kebidanan untuk melahirkan janin dengan tarikan pada kepalanya; disamping itu alat tersebut dapat digunakan untuk menyelenggarakan putaran kepala janin. Cunam dipakai untuk membantu atau mengganti HIS, akan tetapi sekali-kali tidak boleh digunakan untuk memaksa kepala janin melewati rintangan dalam jalan lahir yang tidak dapat diatasi oleh kekuatan HIS yang normal. Jika prinsip pokok ini tidak diindahkan, maka ekstraksi cunam mengakibatkan luka pada ibu dan terutama pada anak.(Menurut sumber dari buku Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 20Sendok kanan / forces kanan adalah cunam yang dipegang di tangan kanan penolong dan dipasang di sebelah kanan ibuSendok kiri / forceps kiri adalah cunam yang dipegang di tangan kiri penolong dan dipasang di sebelah kiri ibu.

o   Daun cunam: bagian yang dipasang di kepala janin saat melakukan ekstraksi forceps. Terdiri dari

dua lengkungan (curve) , yaitu lengkung kepala janin (cephalic curve) dan lengkung panggul (cervical curve).

o   Tangkai Cunam: adalah bagian yang terletak antara daun cunam dan kunci cunamo   Kunci cunam: kunci cunam ada beberapa macam, ada yang interlocking, system sekrup, dan

system sliding.o   Pemegang cunam, bagian yang dipegang penolong saat melakukan ekstraksi.

B.       Tujuan dari Kegunaan Forceps

Page 3: Ilmu Keperawatan Maternitas-forcep.docx

1.      Traksi : Yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan, yang disebabkan oleh karena satu dan lain hal.

2.      Koreksi : Yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil dikiri atau dikanan depan atau sekali-kali UUK melintang kiri dan kanan atau UUK kiri atau kanan belakang menjadi UUK depan (dibawah simfisis pubis).

3.      Kompresor : untuk menambah moulage kepala.C.      Jenis Tindakan Forceps

Berdasarkan pada jauhnya turun kepala, dapat dibedakan  beberapa macam tindakan ekstraksi forceps, antara lain:

1.      Forceps rendah (low forceps = outlet forceps)Tindakan forceps rendah (forceps pintu bawah panggul) adalah tindakan pemasangan forceps

setelah kepala bayi mencapai dasar perineum, sutura sagitalis berada pada diameter anteroposterior dan kepala bayi tampak diintroitus vagina.

Dilakukan setelah kepala bayi mencapai H IV, kepala bayi mendorong perineum, forceps dilakukan dengan ringan disebut outlet forceps.

2.      Forceps tengah (mid forceps)Tindakan forceps tengah (midforseps) adalah tindakan pemasangan porceps sebelum kriteria

untuk porceps rendah dipenuhi, tetapi setelah engagement kepala bayi terjadi. Adanya engagement biasanya dapat dibuktikan secara klinis oleh penurunan bagian terendah kepala sampai atau dibawah spina iskiadika dan pintu atas panggul biasanya lebih besar dari pada ajarak dan pintu atas panggul biasanya lebih besar daripada jarak diameter biparietal dengan bagian kepala bayi yang paling bawah. (Menurut sumber dari buku Obstetri Williams)

Pada kedudukan kepala antara H II atau H III, salah satu bentuk forceps tengah adalah forceps percobaan untuk membuktikan disproporsi panggul dan kepala. Bila aplikasi dan tarikan forceps berat membuktikan terdapat disproporsi kepala panggul . Forceps percobaan dapat diganti dengan ekstraksi vaccum.

3.      Forceps tinggi (high forceps)Dilakukan pada kedudukan kepala diantara H I atau H II, forceps tinggi sudah diganti dengan

seksio cesaria. (Manuaba,1998: 348)C.      Indikasi

Indikasi pertolongan ekstraksi forceps adalah1.      Indikasi ibua.       Ruptura uteri mengancam, artinya lingkaran retraksi patologik band sudah setinggi 3 jari

dibawah pusat, sedang kepala sudah turun sampai H III- H IV.b.      Adanya oedema pada vagina atau vulva. Adanya oedema pada jalan lahir artinya partus sudah

berlangsung lama.c.       Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu badan meninggi, lochia berbau.d.      Eklamsi yang mengancam

Page 4: Ilmu Keperawatan Maternitas-forcep.docx

e.       Indikasi pinard, yaitu kepala sudah di H IV,  pembukaan cervix lengkap, ketuban sudah pecah atau  2jam mengedan janin belum lahir juga

f.       Pada ibu-ibu yang tidak boleh mengedan lama, misal  Ibu dengan decompensasi kordis , ibu dengan Koch pulmonum berat, ibu dengan anemi berat (Hb 6 gr % atau kurang),  pre eklamsi berat,  ibu dengan asma broncial.

g.      Partus tidak maju-majuh.      Ibu-ibu yang sudah kehabisan tenaga.2.      Indikasi janina.       Gawat janin

Tanda-tanda gawat janin antara lain : Cortonen menjadi cepat takhikardi 160 kali per menit dan tidak teratur, DJJ menjadi lambat bradhikardi 160 kali per menit dan tidak teratur, adanya mekonium (pada janin letak kepala) Prolapsus funikulli, walaupun keadaan anak masih baik (Rustam Muchtar,1995: 84-85)

D.      Kontra IndikasiKontra indikasi dari ekstraksi forceps meliputi

a.       Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagi sehingga kepala sulit dipegang oleh forceps

b.      Anencephalusc.       Adanya disproporsi cepalo pelvikd.      Kepala masih tinggie.       Pembukaan belum lengkapf.       Pasien bekas operasi vesiko vagina fistelg.       Jika lingkaran kontraksi patologi  bandl sudah setinggi pusat atau lebih

(Muchtar Rustam, 1995: 85)E.       Syarat Dalam Melakukan Ekstraksi Forceps1.      Pembukaan lengkap2.      Presentasi belakang kepala3.      Panggul luas / tidak ada DKP4.      Ketuban sudah pecah5.      Kepala sudah engaged, sudah berada di dasar panggul6.      Janin tunggal hidup

F.       KomplikasiKomplikasi atau penyulit ekstraksi forceps adalah sebagai berikut

1.      Komplikasi langsung akibat aplikasi forceps dibagi menjadia.       Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat berupa:o   Perdarahan yang dapat disebabkan karena atonia uteri, retensio plasenta serta trauma jalan lahir

yang meliputi  ruptura uteri, ruptura cervix, robekan forniks, kolpoforeksis, robekan vagina, hematoma luas, robekan perineum.

Page 5: Ilmu Keperawatan Maternitas-forcep.docx

o   Infeksi yang terjadi karena sudah terdapat sebelumnya, aplikasi alat menimbulkan infeksi,

plasenta rest atau membran bersifat asing yang dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan sub involusi uteri serta saat melakukan pemeriksaan dalam

b.      Komplikasi segera pada bayio  Asfiksia karena terlalu lama di dasar panggul sehingga  terjadi rangsangan pernafasan

menyebabkan aspirasi lendir dan air ketuban. Dan jepitan langsung forceps yang menimbulkan perdarahan intra kranial, edema intra kranial, kerusakan pusat vital di medula oblongata atau trauma langsung jaringan  otak. Infeksi oleh karena infeksi pada ibu menjalar ke bayi

o  Trauma langsung forceps yaitu fraktura tulang kepala dislokasi sutura tulang kepala; kerusakan

pusat vital di medula oblongata; trauma langsung pada mata, telinga dan hidung; trauma langsung pada persendian tulang leher; gangguan fleksus brachialis atau paralisis Erb, kerusakan saraf trigeminus dan fasialis serta hematoma pada daerah tertekan.

2.      Komplikasi kemudian atau terlambata.       Komplikasi pada ibuo   Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri sekunder serta jahitan robekan jalan

lahir yang terlepas.o   Infeksio   Penyebaran infeksi makin luaso   Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal, terjadinya fistula rekto vaginal dan

terjadinya fistula utero vaginal.o   Komplikasi terlambat pada bayi dalam bentuk: Trauma ekstraksi forceps dapat menyebabkan

cacat karena aplikasi forceps o   Infeksi yang berkembang menjadi sepsis yang dapat menyebabkan kematian serta encefalitis

sampai meningitis.o   Gangguan susunan saraf pusato   Trauma langsung pada saraf pusat dapat menimbulkan gangguan intelektual.o   Gangguan pendengaran dan keseimbangan.

G.      Persiapan dalam Ekstraksi Forceps1.      Persiapan Pasien dan Alata.       litotomi set,b.      cunam,c.       vulva dicukur,d.      kandung kemih dikosongkan,e.       infuse bila diperlukan,f.       narkose,g.      gunting episiotomyh.      hecting seta.       uterotonika..b.      Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.

Page 6: Ilmu Keperawatan Maternitas-forcep.docx

c.       Medikamentosa: Oksitosin, ergometrin., prokain 1%.d.      Larutan antiseptik (Providon iodin 10%)e.       Oksigen dengan regulator.f.       Instrumen Set Partus: 1 set Ekstraktor cunam: 1 set (Naegele), atau Kielland atau Boerma Klem

ovum: 2 Cunam tampon: 1 Tabung 5 ml dan jarum suntik No.23 (sekali pakai):2 Spekulum Sim’s atau L dan kateter karet: 2 dan 1

2.      Persiapan untuk janina.       Kain bersihb.      Alat resusitasia.       Penghisap lendir dan sudep/penekan lidah: 1 setb.      Kain penyeka muka dan badan:2c.       Meja bersih, kering dan hangat (untuk tindakan):1d.      Inkubatore.       Pemotong dan pengikat tali pusat: 1 setf.       Semprit 10 ml dan jarum suntik No.23 (sekali pakai): 2g.      Kateter intravena atau jarum kupu-kupu: 2h.      Popok dan selimut: 1i.        Medikamentosa: Larutan Bikarbonas Natrikus 7,5% atau 8,4%, Antibiotika.j.        Akuabidestilata dan Dekstrose 10%.3.      Persiapan Penolonga.       Alat pelindung dirib.      Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata pelindung: 3 set.c.       Sarung tangan DTT/steril: 4 pasang.d.      Alas kaki (sepatu/”boot” karet): 3 pasang.e.       Instrumen. Lampu sorot, Monoaural stetoskop dan stetoskop, tensimeter: 1.4.      Prosedur/ Langkah Dalam Melakukan Forceps:a.       Membayangkan forceps sebelum dipasangb.      Memasang forcepsc.       Mengunci forcepsd.      Memeriksa kembali pemasangane.       Traksi percobaanf.       Traksi definitiveg.      Melepaskan cunam

Contoh kasus: Seorang pasien , primigravida, dengan PEB pembukaan lengkap dengan UUK kanan depan, dengan penurunan HIII+Ad.1. Membayangkan

Setelah persiapan selesai, penolong berdiri di depan vulva , memegang kedua cunam dalam keadaan tertutup dan membayangkan bagaimana cunam terpasang pada kepala

Page 7: Ilmu Keperawatan Maternitas-forcep.docx

Ad.2. Memasang forcepsPada pasien ini UUK janin adalah UUK kanan depan, jadi forceps yang dipasang adalah

forceps kiri terlebih dahulu, yaitu forceps yang dipegang tangan kiri penolong dan dipasang di sisi kiri ibu.

Forceps kiri dipegang dengan cara seperti memegang pensil , dengan tangkai forceps sejajar dengan paha kanan ibu, sambil empat jari tangan kanan penolong masuk ke dalam vagina. Forceps secara perlahan dipasang dengan bantuan ibu jari tangan kanan. Jadi bukan tangan kiri yang mendorong forceps masuk ke dalam vagina.

Setelah forceps kiri terpasang, asisten membantu memegang forceps kiri tersebut agar tidak berubah posisi. Dan penolong segera memasang forceps kanan, yaitu forceps yang dipegang oleh tangan kanan penolong, dan dipasang di sisi kanan ibu. Forceps kanan dipegang seperti memegang pensil, dengan tangkai forceps sejajar dengan paha kiri ibu, sambil empat jari tangan kiri penolong masuk ke dalam vagina. Forceps dipasang dengan tuntunan ibu jari tangan kiri penolong. Setelah forceps terpasang , dilakukan penguncian

Page 8: Ilmu Keperawatan Maternitas-forcep.docx

Ad.3. Penguncian ForcepsPenguncian dilakukan setelah forceps terpasang. Bila penguncian sulit dilakukan, jangan

dipaksa, tapi periksa kembali apakah pemasangan telah benar, dan dicoba pemasangan ulang. Apabila forceps kir yang dipasang duluan, maka penguncian dilakukan secara langsung, dan bila forceps kanan yang dipasang duluan , maka forceps dikunci secara tidak langsung.

Ad.4. Pemeriksaan UlangSetelah forceps terpasang dan terkunci, dilakukan pemeriksaan ulang, apakah forceps

telah terpasang dengan benar, dan tidak ada jalan lahir / jaringan yang terjepitAd.5. Traksi Percobaan

Setelah yakin tidak ada jaringan yang terjepit, maka dilakukan traksi percobaan. Penolong memegang pemegang forceps dengan kedua tangan , sambil jari telunjuk dan tengah tangan kiri menyentuh kepala janin, lalu dilakukan tarikan. Apabila jari telunjuk dan tengan tangan kiri tidak menjauh dari kepala janin, berarti forceps terpasang dengan baik, dan dapat segera dilakukan traksi definitive. Apabila jari telunjuk dan tengah tangan kiri menjauh dari

Page 9: Ilmu Keperawatan Maternitas-forcep.docx

kepala janin, berarti forceps tidak terpasang dengan baik, dan harus dilakukan pemasangan ulang.

Ad.6. Traksi defrinitifTraksi definitive dilakukan dengan cara memegang kedua pemegang forceps dan

penolong melakukan traksi. Traksi dilakukan hanya menggunakan otot lengan. Arah tarikan dilakukan sesuai dengan bentuk panggul. Pertama dilakukan tarikan cunam ke bawah, sampai terlihat occiput sebagai hipomoklion, lalu tangan kiri segera menahan perineum saat kepala meregang perineum. Kemudian dilakukan traksi ke atas hanya dengan menggunakan tangan kanan sambil tangan kiri menahan perineum. Kemudian lahirlah dahir, mata, hidung, mulut bayi.

Page 10: Ilmu Keperawatan Maternitas-forcep.docx

Ad.7. Melepaskan cunamSetelah kepala bayi lahir, maka cunam dilepaskan dan janin dilahirkan seperti persalinan

biasa.

Page 11: Ilmu Keperawatan Maternitas-forcep.docx

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN PADA KELAHIRAN

EKSTRAKSI FORCEPS

A.    Diagnosa Keperawatan

Page 12: Ilmu Keperawatan Maternitas-forcep.docx

a.       Gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan penurunan suplai O2 plasenta sekunder akibat kontraksi uterus.

b.      Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinanc.       Kelelahan  berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy akibat peningkatan metabolisme

sekunder akibat nyeri selama persalinand.      Kurang pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan dengan kurangnya informasi yang

dimiliki ibue.       Cemas b.d krisis situasional akibat proses persalinanf.       Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan robekan jalan lahir, lukag.      Kekurangan volume cairan b/d kelelahan / kegagalan miometri dari mekanisme homeostatik,

resiko tinggi perdarahan (hipovolemia)h.      Perubahan eliminasi urine b/d perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih.

B.       Intervensi dan Rasional1.      Gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan penurunan suplai O2 plasenta

sekunder akibat kontraksi uterus.Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan  tidak terjadi fetal distress dengan KE : DJJ 120-160x/menit

 Intervensi:o   Kaji DJJ tiap 30 menit

Rasional: untuk mengetahui DJJ sehingga dapat dilakukan tindakan dengan segera apabila terjadi peningkatan atau perlambatan.

o   Sarankan ibu untuk tidak berbaring telentang lebih dari 10 menit

Rasional: jika terlentang maka berat janin, uterus, air ketuban akan menekan vena cava inferior, hal ini dapat mengakibatkan turunnya sirkulasi darah dari ibu ke plasenta

o   Catat kemajuan persalinan

Rasional: persalinan lama/disfungsional dengan perpanjangan fase laten dapat menimbulkan masalah kelelahan ibu, stres berat, infeksi dan hemoragi karena atonia/ruptur uterus

o   Catat DJJ bila ketuban pecah,  periksa lagi 5 menit kemudian dan observasi perineum terhadap

prolaps tali pusatRasional: perubahan pada tekanan cairan amniotik dengan ruptur dan prolaps tali pusat dapat menurunkan transfer oksigen ke janin

o   Kolaborasi pemberian oksigen

Rasional:meningkatkan oksigen ibu yang tersedia untuk ambilan fetal2.      Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan

Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu mampu mengendalikan nyerinya dengan kriteria evaluasi ibu menyatakan menerima rasa nyerinya sebagai proses fisiologis persalinan

 Intervensi:

Page 13: Ilmu Keperawatan Maternitas-forcep.docx

o   Kaji kontraksi uterus dan ketidaknyamanan (awitan, frekuensi, durasi, intensitas, dan gambaran

ketidaknyamanan)Rasional: untuk mengetahui kemajuan persalinan dan ketidaknyamanan yang dirasakan ibu

o   Kaji tentang metode pereda nyeri yang diketahui  dan dialami

Rasional: nyeri persalinan bersifat unik dan berbeda – beda tiap individu. Respon terhadap nyeri sangat tergantung budaya, pengalaman terdahulu dan serta dukungan emosional termasuk orang yang diinginkan (Henderson, 2006)

o   Kaji faktor yang dapat menurunkan toleransi terhadap nyeri

Rasional: mengidentifikasi jalan keluar yang harus dilakukano   Kurangi dan hilangkan faktor yang meningkatkan nyeri

Rasional: tidak menambah nyeri klieno   Jelaskan metode pereda nyeri yang ada seperti relaksasi, massage, pola pernafasan, pemberian

posisi, obat – obatanRasional: memungkinkan lebih banyak alternative yang dimiliki oleh ibu, oleh karena dukungan kepada ibu untuk mengendalikan rasa nyerinya (Rajan dalam Henderson, 2006)

o   Dorong ibu untuk mencoba beberapa metode

Rasional: dengan beberapa metode diharapkan ibu dapat mengendalikan rasa nyerinyao   Lakukan perubahan posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi ingin di tempat tidur anjurkan

untuk miring ke kiriRasional: nyeri persalinan bersifat sangat individual sehingga posisi nyaman tiap individu akan berbeda, miring kiri dianjurkan karena memaksimalkan curah jantung ibu.

o   Beberapa teknik pengendalian nyeri :

Relaksasi: Bertujuan untuk meminimalkan aktivitas simpatis pada system otonom sehingga ibu dapat memecah siklus ketegangan-ansietas-nyeri. Tindakan dapat dilakukan dengan menghitung terbalik, bernyanyi, bercerita, sentuhan terapeutik, akupresur, hipnoterapi, imajinasi terbimbing, dan terapi music.Massage: Massage yang lebih mudah diingat dan menarik perhatian adalah yang dilakukan orang lain. Tindakan massage diduga untuk menutup “gerbang” guna mencegah diterimanya stimulus nyeri, sentuhan terapeutik akan meningkatkan pengendalian nyeri (Glick, 1993). Dianjurkan massage selama persalinan bersifat terus menerus.

3.      Kelelahan  berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy akibat peningkatan metabolisme sekunder akibat nyeri selama persalinanTujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu tidak mengalami keletihan dengan kriteria evaluasi: nadi:60-80x/menit(saat tidak ada his), ibu menyatakan masih memiliki cukup tenagaIntervensi:

o   Kaji tanda – tanda vital yaitu nadi dan tekanan darah

Rasional: nadi dan tekanan darah dapat menjadi indicator terhadap  status hidrasi dan energy ibu.o   Anjurkan untuk relaksasi dan istirahat di antara kontraksi

Page 14: Ilmu Keperawatan Maternitas-forcep.docx

Rasional: mengurangi bertambahnya keletihan dan menghemat energy yang dibutuhkan untuk persalinan

o   Sarankan suami atau keluarga untuk mendampingi ibu

Rasional: dukungan emosional khususnya dari orang – orang yang berarti bagi ibu dapat memberikan kekuatan dan motivasi bagi ibu

o   Sarankan keluarga untuk menawarkan dan memberikan minuman atau makanan kepada ibu

Rasional: makanan dan asupan cairan yang cukup akan memberi lebih banyak energy dan mencegah dehidrasi yang memperlambat kontraksi atau kontraksi tidak teratur.

4.      Kurang pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan dengan kurangnya informasi yang dimiliki ibuTujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapakan ibu dapat memahami proses persalinan dengan kriteria evaluasi : ibu  menyatakan dapat menerima penjelasan perawat, ibu kooperatifIntervensi :

o   Kaji pengetahuan yang telah dimiliki ibu serta kesiapan ibu menerima informasi

Rasional: untuk mengefektifkan penjelasan yang akan diberikano   Menjelaskan tentang proses persalinan serta apa yang mesti dilakukan oleh ibu

Rasional: untuk memberikan informasi kepada ibu dengan harapan terjadi perubahan tingkat pengetahuan dan psikomotor dari ibu sehingga ibu kooperatif

o   Menjelaskan tentang kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi  serta prosedur yang akan

dilaksanakan dan hasil pemeriksaanRasional: memberikan gambaran pada ibu tentang persalinan yang sedang dijalani, mengurangi cemas dengan harapan keadaan psikologis ibu tenang yang dapat mempengaruhi intensitas his

o   Memberi pujian atas sikap kooperatif ibu

Rasional: pujian dapat meningkatkan harga diri serta dapat menjadi motivasi untuk melakukannya lagi

5.      Cemas b.d krisis situasional akibat proses persalinanTujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kecemasan berkurang dengan kriteria evaluasi : tampak rileks, ibu kooperatif dalam teknik relaksasi dan napas dalam, ibu melaporkan cemas berkurang, TD stabil.Intervensi:

o   Berikan informasi tentang perubahan psikologis dan fisiologis pada persalinan sesuai kebutuhan

Rasional: pendidikan dapat menurunkan stres dan ansietas dan meningkatkan kemajuan persalinan

o   Kaji tingkat dan penyebab ansietas, kesiapan untuk melahirkan anak, latar belakang budaya dan

peran orang terdekatRasional: memberikan informasi dasar, ansietas memperberat persepsi nyeri, mempengaruhi penggunaan teknik koping dan menstimulasi pelepasan aldosteron yang dapat meningkatkan resospsi natrium dan air

Page 15: Ilmu Keperawatan Maternitas-forcep.docx

o   Pantau TTV sesuai indikasi

Rasional: stres mengaktifkan sistem adrenokortikal hipofisis-hipotalamik, yang meningkatkan retensi dan resorpsi natrium dan air dan meningkatkan eksresi kalium. Resorpsi natrium dan air dapat memperberat perkembangan toksemia intapartal/hipertensi, kehilangan kalium dapat memperberat penurunan aktivitas miometrik.

o   Pantau pola kontraksi uterus, laporkan disfungsi persalinan

Rasional: pola kontraksi hipertonik atau hipotonik dapat terjadi bila stres menetap dan memperpanjang pelepasan katekolamin

o   Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan, masalah dan rasa takut

Rasional: stres, rasa takut dan ansietas mempunyai efek yang dalam pada proses persalinan, sering memperlama fase pertama  karena penggunaan cadangan glukosa ; menyebabkan kelebihan epinefrin yang dilepaskan dari stimulasi adrenal, yang menghambat aktivitas miometrial ; dan meningkatkan kadar norepinefrin yang cendrung meningkatkan aktivitas uterus.

o   Demonstrasikan metode persalinan dan relaksasi, berikan tindakan kenyamanan

Rasional: menurunkan stresor yang dapat memperberat ansietas; memberikan strategi koping6.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan robekan jalan lahir, luka

Tujuan: menunjukkan luka bebas dari drainase purulen. Bebas dari infeksi, tidak pebris dan mempunyai aliran lokhial kateter normal

 Intervensi :o   Kaji catatan prenatal dan intrapartal, perhatikan frekuensi  pemeriksaan vagina dan komplikasi

seperti persalinan lama yang menggunakan alat mekanis.Rasional : membantu mengidentifikasi factor-faktor resiko yang dapat mengganggu kebutuhan dan kemunduran pertumbuhan epitel jaringan endometrium dan memberi kecenderungan klien terkena infeksi.

o   Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi, catat adanya menggigi, anoreksia dan

malaiseRasional : peningkatan suhu tubuh sampai 38,3 0c dalam 24 jam pertama menandakan adanya infeksi.

o   Kaji lokasi dan kontraktifitas uterus, perhatikan perubahan involusional atau adanya nyeri tekan

uterus ekstremRasional : fundus yang awalnya 2 cm dibawah umbilicus meningkat 1-2 cm/hari, kegagalan miometrium untuk involusi pada kecepatan ini atau terjadinya nyeri tekan ekstrem menandakan kemungkinan tahanan jaringan plasenta/infeksi

o   Catat jumlah dan bau rabas lokheal atau perubahan pada kamajuan    normal dari rubra menjadi

serosaRasional : lokia secara normal mempunyai bau amis namun pada endometasis akan berbau busuk, mungkin gagal menujukkan kemajuan normal dari rubru ke serosa sampai ke alba

o   Infeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam, perhatikan adanya nyeri tekan berlebihan,

kemerahan, eksudat purulen, edema, atau adanya laserasi.

Page 16: Ilmu Keperawatan Maternitas-forcep.docx

Rasional : diagnosa dini dari infeksi local dapat mencegah penyebaran pada jaringan uteruso   Kaji tanda-tanda ISK atau sistitis

Rasional : gejala ISK nampak pada hari kedua sampai dengan ketiga postpartum karena naiknya infeksi ke traktus uretra, kekandung kemih dan kemungkinan ke ginjal

o   Berikan antibiotic spectrum luas, sampai laporan kultur / sensitifitas dikembalikan kemudian ubah

terapi sesuai indikasi      Rasional : mencegah infeksi dari penyebaran ke jaringan sekitar atau aliran darah. Pilihan antibiotic tergantung pada sensitifitas organisme penginfeksi.

7.      Kekurangan volume cairan b/d kelelahan / kegagalan miometri dari mekanisme homeostatik, resiko tinggi perdarahan (hipovolemia)Tujuan : Setelah diberikan askep diharapkan tidak terjadi kekurangan volume cairanIntervensi :

o   Tempatkan pasien pada posisi rekumben

Rasional : Mengoptimalkan aliran darah serebral dan memudahkan pematauan fundus dan aliran vaginal

o   Kaji jenis persalinan dan anastesia, kehilangan darah pada persalinan dan lama persalinan tahap II

Rasional : Kaji manipulasi uterus atau masalah-masalah dengan pelepasan plasenta dapat menimbulkan kehilangan darah

o   Catat lokasi dan konsistensi fundus setiap 15 menit

Rasional : Aktivitas miometri uterus menimbulkan hemostasis dengan menekan pembuluh darah endometrial. Fundus harus keras dan terletak di umbilikus. Perubahan posisi dapat menandakan kandung kemih penuh, tertahannya bekuan darah atau relaksasi uterus

o   Observasi jumlah, warna darah yang keluar dari uterus setiap 15 menit

Rasional : Membantu mengidentifikasi laserasi yang potensial terjadi pada vagina dan servik yang dapat mengakibatkan aliran berlebihan dan merah terang. Atonia uteri dapat meningkatkan aliran lokhea.

o   Kaji penyebab perdaraha

Rasional : Untuk dapat melakukan intervensi, apakah perlu histerektomi karena ruptur uteri, apakah perlu oksitosin dan sebagainya.

o   Kaji TTV (nadi, TD) setiap 15 menit

Rasional : Perpindahan cairan dan darah ke dasar vena, penurunan sedang diastolik dan sistolik TD dan takikardia dapat terjadi. Perubahan yang lebih nyata dapat terjadi pada respon terhadap magnesium sulfat, atau syok atau ditingkatkan dalam respon terhadap oksitosin. Bradikardia dapat terjadi secara normal pada respon terhadap peningkatan curah jantung dan peningkatan isi sekuncup dan hipersensitif vagal setelah kelahiran. Takikardia lanjut dapat disertai syok.

o   Kaji intake dan output cairan

Rasional : Untuk mengetahui jumlah cairan yang masuk dan keluar, dan untuk menentukan jumlah cairan yang harus diberikan, bila perdarahan berlebihan

o   Beri pasien cairan dan elektrolit peroral jika memungkinkan

Page 17: Ilmu Keperawatan Maternitas-forcep.docx

Rasional : Untuk mengganti cairan intravaskuler yang hilang karena perdarahanKolaborasi :

o   Periksa Hb, Ht pada pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan segera

Rasional : membantu memperkirakan jumlah kehilangan daraho   Pasang infus IV larutan isotonik

Rasional : meningkatkan volume darah dan menyediakan vena terbuka untuk pemberian obat-obatan darurat

o   Berikan preparat oksitosin atau preparat ergometrin, tingkatkan kecepatan infus oksitosin

intravena bila perdarahan uterus menetapRasional : merangsang kontraktilitas miometrium, menutup pembuluh darah yang terpajan pada sisi bekas plasenta dan menurunkan kehilangan darah

o   Cek jumlah trombosit, kadar fibrinogen, dan produk fibrin split, masa protrombin, dan masa

tromboplastinRasional : perubahan dapat menunjukkan terjadinya kelainan koagulasi

o   Gantikan kehilangan cairan dengan plasma atau darah lengkap sesuai indikasi

Rasional : Penggantian cairan yang hilang diperlukan untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah syok

o   Bantu dalam persiapan dilatasi dan kuretase, laparotomi, evakuasi hematoma, perbaiki laserasi

jalan lahir, histerektomiRasional : Bila perdarahan tidak berespon terhadap tindakan konservatif / pemberian oksitosin, pembedahan dapat diindikasikan

8.      Perubahan eliminasi urine b/d perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih.Intervensi :

o   Palpasi diatas simpisis pubiso   Catat dan bandingkan masukan dan haluarano   Anjurkan upaya berkemih, sedikitnya 1-2 jamo   Posisikan klien tegak dan cucurkan air hangat diatas perineumo   Ukur suhu dan nadi, kaji adanya peningkatano   Kaji kekeringan kulit dan membrane mukosa