ILMU KEDOKTERAN REPRODUKSI

17
ILMU KEDOKTERAN REPRODUKSI: AKTIVITAS BIOLOGIK IMUNOGLOBULIN SERTA KAITANNYA DENGAN ANTIBODI ANTISPERMA Oleh: Dr. dr. I Wayan Rasmen, M.Repro, Staf Medis Rumah Sakit Umum (RSU) Negara Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Jembrana. (kuliah Psikoneuroimunologi, tahun 2010) PENDAHULUAN Imunoglobulin (Ig) merupakan suatu protein dengan aktivitas biologik sebagai antibodi. Antibodi merupakan bagian dari sistem imunitas tubuh dalam hal respon imunitas humoral. Imunoglobulin dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari sel limfosit B. Pada umumnya, Imunoglobulin yang berada di dalam serum berasal dari berbagai populasi sel plasma sehingga merupakan imunoglobulin poliklonal. Karena itu, dalam keadaan normal imunoglobulin dalam serum bersifat heterogen. Imunoglobulin melalui reaksi imun humoral memegang peranan penting dalam menjaga tubuh dari berbagai serangan penyakit. Reaksi imun, di samping menjaga kesehatan tubuh, dapat juga mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kerusakan yang parah pada berbagai organ tubuh. Reaksi yang mengganggu kesehatan tubuh disebut reaksi alergi (hipersensitivitas). Pada organ genitalia, reaksi imun yang merugikan tersebut dapat menyebabkan spermatozoa mengalami imobilisasi, aglutinasi, adan lisis. STRUKTUR IMUNOGLOBULIN Struktur dasar imunoglobulin terdiri dari dua macam rantai polipeptida yaitu rantai-H dan rantai-L. Masing- masing rantai disusun oleh rangkaian asam amino. Rantai-H dan rantai-L terangkai meelalui ikatan disulfida membentuk struktur yang simetris. Satu unit Ig terdiri dari dua rantai-H dan dua rantai-L. Dua fragmen yang mengandung rantai-H dan rantai-L disebut fragmen Fab, dan satu fragmen yang hanya mengandung rantai-H saja disebut fragmen Fc.

description

kedokteran reproduksi

Transcript of ILMU KEDOKTERAN REPRODUKSI

Page 1: ILMU KEDOKTERAN REPRODUKSI

ILMU KEDOKTERAN REPRODUKSI:AKTIVITAS BIOLOGIK IMUNOGLOBULIN SERTA KAITANNYA DENGAN

ANTIBODI ANTISPERMA

Oleh:Dr. dr. I Wayan Rasmen, M.Repro,

Staf Medis Rumah Sakit Umum (RSU) NegaraDosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Jembrana.

(kuliah Psikoneuroimunologi, tahun 2010)

PENDAHULUANImunoglobulin (Ig) merupakan suatu protein dengan aktivitas biologik sebagai

antibodi. Antibodi merupakan bagian dari sistem imunitas tubuh dalam hal respon imunitas humoral. Imunoglobulin dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari sel limfosit B. Pada umumnya, Imunoglobulin yang berada di dalam serum berasal dari berbagai populasi sel plasma sehingga merupakan imunoglobulin poliklonal. Karena itu, dalam keadaan normal imunoglobulin dalam serum bersifat heterogen.

Imunoglobulin melalui reaksi imun humoral memegang peranan penting dalam menjaga tubuh dari berbagai serangan penyakit. Reaksi imun, di samping menjaga kesehatan tubuh, dapat juga mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kerusakan yang parah pada berbagai organ tubuh. Reaksi yang mengganggu kesehatan tubuh disebut reaksi alergi (hipersensitivitas). Pada organ genitalia, reaksi imun yang merugikan tersebut dapat menyebabkan spermatozoa mengalami imobilisasi, aglutinasi, adan lisis.

STRUKTUR IMUNOGLOBULINStruktur dasar imunoglobulin terdiri dari dua macam rantai polipeptida yaitu

rantai-H dan rantai-L. Masing-masing rantai disusun oleh rangkaian asam amino. Rantai-H dan rantai-L terangkai meelalui ikatan disulfida membentuk struktur yang simetris. Satu unit Ig terdiri dari dua rantai-H dan dua rantai-L. Dua fragmen yang mengandung rantai-H dan rantai-L disebut fragmen Fab, dan satu fragmen yang hanya mengandung rantai-H saja disebut fragmen Fc. Rantai-L terdiri dari dua tipe yaitu kappa (k) dan lamda (l). Sedangkan rantai=H ada lima tipe yaitu: gamma (G), alpha (A), mu (M), delta (D), dan epsilon (E).

Sesuai dengan tipe rantai-H yang menyusunnya, maka imunoglobulin digolongkan atas lima jenis, yaitu: IgG, IgA, IgM, IgD, dan IgE. IgG ada ada empat jenis yaitu: IgG1, IgG2, IgG3, dan IgG4. IgA ada dua jenis yaitu: IgA1 dan IgA2. Masing-masing jenis imunoglobulin tersebut berbeda dalam hal asam amino yang menyusunnya, berat molekul, dan sifat biologisnya. Dalam serum 75% dari pada imunoglobulin total adalah IgG. IgE mempunyai berat molekul terbesar dan yang terkecil berat molekulnya adalah IgG. IgG bereaksi positif pada transfer plasenta. IgE dapat melekat pada permukaan sel basofil dan sel mast. IgG dan IgM dalam reaksinya memerlukan aktivasi komplemen.

Molekul imunoglobulin bersifat spesifik terhadap antigen tertentu. Spesifisitas suatu antibodi ditentukan oleh susunan asam amino yang berbeda satu sama lainnya, Fragmen Fab berfungsi mengikat antigen, sedangkan fragmen Fc menunjukkan aktifitas

Page 2: ILMU KEDOKTERAN REPRODUKSI

biologiknya, antara lain adalah kemampuan untuk menembus plasenta, kemampuan untuk mengikat komplemen, serta kemampuan untuk menyebabkan degranulasi sel mast. IgA tidak dapat menembus plasenta.

Suatu populasi sel plasma yang berasal dari satu klon akan membentuk imunoglobulin yang sama disebut imunoglobulin monoklonal. Gamopati monoklonal adalah segolongan penyakit yang termasuk kelainan imunoproliferatif dengan proliferasi sel-sel plasma yang tidak terkendali yang berasal dari satu klon disertai produksi imunoglobulin yang berlebihan.

REAKSI ALERGIReaksi alergi merupakan reaksi imun yang patologik. Berdasarkan atas

mekanisme kerjanya di dalam tubuh, reaksi alergi dibedakan atas empat tipe, yaitu:1. Reaksi tipe I (atopik, anafilaktik),2. Reaksi tipe II (sitotoksik, sitolitik),3. Reaksi tipe III (Arthus, kompleks toksik).4. Reaksi tipe IV (seluler)

Reaksi tipe I, II, dan III termasuk imunitas humoral, sedangkan reaksi tipe IV termasuk imunitas seluler. Reaksi tipe I, II, dan III berlangsung cepat, dan oleh karena itu disebut reaksi tipe cepat. Sebaliknya reaksi tipe IV berlangsung lambat dissebut reaksi tipe lambat.

Reaksi anafilaktik merupakan reaksi alergi jenis cepat. Reaksi jaringan terjadi hanya dalam beberapa menit setelah terjadinya kontak antigen dengan antibodi. Antibodi dibawakan oleh IgE. IgE pada bagian Fc melekat pada sel basofil atau sel mast atau jaringan tertentu, sedangkan pada bagian Fab bebas. Bila bagian Fab kontak dengan antigen, akan terjadi perubahan konfigurasi molekul IgE, sistem adenilat-siklase pada membran sel terangsang, sehingga mempengaruhi kadar cAMP. Selanjutnya dilepaskan granula-granula yang mengandung histamin, SRS-C, ECF-A, arginin-estrase, dan heparin. Beberapa jenis alergen yang dapat menimbulkan reaksi anafilaktik adalah: antiserum, hormon, enzim, ekstrak debu rumah, jenis makanan tertentu, dekstran, zat kontras yodium, dan obat-obatan tertentu. Gejala klinis dapat bersifat local (gatal, eritema, atau edema kulit), atau sistemik (obstuksi bronkhus, hipotensi, atau syok), tergantung dari cara masuknya alergen.

Pada reaksi alergi tipe II, antibodinya IgG atau IgM berada dalam keadaan bebas, sedangkan antigennya terdapat pada membran sel atau jaringan. Bila terjadi reaksi antgen antibody, maka membran sel mengalami lisis. Reaksi ini mengaktivasi sistem komplemen. Kerusakan sel dapat diperparah apabila sel-sel fagosit ikut terangsang antara lain adalah sel K (killer), suatu sel yang tidak mempunyai marker yang bukan termasuk sel-T maupun sel-B. Sel ini sanggup membunuh sel-sel target yang telah terselubung IgG atau IgM tersebut. Manifestasi klinis reaksi alergi tipe II adalah antara lain pada tranfusi darah dengan golongan darah yang tidak cocok, pada ibu dengan factor Rhesus posisitip sedangkan bayi dengan faktor Rhesus negatip, lupus eritematosus sistemik, aspermatogenesis alergik, sindroma Godpasture, dan lain sebagainya.

Pada reaksi alergi tipe III, baik antigen maupun antibodinya berada dalam keadaan bebas dalam sirkulasi darah. Bila terjadi reaksi antigen antibodi (melibatkan IgG dan IgM), disertai aktivasi sistem komplemen, akan membentuk deposit pada suatu jaringan tubuh. Reaksi alergi tipe III misalnya terdapat pada reaksi Arthus,

Page 3: ILMU KEDOKTERAN REPRODUKSI

glomerulonefritis, poliartritis nodosa, lupus eritematosus sistemik, demam rematik, dan lain sebagainya.

Pada reaksi alergi tipe IV, tidak memerlukan antibodi, merupakan reaksi lambat, yang terjadi sekitar 24 sampai dengan 48 jam. Sel limfosit yang telah tersensitisasi bereaksi secara spesifik dengan suatu antigen, menimbukan reaksi imun berupa infiltrasi limfosit, monosit, dan makrofag membentuk indurasi jaringan. Zat mediator yang dilepaskan adalah limfokin. Reaksi alergi tipe IV ini misalnya terdapat pada tes tuberkulin, alergi kontak pada kulit, gigitan serangga, penyakit autoimun, dan lain sebagainya,

Reaksi alergi tipe II dan III diperankan oleh IgG dan IgM, memerlukan aktivasi sistem komplemen. Yang disebut sistem komplemen adalah suatu sistem yang terdiri dari 11 komponen protein yang beredar di dalam sirkulasi darah secara terpisah dan inaktif. Ke-11 komponen protein tersebut diberi nama C1q, C1r, C1s, C2, C3, C4, C5, C6, C7, C8, dan C9.

Setelah kompleks antigen antibodi mengikat C1, selanjutnya akan mengikat C2 dan C4 membentuk C124, Pengikatan dengan C3 membentuk C1243. pengikatan dengan C5, C6, dan C7 membentuk C1243567. Yang terakhir, pengikatan dengan C8 dan C9 membentuk C124356789 yang menyebabkan membran sel mengalami lisis. Sistem komplemen juga dapat diaktifkan tanpa melalui reaksi antigen antibodi, misalnya pada reaksi akibat pengaruh endotoksin bakteri gram negatip, bisa ular kobra dan lain sebagainya.

SISTEM IMUNITAS DALAM SISTEM REPRODUKSIDalam sistem reproduksi, ternyata spermatozoa berlaku sebagai antigen, baik

terhadap pria itu sendiri maupun terhadap wanita. Respon imun pria terhadap spermatozoanya sendiri dapat timbul bilamana terjadi kerusakan pada sawar darah testis (testis barrier), trauma atau operasi pada testis, dan infeksi yang mengenai testis. Sedangkan reaksi imun terhadap spermatozoa pada wanita terjadi semenjak tubuh wanita tersebut mengenal spermatozoa.

Respon imun terhadap spermatozoa adalah bersifat spesifik. Antibodinya disebut antibodi antisperma (antisperm antibody / ASA) yang melibatkan IgG, IgM, dan IgA. Antibodi antisperma yang bersifat lokal terdapat dalam plasma sperma dan cairan serviks, sedangkan yang bersifat sistemik terdapat dalam serum darah dan cairan tubuh lainnya. Akibat reaksi antigen sperma dengan antibodi antisperma menimbulkan gangguan terhadap fungsi spermatozoa, antara lain menurunnya motilitas spermatozoa, terganggunya proses kapasitasi, terganggunya proses reaksi akrosom, dan berkurangnya kemampuan spermatozoa untuk menembus zona pelusida. Antibodi antisperma juga dapat menyebabkan spermatozoa mengalami aglutinasi atau mengalami lisis bila terjadi aktivasi sistem komlemen.

ANTIGEN SPERMATOZOAAntigen pada permukaan spermatozoa terdapat pada membrane sel (antigen

intrinsik) yang merupakan makromolekul yang terbentuk selama proses spermatogenesis, antara lain berupa enzim/protein, glikoprotein, dan glikolipid. Letak antigen pada permukaan spermatozoa adalah pada bagian akrosom anterior, inti sel, tudung inti sel, bagian ekor utama, dan bagian akhir ekor. Antigen tersebut terdiri dari protein-protein

Page 4: ILMU KEDOKTERAN REPRODUKSI

yang tebentuk selama pematangan spermatozoa yang melekat pada permukaannya. Bila spermatozoa masuk ke dalam saluran kelamin wanita maka gerak spermatozoa akan terhambat dengan adanya antibodi antisperma yang terdapat dalam cairan serviks.

Beberapa jenis antigen yang telah teridentifikasi pada membran spermatozoa, antara lain:

1. Laktat dehidrogenase-C4 (LDH-C4), terdapat pada ekor bagian utama. Antibodi terhadap antigen ini bekerja dengan cara menghambat fertilisasi, dan menyebabkan kematian embrio sebelum implantasi.

2. SP-10, yang terdapat pada bagian akrosom. Antibodi terhadap antigen ini adalah menghambat penetrasi spermatozoa ke dalam sel telur.

3. Kreatin fosfokinase (CPK), yang berfungsi dalam fosforilasi kreatin dalam rangka transport energi dalam spermatozoa. Antibodi terhadap antigen ini adalah mengganggu viskositas cairan pada permukaan spermatozoa sehingga mengganggu kapasitasi, mengganggu fungsi akrosom, dan meningkatkan konsentrasi kolesterol yang tidak teresterifikasi.

4. Antigen fertilisasi-1 (FA-1), merupakan antigen yang terdapat pada membran spermatozoa tikus dan manusia yang menyebabkan penurunan kesuburan, penghambatan fertilitas secara total, mengaktifkan limfosit untuk mensekresi mediator tertentu yang selanjutnya merangsang makrofag yang akan menghambat motilitas spermatozoa dan perkembangan embrio. Antigen ini juga secara spesifik menginduksi factor CMI (cell-mediated immunity) yang menghambat motilitas spermatozoa dan implantasi embrio. Juga menyebabkan kegagalan IVF manusia serta menyebabkan daya penetrasi rendah pada SPA (sperm penetrating assay). Antigen FA-1 juga bereaksi dengan sera dari pria dan wanita infertil secara imunologis dan tidak bereaksi dengan sera pria dan wanita fertil.

5. SOB-2, merupakan antigen spermatozoa spesifik yang diduga berperan langsung dalam pengikatan spermatozoa dengan zona pelusida pada saat fertilisasi.

Beberapa antigen lainnya yang berhasil diisolasi dari membran spermatozoa namun fungsinya belum diketahui dengan jelas adalah: HSP-70, HSP-70-2, disulfit isomerase ER-60, bentuk inaktif dari kaspase-2, serta dua subunit dari proteasom,

PROSES TERBENTUKNYA ANTIBODI ANTISPERMAPembentukan antibodi antisperma dapat terjadi baik pada pria maupun pada

wanita. Pada wanita, terbentuknya antibodi antisperma disebabkan oleh karena wanita tidak memperoduksi sperma, dan oleh karena itu sperma dikenali sebagai antigen asing. Masuknya sperma ke dalam saluran genital wanita maupun ke saluran pencernaan, memungkinkan terbentuknya antibodi antisperma. Dalam keadaan normal, masuknya sperma ke dalam uterus tidak menimbulkan respon imun yang berarti. Secara tipikal, sistem imun pada saluran genital wanita ternyata tidak responsif terhadap antigen spermatozoa. Hal ini diduga bahwa cairan sperma mengandung beberapa faktor yang menghambat respon imun. Imunitas mukosa saluran genital wanita diduga mempunyai toleransi terhadap antigen spermatozoa. Sel-sel spermatozoa, bila disuntikkan langsung ke dalam peritoneum untuk inseminasi buatan, dapat menimbulkan respon imun pada wanita. Epitel vagina dan serviks memperoduksi komponen skretorik untuk transport imunoglobulin dalam saluran genital wanita.

Page 5: ILMU KEDOKTERAN REPRODUKSI

Masuknya spermatozoa ke dalam saluran genitalia wanita akan dikenali sebagai antigen asing oleh sel mukosa yang mengandung banyak sel plasma yang menghasilkan antibodi. Di samping sel plasma, pada submukosa juga terdapat sel makrofag setempat, sel Langerhans, sel dendritik, dan limfosit-T. Antigen yang mencapai mukosa vagina dan serviks akan difagositosis oleh APC (sel makrofag setempat dan sel Langerhans). Sekali aktivasi baik oleh antigen, APC, limfosit-T maupun sitokin, maka sel limfosit-B akan bergerak menuju sumber aktivasi tersebut, serta membentuk sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin.

Pada pria, spermatogenesis terjadi pada tempat yang terisolasi dari sistem imun tubuh di dalam tubulus seminiferus. Isolasi dilakukan oleh sawar darah testis (blood barrier testis) pada membran dasar tubulus yang dibentuk oleh pertautan yang erat antara sel-sel Sertoli. Sawar darah testis bekerja dengan cara mencegah masuknya darah beserta komponennya ke dalam lumen. Dalam keadaan normal, cairan dalam tubulus tidak mengandung imunoglobulin, makrofag, maupun jenis-jenis leukosit lainnya.

Secara teoretis, sawar darah testis dapat terbuka melalui beberapa mekanisme yang menyebabkan terpaparnya antigen spermatozoa terhadap sistem imun tubuh. Pemaparan ini merangsang timbulnya respon imun yng menyebabkan terjadinya imflamasi dan terbentuknya antibodi. Respon imun juga terjadi oleh karena adanya obstruksi saluran genital baik oleh karena anomali kongenital, vasektomi, maupun trauma yang menyebabkan merembesnya komponen spermatozoa ke luar saluran sehingga terpapar dengan sistem imun. Organisme yang menular lewat hubungan seksual dapat memicu pembentukan antibodi antisperma melalui proses inflamasi atau melalui mekanisme autoimun. Sejumlah bakteri, virus, dan jamur dapat melekat pada membran spermatozoa dan berlaku sebagai antigen.

PEMERIKSAAN ANTIBODI ANTISPERMAAda beberapa cara untuk memriksa adanya antibodi antisperma dalam tubuh. Uji-

MAR (Mixed Antiglobulin Reaction Test) merupakan salah satu cara untuk memeriksa adanya antibodi antisperma baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Uji-MAR bertujuan untuk mendeteksi adanya antibodi antisperma yang melekat pada membran spermatozoa. Prinsipnya adalah mencampur sperma segar dengan lateks atau eritrosit domba yang terlapisi dengan IgG manusia. Suatu antiserum antimanusia dibubuhkan pada campuran tersebut. Terbentuknya gumpalan campuran antara partikel dengan spermatozoa motil merupakan bukti adanya antibodi antisperma.

Uji-MAR secara tidak langsung bertujuan untuk mendeteksi adanya antibodi antisperma yang terdapat di dalam serum atau di dalam cairan tubuh lainnya, dengan menggunakan donor spermatozoa. Pada uji ini digunakan 25 ul suspensi spermatozoa motil (konsentrasi 20 juta/ml) yang telah dicuci dari donor tersebut, lalu ditambahkan pada 25 ul serum pasien yang telah diinaktifasi komplemennya dan telah diencerkan 1/16-nya dengan medium Earles. Setelah diinkubasi pada suhu 37 C selama 1 jam, 1 tetes (ul) dari campuran tersebut diproses melalui uji-MAR biasa dengan mencampurkan partikel lateks dan IgG. Persentase spermatozoa motil dengan partikel yang menempel dihitung setelah 2-3 menit.

Page 6: ILMU KEDOKTERAN REPRODUKSI

DAPTAR PUSTAKABhande,S;Naz,R.K.(2007), Molecular identities of human sperm proteins reactitive with

antibodies in sera of immunoinfertile women, Mol Reprod Dev.Bretcher,PA;Cohn,A.(1975), Essental Immunology, II nd Edit, London: Blackwell

Scientific Publications.Domagala,A;Pulido,S;Kurpisz,M;Herr,J.C.(2007), Application of proteomic methods for

identification of sperm immunologic antigens, Mol.Hum.Roprod.Feng,H.L:Han,Y.B;Sparks,A.E.T;Sandlow,J.I.(2008), Characterizaton of human sperm

antigen reacting with anti-sperm antibodies from an infertile patient‘s serum, Journal of Andrology,Vol.29,no.4,Jul/Aug,Amercan society of Andrology.

Hafez,E.S.E.(1977), Physioanatomical Parameter Of Andrology, in: Techniques of Human Andrology Human Reproducton Medicine, Vol, 1 Hafez ESE (Eds), North Holland Publishing: Amseterdam.

Hinting,A.(1980), WHO laboratory manual for the hxamination of human cement and cement cervical mucus interaction, 1 nd Edition, Singapura: Press Concern.

Verdier,Y;Guillaume,F;Nelly,R;Zoltan,K;Tamas,J;Boue,F.(2005), Identification of a new testis specific sperm antigen localized on principal piece of the spermatozoa tail in the fox, Biol Reprod.

Wakle,M.S;Joshi,S.A;Khole,V.V.(2005), Monoclonal Antibody From Vasectimised Mouse Identifies a Conserved Testis-specific Antigen TSA70, Journal of Andrology, Vol.6. Nop/Dec., American Sociaty of Andrology.

Page 7: ILMU KEDOKTERAN REPRODUKSI

ILMU KEDOKTERAN REPRODUKSI:PROSES REPRODUKSI SEL SOMATIK DAN SEL KELAMIN

OlehDr. dr. I Wayan Rasmen, M.Repro

Staf Medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) NegaaraDosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES} Jembrana

(kuliah biologi reprodusi, tahun 2100)

PENDAHULUANReproduksi sel merupakan proses bertambah banyaknya sel-sel, baik sel somatik

maupun sel kelamin. Sel akan bertambah banyak melalui suatu peristiwa yang disebut pembelahan sel. Pembelahan sel ada dua jenis yaitu pembelahan biasa untuk sel somatik dan pembelahan reduksi untuk sel kelamin. Yang dimaksud dengan pembelahan biasa adalah satu sel membelah menjadi dua untuk membentuk sel baru dimana pada masing-masing sel yang terbentuk mempunyai jumlah kromosom yang sama dengan sel induknya. Sedangkan pembelahan reduksi merupakan pembelahan satu sel menjadi dua sel baru dimana jumlah kromosomnya untuk masing-masing sel adalah separoh dari jumlah kromosom sel induknya. Sel somatik mempunyai kromosom yang bersifat diploid, dan susunan kromosomnya berpasangan, sedangkan sel kelamin mempunyai susunan kromosom yang bersifat haploid. Rumus untuk kromosom diploid adalah 2n, sedangkan kromosom haploid rumusnya n. Satu set kromosom haploid disebut genom. Sel yang diploid (sel somatik) terbentuk dari bersatunya dua sel yang haploid ( sel kelamin jantan dan sel kelamin betina).

KROMOSOMDi dalam inti sel kebanyakan makluk hidup, terdapat benda-benda berbentuk

batang lurus atau bengkok yang disebut kromosom, yand tersusun dari zat-zat yang mudah mengikat zat warna yang disebut kromatin. Benda-benda tersebut terlibat dalam mekanisme keturunan serta berfungsi dalam hal pemindahan sifat-sifat ginetik. Tiap spesies tertertentu mempunyai jumlah kromosom yang tetap. Manusia mempunyai 46 buah (23 pasang) kromosom. Yang paling sedikit punya kromosom adalah cacing gelang hanya 2 buah atau 1 pasang saja di dalam sel somatisnya. Setiap pasangan kromosom adalah adlah berpasanga dengan kromosom yang serupa. Satu pasang kromosom yang serupa dinamakan kromosom homolog.

Panjang kromosom bervariasi antara 0,2 – 50 u, dengan diameter 0,2 – 20 u. Panjang kromosom manusia sekitar 6u. Makin besar jumlah kromosomnya dalam satu sel makin kecil ukuran kromosomnya. Ukuran kromosom hewan lebih kecil dibandingkan dengan ukuran kromosom tumbuh-tumbuhan. Setiap kromosom yang digambarkan sebagai batang lurus atau bengkok terdiri dari dua bagian yang dipisahkan oleh bagian yang menyempit yang disebut sentromer.

Menurut letak sentromernya, kromosom dibedakan atas 4 jenis, yaitu: metasentris, submetasentris, akrosentris, dan telosentris. Disebut metasentris bila letak sentromer ditengah-tengah. Submetasentris, bila letak sentromer lebih sedikit ke arah salah satu

Page 8: ILMU KEDOKTERAN REPRODUKSI

ujung kromosom. Akrosentris, bila letak sentromer di dekat ujung kromosom. Telosentris, bila letak sentromer di ujung kromosom.

Pada manusia dan kebanyakan mamalia, kromosomnya dibedakan atas dua tipe, yaitu: autosom dan seks kromosom. Autosom adalah sejumlah kromosom yang tidak ada hubungannya dengan penentuan jenis kelamin. Sedangkan seks kromosom adalah sepasang kromosom yang menentukan jenis kelamin. Dari 46 buah (23 pasang) kromosom dalam tiapsel somatis manusia, terdiri dari 44 buah (23 pasang) autosom dan 2 buah (1 pasang) seks kromosom. Seks kromosom terdiri dari kromosom-X dan kromosom-Y. Genotipe untuk laki-laki adalah 46,XY dan untuk wanita 46,XX. Spermatozoa mempunyai genotype 23,Y dan 23,X. Sedangkan ovum mempunyai genotype 23,X.

Secara umum, bagian dari tiap-tiap kromosom adalah terdiri dari: kromonema, kromomer, sentromer, lekukan kedua, telomere, dan satelit. Kromonema merupakan pita yang berbentukspiral yang terdapat di dalam kromosom. Kromomer merupakan penebalan-penebalan pada beberapa tempat pada kromonema. Sentromer adalah bagian kromosom yang membagi kromosom atas dua bagian. Kromosom yang mempunyai satu sentromer disebut kromosom monosentris, bila ada dua sentromer disebut kromosom disentris, dan seterusnya bila banyak sentromer disebut kromosom multisentris. Lekukan kedua merupakan tempat terbentuknya nucleolus, dan disebut juga sebagai pengatur nucleolus.Telomer merupakan bagian dari ujung-ujung kromosom yang berfung untuk menghalangi bersambungnya kromosom-kromosom satu sama lainnya. Satelit merupakan bagian yang berupa struktur tambahan pada ujung kromosom.

PEMBELAHAN SELSemua mahluk hidup yang berkembang biak secara seksual, dalam

memperbanyak jumlah sel-selnya mengalami dua jenis pembelahan inti sel, yaitu mitosis dan meiosis. Pada pembelahan inti secara mitosis, dari satu sel akan terbentuk dua sel baru dengan sifat dan jumlah kromosom yang sama dengan sel induknya. Sedangkan pembelahan secara meiosis, darisatu sel akan terbentuk dua sel baru dengan sifat dan jumlah kromosom yang berbeda dengan induknya.

Proses mitosis dibedakan atas 5 fase, yaitu: interfase, profase, metaphase, anaphase, dan telofase. Pada interfase, DNA telah berlipat dua, tiap kromosom membelah memanjang menjadi dua kromatid (belahan) yang masing-masing masih terikat oleh sentromer. Pada permulaan profase, semua kromosom menjadi lebih pendek dan tebal, dan pada akhir profase mulai terbentuk benang-benang inti pada masing-masing kutub sel yang letaknya berlawanan. Pada awal metafase, dinding sel menghilang, semua kromosom terletak pada bagian tengah dari sel. Sentromer membelah, benang inti mencapai kromosom dan memegang sentromer yang terjadi pada akhir metafase. Pembelahan sentromer dapat pula terjadi pada awal anafase. Selanjutnya benang inti memendek, dimana belahan sentromer bergerak kekutub sel yang berlawanan bersama kromatidnya. Telofase merupakan tahap akhir, dimana terbentuk kembali diding inti serta sel telah terbagi dua menjadi dua sel baru.

Berbeda dengan pada mitosis, pada meiosis berlangsung dalam dua tingkatan, yaitu meiosis I dan meiosis II. Pada meiosis I, profasse berlangsung lama, dan masih dibedakan lagi menjadi 5 tahap, yaitu: leptonema, zigonema, pakhinema, diplonema, dan diakinesis. Pada tahap leptonema, kromosom diploid tampak sebagai benang panjang,

Page 9: ILMU KEDOKTERAN REPRODUKSI

tunggal dan tipis. Pada zigonema, kromosom tampak saling berdekatan membentuk pasangan yang disebut sinapsis. Kromosom mejadi pendek dan tebal pada pakhinema. Masing-masing kromosom membelah memanjang membentuk kromatid pada diplonema. dimana tiap kromosom mempunyai 4 kromatid (disebut tetrad). Pada tahap diakinesis, kromatid-kromatid tersebut putus. Kromatid-kromatid dari sentromer yang berlainan (tak serupa) dapat bersilang pada tempat yang disebut khiasma. Pada khiasma, segmen dari satu kromatid akan bersambungan dengan potongan segmen dari kromatid yang lain, dan proses pertukaran segmen dari kromatid yang tak serupa dalam kromosom homolog tersebut disebut pindah silang (crossing over). Dengan adanya pindah silang akan terjadi pertukaran gen-gen sehingga terbentuk kombinasi baru.Diakinesis dilanjutkan dengan metafase I, dimana kromosom yang masih berpasangan dan masih diploid, menempatkan diri pada bagian tengah dari sel, dan dinding inti menghilang. Selanjutnya pada anafase I, kromosom-kromosom bergerak ke arah kutub sel yang berlawanan. Fase terakhir dari meiosis I adalah telofase I, pada saat ini terbentuk dua sel baru yng masing-masing bersifat haploid.

Setelah meiosis I, pembelahan sel memasuki meiosis II yang dimulai dengan metafase I, dimana pada setiap sel yang baru terbentuk tersebut kromosom berada di tengah-tengah (ekuator) sel, dinding inti menghilang, terbentuk benang inti, sentromer membelah, dan kromatid memisahkan diri. Kemudian pada anafase II, kromosom bergerak ke masing-masing kutub sel. Tahap akhir, yaitu pada telofase II, pada setiap sel terbetuk dua sel baru lagi (meiosis selesai}. Jadi pada pembelahan meiosis, dari satu sel diploid terbentuk empat sel haploid)

SPERMATOGENESIS

OOGENESIS

DAFTAR PUSTAKASuryo (1997), Genetika Manusia, Cetkan ke-5, Yogyakarta:Gadjah Mada University

Press.

Page 10: ILMU KEDOKTERAN REPRODUKSI

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASARSERTA HUBUNGANNYA DENGAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Oleh:Dr. dr. I Wayan Rasmen, M.Repro.

Staf Medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) NegaraDosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Jembrana(kuliah Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Dasar, tahun 2010)

PENDAHULUANIlmu sosial dan budaya dasar merupakan ilmu yang menyajikan suatu pemahaman

mengenai manusia sebagai mahluk sosial. Sebagaimana halnya ilmu alamiah dasar, ilmu social dan budaya dasar bukanlah merupakan suatu bidang keahlian. Mata kuliah ilmu sosial dan ilmu budaya dasar merupakan bagian dari mata kuliah pengembangan keperibadian di samping mata kuliah agama, Pancasila, kewiraan, dan ilmu alamiah dasar. Dengan demikian tenaga ahli yang dihasilkan oleh perguruan tinggi di samping mempunyai kemampuan akademis dan professional juga mempunyai kemampuan personal serta mempunyai wawasan pemikiran yang luas.

Kehidupan manusia sebagai mahluk sosial akan selalu dihadapkan kepada masalah sosial yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi antara lain masalah-masalah moral, politik, ekonomi, agama dan masalah sosial lainnya. Masalah sosial menyangkut cara dalm bertingkah laku yang dapat dipandang sebagai tingkah laku yang menentang satu atau atau beberapa norma yang telah disepakati bersama oleh warga masyarakat.

FILSAFAT ILMUSemua cabang ilmu yang yang berkembang dewasa ini, termasuk ilmu sosial

budaya dasar, dilihat dari asal usulnya berasal dari ilmu filsafat yang merupakan ilmu yang terkait dengan kebijaksanaan. Filsafat secara etimologis bersal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Philos artinya suka, cinta,atau kecendrungan kepada sesuatu, dan sophia artinya kebijaksanaan. Filsafat merupakan setudi kritis tentang azas-azas yang mendasari pikiran, pengetahuan, perilaku, dan hakekat alam semesta. Kajian filsafat meliputi kajian spekulatif (interpretatif, memperkirakan), preskriptif (nilai, estetika), dan analitik (menguraikan ats unsur-unsurnya).

Berfikir secara filsafat mempunyai perbedaan dengan ilmu lainnya. Berpikir secara pilsafat meliputi pemikiran yang bersifat radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), universal (umum), konseptual (generalisasi, abstraksi), koheren (logis), konsisten (tidak kontradiksi), sistematik (uraian yang saling berhubungan secara teratur), komprehensif (menyeluruh), bebas, dan bertanggung jawab. Filsafat berkaitan erat dengan sastra, sosial politik, metodologis, analisis bahasa, sejarah, dan etika.Cabang ilmu filsafat meliputi metafisika (teori keberadaan/eksistensi), epistemologi (teori pengetahuan), dan aksiologi (teori nilai).

Metafisika, berasal dari kata Yunani meta ta physica yang berarti sesuatu yang ada di balik atau di belakang benda-benda fisik. Ada metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika khusus meliputi psikologi (hakekat manusia), kosmologi (hakekat/asal-usul alam semesta), dan teologi (hakekat keberadaan Tuhan). Dari segi

Page 11: ILMU KEDOKTERAN REPRODUKSI

metafisika, segala sesuatu yang ada, baru dikatakan ilmu bila memenuhi 6 kretiria yaitu: adanya masalah, sikap,metode, aktivitas, pemecahan, dan pengaruhnya. Peran metafisika dalam ilmu pengetahuan, antara lain adalah dalam hal cara berpikir yang cermat, berpikir orisinil, mepertimbangkan secara matang, dan memberikan peluang dalam perbedaan visi dalam melihat realitas.

Epistemologi atau teori pengetahuan, berasal dari bahasa Yunani episteme yang artinya pengetahuan, dan logos yang artinya teori. Pengetahuan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk mencari kebenaran. Objek materialnya adalah pengetahuan, sedangkan objek formalnya adalah hakekat pengetahuan. Persoalan penting yang dikaji dalam epistemology adalah asal-usul pengetahuan, peran pengalaman dan akal dalam pengetahuan, hubungan pengetahuan dengan keniscayaan, kemungkinan skeptisisme universal, dan bentuk-bentuk perubahan pengetahuan.

Semua pengetahuan hanya ada dalam pikiran manusia. Hal-hal yang membentuk pikiran manusia adalah: pengamatan, penyelidikan, kepercayaan, keinginan, pengaturan, penyesuaian. Ciri-ciri pengetahuan ilmiah adalah: berlaku umum, bersifat otonomi, mempunyai dasar pembenaran, sistematis, dan bersifat intersubyektif. Jenis pengetahuan ilmiah meliputi pengetahuan biasa, pengetahuan ilmiah, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan agama. Atas dasar karakteristiknya pengetahuan dibedakanatas: pengetahuan indrawi, pengetahuan akal budi, pengetahuan intuitif, dan pengetahuan kepercayaan.

Aksiologi atau teori tentang nilai, berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai atau sesuatu yang berharga, dan logos yang berarti akal atau teori. Dalam filsafat Yunani, studi mengenai nilai adalah ide tentang kebaikan.Salah satu cabang aksiologi yang membahas tentang nilai baik buruk adalah bidang etika.