Illustrasi perumpamaan

3
MAKAN SIANG BERSAMA TUHAN Suatu saat seorang anak laki-laki kecil ingin sekali bertemu dengan Tuhan. Dia tahu itu adalah perjalanan yang panjang untuk bisa pergi ke rumah Tuhan, jadi dia berkemas memasukkan ke dalam tasnya kue dan enam kaleng minuman ringan, kemudian dia memulai perjalanannya. Ketika dia sudah berjalan sekitar tiga blok, dia bertemu dengan seorang wanita tua. Wanita tua itu duduk di taman sambil menatap beberapa merpati di sana. Anak laki-laki kemudian duduk disampingnya dan membuka tasnya. Dia hendak mengambil minuman ringan untuk minum, ketika melirik ke arah wanita itu, dia melihat wanita itu terlihat lapar jadi anak itu menawarkan kuenya. Wanita itu sangat berterima kasih dan tersenyum padanya. Senyumannya sangat cantik sehingga anak itu ingin melihatnya lagi, jadi ia menawarkan minuman ringan kepadanya. Sekali lagi ia tersenyum dan anak itu sangat senang. Mereka duduk di taman itu sepanjang siang, makan dan tersenyum, tapi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Saat hari mulai gelap, anak itu menyadari betapa lelah dirinya dan ia bangkit untuk pulang, tapi baru beberapa langkah ia berbalik dan lari kembali kepada wanita tua itu serta memeluknya. Wanita itu memberinya sebuah senyum terbesar yang pernah ada. Ketika anak laki-laki itu sampai di rumah, ibunya terkejut dengan sukacita yang terpancar dari wajah anak itu. Ibunya bertanya, "Apa yang kamu lakukan hari ini sehingga membuat kamu begitu senang?" Dia menjawab, "Saya makan siang dengan Tuhan." Dan sebelum ibunya bertanya lagi, dia menambahkan, "Ibu tahun? Dia punya senyuman terindah dari semua yang pernah saya lihat." Sementara itu, wanita tua itu juga terkena dampak sukacita dari anak tersebut, ketika dia pulang ke rumahnya anaknya terkejut melihat kedamaian dan sukacita

description

tentang ilustrasi / perumpamaan

Transcript of Illustrasi perumpamaan

MAKAN SIANG BERSAMA TUHAN

Suatu saat seorang anak laki-laki kecil ingin sekali bertemu dengan Tuhan. Dia tahu itu adalah perjalanan yang panjang untuk bisa pergi ke rumah Tuhan, jadi dia berkemas memasukkan ke dalam tasnya kue dan enam kaleng minuman ringan, kemudian dia memulai perjalanannya.

Ketika dia sudah berjalan sekitar tiga blok, dia bertemu dengan seorang wanita tua. Wanita tua itu duduk di taman sambil menatap beberapa merpati di sana. Anak laki-laki kemudian duduk disampingnya dan membuka tasnya. Dia hendak mengambil minuman ringan untuk minum, ketika melirik ke arah wanita itu, dia melihat wanita itu terlihat lapar jadi anak itu menawarkan kuenya.

JANGAN MENGKAHIMI

"Istri saya sudah tuli, keluh seorang suami kepada dokter pribadinya. Saya harus bicara berkali-kali padanya, barulah ia mengerti.

Sang dokter lantas memberi usul: Bicaralah dengannya dari jarak sepuluh meter. Jika tak ada respons, coba dari jarak lima meter, lalu dari jarak satu meter. Dari situ kita akan tahu tingkat ketuliannya.

Si suami mencobanya. Dari jarak sepuluh meter, ia bertanya pada istrinya, Kamu masak apa malam ini? Tak terdengar jawaban.

Ia mencoba dari jarak lima meter, bahkan satu meter, tetap saja tak ada respons.

Akhirnya ia bicara di dekat telinga istrinya, Masak apa kamu malam ini?

Si istri menjawab: Sudah empat kali aku bilang: sayur asam! Rupanya, sang suamilah yang tuli.

Saat mengkritik orang lain, kita kerap kali tidak sadar bahwa kita pun memiliki kelemahan yang sama, bahkan mungkin lebih parah. Ada kalanya apa yang tidak kita sukai dari orang lain adalah sifat yang tidak kita sukai dari diri sendiri. Kita belum bisa mengatasi satu kebiasaan buruk, kemudian jengkel saat melihat sifat buruk itu muncul dalam diri orang lain, sehingga kita memintanya untuk berubah.

Tuhan Yesus tidak melarang kita menilai orang lain secara kritis. Namun, janganlah membesar-besarkan kesalahan orang lain dengan mengabaikan kesalahan diri sendiri. Jika kita memakai standar atau ukuran tinggi dalam menilai orang lain, pastikan kita sendiri sudah memenuhi standar yang kita buat. Yang terbaik adalah introspeksi diri terlebih dulu sebelum memberi kritik kepada orang lain.

* * * * *

Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. (Matius 7:1)