PENGARUH METODE LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN POWER OTOT .../Pengaruh... · (Studi Eksperimen pada...

150
PENGARUH METODE LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI (Studi Eksperimen pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010) TESIS Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan Oleh : AGUS SUBARDAN A. 120908002 PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of PENGARUH METODE LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN POWER OTOT .../Pengaruh... · (Studi Eksperimen pada...

PENGARUH METODE LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN POWER

OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI

(Studi Eksperimen pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta

Tahun Pelajaran 2009/2010)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan

Oleh :

AGUS SUBARDAN

A. 120908002

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

PENGESAHAN PEMBIMBING

PENGARUH METODE LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN POWER

OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI

(Studi Eksperimen pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta

Tahun Pelajaran 2009/2010)

Disusun oleh:

AGUS SUBARDAN

A. 120908002

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd

NIP. 130 205 394 …………….. ……………

Pembimbing II Dr. Diffah Hanim, Dra,. M.Si

NIP. 19640220 199003 2 001 …………….. ……………

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan

Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd

NIP. 130 205 394

PENGARUH METODE LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN POWER

OTOT TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI

(Studi Eksperimen pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta

Tahun Pelajaran 2009/2010)

Disusun oleh:

AGUS SUBARDAN

A. 120908002

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua

Sekretaris

Anggota Penguji

Prof. Dr. H. M. Furqon H, MPd

Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO

1. Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd

2. Dr. Diffah Hanim, Dra, M.Si

……………...

……………...

……………...

……………...

………..

………..

………..

………..

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Ilmu Keolahragaan

Direktur Program

Pascasarjana

Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd

NIP. 130 205 394

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D

NIP. 131 472 192

……………...

……………...

………..

………..

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Agus Subardan

NIM : A. 120908002

Program/Jurusan : Ilmu Keolahragaan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Pengaruh Metode

Latihan Interval Anaerob Dan Power Otot Tungkai Terhadap Peningkatan Kecepatan

Lari (Studi Eksperimen pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010)” adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-

hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan

pada daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Maret 2010

Pembuat Pernyataan,

Agus Subardan

MOTTO

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada

yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu”.

(Q.S. Al 'Ankabuut: 43)

“Janganlah sekali-kali kamu menyangka, hahwa orang-orang yang gembira

dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji

terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka

bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih.”.

(Penulis)

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini dipersembahkan kepada:

Bapak dan Ibu saya yang telah mendidik dengan penuh kesederhanaan, kasih

sayang dengan toleransi dan kesabaran atas semua do’a serta pengorbanan

tiada batasnya yang senantiasa beliau berikan kepada penulis.

Bapak dan ibu mertua saya atas segala pengertian, bimbingan dan arahannya

dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.

Istriku yang selalu memberikan dukungan dengan tulus dan penuh kesabaran

dalam menunggu proses studi ini dan selalu memberikan semangat dengan

penuh kesetiaan.

Anak-anakku tersayang yang selalu memberikan kehangatan, motivasi dengan

segala canda tawanya, membuat hidupku lebih indah.

Kakak-kakakku atas semua toleransi, keikhlasan serta bantuan yang tiada

batasnya.

Adik-adikku atas semua toleransi, keikhlasan serta bantuan yang tiada

batasnya.

Saudara-saudaraku mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ilmu

Keolahragaan Universitas Sebelas Maret yang telah bersama-sama berbagi

suka dan duka selama kuliah.

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas karunia Allah Yang Maha Kuasa,

karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang

berjudul “Pengaruh Metode Latihan Interval Anaerob Dan Power Otot Tungkai

Terhadap Peningkatan Kecepatan Lari (Studi Eksperimen pada Siswa Putra Kelas

VIII SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010)”.

Penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada pembimbing yaitu yang

terhormat Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd dan Dr. Diffah Hanim, Dra, M.Si yang telah

berkenan memberikan motivasi, arahan, bimbingan, ilmu, masukan dan koreksi

hingga tesis ini bisa terselesaikan. Kepada seluruh bapak dan ibu dosen yang telah

memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Much. Syamsulhadi, dr. Sp. KJ (K), selaku Rektor Universitas

Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka memenuhi tugas akhir.

3. Prof. Dr. Sudjarwo, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, sekaligus sebagai dosen pembimbing I

yang telah memberikan arahan, serta bimbingan dalam penyusunan tesis.

4. Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Keolahragaan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan

arahan, serta bimbingan dalam penyusunan tesis.

5. Dr. Diffah Hanim, Dra, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan arahan, serta bimbingan dalam penyusunan tesis.

6. Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta yang

memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Guru Olahraga Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta

yang membantu penulis untuk melakukan penelitian.

8. Semua pihak yang banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini dan tidak dapat

penulis paparkan satu persatu.

Semoga perhatian dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis akan

diberikan balasan yang setimpal oleh Allah Yang Maha Kuasa serta menjadi amal

dan kemuliaan bagi kita semua. Amin

Surakarta, Maret 2010

Agus Subardan

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv

MOTTO ................................................................................................................ v

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv

ABSTRAK ............................................................................................................ xvi

ABSTRACT ............................................................................................................ xvii

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 7

D. Perumusan Masalah .................................................................................... 7

E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 8

F. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 11

BAB II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS ......................................................... 13

A. Kajian Teori ................................................................................................ 13

1. Metode Latihan Interval Anaerob ......................................................... 13

a. ................................................................................................. Inte

rval Kerja Pada Latihan Interval ..................................................... 14

b. ................................................................................................. Inte

rval Istirahat Pada Latihan Interval ................................................. 15

c. ................................................................................................. Rasi

o Waktu Kerja Dan Waktu Istirahat ................................................ 17

d. ................................................................................................. Lati

han Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu Kerja dan Waktu

Istirahat 1:5 ...................................................................................... 18

e. ................................................................................................. Lati

han Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu Kerja dan Waktu

Istirahat 1:10 .................................................................................... 20

2. Power Otot Tungkai .............................................................................. 22

a. ................................................................................................. Pow

er ...................................................................................................... 22

b. ................................................................................................. Otot

Tungkai ........................................................................................... 24

c. ................................................................................................. Fakt

or-Faktor Yang Mempengaruhi Power Otot Tungkai ..................... 26

d. ................................................................................................. Pera

nan Power Otot Tungkai Dalam Kecepatan Lari ............................ 28

3. Peningkatan Kecepatan Lari ................................................................. 29

a. ................................................................................................. Mac

am-Macam Kecepatan ..................................................................... 34

b. ................................................................................................. Ana

lisis Kecepatan Lari ......................................................................... 37

c. ................................................................................................. Fakt

or-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Lari ............................. 43

B. Penelitian Yang Relevan ............................................................................. 48

C. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 50

D. Pengajuan Hipotesis .................................................................................... 54

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 55

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 55

B. Metode Penelitian ........................................................................................ 55

1. Jenis Penelitian ...................................................................................... 56

2. Desain Penelitian ................................................................................... 56

C. Variabel Penelitian ...................................................................................... 57

D. Definisi Operasional .................................................................................... 58

E. Populasi dan Sampel ................................................................................... 59

F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 61

G. Teknik Analisis Data ................................................................................... 63

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 69

A. Deskripsi Data ............................................................................................ 69

B. Uji Reliabilitas ............................................................................................ 73

C. Pengujian Persyaratan Analisis Varians ..................................................... 74

1. Uji Normalitas .................................................................. 74

2. Uji Homogenitas .............................................................. 75

D. Pengujian Hipotesis ..................................................................................... 75

E. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................................... 79

F. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 83

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................................ 85

A. Simpulan ..................................................................................................... 85

B. Implikasi ...................................................................................................... 86

C. Saran ........................................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 88

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................... 90

DAFTAR TABEL

Halaman

1. .............................................................................................................. Keran

gka Desain Penelitian ..................................................................................... 56

2. .............................................................................................................. Range

Kategori Reliabilitas ....................................................................................... 63

3. .............................................................................................................. Ringk

asan Anava 2 x 2 ............................................................................................ 66

4. .............................................................................................................. Deskr

ipsi Data Hasil Tes Kecepatan Lari Tiap Kelompok Berdasarkan

Penggunaan Metode Interval Anaerob dan Tingkat Power Otot Tungkai ..... 69

5. .............................................................................................................. Range

Kategori Reliabilitas ....................................................................................... 73

6. .............................................................................................................. Hasil

Uji Reliabilitas Data Kecepatan Lari ............................................................. 73

7. ........................................................................................................... Hasil

Uji Normalitas Sampel Dengan Menggunakan Uji Lilliefors Dengan

Taraf Signifikan α = 0.05 ............................................................................... 74

8. ........................................................................................................... Nilai

Rata-Rata Kecepatan Lari Berdasarkan Rasio Waktu Kerja dan

Waktu Istirahat Pada Latihan Interval Anaerob dan Tingkat

Power Otot Tungkai ....................................................................................... 76

9. .............................................................................................................. Hasil

Analisis Varians Dua Faktor .......................................................................... 76

10. ............................................................................................................ Hasil

Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians .................................. 77

11. ......................................................................................................... Pengaru

h Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor A dan B

Terhadap Hasil Kecepatan Lari ...................................................................... 82

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Lari ................................ 44

2. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Lari

Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan Interval Anaerob

dan Tingkat Power Otot Tungkai ...................................................................... 71

3. Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Kecepatan Lari Pada Tiap

Kelompok Perlakuan ......................................................................................... 72

4. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Kecepatan Lari ......... 82

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 90

2. Petunjuk Pelaksanaan Tes Power Otot Tungkai ...................................... 92

3. Program Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu Kerja dan Waktu

Istirahat 1:5 ...................................................................................................... 94

4. Deskripsi Pelaksanaan Program Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio

Waktu Kerja dan Waktu Istirahat 1:5 .............................................................. 95

5. Program Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu Kerja dan Waktu

Istirahat 1:10 .................................................................................................... 97

6. Deskripsi Pelaksanaan Program Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio

Waktu Kerja dan Waktu Istirahat 1:10 ............................................................ 98

7. Petunjuk Pelaksanaan Tes Kecepatan Lari .............................................. 100

8. Rekapitulasi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai ................................... 102

9. Rekapitulasi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai Berdasarkan Rangking

104

10. Rekapitulasi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai dan Kategorinya ....... 106

11. Data Tes Awal Kecepatan Lari ................................................................ 108

12. Data Tes Akhir Kecepatan Lari ............................................................... 109

13. Rekapitulasi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai dan Pengklasifikasian

Kategorinya ..................................................................................................... 110

14. Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Lari,

Klasifikasi Power Otot Tungkai Beserta Pembagian Sampel Ke Sel-Sel ....... 111

15. Uji Reliabilitas Dengan Anava ................................................................ 112

16. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Lari pada

Kelompok 1 (Kelompok Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu

Kerja dan Waktu Istirahat 1:5) ........................................................................ 121

17. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Lari pada

Kelompok 2 (Kelompok Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu

Kerja dan Waktu Istirahat 1 :10) ..................................................................... 122

18. Tabel Kerja Untuk Menghitung Nilai Homogenitas dan Analisis Varians

123

19. Hasil Penghitungan Data Untuk Uji Homogenitas dan Analisis Varians 124

20. Uji Normalitas Data Dengan Metode Lilliefors ...................................... 125

21. Uji Homogenitas Dengan Uji Bartlett ..................................................... 129

22. Analisis Varians ....................................................................................... 130

23. Uji Rata-Rata Rentang Newman-Keuls ................................................... 131

ABSTRAK

AGUS SUBARDAN. A. 120908002. Pengaruh Metode Latihan Interval Anaerob

Dan Power Otot Tungkai Terhadap Peningkatan Kecepatan Lari (Studi

Eksperimen pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman

Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010). Tesis. Surakarta. Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh metode

latihan interval anaerob dengan rasio kerja dan istirahat 1:5 dan 1:10 terhadap

peningkatan kecepatan lari, (2) perbedaan peningkatan kecepatan lari antara siswa

yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah, (3) pengaruh interaksi antara

metode latihan interval anaerob dan power otot tungkai terhadap peningkatan

kecepatan lari.

Penelitian ini menggunakan metode ekperimen dengan rancangan faktorial 2 x

2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Ngaglik

Yogyakarta Sleman yang berjumlah 74 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah 40

siswa yang diambil dengan teknik Purposive Random Sampling. Instrumen penelitian

terdiri dari 1) vertical power jumps test, 2) tes lari 50 yard. Teknik analisis data

menggunakan anava dua jalur dengan taraf signifikansi α = 0,05.

Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) ada perbedaan pengaruh

antara latihan interval anaerob dengan rasio kerja-istirahat 1 : 5 dan rasio 1 : 10 dalam

meningkatkan kecepatan lari (Fhitung = 5.861 > Ftabel = 4.11), (2) ada perbedaan

peningkatan kecepatan lari antara siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dan

rendah (Fhitung = 4.967 > Ftabel = 4.11), (3) Tidak terdapat pengaruh interaksi antara

metode latihan interval anaerob dan power otot tungkai terhadap peningkatan

kecepatan lari (Fhitung = 1.771 < Ftabel = 4.11).

Kata Kunci: Metode Latihan Interval Anaerob, Power Otot Tungkai, Kecepatan Lari.

ABSTRACT

AGUS SUBARDAN. A. 120908002. The Effect of Anaerobic Interval Training

Method and Leg Muscle Power On Increased Run Speed (Experimental Study To

Male Students 8th

Of SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta). Thesis.

Surakarta. Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University, January

2010.

This research aims to find out: (1) the effect difference of anaerobic interval

training method with the work-rest ratios of 1:5 and 1:10 on increased run speed, (2)

the difference of increased run speed between the students with high and low leg

muscle power, (3) the effect of interaction between anaerob interval training methods

and leg muscle power on the increased run speed.

This method was an experimental with 2 x 2 factorial design. The population of

this research are the students 8th

of SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta, as

many as 74 students. The population of the research is. The sample used in this

research are 40 students taken with purposive random sampling technique. The

research instruments are consist of: 1) vertical power jumps test, 2) 50 yard running

test. The research uses two line anava analysis data technique with significansi

standard α = 0,05.

The conclusions of the research are: (1) there was effect difference of anaerobic

interval training with the work-rest ratios of 1:5 and 1:10 on increased run speed (Fstat

= 5.861 > Ftable = 4.11), (2) there was effect difference of increased run speed

between the students with high and low leg muscle power (Fstat = 4.967 > Ftable =

4.11), (3) there was no effect interaction between anaerobic interval training methods

and the leg muscle power on the increased run speed (Fstat = 1.771 < Ftable = 4.11).

Keywords: Anaerob Interval Training Methods, Leg Muscle Power, Run Speed.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Melihat prestasi olahraga hasil pertandingan-pertandingan khususnya pada

pekan olahraga pelajar, prestasinya kurang menggembirakan khususnya pada lomba

cabang olahraga atletik nomor lari jarak pendek prestasinya kurang menggembirakan.

Nomor lari jarak pendek merupakan nomor yang bergengsi dan cukup banyak

peminatnya. Nomor lari jarak pendek adalah merupakan jenis lari yang didalam

pelaksanaannya membutuhkan tenaga yang besar dan membutuhkan kecepatan tinggi

sepanjang jarak yang harus ditempuhnya. Pada pekan olahraga pelajar nomor lari

jarak pendek meliputi lari jarak 60 meter, 200 meter dan 400 meter. Untuk meraih

prestasi dalam lari jarak pendek perlu didukung peredaran darah, sitem syaraf, dan

sifat-sifat dasar fisik serta kecepatan, kemudahan gerak, kecekatan, dan ketangkasan

yang baik. Untuk meningkatkan kemampuan dasar tersebut itu semua diperlukan

latihan yang terprogram dan sistematis. Sehingga akan dapat berimplikasi terhadap

kualitas hasil pelaksanaan proses latihan. Berdasarkan pengamatan dilapangan,

khususnya di Sekolah Menengah Pertama rata-rata kualitas latihan peningkatan

kecepatan lari masih memprihatinkan. Ada beberapa faktor penyebab dari lemahnya

kualitas tersebut adalah antara lain terbatasnya pengetahuan dan kemampuan guru

atau pelatih dalam bidang kepelatihan. Keterbatasan akan sarana dan prasarana yang

diperlukan untuk mendukung proses latihan. Keterbatasan pengetahuan maupun

kemampuan guru atau pelatih apalagi sarana dan prasarana yang kurang mendukung,

sehingga berdampak guru didalam melatih siswa tidak berdasarkan ilmiah. Guru

sebagai pelatih selalu dihadapkan pada masalah pengetahuan kepelatihan yang kurang

memadai sehingga mereka kurang mampu dalam melaksanakan profesinya secara

kompeten, mereka belum berhasil melaksanakan tanggung jawab untuk melatih siswa

secara sistematis

Metode latihan yang dilakukan oleh guru-guru SMP di Sleman dalam praktek

latihan peningkatan kecepatan lari, cenderung sekedar melakukan gerakan dimana

para siswa atau atlit melakukan latihan fisik atau latihan peningkatan kecepatan lari

berdasarkan gerakan yang telah diketahui sebelumnya tanpa kontrol yang jelas dalam

melakukan gerakan. Masih banyak pelatih lari yang melatih mempergunakan metode

metode tradisional yang paling disenangi pelatih dalam palaksanaan proses latihan

peningkatan kecepatan lari. Proses latihan secara tradisional sering mengabaikan

tugas-tugas latihan dan tidak sesuai dengan taraf perkembangan pemain (Cholik

Mutohir, 2002:18).

Latihan adalah sejumlah rangsangan yang dilaksanakan pada jarak waktu

tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi. Karena itu, latihan tidak hanya

menyajikan pengulangan secara mekanis saja, tetapi proses pengulangan yang

dilakukan secara sadar dan terarah sesuai dengan kemampuan siswa. Dengan

demikian, maka untuk mencapai prestasi siswa yang maksimal dalam nomor lari

jarak pendek pun dibutuhkan latihan yang cukup dan penguasaan teknik yang benar.

Setelah penulis menerima kuliah kepelatihan ternyata ada ada Metode latihan

yang bisa digunakan dalam latihan lari jarak pendek diantaranya adalah metode

interval training anaerob. Metode interval training ini merupakan bentuk latihan yang

diselingi oleh periode istirahat. Interval training ada dua unsur pokok yang harus

diperhitungkan yaitu interval kerja (work interval) dan interval istirahat (relief

interval). Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh pelatih lari jarak pendek adalah

bagaimana menentukan rasio antara interval kerja dan interval istirahat yang tepat.

Penentuan rasio antara waktu waktu kerja dan waktu istirahat pada latihan interval

sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai. Jika penentuan besarnya rasio antara

waktu waktu kerja dan waktu istirahat tersebut tidak tepat, maka tidak akan dapat

mencapai tujuan yang diharapkan.

Untuk mengetahui pengaruh rasio waktu kerja dan waktu istirahat terhadap

kecepatan lari, perlu diadakan penelitian. Oleh karena itulah, maka perlu diadakan

penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengkaji mengenai latihan interval

dengan rasio perbandingan waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 dan 1:10 terhadap

peningkatan kecepatan lari.

Kecepatan lari juga ditentukan antara lain Frekuensi langkah dan panjang

langkah, sehingga hal ini merupakan peran dari power otot tungkai. Power otot

tungkai yang dimaksudkan disini adalah kemampuan otot tungkai untuk melakukan

kerja atau melawan beban. Power otot tungkai tidak hanya dibutuhkan atau berperan

dalam kecepatan lari saja, tetapi pada hampir semua cabang olahraga, terutama untuk

gerakan lari, melompat, meloncat, menendang dan gerakan-gerakan lain yang

melibatkan kerja otot tungkai secara maksimal dalam waktu yang singkat. Power otot

tungkai yang dimiliki seseorang akan menentukan frekuensi langkah (stride rate)

dan panjang langkah (stride length) pada saat berlari sehingga akan sangat

berpengaruh terhadap kecepatan.

Untuk mencapai prestasi yang maksimal tersebut para guru atau pelatih dan

siswa harus memahami fase-fase pada lari jarak pendek. Jarver (1974:59)

menjelaskan bahwa ada empat fase yang mempengaruhi prestasi lari jarak pendek

yaitu (1) fase star yaitu kecepatan reaksi, (2) fase percepatan positif yang menentukan

adalah kekuatan tungkai, (3) fase lari dengan kecepatan maksimal adalah panjang

langkah, frekuensi langkah, teknik dan koordinasi, (4) dan fase daya tahan kecepatan.

Kecepatan adalah faktor yang paling penting dalam latihan dan sulit atau berat

dalam proses melatihnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nossek (1982:63)

bahwa kemungkinan meningkatnya kekuatan dan daya tahan melalui latihan yang

dispesialisasi sangat tinggi, sampai 100 %. Sebaliknya peningkatan kecepatan sangat

terbatas, misalnya peningkatan kecepatan kecepatan lari hanya 20-30 %.

SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta merupakan salah satu satuan

pendidikan yang memiliki kelebihan dan kekurangan dibanding dengan sekolah SMP

negeri yang lain di Sleman. Kelebihan-kelebihan tersebut diantaranya adalah

memiliki siswa yang rata-rata kompetensi akademiknya baik, fasilitas olahraga

cukup, banyak prestasi-prestasi baik bidang non akademik terutama bidang olahraga.

tetapi prestasi cabang atletik khususnya lari jarak pendek rendah/belum pernah

menjadi juara padahal setiap even perlombaan selalu mengikutinya. Guru olahraga

masih relatif muda dan pendidikan terkhir adalah sarjana.

Bertitik tolak dari uraian tersebut diatas perlu dilakukan penelitian eksperimen

guna meningkatkan prestasi pada cabang olahraga atletik nomor lari jarak pendek.

Sebagai obyek adalah siswa kelas VIII (delapan) yaitu tentang “Pengaruh Metode

Latihan Interval Anaerob Dan Power Otot Tungkai Terhadap Peningkatan Kecepatan

Lari (Studi Eksperimen Perbedaan Pengaruh Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio

Kerja dan Istirahat 1:5 dan 1:10 pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 3 Ngaglik

Sleman Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah dalam

penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Proses pembinaan olahraga pada satuan pendidikan SMP di Sleman belum

maksimal.

2. Guru-guru olahraga pada satuan pendidikan SMP di Sleman umumnya belum

mengetahui tentang ilmu kepelatihan.

3. Umumnya latihan lari jarak pendek yang dilakukan belum berpedoman pada ilmu

kepelatihan.

4. Latihan lari 60 m yang diterapkan di SMP Negeri 3 Ngaglik baru sebatas

pemenasan dan mengulang-ulang lari tanpa adanya program latihan yang jelas.

5. Sarana dan prasarana olahraga di Sleman rata-rata kurang memadahi.

6. Sebagian besar guru dalam memilih atlit lari jarak pendek belum

mempertimbangkan power otot tungkai

7. Prestasi lari jarak pendek di SMP Negeri 3 Ngaglik belum memenuhi harapan.

8. Di SMP Negeri 3 Ngaglik dalam pelaksanaan latihan lari jarak pendek untuk

peningkatan kecepatan lari belum pernah menerapkan metode latihan interval

anaerob.

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan tidak meluas, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang

berbeda-beda, maka hanya dibahas pada masalah metode latihan interval anaerob dan

power otot tungkai. Tidak semua metode latihan interval anaerob dan power otot

tungkai dibahas disini. Metode yang dibahas pada penelitian ini adalah latihan

interval anaerob dengan rasio perbandingan kerja dan istirahat 1:5 dan 1:10, serta

power otot tungkai. Tidak semua masalah dibahas dalam penelitian ini, melainkan

hanya membahas masalah tentang bagaimana pengaruh metode latihan interval

anaerob (masa istirahat latihan interval anaerob dengan rasio perbandingan kerja dan

istirahat 1:5 dan 1:10) dan power otot tungkai terhadap peningkatkan kecepatan lari

pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta Tahun

Pelajaran 2009/2010.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan pengaruh latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan

waktu istirahat 1:5 dan 1:10 terhadap peningkatan kecepatan lari?

2. Adakah perbedaan peningkatan kecepatan lari antara siswa yang memiliki power

otot tungkai tinggi dan rendah?

3. Adakah pengaruh interaksi antara metode latihan interval anaerob dan power otot

tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Untuk meningkatkan prestasi lari jarak pendek di SMP Negeri 3 Ngaglik.

Latihan dengan menggunakan metode latihan interval anaerob apakah dapat

meningkatkan kecepatan lari jarak pendek, dan untuk mengetahui latihan interval

anaerob dengan rasio waktu kerja waktu istirahat 1 : 5 dan 1 : 10 mana yang

cocok atau baik untuk dijadikan acuan latihan di sekolah tersebut.

2. Tujuan Khusus

a. Perkembangan Peningkatan Kecepatan Lari

1) Untuk mengetahui peningkatan kecepatan lari pada kelompok siswa yang

memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah yang dilatih menggunakan

latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5.

2) Untuk mengetahui peningkatan kecepatan lari pada kelompok siswa yang

memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah yang dilatih menggunakan

latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat

1 : 10.

3) Untuk mengetahui peningkatan kecepatan lari siswa yang dilatih

menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu

istirahat 1 : 5 dan 1 : 10.

4) Untuk mengetahui peningkatan kecepatan lari siswa yang memiliki power

otot tungkai tinggi dilatih menggunakan latihan interval anaerob dengan

rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5 dengan siswa yang memiliki

power otot tungkai tinggi dilatih menggunakan latihan interval anaerob

dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 10.

5) Untuk mengetahui peningkatan kecepatan lari siswa yang memiliki power

otot tungkai rendah dilatih menggunakan latihan interval anaerob dengan

rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5 dengan siswa yang memiliki

power otot tungkai rendah dilatih menggunakan latihan interval anaerob

dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 10.

b. Perbedaan Peningkatan Kecepatan Lari

1) Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan kecepatan lari

pada kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah

yang dilatih menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio waktu

kerja dan waktu istirahat 1 : 5.

2) Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan kecepatan lari

pada kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah

yang dilatih menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio waktu

kerja dan waktu istirahat 1 : 10.

3) Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan kecepatan lari

siswa yang dilatih menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio

waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5 dan 1 : 10.

4) Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan kecepatan lari

siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dilatih menggunakan

latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5

dengan siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dilatih

menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu

istirahat 1 : 10.

5) Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan kecepatan lari

siswa yang memiliki power otot tungkai rendah dilatih menggunakan

latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5

dengan siswa yang memiliki power otot tungkai rendah dilatih

menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu

istirahat 1 : 10.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini, dapat dibagi menjadi sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam bidang

ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu keolahragaan pada khususnya, yang

dikaitkan dengan informasi ilmiah tentang pengaruh metode latihan interval

anaerob dan power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari (studi

eksperimen perbedaan pengaruh latihan interval anaerob dengan rasio kerja dan

waktu istirahat 1 : 5 dan 1 : 10 pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Ngaglik

Sleman Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010). Selanjutnya dapat memberikan

informasi ilmiah mengenai perbedaan pengaruh metode latihan interval anaerob

dan power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari (studi eksperimen

perbedaan pengaruh latihan interval anaerob dengan rasio kerja dan waktu

istirahat 1 : 5 dan 1 : 10 pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 3 Ngaglik

Sleman Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010).

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi ilmiah kepada pembina,

pelatih, guru pendidikan jasmani, atlet dan masyarakat secara umum. Yang

nantinya, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam

meningkatkan prestasi olahraga yang berhubungan dengan peningkatan

kecepatan lari.

b. Sebagai salah satu bukti ilmiah dan dapat dijadikan bahan informasi ilmiah

untuk mencari dan memudahkan untuk membina atlet-atlet muda dalam

pemanduaan bakat yang berhubungan dengan peningkatan kecepatan lari

sehingga berprestasi bisa diraih secara maximal pada siswa putra kelas VIII

SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010.

c. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan suatu bentuk informasi ilmiah,

sehingga penelitian ini bisa dijadikan acuan atau patokan untuk kepentingan

penelitian berikutnya, khususnya yang berhubungan dengan dengan

peningkatan kecepatan lari atau penelitain secara umum yang berhubungan

dengan bidang ilmu yang ditekuni yakni ilmu keolahragaan.

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Metode Latihan Interval Anaerob

Latihan interval adalah latihan yang di antara seri pengulangannya diselingi

dengan periode istirahat (Mathews & Fox, 1988:247). Sesuai dengan namanya,

latihan interval merupakan serangkaian kerja (latihan) yang diulang-ulang yang

diselingi dengan periode istirahat. Tipe kerja latihan interval adalah intermitten,

yaitu kerja sebentar dan istirahat yang dilakukan berselang-seling.

Latihan interval dewasa ini makin banyak dikembangkan dan banyak

diterapkan untuk berbagai penampilan olahraga. Latihan interval memberikan

keuntungan yang cukup besar untuk menunjang penampilan atlet. Ada dua

keuntungan utama dalam menggunakan program latihan interval yaitu (1) program

latihan interval membuat para coach atau pelatih untuk lebih mengkhususkan

program latihan yang lebih teliti bagi setiap atlet, yang khusus untuk sistem energi

predominan untuk olahraga yang diberikan dan dilaksanakan pada tingkat atau tahap

tegangan fisiologis yang mengoptimalkan keberhasilan dalam penampilan. (2)

program latihan interval bisa sama dari hari ke hari (sehingga atlet bisa mengamati

kemajuannya) atau fleksibel pelaksanaanya (Fos & Keteyian, 1998:285).

Keberhasilan progam latihan interval diantaranya tergantung pada kecermatan

dalam menentukan work interval, relief interval, work-relief ratio, penentuan jumlah

set dan jumlah repetisi. Ciri khas utama dalam latihan interval adalah adanya periode

waktu tertentu untuk beristirahat setelah menjalankan kerja (latihan). Dalam latihan

interval terdapat dua komponen utama yang harus diperhitungkan dengan cermat

yaitu work interval (interval kerja) dan relief interval (interval istirahat).

a. Interval Kerja Pada Latihan Interval

Work interval (interval kerja) merupakan bagian latihan interval yang

menyatakan ketinggian intensitas latihan (Fos & Keteyian, 1998:281). Work

interval merupakan bagian dari latihan interval yang dilakukan dengan intensitas

tinggi. Pada dasarnya tipe dari work interval dari latihan terdiri dari dua kategori

yaitu (1) latihan yang dilakukan dengan jangka waktu yang singkat namun

memerlukan kerja atau usaha maksimal dan (2) latihan yang relatif dilakukan

dengan jangka waktu yang lama tetapi memerlukan usaha yang submaksimal

(Fox, Bowers & Fos, 1992:31). Tipe kerja latihan yang dilakukan dengan jangka

waktu yang singkat dan memerlukan kerja atau usaha maksimal dapat disebut

latihan anaerobik. Latihan yang dilakukan dengan jangka waktu yang lama

tetapi memerlukan usaha yang submaksimal dapat disebut latihan aerobik.

Tipe kerja latihan interval anaerobik adalah dilakukan dengan intensitas

maksimal dalam waktu yang pendek atau singkat. Tujuan latihan interval

anaerob adalah meningkatkan kecepatan dengan penggunaan energi ATP-PC

(anaerob).

Prinsip latihan anaerob adalah dengan memberikan beban maksimal yang

dikerjakan untuk waktu yang pendek dan diulang-ulang beberapa kali. Rushall

& Pyke (1992:270) mengemukakan bahwa latihan interval untuk kecepatan

yaitu dengan waktu kerja 5-15 detik dengan intensitas maksimal. Selanjutnya

menurut Fos & Keteyian (1998:285), latihan anaerobic-alactid acid yaitu

dengan waktu kerja kurang dari 10 detik. Berikutnya menurut Robert dalam

Pyke (1991:43) bahwa sistem energi ATP-PC dapat memberikan energi yang

cukup untuk usaha yang maksimal yang dilakukan dalam waktu 5-10 detik.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa interval kerja untuk

latihan anaerob yaitu dengan intensitas maksimal dalam waktu yang relatif

pendek yaitu 5-15 detik. Mengenai jarak yang ditempuh ditetapkan 30 sampai

80 meter, oleh karena diperkirakan untuk menempuh jarak tersebut dengan

kecepatan maksimal diperlukan waktu kerja selama 5-15 detik.

b. Interval Istirahat Pada Latihan Interval

Relief interval (interval istirahat) merupakan waktu di antara interval kerja

atau set (Fos & Keteyian, 1998:281). Tujuan interval istirahat adalah untuk

pemulihan setelah melakukan kerja. Dengan pulih asal yang cukup, tubuh akan

siap kembali untuk melaksanakan aktivitas latihan selanjutnya.

Tujuan istirahat pada latihan interval yaitu untuk pemulihan yang meliputi

pemulihan oksigen dan pemulihan energi. Selama periode interval kerja pada

latihan interval anaerobik terjadi pengurasan energi ATP dan PC untuk kerja

otot. Dalam hal ini terjadi hutang oksigen (oksigen debt) dan hutang alactacid

(alactacid debt) (Davis, Kimmet & Auty, 1992:79). Pada periode istirahat atau

pemulihan maka kekurangan oksigen dan pengurasan energi di otot harus segera

diisi kembali. Selama relief interval pada kerja intermittent, satu bagian dari

cadangan ATP dan PC otot yang dihabiskan selama interval kerja sebelumnya

akan diisi lagi melalui sistem aerobik (Fos & Keteyian, 1998:281).

Pada periode awal, pemulihan ATP dan PC di dalam otot berlangsung

dengan cepat. Berdasarkan beberapa basil penelitian dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar ATP dan PC yang dikosongkan di dalam otot pada waktu

exercise dengan sangat cepat diisi kembali dalam beberapa menit setelah

exercise (Fos & Keteyian, 1998:52).

Sebagian besar ATP dan PC yang digunakan selama kerja dalam latihan

diisi kembali ke dalam otot selama 2-3 menit. Setengah ATP dan PC dapat terisi

pada periode ± 30 detik. Menurut Robert dalam Pyke (1991:45) bahwa subtansi

ATP-PC segera dibentuk kembali setelah 30 detik yaitu sebesar 50%. Untuk

mencapai 100% diperlukan waktu 2-3 menit. Pendapat lain dari Fox, Bowers

(1992:46) menyatakan bahwa sistem ATP-PC berguna untuk kontraksi otot

dengan durasi waktu antara 3 sampai 8 detik. Secara lebih rinci Fos & Keteyian

(1998:54) menyatakan bahwa ATP-PC terbentuk kembali setelah istirahat 30

detik sebesar 1/2, selama 1 menit sebesar 3/4, selama 1,5 menit sebesar 7/8, dan

selama 3 menit sebesar 63/64. ATP-PC dalam tubuh terbentuk kembali sebesar

50% setelah istirahat selama 30 detik dan pulih 100% setelah istirahat 3 menit.

Lamanya waktu yang diperlukan periode istirahat pada latihan lari interval

bervariasi, tergantung pada jarak dan waktu tempuh tiap repetisi. Lamanya

waktu yang diperlukan periode istirahat dalam latihan lari interval juga

tergantung pada jenis kegiatan dan sistem energi yang digunakan selama latihan.

c. Rasio Waktu Kerja dan Waktu Istirahat

Perbandingan (rasio) antara periode kerja dan periode istirahat dalam

latihan interval ikut menentukan hasil latihan. Untuk meningkatkan kecepatan

harus diperhitungkan dengan cermat, besarnya rasio antara periode kerja dan

periode istirahatnya. Rasio yang keliru dapat mengubah tujuan latihan. Latihan

kecepatan dapat berubah menjadi latihan daya tahan jika rasio antara periode

kerja dan periode istirahatnya salah. Dari berbagai pendapat diperoleh

kesimpulan bahwa para ahli mengemukakan mengenai besarnya rasio antara

periode kerja dan periode istirahat yang bervariasi yaitu 1:3, 1:5 dan 1:10. Untuk

meningkatkan kecepatan diperlukan interval istirahat yang lebih panjang, hal ini

dimaksudkan untuk memberikan pemulihan yang cukup terhadap tubuh. Latihan

anaerobik untuk pengembangan kecepatan murni, harus dilakukan dengan

intensitas maksimal. Pelaksanaannya harus menghindari adanya pengembangan

asam laktat. Keletihan harus dihindari agar intensitas maksimal dalam

pelaksanaan latihan dapat dipertahankan. Dalam hal ini diperlukan waktu

pemulihan yang sempurna (Fos & Keteyian, 1998:285). Latihan anaerobik

masih dianggap cocok untuk meningkatkan kecepatan lari yaitu dengan rasio 1:5

dan 1:10. Karena dengan rasio 1:5 dan 1:10 memberikan periode pemulihan

yang lebih sempurna.

d. Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu Kerja dan Waktu

Istirahat 1:5

Latihan interval dengan rasio kerja-istirahat yaitu perbandingan 1 untuk

waktu kerja dan 5 untuk waktu istirahat. Latihan interval dengan rasio 1:5 yaitu

perbandingan 1 untuk waktu kerja dan 5 untuk waktu istirahat. Suatu misal,

waktu kerja dalam menempuh jarak 50 meter 7 detik, maka periode istirahatnya

adalah 35 detik. Latihan yang akan diterapkan dalam penelitian ini yaitu sprint

pendek menempuh jarak 50 meter, dengan waktu kerja antara 5-15 detik.

Dengan demikian periode istirahatnya yaitu 25-75 detik.

Pada latihan ini setiap ulangan dilakukan dengan kecepatan maksimal

(intensitas maksimal). Setiap akhir ulangan segera dihitung waktu rekaverinya,

apabila waktu rekaveri hampir habis siswa segera disiapkan untuk melakukan

ulangan (repetisi) berikutnya.

Kelebihan dan kekurangan latihan interval anaerob dengan rasio waktu

kerja dan waktu istirahat yaitu dengan periode istirahat 25-75 detik, energi ATP-

PC pelari baru pulih sebesar ± 50 - 80%. Untuk melaksanakan kerja berikutnya

maka energi yang digunakan tidak 100% ATP-PC, karena ATP-PCnya belum

pulih 100%. Belum sempurnanya pemulihan dan pengisian kembali ATP_PC di

dalam otot, maka untuk aktivitas berikutnya ATP-PC tidak cukup untuk

mensuplai energi ke dalam otot yang bekerja secara maksimal. Hal ini

memungkinkan timbulnya akumulasi LA, apabila dilakukan dengan

berulangkali.

Apabila usaha fisik maksimal dilakukan terus menerus diluar sistem energi

phosphat (ATP-PC), energi akan dipenuhi melalui persediaan glikogen yang ada

di dalam otot-otot yang aktif. Energi anaerobik yang dihasilkan dari glikogen ini

memproduksi asam laktat (LA). LA ini mengakibatkan rasa lelah (Robert dalam

Pyke, 1991:45).

Latihan interval dengan rasio 1 : 5 lebih banyak meningkatkan daya tahan

anaerobik. Latihan interval dengan rasio 1 : 5 yang dilakukan secara berulang-

ulang, maka daya tahan aerobik siswa meningkat. Latihan interval dengan rasio

1 : 5 sangat cocok untuk pengembangan yang membutuhkan daya tahan

anaerobik, seperti lari jarak 1500 meter dan 3000 meter. Cabang olahraga yang

memerlukan daya tahan anaerobik seperti sepak bola, bola basket, tenis lapangan

cocok menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan

waktu istirahat 1 : 5.

e. Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu Kerja dan Waktu

Istirahat 1:10

Latihan interval dengan rasio 1:10 adalah perbandingan 1 untuk waktu

kerja dan 10 untuk waktu istirahat. Latihan yang akan diterapkan dalam

penelitian ini yaitu sprint pendek dengan waktu kerja antara 5-15 detik. Dengan

demikian periode istirahatnya yaitu 50-150 detik.

Kelebihan dan kekurangan latihan interval anaerob dengan rasio waktu

kerja dan waktu istirahat yaitu dengan periode istirahat 50-150 detik, maka

energi ATP-PC pelari telah pulih sebesar ± 70-95%. Dengan demikian

pemulihan dalam latihan interval dengan rasio 1:10 ini cukup panjang, hampir

100%. Untuk melaksanakan kerja berikutnya maka energi yang digunakan sudah

hampir 100%. Hal ini menghindari adanya akumulasi LA. Latihan ini

merupakan latihan kecepatan murni, karena unsur daya tahan dihindari. Rushall

& Pyke (1992: 258) mengemukakan bahwa untuk latihan kecepatan murni,

latihan harus dibatasi untuk menghindari pengembangan asam laktat, dengan

pemulihan yang cukup diperbolehkan pada saat pengulangan. Latihan kecepatan

harus berhenti bila perubahan teknik mengarah ke keletihan.

Intensitas dari semua aktivitas latihan sprint haruslah maksimum. Jika

kurang, hal ini tidak akan dapat membantu peningkatan kecepatan. Pengulangan

lari dengan jarak yang lebih pendek cocok untuk pengembangan kecepatan.

Sumber energi utama pada kecepatan adalah anaerobik alactacid. Rushall &

Pyke (1992:264) menyatakan bahwa durasi latihan haruslah dalam keadaan tidak

terjadi akumulasi asam laktat dan sumber energi utama adalah sistem energi

alactacid. Latihan lari dengan jarak pendek dan istirahat yang cukup lama dapat

meminimalkan timbulnya LA dan keletihan saat aktivitas.

Latihan interval anaerob dengan rasio 1 : 10 memungkinkan pelari untuk

bekerja dengan sistem energi anaerobik, dengan sistem energi ATP-PC. Kerja

fisik secara anaerob dengan sistem energi ATP-PC yang dilakukan secara teratur

dan kontinyu dapat merangsang kerja enzim di dalam tubuh dan merangsang

pertumbuhan sel (hipermetropi) otot rangka. Fos & Keteyian (1998:288)

mengemukakan bahwa latihan anaerobik dapat meningkatkan kemampuan otot

rangka. Perubahan yang terjadi pada otot-otot ini sebagai hasil latihan anaerobik

mengarah ke meningkatnya kapasitas sistem ATP-PC dan glikolisis anaerobik

untuk membangkitkan ATP.

Latihan tidak hanya meningkatkan cadangan ATP dan PC saja, tetapi juga

mempertinggi kecepatan pengisian kembali ATP-PC di otot. Menurut Fos &

Keteyian (1998:289), latihan tidak hanya meningkatkan cadangan ATP dan PC

tetapi juga mempertinggi kecepatan pengisian kembali. Kecepatan pelepasan

energi oleh sel otot bisa diubah melalui program latihan terutama anaerobik.

Latihan interval dengan rasio 1 : 10 merupakan latihan interval dengan

istirahat yang lebih lama. Istirahat yang relatif lama memberikan pemulihan

yang mendekati sempurna sehingga kualitas kecepatan pada tiap ulangan dapat

dipertahankan. Peningkatan kecepatan merupakan adaptasi syaraf, maka penting

untuk memberikan percobaan sebanyak mungkin dengan menggunakan susunan

neuromuscular yang nyata dari penampilan dengan kecepatan maksimal.

Penampilan dengan kecepatan maksimal yang dilakukan secara berulang-ulang

dan terus menerus menimbulkan superkompensasi otot dan syaraf untuk dapat

melaksanakan tugas kecepatan dengan lebih baik.

2. Power Otot Tungkai

a. Power

Setiap beraktifitas atau melakukan kegiatan olahraga otot merupakan

komponen tubuh yang dominan dan tidak dapat dipisahkan. Semua gerakan

yang dilakukan oleh manusia karena adanya otot, tulang, persendian, ligamen

serta tendon, sehingga gerakan dapat terjadi melalui gerakan tarikan otot serta

jumlah serabut otot yang diaktifkan. Berkaitan dengan power, Harsono

(1988:200) menyatakan bahwa “Power adalah kemampuan otot untuk

mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat”. Power

dideskribsikan sebagai suatu fungsi dari kekuatan dan kecepatan dari gerakan

(Rushall & Pyke, 1992:252). Sedangkan menurut Suharno (1993:59), yang

menyatakan bahwa “Power adalah kemampuan otot atlet untuk mengatasi

tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu gerak

yang utuh”.

Berdasarkan batasan-batasan power diatas dapat disimpulkan bahwa

power adalah kemampuan untuk mengerahkan kekuatan dan kecepatan otot

dalam waktu yang relatif singkat. Power merupakan perpaduan dua unsur

komponen kondisi fisik yaitu kekuatan dan kecepatan dalam hal ini kekuatan

dan kecepatan otot. Kualitas power akan tercermin dari unsur kekuatan dan

kecepatan otot yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan eksplosif dalam

waktu yang sesingkat mungkin.

Menurut Bompa (1999:385), power dibedakan dalam dua bentuk yaitu:

power asiklik dan siklik. Perbedaan jenis power ini dilihat dari segi

kesesuaian jenis latihan atau ketrampilan gerak yang dilakukan. Dalam

kegiatan olahraga power asiklik dan siklik dapat dikenali dari peranannya

pada suatu cabang olahraga. Cabang-cabang olahraga yang memerlukan

power asiklik secara dominan adalah melempar, menolak, dan melompat pada

atletik dan unsur-unsur gerakan pada senam, beladiri, anggar, loncat indah dan

olahraga permainan seperti bola voli. Sedangkan cabang-cabang olahraga

yang menggunakan power siklik adalah: lari, dayung, renang, bersepeda dan

jenis olahraga yang memerlukan kecepatan dalam pelaksanaannya.

b. Otot Tungkai

Otot ialah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu

berkontraksi, gerakan akan terjadi apabila otot-otot pada tubuh berkontraksi

sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Yang dimaksud dengan tungkai adalah anggota gerak tubuh bagian

bawah yang terdiri dari tulang anggota gerak bawah bebas (sceleton

extremitas inferior liberae), yang terdiri dari :

1) Femur (tulang paha).

2) Crus/crural (tungkai bawah) :

a) Tibia

b) Fibula

3) Ossa pedis :

a) Ossa tarsalea :

Tulang-tulang pergelangan kaki yang terdiri dari 7 buah tulang.

b) Ossa metatarsalea :

Tulang-tulang telapak kaki yang terdiri dari 5 buah tulang.

c) Ossa palangea digitorum pedis :

Tiap-tiap jari terdiri dari tiga ruas tulang kecuali ibu jari hanya

terdiri dari dua ruas tulang.

Sebagai tulang anggota gerak bawah bebas (skeleton extremitas inferior

liberae) tungkai bawah mempunyai tugas yang sangat penting untuk

melakukan gerak. Namun untuk dapat melakukan gerak tersebut secara

sistematis, harus merupakan hasil dari gerak yang dilakukan oleh adanya

suatu sistem penggerak, yang meliputi: otot, tulang, sendi dan saraf.

Ada tiga otot penggerak tungkai, dimana masing-masing otot penggerak

terdiri dari beberapa otot, yaitu :

1) Otot penggerak paha: iliopsoae, rectus femoris, gluteus maximus, gluteus

medius, gluteus minimus, tensor fascilatae, piriformis, adductor brevis,

adductor longus, adductor magnus, gracilis.

2) Otot penggerak kaki bawah: rectus femoris, vastus lateralis, vastus

medialis, vastus intermedius, sartorius, bicep femoris, semitendinisus,

semi membranosus.

3) Otot penggerak telapak kaki: tibialis anterios, gastrocnemius, soleus,

peroneus longus, peroneus brevis, tibialis posterior, peroneus tertius.

Berdasarkan pengertian yang telah disebutkan diatas mengenai power

dan otot tungkai, dapat didefinisikan pengertian power otot tungkai adalah

kemampuan otot atau sekelompok otot-otot tungkai untuk melakukan kerja

atau melawan beban atau tahanan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Power otot tungkai dibutuhkan hampir pada semua cabang olahraga, terutama

untuk gerakan lari, melompat, meloncat, menendang dan gerakan-gerakan lain

yang melibatkan kerja otot tungkai yang dikerahkan secara maksimal dalam

waktu yang singkat.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Power Otot Tungkai

Power otot tungkai adalah kualitas yang memungkinkan otot atau

sekelompok otot-otot tungkai untuk menghasilkan kerja fisik secara eksplosif.

Penentu power otot tungkai adalah intensitas kontraksi otot-otot tungkai,

intensitas kontraksi yang tinggi merupakan kecepatan pengerutan otot-otot

tungkai setelah mendapat rangsangan dari saraf, Intensitas kontraksi

tergantung pada rekruitmen sebanyak mungkin jumlah otot-otot tungkai yang

bekerja. Kecuali itu produksi kerja otot-otot secara eksplosif menambah suatu

unsur baru yakni terciptanya hubungan antara otot dan sistem saraf. Bertolak

dari pengertian power otot tungkai diatas menunjukkan bahwa unsur utama

terbentuknya power otot tungkai adalah kekuatan dan kecepatan dari otot-otot

tungkai.

Unsur–unsur penentu power otot tungkai adalah kekuatan otot tungkai

dan kecepatan kontraksi otot-otot tungkai yang dimiliki seseorang, kecepatan

rangsang syaraf, produksi energi secara biokimia dan pertimbangan gerak

mekanik. Selain itu menurut Suharno (1993:59–60), baik tidaknya power

(eksplosif power) yang dimiliki seseorang ditentukan oleh :

1) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih (phasic) dari atlet.

2) Kekuatan otot dan kecepatan otot atlet.

3) Waktu rangsang.

4) Koordinasi gerakan yang harmonis antara kekuatan dan kecepatan.

5) Banyak sedikitnya zat kimia dalam otot (ATP).

6) Penguasaan teknik gerak yang benar.

Pada dasarnya penentu baik dan tidaknya power otot tungkai yang

dimiliki seseorang bergantung pada intensitas kontraksi dan kemampuan

otot-otot tungkainya untuk berkontraksi secara maksimal dalam waktu yang

singkat setelah menerima rangsangan serta produksi energi biokimia dalam

otot-otot tungkainya yang sangat menentukan power otot tungkai yang

dihasilkan. Jika unsur–unsur seperti diatas dimiliki seseorang, maka ia akan

memiliki power otot tungkai yang baik, namun sebaliknya jika unsur–unsur

tersebut kurang baik maka power otot tungkai yang dihasilkan pun juga tidak

baik.

d. Peranan Power Otot Tungkai Dalam Kecepatan lari

Power otot tungkai memiliki peranan yang sangat penting hampir pada

semua cabang olahraga. Mulai dari atletik sampai dengan berbagai cabang

olahraga permainan, baik olahraga individu maupun beregu power otot

tungkai mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap tercapainya sebuah

prestasi.

Besarnya power otot tungkai yang diperlukan pada masing-masing

cabang tentunya berbeda-beda, tergantung seberapa besar keterlibatan power

otot tungkai dalam cabang olahraga tersebut. Power otot tungkai yang

diperlukan untuk cabang olahraga bola voli, tentunya berbeda dengan yang

diperlukan untuk cabang olahraga sepak bola dan akan berbeda pula dengan

cabang olahraga atletik dan sebagainya.

Kecepatan lari adalah serangkaian tolakan, melayang dan pendaratan

yang dilakukan secara otomatis yang komponen dasarnya adalah kecepatan

dan kekuatan (power) otot tungkai. Meningkatnya kecepatan dan kekuatan

(power) otot tungkai akan menyebabkan koordinasi kerja neuromuskuler

menjadi lebih baik, sehingga peningkatan frekuensi langkah dalam segi waktu

yang disebabkan oleh meningkatnya kecepatan dan peningkatan panjang

langkah dalam segi ruang yang disebabkan oleh meningkatnya kekuatan otot

tungkai akan menghasilkan kecepatan lari. Kecepatan lari pada hakekatnya

merupakan penampilan kecepatan dan kekuatan (power) dari otot tungkai,

keadaan power otot tungkai dalam hal ini sangat tergantung pada kemampuan

seorang atlet untuk memperhitungkan dan membina kondisi fisiknya dengan

cara yang kuat dan cepat melalui gerakan pergantian tungkainya.

3. Peningkatan Kecepatan Lari

Kecepatan merupakan komponen kondisi fisik yang sangat esensial dalam

berbagai cabang olahraga, karena kecepatan termasuk dalam unsur-unsur kondisi

fisik dasar selain kekuatan (strength) dan daya tahan (endurance). Dalam kegiatan

olahraga, kecepatan didefinisikan sebagai kemampuan untuk bergerak dengan

kemungkinan kecepatan yang paling cepat. Kecepatan ini secara meyakinkan

menyumbang dalam prestasi kecepatan lari (sprint) dan loncat horisontal (Jarver,

1974:52).

Sedangkan Schmolinsky (1978:39) mendefinisikan “kecepatan sebagai

kemampuan pada dasar-dasar mobilitas sistem saraf pusat dan perangkat otot

untuk menampilkan gerakan-gerakan pada kecepatan tertentu”. Secara fisika

kecepatan digambarkan dengan rumus :

Kecepatan = (V = )

Kecepatan =

Kecepatan rata-rata (V) dan gaya (F) dihitung jika kecepatan rata-rata dalam

enam langkah-langkah maksimal. Sebagai tambahan terhadap treadmill lari,

subjek melakukan lari jarak pendek maksimal 60 m (Hiroyasu Tsuchie, et al,

2008). Menurut Nossek (1982:62) menyatakan bahwa kecepatan merupakan

kualitas kondisional yang memungkinkan seorang atlet untuk bereaksi secara

cepat bila dirangsang dan untuk melakukan gerakan secepat mungkin. Gerakan-

gerakan kecepatan dilakukan melawan tahanan yang berbeda (berat badan, berat

peralatan, air, dsb) dengan efek bahwa pengaruh kekuatan juga menjadi faktor

yang menentukan. Karena gerakan-gerakan kecepatan dilakukan dalam waktu

yang sesingkat mungkin, maka kecepatan secara langsung tergantung pada waktu

yang ada dan pengaruh kekuatan.

Menurut Jonath & Krempel (1987:19-20) “kecepatan didefinisikan sebagai

hasil kerja suatu tenaga pada suatu massa”. Didalam dasar gerakan manusia,

massa adalah tubuh atau salah satu anggota tubuh dan tenaga merupakan kekuatan

otot yang digunakan seseorang menurut massa yang digerakkan. Secara fisika,

kecepatan didefinisikan sebagai jarak per satuan waktu, misalnya 100 km/jam.

Sedangkan secara psikologis, kecepatan diartikan sebagai kemampuan

berdasarkan kemudahan gerak, proses sistem syaraf dan perangkat otot untuk

melakukan gerak dalam satuan waktu. Selain itu menurut Harsono (1988:216)

“kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis

secara berturut-turut dalam waktu sesingkat mungkin atau kemampuan untuk

menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat mungkin”. Adapun menurut

Suharno (1993:47) bahwa kecepatan adalah kemampuan atlet untuk melakukan

gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-

singkatnya.

Lari adalah gerakan berpindah tempat dengan maju kedepan yang dilakukan

lebih cepat dari berjalan. Gerakan lari dan gerakan berjalan hampir sama,

perbedaannya adalah jika pada berjalan kedua kaki selalu kontak atau

berhubungan dengan tanah, sedangkan pada lari, ada saat badan melayang diudara

(Syaifudin, 1985:57). Kecepatan lari maksimum dibatasi oleh kecepatan di mana

anggota tubuh dapat diayunkan ke depan dan memutar kembali, dan oleh

kekuatan dapat withstand yang berhubungan dengan landasan (James & Wilson,

2005).

Lari tidak hanya merupakan nomor yang dipertandingkan dalam cabang

atletik saja, tetapi juga merupakan bagian yang penting hampir pada semua

cabang olahraga. Pada dasarnya gerakan lari itu sendiri untuk semua jenis lari

adalah sama, akan tetapi berhubung adanya pembagian jarak yang ditempuh dan

penggunaan sistem energi yang berbeda, maka dalam pelaksanaan teknik larinya

menjadi berbeda antara yang satu dengan lainnya.

Kecepatan lari sebagai suatu rangkaian tolakan atau loncatan, komponen

dasarnya adalah kecepatan dan power otot tungkai. Meningkatnya kecepatan dan

power otot tungkai akan menyebabkan kerja neuromuskuler menjadi lebih baik,

sehingga peningkatan panjang langkah dalam segi ruang dan frekuensi langkah

dalam segi waktu akan menghasilkan kecepatan lari.

Menurut Nossek (1982:64), fase kecepatan lari dibagi kedalam empat fase

kecepatan, yaitu :

1) Waktu reaksi dan kecepatan reaksi.

2) Akselerasi (percepatan).

3) Kecepatan dasar dan kecepatan lari

4) Daya tahan kecepatan.

Fase kecepatan lari secara lebih rinci dapat dianalisis dan diuraikan sebagai

berikut :

1) Waktu reaksi dan kecepatan reaksi.

Waktu reaksi merupakan selang atau jarak waktu diantara rangsangan

(yang berhubungan dengan mata, akustik, atau sentuhan) dan permulaan

gerakan. Waktu reaksi yang diukur pada atlet yang maju bervariasi antara 0,15

dan 0,25 detik (Nossek, 1982:64).

Waktu reaksi dalam kecepatan lari terjadi pada saat jatuhnya rangsangan

dan permulaan lari atau yang biasa disebut reaksi start. Seorang pekecepatan

lari harus memiliki reaksi start yang singkat artinya ia harus mempu

menjawab rangsangan (bunyi “pistol” atau aba “ya”) dengan menolak secara

kuat dan cepat ke start block. Pemberian respons ini, unsur power sudah mulai

berperan. Penampilan power terutama tercermin dalam percepatan start yang

tinggi dan kapasitas frekuensi langkah.

Kecepatan reaksi sangat sukar untuk didefinisikan, seperti unsur-unsur

fisik yang lain, misalnya kekuatan eksplosif, kemampuan akselerasi atau

keterampilan gerak (Nossek, 1982:66).

2) Akselerasi (percepatan).

Untuk mencapai kecepatan maksimal seorang pelari harus mampu

mengembangkan kecepatan awalnya secepat mungkin. Kemampuan

melakukan percepatan, mempertahankan kecepatan maksimal dan

memperlambat kecepatan maksimal untuk setiap pelari berbeda-beda. Pelari

yang terlatih atau berpengalaman akan mencapai kecepatan maksimalnya

lebih cepat, mempertahankan kecepatan maksimalnya pada jarak yang lebih

panjang, dan kecepatan maksimalnya turun lebih lambat daripada rata-rata

pakecepatan lari yang tidak terlatih. Dalam mencapai kecepatan maksimal ini

terjadi proses “pick up acceleration” yaitu jarak yang diperlukan pelari

sesudah tahap percepatan awal mencapai kecepatan maksimalnya.

3) Kecepatan dasar dan kecepatan lari.

Kecepatan dasar sebagai kecepatan maksimum yang dapat dicapai gerak

siklis ialah produk maksimum yang dapat dicapai dari frekuensi gerak

(frekuensi langkah) dan amplitudo gerak (panjang langkah). Frekuensi dan

panjang langkah merupakan faktor yang menentukan kecepatan maksimal.

Pada atlet yang terlatih, untuk mencapai kecepatan maksimumnya

memerlukan kira-kira 30-40 meter untuk tahap kaselerasi (Nossek, 1982:64).

4) Daya tahan kecepatan

Setelah kecepatan maksimalnya tercapai, kemampuan pelari untuk

mempertahankan kecepatan maksimalnya merupakan kunci utama dalam

menyelesaikan larinya. Tahap berikutnya daya tahan kecepatan menentukan

seberapa lama seorang atlet mampu mempertahankan kecepatan

maksimalnya. Kemampuan ini menunjukkan tingkat kapasitas anaerobik atau

daya tahan kecepatan seorang pekecepatan lari. Daya tahan kecepatan

mengendalikan tingkat kelambatan di dalam bagian akhir dari kecepatan lari.

Berdasarkan pendapat dari beberapa penulis seperti yang telah disebutkan di

atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kecepatan lari adalah suatu kemampuan

tubuh untuk melakukan gerakan lari dalam waktu yang singkat, atau kemampuan

untuk menempuh suatu jarak dengan berlari dalam waktu yang secepat-cepatnya.

a. Macam-Macam Kecepatan

Kecepatan dibagai menjadi beberapa macam, dalam hal ini menurut

Nossek (1982:65), kualitas kecepatan dibagi menjadi tiga macam yaitu :

1) Kecepatan reaksi (reaction speed).

adalah kecepatan untuk merespon suatu rangsangan.

2) Kecepatan bergerak (speed of movement).

adalah kemampuan kecepatan kontraksi secara maksimal otot dalam

suatu gerakan yang terputus (gerakan non siklik atau gerak eksplosif).

3) Kecepatan kecepatan lari (sprinting speed).

adalah kemampuan untuk bergerak maju kedepan dengan kekuatan

dan kecepatan maksimal.

Sedangkan menurut Bompa (1999:368), kecepatan dapat dibedakan

menjadi dua macam, yakni kecepatan umum dan kecepatan khusus.

1) Kecepatan umum

Kecepatan umum adalah kapasitas untuk melakukan beberapa

macam gerakan (reaksi motorik) dengan cara yang cepat. Persiapan fisik

secara umum maupun khusus dapat memperbaiki kecepatan umum.

2) Kecepatan khusus

Kecepatan khusus adalah kapasitas untuk melakukan suatu latihan

atau keterampilan pada kecepatan tertentu. Kecepatan khusus adalah

khusus untuk tiap-tiap cabang olahraga dan sebagian besar tidak dapat

ditransferkan. Kecepatan khusus hanya mungkin dikembangkan melalui

metode khusus, namun demikian perlu dicari bentuk latihan alternatifnya.

Seseorang tidak bisa berharap akan terjadi transfer yang positif, kecuali

jika memperbaiki struktur gerakan yang mirip dengan pola

keterampilannya.

Sesuai dengan klasifikasi latihan dan keterampilan gerak, kecepatan

pada lari oleh Jonath & Krempel (1987:20), dibedakan menjadi:

a) Kecepatan asiklis

Kecepatan ini mengenai kecepatan gerak yang dibatasi oleh faktor-

faktor yang terletak pada otot yaitu kekuatan statis dan kecepatan

kontraksi otot. Kedua faktor ini sangat tergantung pada viskositas dan

tonus otot. Faktor pembatas selain faktor kekuatan statis dan kecepatan

kontraksi otot adalah faktor kerja antagonis otot, panjang pengungkit dan

massa yang digerakkan. Sedangkan faktor-faktor yang menentukan

prestasinya adalah tenaga dinamis (perbandingan tubuh-pengungkit) dan

massa (perbandingan beban-tenaga).

b) Kecepatan siklis

Kecepatan ini adalah produk yang dihitung dari frekuensi gerak

(frekuensi langkah) dan amplitudo gerak (panjang langkah). Bila gerak

siklis mulai dengan kecepatan nol pada pemberian isyarat atau tanda

mulai, dan jika waktunya dihitung dari pemberian isyarat, maka

kecepatannya dapat dibedakan menjadi empat faktor, yakni kecepatan

reaksi (pada saat start), percepatan gerak (pada beberapa meter pertama),

kecepatan dasar (sebagai kecepatan maksimal) dan stamina kecepatan

(daya tahan kecepatan).

c) Kecepatan dasar

Kecepatan dasar sebagai kecepatan maksimal yang dapat dicapai

dalam gerak siklis adalah produk maksimal yang dapat dicapai dari

frekuensi gerak dan amplitudo gerak. Kecepatan ini tidak dapat dibedakan

menurut kecepatan gerak maju dan kecepatan gerak. Kecepatan dasar pada

wanita dicapai pada usia antara 17–22 tahun, pada pria antara 19–23

tahun. Faktor-faktor yang membatasi kecepatan dasar adalah tenaga otot,

viskositas otot, kecepatan kontraksi, ukuran antropometris, koordinasi,

waktu reaksi pada permulaan lari (start) dan stamina dinamis anaerob

umum.

b. Analisis Kecepatan Lari

Gerak lari merupakan gerakan mengais (pawing movement). Badan

bergerak maju karena akibat dari dorongan kaki kebelakang terhadap tanah.

Gaya maju ini dan efisiensi penggunaannya merupakan kunci kecepatan yang

dapat dikembangkan oleh pelari. Gaya yang dihimpun untuk berlari bagi

seseorang itu tetap yaitu sekitar 0,5 sampai 1,1 kali berat badan. Rata-rata

adalah 0,8 untuk pelari yang berpengalaman (Soedarminto, 1991:249).

Semakin cepat seseorang berlari, semakin panjang langkahnya. Bila

seorang pelari yang menambah kecepatan lari biasanya ia akan melakukan

dengan cara memperpanjang langkahnya, bukan dengan menambah frekuensi

langkahnya. Dengan cara begitu telapak kaki harus mendorong kebelakang

lebih kuat. Badan dicondongkan kedepan kira-kira 20 derajat dari garis

vertikal. Sikap ini dapat mengatasi hambatan udara dan cenderung dapat

memelihara letak titik berat badan selalu berada didepan telapak kaki depan

pada waktu menyentuh tanah sehingga akan menimbulkan daya dorong

kedepan yang lebih dan menyebabkan kecepatan lari bertambah. Tetapi jika

titik berat badan berada dibelakang telapak kaki pada waktu menyentuh tanah,

akan timbul momen gaya ke arah belakang sebesar berat badan kali jarak

antara titik berat badan yang berada dibelakang telapak kaki tumpu dan

telapak kaki depan. Hal ini menyebabkan kehilangan gaya yang semestinya

bisa digunakan untuk gerak maju (Soedarminto, 1991:250).

Seorang pekecepatan lari harus menyentuh tanah pada ujung kakinya

pada saat berlari, gerakan ini menyerap goncangan kaki pada saat menapak

dan juga memungkinkan otot-otot betis memanjang sebelum berkontraksi

untuk meluruskan saat mendorong ke belakang berikutnya. Dorongan

kebelakang ini dilakukan dengan jari-jari kaki pada saat telapak kaki

diluruskan agar mendapatkan tolakan sebesar-besarnya, kaki benar-benar

lurus tegang pada saat mendorong agar gaya dorong kebelakang seluruhnya

dapat menjadi gerak kedepan.

Pada saat telapak kaki terangkat dari tanah menolak dengan kuat, kaki

segera bersiap untuk melangkah berikutnya. Untuk melaksanakan ini dengan

usaha sekecil dan secepat mungkin, maka lutut harus ditekuk. Makin cepat

seseorang bergerak, makin tinggi lutut harus diangkat ke depan, lutut makin

menekuk, dan makin tinggi telapak kaki diangkat. Dengan gerak ini lutut

bergerak kedepan dan kecepatan sudut lebih besar, sebab kaki yang berputar

mulai dari panggul mempunyai jari-jari yang jauh lebih pendek. Gerakan ini

menunda menapaknya telapak kaki ke tanah untuk langkah berikutnya dan

memungkinkan kaki pendorong dapat terentang sepenuhnya. Keadaan ini

memperkecil sudut antara kaki dan permukaan tanah, dan dengan demikian

menambah gaya efektif dari dorongan kaki.

Gerakan lengan berlawanan dengan gerakan tungkai, lengan yang

bergerak menyilang di depan badan berfungsi mengimbangi putaran pinggul.

Seorang pelari yang mempunyai pinggul dan tungkai yang lebih berat tetapi ia

mempunyai bahu dan lengan yang ringan, ia harus mengayunkan lengannya

lebih jauh ke belakang dibandingkan jika ia mempunyai pinggul dan tungkai

yang lebih ringan. Lengan juga melengkapi dan membantu gerakan tungkai.

Ayunan lengan ke belakang yang kuat menyebabkan tungkai melangkah lebih

jauh. Jika tungkai lelah, gerakan lengan dapat membantu mempertahankan

atau menambah kecepatan.

Pada saat melangkah, titik berat badan naik turun, namun diusahakan

naik turunnya titik berat badan ini tidak terlalu besar, dan dipertahankan agar

gerakan ini tetap ajeg. Makin tinggi titik berat badan naik, maka makin lama

badan melayang di atas tanah, kecepatan lari akan mengalami perlambatan

selama badan melayang di atas tanah.

Gerakan keterampilan merupakan salah satu kategori gerakan yang

didalam melakukannya diperlukan koordinasi dan kontrol tubuh secara

keseluruhan atau sebagian tubuh. Tingkat koordinasi dan kontrol tubuh dalam

melakukannya cukup kompleks. Koordinasi dan kontrol tubuh yang baik akan

meningkatkan keterampilan dalam melakukan gerakan.

Keterampilan gerak bisa diartikan sebagai kemampuan untuk

melaksanakan tugas-tugas gerak tertentu dengan baik. Semakin baik

penguasaan gerak keterampilan, maka pelaksanaanya akan semakin efisien.

Dengan kata lain bahwa efisiensi pelaksanaan diperlukan untuk melakukan

gerakan keterampilan, efisiensi pelaksanaan bisa dicapai apabila secara

mekanis gerakan dilakukan dengan benar. Apabila gerakan keterampilan bisa

dikuasai, maka yang menguasai dikatakan terampil.

Keterampilan dapat dipahami dari dua aspek. Pertama, keterampilan

sebagai tugas gerak, sehingga terampil diartikan sebagai respons terhadap

stimulus yang dapat dijabarkan secara kuantitatif maupun kualitatif. Orang

yang terampil akan memperlihatkan kualitas gerak yang tinggi, dan gerakan

yang mantap. Aspek yang kedua adalah, keterampilan dianggap sebagai

indikator dari tingkat penguasaan atau kemahiran.

Pengklasifikasian keterampilan gerak bisa dibuat berdasarkan beberapa

sudut pandang (berdasarkan kecermatan gerakan, perbedaan titik awal dan

titik akhir, dan berdasarkan stabilitas lingkungan) dibagi menjadi beberapa

kategori, yaitu:

a) Keterampilan kasar dan halus (gross and fine skills).

b) Keterampilan diskrit, serial dan kontinyu (discrete, serial and continuous

skills).

c) Keterampilan terbuka dan tertutup (open and close skills) (Sugiyanto,

2003:8.11–8.15).

Keterampilan kasar dan halus suatu klasifikasi yang dibuat atas dasar

jumlah otot yang terlibat kadar energi yang dikerahkan atau usaha untuk

menampilkan gerak itu sendiri. Semakin banyak otot-otot besar yang

dilibatkan, semakin banyak energi dan usaha yang dikerahkan, keterampilan

semacam itu tergolong keterampilan kasar. Begitu juga sebaliknya, jika otot-

otot halus yang banyak terlibat didalam suatu keterampilan, maka

keterampilan semacam itu tergolong keterampilan halus.

Keterampilan diskrit, serial dan kontinyu yang diklasifikasikan atas

dasar rangkaian dari elemen gerak yang dilakukan seseorang sebagai pedoman

jika jelas kapan saat mulai dan berakhirnya maka keterampilan semacam ini

disebut keterampilan diskrit. Dan sebaliknya, jika tidak jelas kapan saat mulai

dan berakhirnya, maka keterampilan semacam ini disebut keterampilan

kontinyu. Sedangkan keterampilan serial mencerminkan perpaduan

karakteristik kedua keterampilan tersebut baik diskrit maupun kontinyu.

Keterampilan terbuka dan tertutup, suatu kategori berdasarkan pengaruh

lingkungan sekitar terhadap penampilan gerak itu sendiri. Semakin mampu

diprediksi pangaruh lingkungan, gerakan yang bersangkutan semakin

menggeser ke arah jenis keterampilan tertutup. Kedua jenis keterampilan ini

berada pada garis kontinum, bukan sebagai dikotomi yang terpisah secara

absolut.

Berdasarkan klasifikasi keterampilan yang telah dikemukakan, maka

kecepatan lari dapat diklasifikasikan sebagai keterampilan kasar, keterampilan

serial dan keterampilan tertutup. Kecepatan lari termasuk dalam klasifikasi

jenis keterampilan motorik kasar, karena pada keterampilan kecepatan lari

membutuhkan pengorganisasian otot-otot besar disertai pengerahan tenaga

yang banyak. Kecepatan lari juga termasuk dalam klasifikasi jenis

keterampilan motorik serial karena struktur keterampilan kecepatan lari

merupakan perpaduan karakteristik antara keterampilan diskrit dan kontinyu.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Lari

Kecepatan adalah salah satu komponen biomotorik yang sangat penting

dalam aktivitas olahraga dan merupakan kemampuan untuk bergerak dengan

kemungkinan kecepatan yang paling cepat, kemampuan pada dasar-dasar

mobilitas sistem saraf pusat dan perangkat otot untuk menampilkan gerakan-

gerakan pada kecepatan tertentu, serta merupakan hasil kerja suatu tenaga

pada suatu massa. Menurut pendapat beberapa ahli banyak faktor-faktor yang

mempengaruhi kecepatan lari seseorang, diantaranya seperti diuraikan

dibawah ini.

Menurut Jarver (1974:45) bahwa faktor yang mempengaruhi kecepatan

lari adalah (a) koordinasi neuromuskuler, (b) power, (c) elastisitas otot, (d)

mobilitas dan kualitas teknik, serta (g) produksi energi secara biokimia.

Koordinasi neuromuskuler menentukan frekuensi gerakan pada suatu

aplikasi kekuatan yang maksimal menurut respon kerja terhadap sinyal-sinyal

saraf. Hal ini akan terjadi lebih efektif bila ditunjang oleh adanya power,

elastisitas otot, mobilitas dan teknik lari dengan ruang gerak yang luas dan

adanya relaksasi dari otot-otot antagonis. Dari segi biokimia, kecepatan

sebagian besar tergantung pada pelayanan energi yang diperoleh dengan

segera dari ATP dan PC dalam otot, oleh karena itu pada saat intensitas

maksimal akan mencakup prestasi anaerobik secara keseluruhan juga

tergantung pada kecepatan sumber energi kimia yang dapat dikerahkan

(Jarver, 1974:52).

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan lari adalah sebagai

berikut :

Gambar 1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Lari

(Nossek, 1982:62)

Kecepatan lari seseorang tergantung pada kecepatan kontraksi otot,

struktur otot dan mobilitas proses-proses saraf yang tinggi yang merupakan

KEKUATAN ,KECEPATAN

DAN DAYA TAHAN

KECEPATAN

MOBILITAS PROSES-PROSES

SARAF

STIMULASI PENGHENTIAN

KONTRAKSI RELAKSASI

ELASTISITAS OTOT

KAPASITAS PEREGANGAN

DAN KONTRAKSI OTOT

KOORDINASI OTOT DIANTARA

YANG SINERGIS DAN

ANTAGONIS

KECEPATAN TEKNIK OLAHRAGA

DAYA KEMAUAN

pembawaan sejak lahir. Seorang atlet yang otot-ototnya terutama terdiri dari

serabut-serabut otot merah tidak bisa berkembang menjadi pekecepatan lari

kelas atas. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagaimana kecepatan lari dapat

dikembangkan. Langkah awal yang mungkin dilakukan adalah meningkatkan

koordinasi otot antara yang sinergis dan antagonis (koordinasi intramuskuler)

di dalam berbagai gerakan. Adanya koordinasi antara otot yang sinergis dan

antagonis menghemat gerakan-gerakan, karena kontraksi otot-otot sinergis

berpengaruh terhadap relaksasi pada kontraksi antagonis dan sebaliknya.

Proses ini disebabkan oleh rangsangan-rangsangan dan penghentian-

penghentian melalui saraf-saraf yang tepat.

Pada sisi yang lain, interaksi yang lebih baik adalah diantara sistem saraf

pusat dan otot-otot yang sesuai (koordinasi intramuskuler) dengan

menggunakan latihan kecepatan yang berulang-ulang juga memberikan

sumbangan pada peningkatan kecepatan. Sinyal yang kuat dan cepat yang

berasal dari sistem saraf pusat merangsang otot-otot (dan sebanyak mungkin

serabut-serabut otot) yang menyebabkan kontraksi lebih kuat dan cepat.

Kontraksi gerakan-gerakan yang diwujudkan merupakan pergantian secara

cepat antara kontraksi-kontraksi dan relaksasi-relaksasi dalam otot-otot yang

diaktifkan. Hal ini dicapai melalui proses latihan jangka panjang.

Relaksasi atau pengendoran otot-otot yang tak mencukupi akan

berpengaruh terhadap frekuensi gerakan yang rendah dan amplitudo gerakan

(lebar ayunan) seseorang menjadi sangat terbatas. Relaksasi dalam hal ini

mungkin dapat ditemukan di dalam standar keterampilan gerak yang rendah.

Karena teknik-teknik olahraganya belum dikuasai, seseorang harus

mengembangkan kecepatannya secara berhati-hati bersamaan dengan

kemajuan keterampilan geraknya. Gerakan ini pertama-tama dikuasai dengan

menggunakan kekuatan yang rendah pada frekuensi yang rendah, kemudian

kekuatan dan frekuensi itu secara bertahap ditingkatkan. Frekuensi yang

tinggi dan amplitudo gerakan yang optimal memainkan peranan yang

menentukan dalam gerakan-gerakan kecepatan.

Sedangkan menurut Bompa (1999:268–270) bahwa kecepatan lari

dipengaruhi oleh faktor-faktor (a) heriditas, (b) waktu reaksi (c) kecepatan

mengatasi hambatan eksternal, (d) teknik, (e) konsentrasi dan kemauan yang

keras, serta (f) elastisitas otot. Selain itu Suharno (1993:48) mengatakan

bahwa faktor-faktor penentu kecepatan kecepatan lari adalah (1) tergantung

pada kekuatan otot yang bekerja, (2) panjang tungkai atas, (3) frekuensi gerak

(4) teknik lari yang sempurna.

Dipandang dari sudut kesehatan olahraga disebutkan oleh Jonath &

Krempel (1987:56–58) bahwa yang menjadi parameter prestasi kecepatan,

utamanya pada kecepatan lari (sprint) ditentukan oleh faktor-faktor berikut :

1) Tenaga otot merupakan salah satu persyaratan terpenting untuk

kecepatan. Utamanya bagi pekecepatan lari (sprinter) pemula, tenaga otot

dapat diperbaiki dengan latihan kekuatan terarah.

2) Viskositas otot, hambatan gesekan dalam sel (intrasesuler) serabut-serabut

otot. Dengan pemanasan, pengaruh viskositas otot dapat dieliminir.

3) Kecepatan reaksi dapat dilatih dengan :

a) Meningkatkan pengalaman terhadap situasi persepsi khusus.

b) Mengotomatisasikan semaksimal mungkin jawaban motorik atau

kelakuan kinetik yang perlu dibuat dan dipilih dalam situasi yang

nyata.

4) Kecepatan kontraksi yaitu kecepatan pengerutan otot setelah mendapat

rangsangan saraf dan dapat ditingkatkan dengan latihan yang berulang-

ulang. Hal ini terutama bergantung pada struktur otot dan ditentukan oleh

faktor hereditas dan bakat.

5) Koordinasi yaitu kerjasama antara sistem saraf pusat dan otot-otot yang

digunakan, merupakan komponen yang penting dan menentukan

kecepatan lari seseorang.

6) Stamina anaerob umum atau daya tahan kecepatan pada kecepatan lari,

terutama ketika seorang pelari akan memasuki finish dan mempunyai

pengaruh terhadap prestasi larinya.

7) Ciri antropometris yaitu mengenai bentuk tubuh atlet, terutama mengenai

perbandingan antara tubuh dengan panjang tungkainya.

Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah sifat-sifat psiko-fisiologis

atlet, utamanya pada daya kemauan, sistem saraf pusat, sifat otot dan

koordinasi yang menentukan baik atau tidaknya penampilan. Dan dalam

pengembangannya perlu mempertimbangkan faktor jenis kelamin dan umur.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian mengenai latihan interval anaerob sudah banyak dilakukan, beberapa

hasil temuan penelitian yang menarik dan memiliki relevansi yang dekat dengan

penelitian ini, akan diungkap kembali sebagai berikut:

1. Suratmin (2001) tentang pengaruh latihan interval anaerob terhadap kecepatan

renang 100 meter gaya front crawl pada perenang intermediate, yang

menyimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh latihan interval anaerob terhadap

kecepatan renang 100 meter gaya front crawl pada perenang intermediate, latihan

interval anaerob kombinasi jarak 25-50 meter lebih baik dibanding latihan

interval anaerob jarak 50 meter dan jarak 25 meter terhadap kecepatan renang 100

meter gaya front crawl pada perenang intermediate.

2. Slamet Widodo (2003) tentang pengaruh latihan interval anaerob dan kapasitas

aerob terhadap prestasi lari cepat 100 meter, yang menyimpulkan bahwa ada

perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan interval anaerob dengan rasio

1:5 dan 1:10 terhadap prestasi lari cepat 100 meter, ada perbedaan pengaruh yang

signifikan antara kapasitas aerob tinggi dan rendah terhadap prestasi lari cepat

100 meter, tidak ada interaksi antara rasio waktu kerja dan waktu istirahat dalam

latihan interval anaerob dengan kapasitas aerob terhadap prestasi lari cepat 100

meter.

3. Heri Pendianto (2009) meneliti tentang pengaruh latihan interval anaerob dan

power lengan terhadap peningkatan kecepatan renang 100 meter gaya bebas, yang

menyimpulkan bahwa ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan

interval anaerob jarak tempuh 25 meter, 50 meter dan kombinasi jarak tempuh 25-

50 meter terhadap peningkatan kecepatan renang 100 meter gaya bebas. Ada

perbedaan peningkatan kecepatan renang 100 meter gaya bebas yang signifikan

antara perenang yang memiliki power lengan tinggi dan rendah, terdapat

pengaruh interaksi yang signifikan antara latihan interval anaerob dan power

lengan terhadap peningkatan kecepatan renang 100 meter gaya bebas.

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

dirumuskan kerangka berpikir sebagai berikut:

1. Perbedaan pengaruh latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan

waktu istirahat 1:5 dan1:10 terhadap peningkatan kecepatan lari.

Latihan interval yang dilakukan secara sistematis, berulang-ulang dan

kontinyu dapat mengakibatkan perubahan-perubahan dalam tubuh. Perabahan-

perubahan itu antara lain adalah perubahan biokimia dan sistem otot rangka,

perubahan kardiorespirasi dan perubahan mekanisme organisasi sistem syaraf

yang mengarah pada peningkatan dalam kemampuan melakukan kerja, khususnya

dalam kaitannya dengan kecepatan lari .

Perbandingan (rasio) antara periode kerja dan periode istirahat dalam latihan

interval ikut menentukan terhadap hasil latihan. Pemulihan ATP-PC dalam latihan

interval dengan rasio perbandingan waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 belum

memberikan pemulihan yang cukup terhadap pengisian kembali ATP-PC secara

sempurna, sehingga masih memungkinkan timbulnya akumulasi LA, jika telah

dilakukan dalam ulangan yang lebih banyak. Latihan ini dapat meningkatkan

kecepatan, tetapi peningkatannya lebih besar kepada peningkatan daya tahan.

Latihan interval dengan rasio perbandingan waktu kerja dan waktu istirahat

1:10 memungkinkan pemulihan ATP-PC mendekati 100%. Untuk melaksanakan

kerja berikutnya maka energi yang digunakan sudah hampir 100%. Hal ini

menghindari adanya akumulasi LA. Latihan ini merupakan latihan kecepatan

murni, karena unsur daya tahan dihindari. Dengan pemulihan yang mendekati

100% maka kesempurnaan gerakan dan kecepatannya dapat dipertahankan.

2. Perbedaan peningkatan kecepatan lari antara siswa yang memiliki power

otot tungkai tinggi dan rendah.

Power otot tungkai adalah kemampuan otot atau sekelompok otot-otot

tungkai untuk melakukan kerja atau melawan beban atau tahanan dalam waktu

yang sesingkat-singkatnya. Power otot tungkai dibutuhkan hampir pada semua

cabang olahraga, terutama untuk gerakan lari, melompat, meloncat, menendang

dan gerakan-gerakan lain yang melibatkan kerja otot tungkai yang dikerahkan

secara maksimal dalam waktu yang singkat. Pada kecepatan lari, kecepatan lari

seseorang selain ditentukan oleh faktor biomotorik seperti kecepatan itu sendiri,

faktor biomotorik lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah kekuatan.

Kecepatan lari adalah merupakan hasil perpaduan antara kecepatan dan kekuatan

(power), terutama power dari otot tungkai.

Power otot tungkai yang dimiliki seseorang tidaklah sama, ada yang tinggi

dan ada yang rendah, tinggi dan rendahnya power otot tungkai seseorang tentunya

akan berpengaruh pada kecepatan larinya. Pada seseorang yang memiliki power

otot tungkai yang tinggi ia akan mudah mengembangkan kecepatan larinya, baik

pada kecepatan reaksinya (pada saat start), percepatan gerak (pada beberapa

meter pertama), kecepatan dasar (sebagai kecepatan maksimal) dan pada stamina

kecepatannya (daya tahan kecepatan) jika dibandingkan dengan seseorang yang

memiliki power otot tungkai yang rendah. Bagi seseorang yang memiliki power

otot tungkai yang tinggi ia akan menghasilkan frekuensi langkah (stride rate)

yang lebih tinggi dan panjang langkah (stride length) yang lebih panjang pada

saat lari jika dibandingkan dengan seseorang yang memiliki frekuensi langkah

yang rendah, hal ini sangat berguna untuk menghasilkan kecepatan lari yang

maksimal pada saat berlari, karena kecepatan lari merupakan hasil dari frekuensi

langkah dan panjang langkah seseorang.

Dari uraian diatas dapat diperkirakan bahwa perbedaan power otot tungkai

yang tinggi dan yang rendah akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap

kecepatan lari.

3. Pengaruh interaksi antara metode latihan interval anaerob dan power otot

tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari.

Peningkatan kecepatan lari yaitu peningkatan kemampuan seseorang untuk

melakukan gerakan lari yang maksimal dalam waktu sesingkat-singkatnya,

dimana hasil penghitungannya dimulai dari start sampai dengan finish. Dalam

melatih dan meningkatkan kecepatan lari, ada beberapa hal yang harus

diperhatikan, salah satu diantaranya adalah penerapan latihan interval anaerob.

Kecermatan dan ketepatan dalam menerapkan latihan interval anaerob merupakan

faktor yang sangat penting untuk memperoleh peningkatan kecepatan lari yang

lebih baik. Jika ditinjau dari terbentuknya power otot tungkai yang merupakan

perpaduan antara kekuatan dan kecepatan otot tungkai, maka latihan yang

diterapkan harus mempunyai ciri-ciri latihan eksplosif power. Latihan

eksplosifitas dapat memperbaiki kecepatan, pengembangan tenaga dan keduanya

itu sangat diperlukan untuk menunjang prestasi yang lebih baik. Hal ini dapat

membawa pemikiran bahwa perlunya latihan interval anaerob yang tepat dan

sesuai untuk meningkatkan kecepatan lari yang tentunya disesuaikan dengan

kemampuan power otot tungkai pelari.

Latihan interval anaerob yang dapat digunakan untuk meningkatkan

kecepatan lari siswa diantaranya adalah latihan interval anaerob dengan rasio

waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 dan 1:10. Kedua macam bentuk latihan

interval anaerob ini dapat digunakan sebagai alternatif dan variasi latihan untuk

mengembangkan dan meningkatkan kecepatan lari.

Bagi siswa yang memiliki power otot tungkai rendah penerapan latihan

interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 kurang

menguntungkan. Power otot tungkai yang rendah, siswa akan sulit beradaptasi

dengan membutuhkan power otot tungkai yang tinggi. Latihan interval anaerob

dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10 lebih tepat digunakan bagi

siswa yang memiliki power otot tungkai yang rendah untuk menguasai kecepatan

lari. Dari uraian tersebut di atas, maka dapat diduga terdapat hubungan antara

latihan interval anaerob dan power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan

lari.

D. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir dapat di susun hipotesis sebagai

berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan

waktu istirahat 1:5 dan 1:10 terhadap peningkatan kecepatan lari.

2. Ada perbedaan peningkatan kecepatan lari antara siswa yang memiliki power otot

tungkai tinggi dan rendah.

3. Ada pengaruh interaksi antara metode latihan interval anaerob dan power otot

tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3

Ngaglik Sleman Yogyakarta, untuk pelaksanaan treatment (perlakuan) terhadap

latihan kecepatan lari dengan metode latihan interval anaerob dengan rasio

perbandingan waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 dan 1:10 pada pelari.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama delapan minggu, dimulai tanggal 7

September sampai dengan 13 November 2009 dengan frekuensi pertemuan tiga

kali dalam seminggu yaitu hari Senin, Rabu dan Jum’at dan. Pertemuan

dilaksanakan pada sore hari agar tidak mengganggu proses belajar mengajar

dimulai pukul 15.00–16.30 WIB. Secara keseluruhan perlakuan berlangsung

selama 24 kali pertemuan.

B. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan

teknik desain faktorial. Menurut Sudjana (2002:148) eksperimen faktorial adalah

eksperimen yang hampir atau semua taraf sebuah faktor dikombinasikan atau

disilangkan dengan semua taraf tiap faktor lainnya yang ada dalam eksperimen.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini didesain penelitian dengan rancangan faktorial 2x2 :

Tabel 1. Kerangka Desain Penelitian

Metode

latihan

interval

anaerob

Variabel Atribut (B)

Variabel Bebas (A)

Power Otot Tungkai

Tinggi

(b1)

Rendah

(b2)

Rasio waktu kerja dan

waktu istirahat 1:5

(a1)

a1b1 a1b2

Rasio waktu kerja dan

waktu istirahat 1:10

(a2)

a2b1 a2b2

Keterangan:

a1b1 : Kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dilatih

menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu

istirahat 1:5.

a2b1 : Kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dilatih

menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu

istirahat 1:10.

a1b2 : Kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai rendah dilatih

menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu

istirahat 1:5.

a2b2 : Kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai rendah dilatih

menggunakan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu

istirahat 1:10.

Untuk mendapatkan keyakinan bahwa rancangan penelitian yang telah

dipilih cukup memadai untuk pengujian hipotesis penelitian dan hasil penelitian

dapat digeneralisasikan ke populasi, maka dilakukan validasi terhadap variabel

dalam penelitian ini.

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel bebas (independent) dan

satu variabel terikat (dependent) dengan rincian yaitu :

1. Variabel bebas (independent)

a. Variabel manipulatif yaitu metode latihan interval anaerob yang terdiri dari

dua taraf yaitu:

1) Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5.

2) Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat

1:10.

b. Variabel bebas atributif (yang dikendalikan) dalam penelitian ini yaitu:

1) Power otot tungkai tinggi.

2) Power otot tungkai rendah.

2. Variabel terikat (dependent)

Dalam penelitian ini variabel terikatnya yaitu peningkatan kecepatan lari.

D. Definisi Operasional

Untuk memberikan penafsiran yang sama terhadap variabel-variabel dalam

penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi dari variabel-variabel penelitian yaitu

sebagai berikut:

1. Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu Kerja Dan Waktu Istirahat

1:5

Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5

adalah latihan kecepatan lari yang di antara seri pengulangannya diselingi periode

istirahat dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5. Latihan yang

diterapkan dalam penelitian ini yaitu sprint pendek menempuh jarak 30 meter, 40

meter, 50 meter, dan 60 meter dengan waktu kerja antara 5,2-12 detik, sehingga

periode istirahatnya yaitu 26-60 detik.

2. Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio Waktu Kerja Dan Waktu Istirahat

1:10

Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10

adalah latihan kecepatan lari yang di antara seri pengulangannya diselingi periode

istirahat dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10. Latihan yang

diterapkan dalam penelitian ini yaitu sprint pendek menempuh jarak 30-60,

dengan waktu kerja antara 5,2-12 detik, sehingga periode istirahatnya yaitu 52-

120 detik.

3. Power Otot Tungkai

Power otot tungkai adalah kemampuan otot atau sekelompok otot-otot

tungkai untuk melakukan kerja atau melawan beban atau tahanan dalam waktu

yang sesingkat-singkatnya. Power otot tungkai dalam penelitian ini dibedakan

atas power otot tungkai tinggi dan rendah, diukur dengan Vertical Power Jumps

Test (Johnson & Nelson, 1986:210).

4. Peningkatan Kecepatan lari

Kecepatan lari dapat diartikan kemampuan seseorang untuk melakukan

gerakan lari yang maksimal dalam waktu sesingkat-singkatnya, diukur dengan tes

kecepatan lari 50 yard (Johnson & Nelson, 1986).

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 4

Ngaglik Sleman Yogyakarta yang berjumlah 74 siswa.

2. Sampel

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 siswa putra

kelas VIII SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta, yang diperoleh dengan

teknik purposive random sampling. Menurut Sudjana (2002:148) teknik

purposive random sampling yaitu dari jumlah populasi yang ada untuk menjadi

sampel harus memenuhi ketentuan-ketentuan untuk memenuhi tujuan penelitian.

Dari sejumlah 74 pelari tersebut, kemudian dilakukan tes dan pengukuran

power otot tungkai diperoleh dengan Vertical Power Jumps Test (Johnson &

Nelson, 1986:210), data hasil power otot tungkai tersebut dipakai untuk

mengelompokkan yaitu sampel yang memiliki power otot tungkai tinggi dan

sampel yang memiliki power otot tungkai rendah. Selanjutnya dirangking, dari

hasil rangking tersebut dibagi atas tiga kelompok yaitu tingkat power otot tungkai

tinggi, sedang dan rendah. 34 pelari yang memiliki tingkat power otot tungkai

sedang tidak diikutsertakan, sehingga besar sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 40 pelari yang terdiri dari 20 pelari yang memiliki power otot

tungkai tinggi dan 20 pelari yang memiliki power otot tungkai rendah.

Selanjutnya 20 pelari yang memiliki power otot tungkai tinggi dan yang memiliki

power otot tungkai rendah masing–masing dibagi menjadi dua kelompok dengan

cara diundi (random), yaitu 10 pelari mendapatkan metode latihan dengan rasio

waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 dan 10 pelari sebagai kelompok yang

mendapatkan metode latihan dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10.

F. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan variabel, maka instrumen penelitian yang digunakan adalah: (1)

Vertical Power Jumps Test dan (2) Tes lari 50 yard.

1. Data Power Otot Tungkai

Power otot tungkai diukur dengan tes Vertical Power Jumps Test (Johnson

& Nelson, 1986: 210). Data power otot tungkai diukur sebanyak dua kali, yaitu

sebelum perlakuan diberikan pada siswa siswa putra kelas VII SMP Negeri 3

Ngaglik Sleman Yogyakarta tahun pengajaran 2009 selaku sampel. Data power

otot tungkai dapat dipakai untuk mengelompokkan (1) sampel yang memiliki

power otot tungkai tinggi dan (2) sampel yang memiliki power otot tungkai

rendah. Sebelum digunakan, dicari reliabilitas tesnya menggunakan rumus dari

Baumgartner and Jackson (1991:82).

2. Data Kecepatan Lari

Teknik pengumpulan data menggunakan petunjuk tes lari 50 yard (Johnson

& Nelson, 1986). Data kecepatan lari diukur sebanyak dua kali yaitu tes awal

(pre-test) dan tes akhir (post-test). Sebelum digunakan, dicari reliabilitas tesnya

menggunakan rumus Baumgartner and Jackson (1991:134).

3. Mencari Reliabilitas Tes

Sebelum data hasil penelitian dianalisis terlebih dahulu data harus dicari

relaibilitanya, untuk mengetahui keajegan dari tes yang bersangkutan. Untuk

mencari besarnya koefisien reliabilitas, dipergunakan ANAVA (Thomas &

Nelson, 2001:187) dengan rumus:

B

wB

MS

MSMSR

Dengan:

B

BB

df

SSMS

ABA

ABAW

dfdf

SSSSMS

Keterangan:

R = Koefisien reliabilitas

SS = Jumlah kuadrat perlakuan

MS = Rata-rata kuadrat perlakuan

df = Derajat kebebasan

A = Perlakuan kolom

B = Perlakuan baris

AB = Interaksi antara perlakuan baris dan perlakuan kolom

Uji coba instrumen penelitian untuk tes power otot tungkai dan tes

kecepatan lari adalah dengan mencari koefisien reliabilitasnya. Tes power otot

tungkai yang diukur dengan tes Vertical Power Jumps Test ini oleh Johnson &

Nelson (1986:210) mempunyai validitas Face validity. Setelah dilakukan uji tes,

ternyata diperoleh reliabilitas 0.872, selanjutnya hasil tes ini digunakan untuk

mencari dan menentukan sampel yang diperlukan dalam penelitian yaitu sampel

yang masuk kategori power otot tungkai tinggi dan rendah. Sedangkan tes

kecepatan lari yang diukur dengan tes lari 50 yard oleh Johnson & Nelson (1986)

dinyatakan mempunyai reliabilitas 0.977, objektivitas 0.99 dan validitas 0.989,

dan selanjutnya setelah dilakukan uji tes diperoleh reliabilitas tes 0.989.

Dalam mengartikan kategori koefisien reliabilitas hasil tersebut dengan

menggunakan pedoman Tabel koefisien korelasi dari Book Walter, yang dikutip

Mulyono (1999:22) yaitu:

Tabel 2. Range Kategori Reliabilitas

Kategori Reliabilitas

Baik Sekali 0,90 – 1,00

Baik 0,80 – 0,89

Cukup 0,60 – 0,79

Kurang 0,40 – 0,59

Tidak Signifikan 0,00 – 0,39

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis varian (ANAVA)

dua jalur pada α = 0,05. Jika nilai F yang diperoleh (Fo) signifikan analisis

dilanjutkan dengan uji rentang hewman-keuls (Sudjana, 2004:36). Untuk memenuhi

asumsi dalam teknik anava, maka dilakukan uji normalitas (Uji lilliefors) dan uji

Homogenitas Varians (dengan uji Bartlett) (Sudjana, 2002:261-264). Urutan langkah-

langkah analisis data penelitian ini adalah:

1. Pengujian Prasyarat Analisis

Sebelum dilakukan analisis data dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji

normalitas (Uji Liliefors) dan uji Homogenitas Varians (dengan uji Bartlett). Uji

normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam

penelitian berasal dari sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas

bertujuan untuk mengetahui apakah variansi pada tiap-tiap kelompok homogen

atau tidak.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data penelitian ini menggunakan metode Liliefors

(Sudjana, 2002:466). Adapun prosedur pengujian normalitas tersebut adalah

sebagai berikut :

1) Pengamatan x1, x2, ……., xn dijadikan bilangan baku z1, z2, ……., zn

dengan menggunakan rumus:

zi =

Keterangan : = Rata-rata

= Nilai variabel

s = Simpangan baku

2) Untuk setiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal

baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P (z ≤ zi).

3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, ……., zn yang lebih kecil atau sama

dengan zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(zi), maka

S(zi) =

4) Hitung selisih F(zi) - S(zi), kemudian ditentukan harga mutlaknya.

5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih

tersebut. Harga terbesar ini merupakan Lhitung.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan uji Bartlett. Langkah-langkah

pengujiannya sebagai berikut :

1) Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom-kolom kelompok

sampel; dk (n-1); 1/dk; SDi2, dan (dk) log SDi

2.

2) Menghitung varians gabungan dari semua sampel, dengan rumus:

SD2 = ……..... (1)

B = Log SDi2

(n-1)

3) Menghitung χ2, dengan rumus:

χ2 = (Ln) B – (n–1) Log SDi ……….. (2)

dengan (Ln 10) = 2,3026

Hasilnya (χ2

hitung) kemudian dibandingkan dengan χ2

tabel, pada taraf

signifikansi α = 0,05 dan dk (n-1).

4) Apabila χ2

hitung < χ2

tabel, maka Ho diterima.

Artinya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila χ2

hitung

> χ2

tabel, maka Ho ditolak, artinya varians sampel bersifat tidak homogen.

2. Uji Hipotesis

Langkah-langkah melakukan uji hipotesis adalah sebagai berikut:

a. Anava Rancangan Faktorial 2x2

1) Metode AB untuk Perhitungan Anava Dua Faktor

Tabel 3. Ringkasan Anava 2 x 2

Sumber Variasi Dk JK RJK Fo

Rata-rata

Perlakuan

A

B

AB

Kekeliruan

1

a – 1

b – 1

(a-1)(b-1)

ab (n-1)

Ry

Ay

By

ABy

Ey

R

A

B

AB

E

A/B

B/E

AB/E

Keterangan: A = Kelompok A

B = Kelompok B

AB = Interaksi antara kelompok A dengan kelompok B

2) Kriteria Pengujian Hipotesis

Jika F ≥ F(1-α) (v1-v2), maka hipotesis nol ditolak. Jika F < F(1-α)

(v1-v2), maka hipotesis nol diterima. Dengan demikian dk pembilang v1

(k-1) dan dk penyebut v2 = (n1 + … nk – k), α = taraf signifikansi untuk

pengujian hipotesis.

b. Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Anava

Menurut Sudjana (2004:36) langkah-langkah untuk melakukan uji

Newman-Keuls adalah sebagai berikut:

1. Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya, dan yang paling

kecil sampai kepada yang terbesar.

2. Dari rangkaian ANAVA, diambil harga RJKe disertai dk-nya.

3. Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk tiap perlakuan dengan rumus:

Sy =

RJK (kekeliruan) juga didapat dari hasil rangkuman ANAVA.

4. Tentukan taraf signifikansi α, lalu gunakan daftar rentang student. Untuk

uji Newman-Keuls, di ambil v = dk dari RJK (kekeliruan) dan p = 2,3...,k.

Harga-harga yang di dapat dari badan daftar sebanyak (k-1) untuk v dan p

supaya di catat.

5. Kalikan harga-harga yang didapat di titik (...) di atas masing-masing

dengan Sy, dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang

signifikan terkecil (RST).

6. Bandingkan selisih rata-rata terkecil dengan RST untuk mencari p-k selisih

rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk p=(k-1), dan

seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata-rata terbesar kedua rata-

rata terkecil dengan RST untuk p = (k-1), selisih rata-rata terbesar kedua dan

rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk p = (k-2), dan seterusnya.

Semuanya akan ada ½ k (k-1) pasangan yang harus dibandingkan. Jika selisih-

selisih yang didapat lebih besar dari pada RST-nya masing-masing maka

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikansi di antara rata-rata

perlakuan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian beserta interpretasinya, penyajian hasil penelitian adalah

berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes awal dan tes akhir hasil

kecepatan lari. Berturut-turut berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji

persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.

A. Deskripsi Data

Deskripsi hasil analisis data hasil tes hasil kecepatan lari yang dilakukan sesuai

dengan kelompok yang dibandingkan disajikan sebagai berikut:

Tabel 4. Deskripsi Data Hasil Tes Kecepatan Lari Tiap Kelompok Berdasarkan

Penggunaan Metode Interval Anaerob dan Tingkat Power Otot Tungkai

Perlakuan

Tingkat

Power Otot

Tungkai

Statistik

Hasil

Tes

Awal

Hasil

Tes

Akhir

Peningkatan

Latihan Interval

Anaerob Dengan

Rasio 1 : 5

Tinggi

Jumlah 95.65 86.67 8.98

Rerata 9.565 8.667 0.898

SD 1.061 0.876 0.287

Rendah

Jumlah 102.36 94.22 8.14

Rerata 10.236 9.422 0.814

SD 0.572 0.730 0.315

Latihan Interval

Anaerob Dengan

Rasio 1 : 10

Tinggi

Jumlah 96.82 84.33 12.49

Rerata 9.682 8.433 1.249

SD 0.966 0.763 0.313

Rendah

Jumlah 104.95 95.79 9.16

Rerata 10.495 9.579 0.916

SD 0.521 0.539 0.265

Hal-hal yang menarik dari nilai-nilai yang terdapat dalam tabel di atas adalah

sebagai berikut:

1. Jika antara kelompok siswa yang mendapat latihan interval anaerob dengan rasio

waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5 dan 1 : 10 dibandingkan, maka dapat

diketahui bahwa kelompok perlakuan dengan rasio waktu kerja dan waktu

istirahat 1 : 10 memiliki peningkatan hasil kecepatan lari sebesar 0.23 detik yang

lebih tinggi dari pada kelompok latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja

dan waktu istirahat 1 : 5.

2. Jika kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah

dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok siswa yang memiliki power

otot tungkai tinggi memiliki peningkatan hasil kecepatan lari sebesar 0.21 detik

yang lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai

rendah.

3. Gambaran menyeluruh dari nilai rata-rata kecepatan lari dapat dilihat pada

histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut:

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

Peningkatan

Kecepatan

Kelompok

Pre-test 9.90 10.09 9.62 10.37

Post-test 9.04 9.01 8.55 9.50

R 1:5 (A1)R 1:10

(A2)

POT T

(B1)

POT R

(B2)

Gambar 2. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Lari

Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode Latihan Interval

Anaerob dan Tingkat Power Otot Tungkai

Keterangan :

R 1: 5 = Kelompok latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja

dan waktu istirahat 1 : 5

R 1 :10 = Kelompok latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja

dan waktu istirahat 1 : 10

POT T = Kelompok power otot tungkai tinggi

POT R = Kelompok power otot tungkai rendah

= Hasil tes awal

= Hasil tes akhir

4. Agar nilai rata-rata peningkatan kecepatan lari yang dicapai tiap kelompok

perlakuan mudah dipahami, maka nilai peningkatan hasil kecepatan lari pada tiap

kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:

Gambar 3. Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Kecepatan Lari Pada Tiap

Kelompok Perlakuan.

Keterangan :

KP1 = Kelompok latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu

istirahat 1 : 5 pada tingkat power otot tungkai tinggi

KP2 = Kelompok latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu

istirahat 1 : 5 pada tingkat power otot tungkai rendah

KP3 = Kelompok latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu

istirahat 1 : 10 memiliki power otot tungkai tinggi

KP4 = Kelompok latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu

istirahat 1 : 10 pada tingkat power otot tungkai rendah

B. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada tes bertujuan untuk mengetahui tingkat keajegan hasil tes

yang dilakukan. Tes yang dilakukan terdiri dari tes awal dan tes akhir kecepatan lari

serta tes power otot tungkai. Hasil uji reliabilitas data kemudian dikategorikan,

dengan menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter yang

dikutip Mulyono (1999:22), yaitu :

Tabel 5. Range Kategori Reliabilitas

Kategori Reliabilita

Tinggi Sekali 0,90 – 1,00

Tinggi 0,80 – 0,89

Cukup 0,60 – 0,79

Kurang 0,40 – 0,59

Tidak Signifikan 0,00 – 0,39

Adapun hasil uji reliabilitas data kecepatan lari pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Data Kecepatan Lari

Variabel Reliabilita Kategori

1. Power Otot Tungkai 0,99 Baik Sekali

2. Tes awal kecepatan lari 0,99 Baik Sekali

3. Tes akhir kecepatan lari 0,97 Baik Sekali

C. Pengujian Persyaratan Analisis Varians

Sesuai dengan teknik analisis data yang dikemukakan pada Bab IV, bahwa

teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis varians untuk rancangan

blok. Sebelum analisis tersebut dilakukan perlu pengujian terhadap persyaratan-

persyaratan, yaitu: (1) normalitas sampel, dan (2) homogenitas varians populasi.

1. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji

normalitas data dalam penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji

normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Sampel Dengan Menggunakan Uji Lilliefors Dengan

Taraf Signifikan α = 0.05

Kelompok

Perlakuan N M SD Lhitung Ltabel 5% Kesimpulan

KP1 10 0.898 0.287 0.124 0.258 Berdistribusi Normal

KP2 10 0.814 0.315 0.141 0.258 Berdistribusi Normal

KP3 10 1.249 0.313 0.126 0.258 Berdistribusi Normal

KP4 10 0.916 0.265 0.109 0.258 Berdistribusi Normal

Hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP1 diperoleh nilai Lo= 0.124.

Nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5%

yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP1 termasuk

berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP2 diperoleh

nilai Lo= 0.141, yang ternyata lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol

menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa data pada KP2 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas

yang dilakukan pada KP3 diperoleh nilai Lo= 0.126. Dimana nilai tersebut lebih

kecil dari angka batas penolakan menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP3 termasuk berdistribusi

normal. Adapun dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP4 diperoleh nilai

Lo= 0.109, yang ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol

menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa data pada KP4 juga termasuk berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara

kelompok 1 dengan kelompok 2. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan

dengan uji Bartlett. Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai χ2

o = 0.349.

Sedangkan dengan k - 1 = 4 – 1 = 3, angka χ2

tabel 5% = 7,81, yang ternyata bahwa

nilai χ2

o = 0.349 lebih kecil dari χ2

tabel 5% = 7.81. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa antara kelompok dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen.

D. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan

interprestasi analisis varians. Uji rentang Newman-Keuls ditempuh sebagai langkah-

langkah uji rata-rata setelah Anava. Berkenaan dengan hasil analisis varians dan uji

rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji. Urutan pengujian

disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumuskan pada bab II.

Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai berikut:

Tabel 8. Nilai Rata-Rata Kecepatan Lari Berdasarkan Rasio Waktu Kerja dan Waktu

Istirahat Pada Latihan Interval Anaerob dan Tingkat Power Otot Tungkai

Variabel

Rerata Kecepatan

Lari

A1

A2

B1 B2 B1 B2

Hasil tes awal 9.565 10.236 9.682 10.495

Hasil tes akhir 8.667 9.422 8.433 9.579

Peningkatan 0.898 0.814 1.249 0.916

Keterangan :

A1 = Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5.

A2 = Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 10.

B1 = Kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi.

B2 = Kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai rendah.

Tabel 9. Hasil Analisis Varians Dua Faktor

Sumber Variasi Dk JK RJK Fo Ft

Rata-rata

Perlakuan 1 37.578 37.578

A 1 0.513 0.513 5.861 4.11

B 1 0.435 0.435 4.967 4.11

AB 1 0.155 0.155 1.771 4.11

Kekeliruan 36 3.151 0.088

Total 40 41.832

Tabel 10. Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians

KP A1B2 A2B2 A1B1 A2B1 RST

Rerata 2.146 2.306 2.405 3.697

A1B2 2.146 - - - -

A2B2 2.306 0.16 - - - 0.976

A1B1 2.405 0.259 0.099 - - 1.175

A2B1 3.697 1.551* 1.391* 1.292 - 1.297

Keterangan :

Tanda * signifikan pada p 0,05.

Berdasarkan hasil analisis data dapat dilakukan pengujian hipotesis sebagai

berikut:

1. Pengujian Hipotesis Pertama

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan interval anaerob dengan

rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5 memiliki peningkatan yang berbeda

dengan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat

1:10. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 5.861 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian

hipotesis nol (H0) ditolak. Yang berarti bahwa latihan interval anaerob dengan

rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 memiliki peningkatan yang berbeda

dengan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10

dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata

latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10

memiliki peningkatan yang lebih baik dari pada latihan interval anaerob dengan

rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 dengan rata-rata peningkatan masing-

masing yaitu 0.856 dan 1.083.

2. Pengujian Hipotesis Kedua

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki power otot

tungkai tinggi memiliki peningkatan hasil kecepatan lari yang berbeda dengan

siswa yang memiliki power otot tungkai rendah. Hal ini dibuktikan dari nilai

Fhitung = 4.967 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak yang

berarti bahwa siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi memiliki

peningkatan hasil kecepatan lari yang berbeda dengan siswa yang memiliki power

otot tungkai rendah dapat diterima kebenarannya.

Hasil analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata siswa yang memiliki power

otot tungkai tinggi memiliki peningkatan hasil kecepatan lari yang lebih baik dari

pada siswa yang memiliki power otot tungkai rendah dengan rata-rata

peningkatan masing-masing yaitu 1.074 dan 0.865.

3. Pengujian Hipotesis Ketiga

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara metode latihan

interval anaerob dan tingkat power otot tungkai siswa kurang bermakna. Karena

Fhitung = 1.771 < Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesis nol diterima. Yang

berarti tidak terdapat interaksi yang signifikan antara metode latihan interval

anaerob dengan power otot tungkai.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan pengujian hipotesis menghasilkan dua kelompok kesimpulan

analisis yaitu: (a) ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama

penelitian, (b) ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dalam bentuk

interaksi dua faktor. Kelompok kesimpulan analisis tersebut dapat dipaparkan lebih

lanjut sebagai berikut:

1. Perbedaan Pengaruh Latihan Interval Anaerob dengan Rasio Waktu Kerja

dan Waktu Istirahat 1:5 dan 1:10 Terhadap Peningkatan Kecepatan Lari

Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan pengaruh

yang nyata antara kelompok siswa yang mendapatkan latihan interval anaerob

dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5 dan kelompok siswa yang

mendapatkan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu

istirahat 1:10 terhadap peningkatan kecepatan lari. Pada kelompok siswa yang

mendapat latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat

1:10 mempunyai peningkatan kecepatan lari yang lebih baik dibandingkan dengan

kelompok siswa yang mendapat latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja

dan waktu istirahat 1:5.

Pada latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat

1:5, waktu rekaverinya kurang sempurna, sehingga kualitas kecepatan gerakan

tiap ulangannya tidak dapat dipertahankan secara sempurna. Latihan interval

anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10 lebih memberikan

kesempatan siswa untuk melakukan rekaveri sehingga lebih siap melakukan

aktivitas dengan intensitas tinggi (kecepatan maksimal). Dengan istirahat yang

cukup maka sistem energi yang digunakan pada setiap ulangan masih tetap berada

pada ATP-PC. Unsur fisik yang dikembangkan yaitu kekuatan dan kecepatan.

Pada latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10,

tiap ulangan kecepatan maksimal dapat dipertahankan. Kualitas kecepatan

gerakan dapat dipertahankan, sehingga peningkatan kecepatan lebih signifikan.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata peningkatan

persentase hasil kecepatan lari yang dihasilkan oleh latihan interval anaerob

dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10 lebih tinggi 0.23 dari pada

kecepatan lari.

2. Perbedaan Peningkatan Kecepatan Lari Antara Siswa Yang Memiliki Power

Otot Tungkai Tinggi dan Rendah

Berdasarkan pengujian hipotesis kedua ternyata ada perbedaan yang nyata

antara kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi dan rendah

terhadap peningkatan kecepatan lari. Pada kelompok siswa yang memiliki power

otot tungkai tinggi mempunyai peningkatan kecepatan lari lebih tinggi dibanding

kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai rendah. Pada kelompok siswa

power otot tungkai tinggi memiliki potensi yang lebih tinggi dari pada siswa yang

memiliki power otot tungkai rendah.

Power otot tungkai merupakan unsur kondisi fisik sangat diperlukan dalam

lari cepat. Gerakan lari merupakan gerakan maju ke depan yang dihasilkan oleh

gerakan langkah-langkah kaki. Otot tungkai merupakan daya pendorong tubuh

untuk dapat bergerak ke depan. Kemampuan power otot tungkai berfungsi untuk

melakukan tolakan, dengan power otot tungkai akan menghasilkan dorongan

tubuh ke depan sehingga kecepatan larinya menjadi lebih baik. Power otot

tungkai juga berperanan untuk menghasilkan panjang langkah selama lari. Siswa

yang memiliki power otot tungkai tinggi memiliki kemampuan untuk melakukan

latihan dan perlombaan lari yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki power

otot tungkai rendah.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata peningkatan

kecepatan lari pada siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi 0.21 yang

lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang memiliki power otot tungkai rendah.

3. Pengaruh Interaksi Antara Metode Latihan Interval Anaerob dan Power

Otot Tungkai Terhadap Peningkatan Kecepatan Lari

Dari hasil analisis varians untuk tingkat power otot tungkai (B1 dan B2)

nampak bahwa faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor

menunjukkan tidak adanya interaksi. Untuk kepentingan pengujian bentuk

interaksi AB dapat di lihat pada Tabel 10.

Tabel 11. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan B

Terhadap Hasil Kecepatan Lari.

Faktor A = Metode latihan interval anaerob

B = Power otot

tungkai

Taraf A1 A2 Rerata A1 – A2

B1 0.898 1.249 1.074 0.351

B2 0.814 0.916 0.865 0.102

Rerata 0.856 1.083 0.969 0.209

B1 – B2 0.084 0.333 0.227

Interaksi antara dua faktor penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Kecepatan Lari

Keterangan :

: A1 = Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5

: A2 = Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 :10

: B1 = Power otot tungkai tinggi

: B2 = Power otot tungkai rendah

Atas dasar gambar di atas, bahwa bentuk garis perubahan besarnya nilai hasil

kecepatan lari adalah tidak sejajar atau tidak bersilangan. Garis tersebut tidak

memiliki suatu titik pertemuan antara penggunaan metode latihan interval anaerob

dan power otot tungkai. Berarti tidak terdapat interaksi yang signifikan diantara

keduanya. Gambar tersebut menunjukkan bahwa power otot tungkai berpengaruh

terhadap metode latihan interval anaerob, tetapi pengaruhnya kurang signifikan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai, ternyata siswa yang memiliki power

otot tungkai tinggi memiliki peningkatan kecepatan lari yang besar baik dengan

latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 10 maupun

dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5. Siswa yang memiliki power otot

tungkai tinggi dengan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu

istirahat 1 : 5, memiliki peningkatan kecepatan lari yang lebih baik dibandingkan

siswa dengan power otot tungkai rendah, meskipun diberikan latihan interval anaerob

dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 10. Keefektifan penggunaan metode

latihan interval anaerob terhadap peningkatan kecepatan lari dipengaruhi oleh tinggi

rendahnya power otot tungkai yang dimiliki oleh siswa.

F. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, baik dalam menyusun kajian teori, melaksanakan program

latihan, maupun dalam pengambilan data di lapangan dan berbagai upaya ini telah

dilakukan agar hasil penelitian benar-benar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,

tetapi dengan adanya beberapa faktor sebagai variabel intervening yang tidak dapat

dikendalikan sehingga hasil penelitian memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:

1. Penelitian ini hanya dilakukan di SMP Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta

dengan sampel relatif terbatas, sehingga penelitian ini belum cukup dapat

digeneralisasikan secara nasional.

2. Ada kemungkinan sampel kontrol juga melakukan perlakuan yang sama dengan

kelompok yang diberi perlakuan karena kewajiban latihan sehingga

mempengaruhi validitas perlakuan kelompok.

3. Selama pelaksanaan penelitian sampel tidak diasramakan, sehingga faktor lain

yang akan mempengaruhi hasil penelitian, seperti faktor gizi, istirahat dan

pengalaman lainnya diduga akan mempengaruhi hasil penelitian.

4. Kontrol terhadap unsur-unsur lain yang dapat mempengaruhi peningkatan

kecepatan lari, seperti unsur kondisi fisik selain kekuatan otot, faktor kualitas

psikis dan juga kemampuan motorik tidak diperhitungkan sehingga variabel-

variabel tersebut akan dapat mempengaruhi hasil penelitian.

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan

waktu istirahat 1 : 5 dan rasio 1 : 10 terhadap peningkatan kecepatan lari (Fhitung =

5.861 > Ftabel = 4.11). Pengaruh latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja

dan waktu istirahat 1 : 10 lebih baik dari pada kecepatan lari, rata-rata

peningkatannya masing-masing adalah 0.856 dan 1.083.

2. Ada perbedaan peningkatan kecepatan lari antara siswa yang memiliki power otot

tungkai tinggi dengan siswa yang memiliki power otot tungkai rendah (Fhitung =

4.967 > Ftabel = 4.11). Peningkatan kecepatan lari antara siswa yang memiliki

power otot tungkai tinggi lebih baik dari pada siswa yang memiliki power otot

tungkai rendah, rata-rata peningkatannya masing-masing adalah 1.074 dan 0.865.

3. Tidak terdapat interaksi antara metode latihan interval anaerob dengan power otot

tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari (Fhitung = 1.771 > Ftabel = 4.11).

B. Implikasi

Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang

lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar kesimpulan

yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut:

1. Metode latihan interval anaerob dan power otot tungkai merupakan variabel-

variabel yang mempengaruhi peningkatan kecepatan lari.

2. Latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 10

ternyata memberikan pengaruh yang lebih tinggi dalam meningkatkan hasil

kecepatan lari. Kebaikan latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan

waktu istirahat 1 : 10 ini dapat dipergunakan sebagai solusi bagi pengajar dan

pelatih dalam upaya meningkatkan kecepatan lari.

3. Berkenaan dengan penerapan kedua bentuk penggunaan metode latihan interval

anaerob dapat meningkatkan kecepatan lari, masih ada faktor lain yaitu power

otot tungkai. Hasilnya menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan kecepatan

lari yang sangat signifikan antara kelompok power otot tungkai tinggi dan power

otot tungkai rendah. Hal ini mengisyaratkan kepada pengajar dan pelatih, upaya

peningkatan kecepatan lari hendaknya memperhatikan faktor power otot tungkai.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka kepada pengajar dan pelatih diberikan

saran-saran sebagai berikut:

1. Mengingat latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat

1 : 10 memiliki pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan kecepatan lari,

maka sebaiknya dipilih oleh pengajar dan pelatih dalam upaya meningkatkan

kecepatan lari siswanya.

2. Penerapan penggunaan metode latihan interval anaerob untuk meningkatkan

kecepatan lari, perlu memperhatikan faktor power otot tungkai.

DAFTAR PUSTAKA

Baumgartner, T.A. and Jackson, A.S. 1991. Measurement for Evaluation in Physical

Education and Exercise Science. USA: Wm.c. Brown Communication. Inc.

Bompa, O.T. 1999. Periodization: Theory and Methodology of Training.

Kendall/Hunt Publishing Company.

Cholik Motohir. 2002. Pendidikan dan Pengembangan, Pelaksanaan Pendidikan

Jasmani dan Olahraga di Sekolah dan Perguruan Tinggi. IKIP Surabaya.

Davis, D., Kimmet, T. & Auty, M. 1992. Physical Education: Theory and Practice.

Dubuque IOWA: William Brown Co.

Fos, M.L. & Keteyian, S.J. 1998. Physiological Basic For Exercise and Sport.

Dubuque: McGraw-Hill Companis.

Fox, E. L., Bowers, R.W. & Fos, M. L, 1992. The Physiologycal Basis For Exercise

and Sport. Dubuque: WCB Brown Benchmark Publisher.

________, Bowers R.W. 1992. Sports Physiology. Philadelphia: WB. Sounders

Company.

Harsono, 1988. Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta:

Ditjendikti.

Hiroyasu Tsuchie, Kai Kobayashi, Hiroaki Kanehisa, Yasuo Kawakami, Shigeo Iso

and Tetsuo Fukunaga. 2008. Assessment of Sprinting Abilities Using a

Resistant Self-driven Treadmill. International Journal of Sport and Health

Science. (Vol. 6. pp.85-90). Japan Society of Physical Education, Health

and Sport Sciences.

(http://www.jstage.jst.go.jp/article/ijshs/6/0/6_85/_article). (download 29

Juli 2009).

James R. Usherwood & Alan M. Wilson. 2005. Nature International Weekly Journal

of Science. Nature 438, 753-754.

(http://www.nature.com/nature/journal/v438/n7069/full/438753a.html)

(download 29 Juli 2009).

Jarver, J. 1974. Principles of Speed an East Europe an Summary. Canberra: The

Macmillan Company of Australia PTY LTD.

Johnson, Barry L., & Nelson, Jack Kirkendall. 1986. Practical Measurement for

Evaluation in Physical Education. New York: MacMillan Publishing

Company.

Jonath. U, Haag E & Krempel, R. 1987. Atletik I. Alih Bahasa Suparmo, Jakarta: PT.

Rosda Jaya Putra.

Mathews, D.K. & Fox, E. L. 1988. The Physiological Basis of Physical Education

and Athletics. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Mulyono, B. A., 1999. Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani Olahraga.

Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.

Nossek. J. 1982. General Theory of Training. Logos : Pan African Press.

Pyke, F.S., 1991. Toward Better Coaching The Art and Science of Coaching.

Canbera, Australia: Government Publishing Service.

Rushall, B.S. & Pyke, F.S. 1992. Training for Sport and Fitnes. Canberra: The

Macmillan Company of Australia PTY LTD.

Schmolinsky, G. 1978. Track and Field. Berlin: Sportverlag.

Soedarminto. 1991, Kinesiologi. Surakarta: FKIP-UNS.

Sudjana. 2002. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung. Tarsito.

______. 2004. Metode Statistika. Bandung. Tarsito.

Sugiyanto. 2003. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta: Pusat Penerbitan

Universitas Terbuka.

Suharno HP. 1993. Ilmu Coaching Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Syaifudin, Aip. 1985. Kamus Istilah Olahraga. Jakarta: CV. Baru.

Thomas .J.P. & Nelson .J.K. 2001. Research Methods in Physical Activity. Second

Edition. Champaign Illinois: Human Kinetic Publisher.

Lampiran 1

PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

No Kegiatan Minggu ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Persiapan

- Persiapan program

- Persiapan perlengkapan

- Persiapan data pelari

2. Pelaksanaan

- Tes power otot tungkai

- Tes kecepatan lari

- Pengelompokan pelari

- Latihan interval anaerob

- Tes hasil pelatihan

3. Pengolahan hasil penelitian

- Penyusunan hasil

- Pengolahan hasil

Keterangan :

: Pelaksanaan kegiatan

A. Penyusunan usulan penelitian antara lain :

1. Judul tesis

2. Konsultasi proposal penelitian seminar proposal

3. Revisi proposal penelitian

B. Persiapan penelitian

1. Mengurus ijin penelitian

2. Menghubungi tenaga ahli (expert)

3. Menghubungi orang coba penelitian

4. Menyiapkan alat ukur

5. Tenaga pembantu pelaksanaan penelitian

C. Ujian tesis : sesuai kalender kegiatan atau jadual.

D. Revisi tesis : menyesuaikan

E. Pelaksanaan Penelitian antara lain :

1. Pre test

2. Treatment (perlakuan)

3. Post test.

F. Tempat Penelitian

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Ngaglik Sleman Yogyakarta.

G. Orang Coba

Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Ngaglik Sleman

Yogyakarta yang berjumlah 40 siswa.

Lampiran 2

PETUNJUK PELAKSANAAN TES POWER OTOT TUNGKAI

(Johnson and Nelson, 1986:210)

1. Tujuan tes adalah untuk mengetahui power otot tungkai.

2. Alat dan perlengkapan

a. Alat penimbang berat badan dengan ketelitian hingga 0,5 kg.

b. Blangko dan alat tulis.

3. Petugas:

a. Seorang pengawas gerak yang bertugas mengawasi benar tidaknya gerakan.

b. Seorang pencatat yang bertugas mencatat nilai yang diperoleh.

4. Pelaksanaan tes:

a. Vertical Power Jump Test.

1. The Lewis Nomogram ditempelkan pada dinding dengan alas yang rata.

2. Testi berdiri jinjit tanpa alas, dengan tangan yang satu lurus ke atas

menempel pada papan skala (The Lewis Nomogram) tangan yang lain

dilipat kebelakang rileks. Petugas mencatat angka yang ditunjukkan oleh

tangan pada papan skala.

3. Testi melompat dengan menekuk lutut ± 115o sambil menyentuhkan

tangan pada papan skala. Kemudian petugas mencatat angka yang

ditunjukkan oleh tangan pada papan skala.

b. Mengukur berat badan:

1. Alat penimbang ditempatkan pada permukaan yang rata, skala alat

penimbang harus di tera terlebih dahulu agar alat tersebut memenuhi

standart.

2. Testi tanpa alas kaki dan hanya mengenakan pakaian yang ringan (t-shirt

dan celana pendek).

3. Testi berdiri tegak dengan berat badan terdistribusi secara merata pada

bagian tengah alat penimbang.

4. Petugas mencatat berat badan testi hingga ukuran 0,5 kg yang terdekat.

5. Untuk menentukan besarnya power otot tungkai ditentukan dengan rumus :

P = [√4,9 (berat badan) √D”]

Keterangan :

P = Power (kg-m/detik).

D” = Tinggi raihan (nilai waktu melompat dikurangi nilai waktu berdiri tegak).

Lampiran 3

PROGRAM LATIHAN INTERVAL ANAEROB DENGAN RASIO WAKTU

KERJA DAN WAKTU ISTIRAHAT 1:5

MINGGU HARI

(ke)

JARAK

(meter) REP SET

INTENSITAS

KERJA ISTIRAHAT

ANTAR REP

(detik)

ISTIRAHAT

ANTAR SET

(menit) ENERGI WAKTU

(detik)

Tes Awal 60 1 Maksimal

I 1

2

3

30 3 3 Tinggi 5 - 6 25 5

II

4

5

6

30 4 3 Tinggi 5 - 6 25 5

III

7

8

9

40 2 3 Tinggi 7 - 8 38 5

IV

10

11

12

40 3 3 Tinggi 7 - 8 38 5

V

13

14

15

40 4 3 Tinggi 7 - 8 38 5

VI

16

17

18

50 2 3 Tinggi 9 - 10 50 5

VII

19

20

21

50 3 3 Tinggi 9 - 10 50 5

VIII

22

23

24

60 2 3 Tinggi 11 - 12 55 5

Tes Akhir 60 1 Maksimal

Lampiran 4

DESKRIPSI PELAKSANAAN PROGRAM LATIHAN INTERVAL ANAEROB

DENGAN RASIO WAKTU KERJA DAN

WAKTU ISTIRAHAT 1:5

1. Urutan Kegiatan

Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan latihan merupakan suatu rangkaian

latihan yang terdiri dari (a) latihan pendahuluan, (b) latihan inti, (c) latihan penutup.

a. Latihan Pendahuluan

Latihan pendahuluan ini dilakukan senam pemanasan dengan waktu antara 10

menit sampai 15 menit.

b. Latihan inti

1) Sebelum melaksanakan program latihan lari, terlebih dahulu semua sempel dites,

guna menentukan intensitas beban latihan dan menentukan waktu istirahat.

2) Tes uji coba tersebut dengan jarak; 30 m , 40 m , 50 m dan 60 m.

3) Untuk menentukan waktu Intensitas kerja dan istirahat antar repetisi dengan cara

mengambil rata-rata waktu hasil tes lari; 30 meter, 40 meter, 50 meter, dan 60

meter.

4) Setelah meneyelesaikan latihan sebanyak tiga set dan diberi istirahat 5 menit

lakukan tes lari 60 meter sekali saja.

5) Latihan dilakukan tiga kali dalam satu minggu dengan cara hari latihan hari

istirahat dan seterusnya ( Senin, Rabu, dan Jum’at)

c. Latihan Penutup

Bentuk latihan penutup (cooling down) yang dilakukan pada latihan interval

anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5, dapat dilakukan dengan

berbagai variasi dalam latihan penutup, yaitu latihan pengkondisian, pelemasan.

2. Landasan Teori

a) Beban latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:5

b) Program latihan ini didasarkan atas pendapat Rushal, & Pyke (1990:269-271)

yang menyatakan jika latihan lari cepat itu tergolong ”short interval sprint

training”, maka pedoman latihan yang dipakai adalah sebagai berikut:

Durasi periode kerja : 50–150 detik

Intensitas kerja : 100 % (maksimal)

Durasi pulih asal : 1–2 menit

Repetisi : sampai lelah atau penampilan memburuk

Lampiran 5

PROGRAM LATIHAN INTERVAL ANAEROB DENGAN RASIO WAKTU

KERJA DAN WAKTU ISTIRAHAT 1:10

MINGGU HARI

(ke)

JARAK

(meter) REP SET

INTENSITAS

KERJA ISTIRAHAT

ANTAR REP

(detik)

ISTIRAHAT

ANTAR SET

(menit) ENERGI WAKTU

(detik)

Tes Awal 60 1 Maksimal

I

1

2

3

30 3 3 Tinggi 5 - 6 50 5

II

4

5

6

30 4 3 Tinggi 5 - 6 50 5

III

7

8

9

40 2 3 Tinggi 7 - 8 70 5

IV

10

11

12

40 3 3 Tinggi 7 - 8 70 5

V

13

14

15

40 4 3 Tinggi 7 - 8 70 5

VI

16

17

18

50 2 3 Tinggi 9 - 10 90 5

VII

19

20

21

50 3 3 Tinggi 9 - 10 90 5

VIII

22

23

24

60 2 3 Tinggi 11 - 12 110 5

Tes Akhir 60 1 Maksimal

Lampiran 6

DESKRIPSI PELAKSANAAN PROGRAM LATIHAN INTERVAL ANAEROB

DENGAN RASIO WAKTU KERJA DAN

WAKTU ISTIRAHAT 1:10

1. Urutan Kegiatan

Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan latihan merupakan suatu rangkaian

latihan yang terdiri dari (a) latihan pendahuluan, (b) latihan inti, (c) latihan penutup.

a. Latihan Pendahuluan

Latihan pendahuluan ini dilakukan senam pemanasan dengan waktu antara 10

menit sampai 15 menit.

b. Latihan inti

1) Sebelum melaksanakan program latihan lari, terlebih dahulu semua sempel

dites, untuk menentukan intensitas beban latihan dan menentukan waktu

istirahat.

2) Sampel pelari dilakukan tes uji coba lari jarak; 30 meter , 40 meter , 50 meter,

dan 60 meter.

3) Untuk menentukan waktu Intensitas kerja dan istirahat antar repetisi dengan cara

mengambil rata-rata waktu hasil tes lari; 30 meter, 40 meter, 50 meter, dan 60

meter.

4) Setelah meneyelesaikan latihan sebanyak tiga set dan diberi istirahat 5 menit

lakukan tes lari 60 meter sekali saja.

5) Latihan dilakukan tiga kali dalam satu minggu dengan cara hari latihan hari

istirahat dan seterusnya ( Senin, Rabu, dan Jum’at)

c. Latihan Penutup

Bentuk latihan penutup (cooling down) yang dilakukan pada latihan interval

anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10, dapat dilakukan dengan

berbagai variasi dalam latihan penutup, yaitu latihan pengkondisian, pelemasan.

2. Landasan Teori

a) Beban latihan interval anaerob dengan rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1:10.

b) Program latihan ini didasarkan atas pendapat Rushal, & Pyke (1990:269-271)

yang menyatakan jika latihan lari cepat itu tergolong ”short interval sprint

training”, maka pedoman latihan yang dipakai adalah sebagai berikut:

Durasi periode kerja : 50–150 detik

Intensitas kerja : 100 % (maksimal)

Durasi pulih asal : 1–2 menit

Repetisi : sampai lelah atau penampilan memburuk

Lampiran 7

PETUNJUK PELAKSANAAN TES KECEPATAN LARI

(TES LARI 50 YARD)

(Johnson and Nelson, 1986)

1. Tujuan : Mengukur kecepatan lari.

2. Tingkat usia : 6-17 tahun.

3. Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan.

4. Reliabilitas : Belum ada.

5. Validitas : Face Validity

6. Alat (perlengkapan):

a. Alat tulis atau bollpoint.

b. Stopwatch.

c. Bendera start.

d. Lintasan lari.

7. Pelaksana:

a. Satu orang sebagai starter.

b. Satu orang pengambil waktu (timer).

c. Satu orang pencatat hasil.

8. Pelaksanaan:

a. Lari dengan start berdiri.

b. Pada aba-aba “siap” teste siap untuk lari dengan sikap start berdiri.

c. Pada aba-aba “ya” disertai dengan starter mengangkat bendera dan testi

berlari secepat mungkin menuju ke garis finish menempuh jarak 50 yard.

d. Pengambilan waktu dilakukan dari waktu bendera diangkat sampai testi tepat

melintas garis finish.

e. Waktu dicatat sampai persepuluh detik.

f. Kegagalan

a. Testi mencuri start.

b. Testi tidak melewati garis finish.

c. Pelari terganggu pelari lain.

g. Pelari yang gagal harus mengulangi lagi setelah istirahat cukup.

9. Penilaian:

a. Nilainya adalah waktu yang dicapai untuk menempuh jarak yang telah

ditentukan.

b. Waktu dicatat sampai seperseratus detik.

Lampiran 8. Rekapitulasi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai

No N a m a BB Tinggi

Raihan

Tinggi Lompatan d

Skor

Power 1 2 3 Terbaik

1 Achmad Bhakti Prayoga 37 196 234 231 231 234 38 117

2 Aldino Sya'bani 34 198 228 225 225 228 30 85

3 Anugrah Anggit Sarlin Daniarsa 42 208 244 240 242 244 36 126

4 Aris Rosyidi 38 201 239 241 242 242 41 130

5 Ariya Sidiq Julang Pamungkas 55 208 230 229 232 232 24 110

6 Dedi Noviaryanto 36 209 234 236 234 236 27 81

7 Fikri Fathnani 39 209 250 248 247 250 41 133

8 Fredi Meiza Nugroho 49 213 258 257 253 258 45 184

9 Ganang Setyo Prabowo 45 210 243 241 242 243 33 124

10 Hafid Achmad Darojad 45 223 257 253 256 257 34 128

11 Ipnu Danuri 56 213 267 264 264 267 54 252

12 Krisnandaru Vismaaji 46 215 243 241 244 244 29 111

13 Muhammad Miqdamulhaq 46 218 255 258 255 258 40 153

14 Nurhuda 32 196 223 224 223 224 28 75

15 Panji Wicaksono 44 216 256 255 251 256 40 147

16 Riswanto 31 183 216 212 214 216 33 85

17 Satria Pandu Dewantara 45 206 253 252 255 255 49 184

18 Suyasno 35 197 227 230 232 232 35 102

19 Wisnu Panca Prasetya 32 187 213 210 211 213 26 69

20 Adnan Aries Wimatama 53 233 274 273 270 274 41 181

21 Aggie Mufarizza 47 216 246 249 246 249 33 129

22 Agus Fani Bayu Pradigda 38 199 228 231 228 231 32 101

23 Ali Fahmi 58 227 259 262 265 265 38 184

24 Anang Septo Aji 94 209 240 237 236 240 31 243

25 Apriadi Wibowo 52 221 269 264 268 269 48 208

26 Arief Hayqal Frenza 55 209 238 235 236 238 29 133

27 Enggar Ardiana Putra 29 187 225 220 220 225 38 92

28 Fathunur Mashudi 39 213 241 245 241 245 32 104

29 Irvan Nurohman Wildana 43 213 251 249 252 252 39 140

30 Mohamad Danang Santosa 44 215 255 251 248 255 40 147

31 Muhammad Irawan Saifudin 46 213 254 251 250 254 41 157

32 Muhammad Zulfa Riki Prabowo 53 227 250 248 247 250 23 102

33 Rifqi Aji Pratama 35 201 234 231 231 234 33 96

34 Rigen Budi Santoso 31 185 223 220 222 223 38 98

35 Vicky Mahendra Dwi Putra 60 225 263 263 266 266 41 205

36 Wahyu Tri Budianto 41 204 244 244 246 246 42 144

37 Wikam Muhammad Kafif 48 210 239 237 236 239 29 116

38 Brilian Aditama 45 217 256 255 253 256 39 146

39 Abdul Aziz Wijaya Niti Sastra 32 196 224 221 223 224 28 75

40 Abdul Nasir Syaifullah 42 216 263 262 260 263 47 165

41 Adnan Febyanta Nugraha 38 193 230 227 227 230 37 117

42 Alfin Jemi Prakoso 55 220 253 251 251 253 33 151

Lanjutan lampiran 8

No N a m a BB Tinggi

Raihan

Tinggi Lompatan d

Skor

Power 1 2 3 Terbaik

43 Alredika Eko Angger S 49 196 222 223 222 223 27 110

44 Anggita Wisnu Pradana Putra 43 207 236 238 236 238 31 111

45 Bima Suryanukma 42 197 227 226 229 229 32 112

46 Deni Prasetyo 35 190 215 213 211 215 25 73

47 Fauzan Arif Syahputra 50 226 267 266 264 267 41 171

48 Gibran Rizky Pratama 37 214 253 250 250 253 39 120

49 Ndaru Nurcahyo 39 203 237 231 234 237 34 111

50 Ndaru Prasetyo 53 209 240 235 238 240 31 137

51 Nico Yudha Aditya 37 195 223 221 221 223 28 86

52 Nur Wahyu Anugrah 42 206 249 248 246 249 43 151

53 Oki Saktiawanto 34 202 233 236 233 236 34 96

54 Rosa Purwanto 28 168 201 198 203 203 35 82

55 Taufik Ajiantoro 39 202 233 230 230 233 31 101

56 Adiek Nanda Syaiful Azhar 64 224 253 249 252 253 29 155

57 Ahmad Khairul Amri 38 207 245 241 242 245 38 120

58 Aji Sasongko 47 215 258 254 254 258 43 168

59 Andi Cahya Gunawan 47 213 244 242 241 244 31 121

60 Dicky Kresna Murti 41 195 221 223 218 223 28 96

61 Fatith Lukman Hakim 37 198 228 230 228 230 32 99

62 Fery Agus Wibowo 41 196 219 216 215 219 23 79

63 Hadiyan 38 202 229 231 234 234 32 101

64 Kurniawan Adi Putra 41 208 239 238 241 241 33 113

65 Muhamat Fahrul Nurrohman 34 198 224 220 225 225 27 77

66 Muhammad Zusron Efendi 63 209 256 252 251 256 47 247

67 Nursina Tsalitsi 44 210 237 240 242 242 32 117

68 Perdana Putra Wijaya 75 218 252 248 247 252 34 213

69 Richardus Adria Adiwibawa 39 208 239 237 237 239 31 101

70 Ridho Alfian Shidiq 55 214 249 247 245 249 35 160

71 Sarif Hidayat 35 183 209 205 206 209 26 76

72 Taufik Sapta Aji 44 214 262 259 261 262 48 176

73 Tegar Ajitama 55 217 253 256 250 256 39 179

74 Dafitdeo Edo Putra Faria 66 217 235 242 237 242 25 138

Lampiran 9. Rekapitulasi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai Berdasarkan Rangking

No N a m a BB Tinggi

Raihan

Tinggi

Lompatan d

Skor

Power

1 Ipnu Danuri 56 213 267 54 252

2 Muhammad Zusron Efendi 63 209 256 47 247

3 Anang Septo Aji 94 209 240 31 243

4 Perdana Putra Wijaya 75 218 252 34 213

5 Apriadi Wibowo 52 221 269 48 208

6 Vicky Mahendra Dwi Putra 60 225 266 41 205

7 Fredi Meiza Nugroho 49 213 258 45 184

8 Satria Pandu Dewantara 45 206 255 49 184

9 Ali Fahmi 58 227 265 38 184

10 Adnan Aries Wimatama 53 233 274 41 181

11 Tegar Ajitama 55 217 256 39 179

12 Taufik Sapta Aji 44 214 262 48 176

13 Fauzan Arif Syahputra 50 226 267 41 171

14 Aji Sasongko 47 215 258 43 168

15 Abdul Nasir Syaifullah 42 216 263 47 165

16 Ridho Alfian Shidiq 55 214 249 35 160

17 Muhammad Irawan Saifudin 46 213 254 41 157

18 Adiek Nanda Syaiful Azhar 64 224 253 29 155

19 Muhammad Miqdamulhaq 46 218 258 40 153

20 Alfin Jemi Prakoso 55 220 253 33 151

21 Nur Wahyu Anugrah 42 206 249 43 151

22 Panji Wicaksono 44 216 256 40 147

23 Mohamad Danang Santosa 44 215 255 40 147

24 Brilian Aditama 45 217 256 39 146

25 Wahyu Tri Budianto 41 204 246 42 144

26 Irvan Nurohman Wildana 43 213 252 39 140

27 Dafitdeo Edo Putra Faria 66 217 242 25 138

28 Ndaru Prasetyo 53 209 240 31 137

29 Fikri Fathnani 39 209 250 41 133

30 Arief Hayqal Frenza 55 209 238 29 133

31 Aris Rosyidi 38 201 242 41 130

32 Aggie Mufarizza 47 216 249 33 129

33 Hafid Achmad Darojad 45 223 257 34 128

34 Anugrah Anggit Sarlin Daniarsa 42 208 244 36 126

35 Ganang Setyo Prabowo 45 210 243 33 124

36 Andi Cahya Gunawan 47 213 244 31 121

37 Ahmad Khairul Amri 38 207 245 38 120

38 Gibran Rizky Pratama 37 214 253 39 120

39 Nursina Tsalitsi 44 210 242 32 117

40 Achmad Bhakti Prayoga 37 196 234 38 117

41 Adnan Febyanta Nugraha 38 193 230 37 117

42 Wikam Muhammad Kafif 48 210 239 29 116

Lanjutan lampiran 9

No N a m a BB Tinggi

Raihan

Tinggi

Lompatan d

Skor

Power

43 Kurniawan Adi Putra 41 208 241 33 113

44 Bima Suryanukma 42 197 229 32 112

45 Krisnandaru Vismaaji 46 215 244 29 111

46 Anggita Wisnu Pradana Putra 43 207 238 31 111

47 Ndaru Nurcahyo 39 203 237 34 111

48 Alredika Eko Angger S 49 196 223 27 110

49 Ariya Sidiq Julang Pamungkas 55 208 232 24 110

50 Fathunur Mashudi 39 213 245 32 104

51 Suyasno 35 197 232 35 102

52 Muhammad Zulfa Riki Prabowo 53 227 250 23 102

53 Agus Fani Bayu Pradigda 38 199 231 32 101

54 Hadiyan 38 202 234 32 101

55 Taufik Ajiantoro 39 202 233 31 101

56 Richardus Adria Adiwibawa 39 208 239 31 101

57 Fatith Lukman Hakim 37 198 230 32 99

58 Rigen Budi Santoso 31 185 223 38 98

59 Oki Saktiawanto 34 202 236 34 96

60 Rifqi Aji Pratama 35 201 234 33 96

61 Dicky Kresna Murti 41 195 223 28 96

62 Enggar Ardiana Putra 29 187 225 38 92

63 Nico Yudha Aditya 37 195 223 28 86

64 Riswanto 31 183 216 33 85

65 Aldino Sya'bani 34 198 228 30 85

66 Rosa Purwanto 28 168 203 35 82

67 Dedi Noviaryanto 36 209 236 27 81

68 Fery Agus Wibowo 41 196 219 23 79

69 Muhamat Fahrul Nurrohman 34 198 225 27 77

70 Sarif Hidayat 35 183 209 26 76

71 Nurhuda 32 196 224 28 75

72 Abdul Aziz Wijaya Niti Sastra 32 196 224 28 75

73 Deni Prasetyo 35 190 215 25 73

74 Wisnu Panca Prasetya 32 187 213 26 69

Lampiran 10. Rekapitulasi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai dan Kategorinya

No N a m a Power Otot

Tungkai Kategori

1 Ipnu Danuri 252 Tinggi

2 Muhammad Zusron Efendi 247 Tinggi

3 Anang Septo Aji 243 Tinggi

4 Perdana Putra Wijaya 213 Tinggi

5 Apriadi Wibowo 208 Tinggi

6 Vicky Mahendra Dwi Putra 205 Tinggi

7 Fredi Meiza Nugroho 184 Tinggi

8 Satria Pandu Dewantara 184 Tinggi

9 Ali Fahmi 184 Tinggi

10 Adnan Aries Wimatama 181 Tinggi

11 Tegar Ajitama 179 Tinggi

12 Taufik Sapta Aji 176 Tinggi

13 Fauzan Arif Syahputra 171 Tinggi

14 Aji Sasongko 168 Tinggi

15 Abdul Nasir Syaifullah 165 Tinggi

16 Ridho Alfian Shidiq 160 Tinggi

17 Muhammad Irawan Saifudin 157 Tinggi

18 Adiek Nanda Syaiful Azhar 155 Tinggi

19 Muhammad Miqdamulhaq 153 Tinggi

20 Alfin Jemi Prakoso 151 Tinggi

21 Nur Wahyu Anugrah 151 Sedang

22 Panji Wicaksono 147 Sedang

23 Mohamad Danang Santosa 147 Sedang

24 Brilian Aditama 146 Sedang

25 Wahyu Tri Budianto 144 Sedang

26 Irvan Nurohman Wildana 140 Sedang

27 Dafitdeo Edo Putra Faria 138 Sedang

28 Ndaru Prasetyo 137 Sedang

29 Fikri Fathnani 133 Sedang

30 Arief Hayqal Frenza 133 Sedang

31 Aris Rosyidi 130 Sedang

32 Aggie Mufarizza 129 Sedang

33 Hafid Achmad Darojad 128 Sedang

34 Anugrah Anggit Sarlin Daniarsa 126 Sedang

35 Ganang Setyo Prabowo 124 Sedang

36 Andi Cahya Gunawan 121 Sedang

37 Ahmad Khairul Amri 120 Sedang

38 Gibran Rizky Pratama 120 Sedang

Lanjutan lampiran 10

No N a m a Power Otot

Tungkai Kategori

39 Nursina Tsalitsi 117 Sedang

40 Achmad Bhakti Prayoga 117 Sedang

41 Adnan Febyanta Nugraha 117 Sedang

42 Wikam Muhammad Kafif 116 Sedang

43 Kurniawan Adi Putra 113 Sedang

44 Bima Suryanukma 112 Sedang

45 Krisnandaru Vismaaji 111 Sedang

46 Anggita Wisnu Pradana Putra 111 Sedang

47 Ndaru Nurcahyo 111 Sedang

48 Alredika Eko Angger S 110 Sedang

49 Ariya Sidiq Julang Pamungkas 110 Sedang

50 Fathunur Mashudi 104 Sedang

51 Suyasno 102 Sedang

52 Muhammad Zulfa Riki Prabowo 102 Sedang

53 Agus Fani Bayu Pradigda 101 Sedang

54 Hadiyan 101 Sedang

55 Taufik Ajiantoro 101 Rendah

56 Richardus Adria Adiwibawa 101 Rendah

57 Fatith Lukman Hakim 99 Rendah

58 Rigen Budi Santoso 98 Rendah

59 Oki Saktiawanto 96 Rendah

60 Rifqi Aji Pratama 96 Rendah

61 Dicky Kresna Murti 96 Rendah

62 Enggar Ardiana Putra 92 Rendah

63 Nico Yudha Aditya 86 Rendah

64 Riswanto 85 Rendah

65 Aldino Sya'bani 85 Rendah

66 Rosa Purwanto 82 Rendah

67 Dedi Noviaryanto 81 Rendah

68 Fery Agus Wibowo 79 Rendah

69 Muhamat Fahrul Nurrohman 77 Rendah

70 Sarif Hidayat 76 Rendah

71 Nurhuda 75 Rendah

72 Abdul Aziz Wijaya Niti Sastra 75 Rendah

73 Deni Prasetyo 73 Rendah

74 Wisnu Panca Prasetya 69 Rendah

Lampiran 11. Data Tes Awal Kecepatan Lari

NO NAMA Kecepatan Lari Hasil

Terbaik 1 2

1 Ipnu Danuri 11.74 11.48 11.48

2 Anang Septo Aji 11.20 11.00 11.00

3 Apriadi Wibowo 8.92 9.25 8.92

4 Fredi Meiza Nugroho 7.97 8.28 7.97

5 Ali Fahmi 9.71 9.35 9.35

6 Tegar Ajitama 9.21 9.01 9.01

7 Fauzan Arif Syahputra 9.99 9.77 9.77

8 Abdul Nasir Syaifullah 9.02 8.75 8.75

9 Muhammad Irawan Saifudin 10.24 10.12 10.12

10 Muhammad Miqdamulhaq 9.28 9.54 9.28

11 Taufik Ajiantoro 10.47 10.13 10.13

12 Fatith Lukman Hakim 9.58 9.73 9.58

13 Oki Saktiawanto 9.43 9.17 9.17

14 Dicky Kresna Murti 10.85 10.65 10.65

15 Nico Yudha Aditya 10.89 11.20 10.89

16 Aldino Sya'bani 10.29 10.43 10.29

17 Dedi Noviaryanto 10.13 10.29 10.13

18 Muhamat Fahrul Nurrohman 11.15 10.95 10.95

19 Nurhuda 10.22 9.94 9.94

20 Deni Prasetyo 10.92 10.63 10.63

21 Muhammad Zusron Efendi 9.71 9.40 9.40

22 Perdana Putra Wijaya 11.18 11.44 11.18

23 Vicky Mahendra Dwi Putra 10.17 10.49 10.17

24 Satria Pandu Dewantara 9.00 9.15 9.00

25 Adnan Aries Wimatama 8.55 8.76 8.55

26 Taufik Sapta Aji 8.43 8.16 8.16

27 Aji Sasongko 9.76 9.52 9.52

28 Ridho Alfian Shidiq 10.91 11.17 10.91

29 Adiek Nanda Syaiful Azhar 10.16 10.39 10.16

30 Alfin Jemi Prakoso 9.77 9.94 9.77

31 Richardus Adria Adiwibawa 9.98 10.32 9.98

32 Rigen Budi Santoso 10.37 10.11 10.11

33 Rifqi Aji Pratama 10.77 10.55 10.55

34 Enggar Ardiana Putra 10.86 10.57 10.57

35 Riswanto 9.70 9.96 9.70

36 Rosa Purwanto 11.20 11.00 11.00

37 Fery Agus Wibowo 10.91 10.60 10.60

38 Sarif Hidayat 11.34 11.63 11.34

39 Abdul Aziz Wijaya Niti Sastra 10.10 10.26 10.10

40 Wisnu Panca Prasetya 11.20 11.00 11.00

Lampiran 12. Data Tes Akhir Kecepatan Lari

NO NAMA Kecepatan Lari Hasil

Terbaik 1 2

1 Ipnu Danuri 10.36 10.62 10.36

2 Anang Septo Aji 9.96 10.20 9.96

3 Apriadi Wibowo 8.06 8.73 8.06

4 Fredi Meiza Nugroho 7.58 7.48 7.48

5 Ali Fahmi 8.63 8.47 8.47

6 Tegar Ajitama 8.39 8.32 8.32

7 Fauzan Arif Syahputra 8.72 8.60 8.60

8 Abdul Nasir Syaifullah 8.01 8.15 8.01

9 Muhammad Irawan Saifudin 8.71 8.89 8.71

10 Muhammad Miqdamulhaq 8.70 8.90 8.70

11 Taufik Ajiantoro 9.12 9.37 9.12

12 Fatith Lukman Hakim 8.45 8.23 8.23

13 Oki Saktiawanto 8.52 8.35 8.35

14 Dicky Kresna Murti 10.25 10.01 10.01

15 Nico Yudha Aditya 10.86 10.56 10.56

16 Aldino Sya'bani 9.76 9.91 9.76

17 Dedi Noviaryanto 9.78 9.52 9.52

18 Muhamat Fahrul Nurrohman 10.00 10.17 10.00

19 Nurhuda 9.35 9.24 9.24

20 Deni Prasetyo 9.43 9.58 9.43

21 Muhammad Zusron Efendi 8.32 8.63 8.32

22 Perdana Putra Wijaya 9.76 9.91 9.76

23 Vicky Mahendra Dwi Putra 8.68 8.93 8.68

24 Satria Pandu Dewantara 8.11 7.85 7.85

25 Adnan Aries Wimatama 8.06 7.75 7.75

26 Taufik Sapta Aji 7.34 7.19 7.19

27 Aji Sasongko 8.07 7.96 7.96

28 Ridho Alfian Shidiq 9.13 9.30 9.13

29 Adiek Nanda Syaiful Azhar 8.86 8.93 8.86

30 Alfin Jemi Prakoso 8.83 9.20 8.83

31 Richardus Adria Adiwibawa 8.90 9.08 8.90

32 Rigen Budi Santoso 9.63 9.45 9.45

33 Rifqi Aji Pratama 9.52 9.21 9.21

34 Enggar Ardiana Putra 9.70 10.01 9.70

35 Riswanto 8.96 9.22 8.96

36 Rosa Purwanto 9.93 10.02 9.93

37 Fery Agus Wibowo 10.12 10.23 10.12

38 Sarif Hidayat 10.57 10.84 10.57

39 Abdul Aziz Wijaya Niti Sastra 9.46 9.17 9.17

40 Wisnu Panca Prasetya 9.78 10.02 9.78

Lampiran 13. Rekapitulasi Data Hasil Tes Power Otot Tungkai dan Pengklasifikasian

Kategorinya

NO NAMA

Power Otot Tungkai

Hasil Kategori

1 Ipnu Danuri 252 Tinggi

2 Muhammad Zusron Efendi 247 Tinggi

3 Anang Septo Aji 243 Tinggi

4 Perdana Putra Wijaya 213 Tinggi

5 Apriadi Wibowo 208 Tinggi

6 Vicky Mahendra Dwi Putra 205 Tinggi

7 Fredi Meiza Nugroho 184 Tinggi

8 Satria Pandu Dewantara 184 Tinggi

9 Ali Fahmi 184 Tinggi

10 Adnan Aries Wimatama 181 Tinggi

11 Tegar Ajitama 179 Tinggi

12 Taufik Sapta Aji 176 Tinggi

13 Fauzan Arif Syahputra 171 Tinggi

14 Aji Sasongko 168 Tinggi

15 Abdul Nasir Syaifullah 165 Tinggi

16 Ridho Alfian Shidiq 160 Tinggi

17 Muhammad Irawan Saifudin 157 Tinggi

18 Adiek Nanda Syaiful Azhar 155 Tinggi

19 Muhammad Miqdamulhaq 153 Tinggi

20 Alfin Jemi Prakoso 151 Tinggi

21 Taufik Ajiantoro 101 Rendah

22 Richardus Adria Adiwibawa 101 Rendah

23 Fatith Lukman Hakim 99 Rendah

24 Rigen Budi Santoso 98 Rendah

25 Oki Saktiawanto 96 Rendah

26 Rifqi Aji Pratama 96 Rendah

27 Dicky Kresna Murti 96 Rendah

28 Enggar Ardiana Putra 92 Rendah

29 Nico Yudha Aditya 86 Rendah

30 Riswanto 85 Rendah

31 Aldino Sya'bani 85 Rendah

32 Rosa Purwanto 82 Rendah

33 Dedi Noviaryanto 81 Rendah

34 Fery Agus Wibowo 79 Rendah

35 Muhamat Fahrul Nurrohman 77 Rendah

36 Sarif Hidayat 76 Rendah

37 Nurhuda 75 Rendah

38 Abdul Aziz Wijaya Niti Sastra 75 Rendah

39 Deni Prasetyo 73 Rendah

40 Wisnu Panca Prasetya 69 Rendah

Lampiran 14. Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Lari,

Klasifikasi Power Otot Tungkai Beserta Pembagian Sampel Ke Sel-

Sel.

NO NAMA

Tes Awal

Kecepatan

Lari

Tes Akhir

Kecepatan

Lari

Power

Otot

Tungkai

Sel

1 Ipnu Danuri 11.48 10.36 Tinggi

A1B1

2 Anang Septo Aji 11.00 9.96 Tinggi

3 Apriadi Wibowo 8.92 8.06 Tinggi

4 Fredi Meiza Nugroho 7.97 7.48 Tinggi

5 Ali Fahmi 9.35 8.47 Tinggi

6 Tegar Ajitama 9.01 8.32 Tinggi

7 Fauzan Arif Syahputra 9.77 8.60 Tinggi

8 Abdul Nasir Syaifullah 8.75 8.01 Tinggi

9 Muhammad Irawan Saifudin 10.12 8.71 Tinggi

10 Muhammad Miqdamulhaq 9.28 8.70 Tinggi

11 Muhammad Zusron Efendi 9.40 8.32 Tinggi

A2B1

12 Perdana Putra Wijaya 11.18 9.76 Tinggi

13 Vicky Mahendra Dwi Putra 10.17 8.68 Tinggi

14 Satria Pandu Dewantara 9.00 7.85 Tinggi

15 Adnan Aries Wimatama 8.55 7.75 Tinggi

16 Taufik Sapta Aji 8.16 7.19 Tinggi

17 Aji Sasongko 9.52 7.96 Tinggi

18 Ridho Alfian Shidiq 10.91 9.13 Tinggi

19 Adiek Nanda Syaiful Azhar 10.16 8.86 Tinggi

20 Alfin Jemi Prakoso 9.77 8.83 Tinggi

21 Taufik Ajiantoro 10.13 9.12 Rendah

A1B2

22 Fatith Lukman Hakim 9.58 8.23 Rendah

23 Oki Saktiawanto 9.17 8.35 Rendah

24 Dicky Kresna Murti 10.65 10.01 Rendah

25 Nico Yudha Aditya 10.89 10.56 Rendah

26 Aldino Sya'bani 10.29 9.76 Rendah

27 Dedi Noviaryanto 10.13 9.52 Rendah

28 Muhamat Fahrul Nurrohman 10.95 10.00 Rendah

29 Nurhuda 9.94 9.24 Rendah

30 Deni Prasetyo 10.63 9.43 Rendah

31 Richardus Adria Adiwibawa 9.98 8.90 Rendah

A2B2

32 Rigen Budi Santoso 10.11 9.45 Rendah

33 Rifqi Aji Pratama 10.55 9.21 Rendah

34 Enggar Ardiana Putra 10.57 9.70 Rendah

35 Riswanto 9.70 8.96 Rendah

36 Rosa Purwanto 11.00 9.93 Rendah

37 Fery Agus Wibowo 10.60 10.12 Rendah

38 Sarif Hidayat 11.34 10.57 Rendah

39 Abdul Aziz Wijaya Niti Sastra 10.10 9.17 Rendah

40 Wisnu Panca Prasetya 11.00 9.78 Rendah

Lampiran 15. Uji Reliabilitas Dengan Anava

Langkah I.

Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes power otot tungkai No I II III

X1 X2 X3 Ti X12 X2

2 X3

2 Ti

2

1 234 231 231 696 54756 53361 53361 484416

2 228 225 225 678 51984 50625 50625 459684

3 244 240 242 726 59536 57600 58564 527076

4 239 241 242 722 57121 58081 58564 521284

5 230 229 232 691 52900 52441 53824 477481

6 234 236 234 704 54756 55696 54756 495616

7 250 248 247 745 62500 61504 61009 555025

8 258 257 253 768 66564 66049 64009 589824

9 243 241 242 726 59049 58081 58564 527076

10 257 253 256 766 66049 64009 65536 586756

11 267 264 264 795 71289 69696 69696 632025

12 243 241 244 728 59049 58081 59536 529984

13 255 258 255 768 65025 66564 65025 589824

14 223 224 223 670 49729 50176 49729 448900

15 256 255 251 762 65536 65025 63001 580644

16 216 212 214 642 46656 44944 45796 412164

17 253 252 255 760 64009 63504 65025 577600

18 227 230 232 689 51529 52900 53824 474721

19 213 210 211 634 45369 44100 44521 401956

20 274 273 270 817 75076 74529 72900 667489

21 246 249 246 741 60516 62001 60516 549081

22 228 231 228 687 51984 53361 51984 471969

23 259 262 265 786 67081 68644 70225 617796

24 240 237 236 713 57600 56169 55696 508369

25 269 264 268 801 72361 69696 71824 641601

26 238 235 236 709 56644 55225 55696 502681

27 225 220 220 665 50625 48400 48400 442225

28 241 245 241 727 58081 60025 58081 528529

29 251 249 252 752 63001 62001 63504 565504

30 255 251 248 754 65025 63001 61504 568516

31 254 251 250 755 64516 63001 62500 570025

32 250 248 247 745 62500 61504 61009 555025

33 234 231 231 696 54756 53361 53361 484416

34 223 220 222 665 49729 48400 49284 442225

35 263 263 266 792 69169 69169 70756 627264

36 244 244 246 734 59536 59536 60516 538756

37 239 237 236 712 57121 56169 55696 506944

38 256 255 253 764 65536 65025 64009 583696

39 224 221 223 668 50176 48841 49729 446224

40 263 262 260 785 69169 68644 67600 616225

41 230 227 227 684 52900 51529 51529 467856

42 253 251 251 755 64009 63001 63001 570025

43 222 223 222 667 49284 49729 49284 444889

44 236 238 236 710 55696 56644 55696 504100

Lanjutan lampiran 15 No I II III

X1 X2 X3 Ti X1

2 X2

2 X3

2 Ti

2

45 227 226 229 682 51529 51076 52441 465124

46 215 213 211 639 46225 45369 44521 408321

47 267 266 264 797 71289 70756 69696 635209

48 253 250 250 753 64009 62500 62500 567009

49 237 231 234 702 56169 53361 54756 492804

50 240 235 238 713 57600 55225 56644 508369

51 223 221 221 665 49729 48841 48841 442225

52 249 248 246 743 62001 61504 60516 552049

53 233 236 233 702 54289 55696 54289 492804

54 201 198 203 602 40401 39204 41209 362404

55 233 230 230 693 54289 52900 52900 480249

56 253 249 252 754 64009 62001 63504 568516

57 245 241 242 728 60025 58081 58564 529984

58 258 254 254 766 66564 64516 64516 586756

59 244 242 241 727 59536 58564 58081 528529

60 221 223 218 662 48841 49729 47524 438244

61 228 230 228 686 51984 52900 51984 470596

62 219 216 215 650 47961 46656 46225 422500

63 229 231 234 694 52441 53361 54756 481636

64 239 238 241 718 57121 56644 58081 515524

65 224 220 225 669 50176 48400 50625 447561

66 256 252 251 759 65536 63504 63001 576081

67 237 240 242 719 56169 57600 58564 516961

68 252 248 247 747 63504 61504 61009 558009

69 239 237 237 713 57121 56169 56169 508369

70 249 247 245 741 62001 61009 60025 549081

71 209 205 206 620 43681 42025 42436 384400

72 262 259 261 782 68644 67081 68121 611524

73 253 256 250 759 64009 65536 62500 576081

74 235 242 237 714 55225 58564 56169 509796

Jml 17817 17718 17718 53253 4307575 4260318 4259432 38480201

ΣX1 ΣX2 ΣX3 ΣTi ΣX12 ΣX2

2 ΣX3

2 ΣTi

2

Langkah II.

Dari hasil penghitungan diperoleh:

ΣX = 53253

ΣX2 = 4307575 + 4260318 + 4259432 = 12827325

Langkah III.

Σ(Ti)2

=

38480201 = 12826733.7

k

3

Σ(Tj)2

=

17817 2 + 17718

2 + 17718

2

= 12774332

n

74

Maka,

SST = ΣX

2 -

(ΣX)2

nk

= 12827325 -

53253 2

= 12827325 - 12774243.3 = 53081.72 74 x 3

SSs =

Σ(Ti)2

- (ΣX)

2

k nk

= 12826733.67 - 12774243.28 = 52490.3829

SSt =

Σ(Tj)2

- (ΣX)

2

n nk

= 12774331.58 - 12774243.28 = 88.2972973

SSI = ΣX

2 +

(ΣX)2

- Σ(Ti)

2

- Σ(Tj)

2

nk k n

= 12827325 + 12774243.28 - 12826733.7 - 12774331.6 = 503.036

SSS = 52490.383

SSt = 88.297

SSI = 503.036

SST = 53081.716

Langkah IV.

Tabel ringkasan Anava untuk menghitung reliabilita

Sumber Variasi df SS MS

Diantara Subyek

n - 1

73 52490.3829 719.0463

Diantara Trial

k - 1

2 88.2973 44.1486

Interaksi

(n-1)(k-1)

146 503.0360 3.4455

Total

nk - 1

221 53081.7162

Rumus reliabilita:

R =

MSs - MSw

MSs

MSw =

SSt + SSI

MSs

=

88.2973 + 503.0360 =

591.3333 = 3.9955

2 + 146 148

R =

719.0463 - 3.9955 = 0.9944

719.0463

Koefisien reliabilita hasil tes power otot tungkai yaitu :

0.994

Langkah I.

Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes awal lari cepat No I II

X1 X2 Ti X1

2 X2

2 Ti

2

1 11.74 11.48 23.22 137.8276 131.7904 539.1684

2 11.20 11.00 22.20 125.4400 121.0000 492.8400

3 8.92 9.25 18.17 79.5664 85.5625 330.1489

4 7.97 8.28 16.25 63.5209 68.5584 264.0625

5 9.71 9.35 19.06 94.2841 87.4225 363.2836

6 9.21 9.01 18.22 84.8241 81.1801 331.9684

7 9.99 9.77 19.76 99.8001 95.4529 390.4576

8 9.02 8.75 17.77 81.3604 76.5625 315.7729

9 10.24 10.12 20.36 104.8576 102.4144 414.5296

10 9.28 9.54 18.82 86.1184 91.0116 354.1924

11 10.47 10.13 20.60 109.6209 102.6169 424.3600

12 9.58 9.73 19.31 91.7764 94.6729 372.8761

13 9.43 9.17 18.60 88.9249 84.0889 345.9600

14 10.85 10.65 21.50 117.7225 113.4225 462.2500

15 10.89 11.20 22.09 118.5921 125.4400 487.9681

16 10.29 10.43 20.72 105.8841 108.7849 429.3184

17 10.13 10.29 20.42 102.6169 105.8841 416.9764

18 11.15 10.95 22.10 124.3225 119.9025 488.4100

19 10.22 9.94 20.16 104.4484 98.8036 406.4256

20 10.92 10.63 21.55 119.2464 112.9969 464.4025

21 9.71 9.40 19.11 94.2841 88.3600 365.1921

22 11.18 11.44 22.62 124.9924 130.8736 511.6644

23 10.17 10.49 20.66 103.4289 110.0401 426.8356

24 9.00 9.15 18.15 81.0000 83.7225 329.4225

25 8.55 8.76 17.31 73.1025 76.7376 299.6361

26 8.43 8.16 16.59 71.0649 66.5856 275.2281

27 9.76 9.52 19.28 95.2576 90.6304 371.7184

28 10.91 11.17 22.08 119.0281 124.7689 487.5264

29 10.16 10.39 20.55 103.2256 107.9521 422.3025

30 9.77 9.94 19.71 95.4529 98.8036 388.4841

31 9.98 10.32 20.30 99.6004 106.5024 412.0900

32 10.37 10.11 20.48 107.5369 102.2121 419.4304

33 10.77 10.55 21.32 115.9929 111.3025 454.5424

34 10.86 10.57 21.43 117.9396 111.7249 459.2449

35 9.70 9.96 19.66 94.0900 99.2016 386.5156

36 11.20 11.00 22.20 125.4400 121.0000 492.8400

37 10.91 10.60 21.51 119.0281 112.3600 462.6801

38 11.34 11.63 22.97 128.5956 135.2569 527.6209

39 10.10 10.26 20.36 102.0100 105.2676 414.5296

40 11.20 11.00 22.20 125.4400 121.0000 492.8400

Jml 405.28 404.09 809.37 4137.2652 4111.8709 16495.7155

ΣX1 ΣX1 ΣTi ΣX1

2 ΣX2

2 ΣTi

2

Langkah II.

Dari hasil penghitungan diperoleh:

ΣX = 809.37

ΣX2 = 4137.2652 + 4111.8709 = 8249.1361

Langkah III.

Σ (Ti)2

= 16495.7155

= 8247.85775

k

2

Σ (Tj)2

= 405.28

2 + 404.09

2

= 8188.51516

n

40

Maka,

SST = ΣX

2 -

(ΣX)2

nk

= 8249.1361 -

809.37 2

= 8249.1361 - 8188.49746 = 60.6386387 40 x 2

SSs =

Σ(Ti)2

- (ΣX)

2

k nk

= 8247.85775 - 8188.49746 = 59.3602887

SSt =

Σ(Tj)2

- (ΣX)

2

n nk

= 8188.515163 - 8188.49746 = 0.01770125

SSI = ΣX

2 +

(ΣX)2

- Σ(Ti)

2

- Σ(Tj)

2

nk k n

= 8249.1361 + 8188.49746 - 8247.85775 - 8188.51516 = 1.26064875

SSS = 59.360

SSt = 0.018

SSI = 1.261

SST = 60.639

Langkah IV.

Tabel ringkasan Anava untuk menghitung reliabilita

Sumber

Variasi df SS MS

Diantara

Subyek

n - 1

39 59.3603 1.5221

Diantara

Trial

k - 1

1 0.0177 0.0177

Interaksi

(n-1)(k-1)

39 1.2606 0.0323

Total

nk - 1

79 60.6386

Rumus reliabilita:

R =

MSs - MSw

MSs

MSw =

SSt + SSI

MSs

=

0.0177 + 1.2606 =

1.2784 = 0.0320

1 + 39 40

R =

1.5221 - 0.0320 = 0.9790

1.5221

Jadi nilai reliabilita hasil tes awal lari cepat yaitu : 0.979

Langkah I

Tabel kerja untuk menghitung reliabilitas hasil tes akhir lari cepat No I II

X1 X2 Ti X1

2 X2

2 Ti

2

1 10.36 10.62 20.98 107.3296 112.7844 440.1604

2 9.96 10.20 20.16 99.2016 104.0400 406.4256

3 8.06 8.73 16.79 64.9636 76.2129 281.9041

4 7.58 7.48 15.06 57.4564 55.9504 226.8036

5 8.63 8.47 17.10 74.4769 71.7409 292.4100

6 8.39 8.32 16.71 70.3921 69.2224 279.2241

7 8.72 8.60 17.32 76.0384 73.9600 299.9824

8 8.01 8.15 16.16 64.1601 66.4225 261.1456

9 8.71 8.89 17.60 75.8641 79.0321 309.7600

10 8.70 8.90 17.60 75.6900 79.2100 309.7600

11 9.12 9.37 18.49 83.1744 87.7969 341.8801

12 8.45 8.23 16.68 71.4025 67.7329 278.2224

13 8.52 8.35 16.87 72.5904 69.7225 284.5969

14 10.25 10.01 20.26 105.0625 100.2001 410.4676

15 10.86 10.56 21.42 117.9396 111.5136 458.8164

16 9.76 9.91 19.67 95.2576 98.2081 386.9089

17 9.78 9.52 19.30 95.6484 90.6304 372.4900

18 10.00 10.17 20.17 100.0000 103.4289 406.8289

19 9.35 9.24 18.59 87.4225 85.3776 345.5881

20 9.43 9.58 19.01 88.9249 91.7764 361.3801

21 8.32 8.63 16.95 69.2224 74.4769 287.3025

22 9.76 9.91 19.67 95.2576 98.2081 386.9089

23 8.68 8.93 17.61 75.3424 79.7449 310.1121

24 8.11 7.85 15.96 65.7721 61.6225 254.7216

25 8.06 7.75 15.81 64.9636 60.0625 249.9561

26 7.34 7.19 14.53 53.8756 51.6961 211.1209

27 8.07 7.96 16.03 65.1249 63.3616 256.9609

28 9.13 9.30 18.43 83.3569 86.4900 339.6649

29 8.86 8.93 17.79 78.4996 79.7449 316.4841

30 8.83 9.20 18.03 77.9689 84.6400 325.0809

31 8.90 9.08 17.98 79.2100 82.4464 323.2804

32 9.63 9.45 19.08 92.7369 89.3025 364.0464

33 9.52 9.21 18.73 90.6304 84.8241 350.8129

34 9.70 10.01 19.71 94.0900 100.2001 388.4841

35 8.96 9.22 18.18 80.2816 85.0084 330.5124

36 9.93 10.02 19.95 98.6049 100.4004 398.0025

37 10.12 10.23 20.35 102.4144 104.6529 414.1225

38 10.57 10.84 21.41 111.7249 117.5056 458.3881

39 9.46 9.17 18.63 89.4916 84.0889 347.0769

40 9.78 10.02 19.80 95.6484 100.4004 392.0400

Jml 364.37 366.20 730.57 3347.2127 3383.8402 13459.8343

ΣX1 ΣX1 ΣTi ΣX12 ΣX2

2 ΣTi

2

Langkah II.

Dari hasil penghitungan diperoleh:

ΣX = 730.57

ΣX2 = 3347.2127 + 3383.8402 = 6731.0529

Langkah III.

Σ(Ti)2

= 13459.8343

= 6729.91715

k

2

Σ(Tj)2

= 364.37

2 + 366.20

2

= 6671.69842

n

40

Maka,

SST = ΣX

2 -

(ΣX)2

nk

= 6731.0529 -

730.57 2

= 6731.0529 - 6671.65656 = 59.3963387 40 x 2

SSs =

Σ(Ti)2

- (ΣX)

2

k nk

= 6729.91715 - 6671.65656 = 58.2605887

SSt =

Σ(Tj)2

- (ΣX)

2

n nk

= 6671.698423 - 6671.65656 = 0.04186125

SSI = ΣX

2 +

(ΣX)2

- Σ(Ti)

2

- Σ(Tj)

2

nk k n

= 6731.0529 + 6671.65656 - 6729.91715 - 6671.69842 = 1.09388875

SSS = 58.261

SSt = 0.042

SSI = 1.094

SST = 59.396

Langkah IV.

Tabel ringkasan Anava untuk menghitung reliabilita

Sumber

Variasi df SS MS

Diantara

Subyek

n - 1

39 58.2606 1.4939

Diantara

Trial

k - 1

1 0.0419 0.0419

Interaksi

(n-1)(k-1)

39 1.0939 0.0280

Total

nk - 1

79 59.3963

Rumus reliabilita:

R =

MSs - MSw

MSs

MSw = SSt + SSI

MSs

=

0.0419 + 1.0939 =

1.1358 = 0.0284

1 + 39 40

R =

1.4939 - 0.0284 = 0.9810

1.4939

Jadi nilai reliabilita hasil tes akhir lari cepat yaitu : 0.981

Lampiran 16. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Lari pada

Kelompok 1 (Kelompok Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio

Waktu Kerja dan Waktu Istirahat 1:5).

No N a m a Sel

Kecepatan Lari

Tes

Awal

Tes

Akhir

Gain

Score

1 Ipnu Danuri

A1B1

11.48 10.36 1.12

2 Anang Septo Aji 11.00 9.96 1.04

3 Apriadi Wibowo 8.92 8.06 0.86

4 Fredi Meiza Nugroho 7.97 7.48 0.49

5 Ali Fahmi 9.35 8.47 0.88

6 Tegar Ajitama 9.01 8.32 0.69

7 Fauzan Arif Syahputra 9.77 8.60 1.17

8 Abdul Nasir Syaifullah 8.75 8.01 0.74

9 Muhammad Irawan Saifudin 10.12 8.71 1.41

10 Muhammad Miqdamulhaq 9.28 8.70 0.58

Jumlah 95.65 86.67 8.98

Mean 9.565 8.667 0.898

SD 1.061 0.876 0.287

1 Taufik Ajiantoro

A1B2

10.13 9.12 1.01

2 Fatith Lukman Hakim 9.58 8.23 1.35

3 Oki Saktiawanto 9.17 8.35 0.82

4 Dicky Kresna Murti 10.65 10.01 0.64

5 Nico Yudha Aditya 10.89 10.56 0.33

6 Aldino Sya'bani 10.29 9.76 0.53

7 Dedi Noviaryanto 10.13 9.52 0.61

8 Muhamat Fahrul Nurrohman 10.95 10.00 0.95

9 Nurhuda 9.94 9.24 0.70

10 Deni Prasetyo 10.63 9.43 1.20

Jumlah 102.36 94.22 8.14

Mean 10.236 9.422 0.814

SD 0.572 0.730 0.315

Lampiran 17. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kecepatan Lari pada

Kelompok 2 (Kelompok Latihan Interval Anaerob Dengan Rasio

Waktu Kerja dan Waktu Istirahat 1 :10).

No N a m a Sel

Kecepatan Lari

Tes

Awal

Tes

Akhir

Gain

Score

1 Muhammad Zusron Efendi

A2B1

9.40 8.32 1.08

2 Perdana Putra Wijaya 11.18 9.76 1.42

3 Vicky Mahendra Dwi Putra 10.17 8.68 1.49

4 Satria Pandu Dewantara 9.00 7.85 1.15

5 Adnan Aries Wimatama 8.55 7.75 0.80

6 Taufik Sapta Aji 8.16 7.19 0.97

7 Aji Sasongko 9.52 7.96 1.56

8 Ridho Alfian Shidiq 10.91 9.13 1.78

9 Adiek Nanda Syaiful Azhar 10.16 8.86 1.30

10 Alfin Jemi Prakoso 9.77 8.83 0.94

Jumlah 96.82 84.33 12.49

Mean 9.682 8.433 1.249

SD 0.966 0.763 0.313

1 Richardus Adria Adiwibawa

A2B2

9.98 8.90 1.08

2 Rigen Budi Santoso 10.11 9.45 0.66

3 Rifqi Aji Pratama 10.55 9.21 1.34

4 Enggar Ardiana Putra 10.57 9.70 0.87

5 Riswanto 9.70 8.96 0.74

6 Rosa Purwanto 11.00 9.93 1.07

7 Fery Agus Wibowo 10.60 10.12 0.48

8 Sarif Hidayat 11.34 10.57 0.77

9 Abdul Aziz Wijaya Niti Sastra 10.10 9.17 0.93

10 Wisnu Panca Prasetya 11.00 9.78 1.22

Jumlah 104.95 95.79 9.16

Mean 10.495 9.579 0.916

SD 0.521 0.539 0.265

Lampiran 18. Tabel Kerja Untuk Menghitung Nilai Homogenitas dan Analisis

Varians

Variabel

Atributif No

Kelompok 1 (Latihan

Interval Anaerob

dengan Rasio Waktu

Kerja dan Waktu

Istirahat 1 : 5)

Kelompok 2 (Latihan

Interval Anaerob

dengan Rasio Waktu

Kerja dan Waktu

Istirahat 1 :10)

Y1 Y12 Y2 Y2

2

Power Otot

Tungkai

Tinggi

1 1.12 1.2544 1.08 1.1664

2 1.04 1.0816 1.42 2.0164

3 0.86 0.7396 1.49 2.2201

4 0.49 0.2401 1.15 1.3225

5 0.88 0.7744 0.80 0.6400

6 0.69 0.4761 0.97 0.9409

7 1.17 1.3689 1.56 2.4336

8 0.74 0.5476 1.78 3.1684

9 1.41 1.9881 1.30 1.6900

10 0.58 0.3364 0.94 0.8836

Jumlah 8.98 8.8072 12.49 16.4819

Rerata 0.898 1.249

SD 0.287 0.313

Power Otot

Tungkai

Rendah

1 1.01 1.0201 1.08 1.1664

2 1.35 1.8225 0.66 0.4356

3 0.82 0.6724 1.34 1.7956

4 0.64 0.4096 0.87 0.7569

5 0.33 0.1089 0.74 0.5476

6 0.53 0.2809 1.07 1.1449

7 0.61 0.3721 0.48 0.2304

8 0.95 0.9025 0.77 0.5929

9 0.70 0.4900 0.93 0.8649

10 1.20 1.4400 1.22 1.4884

Jumlah 8.14 7.5190 9.16 9.0236

Rerata 0.814 0.916

SD 0.315 0.265

Total 17.12 16.3262 21.65 25.5055

Rerata 0.856 1.083

Lampiran 19. Hasil Penghitungan Data Untuk Uji Homogenitas dan Analisis Varians

Power Otot

Tungkai Statistik

Metode Latihan Interval Anaerob

Latihan Interval

Anaerob dengan

Rasio Waktu

Kerja dan

Waktu Istirahat

1 : 5

Latihan Interval

Anaerob dengan

Rasio Waktu

Kerja dan

Waktu Istirahat

1 :10

Total

Tinggi

N 10 10 20

SY 8.98 12.49 21.47

SY2 8.8072 16.4819 25.2891

Mean 0.898 1.249 1.074

Rendah

N 10 10 20

SY 8.14 9.16 17.3

SY2 7.519 9.0236 16.5426

Mean 0.814 0.916 0.865

Total

N 20 20 40

SY 17.12 21.65 38.77

SY2 16.3262 25.5055 41.8317

Mean 0.856 1.083 0.969

Lampiran 20. Uji Normalitas Data Dengan Metode Lilliefors

1. Uji normalitas data pada kelompok perlakuan latihan interval anaerob dengan

rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5 kategori power otot tungkai tinggi.

Dari penghitungan data diperoleh:

M = 0.898

SD = 0.287

Data disusun dalam tabel sebagai berikut:

Xi Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|

0.49 -1.42 0.0735 0.1000 0.0265

0.58 -1.11 0.1335 0.2000 0.0665

0.69 -0.72 0.2358 0.3000 0.0642

0.74 -0.55 0.2912 0.4000 0.1088

0.86 -0.13 0.4493 0.5000 0.0507

0.88 -0.06 0.4761 0.6000 0.1239

1.04 0.49 0.6879 0.7000 0.0121

1.12 0.77 0.7794 0.8000 0.0206

1.17 0.95 0.8289 0.9000 0.0711

1.41 1.78 0.9633 1.0000 0.0367

Kesimpulan :

Dari penghitungan di atas diperoleh Lhitung = 0.1239. Dengan n = 10 dan taraf

signifikansi 5%. nilai Ltabel = 0.258. Ternyata nilai Lhitung lebih kecil dari Ltabel.

Dengan demikian hipotesis nol diterima. Yang berarti data termasuk

berdistribusi normal.

2 Uji normalitas data pada kelompok perlakuan latihan interval anaerob dengan

rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 : 5 kategori power otot tungkai

rendah.

Dari penghitungan data

diperoleh:

M = 0.814

SD = 0.315

Data disusun dalam tabel sebagai berikut:

Xi Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|

0.33 -1.54 0.0618 0.1000 0.0382

0.53 -0.90 0.1841 0.2000 0.0159

0.61 -0.65 0.2573 0.3000 0.0427

0.64 -0.55 0.2912 0.4000 0.1088

0.70 -0.36 0.3594 0.5000 0.1406

0.82 0.02 0.5080 0.6000 0.0920

0.95 0.43 0.6664 0.7000 0.0336

1.01 0.62 0.7324 0.8000 0.0676

1.20 1.23 0.8907 0.9000 0.0093

1.35 1.70 0.9554 1.0000 0.0446

Kesimpulan :

Dari penghitungan di atas diperoleh Lhitung = 0.1406. Dengan n = 10 dan taraf

signifikansi 5%. nilai Ltabel = 0.258. Ternyata nilai Lhitung lebih kecil dari Ltabel.

Dengan demikian hipotesis nol diterima. Yang berarti data termasuk

berdistribusi normal.

3 Uji normalitas data pada kelompok perlakuan latihan interval anaerob dengan

rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 :10 kategori power otot tungkai

tinggi.

Dari penghitungan data

diperoleh:

M = 1.249

SD = 0.313

Data disusun dalam tabel sebagai berikut:

Xi Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|

0.80 -1.43 0.0764 0.1000 0.0236

0.94 -0.99 0.1611 0.2000 0.0389

0.97 -0.89 0.1867 0.3000 0.1133

1.08 -0.54 0.2946 0.4000 0.1054

1.15 -0.32 0.3745 0.5000 0.1255

1.30 0.16 0.5636 0.6000 0.0364

1.42 0.55 0.7088 0.7000 0.0088

1.49 0.77 0.7794 0.8000 0.0206

1.56 0.99 0.8389 0.9000 0.0611

1.78 1.70 0.9554 1.0000 0.0446

Kesimpulan :

Dari penghitungan di atas diperoleh Lhitung = 0.1255. Dengan n = 10 dan taraf

signifikansi 5%. nilai Ltabel = 0.258. Ternyata nilai Lhitung lebih kecil dari Ltabel.

Dengan demikian hipotesis nol diterima. Yang berarti data termasuk

berdistribusi normal.

4 Uji normalitas data pada kelompok perlakuan latihan interval anaerob dengan

rasio waktu kerja dan waktu istirahat 1 :10 kategori power otot tungkai

rendah.

Dari penghitungan data

diperoleh:

M = 0.916

SD = 0.265

Data disusun dalam tabel sebagai berikut:

Xi Zi F(Zi) S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|

0.48 -1.65 0.0495 0.1000 0.0505

0.66 -0.97 0.1660 0.2000 0.0340

0.74 -0.66 0.2546 0.3000 0.0454

0.77 -0.55 0.2912 0.4000 0.1088

0.87 -0.17 0.4326 0.5000 0.0674

0.93 0.05 0.5199 0.6000 0.0801

1.07 0.58 0.7190 0.7000 0.0190

1.08 0.62 0.7324 0.8000 0.0676

1.22 1.15 0.8749 0.9000 0.0251

1.34 1.60 0.9452 1.0000 0.0548

Kesimpulan :

Dari penghitungan di atas diperoleh Lhitung = 0.1088. Dengan n = 10 dan taraf

signifikansi 5%. nilai Ltabel = 0.258. Ternyata nilai Lhitung lebih kecil dari Ltabel.

Dengan demikian hipotesis nol diterima. Yang berarti data termasuk

berdistribusi normal.

Lampiran 21. Uji Homogenitas Dengan Uji Bartlett

Harga-harga yang diperlukan untuk uji Bartlett

Sampel dk 1/(dk) s

2 log s

2

(dk)log

s2

1 9 0.111 0.083 -1.0832 -9.7484

2 9 0.111 0.099 -1.0034 -9.0303

3 9 0.111 0.098 -1.0088 -9.0795

4 9 0.111 0.070 -1.1528 -10.3753

Jumlah 36 0.444 - - -38.2335

1. Menghitung varians gabungan dari tiap kelompok sampel

S

2 =

9 ( 0.083 ) + 9 ( 0.099 )+ 9 ( 0.098 )+ 9 ( 0.070 )

9 + 9

+ 9 + 9

= 3.15113 = 0.0875314

36

B = -1.057836 X 36 = -38.0821

2. Menghitung nilai χ2

χ2 = 2.303 ( -38.082102 -

-38.2335 )= 0.348702449

Nilai χ2tabel ( = 0.05;3) = 7.81

3. Kesimpulan

Ternyata χ2

hitung = 0.349 < χ2

tabel = 7.81. Dengan demikian hipotesis nol diterima.

Yang berarti bahwa varians dari kelompok-kelompok sampel tersebut homogen.

Lampiran 22. Analisis Varians

Dari hasil penghitungan data di atas dapat dilakukan analisis varians sebagai berikut:

1. ∑Y2 = 41.8317

2. RY = 38.77

2 = 1503.113

= 37.577823

40

40

3. Jab = 8.98

2 + 8.14

2+ 12.49

2+ 9.16

2 - 37.5778

10

= 1.102748

4. Ay = 17.12

2 + 21.65

2 - 37.577823 = 0.51302

20

5. By = 21.47

2 + 17.3

2- 37.577823 = 0.43472

20

6. ABy = 1.102748 - 0.947745 = 0.1550025

7. Ey = 41.8317 - 37.57782 - 1.1027475 = 3.15113

Tabel ringkasan hasil analisis varians

Sumber Variasi dk JK RJK Fo Ft

Rata-rata

Perlakuan 1 37.5778 37.578

A 1 0.5130 0.513 5.8610 * 4.11

B 1 0.4347 0.435 4.9665 *

AB 1 0.1550 0.155 1.7708

Kekeliruan 36 3.1511 0.088

Total 40 41.8317

Keterangan :

A = Kelompok metode latihan interval anaerob.

B = Kelompok siswa berdasarkan klasifikasi power otot tungkai

AB = Interaksi antara kelompok metode latihan interval anaerob dengan power otot tungkai.

* = Tanda signifikan pada α = 0.05.

Lampiran 23. Uji Rata-Rata Rentang Newman-Keuls

Uji rata-rata setelah Anava adalah pengujian perbandingan nilai-nilai rata-rata yang

berbeda-beda secara signifikan dari hasil penghitungan Anava. Pengujian rata-rata setelah

Anava digunakan Uji Rentang Newman-Keuls. Adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh

sebagai berikut :

a. Mengurutkan nilai-nilai perlakuan dari yang paling kecil ke yang besar

KP A1B2 A1B1 A2B2 A2B1

(2) (1) (4) (3)

Rerata 0.814 0.898 0.916 1.249

b. Menghitung kekeliruan baku rata-rata tiap perlakuan. menggunakan rumus :

Sy =

0.088 = 0.09356

10

c. Menghitung RST (Rentang Signifikan Terkecil). Untuk uji Newman-Keuls. diambil v =

dk dari RJKE dan p = 2.3....k. Dengan α = 0.05 dan v = 36. maka RST dihitung dengan

mengalikan antara p dan S.

RST2 = 2.89 X 0.0936

= 0.2704

RST3 = 3.48 X 0.0936

= 0.3256

RST4 = 3.84 X 0.0936

= 0.3593

d. Menguji signifikansi tidaknya antara selisih dua rerata dengan nilai RST. jika selisih-

selisih yang didapat lebih besar daripada RST-nya masing-masing. maka disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata perlakuan.

Hasil Rentang Newman-Keuls Setelah Anava

KP A1B2 A1B1 A2B2 A2B1 RST

Rerata 0.814 0.898 0.916 1.249

A1B2 0.814 - 0.084 0.102 0.435 * 0.2704

A1B1 0.898 - 0.018 0.351 * 0.3256

A2B2 0.916 - 0.333 0.3593

A2B1 1.249 -

Keterangan ;

Tanda * signifikan pada p < 0.05.