digilib.uns.ac.id/Iklim... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user IKLIM...
Transcript of digilib.uns.ac.id/Iklim... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user IKLIM...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IKLIM KOMUNIKASI DAN TINGKAT KOMPENSASI
DENGAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN
(Studi Deskriptif Korelasional Antara Iklim Komunikasi
dan Tingkat Kompensasi dengan Disiplin Kerja Karyawan
di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan Surakarta)
Disusun Oleh:
Ferra Afrina D1208563
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi persyaratan guna mencapai
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
IKLIM KOMUNIKASI DAN TINGKAT KOMPENSASI
DENGAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN
(Studi Deskriptif Korelasional Antara Iklim Komunikasi
dan Tingkat Kompensasi dengan Disiplin Kerja Karyawan
di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan Surakarta)
Disusun Oleh :
FERRA AFRINA
NIM : D1208563
Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II untuk diuji
dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Adolfo Eko Setyanto, M. Si. Drs. Aryanto Budhy S., M. Si.
NIP : 19580617 1987021 001 NIP : 19581123 1986031 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Negeri Sebelas Maret
Surakarta
Pada hari : Rabu
Tanggal : 03 November 2010
Panitia Penguji:
1. Prof. Drs. Pawito, Ph.D ( )
NIP. 19540805 1985031 002 Ketua
2. Dra. Indah Budi Rahayu, S.E. ( )
NIP. 19580317 1990102 001 Sekretaris
3. Drs. Adolfo Eko Setyanto, M. Si. ( )
NIP. 19580617 1987021 001 Penguji 1
4. Drs. Aryanto Budhy S., M. Si. ( )
NIP. 19581123 1986031 002 Penguji 2
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
Drs. H. Supriyadi SN, SU
NIP. 19530128 198103 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
§ Allah SWT
Atas segala rahmat dan karunia-Nya
§ Mama dan Papa
Atas cinta, kasih sayang, dan dukungannya selama ini, semoga kelak
dapat berbakti dan menjadi anak yang membanggakan
§ Kakak-Adikku
Atas support dan celotehan kalian yang selalu membuatku rindu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
KITA TIDAK HARUS BERHASIL DALAM SEMUA HAL, karena keberhasilan
dalam satu hal saja, sudah lebih dari cukup untuk menjadikan
semua hal indah bagi kita.
KEBERHASILAN ADALAH PROSES, bukan tujuan.
(Mario Teguh)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat, petunjuk, dan kesehatan yang telah diberikan oleh
Allah SWT selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna
menyelesaikan studi S1 pada jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi dengan judul “Iklim
Komunikasi dan Tingkat Kompensasi dengan Disiplin Kerja Karyawan
(Studi Deskriptif Korelasional Antara Iklim Komunikasi dan Tingkat
Kompensasi dengan Disiplin Kerja Karyawan di PT. PLN (Persero) Area
Pelayanan dan Jaringan Surakarta)” ini ditulis mengingat pentingnya jalinan
komunikasi di lingkungan suatu perusahaan agar tercipta suasana yang nyaman
dan menyenangkan, maka muncul sikap percaya satu sama lain, saling support
antarkaryawan, dan dapat menumbuhkan semangat dalam diri karyawan untuk
terus berkarya dan bekerja dengan kemampuan maksimal yang dimilikinya.
Sehingga, perusahaan mengharapkan dapat tercapainya tujuan perusahaan.
Sesungguhnya, penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan
kerjasama dari semua pihak, antara lain:
1. Pembimbing I, Adolfo Eko Setyanto dan Pembimbing II, Aryanto Budhy
yang dengan sabar membantu dan meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu
selama pengerjaan skripsi ini berlangsung.
2. Pihak PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan Surakarta, terutama di
bagian SDM yang telah banyak membantu dalam pemberian data dan
informasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Keluarga besar “IPB Lovers”, Hari Purnomo Hidayat, S.I.Kom., Risma
Hasnawaty, S.Sos., Nyayu Ade Ilmiyati, S.I.Kom., Abung Supama Wijaya,
S.I.Kom, Ezi Hendri, S.I.Kom, Alifiah Ghaniyyu Widyaningrum, dan Alit
Lutfia Hafi yang selalu menjadi tempat berbagi dan berdiskusi yang baik dan
menyenangkan.
4. Teman-teman Ilmu Komunikasi Swadana Transfer 2008 seperjuangan, Ulva
Widyaningrum, Aditya Drea, Gunawan Wibisono, dan lainnya atas segala
bantuannya dalam membantu kelancaran pengerjaan skripsi ini.
5. Eko Setiawan, S.I.Kom atas waktu dan dukungannya dalam membantu proses
akhir pengerjaan skripsi ini hingga selesai.
6. Mas Eka Nada Shofa A., serta teman-teman di komisariat FISIP HMI, yang
telah berbagi semangat, ilmu, pengalaman, dan literatur.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
penulisan skripsi ini.
Surakarta, Januari 2011
Ferra Afrina
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... iii
PERSEMBAHAN ................................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi
DAFTAR TABEL .................................................................................. xii
ABSTRAK .............................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
D. Kajian Teori ...................................................................................... 5
1) Iklim Komunikasi dalam Organisasi .......................................... 5
2) Kompensasi .................................................................................. 20
3) Disiplin Kerja Karyawan ............................................................. 22
4) Hubungan Iklim Komunikasi, Tingkat Kompensasi, dan Disiplin Kerja Karyawan....................................................... 29
E. Hipotesis ........................................................................................... 29
F. Definisi Konsep ................................................................................ 31
1) Iklim Komunikasi ....................................................................... 31
2) Kompensasi .................................................................................. 32
3) Disiplin Kerja Karyawan ............................................................. 32
G. Definisi Operasional ......................................................................... 32
1) Variabel Iklim Komunikasi ......................................................... 32
2) Variabel Kompensasi ................................................................... 35
3) Variabel Disiplin Kerja Karyawan............................................... 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
H. Metodologi Penelitian ....................................................................... 37
1) Jenis Penelitian ............................................................................ 37
2) Lokasi Penelitian ......................................................................... 38
3) Populasi dan Sampel ................................................................... 38
4) Jenis Data .................................................................................... 39
5) Teknik Analisa Data ................................................................... 39
BAB II DESKRIPSI LOKASI .............................................................. 40
A. Sejarah PT. PLN (Persero) APJ Surakarta ........................................ 40
B. Budaya Perusahaan ........................................................................... 45
C. Dasar Hukum Perusahaan ................................................................. 49
D. Struktur Organisasi ........................................................................... 50
E. Kewajiban dan Larangan .................................................................. 59
F. Sanksi Disiplin .................................................................................. 63
BAB III PENYAJIAN DATA ............................................................... 67
A. Variabel Iklim Komunikasi ............................................................... 67
1) Kepercayaan kepada karyawan dalam mengambil resiko .......... 67
2) Pemberian tanggung jawab kepada karyawan dalam bentuk tugas dan pekerjaan ......................................................... 70
3) Penyediaan informasi yang terbuka bagi karyawan tentang perusahaan ...................................................................... 72
4) Memperoleh informasi yang dapat dipercaya dari karyawan ..... 76
5) Partisipasi karyawan dalam pembuatan keputusan ..................... 79
B. Variabel Kompensasi ........................................................................ 85
C. Variabel Disiplin Kerja Karyawan .................................................... 89
1) Disiplin waktu ............................................................................. 89
2) Disiplin terhadap tugas dan tanggung jawab .............................. 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV ANALISIS DATA .................................................................... 95
BAB V PENUTUP .................................................................................. 102
A. Kesimpulan ....................................................................................... 102
B. Saran ................................................................................................. 103
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 105
LAMPIRAN ............................................................................................ 108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Tabel Halaman
1. Bagian-Bagian yang Berinteraksi dalam Iklim Komunikasi Organisasi ..................................................................................... 11
2. Bagan Hipotesis ............................................................................ 31
3. Salah satu target PT. PLN (Persero) APJ Surakarta yang ditempel di dalam lift ........................................................... 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tingkat Pendidikan Karyawan PT. PLN (Persero)
APJ Surakarta ............................................................................... 52
2. Pengetahuan Karyawan atas Pekerjaannya .................................. 67
3. Keberanian Karyawan dalam Mengambil Resiko ....................... 68
4. Kesiapan Karyawan dalam Menerima Sanksi ............................. 69
5. Pemberian Tanggung Jawab oleh Atasan .................................... 70
6. Pelaksanaan Tugas Sesuai dengan Ketentuan yang Berlaku ....... 70
7. Tuntutan Karyawan untuk Bekerja dengan Jujur,Tertib, dan Cermat .................................................................................. 71
8. Kemudahan Karyawan dalam Memperoleh Informasi tentang Kebijakan Perusahaan ..................................................... 72
9. Kemudahan karyawan dalam Mengakses Informasi Seluas-Luasnya Tentang Perusahaan ........................................... 73
10. Pemberian Informasi dari Berbagai Media Secara Berkala ......... 74
11. Dialog Atasan-Bawahan untuk Membahas Hal-Hal Tertentu Mengenai Perusahaan .................................................... 75
12. Karyawan Memberikan Informasi yang Benar dan Terbuka Sesuai dengan Fakta ................................................................... 76
13. Kesediaan Atasan untuk Mendengarkan dan Menerima Informasi dari Karyawannya ........................................................ 77
14. Kesediaan Atasan Memberi Nasehat atas Kekeliruan Informasi yang Disampaikan Karyawannya ................................................. 78
15. Kesempatan Karyawan untuk Mengemukakan Pendapat ............ 79
16. Kemudahan Karyawan dalam Mengutarakan Usulan Maupun Keluhan ......................................................................................... 80
17. Kemampuan Karyawan untuk Diajak Bekerjasama dalam Meraih Prestasi .............................................................................. 81
18. Kesungguhan dan Fokus Karyawan dalam Bekerja .................... 82
19. Kemampuan Karyawan dalam Menampilkan Hasil Kerja yang Maksimal .................................................................... 82
20. Kesempatan Karyawan untuk Mengerjakan Tugas Tertentu di Luar Pekerjaan yang Biasa Dilakukannya ............................... 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21. Iklim Komunikasi ......................................................................... 84
22. Besar Kompensasi Karyawan ...................................................... 85
23. Kesesuaian Kompensasi yang Telah Diberikan ............................ 86
24. Kompensasi .................................................................................. 87
25. Ketepatan Karyawan Masuk Kantor ............................................. 89
26. Kesesuaian Karyawan Pada Jam Pulang Kantor ........................... 89
27. Karyawan Mematuhi Prosedur Kerja dan Ketentuan yang Berlaku di Perusahaan .................................................................. 90
28. Pengerjaan Tugas Secara Maksimal ............................................ 91
29. Izin Tidak Masuk Kantor .............................................................. 92
30. Disiplin Kerja Karyawan .............................................................. 93
31. Nilai-Nilai Variabel Iklim Komunikasi (X1), Tingkat Kompensasi (X2), dan Disiplin Kerja Karyawan (Y) .................. 96
32. Hubungan Antara Iklim Komunikasi (X) dengan Disiplin Kerja Karyawan (Y) ..................................................................... 98
33. Hubungan Antara Tingkat Kompensasi (X2) dengan
Disiplin Kerja Karyawan (Y) ....................................................... 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
FERRA AFRINA, IKLIM KOMUNIKASI DAN TINGKAT KOMPENSASI DENGAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN (Studi Deskriptif Korelasional Antara Iklim Komunikasi dan Tingkat Kompensasi dengan Disiplin Kerja Karyawan di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan Surakarta), Skripsi, FISIP, UNS.
Persoalan disiplin kerja karyawan di suatu perusahaan tentu menjadi tuntutan dan tanggung jawab bersama dalam menertibkannya. Jika presensi kehadiran karyawan rendah, maka lama-kelamaan dapat merugikan perusahaan. Di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, hal ini juga ikut menjadi perhatian, dimana masih ditemukannya karyawan yang datang terlambat. Oleh karena itu, perlu adanya iklim komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan untuk dapat saling mengingatkan dan percaya satu sama lain. Kemudian, adanya penghargaan yang diberikan perusahaan, seperti reward yang sesuai atas prestasi yang telah dicapai oleh karyawan.
Untuk itu, pada penelitian kali ini ingin menjawab dua rumusan masalah yakni; Apakah iklim komunikasi berhubungan dengan disiplin kerja karyawan di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta? Dan apakah tingkat kompensasi berhubungan dengan disiplin kerja karyawan di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta?
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode jenis survai yang dimaksudkan sebagai penelitian penjelasan (explanatory atau confirmatory), yang lazim juga disebut sebagai penelitian uji (testing research) yakni untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa.
70 karyawan di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta merupakan populasi dalam penelitian ini. Kemudian, teknik analisa data yang digunakan adalah statistik non parametris dengan menggunakan analisa tabulasi silang (crosstabs), yakni metode tabulasi untuk melihat hubungan antara dua variabel dalam satu tabel dan merangkum data dengan dua atau lebih variabel secara bersamaan. Hasilnya menunjukkan, bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat dan positif antara iklim komunikasi dengan disiplin kerja karyawan di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, yakni dipengaruhi oleh unsur kepercayaan, tanggung jawab, ketersediaan informasi, partisipasi, dan perhatian karyawan yang penuh terhadap pekerjaan. Selanjutnya, terdapat hubungan yang kurang kuat pada korelasi antara tingkat kompensasi dengan disiplin kerja karyawan, yang disebabkan oleh beberapa kriteria lain yang menjadi penilaian perusahaan dalam memberikan kompensasi pada karyawannya, seperti sasaran dan kontribusi individu yang dipantau atasan selama satu semester.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
FERRA AFRINA, COMMUNICATION CLIMATE AND COMPENSATION LEVEL WITH EMPLOYEES DISCIPLINE OF WORK (Descriptive Correlation Study Between Communication Climate and Compensation Level With Employees Discipline of Works at PT. PLN (Persero) Service Area and Network Surakarta), Thesis, Social and Political Sciences Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta, 2010.
The problem of employees discipline of works in a certain company of
course be a demand and responsibility to control it. If a presence of employees is low, therefore finally it can make a company to be lose. At PT. PLN (Persero) APJ Surakarta this case be attention where still finds the employees who come late. Because it, need a good communication climate between director and staff in order to warn and believe each other. Then, need a reward which a given by company to employees who have a good achievement.
In this research, researcher wanted to answer two formulation of the problem, that is: Is there correlation between communication climate and employees discipline of work at PT. PLN (Persero) APJ Surakarta? And whether compensation level has a correlation with employee discipline of work at PT. PLN (Persero) APJ Surakarta?
This research is a quantitative study using a survey type of research is intended as an explanation (explanatory or confirmatory), also commonly referred to as a research test (testing research) that is to explain the causal correlation between variables by testing the hypothesis.
70 employees of PT. PLN (Persero) APJ Surakarta be a population of this research. Then, technique of data analysis which used is statistic non parametric with use crosstabs analysis, that is tabulation method to looking for a correlation between two variable in one table, to collect data with two or more variable in one time. The output shows there is a solid and positive correlation between communication climate and employees discipline of work at PT. PLN (Persero) APJ Surakarta that is influenced by trust, responsibility, information, participation, and full attention of employees for the task. Then, there is a weak correlation between compensation level and employees discipline of work, which caused by some other criteria to be a company assessment to give compensation for their employees, likes a individual target and contribution which evaluated by director in one semester.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran komunikasi sangat penting bagi manusia dalam kehidupannya
sehari-hari, sesuai dengan fungsi komunikasi yang bersifat persuasif,
edukatif, dan informatif. Kebutuhan akan komunikasi memang sangat
diperlukan untuk menjalin hubungan antar individu (personal) maupun
kelompok. Namun bahasan komunikasi tidak hanya sebatas itu saja, apalagi
jika dikaitkan dengan suatu perusahaan, dimana di dalamnya terdapat struktur
organisasi, peraturan, pengambilan keputusan, dan berbagai kebijakan.
Kemampuan komunikasi dapat kita lihat sejauh mana kuatnya iklim dalam
melakukan perubahan pada sikap seseorang.
Setiap individu yang berada dalam suatu lingkup organisasi,
diharapkan dapat menyesuaikan dirinya atau beradaptasi sesuai dengan
lingkungan/ kondisi sekitar. Karena, di dalam organisasi sendiri sudah
mempunyai tata tertib dan aturan yang menuntut karyawannya untuk
melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.
PT. PLN (Persero) sebagai perusahaan besar yang menangani
kelistrikan negara, tentunya memiliki karyawan yang banyak. PLN berupaya
penuh pada penyediaan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang memadai
untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan
merata. Maka dari itu, perusahaan berupaya secara optimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mempersembahkan profesionalitas kerja, serta produk dan layanan terbaik
bagi pelanggan dan stakeholders.
Sebagai perusahaan yang terkemuka, PT. PLN (Persero) terus
berupaya dalam meningkatkan kinerja karyawannya agar menjadi perusahaan
pilihan yang menghasilkan kinerja terbaik. PLN dituntut untuk memberikan
kepuasan kepada para pelanggannya, karena eksistensi PLN dipertaruhkan di
tangan para pelanggan. Ketergantungan PLN terhadap pelanggan sangat
besar, sehingga PLN perlu meningkatkan citra perusahaan melalui pelayanan
pelanggan. Untuk dapat melayani dan memuaskan pelanggan, PLN telah
berupaya melakukan berbagai langkah yang berkaitan dengan penataan dan
pengorganisasian yang sesuai dengan arah perubahan organisasi (yakni
menciptakan iklim dan budaya perusahaan yang mampu meningkatkan
produktivitas kerja perusahaan), dimana tujuan akhirnya adalah menjadikan
PLN yang baru.1
Kini, secara terus-menerus PLN berusaha meningkatkan aset
berharganya yakni sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki, karena SDM
tersebut merupakan kunci usaha dalam mencapai misi PT. PLN (Persero)
Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Surakarta. Maka dari itu, persoalan
disiplin kerja seorang karyawan begitu penting di dalam suatu perusahaan,
sebab perusahaan akan lebih mudah mencapai tujuannya apabila terdapat
disiplin kerja yang tinggi dari setiap karyawan, begitupun sebaliknya. Disiplin
di sini bukan sekedar persoalan waktu saja, melainkan juga bagaimana
1 Dian Esti Nurati, Tesis, Iklim Komunikasi Organisasi dan Kinerja Humas, (Program Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi UNS, 2003)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
seorang karyawan dituntut untuk mempunyai tanggung jawab dan
mendisiplinkan diri terhadap tugas dan aturan yang telah ditetapkan sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan. Namun kenyataannya, dilihat
dari presensi kehadiran karyawan, masih ada saja beberapa karyawan yang
datang terlambat2, walaupun pada dasarnya keterlambatan masih bisa
ditolerir. Tapi, jika pemakluman seperti itu terus-menerus terjadi, maka lama-
kelamaan dapat merugikan perusahaan. Oleh karena itu, perlu adanya
perhatian dari atasan/ perusahaan untuk menegur karyawannya soal
kedisiplinan seperti ini.
Disiplin merupakan kunci keberhasilan guna tercapainya efisiensi dan
efektivitas dalam menyelesaikan tugas pekerjaan, karena ketidakdisiplinan
hanya akan menghambat pemenuhan kebutuhan karyawan itu sendiri. Hal
inilah yang perlu ditanamkan secara terus-menerus agar menjadi suatu
kebiasaan baik dalam perusahaan. Tata tertib diperlukan sebagai salah satu
sarana untuk melakukan proses pembinaan kedisiplinan karyawan, sehingga
tercipta suasana kerja yang tenang dan kondusif untuk dapat meningkatkan
produktivitas kerja yang optimal untuk kelestarian Perseroan.
Disebutkan juga pada Tesis yang ditulis Dian Esti, bahwa atasan/
perusahaan kurang memberikan penghargaan/ pengakuan yang cukup
memadai terhadap prestasi kerja karyawannya. Namun, jika karyawan tidak
berhasil atau melakukan kesalahan, punishment-lah yang diberlakukan. Hal
ini yang dianggap tidak seimbang, karena karyawan merasa tidak dihargai
2 Lihat presensi karyawan pada lampiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
atas pengabdian dan dedikasinya. Para karyawan tersebut rupanya lupa
bahwa, jika dilihat dari gaji yang diberikan perusahaan cukuplah besar untuk
karyawan BUMN seperti di PT. PLN (Persero). Maka dari itu, sudah
seharusnya karyawan menjalankan tanggung jawab yang diberikan
perusahaan.
Berdasarkan kesimpulan yang didapat pada penelitian terdahulu oleh
M. Priongko Irsyak di PT. Bank BNI Cabang Surakarta, korelasi antara iklim
komunikasi organisasi dengan disiplin kerja karyawan sudah berjalan dengan
baik, namun ketika kompensasi dijadikan sebagai kontrol terhadap keduanya
menjadikan hubungan iklim komunikasi organisasi dengan disiplin kerja
karyawan sangat kecil. Hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan, bahwa
kompensasi juga dapat berpengaruh terhadap hasil akhir, tergantung kepada
lingkup perusahaan yang diamati.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, yang disesuaikan juga
dengan keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan agar penelitian ini
dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka dalam hal ini penulis ingin
memberikan batasan pada masalah yang akan diteliti. Untuk itu, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah iklim komunikasi berhubungan dengan disiplin kerja karyawan di
PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan Surakarta?
2. Apakah tingkat kompensasi berhubungan dengan disiplin kerja karyawan
di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan Surakarta?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui adanya hubungan antara iklim komunikasi dengan
disiplin kerja karyawan di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan
Jaringan Surakarta.
2. Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat kompensasi dengan
disiplin kerja karyawan di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan
Jaringan Surakarta.
Sesuai dengan tujuan akademik penelitian ini yakni menguji suatu
hipotesis, yang hasilnya dapat ditambahkan ke dalam body of knowledge dari
ilmu komunikasi yang bersangkutan.
D. Kajian Teori
1) Iklim Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi dalam organisasi sangat berperan penting dalam
mewujudkan tujuan organisasi. Komunikasi merupakan jiwa interaksi
sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Begitu pula di dalam suatu
perusahaan, komunikasi diperlukan untuk menjalin hubungan yang
harmonis dan tukar-menukar informasi antara yang satu dengan yang
lainnya, seperti pimpinan dengan anggota organisasi atau sebaliknya dari
anggota organisasi dengan pimpinannya, dan antarsesama anggota
organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Menurut Littlejohn dan Foss, karakteristik komunikasi menurut
tingkatannya (level) dibagi menjadi empat, yakni:
“Interpersonal communication deals with communication between people, usually in face-to-face, private settings. Group communication relates to the interaction of people in small groups, usually in decision making settings. Organizational communication occurs in large cooperative networks and includes virtually all aspects of both interpersonal and group communication. It encompasses topics such as the structure and function of organizations, human relations, communication and the process of organizing, and organizational culture. Mass communication deals with public communication, usually mediated.3”
(Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antar individu yang biasanya bersifat tatap muka dan konteksnya pribadi. Komunikasi kelompok berkaitan dengan interaksi antara orang-orang di dalam kelompok kecil, biasanya dalam konteks pengambilan keputusan. Komunikasi organisasi terjadi di dalam sebuah organisasi yang memiliki jaringan yang besar, dan mencakup hampir semua aspek dari komunikasi interpersonal dan kelompok. Dimana didalamnya melibatkan struktur dan fungsi organisasi, proses organisasi, dan budaya organisasi. Komunikasi massa bersifat publik dan biasanya menggunakan media)
Federico Varona dalam jurnal internasional berikut ini
menuliskan keterkaitan beberapa aspek yang mempengaruhi komunikasi
organisasi:
“Redding (1978) in an analysis of several studies, reported that communication satisfaction was used to refer to the overall degree of satisfaction an employee perceives in the total communication environment. Downs and Hazen's (1977) and Downs' (1990) research indicates that communication satisfaction is a multidimensional construct. These researchers define the term as an individual's satisfaction with various aspects of communication in the
3 Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Theories of Human Communication, Eight Edition, (Canada: Wadsworth, 2005), hlm 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
organization, including organizational information, personal feedback, job information, supervisor communication, communication climate, horizontal communication, media quality, subordinate communication, top management communication, and interdepartmental communication.”4
(Redding (1978) dalam analisis beberapa studi, menunjukkan bahwa kepuasan komunikasi mengarah pada tingkatan kepuasan karyawan di dalam lingkungannya. Pada penelitian Downs dan Hazen's (1977) dan Downs' (1990) menunjukkan bahwa kepuasan komunikasi disebut sebagai multidimensi kepuasan komunikasi. Hal tersebut tergantung kepada berbagai aspek, seperti komunikasi dalam organisasi, termasuk di dalamnya informasi organisasi, umpan balik pribadi, informasi pekerjaan, komunikasi kepada atasan, iklim komunikasi, komunikasi horizontal, media yang berkualitas, komunikasi kepada bawahan, komunikasi manajemen puncak, dan komunikasi antar departemen.)
Redding mencetuskan konsep baru yang disebut sebagai iklim
komunikasi keorganisasian (organizational communication climate)-
kemudian terkenal dengan sebutan iklim komunikasi. Konsep iklim
komunikasi sendiri menunjukkan bahwa persepsi-persepsi kognitif dan
afektif karyawan tentang perusahaan secara keseluruhan mempengaruhi
perilaku formal di dalam perusahaan.5 Pace dan Faules juga menyatakan
bahwa iklim komunikasi melibatkan interaksi antara tiga bagian, yakni
persepsi (termasuk sikap dan harapan atau kepuasan karyawan), ciri-ciri
khas organisasi (kesediaan informasi, kondisi kerja, penyeliaan, imbalan,
kemajuan, rekan sekerja, dan kebijakan organisasi), dan kerjasama
4 Federico Varona, American Communication Journal, Conceptualization and Management of Communication Satisfaction and Organizational Commitment in Three Guatemalan Organizations, Volume 5, Issue 3, Spring 2002 5 Andre Hardjana, Jurnal Ilmu Komunikasi, Iklim Organisasi: Lingkungan Kerja Manusiawi, Volume 3, Nomor 1, 2006
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
(saling mempercayai dan pengambilan resiko, dukungan, tanggung
jawab, keterbukaan dan kecermatan arus informasi ke bawah, perhatian,
tulus, dan pengertian terhadap arus informasi ke atas, pengaruh bawahan
dalam pembuatan keputusan, dan kepedulian tentang kinerja tinggi dan
tantangan kerja).
Faktor eksternal diri tentu sangat mempengaruhi individu di suatu
perusahaan. Seperti suasana kantor yang kondusif, kedekatan dengan
rekan kerja, peraturan dan kebijakan-kebijakan yang dibuat atasan dapat
berpengaruh pada suasana hati, motivasi bekerja, komunikasi dan
hubungan/ interaksi yang dilakukan oleh seorang karyawan.
Pada buku “Organisasi Perusahaan”, iklim disebutkan di dalam
faktor-faktor hambatan antar pribadi. Hal tersebut menurut
Reksohadiprodjo dan Handoko, hubungan yang terjadi dalam suatu
organisasi antara atasan dan bawahan berasal dari perlakuan yang
diterima setiap pihak dan seperti apa feedback ini diinterpretasikan. Pada
saat komunikasi berlangsung, perasaan-perasaan yang muncul akan
membatasi dan mempengaruhi cara-cara berkomunikasi satu sama lain.
Kombinasi sikap seperti inilah yang akan membentuk iklim (suasana)
hubungan antarpribadi. Jika terjadi suasana yang negatif, maka
komunikasi akan mengarah kepada penolakan aliran komunikasi; bisa
saja bawahan melakukan manipulasi informasi, dan muncul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
ketidakpercayaan satu sama lainnya. Akibatnya, efektivitas perusahaan
akan menurun.6
Pace dan Faules mengutip pendapat Falcione et al. (1987) yang
mengasumsikan bahwa iklim berkembang dari interaksi antara sifat-sifat
suatu organisasi dan persepsi individu atas sifat-sifat tersebut. Iklim
dipandang sebagai suatu kualitas pengalaman subyektif yang berasal dari
persepsi atas karakter-karakter yang relatif langgeng pada organisasi.7
Komunikasi organisasi internal sangat berhubungan dengan
kenyamanan iklim komunikasi dan iklim organisasi di dalam suatu
organisasi. Pada buku yang sama, Pace juga mengutip pendapat Payne
dan Pugh, yang mendefinisikan iklim organisasi sebagai “suatu konsep
yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap,
tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu sistem sosial”8.
Adapun pendapat lain yakni, Litwin dan Stringers memberikan beberapa
dimensi iklim organisasi, sebagai berikut:
1. Rasa tanggung jawab 2. Standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan 3. Ganjaran (reward) 4. Rasa persaudaraan 5. Semangat tim9
Secara garis besar, iklim organisasi dapat dirasakan oleh para
warga atau anggotanya salah satu dari dua kecenderungan bagus atau
6 Sukanto Reksohadiprodjo dan T. Hani Handoko, Organisasi Perusahaan - Teori Struktur dan Perilaku, (Yogyakarta: BPFE, 1992), hlm 186-187 7 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm 149 8 Arny Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm 82 9 Ibid, hlm 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
buruk. Seperti diungkapkan Ruben (1988) yang dikutip oleh Pawito,
bahwa dapat dikatakan terdapat iklim yang bagus apabila suatu
organisasi memiliki kecenderungan:
“(a) adanya sportivitas dalam hal komunikasi antara atasan dan bawahan (supportiveness of superior-subordinated communication), (b) kualitas personal dan keakuratan yang menyangkut komunikasi dari atasan kepada bawahan (personal quality and accuracy of downward communication), (c) adanya nuansa keterbukaan dalam hubungan atasan dan bawahan (perceived openness of the superior-subordinate relationship), (d) adanya peluang bagi bawahan untuk menyampaikan aspirasi dan/atau saran-saran kepada atasan (opportunities and degree of influence of upward communication), (e) adanya jaminan, yang barangkali bersifat relatif, yang menyangkut informasi dari bawahan serta rekan kerja (perceived reliability of information from subordinates and co-work).”10
Pada Gambar 1. di bawah ini menunjukkan cara dan urutan
perkembangan iklim komunikasi dalam suatu organisasi dan
mengidentifikasi komponen-komponen yang berperan serta dalam iklim
tersebut.
1. Unsur-unsur dasar yang membentuk suatu organisasi, yaitu:11
a. Anggota organisasi; yakni karyawan yang terlibat dalam beberapa
kegiatan primer, meliputi pembentukan gagasan, konsep, dan
pemecahan masalah.
b. Pekerjaan dalam organisasi; yakni tugas-tugas karyawan, baik
formal maupun informal yang nantinya akan menghasilkan produk
dan memberikan pelayanan perusahaan.
10 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara, 2008), hlm 12 11 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Op. cit., hlm 149-153
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
c. Praktik-praktik pengelolaan; yakni pemberdayaan karyawan oleh
manajer dalam membuat suatu keputusan. Dimana, setiap top
manajemen selalu membutuhkan peranan setiap karyawan dalam
membantu kelangsungan suatu perusahaan, di samping fungsi
manajer yakni melakukan perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan kepegawaian, pengarahan, dan pengendalian.
d. Struktur organisasi; lebih merujuk kepada hubungan antara tugas-
tugas yang dilaksanakan oleh anggota organisasi. Terdapat tiga
variabel kunci yang menentukan struktur organisasi, yaitu
kompleksitas, formalisasi (merujuk kepada derajat standarisasi dan
tugas-tugas), dan sentralisasi (merujuk kepada derajat konsentrasi
pembuatan keputusan pada satu jabatan dalam organisasi).
e. Pedoman organisasi; yakni serangkaian pernyataan yang
mempengaruhi, mengendalikan, dan memberi arahan bagi anggota
organisasi dalam mengambil keputusan dan tindakan. Dalam
pedoman ini berisi informasi mengenai tujuan organisasi, apa yang
harus dikerjakan, bagaimana seharusnya mereka berpikir tentang
masalah yang ada, beserta solusinya dan tindakan yang harus
dilakukan guna keberhasilan organisasi tersebut.
2. Unsur-unsur dasar organisasi tersebut dipahami secara selektif untuk
menciptakan resepsi-resepsi makro, yakni evaluasi dan reaksi yang
menunjukkan seberapa baik keseluruhan unsur ini beroperasi bagi
kebaikan anggota organisasi itu sendiri. Karena iklim komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
organisasi dibangun atas dasar persepsi dari kondisi kerja, upah,
kenaikan pangkat, hubungan dengan rekan sekerja, peraturan, sumber
daya yang tersedia, dan cara-cara memotivasi anggota organisasinya.
3. Pengaruh komunikasi dalam fungsi kegiatan organisasi ingin
menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut
mempercayai mereka dan memberi mereka kebebasan dalam
mengambil resiko; menyediakan informasi ke bawah yang terbuka dan
cukup mengenai organisasi; memberikan nasehat dan saran yang
membangun kepada bawahan; memberikan informasi ke atas yang
dapat dipercaya dan terus terang; dan menaruh perhatian pada tujuan
organisasi yang bermutu tinggi; serta menaruh dukungan kepada rekan
lainnya dalam melaksanakan tugas secara kreatif dan menawarkan
gagasan-gagasan inovatif bagi penyempurnaan organisasi dan
operasinya.
Iklim komunikasi oleh Pace dan Faules didefinisikan sebagai:
“Gabungan-gabungan dari persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respons pegawai terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antarpersona, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam perusahaan tersebut yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi.”12
Iklim komunikasi menggambarkan suatu komunikasi yang
dilakukan pada semua level, baik individu maupun organisasi. Iklim
komunikasi digunakan untuk meneliti reaksi-reaksi persepsi anggota
organisasi atau informasi-informasi mengenai seluruh aspek organisasi
12 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Op. cit., hlm 147
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
yang relevan dan berguna bagi anggota organisasi. Informasi-informasi
dalam iklim organisasi menggambarkan seberapa besar komunikasi
mampu memotivasi dan merangsang anggota organisasi untuk
mendukung tujuan organisasi.13
Pada suatu perusahaan, iklim komunikasi dapat mempengaruhi
cara hidup seseorang: kepada siapa kita berbicara, siapa yang kita sukai,
bagaimana perasaan kita, bagaimana kegiatan kerja kita, bagaimana
perkembangannya, apa yang ingin dicapai, dan bagaimana menyesuaikan
diri dengan perusahaan. Maka dari itu, Redding (1972) menyatakan
bahwa “iklim komunikasi organisasi jauh lebih penting daripada
keterampilan atau teknik-teknik komunikasi lainnya semata-mata dalam
menciptakan suatu perusahaan yang efektif”.14 Dengan mengetahui iklim
suatu perusahaan, maka dapat dipahami lebih baik apa yang mendorong
karyawan perusahaan untuk bersikap dengan cara-cara tertentu.
Iklim komunikasi dianggap penting karena dapat menjembatani
praktik-praktik pengelolaan sumber daya manusia dengan produktivitas
dan kinerja karyawan. Penelitian menunjukkan bahwa iklim komunikasi
yang terbuka lebih disukai karena dapat meningkatkan semangat dan
produktivitas, serta mempererat hubungan antar personil. Tidak seperti
pada iklim komunikasi tertutup, yang dapat berakibat kehilangan bisnis
dan merusak reputasi perusahaan. Pada iklim komunikasi terbuka,
karyawan bebas untuk mengekspresikan pendapat, keluhan, dan 13 Dikutip dari jurnal Anne Mathews, Jurnal Leadership & Motivation, 2000 dalam Tesis Iklim Komunikasi Organisasi dan Kinerja Humas 14 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Op. cit., hlm 148
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
memberikan saran kepada atasan mereka. Karyawan dapat berbicara
dengan bebas di antara mereka sendiri tentang suatu kebijakan atau
keputusan mengenai produksi mereka, personil, atau masalah pemasaran.
Informasi bebas, tanpa adanya distorsi ke atas, ke bawah, dan horizontal
di seluruh organisasi. Tiga karakteristik pengukurnya yakni dukungan,
partisipatif/ keikutsertaan, dan kepercayaan.15
Betapa pentingnya kegiatan iklim komunikasi dalam suatu
perusahaan juga diungkapkan oleh Satria Kusuma dalam kesimpulan di
tesisnya, yakni:
“Aktivitas komunikasi yang terjadi dalam organisasi akan menjadi salah satu indikator bagi pertumbuhan organisasi. Sementara iklim komunikasi dalam organisasi merupakan salah satu variabel yang cukup berpengaruh bagi keberhasilan organisasi. Terjalinnya suatu pola komunikasi yang baik akan berdampak pada rasa penghargaan yang dirasakan oleh karyawan dan hal ini akan berkaitan pula pada proses penumbuhan rasa memiliki terhadap perusahaan serta rasa kebersamaan dalam memenuhi tujuan yang hendak dicapai. Aspek konsolidasi internal organisasi dengan komunikasi dialogis dan terbuka, baik formal maupun informal merupakan aspek yang tidak bisa diabaikan, karena sikap mengabaikan terhadap pentingnya aspek tersebut, dikemudian hari dapat menjadi boomerang dan persoalan serius yang dapat menghambat kemajuan organisasi.”16
Arni Muhammad mengutip pendapat Redding yang ikut
mengemukakan lima dimensi penting dari iklim komunikasi, yaitu:17
1. “Supportiveness”, atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu
15 William J. Buchholz, Open Communication Climate, Bentley College, Waltham, Massachusetts, 2001, http://atc.bentley.edu/faculty/wb/printables/opencomm.pdf 16 Satria Kusuma FM, Op cit., hlm 13 17 Arni Muhammad, Op cit., hlm 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
mereka membangun dan menjaga perasaan diri menjadi berharga dan penting.
2. Partisipasi membuat keputusan. 3. Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan
rahasia. 4. Keterbukaan dan keterusterangan. 5. Tujuan kinerja tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja
dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.
Pada penelitian yang dilakukan di salah satu perusahaan di
Guatemala, Varona mengungkapkan:
“They indicated that communication satisfaction occurs when ideas are interchanged within a climate characterized by trust, respect, support, honesty, constructive feedback, and mutual understanding.”18
(Atasan dan karyawan menunjukkan bahwa kepuasan komunikasi terjadi ketika ide-ide yang dipertukarkan dalam iklim dicirikan oleh kepercayaan, rasa hormat, dukungan, kejujuran, umpan balik konstruktif, dan saling pengertian.)
Unsur-unsur dalam perusahaan memang tidak secara langsung
menciptakan iklim komunikasi, tetapi pengaruhnya tergantung pada
persepsi karyawan mengenai nilai, hukum, dan peraturan tersebut, yaitu
apakah hukum dan peraturan harus diabaikan?
Pace dan Faules mengutip pendapat Redding mengenai pengaruh
komunikasi dalam iklim komunikasi organisasi:
“Iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa: 1. Organisasi tersebut mempercayai mereka dan memberi
mereka kebebasan dalam mengambil resiko. 2. Mendorong mereka dan memberi mereka tanggung jawab
dalam mengerjakan tugas-tugas mereka. 3. Menyediakan informasi yang terbuka dan cukup tentang
organisasi. 18 Federico Varona, Op cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
4. Mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh informasi yang dapat dipercayai dan terus terang dari anggota organisasi.
5. Secara aktif memberi penyuluhan kepada para anggota organisasi sehingga mereka dapat melihat bahwa keterlibatan mereka penting bagi keputusan-keputusan dalam organisasi.
6. Menaruh perhatian pada pekerjaan yang bermutu tinggi dan memberi tantangan.”19
Dirinci lebih lanjut dalam indikator pada penelitian ini, yakni:
1. Kepercayaan kepada karyawan dalam mengambil resiko. Atasan
memberikan kepercayaan penuh kepada karyawan beserta cara
kerjanya dalam pelaksanaan tugas yang diberikan, dan karyawan
harus siap menanggung segala resiko atas tugas yang dikerjakan. Hal
ini dapat dijadikan sebagai penilaian mengenai seberapa jauh
karyawan tersebut memahami setiap tugas yang dikerjakan.
2. Pemberian tanggung jawab kepada karyawan dalam bentuk tugas
pekerjaan. Pada waktu tertentu, atasan dapat memberikan tugas
tertentu atau mengikutsertakan karyawannya pada program
perusahaan sebagai bentuk kepercayaan oleh atasan dan bahan
penilaian sejauh mana seorang karyawan memahami tugas
pekerjaannya.
3. Penyediaan informasi yang terbuka bagi karyawan tentang
perusahaan. Perusahaan dengan terbuka memberikan informasi
selengkap mungkin agar karyawan juga paham mengenai hal-hal
yang terjadi di internal perusahaan secara mendalam melalui media
19 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Op cit., hlm 154
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
yang ada, bahkan sesekali melakukan dialog langsung dengan para
karyawan untuk membahas beberapa persoalan penting yang ada di
perusahaan.
4. Penerimaan informasi dari karyawan yang dapat dipercaya.
Kesempatan melakukan diskusi internal dengan atasan, guna
menimbulkan kebiasaan berpikir bersama dan menciptakan iklim di
kalangan pimpinan agar terbiasa mendengarkan gagasan-gagasan
yang diberikan oleh bawahan. Sebisa mungkin informasi yang
diberikan kepada atasan adalah informasi yang akurat dan dapat
dipercaya kebenarannya. Jika terjadi suatu kekeliruan di dalamnya,
maka atasan dapat memberikan nasihat atau masukan agar semua
pekerjaan dapat berjalan dengan baik.
5. Partisipasi karyawan dalam pembuatan keputusan. Para karyawan di
semua tingkatan dalam perusahaan harus diajak berkomunikasi dan
berkonsultasi mengenai semua masalah dalam setiap wilayah
kebijakan perusahaan, yang relevan dengan kedudukan mereka. Hal
ini merupakan bagian terpenting bagi pemimpin perusahaan, karena
berkenaan dengan penentuan tindakan yang perlu dilaksanakan,
siapa yang melakukan, kapan, dimana, dan bagaimana tindakan itu
dilaksanakan pada rapat atau pertemuan, serta sebagai bahan
penilaian kerja tim di antara karyawan, yakni sejauh mana karyawan
mau untuk diajak bekerjasama dalam meraih prestasi. Ketepatan
dalam pengambilan keputusan ditentukan oleh akurasi informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
yang tersedia, maka dari itu perlu dilakukan evaluasi pada setiap
alternatif pemikiran yang terkumpul.
6. Perhatian terhadap pekerjaan karyawan bermutu tinggi dan memberi
tantangan-tantangan. Setiap karyawan di setiap tingkatan harus
memahami tujuan perusahaan, agar setiap pekerjaan yang sungguh-
sungguh dilakukan sesuai dengan arah yang hendak dicapai dan
dapat menampilkan hasil kerja yang maksimal.
Menurut Dian E. Nurati dalam tesisnya mengungkapkan bahwa
iklim komunikasi yang dialogis, efektif dan humanis akan sangat
berpengaruh terhadap suasana yang menyenangkan dan kinerja orang
yang positif serta mendukung tercapainya tujuan dan citra organisasi
yang positif pula.20 Keberhasilan perusahaan juga ditentukan oleh
kesadaran anggota perusahaan untuk memunculkan seluruh potensi
mereka dalam wujud wawasan aspiratif, motivasi kerja, semangat belajar,
inovatif dan semangat bekerjasama.21 Selain itu ada hal yang dipengaruhi
oleh iklim komunikasi dalam suatu perusahaan, yakni komitmen terhadap
perusahaan dan kepuasan kerja. Hal ini penting karena baik untuk
anggota dan perusahaan itu sendiri. Sehubungan dengan penelitian ini,
komitmen yang ditunjukkan merupakan sikap disiplin terhadap aturan
yang berlaku di perusahaan demi tercapainya visi dan misi perusahaan.
20 Dian Esti Nurati, Op cit. 21 Company profile PT. PLN (Persero)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2) Tingkat Kompensasi
Pada setiap kegiatan organisasional perusahaan, setidaknya ada
penghargaan atas pelaksanaan tugas yang baik. Karena, karyawan
bekerja dengan menukarkan waktu, kemampuan, keahlian, dan usaha
mereka untuk imbalan yang bernilai.22 Maka dari itu, pembayaran upah/
gaji harus bijaksana, adil, tidak eksploatif dan sedapat mungkin
memuaskan kedua belah pihak, baik perusahaan maupun personalia.
Salah satu bentuk pengharagaan tersebut adalah diberikannya
kompensasi kepada karyawan.
Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh perusahaan
atas kerja para karyawannya yang dapat dinilai dengan uang dan
mempunyai kecenderungan diberikan secara tetap. Kompensasi dapat
berupa upah, fasilitas kendaraan, perumahan, kesehatan, ekstra fooding
dan lainnya. Hal ini menjadi penting diberikan, karena berpengaruh
terhadap semangat dan gairah kerja karyawan. Dengan demikian, maka
perusahaan dapat menetapkan kompensasi dengan tepat, sehingga dapat
mencapai tujuan perusahaan secara lebih efektif dan efisien.23
Menurut T. Hani Handoko, kompensasi dapat menunjukkan status
dan martabat seorang karyawan, berikut ungkapannya:
“Kompensasi penting bagi karyawan sebagai individu, karena besarnya kompensasi mencerminkan ukuran nilai karya mereka diantara para karyawan itu sendiri, keluarga, dan masyarakat. Tingkat kompensasi absolute karyawan
22 James L. Gibson, John. M. Ivancevich, dan James H. Donnelly, Organisasi (Perilaku, Struktur, Proses). Dalam: A. Dharma (Editor), Edisi Kelima, (Jakarta: Erlangga, 1994), hlm 169 23 Alex S. Nitisemito, Op cit., hlm 149
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
menentukan skala kehidupannya, sedangkan kompensasi relatif menunjukkan status, martabat, dan ‘harga’ mereka. Oleh karena itu, bila para karyawan memandang kompensasi mereka tidak memadai, prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja mereka bisa turun secara dramatis.”24
Maka dari itu, penetapan besarnya kompensasi harus diusahakan
sedemikian rupa, karena ini penting menyangkut resiko yang akan
ditanggung oleh perusahaan, karena mencerminkan upaya perusahaan
untuk mempertahankan sekaligus mengikat sumber daya manusianya.
Seperti kemungkinan perusahaan tidak mendapat karyawan, moral dan
disiplin kerja karyawan sangat rendah. Hal tersebut yang justru akan
merugikan perusahaan dan menjatuhkan nama perusahaan.25 Yang
ditakutkan nantinya adalah ada kecenderungan karyawan pindah ke
perusahaan lain. Namun hal tersebut bukanlah satu-satunya faktor,
karena lingkungan kerja yang baik juga ikut mempengaruhi.
Masih dalam buku yang sama, Nitisemito mengungkapkan
mengenai pemberian kompensasi kepada karyawan, dengan beberapa
pertimbangan sebagai berikut:
1. Berat ringannya pekerjaan 2. Sulit mudahnya pekerjaan 3. Besar kecilnya resiko pekerjaan 4. Perlu tidaknya keterampilan dalam pekerjaan 5. Besar kecilnya tanggung jawab 6. Banyak sedikitnya pengalaman 7. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan26
24 T. Hani Handoko, Op cit., hlm 155 25 Alex S. Nitisemito, Op cit., hlm 151 26 Ibid, hlm 154 dan 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Kompensasi berbasis keterampilan dapat mendorong karyawan
untuk mendapatkan rentang keterampilan yang luas; membantu dan
memenuhi kebutuhan karyawan yang tidak puas dengan kesempatan
pengembangan diri yang minimal. Orang-orang seperti ini dapat
meningkatkan penghasilan dan pengetahuan mereka tanpa perlu suatu
promosi jabatan tertentu; serta mendorong perbaikan kinerja karyawan.
Hal tersebut dinilai dari keterampilan agar memungkinkan rasa adil
dalam diri karyawan daripada faktor-faktor seperti senioritas dan
pendidikan.27
Tidak hanya itu saja, namun kompensasi juga penting sebagai salah
satu bentuk pengakuan dari atasan/ perusahaan terhadap keberadaan
bawahan, selain sebagai suatu penghargaan, agar semakin meningkatkan
motivasi kerja dan kesadaran masing-masing pihak untuk mendukung
keberhasilan perusahaan.
3) Disiplin Kerja Karyawan
Pada umumnya perilaku manusia dalam suatu situasi meliputi
interaksi antara karakteristik personal dengan karakter situasi tersebut.
Maka dari itu, para manajer sebaiknya dapat mengidentifikasi semua
faktor personal dalam suatu waktu, kesulitan yang dihadapi personal dan
tugas-tugas personal. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor manajerial
dalam perilaku organisasional menjadi sangat penting, dimana manajer
sebagai atasan harus cerdas melakukan berbagai pendekatan terhadap
27 Stephen P. Robbins, Op cit., hlm 86-87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
beragam masalah yang terjadi. Gagasan dasar dari pendekatan ini adalah
bahwa tidak ada seorang pun mempunyai langkah yang baik dalam
manajemen, karena hal itu bergantung pada situasi.
Dhanoa & Kleiner, 2000 mengungkapkan hal yang dapat
membantu tercapainya suatu kedisiplinan:
“In order for an organization to avoid legal action, there must be guidelines in place that are well communicated to employees about what constitutes appropriate and inappropriate behavior. There should also be policies and procedures describing what will happen when infractions occur. Perhaps more importantly, due process makes employees feel that they are working in a fair environment where everyone is treated the same way. Consistency is the key. The perception of fairness has become ever more important in our increasingly diverse workplaces.
Even after the best efforts have been made to build a positive climate for adherence to rules and standards of performance and behavior, violations will occur and the supervisor must be adequately prepared to administer constructive discipline in a tactful and effective manner. When disciplining employees, keep in mind four key words: consistency, warning, clarity, and immediacy.”28
(Agar organisasi terhindar dari tindakan hukum, maka harus ada pedoman yang mengatur tentang perilaku karyawan. Selain itu, harus ada kebijakan dan prosedur yang menggambarkan apa yang akan terjadi jika terjadi pelanggaran. Mungkin lebih penting lagi, apabila karyawan dalam lingkungannya merasakan keadilan, di mana setiap orang diperlakukan sama. Konsistensi adalah kuncinya. Persepsi keadilan telah menjadi semakin penting di tempat kerja kita yang semakin beragam.
Bahkan setelah upaya terbaik telah dilakukan untuk membangun iklim positif bagi kepatuhan terhadap peraturan dan standar kinerja dan perilaku, pelanggaran akan terjadi dan supervisor harus cukup siap untuk melaksanakan disiplin yang konstruktif dengan cara yang bijaksana dan
28 Jane Gibson, W., S. P. Cotterman, dan R. E. Johnson, Journal of Business & Economics Research, Discipline: Still A Four Letter Word?, Volume 4, Number 1. http://www.cluteinstitute-onlinejournals.com/PDFs/2006317. pdf, 2006
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
efektif. Empat kata kunci keberhasilan suatu peraturan disiplin yakni konsistensi, peringatan, kejelasan, dan kecepatan.)
Menurut T. Hani Handoko, disiplin adalah kegiatan manajemen
untuk menjalankan standar-standar organisasional. Terdapat dua tipe
kegiatan pendisiplinan, yakni29:
1. Preventive dicipline
Preventive dicipline merupakan kegiatan yang dilaksanakan
untuk mendorong para karyawan mengikuti atau mematuhi norma-
norma dan aturan-aturan sehingga pelanggaran/ penyelewengan tidak
terjadi. Tujuannya adalah untuk menimbulkan kesadaran bagi
karyawan mengenai kebijaksanaan dan peraturan pengalaman
kerjanya, semata-mata bukan karena suatu paksaan manajemen.
2. Corrective discipline
Corrective discipline merupakan suatu kegiatan yang diambil
untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba
untuk menghindari dan mengecilkan pelanggaran-pelanggaran lebih
lanjut, sehingga diharapkan untuk perilaku di masa mendatang dapat
mematuhi norma-norma peraturan. Kegiatannya dapat berupa suatu
bentuk hukuman seperti peringatan atau skorsing.
3. Progresive discipline
Progresive discipline berarti memberikan hukuman-hukuman
yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang,
29 T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: BPFE, 2008), hlm 208-211
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dengan tujuan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk
mengambil tindakan korektif sebelum hukuman yang lebih serius
dilaksanakan. Disiplin seperti ini juga memungkinkan manajemen
untuk membantu karyawan memperbaiki kesalahannya.
Pada dasarnya tujuan semua disiplin adalah positif, bersifat
mendidik dan mengoreksi, bukan negatif yang dapat menjatuhkan
karyawan yang berbuat salah, agar seseorang dapat bertingkah laku
sesuai dengan apa yang disetujui oleh perusahaan. Dengan kata lain, agar
seseorang dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik.
Disiplin harus diterapkan secara konsisten, karena merupakan
bagian penting dari keadilan, yakni karyawan yang melakukan kesalahan
yang sama mendapat hukuman yang sama pula agar tidak terjadi
diskriminasi. Selain itu pendisiplinan harus bersifat impersonal, yakni
perasaan senang maupun tidak senang dari pimpinan kepada karyawan
tidak relevan dalam tindakan pendisiplinan.
Namun demikian, ketika bekerja karyawan dapat menampilkan
perilaku yang tidak disiplin. Sebagai contoh, perilaku tidak disiplin
karyawan yang dapat dihukum adalah perihal keabsenan, kelambanan,
meninggalkan tempat kerja, mencuri, tidur ketika bekerja, berkelahi,
mengancam pimpinan, mengulangi prestasi buruk, melanggar aturan dan
kebijaksanaan keselamatan kerja, pembangkangan perintah,
memperlakukan pelanggaran secara tidak wajar, memperlambat
pekerjaan, menolak kerjasama dengan rekan, menolak kerja lembur,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
memiliki dan menggunakan obat-obatan ketika bekerja, merusak
peralatan, menggunakan bahasa atau kata-kata kotor, dan pemogokan
secara ilegal. Hal-hal tersebut bisa saja terjadi akibat kurang kondusifnya
iklim komunikasi yang terdapat di dalam perusahaan, seperti minimnya
kontol atasan terhadap bawahan dan kurang adanya forum untuk saling
mengungkapkan “perasaan dan pikiran” masing-masing karyawan.
Pengertian disiplin dikemukakan juga oleh Nitisemito, yang
mengartikan disiplin sebagai suatu sikap, perilaku dan perbuatan yang
sesuai dengan peraturan dari perusahaan, baik tertulis maupun tidak
tertulis.30 Disiplin juga diartikan sebagai ketaatan terhadap peraturan tata
tertib yang berlaku, dimana di dalamnya terdapat ketentuan-ketentuan
yang mengatur kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak
ditaati atau dilanggar.
Reksohadiprojo dan Handoko mengutip pendapat Fayol (1949)
mengenai disiplin yang termasuk dalam kaidah manajemen:
“Disiplin (discipline) harus ada respek dan ketaatan pada peranan-peranan dan tujuan-tujuan organisasi. Ini membutuhkan (1) atasan yang baik di seluruh tingkatan, (2) perjanjian kerja yang sedapat mungkin jelas dan bijaksana, dan (3) sanksi (hukuman) yang diterapkan dengan bijaksana.”31
Dari beberapa pengertian di atas, disiplin terutama ditinjau dari
perspektif organisasi, dapat dirumuskan sebagai ketaatan setiap anggota
organisasi terhadap semua aturan yang berlaku di dalam organisasi
tersebut, yang terwujud melalui sikap, perilaku, dan perbuatan yang baik 30 Alex S. Nitisemito, Manajemen Personalia, (Jakarta: Ghalia, 1982), hlm 199 31 Sukanto Reksohadiprodjo dan T. Hani Handoko, Op cit., hlm 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
sehingga tercipta keteraturan, keharmonisan, tidak ada perselisihan, serta
keadaan-keadaan baik lainnya.
Menurut Nitisemito terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
timbulnya perilaku disiplin kerja, yaitu: tujuan pekerjaan dan
kemampuan pekerjaan, teladan pemimpin, kesejahteraan, keadilan,
pengawasan melekat, sanksi hukum, ketegasan, dan hubungan
kemanusiaan.
Disiplin mencerminkan ketaatan dan ketepatan terhadap suatu
aturan yang telah disepakati antara perusahaan dan karyawannya.
Berdasarkan hal tersebut, dalam rangka menjalankan tertib organisasi,
ternyata ketaatan tunduk pada peraturan yang ada dilandasi dengan
kesadaran pribadi tanpa ada paksaan dari luar. Kondisi tersebut sebagian
merupakan aspek penting yang berkontribusi pada kelancaran perusahaan
dalam mencapai tujuannya. Maka dari itu, diperlukan mekanisme kerja
yang diantaranya dalam bentuk peraturan kerja perusahaan secara umum
dan khusus, dan ditujukan kepada segenap unsur dalam perusahaan.
Kedisiplinan penting ditegakkan oleh perusahaan, karena
diharapkan sebagian besar dari peraturan tersebut dapat ditaati oleh para
karyawan, agar pekerjaan dapat dilakukan seefektif dan seefisien
mungkin. Tujuan dari peraturan kerja ini adalah untuk keteraturan dalam
kerangka teknis administratif serta organisasional. Untuk itu, diperlukan
ketaatan dan peran serta yang positif dari setiap karyawan sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
prestasi kerja dapat tercapai. Upaya antisipasi terhadap hal ini dapat
diimplementasikan dalam bentuk disiplin kerja.
Seperti pada penelitian terdahulu, pada penelitian kali ini penulis
juga menggunakan teori mengenai disiplin dari Alfred R. Lateiner dan I.
E. Levine, yang mengemukakan gejala-gejala yang dapat mengukur
disiplin kerja, yaitu:
“Disiplin kerja dapat ditumbuhkan apabila para karyawan datang ke kantor tepat pada waktunya, apabila mereka berpakaian yang baik pada tempat pekerjaannya, apabila mereka menghasilkan jumlah dan kualitas pekerjaan yang memuaskan dan mengikuti cara bekerja yang ditentukan oleh kantor atau perusahaan, apabila mereka menyelesaikan pekerjaannya dengan semangat yang baik”.
Dalam rangka menegakkan kedisiplinan diperlukan suatu ancaman
yang bertujuan untuk menghukum dan mendidik. Meskipun kedisiplinan
merupakan kebiasaan, maka ancaman lebih menekankan karyawan agar
melaksanakan kebiasaan yang dianggap baik. Ancaman yang diberikan
dimaksudkan sebagai peringatan, sebab resiko yang harus ditanggung
cukup besar. Seperti contohnya, keterlambatan akan berpengaruh pada
pemotongan atau penundaan gaji.
Kemudian, dibutuhkan juga tindakan yang tegas apabila terjadi
pelanggaran yang berlarut-larut. Maka dari itu, perlu kiranya
memasukkan unsur partisipasi para karyawan, agar hal tersebut disebut
sebagai hasil persetujuan bersama, hendaknya pula ditunjang sesuai
dengan kemampuan dari karyawan. Karena yang harus diingat adalah
bahwa kedisiplinan seseorang dapat terjadi dari beberapa faktor seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
pengaruh rasa ketakutan, kebiasaan, kesadaran, atau memang memiliki
dasar kedisiplinan. Keteladanan pimpinan ikut berpengaruh dalam
penegakan kedisipinan.
4) Hubungan Iklim Komunikasi, Tingkat Kompensasi, dan Disiplin Kerja
Karyawan
Iklim komunikasi lebih banyak mendorong karyawan dalam
melaksanakan tugas, karena banyak memberikan motivasi, kebutuhan,
dan manfaat. Dimana, perwujudan untuk peningkatan produktivitas kerja
berupa performance appraisal, yaitu penilaian kerja yang merupakan
faktor evaluasi bagi pihak perusahaan terhadap kerja karyawannya, dan
juga evaluasi bagi karyawan itu sendiri. Disiplin kerja diartikan sebagai
suatu kesadaran yang tumbuh dari dalam diri karyawan. Pada mekanisme
pekerjaan, keadaan yang demikian sangat berperan dalam kelancaran
pelaksanaan tugas dan tingkat keberhasilan kerja. Dimana hal tersebut
akan mempengaruhi pula pada jumlah kompensasi yang akan didapat
karyawan di akhir semesternya. Jika peningkatan kompensasi menjadi
bahan pertimbangan perusahaan, maka strategi penegakan disiplin kerja
dapat lebih mudah dilaksanakan.
E. Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian yang diajukan, maka titik tolak untuk merumuskan
hipotesis adalah rumusan masalah. Kebenaran dari hipotesis itu harus
dibuktikan melalui data yang terkumpul. Bentuk hipotesis yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dalam penelitian ini adalah hipotesis assosiatif, yakni dugaan terhadap ada
tidaknya hubungan secara signifikan antara dua variabel atau lebih.32
Berdasarkan uraian teoritis yang telah dikemukakan di atas, peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang kuat dan positif antara iklim komunikasi dengan
disiplin kerja karyawan di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan
Jaringan (APJ) Surakarta.
2. Terdapat hubungan yang kuat dan positif antara tingkat kompensasi
dengan disiplin kerja karyawan di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan
Jaringan (APJ) Surakarta.
Semakin baik iklim komunikasi di internal perusahaan, maka semakin
baik pula disiplin kerja karyawannya. Begitupun sebaliknya, semakin buruk
iklim komunikasi dalam perusahaannya, maka semakin buruk disiplin kerja
karyawannya. Selanjutnya, semakin tinggi tingkat kompensasi yang diberikan
perusahaan, maka semakin baik pula disiplin kerja karyawannya.
32 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 151
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Jika digambarkan secara geometrik, hipotesis tersebut dapat dilihat
sebagai berikut:
Gambar 2. Bagan Hipotesis
F. Definisi Konsep
1) Iklim Komunikasi
Menurut Pace dan Faules, iklim komunikasi tertentu memberi
pedoman bagi keputusan dan perilaku individu. Keputusan-keputusan
yang diambil oleh anggota organisasi untuk melaksanakan pekerjaan
mereka secara efektif, untuk mengikatkan diri mereka dengan organisasi,
untuk bersikap jujur dalam bekerja, untuk meraih kesempatan dalam
Variabel Independen I:
Iklim Komunikasi
1. Kepercayaan kepada karyawan dalam mengambil resiko.
2. Pemberian tanggung jawab kepada karyawan dalam bentuk tugas pekerjaan.
3. Penyediaan informasi yang terbuka bagi karyawan tentang perusahaan.
4. Memperoleh informasi yang dapat dipercaya dari karyawan.
5. Partisipasi karyawan dalam pembuatan keputusan.
6. Perhatian terhadap pekerjaan karyawan bermutu tinggi dan memberi tantangan-tantangan.
Variabel Dependen:
Disiplin Kerja Karyawan
1. Disiplin waktu 2. Disiplin tugas dan
tanggung jawab
Variabel Independen II:
Tingkat Kompensasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
organisasi secara bersemangat, untuk mendukung para rekan dan anggota
organisasi lainnya, untuk melaksanakan tugas secara kreatif, dan untuk
menawarkan gagasan-gagasan inovatif bagi penyempurnaan organisasi
dan operasinya.33
2) Kompensasi
Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh perusahaan
atas kerja para karyawannya yang dapat dinilai dengan uang dan
mempunyai kecenderungan yang diberikan secara tetap.34
3) Disiplin Kerja Karyawan
Menurut Nitisemito, disiplin kerja diartikan sebagai ketaatan
terhadap peraturan tata tertib yang berlaku, dimana di dalamnya terdapat
ketentuan-ketentuan yang mengatur kewajiban, larangan, dan sanksi
apabila kewajiban tidak ditaati atau dilanggar.35
G. Definisi Operasional
1) Variabel Iklim Komunikasi
Iklim komunikasi berkenaan dengan persepsi karyawan mengenai
hubungan komunikasi yang berlangsung di dalam struktur organisasi dan
berkaitan dengan perasaan pribadi dari anggota organisasi, serta
tanggung jawab atas tugas yang dibebankan.
Indikator untuk mengukur iklim komunikasi adalah sebagai
berikut: 33 R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Op cit., hlm 155 34 Ibid, hlm 149 35 Alex S. Nitisemito, Op cit., hlm 199
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
1. Kepercayaan kepada karyawan dalam mengambil resiko, dilihat dari:
a. Karyawan mengetahui tentang apa yang dikerjakannya.
b. Karyawan siap menanggung resiko atas tugas yang
dikerjakannya.
c. Karyawan siap menerima sanksi atas kesalahan/ kelalaian yang
dilakukan.
2. Pemberian tanggung jawab kepada karyawan dalam bentuk tugas
pekerjaan:
a. Karyawan diberi tanggung jawab sepenuhnya terhadap tugas
yang dibebankan.
b. Karyawan melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
c. Karyawan bekerja dengan jujur, tertib, dan cermat untuk
kepentingan perusahaan.
3. Penyediaan informasi yang terbuka bagi karyawan tentang
perusahaan, dilihat dari:
a. Karyawan dimudahkan dalam memperoleh informasi tentang
kebijakan perusahaan, terutama yang berhubungan langsung
dengan bidang kerjanya.
b. Karyawan bisa mengakses informasi yang seluas-luasnya tentang
perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
c. Karyawan mendapatkan informasi secara berkala melalui
berbagai media seperti surat, majalah, papan pengumuman, dan
email/ website perusahaan.
d. Karyawan dapat melakukan dialog langsung dengan atasan untuk
membahas hal-hal tertentu mengenai perusahaan.
4. Memperoleh informasi yang dapat dipercaya dari karyawan:
a. Karyawan memberikan informasi yang benar dan terbuka.
b. Informasi yang disampaikan karyawan dapat diterima oleh
atasan.
c. Karyawan diberikan nasihat atau masukan oleh atasan atas
kekeliruan informasi yang diberikan.
5. Partisipasi karyawan dalam pembuatan keputusan, dilihat dari:
a. Karyawan diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat
yang berkaitan dengan kebijakan perusahaan.
b. Karyawan dapat mengutarakan usulan maupun keluhan yang
berkaitan dengan bidang pekerjaan karyawan kepada atasannya.
c. Karyawan mudah diajak bekerjasama dalam meraih prestasi.
6. Perhatian terhadap pekerjaan karyawan bermutu tinggi dan memberi
tantangan-tantangan, dilihat dari:
a. Perhatian terhadap kualitas kerja karyawan.
b. Karyawan menampilkan hasil kerja yang maksimal.
c. Karyawan diberikan kesempatan oleh atasan untuk mengerjakan
tugas tertentu, di luar pekerjaan yang biasa dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Kemudian, untuk mengetahui sejauh mana iklim komunikasi yang
terdapat di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, digunakan 6 indikator
dengan 19 item pertanyaan (nomor 1-19) dan setiap pertanyaan diberi
alternatif jawaban yang telah ditentukan:
a. Bila responden memberikan jawaban (a), maka diberi nilai 3.
b. Bila responden memberikan jawaban (b), maka diberi nilai 2.
c. Bila responden memberikan jawaban (c), maka diberi nilai 1.
Semakin banyak responden yang menjawab alternatif pilihan (a),
maka semakin besar akumulatif hasil yang akan diperoleh. Artinya, akan
semakin baik iklim komunikasi yang ada di PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta. Selanjutnya, dari pengumpulan skor tersebut akan dibagi
menjadi 3 kategori yakni baik, cukup baik, dan tidak baik.
2) Variabel Kompensasi
Kompensasi merupakan apa yang diterima oleh para karyawan
sebagai ganti kontribusi mereka kepada perusahaan, meliputi tingkat
kedisiplinan masing-masing karyawan, kembalian-kembalian finansial
dan jasa, serta lembur yang diterima sebagai bagian dari hubungan
kepegawaian. Hal ini dilihat dari besarnya nominal kompensasi yang
diberikan perusahaan dalam jangka waktu satu semester.
Berbeda halnya dengan kedua variabel sebelumnya, pertanyaan
pada variabel kompensasi dibuat terbuka, agar setiap responden bisa
menuliskan sendiri range pendapatan yang diterima dari perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Kemudian dicari interval kelasnya untuk mendapatkan 3 kategori
menjadi tinggi, sedang, dan rendah.
3) Variabel Disiplin Kerja Karyawan
Disiplin merupakan tata tertib kepada peraturan, yakni mengikuti
ketentuan yang pasti dan konsisten dimana kondisi sebagai perwujudan
sikap mental dan perilaku ditinjau dari aspek ketaatan dan kepatuhan
terhadap ketentuan dan hukum yang berlaku.36
Indikator yang digunakan untuk mengukur disiplin kerja karyawan
adalah:
1. Disiplin waktu, dilihat dari:
a. Ketepatan jam masuk dan pulang kantor.
b. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas pekerjaan.
2. Disiplin terhadap tugas dan tanggung jawab, dilihat dari:
a. Kepatuhan karyawan terhadap prosedur kerja dan ketentuan yang
berlaku di perusahaan.
b. Penyelesaian tugas dengan maksimal.
c. Melakukan izin tidak masuk kantor.
Pada variabel disiplin kerja karyawan ini digunakan 2 indikator
dengan 5 item pertanyaan. Sama halnya seperti iklim komunikasi, setiap
pertanyaan diberi alternatif jawaban yang telah ditentukan:
a. Jika responden memberikan jawaban (a), maka diberi nilai 3.
b. Jika responden memberikan jawaban (b), maka diberi nilai 2.
36 Hasan Alwi, dkk, Op cit., hlm 268
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
c. Jika responden memberikan jawaban (c), maka diberi nilai 1.
Semakin banyak responden yang menjawab alternatif pilihan (a),
maka dapat disimpulkan bahwa semakin baik disiplin kerja karyawan di
PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. Setelah itu, dicari interval kelasnya
guna mendapatkan 3 kategori, yakni baik, cukup baik, dan tidak baik.
H. Metodologi Penelitian
1) Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
metode jenis survai yang dimaksudkan sebagai penelitian penjelasan
(explanatory atau confirmatory), yang lazim juga disebut sebagai
penelitian uji (testing research) yakni untuk menjelaskan hubungan
kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa.37 Peneliti
melihat hubungan kedua variabel terhadap obyek yang diteliti lebih
bersifat pada hubungan sebab-akibat (kausal), sehingga terdapat variabel
independen dan dependen.
Metode kuantitatif ini bersifat independen, karena hubungan antar
peneliti dengan responden dibuat berjarak agar menghasilkan penelitian
yang obyektif, sehingga kedudukan peneliti lebih tinggi dari responden
yang diteliti.
37 Masri Singarimbun dan Effendi S.. Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 2006)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
2) Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan
Jaringan (APJ) Surakarta, Jl. Slamet Riyadi No. 468 Surakarta. Pemilihan
lokasi ini berdasarkan pertimbangan bahwa:
1. PT. PLN (Persero) APJ Surakarta merupakan salah satu APJ besar di
bawah wilayah kerja PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan
DIY, selain APJ Semarang, Yogyakarta, Purwokerto, dan lainnya.
2. Dilihat dari presensi yang ada, PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
ternyata masih ada beberapa karyawan yang kurang disiplin. Untuk
itu penulis ingin melihat apakah hal semacam ini berpengaruh dari
iklim komunikasi yang tercipta di dalam perusahaan.
3) Populasi dan Sampel
Pada umumnya, penelitian kuantitatif lebih menekankan pada
keluasan informasi, sehingga metode ini cocok digunakan untuk populasi
yang luas dengan variabel yang terbatas. Maka dari itu, penelitian yang
dilakukan ini adalah penelitian populasi/ sensus karena objek yang akan
diteliti berjumlah kurang dari 100 yaitu 70 karyawan PT. PLN (Persero)
Area Pelayanan dan Jaringan Surakarta. Menurut pendapat Arikunto, S.
(2002: 112) bahwa, jika populasinya kurang dari 100 lebih baik diambil
semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Namun,
apabila populasi lebih dari 100, peneliti cukup mengambil sampel antara
10% - 30%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
4) Jenis Data
a. Data primer diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan
kuesioner, yakni teknik pengumpulan data dengan menggunakan
daftar pertanyaan yang bersifat tertutup, dimana jawaban atas
pertanyaan telah disediakan oleh peneliti.
b. Data sekunder yakni data pendukung yang diperoleh dari sumber-
sumber lain, seperti studi pustaka (melalui buku, jurnal, majalah, dan
internet) yang berhubungan dengan penelitian, serta dokumen-
dokumen perusahaan yang berhasil diperoleh dan diolah peneliti. Di
samping itu juga, peneliti mengadopsi dari penelitian-penelitian yang
terdahulu sebagai bahan pembelajaran. Kemudian, juga dilakukan
wawancara tidak terstruktur yakni wawancara yang bebas dimana
peneliti menggunakan pedoman wawancara, berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Peneliti berusaha mendapatkan
informasi awal tentang permasalahan yang ada pada objek, sehingga
peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel
yang harus diteliti. Selain itu peneliti juga melakukan observasi ke
lapangan sebelum dilakukan penelitian.
5) Teknik Analisa Data
Data yang sudah terkumpul nantinya akan dianalisis secara
kuantitatif, yakni dengan pengolahan data. Untuk lebih memahami
permasalahan yang terjadi, ditambahkan informasi dengan dilakukan
wawancara terhadap pimpinan manajemen perusahaan. Setelah data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
terkumpul dengan lengkap, tahap selanjutnya yaitu menganalisa data
yang ada, sehingga diharapkan setelah dianalisa dapat lebih mudah
dipahami dan diinterpretasikan.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
non parametris dengan menggunakan analisa tabulasi silang (crosstabs),
yakni metode tabulasi untuk melihat hubungan antara dua variabel dalam
satu tabel dan merangkum data dengan dua atau lebih variabel secara
bersamaan/ sekaligus.
Hubungan antarvariabel yang akan diuji adalah hubungan antara
iklim komunikasi (variabel X1) dan tingkat kompensasi (variabel X2)
dengan disiplin kerja karyawan (variabel Y) di PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
A. Sejarah PT. PLN (Persero) APJ Surakarta38
Berdasarkan ayat (1) Undang-Undang No. 15 tahun 1985,
ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan
pemanfaatan tenaga listrik. Ketenagalistrikan di Surakarta dimulai pada tahun
1901 yang ditandai dengan berdirinya N. V. Soloche Electric Itet Mij (SEM)
dan bertempat di Purwosari. Hingga tahun 1927, kemudian pindah ke
Purbayan. Pada saat itu, mesin diesel yang digunakan ada dua, dan
operasionalisasinya hanya cukup pada malam hari saja. Baru pada tahun 1936
mulai ada aliran listrik (strom) siang hari karena sudah ada Dagstrom. Ketika
itu, layanan listrik sudah punya ranting di daerah Klaten, Boyolali, dan
Sragen.
Selanjutnya, pada tahun 1942 kekuasaan diambil alih dari tangan
Belanda ke tangan Jepang. Jepang menguasai perlistrikan di Indonesia hingga
tahun 1945 dengan nama diganti menjadi Jawa Dengki Jigiyosa (Listrik Jawa
Tengah) yang berlokasi masih di Purbayan.
Setelah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, perusahaan
listrik yang dikuasai Jepang direbut oleh pemuda-pemuda Indonesia pada
September 1945, lalu diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia.
Pada 27 Oktober 1945, kesatuan aksi karyawan perusahaan listrik diseluruh
Indonesia mengambil alih perusahaan-perusahaan listrik dan diserahkan
38 Company Profile PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
kepada pemerintah pusat CQ, Departement Put, dan kemudian melalui
ketetapan Presiden RI No. 1/S.D./1945 dibentuklah Jawatan Listrik dan Gas
oleh Presiden Soekarno yang berkedudukan di Yogyakarta.Oleh sebab itu,
pada 27 Oktober dianggap mempunyai nilai historis dan mulai formal sebagai
mulainya pengelolaan ketenagalistrikan secara nasional di Indonesia. Hari
bersejarah ini diperingati pertama kali pada 27 Oktober 1946, bertempat di
gedung Badan Pekerjaan Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP)
Yogyakarta. Ketika itu kapasitas pembangkit tenaga listrik hanya sebesar
157,5 MW.
Akan tetapi, pada masa perang kemerdekaan yaitu dengan adanya
Agresi Belanda I & II, sebagian besar perusahaan-perusahaan listrik dikuasai
kembali oleh Belanda, tepatnya pada tahun 1948 dengan nama semula yaitu
SEM yang berkantor di Lojiwetan (sebelah timur Beteng). Dalam upaya
menegakkan dan memperjuangkan kekuasaan Pemerintahan Republik
Indonesia, maka kemudian dikeluarkanlah Surat Perintah No.
SP/PM/077/1957 tertanggal 10 Desember 1957, yang berisi perintah/
tindakan penguasa militer pusat untuk melakukan pengambilan alih
perusahaan-perusahaan milik Belanda. Tindakan nasionalisasi dari
perusahaan milik Belanda menjadi milik Negara itu kemudian dituangkan
dalam bentuk Undang-Undang nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda
yaitu UU No. 86 tahun 1958, tertanggal 27 Desember 1958. Sejak saat itu,
perusahaan perlistrikan secara de-facto kemudian diambil alih kembali
kepada Pemerintah Indonesia. Kemudian baru pada tahun 1959 dikeluarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Peraturan Pemerintah (PP) No. 18 tahun 1959 tentang Nasionalisasi
Perusahaan Listrik dan Gas milik Belanda, sehingga secara de-jure seluruh
perusahaan listrik Belanda berada di tangan bangsa Indonesia yang
selanjutnya berganti nama menjadi Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Dalam tindak lanjutnya, PLN kemudian berpijak pada PP No. 67 tahun
1961 tentang Pendirian Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara
yang pada dasarnya sebagai pelaksana UU No. 19 Perpu tahun 1960
khususnya pasal 20 ayat (1) sub a, maka didirikanlah suatu badan pimpinan
umum yang diserahi tugas menyelenggarakan penguasaan dan pengurusan
atas perusahaan-perusahaan milik Negara yang berusaha di bidang listrik dan
gas milik Belanda yang telah dikenakan nasionalisasi berdasarkan UU No. 86
tahun 1958 jo P.P. No. 18 tahun 1959. Kemudian, tahun 1965 Badan
Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara ini dibubarkan, dengan
pertimbangan dan alasan untuk mempertinggi daya guna dan daya kerja maka
perusahaan-perusahaan di bidang tenaga listrik dan industry gas dibentuk
sebagai kesatuan-kesatuan usaha di bidang ekonomi yang berfungsi untuk
menyelenggarakan kemanfaatan umum. Dalam realisasinya, diterbitkan PP
No. 19 tahun 1965 tentang (1) Pembubaran Badan Pimpinana Umum
Perusahaan Listrik Negara dan (2) Pendirian Perusahaan Listrik Negara dan
Perusahaan Gas Negara (PGN).
Sejalan dengan perkembangan kebijakan pemerintah tentang bentuk-
bentuk usaha Negara sebagimana dituangkan dalam Instruksi Presiden No. 17
tahun 1967, Perpu No.1 tahun 1969 dan UU No. 9 tahun 1969 Perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Listrik Negara, terhitung mulai tahun 1972 statusnya ditingkatkan menjadi
Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara (PP No. 18/1972 jo PP No.
54/1972). Perum yaitu perusahaan yang melayani kepentingan umum
(kepentingan produksi, distribusi, dan konsumsi secara keseluruhan) dan
sekaligus untuk memupuk keuntungan. Usaha yang dijalankan dengan
memegang teguh syarat-syarat efisiensi, efektivitas, dan economic cost
accounting management effectiveness serta bentuk pelayanan (service) yang
baik terhadap masyarakat atau pelanggannya. Selanjutnya mulai tahun 1994
sampai sekarang, status perusahaan ketenagalistrikan berubah menjadi PT.
PLN (Persero). Penetapan ini berdasar Akte Notaris Sutjipto S.H No. 169,
tertanggal 30 Juli 1994 di Jakarta dan PP No. 23 tanggal 16 Juni 1994. Dalam
kelanjutannya, Akte Notaris tersebut kini telah diubah dengan Akte Notaris
Ny. Indah Fatmawati S.H No. 70 tanggal 27 Januari 1998. Maka dari itu, kini
ketenagalistrikan di Surakarta bernama PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa
Tengah & D.I Yogyakarta Area Pelayanan dan Jaringan Surakarta.
Usaha dari Persero ini adalah memupuk keuntungan dalam arti karena
baiknya pelayanan dan pembinaan organisasi yang baik, efektif, efisien, dan
economic secara business, cost-accounting principles, management
effectiveness, dan pelayanan umum yang baik dan memuaskan untuk
memperoleh surplus atau laba. Adapun sifat, maksud, dan tujuan PT. PLN
(Persero) berdasarkan PP No. 23 tahun 1994 dijelaskan sebagai berikut:
1. Menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dan sekaligus
memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2. Mengusahakan penyediaan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang
memadai dengan tujuan untuk: (a) meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mendorong peningkatan
kegiatan ekonomi; (b) mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai
pengembangan penyediaan tenaga listrik untuk melayani kebutuhan
masyarakat.
3. Merintis kegiatan-kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik.
4. Menyelenggarakan usaha-usaha lain yang menunjang usaha penyediaan
tenaga listrik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Budaya Perusahaan
1. Falsafah perusahaan
Pembawa kecerahan dan kegairahan dalam kehidupan masyarakat yang
produktif.
2. Visi
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang unggul
dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
a. Diakui
Mencerminkan cita-cita untuk meraih pengakuan dari pihak luar yang
menunjukkan bahwa PLN pantas dipandang sebagai perusahaan kelas
dunia.
b. Kelas dunia
· Menunjukkan kinerja yang melebihi ekspektasi pihak-pihak yang
berkepentingan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
· Memberikan layanan yang mudah, terpadu, dan tuntas dalam
berbagai masalah kelistrikan.
· Menjalin hubungan kemitraan yang akrab dan setara dengan
pelanggan serta mitra usaha nasional dan internasional.
· Bekerja dengan pola pikir prima (mindset of excellence).
· Diakui oleh pelanggan dan mitra kerja sebagai perusahaan yang
mampu memenuhi standard mutakhir dan paling baik.
c. Bertumbuh kembang
· Antisipatif terhadap perkembangan lingkungan usaha dan selalu
siap menghadapi berbagai tantangan.
· Secara konsisten menunjukkan kinerja yang lebih baik.
d. Unggul
· Menjadi yang terbaik dalam bisnis kelistrikan dan memenuhi tolok
ukur mutakhir dan terbaik.
· Memposisikan diri sebagai perusahaan yang terkemuka dalam
percaturan bisnis kelistrikan dunia.
· Mengelola usaha dengan mengedepankan pemberdayaan insan
secara maksimal.
· Meningkatkan kualitas proses, sistem, produk, dan pelayanan
secara berkesinambungan.
e. Terpercaya
· Memegang teguh etika bisnis yang tertinggi
· Menghasilkan kinerja terbaik secara konsisten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
· Menjadi perusahaan pilihan
f. Potensi insan
· Keberhasilan perusahaan lebih ditentukann oleh kesadaran anggota
perusahaan untuk memunculkan seluruh potensi mereka dalam
wujud wawasan aspiratif dan etikal, rasa kompeten, motivasi kerja,
semangat belajar inovatif dan semangat bekerjasama.
· Potensi insani diperkaya dengan kompetensi yang terbentuk dari
pengetahuan substansial, pengetahuan kontekstual, keterampilan,
kemampuan, pengalaman, dan jejaring kerjasama.
3. Misi
a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan
pemegang saham.
b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
4. Moto
Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik (“Electricity for a Better Life”)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
5. Tata Nilai Anggota Perusahaan
a. Saling Percaya (Mutual Trust)
Suasana saling menghargai dan terbuka diantara sesame anggota
perusahaan yang dilandasi oleh keyakinan akan integritas, itikad baik,
dan kompetensi dari pihak-pihak yang saling berhubungan dalam
penyelenggaraan praktek bisnis yang bersih dan etika.
b. Integritas (Integrity)
Wujud dari sikap anggota perusahaan yang secara konsisten dan
menunjukkan kejujuran, keselarasan antara perkataan dan perbuatan,
serta rasa tanggung jawab terhadap pengelolaan dan pemanfaatan
kekayaan perusahaan untuk kepentingan baik jangka pendek maupun
jangka panjang, serta rasa tanggung jawab terhadap semua pihak yang
berkepentingan.
c. Peduli (Care)
Cerminan dari suatu niat untuk menjaga dan memelihara kualitas
kehidupan kerja yang dirasakan anggota perusahaan, pihak-pihak
yang berkepentingan dalam rangka bertumbuh kembang bersama,
dengan dijiwai kepekaan terhadap setiap permasalahan yang dihadapi
perusahaan serta mencari solusi yang tepat.
d. Pembelajar (Learner)
Sikap anggota perusahaan untuk selalu berani mempertanyakan
kembali sistem dan praktik pembangunan, manajemen dan operasi,
serta berusaha menguasai praktek pembangunan, manajemen dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
operasi, serta berusaha menguasai perkembangan ilmu dan teknologi
mutakhir demi pembaruan perusahaan secara berkelanjutan.
6. Komitmen Perusahaan
a. Pada konsumen: konsumen harus diprioritaskan, kepuasan pelanggan
berarti keuntungan bagi perusahaan.
b. Pada pesaing: pesaing adalah motivator dan tolok ukur untuk
meningkatkan kinerja perusahaan.
c. Pada pemasok: pemasok adalah bagian dari proses bisnis sehingga
harus dijadikan partner bisnis.
d. Pada pemegang saham: pengambilan keputusan bisnis akan
berorientasi pada upaya mengingkatkan nilai investasi dari pemegang
saham.
C. Dasar Hukum Perusahaan
1. Anggaran Dasar PLN tahun 1998.
2. Peraturan Pemerintah No. 23 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan
Umum (Perum) Listrik Negara menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).
3. Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan
(Persero).
4. Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 1998 tentang Pengalihan Kedudukan
dan Tugas.
5. Instruksi Presiden No. 15 tahun 1998 tentang Pengalihan Pembinaan
terhadap Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perseroan Terbatas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
sebagian sahamnya dimiliki Negara Republik Indonesia kepada Menteri
Negara Pendayagunaan BUMN.
6. Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan usaha PLN:
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No. 18 tahun 1972
juncto PP No. 54 tahun 1981 dan Undang-Undang No. 15 tahun 1985
sebagai juncto PP No. 17 tahun 1990 (Pasal 5).
b. PP No. 17 tahun 1990 Pasal 5:
· Sifat usaha: menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum
dan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengolahan
perusahaan.
· Maksud: mengusahakan penyediaan tenaga listrik dalam jumlah
dan mutu yang memadai.
· Tujuan: meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
secara adil dan merata serta mendorong kegiatan ekonomi, serta
menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik
yang belum dapat dilaksanakan sektor swasta dan koperasi.
D. Struktur Organisasi
Menurut Abdulsyani, struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai
mekanisme formal dalam pengelolaan suatu organisasi. Dimana di dalamnya
menunjukkan suatu susunan yang berupa bagan, yang terdapat hubungan-
hubungan di antara berbagai fungsi, bagian, status, ataupun orang-orang yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
menunjukkan tanggung jawab dan wewenang yang berbeda-beda dalam
organisasi tersebut.39
PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Jaringan berkedudukan dan/ atau
mempunyai wilayah kerja di Unit PT. PLN (Persero) APJ existing. PT. PLN
(Persero) APJ Surakarta sendiri merupakan satu wilayah kerja dengan PT.
PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan DIY. Begitu juga dengan APJ
Semarang, APJ Yogyakarta, APJ Purwokerto, APJ Tegal, APJ Kudus, APJ
Magelang, APJ Salatiga, APJ Cilacap, APJ Pekalongan dan APJ Klaten.
Masing-masing APJ dipimpin oleh seorang Manajer APJ (MAPJ), yang
tentunya memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai koordinator dan
supervisi terhadap unit-unit yang ada di bawahnya, yakni Unit Pelayanan
Jaringan (UPJ), Unit Pelayanan (UP), dan Unit Jaringan (UJ). Dalam
melaksanakan tugasnya, MAPJ dibantu oleh Asisten Manajer dan Tenaga
Fungsional serta bertanggung jawab kepada General Manajer PT. PLN
(Persero) Distribusi.
Berikut jumlah tenaga kerja PT. PLN (Persero) APJ Surakarta di
masing-masing bagian, yakni:
1. Bagian Pemasaran dan Niaga : 11 orang
2. Bagian Perencanaan : 6 orang
3. Bagian Distribusi : 31 orang
4. Bagian Keuangan : 12 orang
5. Bagian SDM dan Administrasi : 10 orang
39 Abdulsyani, Manajemen Organisasi, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1987), hlm 133
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel berikut ini merupakan data karyawan PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta berdasarkan tingkat pendidikannya:
Tabel 1.
Tingkat Pendidikan Karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
No Pendidikan Jumlah 1 SMP 3 2 SLTA lainnya 1 3 SMEA 2 4 SMA 9 5 STM 13 6 D1 Non Teknik 3 7 D1 Teknik 7 8 D2 Teknik 1 9 SM/ Program D3 Teknik 6 10 SM/ Program D3 Non Teknik 1 11 S1 Non Teknik 14 12 S1 Teknik 8 13 Program S2 Non Teknik 1 14 Program S2 Teknik 1
Total 70
Direksi PT. PLN (Persero) adalah orang yang berhak mengangkat dan
memberhentikan MAPJ, sedangkan General Manajer PT. PLN (Persero)
Distribusi yang berhak mengangkat dan memberhentikan Asisten Manajer.
1. Manajer Area Pelayanan dan Jaringan
Bertanggung jawab atas pelaksanaan pengelolaan usaha ketenagalistrikan
secara efisien dan efektif yang meliputi: pemasaran dan niaga,
perencanaan, pendistribusian energi listrik, keuangan, SDM dan
administrasi, membina hubungan kerja kemitraan dan komunikasi yang
efektif guna menjaga citra perusahaan serta mewujudkan Good Corporate
Governance, serta melakukan pembinaan terhadap unit asuhannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Fungsinya:
a. Melakukan koordinasi dengan seluruh manajer bidang dan manajer APD mengenai rencana dan pelaksanaan pekerjaan APJ.
b. Menyusun program kerja dan anggaran sebagai pedoman kerja. c. Mengusulkan PRK Unit sebagai bahan penyusunan RKAP. d. Mengelola fungsi pemasaran dan niaga yang meliputi strategi
pemasaran, peningkatan pelayanan serta tata usaha langganan. e. Mengelola fungsi perencanaan yang meliputi perencanaan sistem dan
konstruksi serta sistem teknologi informasi. f. Mengelola fungsi distribusi yang meliputi operasi distribusi dan
penertiban, pemeliharaan jaringan, pengendalian pengukuran, serta logistik.
g. Mengelola fungsi keuangan yang meliputi pengendalian anggaran dan keuangan, pengawasan pendapatan serta akuntansi.
h. Mengelola SDM dan administrasi yang meliputi SDM dan kesekretariatan.
i. Mengevaluasi dan menganalisis semua laporan, baik yang bersifat rutin maupun berkala.
j. Melaksanakan pembinaan terhadap UPJ. k. Mengelola hubungan dengan mitra kerja, lembaga pemerintah, swasta,
tokoh masyarakat, serta mass media.
2. Asisten Manajer Pemasaran dan Niaga
Bertanggung jawab atas pelaksanaan strategi pemasaran, peningkatan
pelayanan pelanggan, tata usaha langganan serta pembinaan terhadap UPJ
sesuai fungsi pekerjaannya.
Fungsinya:
a. Menyusun rencana kerja dan anggaran strategi pemasaran, peningkatan pelayanan pelanggan, dan tata usaha langganan.
b. Melakukan riset dan segmentasi pasar. c. Melaksanakan analisa dan evaluasi kinerja pemasaran, pelayanan
pelanggan serta tata usaha langganan. d. Membuat Surat Ijin Penyambungan (SIP), mengelola dan
mengevaluasi Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) pelanggan besar agar tercapai tertib administrasi.
e. Mengkoordinir pemasaran kreatif, promosi produk/ penjualan dan sosialisasi produk, perubahan harga jual listrik.
f. Melaksanakan proses penyambungan baru untuk pelanggan di atas 197 KVA.
g. Mengusulkan kuota PB dan target penjualan untuk UPJ.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
h. Memonitor dan mengevaluasi proses pelaksanaan penyambungan baru, perubahan daya (PB/PD) dan penyambungan sementara.
i. Mengelola dan memutakhirkan data induk pelanggan (DIL). j. Mengelola sistem baca meter. k. Mengelola pembukuan langganan. l. Melaksanakan fungsi pengolahan data termasuk proses billing. m. Mengelola dan memutakhirkan data induk saldo (DIS). n. Mengendalikan sistem administrasi pelanggan sosial dengan TUL. o. Memantau dan mengendalikan proses billing. p. Bekerjasama dengan fungsi terkait untuk melakukan rekonsiliasi. q. Mengendalikan susut non teknis. r. Mengelola dan memonitor Tingkat Mutu Pelayanan (TMP) sesuai
dengan standar pelayanan yang berkaitan dengan penyambungan baru dan perubahan daya serta pembacaan meter.
s. Melaksanakan pemutusan sementara dan bongkar rampung pelanggan Tegangan Menengah (TM).
t. Membuat laporan rutin dan berkala sesuai dengan bidang tugasnya. u. Melaksanakan pembinaan terhadap UPJ sesuai dengan bidang
tugasnya. v. Melaksanakan hubungan dengan mitra kerja, lembaga pemerintah,
swasta, tokoh masyarakat, serta mass media sesuai dengan bidang tugasnya.
w. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasannya.
3. Asisten Manajer Perencanaan
Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan penyusunan Rencana
Umum Pengembangan Tenaga Listrik (RUPTL), Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan (RKAP), perencanaan pengembangan jaringan
distribusi dan Gardu Induk, penyusunan rencana pengembangan sistem
aplikasi teknologi informasi dan pengendalian aplikasi-aplikasi teknologi
informasi, database serta penyiapan SOP pengelolaan aplikasi sistem
informasi.
Fungsinya:
a. Menyusun Rencana Umum Pengembangan Tenaga Listrik (RUPTL) dan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) bersama dengan fungsi terkait.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
b. Memberikan masukan kepada Pemda dalam rangka penyusunan Rencana Umum Kelistrikan Daerah (RUKD).
c. Menyusun perkiraan kebutuhan tenaga listrik. d. Menyusun rencana pengembangan dan pembenahan sistem kelistrikan
(JTM, JTR, dan gardu distribusi termasuk gardu induk). e. Melaksanakan koordinasi dengan Kantor Induk atas penanganan
masalah pola rencana sistem JTL yang terkait dengan pihak eksternal/ Pemda dan instansi lainnya.
f. Mengkoordinir fungsi terkait (pemasaran dan niaga, distribusi) dalam data PDPJ.
g. Menyusun load forecasting (peramalan beban) trafo Gardu Distribusi, penyulang 20 KV dan rencana kebutuhan tenaga listrik APJ.
h. Menyusun Kajian Kelayakan Operasi (KKO) dan Kajian Kelayakan Finansial (KKF) dan Analisa Manajemen Resiko (bila diperlukan), pengembangan sistem kelistrikan dan dampak lingkungannya.
i. Mengevaluasi dan mengusulkan perubahan standar/ desain konstruksi sesuai perkembangan teknologi dan kondisi lapangan berdasarkan masukan dari fungsi terkait.
j. Mengelola dan mengevaluasi kinerja operasi jaringan distribusi. k. Mengkoordinir dengan fungsi terkait dalam merencanakan
pengembangan aplikasi sistem teknologi informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.
l. Mengelola dan mengevaluasi pemakaian aplikasi sistem teknologi informasi untuk menyusun rencana pengembangan sistem teknologi informasi.
m. Memelihara sistem teknologi informasi untuk pengendalian manajemen dan pengambilan keputusan.
n. Mengelola, memonitor, dan mengevaluasi perbaikan, upgrading infrastruktur untuk mengoptimalkan pengoperasian aplikasi sistem teknologi informasi.
o. Mengelola dan mengevaluasi sarana perangkat keras, jaringan untuk efisiensi dan efektifitas penggunaannya.
p. Menyusun rencana pengembangan data base untuk memenuhi kebutuhan sistem teknolgi informasi.
q. Memonitor dan mengevaluasi, serta memelihara unjuk kerja database. r. Membuat laporan rutin dan berkala sesuai dengan bidang tugasnya. s. Melaksanakan pembinaan terhadap UPJ sesuai dengan bidang
tugasnya. t. Melaksanakan hubungan dengan mitra kerja, lembaga pemerintah,
swasta, tokoh masyarakat, serta mass media sesuai dengan bidang tugasnya.
u. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
4. Asisten Manajer Distribusi
Bertanggung jawab atas pelaksanaan pembuatan rencana kerja konstruksi,
membuat SOP, merencanakan operasi dan pemeliharaan distribusi,
telekomuikasi, penerangan, pengendalian sistem meter (AMR),
pengelolaan asset jaringan distribusi (TM, TR, Trafo Distribusi, SR &
APP termasuk PDPJ) serta evaluasi pengelolaan distribusi yang dikelola
oleh unit-unit.
Fungsinya:
a. Menyusun program kerja dan anggaran fungsi distribusi sebagai pedoman kerja.
b. Melakukan analisa & evaluasi neraca energi. c. Menyusun usulan rencana pengembangan sistem operasi distribusi. d. Menyusun SOP pekerjaan operasi, pemeliharaan, dan pembangunan
jaringan distribusi. e. Mengelola dan memonitor pengoperasian sarana pendistribusian
tenaga listrik secara efektif dan efisien, dalam rangka menjaga kontinuitas serta menjamin mutu keandalan penyaluran tenaga listrik.
f. Mengelola dan memonitor pelaksanaan inspeksi dan pengukuran jaringan untuk bahan perencanaan/ pemeliharaan/ pengoperasian sarana pendistribusian tenaga listrik.
g. Mengelola dan memonitor aset jaringan distribusi. h. Mengelola, memonitor, dan mengevaluasi data aset jaringan distribusi
(PDPJ), serta melakukan up dating. i. Menganalisa dan mengevaluasi kinerja pelaksanaan kegiatan
pengaturan operasional jaringan distribusi. j. Mengkoordinir pelaksanaan Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan
(PDKB). k. Mengelola, memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan pengukuran,
pemeriksaan dan pemeliharaan APP pelanggan besar (daya >200 kVA).
l. Mengelola, memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan peneraan, perakitan, dan pemeliharaan APP (termasuk AMR).
m. Mengelola, memonitor, dan mengevaluasi susut distribusi. n. Melaksanakan koordinasi dengan fungsi terkait dalam pelaksanaan
P2TL serta penyimpanan dokumen & barang bukti penyalahgunaan tenaga listrik.
o. Mengelola, memonitor, dan mengevaluasi pelayanan/ pengulangan gangguan sistem distribusi tenaga listrik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
p. Mengelola, memonitor, dan mengevaluasi pengoperasian dan pemeliharaan genset mobile serta pembangkit kecil (PLTMH) (bila ada).
q. Mengelola, memonitor, dan mengevaluasi pemasangan, pengukuran, pemeliharaan trafo, kapasitor, dan proteksi distribusi.
r. Mengelola, memonitor, dan mengevaluasi penggunaan dan pemeliharaan radio komunikasi serta call center.
s. Mengelola, memonitor, dan mengevaluasi PK/ SPK/ kontrak yang berkaitan dengan bagian distribusi.
t. Mengelola, memonitor, dan mengevaluasi pembangunan jaringan distribusi (termasuk program Listrik Pedesaan dan hibah).
u. Melaksanakan koordinasi dengan unit terkait dalam rangka pengembangan dan operasi sistem distribusi.
v. Melaksanakan pengelolaan tata usaha gudang sesuai ketentuan. w. Membuat laporan rutin dan berkala sesuai dengan bidang tugasnya. x. Melaksanakan pembinaan terhadap UPJ sesuai dengan bidang
tugasnya. v. Melaksanakan hubungan dengan mitra kerja, lembaga pemerintah,
swasta, tokoh masyarakat, serta mass media sesuai dengan bidang tugasnya.
w. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasannya.
5. Asisten Manajer Keuangan
Bertanggung jawab atas perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian
penyelenggaraan kegiatan bidang anggaran, keuangan, pengawasan
pendapatan dan akuntansi sehingga memenuhi target pengendalian
keuangan Unit.
Fungsinya:
a. Melakukan koordinasi, mensupervisi serta bertanggung jawab atas tersusunnya Cash Flow (laba/ rugi dan neraca).
b. Melaksanakan koordinasi, evaluasi, dan memberikan persetujuan atas pengajuan permintaan anggaran dari Asman terkait, agar penggunaan anggaran dapat terkendali sesuai RKAP.
c. Memverifikasi dan memvalidasi terhadap kelengkapan bukti-bukti pembayaran, tentang kesesuaian persyaratan berkas tagihan serta kelayakannya.
d. Memberikan persetujuan (sesuai batas kewenangan) atas penerimaan dan pengeluaran dana imprest, berdasarkan bukti-bukti yang sah.
e. Memvalidasi buku kas/ bank harian. f. Mengelola dan memonitor kas opname secara harian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
g. Mengelola, memonitor, dan mengevaluasi Credit Nota (CN)/ Debet Nota Bank Receipt dan Imprest.
h. Melaksanakan rekonsiliasi dengan Bank. i. Mengelola, memonitor, dan mengevaluasi ketepatan dan kecepatan
penerimaan pendapatan. j. Memonitor Daftar Pelunasan Harian (DPH) dan Saldo Piutang. k. Mengendalikan piutang pelanggan. l. Mengkoordinir penerimaan dan penyetoran Pajak Penerangan Jalan
(PPJ). m. Melaksanakan usaha-usaha penanggulangan atas penyimpangan
penerimaan pendapatan (dengan pihak external) dengan pemberian sanksi.
n. Mengelola, memonitor, dan mengevaluasi atas tersusunnya laporan keuangan.
o. Merencanakan kebutuhan kas jangka pendek dan melaksanakan pembayaran dengan giro/ cheque.
p. Membuat laporan rutin dan berkala sesuai dengan bidang tugasnya. q. Melaksanakan pembinaan terhadap UPJ sesuai dengan bidang
tugasnya. r. Melaksanakan hubungan dengan mitra kerja, lembaga pemerintah,
swasta, tokoh masyarakat, serta mass media sesuai dengan bidang tugasnya.
s. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasannya.
6. Asisten Manajer SDM dan Administrasi
Bertanggung jawab atas pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan
SDM, tata usaha sekretariat, rumah tangga, keamanan, keselamatan dan
kesehatan lingkungan kerja dan kegiatan umum lainnya, pengendalian
tenaga kerja, tata laksana perbekalan, pelaksanaan bidang kehumasan,
serta penanganan masalah hukum.
Fungsinya:
a. Menyusun program kerja dan anggaran fungsi SDM dan Administrasi sebagai pedoman kerja.
b. Mengelola, memonitor, dan mengevaluasi proses dan biaya pegawai, administrasi, kesekretariatan, dan pencapaian target HOP untuk mendapatkan efisiensi biaya perusahaan.
c. Mengevaluasi kinerja dan mengusulkan peningkatan kompetensi staf untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
d. Menyusun usulan formasi tenaga kerja (FTK) termasuk tenaga outsourcing.
e. Mengelola, memonitor, dan mengevaluasi usulan peningkatan kompetensi SDM dan merencanakan usulan diklat/ kursus untuk meningkatkan kompetensi SDM.
f. Memverifikasi perhitungan pajak penghasilan (PPh Ps.21) pegawai dan pensiunan serta rekonsiliasi tagihan dana pensiun PLN.
g. Melaksanakan administrasi perkantoran sesuai dengan ketentuan. h. Mengelola gedung, kebutuhan sarana kerja, serta peralatan kantor. i. Melaksanakan kegiatan rumah tangga kantor. j. Mengelola, memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan keamanan,
keselamatan kerja, dan kesehatan lingkungan kerja. k. Membuat laporan rutin dan berkala sesuai dengan bidang tugasnya. l. Melaksanakan pembinaan terhadap UPJ sesuai dengan bidang
tugasnya. m. Melaksanakan hubungan dengan mitra kerja, lembaga pemerintah,
swasta, tokoh masyarakat, serta mass media sesuai dengan bidang tugasnya.
n. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasannya.
E. Kewajiban dan Larangan40
1. Kewajiban Karyawan
a. Melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai warga negara dan karyawan dengan baik, mengutamakan kepentingan Perseroan di atas kepentingan diri sendiri, golongan atau pihak lain serta menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan Perseroan.
b. Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan Perseroan, baik yang langsung menyangkut tugas kedinasan maupun yang berlaku secara umum, antara lain: · Mentaati ketentuan jam kerja yang telah ditetapkan. · Menyimpan rahasia Perseroan dan/atau rahasia jabatan dengan
sebaik-baiknya. · Mentaati perintah kedinasa, termasuk mentaati keputusan mutasi
jabatan. · Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat y=untuk
kepentingan Perseroan. · Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat
menurut bidang tugasnya masing-masing. · Menjaga dan memelihara barang-barang milik Perseroan atau yang
dipergunakan untuk kepentingan Perseroan dengan sebaik-baiknya.
40 PLN, Peraturan Disiplin Pegawai PT. PLN (Persero), Jakarta, 2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
· Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik. · Memperhatikan, menindaklanjuti dan menyelesaikan dengan
sebaik-baiknya setiap laporan yang diterima mengenai Pelanggaran Disiplin.
· Mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Menjunjung tinggi norma kesopanan, kesusilaan, dan etika, antara lain: · Melaksanakan norma kesopanan, kesusilaan, dan budi pekerti yang
luhur. · Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku
sopan santun terhadap masyarakat, sesama karyawan, dan terhadap atasan.
d. Memberikan bimbingan yang baik kepada bawahan, antara lain: · Mendorong bawahan untuk meningkatkan prestasi kerja, inovasi,
kreatifitas, dan produktivitas. · Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karir. · Membimbing bawahan dan melaksanakan tugas termasuk
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Disiplin Karyawan.
e. Menjadi panutan yang baik bagi bawahan, antara lain: · Bertingkah dan bersikap tegas, serta konsisten, adil dan bijaksana
terhadap bawahan. · Menjadi dan memberi contoh, serta teladan yang baik terhadap
bawahan. · Mengambil langkah-langkah dan keputusan yang diperlukan akibat
adanya Pelangggaran Disiplin yang dilakukan oleh bawahan.
f. Menunjukkan sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang baik, antara lain: · Memelihara dan meningkatkan kebutuhan, kekompakan, persatuan
dan kesatuan karyawan. · Saling menghormati antara sesama warga negara, khusunya sesama
karyawan tanpa membedakan suku, adat, ras, dan agama.
g. Bertanggung jawab terhadap keselamatan Perseroan, antara lain: · Segera melaporkan kepada atasan, apabila mengetahui ada hal yang
dapat membahayakan keselamatan dan keamanan, atau merugikan aset Perseroan.
· Wajib memperhatikan, menindaklanjuti, dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya setiap laoran yang diterima yang berkaitan dengan Perseroan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
2. Larangan Karyawan
a. Melakukan hal-hal yang tidak patut diperbuat oleh seorang karyawan yang bermartabat, antara lain: · Melakukkan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan, martabat,
dan citra Perseroan atau karyawan. · Memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan
atau martabat dan citra karyawan, kecuali untuk kepentingan dinas.
b. Menyalahgunakan wewenang dan jabatan, antara lain: · Bertindak selaku perantara bagi pengusaha atau golongan untuk
mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari Perseroan, yang dapat merugikan Perseroan.
· Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam melaksanakan tugas untuk kepentingan diri sendiri,golongan, atau pihak lain.
· Menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapapun yang diketahui atau patut dapat diduga bahwa pemberian itu bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan.
· Membocorkan dan/atau memanfaatkan rahasia Perseroan untuk kepentingan diri sendiri, golongan, atau pihak lain.
· Menyalahgunakan barang-barang, uang atau surat berharga milik Perseroan atau yang dikuasai oleh Perseroan.
· Melakukan tindakan dengan sengaja dalam manipulasi keuangan Perseroan.
· Melakukan manipulasi data dan/atau laporan yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
· Melakukan pengendapan uang Perseroan di bank dengan sengaja untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
· Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang, dokumen, atau surat-surat berharga milik Perseroan secara tidak sah.
c. Melakukan perbuatan yang dapat merugikan Perseroan, antara lain: · Melakukan sesuatu tindakan yang dapat berakibat menghalangi
atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani.
· Melakukan perbuatan yang langsung atau tidak langsung dapat mengakibatkan kerugian Perseroan, baik materiil maupun non materiil.
· Membuat, menggunakan dan/atau memanfaatkan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) di luar kepentingan kedinasan.
· Melakukan sesuatu perbuatan yang mengaikbatkan pemakaian tenaga listrik (daya atau energi listrik) yang digunakan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
karyawan atau pelanggan atau bukan pelanggan, tidak tercatat sebagaimana mestinya dan/atau tidak menurut peraturan yang berlaku sehingga mengakibatkan kerugian bagi Perseroan.
· Melakukan kegiatan bersama atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung dapat merugikan Perseroan.
· Memiliki saham suatu perusahaan yang kegiatan usahanya berada dalam ruang lingkup kewenangannya yang jumlah dan sifat pemilikan itu seemikian rupa, sehingga melalui pemilikan saham tersebut dapat langsung atau tidak langsung menentukan penyelenggaraan atau jalnnya perusahaan tersebut, dikecualikan bagi pemegang saham di perusahaan yang statusnya Terbuka (Tbk).
· Dengan ceroboh merusak atau sengaja membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik Perseroan yang menimbulkan kerugian bagi Perseroan.
· Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam keadaan bahaya di tempat kerja.
d. Melalaikan tugas kedinasan, antara lain: · Atasan langsung karyawan atau Pejabat Yang Berwenang
Menjatuhkan Sanksi (PYBM) yang mengetahui pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh karyawan dan lalai melaporkan dan/atau lalai mengambil tindakan terhadap karyawan yang bersangkutan atau berusaha menutupi dan/atau melindungi karyawan yang melakukan pelanggaran disiplin.
· Tidak melaksanakan tugas kedinasan, sesuai ketentuan yang berlaku, termasuk pelaksanaan mutasi jabatan dan tidak melaksanakan penilaian kinerja bawahan sesuai ketentuan yang berlaku.
· Menghalangi terlaksananya tugas kedinasan dan/atau menciptakan kondisi yang dapat menghalangi terlaksananya tugas kedinasan, termasuk pelaksanaan mutasi jabatan.
· Tidak masuk kerja tanpa alasan sah (mangkir).
e. Melakukan perbuatan yang dapat mengganggu ketertiban, antara lain: · Melakukan perbuatan asusila dan/atau perjudian dan/atau minum-
minuman keras dan/atau mabuk pada jam kerja dan/atau di lingkungan kerja.
· Menyimpan, memakai, dan/atau menyalahgunkan narkotika dan sejenisnya.
· Berkelahi atau melakukan penganiayaan antara lain: memukul, menendang, melukai, mengintimidasi, dan sebagainya, baik di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
dalam jam kerja maupun di luar jam kerja dan yang dilakukan di tempat kerja maupun di luar tempat kerja.
· Menghasut terjadinya kegiatan anarkis dan/atau melakukan pemadaman listrik.
f. Melakukan perbuatan yang tidak terpuji, antara lain: · Menguasai lebih dari satu rumah milik atau yang dikuasai
Perseroan, walaupun menjabat lebih dari satu jabatan dan/atau menguasai rumah milik Perseroan yang bukan merupakan haknya sesuai dengan peraturan Perseroan.
· Mengontrakkan/ menyewakan/ menyuruh menempati kepada orang lain atas rumah jabatan/ rumah instalasi yang di bawah pengawasannya.
· Menguasai atau menggunakan lebih dari satu kendaraan dinas maupun kendaraan yang disediakan Perseroan atau instansi lain, walaupun menjabat lebih dari satu jabatan dan/atau menguasai/ menggunakan kendaraan dinas milik Perseroan yang bukan merupakan haknya sesuai dengan peraturan Perseroan.
· Menguasai atau menggunakan kendaraan dinas maupun kendaraan yang disediakan Perseroan atau instansi lain yang bukan menjadi haknya berdasarkan ketentuan yang berlaku di Perseroan.
· Menyalahgunakan emolumen kesehatan. · Memalsukan ijazah/ surat tanda tamat belajar dan keterangan lain
dalam bentuk apapun untuk keperluan kedinasan.
g. Bekerja untuk kepentingan negara asing, badan usaha, instansi, atau organisasi lain yang bertentangan dengan kepentingan Perseroan.
h. Melakukan usaha persekongkolan dengan pihak lain dalam proses pengadaan barang/ jasa, sehingga dapat megakibatkan kerugian materiil dan non materiil bagi Perseroan.
i. Menjadi anggota organisasi yang dinyatakan terlarang oleh pemerintah.
F. Sanksi Disiplin41
1. Pelanggaran Disiplin
a. Setiap ucapan, tulisan, dan perbuatan karyawan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam kewajiban dan larangan karyawan merupakan pelanggaran disiplin.
41 PT PLN (Persero) dengan Serikat Pekerja PT PLN (Persero), Perjanjian Kerja Bersama (PKB), hal 60-67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
b. Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, dan peraturan perundang-undangan lainnya, karyawan yang melakukan pelangaran disiplin dijatuhi sanksi disiplin oleh PYBM.
c. Setiap atasan langsung, wajib melakukan pembinaan disiplin karyawan yang menjadi tanggung jawabnya secara langsung, dengan cara termasuk tetapi tidak terbatas pada: · Mengidentifikasi dan mencegah potensi terjadinya pelanggaran
disiplin. · Memberikan teguran lisan.
2. Klasifikasi Pelanggaran Disiplin
a. Pelanggaran disiplin ringan, adalah tindakan berupa mangkir satu hari atau lebih secara berturut-turut tetapi kurang dari lima hari dalam kurun waktu satu tahun, tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi bukti sah.
b. Pelanggaran disiplin sedang, adalah: · Menguasai lebih dari satu rumah milik atau yang dikuasai
Perseroan, walaupun menjabat lebih dari satu jabatan dan/atau menguasai rumah milik Perseroan yang bukan merupakan haknya sesuai dengan peraturan Perseroan.
· Mengontrakkan/ menyewakan/ menyuruh menempati kepada orang lain atas rumah jabatan/ rumah instalasi yang di bawah pengawasannya.
· Menghalangi terlaksananya tugas kedinasan dan/atau menciptakan kondisi yang dapat menghalangi terlaksananya tugas kedinasan, termasuk pelaksanaan mutasi jabatan.
· Tidak melaksanakan atau menolak tugas kedinasan sesuai ketentuan yang berlaku.
· Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan, martabat, dan citra Perseroan atau karyawan.
· Menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapapun yang diketahui atau patut dapat diduga bahwa pemberian itu bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan.
· Menyalahgunakan barang-barang, uang, atau surat berharga milik Perseroan, atau yang dikuasai oleh Peseroan untuk memperkaya diri sendiri.
· Melakukan suatu tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian.
· Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun dalam melaksanakan tugas untuk kepentingan sendiri, golongan, atau pihak lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
· Melakukan manipulasi data dan/atau laporan yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
· Membuat, menggunakan, dan/atau memanfaatkan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) di luar kepentingan dinas.
c. Pelanggaran disiplin berat, adalah: · Menyalahgunakan pemakaian tenaga listrik untuk kepentingan diri
sendiri maupun untuk kepentingan orang lain yang merugikan Perseroan.
· Menyalahgunakan hasil penjualan tenaga listrik. · Memberikan laporan atau keterangan palsu sehingga merugikan
Perseroan. · Melakukan perbuatan asusila dan/atau perjudian dan/atau mabuk,
minum minuman keras pada jam kerja dan/atau di lingkungan kerja.
· Menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau wakil Perseroan/ Direksi dilingkungan kerja.
· Membongkar atau membocorkan dan/atau memanfaatkan rahasia Perseroan, kecuali untuk kepentingan Perseroan.
· Memalsukan ijazah/ surat tanda tamat belajar dan keterangan lain dalam bentuk apapun untuk keperluan dinas.
· Melakukan usaha persekongkolan dengan pihak lain dalam proses pengadaan barang/ jasa, sehingga dapat mengakibatkan kerugian materiil dan non materiil bagi Perseroan.
· Melakukan pengendapan uang Perseroan dengan sengaja untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
3. Jenis Sanksi Disiplin
a. Jenis sanksi disiplin, terdiri dari: · Sanksi disiplin ringan, berupa peringatan tertulis yang berlaku
selama tiga bulan. · Sanksi disiplin sedang, berupa peringatan tertulis pertama (6
bulan), kedua (9 bulan), ketiga dan terakhir (12 bulan). · Sanksi disiplin berat berupa PHK.
b. Sanksi disiplin sedang dan PHK dapat ditambah dengan tuntutan ganti rugi dan/atau tagihan susulan apabila merugikan Perseroan.
Bagi karyawan yang tidak masuk kerja tanpa alasan (mangkir):
1. Selama lima hari kerja atau lebih secara berturut-turut tanpa keterangan
secara tertulis yang dilengkapi bukti yang sah dan telah dipanggil oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
atasan langsung dua kali secara patut dan tertulis, yang bersangkutan tetap
tidak bekerja seperti biasa, dijatuhi sanksi disiplin sedang.
2. Dilakukan pemanggilan secara patut, yakni paling lama lima hari.
3. Apabila setelah panggilan kedua dan dalam waktu lima hari kerja tetap
tidak masuk, karyawan tersebut dianggap mengundurkan diri dan
diputuskan hubungan kerjanya.
4. Keterangan tertulis dengan bukti yang sah harus diserahkan paling lambat
hari pertama karyawan masuk kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BAB III
PENYAJIAN DATA
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui seberapa besar signifikansi
antara iklim komunikasi dan tingkat kompensasi dengan disiplin kerja karyawan
di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. Pada bab ini akan dipaparkan data setiap
variabelnya yang telah diperoleh berdasarkan hasil jawaban kuesioner dari 70
karyawan yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Sedangkan skala pengukuran
yang digunakan yakni skala ordinal yang mengandung sifat urutan/ ranking.
A. Variabel Iklim Komunikasi
1) Kepercayaan kepada karyawan dalam mengambil resiko
Tabel 2
Pengetahuan Karyawan atas Pekerjaannya
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Mengetahui 40 57,14
Cukup Mengetahui 30 42,86
Tidak Mengetahui 0 0
Jumlah 60 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 1計
Tabel di atas menggambarkan bahwa sebagian besar karyawan
sudah mengetahui dengan benar pekerjaannya terlebih dahulu sebelum
melaksanakannya, yakni dengan mempelajari hal-hal yang dibutuhkan.
Hal ini menyangkut kesiapan karyawan dalam memahami setiap tugas
yang diberikan. Jika masih kurang paham, tidak malu untuk bertanya
kepada yang lebih berpengalaman, baik dengan rekan sekerja maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
atasan secara langsung. Karyawan bekerja berdasarkan prosedur dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku di perusahaan. Dari persentase sebesar
57,14% ini menandakan, pimpinan sudah tepat dalam memberikan
kepercayaan kepada karyawannya, karena sebagian besar karyawan
benar-benar mengetahui apa yang akan dikerjakannya.
Tabel 3
Keberanian Karyawan dalam Mengambil Resiko
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Berani 44 62,86
Cukup Berani 24 34,28
Tidak Berani 2 2,86
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 2計
Setelah karyawan mengetahui dengan benar tugas yang mereka
kerjakan, maka akan memunculkan sikap berani menerima resiko atas
pekerjaannya tersebut. Hal tersebut bisa menjadi bahan penilaian pihak
perusahaan, mengenai seberapa jauh karyawan bisa memahami
pekerjaannya sendiri, sehingga ia dapat bertanggung jawab atas apa yang
dikerjakan nantinya. Di sini terlihat bahwa kepercayaan yang diberikan
atasan kepada karyawannya sudah dimanfaatkan dengan baik,
dikarenakan masih tingginya tanggung jawab mereka, yakni terlihat pada
62,86% karyawan yang merasa berani dalam mengambil resiko atas
setiap pekerjaannya. Keahlian maupun kemampuan karyawan juga ikut
mempengaruhi kesiapannya dalam bekerja. Menurut penelitian Litwin,
karyawan yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi yang tinggi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
cenderung mempunyai keberanian lebih besar dalam mengambil resiko.
Iklim komunikasi yang mendorong karyawan untuk berani mengambil
resiko dapat merangsang kebutuhan untuk berprestasi di kalangan
karyawan.
Tabel 4
Kesiapan Karyawan dalam Menerima Sanksi
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Siap 52 74,29
Kurang Siap 12 17,14
Tidak Siap 6 8,57
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 3計
Tabel di atas menunjukkan masih banyak karyawan yang siap
menerima sanksi apabila terjadi kesalahan ketika bekerja. Hal ini
menandakan besarnya rasa percaya diri karyawan atas kemampuan yang
dimiliki. Sedangkan, bagi karyawan yang menjawab kurang siap dalam
menerima sanksi, menandakan bahwa masih kurangnya rasa percaya
karyawan terhadap kemampuan yang dimilikinya sendiri. Semestinya,
pihak perusahaan (atau dalam hal ini dari atasan) lebih banyak
memberikan dorongan atau melakukan kegiatan yang dapat
menumbuhkan rasa percaya diri karyawan dalam mengerjakan setiap
tugasnya, seperti sehingga dapat meminimalisir keadaan yang tidak
diinginkan nantinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
2) Pemberian tanggung jawab kepada karyawan dalam bentuk tugas
pekerjaan
Tabel 5
Pemberian Tanggung Jawab oleh Atasan
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Diberi 40 57,14
Kadang-Kadang 28 40
Tidak Diberi 2 2,86
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 4計
Sejauh ini atasan masih memberikan dorongan moral kepada
karyawannya dengan diberikan tanggung jawab penuh untuk
melaksanakan tugasnya masing-masing. Sebagian besar karyawan
merasa diberi kepercayaan penuh oleh atasannya dalam urusan pekerjaan,
yang disesuaikan berdasarkan keahlian tertentu atau pengetahuan yang
lebih mendalam untuk pengerjaannya. Hal ini guna meminimalisir
tingkat kesalahan dalam pengerjaan tugas, karena tanggung jawab atasan
juga sangat besar dalam memberikan tugas kepada karyawannya.
Tabel 6
Pelaksanaan Tugas Sesuai dengan Ketentuan yang Berlaku
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Sesuai 50 71,43
Kadang-kadang 19 27,14
Tidak sesuai 1 1,43
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 5計
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Bagi karyawan yang cenderung melaksanakan tugas semaunya
sendiri, akan dapat memicu sanksi dari atasan, seperti teguran dan
pemanggilan yang bersangkutan. Karena setiap tugas yang dikerjakan
oleh karyawan harus disesuaikan dengan peraturan dan ketentuan yang
ada, agar tetap berada pada koridor yang berlaku. Terkadang karyawan
masih teledor dalam memahami hal-hal kecil seperti ini, maka dari itu
kontrol dan kerjasama dari seorang atasan sangat dibutuhkan sebagai
pertanggungjawaban atas pekerjaan karyawannya.
Tabel 7
Tuntutan Karyawan untuk Bekerja dengan Jujur, Tertib dan Cermat
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Jujur, Tertib, dan Cermat 46 65,71
Kadang-Kadang 24 34,29
Tidak Jujur, Tertib, dan Cermat 0 0
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 6計
Karakter karyawan yang mengutamakan kejujuran, ketertiban,
dan kecermatan dalam bekerja seperti inilah, yang diharapkan oleh
perusahaan, guna membentuk jati diri perusahaan yang baik di mata
publik. Hal ini juga menandakan sikap bertanggung jawab masing-
masing karyawan yang dilihat dari perilakunya sendiri dalam bekerja.
Oleh karena itu, jika semua karyawan bisa bekerja dengan jujur, tertib,
dan cermat, maka setiap pekerjaan akan lebih mudah terselesaikan dan
disenangi oleh atasan. Suasana kerja yang diliputi kejujuran dapat
mewarnai hubungan komunikasi yang baik di dalam perusahaan, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
karyawan dapat mengatakan apa yang ada dalam pikirannya dengan
leluasa, baik kepada rekan kerja maupun atasan secara langsung.
3) Penyediaan informasi yang terbuka bagi karyawan tentang
perusahaan
Tabel 8
Kemudahan Karyawan dalam Memperoleh Informasi Tentang Kebijakan Perusahaan
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Selalu Dimudahkan 33 47,14
Kadang-Kadang Dimudahkan 36 51,43
Sering Dipersulit 1 1,43
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 7計
Informasi mengenai kebijakan-kebijakan perusahaan dengan
mudah dapat ditemui di sejumlah sudut ruang kantor. Seperti halnya
penempelan informasi untuk target-target perusahaan yang perlu dicapai
dalam waktu dekat. Seperti halnya informasi “Zero Interuption, Pasti
Bisa” atau “Tahun 2010 Zero Tunggakan, Pasti Bisa” yang sengaja
ditempel di beberapa tempat yang sering dilalui para karyawan42. Selain
itu juga beberapa peringatan untuk hal-hal yang sering dilupakan
karyawan sebagai pemakai listrik Negara, seperti penggunaan lampu dan
air seperlunya di toilet, serta pemadaman lift pada jam-jam tertentu.
Namun, ketersebaran informasi masih dirasa kurang oleh sebagian
karyawan lainnya. Hal ini bisa saja terjadi karena kurang aktifnya
42 Lihat Gambar 4. Beberapa target PT. PLN (Persero) APJ Surakarta ditempel pada tempat-tempat strategis yang sering dilalui karyawan, guna mengingatkan karyawan untuk senantiasa bekerja keras agar target perusahaan dapat tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
sebagian karyawan dalam mencari informasi yang sedang berkembang di
perusahaan, sehingga membuat mereka pasif dan cenderung hanya
menerima informasi yang terlihat saja.
Gambar 4. Salah satu target PT. PLN (Persero) APJ Surakarta yang ditempel di dalam lift.
Tabel 9
Kemudahan Karyawan dalam Mengakses Informasi Seluas-Luasnya Tentang Perusahaan
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ya, Bisa Mengakses 35 50
Kadang-Kadang 28 40
Tidak Mudah 7 10
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 8計
Sebanyak 50% karyawan mengaku bisa mengakses informasi
seluas-luasnya mengenai PLN itu sendiri. Karena di masing-masing meja
karyawan sudah diberi fasilitas seperti telepon dan komputer yang telah
dilengkapi jaringan internet. Hal ini difungsikan untuk mempermudah
jalinan komunikasi satu sama lainnya. Seperti halnya, jika atasan sedang
memiliki banyak urusan dan perlu untuk membagikan suatu informasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
media-media seperti inilah yang akan dipergunakan. Sedangkan bagi
karyawan yang menganggap kadang-kadang informasi mudah untuk
diakses, dikarenakan sering terjadi gangguan pada manajemen server
sebagai pusat berkumpulnya semua informasi di PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta. Maka dari itu, kelancaran akses informasi juga berpengaruh
terhadap penerimaan informasi di kalangan karyawan.
Tabel 10
Pemberian Informasi dari Berbagai Media Secara Berkala
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ya, Diberi 34 48,57
Kadang-Kadang Diberi 36 51,43
Tidak Pernah 0 0
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 9計
Sebagian karyawan menyatakan bahwa perusahaan memberikan
informasi secara berkala dari beberapa media yang ada, baik melalui
surat, email, papan pengumuman, pamflet, maupun telepon. Sedangkan
karyawan lainnya merasa, kadang-kadang saja diberikan informasi, yakni
apabila pesan yang disampaikan cukup penting untuk diketahui oleh
semua karyawan. Informasi-informasi tersebut biasanya diberikan oleh
pihak perusahaan dan disampaikan atasan secara langsung guna
menginginkan respon atau tindakan yang cepat dari karyawan yang
bersangkutan, seperti halnya pemanggilan, peringatan, maupun berupa
teguran. Yang berhubungan dengan faktor ini menyangkut berapa
baiknya mutu tulisan, nilai informasi yang diterima, keseimbangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
informasi yang tersedia dan ketepatan informasi yang datang.
Penampilan, ketepatan, dan tersedianya informasi juga mempunyai
pengaruh kepada kepuasan karyawan dalam menjalin komunikasi dengan
berbagai pihak.
Tabel 11
Dialog Atasan-Bawahan untuk Membahas Hal-Hal Tertentu Mengenai Perusahaan
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Sering 33 47,14
Kadang-Kadang 33 47,14
Tidak Pernah 4 5,71
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 10計
Selain melalui media, informasi di PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta juga sering disampaikan langsung oleh atasan, baik secara
personal maupun pada kegiatan sambung rasa yang diadakan setiap
Jum’at pagi. Komunikasi atasan dan bawahan dilakukan secara personal
untuk membahas hal-hal tertentu mengenai perusahaan. Kegiatan
semacam inilah yang perlu dikembangkan untuk membangun keserasian
antara atasan-bawahan. Hal tersebut juga menyangkut pola
kepemimpinan yang digunakan oleh atasan, karena perlakuan atasan
merupakan kekuatan besar yang dapat menciptakan iklim yang
menimbulkan dampak langsung pada kepuasan dan produktivitas
karyawan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta sendiri, interaksi dan
komunikasi dengan atasan dapat terjalin dengan baik. Biasanya,
informasi yang langsung disampaikan atasan inilah yang lebih bersifat
terbuka, karena karyawan yang kurang paham bisa menanyakannya
langsung dan cenderung menciptakan komunikasi dua arah atau dialog
yang sehat dan fleksibel.Bagi sebagian karyawan lainnya yang merasa
jarang melakukan komunikasi langsung dengan atasan, bisa juga
dikarenakan tidak semua karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
yang selalu menetap di kantor saja, melainkan juga ada beberapa
karyawan yang bekerja untuk meninjau lapangan dan melakukan dinas
luar. Maka dari itu komunikasi bisa dilakukan melalui media lain.
4) Memperoleh informasi yang dapat dipercaya dari karyawan
Tabel 12
Karyawan Memberikan Informasi yang Benar dan Terbuka Sesuai dengan Fakta
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Selalu 53 75,71
Kadang-Kadang 17 24,29
Tidak Pernah 0 0
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 11計
Tabel di atas menyatakan bahwa sebagian besar karyawan selalu
memberikan informasi yang benar dan terbuka, guna kelancaran
komunikasi. Hal seperti ini bisa menjadi tambahan poin dalam sistem
penilaian kerja karyawan. Apabila karyawan menemukan kesulitan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
memiliki informasi yang seharusnya diketahui banyak pihak, sebaiknya
memang hal tersebut diutarakan kepada atasan selaku pihak yang
bertanggung jawab di bidang tersebut. Namun, bagi beberapa karyawan
lainnya memberikan informasi yang benar dan terbuka tidak mudah
diutarakan, karena disesuaikan juga dengan kondisi yang ada pada saat
itu, bahkan terkadang tidak semua informasi diberikan secara utuh oleh
karyawan, guna menjaga kerahasiaan dari informasi yang didapat.
Tabel 13
Kesediaan Atasan untuk Mendengarkan dan Menerima Informasi dari Karyawannya
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Bersedia 43 61,43
Kadang-Kadang Bersedia 27 38,57
Tidak Bersedia 0 0
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 12計
Sebagian besar karyawan menganggap bahwa atasan selalu
bersedia mendengarkan dan menerima informasi yang disampaikan. Hal
tersebut membuktikan bahwa atasan sangat terbuka dan komunikatif.
Sedangkan 38,57% karyawan lainnya yang menjawab bahwa atasan
kadang-kadang bersedia, dikarenakan kesibukan atasan yang juga
mempunyai banyak pekerjaan dan urusan lain yang harus dikerjakan,
sehingga terkadang memiliki sedikit waktu untuk dapat mendengarkan
informasi dari karyawan secara langsung. Dibantu dengan sikap luwes
dan keterbukaan dari atasan, justru akan memudahkannya dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
memperoleh banyak informasi yang terpercaya dari bawahannya. Di PT.
PLN (Persero), informasi juga bisa disampaikan melalui email, karena
media seperti ini tidak terbatas ruang dan waktu.
Tabel 14
Kesediaan Atasan Memberi Nasehat atas Kekeliruan Informasi yang Disampaikan Karyawannya
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Bersedia 43 61,43
Kadang-Kadang Bersedia 27 38,57
Tidak Bersedia 0 0
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 13計
Di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, menunjukkan bahwa para
atasan sangat bersedia memberikan nasehat atau berkomentar jika
karyawannya melakukan kekeliruan dalam menyampaikan informasi,
karena setiap karyawan membutuhkan pembenaran dari atasannya.
Atasan berusaha untuk dapat membantu karyawannya yang mengalami
kesulitan. Sudah seharusnya bagi seorang atasan untuk lebih peduli
terhadap karyawannya dan membuka peluang agar terjalinnya
komunikasi secara baik, karena setiap karyawan yang berbicara dengan
atasannya mengharapkan adanya respon yang sesuai dengan informasi
yang diberikan. Karyawan yang merasa mendapat banyak bantuan dari
lingkungan kerjanya, cenderung punya pengertian, rasa kebersamaan,
dan lebih loyal pada perusahaan. Walaupun, sebagian kecil karyawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
lainnya masih menganggap bahwa atasan kadang-kadang saja bersedia
meluruskan kekeliruan informasi yang diperoleh dari karyawan.
5) Partisipasi karyawan dalam pembuatan keputusan
Tabel 15
Kesempatan Karyawan untuk Mengemukakan Pendapat
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Sering Diberi 35 50
Kadang-Kadang Diberi 35 50
Tidak Diberi 0 0
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 14計
Semakin terbuka kesempatan bagi karyawan untuk
mengemukakan pendapatnya, maka peluangnya untuk berpartisipasi
dalam pembuatan keputusan juga semakin besar. Data pada tabel di atas
menunjukkan, bahwa atasan cukup terbuka untuk memberikan
kesempatan kepada karyawannya, agar bisa memberikan pendapatnya
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan perusahaan. Atasan akan
menampung pendapat dari para karyawannya untuk dapat ditindaklanjuti.
Maka dari itu, karyawan dituntut mempunyai kemampuan berkomunikasi
yang baik, agar bisa menyampaikan pendapatnya sesuai dengan yang
diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Tabel 16
Kemudahan Karyawan dalam Mengutarakan Usulan Maupun Keluhan
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ya, Mudah 39 55,71
Kadang-Kadang Mudah 29 41,43
Tidak Mudah 2 2,86
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 15計
Atasan sudah cukup baik dalam menerima masukan dari
karyawannya. Namun, bagi sebagian lainnya yang menyatakan terkadang
susah untuk dapat ikut mengutarakan keinginannya. Karyawan
diharapkan dapat membaca peluang kapan sekiranya atasan bisa diajak
untuk berkomunikasi secara baik-baik. Hal tersebut tentunya
memerlukan usaha dari karyawan untuk ikut aktif memberikan masukan
maupun kritik kepada atasan atau perusahaan atas isu yang berkembang.
Unsur kehangatan sebaiknya ditumbuhkan oleh para atasan, karena hal
tersebut penting dalam pelaksanaan kerja perusahaan yang demokrtais-
partisipatif. Sikap dan perilaku yang bersahabat dari seorang atasan
mampu menciptakan saling pengertian, mempercayai, dan menghargai,
sehingga partisipasi karyawan dapat meningkat. Setiap usulan dan/ atau
keluhan yang didapat dari karyawan biasanya akan ditampung, dianalisa,
dan dicari data dan faktanya oleh atasan, baru kemudian diberikan solusi
untuk penyelesaiannya. Karena sebagian besar karyawan menganggap
mudah dalam menyampaikan aspirasinya, menunjukkan bahwa
perusahaan sangat terbuka pada karyawannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Tabel 17
Kemampuan Karyawan untuk Diajak Bekerjasama dalam Meraih Prestasi
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ya 49 70
Kadang-Kadang 21 30
Tidak 0 0
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 16計
Bagi karyawan yang mengaku mampu diajak bekerjasama dalam
meraih prestasi, menunjukkan adanya kekompakan untuk bekerjasama
dalam diri karyawan, selain itu juga terlihat bahwa kerja tim yang
dibentuk sudah baik. Tantangan dan tanggung jawab merupakan persepsi
karyawan tentang tuntutan kerja dan peluang untuk maju, yang
mendorong pencapaian yang lebih tinggi dengan tanggung jawab yang
lebih besar. Faktor tantangan terkait dengan semangat untuk mengejar
prestasi tinggi di kalangan karyawan. Motivasi karyawan untuk
berprestasi dapat tumbuh subur apabila perusahaan, khususnya atasan
langsung memberikan peluang yang besar kepada karyawan untuk
bertanggung jawab. Sedangkan 30% lainnya menganggap bahwa kualitas
mereka untuk diajak bekerjasama masih dalam kategori sedang. Hal ini
cukup berpengaruh, karena setiap karyawan dituntut untuk dapat
berprestasi di perusahaannya. Tentunya, harus ada dorongan juga oleh
atasan yang turut membimbing agar stafnya mempunyai prestasi yang
membanggakan, dan bisa menduduki jabatan yang sesuai dan pantas
diemban oleh karyawan berprestasi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Tabel 18
Kesungguhan dan Fokus Karyawan dalam Bekerja
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ya, sungguh-sungguh dan fokus 54 77,14
Kadang-kadang 16 22,86
Tidak 0 0
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 17計
Dari data di atas dapat dilihat, bahwa sebagian besar karyawan
dapat bekerja dengan sungguh-sungguh dan fokus. Hal ini merupakan
bentuk dedikasi yang tinggi dari karyawan dalam memajukan
perusahaan, yakni bekerja dengan sebaik-baiknya agar terwujud tujuan
yang maksimal. Untuk itu, diperlukan adanya totalitas mereka dalam
bekerja, guna meningkatkan kinerjanya dalam perusahaan, sehingga
keikutsertaannya dalam setiap keputusan lebih diperhitungkan.
Tabel 19
Kemampuan Karyawan dalam Menampilkan Hasil Kerja yang Maksimal
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Maksimal 36 51,43
Belum Maksimal 33 47,14
Tidak Maksimal 1 1,43
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 18計
Data pada tabel di atas menunjukkan, sebanyak 51,43% karyawan
menjawab sudah menampilkan hasil kerja yang maksimal. Hal tersebut
sudah seharusnya ditunjukkan oleh setiap karyawan guna mendukung
tercapainya suatu keberhasilan bagi perusahaan. Karena, keuntungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
yang akan didapat oleh karyawan seperti ini adalah mudah untuk
dipercaya karyawan lainnya, bahkan atasan sekalipun. Dan hal ini akan
diperhitungkan, jika karyawan memiliki kualitas baik dalam bekerja,
biasanya penting juga dilibatkan bagi keputusan-keputusan dalam
perusahaan. Karyawan merasa bangga apabila dapat bekerja secara
produktif, karena semakin banyak karyawan yang merasa bangga akan
kerja yang mereka lakukan, maka semakin tinggi kinerja perusahaan
tersebut, sehingga pada akhirnya mengangkat reputasi perusahaan di
mata segenap karyawan.
Tabel 20
Kesempatan Karyawan untuk Mengerjakan Tugas Tertentu di Luar Pekerjaan yang Biasa Dilakukannya
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Sering Diberi 24 34,29
Kadang-Kadang Diberi 42 60
Tidak Diberi 4 5,71
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 19計
Tidak semua karyawan memiliki banyak kesempatan untuk bisa
menerima tugas di luar pekerjaan yang biasa dilakukannya. Karena
kemampuan dan keahlian ikut mempengaruhi keputusan atasan untuk
menunjuk karyawan mengerjakan pekerjaan lainnya. Persentase
karyawan yang diberi kesempatan untuk bisa mengerjakan tugas di luar
pekerjaannya cukup sedikit.
Setelah semua item pertanyaan mendapatkan jawaban dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
responden, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
pengklasifikasian atas jawaban tersebut. Berdasarkan total jawaban
responden pada Variabel Iklim Komunikasi di PT. PLN (Persero) APJ
Surakarta dapat dicari besarnya Range (jarak pengukuran), yakni nilai
tertinggi dikurangi nilai terendah. Dengan skor terendah 1时19 实19
(sebagai batas bawah) dan skor tertinggi 3时19 实57 (sebagai batas
atas). Maka interval kelasnya:
s 实asƼ4stĖǴtsa s 石asƼ4stĖǴĖaō4闺鬼桂Ƽ4闺诡4tĖ lǴs
s 实57石193 实12,67 实13
Dengan interval tersebut, dapat disusun tiga klasifikasi sebagai
berikut:
a. Kategori baik : 45-57
b. Kategori cukup baik : 32-44
c. Kategori tidak baik : 19-31
Hasil dari kategori di atas maka akan diperoleh data dari Variabel
Iklim Komunikasi yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 21
Iklim Komunikasi
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Baik 56 80
Cukup Baik 14 20
Tidak Baik 0 0
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 1計-19計
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, menunjukkan bahwa
iklim komunikasi di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta menurut sebagian
besar yakni 80% karyawannya masuk ke dalam kategori baik. Hal
tersebut menunjukkan bahwa iklim komunikasi di PT. PLN (Persero)
APJ Surakarta sudah baik, karena adanya unsur kepercayaan, pemberian
tanggung jawab, ketersediaan informasi, perolehan informasi, partisipasi
karyawan, perhatian terhadap pekerjaan kepada karyawannya masih
dalam taraf baik. Iklim komunikasi yang penuh persaudaraan, dapat
mendorong para anggota organisasi berkomunikasi secara terbuka, rileks,
dan ramah tamah.
B. Variabel Kompensasi
Tabel 22
Besar Kompensasi Karyawan
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Tinggi (lebih dari Rp 4.000.001) 20 28,57
Sedang (Rp 2.000.001-Rp 4 jt) 37 52,86
Rendah (kurang dari Rp 2 jt) 13 18,57
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 1过
Dari tabel di atas dapat dilihat, bahwa besarnya kompensasi yang
diberikan kepada karyawan sudah cukup baik. Hasil perhitungan
kompensasi di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta merupakan hasil
penghitungan yang panjang, disesuaikan dengan peningkatan kinerja dan
hasil kerja yang baik, serta tingginya tingkat kedisiplinan karyawan itu
sendiri, yakni pencapaian target masing-masing karyawan selama jangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
waktu satu semester. Sedangkan yang mendapat kompensasi dalam
kategori sedang, berarti kinerja yang diberikannya belum maksimal. Di
perusahaan manapun, besaran kompensasi yang diberikan kepada
karyawan menjadi bagian yang cukup penting, sebagai imbalan yang
bernilai atas usaha, kemampuan, dan keahlian yang diberikan oleh
karyawan kepada perusahaan.
Tabel 23
Kesesuaian Kompensasi yang Telah Diberikan
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Sesuai 30 42,86
Cukup Sesuai 36 51,43
Tidak Sesuai 4 5,71
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 2过
Bagi karyawan yang menjawab kompensasi sudah sesuai,
beranggapan bahwa hasil yang diterima berimbang dengan pekerjaan dan
optimalisasi kerja yang dilakukan selama ini. Sebagian besar karyawan
lainnya mengaku cukup sesuai, karena masih merasa kurang puas dengan
kompensasi yang diberikan. Namun, berapa pun kompensasi yang
diberikan oleh perusahaan, hal tersebut juga mencerminkan seberapa jauh
perusahaan tersebut menghargai kemampuan dan mengikat sumber daya
manusianya itu sendiri. Bahkan, hingga saat ini belum ada yang bisa
menyebutkan, berapa idealnya besar kompensasi yang sangat sesuai
dengan apa yang diinginkan karyawan, karena kompensasi juga
menyangkut tentang kesejahteraan karyawannya tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Setelah semua item pertanyaan pada Variabel Kompensasi
mendapatkan jawaban dari responden, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan pengklasifikasian atas jawaban tersebut. Untuk itu, dapat
dicari besarnya Range (jarak pengukuran), yakni nilai tertinggi dikurangi
nilai terendah. Dengan skor terendah 1时2 实2 (sebagai batas bawah)
dan skor tertinggi 3时2 实6 (sebagai batas atas). Maka interval
kelasnya:
s 实asƼ4stĖǴtsa s 石asƼ4stĖǴĖaō4闺鬼桂Ƽ4闺诡4tĖ lǴs
s 实6石23 实1,33 实1
Dengan interval tersebut, dapat disusun tiga klasifikasi sebagai
berikut:
a. Kategori tinggi : 6
b. Kategori sedang : 4-5
c. Kategori rendah : 2-3
Hasil dari kategori di atas maka akan diperoleh data dari Variabel
Kompensasi yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 24
Kompensasi
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Tinggi 15 21,43
Sedang 43 61,43
Rendah 12 17,14
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 1过-2过
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa kompensasi yang diperoleh
karyawan di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta menurut sebagian besar
responden masuk ke dalam kategori sedang. Kompensasi yang diberikan
perusahaan tersebut, diakui karyawan masih dapat ditoleransi atas apa
yang mereka kerjakan selama ini, bisa dikatakan tidak terlalu kecil
namun juga tidak terlalu besar. Namun, setiap karyawan pasti memiliki
batas kepuasan yang berbeda-beda dan selalu menginginkan adanya
kompensasi yang besar, agar hal tersebut bisa memacu karyawan untuk
mendukung keberhasilan perusahaan dengan selalu meningkatkan
motivasi kerjanya. Setidaknya, karyawan merasakan bahwa usaha dan
kerja mereka selama ini dihargai oleh perusahaan, dan sebagai salah satu
bentuk pengakuan dari atasan/ perusahaan terhadap keberadaan karyawan
itu sendiri.
Sistem manajemen pada dasarnya berarti bagaimana perlakuan para
atasan/ perusahaan terhadap karyawan. Sistem manajemen meliputi
sistem-sistem komunikasi, sistem imbalan/ kinerja, sistem tunjangan dan
jaminan, kebijakan dan prosedur kerja, kebijakan-kebijakan perusahaan,
dan struktur organisasi. Perlakuan perusahaan terhadap karyawan inilah
yang membentuk persepsi karyawan tentang kenyamanan kerja dan
lingkungan sosial iklim komunikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
C. Variabel Disiplin Kerja Karyawan
1) Disiplin waktu
Tabel 25
Ketepatan Karyawan Masuk Kantor
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Selalu Tepat 62 88,57
Kadang-Kadang Tepat 8 11,43
Sering Tidak Tepat 0 0
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 1裹
Data di atas menunjukkan bahwa kesadaran karyawan di PT.PLN
(Persero) APJ Surakarta untuk masuk kantor tepat waktu masih tinggi.
Hal ini juga disebabkan sistem absensi yang menggunakan sidik jari dan
kartu magnetik yang menuntut mereka untuk dapat masuk kantor tepat
waktu. Jadi, absensi kehadiran tidak bisa dimanipulasi dan akan terlihat
di kartu tersebut, siapa yang memiliki kedisiplinan yang tinggi bahkan
yang rendah sekalipun. Bagi karyawan yang melanggar, maka harus siap
menanggung resikonya sendiri.
Tabel 26
Kesesuaian Karyawan pada Jam Pulang Kantor
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Sesuai 27 38,57
Kadang-Kadang Sesuai 35 50
Tidak Sesuai 8 11,43
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 2裹
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, jam kerja dimulai pada pukul
07.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Dengan rentang waktu yang ada
tersebut, masih ada karyawan yang jam pulang kantornya melebihi pukul
16.00 WIB. Hal tersebut disesuaikan dengan kondisi pekerjaan pada
masing-masing karyawan. Apabila pekerjaan ditafsir harus selesai pada
hari itu juga, maka terkadang karyawan dituntut untuk lembur atau
pulang melebihi jam pulang kerja seperti biasanya. Artinya, jam pulang
kantor memang sudah ada ketentuannya, namun bersifat fleksibel
berdasarkan kesibukan masing-masing karyawan.
2) Disiplin terhadap tugas dan tanggung jawab
Tabel 27
Karyawan Mematuhi Prosedur Kerja dan Ketentuan yang Berlaku di Perusahaan
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ya, mematuhi 51 72,86
Kadang-Kadang Mematuhi 19 27,14
Tidak Mematuhi 0 0
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 3裹
Melihat data di atas, sebagian besar karyawan sudah mematuhi
prosedur kerja dan ketentuan yang berlaku, mengingat bahwa setiap
karyawan bertanggung jawab atas pekerjaan yang telah dikerjakannya
sendiri. Sedangkan sebagian karyawan lainnya masih menjawab kadang-
kadang mematuhi prosedur dan ketentuan yang ada, mengingat ada
beberapa pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan sesuai prosedur, yang
terkadang bersifat kondisional. Namun, dengan jumlah persentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
kadang-kadang mematuhi ini, perlu kiranya suatu kontrol dari atasan
untuk mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan yang semestinya dapat
diminimalisir, sekaligus juga mendisiplinkan karyawan agar bekerja pada
jalur yang seharusnya. Karena kesesuaian kerja dengan prosedur yang
ada akan berkaitan dengan hasil yang akan diperoleh nantinya.
Tabel 28
Pengerjaan Tugas Secara Maksimal
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ya, Maksimal 41 58,57
Belum Maksimal 29 41,43
Tidak Maksimal 0 0
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 4裹
Setiap pekerjaan yang diusahakan secara maksimal, kemungkinan
besar akan memperoleh hasil yang maksimal juga. Dengan persentase
hasil kerja karyawan semacam ini, sudah seharusnya menjadi perhatian
para atasan agar dapat terus memotivasi karyawannya untuk berupaya
bekerja dengan semaksimal mungkin, agar hasil yang diperoleh sesuai
dengan apa yang diinginkan. Hal ini juga berkaitan dengan totalitas
karyawan dalam bekerja, yakni seberapa besar kemampuan yang
diberikan untuk bekerja di perusahaan dengan sebaik-baiknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Tabel 29
Izin Tidak Masuk Kantor
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Selalu 43 61,43
Kadang-Kadang 26 37,14
Tidak Pernah 1 1,43
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 5裹
Izin untuk tidak masuk kantor juga penting dalam suatu bentuk
kedisiplinan. Hal ini sangat tepat dilakukan sebagai pertanggungjawaban
diri atas status karyawan yang terikat pada perusahaan. Bagi karyawan
yang tidak melakukan izin kantor di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta
bisa disebut sebagai bentuk mangkir (melalaikan tugas kedinasan), dan
termasuk ke dalam pelanggaran disiplin ringan. Sanksi yang akan
diterima, apabila selama lima hari kerja atau lebih secara berturut-turut
tanpa memberi keterangan secara tertulis dengan dilengkapi bukti yang
sah, akan dilakukan pemanggilan oleh atasan langsung secara tertulis dan
dijatuhi sanksi disiplin sedang.
Setelah semua item pertanyaan mendapatkan jawaban dari
responden, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
pengklasifikasian atas jawaban tersebut. Berdasarkan total jawaban
responden pada Variabel Disiplin Kerja Karyawan di PT. PLN (Persero)
APJ Surakarta dapat dicari besarnya Range (jarak pengukuran), yakni
nilai tertinggi dikurangi nilai terendah. Dicari skor terendah yakni
1时5 实5 (sebagai batas bawah) dan skor tertinggi 3时5 实15 (sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
batas atas). Maka interval kelasnya:
s 实asƼ4stĖǴtsa s 石asƼ4stĖǴĖaō4闺鬼桂Ƽ4闺诡4tĖ lǴs
s 实15石53 实3,33 实3
Dengan interval tersebut, dapat disusun tiga klasifikasi sebagai
berikut:
a. Kategori baik : 13-15
b. Kategori cukup baik : 9-12
c. Kategori tidak baik : 5-8
Hasil dari kategori di atas maka akan diperoleh data dari Variabel
Disiplin Kerja Karyawan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 30
Disiplin Kerja Karyawan
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Baik 45 64,29
Cukup Baik 25 35,71
Tidak Baik 0 0
Jumlah 70 100
Sumber: Diolah dari jawaban nomor 1裹-5裹
Dilihat dari data di atas, menunjukkan bahwa kepedulian karyawan
terhadap disiplin kerjanya masuk dalam kategori baik. Terbukti dari
setengah responden di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta yakni 64,29%
karyawannya memiliki tingkat absensi yang baik, dilihat dari
kedisiplinan waktu yang dimiliki dan kedisiplinan terhadap tugas dan
tanggung jawab yang diberikan oleh perusahaan. Hal ini juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
menunjukkan bahwa kinerja karyawan berada dalam taraf aman, namun
tetap dibutuhkan dukungan penuh dari atasan untuk terus
membangkitkan gairah/ semangat kerja para stafnya. Tentu dengan
menciptakan iklim komunikasi yang baik, agar karyawan merasa dihargai
atas loyalitas yang diberikannya kepada perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
BAB IV
ANALISIS DATA
Pada bab ini akan menganalisis data yang sudah didapatkan, meliputi
penyederhanaan data dan penyajian data. Hal ini dilakukan dengan
mengelompokkannya dalam suatu bentuk yang mudah dibaca dan
diinterpretasikan, atau diberi makna atas hasil yang diperoleh. Analisis data
dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian atau menguji
hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dinyatakan sebelumnya. Berikut ini
variabel yang diteliti dalam penelitian ini:
a. Variabel Independen I : Iklim Komunikasi
b. Variabel Independen II : Tingkat Kompensasi
c. Variabel Dependen : Disiplin Kerja Karyawan
Perolehan data pada bab sebelumnya adalah untuk menjawab hipotesis
yang telah dipaparkan pada Bab 1, antara lain:
1. Terdapat hubungan yang kuat dan positif antara iklim komunikasi dengan
disiplin kerja karyawan di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan
Surakarta.
2. Terdapat hubungan yang kuat dan positif antara tingkat kompensasi dengan
disiplin kerja karyawan di PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan
Surakarta.
Selanjutnya, pada bab ini akan dijabarkan bukti-bukti yang mendukung
pencapaian tersebut, dan untuk membuktikan hipotesa yang telah dijabarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Adapun, berikut ini data mengenai nilai-nilai hasil jawaban responden dari ketiga
variabel di atas, yakni:
Tabel 31
Nilai-Nilai Variabel Iklim Komunikasi (X1), Tingkat Kompensasi (X2), dan Disiplin Kerja Karyawan (Y)
No Responden
Iklim Komunikasi
Tingkat Kompensasi
Disiplin Kerja Karyawan
(1) (2) (3) (4) 1 53 6 14 2 56 6 14 3 54 5 15 4 51 5 15 5 52 3 13 6 54 5 12 7 57 5 15 8 52 3 15 9 48 5 14 10 56 5 14 11 55 4 14 12 54 4 13 13 54 5 15 14 51 3 15 15 46 4 13 16 54 6 15 17 35 4 10 18 53 5 12 19 55 5 15 20 46 4 14 21 50 5 15 22 53 6 14 23 54 4 15 24 55 6 15 25 47 6 13 26 54 6 14 27 46 4 14 28 51 4 11 29 47 3 12 30 49 4 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
(1) (2) (3) (4) 31 53 6 15 32 57 5 15 33 57 6 15 34 57 6 14 35 55 3 15 36 50 3 15 37 56 6 15 38 35 4 12 39 49 5 12 40 33 4 10 41 56 5 13 42 41 4 11 43 39 4 11 44 38 4 10 45 49 5 13 46 38 4 10 47 47 4 13 48 50 4 13 49 50 6 13 50 49 6 13 51 44 4 12 52 38 5 10 53 47 3 12 54 38 4 11 55 48 4 11 56 49 2 15 57 46 2 10 58 46 4 13 59 47 6 14 60 47 3 12 61 33 4 10 62 38 4 10 63 47 3 12 64 55 4 14 65 49 4 15 66 56 6 15 67 41 4 11 68 53 5 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
(1) (2) (3) (4) 69 38 5 10 70 52 3 13
Sumber: Data Primer
Berdasarkan nilai dari ketiga variabel yang telah disajikan pada tabel di
atas, selanjutnya dapat diketahui mengenai ada tidaknya korelasi antarvariabel,
melalui proses penghitungan lebih lanjut yang sebelumnya telah dijelaskan pada
Bab 1. Maka dari itu, akan digunakan analisa tabulasi silang atau teknik elaborasi,
yakni metode analisa yang paling sederhana tetapi memiliki daya menerangkan
cukup kuat untuk menjelaskan hubungan antarvariabel.
Berikut ini tabulasi silang hubungan antara iklim komunikasi dengan
disiplin kerja karyawan:
Tabel 32
Hubungan antara Variabel Iklim Komunikasi (X1) dengan Disiplin Kerja Karyawan (Y)
Iklim
Komunikasi
Disiplin Kerja Karyawan
Jumlah (%) Baik (%) Cukup
Baik
(%) Tidak
Baik
(%)
Baik 45 64,29 11 15,71 0 0 56 80
Cukup Baik 0 0 14 20 0 0 14 20
Tidak Baik 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 45 64,29 25 35,71 0 0 70 100
Sumber: dari Tabel 21 dan Tabel 30 Pada tabel tabulasi silang di atas dapat dijelaskan bahwa penilaian
responden terhadap iklim komunikasi yang baik adalah 80%, dan yang menjawab
iklim komunikasi dan disiplin kerja karyawannya dalam kategori baik sangat
besar, yakni sebanyak 64,29%. Kemudian, yang mengatakan bahwa iklim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
komunikasi baik dan disiplin kerja karyawannya dalam kategori cukup baik hanya
15,71% saja. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat
kuat antara iklim komunikasi dan disiplin kerja karyawan di PT. PLN (Persero)
APJ Surakarta.
Selanjutnya, responden yang menyatakan iklim komunikasi dan disiplin
kerja karyawan dalam kategori cukup baik sebesar 20% saja. Hal tersebut
tentunya semakin memperkuat hubungan di antara kedua variabel itu. Maka, dapat
disimpulkan bahwa hubungan iklim komunikasi dan disiplin kerja karyawan di
PT. PLN (Persero) APJ Surakarta adalah sangat kuat dan positif, terlihat dari
keseragaman sebagian besar hasil jawaban yang diberikan oleh para responden.
Berdasarkan hasil tersebut, iklim komunikasi punya andil sangat besar untuk
dapat menciptakan disiplin kerja yang baik. Hal tersebut diperkuat oleh jalinan
komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan, yakni karena adanya unsur
kepercayaan, tanggung jawab, ketersediaan informasi, partisipasi, dan perhatian
yang penuh terhadap pekerjaan.
Di sini, tingkat manajerial PLN sudah bisa mengetahui bagaimana suatu
pesan dapat disampaikan secara baik kepada para staf, begitupun sebaliknya.
Komunikasi dijalankan secara fungsional sesuai dengan kebutuhan saja,
kepentingan yang tidak berkaitan dengan perusahaan sudah bisa diminimalisir,
sehingga dapat menekan sanksi tegas dari perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Hasil yang sudah didapat pada X1 tersebut kemudian dilanjutkan pada
hipotesis yang kedua yakni hubungan antara tingkat kompensasi dengan disiplin
kerja karyawan. Berikut hasil pengolahan datanya:
Tabel 33
Hubungan antara Variabel Tingkat Kompensasi (X2) dengan Disiplin Kerja Karyawan (Y)
Tingkat
Kompensasi
Disiplin Kerja Karyawan
Jumlah (%) Baik (%) Cukup
Baik
(%) Tidak
Baik
(%)
Tinggi 15 21,43 0 0 0 0 15 21,43
Sedang 23 32,86 20 28,75 0 0 43 61,43
Rendah 7 10 5 7,14 0 0 12 17,14
Jumlah 45 64,29 25 35,71 0 0 70 100
Sumber: dari Tabel 24 dan Tabel 30 Berdasarkan tabel pada tabulasi silang di atas, dapat dijelaskan bahwa
penilaian responden pada tingginya tingkat kompensasi yang didapat adalah
21,43%, menunjukkan bahwa tingkat kompensasi yang tinggi ternyata juga diikuti
oleh disiplin kerja yang baik dari karyawannya. Namun, angka tersebut jauh
berbeda dengan presentase pada kategori tingkat kompensasi sedang.
Selanjutnya, responden yang menilai bahwa tingkat kompensasi yang
masuk dalam kategori sedang berjumlah 61,43%, dan dominasi responden yang
menjawab tingkat kompensasi sedang terlihat pada disiplin kerjanya yang baik
yakni 32,86%. Berbeda jika dibandingkan dengan responden yang menjawab
tingkat kompensasi sedang dan disiplin kerjanya cukup baik, hanya sebesar
28,75%. Hal tersebut menunjukkan hubungan yang kurang kuat di kedua variabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Berdasarkan analisa data di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa
hubungan antara Tingkat Kompensasi (X2) dengan Disiplin Kerja Karyawan (Y)
adalah positif. Namun, hubungan tersebut kurang kuat, dikarenakan jawaban
responden yang menjawab Tingkat Kompensasi yang sedang dan Disiplin Kerja
Karyawannya masuk dalam kategori baik paling tinggi presentasenya. Artinya,
responden tidak terlalu melihat adanya faktor kompensasi dalam bekerja.
Hal itu bisa dikarenakan, masih ada faktor lainnya dalam pemberian
kompensasi bagi karyawan di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta, seperti sasaran
dan kompetensi individu. Perolehan nilai berdasarkan perencanaan dan hasil
pemantauan dari atasan langsung yang dilakukan secara berkala, yakni selama
satu semester. Penilaian dilihat dari pencapaian sasaran, kinerja, dan disiplin kerja
karyawan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta yang tertulis pada lembar “Formulir
Manajemen untuk Kerja Pegawai”. Kemajuan pencapaian kerja oleh karyawan
selalu berada dalam pantauan atasan dan memberikan umpan balik serta tingkat
keberhasilan kerja. Setelah penilaian kompetensi secara individu, kemudian
penilaian ditingkatkan pada unjuk kerja secara tim. Hasil tersebutlah yang
kemudian diproses untuk penghitungan kompensasi bagi tiap-tiap karyawan.
Maka dari itu, untuk berapa besar angka kompensasi yang diterima oleh
karyawan tidak bisa diketahui secara pasti, karena hal tersebut melalui
penghitungan dengan rumus yang cukup panjang. Sehingga, karyawan cenderung
hanya menerima saja dan tidak memperhitungkan berapa insentif yang didapat
dari disiplin maupun kinerja yang diperoleh setiap bulannya. Lagipula gaji yang
diterima karyawan PLN masuk dalam kategori cukup besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan perhitungan yang telah diuraikan pada
bab-bab sebelumnya mengenai deskriptif korelasional antara iklim
komunikasi dan tingkat kompensasi dengan disiplin kerja karyawan di PT.
PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Surakarta, maka dapat
menjawab rumusan masalah yang ada, yakni:
1. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan metode tabulasi silang
(crosstabs), maka hipotesis yang mengungkapkan bahwa “Terdapat
hubungan yang kuat dan positif antara iklim komunikasi dengan
disiplin kerja karyawan PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan
Jaringan (APJ) Surakarta”, dapat diterima. Karena dilihat dari tabel
pada tabulasi silang, ditemukan bahwa angka yang didapat pada kedua
hubungan terlihat sangat signifikan.
2. Kemudian, menjawab hipotesis yang kedua, bahwa tingkat kompensasi
akan mempengaruhi disiplin kerja karyawan adalah kurang tepat, apabila
hal tersebut diterapkan di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. Hal ini
dikarenakan gaji pokok yang diterima karyawan memang lebih dari
cukup. Jadi, faktor kompensasi ini memang tidak terlalu berpengaruh
dalam peningkatan disiplin kerja karyawan PLN. Selain itu, kompensasi
memang diberikan dengan kriteria penilaian kinerja yang telah
diakumulasi selama satu semester, dilihat berdasarkan beberapa indikator,
antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
a. Sasaran individu
b. Kontribusi individu (kriteria pengetahuan praktis dan kriteria sikap &
perilaku)
c. Disiplin pegawai
Ketiga hal tersebut, tercantum dalam ”Formulir Manajemen untuk
Kerja Pegawai”, dengan siklus manajemen:
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan agar setiap
karyawan tetap terus memberikan kontribusi terbaiknya dalam bekerja, guna
keberhasilan PT. PLN (Persero) APJ Surakarta. Karena semua hal yang
dikerjakan akan masuk ke dalam penilaian kinerja karyawan. Maka dari itu,
karyawan jangan pernah takut untuk tidak mendapat imbalan/ kompensasi
atas apa yang telah dikerjakan dan dilakukan selama bekerja di perusahaan.
Apalagi, sekarang PT. PLN (Persero) APJ Surakarta sedang menuju World
Class Service (WCS), dimana semuanya harus dikerjakan bersama-sama
dengan sebaik mungkin dan sukses dalam mencapai target-target yang telah
terlewatkan. Kemudian, bagi sebagian kecil karyawan yang disiplin waktu
Langkah 1 Perencanaan
Kinerja Pegawai
Langkah 2 Pemantauan
Kinerja Pegawai
Langkah 3 Penilaian Kinerja
Pegawai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
terutama yang masih terlambat masuk kantor, diharapkan tidak akan terulang
lagi, karena hal tersebut dapat menghambat pekerjaan.
Bagi para atasan/ pimpinan hendaknya tetap menjaga kerja tim yang
baik dan terus melakukan pengawasan terhadap kerja bawahan/ karyawan,
serta selalu menjaga komunikasi yang baik di semua lini. Karena jalinan
komunikasi yang baik, bisa meminimalisir bahkan mengatasi semua
hambatan yang terjadi di lingkungan perusahaan.
Pada dasarnya, komunikasi dari bawahan ke atasan memang lebih
susah jika dibandingkan dengan komunikasi dari atasan ke bawahan, karena
komunikasi itu ibaratkah “darah kehidupan/ life blood”. Maka dari itu, perlu
diadakannya forum-forum non formal seperti sarasehan, arisan, outbond, dan
sebagainya. Hal tersebut dimaksudkan agar posisi antara atasan dan bawahan
bisa berlangsung sejajar, guna terjalin komunikasi yang baik satu sama
lainnya, tidak ada yang membawa atribut jabatan, sehingga komunikasi bisa
lebih rileks dan terbuka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 1987. Manajemen Organisasi. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Effendy, Onong Uchana. 1984. Ilmu Komunikasi-Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Gibson, J.L.., J. M. Ivancevich, dan J.H. Donnelly. 1994. Organisasi (Perilaku, Struktur, Proses). ed. Dharma, A. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Handoko, T. Hani. 1987. Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: BPFE.
Hardjana, Andre. 2006. Jurnal Ilmu Komunikasi, Iklim Organisasi: Lingkungan Kerja Manusiawi. Volume 3, Nomor 1. Yogyakarta.
Kriyantono, Rachmat. 2006. Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Muhammad, Arni. 2009. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyana, Deddy. 2005. Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintasbudaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nitisemito, Alex S. 1982. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia.
Pace, R. Wayne dan D. F. Faules. 2006. Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. ed. Mulyana, Deddy. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pawito. 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara.
PLN. 2007. Peraturan Disiplin Pegawai PT. PLN (Persero). Jakarta.
PT. PLN (Persero) dengan Serikat Pekerja PT. PLN (Persero). 2007. Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Jakarta.
Reksohadiprodjo, Sukanto dan T. H. Handoko. 1992. Organisasi Perusahaan - Teori Struktur dan Perilaku. Yogyakarta: BPFE.
Robbins, Stephen P. 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Siegel, Sidney. 1997. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia.
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Singarimbun, Masri dan S. Effendi. 2006. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.
Slamet, Yulius. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.
____________. 1990. Analisa Data Kuantitatif untuk Data Sosial. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.
Somantri, Ating dan S. A. Muhidin. 2006. Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulaiman, Wahid. 2003. Statistik Nonparametrik (Contoh Kasus dan Pemecahannya dengan SPSS). Yogyakarta: ANDI.
Sutarto. 1978. Dasar-Dasar Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University.
Wursanto. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Andi Offset.
Skripsi dan Tesis
Irsyak, M. Priongko. 2004. “Iklim Komunikasi Organisasi dan Disiplin Kerja (Studi Tentang Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi dengan Disiplin Kerja di Kalangan Pegawai PT. Bank BNI Cabang Surakarta)”. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Kusuma, Satria. 2008. “Iklim Komunikasi Organisasi dan Motivasi Kerja (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Iklim Komunikasi Organisasi dalam Implikasinya terhadap Motivasi Kerja Pimpinan dalam Mewujudkan Misi Perusahaan di PT. PLN (Persero) APJ Surakarta)”. Tesis. Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Nurati, D. E. 2003. “Iklim Komunikasi Organisasi dan Kinerja Humas (Studi Deskriptif tentang Iklim Komunikasi Organisasi dan Kinerja Humas PT. PLN Distribusi Jawa Tengah dan DIY)”. Tesis. Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Jurnal
Gibson, Jane W., S. P. Cotterman, dan R. E. Johnson. 2006. Journal of Business & Economics Research, Discipline: Still A Four Letter Word?. Volume 4, Number 1. http://www.cluteinstitute-onlinejournals.com/PDFs/2006317. pdf. [25 Mei 2010]
Varona, Federico. 2002. American Communication Journal, Conceptualization and Management of Communication Satisfaction and Organizational Commitment in Three Guatemalan Organizations. Volume 5, Issue 3, Spring.
Web
Buchholz, William J. 2001. Open Communication Climate. Waltham, Massachusetts: Bentley College. http://atc.bentley.edu/faculty/wb/printables/opencomm.pdf . [25 Mei 2010]
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Kuesioner
Identitas Responden*
Jenis Kelamin :
Jabatan :
Bidang kerja :
Latar Belakang Pendidikan : * Identitas responden akan dijaga kerahasiaannya
Petunjuk Pengisian
Anda diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan
memberikan tanda silang (X) pada salah satu huruf/ pilihan yang telah disediakan,
berdasarkan kesan dan tentunya sesuai dengan keadaan Anda sendiri yang
sebenar-benarnya mengenai perusahaan ini. Jawaban yang Anda berikan nantinya,
tidak akan berpengaruh terhadap pekerjaan Anda.
Variabel X: Iklim Komunikasi
1. Apakah Anda mengetahui dengan benar pekerjaan Anda sebelum
mengerjakannya?
a. Ya, mengetahui b. Cukup mengetahui c. Tidak mengetahui
2. Apakah Anda berani menanggung segala resiko atas tugas yang dibebankan
oleh perusahaan?
a. Ya, berani b. Cukup berani c. Tidak berani
3. Apakah Anda siap menerima sanksi atas kesalahan/ kelalaian yang
dilakukan?
a. Ya, siap b. Kurang siap c. Tidak siap
4. Apakah Anda diberi tanggung jawab sepenuhnya terhadap tugas yang
dibebankan?
a. Ya, diberi b. Kadang-kadang c. Tidak diberi
5. Apakah Anda sudah melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang
berlaku?
a. Ya, sesuai b. Kadang-kadang c. Tidak sesuai
No. Responden:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
6. Apakah Anda bekerja dengan jujur, tertib, dan cermat untuk kepentingan
perusahaan?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
7. Apakah Anda dimudahkan untuk memperoleh informasi tentang kebijakan
perusahaan, terutama yang berhubungan langsung dengan bidang kerja Anda?
a. Ya, selalu b. Kadang-kadang c. Sering dipersulit
8. Apakah Anda bisa mengakses informasi seluas-luasnya mengenai
perusahaan?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
9. Apakah perusahaan memberi informasi secara berkala melalui berbagai
media seperti surat, majalah, papan pengumuman, dan email/ website
perusahaan?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
10. Apakah Anda diajak berdialog oleh atasan secara langsung untuk membahas
hal-hal tertentu mengenai perusahaan?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
11. Apakah Anda memberikan informasi yang benar dan terbuka sesuai fakta
yang ada?
a. Ya, selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
12. Apakah atasan bersedia mendengarkan dan menerima informasi yang
diberikan oleh Anda selaku bawahannya?
a. Ya, bersedia b. Kadang-kadang c. Tidak bersedia
13. Apakah atasan bersedia memberikan nasihat atau masukan atas kekeliruan
informasi yang Anda berikan?
a. Ya, bersedia b. Kadang-kadang c. Tidak bersedia
14. Apakah Anda diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat dalam
musyawarah untuk penetapan kebijakan perusahaan?
a. Ya, diberi b. Kadang-kadang c. Tidak diberi
15. Apakah Anda dapat dengan mudah mengutarakan usulan maupun keluhan
kepada atasan, berkaitan dengan bidang pekerjaan Anda?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
16. Apakah Anda adalah orang yang mudah untuk diajak bekerjasama dalam
meraih prestasi?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
17. Apakah Anda bersungguh-sungguh dan fokus dalam mengerjakan setiap
pekerjaan?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
18. Apakah Anda sudah menampilkan hasil kerja yang maksimal?
a. Ya, maksimal b. Belum maksimal c. Tidak maksimal
19. Apakah Anda diberi kesempatan oleh atasan untuk mengerjakan tugas
tertentu, di luar pekerjaan yang biasa dilakukan?
a. Ya, diberi b. Kadang-kadang c. Tidak diberi
Variabel Y: Disiplin Kerja Karyawan
1. Apakah Anda selalu datang tepat waktu ke kantor?
a. Ya, selalu tepat b. Kadang-kadang tepat c. Sering tidak tepat
2. Apakah Anda pulang kantor sesuai jam kerja?
a. Ya, sesuai b. Kadang-kadang c. Tidak sesuai
3. Apakah Anda mematuhi prosedur kerja dan ketentuan yang berlaku
diperusahaan?
a. Ya, mematuhi b. Kadang-kadang c. Tidak mematuhi
4. Apakah Anda mengerjakan tugas secara maksimal?
a. Ya, maksimal b. Belum maksimal c. Tidak maksimal
5. Apakah Anda selalu minta izin jika tidak masuk kantor?
a. Ya, selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Variabel Kontrol: Kompensasi
1. Berapa besar kompensasi perusahaan yang Anda terima dalam satu
semesternya?
2. Apakah kompensasi tersebut sudah sesuai dengan apa yang telah Anda
kerjakan?
a. Ya, sesuai b. Cukup sesuai c. Tidak sesuai
Terima kasih atas partisipasi Anda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Beberapa informasi target PT. PLN (Persero) Area Pelayanan dan Jaringan
Surakarta yang ditempel di beberapa tempat strategis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Data Mentah Hasil Kuesioner
No Item Pertanyaan
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 x 1 2 3 4 5 y 1 2 z
1 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 53 3 2 3 3 3 14 3 3 6
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 56 3 2 3 3 3 14 3 3 6
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 54 3 3 3 3 3 15 2 3 5
4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 1 51 3 3 3 3 3 15 2 3 5
5 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 52 3 1 3 3 3 13 1 2 3
6 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 54 3 3 3 2 1 12 2 3 5
7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57 3 3 3 3 3 15 2 3 5
8 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 52 3 3 3 3 3 15 1 2 3
9 3 3 3 3 3 3 2 1 2 1 3 3 3 2 3 2 3 3 2 48 3 2 3 3 3 14 2 3 5
10 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 56 3 2 3 3 3 14 2 3 5
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 55 3 2 3 3 3 14 1 3 4
12 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 54 3 1 3 3 3 13 1 3 4
13 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 54 3 3 3 3 3 15 2 3 5
14 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 51 3 3 3 3 3 15 1 2 3
15 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 46 3 2 3 2 3 13 2 2 4
16 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 54 3 3 3 3 3 15 3 3 6
17 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 35 2 2 2 2 2 10 2 2 4
18 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 53 3 1 3 2 3 12 2 3 5
19 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 55 3 3 3 3 3 15 2 3 5
20 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 46 3 3 3 2 3 14 2 2 4
21 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 50 3 3 3 3 3 15 2 3 5
22 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 53 3 2 3 3 3 14 3 3 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
23 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 54 3 3 3 3 3 15 2 2 4
24 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 55 3 3 3 3 3 15 3 3 6
25 2 2 3 2 3 3 1 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 47 3 1 3 3 3 13 3 3 6
26 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 54 3 2 3 3 3 14 3 3 6
27 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 46 3 3 3 2 3 14 2 2 4
28 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 51 2 2 3 2 2 11 2 2 4
29 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 47 3 2 3 2 2 12 1 2 3
30 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 49 3 3 3 3 3 15 2 2 4
31 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 53 3 3 3 3 3 15 3 3 6
32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57 3 3 3 3 3 15 2 3 5
33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57 3 3 3 3 3 15 3 3 6
34 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57 3 2 3 3 3 14 3 3 6
35 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 55 3 3 3 3 3 15 1 2 3
36 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 50 3 3 3 3 3 15 1 2 3
37 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 56 3 3 3 3 3 15 3 3 6
38 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 35 3 2 3 2 2 12 2 2 4
39 3 2 1 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 49 3 2 3 2 2 12 3 2 5
40 3 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 33 3 1 2 2 2 10 2 2 4
41 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 56 3 2 3 3 2 13 3 2 5
42 2 2 1 1 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 41 3 2 2 2 2 11 2 2 4
43 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 39 3 2 2 2 2 11 2 2 4
44 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38 2 2 2 2 2 10 2 2 4
45 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 49 3 2 2 3 3 13 3 2 5
46 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38 2 2 2 2 2 10 2 2 4
47 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 47 3 2 3 3 2 13 2 2 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
48 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 50 3 2 3 2 3 13 2 2 4
49 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 50 3 3 3 2 2 13 3 3 6
50 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 49 3 2 2 3 3 13 3 3 6
51 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 44 3 3 2 2 2 12 2 2 4
52 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38 2 2 2 2 2 10 3 2 5
53 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 47 3 3 2 2 2 12 2 1 3
54 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38 3 2 2 2 2 11 2 2 4
55 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 48 3 2 2 2 2 11 2 2 4
56 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 49 3 3 3 3 3 15 1 1 2
57 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 46 2 2 2 2 2 10 1 1 2
58 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 46 3 2 3 3 2 13 2 2 4
59 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 47 3 2 3 3 3 14 3 3 6
60 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 47 3 2 2 3 2 12 2 1 3
61 3 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 33 3 1 2 2 2 10 2 2 4
62 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38 2 2 2 2 2 10 2 2 4
63 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 47 3 2 3 2 2 12 1 2 3
64 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 55 3 2 3 3 3 14 1 3 4
65 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 49 3 3 3 3 3 15 2 2 4
66 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 56 3 3 3 3 3 15 3 3 6
67 2 2 1 1 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 41 3 2 2 2 2 11 2 2 4
68 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 53 3 1 3 2 3 12 2 3 5
69 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38 2 2 2 2 2 10 3 2 5
70 3 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 52 3 1 3 3 3 13 1 2 3