Ikhtiologi ikan

104
LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN (L K P P) _____________________________________________________________ LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS SCL Judul PENINGKATAN PENGETAHUAN KONSEPSI SISTEMATIKA DAN PEMAHAMAN SYSTEM ORGAN IKAN YANG BERBASIS SCL PADA MATAKULIAH IKHTIOLOGI oleh: DR. ANDI IQBAL BURHANUDDIN, M.Fish. Sc. Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Hasanuddin Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Nomor: 469/H4.23/PM.05/2008 Tanggal 04 Februari 2008 JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN FEBRUARI 2008

Transcript of Ikhtiologi ikan

Page 1: Ikhtiologi ikan

LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN (L K P P)

_____________________________________________________________

LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS SCL

Judul

PENINGKATAN PENGETAHUAN KONSEPSI SISTEMATIKA DAN PEMAHAMAN SYSTEM ORGAN IKAN YANG BERBASIS SCL PADA MATAKULIAH IKHTIOLOGI

oleh:

DR. ANDI IQBAL BURHANUDDIN, M.Fish. Sc.

Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Hasanuddin Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan

Nomor: 469/H4.23/PM.05/2008 Tanggal 04 Februari 2008

JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN FEBRUARI 2008

Page 2: Ikhtiologi ikan

ii

LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN (L K P P)

Lantai Dasar Gedung Perpustakaan Universitas Hasnuddin

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN

PROGRAM TRANSFORMASI DARI TEACHING KE LEARNING UNIVERSITAS HASANUDDIN 2008

Judul: PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG KONSEPSI

SISTEMATIKA DAN PEMAHAMAN SYSTEM ORGAN DAN BENTUK ADAPTASI IKAN YANG BERBASIS SCL PADA

MATAKULIAH IKHTIOLOGI a. Nama : Dr. Andi Iqbal Burhanuddin, M. Fish. Sc. b. N I P : 132 102 308 c. Pangkat/ Golongan : Penata/ III.c d. Jurusan : Ilmu Kelautan e. Fakultas/Universitas : Ilmu Kelautan dan Perikanan / Univ. Hasanuddin f. Biaya : Rp. 4.000.000,- (Empat Juta Rupiah)

Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Hasanuddin Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan

Nomor: 469/H4.23/PM.05/2008 Tanggal 04 Februari 2008

Makassar, 04 Februari 2008

Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS Pembuat Modul

(Prof. Dr. Ir. H. Sudirman, MP) NIP. 131 860 849

(Dr. Andi Iqbal Burhanuddin, M. Fish. Sc.) NIP. 132 102 308

Page 3: Ikhtiologi ikan

iii

KATA PENGANTAR

Universitas Hasanuddin dalam mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang

berkualitas dan berkelanjutan sebagai tujuan utamanya memiliki tahapan agenda dalam

rangka mencapai Visi dan Misi Citra Unhas 2010, yaitu memiliki sistem pendidikan

yang handal melalui penyelenggaraan proses pembelajaran berbasis pada pendekatan

learning.

Peningkatan kapasitas belajar mahasiswa sangat ditentukan oleh keaktifan dan

kemampuan untuk memanfaatkan literaratur dari berbagai sumber, termasuk literatur

yang mudah diperoleh berupa modul setiap mata ajaran. Berdasarkan hasil evaluasi diri

jurusan Ilmu Kelautan menunjukkan proses pembelajaran (mahasiswa dituntut aktif)

belum optimal karena salah satunya adalah belum terlaksananya penyusunan

bahan/modul kuliah sebagai salah satu bentuk proses pendekatan metode learning.

Mata kuliah Ikhtiologi adalah mata kuliah wajib yang menjelaskan tentang ikan

dan segala aspek kehidupannya. Dalam penyajian mata kuliah ini memerlukan

penjelasan yang lebih atraktif, detail, jelas dan mudah dimengerti. Oleh karena itu,

sistem pembelajaran matakuliah Ikhtiologi dengan pendekatan SCL ini memungkinkan

mahasiswa lebih aktif berdiskusi, lebih atraktif dan reflektif dalam penyajian, cepat dan

jelas dalam mengakses materi dan literatur perkuliahan, sehingga proses pembelajaran

dengan metode learning dapat tercapai.

Penyediaan bahan atau modul kuliah Ikhtiologi bagi mahasiswa mutlak

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dalam proses pembelajaran yang optimal.

Perubahan dan pembaruan materi pembelajaran akan menjamin keberlanjutan minat dan

motivasi mahasiswa jurusan Ilmu Kelautan untuk terus memperluas wawasannya dengan

cara lebih aktif.

Page 4: Ikhtiologi ikan

iv

RINGKASAN

Mata kuliah Ikhtiologi adalah mata kuliah wajib untuk diprogramkan oleh

mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan. Mata kuliah ini menjelaskan tentang ikan dan segala

aspek kehidupannya.

Dalam garis besarnya modul pembelajaran mata kuliah Ikhtiologi ini terbagi atas

10 modul. Modul pertama berupa pendahuluan yang menjelaskan tentang ruang lingkup

ikhtiologi, ikan dan kanekaragaman habitatnya, perkembangan ikhtiologi dan pentingnya

ilmu ikhtiologi, dan sistem penamaan ikan serta peristiwa penyebaran atau distribusi ikan.

Modul ke dua membahas tentang sistem integumen yaitu suatu system yang

sangat bervariasi; padanya terdapat sejumlah organ ataupun struktur tertentu dengan

fungsi yang bermacam-macam. Sistem integumen dapat dianggap terdiri dari kulit yang

sebenarnya dan derivat-derivatnya. Gigi pada ikan hiu, scute, keel dan beberapa tulang

tengkorak pada ikan merupakan modifikasi dari sisik. Pada sistem sistem ini juga

termasuk di dalamnya organ cahaya, pewarnaan kulit dan kelenjar beracun. Pada bab ini

mahasiwa diharapkan mampu menjelaskan tentang integumen ikan dan dapat

membedakan jenis-jenis sisik pada ikan, menjelaskan mekanisme terbentuknya lendir

beserta fungsi secara fisiologis lendir pada kehidupan ikan. Bab ini juga mahasiswa

diharapkan mampu menjelaskan hubungan antara pewarnaan tubuh pada ikan dengan

jenis habitat mereka ditemukan. Selain dari itu, mahasiswa juga diharapkan mampu

menjelaskan proses sistem pewarnaan pada tubuh ikan beracun.

Modul ke tiga menjelaskan tentang sistem urat daging yang pada prinsipnya ikan

mempunyai tiga macam urat daging atau otot berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu:

otot polos, otot bergaris, dan otot jantung. Dari penempelannya juga bisa dibedakan

menjadi dua yaitu otot menempel pada rangka yaitu otot bergaris dan yang tidak

menempel pada rangka yaitu otot jantung dan otot polos. Sasaran pembelajaran pada

bab ini yaitu mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan fungsi sistem otot,

hubungannya dengan pergerakan tubuh ikan.

Modul ke empat menjelaskan tentang sistem rangka yaitu suatu system yang

dibangun oleh struktur-struktur keras dari tubuh yang bersifat menyokong dan

melindungi. Rangka pada ikan seperti halnya pada golongan vertebrata lainnya

Page 5: Ikhtiologi ikan

v

berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang dan menyokong organ-organ tubuh serta

berfungsi pula dalam proses pembentukan butir darah merah. Sasaran pembelajaran pada

bab ini adalah mahasiswa mampu menjelaskan sedikitnya lima macam bentuk tubuh ikan

hubungannya dengan sistem rangka dan dapat menjelaskan fungsi rangka dan derivat-

derivatnya.

Modul ke lima menjelaskan tentang sistem pencernaan pada ikan meliputi organ yang

berhubungan dengan pengambilan makanan, mekanismenya dan penyediaan bahan-bahan

kimia, serta pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak tercernakan keluar dari tubuh.

Dari bab ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan organ-organ pencernaan

makaan secara berturut-turut, menguraikan perbedaan secara anatomis ikan-ikan

herbivor, karnivor dan omnivor. Pada bagian ini mahasiswa juga diharapkan mampu

menguraikan alat-alat pencernaan yang mengalami modifikasi beserta fungsinya.

Modul ke enam menjelaskan tentang system peredaran darah dengan organ

utamanya adalah jantung yang bertindak sebagai pompa tekan merangkap pompa hisap.

Darah ditekan mengalir keluar dari jantung melalui pembuluh arteri ke seluruh tubuh

sampai ke kapiler darah, kemudian dihisap melalui pembuluh vena dan kembali ke

jantung. Mekanisme kerja sistem peredaran darah tersebut menjadi sasaran pembelajaran

bagi mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan ini.

Modul ke tujuh menjelaskan tentang Sistem urogenital yaitu sistem yang

dibangunkan oleh dua system, yaitu system urinaria (systema uropoetica) dan genitalia

(sytema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem ekskresi. Fungsinya untuk

membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan atau membahayakan bagi kesehatan tubuh

keluar dari tubuh sebagai larutan dalam air dengan perantaraan ginjal dan salurannya.

Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang sistem eksresi serta hal-hal yang

berhubungan dengan sistem osmoregulasi.

Modul ke delapan tentang Sistem saraf yang mempunyai tiga macam peranan

vital, yaitu: Orientasi terhadap lingkungan luar, menerima stimulus dari luar dan

meresponnya; mengatur agar kerja sekalian sistem dalam tubuh bersesuaian, dengan

bantuan kerja kelenjar endokrin; dan tempat ingatan dan kecerdasan. Peranan ini semua

disempurnakan oleh saraf, medulla spinalis, dan otak, dibantu oleh organ indra sebagai

Page 6: Ikhtiologi ikan

vi

reseptor, dan otot serta kelenjar sebagai efektor. Sasaran pembelajaran pada bab ini yaitu

mahasiswa mampu menjelaskan tentang mekanisme organ sensori pada ikan.

Modul ke sembilan menjelaskan tentang Kelenjar endokrin yaitu suatu kelenjar

yang tidak memiliki saluran pelepasan untuk mengalirkan hasil getahnya yang biasa

disebut kelenjar buntu. Proses tersebut merupakan kegiatan fungsional berbagai sel,

jaringan dan alat-alat tubuh yag bekerja secara terkordinir dan dalam keseimbangan yang

serasi. Hormon ini langsung masuk ke dalam peredaran darah atau limf, atau cairan

badan dan diedarkan ke seluruh tubuh dan akan mempengaruhi organ-organ sasaran pada

organisme. Mekanisme tersebut menjadi sasaran pembelajaran bagi peserta mata kuliah

ini khususnya pada bab tentang sistemhormon.

Modul ke sepuluh mejelaskan tentang sistem reproduksi. Keberhasilan suatu

spesies ikan ditentukan oleh kemampuan ikan tersebut untuk bereproduksi dalam kondisi

lingkungan yang berubah-ubah dan kemampuan untuk mempertahankan populasinya.

Fungsi reproduksi pada ikan pada dasarnya merupakan bagian dari sistem reproduksi

yang terdiri dari komponen kelenjar kelamin atau gonad, dimana pada ikan betina disebut

ovarium sedang pada jantan disebut testis beserta salurannya. Yang menjadi sasaran

pembelajaran pada materi ini adalah mahasiswa mampu menjelaskan hal-hal yang

berhubungan dengan sistem reproduksi pada ikan.

Page 7: Ikhtiologi ikan

vii

PETA KEDUDUKAN MODUL

PENDAHULUAN

SISTEM INTEGUMEN

SISTEM URAT DAGING

SISTEM RANGKA

SISTEM PENCERNAAN

SISTEM PERNAPASAN

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM OROGENITALIA

SISTEM SARAF

SISTEM HORMON

SISTEM REPRODUKSI

Page 8: Ikhtiologi ikan

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. ii

KATA PENGANTAR …………………………………………………….. iii

RINGKASAN …………………………………………………………….. iv

PETA KEDUDUKAN MODUL …………………………………………. vi

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. vii

MODUL I PENDAHULUAN ………….………………………………… 1

MODUL II SISTEM INTEGUMEN.…………………………………….. 11

MODUL III SISTEM URAT DAGING ………………………………… 22

MODUL IV SISTEM RANGKA…………………………………………..

30

MODUL V SISTEM PENCERNAAN …………………………………….. 38

MODUL VI SISTEM PEREDARAN DARAH…………………………… 51

MODUL VII SISTEM UROGENITALIA.………………………………. 61

MODUL VIII SISTEM SARAF………………………………………….. 69

MODUL IX SISTEM HORMON…………………………………………… 77

MODUL X SISTEM REPRODUKSI…………………………………….. 84

LAMPIRAN

Page 9: Ikhtiologi ikan

ix

MODUL I JUDUL : P E N D A H U L U A N

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ikhtiologi merupakan salah satu cabang ilmu Biologi (zoologi) yang mempelajari

khusus tentang ikan beserta segala aspek kehidupan yang dimilikinya. Istilah ini berasal

dari Ichthyologia (bahasa Latin: Yunani) dimana perkataan Ichthys artinya ikan dan logos

artinya ajaran. Ilmu pengetahuan tentang ikan dimunculkan oleh rasa ingin tahu oleh

manusia dan kebutuhan akan informasi untuk kepentingan perdagangan dan industri

ataupun pariwisata. Keuntungan mempelajari ikhtiologi hampir tak terbatas, orang-

orang yang mempelajari ilmu ini adalah para ahli ikan profesional maupun yang bukan.

Distribusi adalah suatu proses atau peristiwa penyebaran atau perpindahan

organisme (ikan) pada suatu Tempat ke tempat lain dan Waktu tertentu. Secara teoritis

bahwa ikan dan binatang lainnya berasal dari suatu “daerah tertentu” pada salah satu

tempat di belahan bumi kita ini. Dari daerah tertentu tersebut ikan-ikan menyebar ke

suluruh bagian bumi kita, baik secara aktif maupun secara pasif.

B. Ruang Lingkup Isi

- Pengertian ikan

- Pengelompokan ikan

- Ikan dan keanekaragaman habitatnya

- Ikan dan perkembangan studinya

- Pentingya mempelajari ikhtiologi

- Ikhtiologi sistematika

- Nomencltural

- Distribusi ikan

Page 10: Ikhtiologi ikan

x

C. Kaitan Modul

Modul ini merupakan modul pertama sebagai pengantar menuju modul-moudul

berikutnya. Materi yang dibahas pada modul ini adalah pengertian ikhtiologi, sejarah

serta kedudukan ikan dalam dunia hewan, pengelompokan ikan serta pentingnya

mempelajari ilmu tentang ikan dan segala aspek kehidupannya, serta system penamaan

pada ikan.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Menjelaskan pengertian ikan

2. Menjelaskan mengenai pengelompokan ikan

3. Menjelaskan tentang ikan dan keanekaragaman habitatnya

4. Menjelaskan tentang ikan dan perkembangan studinya

5. Menjelaskan tentang pentingya mempelajari ikhtiologi

6. Menjelaskan secara umum tentang Ikhtiologi sistematika dan sistem penamaan

pada ikan

7. Menjelaskan teori, arti, tipe distribusi ikan

BAB II. PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN IKAN

Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah mempunyai tulang

belakang, insang dan sirip, dan terutama ikan sangat bergantung atas air sebagai medium

dimana tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak

dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak

tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin.

Dalam keluarga hewan bertulang belakang/ vertebrata, ikan menempati jumlah

terbesar, sampai sekarang terdapat sekitar 25.000 species yang tercatat, walaupun

perkiraannya ada pada kisaran 40.000 spesies, yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo.

Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu sekitar 58% (13,630

jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih

Page 11: Ikhtiologi ikan

xi

besar di perairan laut, dapat dimengerti karena hampir 70% permukaan bumi ini terdiri

dari air laut dan hanya sekitar 1% merupakan perairan tawar.

Ini sangat kontras jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah spesies burung yakni

9000 spesies, mamalia 4000 (manusia termasuk di dalamnya), reptile 5800, dan amphibi

3500 spesies. Mereka bukan hanya dibedakan oleh jumlah spesies yang beragam, tetapi

juga berbeda dalam berbagai ukuran dan bentuk. Mulai dari ikan yang berukuran kecil

yang disebut Percid dari Amerika (Etheostoma microperca) yang dewasa secara seksual

pada ukuran 27 mm. Di samping itu ada juga jenis goby dari Pacifik (Eviota) yang

bertelur pada ukuran kurang dari 15 mm. Ada pula yang berukuran raksasa seperti Hiu

(Rhincodon) yang dapat mencapai panjang 21 meter dengan berat 25 ton atau lebih.

Kebanyakan ikan berbentuk terpedo, walaupun beberapa diantaranya berbentuk flat dan

bentuk lainnya.

B. PENGELOMPOKAN IKAN

Taksonomi atau sistematika adalah suatu ilmu mengenai klasifikasi atau

pengelompokan ikan. Istilah taksonomi berasal dari perkataan Junani taxis yang berarti

susunan atau pengaturan, dan nomos berarti hukum. Informasi yang digunakan dalam

mempelajari hubungan evolusioner ikan berawal dari pengetahuan taksonomi terutama

deskripsi ikan. Pengetahuan tersebut menjadi dasar dalam iktiologi dan juga bidang

bidang lain seperti ekologi,

fisiologi dan Genetika. Metode yang digunakan dalam bidang taksonomi terbagi menjadi

enam kategori yaitu 1) pengukuran morfometrik, 2) ciri meristik, 3) ciri-ciri anatomi, 4)

pola pewarnaan, 5) kariotipe, dan 6) elektroforesis.

C. IKAN DAN KEANEKARAGAMAN HABITATNYA

Kehadiran suatu populasi ikan di suatu tempat dan penyebaran (distribusi) spesies

ikan tersebut di muka bumi ini, selalu berkaitan dengan masalah habitat dan

sumberdayanya. Keberhasilan populasi tersebut untuk dapat hidup dan bertahan pada

habitat tertentu, tidak terlepas dengan adanya penyesuaian atau adaptasi yang dimiliki

anggota populasi tersebut. Perairan merupakan habitat bagi ikan dalam proses

Page 12: Ikhtiologi ikan

xii

pembentukan struktur tubuh ikan, proses pernafasan, cara pergerakan, memperoleh

makanan, reproduksi dan hal-hal lainnya.

Seperti telah kita ketahui bersama bahwa 70 persen dari permukaan bumi ini

tertutupi oleh air, sehingga tidak mengherankan jika ditemukan berbagai jenis, morfologi,

serta habitat pada ikan. Ikan-ikan ditemukan di berbagai tempat dan habitat yang

berbeda. Mereka ditemukan di danau tertinggi dunia dari permukaan laut yaitu danau

Titicaca, Amerika Selatan (3812 meter), dan pada daerah kedalaman 7000 m di bawah

permukaan laut. Beberapa jenis ditemukan pada air tawar dengan salinitas 0.01 ‰

(umumnya danau, 0.05 s/d 1‰) hingga pada salinitas yang sangat tinggi, 100‰

(umumnya 35‰ pada laut terbuka).

Mereka juga dapat ditemui pada gua yang sangat gelap seperti ditemukan di Tibet,

China, dan India hingga pada daerah yang berarus kuat. Di Afrika ditemukan jenis ikan

Tilapia yang hidup di sungai dengan temperature 44°C, sedangkan di Antartika

ditemukan hidup pada suhu –2°C. Banyak jenis yang ditemukan memiliki organ

pernapasan udara tambahan dan hidup di rawa-rawa pada daerah tropic. Penyebaran

secara vertical pun dapat melampaui kemampuan jenis vertebata lainnya (sekitar 5 km

diatas permukaan laut sampai 11 km dibawahnya.

Spesies yang memiliki toleransi yang luas terhadap suhu biasa disebut eurythermal

sedangkan sebaliknya, yang memiliki teloransi yang sempit terhadap suhu disebut

stenothermal. Istilah yang diberikan kepada spesies yang memiliki tingkat toleransi yang

luas terhadapap salinitas yaitu euryhaline dan stenohaline terhadap spesies yang memiliki

kisaran sempit terhadap salinitas.

Ikan telah mampu bertahan seiring dengan perkembangan variasi dari tempat

hidupnya. Mereka hidup di air tawar yang bersih sampai pada air yang bersalinitas lebih

tinggi daripada air laut. Mereka ada dalam air gunung yang mengalir deras, di air dalam

sunyi dan gelap yang tidak dihuni oleh vertebrata lainnya. Bagi ikan, air adalah media

komunikasi, tempat beranak, tempat tidur, tempat bermain, toilet sekaligus sebagai

kuburan. Di dalam airlah ikan melakukan respon terhadap lingkungan, sehingga mereka

dapat mempertahankan hidup dan berkembangbiak seperti, respon terhadap jumlah

oksigen terlarut, penetrasi cahaya, suhu, zat beracun, konsentrasi organisme pembawa

penyakit ikan dan, kesempatan untuk lepas dari musuh.

Page 13: Ikhtiologi ikan

xiii

Beberapa ikan mampu bernapas dengan menghirup oksigen secara langsung dari

udara melalui paru-paru, walaupun kebanyakan ikan tetap bergantung pada insang yang

berperan dalam mengekstrak oksigen dari air. Ikan dapat bertahan lama pada habitat

yang kurang oksigen atau yang tidak mencukupi.

Rumput atau tumbuhan mikroskopik, diatom dan alga (phytoplankton) yang

tumbuh di laut, danau dan aliran sungai memberikan suplai oksigen kepada ikan, dan ini

bergantung dari penetrasi cahaya ke dalam air. Phytoplankton berperan penting dalam

permulaan rantai makanan yang mendorong laju produksi ikan pada umumnya. Mereka

menggunakan sinar matahari dalam mengubah CO2 menjadi bahan organik dan menjadi

makanan bagi ikan. Selain dari itu, cahaya matahari juga berpengaruh terhadap pola

reproduksi, pertumbuhan dan perilaku, termasuk dalam kebiasaan makan.

Material yang tidak dikehendaki yang bersifat racun diproduksi secara alami dan polusi

dari aktifitas manusia manjadi ancaman besar dan serius bagi keberadaan ikan-ikan dan

tentunya juga bagi manusia yang mengkonsumsinya. Walaupun ikan dapat mendeteksi

zat-zat kimia berbahaya, tetapi kebanyakan dari mereka tidak dapat menghindar dari

kontaminasi.

D. IKAN DAN PERKEMBANGAN STUDINYA

Ilmu pengetahuan tentang ikan dimunculkan oleh rasa ingin tahu oleh manusia

dan kebutuhan akan informasi untuk kepentingan perdagangan dan industri ataupun

pariwisata.

Sejak berabad-abad sebelum masehi bangsa China telah berusaha untuk

mengetahui tentang ikan dan cukup sukses menyebarluaskannya, begitu juga dengan

Mesir kuno, Yunani dan Romawi berhasil merekam variasi, kebiasaan, serta kualitas dari

berbagai jenis ikan.

Menurut Lagler et. al (1977), sejak abad 18 studi tentang ikan (Ichthyology) telah

berkembang meliputi beberapa cabang utama, antara lain: Klasifikasi, Anatomi, evolusi

dan genetika, Natural history dan Ekologi, Fisiologi dan Biokimia,

Konservasi/Pelestarian

Lingkup kerja di atas dilaksanakan oleh organisasi international, petugas

pemerintah, museum, universitas, dan dunia Industri. Food and Agriculture Organization

Page 14: Ikhtiologi ikan

xiv

(FAO) sebagai organisaasi bentukan PBB yang menangani persoalan makanan dan

pertanian mempunyai divisi perikanan yang bergerak secara aktif. Banyak negara yang

mempunyai Unit Perikanan yang dibentuk secara terpusat, yang juga berfungsi sebagai

pelayanan perikanan dan binatang liar (Fish and Wildlife Service) dan Pusat Pelayanan

Kelautan dan Perikanan (National Marine and Fisheries Service) di Amerika Serikat, (di

Indonesia dikenal dengan badan pengelola taman nasional seperti BKSDA dan DKP).

Museum dan perguruan tinggi dimana dikembangkan secara scientific biasanya

mempunyai divisi perikanan seperti British Museum (Natural History), Museum National

Amerika, dan Museum Zoology Universitas Michigan USA.

E. PENTINGYA MEMPELAJARI IKHTIOLOGI

Keuntungan mempelajari ikhtiologi hampir tak terbatas, orang-orang yang

mempelajari ilmu ini adalah para ahli ikan profesional maupun yang bukan. Banyak

kontribusi tentang ikan yang datang dari para ahli filsafat, pemuka agama, dokter,

nelayan dan para penggemar hewan air. Keuntungan dalam penelitian juga tidak

terhingga dimana aspek tentang ikan , lebih banyak yang belum diketahui dari pada yang

sudah diketahui.

Tidak banyak yang memilih profesi pengajar pada bidang ikhtiologi ini, mereka

yang terjun di bidang ini adalah orang yang memiliki rasa tanggungjawab untuk belajar

dan mengajar tentang ikan. Di bidang ilmu ini peluang untuk bekerja mengembangkan

kepedulian terhadap ikan serta belajar dari koleksi museum-museum cukup besar.

Tugas-tugas orang yang bekerja di museum meliputi, pengembangan ilmu pengetahuan,

studi sejarah, pengadaan koleksi baru, pengawasan terhadap koleksi museum, penerbitan

karya ilmiah dan lain-lain.

F. IKHTIOLOGI SISTEMATIKA

Istilah “Sistematika” berasal dari perkataan Latin, asal mulanya perkataan Junani

yaitu systema yang dipergunakan untuk system klasifikasi yang disusun oleh para ahli

pengetahuan alam pada zaman silam, terutama oleh Linnaeus pada tahun 1735 yang

dikenal dengan Systema naturae. Istilah sistematika mirip artinya dengan istilah

Taxonomi. Taxonomi berasal dari perkataan Junani yaitu Taxis yang berarti susunan atau

Page 15: Ikhtiologi ikan

xv

pengaturan, dan Nomos berarti hukum. Istilah ini diusulkan oleh Candolle pada tahun

1813 untuk teori mengklasifikasikan tumbuh-tumbuhan. Dalam penggunaannya dewasa

ini, kedua istilah ini dipakai berganti-ganti dalam bidang pengklasifikasian tumbuh-

tumbuhan dan hewan. Jadi Sistematika atau Taxonomi adalah suatu yang digunakan

untuk mengklasifikasikan jasad.

G. NOMENKLATUR

Istilah nomenklatur berasal dari bahasa Latin yaitu Nomenklatural yang berarti

tatanama atau penamaan. Pengertian nomenklatur sering disamakan artinya dengan

Klasifikasi. Nomenklatur adalah penamaan yang merupakan alat untuk melakukan

komunikasi antara para ahli biologi, sedangkan Klasifikasi adalah suatu hal yang

berhubungan dengan materi biologi. Agar nomenklatur dapat dipakai secara meluas,

maka penerapan harus pula secara luas, oleh sebab itu nomenklatur (utamanya nama

ilmiah) harus mempunyai kata-kata dan arti yang sama atau hakekatnya stabil dan

seragam.

Pada umumnya system penamaan terdapat tiga macam yang sering digunakan

adalah:Valid Scientific name atau Scientific name; Standard common name atau

Common name;Vernacular name atau Local common name.

H. Distribusi Ikan

Arti dan Teori Distribusi Ikan

Distribusi adalah suatu proses atau peristiwa penyebaran atau perpindahan

organisme (ikan) pada suatu Tempat ke tempat lain dan Waktu tertentu. Ikan

Ostracoderms yang ditemukan pertama kali pada zaman Palaezoic, periode Ordovician

maupun binatang lainnya tersebar dan terdapat hampir di seluruh pelosok dunia. Secara

teoritis bahwa ikan dan binatang lainnya berasal dari suatu “daerah tertentu” pada salah

satu tempat di belahan bumi kita ini. Dari daerah tertentu tersebut ikan-ikan menyebar ke

suluruh bagian bumi kita, baik secara aktif maupun secara pasif. Sehubungan dengan ini

Jordan vide Axelord dan Schultz (1955) mengemukakan hukum-hukum tentang

penyebaran (distribusi) ikan yaitu setiap spesies ikan akan dijumpai di seluruh perairan di

muka bumi, terkecuali hal-hal sebagai berikut:

Page 16: Ikhtiologi ikan

xvi

a. Individu species tersebut tidak berhasil mencapai daerah yang menjadi tujuannya,

dikarenakan dalam tujuan ruaya/ migrasinya aktif terhambat oleh adanya barrier.

b. Individu jika seandainya berhasil mencapai daerah tujuan ruayanya, tetapi tidak

mampu lagi beradaptasi dengan lingkungan baru (daerah ekologi baru).

c. Jika seandainya species tersebut mampu beradaptasi sementara waktu dengan

lingkungannya, tetapi dengan adanya proses evolusi, maka tipe asalnya mengalami

modifikasi, sehingga terbentuk tipe yang berbeda.

Teori tentang kemungkinan terjadinya distribusi ikan menurut Axelrod dan Schults

(1955 ) dapat dibagi ke dalam:

a. Secara pasif ikan-ikan pelagis dibawah oleh arus laut dari suatu perairan tertentu ke

perairan lainnya.

b. Secara pasif ikan-ikan dibawa oleh manusia dari suatu perairan tertentu ke perairan

yang lainnya.

c. Angin dan badai dapat pula memindahkan ikan-ikan dari suatu perairan ke perairan

yang lainnya. (mis, Looding).

d. Perubahan-perubahan yang terjadi pada permukaan bumi seperti adanya tanah-tanah

daratan (land masses) yang teggelam dan atau timbulnya. Misalnya Terusan Panama

(Isthmus of Panama), Terusan Suez (Isthmus of Suez), dan penghubung antara

Alaska dengan Siberia, dan begitu pula mungkin terjadinya penghubung antara

Eropah dan Amerika Utara. Sehingga hal demikian dapat dilalui oleh ikan untuk

mencapai daerah lainnya.

e. Adanya perubahan dari aliran air, arus, sungai seperti Great Lakes di amerika dimana

pada zaman Glacier (zaman es) mendapat aliran air dari sungai Mississipi sedangkan

sekarang tidak, melainkan dari “Chicago Sewage Canal”. Demikian pula halnya

dengan “Two Ocean Pass” suatu perairan di dekat Yellowstone National Park (di

Amerika serikat), dimana didapatkan ikan-ikan dari species yang berasal dari

Samudera Atlantik maupun dari Samudera Pasifik, karena dibukanya terusan-terusan

baru.

f. Disebabkan kemungkinan lain, misalnya terjadinya “Continental drift” (hanyutan

benua) akibat adanya gaya-gaya yang berasal dari dalam lapisan bumi.

Page 17: Ikhtiologi ikan

xvii

Tipe Distribusi Ikan

Berdasarkan unsur Tempat dan Waktu distribusi organisme/binatang dapat

digolongkan menjadi tiga tipe yaitu:

a. Distribusi Geografis (Geographical range)

b. Distribusi Ekologis (Ecological range)

c. Distribusi Geologis (Geological range)

Faktor Penghalang Distribusi Ikan (Barrier)

Barrier adalah faktor-faktor penghalang atau penghambat bagi distribusi species

organisme-organisme. Berdasarkan sifat barrier dapat dibagi atas 3 golongan besar yaitu:

a. Barrier fisik (physical barriers): Dalam golongan ini misalnya tanah (bagi ikan dan

hewan air lainnya), iklim, suhu, kedalaman air, cahaya, arus laut (bagi species ikan

tertentu).

b. Barrier Kimiawi (chemical barriers): dalam golongan ini termasuk misalnya kadar

garam, sifat kimiawi perairan, lainnya (bagi jenis-jenis ikan tertentu).

c. Barrier biologis (Biological barriers): Dalam golongan ini termasuk misalnya faktor-

faktor makanan, persaingan, predator, penyakit, dan kepadatan populasi (terutama

ikan yang biasa schooling).

Pada umumnya ketiga macam barrier tersebut diatas (fisik, kimiawi dan biologis)

sering disebut dengan istilah “ faktor ekologis ” dan biasanya sangat kompleks dan

tidak mudah dipelajari.

Teori Kemusnahan Species Ikan

Selanjutnya dijelaskan pula bahwa spesies ikan dapat musnah dari tempat

perairan tertentu, hal ini berarti secara teoritis ada beberapa kemungkinan yaitu:

Page 18: Ikhtiologi ikan

xviii

a. Kemusnahan yang disebabkan oleh kejadian evolusi lebih lanjut berlangsung,

sehingga specimen ikan-ikan tersebut dimana organ-organ tubuhnya mengalami

modifikasi menjadi bentuk yang lebih maju tingkatan evolusinya.

b. Specimen suatu species tidak dapat mengadaptasikan dirinya dengan keadaan

lingkungan, oleh karena lingkungan mengalami perubahan yang jauh lebih cepat

daripada kemampuan beradaptasi.

c. Kemusnahan yang disebabkan berbagai persaingan yang dialami oleh specimen

dalam lingkungan hidupnya.

d. Specialisasi yang sangat ekstrim dari suatu species, dimana hanya dapat hidup pada

lingkungan yang sangat terbatas pula.

e. Populasi suatu species memang sudah benar-benar tidak mempunyai kemampuan

untuk dapat hidup terus.

Dari kelima teori tesebut di atas dapat dikatakan bahwa kemusnahan (kepunahan)

suatu species pada suatu tempat atau perairan tertentu, sebagian besar disebabkan oleh

ketidakmampuan organisme beradaptasi terhadap perubahan- perubahan yang terjadi di

dalam lingkungan hidupnya.

INDIKATOR PENILAIAN

1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran

akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)

2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok

bahasan (30%)

3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan

(30%)

BAB III. PENUTUP

Ikhtiologi merupakan salah satu cabang ilmu Biologi (zoologi) yang mempelajari

khusus tentang ikan beserta segala aspek kehidupan yang dimilikinya. Studi tentang

ikan (Ichthyology) telah berkembang sejak abad ke 18 meliputi beberapa cabang utama,

antara lain: Klasifikasi, Anatomi, evolusi dan genetika, Natural history dan Ekologi,

Page 19: Ikhtiologi ikan

xix

Fisiologi dan Biokimia, Konservasi/Pelestarian. Di bidang ilmu ini keuntungan

mempelajari hampir tak terbatas. orang-orang yang mempelajari ilmu ini adalah para

ahli ikan profesional maupun yang bukan.

Dalam komunikasi antara para ahli biologi diperlukan sistem penamaan yang

disebut nomenclatur. Pada umumnya system penamaan ini terdapat tiga macam yang

sering digunakan adalah:Valid Scientific name atau Scientific name; Standard common

name atau Common name;Vernacular name atau Local common name.

Secara teoritis bahwa ikan dan binatang lainnya berasal dari suatu “daerah

tertentu” pada salah satu tempat di belahan bumi kita ini. Dari daerah tertentu tersebut

ikan-ikan menyebar ke suluruh bagian bumi kita, baik secara aktif maupun secara pasif.

setiap spesies ikan akan dijumpai di seluruh perairan di muka bumi, terkecuali

Individu species tersebut tidak berhasil mencapai daerah yang menjadi tujuannya,

dikarenakan dalam tujuan ruaya/ migrasinya aktif terhambat oleh adanya barrier atau

individu jika seandainya berhasil mencapai daerah tujuan ruayanya, tetapi tidak mampu

lagi beradaptasi dengan lingkungan baru (daerah ekologi baru) dan Jika seandainya

species tersebut mampu beradaptasi sementara waktu dengan lingkungannya, tetapi

dengan adanya proses evolusi, maka tipe asalnya mengalami modifikasi, sehingga

terbentuk tipe yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

A. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek

Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB

B. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology.

Second edition. John Wiley & Sons, New York

C. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall

of India Private Limited, New Delhi

D. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.

Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

E. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.

F. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas

Perikanan, IPB

Page 20: Ikhtiologi ikan

xx

MODUL II JUDUL : SISTEM INTEGUMEN BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Integumen merupakan suatu system yang sangat bervariasi; padanya terdapat

sejumlah organ ataupun struktur tertentu dengan fungsi yang bermacam-macam. Sistem

integumen dapat dianggap terdiri dari kulit yang sebenarnya dan derivat-derivatnya. Gigi

pada ikan hiu, scute, keel dan beberapa tulang tengkorak pada ikan merupakan modifikasi

dari sisik.

Kulit yang sebenarnya yaitu lapisan penutup yang umumnya terdiri dua lapisan

utama, letaknya sebelah luar dari jaringan ikat kendur yang meliputi otot dan struktur

permukaan lain. Sedangkan derivate integumen yaitu struktur tertentu yang secara

embryogenetik berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit sebenarnya. Struktur ini

dapat berupa struktur yang lunak, seperti kelenjar eksresi, tetapi dapat juga berupa

struktur keras dari kulit ini, dinamakan eksoskelet.

Sehubungan dengan bervariasinya integumen pada vertebrata khusunya ikan,

maka fungsinya pun bermacam-macam pula, antara lain: pelindung terhadap gangguan

mekanis, fisis, organis atau penyesuaian diri terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

kehidupannya, termasuk pelindung terhadap hewan lain yang merupakan musuhnya; kulit

juga digunakan sebagai alat ekskresi dan osmoregulasi dan sebagai alat pernapasan pada

beberapa jenis ikan tertentu.

B. Ruang Lingkup Isi

- Struktur Kulit

- Lendir

- Sisik

- Organ Cahaya

- Pewarnaan kulit

- Kelenjar Beracun

Page 21: Ikhtiologi ikan

xxi

C. Kaitan Modul

Modul ini merupakan modul ke dua setelah mahasiswa memahami modul

pertama mengenai pengertian ikhtiologi, kedudukan ikan, pengelompokan ikan dan

Konsespsi Sistematika dan Peranan Ahli Sistematika; tata nama dan sistem klasifikasi

ikan , menjelaskan teori, tipe, dan faktor penghalang distribusi ikan.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Menjelaskan tentang integumen ikan

2. Membedakan jenis sisik pada ikan

3. Menjelaskan sistem pewarnaan pada tubuh ikan-ikan beracun

BAB II. PEMBAHASAN

A. KULIT

Pada phylum chordata dikenal dua tipe dasar dari integumen, yaitu tipe

invertebrata dan tipe vertebrata. Tipe vertebrata pada sekalian hewan vertebrata terdiri

dari beberapa lapisan, dengan dua lapisan utama, yaitu lapisan luar yang disebut

epidermis dan lapisan dalam yang disebut dermis (Gbr 4.1). Lapisan epidermis pada ikan

selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh sel-sel yang berbentuk piala yang

terdapat di seluruh permukaan tubuhnya. Epidermis merupakan bagian tubuh yang

berhubungan langsung dengan lingkungan dan sistem somatis, mempunyai sejarah

evolusi yang kompleks. Integumen sekalian hewan merupakan lapisan protektif yang

menjaga lalulintas air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya secara bebas. Epidermis

bagian dalam terdapat lapisan sel yang disebut stratum germinativum (lapisan malphigi).

Lapisan ini sangat giat dalam melakukan pembelahan untuk menggantikan sel-sel bagian

luar yang lepas dan untuk persediaan pengembangan tubuh.

Dermis yang di dalamnya terkandung pembuluh darah, saraf dan jaringan

pengikat memiliki struktur yang lebih tebal dan sel-sel yang susunannya lebih kompak

dari pada epidermis. Derivat-derivat kulit juga juga dibentuk dalam lapisan ini. Lapisan

Page 22: Ikhtiologi ikan

xxii

dermis berperan dalam pembentukan sisik pada ikan yang bersisik, dan derivat-derivat

kulit lainnya.

Gambar 1. Struktur kulit ikan (Walker and Liem, 1994)

B. LENDIR

Umumnya ikan yang tidak bersisik memproduksi lendir yang lebih banyak dan

tebal dibanding dengan ikan yang bersisik. Ketebalan lendir yang meliputi kulit ikan

dipengaruhi oleh kegiatan sel kelenjar yang berbentuk piala yang terletak di dalam

epidermis. Kelenjar ini akan memproduksi lendir lebih banyak pada saat tertentu,

misalnya pada saat ikan berusaha melepaskan diri dari bahaya/ genting dibanding pada

saat atau keadaan normal.

Lendir berguna untuk mengurangi gesekan dengan air supaya ia dapat berenang

dengan lebih cepat, mencegah infeksi dan menutup luka, berperan dalam osmoregulasi

sebagai lapisan semi-permiable yang mencegah keluar masuknya air melalui kulit. Pada

beberapa ikan tertentu menggunakan lendir sebagai alat perlindungan pada saat terjadi

kekeringan, misalnya ikan paru-paru (Protopterus) yang menanamkan diri pada lumpur

selama musim panas dengan membungkus tubuhnya dengan lendir hingga musim

penghujan tiba. Beberapa ikan yang menggunakan lendirnya untuk melindungi telur dari

gangguan luar, misalnya anggota dari genus Trichogaster.

Page 23: Ikhtiologi ikan

xxiii

C. SISIK

Bentuk, ukuran dan jumlah sisik ikan dapat memberikan gambaran bagaimana

kehidupan ikan tersebut. Sisik ikan mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka macam,

yaitu sisik ganoid merupakan sisik besar dan kasar, sisik cycloid dan ctenoid merupakan

sisik yang kecil, tipis atau ringan hingga sisik placoid merupakan sisik yang lembut.

Umumnya tipe ikan perenang cepat atau secara terus menerus bergerak pada perairan

berarus deras mempunyai tipe sisik yang lembut, sedangkan ikan-ikan yang hidup di

perairan yang tenang dan tidak berenang secara terus menerus pada kecepatan tinggi

umumnya mempunyai tipe sisik yang kasar. Sisik scycloid berbentuk bulat, pinggiran

sisik halus dan rata sementara sisik ctenoid mempunyai bentuk seperti sikloid tetapi

mempunyai pinggiran yang kasar.

Ikan yang bersisik keras biasanya ditemukan pada golongan ikan primitive,

sedangkan pada ikan modern, kekerasan sisiknya sudah fleksibel. Hal tersebut sangat

dipengaruhi oleh jenis bahan yang dikandungnya. Sisik dibuat di dalam dermis sehingga

sering diistilahkan sebagai rangka dermis.

Ada beberapa jenis ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian tubuh tertentu

saja. Seperti “paddle fish”, ikan yang hanya ditemukan sisik pada bagian operculum dan

ekor. Dan adapula yang hanya ditemukan sepanjang linea lateralis. Ikan sidat

(Anguilla) yang terlihat seperti tidak bersisik, sebenarnya bersisik tetapi sisiknya kecil

dan dilapisi lendir yang tebal.

Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di dalamnya, sisik ikan dapat

dibedakan menjadi lima jenis, yaitu Placoid, Cosmoid, Ganoid, Cycloid dan Ctenoid.

Sisik Placoid

Jenis sisik ini karakteristik bagi golongan ikan bertulang rawan (Chondrichthyes).

Bentuk sisik tersebut menyerupai bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur

sangkar. Sisik macam ini terdiri dari keping basal yang letaknya terbenam di bagian

dermis kulit, dan suatu bagian yang menonjol berupa duri keluar dari permukaan

epidermis. Sisik tersebut merupakan struktur exoskeleton yang primitive yang

mempunyai titik perkembangan menuju ke lembaran sisik yang biasa terdapat pada

osteichthyes yang terdiri atas lempeng dasar, tangkai sentral dan duri. Bagian yang lunak

Page 24: Ikhtiologi ikan

xxiv

dari sisik ini (pulp) berisikan pembuluh darah dan saraf yang berasal dari dermis. Sisik

placoid dibangunkan oleh dentine sehinnga sering disebut dermal denticle yang di

dalamnya terdapat rongga pulpa. Pertumbuhan dari sisik placoid menyerupai

pertumbuhan gigi, yaitu dimulai dengan adanya pengelompokan dari sel-sel dermis yang

seterusnya akan tumbuh menjadi lebih nyata membentuk papila dermis yang mendesak

epidermis yang ada di sebelah permukaan. Gigi ikan hiu merupakan derivate dari sisik.

Type sisik placoid dan pada ikan hiu

Sisik Cosmoid

Sisik ini hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitive yang sudah punah

dari kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan,

yang berturut-turut dari luar adalah vitrodentine, yang dilapisi semacam enamel,

kemudian cosmine yang merupakan lapisan terkuat dan noncellular, terakhir isopedine

yang materialnya terdiri dari substansi tulang. Pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian

bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang menutup prmukaan.

Tipe sisik ini ditemukan pada jenis ikan Latimeria chalumnae .

Type sisik ganoid pada family Latimeriidae (lobefins)

Page 25: Ikhtiologi ikan

xxv

Sisik Ganoid

Jenis sisik ini dimiliki oleh ikan-ikan Lepidosteus (Holostei) dan Scaphyrynchus

(Chondrostei). Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan yakni lapisan terluar disebut ganoine

yang materialnya berupa garam-garam an-organik, kemudian lapisan berikutnya dalah

cosmine, dan lapisan yang paling dalam adalah isopedine. Pertumbuhan sisik ini dari

bagian bawah dan bagian atas. Ikan bersisik type ini adalah antara lain, Polypterus,

Lepisostidae, Acipenceridae dan Polyodontidae.

Type sisik ganoid pada family Acipenseridae (sturgeons)

Sisik Cycloid dan Ctenoid

Sisik ini ditemukan pada golongan ikan teleostei, yang masing-masing terdapat

pada golongan ikan berjari-jari lemah (Malacoptrerygii) dan golongan ikan berjari-jari

keras (Acanthopterygii). Perbedaan antara sisik cycloid dengan ctenoid hanya meliputi

adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa baris di bagian posteriornya.

Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung dentine

atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel dan

transparan. Penempelannya secara tertanam ke dalam sebuah kantung kecil di dalam

dermis dengan susunan seperti genting yang dapat mengurangi gesekan dengan air

sehingga dapat berenang lebih cepat. Sisik yang terlihat adalah bagian belakang

(posterior) yang berwarna lebih gelap daripada bagian depan (anterior) karena bagian

posteriornya mengandung butir-butir pigmen (chromatophore). Bagian anterior

(terutama pada bagian tubuh) transparan dan tidak berwarna. Perbedaan antara tipe sisik

cycloid dengan ctenoid adalah pada bagian posterior sisik ctenoid dilengkapi dengan

ctenii (gerigi kecil). Focus merupakan titik awal perkembangan sisik dan biasanya

berkedudukan di tengah-tengah sisik.

Page 26: Ikhtiologi ikan

xxvi

Type sisik ctenoid Type sisik cycloid

D. PEWARNAAN

Sel khusus yang memberikn warna pada ikan ada dua macam yaitu Iridocyte

(leucophore dan guanophore) dan Chromatophora. Iridocyte dinamakan juga sel cermin

karena mengandung bahan yang dapat memantulkan warna di luar tubuh ikan.

Warna pada ikan sangat dipengaruhi oleh schemachrome (konfigurasi fisik) dan

biochrome (pigmen pembawa warna).

Schemachrome warna putih ditemukan pada rangka, gelembung renang, sisik

dan testes; biru dan ungu pada iris mata; warna pelangi pada sisik, mata dan membrane

anus. Sedangkan tergolong ke dalam biochrome adalah: Carotenoid (kuning, merah dan

corak lainnya); chromolipoid (kuning sampai coklat); indigoid (biru, merah dan hijau);

melanin (hitam dan coklat); flavin (fluoresensi kehijau-hijauan); purin (putih atau

keperak-perakan); pterin (putih, kuning, merah dan jingga).

Ikan-ikan yang hidup di perairan bebas mempunyai warna tubuh yang sederhana,

bertingkat dari keputih-putihan pada bagian perut, keperak-perakan pada sisi tubuh

bagian bawah sampaiwarna kebiru-biruan atau kehijau-hijauan pada sisi atas dan

kehitam-hitaman pada bagian punggungnya. Ikan yang hidup di daerah dasar, bagian

dasar perutnya berwarna pucat dan bagian punggungya berwarna gelap. Misalnya pada

kelompok ikan pari dan ikan seblah. Ikan-ikan yang hidupnya di sekitar karang memiliki

warna yang cerah dan cemerlang misalnya ikan-ikan family Chaetodontidae,

Achanturidae, Apogonidae dan sebagainya.

Page 27: Ikhtiologi ikan

xxvii

Pemiripan warna secara umum antara ikan dan latar belakangnya baik secara

perlahan maupun cepat merupakan karakteristik dasar ikan untuk menyamai lingkungan

atau habitat mereka berada. Ikan laut memiliki warna tubuh yang bertingkat, di bagian

dorsal berwarna biru, bagian sisi keperak-perakan, dan putih di bagian perut. Perubahan

warna sering terjadi berhubungan dengan kondisi lingkungan seperti siang dan malam,

musim dan keadaan habitat. Perubahan warna tersebut diatur oleh intraksi saraf dan

hormon.

Pewarnaan terpecah merupakan suatu upaya ikan untuk mengaburkan pandangan

terhadap tubuh ikan. Bila tubuh permukaan ikan mempunyai garis-garis warna atau

corak kontras yang tidak teratur, maka garis-garis tersebut akan cenderung mengaburkan

pandangan hewan lain. Pada ikan kupu-kupu (Forcipinger longirostris) yang hidup di

daerah karang mampu memcahkan warna tubuhnya menjadi bentuk organ tubuh, warna

demikian dipergunakan untuk memecah bentuk atau mengaburkan bentuk asli ikan.

Selain fungsinya sebagai penyamaran dan penyembunyian, pada beberapa ikan

bentuk pewarnaanya justru cenderung sebagai pemberitahuan. Sejumlah anggota famili

Percidae yang terdapat di air tawar dan sejumlah famili yang ditemukan di laut memiliki

corak warna yang terang dan cemerlang sebagai pengenalan seksual.

E. ORGAN CAHAYA

Cahaya yang dihasilkan ikan memiliki fungsi sebagai tanda pengenal individu

yang sejenis, untuk mengikat mangsa, menerangi lingkungan, dan penciri ikan beracun.

Umumnya ikan-ikan yang memiliki organ cahaya hidupnya pada daerah laut dalam

(antara 300 – 1000 m ) dengan warna biru atau biru kehijau-hijauan yang biasa dikenal

dengan bioluminescens . Namun telah ditemukan pula ikan laut yang hidup di perairan

dangkal memiliki organ cahaya seperti, ikan leweri batu (Photoblepharon palpebratus)

dan ikan leweri air (Anomalops katopron). Cahaya yang dikeluarkan berkedap-kedip

secara teratur yang dikendalikan oleh organ cahaya yang keluar masuk suatu kantong

pigmen hitam di bawah mata.

Terdapat dua kelompok ikan berdasarkan sumber cahaya yang dikeluarkannya

yaitu, kelompok ikan yang cahaya dikeluarkan oleh sel pada kulit ikan itu sendiri

(photophore = potocyt) misalnya pada golongan elasmobranchii (Etmopterus,

Page 28: Ikhtiologi ikan

xxviii

Benthobatis dan Spinax) dan pada golongan ikan teleostei (Batrachoididae dan

Stomiatidae). Kelompok kedua adalah ikan yang mengeluarkan cahaya dari bakteri yang

bersimbiose dengannya, misalnya pada ikan-ikan family Monocentridae, Gadidae,

Leognathidae, Serranidae dan Macroridae. Bakteri yang dapat mengeluarkan cahaya

terdapat di dalam kantung kelenjar epidermis. Pemantulan cahaya yang dikeluarkan

bakteri tersebut diatur oleh jaringan yang berfungsi sebagai lensa. Pada bagian yang

berlawanan dengan lensa terdapata banyak pigmen yang berfungsi sebagai pemantul.

Pemancaran cahaya yang dikeluarkan oleh bakteri diatur oleh kontraksi pigmen yang

berfungsi sebagai iris mata.

Pada ikan-ikan yang hidup di laut dalam, pengeluaran cahayanya mempunyai

peranan dalam pemijahan. Pada musim pemijahan, ikan jantan berusaha membimbing

betina untuk mencari tempat yang baik untuk memijah. Cahaya yang dikeluarkan

memiliki kekuatan panjang gelombang 400-600 mµ yang dapat menerangi sejauh 10

meter. Anglerfishes (Linophyrin brevibarbis) yang terdapat di laut dalam mempunyai

tentakel yang bercahaya. Diduga pada tentakelnya mempunyai kultur bakteri yang

terdapat pada kulitnya. Tentakel yang ujungnya mempunyai jaringan jaringan yang

membesar itu digosokkan di atas kultur bakteri tersebut, sehingga bakteri yang bercahaya

terbawa oleh tentakel untuk menarik perhatian mangsanya.

E. KELENJAR BERACUN

Kelenjar beracun pada ikan merupakan derivate dari kulit yang merupakan

modifikasi kelenjar yang mengeluarkan lendir. Ikan-ikan yang kelejar integumennya

mengandung racun umumnya dipergunakan ikan untuk mempertahankan diri, menyerang

dan mencari makanan.

Pada ikan lepu (Synanceia verrucosa dan Pterois volitans) memiliki alat beracun

pada daerah jari-jari keras sirip punggung, sirip dubur dan sirip perut. Umumnya ikan

lepu ini tinggal di dasar perairan yang dangkal berpasir atau berkarang dan pada daerah

terdapat vegetasi lamun. Gerakannya lamban dengan warna permukaan tubuh yang mirip

dengan dasar perairan menyebabkan ikan ini sulit untuk dilihat. Beberapa jenis dari ikan

memiliki racun yang dapat mematikan manusia, misalnya jenis Synanceia horrida.

Page 29: Ikhtiologi ikan

xxix

Pada ikan pari (Dasyatis) kelenjar racunnya terdapat pada duri di ekornya. Duri

ini tersusun dari bahan yang disebut vasodentine. Sepanjang kedua sisi duri tersebut

terdapat gerigi yang bengkok ke belakang. Duri tersebut ditandai oleh adanya sejumlah

alur dangkal yang sepanjang tepi alur terdiri celah berupa jaringan kelabu “spongi”,

lembut meluas sepanjang celah panjang yang berfungsi sebagai jaringan tempat

dihasilkannya racun. Ikan baronang (Siganus) memiliki kelenjar beracun yang terdapat

pada 13 jari-jari keras sirip punggung, 4 jari-jari keras sirip perut da 7 jari-jari keras sirip

dubur.

Ikan-ikan yang system integumennya mengandung kelenjar beracun antara lain

ikan lele dan sebangsanya (Siluroidea) dan golongan Elasmobranchii (Chimaeridae,

Myliobathidae dan Dasyatidae). Beberapa jenis ikan buntal (Tetraodontidae) juga dikenal

beracun, tetapi racunnya bukan berasal dari system integumennya, melainkan dari

kelenjar empedu.

Studi tentang racun ikan dikenal dengan ichthyotoxisme. Ilmu ini mempelajari

tentang racun yang dikeluarkan oleh ikan serta gejala keracunan dengan aspek- aspeknya.

Ichthyotoxisme meliputi Ichthyosarcotoxisme yang mempelajari berbagai macam

keracunan akibat makan ikan beracun dan Ichthyoacanthotoxisme yang mempelajari

sengatan ikan berbisa.

INDIKATOR PENILAIAN

1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran

akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)

2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok

bahasan (30%)

3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan

(30%)

BAB III. PENUTUP

Sistem Integumen terdiri dari kulit yang sebenarnya dan derivat-derivatnya. Gigi

pada ikan hiu, scute, keel dan beberapa tulang tengkorak pada ikan merupakan modifikasi

dari sisik. Sistem integumen pada ikan, maka memiliki fungsinya bermacam-macam

Page 30: Ikhtiologi ikan

xxx

pula, antara lain: pelindung terhadap gangguan mekanis, fisis, organis atau penyesuaian

diri terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupannya, termasuk pelindung

terhadap hewan lain yang merupakan musuhnya; kulit juga digunakan sebagai alat

ekskresi dan osmoregulasi dan sebagai alat pernapasan pada beberapa jenis ikan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

G. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek

Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB

H. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology.

Second edition. John Wiley & Sons, New York

I. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall

of India Private Limited, New Delhi

J. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.

Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

K. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.

L. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas

Perikanan, IPB

Page 31: Ikhtiologi ikan

xxxi

MODUL III JUDUL : SISTEM URAT DAGING BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pekerjaan urat daging atau otot untuk setiap aktifitas kehidupan hewan sehari-

hari sangat penting. Dari mulai gerakan tubuh hingga kepada peredaran darah, kegiatan

utama gerakan tubuh disebabkan karena keaktifan otot tersebut. Secara fungsional otot

ini dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang dibawah rangsangan otak dan yang tidak

dibawah rangsangan otak.

Pada prinsipnya ikan mempunyai tiga macam urat daging atau otot berdasarkan

struktur dan fungsinya, yaitu: otot polos, otot bergaris, dan otot jantung. Dari

penempelannya juga bisa dibedakan menjadi dua yaitu otot menempel pada rangka yaitu

otot bergaris dan yang tidak menempel pada rangka yaitu otot jantung dan otot polos.

B. Ruang Lingkup Isi

- Urat Daging Licin

- Urat Daging Jantung

- Urat Daging Bergaris

- Organ Listrik

C. Kaitan Modul

Modul ini merupakan modul ke tiga yang membahas tentang sistem urat daging

(sistem otot) dan hubungannya dengan pergerakan kan. Modul ini dijelaskan setelah

mahasiswa memahami modul sebelumya yaitu sistem integumen pada ikan.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:

4. Menjelaskan fungsi sistem otot

5. Menjelaskan hubungan sistem otot dengan pergerakan ikan

Page 32: Ikhtiologi ikan

xxxii

BAB II. PEMBAHASAN

A. OTOT POLOS (Urat Daging Licin)

Serabut otot polos lebih sederhana dan kecil dibandingkan dengan serabut otot

lainnya. Serabut ini tumbuh dari mesenchim embrio. Secara primer berasal dari

mesoderm dengan disertai sel-sel jaringan ikat, kemudian berkembang menjadi otot polos.

Kerja otot polos ini disebut involuntary karena kerjanya tidak dipengaruhi oleh

rangsangan otak. Serabut otot polos pada umumnya tersusun dalam ikatan, tetapi banyak

pula yang tersebar. Kontraksi otot ini lambat dan kerjanya lama.

Otot polos antara lain terdapat pada:

1. Otot polos yang terdapat pada dinding saluran pencernaan, baik yang melingkar

maupun yang memanjang. Otot ini digunakan untuk menggerakkan makanan

(gerakan peristaltik); yang lainnya ditemukan pada saluran kelenjar pencernaan,

kantung urine, trakhea dan bronkhi dari paru-paru.

2. Otot polos yang terdapat pada saluran peredaran darah, yaitu urat daging melingkar

berguna untuk mengatur tekanan darah.

3. Otot polos yang terdapat pada mata yang digunakan dalam mengatur akomodasi

dengan menggerakkan lensa mata dan mengatur intensitas cahaya.

4. Otot polos yang terdapat pada saluran ekskresi dan reproduksi digunakan dalam

menggerakkan produk yang ada di dalamnya.

B. OTOT JANTUNG (Urat Daging Jantung)

Jaringan otot jantung memperlihatkan garis-garis melintang pada serabutnya.

Pada otot ini tidak ada serabut yang terpisah, masing-masing berhubungan satu sama

lainnya. Otot jantung berkonttraksi kuat dan terus menerus bekerja, sampai individu ini

mati. Kerja otot jantung ini sifatnya involuntary karena bekerja diluar rangsangan otak.

Secara embriologi, otot jantung merupakan tipe istimewa dari otot polos, dimana

sel-selnya menjadi bersatu seperti syncytium.

Otot ini berwarna merah tua, berbeda dengan otot bergaris yang berkisar antara

warna putih hingga warna merah jambu bergantung pada jenis ikannya. Otot ini disebut

Page 33: Ikhtiologi ikan

xxxiii

pula sebagai myocardium. Myocardium ini dilapisi oleh selaput pericardium (selaput

luar) dan endocaardium (selaput dalam).

C. OTOT BERGARIS (Urat Daging Bergaris)

Disebut otot bergaris karena serabutnya memperlihatkan garis-garis melintang

dengan banyak inti tersebar pada bagian-bagian pinggirnya. Otot ini disebut juga otot

rangka karena melekat pada rangka atau kulit, dan disebut voluntary karena kerjanya

dipengaruhi oleh rangsangan otak.

Bila dilihat secara keseluruhan, otot bergaris pada seluruh tubuh ikan terdiri dari

kumpalan blok otot atau urat daging. Tiap-tiap blok otot dinamakan myotome (pada saat

embryo disebut myomer). Pada urat daging yang menempel pada tubuh ikan sebelah kiri

dan kanan, dari belakang kepala sampai ke batang ekor myotome tersusun menurut pola

tertentu yang biasa dibedakan menjadi dua tipe yaitu, Cyclostomine yang ditemukan pada

kelompok agnatha dan Piscine yang ditemukan pada kelompok ikan Elasmobranchii dan

Teleostei (Gambar1). Kumpulan otot ini, biasanya diberi nama sesuai dengan

pergerakannya atau organ tempat otot itu melekat, seperti otot penegak sirip punggung,

otot penarik sirip dada.

Pola kontruksi otot-otot parietal terdiri dari urutan myomere yang zig-zag diikat

oleh myoseptum yaitu bagian jaringan ikat yang membatasi antara myomer berurutan.

Myomer terbentang mulai dari tengkorak sampai ujung ekor yang berdaging. Setiap

myomer terdiri dari bagian dorsal yang disebut epaksial dan bagian ventral disebut

hypaksial (Gbr. 1). Keduanya dipisahkan oleh jaringan ikat yang disebut horizontal

skeletogeneus septum (gambar 2). Di bagian permukaan selaput ini terdapat urat daging

yang menutupinya dinamakan Musculus lateralis superficialis yang banyak mengandung

lemak dengan istilah lain disebut red muscle karena warnanya yang merah kehitaman.

Umumnya serabut otot mengarah anteroposterior, tetapi beberapa serabut hypoksial dari

setiap myomer tersusun serong ventromedial. Kontraksi dari kelompok myomer di satu

pihak akan disambut oleh kontraksi kelompok myomer di lain pihak, menyebabkan tubuh

ikan menjadi meliuk-liuk dalam gerakan berenang.

Page 34: Ikhtiologi ikan

xxxiv

Gambar 1. Potongan melintang tubuh ikan

Gambar 2. Urat daging permukaan sirip perut ikan tulang sejati dan tulang rawan

Page 35: Ikhtiologi ikan

xxxv

Pada umumnya kerja otot memiliki fungsi ganda, ada yang berfungsi sebagai

synergis yang bekerja saling menyokong dengan yang lainnya, ada pula yang berfungsi

sebagai antagonis yang bekerja berlawanan, yaitu satu berkontraksi dan yang lainnya

mengendur.

Bagian-bagian besar otot bergaris pada tubuh ikan ada empat, yaitu:

1. Otot ocolomotor, yang terdapat pada mata dengan jumlah tiga pasang

2. Otot hypobranchial, terdapat pada dasar pharynx, rahang, hyoid dan lengkung insang

(berfungsi sebagai pengembang).

3. Otot branchiomeric yang terdapat pada muka, rahang dan lengkung insang

(berfungsi sebagai pengkerut). Otot yang bekerja terhadap rawan insang pada hiu ialah

kelompok otot branchial yang terdiri dari otot-otot konstriktor, levator dan interakualia.

4. Otot appendicular yang berfungsi untuk menggerakkan sirip.

Pada daerah sirip berpasangan (sirip perut dan sirip dada), otot-ototnya

melanjutkan diri ke dinding tubuh, terjadi pelekatan ikatan otot hypaksial dari beberapa

myomer yang berurutan ke gelang anggota dan menyebar pada sirip, membentuk dua

macam kelompok otot yaitu Abductor (untuk menegakkan) dan Adductor (untuk

mengembangkan), dengan beberapa tambahan seperti lembaran otot tipis yang di antara

jari-jari sirip (untuk melipat) dan otot yang menegang dan menggerakkan girdle.

Dalam beberapa hal, sirip berpasangan selain berfungsi untuk pergerakan, juga

sebagai alat untuk menyalurkan sperma dari ikan jantan kepada betina pada golongan

ikan Elasmobranchii, sehingga urat daging di sini pun berfungsi sebagai pendorong

sperma keluar.

Otot sirip-sirip tunggal berfungsi untuk menggerakkan sirip-sirip tersebut. Otot-

otot permukaan pada sirip punggung dan sirip dubur disusun sebagai pasangan otot

protractor (penegang) dan retractor (pengendur). Urat daging inclinator lateral dan urat

daging erector di bagian depan serta depressor di bagian belakang . Sirip ekor

mempunyai gumpalan otot lateral yang dihubungkan oleh otot pada bagian dasarnya.

Otot ekor berfungsi menggerakkan (dorsal flexor dan ventral flexor) dan

mengembangciutkan seperti kipas (flexor, interfilamental di antara jari-jari sirip)

Page 36: Ikhtiologi ikan

xxxvi

Pada kepala ikan, otot berhubungan terutama dengan rahang dan tulang lengkung

insang. Otot ini mempunyai dua komponen, yaitu komponen urat daging permukaan

(superficialis) dan komponen otot di bagian dalam.

D. ORGAN LISTRIK

Pada beberapa Elasmobranchii dan Teleostei, otot-otot tertentu sudah jauh

berubah atau merupakan modifikasi dari sel-sel otot yang dapat menghasilkan,

menyimpan, dan mengeluarkan muatan listrik. Jumlah ikan yang diketahui mempunyai

organ listrik kira-kira 500 spesies yang tergolong dalam tujuh family Chonrichtheys dan

Osteichthyes. Organ listrik ini dapat ditemukan pada ekor (ikan pari listrik), di bawah

kulit (Teleostei), pada sirip, di belakang mata (star-gazer), atau pada sebagian besar

permukaan tubuh (belut listrik). Pada umumnya organ listrik ini berasal dari otot yang

memiliki ragam penampilan, lokasi, struktur, dan juga fa’alnya.

Ikan yang hidup pada daerah beriklim sedang mempunyai voltage yang lebih

tinggi dari pada ikan yang hidup pada daerah dingin. Pada umumnya ikan laut

mempunyai voltase tinggi dibanding ikan air tawar, kecuali ”electric eel”

(Electrophoros) dan ” electric cat fish” (Malapterurus electricus).

Ikan yang memiliki organ listrik bervoltase tinggi, organ listriknya berfungsi

sebagai senjata untuk bertahan terhadap serangan predator dan alat untuk mencari makan,

contohnya, Electrophorus electricus, Torpedo nobilian, Malapterurus electricus.

Sedangkan ikan bervoltase rendah, organ listriknya berfungsi sebagai bagian dari sistem

electrosensory dan dapat bula berfungsi sebagai alat komunikasi antar ikan, contohnya,

Mormyrus rume, Gymnotus carapo, Gymnoranchus niloticus, Raja clavata. Organ-

organ tersebut berasal dari kelompok otot branchiomer, sebab diatur oleh saraf kranial ke

7 dan ke 9.

Ikan Raja dan Electrophorus, organ listriknya terletak pada ekor dan berubah dari

kelompok otot hypaksial. Pada Electrophorus electricus (belut laut), organ listriknya

mengeluarkan muatan listrik antara 350 - 650 volt. Ikan ini memiliki ukuran tubuh

hingga panjang 3 meter, termasuk ikan dengan pergerakan lamban dan hidup pada daerah

yang visibiltasnya rendah. Pada ikan Torpedo nobilian yang hidupnya di dasar laut

Page 37: Ikhtiologi ikan

xxxvii

dengan pergerakannya lamban, mengeluarkan cahaya sampai 220 volt. Malapterurus

electricus, hidup di sungai yang gelap di benua Afrika, panjangnya bisa sampai satu

meter dan dapat mengeluarkan muatan listrik sebesar 350 volt (Bond, 1979).

Komunikasi, orientasi, dan deteksi terhadap mangsa merupakan fungsi yang

paling umum dari organ listrik. Pada beberapa spesies, organ listrik dipergunakan juga

untuk menyerang lawan atau mempertahankan diri, bahkan ikan-ikan besarpun dapat

dilemahkan dengan muatan listrik yang lebih kuat. Ikan-ikan listrik memancarkan

muatan yang tetap, dan sangat sensitif terhadap gangguan-gangguan yang dihasilkan oleh

obyek di dalam medan listrik dekat tubuhnya.

Unit fungsional organ listrik adalah electroplaks, berupa sel berinti banyak,

berbentuk uang logam besar. Umumnya sebelah permukaannya datar melipat-lipat kecil;

mitokhondria terkonsentrasi di bawah selaput ini. Permukaan datar yang sebelahnya lagi

penuh dengan saraf-saraf yang masuk. Beratus bahkan beribu-ribu electroplaks

bertumpuk membentuk batang, dan banyak batang-batang terdapat dalam satu organ.

Dalam stadium istirahat, potensial listrik tumbuh antara permukaan dalam (negatif) dan

permukaan luar dari setiap electroplaks. Jika organ tersebut dirangsang oleh sarafnya,

potensial listrik sejenak berbalik dengan demikian arus listrik melampaui potensial

istirahatnya.

INDIKATOR PENILAIAN

1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran

akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)

2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok

bahasan (30%)

3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan

(30%)

BAB III. PENUTUP

Sistem urat dagin atau sistem otot pada ikan secara fungsional otot ini dibedakan

menjadi dua tipe, yaitu yang dibawah rangsangan otak dan yang tidak dibawah

rangsangan otak. Pada prinsipnya ikan mempunyai tiga macam urat daging atau otot

Page 38: Ikhtiologi ikan

xxxviii

berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu: otot polos, otot bergaris, dan otot jantung.

Dari penempelannya juga bisa dibedakan menjadi dua yaitu otot menempel pada rangka

yaitu otot bergaris dan yang tidak menempel pada rangka yaitu otot jantung dan otot

polos.

DAFTAR PUSTAKA

M. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek

Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB

N. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology.

Second edition. John Wiley & Sons, New York

O. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall

of India Private Limited, New Delhi

P. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.

Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Q. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.

R. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas

Perikanan, IPB

Page 39: Ikhtiologi ikan

xxxix

MODUL IV JUDUL : SISTEM RANGKA BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem rangka merupakan suatu system yang dibangun oleh struktur-struktur

keras dari tubuh yang bersifat menyokong dan melindungi. Rangka pada ikan seperti

halnya pada golongan vertebrata lainnya berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang

dan menyokong organ-organ tubuh serta berfungsi pula dalam proses pembentukan butir

darah merah. Pada beberapa ikan modifikasi tulang penyokong sirip menjadi penyalur

sperma ke dalam saluran reproduksi ikan betina. Secara tidak langsung rangka

menentukan bentuk tubuh ikan yang beraneka ragam. Rangka yang menjadi penegak

tubuh ikan terdiri dari tulang rawan dan tulang sejati. Tulang rawan pada banyak

vertebrata, kecuali cyclostomata dan elasmobranchii merupakan jaringan embrional. Hal

ini dimungkinkan karena dapat memberikan sifat ringan dan kelenturan yang diperlukan

oleh dinamika pertumbuhan. Sebagian besar rangka osteichtyes pada mulanya dibentuk

melalui tahap tulang rawan, kemudian materialnya menjadi tulang sejati dalam bentuk-

bentuk yang khusus melalui proses osifikasi.

B. Ruang Lingkup Isi

- Rangka Axial

- Rangka visceral

- Bentuk Tubuh Ikan

C. Kaitan Modul

Modul ini merupakan modul ke empat yang membahas tentang sistem rangka

pada ikan serta fungsi derivat-derivatnya. Modul ini dijelaskan setelah mahasiswa

memahami modul sebelumya yaitu sistem urat daging atau sistem otot pada ikan.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Page 40: Ikhtiologi ikan

xl

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:

6. Menjelaskan lima macam bentuk tubuh ikan

7. Menjelaskan fungsi rangka dan derivat-derivatnya

BAB II. PEMBAHASAN

A. Rangka Axial

Rangka axial terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung dan tulang rusuk.

Secara umum perkembangan embrionik tengkorak ikan berasal dari tiga sumber, yaitu

chondrocranium (neurocranium), dermocranium dan splanchoranium. Chondrocranium

adalah pembungkus otak yang pada mulanya berasal dari tulang rawan kemudian akan

berganti menjadi tulang sejati. Pada waktu embrio, tengkorak dibentuk dari sepasang

rawan parachordal yang sejajar dengan ujung depan notochorda dan sepasang rawan

trabeculae yang terletak di bagian anterior rawan parachordal. Setiap rawan parachordal

mengadakan perkembangan dan meluas pada tiap-tiap sisinya ke bagian anterior sampai

ke kapsul optik membentuk basal plate (Bond, 1979).

Pada elasmobranchii, seluruh bagian otak dibungkus oleh tulang rawan yang

massif tanpa batas yang nyata seperti biasanya pada terdapat pada vertebrata lainnya.

Kapsul optic dan nasal bersatu dengan chondrocranium, akan tetapi kapsul optic tetap

bebas sehingga mata degan bebas dapat digerakkan. Saraf dan pembuluh darah yang

berhubungan otak melalui lubang-lubang yang terdapat pada dinding chondrocranium.

Pada golongan ikan teleostei yang rendah tingkatannya, masih terdapat rawan

pada pada neurocranium tetapi pada golongan ikan yang lebih tinggi tingkatannya tulang

tengkorak telah mengalami proses osifikasi dengan baik. Keping-keping tulang yang

mengelilingi kapsul sensori berhubungan erat dengan osifikasi neurocranium.

Tiap-tiap organ sensori dikelilingi oleh rangkaian tulang untuk berkembang.

Umumnya tulang dermal membentuk atap tengkorak. Sepasang tulang parietal

terletak di daerah atap tengkorak paling belakang, di depan supaoccipita. Sepasang

tulang frontal yang merupakan keping dermal yang luas berkembang tepat di depan

tulang parietal. Di depannya terdapat tulang nasal yang bentuknya memanjang dan

Page 41: Ikhtiologi ikan

xli

terletak di antara dua lubang hidung. Sepasang tulang lacrimal terdapat pada bagian

anterior sisi tengkorak.

Rahang atas terdiri dari tulang premaxilla, maxilla, jugal dan quadratojugal.

Premaxilla dan maxilla pada beberapa ikan buas dilengkapi dengan gigi-gigi tajam.

Tulang dermal yang terdapat pada langit-langit mulut ialah prevomer, endopterygoid,

ectopterygoid, palatine (masing-masing terdiri dari satu pasang) dan sebuah parasphenoid.

Tulang dermal pada rahang bawah ialah dentary yang dilengkapi gigi-gigi, splenial,

angular dan articular.

Pada golongan Osteichtheys terdapat tulang dermal yang menjadi penutup insang,

yaitu operculum, suboperculum, preoperculum dan interoperculum. Di bawah rahang

terdapat branchiostegal dan urohyal yamg merupakan tulang penyokong keeping tutup

insang (Gambar 6.1)

Gambar. 1. Diagram tulang pipih dan tulang tengkorak ikan ikan tuna (Gymnosarda unicolor: sumber Collette & Chao 1975)

Tulang punggung pada daerah badan berbeda dengan yang terdapat pada daerah

ekor. Tiap-tipa ruas di daerah badan dilengkapi oleh sepasang tulang rusk kiri dan kanan

B

A

Page 42: Ikhtiologi ikan

xlii

untuk melindungi organ-organ di dalam ronga badan. Pada batang ekor tiap-tiap ruasnya

di bagian bawah hanya terdapat satu cucuk haemal. Di bagian atas ruas tulang punggung

terdapat cucuk neural (gambar. 2).

Gambar 2. Ruas tulang punggung ikan

B. Rangka Visceral

Rangka visceral terdiri dari struktur tulang yang menyokong insang dan

mengelilingi pharynx. Struktur ini terdiri dari tujuh tulang

lengkung insang. Duan lengkung insang yang pertama menjadi bagian dari tulang-tulang

tengkorak. Sedangkan lima lainnya berfungsi sebagai penyokong insang.

Pada ikan hiu lengkung insang terdiri dari beberapa potong rawan yang

digabungkan menjadi jeruji basal. Potongan dorsal (Pharyngobranchial) diikuti oleh

epibranchial, ceratobranchial dan hypobranchial dengan basibranchial yang memanjang

sepanjang ventral.

C. Morfologi Ikan

Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan dan

pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang

merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat, diingat dalam mempelajari dan mengidentifikasi

ikan.

Page 43: Ikhtiologi ikan

xliii

Bentuk luar ikan seringkali mengalami perubahan dari sejak larva sampai

dewasa misal dari bentuk bilateral simetris pada saat masih larva berubah menjadi

asimetris pada saat dewasa. Bentuk tubuh ikan merupakan suatu adaptasi terhadap

lingkungan hidupnya atau merupakan pola tingkah laku yang khusus.

Secara umum, Moyle & Cech (1988) mengkatergorikan ikan ke dalam enam kelompok

yaitu:

1. Rover predator (predator aktif). Misalnya family Lutjanidae, Scombridae

2. Lie-in-wait predator (predator tak aktif). Misalnya family Esocidae, Belonidae,

Centropomidae dll.

3. Surface-oriented fish (ikan pelagik). Misalnya, family Carangidae

4. Bottom fish (ikan demersal). Misalnya, family Psettodidae, Bothidae, Pleuronectidae,

Soleidae, dll

5. Ikan bertubuh bulat besar, sepeti belut. Misalnya, Muraenidae, Congridae,

Opichthydae, dll

Predator aktif.

Ikan ini mempunyai bentuk tubuh yang langsing/lurus (fusiform), dengan mulut

di ujung (terminal) dan batang ekor menyempit/kecil dengan bentuk ekor cagak atau

bulan sabit.

Ikan-ikan kelompok ini selalu bergerak dan mengejar mangsa, contoh ikan tuna. Bentuk

tubuh dari ikan predator aktif sangat khas di perairan mengalir.

Predator tak aktif

Merupakan kelompok ikan piscivora yang mempunyai bentuk tubuh yang cocok

untuk menangkap mangsa dengan cara menghadang ikan-ikan perenang cepat. Tubuh

berbentuk ramping/lurus memanjang seringkali beebentuk sepertik torpedo. Kepala

berbentuk rata dengan mulut yang besar dan bergigi. Sirip ekor cenderung membesar

dengan sirip punggung dan anal berada jauh dibelakang badan dan letaknya segaris.

Susunan sirip ikan seperti ini memberikan daya dorong pada saat ikan ini akan meluncur

dengan cepat untuk menangkap mangsa yang lewat. Kelompok ikan ini antara lain ikan-

ikan air tawar Esocidae, Belonidae, Centropomidae.

Ikan pelagik

Page 44: Ikhtiologi ikan

xliv

Ikan ini umumnya berukuran kecil, bentuk mulut superior, kepala berbentuk

pipih datar dengan mata lebar dan sirip punggung berada di bagian belakang badan.

Morfologi dari ikan ini sesuai untuk menangkap plankton dan ikan-ikan kecil yang hidup

di dekat permukaan air, atau insekta yang berada di permukaan contoh ikan Gambusia,

Fundulus.

Ikan demersal

mempunyai bentuk tubuh yang beragam. Gelembung renang dari ikan-ikan

kelompok ini mereduksi atau tidak ada. Ikan demersal terbagi menjadi 5 tipe yaitu (i)

ikan dasar yang aktif mempunyai bentuk tubuh seperti ikan predator aktif tetapi bentuk

kepala rata, mempunyai punuk dan sirip dada yang lebih besar. (ii) ikan yang melekat di

dasar merupakan ikan-ikan kecil dengan bentuk kepala rata, sirip dadap membesar

dengan struktur yang memungkinkan ikan ini berada di dasar perairan. Struktur ikan ini

banyak dijumpai di perairan berarus cepat atau daerah intertidal yang mempunyai arus air

yang kuat. (iii) ikan bottom- hider mempunyai kesamaan respon dengan ikan pelekat

tetapi tidak mempunyai alat pelekat dan cenderung mempunyai bentuk tubuh yang

memanjang dengan kepala lebih kecil. Bentuk seperti ini lebih menyukai hidup di bawah

batu-batuan, celah-celah. (iv) flatfish merupakan ikan dengan morfologi yang unik.

Bentuk tubuh membulat dengan mulut berada dibagian ventral yang sangat

memungkinkan untuk dapat mengambil makanan di dasar perairan, spirakula berada di

bagian atas dari kepala. (v) ikan bentuk rattail mempunyai tubuh bagian belakang

memanjang seperti ekor tikus, kepala besar dengan hidung yang sangat jelas dan sirip

dada besar. Umumnya, ikan seperti ini berada di laut dalam. Ikan-ikan ini merupakan

ikan pemakan bangkai dan memangsa invertebrata bentik.

Ikan berbadan membulat

Ikan ini mempunyai ukuran tubuh 1/3 dari panjang standar (jarak antara hidung

hingga pangkal ekor). Sirip punggung dan sirip anal memanjang dan sirip dada terletak

lebih tinggi sedangkan sirip pelvik lebih rendah dari badan. Mulut kecil dan dapat

disembulkan,

mempunyai mata yang besar dan hidung pendek.

Ikan dengan bentuk badan seperti belut

Page 45: Ikhtiologi ikan

xlv

mempunyai badan yang panjang dengan bentuk kepala tumpul, ekor meruncing

atau membulat. Jika dijumpai sirip-sirip yang berpasangan misal sirip dada biasanya kecil

sedangkan sirip punggung dan sirip anal sangat panjang. Sisik berukuran sangat kecil

atau tidak ada sama sekali. Ikan-ikan ini seringkali berada di celah-celah atau lobang dari

karang atau batuan.

INDIKATOR PENILAIAN

1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran

akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)

2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok

bahasan (30%)

3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan

(30%)

BAB III. PENUTUP

Rangka pada ikan seperti halnya pada golongan vertebrata lainnya berfungsi

untuk menegakkan tubuh, menunjang dan menyokong organ-organ tubuh serta berfungsi

pula dalam proses pembentukan butir darah merah. Pada beberapa ikan modifikasi

tulang penyokong sirip menjadi penyalur sperma ke dalam saluran reproduksi ikan betina.

Secara tidak langsung rangka menentukan bentuk tubuh ikan yang beraneka ragam.

Rangka yang menjadi penegak tubuh ikan terdiri dari tulang rawan dan tulang sejati.

Tulang rawan pada banyak vertebrata, kecuali cyclostomata dan elasmobranchii

merupakan jaringan embrional.

Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan dan

pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang

merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat, diingat dalam mempelajari dan mengidentifikasi

ikan.

DAFTAR PUSTAKA

S. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek

Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB

Page 46: Ikhtiologi ikan

xlvi

T. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology.

Second edition. John Wiley & Sons, New York

U. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall

of India Private Limited, New Delhi

V. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.

Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

W. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.

X. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas

Perikanan, IPB

Page 47: Ikhtiologi ikan

xlvii

MODUL V JUDUL : SISTEM PENCERNAAN BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mencernakan makanan merupakan suatu proses di dalam tubuh organisme yang

mengubah atau menyederhanakan bahan-bahan makanan yang dapat diserap oleh

dinding usus yang berguna bagi tubuh. Sistem pencernaan meliputi organ yang

berhubungan dengan pengambilan makanan, mekanismenya dan penyediaan bahan-bahan

kimia, serta pengeluaran sisa-sisa makanan yang tidak tercernakan keluar dari tubuh.

B. Ruang Lingkup Isi

- Alat Pencernaan pada ikan

- Cara makan pada ikan

- Rangsangan makanan

C. Kaitan Modul

Modul ini merupakan modul ke lima yang membahas tentang sistem pencernaan

makanan pada ikan. Modul ini dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul

sebelumya yaitu sistem integumen, sistem otot dan sistem rangka pada ikan.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:

8. Menjelaskan organ-organ pencernaan pada ikan secara umum dan fungsinya

masing-masing

9. Menguraikan perbedaan secara anatomis ikan herbivora, kamnivora dan

omnivora

10. Menguraikan alat pencernaan makanan dan modifikasi tertentu pada ikan

BAB II. PEMBAHASAN

Page 48: Ikhtiologi ikan

xlviii

A. ALAT PENCERNAAN MAKANAN

Alat-alat pencernaan makanan secara berturut-turut dari awal makanan masuk

ke mulut dapat dikemukakan sebagai berikut: mulut, rongga mulut, pharynx, esophagus,

lambung, pylorus, usus dan anus. Dalam beberapa hal terdapat adaptasi alat-alat tersebut

terhadap makanan dan kebiasaan makannya. Organ pencernaan ini dilengkapi dan

dibantu oleh hati dan pancreas.

Mulut dan Rongga Mulut

Organ ini merupakan bagian depan dari saluran pencernaan, berfungsi untuk

mengambil makanan yang biasanya ditelan bulat-bulat tanpa ada perubahan.

Lendir yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar dari epithel rongga mulut akan bercampur

dengan makanan, memperlancar proses penelanan makanan yang dibantu oleh kontraksi

otot dinding mulut.

Rongga mulut Amphioxus menyimpang jauh dari kepunyaan Craniota. Pada

hewan ini pinggiran lubang mulut mempunyai 12-20 pasang tentakel yang dilengkapi

dengan rambut getar dan indra. Pada mulut bagian belakang terdapat sekat melintang

yang disebut velum, ditembus oleh lubang yang berhubungan dengan farings. Ikan pada

umumnya, rongga mulut meneruskan diri menjadi farings, yang mempunyai beberapa

kantung insang. Menelan makanan pada ikan merupakan gerakan rangka visceral karena

kerja dari otot visceral.

Pada Amphioxus tidak dilengkapi lidah sedangkan pada Cyclostomata lidahnya

hampir tidak ada. Petromizon lidahnya berfungsi seperti alat penghisap, ikan ini melekat

dengan corong mulut pada pada ikan lain, dan dengan gigi tanduk dari lidah ia memarut

kulit dan daging dari mangsanya. Pada Myxinoidea gigi tanduk dari lidah digunakan

untuk mengebor kulit kulit ikan mangsanya, kemudian ia masuk ke dalamnya dan hidup

sebagai parasit. Lidah ikan merupakan suatu peninggian dari dasar mulut yang diselaputi

oleh selaput lendir, disokong oleh rangka Hiobrankhial yang tidak dapat bergerak tanpa

adanya kelenjar.

Page 49: Ikhtiologi ikan

xlix

Pada umumnya mulut ikan terletak di ujung depan kepala, yang dinamakan tipe

terminal. Pada ikan yang lain, mulut terletak pada bagian atas (tipe superior), di bagian

bawah kepala (tipe inferior), dan ada pula dekat ujung bagian kepala (tipe subterminal).

Selain letak yang berbeda-beda, bentuk mulutpun bermacam-macam. Bentuk dan letak

mulut ini sangat erat kaitannya dengan macam makanan yang menjadi kesukaan ikan.

Mulut tipe superior mendapatkan makanan dari permukaan atau menunggu pada dasar

perairan untuk menangkap mangsa yang lewat di atasnya.

Tipe mulut: A. Terminal; B. Sub-terminal; C. Superior

Ukuran mulut ikan dapat memberilkan petunjuk terhadap kebiasaan makan,

terutama bila dikaitkan dengan ukuran dan tempat gigi berada. Ikan-ikan cucut

dilengkapi dengan mulut yang lebar dan gigi tajam, yang menandakan mereka termasuk

golongan predator terhadap mangsa yang berukuran agak besar yang mungkin bisa

ditelan seutuhnya. Beberapa ikan cucut mempunyai pengaturan geligi yang menjadikan

mereka dapat menggigit gumpalan besar binatang yang terlalu besar untuk ditelan begitu

saja. Demikin pula dengan ikan baraccuda (Sphyraena) dan piranha (Serrasalmus).

Ikan yang menelan sepotong kecil makanan biasanya mempunyai bibir yang

relative kecil tanpa modifikasi. Pada ikan yang mendapatkan makanan dengan cara

mengisap, mereka mempunyai mulut tipe inferior dan bibir yang berdaging tebal. Bibir

pengisap ikan perenang bebas berfungsi sebagai organ pencekram batu atau benda-benda

lain pada sungai berarus deras misalnya, Glyptosternus, Gyrinocheilus dan beberapa

anggota family Loricariidae (Lagler et al., 1997). Pada ikan lamprey yang parasitic,

mulut pengisap tak berahang bertindak sebagai sebagai alat pencengkram agar menempel

pada inangnya dan mengambil makanan dari inangnya.

A B C

Page 50: Ikhtiologi ikan

l

Mulut seringkali dilengkapi dengan sungut yang bentuk dan jumlahnya sangat

bervariasi. Sungut ini berfungsi sebagai alat peraba ketika ikan tersebut mencari makan.

Sungut dilengkapi dengan saraf, untuk menemukan makanan di antara material yang ada.

Berbagai bentuk mulut: A. Mulut dapat yang dapat disembulkan; B. Mulut gergaji; C.

Mulut tabung

Geligi

Adaptasi terhadap makanan juga terjadi pada gigi. Pada cyclostomata dan

ostracodermata tidak mempunyai gigi sebenarnya, sebab hewan ini mempunyai gigi

tanduk yang dihasilkan oleh epidermis.

Gigi sebenarnya homolog dengan sisik placoid, yang mungkin timbul dari sisik

yang menutupi bibir seperti pada ikan hiu muda (Squaliformes) dimana sisik placoid

menjadi gigi pada rahang. Osteichtheys mempunyai tiga jenis gigi berdasarkan tempat

tumbuhnya: rahang, rongga mulut dan pharyngeal. Di daerah rahang gigi tumbuh pada

premaxilla, maxilla dan dentary. Pada langit-langit rongga mulut, gigi terdapat pada

vover, palatine, pterygoid dan parasphenoid. Gigi juga terdapat pada tulang glossohyal

(tulang lidah) dan basibranchial di antara insang. Gigi pharyngeal terdapat pada berbagai

A

B

C

Page 51: Ikhtiologi ikan

li

elemen lengkung insang pada banyak species ikan. Gigi pharyngeal family Cyprinidae

dan Catostomidae merupakan modifikasi elemen bawah lengkung insang yang terakhir.

Berdasarkan bentuknya, gigi rahang dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk

yaitu: Cardiform, villiform, canine, incisor, comb-like teeth, dan molariform. Gigi

cardiform berbentuk pendek, tajam dan runcing. Bentuk ini didapatkan pada family

Ichtaluridae dan Serranidae. Gigi villiform mirip dengan gigi cardiform, hanya lebih

panjang dan memberikan gambaran seperti rumbai-rumbai, misalnya pada Belone dan

Pterois. Gigi canine menyerupai gigi anjing, seringkali berbentuk taring; bentuknya

panjang dan mengerucut, lurus atau melengkung dipergunakan untuk mencengkram.

Gigi incisor menpunyai pinggiran yang tajam yang disesuaikan untuk memotong.

Bentuk gigi yang mempunyai permukaan rata digunakan untuk menumbuk dan

menggerus, termasuk gigi molariform. Bentuk gigi ini misalnya dipunyai oleh Raja,

Holocephali dan Scianidae (Lagler et al, 1977).

Tipe gigi pada ukan A). Villiform, B. Molariform, C. Comb-like teeth, D. Canine, E.

Incisor

Page 52: Ikhtiologi ikan

lii

Pharynx

Organ ini biasa disebut pangkal tenggerokan, merupakan lanjutan rongga mulut.

Insang terletak tepat di belakang rongga mulut, di dalam pharynx. Umumnya terdapat

empat pasang pada ikan bertulang sejati, sedangkan pada ikan Chodrichthyes mempunyai

5-7 pasang lengkung insang. Di samping melindungi filament insang yang lembut dari

kikisan material makanan yang dimakan keluar melalui insang.

Ikan-ikan yang memakan mangsa besar, mempunyai tapis insang yang

berukuran besar dan jumlahnya sedikit. Pada ikan-ikan pemakan plankton, tapis

insangnya ramping, memanjang dan jumlahnya banyak. Jari-jari tapis insang yang

pendek dan besar didapatkan pada ikan omnivora. Tampak adanya kaitan yang erat

antara jenis makanan dengan bentuk dan jumlah jari-jari tipis insang.

Esophagus

Esophagus ikan biasa disebut kerongkongan, pendek dan mempunyai

kemampuan untuk menggelembung. Organ ini merupakan lanjutan pharinx, bentuknya

seperti kerucut dan terdapat di belakang daerah insang. Kemampuan menggelembung

organ ini tampak jelas pada ikan predator yang mampu menelan makanan yang relative

besar ukurannya. Sedangkan ikan-ikan pemakan jasad kecil mempunyai kemampuan

untuk menggelembung yang kurang disbanding dengan ikan predator. Karena adanya

kempauan menggelembung inilah, maka jarang terjadi seekor ikan tertelan sampai mati

oleh suatu makanan yang melalui mulutnya tetapi tidak dapat ditelan. Pinggiran

esophagus terdiri dari epithelium yang berlapis-lapis dan columnar, dengan sejumlah sel

atau kelenjar lendir. Dinding esophageal delengkapi secara khusus dengan lapisan otot

(muscular sac) yang berhubugan dengan esophagus. Pada beberapa genera (Pampus dan

Nomeus) terdapat gigi di tepi kantung esophageal, yang menempel pada dinding kantung.

Kantung esophageal berfungsi sebagai penghasil lendir, gudang makanan dan

penggilingan makanan. Pada ikan belut, Monopterus albus, esophageal dimodifikasi

menjadi alat pernapasan tambahan.

Lambung

Page 53: Ikhtiologi ikan

liii

Lambung (ventriculus) atau perut besar adalah lanjutan dari esophagus, di

belakangnya dibatasi oleh otot sfinkter yang disebut pylorus, untuk kemudian menjadi

bagian depan dari usus bagian tengah. Lambung menunjukkan beberapa adaptasi:

diantaranya adalah adaptasi dalam bentuknya. Pada ikan pemakan ikan, lambung semata-

mata berbentuk memanjang seperti pada ikan gar (Lepisosteus), bowfi (Amia), pike

(Esox), barracuda (Sphyraena) dan striped bass (Horone saxatilis). Pada ikan omnivora

seringkali lambung terbentuk seperti kantung. Pada ikan belanak (Mugil), lambung

bermodifikasi menjadi alat penggiling. Lambung tersebut berukuran kecil, tetapi

dindingnya tebal dan berotot. Pada Saccopharyngidae dan Eupharyngidae, lambung

mempunyai kemampuan menggelembung yang besar sehingga memungkinkan ikan-ikan

ini memakan mangsa yang relative besar.

Sebagain besar ikan mempunyai lambung. Lambung tidak terdapat pada

lamprey, hagfish, chimaera dan beberapa ikan bertulang sejati (Cyprinidae,

Scomberesocoidae, dan Scaridae). Pada ikan-ikan tersebut kelenjar lambung tidak ada,

dan makanan dari esophagus langsung ke usus. Adanya lambung dapat dicirikan oleh

rendahnya pH dan adanya pepsine di antara getah pencernaan. Pada beberapa ikan

seringkali bagian depan ususnya membesar menyerupai lambung sehingga bagian ini

dinamakan lambung palsu, misalnya pada ikan mas (Cyprinus carpio).

Pada beberapa spesies tertentu, pada akhir ventrikulus terdapat tonjolan-tonjolan

sebagai kantong buntu disebut appendices pyloricae, yang berguna untuk memperluas

permukaan dinding ventriculus agar pencernaan dan enyerapan makanan dapat lebih

sempurna.

Usus

Usus tengah dan usus akhir biasa disebut Intestinum, suatu bagian dari saluran

pencernaan mulai dari pylorus sampai di kloaka atau anus. Usus mempunyai banyak

variasi pula, umumnya berbentuk seperti pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya,

berakhir dan bermuara keluar, sebagai lubang anus. Usus diikat (difixer) oleh suatu alat

pengantung, mesentrum yang merupakan derivat dari pembungkus rongga perut

(peritonium).

Page 54: Ikhtiologi ikan

liv

Pada ikan carnivor ususnya pendek, mungkin karena makanan berdaging dapat

dicerna dengan lebih muda dari pada tanaman. Sebaliknya usus ikan herbivore panjang

dan teratur di dalam satu lipatan atau kumparan. Pada beberapa jenis ikan, seperti

Lamprey, elasmobranchii dan beberapa Osteichtyes yang ususnya pendek untuk

memperluas permukaan absorpsi di dalam ususnya terdapat serangkaian klep spiral yang

disebut tyflosol.

Pada usus sebagian besar ikan bertulang sejati, bagian depan usus yang langsung

berbatasan dengan pylorus disebut duodenum yang memiliki satu atau lebih kantung

buntu yang dinamakan pyloric caeca. Struktur ini tidak terdapat pada family Ictaluridae

dan Cyprinodontidae. Perca flavescense mempunyai tiga buah, sedangkan pada family

salmonidae biasa mencapai jumlah 200 atau lebih. Fungsi alat pyloric caeca mungkin

berkaitan dengan pencernaan dan penyerapan.

KELENJAR PENCERNAAN

Kelenjar pencernaan atau glandula digestoria berfungsi dalam proses pencernaan

terdiri atas hati, pankreas dan kantong empedu.

Hati

Hati atau hepar besar, berwarana merah kecoklatan. Letaknya di bagian depan

rongga badan dan meluas mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas. Pembentukan hati

asalnya sepasang. Hal ini dapat dilihat pada Myxine dewasa, dimana hati kiri dan kanan

tidak bersatu dan masing-masing mempunyai saluran empedu yang menuju ke dalam

kantung empedu dan dari sini empedu dialirkan ke melalui ductus kholedokhus ke dalam

usus bagian tengah.

Hati termasuk kelenjar yang besar pada ikan, bahkan pada ikan cucut dan ikan

pari biasa mencapai 20 % bobot tubuhnya. Hati biasanya terletak di muka lambung atau

sebagian mengelilingi lambung. Biasanya hati berjumlah dua buah, tetapi mungkin

hanya satu seperti pada ikan salmon, atau tiga seperti pada mackerel. Pada hati terdapat

kantung empedu yang mengeluarkan cairan empedu. Cairan empedu ini masuk ke dalam

saluran pencernaan makanan pada daerah pylorus melalui ductus choledochus.

Disamping berperan dalam pencernaan, hati juga berfungsi sebagai gudang penyimpanan

lemak dan glikogen. Fungsi selanjutnya adalah dalam perusakan sel darah merah dan

Page 55: Ikhtiologi ikan

lv

kimiawi darah seperti pembentukan urea dan senyawa yang berhubungan dengan ekskresi

nitrogen dan menetralkan racun serta menghasilkan panas. Ikan-ikan mempunyai variasi

dalam jumlah lemak yang di simpan dalam hati. Pada Pleuronectiformes dan gadidae,

lemak terutama disimpan di dalam hati, sedangkan pada Scombridae dan Clupeidae,

lemak lebih banyak disimpan di dalam otot. Selain lemak, hati ikan juga menyimpan

vitamin A dan D.

Pankreas

Pankreas terdiri dari dua bagian, yaitu bagian eksokrin yang menghasilkan getah

apankreas, penting bagi pencernaan makanan, dan bagian endokrin yang menghasilkan

hormon ensulin, mengendalikan kadar gula di dalam darah. Pankreas mensekresikan

beberapa enzym yang berfungsi dalam proses pencernaan makanan. Pada ikan yang

bertulang sejati biasanya menyebar di sekeliling hati ; bahkan pada ikan yang berjari-jari

sirip keras pankreas dan hati menyatu menjadi hepatopankreas. Pada ikan cucut dan pari

pankreas merupakan dua buah organ yang kompak.

Kantong Empedu

Kantung empedu atau vesica velea bila penuh bentuknya membulat dengan warna

kehijau-hijauan, letaknya pada hati bagian depan salurannya disebut ductus cysticus

bermuara pada usus dekat venticulus. Fungsi dari kantong empedu ini untuk

menampung/menyimpan empdu (bilus) dan mencurahkannya ke dalam usus, bila

diperlukan. Bilus ini berfungsi mencerahkan lemak.

B. RANSANGAN UNTUK MAKAN

Ransangan ikan terhadap makanan merupakan intraksi antara beberapa faktor

yang menentukan kapan ikan akan makan dan makanan apa yang diinginkan.

Rangsangan untuk makan secara umum dipengaruhi oleh motifasi internal atau dorongan

untuk makan seperti, waktu makan, musim, intensitas cahaya dan suhu. Faktor lain

adalah rangsangan makan yang diterima oleh panca indera seperti rasa, bau, penglihatan,

sentuhan dan sistem garis rusuk.

Beberapa jenis ikan yang mendapatkan makanan dengan perantaraan rasa dan bau,

lebih condong makan pada malam hari, misalnya pada ikan Ictalurus . Sedangkan ikan

Page 56: Ikhtiologi ikan

lvi

yang mendapatkan makanan dengan perantaraan mata atau penglihatan cenderung lebih

aktif pada waktu siang hari, misalnya pada Esox.

Ikan Synbranchus dan Onchorhynchus menghentikan kegiatan mencari makan

pada saat musim pemijahan. Mereka selama estivasi dalam lubang yang lembab dan

berlumpur , hanya menggunakan akumulasi lemak dalam tubuhnya. Sebagian besar ikan

yang hidup pada daerah ”temperate” sangat aktif mencari makanan ketika perubahan

kondisi lingkungan pada musim semi.

JENIS IKAN BERDASARKAN TIPE MAKANAN

Lagler et al., (1977) membagi ikan secara garis besar berdasarkan cara

makannya ke dalam golongan predator, grazer, penyaring makanan, pengisap makanan

dan parasit.

Umumnya ikan-ikan yang memakan binatang-binatang makroskopik mempunyai

adaptasi tertentu. Mereka biasanya mempunyai gigi pencengkram yang berkembang

dengan baik, seperti yang terdapat pada ikan cucut (Elasmobranchii), Sphyraenae, Esox,

dan Lepisosteus. Pada ikan-ikan predator terdapat lambung yang jelas dengan sekresi

asam kuat dan ususnya relative lebih pendek dari pada ikan herbivore, pada ukuran

panjang ikan yang sama. Banyak predator seperti bluefish (Pomatomus sallatrix) dan

ikan laut dalam aktif memburu mangsanya, sedangkan yang lain seperti kerapu

(Epinephelus) sering berdiam diri dan menunggu sampai ada seekor binatang lewat yang

kemudian diserbu dan ditangkap. Lophiidae dan Antennaridae mengembangkan jari-jari

pertama sirip punggup menjadi semacam umpan untuk memancing perhatian si mangsa.

Ikan sumpit (Toxotes jaculator) sering menyumpit jatuh serangga yang sedang hinggap di

tanaman air dengan “ air liurnya”. Ketepatan menyumpit sasarannya ini merupakan hasil

dari hasil perkembangan mata yang dapat digunakan untuk melihat udara di luar

permukaan air. Beberapa ikan predator melakukan perburuan dengan mengandalkan

mata, sedangkan cucut (Squaliformes), ikan-ikan nocturnal (misalnya, Ictalurus) dan

Muraenidae bertumpu kepada bau, rasa, sentuhan dan mungkin pula mengandalkan saraf

garis rusuk untuk menemukan tempat si mangsa.

Page 57: Ikhtiologi ikan

lvii

Penyaringan organisme dari air merupakan cara makan yang paling umum

dilakukan karena sasaran makanan yang dipilih berdasarkan ukuran dan bukan

berdasarkan jenis. Prinsip adaptasi ikan penyaring makanan terletak pada pengembangan

tapis insang yang memanjang, rapat dan dalam jumlah yang banyak. Ikan dewasa

mampu menyaring satu sampai dua gallon air per menit dengan tapis insangnya, dan

dalam waktu yang sama beberapa cc kumpulan plankton terutama diatom dan krustacea

diperolehnya. Kelompok ikan yang menyaring makanan ditemukan banyak pada

clupeoid (Dorosoma).

Pada beberapa anggota family Cyprinidae memiliki cara makan yakni, mengisap

material yang mengandung makanan ke dalam mulut dimana respon pengisapannya

sangat bergantung pada rangsangan sentuhan bibir. Beberapa dari mereka mampu

memisahkan antara makanan yang diinginkan dengan sedimen sebelum dia telan, namun

pada beberapa kelompok seperti Siluridae, endapan dan lumpur sering ditemukan dalam

konsentrasi yang tinggi bersama-sama dengan jasad dasar pada saluran pencernaannya.

Beberapa kelompok ikan yang bersifat parasit misalnya, Simenchelys parasiticus,

petromyzon marinus, Lampreta tridentata mengisap cairan tubuh dari inangnya.

Biasanya ikan jantan relatif kecil, begitu kecilnya sehingga lebih kecil dari pada sebuah

gonad yang matang.

Jenis ikan dapat digolongkan menjadi tujuh kelompok menurut jenis makanannya,

walaupun harus juga diingat bahwa beberapa jenis pola makannya berubah sesuai dengan

perubahan umur, musim dan

ketersediaan makanan. Perbedaan golongan ikan menurut jenis makanannya ini berkaitan

antara satu golongan dengan golongan lain. Penggolongan berdasarkan jenis makanannya

yaitu :

Herbivora

Ikan golongan ini makanan utamanya berasal dari bahan-bahan nabati misalnya

ikan tawes (Puntius javanucus), ikan nila Osteochilus hasseli), ikan bandeng (Chanos

chanos).

Karnivora

Page 58: Ikhtiologi ikan

lviii

Ikan golongan ini sumber makanan utamanya berasal dari bahan-bahan hewani

misalnya ikan belut (Monopterus albus), ikan lele (Clarias batrachus), ikan kakap (Lates

calcarifer).

Omnivora

Ikan golongan ini sumber makanannya berasal dari bahan-bahan nabati dan

hewani, namun lebih menyesuaikan diri dengan jenis makanan yang tersedia misalnya

ikan mujair (Tilapia mossambica), ikan mas (Ciprinus carpio), ikan gurami (Ospronemus

goramy).

Pemakan plankton

Ikan golongan ini sepanjang hidupnya selalu memakan plankton, baik

fitoplankton atau zooplankton misalnya ikan terbang (Exocoetus volitans), ikan cucut

(Rhinodon typicus).

Pemakan detritus

Ikan golongan ini sumber makanannya berasal dari sisa-sisa hancuran bahan

organik yang telah membusuk dalam air, baik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan

misalnya ikan belanak (Mugil sp.).

Selain penggolongan ikan berdasarkan jenis makanannya, ikan dibedakan juga

berdasarkan spesialisasi dari makanannya yaitu:

a. Monophagus : ikan hanya mengkonsumsi satu jenis makanan

b. Stenophagus : ikan mengkonsumsi makanan yang terbatas jenisnya

c. Euriphagus : ikan mengkonsumsi bermacam-macam atau campuran jenis makanan.

Umumnya ikan-ikan yang ada di alam termasuk ke dalam euriphagus ini.

Jenis bahan makanan dan ketersediannya juga menentukan ditribusi ikan-ikan

diperairan. Umumnya, semakin besar ukuran sungai semakin besar pula jumlah dan

keanekaragaman ikannya; dan proporsi biomassa ikan yang bergantung kepada tumbuhan

air dan tumbuhan darat semakin meningkat.

INDIKATOR PENILAIAN

1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran

akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)

2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok

Page 59: Ikhtiologi ikan

lix

bahasan (30%)

3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan

(30%)

BAB III. PENUTUP

Sistem pencernaan meliputi organ yang berhubungan dengan pengambilan

makanan, mekanismenya dan penyediaan bahan-bahan kimia, serta pengeluaran sisa-sisa

makanan yang tidak tercernakan keluar dari tubuh. Alat-alat pencernaan makanan secara

berturut-turut dari awal makanan masuk ke mulut dapat dikemukakan sebagai berikut:

mulut, rongga mulut, pharynx, esophagus, lambung, pylorus, usus dan anus

DAFTAR PUSTAKA

Y. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek

Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB

Z. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology.

Second edition. John Wiley & Sons, New York

AA. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology.

Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi

BB. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.

Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

CC. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.

AA. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas

Perikanan, IPB

Page 60: Ikhtiologi ikan

lx

MODUL VI JUDUL : SISTEM PEREDARAN DARAH BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti pada golongan vertebrata lainnya, ikan mempunyai sistem peredaran

darah tertutup, artinya darah tidak pernah keluar dari pembulunya, jadi tidak ada

hubungan langsung dengan sel tubuh sekitarnya. Sistem peredaran darah pada ikan

bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu jalur sirkulasi peredaran darah.

Sistem peredaran darah, organ utamanya adalah jantung yang bertindak sebagai

pompa tekan merangkap pompa hisap. Darah ditekan mengalir keluar dari jantung

melalui pembuluh arteri ke seluruh tubuh sampai ke kapiler darah, kemudian dihisap

melalui pembuluh vena dan kembali ke jantung. Sistem peredaran darah ini disebut

sistem peredaran darah tunggal.

B. Ruang Lingkup Isi

- Jantung

- Darah

- Organ pembentu darah

C. Kaitan Modul

Modul ini merupakan modul ke lima yang membahas tentang sistem peredaran

darah pada ikan. Modul ini dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul sebelumya

yaitu sistem integumen, sistem otot dan sistem rangka pada dan sistem pencernaan pada

ikan.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:

11. Menjelaskan tentang Jantung, darah dan organ-organ pembentuk darah

Page 61: Ikhtiologi ikan

lxi

12. Menjelaskan tentang anatomi ikan yang dikaitkan dengan fungsi sistem

peredaran darah.

BAB II. PEMBAHASAN

A. JANTUNG

Jantung adalah suatu organ yang berupa benda berongga dan terletak dalam

ronga ruang mediastinal atau bagian posterior lengkung insang. Organ ini merupakan

suatu pompa yang terdiri atas otot licin yang secara ritmis berkontraksi untuk memompa

darah dari vena ke arteri. Untuk melaksanakan fungsi ini jantung mempunyai suatu

sistem klep yang menyebabkan darah mengalir ke satu arah.

Jantung pada ikan dibangunkan oleh dua ruangan yang terletak di bagian

posterior lengkung insang, di bagian depan rongga badan dan di atas Ithmus. Kedua

ruang tersebut ialah atrium (auricle) yang berdinding tipis dan ventricle yang berdidnding

tebal. Ruangan ini berurutan dari belakang ke depan, yaitu:

Sinus venosus

Adalah ruang tambahan atau kantung yang berdinding tipis, hampir tidak

mengandung jaringan otot. Dinding kaudalnya bersatu dengan bagian depan dari septum

transversum, yang memisahkan rongga pericardial dari rongga pleuroperitoneal. Darah

venus dari seluruh tubuh, masuk di sinus venosus melalu sepasang ductus Cuvieri yang

masuk di bagian lateral, dan sepasang sinus hepaticus yang masuk pada dinding posterior

dari sinus venosus. Vena coronaria yang datang dari dinding otot jantung, juga masuk

dari sinus venosus . Dari sini darah melalui lubang sinus atrial masuk ke dalam atrium.

Atau dengan kata lain bahwa kantung berdinding tipis ini berfungsi untuk menanpung

darah dari vena hepatika yang membawa darah dari vna kardial anterior dan posterior.

Atrium

Adalah ruang tunggal yang dindingnya relatif tipis, terletak anterior dari sinus

venosus. Darah dari atrium melalui lubang atrioventikular diteruskan ke dalam rongga

Page 62: Ikhtiologi ikan

lxii

ventrikel. Lubang ini dijaga oleh klep atau katup atrioventrikular, supaya aliran darah

tidak kembali ke rongga atrium.

Ventrikel

Adalah ruang berdinding tebal berotot, menerima darah hanya dari atrium saja

dan memompakan darah melalui aorta ventral ke insang. Ruang ini dibentuk oleh dua

lapisan otot yaitu lapisan otot luar disebut kortikal dan lapisan otot dalam disebut spongi.

Bagian ini menerima darah dari atrium melalui atrioventricular. Ujung anterior dari

ventrikel tumbuh memanjang dan berdinding tebal, di dalamnya terdapat suatu seri klep

semilunar.

Conus Arteriosus

Pada Elasmobranchii, conus arteriosus berkembang denga baik, tetapi tidak

mempunyai bulbus arteriosus. Pada sebagian ikan Teleostei conus arteriosus sudah

tereduksi menjadi suatu struktur yang sangat kecil, sedangkan bulbus arteriosus

(perluasan sebagian dari aorta ventralis) berkembang dengan baik.

Antara sinus venosus dan atrium terdapat katup sinuatrial, yang berasal dari

jaringan endikardial dan miokardial/ otot jantung, berfungsi menahan darah agar tidak

kembali ke sinus venosus; antara atrium dan ventrikel terdapat katup atriventrikular, yang

menahan darah agar tidak kembali ke atrium. Pada elasmibranhi dan osteichthye,

terdapat dua baris katup atriventrakular, tetapi pada ikan bowfn Amia calva dan mrigal

Chirrinus mrigala ada empat baris, dan ikan gars Lepisosterus dan Polypterus terdapat

enam baris. Sedang pada Dipnoi tida ada sama sekali.

Perjalanan dari bulbus keluar arteri ventralius menuju ke depan, bercabang halus

menjadi arteri branchialis afferent yang menuju ke tiap insang. Di dalam insang arteri in

bercabang menjadi kapiler-kapiler halus yang berfungsi dalam pertukaran gas

(mengambil O2 dan melepaskan Co2) keluar dari insang, kapiler-kapiler tersebut kembali

menyatu menjadi arteri branchialis afferent. Arteri-arteri ini kemudian bersatu menjadi

aorta dorsalis yang berjalan mengikuti tulang punggung dan bercabang-cabang ke seluruh

tubuh dan untuk selanjutnya kembali lagi menuju jantung melalui pembuluh vena. Vena

yang masuk ke jantung terdiri dari sepasang ductus cuvier.

Page 63: Ikhtiologi ikan

lxiii

Secara umum sistem peredaran darah pada ikan mirip sistem hidraulis yang terdiri

atas sebuah pompa, pipa, katup, dan cairan. Meskipun, jantung ikan terdiri atas empat

bagian, namun pada kenyataannya mirip dengan satu silinder atau pompa piston tunggal

(Gambar 1 dan 2). Akibat adanya perbedaan tekanan sehingga terjadi aliran darah.

Untuk menjamin aliran darah terus berlangsung, maka daerah dipompa dengan perbedaan

tekanan. Tekanan jantung lebih besar dari tekanan arteri dan, tekanan arteri lebih besar

dari tekanan arterionale.

1. Diagram penampang melintang jantung ikan teleostei dan elasmobranchii.

2. Bagan jantung ikan

B. SALURAN DARAH

Ada tiga bentuk saluran darah yaitu arteri, vena dan kapiler.

Page 64: Ikhtiologi ikan

lxiv

Arteri

Adalah pembuluh darah yang aliran darahnya menjauhi jantung atau saluran yang

dilalui darah yang keluar dari insang dan menuju ke bagian-bagian tubuh. Biasanya

membawa darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh bagian tubuh. Saluran darah ini

terdiri dari tiga lapisan yaitu bagian dalam (intima), memiliki lapisan endothelium dan

sub endothelium

Vena

Adalah pembuluh darah balik yang aliran darahnya menuju ke jantung. Struktur

vena sama halnya dengan arteri, namun mempunyai dinding yang lebih tipis dan rongga

yang lebih besar dibanding arteri pada ukuran diameter yang sama. Bagian dalam dari

vena yang mengalami tekanan hidrostatik tinggi, umumnya kaya akan jaringan elastis dan

sel otot licin. Dinding vena umumnya berkontraksi secara aktif, tidak hanya

mempertahankan tekanan darah dalam sistem vena, tetapi juga untuk memompakan darah

dari dinding ke jantung.

Kapiler

Adalah bagian percabangan saluran darah yang merupakan tempat terjadinya

pertukaran zat (gas nutrien) antara darah dengan jaringan/sel. Ada tiga macam kapiler

darah yaitu, kapiler kontinyu, kapiler berpori dan kapiler diskontinyu (sinusoid).

DARAH

Darah berupa cairan yang dibangunkan oleh plasma darah, sel darah dan substansi

lain yang terlarut di dalamnya. Plasma darah berupa cairan zat putih telur yang

mengandung bagian-bagian dari sel darh, mineral terlarut. Di luar pembuluh darah ,

darah akan membeku disebabkan oleh kerja ensim trhombokinase yang bereaksi dengan

garam kalsium menjadi trombin yang aktif.

Ikan memiliki kadar protein plasma berupa albumin (pengontrol tekanan osmotik),

lipoprotein (pembawa lemak), globulin (pengikat heme), ceruloplasmin (pengikat Cu),

fibrinogen (bahan pembeku darah), dan iodurophorine (sebagai yudium anorganik).

Fungsi utama darah yaitu transportasi bahan materi yang dibutuhkan bagian tubuh,

Page 65: Ikhtiologi ikan

lxv

atau yang tidak diperlukan dibawa ke organ pembuangan. Darah, juga menjaga

masuknya bahan penyakit, memperbaiki bahan jaringan yang rusak, mengantarkan bahan

pertumbuhan, dan membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh. Dengan adanya

hormon dalam aliran peredaran darah, seolah-olah darah berfungsi seperti sistem saraf

tambahan.

Pertukaran oksigen dari air dengan CO2 terjadi pada bagian semipermiable yaitu

pembuluh yang terdapat di daerah insang. Selain dari itu, di daerah insang terjadi

pengeluaran kotoran yang bernitrogen dan insang juga mengeleminir mineral yang

berdifusi. Jantung mengeluarkan darah yang relatif kurang oksigen dan berkadar CO2

tinggi. Bagan peredaran darah dalam tubuh ikan tertera pada gambar 3.

Ket: 1. atrium, 2. ventricle, 3. aorta ventralis, 4. arteri branchialis afferent, 5. insang, 6. arteri branchialis afferent, 7. arteri carotid, 8. kepala, 9. vena jugularis, 10. vena cardinal, 11.??? .....12. aorta dorsalis, 13. usus, 14. vena portae hepatica, 15. hati, 16. vena hepatica, 17. arteri caudalis, 18. arteri renalis, 19. vena portae renalis, 20. ginjal, 21. vena renalis. 3. Diagram peredaran darah ikan teleostei (Adam and Eddy, 1951)

Volume darah yang beredar dalam tubuh ikan Teleostei berkisar antara 1.5 – 3%

dari bobot tubuhnya. Pada Squalus acanthius volume darah bisa mencapai 5% dari bobot

tubuhnya. Jumlah organ yang membuat darah pada ikan lebih banyak jumlahya bila

dibanding dengan mamalia.

Page 66: Ikhtiologi ikan

lxvi

Ikan pada umumnya, vena utama yang membawa darah kembali ke jantung ialah

sepasang vena kardinalis anterior dan posterior (Gambar. 4). Vena yang pertama,

membawa darah dari bagian kepala berjalan berdampingan dengan sepasang vena

jugularis yang letaknya lebih ke tengah. Dari ekor berjalan vena caudalis yang tunggal,

kemudian bercabang dua menjadi vena portae renalis menuju ke ginjal. Di dalam ginjal

vena portae renalis mempercabangkan banyak vena renalis advehentes, dan masing-

masing cabang ini pecah menjadi kapiler darah. Jaring kapiler darah ini kemudian

bersatu kembali menjadi beberapa vena renalis revehentis yang mengalir ke permukaan

tengah dari ginjal dan bermuara pada vena kardinalis posterior.

4. Sistem peredaran vena pada ikan teleostei (Lagler, et al. 1977)

C. SEL-SEL DARAH

Darah terdiri atas sel-sel dan cairan darah atau plasma. Sel sel darah terdapat

dalam plasma yang terdiri dari tiga macam, yaitu Erythrocyte, Leucocyte dan

Thrombocyte. Ketiga macam sel darah tersebut dibentuk dalam sistem

reticuloendothelial. Pembentukan sel-sel tersebut pada hawan muda terjadi di dalam

kantung yolk, kemudian dalam hati, spleen, dan lymfa. Setelah hewan dewasa, sumsung

tulang merupakan tempat utama pembentukan sel-sel darah merah.

Sel darah terdiri atas sel-sel diskret yang memiliki bentuk khusus dan fungsi yang

berbeda (Gambar 5), sedangkan komponen dari plasma selain fibrinogen, juga terdapat

ion-ion inorganik dan organik untuk fungsi metabolik.

Page 67: Ikhtiologi ikan

lxvii

Erythrocyte (sel darah merah)

Ikan, sebagaimana vertebrata lain, memiliki sel darah merah atau Erythrocyte

yang berbentuk lonjong dan berinti dengan diameter 7 – 36 mikron (tergantung spesies

ikannya). Warna merah dari darah disebabkan oleh hemoglobin yang terdapat dalam

erythrocyte. Jumlah erythrocyte tiap mm3 darah berkisar antara 20.000 – 3.000.000.

Pengangkutan oksigen sebagai fungsi utama sel darah bergantung kepada komponen Fe

pada hemoglobin (pigmen pernapasan) yang terdapat di dalam erythrocyte. Kemampuan

mengikat oksigen pada tingkat kejenuhan 95%, kandungan besi dalam darah dan jumlah

sel darah merah sangat bervariasi bergantung pada stadia hidup, kebiasaan hidup dan

kondisi lingkungan.

Leucocyte (sel darah putih)

Leucocyte terdiri atas dua kelompok sel yakni yang mengandung butir-butir

(granula) yang disebut granulacyte dan yang mengandung sedikt sekali bahkan tidak

mengandung butir-butir disebut agranulacyte. Yang mengandung granula terdiri atas:

neutrophil, eosinophil dan basophil sedang yang tidak mengandung granula terdiri atas:

limphocyte dan monocyte.

Leucocyte pada ikan tidak berwarna, berjumlah antara 20.000 – 150.000 dalam

tiap mm3 darah. Leucocyte dapat dibedakan menjadi tiga macam sel, yaitu granulocyte,

limphocyte, dan monocyte. Walaupun leucocyte merupakan unsur darah, tetapi fungsi

utama dari padanya ada di luar pembuluh darah. Mereka mempunyai sifat dapat

menerobos keluar dari pembuluh darah, dan bergerak secara amoeboid di antara jaringan

sekelilingnya. Mereka tidak hanya mempunyai sifat daya fagositose saja, tetapi kaya

terhadap enzim yang dapat menimbulkan reaksi kimia. Di luar pembuluh darah,

leucocyte hanya berumur pendek.

Berdasarkan penyerapan warna, granulocyte terdiri dari neutrophil, acidophil

(eosinophil) dan basophil. Agranulocyte yang merupakan komponen terbesar leucocyte

terdiri dari lympocyte, monocyte dan thrombocyte (Gambar. 5)

Thrombocyte

Thrombocyte ukurannya jauh lebih kecil dari erytrocyte, besarnya bervariasi

antara 2 sampai 3 mikron. Mereka merupakan penghasil utama dari thrombokinase.

Page 68: Ikhtiologi ikan

lxviii

5. Sel-sel darah pada ikan

D. ORGAN PEMBENTUK DARAH

Beberapa organ pada ikan dapat membentuk darah. Pada stadia embrio, saluran

darah dapat menghasilkan sel-sel darah, pada ikan dewasa sel-sel darah masih dibentuk di

permukaan saluran darah, namun pusat-pusat pembentukan sel-sel darah lebih nampak.

Pada Cyclostomata, semua jenis sel darah dibentuk dalam limpa yang tersebar pada

submucosa usus alat pencernaan makanan. Dinding esophagus pada beberapa jenis ikan

pada bagian buco-faring hingga bagian cardinal lambung terdapat organ lymphoid yang

dikenal dengan Leidug yang menghasilkan sel-sel darah putih.

Ginjal adalah organ yang paling kaya akan jaringan lymphoid, thrombocyte

dibentuk di bagian mesonefrik. Pada Lamprey dan kebanyakan Teleostei, ginjal

merupakan penghasil sel darah yang utama selama hidupnya, terutama kepala ginjal.

Jaringan lymphoid juga terdapat pada permukaan gonad jantan dan betina ikan Selachi

dan Dipnoi. Pada bagian-bagian sel tulang rawan pada kepala dari jenis Lepisosteus dan

Amia menghasilkan seluruh jenis sel-sel darah.

Limpa ikan merupakan organ yang sangat bervariasi baik letak, bentuk maupun

ukurannya. Limpa pada ikan Gnathostomata terdiri dari bagian cortex (berwarna merah),

Pulva (berwarna putih) dan medula. Bagian cortex dari limpa membentuk erythricyte dan

thrombocyte sedangkan limphocyte dan beberapa granulocyte dibentuk di dalam medulla.

Pada esophagus ikan hiu, memperlihatkan kumpulan jaringan pembentuk limphocyte.

Pada ikan pari, limpa memanjang antara bagian kardial dan pyloric dari lambung,

sedangkan pada ikan Squalus, limpa ini terletak di belakang persimpangan lambung dan

berbentuk segi tiga. Pada ikan bertulang sejati limpa ini juga berfungsi dalam

menghancurkan sel-sel darah merah.

Page 69: Ikhtiologi ikan

lxix

INDIKATOR PENILAIAN

1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran

akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)

2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok

bahasan (30%)

3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan

(30%)

BAB III. PENUTUP

Sistem peredaran darah pada ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat

satu jalur sirkulasi peredaran darah. Berawal dari jantung, darah menuju insang

untuk melakukan pertukaran gas. Selanjutnya, darh dialirkan ke dorsal aorta dan

terbagi ke segenap organ-organ tubuh melalui saluran-salura kecil. Selain itu,

sebagian darah dari insang kadang langsung kembali ke jantung.

Darah memberi bahan materi dengan perantaraan difusi melalui dinding

yang tipis dari kapiler darah, dan kembali ke jantung melalui pembulu yang ke dua.

Seri pertama dinamakan sistem arteri dan seri ke dua disebut sistem vena.

DAFTAR PUSTAKA

BB. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek

Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB

FF. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology.

Second edition. John Wiley & Sons, New York

GG. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology.

Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi

HH. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.

Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

II. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.

GG. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas

Perikanan, IPB

Page 70: Ikhtiologi ikan

lxx

MODUL VII JUDUL : SISTEM UROGENITALIA BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem urogenital dibangunkan oleh dua system, yaitu system urinaria (systema

uropoetica) dan genitalia (sytema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem ekskresi.

Fungsinya untuk membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan atau membahayakan

bagi kesehatan tubuh keluar dari tubuh sebagai larutan dalam air dengan perantaraan

ginjal dan salurannya.

Sistem genitalia disebut juga sistem reproduksi yang fungsinya untuk berkembang

biak. Organ utama sistem ini adalah gonade (kelenjar kelamin) sepasang terletak antara

usus dan gelembung renang. Kelenjar kelamin betina disebut ovarium sedangkan

kelenjar kelamin jantan disebut testis (lebih jelas dibahas pada bab Sistem Reproduksi).

B. Ruang Lingkup Isi

- Ginjal

- Osmoregulasi

- Gonad

C. Kaitan Modul

Modul ini merupakan modul ke tujuh yang membahas tentang sistem urogenitalia

pada ikan. Modul ini dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul sebelumya yaitu

sistem peredaran darah pada ikan.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:

13. Menjelaskan tentang sistem sekresi pada ikan

14. Menjelaskan tentang sistem pada gonad

15. Menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan osmoregulasi

Page 71: Ikhtiologi ikan

lxxi

BAB II. PEMBAHASAN

A. EKSRESI

Hewan bertulang belakang membuang beberapa sisa hasil metaboliknya melalui

saluran pencernaan dan kulitnya, tetapi sebagian besar dibuang melalui ginjal.

Ginjal berjumlah sepasang, berbentuk ramping dan memanjang dengan warna

merah tua, terletak di bagian atas rongga perut di bawah tulang punggung. Hasil

buangan berupa urine yang dihasilkan oleh ginjal dialirkan melalui sepasang ureter

(ductus mesonephridicus) yang berjalan dipinggiran rongga badan sebelah dorsal menuju

ke belakang. Ureter kiri dan kanan bertemu di belakang menjadi kantong urine (vesica

urinaria) dan dari organ ini urine dikeluarkan melalui urethrea yang pedek dan bermuara

pada porus urogenital.

Ginjal ini ini memiliki dua tipe anatomik dasar, yaitu pronephros dan

mesonephros (gbr. 1.). Pronephros pada sebagian besar ikan terletak di depan

mesonephros yang memiliki struktur sangat sederhana dan hanya berfungsi pada awal

kehidupan, yang kemudian fungsinya akan digantikan oleh mesonephros ketika menjadi

dewasa.

Mesonephros mempunyai susunan yang lebih rumit, yang terdiri dari unit-unit

yang disebut nephron. Nephron ini terdiri dari badan Malphigi (renal corpuscle) dan

tubuli ginjal. Badan malphigi terdiri dari glomerulus (kumparan kapiler-kapiler darah)

dan kapsul Bowman (semacam mangkuk yang terdiri dari dua dinding, tempat

glomerulus) (gbr 2)

Page 72: Ikhtiologi ikan

lxxii

Gambar 1. Diagram hubungan struktural tipe ginjal pada ikan

Gambar 2. Diagram badan Malphigi (http://bill.srnr.arizona.edu/)

B. OSMOREGULASI

Hal yang menarik dan harus dihadapi oleh ikan dalam menyesuaikan hidupnya

terhadap lingkungan adalah pengaturan keseimbangan antara air dan garam dalam

jaringan tubuhnya. Oleh karena itu dalam upaya beradaptasi dengan lingkungan tempat

mereka hidup, ia harus mengatur keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya

agar tidak kekurangan atau kelebihan air.

Pengaturan terhadap tekanan osmotik cairan tubuh yang relatif konstan adalah hal

yang dibutuhkan ikan agar proses fisiologi di dalam tubuhnya berjalan normal.

Pengaturan tersebut disebut dengan Omoregulasi. Organ yang berperan dalam proses

osmoregulasi adalah ginjal, Insang, kulit, membran mulut dan beberapa organ khusus

yang digunakan dengan berbagai cara.

Ikan Air Tawar

Tekanan osmotik pada cairan tubuh ikan tergantung pada jumlah mineral dan

bahan organik yang terkandung di dalamnya. Pada semua ikan yang hidup di air tawar

Page 73: Ikhtiologi ikan

lxxiii

memiliki cairan tubuh yang tekanan osmotiknya lebih besar (hipersomatik) dari pada

lingkungannya. Keadaan ini menyebabkan air cenderung masuk ke dalam tubuhnya

secara difusi melalui permukaan tubuh yang semipermiabel. Bila hal ini tidak

terkendalikan atau terimbangi, difusi akan mendorong keluarnya garam-garam tubuh dan

terjadi pengenceran cairan tubuh sehingga fungsi-fungsi fisiologis tubuh tidak berjalan

normal.

Sisik tebal dan sejumlah jaringan pengikat dalam kulit pada ikan membantu dalam

mencegah difusi. Namun, Insang menyediakan suatu permukaan yang luas bagi difusi air,

dengan demikian tidak ada cara yang sempurna untuk dapat menahan air sehingga air

haruslah dikeluarkan dari tubuh dengan berbagai cara. Untuk ikan bertulang sejati,

jelaslah bahwa sebagian besar air yang terabsorbsi masuk melalui insang. Ginjal akan

memompa ke luar kelebihan air tersebut sebagai air seni. Glomerulus sebagai penyaring

mempunyai jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat

menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni

sebanyak-banyaknya. Dara dari aorta dorsalis menuju ginjal melalui arteri renalis,

dimana ia akan melalui pembuluh kapiler glomerulus dan kemudian melalui kapiler

sekeliling tubuli ginjal sebelum meninggalkan lewat vena renalis. Darah dari vena renal

portal bergabung dengan jaringan kapiler yang mengelilingi tubuli ginjal. Glomerulus

merupakan filter yang meloloskan plasma darah yang mengandung bahan tersebut

melewati ruang yang terletak diantara dinding-dinding kapsul Bouwman dan kemudian

menuju tubuli ginjal. Sel darah dan molekul besar seperti protein tidak dapat melewati

penyaring.

Ketika cairan dari badan Malphigi memasuki dan melewati tubuli ginjal, beberapa

substansi diserap pada bagian-bagian tertentu. Glukosa diserap kembali pada tubuli

proksimalis, dan garam-garam diserap kembali pada tubuli distalis. Dinding di tubuli

ginjal tersebut bersifat impermiable terhadap air. Air seni yang dikeluarkan ikan sangat

encer dan mengandung sejumlah kecil senyawa nitrogen seperti asam urikat, kreatin,

kreatinin, dan amonia. Meskipun air seni mengandung sedikit garam, keluarnya air

yang melimpah menyebabkan jumlah kehilangan garam cukup berarti. Garam-garam

juga hilang karena difusi dari tubuh. Kehilangan garam ini diimbangi oleh garam-garam

yang terdapat pada makanan, dan perserapan yang aktif melalui insang (gbr. 11.3).

Page 74: Ikhtiologi ikan

lxxiv

Pada golongan ikan Teleostei terdapat kantung air seni yang dindingnya

impermiabel terhadap air untuk menampung air seni. Di tempat ini dilakukan penyerapan

kembali terhadap ion-ion.

Air tubuh ikan Teleostei tawar menyusun kira-kira 70-75 persen bobot tubuh.

Sedangkan air dikeluarkan sebagian besar lewat ginjal. Air seni yang dikeluarkan

bervariasi dengan spesies, suhu dan lain-lain, tetapi banyak penelitian menunjukkan

antara 50-150 ml/kg/hari.

Ikan Air Laut

Pada ikan air laut hidup pada lingkungan hipersomatik terhadap jaringan dan

cairan tubuhnya, sehingga ikan laut cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang

serta kemasukan garam-garam. Beberapa spesies kehilangan 30 – 60 persen air yang

terambil pada proses osmose. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan ``minum`` air laut,

yang kemudian diserap melalui saluran pencernaan. Akibatnya adalah meningkatnya

kandungan garam dalam cairan tubuh. Padahal dehidrasi dicegah dengan proses ini.

Untuk itu kelebihan garam harus dihilangkan. Proses tersebut digambarkan pada gambar

11.3. Banyaknya air minum bervariasi dengan spesies dan salinitas. Semakin tinggi

salinitas, maka semakin cepat laju minum. Ikan laut umumnya meminum 7 – 35 persen

bobot tubuhnya per hari. Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk menahan

air, maka volume air seni tereduksi sangat besar dibandingkan dengan ikan air tawar.

Tubuli ginjal tampaknya mampu berfungsi sebagai penahan air, seperti pada family

Cottidae, filtrat glomerular mempunyai volume lima kali volume air seni yang akhirnya

dikeluarkan dari tubuh. Jumlah glomerulus pada ikan air tawar lebih sedikit dan

bentuknya lebih kecil bahkan pada beberapa spesies ikan, tidak memiliki glomerulus,

misalnya pada family Sygnathidae, Tetradonthidae, dan Scorpaenidae.

Lebih 90 persen hasil buangan nitrogen dieliminir melalui insang, sebagian besar

berupa amonia dan sejumlah kecil urea. Meskipun demikian air seni masih mengandung

sedikit senyawa tersebut. Air seni Osteichthyes mengandung kreatin, kreatinin, beberapa

senyawa nitrogen yang belum diidentifikasi dan trimetilamin oksida (TMAO).

Page 75: Ikhtiologi ikan

lxxv

Gambar 3. Proses pengeluaran dan penyerapan ion dan air dalam tubuh ikan air tawar

dan air laut.

Ikan Elasmobranchii

Tekanan osmotik pada golongan ikan Elasmobranchii seperti cucut dan pari

umumnya lebih besar daripada lingkungannya. Namun tekanan osmotik cairan tubuhnya

sebagian besar tidak disebabkan oleh garam-garam melainkan oleh tingginya kadar urea

dan trimetilamin oksida (TMAO) dalam tubuh.

Golongan ikan ini cenderung menerima air lewat difusi yang terutama lewat

insang karena cairan tubuhnya yang bersifat hipersomatik terhadap lingkungannya.

Kelebihan air yang diterima dikeluarkan melalui urin untuk mempertahankan tekanan

osmotik cairan tubuhnya. Urea sebagai hasil akhir metabolisme nitrogen yang dihasilkan

di hati disekresikan dalam jumlah yang relatif kecil melalui urin. Hasil buangan nitrogen

lainnya diserap kembali pada tubuli ginjal. Penyerapan kembali terhadap urea dan

TMAO dapat dilihat sebagai upaya dalam mempertahankan tekanan osmotik tubuhnya.

Permukaan tubuh yang relatif impermiabel mencegah masuknya air dari lingkungan ke

dalam tubuhnya.

Banyak jenis ikan yang menetas di perairan tawar seperti sungai kemudian

berpindah menuju ke laut dan tinggal untuk makan dan tumbuh, serta kemudian kembali

ke perairan tawar setelah dewasa untuk memijah. Kelompok ikan ini disebut kelompok

ikan anadromus. Sebaliknya pada ikan kelompok katadromus yang menetas di laut akan

bergerak ke perairan tawar untuk untuk makan dan tumbuh, serta kemudian kembali ke

Page 76: Ikhtiologi ikan

lxxvi

perairan laut setelah dewasa untuk memijah. Selain kedua kelompok tersebut, terdapat

banyak spesies ikan lain yang mampu dan mempunyai toleransi besar terhadap perubahan

salinitas sehingga mampu bergerak secara leluasa di antara perairan air tawar dan laut.

Kondisi tersebut mengharuskan ikan tiga kelompok ini memiliki kemampuan mekanisme

osmoregulasi yang kecepatannya bergantung kepada kecepatan perubahan habitat.

Ikan diadromus umumnya melakukan perubahan progresif yang dapat mengubah

penampilan fisiologis tergantung pada tahap hidupnya.

Di daerah tropis banyak ikan laut yang bergerak ke daerah estuaria, harus mampu

mengubah secara mendadak dari menyimpan air menjadi mengeluarkan sebanyak

mungkin air melalui ginjal dan harus mengubah dari mengekskresi garam yang lebih

menjadi menyimpan.

Volume air seni yang dikeluarkan dan keseimbangan garam pada ikan oleh

sekresi kelenjar endokrin (hormon). Hormon dapat mempengaruhi ginjal dengan

penaikan atau penurunan tekanan darah yang mengubah laju penyaringan ke dalam

kapsul Bowman, yang berarti pula mengubah jumlah cairan sekresi. Hormon juga bisa

mempengaruhi ekskresi ginjal dengan cara tertentu pada saat tubuli ginjal untuk

mengubah permeabilitas dan laju penyerapan kembali terhadap substantsi tertentu.

INDIKATOR PENILAIAN

1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran

akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)

2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok

bahasan (30%)

3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan

(30%)

BAB III. PENUTUP

Sistem urogenital dibangunkan oleh dua system, yaitu system urinaria (systema

uropoetica) dan genitalia (sytema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem ekskresi.

Fungsinya untuk membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan atau membahayakan

bagi kesehatan tubuh keluar dari tubuh sebagai larutan dalam air dengan perantaraan

Page 77: Ikhtiologi ikan

lxxvii

ginjal dan salurannya. Pengaturan terhadap tekanan osmotik cairan tubuh yang relatif

konstan adalah hal yang dibutuhkan ikan agar proses fisiologi di dalam tubuhnya berjalan

normal. Pengaturan tersebut disebut dengan Omoregulasi.

DAFTAR PUSTAKA

HH. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek

Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB

LL. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology.

Second edition. John Wiley & Sons, New York

MM. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology.

Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi

NN. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.

Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

OO. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.

MM. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas

Perikanan, IPB

Page 78: Ikhtiologi ikan

lxxviii

MODUL VIII JUDUL : SISTEM SARAF BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem saraf pada vertebrata mempunyai tiga macam peranan vital, yaitu:

Orientasi terhadap lingkungan luar, menerima stimulus dari luar dan meresponnya;

mengatur agar kerja sekalian sistem dalam tubuh bersesuaian, dengan bantuan kerja

kelenjar endokrin; dan tempat ingatan dan kecerdasan (khusus vertebrata tingkat tinggi).

Peranan ini semua disempurnakan oleh saraf, medulla spinalis, dan otak, dibantu oleh

organ indra sebagai reseptor, dan otot serta kelenjar sebagai efektor.

Sistem saraf dibagi menjadi system saraf pusat dan system saraf periferi. Sistem

saraf pusat terdiri otak dan medula spinalis. Sistem saraf periferi terdiri dari saraf cranial

dan spinal beserta cabang-cabangnya. Sistem saraf otonom merupakan bagian dari

sistem perifera, mempengaruhi otot polos dan kelenjar.

B. Ruang Lingkup Isi

- Otak

- Syaraf Cranial

- Syaraf spinal

- Organ sensorik

C. Kaitan Modul

Modul ini merupakan modul ke delapan yang membahas tentang sistem Saraf

pada ikan. Modul ini dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul sebelumya yaitu

sistem peredaran darah, sistem urogenital pada ikan.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:

16. Menjelaskan tentang sistem saraf pada ikan

Page 79: Ikhtiologi ikan

lxxix

17. Menjelaskan tentang fungsi sistem saraf dan fungsi organ saraf tersebut

BAB II. PEMBAHASAN

A. OTAK

Otak terdapat pada susunan saraf pusat. Otak ikan dapat dibagi menjadi lima

bagian yaitu telencephalon, diencephalon, mesencephalon, metencephalon dan

myelencephalon.

Telencephalon

Otak bagian depan yang dibentuk oleh serebral hemisfer dan rhinecephalon

sebagai pusat hal-hal yang berhubungan dengan pembauan. Saraf utama yang keluar dari

daerah ini adalah saraf olfactory (saraf cranial I). Pada ikan yang mengutamakan

pembauan untuk mencari mangsanya, otak bagian depan menjadi lebih berkembang.

Ikan tilapia tertentu yang biasa memberikan perhatian dan perlindungan terhadap

anaknya, setelah telencephalonnya dirusak menjadi bersifat tidak acuh terhadap anak-

anaknya. Ikan Betta splendens akan kehilangan tingkah laku seksnya akibat pengrusakan

telencephalon.

Diencephalon

Terletak pada bagian belakang telencephalon. Bagian ventral dari dienchephalon

adalah hypothalamus, bagian dorsalnya epithalamus dan bagian lateralnya dinamakan

thalamus. Epithalamus adalah bagian yang nampak pada dorsal dari otak. Struktur yang

paling nyata ialah dua tonjolan dorsal yang tunggal, yaitu epifise (organ pineal) di

sebelah belakang dan parafise (organ parapineal) disebelah depannya. Keduanya tumbuh

sebagai evaginasi dari diencephalons embrio.

Pada Cyclostomata, dinding otak yang terdapat di atas badan pineal menjadi transparan

dan kulit kepala yang ada di atasnya tidak mempunyai pigmen. Dengan demikian cahaya

yang sampai di kepala ikan ini akan mengenai badan pineal. Beberapa ikan hiu

(Squaliformes) pun ada yang tidak berpigmen pada daerah kepala tersebut, tetapi badan

pinealnya kurang berkembang bila diibandingkan dengan Cyclostomata. Ikan-ikan yang

mempunyai kulit kepala transparan umumnya hidup di daerah yang agak dalam dan

termasuk yang suka beruaya vertikal. Ikan yang bersifat fototaksis positif, di kepalanya

terdapat daerah yang tidak berpigmen dan atap cranial yang transparan di atas

Page 80: Ikhtiologi ikan

lxxx

diencephalon. Dan sebaliknya ikan yang bersifat fototaksis negatif pada kepalanya

terdapat jaringan yang menghalangi cahaya.

Mesencephalon

Otak bagian tengah pada semua vertebrata memiliki atap berupa sepasang lobus

opticus yang bertindak sebagai pusat refleks penglihatan, menerima serabut aferent dari

retina. Mesencephalon pada ikan relatif besar dan berfungsi sebagai pusat penglihatan.

Lobus opticus terdiri dari tectum opticum di bagian atas tegmentum di bagian bawah.

Tectum opticum merupakan organ koordinator yang melayani rangsang penglihatan.

Bayangan yang terjadi pada retina mata akan dipetakan pada tectum opticum. Sedang

tegmentum merupakan pusat sel-sel motoris. Pada mesencephalon terdapat bagian

menonjol yang disebut Cerebellum, memiliki fungsi utama yaitu mengatur

kesetimbangan tubuh dalam air, mengatur tegangan otot dan daya orientasi terhadap

ruang. Pada ikan bertulang sejati cerebellum terbagi atas dua bagian besar, yaitu valvula

cerebelli dan corpus cerebelli yang besarnya tergantung spesiesnya. Beberapa jenis ikan

yang memiliki cerebellum relatif besar, utamanya ikan yang menghasilkan listrik

(mormyridae) dan ikan perenang cepat (mackerel dan tuna).

Myelencephalon

Bagian otak paling belakang (posterior), dengan medula oblongata sebagai

komponen utamanya. Komponen ini merupakan pusat untuk menyalurkan rangsangan

keluar melalui saraf cranial.

Saraf cranial III-X keluar dari medulla oblongata. Di medulla Pada Pada ikan

clupea pallasi, mugil cephalus dan Trachiurus, medulla oblongata membesar, dibagian ini

terdapat organ yang dinamakan cristae cerebelli yang diduga saraf ini ada hubungannya

dengan kecendrungan ikan untuk berkelompok.

B. SARAF CRANIAL

Sebagian besar saraf cranial (SC) berhubungan dengan bagian-bagian kepala,

selain dari itu ditemukan juga yang berhungan dengan bagian-bagian tubuh lainnya. Dari

otak sendiri terdapat sebelas saraf cranial yang menyebar ke organ-organ sensory tertentu

dan otot-otot tertentu.

Saraf terminal (SC 0) adalah suatu saraf kecil yang bergabung dengan saraf

cranial I, yang berhubungan dengan otak depan, dan serabut-serabut saraf terbesar yang

Page 81: Ikhtiologi ikan

lxxxi

mengelilingi ’’olfactory bulb”. Saraf olfactory (SC I) menghubungkan organ olfactory

dengan pusat olfactory otak depan, fungsinya membawa impuls bau-bauan. Saraf optic

(SC II) menghubungkan retina mata dengan tectum opticum dan berfungsi membawa

impuls penglhata. Saraf oculometer (SC III) berfungsi sebagai saraf motor somatik yang

mengatr otot mata superior rectus, inferior oblique, inferior rectus dan internal rectus.

Saraf ini berhubungan dengan otak mesenchepalon dan merupakan saraf motor somatik.

Saraf trochlear (SC IV) menginervasi otot mata superior oblique. Saraf motor

somatik ini berhubungan dengan mesencephalon.

KET. I. olfactory nerve; II. optic nerve; III. oculamotor nerve; trochlear nerve; V. Trigeminal nerve; VI. Abducens nerve; VII. Facial nerve; 1-6. octavus nerve (VIIIa anterior ramus; VIIIp. Posterior ramus); ALLN. Anterior lateral line nerve; PLLN. Posterior lateral line nerve; IX. Glossopharyngeal nerve;X vagal nerve; C. Cerebellum; D. Diencephalon; R. Rhombocephalon;T. Telencephalon; TE. Tectum mesencephali.

Gambar 1. Topografi secara umum otak ikan

C. SPINAL CORD DAN SARAF SPINAL

Saraf cranial merupakan lanjutan medulla oblongata dan sampai ke bagian depan

ekor. Batas antara medulla oblongata dengan spinal cord tidak jelas. Spinal cord

merupakan suatu tabung, tetapi alur pusatnya (central canal) berdiameter kecil

dibandingkan dengan dindingnya. Sekeliling alur pusat membentuk pola yang

menyerupai sepasang sayap kupu-kupu pada potongan melintangnya (Gambar 12.2).

Bagian ini merupakan bahan kelabu (gray matter) yang terdiri dari sel-sel saraf dan

Page 82: Ikhtiologi ikan

lxxxii

dikelilingi oleh serabut-serabut saraf (white matter). Serabut-serabut saraf ini dibungkus

dan dkumpulkan dalam satu ikatan sesuai dengan fungsinya. Bahan kelabu dapat

dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sepasang tanduk dorsal (anterior horn) dan sepasang

tanduk vetral (posterior horn). Tanduk dorsal menerima serabut sensori visceral dan

somatic, dan tanduk venral berisikan inti saraf motor. (Gambar 12.3).

Gambar 2. Potongan melintang spinal cord ikan cucut (Laglar et al., 1977)

Page 83: Ikhtiologi ikan

lxxxiii

D. SISTEM INDERA

Sistem indera memerlukan bantuan sistem saraf yang menghubungkan badan

indera dengan sistem saraf pusat. Organ indera ialah sel-sel tertentu yang dapat

menerima stimulus dari lingkungan maupun dari dalam badan sendiri untuk diteruskan

sebagai impuls saraf melalui serabut saraf ke pusat susunan saraf.

Berdasarkan sumber stimulus, organ indera dapat dibedakan sebagai berikut: 1)

Eksoreseptor yaitu reseptor raba dan penlihatan, menerima impuls dari medium

sekitarnya. 2) Propioseptor yaitu yang menerima stimulus dari otot, sendi, urat, dan

kanalis semikularis, memberitahu organisme sampai seberapa otot harus ditekuk untuk

mendapatkan posisi yang tepat dalam ruangan.

3) Enteroseptor iaiah yang menermia stimulus oleh faktor - faktordi dalam lingkungan

dalam tubuh, jadi mempengaruhi kerjanya otot polos dan kelenjar. Eksteroseptor dan

proprioseptor adalah somatis, dan enteroseptor adalah organ indera visceral.

Berdasarkan macam rangsangan yang mempengaruhinya, organ indera dapat

diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Fotoreseptor ialah yang peka terhadap cahaya. 2)

Statoreseptor ialah vanq peka terhadap perubahan posisi tubuh dani ruang. 3)

Khemoreseptor ialah yang peka terhadap rangsangan bahan kimia di dalam linkugannya.

4) Fonoreseptor ialah yang peka terhadap rangsangan getaran suara dari medium yang

mempunyai frequensi relatif tinggi. 5) Mekanoreseptor ialah yang peka terhadap

rangsangan mekhanik, seperti rabaan, tekanan atau gesekan. 6) thermoreseptor ialah yang

peka terhadap rangsangan panas atau dingin.

MATA

Secara garis besar struktur mata pada ikan adalah sama dengan pada organisme vertebrata

lainnya, terdiri dari ruang depan, iris, lensa, ruang vitroeus yang berisikan cairan kental

yang dinamakan ”Vitroeus humor” dan dibatasi oleh retina. Mata peka terhadap cahaya,

dan komponen fungsionil utamanya ialah retina yang pertumbuhannya berasal dari

diensefalon. Diensefalon pada embrio memperlihatkan sepasang evaginasi lateral yang

dinamakan veskikula optic. Bagian ujung distalnya dari vesikula ini memperlihatkan

invaginasi yang kemudian terbentuk cawan optic. Dinding sebelah dalam yang

membatasi rongga cawan, tumbuh menjadi retina, sedangkan yang sebelah luarnya tetap

Page 84: Ikhtiologi ikan

lxxxiv

tipis merupakan lapisan pigmen dari retina. Lapisan ektoderm di depan kapsula optik

akan membentuk plakoda yang mengalami invaginasi dan membentuk lensa.

Retina ialah selaput saraf yang terletak di bagian belakang dari ronqqa mata.

Unsur - unsur saraf dari retina terdiri atas batang dan kerucut yang peka terhadap cahaya

yang panjang gelombangnya bermacam macam. Retina dan rongga bola mata berada di

sebelah dalam lapisan khoroid yang berpigmen, dan terbuka pada lubang pupil. Berkas

cahaya masuk kedalam mata melalui pupil. Bagian dari lapisan khoroid di sekeliling

pupil dinamakan iris.

Mata agak datar pada bagian anterior sehingga lensa yang cembung hampir

menyentuh cornea yang merupakan bagian transparana yang penting dari ”scleroid coat”

biji mata. Lapisan choroid terletak diantara retina dan sclera. Sclera Elasmobranchia dan

Teleostei agak kaku karena adanya struktur rawan. Seringkali teleostei mempunyai satu

atau dua scleral ossicles sebagai penunjang terhadap struktur rawan tersebut (Munz,

1971). Mata ikan dilengkapi dengan tiga pasang otot oculomotor.

Gambar 3. Mata dan bagian-bagiannya

INDIKATOR PENILAIAN

1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran

akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)

2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok

Page 85: Ikhtiologi ikan

lxxxv

bahasan (30%)

3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan

(30%)

BAB III. PENUTUP

Sistem saraf dibagi menjadi system saraf pusat dan system saraf periferi. Sistem

saraf pusat terdiri otak dan medula spinalis. Sistem saraf periferi terdiri dari saraf cranial

dan spinal beserta cabang-cabangnya. Sistem saraf otonom merupakan bagian dari

sistem perifera, mempengaruhi otot polos dan kelenjar.

Unit terkecil system saraf adalah sel saraf atau neuron. Neuron merupakan sel

fungsional pada sistem saraf, yang bekerja dengan cara menghasilkan potensial aksi dan

menjalarkan impuls dari satu sel ke sel berikutnya. Pembentukan potensial aksi

merupakan cara yang dilakukan sel saraf dalam memindahkan informasi.

Pembentukan potensial aksi juga merupakan cara yang dilakukan oleh sistem saraf

dalam melaksanakan fungsi kendali dan koordinasi tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

NN. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek

Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB

RR. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977.

Ichthyology.

Second edition. John Wiley & Sons, New York

SS. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall

of India Private Limited, New Delhi

TT. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.

Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

UU. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.

SS. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas

Perikanan, IPB

Page 86: Ikhtiologi ikan

lxxxvi

MODUL IX JUDUL : SISTEM HORMON BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelenjar endokrin ialah suatu kelenjar yang tidak memiliki saluran pelepasan

untuk mengalirkan hasil getahnya (segrete) keluar dari kelenjar. Oleh karena itu kelenjar

endokrin biasa juga disebut kelenjar buntu. Getah yang dihasilkan oleh kelenjar ini

disebut hormon yang mempunyai peranan penting dalam proses fisiologis dan

metabolisme. Proses tersebut merupakan kegiatan fungsional berbagai sel, jaringan dan

alat-alat tubuh yag bekerja secara terkordinir dan dalam keseimbangan yang serasi.

Hormon ini langsung masuk ke dalam peredaran darah atau limf, atau cairan badan dan

diedarkan ke seluruh tubuh dan akan mempengaruhi organ-organ sasaran pada organisme.

Kelenjar endokrin ikan mencakup suatu sistim yang mirip dengan vertebrae yang lebih

tinggi tingkatannya. Namun, ikan memiliki beberapa jaringan endokrin yang tidak

didapatkan pada vertebrata yang lebih tinggi, misalnya Badan Stanius yang memiliki

fungsi sebagai kelenjar endokrin yang membantu dalam proses osmoregulasi.

B. Ruang Lingkup Isi

- Kelenjar Pituiatary

- Kelenjar Thyroid

- Kelnjar Ultimobranchia

- Badan stanius dan pineal

- Sistem neurosecretory caudal

C. Kaitan Modul

Modul ini merupakan modul ke sembilan yang membahas tentang kerja sistem

hormon pada ikan. Modul ini dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul

sebelumya yaitu sistem peredaran darah, sistem urogenital dan sistem saraf pada ikan.

Page 87: Ikhtiologi ikan

lxxxvii

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:

18. Menjelaskan tentang sistem hormon dan fungsinya pada ikan

19. Menjelaskan letak beberapa kelenjar hormon pada ikan

20. Menjelaskan hubungan sistem saraf dengan sistem hormon pada ikan

BAB II. PEMBAHASAN

A. KELENJAR PITUITARY

Kelenjar ini disebut pula hypophysa terletak di bawah dienchephalon. Suatu

tangkai yang menghubungkan atara kelenjar ini dengan dienchepalon disebut

Infundibulum. Kelenjar ini walaupun kecil, fungsi dan strukturnya merupakan organ

tubuh yang sangat rumit dan sulit.

Pada stadia embrionik, kelenjar ini berasal dari gabungan elemen neural yang

tumbuh ke bawah dari diencephalon dan elemen epithel (kantung Rathke) yang tumbuh

ke atas dari bagian dorsal rongga mulut. Pertumbuhan dari hypophysa, berasal dari dua

macam organ, yaitu: Neurohypophyse dan Adenohypophyse. Neurohypofise dibentuk

dari bagian alas dienchephalon (Infundibulum) sedangkan Adenohypophyse, terbentuk

dari perlekukan bagian ektodermal dari rongga mulut embrio (stomodaeum), disebut

kantong hypophyse atau kantung Rathke. Hubungannya dengan rongga mulut akan

hilang setelah pertumbuhannya selesai.

Neurohypophyse memiliki struktur berupa serabut-serabut yang sejajar, berasal

dari hypothalamus di dalam otak. Fungsi dari bagian hypophysa ini mengeluarkan

horman ke dalam hypothalmus dan diteruskan ke neurohypophyse oleh sel-sel

neorosekresi dan masuk ke dalam aliran darah. Adenohypophyse terbagi menjadi

beberapa bagian, yaitu: pars distalis atau lobes anterior, merupakan bagian yang terbesar,

lebih konstan dan aktif dari yang lain. Pars intermedia kehadirannya bervariasi dan

fungsinya diketahui mengontrol melanophora dan mungkin juga dalam melanogenesis.

Neurosekresi dari hypothalamus (oxytocyn dan vasetocyn) disimpan dan

dikeluarkan oleh neurohypofise. Sekeresi ini berperan dalam osmoregulasi dan

reproduksi. Adenohypophyse mengandung beaneka sel pembuat hormon. Hormon-

hormon yang disekresikan oleh pars distalis adalah prolactin ikan (penting dalam

Page 88: Ikhtiologi ikan

lxxxviii

pengaturan Na ikan air tawar), hormon pertumbuhan, carticothropyn (ACTH),

gonadothropyn dan thyrotropyn. Kelenjar pituitary sering diberi gelar kelenjar induk

(master gland) karena banyak menpengaruhi kegiatan kelenjar lainnya.

B. KELENJAR THYROID

Semua vertebrata mempunyai kelenjar thyroid. Sebagian besar ikan bertulang

sejati dan Cyclostomata terdiri dari folikel-folikel yang relatif menyebar di dekat aorta

ventral, arteri branchialis affarent, jantung, insang, kepala ginjal, limp, otak atau mata.

Pada Elasmobranchii dan beberapa ikan bertulang sejati thyroid merupakan kelenjar

tersendiri yang dikelilingi oleh jaringan pengikat.

Hormon thyroid mempunyai beberapa fungsi fisiologik dan beberapa fungsi

lainnya yang belum diketahui, namun terbukti bahwa ia mampu mempengaruhi laju

konsumsi oksigen, membantu pengendapan guanin dalam kulit, dan mengubah

metabolisme nitrogen dan karbohidarat. Ia juga telah diketahui mempengaruhi sistem dan

fungsi saraf dan proses osmoregulasi.

C. KELENJAR PARATHYROID

Bagian sekresi dari kelenjar parathyroid berdiferensiasi dari epithel kantong

farings ketiga dan keempat. Ini berarti kantong-kantong farings mempunyai andil dalam

pembentukan jaringan kelenjar. Hormon parathyroid adalah polipetida yang dinamakan

parathormon yang berfungsi mengatur kadar kalsium, dan sedikit menentukan kadar

fosfor di dalam darah. Kalsium akan menghilang jika dari darah dan terjadi kejang otot

jika hormon ini tidak ada.

Jaringan kelenjar pada Cylostomata dan bangsa ikan, yang homolog dengan

parathyroid telah ditemukan, namum fungsinya belum diketahui pasti. (hildenbran, 1974).

D. JARINGAN INTERRENAL (ADRENAL CORTEX)

Pada ikan Osteichthyes, jaringan yang ekivalen atau homolog dengan adrenal

cortex atau pada vertebrata tingkat tinggi. Strukturnya sama dengan gonad dalam hal

produksi hormonnya yang mengandung steroid, dan asal-usul embriologinya. Jaringan

Page 89: Ikhtiologi ikan

lxxxix

korteksnya merupakan derivat dari mesoderm yang membatasi rongga solom dekat

tempat berasalnya pematang genital.

Pada Elasmobranchia, jaringan ini bentuknya memanjang terletak pada bagian

belakang ginjal. Sedangkan pada kelompok-kelompok sel yang tersebar di sepanjang

vena cardinalis. Sel-sel yang menyerupai sel adrenocortical didapatkan pada dinding

vena cardinalis ikan lamprey. Jaringan interrenal mensekresikan hormon

adrenocorticosteroid yang mengontrol proses osmoregulasi dengan cara mempengaruhi

ginjal, insang dan saluran gastrointestinal, dan mempengaruhi metabolisme protein dan

karbohidrat.

Jaringan interrenal pada Cyclostomata, tersebar sepanjang vena cardinalis

posterior dan vena lainnya. Pada Teleostei jaringan interrenal menyebar, tetapi selalu

membentuk bintik-bintik noda yang terdapat di dekat atau pada kepala ginjal.

E. JARINGAN CHROMAFFIN (SUPRARENAL)

Jaringan ini banyak tersebar di dalam badan beberapa vertebrata. Sel-sel

chromaffin pada ikan bertulang sejati tersebar di sepanjang vena poscardinalis dan

dimungkinkan perluasannya tercampur dengan sel interrenal. Jaringan chromaffin pada

Elasmobranchii menyatu dengan saraf simpathetic dan aorta dorsalis, terletak di depan

jaringan interrenal.

Khromaffin dan jaringan medulla dimasuki serabut preganglion dari sistem saraf

otonom. Saraf ini dan kelenjar endokrin Adrenal medulla, keduanya sebagai derivat

endokterm dari neural krest embrio, dan semuanya menggetahkan adrenalin dan non

adrenalin. Jaringan ini mensekresikan adrenalin mengadakan respon terhadap hormon

ini dalam berbagai cara, seperti menaikkan kadar gula dalam darah dan menaikkan

tekanan darah, konsentrasi melanin dalam melanophora, serta merintangi otot polos.

Kerja hormon ini menyerupai sistem kerja saraf simpathetic, yang mana hormon ini

sangat erat hubungannya. Distribusi jaringan khromaffin di dalam tubuh dapat terletak

di dekat tetapi terpisah dari jaringan organ interrena, dapat juga tercampur dengan

jaringan interrenal atau korteks adrenal.

Page 90: Ikhtiologi ikan

xc

F. KELENJAR ULTIMOBRANCHIAL

Kelenjar ini homolog dengan kelenjar parathyroid pada mammalia. Pada ikan

bertulang sejati kelenjar ini terletak di bawah esophagus dekat sinus venosus. Pada

Elasmobranchii kelenjar ini terletak pada sisi kiri bawah pharynx. Kelenjar ini

mensekresikan hormon calcitonin, yang berperan dalam metabolisme kalsium.

Ultimobranchial yaitu derivat dari sepasang kantong farings yang paling belakang, dan

corpusculus stanus terletak pada bagian posterior dari ginjal Teleostei.

G. GONAD

Dari struktur dan pertumbuhannya, gonad merupakan kelenjar endokrin. Kelenjar

seks ikut dalam sekresi steroid, hal ini sangat penting dalam pemijahan, pembuatan

sarang, dan aspek-aspek tingkah laku reproduksi lainnya. Estrogen mengontrol

pertumbuhan dan perkembangan dari sistem genital betina, dan mengatur sifat-sifat

seksual sekunder.

Sel-sel interstisial dari testis menghasilkan hormon-hormon jantan dan secara

keseluruhan dinamakan Androgen. Androgen diperlukan untuk pertumbuhan diferensiasi,

dan berfungsinya saluran-saluran genitalia jantan, organ kopulasi, dan tingkah laku

seksual dan pemijahan.

Semua hormon gonad mempunyai hubungan timbal balik yang kompleks dengan

hypophyse. Beberapa ditujukan terhadap fungsi jaringan interrenal atau jaringan korteks

atau terhadap aktivitas thyroid atau badan pineal.

H. PULAU-PULAU LANGERHANS

Pada ikan bertulang sejati biasanya jaringan ini terdapat di pyloric caeca, usus

kecil, limpa dan empedu. Jaringan ini menghasilkan insulin yang berperan penting dalam

metabolisme karbohidrat dan dalam pengubahan glukosa menjadi glycogen, dan dalam

oksidasi glukosa dan pembuatan lemak.

I. BADAN PINEAL

Page 91: Ikhtiologi ikan

xci

Organ pineal pada puncak otak atau pada bagian atas dienchepalon merupakan

fotoreseptor. Sekresi yang dihasilkan oleh badan pineal adalah melatonin yang

mengumpulkan melanin. Bila jaringan ini dihilangkan maka akan membawa perubahan

dalam pertumbuhan.

Ikan terutama Teleostei, pada ekornya terdapat pembekakan ventral pada medulla

spinalisnya. Secara histologis, pembengkakan ini mempunyai kesamaan dengan

neurohypophyse dan dinamakan urohypophysa. Pembengkakan ini diperkirakan

mempunyai fungsi endokrin, dalam hal mengatur tekanan osmose di dalam tubuh.

J. BADAN STANIUS

Kelenjar ini memilik fungsi sebagai kelenjar endokrin yang sekresi sekresinya

diduga ikut dalam proses penyesuaian tekanan osmotik lingkungan dengan tekanan

osmotik cairan tubuh pada ikan (osmoregulasi).

INDIKATOR PENILAIAN

1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran

akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)

2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok

bahasan (30%)

3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan

(30%)

BAB III. PENUTUP

Kelenjar endokrin ikan mencakup suatu sistim yang mirip dengan vertebrae yang

lebih tinggi tingkatannya. Namun, ikan memiliki beberapa jaringan endokrin yang tidak

didapatkan pada vertebrata yang lebih tinggi, misalnya Badan Stanius yang memiliki

fungsi sebagai kelenjar endokrin yang membantu dalam proses osmoregulasi.

Kerja hormon menyerupai kerja saraf, yaitu mengontrol dan mengatur

keseimbangan kerja organ-organ di dalam tubuh. Namun, kontrol kerja saraf lebih cepat

dibanding dengan kontrol endokrin. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berasal

dari ektodermal adalah protein, peptida, atau derivat dari asam-asam amino, dan hormon

Page 92: Ikhtiologi ikan

xcii

yang dihasilkan oleh kelenjar yang berasal dari mesodermal (gonad, korteks ardenal)

berupa steroid.

DAFTAR PUSTAKA

TT. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek

Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB

XX. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977.

Ichthyology.

Second edition. John Wiley & Sons, New York

YY. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology.

Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi

ZZ. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.

Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

AAA. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.

YY. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas

Perikanan, IPB

Page 93: Ikhtiologi ikan

xciii

MODUL X JUDUL : SISTEM REPRODUKSI BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan suatu spesies ikan ditentukan oleh kemampuan ikan tersebut untuk

bereproduksi dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan kemampuan untuk

mempertahankan populasinya. Fungsi reproduksi pada ikan pada dasarnya merupakan

bagian dari sistem reproduksi yang terdiri dari komponen kelenjar kelamin atau gonad,

dimana pada ikan betina disebut ovarium sedang pada jantan disebut testis beserta

salurannya. Sementara beberapa kelenjar endokrin mempunyai peranan dalam mengatur

sistem reproduksi (Hoar & Randall, 1983).

B. Ruang Lingkup Isi

- Ovarium

- Testes

- Seksualitas Ikan

- Sifat seksual primer dan sekunder ikan

- Strategi repoduksi

C. Kaitan Modul

Modul ini merupakan modul ke sembilan yang membahas tentang kerja sistem

reproduksi pada ikan. Modul ini dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul

sebelumya yaitu sistem peredaran darah, sistem urogenital dan sistem saraf dan sistem

hormon pada ikan.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:

21. Menjelaskan perbedaan anatomi organ reproduksi jantan dan betina pada ikan

Page 94: Ikhtiologi ikan

xciv

22. Menjelaskan dapat menjelaskan seksualitas pada ikan

23. Menjelaskan strategi reproduksi pada ikan

BAB II. PEMBAHASAN

A. OVARIUM

Pada kelompok Teleost terdapat sepasang ovarium yang memanjang dan kompak.

Ovarium terdiri dari oogonia dan jaringan penunjang atau stroma. Mereka tergantung

pada bagian atas rongga tubuh dengan perantaraan mesovaria, di bawah atau di samping

gelembung renang (jika ada. Ukuran dan perkembangannya pada rongga tubuh bervariasi

dengan tingkat kematangannya. Pada keadaan matang , ovarium bisa mencapai 70 %

dari berat tubuhnya. Sebagian besar pada waktu masih muda warna keputih-putihan dan

menjadi kekuning-kuningan pada saat matang.

Pada chondrichtyes, oviduct (Mullerian duct) dengan corong masuk (ostium

tubes abdominalis) di ujung terletak di bagian depan rongga tubuh. Telur melewati

oviduct menuju cloaca dan keluar melalui lubang genital. Pada chondrichtyes yang

ovipar, bagian depan jaringan oviduct dimodifikasi menjadi kelenjar cangkang (shell-

gland); sedangkan pada ovivipar dan vivipar, bagian belakang oviduct mmbesar menjadi

suatu uterus temapt penyimpanan anak ikan selama perkembangan embrioniknya.

Keadaan yang demikian ditemukan pada ikan dipnoi, Acipenceriformes dan bowfin.

Pada ovarium terdapat oosit pada berbagai stadia tergantung pada tipe

reproduksinya (Nagahama dalam Hoar, 1983). Menurut Harder (1975) tipe reproduksi

dibagi menjadi a) tipe sinkronisasi total dimana oosit berkembang pada stadia yang sama.

Tipe ini biasanya terdapat pada spesies ikan yang memijah hanya sekali dalam setahun;

b) tipe sinkronisasi kelompok dengan dua stadia, yaitu oosit besar yang matang, di

samping itu ada oosit yang sangat kecil tanpa kuning telur; dan c) tipe asinkronisasi

dimana ovarium terdiri dari berbagai tingkat stadia oosit.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi reproduksi pada spesies ikan

terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi curah hujan,

suhu, sinar matahari, tumbuhan dan adanya ikan jantan. Pada umumnya ikan-ikan di

perairan alami akan memijah pada awal musim hujan atau pada akhir

Page 95: Ikhtiologi ikan

xcv

musim hujan, karena pada saat itu akan terjadi suatu perubahan lingkungan atau kondisi

perairan yang dapat merangsang ikan-ikan untuk berpijah. Faktor internal meliputi

kondisi tubuh dan adanya hormone reproduksi (Redding & Reynaldo, 1993). Adapun

faktor internal yaitu tersedianya hormon steroid dan gonadotropin baik dalam bentuk

hormon Gonadotropin I (GtH I) dan Gonadotropin II (GtH II) dalam jumlah yang cukup

dalam tubuh untuk memacu kematangan gonad diikuti ovulasi serta pemijahan.

Sebaliknya bilamana salah satu atau kedua hormon; tersebut tidak mencukupi dalam

tubuh maka perkembangan oosit dalam ovarium terganggu

bahkan akan berhenti dan mengalami atresia (Pitcher, 1995)

Faktor lingkungan merupakan stimuli yang dapat ditangkap oleh alat indera ikan seperti

kulit, mata dan hidung. Informasi berasal dari lingkungan sampai di otak melalui

reseptor yang terdapat pada masing-masing organ sensori. Selanjutnya melalui ujung-

ujung saraf akan diteruskan ke hipotalamus untuk mengeluarkan Gonadotropic releasing

Hormon (GnRH) yang dapat merangsang kelenjar hipofisa anterior untuk memproduksi

hormone Gonadotropic (GtH). Hormon Gonadotropic ini melalui aliran darah akan

menuju ke gonad, kemudian akan merangsang pertumbuhan gonad yang selain

mendorong pertumbuhan oosit juga untuk memproduksi hormone steroid yang

merupakan mediator langsung untuk pemijahan.

B. TESTES

Testes (gonad jantan) bersifat internal dan bentuknya longitudinal, pada umumnya

berpasangan. Lamprey dan Hagfishes mempunyai testes tunggal. Pada chodrichtyhes,

seringkali gonad yang satu lebih besar dari pada yang lainnya. Testes ini bergantung

pada bagian atas rongga tubuh dengan perantaraan mesorchium, di bawah atau di

samping gelembung gas (jika ada). Mereka tersusun dari folikel-folikel tempat

spermatozoa berkembang. Ukuran dan warna gonad bervariasi tergantung pada tingkat

kematangannya dengan berat bisa mencapai 12% atau lebih dari bobot tubuhnya.

Kebanyakan testes berwarna putih kekuningan dan halus.

Sebelum sampai pada lubang pelepasan (urogenital pore), spermatozoa yang

berasal dari testes terlebih dahulu melewati vasa efferentia, epididymis, vasa defferentia,

Page 96: Ikhtiologi ikan

xcvi

seminal vesicle, urogenital sinus, dan urogenital papilla pada Chondrichthyes. Pada sisi

seminal vesicle dan atau kantung sperma hanya terdapat pada beberapa ikan.

Pembentukan spermatozoa dari spermatid di dalam testes disebut spermatogenesis.

Proses ini meliputi poliferasi spermatogenia melalui pembelahan mitosis yang berulang

dan tumbuh membentuk spermatocyte primer, kemudian melalui pembelahan reduksi

(meiosis) membentuk spermatocyte sekunder. Spermatocyte sekunder membelah

menjadi spermatid, yang mengadakan metamorfose menjadi gamet yang ``motile`` (dapat

bergerak) dan punya potensi fungsional yang dinamakan spermatozoa. Proses

metamorfose spermatid sering dinamakan ``spermatogenesis``. (Hoar, 1969).

Untuk menjamin terjadinya fertilisasi, setiap ikan jantan menghasilkan banyak

sekali spermatozoa yang ukurannya begitu kecil sehingga dalam satu tetes mani bisa

ditemukan lebih kurang satu juta spermatozoa. Spermatozoa yang dihasilkan oleh jenis

ikan yang berbeda, bukan saja berbeda dalam hereditasnya, tetapi juga berbeda dalam

bentuknya. Spermatozoa ditambah sekresi dari saluran sperma membentuk air mani

(milt) yang dikeluarkan pada waktu memijah. Spermatozoa yang tidak aktif dan tidak

bergerak sampai sekresi sperma berjumpa dengan sel telur dalam fertilisasi.

Jangka waktu hidup spermatozoa bergantung kepada spesies dan kepada substrat

tempat mereka diletakkan. Jika sperma diletakkan pada air, maka jangka waktunya lebih

pendek dari pada bila terletak dalam tubuh hewan betina. Kemungkinan hidup sel

sperma juga dipengaruhi oleh suhu, secara umum mereka hidup lebih lama pada suhu

yang rendah dari pada suhu tinggi.

Alat reproduksi jantan dan betina pada ikan

Page 97: Ikhtiologi ikan

xcvii

C. SEKSUALITAS IKAN

Pada prinsipnya, seksualitas pada ikan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jantan

dan betina. Ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma,

sedangkan ikan betina adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Suatu populasi

terdiri dari ikan-ikan yang berbeda seksualitasnya, maka populasi tersebut disebut

populasi heteroseksual, bila populasi tersebut terdiri dari ikan-ikan betina saja maka

disebut monoseksual. Namun, penentuan seksualitas ikan di suatu perairan harus berhati-

hati karena secara keseluruhan terdapat bermacam-macam seksualitas ikan mulai dari

hermaprodit sinkroni, protandri, protogini, hingga gonokorisme yang berdiferensiasi

maupun yang tidak berdiferensiasi.

Hermaproditisme

Ikan hermaprodit mempunyai baik jaringan ovarium maupun jaringan testis yang

sering dijumpai dalam beberapa famili ikan. Kedua jaringan tersebut terdapat dalam satu

organ dan letaknya seperti letak gonad yang terdapat pada individu normal. Pada

umumnya, ikan hermaprodit hanya satu sex saja yang berfungsi pada suatu saat,

meskipun ada beberapa spesies yang bersifat hemaprodit sinkroni. Berdasarkan

perkembangan ovarium dan atau testis yang terdapat dalam satu individu dapat

menentukan jenis hermaproditismenya.

a. Hermaprodit sinkroni/simultaneous. Apabila dalam gonad individu terdapat sel

kelamin betina dan sel kelamin jantan yang dapat masak bersama-sama dan siap untuk

dikeluarkan. Ikan hermaprodit jenis ini ada yang dapat mengadakan pembuahan sendiri

dengan mengeluarkan telur terlebih dahulu kemudian dibuahi oleh sperma dari individu

yang sama, ada juga yang tidak dapat mengadakan pembuahan sendiri. Ikan ini dalam

satu kali pemijahan dapat berlaku sebagai jantan dengan mengeluarkan sperma untuk

membuahi telur dari ikan yang lain, dapat pula berlaku sebagai betina dengan

mengeluarkan telur yang akan dibuahi sperma dari individu lain. Contoh ikan

hermaprodit sinkroni yaitu ikan-ikan dari Famili Serranidae.

b. Hermaprodit protandri. Ikan yan di dalam tubuhnya mempunyai gonad yang

mengadakan proses diferensiasi dari fase jantan ke fase betina. Ketika ikan masih muda

Page 98: Ikhtiologi ikan

xcviii

gonadnya mempunyai daerah ovarium dan daerah testis, tetapi jaringan testis mengisi

sebagian besar gonad pada bagian lateroventral. Setelah jaringan testisnya berfungsi dan

dapat mengeluarkan sperma, terjadi masa transisi yaitu ovariumnya membesar dan testis

mengkerut. Pada ikan yang sudah tua, testis sudah tereduksi sekali sehingga sebagian

besar dari gonad diisi oleh jaringan ovarium yang berfungsi, sehingga ikan berubah

menjadi fase betina. Contoh ikan-ikan yang termasuk dalam golongan ini antara lain

Sparus auratus, Sargus annularis, Lates calcarifer (ikan kakap).

c. Hermaprodit protogini. Merupakan keadaan yang sebaliknya dengan hermaprodit

protandri. Proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan. Pada

beberapa ikan yang termasuk golongan ini sering terjadi sesudah satu kali pemijahan,

jaringan ovariumnya mengkerut kemudian jaringan testisnya berkembang. Salah satu

spesies ikan di Indonesia yang sudah dikenal termasuk ke

dalam golongan hermaprodit protogini ialah ikan belut sawah (Monopterus albus) dan

ikan kerapu Lumpur (Epinephelus tauvina). Ikan ini memulai siklus reproduksinya

sebagai ikan betina yang berfungsi, kemudian berubah menjadi ikan jantan yang

berfungsi. Urutan daur hidupnya yaitu : masa juvenile yang hermaprodit, masa betina

yang berfungsi, masa intersek dan masa terakhir masa jantan

yang berfungsi. Pada ikan-ikan yang termasuk ke dalam Famili Labridae, misalnya

Halichieres sp. terdapat dua macam jantan yang berbeda. Ikan jantan pertama terlihatnya

seperti betina tetapi tetap

jantan selama hidupnya, sedangkan jantan yang kedua ialah jantan yang berasal dari

perubahan ikan betina. Pada ikan-ikan yang mempunyai dua fase dalam satu siklus

hidupnya, pada tiap-tiap fasenya sering didapatkan ada perbedaan baik dalam morfologi

maupun warnanya. Keadaan demikian menyebabkan terjadinya kesalahan dalam

mendeterminasi ikan itu menjadi dua nama, yang

sebenarnya spesies ikan itu sama. Misalnya pada ikan Larbus ossifagus ada dua individu

yang berwarna merah dan ada yang berwarna biru. Ternyata ikan yang berwarna merah

adalah ikan betina, sedangkan yang berwarna biru adalah ikan jantan. Hermaprodit

protandri dan hermaprodit protogini sering disebut hermaprodit beriring. Pada waktu ikan

itu masih muda mempunyai gonad yang berorganisasi dua macam seks, yaitu terdapat

jaringan testis dan ovarium yang belum berkembang dengan baik. Proses suksesi kelamin

Page 99: Ikhtiologi ikan

xcix

dari satu populasi hermaprodit protandri atau hermaprodit protogini terjadi pada individu

yang berbeda baik menurut ukuran atau umur, tetapi merupakan suatu proses yang

beriring.

Gonokhorisme

Selain hermaproditisme, pada ikan terdapat juga gonokhorime, yaitu kondisi

seksual berganda yaitu pada ikan bertahap juvenil gonadnya tidak mempunyai jaringan

yang jelas status jantan atau betinanya. Gonad tersebut kemudian berkembang menjadi

semacam ovarium, setelah itu setengah dari individu ikan-ikan itu gonadnya menjadi

ovarium (menjadi ikan betina) dan setengahnya lagi menjadi testis (menjadi ikan jantan).

Gonokhoris yang demikian dinamakan gonokhoris yang “tidak berdiferensiasi:, yaitu

keadaannya tidak stabil dan dapat terjadi interseks yang spontan. Misalnya Anguilla

anguilla dan Salmo gairdneri irideus adalah gonokhoris yang tidak berdiferensiasi. Ikan

gonokhorisme yang “berdiferensiasi” sejak dari mudanya sudah ada perbedaan antara

jantan dan betina yang sifatnya tetap sejak dari kecil sampai dewasa, sehingga tidak

terdapat spesies yang interseks.

D. SIFAT SEKSUAL PRIMER DAN SEKUNDER

Sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara

langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada

ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan. Sifat seksual sekunder ialah

tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina. Satu

spesies ikan yang mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan

jantan dan betina dengan jelas, maka spesies itu bersifat seksual dimorfisme. Namun,

apabila satu spesies ikan dibedakan jantan dan betinanya berdasarkan perbedaan warna,

maka ikan itu bersifat seksual dikromatisme. Pada umumnya ikan jantan mempunyai

warna yang lebih cerah dan lebih menarik

dari pada ikan betina. Pada dasarnya sifat seksual sekunder dapat dibagi menjadi dua

yaitu :

a) Sifat seksual sekunder yang bersifat sementara, hanya muncul pada waktu musim

pemijahan saja. Misalnya “ovipositor”, yaitu alat yang dipakai untuk menyalurkan telur

ke bivalvia, adanya semacam jerawat di atas kepalanya pada waktu musim pemijahan.

Page 100: Ikhtiologi ikan

c

Banyaknya jerawat dengan susunan yang khas pada spesies tertentu bisa dipakai untuk

tanda menentukan spesies, contohnya ikan Nocomis biguttatus dan Semotilus

atromaculatus jantan.

b) Sifat seksual sekunder yang bersifat permanent atau tetap, yaitu tanda ini tetap ada

sebelum, selama dan sesudah musim pemijahan. Misalnya tanda bulatan hitam pada ekor

ikan Amia calva jantan, gonopodium pada Gambusia affinis, clasper pada golongan ikan

Elasmobranchia, warna yang lebih menyala pada ikan Lebistes, Beta dan ikan-ikan

karang, ikan Photocornycus yang berparasit pada ikan betinanya dan sebagainya.

Biasanya tanda seksual sekunder itu terdapat positif pada ikan jantan saja. Apabila ikan

jantan tadi dikastrasi (testisnya dihilangkan), bagian yang menjadi tanda seksual sekunder

menghilang, tetapi pada ikan betina tidak menunjukkan sesuatu perubahan. Sebaliknya

tanda bulatan hitan pada ikan Amia betina akan muncul pada bagian ekornya seperti ikan

Amia jantan, bila ovariumnya dihilangkan. Hal ini disebabkan adanya pengaruh dari

hormon yang dikeluarkan oleh testis mempunyai peranan pada tanda

seksual sekunder, sedangkan tanda hitam pada ikan Amia menunjukkan bahwa hormon

yang dikeluarkan oleh ikan betina menjadi penghalang timbulnya tanda bulatan hitam.

E. STRATEGI REPRODUKSI

Berdasarkan organ tempat embrio berkembang dan tempat terjadinya pembuahan,

terdapat tiga golongan ikan:

Ikan ovipar

Golongan ovipar yaitu ikan yang mengeluarkan telur pada waktu pemijahan. Sebagian

besar jenis ikan tergolong ke dalam golongan ovipar. Beberapa contoh ikan yang

termasuk dalam golongan ini adalah Ikan mas (Cyprynus carpio), mujair (Oreochromis

mosambicus), kakap (Lates calcarifer) dan tongkol (Euthynus spp.).

Beberapa ikan berpijah secara bersama-sama dan tanpa berpasangan. Sejumlah

ikan jantan dan betina megeluarkan sperma dan telur secara bersama dalam suatu

lingkungan yang cocok. Jumlah telur yang banyak dibiarkan hanyut dalam perairan

terbuka, terbawa dan terapung oleh turbulensi arus, kemudian menempel pad substrat.

Spesiae lain memiliki kebiasaan berpasangan dalam memijah setelah satu atau dari

pasangan tersebut keduanya menyiapkan tempat untuk meletakkan telur. Beberapa jenis

Page 101: Ikhtiologi ikan

ci

ikan memendam telurnya di krikil dan kemudian meninggalkannya, sedangkan jenis lain

akan menjaga (mengawal) sarangnya.

Ikan belanak (Liza spp, Mugil spp, valamugil sp) merupakan jenis ikan pantai

yang umumnya melakukan pemijahan di daerah pantai dengan salinitas yang agak tinggi.

Telur-telur dikeluarkan begitu saja dan terbawa arus sampai ke muara sungai. Anak-anak

belanak akan bergerak ke tambak dan bahkan ada yang masuk ke perairan tawar.

Ikan vivipar

Golongan vivipar merupakan ikan yang melahirkan anak dalam pola

reproduksinya. Anak ikan yang dilahirkan oleh golongan ikan vivipar hampir

menyerupai individu dewasa. Kandungan kuning telur sangat sedikit dan perkembangan

embrio ditentukan oleh hubungannya dengan placenta pada tahap awal untuk mencukupi

kebutuhan makanannya.

Golongan ikan ini umumnya berfekunditas kecil, tidak seperti pada golongan ikan

ovipar yang memiliki fekunditas lebih besar. Meskipun demikian keturunannya

mendapat semacam jaminan dari induk untuk dapat melangsungkan awal hidupnya

dengan aman. Keadaan demikian menunjukkan bahwa ikan vivipar stuasinya lebih

modern dari pada ikan ovipar dalam mempertahankan eksistensi species dari keadaan

lingkungan sekelilingnya termasuk dari serangan predator.

Umumnya jenis ikan bertulang rawan (hiu dan pari) nerupakan kelompok vivipar,

meskipun demikian beberapa ikan bertulang sejati bisa dikategorikan melahirkan anak,

seperti family Poeciliidae, Goodidae, Anablepidae dan Yaminsiidae.

Ikan ovovivipar

Golongan ikan ovovipar ini melahirkan anak seperti halnya vivipar, namun

pekembangan anak di dalam kandungan induk mendapatkan makanan dari persediaan

kuning telur yang tersedia non placental. Dalam perkembangan yang demikian anak

mendapat keperluan material untuk pertumbuhannya dari induk melalui penyerapan zat-

zat yang dikeluarkan oleh uterus. Zat tersebut disebut “Susu uterin“ atau embriotrophe.

Spesies ikan ovovivpar jumlahnya jauh lebih banyak dari pada ikan vivipar.

Pada embrio ikan Squalus acanthias terdapat dua macam kantung telur yaitu

kantung yang di luar tubuh dan kantung didalam tubuh. Kantung kuning telur dalam

tubuh sebagai hasil perkembangan batang kantung kuning telur bagian luar yang tumbuh

Page 102: Ikhtiologi ikan

cii

pada bagian dalam. Butir-butir kuning telur dari kantung luar bergerak ke bagian

kantung dalam terus ke usus untuk dicerna.

Berbeda dengan golongan ikan vivipar dan ovovipar, maka ikan ovipar yang

merupakan mayoritas dari ikan yang ada pada waktu pemijahan membuahi telurnya di

luar tubuh. Telur yang dikeluarkan dari tubuh induk dibuahi oleh ikan jantan dengan

berbagai cara. Semua tingkah laku yang dilakukan oleh ikan tersebut pada waktu

pemijahan bertujuan agar semua telur yang dikeluarkan dapat dibuahi dengan baik. Ikan

bertulang rawan yang tergolong ke dalam ovovivipar memiliki masa mengandung yang

berbeda-beda. Ikan Myliobastis bovia masa mengandungnya empat bulan, Urolophus

halleri tiga bulan dan Squalus acanthias dua bulan.

INDIKATOR PENILAIAN

1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran

akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)

2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok

bahasan (30%)

3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan

(30%)

BAB III. PENUTUP

Fungsi reproduksi pada ikan pada dasarnya merupakan bagian dari sistem

reproduksi yang terdiri dari komponen kelenjar kelamin atau gonad, dimana pada ikan

betina disebut ovarium sedang pada jantan disebut testis beserta salurannya. Pada

prinsipnya, seksualitas pada ikan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina.

Ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma, sedangkan ikan betina

adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Sifat seksual primer pada ikan

ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses

reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina, dan testis dengan

pembuluhnya pada ikan jantan. Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat

dipakai untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina

Page 103: Ikhtiologi ikan

ciii

DAFTAR PUSTAKA

ZZ. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek

Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB

DDD. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977.

Ichthyology.

Second edition. John Wiley & Sons, New York

EEE. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology.

Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi

FFF. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.

Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

GGG. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.

BBB. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas

Perikanan, IPB

Page 104: Ikhtiologi ikan

civ