Ikan Hias Aswar

15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemilihan dan Pemeliharaan Induk Gambar 1. Induk jantan (A) dan induk betina (kanan). A B

Transcript of Ikan Hias Aswar

Page 1: Ikan Hias Aswar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemilihan dan Pemeliharaan Induk

Gambar 1. Induk jantan (A) dan induk betina (kanan).

Gambar 2. Wadah pemeliharaan induk ikan cupang.

A B

Page 2: Ikan Hias Aswar

Berdasarkan hasil pengamatan dalam pemilihan dan pemeliharaan induk

ikan cupang jantan dan betina yang digunakan telah berumur ± 4 bulan. Ciri

lainnya pada induk ikan jantan, yaitu : adanya gelembung udara di atas

permukaan air di didalam wadah pemeliharaan, memiliki corak warna yang cerah

dan indah, ukuran sirip – siripnya relatif panjang, bentuk tubuhnya ramping dan

gerakannya agresif dan pada sirip ekornya lebih lebar dan panjang. Sedangkan ciri

induk betina , yaitu : warna tubuhnya agak pudar/kurang menarik, ukuran sirip –

siripnya pendek, bentuk tubuhnya gempal atau lebih besar, gerakannya lamban

dan kulit perut terasa lembek dan terdapat titik putih. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Susanto (1992), cupang jantan memiliki kombinasi warna yang lebih

menarik daripada ikan betina, ukuran tubuhnya lebih besar sedangkan ikan betina

sebagai penghasil telur memiliki sirip yang pendek dan berwarna coklat kekuning-

kuningan serta ukuran tubuhnya lebih kecil di bandingkan dengan ikan jantan.

Pemeliharaan induk ikan cupang jantan dan betina dilakukan secara

terpisah, dengan tujuan agar tidak terjadi pemijahan liar, selain itu juga dapat

menambah bobot tubuhnya, mempercepat pematangan gonad serta mempelajari

kecocokan antara induk jantan dan betina menjelang prapemijahan, kemudian

agar induk dapat beradaptasi dengan lingkungannya.

Selama masa pemeliharaan induk diberi pakan alami berupa jentik nyamuk

yang berasal dari perairan tergenang dan selokan-selokan kemudian dicuci

dengan menggunakan air bersih. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bambang

(2001), pakan yang umum dimakan ikan cupang yaitu berupa jentik nyamuk yang

diambil dari alam namun tidak dapat langsung diberikan kepada ikan dalam

Page 3: Ikan Hias Aswar

keadaan masih kotor, sering diantara jentik terdapat ulat berwarna kelabu hitam

apabila ulat termakan oleh ikan maka ulat tersebut tidak mudah dicerna oleh perut

ikan sehingga ikan dapat membuang kotoran dan perutnya membesar sehingga

munculah penyakit perut kembung. selokan–selokan. Indukan cupang diberi

pakan alami jentik nyamuk karena jentik nyamuk mengandung kadar protein

tinggi, sedikit lemak dan dapat menumbuhkan warna tubuh ikan cupang, sehingga

selama masa pemeliharaan induk dapat memperoleh gizi yang tinggi, meskipun

tanpa asupan nutrisi dari pakan buatan. Selama masa pemeliharaan, wadah

dilakukan pergantian air dengan cara di sifon yakni 3 hari sekali.

Pergantian air di lakukan 3 hari sekali dengan membuang semua air lama

bersama-sama dengan kotoran yang mengendap di dasar wadah pemeliharaan

induk. Hal ini sesuai dengan pendapat susanto (1992) bahwa pergantian air

dilakukan dengan selang waktu 3 hari sekali dengan membuang air secara

bersama-sama dengan kotoran ikan yang mengendap di dasar bak. Kotoran ini

merupakan hasil buangan ikan, sisa makanan yang mati, kotoran dari makanan itu

sendiri atau dari bahan-bahan lain.

4.2 Pemijahan Induk

Gambar 3. Sketsa wadah pemijahan ikan cupang (Betta Sp.)

Page 4: Ikan Hias Aswar

Hasil praktikum budidaya ikan hias, mengenai pemijahan induk

didapatkan, sebelum proses pemijhan berlangsung, dilakukan beberapa rekayasa

lingkungan. Sehingga wadah pemijahan bisa mirip dengan media pemijahan

dialamnya. Misalnya menyiapkan wadah pemijahan (akuarium) yang telah terisi

air ± 20 liter air sebagai wadah induk ikan cupang jantan, memasukan toples

kedalam akuarium sebagai wadah untuk induk ikan cupang betina, Seperti gambar

di atas (gambar 3) ikan jantan dan betina ditempatkan diwadah yang berbeda, ikan

jantan ditempatkan didalam akuarium yang didalamnya terdapat gelas bening

yang isi airnya lebih tinggi daripada air diakuarium yaitu wadah tempat ikan

betina, hal ini bertujuan untuk perkenalan jenis indukan yang telah dipilih dan

pada permukaan akuarium diberi potongan kertas hitam sebagai pengganti daun

berfungsi sebagai tempat pemijahan ikan. yang sebelumnya sudah ditempelkan

gelembung busa oleh ikan jantan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Bambang

(2002), ikan cupang termasuk kelompok ikan yang membuat gelembung pada saat

akan memijah. Sehingga di dalam wadah pemijahan perlu disediakan daun segar

atau potongan kertas sebagai tempat cupang jantan yang menempelkan

gelembung busanya.

Sebelum dilakukan pemijahan, hal yang harus dilakukan yaitu induk ikan

jantan dan betina dijodohkan terlebih dahulu, berdasarkan hasil pengamatan yang

telah dilakukan bahwa perjodohan ini berlangsung kurang lebih selama 68 jam

yang diawali dengan mempertemukan kedua induk ikan cupang di akuarium,

namun induk ikan cupang betina berada dalam toples yang telah diletakkan di

dalam akuarium. Hal ini bertujuan agar induk ikan cupang dapat saling bertemu,

Page 5: Ikan Hias Aswar

mengenal, dan saling menarik perhatian. Hal ini diperlihatkan oleh induk ikan

cupang jantan yang melakukan aksi menarik perhatian induk betina dengan cara

mengembangkan sirip-siripnya, dengan keindahan warna tubuhnya dan juga

mendekati dan berputar-putar mengelilingi toples sampai induk ikan betina

cupang tertarik.

Gambar 4. (A) Pembuatan sarang busa, (B) Proses pemijahan ikan cupang.

Berdasarkan hasil pengamatan, proses pemijahan pada induk ikan cupang

berlangsung selama 5 jam 5 menit yang di mulai pada pukul 09:40 Wita dan

selesai pada pukul 13:25 Wita. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1981),

pemijahan dapat berlangsung kapan saja. Proses pemijahan diawali induk jantan

langsung membuat sarang berupa gelembung-gelembung busa yang dapat dilihat

pada gambar 4A.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, bahwa ikan cupang

melakukan pemijahan dengan cara berpelukan dibawah gelembung busa,ini dapat

dilihat pada gambar 4B, setelah berpelukan ikan betina menjatuhkan telurnya

kedasar airakuarium dan ikan jantan mengumpulkan telur dan menempelkannya

pada gelembung busa yang telah dikumpulkannya sebelumnya, pada saat ikan

jantan mengumpulkan telurnya, ikan betina dikeluarkan dari akuarium, menjaga

A

Page 6: Ikan Hias Aswar

agar telur tidak dimakan oleh ikan betina. Menurut pernyataan Susanto (1992),

ikan cupang akan saling berpelukan di bawah sarang busa yang sudah dibuatnya

dan melayang-layang sampai beberapa saat kemudian keluar telurnya dan segera

ditangkap oleh induk jantan untuk ditempatkan di dalam gelembung busa yang

telah disiapkan. Setelah selesai memijah maka jantan akan menjaga telur-telurnya

dan mengusir pasangannnya jauh-jauh.

Menurut Daelami (2001), proses pemijahan cupang diawali dengan

sibuknya ikan jantan mengeluarkan buih busa dari mulutnya lalu diletakkan pada

permukaan sebagai sarang telur. Setelah itu pejantan akan mencari betina yang

siap untuk dijadikan pasangan. Setelah didapatkan pasangan yang cocok, maka

betina akan mengeluarkan sel telur diikuti dengan pelepasan sel sperma oleh

jantan lalu terjadilah fertilisasi eksternal. Telur yang sudah dibuahi akan dibawa

oleh jantan menuju buih yang ada di permukaan.

Hasil pengamatan didapatkan induk Ikan cupang melakukan pemijahan

sebanyak 101 kali dan dapat menghasilkan jumlah telur sebanyak ± 1800 butir

telur dengan selang waktu selama 5 jam lewat 5 menit. Hal ini sesuai dengan

pendapat Efendi (1997), dalam sepasang induk ikan cupang yang melakukan

pemijahan, dapat menghasilkan telur sebanyak 500 – 1.000 ekor.

Setelah pemijahan selesai, induk ikan jantan dipisahkan dari induk ikan

betina agar induk betina tidak memakan telurnya sendiri. Sementara induk ikan

cupang jantan akan setia menjaga telurnya dari gangguan ikan lain. Selain itu,

induk ikan cupang jantan akan mengipasi telur dengan sirip-siripnya agar suplai

oksigen untuk telur tetap terjaga. Selama itu pula, induk jantan akan memperbaiki

Page 7: Ikan Hias Aswar

sarang busa yang rusak dengan membuat sarang baru. Menurut Saanin (1984),

dalam masa sampai penetasan, ikan jantan akan menjaga telur sampai benar-benar

menetas, bahkan sampai anakan cupang tersebut mandiri. Jika ada buih yang

pecah, maka jantan akan segera membuat buih busa yang sama sehingga telur

benar-benar bisa menetas.

4.3 Perendaman Embrio

Berdasarkan hasil praktikum mata kuliah Budidaya Ikan Hias mengenai

Perendaman Embrio yang dilakukan setelah masa inkubasi telur selama ± 20 jam,

maka kami melakukan pemanenan telur. Pemanenan telur dilakukan dengan cara

mengangkat potongan plastik hitam (sebagai tempat sarang busa) yang telah berisi

telur. Kemudian menghitung jumlah total keselurahan dari telur-telur yang telah

dierami oleh induk jantan selama ± 20 jam, dan membagi dua dari total

keseluruhan telur yang telah dierami untuk di masukkan kedalam 2 buah talenan

(sebagai wadah telur) yang berbeda dan mengisi larutan berhormon pada salah

satu wadah. Hal ini bertujuan untuk memudahkan perbandingan pada masing-

masing wadah yang lebih banyak dan tidak banyak telur menetas. Setelah itu,

melakukan pemanenan embrio dan juga melakukan pengamatan embrio dari fase

bintik mata dengan menggunakan mikroskop.

Gambar 4. Embrio pada fase bintik mata ikan cupang)

Page 8: Ikan Hias Aswar

Hormon yang digunakan dalam perendaman embrio adalah 17 ∝

Metiltestosteron. Dalam membuat media perendaman larutan dengan

menggunakan 17 ∝ Metiltestosteron, terlebih dahulu menyiapkan larutan hormon

17 ∝ Metiltestosteron. Selanjutnya menimbang sebanyak 0,01 g. Kemudian

memasukan bubuk hormon ke dalam tabung reaksi dan menambahkan 0,5 ml

alkohol 70%. Kemudian menutup kembali tabung reaksi sampai larutan

homogen. Setelah itu, menuangkannya kedalam wadah yang berisi 500 ml air

bersih dan memberi aerasi selama 5 menit.

Waktu yang dibutuhkan dalam perendaman embrio dengan menggunakan

larutan 17∝ Metiltestosteron yaitu ± 72 jam dan jumlah telur yang telah menetas

pada berumur 3 hari dari wadah yang diberikan larutan 17∝ Metiltestosteron

adalah sebanyak ± 180 butir ekor. Sedangkan jumlah telur yang telah menetas

pada umur 3 hari dari wadah yang tidak diberikan perlakuan ialah sebanyak ± 235

butir ekor.

Telur ikan cupang yang telah di buahi dan direndam menggunakan larutan

17∝ Metiltestosteron, akan di simpan kedalam akuarium yang telah dibersikan.

tujuan dari perendaman ini adalah untuk memanipulasi genetik agar telur yang

akan menetas menjadi ikan cupang jantan secara keseluruhan.

4.4 Pemeliharaan Telur dan Larva

Gambar 5. Larva ikan cupang

Page 9: Ikan Hias Aswar

Pada proses pemeliharaan telur dan larva, telur yang telah dibuahi

dibiarkan selama 3 hari hingga menetas. Saat menetas, larva yang telah berumur

3 hari pada setiap akuarium dipindahkan ke talenan dengan menggunakan seser

kecil untuk menghitung jumlah larva. Proses penghitungan larva dilakukan

dengan cara mengambil larva satu-persatu dengan menggunakan sendok, dan hasil

penghitungan pada wadah yang tidak diberikan hormon didapatkan sebanyak ±

235 ekor larva, sedangkan wadah yang diberikan hormon didapatkan sebanyak ±

180 ekor larva.

Penghitungan jumlah larva dilakukan kembali pada saat berumur 8 hari,

dan hasil penghitungan pada wadah yang tidak diberikan hormon didapatkan

sebanyak ± 122 ekor larva, sedangkan wadah yang diberikan hormon didapatkan

sebanyak ± 52 ekor larva. Jumlah larva yang telah berumur 8 hari pada setiap

wadah menurun drastis, hal ini di sebabkan karena tidak adanya pergantian air

wadah sejak kegiatan perendaman embrio hingga telur menetas dan larva telah

berumur 8 hari, sehingga air dalam wadah telah tercemar yang berasal dari sisa-

sisa pakan yang tidak termanfaatkan dan mengalami proses pembusukan. Menurut

Huda (2011), Hari ke 5 setelah burayak menetas sudah bisa di lihat

perkembangannya, untuk itu harus di bantu dengan cara memberikan kuning telur

yang sudah matang lalu di keringkan dan setelah kering di berikan kepada

burayak dan pada hari ke 6 kita sudah bisa memberikan kutu air yang di saring

kedalam wadah ini, karena beberapa burayak sudah cukup besar dan dapat

memakan kutu air yang di saring. Hari ke 8 induk jantan sudah bisa di angkat dan

di pisahkan kedalam toples tersendiri.

Page 10: Ikan Hias Aswar

LAPORAN PRAKTIKUMBUDIDAYA IKAN HIAS

Oleh :

A S W A RE 271 09 016

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANJURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TADULAKOPALU2012