iipai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Musdar... · Puji syukur atas...
Transcript of iipai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/Buku-Skripsi-Musdar... · Puji syukur atas...
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, pemilik alam semesta yang telah
memberikan nikmat kesehatan, kekuatan dan rahmat-Nya, sehingga peneliti
mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini tepat waktu dengan judul: “Efektivitas
Keteladanan Guru pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Membentuk Karakter
Peserta Didik di kelas X SMK Gotong Royong Kota Gorontalo”. Shalawat dan
salam kepada Nabi Muhammad SAW, panutan seluruh umat manusia setiap
perjalanan hidup beliau mengajarkan kepada umatnya akan pentingnya sebuah
perjuangan, menjadi salah satu motivasi peneliti dalam menyelesaikan penelitian
skripsi ini.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) dapat berhasil, semua ini juga berkat doa dan motivasi
dari kedua orang tua tercinta, bapak Muslim Saidi dan Ibu Masna Nur, dan keluarga,
yang senantiasa memberikan dukungan baik materil maupun non materil dalam
usaha peneliti menyusun skripsi ini. Demikian juga, penyusunan skripsi ini tidak
lepas dari bimbingan dari berbagai pihak yang kompeten, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk semua itu peneliti memberikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Dr. Lahaji Haedar, M.Ag., selaku Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo. 2. Dr. Sofyan Ap. Kau, M.Ag., Dr. Ahamad Faisal, M.Ag., Dr. Mujahid
Damopolii, M.Pd., selaku Warek I, Warek II, dan Warek III, IAIN Sultan Amai Gorontalo.
3. Dr. H. Lukman Arsyad, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Sultan Amai Gorontalo.
iii
4. Dr. H. Muh. Hasbi, M.Pd., Dr. Hj. Lamsike Pateda, M.Pd., Dr. H. Arten H. Mobonggi, M.Pd., selaku Wadek I, Wadek II, dan Wadek III, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Sultan Amai Gorontalo.
5. Dr. H. Razak H. Umar, M.Pd., dan Dr. Hj. Munirah, M.Pd., selaku Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Sultan Amai Gorontalo.
6. Dr. H.Zainul Romis Koesry dan Drs. Kasidi, M.Pd., selaku pembimbing I dan pembimbing II dalam menyusun skripsi ini, yang dengan sabar dan tekun memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti untuk merampungkan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen di jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan ilmunya kepada peneliti selama kuliah di jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Sultan Amai Gorontalo.
8. Seluruh staf administrasi dari jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) hingga staf bagian akademik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) yang telah memberikan pelayanan yang baik selama studi.
9. Kepala perpustakaan dan staf perpustakaan IAIN Sultan Amai Gorontalo, yang telah memberikan pelayanan dalam pencarian bahan untuk penyusunan skripsi ini.
10. Juga bapak Kepala Sekolah SMK Gotong Royong Kota Gorontalo beserta seluruh Dewan Guru dan peserta didik yang telah membantu dan mengizinkan peneliti melakukan penelitian.
11. Tak lupa pula kepada teman-teman seperjuangan dan khususnya teman-teman PAI.C angkatan 2015 yang telah mendukung dalam penyusunan skripsi ini baik secara materil maupun non materil.
12. Dr. Hamid Pongoliu, M.H.I selaku Pembina LDK-MPM, Teman-teman Aktivis lembaga Dakwah Kampus LDK-MPM yang selalu menjadi obor penerang selama peneliti melakukan studi di kampus IAIN sultan Amai Gorontalo ini.
13. Tak lupa juga teman-teman SEMA institut periode 2018 dan juga teman Teman DEMA-institut 2019 yang juga banyak berbagi tentang hakikat nya menjadi Mahasiswa.
14. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Jurusan PAI periode 2016 15. Kanda Yunda Dinda yang juga banyak memberikan dukungan Doa untuk
selesainya penyusunan Skripsi ini. 16. Orang tua saya di tanah rantau gorontalo, yang telah banyak memberikan
bantuan selama study di gorontalo, terima kasih atas kesabaran kalian. 17. Murobbi dan Murobbiyah yang sudah membimbing saya juga mendukung
untuk penyelesaian Skripsi ini. 18. Dan juga kepada sahabat Saya Ismit Suma, sahabat suka dan duka, perantau
dari tanah subur luwuk Banggai tahun sejak tahun 2015. Menjadi pembuka jalan bagi teman-teman yang ada diluwuk banggai untuk menimbah Ilmu di tanah kampus peradaban islam IAIN Sultan Amai Gorontalo.
iv
19. Teman-teman Puskomda Go-Sulut partner Dakwa yang juga memberikan doa dan dukungan kepada penulis untuk terus berjuang dalam penyelesaian skripsi ini.
20. Juga semua teman-teman yang tak sempat peneliti sebut satu persatu, terima kasih. Syukran Jazakallah Semoga bantuan dari semua pihak dalam penyusunan
skripsi ini akan beroleh balasan dari Allah SWT dan bernilai ibadah disisiNya,
karena hanya Allah SWTyang mampu membalas kebaikan. Karena sebaik-baik
balasan hanya yang datang dari Allah SWT.
Gorontalo, 15 juli 2019
Musdar Saidi
Nim.151012121
v
ABSTRAK
Musdar saidi, Nim : 151 012 121, 2019. Efektifitas Keteladanan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik Di SMK Gotong Royong Kota Gorontalo. Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo. Pembimbing I : Drs. Zainul Romiz Koesry. M.SI. Pembimbing II : Drs. Kasidi, M.Pd
Kata kunci : Efektifitas Keteladanan, membentuk karakter, Peserta didik.
Penelitian ini adalah tentang Efektifitas Keteladanan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik Di Sekolah Menengah Kejuruan Gotong Royong Kota Gorontalo. Berdasarkan Sub penelitian tersebut. Maka penulis Tertarik untuk melakukan pengkajian masalah ini secara mendetail dengan rumusan masalah. (1) Bagaimana Efektivitas Keteladanan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik di Sekolah Menengah Kejuruan Gotong Royong Kota Gorontalo. (2) Apa Faktor Kendala dan Solusi Dalam Pembentukan Karakter Di Sekolah Menengah Kejuruan Gotong Royong Kota Gorontalo. Adapun jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi langsung, wawancara mendalam serta studi dokumentasi, yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Guru pendidikan Agama Islam, Kepala Sekolah, Wakasek Kesiswaan, Guru dan peserta Didik Kelas X. Dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan cara mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa keteladanan sangat efektif untuk memberikan pengajaran kepada orang lain pada umumnya dan terkhusus dalam dunia pendidikan sekolah, sebagaimana yang peneliti temukan dilapangan dengan membiasakan keteladanan nilai-nilai yang mulia pada peserta didik, mereka akan meneladani apa yang diteladankan, oleh Guru Pendidikan Agama Islam Peserta Didik yang ada di kelas X SMK Gotong Royong kota Gorontalo mengalami perubahan baik bersikap maupun bertindak, mereka peserta didik lebih memperhatikan sopan santun kepada guru.
Menjadi seorang pendidik merupakan tanggung jawab besar untuk mengemban amanah undang-undang terlebih orang tua, dimana pendidik merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam belajarnya setiap individu peserta didik, olehnya pendidikan harus benar-benar memiliki kematangan intelektualitas serta kepribadian yang mulia, yang dengannya akan mampu memberikan keteladanannya kepada peserta didiknya. lebih disiplin, serta mampu bekerja sama diantara mereka dalam melaksanakan kewajiban belajarnya dilingkungan sekolah.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak pertama kali Al-Quran diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW, melalui Malaikat Jibril A.S . Konsep yang di ajarkan al-Quran
pertama kali ialah konsep yang sangat erat kaitannya dengan pendidikan. Hal ini
dibuktikan dengan ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah SWT.
Yakni Quran Surah Al- Alaq ayat 1 – 5. Yang berisi tentang perintah untuk
membaca, namun tidak hanya sekedar membaca, akan tetapi melainkan mengambil
pelajaran dari setiap hal yang dibaca. Berikut QS. Al-alaq ayat 1-5 .
)2) خلق ا ال نسان من علق(1اقرا با سم ربك الذئ خلق (
)5) علم ا ال نسا لم یعلم(4) الذئ علم بالقلم(3اقر ا وربك ا آلكرم(
Terjemahnya:
(1) Bacalah dengan menyebut nama(Tuhanmu) yang menciptakan. (2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (3) Bacalah dan tuhan mulah yang mulia. (4) Yang mengajarkan manusia dengan pena. (5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.1
Begitupun juga dalam QS. Al-fatihah ayat 2 – 3 juga dijelaskan bahwa
Allah SWT senantiasa menunjukan kasih sayangya kepada manusia bahwa dialah
(Allah) rabbil “alamiin, yaitu Pemelihara, Pembina, Penuntun, Pembimbing,
Pengembang dan seterusnya terdapat sekalian alam. Mengingat term at-tarbiyah
berakar dari tiga kata yakni, pertama, berasal dari kata rabba yarbu, yang artinya
bertambah dan tumbuh. Kedua, berasal dari kata rabiya yarbi. Yang artinya tumbuh
1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya
2
dan berkembang. Ketiga, berasal dari kata rabba yarubu, yang artinya,
memperbaiki, membimbing, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara.2
Dalam Ayat tersebut menunjukan adanya unsur pendidikan “ Tarbiyah ”, kata yang
paling dekat maknanya dengan pendidikan dalam bahasa Indonesia.
Dengan demikian kata tersebut berarti pendidikan, yaitu bahwa Allah SWT
telah mendidik Manusia, baik secara langsung, sebagaimana Tuhan
memperkenalkan semua nama – nama benda yang ada di Surga kepada Nabi Adam
As3. Oleh karenanya Pendidikan telah mempunyai landasan yang kokoh yaitu
kepercayaan dan keyakinan akan kebesaran Allah SWT atau yang biasa disebut
dengan Tauhid. Untuk menjalankan proses Edukasi belajar mengajar, serta proses
membentuk pribadi peserta didik yang berlangsung dalam lembaga pendidikan.
Mengajar bukanlah sesuatu hal yang mudah, melainkan suatu pekerjaan
yang cukup rumit, dan membutuhkan tanggung jawab penuh dari pendidik. Seorang
pendidik harus menyadari eksistensinya sebagai seorang pendidik, yang mana
dalam hal ini pendidik adalah seorang manusia yang digugu dan ditiru. Gerak gerik
seorang pendidik akan langsung menjadi contoh kepada Peserta Didiknya,
sehinggah ketika seorang pendidik menampilkan suatu perbuatan baik maka peserta
didikpun akan mencontohnya, begitupun sebaliknya. Sehingga itu pendidik sudah
seharusnya menampilkan perbuatan yang baik didepan Peserta didiknya.
Mengingat pentingnya keteladanan seorang Pendidik dalam pembentukan Karakter
para Peserta Didiknya.
2 Prof. Dr. H. Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal 33 3 Mukani, Dinamika Pendidikan Islam, (Jombang, 2015). h. 21.
3
Pentingnya keteladanan seorang guru dalam memberikan pengajaran serta
nilai-nilai kehidupan untuk mengenalkan para peserta didik pada tuhannya serta diri
sendiri dan lingkungannya, sehingga kelak mereka akan bisa menyesuaikan diri
dimana saja mereka berada, karena salah satu hal yang penting untuk peserta didik
adalah dimilikinya karater yang mulia.
Maka dunia pendidikanlah tempat seseorang itu belajar dan memahami
kehidupannya bagaimana dia bisa bertindak yaitu lewat pengajaran dan keteladanan
para pendidik di setiap lembaga pendidikan, karena lembaga pendidikan adalah
tempat menghasilkan manusia-manusia yang tidak hanya punya pengetahuan
intelektual dan berwawasan yang luas melainkan juga menghasilkan manusia yang
mampu mempraktikan pengetahuan tentang teori perilaku karakter yang mulia.
Karena karakter mulia yang dimiliki oleh peserta didik merupakan investasi untuk
mewujudkan cita-cita suatu bangsa yang sejahtera.
Akan tetapi apa yang menjadi pengetahuan kita selama ini, sangat berbeda
dengan yang terjadi pada bangsa kita dewasa ini, yang terkenal mayoritas Islam
Agamanya, akan tetapi nilai-nilai agama islam masih sangat kurang diterapkan oleh
penganutnya, kemerosotan akhlak yang menggerogoti banyak elemen yang ada
dinegara kita, banyak kita jumpai disekitar kita terjadi banyak penyimpangan dalam
berbagai bidang kehidupan, mulai dari pemerkosaan, pembunuhan, korupsi,
narkoba dan sebagainya.
Menurunnya kualitas moral dalam kehidupan manusia Indonesia dewasa
ini, terutama dikalangan peserta didik, sebagaimana sering kita temukan
dilapangan para peserta didik yang buruk akhlaknya, maka sekolah dengan
4
perangkat pendidik didalamnya penting untuk memainkan peran dan tanggung
jawabnya untuk menanamkan serta mengembangkan nilai-nilai yang baik dan
membantu para peserta didik membentuk dan membangun karakter, etika, akhlak,
dan moral mereka dengan nilai-nilai keteladanan yang diberikan oleh seorang
pendidik.
Pendidik harus menyadari bahwa pekerjaannya mempunyai tiga fungsi
utama, yaitu (1) menumbuhkan kreativitas, (2) menanamkan nilai, dan (3)
mengembangkan kemampuan produktif. Fungsi tersebut menunjukkan bahwa
perilaku pendidik dalam mengajar bukanlah perilaku yang bebas, melainkan
perilaku yang diatur dan dikendalikan oleh norma-norma pendidikan yang berciri
khas Agama Islam.4
Yang juga sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: Pasal 3 dalam UU tersebut
menyatakan bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dalam membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi Peserta Didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan mejadi warga Negara yang Demokratis dan bertanggung jawab.5
Juga Firman Allah SWT, rumusan tujuan pendidikan Islam yang
mengarahkan pada tujuan penyempurnaan Akhlak (istilah dalam Islam) manusia
atau membentuk Karakter yang mulia, sebagaimana yang diteladankan oleh
4Marno dan M. Idris, Strategi & Metode Pengajaran, hal. 50. 5 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 20 tahun 2003 Pasal 3
5
manusia terbaik sepanjang masa yakni Nabi Allah, Muhammad SAW. Hal ini bisa
kita jumpai dalam Firman Allah SWT dan Hadits Nabi Muhammad SAW yang
secara langsung memujinya dalam Al-quran Surah Al-Qalam, ayat 4 yang
berbunyi:
و انك لعلى خلق عظیم
Terjemahnya:
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.6
Hal ini yang menjadi harapan oleh masyarakat kita, baik masyarakat
sekolah, bahkan masyrakat luas yang mengharapakan seluruh generasi mudanya
menjadi manusia-manusia yang mempunyai kemuliaan karakter. Yang mampu
membawa manfaat bagi dirinya dan lingkungannya serta kemajuan bangsa kita
kedepannya.
Namun hari ini begitu banyak terjadi dikalangan para pelajar yang jauh dari
nilai – nilai pendidikan itu sendiri. Mengingat krisis akhlak yang menimpa banyak
kalangan pelajar terlihat dengan adanya keluhan orang tua, ahli didik dan orang-
orang yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial, juga berita yang hampir
setiap harinya bertebaran di media sosial internet, Televisi dan lain-lain, berkenaan
dengan ulah para pelajar yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, sering
membuat keonaran, tawuran, mabuk-mabukan, pesta obat-obatan terlarang, dan
bahkan sudah melakukan pembajakan, pemerkosaan, pembunuhan dan perilaku
kriminal lainnya.7.
6 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya. 7 Abuddin Nata, Menejemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 195.
6
Menghadapi keadaan yang demikian, mengarahkan kegiatan pendidikan
untuk membina serta membentuk karakter . Al-Imam Al-Ghazali mengatakan
bahwa dalam kemahiran ilmu pengetahuan Islam merupakan kewajiban setiap
orang yang beriman, beliau juga mengatakan bahwa tujuan peserta didik dalam
mempelajari segala ilmu pengetahuan masa sekarang, adalah kesempurnaan dan
keutamaan jiwanya.
Pendapat Al-Imam Al-Ghazali itu didukung oleh M. Athiyah Al-Abrasyi
yang dikutip oleh Zainudin:
Pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam (pendidikan yang dikembangkan kaum muslimin), dan Islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak jiwa pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan.8
Dari pernyataan di atas, jelaslah bahwa Al-Imam Al-Ghazali menghendaki
keluhuran rohani, keutamaan jiwa, kemuliaan akhlak dan kepribadian yang kuat,
yang merupakan tujuan utama dari pendidikan bagi kalangan manusia muslim,
karena karakter yang mulia dari seorang individu adalah aspek fundamental dalam
kehidupan seseorang, masyarakat maupun suatu negara.
Upaya membentuk karakter kepada peserta didik yang dilakukan
memberikan bimbingan, pengawasan dan pengajaran karakter pada peserta didik
sangat diharuskan untuk segera diimplementasikan, agar cepat memberikan efek
pada peserta didik akan pentingnya menjadi manusia yang berkarakter mulia.
Dengan demikian peserta didik akan paham dan mengerti bahwa perbuatan yang
baiklah yang harus mereka kerjakan.
8 Zainuddin dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: BIna Aksara, 1991), h.
44.
7
karena Karakter adalah yang membedakan manusia dengan binatang.
Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah “ Membinatang” orang-orang
yang berkarakter kuat baik secara individual maupun sosial ialah mereka yang
memiliki Akhlak,(bahasa Agama) moral, dan budi pekerti yang baik. Mengingat
begitu pentingnya karakter, maka institusi pendidikan memiliki tanggung jawab
untuk menanamkannya melalui proses pembelajaran.9
Untuk itu berdasarkan dari uraian diatas penulis ingin melakukan penelitian
disebuah lembaga pendidikan di Gorontalo, di salah satu Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) yang ada dikota Gorontalo. Karena mengingat Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) pada umumnya dikenal dengan salah sekolah yang
sering terjadi tawuran antar sekolah bahkan tak jarang dengan para petugas Negara
sekalipun, terkenal dengan peserta didiknya yang banyak melakukan pelanggaran-
pelanggaran, mulai dari ketidak displinannya, suka membantah guru dikelas, keluar
masuk kelas/sekolah tanpa izin, bahkan suka mengkonsumsi alkohol sudah menjadi
hal biasa, yang hampir setiap pekan dimunculkan di TV, radio dan lain-lain terkait
pelanggaran-pelanggaran dari para pelajar di tingkat sekolah menengah
kejuruan/sederajat.
Maka Peneliti terdorong untuk melakukan penelitian ditingkat SMK Di kota
gorontalo, salah satu SMK yang peneliti maksudkan adalah SMK Gotong Royong,
yang dulunya dikenal dengan SMK Pertanian. Dalam penelitian ini peneliti ingin
melihat bagaimana efektifitas keteladanan seorang pendidik dalam membentuk
karakter peserta didiknya dan faktor-faktor kendala serta solusi dalam pembentukan
9 Dr. Zubaedi, M.Ag, M.Pd, Desain Pendidikan Karakter, (Bengkulu, Maret: 2011), h 1
8
karakter. Dengan judul penelitian “ Efektifitas Keteladanan Guru Pendidikan
Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik ( Studi kasus di
kelas X SMK Gotong royong Kota Gorontalo ).
B. Rumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang masalah diatas penulis dapat merumuskan
permasalahan yang akan dikaji dalam skripsi ini, yakni :
1. Bagaimana Efektifitas Keteladanan Guru Pendidikan Agama Islam
dalam membentuk karakter peserta didik di kelas X SMK Gotong
Royong Kota Gorontalo ?
2. Apa saja faktor – faktor kendala dan solusi dalam membentuk karakter
peserta didik di kelas X SMK Gotong royong Kota Gorontalo ?
C. Tujuan dan kegunaan penelitian
1. Tujuan
a. Untuk mengkaji dan mengungkap efektifitas keteladanan guru
dalam membentuk karakter peserta didik
b. Untuk mengetahui faktor - faktor kendala dan solusi apa saja dalam
membentuk karakter peserta didik
2. Kegunaan
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui, menambah kajian
keilmuan para akademisi, pendidikan serta dapat dijadikan masukan
bagi para Guru untuk meningkatkan pengetahuan, khsusnya
Keteladanan yang baik, kepada peserta didik.
9
b. Bagi seorang guru yakni dapat membantu guru untuk menanamkan
nilai nilai pendidikan karakter peserta didik di SMK Gotong Royong
kota Gorontalo, umumnya untuk seluruh lembaga pendidikan.
c. Untuk memberikan informasi kepada staf para guru tentang
pentingnya Keteladanan dalam membantu proses belajar mengajar,
khususnya di SMK Gotong Royong kota Gorontalo
D. Pengertian Judul dan definisi Operasianal
a. Pengertian Judul
1. Pengertian Efektivitas keteladanan guru Pendidikan Agama Islam
Efektifitas berasal dari kata efektif. Efektif yang berarti ada efeknya
(akibatnya, pengaruhnya, kesannya) membawa hasil atau berhasil guna
(tentang usaha atau tindakan).10Efektivitas bisa diartikan sama dengan
keefektivan,yaitu hal berkesan atau berpengaruh, jika dikaitkan dengan
usaha atau tindakan berarti keberhasilan.11
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa efektivitas adalah suatu
tindakan yang dilakukan seseorang atau kelompok yang mempunyai
tujuan untuk bisa terwujudkan sesuai dengan harapan.
2. Keteladanan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hal
yang dapat ditiru atau dicontoh12. Jadi keteladanan adalah hal-hal
yang dapat ditiru ataupun dicontoh. SedangkanGuru adalah pendidik
10 Heppy El Rias,kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta:Pustaka pelajar:2012) hal 162 11 J.s. Badudu & Sutan Muhammad Zain, Kamus umum Bahasa Indonesia
Kontemporer,(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan:1994) hal 371. 12Suharso dan Ana Retroningsih.kamus Besar Bahasa Indonesia (semarang:Widya
Karya,2011) hal 544
10
di lembaga pendidikan persekolahan, mulai dari TK, SD, SMP, SMA
(sederajat) bahkan sampai dosen-dosen di perguruan tinggi.13
Guru(khusus guru agama islam) mempunyai tugas dan tanggung
jawab ganda yaitu selain mengajar dan mentransfer pengetahuan
agama islam kepada murid, ia juga bertanggung jawab untuk
membina dan mengarahkan kepribadian anak agar menjadi anak yang
bertaqwa, saleh dan berkepribadian luhur dan sopan santun. Jadi tugas
guru pendidikan agama islam dalam kamus besar bahasa indonesia
kontemporer yaitu orang yang pekerjaannya mengajar dan mengasuh
bidang Agama Islam.
Jadi Seorang guru pendidikan agama islam adalah seorang yang mempunyai
peran memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, agar menjadikan mereka
pribadi-pribadi yang teguh dan berperilaku mulia.
3. Karakter
Istilah yang dalam bahasa Inggris character, berasal dari istilah Yunani,
character dari kata charassein yang berarti membuat tajam atau
membuat dalam. Karakter juga dapat berarti mengukir.
Sifat utama ukiran adalah melekat kuat diatas benda yang
diukir.14sehingganya betapa pentingnya membentuk karakter itu
kepada setiap manusia khususnya para peserta didik yang memang
13 Ramayulis Ilmu Pendidikan Islam, hal. 107. 14 Syamsul Kurniawan,M.S.I, Pendidikan Karakter, Konsepsi dan Implementasinya Secara
Terpadu Dilingkungan Keluarga, Sekolah,Perguruan Tinggi Dan Masyarakat.(Yokyakarta : 2013) hal, 28
11
wajib untuk mendapatkan perhatian khusus dari setiap pendidik untuk
lebih menekankan proses pembelajaran lebih kepada penerapan dari
teori mengenai nilai-nilai karakter yang mulia.
b. Devinisi Operasional
Terkait dengan pengertian beberapa istilah judul diatas,
maka yang dimaksud dengan judul penelitian ini adalah Efektivitas
seorang guru dalam memberikan keteladanan yang baik kepada
peserta didik, untuk menjadikan mereka manusia-manusia yang
mempunyai karakter mulia, sebagaimana yang diharapkan.
E. Kajian Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, sebelumnya peneliti menelaah beberapa
hasil skripsi yang berkaitan dengan apa yang peneliti akan paparkan dalam skripsi
ini nantinya. Adapun skripsi yang telah ada sebelumnya memberikan gambaran
tentang sasaran yang akan peneliti sajikan dalam skripsi ini dengan melihat posisi
skripsi yang telah ada yang nantinya dapat menghindarkan kesamaan dari skripsi
yang telah ada sebelumnya.
Sehubungan dengan ini ada Beberapa skripsi yang tidak langsung berkaitan
dengan pembahasan skripsi ini:
1. Skripsi saudari Nurmin Junus Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo tahun 2017.
Dengan judul, Implementasi Kegiatan Pramuka Dalam Membentuk
Pendidikan Karakter Disiplin Peserta didik di Mi Al-Huda Kota Gorontalo.
Skripsi saudari Nurmin Junus ini membahas tentang Bagaimana
12
Implementasi hasil kegiatan pramuka dalam membentuk karakter disiplin
peserta didik, dalam hal ini saudari Nurmin Junus Menyoroti Kegiatan
Pramuka sebagai Sarana dalam pembentukan karakter peserta didik.
2. Skripsi saudari Nangsih Karim Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo tahun 2017.
Dengan judul, Strategi Guru Dalam Mengembangkan Pendidikan Karakter
Peserta Didik Di Madrasah Nurul Bahri, Kec. Kabila Bone. Kab. Bone
bolango.
Dalam pembahasan skripsi ini Peneliti menilai bahwa Peneliti skripsi ini atau
saudari Nangsih Karim, Ingin melihat Strategi guru dalam membentuk karakter.
Apakah strategi yang dilakukan berdampak kepada karakter ataupun tidak.
3. Skripsi saudari Ana Sulistiya Siddik Pakaya Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo
tahun 2016. Dengan judul, Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
Dalam Pembentukan Karakter Peserta didik Di SDN 5 Tilongkabila Kab.
Bone Bolango. Dalam skripsi ini saudari Ana Sulistiya Siddik Pakaya ingin
melihat bagaimana kerja sama antara pemerintah, guru, peserta didik, wali
murid dan masyarakat dalam memberikan pemikiran-pemikiran serta solusi
untuk memecahkan masalah-masalah yang bertujuan untuk mencapai tujuan
pendidikan termasuk dalam pembentukan karakter.
Mencermati ketiga pembahsan skripsi di atas, maka terlihat jelas perbedaan
skripsi yang ditulis oleh Saudari Nurmin Junus, Nangsih Karim Dan Ana
Sulistiya Siddik Pakaya Dan persamaan dari ketiga skripsi tersebut mempunyai
13
tujuan yang sama yakni bagaimana sekolah dan perangkatnya dalam
membentuk Karakter peserta didiknya.
Meskipun sudah banyak skripsi yang membahas tentang pembentukan
karakter, namun terdapat penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu peneliti
dalam hal ini akan membahas tentang keteladanan seorang guru dalam
membentuk karakter. Yakni dengan judul : Efektivitas Keteladanan Guru PAI
Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik Di kelas X SMK Gotong
Royong Kota Gorontalo.
14
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat keteladanan Guru PAI
1. Pengertian Keteladanan Guru PAI
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa “ Keteladanan”
dasar katanya yakni “Teladan” yakni (perbuatan atau barang dan sebagainya) yang
patut ditiru dan dicontoh15, oleh sebabnya “ keteladanan ” merupakan hal-hal yang
patut di tiru dan dicontoh dari seseorang. Sedangkan dalam bahasa arab berasal dari
kata “uswah” dan “Qudwah” kata “uswah”adalah termasuk huruf hamzah, as-sin
dan al-waw. Secara etimologis setiap kata bahasa arab yang terbentuk dari ketiga
huruf tersebut memiliki persamaan arti yaitu: “pengobatan dan perbaikan”.16
Keteladan (uswah) adalah metode pendidikan yang diterapkan dengan memberikan
contoh-contoh (teladan) yang baik berupa perilaku nyata khususnya ibadah dan
akhlak.
Dalam Al-Quran teladan sama dengan Uswah yang kemudian dilekatkan
dengan kata hasanah, sehingga menjadi padanan kata uswatun hasanah yang berarti
keteladanan yang baik. Dalam Al-Quran kata uswatun hasanah dilekatkan kepada
Rosulullah SAW juga dilekatkan pada Nabi Ibrahim AS.17
Jadi keteladanan adalah berbagai hal yang dapat di ikuti, dicontoh oleh
seseorang dari orang lain, baik dalam bentuk perbuatan, ataupun pada ucapannya.
15 Departemen pendidikan dan kebudayaan, kamus besar bahasa indonesia,( Jakarta, Balai
Pustaka), hal. 102. 16 Armai Arief, pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam, (Jakarta pers: 2002), hal
117 17 Abudinnata ,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:PT Logos Wacana Ilmu 2001) hal 95
15
Yang kemudian akan dipraktikannya dalam kehidupan sehari-harinya, olehnya
dalam dunia pendidikan seorang guru punya peran besar untuk memberikan contoh
yang baik kepada peserta didik, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan,
karena anak didik akan mencontoh apa yang di tampilkan dihadapan mereka, untuk
itu seorang guru (terlebih guru PAI) dituntut untuk memberikan cerminan yang baik
kepada peserta didiknya, agar kelak menjadikan mereka menjadi pribadi-pribadi
yang berakhlak mulia, sebagaimana yang diharapkan oleh seluruh orang tua
dirumah dan guru yang berada disekolah.
Sedangkan istilah Guru PAI adalah, seorang Pendidik yang mempunyai
latar belakang pendidikan Agama Islam. Guru memegang peranan strategis
terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan
kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.18 Dalam UU Negara Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa:
“ Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,mengajar, membimbing,(taklim) mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.” Juga Menurut Novan Ardi Wijayani bahwa seorang guru agama Islam
mempunyai kewajiban untuk mendidik kepada anak didiknya dengan tujuan
memberikan pelajaran nilai-nilai agama Islam sehingga nilai-nilai tersebut dapat
tertanam pada diri peserta didik dengan dicerminkan melalui kepribadian dan
tingkah laku sehari-sehari dalam kehidupan di sekolah maupun di masyarakat.19
18 Udin Syaefudin Sa’ud,Pengembangan profesi guru. (Bandung, 2008). hal. 32. 19 Novan Ardy Wijayani, Pendidikan Karakter Berbasis Iman Dan Taqwa.
Yogjakarta Teras.: 2012) hal, 101
16
Pada dasarnya perubahan perubahan perilaku yang dapat ditunjukan oleh
peserta didik harus dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman
yang dimiliki oleh seorang guru. Atau dengan perkataan lain, guru mempunyai
pengaruh terhadap perubahan perilaku peserta didik.Untuk itulah guru harus dapat
menjadi contoh suri teladan bagi peserta didik, karena pada dasarnya guru adalah
representasi dari sekelompok orang pada suatu komunitas atau masyarakat yang
diharapkan dapat menjadi teladan, yang dapat digugu dan ditiru.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tugas, peran
dan tanggung jawab guru begitu banyak yang harus diemban karena
dipundaknyalah semua dibebankan tugas mulia baik sebagai pendidik, pengajar,
agen pembaharuan, pembangunan masyarakat, pembimbing, administator kelas,
demonstrator, mediator, fasilitator, eavaluator, guru sebagai pribadi, dan guru
sebagai psikolog dan sebagainya.20 Sehingga keteladanan guru sangatlah penting
untuk memberikan efek perubahan kepada peserta didiknya.
2. Dasar dan Prinsip – Prinsip Keteladanan
a. Dasar Keteladanan
Dalam kitab suci Al-Quran kata keteladanan di sebutkan dengan kata uswah
yang kemudian diberi sifat dibelakangnya yakni Hasanah yang berarti baik,
sehingga menjadi ungkapan Uswatun Hasanah yang artinya Teladan yang
Baik21.Hal ini menunjukan bahwa Keteladanan mempunyai tempat sandaran yang
kokoh, yang memberitahukan kepada manusia agar menjadi pribadi yang
20Muh. Arif, Pedoman dan acuan guru . (jl. Sultan amai no. 1 kel. Pone kec. Limboto Barat
Kab. Gorontalo ) hal. 7 – 9. 21 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan, hal. 95.
17
berakhlak mulia, sebagaimana yang di teladankan oleh Rosulullah Saw, dan
meneladankannya kepada orang lain. Untuk terciptanya suatu peradaban manusia
yang mengedepankan tindakan-tindakan yang memanusiakan manusia.
b. Prinsip- prinsip Keteladanan
Keteladanan adalah Peniruan tentang suatu aspek yang dihubungkan dengan
aspek lainnya. Sehubungan itu dalam pelaksanaan keteladanan harus diperhatikan
prinsip-prinsip antara lain sebagai berikut :
1. Sejak dini sedini mungkin
Pendidikan agama dan keteladanan dalam keluarga harus
diterapkan sejak dini dengan melihat kebiasaan. Kebiasaan yang
dilakukan oleh orang tua akan mudah tertanam dalam jiwa anak
dan akan lebih muda ditiru, anak pun akan meneladaninya hingga
ia dewasa nanti.
2. Kesinambungan
Keteladanan tidak hanya dilakukan dalam waktu satu hari
atau satu minggu lalu selesai(ditentukan oleh hitungan waktu),
tetapi harus dilakukan secara terus menerus mulai sejak kecil
hingga anak dewasa bahkan sampai meninggal dunia. Apabila
hal itu tidak dilakukan secara kontinuitas akan menimbulkan
keraguan dalam jiwa anak.
3. Konsisten
Dalam memberikan keteladanan kepada anak haruslah
seimbang antara ucapan dengan perbuatan baik hari ini, hari esok
18
bahkan seterusnya. Misalnya orang tua mengajarkan tentang
kejujuran suatu ketika mendengar ibunya berdusta kepada
ayahnya atau sebaliknya, atau salah satu berdusta kepada
ayahnya atau sebaliknya, atau salah satu berdusta kepada orang
lain sekali saja maka itu cukup untuk menyumbangkan nilai-nilai
kejujuran.
4. Ihklas
Pendidikan orang tua yang ikhlas hendaklah berniat semata-
mata hanya kepada allah SWT dalam seluruh pekerjaan edukatif
nya, baik berupa perintah, nasehat, larangan, pengawasan atau
hukuman yang dilakukan. Keikhlasan dan kejujuran dalam
pekerjaan merupakan jalan terbaik kearah kesuksesan didalam
tugas dan keberhasilan anak-anaknya.22
Dan dalam perkembangan waktu yang sejalan saat ini orang tua yang tidak
dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya. Karena itu mereka
melimpahkan pendidikannya kepada orang lain, namun pada dasarnya pelimpahan
tersebut tidak akan dapat mengurangi tanggung jawab orang tua. Mereka akan tetap
memegang tanggung jawab yang awal dan yang terakhir dalam pendidikan sang
anak yakni mempersiapkan agar sang anak beriman kepada Allah dan mempunyai
akhlak yang mulia. Menuntunya untuk mencapai kematangan dalam berfikir dan
keseimbangan psikis, serta mengarahkan anak agar selalu membekali diri dengan
ilmu dan keterampilan yang bermanfaat.
22 Ibid, hal. 95.
19
Orang yang memiliki amanat orang tua untuk mendidik anak itu disebut
sebagai guru. Namun tentunya guru bukan hanya menerima amanat dari orang tua
untuk anaknya, melainkan dari setiap orang yang memerlukan bantuan untuk
mendidiknya sebagai pemegang amanat , guru bertanggungjawab atas amanat yang
diserahkan kepadanya.
Jadi, predikat guru yang melekat pada seseorang didasarkan atas amanat
yang diserahkan orang lain kepadanya, tanpa amanat itu, seorang tidak akan disebut
guru. Dengan kata lainnya, keberadaan seorang guru tergantung pada amanat orang
lain.23
3. Karakteristik Guru Teladan
Seorang Guru teladan harus memiliki karakteristik akida,akhlak serta
perilaku sebagai berikut:24
1. Niatkan ibadah kepada Allah SWT. dengan mengajarkan ilmu. Guru
juga harus memiliki tujuan untuk menyebarkan ilmu dan menghidupkan
akhlak mulia. Di samping itu, guru juga mengharapkan kebaikan yang
berkesinambungan untuk umat ini dengan banyaknya ulama’.
2. Seorang guru tak mengandalkan semata kemampuannya serta usaha
guru belaka dalam belajar mengajar. namun Guru harus berdoa dan
meminta taufik dan hidayah serta pertolongan dari Allah SWT. untuk
pelaksanaan tugas. Karena Allah SWT. adalah sebaik-baiknya penolong
dan pemberi hidayah.
3. Pada saat memberikan pengajaran, guru harus menjaga akhlak beretika
yang baik. serta Jangan cepat marah dan juga harus bisa mengendalikan
emosi ketika marah.
23Ibid, hal. 12. 24 Marno dan M. Idris,Strategi dan Metode Pengajaran,Ar-ruzz Media, Jokjakarta, 2008,
hlm. 29-30
20
4. Guru harus berwibawa, tenang, khusyu serta, rendah diri dan
menunjukkan keuletan agar peserta didik tidak merasa malas atau bosan
dalam belajar dikelas.
5. Guru harus menjadi teladan kepada peserta didik di dalam seluruh
perkataan, perbuatan serta perilaku. Guru haruslah selalu jujur, adil,
berucap yang baik, dan memberikan nasihat juga arahan kepadapeserat
didiknya. serta guru harus komitmen dengan apa yang di perbuat dan
apa yang diucapkan.
6. Guru harus menjaga harga diri. hindari mengulurkan tangan meminta
bantuan kepada orang lain dalam menyelesaikan urusan-urusan pribadi
karena itu akan menghadirkan kehinaan. Merendahkan diri lewat
meminta-minta akan melemahkan ilmu pengetahuan dan bisa
merendahkan derajat yang di miliki oleh seorang guru.
7. Guru harus bisa bersahabat, menjadi mitra belajar disamping menghibur
para peserta didiknya, menyayangi peserta didik seperti anaknya sendiri,
juga adil, bisa memahami apa yang menjadi kebutuhan setiap peserta
didik dan serta berusaha memberikan yang terbaik bagi peserta
didiknya, dan juga membantu peserta didik menuju kedewasaan.
Dan dapat dipahami bahwa profesi keguruan merupakan profesi yang paling
mulia dan agung dibandingkan dengan profesi lain.25berkaitan dengan tugas dan
tanggung jawab seorang guru, diataranya adalah :
1. Guru ialah orang tua didepan murid
Seorang guru akan berhasil melaksanakan tugasnya apabila
mempunyai rasa tanggungjawab dan kasih sayang terhadap muridnya
sebagaimana orang tua terhadap anaknya sendiri.
2. Guru sebagai pewaris ilmu Nabi
25Dr. Abidin Ibn Rusn, Pemikiran Al-Ghazali tentang pendidikan. cet 1, hal. 64.
21
Seorang guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan, baik ilmu dunia
maupun ilmu akhirat. Harus mengarah kepada tujuan hidup muridnya yaitu
mencapai hidup bahagia dunia dan akhirat.
3. Guru sebagai penunjuk jalan dan pembimbing keagamaan murid
Berdasarkan keikhlasan dan kasih sayangnya, guru selanjutnya
berperan sebagai penunjuk jalan bagi murid dalam mempelajari dan
mengkaji pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu.
4. Guru sebagai sentral figur bagi murid
Kepada setiap guru agar senantiasa menjadi teladan dan pusat
perhatian bagi muridnya. Ia harus mempunyai karisma yang tinggi.26
Juga terdapat empat hal yang berkenaan dengan guru yaitu :
1. Seorang guru harus mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi
sehingga mampu menangkap pesan-pesan ajaran, hikmah dan segala
petunjuk dan rahmat dari segala ciptaan tuhan , serta memiliki potensi
batiniah yang kuat sehinggah dia dapat mengarahkan hasil kerja dari
kecerdasan untuk diabdikan kepada tuhan.
2. Seorang guru harus dapat mempergunakan kemampuan intelektual dan
emosional spritualnya untuk memberikan peringatan kepada manusia
lainnya, sehingga manusia-manusia tersebut dapat beribadah kepada
allah SWT.
3. Seorang guru dapat membersihkan diri orang lain dari segala perbuatan
dan akhlak yang tercela.
26Ibid, hal. 64
22
4. Seorang guru harus berfungsi sebagai pemelihara, pembina, pengarah,
pembimbing, dan keterampilan kepada orang-orang yang
memerlukannya.27
4. Model-model Keteladanan Guru
Menurut Ibnu Jama’ah, yang dikutip oleh Abd Al-Amir Syams Ad-Din,
etika pendidik terbagi atas tiga macam, yaitu sebagai berikut28 :
1. Etika yang terkait dengan dirinya sendiri, yait:
a) Memiliki sifat-sifat keagamaan yang baik, misalnya patuh dan tunduk
terhadap hukum Allah SWT. dalam bentuk ucapan dan tindakan, baik
yang wajib maupun yang sunnah; senantiasa terus membaca Al-qur’an,
ber dzikir kepada-Nya baik dengan hati maupun lisan .
b) Memiliki sifat-sifat akhlak yang mulia seperti memperbagus diri dengan
memelihara diri, fokus, rendah hati, menerima apa adanya, zuhud, dan
memiliki daya dan hasrat yang kuat.
2. Etika terhadap peserta didik, yaitu :
a) Sifat-sifat sopan dan santun , yang terkait dengan sifat mulia seperti
diatas.
b) Sifat-sifat memudahkan, menyenangkan, dan menyelamatkan.
3.Etika dalam proses belajar mengajar, yaitu :
a) Sifat-sifat memudahkan, menyenangkan, dan menyelamatkan.
27Abuddin Nata, perspektif islam tentang pola hubungan guru murid, ( Jakarta: PT Grafindo
persada, mei 2001), Cet, 1, hal. 47 28 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, Amzah, Jakarta, 2010, hlm. 98
23
d) Sifat-sifat seni, yaitu seni mengajar yang menyenangkan sehingga peserta
didik tidak merasa bosan berada didalam kelas.
5. Pentingnya Keteladanan Guru
Keteladanan merupakan sebuah keniscayaan dalam perkembangan
hidup manusia, lebih-lebih jika berbicara tentang dunia pendidikan. Orang yang
ingkar terhadap keteladanan berati dia meneladani setan. Orang yang menganut
keteladanan tentu akan paham bahwa keteladanan utama ada pada sosok nabi
Muhammad SAW sebagai teladan Kemanusiaan. Meneladani Nabi merupakan
satu-satunya jalan yang menghantarkan seorang pendidik pada jalur pencerahan.29
Hasan Syarqawi menegaskan bahwa peran Nabi sebagai teladan merupakan
peran utama. Setelah itu, kita boleh melaksanakan peran sekolah dan guru. Guru
pun harus paham bahwa teladan utama baginya adalah Nabi Muhammad SAW.
Setelah itu guru bisa berperan mengajar, membimbing, mengarahkan sebagaimana
Nabi terdahulu membimbing sahabat-sahabatnya. Keteladanan dianggap sebagai
salah satu metode pendidikan yang paling mengahsilkan mutu. Keteladanan adalah
sarana yang paling mendekatkan seseorang pada keberhasilanya.30
Hal ini dikarenakan keteladanan merupakan praktis yang dapat
menumbuhkan konsistensi pada jiwa manusia untuk menjauh dari penyimpangan
dan selalu berpegang dengan amal dan ucapan yang baik.
29 Hasan Syarqawi, Nahwa Tarbiyah Islamiyah, (Alexandrea: Muasasah sabab Al- Jamiah
2003), hal. 183. 30 Muhammad Qutub, Manahij Al- Tarbiyah Al- Islamiyah, hal. 180.
24
Sebagaimana tujuan pendidikan yang tergambarkan dari tujuan pendidikan
Nasional yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang SIKDIKNAS
bahwa :
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam islam tujuan pendidikan secara normatif meliputi 3 aspek kehidupan
yang harus dibina dan dikembangkan, pertama, dimensi spritual yaitu iman, taqwa
dan akhlak (dalam bahasa agama) mulia (yang tercermin dalam ibadah dan
muamalah) dimensi spritual ini tersimpul dalam suatu kata yaitu akhlak (dalam
bahasa agama). Akhlak merupakan alat kontrol psikis dan sosial bagi individu dan
masyarakat. Tanpa akhlak manusia akan berada dalam kumpulan hewan dan
binatang yang tidak memiliki nilai dalam kehidupannya dan rasulullah SAW
merupakan sumber setiap orang untuk meneladani akhlaknya.
Kedua, dimensi budaya, yaitu kepribadian yang mantap dan mandiri,
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dimensi ini secara universal
menitik beratkan pada pembentukan kepribadian muslim sebagai individu yang
diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan faktor dasar (bawaan) dan faktor
ajar(lingkungan) dengan berpedoman kepada nilai-nilai keislaman.
Ketiga, Dimensi kecerdasan yang membawa kepada kemajuan, yaitu
cerdas, kreatif, terampil, disiplin, beretos kerja, profesional, inovatif, dan produktif.
25
Dimensi kecerdasan dalam pandangan psikologi merupakan sebuah proses yang
mencakup tiga proses yaitu analisis, kreatifitas, dan praktis.31
Dengan pengertian dan tujuan pendidikan tersebut, sekiranya dapat
dipahami bahwa pendidikan adalah sebagai wujud transformasi ilmu tidak hanya
sekedar pengetahuan tetapi juga nilai. Nilai dari teori yang disampaikan untuk
diterapkan dalam kehidupan nyata.
6. Kepribadian dan Kriteria Guru Pendidikan Agama Islam
Menjadi seorang pendidik bukan hanya sebagai mentransfer pengetahuan
akan tetapi juga meupakan pembimbing bagi peserta didiknya. Seorang pendidik
dalam mendidik dan membimbing para peserta didik tidak hanya dengan teori yang
disampaikan melainkan juga lewat kepribadiannya atau keteladanannya. Yang
dengan itulah yang akan menentukan sejauh mana ia akan menjadi pendidik dan
pembimbing yang baik bagi peserta didiknya.
Pendidik juga merupakan spirirual father atau bapak rohani bagi seorang
peserta didik. pendidiklah yang memberikan kemaantapan jiwa dengan ilmu,
pendidikan akhlak dan mengarahkannya, serta membimbing maka menghormati
guru berarti mengajarkan anak didik kita, menghargai guru berarti penghargaan
terhadap peserta didik kita, dengan guru inilah peserta didik hidup dan
berkembang.32
Dari uraian di atas dapat di ketahui Bahwa kepriadian guru agama yang akan
hadir dalam tingkah lakunya meliputi cara bagaimana ia berbuat, berpikir, bersikap,
31 Said Agil Husain Al-Anwar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’an Dalam Sistem Pendidikan
Islam, (Jakarta: ciputat Press, 2005), hal. 7-10. 32 moh. Athiyah al-abrasyi, Dasar-Darar Pokok Pendidhkan Islam, Jakarta: Bulan-bintang. 191, hal 136
26
bergaul, berpakaian dan dalam menghadapi suatu persoalan. Misalnya ketika
mengajar didalam kelas juga dalam lingkungan sekolah.
Menurut M. Arifin, guru agama islam aalah orang yang membimbing,
mengarahkan dan membina peserta didik menjadi manusia yang matang dalam
sikap dan kepribadiannya sehingga tergambarlah dalam tingkah lakunya nilai-nilai
agama Islam.
Muhammad Athiyah al-Abrasyi, juga sebagaimana dikutip oleh Samsul
Nizar33,memberikan batasan-batasan mengenai karakteristik guru agama Islam,
yaitu:
a. Memiliki sifat zuhud, yaitu mencari keridaan Allah
b. Bersih fisik dan jiwanya
c. Ikhlas dan tidak riya dalam melaksanakan tugasnya
d. Rersifat pemaaf, sahar, dan sanggun menahan amurah, terbuka, dan
menjaga kehormatan
e. Mencintai peserta didik
f. Menetahui karakter peserta didik
g. menguasai pelajaran yang diberikannya dengan profesional
h.Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi
i. mampu mengelola kelas
Kepribadian seorang pendidik akan mampu menentukan bagi keberkesanan
serta keberhasilannya seseorang pendidik dalam melaksnakan tugasnya.
Kepribadian pendidik, terlebih guru pendidikan agama Islam. tidak hanya menjadi
33 Samsul Nizar. Filsafat Pendidiban Islam (Jakarta: Cinutat Press, 2002), hal 45-16
27
dasar bagi guru untuk berperilaku, tetapi juga akan menjadi model keteladanan bagi
para siswanya dalam perkembangannya. Oleh karennya, kepribadian seorang guru
perlu dibina dan dikembangkan dengan sebaik- baiknya.
Guru-guru terlebih guru pendidikan agama islam, diharapkan mampu
menunjukkan kualitas ciri-ciri kepribadian yang baik, seperti jujur, terbuka
penyayang, penolong penyabar, kreatif, mandiri dan sebagainya.34
Sebagaimana teladan seluruh umat manusia, yakni Nabi Muhammad SAW.
Menjadi guru pendidikan agama islam sudah sewajarnya apabila keguruan dalam
sosok Rosulullah SAW direalisasikan dalam praktik pengajaran disalam linkungan
sekolah.
7 . Syarat-syarat Menjadi Guru
Dalam suatu Lembaga pendidikan formal guru merupakan salah satu faktor
pendidikan yang sangat memiliki peranan penting dalam menentukan segala
aktivitas proses pembelajaran.
Guru merupakan pelaksana dilapangan diamana peserta didik menjadi obyek
pokok dalam satuan pendidikan, Guru lah yang selalu bergaul/berkomunikasi
secara langsung dengan peserta didik .sehingga untuk menjadi seorang guru harus
memiliki persyaratan.
Sebagaimana yang tercantum dalam pasal 42 UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni: a) Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional; b) Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi; c) Ketentuan mengenai kualifikasi pendidikan
34 Thohirin, Paikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Isiam, (Jakarta: Raja Grafindo Persads. 2005) hal 170
28
sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.35
Menurut Daryanto menjadi seorang Guru atau pengajar sebagai jabatan
profesional sangat memerlukan keahlian khusus karena sebagai suatu profesi harus
memiliki syarat selain ijazah. Adapun syarat-syaratguru PAI meliputi:
a) Persyaratan psikis
Yaitu sehat rohani, artinya tidak memiliki kelainan jiwa(schizophreen
manisch depressif), tidak gila (hyperfantasi) dan tidak suka mencuri
(kleptomani).
b) Persyaratan Mental
Yaitu memiliki sifat mental yang baik (hal-hal yangberkaitan dengan
watak dan batin dan tidak bersifat fisik atau tenaga) terhadap profesi
pendidikan, mencintai dan mengabdi serta memiliki dedikasi yang
tinggi pada tugas dan jabatannya.
c) Persyaratan Moral
Yaitu memiliki budi pekerti yang luhur dan memiliki sikap susila yang
tinggi hal ini sangat erat kaitannya dengan nilainilai yang berlaku di
masyarakat terutama tentang sikap, perbuatan dan sebagainya.
d) Persyaratan Intelektual
Yaitu memiliki pengetahuan dan ketrampilan tinggi yang diperoleh dari
lembaga pendidikan dan memberi bekal guna menunaikan tugas dan
kewajibannya sebagai pengajar.36
35 UU tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, 2003), hal.
28. 36 Daryanto dan Muljo Rahardjo. Model Pembelajaran Inovatif. (Yogjakarta:2012
29
Dengan demikian bahwa sifat dan sikap seseorang guru yang baik
adalah menjadikan dirinya sebagai suri teladan bagi peserta didiknya dalam
membentuk manusia yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal saleh, dan
berkarakter.
8. Kompetensi Guru
Guru merupakan seseorang yang memberikan ilmu pengetahuan atau
kecerdasan tertentu kepada seseorang atau sekelompok individu. Olehnya untuk
menjadi seorang guru sudah seharusnya mempunyai keahlian khusus yang melekat
pada dirinya.
Seorang guru harus secara professional dalam mengemban tugasnya, karena
tugas amanah guru disekolah tidak hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan
atau mengajar, namun juga melatih serta membentuk karakter setiap peserta didik.
Untuk itu dalam melaksanakan amanah nya tersebut guru harus mempunyai
kompetensi khusus sebagai modal yang paling mendasar dalam mengemban tugas
dan kewajibannya. Kompetensi yang dimaksud adalah :
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi utama yang harus ada pada guru agar pembelajaran, pengajaran
yang dilakukan efektif dan berjalan dinamis adalah kompetensi pedagogik. Guru
harus benar-benar belajar maksimal untuk menguasai hal ini, secara teori maupun
praktik. karena Dari sinilah, perubahan dan kemajuan akan terjadi dengan pesat
serta produktif. Kompetensi pedagodik ini dalam standar nasional pendidikan,
terdapat pada penjelasan pasal 28 ayat 3 butir (a) adalah kemampuan mengelola
Gava Media), hal 172
30
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.37
2. Kompetensi Kepribadian
Seorang guru dinilai tidak hanya pada aspek keilmuannya semata, akan tetapi
juga dari aspek kepribadian. Mampukah menarik ketertarikan peserta didik dan
memunculkan tampilan optimis dalam menghadapi dan menyelesaikan problem
kehidupan, atau jangan hanya kepribadian yang menjadi tak peduli, tidak optimis,
dan malah pesimis.
Dari sinilah pentingnya kompetensi kepribadian bagi seorang guru untuk
menjadikan pembelajaran berjalan dengan baik. Kompetensi kepribadian ini
merupakan kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru yang melekat
betul. sehingga nilai-nilai luhur sudah harus terpancar dalam perilaku keseharian.
Guru bukan hanya seorang pengajar, pelatih dan pembimbing, namun juga
sebagai cermin tempat mencontoh para peserta didik. Karena pada Hakikatnya
pendidik adalah yang digugu dan ditiru.
Olenya kompetensi kepribadian guru ini sangat penting dan besar pengaruhnya
terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik.
37 Jamal Ma’mur Asmani,7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional, Jogjakarta, 2009, Power Books, hlm. 59)
31
Kompetensi kebribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting
dalam membentuk kepribadian anak, guna dalam menyiapkan sumber daya
manusia (SDM) serta mensejahterakan masyarakat untuk kemajuan suatu bangsa
dan Negara.38
3. Kompetensi Sosial
Kompetens sosial merupkan cara bagaimana guru mampu berkomunikasi dan
bergaul dengan peserta didik, serta masyarakat pada umumnya. Pada kompetensi
sosial terkait dalam kegiatan belajar ini berkaitan sangat erat dengan kemampuan
seorang guru dalam berkomunikasi dengan masyarakat yang ada di sekitar sekolah
serta masyarakat tempat guru tinggal.
Karena misi yang di emban oleh setiap guru adalah misi kemanusiaan. Guru
harus benar-benar mempunyai kompetensi sosial karena guru adalah pencerah
zaman. Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa kompetensi sosial guru merupakan
kemampuan guru untuk memahami dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari masyarakat itu sendiri serta mampu mengembangkan tugasnya sebagai anggota
masyarakat dan warga negara.39
4. Kompetensi Profesional
38E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi guru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
2009, hlm. 117 39 Asmani, Op. Cit, hlm. 141
32
Kompetensi professional merupakan kemampuan seorang guru dalam
menguasai materi pembelajaran dengan luas dan mendalam baik mencakup
penguasaan materi dari kurikulum mata pelajaran yang ada di sekolah dan juga
substansi dari keilmuan secara filosofis.
Kompetensi ini juga biasa disebut dengan penguasaan terhadap sumber bahan
ajar atau bidang studi keahliannya. Menurut Endang Komara, yang dikutip oleh
Jamal Ma’mur Asmani, kompetensi professional adalah kemampuan yang
berhubunagan dengan penyesuaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini sangat
penting sebab, langsung berkaitan dengan kinerja yang akan ditampilkan.40
Dengan keempat kompetensi ini, diharapkan guru menjadi model teladan yang
inspiratif bagi peserta didik dalam membaca dan memaknai nilai kehidupan ini.
Guru diharapkan mampu membangkitkan semangat belajar setiap peserta didiknya,
mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan tidak membosankan,
memberi motivasi besar untuk peserta didik mengembangkan kreativitas dan
produktivitasnya, serta mengaktualisasi secara optimal dalam persaingan
intelektual mereka dalam dunia global.
B. Pembentukan Karakter
Pembentukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu
proses perbuatan. Pembentukan adalah proses, cara, atau perbuatan membentuk
sesuatu. Dalam hal ini bisa di artikan pula membimbing, mengarahkan, dan
mendidik sebagai proses, cara, ataupun perbuatan yang dilakukan dengan cara
membimbing, mengarahkan, dan mendidik.
40 Ibid, hlm.157-158
33
Sedangkan Karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Karakter
menjadi hal yang membedakan manusia dengan mahkluk yang lain. Manusia yang
tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Sehinggah penguatan
pendidikan karakter dalam konteks sekarang menjadi sangat relevan untuk
mengatasi krisis moral, 41
hal ini yang sedang banyak terjadi di sekitar kita. Baik itu dilingkungan sekolah,
keluarga dan masyarakat. oleh sebabnya pendidikan dilingkungan sekolah jangan
hanya mempertajam Intelektual saja, melainkan ada hal lain yang lebih vital untuk
dipersiapkan, yaitu membentuk karakter para peserta didik mengarah kehal-hal
positif, agar menjadikan mereka manusia yang benar-benar memiliki nilai-nilai
kemanusian, bukan seperti manusia yang disebutkan oleh Syamsul
Kurniawan,M.S.I, di atas.
1. Pengertian Karakter
Dalam Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Karakter adalah
sifat-sifat kejiawaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang
dari yang lain.42 Namun karakter berbeda dengan kepribadian, karena
pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai.
Meskipun demikian baik kepribadian maupun karakter berwujud tingkah
laku yang ditunjukan kelingkungan sosial.
41Syamsul Kurniawan,M.S.I, Pendidikan Karakter, Konsepsi dan Implementasinya Secara Terpadu Dilingkungan Keluarga, Sekolah,Perguruan Tinggi Dan Masyarakat.(Yokyakarta : 2013) hal, 7 42 Departemen Pendidikan Nasional, kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2011), hal. 623
34
Karakter juga menurut pusat bahasa Depdiknas Adalah Bawaan hati,
jiwa, kepribadian, akhlak mulia, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
temperamen, watak. Adapun berkarakter adalah berkepribadian,
berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Individu yang berkarakter
baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal hal yang
terbaik terhadap Tuhan yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan,
bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan
mengoptimalkan potensi(pengetahuan) dirinya dan disertai dengan
kesadaran, emosi dan motivasinya.43 Inilah karakter, jika dia benar-benar
tertanam dalam jiwa seseorang individu maka damailah suatu bangsa pada
umumnya.
Sementara itu, istilah yang dalam bahasa Inggris character, berasal
dari istilah Yunani, character dari kata charassein yang berarti membuat
tajam atau membuat dalam. Karakter juga dapat berarti mengukir. Sifat
utama ukiran adalah melekat kuat diatas benda yang diukir.44 Dari sanalah
yang kemudian berkembang devinisi karakter yang diartikan sebagai tanda
khusus atau pola perilaku.
Hal yang sama juga diuraikan Lorens Bagus yang mendefinisikan
karakter sebagai nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang mencakup
perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan,
kecendurungan, potensi, nilai-nilai,dan pola-pola pemikiran, atau
43 Prof. H. Pupuh Fathurrohman, Dr. AA suryana, MM Dan Fenny Fatriany,SH., M. Hum,
Pengembangan Pendidikan Karakter, (Bandung: April 2003), hal. 17 44 Syamsul Kurniawan,M.S.I, Op cit, hal, 28
35
menurutnya suatu kerangka kepribadian yang relatif mapan yang
memungkikan ciri-ciri semacam ini mewujudkan dirinya.45
Karakter seseorang terbentuk karena kebiasaan yang dilakukan, sikap
yang diambil dalam menanggapi keadaan, dan kata-kata yang diucapkan
kepada orang lain. Karater ini pada akhirnya menjadi sesuatu yang
menempel pada seseorang dan sering orang yang bersangkutan tidak
menyadari karakternya. Orang lain biasanya lebih mudah untuk menilai
karakter seseorang.46
Senada dengan hal ini, menurut Bije Widjajanto, kebiasaan seseorang
terbentuk dari tindakan yang di lakukan setiap hari. Tindakan-tindakan
tersebut pada awalnya disadari dan disengaja, tetapi karena begitu seringnya
tindakan yang sama dilakukan maka pada akhirnya sering kali kebiasaan
tersebut mejadi refleks yang tidak disadari oleh yang bersangkutan dan dari
keinginan yang terus menerus itu akhirnya apa yang diinginkan tersebut
akan dilakukan.47
Sedangkan Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif
sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku),
individu yang berkarakter baik dan unggul adalah individu yang selalu
melakukan yang terbaik bagi dirinya dan lingkungannya serta membawa
kemuliaan bagi dirinya sendiri. Karakter tidak datang tiba-tiba dengan
45Ibid, hal 28 46 Syamsul Kurniawan,M.S.I,Op cit, hal, 29 47 Lihat Bije Widjajanto, Dapatkah Karakter Seseorang Berubah, ?? “ www.
Bijewi.blogspot.com di akses tanggal 7 Februari 2018, pukul 17.40
36
sendirinya, melainkan dibentuk, ditumbuhkembangkan, serta dibangun
secara sadar matang dari adanya motivasi yang tinggi dari dalam diri.48
Sebagaimana istilah karakter dalam terminologi Islam lebih dikenal
dengan akhlak, untuk itu, struktur akhlak (karakter Islami) harus
bersendikan pada nilai-nilai kemanusian dan berlandaskan pada ilmu
pengetahuan, pembentukan karakter perlu diawali dengan ( pengetahuan)
teori. Pengetahuan tersebut bisa bersumber pengetahuan Agama, sosial dan
budaya.49
Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwa karakter
identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku
manusia yang Universal meliputi seluruh aktivitas manusia dalam
berhubungan denga Tuhannya, dirinya, dengan sesama manusia maupun
dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma Agama, hukum, tata
krama, budaya dan adat istiadat.50
Jadi karakter peserta didik merupakan suatu hal yang berkualitas jika
dia benar-benar mempunyai sifat rasa yang baik menurut Aturan yang
berlaku, baik itu aturan Agama, pancasila, budaya dan tujuan dari lembaga
pendidikan. Yang dapat dijadikan sebagai hasil dari pengalaman belajar
peserta didik.
Syaiful Sagala. 2013. Etika & Moralitas Pendidikan Peluang dan Tantangan. Jakarta:
Kencana, h. 290-291 Prof. H. Pupuh Fathurrohman, Dr. AA suryana, MM Dan Fenny Fatriany,SH., M.
Hum,Opcit, hal, 18 50 Ibid,hal 18
37
Dengan demikian jika dikaitkan dalam dunia pendidikan, bisa di
ketahui bahwa pendidikan karakter adalah segala upaya yang dilakukan
guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu
membentuk watak peserta didik, hal ini mencakup keteladaan bagaimana
perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana
guru bertoleransi dan berbagai hal yang terkait lainnya.
Jadi pendidikan karakter dalam kaitannya merupakan suatu hal yang
sangat urgen dalam menciptakan individu-individu yang mampu membawa
bangsa ini terus maju dan dalam hal ini seorang Pendidik juga merupakan
figur yang menjadi penting untuk menjadikan Peserta Didiknya menjadi
manusia yang Berbudi Pekerti yang mulia.
Baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat bahkan dunia
sekalipun. Untuk itu pentingnya seorang Pendidik memberikan suri
tauladan yang baik kepada Peserta Didiknya. Agar kelak mejadikannya
manusia yang bisa berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Sehingga dari penjelasan tersebut dapat dipahami, bahwa untuk
mempengaruhi karakter seorang peserta didik yakni mencakup keteladanan guru
dalam bersikap, cara guru berbicara, cara guru bertindak dikelas dan hal-hal yang
erat kaitannya dengan keteladanan, oleh sebabnya untuk menghasilkan sumber
daya manusia yang baik diperlukanlah seorang guru yang mampu menjaga dirinya,
berkarakter positif . karena dalam membentuk karakter seorang peserta didik
bukanlah perkara muda melainkan adalah sebuah tanggung jawab besar terlebih di
era modern saat ini.
38
2. Dasar Pembentukan Karakter
Dasar Pendidikan Karakter sangat identik dengan ajaran setiap Agama
dan Budaya Bangsa. Adapun yang menjadi landasan hukum pembinaan
karakter adalah :
a. Undang-undang Dasar 1945
b. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
c. Permendiknas No. 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kepeserta
didikan
d. Permendiknas No.22 Tahun 2006 Tentang Standar isi
e. Permendikna No. 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi
f. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
g. Renstra Kemendiknas Tahun 2010-2014
Namun bagi umat islam, sumber pendidikan karakter menurut Visi
Islam adalah sebagai berikut:
a. Kitab Suci Al-Quran
Bagi umat Islam Kitab suci Al-quran merupkan falsafah hidup Muslim,
yang berisi tentang ajaran Islam yang universal baik dalam bidang akida,
syariah, ibadah, akhlak (bahasa dalam islam), maupun muamalah.
b. Sunnah (Hadits) Rasulullah SAW
Bagi umat Islam Nabi Muhammad SAW. Merupakan Rasul Allah yang
terakhir yang segala berasal dari beliau harus dijadikan panutan. Hal ini
39
dikarenakan Nabi Muhammad SAW. Senantiasa dibimbing oleh Allah
SWT.
Inilah dua kitab Dalam keyakinan kita sebagai seorang Muslim, yang harus
benar-benar tertanam dalam jiwa kita, dan patut kita untuk mengambil pelajaran
dari kedua kitab ini. Karena hanya dengan mengamalkan dua isi kitab ini, maka kita
tidak akan tersesat dalam menjadi hidup
3. Tujuan Pembentukan Karakter
Pendidikan sebagai salah satu aktivitas setiap manusia tentunya
mengharuskan akan adanya tujuan yang dicapai dari pelaksanaan proses
pendidikan itu sendiri . Sebagaiman Allah SWT menciptakan Setiap makhluknya
dimuka bumi ini, tentulah punya maksud dan tujuan tertentu. Sebagaimana Allah
SWt menciptakan Manusia yakni hanya untuk menyempurnakan ibadah kepada
Allah SWT semata.
Sehingga Islam melarang setiap pengikutnya melaksanakan sesuatu hal
yang tanpa adanya kejelasan tujuan ataupun melakukan sesuatu perbuatan dengan
sia-sia. Karena setiap perbuatan seseorang hamba harus memiliki tujuan, yang
dengannya tujuan itu akan terlaksana.
Begitupun dalam kaitannya dengan pembentukan karakter peserta didik
yang menjadi tujuan dari setiap lembaga pendidikan, lewat pembinaan pendidikan
karakter dan bangsa yang menurut menurut Hasan memiliki lima tujuan: Pertama,
mengembangkan potensi kalbu atau afektif peserta didik sebagai manusia dan
warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa. Kedua, mengembangkan
perilaku dan kebiasaan peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan kebaikan
40
universal dan budaya bangsa yang religius. Ketiga, menanamkan jiwa
kepemimpinan dan tanggung jawab kepada bangsa. Kempat, kreatif, berwawasan
kebangsaan. Kelima, mengembangkan lingkungan sekolah yang aman, jujur, penuh
kreativitas dan tanggung jawab kepada bangsa.51
Berdasarkan beberapa uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa tujuan pendidikan karakter tidak akan keluar dari tujuan pendidikan secara
umum. Bahkan dari tujuan pendidikan secara umum telah mencangkup pendidikan
karakter itu sendiri.
Sehingganya pendidikan karakter haruslah memiliki tujuan yang lebih
spesifik lagi, yakni, harus menjadikan nilai-nilai kebaikan sebagai sesuatu yang
harus melekat pada setiap pihak yang ikut terlibat dalam proses kependidikan,
dimulai dari pendidik, peserta didik, tenaga kependidikan, birokrasi lembaga
pendidikan, dan lingkungan masyarakat umumnya.
Pada hakikatnya Tujuan pendidikan karakter intinya bertujuan membentuk
anak bangsa yang berakhlak mulia, bermartabat, tangguh, berjiwa patriotik,
kompetitif, outputnya pada ilmu pengetahuan dan kemampuan mengontrol
teknologi sesuai dengan hakikat nilai-nilai karakter itu sendiri serta mempunya
iman dan takwa kepada Allah SWT serta landasan Negara kita Pancasila.
51 Hasan, Said Hamid, et.el, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,
(Jakarta: Kentrian Pendidikan Nasional Badan Penulisan dan Pusat Pengembangan Kurikulum, 2010), hal 8
41
4. Komponen-Komponen Pembentuk Karakter
Thomas Lickona menyatakan bahwa karakter terbentuk dari tiga macam
bagian yang saling berkaitan, yaitu:
1) Pengetahuan Moral (Moral Knowing)
Ada banyak ragam pengetahuan moral yang dapat seseorang bisa
manfaatkan ketika berhadapan dengan tantangan-tantangan moral
dalam hidup. Enam pengetahuan moral berikut diharapkan dapat
menjadi tujuan pendidikan karakter, penjelasannya adalah sebagai
berikut:
a) Kesadaran Moral
Kegagalan moral yang sering terjadi pada diri manusia dalam semua
tingkatan usia adalah kebutaan terhadap moral, ini kondisi di mana
orang tak mampu melihat bahwa situasi yang sedang ia
hadapi melibatkan masalah moral dan membutuhkan pertimbangan
yang lebih jauh. Atau dengan kata lain, kesadaran moral berarti
seseorang menyadari ada hukum moral yang akan mengatur
kehidupannya.
b) Mengetahui Nilai-nilai Moral
Nilai moral seperti menghormati kehidupan dan kemerdekaan,
bertanggung jawab terhadap orang lain, kejujuran, keadilan, toleransi,
sopan santun, disiplin diri, integritas, belas kasih, kedermawanan, dan
keberanian adalah faktor penentu dalam membentuk pribadi yang baik.
42
c) Pengambilan Prespektif
Pengambilan prespektif adalah kemampuan untuk mengambil sudut
pandang orang lain, mampu melihat dari sudut pandang orang lain, serta
membayangkan bagaimana mereka akan berpikir, dan merasa.
d) Penalaran Moral
Penalaran moral ialah mampu memahami makna sebagai orang yang
bermoral dan mengapa seseorang harus bermoral.
e) Membuat Keputusan
Mampu memikirkan langkah apa yang mungkin akan diambil oleh
seseorang yang sedang menghadapi persoalan, moral disebut sebagai
keterampilan pengambilan keputusan yang sangat reflektif.
f) Memahami Diri Sendiri
Memahami diri sendiri merupakan pengetahuan dari moral yang
paling sulit untuk dikuasai, akan tetapi penting bagi pengembangan
karakternya. Dan untuk menjadi orang yang bermoral diperlukan
kamampuan untuk mengulas perilaku dirinya sendiri dan
mengevaluasinya secara kritis.
2) Perasaan Moral (Moral Feeling)
Adalah pengetahuan mengenai hal yang besar tidak menjamin
seseorang akan bertindak benar. Seseorang bisa saja sangat pandai
menentukan mana yang benar atau salah dan tetap memilih yang salah.
Untuk itu, selain pengetahuan moral, diperlukan juga perasaan moral.
Beberapa aspek moral emosional yaitu:
43
a) Hati Nurani
Hati nurani memiliki dua sisi, yaitu sisi kognitif dan sisi emosional.
Sisi kognitif akan menuntun seseorang dalam menentukan yang
benar,dan salah sedangkan sisi emosional menjadikan seseorang
merasakan berkewajiban untuk melakukan hal yang benar.
b) Penghargaan Diri
Pada suatu kondisi jika seseorang menghargai dirinya sendiri, maka
pastinya ia akan menghormati dirinya sendiri. Maka dengan demikian,
sangat kecil kemungkinan bagi seseorang tersebut untuk mengganggu
kondisi membiarkan orang lain merusaknya.
c) Empati
Empati merupakan kemampuan mengenali atau merasakan suatu
kondisi yang sedang dialami oleh orang lain. Empati merupakan sisi
emosional orang lain dari pengambilan pemahamannya.
d) Mencintai Kebaikan
Jika seseorang mencintai kebaikan, maka mereka akan selalu senang
melakukan kebaikan itu. sebab Cinta akan melahirkan hasrat yang besar,
dan bukan hanya kewajiban.
e) Kontrol Diri
Emosi merupakan saat dimana seseorang dihanyutkan akalnya.
Olehnya mengapa kontrol akan diri merupakan pekerti moral yang
terpenting.
44
f) Kerendahan Hati
Kerendahan hati adalah bagian dari pemahaman seseorang pada
dirinya. Suatu bentuk keterbukaan yang murni terhadap suatu kebenaran
sekaligus kehendak untuk melakukan sesuatu demi memperbaiki
kegagalannya.
3) Tindakan Moral (Moral Acting)
Tindakan moral merupakan produk dari dua bagian karakter yang
lainnya. Jika seseorang memiliki kualitas dari moral intelektual dan
emosional, mereka dapat memiliki kemungkinan membuat tindakan
yang menurut pengetahuan serta perasaan mereka adalah tindakan yang
benar. Namun dipihak lain terkadang seseorang itu bisa berada pada
yang mana mereka mengatahui apa yang harus mereka lakukan, bisa
merasa harus melakukannya, akan tetapi masih belum bisa mengartikan
perasaan dan pikiran tersebut dalam tindakan.
Dan agar dapat memahami sepenuhnya semua itu yang
menggerakkan seseorang sehingga dapat melaksanakan tindakan yang
bermoral itu, seseorang perlu melihat lebih jauh lagi dalam tiga aspek
karakter yaitu:
a) Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan untuk mengubah pertimbangan-
pertimbangan dan perasaan moral itu ke tindakan moral yang efektif.
Untuk dapat menyelesaikan konflik secara adil.
45
b) Kehendak
Pada situasi-situasi moral tertentu, membuat pilihan moral
biasanya merupakan hal yang cukup sulit. Kehendak menjadi
kebutuhan untuk menahan ajakan, bertahan dari tekanan lingkungan
teman, dan melawan arus negatif. Karena Kehendak ialah inti
keberanian moral.
c) Kebiasaan
Di banyak kondisi, kebiasaan menjadi faktor pembentuk
perilaku moral. William Bennet berkata bahwa orang-orang yang
memiliki karakter positif bertindak sungguh-sungguh, loyal, berani,
berbudi serta adil tanpa banyak tergoda oleh hal-hal sebaliknya.
Mereka melakukan hal yang benar karena kebiasaan.52
5. Proses Pembentukkan Karakter
Secara teori proses pembentukkan karakter anak harus dimulai sedini mungkin
bahkan sejak anak itu dilahirkan. Karena berbagai pengalaman yang dilalu oleh anak
semenjak perkembangan pertamanya mempunyai pengaruh yang besar. Barbagai
pengalaman ini pengaruh dalam mewujudkan apa apa yang dinamakan dengan karakter diri
secara utuh.53
Oleh karena nya, jika sejak kecil seorang anak sudah dibiasakan untuk mengenal
karakter positif. Maka perlahan ia akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, percaya
diri dan empati. Sehingga anak akan merasa kehilangan jika dia tidak melakukan kebiasaan
52 Thomas Lickona, Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik, penerjemah: Lita S, (Bandung: Nusa Media, 2013), hal. 72-87
Arismantoro, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter (Yogyakrta: Tiara Wacana, 2008.) h. 124
46
baiknya tersebut. Itulah sebabnya dalam tahap pembentukkan karakter sangat diperlukan
perhatian yang lebih pada pendidikan.
Adapun dalam proses pembentukkan karakter tidak terjadi dengan sendirinya,
melainkan disebabkan dari lingkungan sekitarnya. sebagaimana Mulyasa54 mengemukakan
yakni pendidikan karakter memiliki makna yang lebih tinggi dari pendidikan moral itu
sendiri, karena pendidikan karakter tidak hanya sekedar membahas sesuatu yang berkaitan
dengan masalah benar dan salah,
Akan Tetapi bagaimana menampakkan kebiasaannya mengenai hal-hal yang baik
dalam kehidupannya, sehingga ia akan memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi,
juga kepedulian untuk menerapkan kebijakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian uraian diatas, karakter merupakan sifat ataupun watak yang
terlebi dahulu hadir dalam diri setiap anak, bahkan sudah menjadi sifat bawaannya dalam
merespon suatu kondisi yang berada disekitar lingkungan hidupnya, sehingga pendidikan
karakter sangat berperan penting.
Dalam dunia Islam, pendidikan karakter secara teori sebenarnya sudah lebih dulu
hadir sejak lama diturunkan ke dunia, berjalan dengan di utus-Nya Nabi Muhammad Saw,
yang tujuannya untuk memperbaiki serta menyempurnakan akhlak (dalam bahasa agama)
setiap manusia.
Dalam Islam sendiri mengajarkan tidak hanya menekan pada aspek keimanan,
ibadadah, dan mua’malah, tetapi juga mengajarkan kepada kita manusia tentang budi
pekerti yang baik atau akhlak dalam bahasa agama Islam.
54 E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) h. 3
47
Juga sebagaimana Menurut Anis Matta55 ada beberapa kaidah pembentukkan
karakter sebagai berikut :
1. Kaidah kebertahapan. Artinya proses perubahan, perbaikan dan
pengembangan harus dilakukan secara bertahap, seorang anak dalam hal ini
tidak bisa dituntut untuk berubah sesuai yang diinginkan secara tiba-tiba dan
instan. Namun ada tahapan-tahapan yang harus dilalui dengan sabar dan tidak
terburu-buru. Adapun oreintasi pada tahap ini terletak pada proses dan bukan
pada hasil.
2. Kaidah kesinambungan. Artinya perlu adanya latihan yang dilakukan secara
terus-menerus.
3. Kaidah momentum. Artinya mempergunakan berbagai momentum peristiwa
untuk fungsi pendidikan dan latihan.
4. Kaidah motivasi Intrinsik. Artinya karakter anak akan terbentuk secara dan
sempurna jika didorong oleh keinginan sendiri bukan paksaan dari orang lain.
Kaidah pembimbing. Artinya perlunya bantuan orang lain untuk mencapai
hasil yang lebih baik daripada dilakukan seorang diri.
Artinya berdasarkan uraian diatas, dapat di tarik simpulan bahwa salah
satu pendukung pembentukkan yaitu kaidah karakter itu sendiri, untuk
menginginkan sesuatu karakter yang baik maka kita harus mempunyai aturannya
ataupun pedoman sehingga perkembangannya juga menjadi teratur.
Dalam teorinya Pembentukkan karakter diklasifikasikan dalam 5 tahapan yang
berurutan dan sesuai usia:
55 Muhammad Anis Matta, Membentuk Karakter Islami (Jakarta: Al-I’tishom Cahaya
Umat 2003) h. 67-80
48
1. Tahap pertama adalah membentuk adab,sopan dan santun antara usia 5-6
tahun.
2. Tahap kedua adalah melatih tanggung jawab diri anak, antara usia 7-8 tahun.
3. Tahap ketiga adalah membentuk sikap kepedulian kepada dirinya atau orang
lain, antara usia 9-10 tahun.
4. Tahap keempat adalah membentuk kemandirian dirinya, antara usia 11-12
tahun.
5. Tahap kelima adalah penanaman pentingnya bermasyrakat atau bersosialisasi,
nularkan karakter baik kepada orang lain usia 13 tahun keatas.56
6. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan
yang menjadi nilai dasar karakter bangsa, kebajikan yang menjadi atribut suatu
karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu, pendidikan karakter pada
dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau
ideologi bangsa, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam pendidikan
nasional.
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di indonesia di
identifikasikan berasal dari empat sumber, pertama agama, masyarakat indonesia
merupakan masyarakat beragama, oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat,
dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaan.
Kedua, Pancasila, Negara kesatuan Rebuplik Indonesia ditegakkan atas
prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut pancasila.
56 Jamal Ma’mur Asman, Buku Banduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah
(Yogyakarta: Diva Press, 2011.) h. 89-94
49
Pancasila terdapat pada pembukaan UUD 1995 yang dijabarkan lebih lanjut
kedalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945.
Ketiga, budaya. Sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang
hidup bermasyarakat yang tidak didasari nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat
tersebut. Nilai budaya ini jadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu
konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat tersebut.
Keempat, tujuan pendidikan nasioanal. Undang-undang Rebuplik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU
Sikdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional yang harus dalam
digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan Indonesia. Pasal 3 UU
Sikdiknas menyebutkan:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta perbedaan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tujuan pendidikan nasional sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki
setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan
diberbagai satuan pendidikan diberbagai jenjang dan jalur.57
Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut, terindikasi sejumlah nilai -nilai
karakter, sebagai berikut58:
57 Dr. Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter”Konsep dan Aplikasinya dalam lembaga
pendidikan, (Bengkulu : 2011), hal. 72-76 58 Said Hamid Hasan dkk,Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter, dalam
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakte”Konsep dan Aplikasinya dalam lembaga pendidikan, (Bengkulu : 2011), hal.74-75
50
1. religius, sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lainnya. Dan
hidup rukun dengan pemeluk agama yang lain.
2. Jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.
3. Toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang bereda dengan dirinya.
4. Disiplin, tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5. Kerja keras, perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas.
6. Kreatif, berpikir dan melakukan sesuatu untuk melakukan sesuatu yang
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis, cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tau, sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya.
10. Semangat kebangsaan, cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
51
11. Cinta tanah Air, cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukan
kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai prestasi, sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/komunikatif, tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai, sikap perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca, kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan, sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan berupaya memperbaiki.
17. Peduli sosial, sikap dan tindakan yang ingin selalu memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab, sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
kewajibannya, yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan, Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah pengetahuan berbagai metode yang digunakan
dalam peneletian. Metode penelitian pada dasarnya merupakan suatu metode ilmiah
yang diartikan sebagai suatu cara yang dirancang serta diarahkan guna
memecahkan suatu masalah yang dihadapi, yang dilakukan secara ilmiah,
sistematis dan logis dengan menempuh suatu langkah-langkah tertentu.59
Pada pembahasan ini diuraikan hal-hal yang berhubungan dengan metode
penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam rangka pelaksanaan penelitian.
Langkah ini sangat terkait dengan proses ilmiah, karena hal ini mengacu pada
penelitian yang ilmiah. Adapun langkah-langkah metode penelitian yang digunakan
akan sebagai berikut60 :
A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.
Penelitian ini digolongkan sebagai jenis penelitian lapangan dan termasuk dalam
penelitian murni atau pure research . Maksudnya penelitian ini dilakukan dengan
terjun langsung kelapangan, seperti dilakukan dilingkungan masyarakat, lembaga-
lembaga dan organisasi kemasyarakatan, lembaga pendidikan baik formal maupun
non formal. 61 Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan di SMK Gotong
Royong Kota Gorontalo.
49Nazar Bakri,Praktis dan Metodologi Penelitian,.. cet ke. 1, hal. 3.
60 Ibid, hal. 1. 61 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta, PT Rineke Cipta, 2010), hal.
5
53
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
psikologi pendidikan dan Pendekatan Dari segi Agama. Untuk melihat tingkah laku
dari para peserta didik pada kesehariannya dalam lingkungan sekolah. Kemudian
pendekatan dari segi agama, yakni dimana manusia menurut sifat hakikinya adalah
mahluk beragama (homo religius) yaitu mahluk yang mempunyai fitrah untuk
memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama,
B. Kehadiran Peneliti
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah manusia. Untuk memperoleh data
sebanyak mungkin dan mendalam, peneliti langsung hadir ditempat penelitian yang
berada di SMK Gotong Royong Kota Gorontalo .
Kemudian dalam melakukan sebuah penelitian, sudah hal yang wajar
peneliti harus hadir dalam proses penelitian tersebut, karena peneliti merupakan
subyek utama dalam sebuah penelitian. Sehingga maksud kehadiran peneliti
menjadi faktor utama, karena penelitilah yang berperan aktif dalam penelitian
tersebut.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SMK Gotong Royong Kota Gorontalo, Sekolah yang
dulunya dikenal dengan SMK pertanian, beralamat di kelurahan hulawa,kecamatan
kota tengah, kabupaten Gorontalo. Tempat penelitian ini didasarkan oleh
pertimbangan jarak lokasi penelitian dengan tempat tinggal peneliti relatif tidak
jauh.
Menghemat biaya dan peneliti mengenal beberapa guru yang ada disekolah
SMK Gotong Royong ini, sehingga memudahkan peneliti mengumpulkan data.
54
D. Sumber Data
Yang Dimaksud dengan sumber suatu data disini adalah, Subyek dan Objek
darimana data diperoleh.62yaitu dari SMK Gotong Royong Kota Gorontalo, ialah :
1. Data Primer: yaitu data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara
langsung dengan yang menjadi Objek penelitian yang berpedoman pada
instrumen pertanyaan yang telah disiapkan.
2. Data Sekunder : yaitu data yang berbentuk dokumen-dokumen, jurnal-
jurnal dan sebagainya yang dapat menunjang penelitian.
E. Subjek dan Objek Penelitian
1. Kepala sekolah SMK Gotong Royong Kota Gorontalo. Dalam hal ini
kepala sekolah dijadikan sumber untuk mengambil informasi mengenai
perjalanan dan perkembangan di SMK Gotong Royong Kota Gorontalo.
Baik dalam Hal kurikulum, pengawasan, dan keadaan murid-murid
yang berada di lingkungan sekolah.
2. Guru Pendidikan Agama Islam di SMK Gotong Royong Kota
Gorontalo. Yakni dalam hal ini guru sebagai sumber untuk mengetahui
keadaan yang ada dan sering terjadi pada saat pembelajaran
berlangsung. Serta guru inilah yang menjadi contoh bagi murid-
muridnya selama berada dilingkungan sekolah. Untuk itulah guru
(khusus Guru PAI) menjadi sumber informasi yang mendetail mengenai
keadaan murid-murid di SMK Gotong Royong Kota Gorontalo
62 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi. Cet
VIII (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1999), h. 102.
55
3. Staf dewan guru juga menjadi sumber infomasi untuk mendapatkan
data-data yang diperlukan mengenai proses keteladanan guru PAI dalam
membentuk karakter peserta didik.
4. Peserta didik SMK Gotong Royong Kota Gorontalo. Peserta didik
sebagai subjek yang akan diamati dalam proses penteladanan
dilingkungan sekolah.
F. Tehnik Pengumpulan Data
1. Library research yaitu suatu cara pengumpulan yang membaca dan
memahami secara langsung buku-buku atau teks yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian dengan menggunakan tehnik:
a. Kutipan langsung yaitu dimana penulis membaca literatur kemudian
mengutip dari teks tersebut tanpa mengubah teks aslinya.
b. Kutipan tidak langsung yaitu, penulis membaca berbagai literatur
yang dinilai berkaitan dan menunjang denga permasalahan yang
dibahas dalam penelitian. Kenudian menarik iktisar dari hasil bacaan
dengan merubah kalimat aslinya.
2. File research yaitu suatu cara pengumpulan data dimana penulis
langsung meneliti kesubjek dan objek penelitian untuk memperoleh data
dengan menggunakan beberapa tehnik di antaranya:
a. Interviuw, yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya
langsung kepada responden.63wawancara dilakukan dengan
mendalam kepada responden yaitu guru dan peserta didik di SMK
63 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, hal.192
56
Pertanian Kota Gorontalo. Dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan terstuktur.
b. Observasi, yaitu suatu pengamatan yang khusus dan pencatatan
yang sistematis ditujukan pada satu atau beberapa fase masalah
dalam rangka penelitian.64observasi dalam penelitian ini dilakukan
kelas X SMK Gotong Royong kota gorontalo. Observasi yang
dilakukan untuk memperoleh data tentang efektivitas keteladanan
seorang guru kepada murid-murid dilingkungan sekolah SMK
Gotong Royong Kota Gorontalo, serta metode penunjang yang
dilakukan oleh guru dalam usaha membentuk karakter peserta didik,
serta kondisi sekolahnya.
c. Dokumentasi
Tehnik dokumentasi ialah cara mengumpulkan data melalui
peninggalan seperti Arsip-arsip juga termasuk buku-buku yang
mengandung teori, dalil dalil , hukum-hukum dan lain sebagainya
yang ada hubungannya denga masalah penelitian.65
Adapun hal-hal yang ingin didapatkan dari metode
dokumentasi ini yakni, profil sekolah, struktur organisasi (baik
ekstra maupun intra), struktur komite sekolah, visi dan misi sekolah,
sarana prasarana sekolah, keadaan dan jumlah peserta didik(islam
64 Ibid hal. 87. 65 S. Margono,Metodologi penelitian Pendidikan, (Bandung PT Remaja Rosdakarya,
2010), hal, 38.
57
maupun non islam), guru, karyawan, dan jadwal pembelajaran juga
kegiatan sekolah.
G. Tehnik Analisis Data
Data yang bersifat kualitatif yang dimaksud adalah menghubungkan
antara kerangka teori dengan kenyataan yang ada. Kenyataan tersebut dapat
dipahami melalui bermacam-macam kegiatan yang ada hubungannya
dengan keteladanan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam proses
pembiasaan keteladanan pada peserta didiknya.
Analisis data yang dilakukan menggunakan analisis data kualitatif model
alir (flow model) yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan suatu kegiatan proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan pengabstrakan dan
transformasi data mentah yang didapat dari catatan-catatan tertulis di
lapangan. Reduksi data dimulai pada awal kegiatan penelitian sampai
diajukan selama kegiatan pengumpulan data dilaksanakan. Peneliti harus
membuat ringkasan, menelusuri tema, membuat gugus-gugus dan
menulis memo.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan proses penyusunan informasi secara
sistematis dalam rangka memperoleh kesimpulan sebagai temuan
penelitian. Di dalam penelitian ini data yang didapat berupa kalimat,
kata-kata yang berhubungan dengan fokus penelitian, sehingga sajian
58
data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun secara sistematis
yang memberikan kemungkinan untuk ditarik kesimpulan.
3. Verifikasi/Penarikan Kesimpulan
Pada saat kegiatan analisis data yang berlangsung secara terus-
menerus selesai dikerjakan, baik yang berlangsung di lapangan maupun
setelah selesai di lapangan, langkah selanjutnya adalah melakukan
penarikan kesimpulan. Untuk mengarah pada hasil kesimpulan ini
tentunya berdasarkan dari hasil analisis data, baik yang berasal dari
catatan lapangan observasi maupun dokumentasi.66
H. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data merupakan teknik yang digunakan agar
kualitatif dapat dipertanggungjawabkan secara penelitian ilmiah.
Penggunaan cara trianggulasi adalah teknik yang pemeriksaan keabsahan
temuannya yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan
pengecekan atau pembanding data tersebut. trianggulasi data dibedakan menjadi 4
macam yakni :
a. Trianggulasi sumber
b. Trianggulasi metode
c. Trianggulasi peneliti
d. Trianggulasi teori67
66 Miles dan M.B. Huberman, Analisis Data Kualitatif, Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi
Rohidi, (Jakarta: UI Press, 1992), hal. 18 67Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya 1994),
hal. 178.
59
Adapun bentuk trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari, trianggulasi sumber dan trianggulasi metode. pada trianggulasi sumber
pengecekan data dilakukan dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan
data hasil wawancara. Sedangkan trianggulasi metode ditempuh dengan cara
mengecek kebenaran data yang diperoleh melalui tehnik pengumpulan data yang
lainnya, ataupun membandingkan perspektif seseorang dengan orang lain.
60
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gambaran umum Lokasi penelitian
1. Sejarah berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan Gotong Royong Kota
Gorontalo
SMK Gotong Royong Telaga, berdiri tahun 1989, dibawah binaan Yayasan
Pusat pengkajian dan Pengembangan Masyarakat Gotong Royong (YP3MGR)
dengan kuasa pengelolaan ; Lembaga Konsultasi pembinaan Pertanian (LKPP).
Awal berdiri Lembaga Pendidikan berbasis Agrokompleks ini bernama
Sekolah teknologi Menengah Peternakan Perikanan (STMPP) yang kemudian
berubah diawal tahun 1990 dengan nama SMTP (sekolah Menengah Teknologi
Pertanian) Gotong Royong Telaga. awal berdiri, LKPP memberikan mandat kepada
Ir. Nelson Pomalingo sebagai Kepala Sekolah Pertama (Sekarang-
Prof.Dr.Ir.H.Nelson Pomalingo,M.Pd-Rektor UNG).
Tahun 1990, Nelson Pomalingo melanjutkan studi Pasca Sarjana, sehingga
pada tahun itu LKPP mengambil alih kepemimpinan dengan menunjuk Ir.Syafri
Rahman sebagai kepala Sekolah ke-2. tahun 1995 seiring dengan tuntutan
kurikulum, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengintruksikan bahwa
seluruh sekolah berbasis Kejuruan diseragamkan dalam numenklatur sehingga
dulunya SMTP, secara otomatis berubah nama menjadi SMK Gotong Royong
Telaga, tetapi nama ini kurang populer sehingga dalam membagun opini, pihak
manajemen memasarkan dengan nama SMK Pertanian Gorontalo. secara perlahan
nama resmi ini mulai terterima ditengah masyarakat.
61
1. Visi
Lembaga yang menghasilkan tamatan yang berkarakter, kompetitif,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta peduli terhadap
lingkungan.
2. Misi
Untuk mencapai visi di atas SMK Gotong Royong Telaga Gorontalo
mengemban misi sebagai berikut :
1. Membekali peserta didik dengan sikap yang bermartabat, berkarakter
yang berakar pada nilai - nilai budaya bangsa serta bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Melaksanakan kegiatan keagaman sesuai agama yang dianut dan
menimbulkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
3. Menumbuhkan semangat keunggulan dan kompetitif secara intensif
kepada seluruh warga sekolah.
4. Meningkatkan hubungan sekolah dengan Dunia Industri, lembaga
sertifikasi yang telah memiliki reputasi Nasional dan Internasional.
5. Menghasilkan tamatan yang profesional dan berdaya saing dibidang
akademik maupun non akademik..
6. Menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001;2008 Panduan IWA 2 :
2007, dengan memberikan pelayanan prima kepada pelanggan ( seluruh
warga sekolah
Menciptakan lingkungan yang BERASRI ( Bersih, Elok, Rapi, Aman,
Sehat, Rindang dan Indah ).
62
3. Tujuan Sekolah
Dalam pengembangan sekolah, SMK Gotong Royong Telaga Gorontalo
menetapkan tujuan yang ingin dicapai yaitu :
a. Meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat SDM warga sekolah
yang beriman , bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas,
mandiri dan berwawasan kebangsaan guna membangun dirinya dan
masyarakat sekelilingnya.
b. Mendidik peserta didik, baik peserta didik reguler maupun non reguler
untuk menghasilkan tamatan yang berkualitas sebagai tenaga terampil
tingkat menengah yang memiliki berbagai kompetensi kejuruan sesuai
dengan program keahliannya, agar mampu mengembangkan potensi
dirinya dan mampu bersaing sesuai dengan tuntutan kehidupan local,
nacional dan global.
c. Membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalm
berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan
sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya.
d. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
agar mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara mandiri
maupun melalui jenjang yang lebih tinggi.
e. Melaksanakan diklat bisnis manajemen berorientasi pada pencapaian
estándar kompetensi nasional secara optimal yang berwawasan
internasional.
63
f. Menyelenggararakan, mengembangkan, mengintensifkan hubungan
kemitraan sekolah dengan dunia usaha dan dunia industria dalam rangka
melaksanakan program Praktik Kerja Industri (Prakerin) serta u ntuk
kepentingan dalam memenuhi permintaan dan penawaran tamatan
sebagai tenaga kerja melalui program Bursa Kerja Khusus (BKK)
g. Mengembangkan profesionalisme tenaga kependidikan yang mencukupi
secara kuantitas maupun secara kualitas.
h. Menyediakan sarana prasarana pendidikan yang memadai sehingga dapat
mendukung proses pencapaian kompetensi peserta didik.
i. Mengembangkan kerja sama yang sinergis dengan dunia usaha, dunia
industria dan asosiasi profesi dalam penyelenggaan proses diklat,
sertifikasi dan pemasaran tamatan.
j. Menyelenggarakan kegiatan sekolah berdasarkan prinsip – prinsip
manajemen ISO 9001 – 2008 dan Panduan IWA. 2 2007.
k. Mengevaluasi, menganalisa dan mengembangkan manejemen sekolah
setiap sub sistem sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan agar
mendapatkan kepercayaan dan dukungan masyarakat.
l. Menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat luas khususnya di bidang
Budidaya Tanaman, Agribisnis Perikanan Air Tawar dan Budidaya
Ternak dengan tidak melupakan kepedulian terhadap lingkungan.
4. Profil Sekolah Menengah Kejuruan Gotong Royong Kota
Gorontalo
64
Tabel 1.
1. Identitas Sekolah
1 Nama Sekolah : SMKS GOTONG ROYONG TELAGA
2 NPSN : 40501577
3 Jenjang Pendidikan : SMK
4 Status Sekolah : Swasta 5 Alamat Sekolah : RAMBUTAN RT / RW : 2 / 3 Kode Pos : 96139 Kelurahan : Hulawa Kecamatan : Kec. Telaga Kabupaten/Kota : Kab. Gorontalo Provinsi : Prov. Gorontalo Negara : Indonesia
6 Posisi Geografis : 0,572 Lintang
123,0434 Bujur 3.Data Pelengkap
7 SK Pendirian Sekolah : 1037/1168/4/1991
8 Tanggal SK Pendirian : 2036-02-07
9 Status Kepemilikan : Yayasan
10 SK Izin Operasional : -
11 Tgl SK Izin Operasional : 2015-12-14
12 Nomor Rekening : 049.02.11.000028-1
13 Nama Bank : Bank SULUTGO
14 Cabang KCP/Unit : Capem Telaga
65
15 Rekening Atas Nama :
SMK Gotong Royong Gorontalo /Nurdin Tahir, S.Pd
16 MBS : Tidak
17 Luas Tanah Milik (m2) : 3894
5. Fasilitas Sekolah Menengah kejuruan gotong royong kota
gorontalo
Selama melakukan penelitian, peneliti mengamati sarana prasarana sekolah
atau disebut fasilitas dalam keadaan baik. berikut daftar fasilitas dan jumlah yang
ada di SMK gotong royong kota gorontalo:
Tabel 2. Fasilitas SMK Gotong Royong
No Jenis Sarana Prasarana
Jumlah Sarana Prasarana
menurut kondisi (Unit)
Baik Rusak ringan
1 Ruang Kepala Sekolah 1
2 Kursi Guru & Tenaga Kependidikan
47 10
3 Meja Guru & Tenaga Kependidikan
47 10
4 Perpustakaan 1
5 WC Guru 2
6 WC Peserta didik 4
7 Musholla
1
8 Lemari Arsip 6
9 Laboratorium 5
66
10 Pengeras suara 1
11 Meja peserta didik 310
12 Kursi peserta didik 310
6. Keadaan Peserta Didik
Peserta didik merupakan salah satu komponen yang paling penting setelah
pendidik. Yang mana Peserta didik juga merupakan sebagai objek dalam suatu
proses memanusiakan manusia atau kita kenal dengan proses pembelajaran yang
sesuai dengan kurikulum yang telah diatur oleh pihak pendidikan. Untuk jumlah
keseluruhan peserta didik di SMK Gotong Royong kota Gorontalo adalah sebagai
berikut dalam rincian tabel:
tabel 3.
a. Jumlah peserta didik berdasarkan jenis kelamin
Laki-laki Perempuan Total
156 145 301
Tabel 4.
b. Jumlah peserta didik berdasarkan umur
Usia L P Total < 6 tahun 0 0 0 6 - 12 tahun 0 0 0
67
13 - 15 tahun 18 31 49 16 - 20 tahun 138 114 252 > 20 tahun 0 0 0 Total 156 145 301
Tabel 5.
c. Jumlah umur berdasarkan Agama
Agama L P Total Islam 155 144 299 Kristen 1 1 2 Katholik 0 0 0 Hindu 0 0 0 Budha 0 0 0 Konghucu 0 0 0 Lainnya 0 0 0 Total 156 145 301
Tabel 6.
a. Jumlah peserta didik berdasarkan penghasilan
Penghasilan L P Total Tidak di isi 24 23 47 Kurang dari Rp. 500,000 47 59 106
68
Rp. 500,000 - Rp. 999,999 65 52 117 Rp. 1,000,000 - Rp. 1,999,999 11 9 20 Rp. 2,000,000 - Rp. 4,999,999 9 2 11 Rp. 5,000,000 - Rp. 20,000,000 0 0 0 Lebih dari Rp. 20,000,000 0 0 0 Total 156 145 301
Tabel 7.
b. Jumlah peserta didik berdasarkan tingkatan
Tingkat Pendidikan L P Total
Tingkat 12 53 45 98 Tingkat 11 70 53 123 Tingkat 10 33 47 80 Total 156 145 301
c. Keadaan Pendidik dan Tenaga Pendidik
Keadaan Pendidik dan tenaga pendidik di SMK Gotong Royong Kota
Gorontalo, berjumlah 47 orang sebagaimana tabel berikut :
Tabel 8.
Data jumlah pendidik dan Tenaga Pendidik Di SMK Gotong
Royong Kota Gorontalo
No Nama JK Jenis PTK
69
Status Kepegawaian
1 Abdulazis Karim Labanga, S.Ag, M.Si L PNS Guru Mapel
2 Arianto Tamrin Kadir, S.P L PNS Guru Mapel 3 Cicin A. Yunus, S.P P GTY/PTY Guru Mapel 4 Desri Husain,S.Pt P GTY/PTY Guru Mapel 5 Dian Arini Lapai, S.pd P GTY/PTY Guru Mapel 6 Ditapradita J. Lamady, S.Pd P GTY/PTY Guru BK 7 Doly Dama, S.Pd P PNS Guru Mapel 8 Elvin Beu,S.Pi P PNS Guru Mapel 9 Fanki Ahmad,S.Pt L GTY/PTY Guru Mapel 10 Hamsir, S.pd L GTY/PTY Guru Mapel
11 Hartati Jusuf P GTY/PTY
Tenaga Administrasi Sekolah
12 Hasnah Lihawa, S.Pd P GTY/PTY Guru Mapel 13 Hasnawati B. Dai, S.Pd, M.Si P PNS Guru Mapel 14 Ilyas Musa Toluhula L PNS Guru Mapel
15 Joice Argendari Toana P Honor Daerah TK.I Provinsi
Tenaga Perpustakaan
16 Juheria, S.Pd, M.Pd P PNS Guru Mapel 17 Laila Mohamad, S.Pd P PNS Guru Mapel
18 Linawati Djou, S.E P Tenaga Honor Sekolah
Tenaga Administrasi Sekolah
19 Marzuki H. Ismail, S.Pd L PNS Guru Mapel 20 Muhaiminun Moh. Saleh, P PNS Guru Mapel
21 Netty Herawaty Suleman, S.Pd P PNS Guru Mapel
22 Nian Didipu, S.Pd P GTY/PTY Guru Mapel 23 Nur Adelina V. Gobel, S.P P GTY/PTY Guru Mapel
24 Nur Syamsu Lamato, S.Pd L Honor Daerah TK.I Provinsi Guru Mapel
25 Nurdin Tahir, S.Pd L PNS Kepala Sekolah
26 Nurlena Moh. Hakim, S.Pd P PNS Guru Mapel
27 Prawitno Daud, S.P L Guru Honor Sekolah Guru Mapel
70
28 Rabida Nasaru P PNS Guru Mapel 29 Rahmawaty Usman, S.Ag P PNS Guru Mapel 30 Ramdhan Umar, S. Pd L GTY/PTY Guru Mapel 31 Ramli Poloso, S.Fil, I, M.Pd,i L GTY/PTY Guru Mapel 32 Rasid Latif, S.P L GTY/PTY Guru Mapel 33 Rivon H. Robot, S.Pt L GTY/PTY Guru Mapel 34 Rizal H. Rauf, S.Pi L GTY/PTY Guru Mapel 35 Rofit Topetau, S.Pd L GTY/PTY Guru Mapel 36 Rostinah Haruna, P PNS Guru Mapel
37 Sartje Tune Sumar, A. Md. S.Pd, M. Pd P PNS Guru Mapel
38 Suharti Kango P PNS Guru Mapel 39 Sulianti Kasim, B.A P PNS Guru Mapel 40 Suwandi Hulawa, S.Pi L PNS Guru Mapel 41 Trien Hairina Abas,S. Pd P PNS Guru Mapel 42 Wahyuni N. Hammzah, S.Pd P PNS Guru Mapel 43 Warman Yusup, S. Pi L GTY/PTY Guru Mapel 44 Yulista Lahay, A.Md. Pi P GTY/PTY Guru Mapel
45 Yusnah Akase, S.E L Tenaga Honor Sekolah
Tenaga Administrasi Sekolah
46 Yusran Kisman Abdul, S.Pd L Guru Honor Sekolah Guru Mapel
47 Yusuf H. Patuhu, S.Pd L GTY/PTY Guru Mapel
Dari uraian diatas bisa dilihat bahwa tenaga Pendidik di SMK gotong
royong ini didominasi oleh pendidik yang sudah PNS (pegawai negeri sipil) hal ini
menandakan bahwa tenaga pendidik di sekolah ini telah memilik kualitas yang lebih
baik.
Serta juga terkait dengan guru-guru non PNS lewat observasi yang peneliti
temukan juga rata-rata sudah sarjana bahkan ada yang sudah pada taraf Magister
salah satu di antaranya guru pendidikan agama Islam, bapak Ramli Poloso, M.Pd.I.
71
Tentunya ini menjadi nilai tambah terhadap kualitas pendidikan nya baik
dari sudut intelektualitas maupun cara bertindak setiap pendidik untuk melakukan
pembinaan kepada peserta didik.
Tak hanya itu, disekolah SMK gotong royong ini juga terdapat dua orang
tenaga pendidik yang terkafer oleh honor daerah, yang mana tentunya mereka telah
mengikuti seleksi baik dari kapasitas keilmuan terlebih kepribadian untuk bisa
menjadi tenaga pendidik.
72
Struktur organisasi SMK Gotong Royong Kota Gorontalo Tahun 2018/2019
Kepala Sekolah
Hi. Nurdin Tahir, S.Pd
Wakasek Kepeserta didikan
Drs. Abdul Azis K. Labanga,
Kordinator BK
Maruwiyah Zakariah, S.Pd
Pembina Osis
Nurlena M
Hakim, S.Pd
Pembina
Kesenian
Ramdan Umar
S.Pd
Pembina
Pramuka Putri
Ha. Sartje T.
Umar, M.Pd
Pembina Pramuka
Putra
Suwandi Hulawa,
S.Pi
Warga Sekolah
73
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Efektifitas keteladanan Guru PAI dalam membentuk karakter peserta
didik
Untuk mewujudkan kualitas pendidikan yang baik disekolah tentunya
membutuhkan keterlibatan seluruh komponen terkait, yang juga didukung oleh
pihak sekolah meliputi muatan isi kurikulum, proses pembelajaran, proses
keteladanan dan penilaian, kualitas hubungan warga sekolah, pemberdayaan sarana
dan prasarana, serta semangat kerja seluruh pihak sekolah.
Maka tugas sebagai seorang Guru ialah tidak hanya mentransfer pengetahuan
akan tetapi juga harus memberikan keteladanan yang baik bagi Peserta Didiknya,
baik dalam hal berucap maupun dalam bertindaknya. Keteladanan menjadi penting
untuk dimiliki oleh setiap Guru dalam mengarahkan peserta didiknya dalam rangka
membentuk karakter.
Berkaitan dengan hal ini peneliti mencoba bertanya kepada informan
tentang keteladanan guru, yang pertama kepada kepala sekolah bapak
Nurdin Tahir, S.Pd. ia berkomentar bahwa:
Keteladanan adalah, pribadi seseorang yang baik, yang harus dicontohi. Apalagi terhadap kita sebagai Guru pastilah akan menjadi contoh bagi peserta didik siwa kami, terlebih untuk Guru PAI (katanya) sudah pasti memberikan keteladanan kepada peserta didik. baik sikap religius nya. keteladanan religiusitas lewat kegiatan keagamaan yang di biasakan oleh Guru Agama (PAI) diantaranya, sholat Dhuha dan zhuhur serta perbuatan yang berkaitan dengan pembinaan karakter peserta didik. ini yang selalu dicontohkan pada peserta didik disekolah ini. 68
68Hi.Nurdin Tahir, S.Pd, Kepala Sekolah,Wawancara 24 Juni 2019
74
Selanjutnya pertanyaan yang sama juga peneliti coba tanyakan pada Guru
Mate-matika yang sekaligus pembina rohis Ibu Mardiana Putri, S.Pd mengatakan
bahwa:
Keteladanan itu merupakan hal hal yang dicontohkan oleh seseorang
dan untuk di contoh oleh orang lain, sehingga guru yang menjadi contoh
harus benar-benar memahami nilai-nilai dari keteladanan itu sendiri.
Karena peserta didik akan mencontoh apa yang di sampaikan oleh
Guru, baik secara lisan maupun perbuatannya. Guru guru Disini
mengajarkan datang tepat waktu, bertutur kata yang baik, menyayangi
peserta didik, tegas kepada diri sendiri dan juga menjaga kebersihan.69
Masih berkaitan dengan keteladanan guru, peneliti melanjutkan wawancara
ke informan selanjutnya, yaitu Guru Pendidikan Agama Islam kelas X bapak Ramli
Poloso, M.Pd.i beliau berkomentar bahwa:
Guru adalah teladan yg akan diteladani maka apapun yang akan
dicontohkan kepada peserta didik haruslah dimulai dari Guru, karena
sebagaimana Firman Allah SWT dalam Q.S As-Shaf: 3 yang artinya,
Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang
tidak kamu kerjakan. keteladanan yang dibiasakan diantaranya dalam
hal perbuatan, yakni kedisiplinan, tidak pernah merokok diruang kelas,
dalam berpakaian, ini diharapkan akan memberikan efek yang positif
pada peserta didik. Dan dalam bersikap guru tak pernah memarahi
69 Mardiana Putri, S.Pd, Guru Mate-matika, Wawancara 26 Juni 2019
75
peserta didik ketika dalam kelas,dan selalu berusaha membuat mereka
nyaman dengan pelajaran PAI70
Hasil wawancara dari informan di atas juga sejalan dengan yang
disampaikan oleh Waka Kepeserta didikan berkaitan dengan keteladanan Guru
disekolah yaitu:
Dalam memberikan keteladanan pada peserta didik, kami pun melakukan diantaranya, kami selalu rutin melakukan pembinaan lewat upacara, hal ini di nilai adalah bentuk penghormatan terhadap pejuang, sholat dhuha,dzuhur,rohis, dan kultum setiap hari sabtu, yang difasilitasi oleh guru Agama Islam, ini diharapkan dapat memberikan keteladan pada peserta didik-peserta didik.71
Berdasarkan uraian hasil wawancara dengan beberapa informan, selaku
tenaga pendidik yang dalam keseharian nya terlibat langsung dengan peserta didik,
kemudian peneliti juga melakukan wawancara dengan peserta didik yang ada
dikelas X SMK Gotong Royong berkenaan keteladanan guru disekolah
sebelumnya. Mereka menyampaikan bahwa:
Guru-guru disekolah ini selalu memberikan baik,disiplin, datang kesekolah, pak Ramli selaku guru Agama kami selalu hadir tepat waktu, dia selalu mengajarkan kami membaca Iqro dan al-Quran, dan juga kegiatan keagamaan yang sering kami ikuti seperti Mabit, BTQ, dan ada kultum. Beliau tak pernah marah. Walaupun tetap masih ada teman-teman yang bandel.72
Berdasarkan uraian diatas, yang disampaikan oleh informan dapat di tarik
point penting bahwa menjadi seorang guru harus lebih dulu membentuk
kepribadian yang mulia, karena menjadi guru tak cukup hanya dengan mempunyai
kematangan intelektual saja, akan tetapi harus dipadukan dengan kematangan
70 Ramli Poloso, M.Pd, Guru Pendidikan Agama Islam Wawancara 28 Juni 2019 71 Drs. Abdul Azis K. Labanga, Wawancara 22 Juni 2019 72 Peserta Didik kelas X , wawancara 25 Juni 2019
76
kapasitas kepribadian atau karakter mulia, yang dengan nya akan menjadi modal
yang sangat besar untuk memberikan pengajaran,juga membentuk karakter peserta
didik, lewat proses keteladanan yang harus dilakukan secara terus menerus oleh
guru. Sebagaimana hasil wawancara bersama kepala sekolah juag selaku tenaga
pendidik. Bahwa peserta didik akan mencontoh hal apa saja yang di contokan oleh
para tenaga pendidik.
Demikian juga dalam memberikan keteladanan kepada peserta didik
terdapat guru PAI tentulah setiap guru mempunyai cara sendiri yang tak lain dengan
apa yang menjadi bagian dari proses pengajaran, hal ini sebagaimana yang
disampaikan oleh guru PAI, yakni dalam memberikan contoh kepada mereka, agar
lebih muda yaitu :
keteladanan yang diberikan ke mereka, dalam bersikap Guru tak pernah
marah kepada peserta didik, walaupun memang rasa untuk marah itu
ada, tetapi selaku guru PAI meredam semua itu, dan dalam hal
perbuatan guru PAI tak pernah merokok dalam lingkungan sekolah,
juga dalam berpakaian selalu mengikuti aturan.
Lebih lanjut guru PAI menambahkan bahwa:
Dalam proses pembelajaran sendiri, guru PAI mendesaian agar peserta
didik nyaman, hal ini membuat mereka seakan merasa rugi jika tak
masuk dalam mata pelajaran PAI, walau memang tidak semua peserta
didik seperti itu, akan tetapi keteladanan itu sudah terdapat peserta didik
yang sudah lebih baik dari sebelumnya. Dalam hal sholat, kedisiplinan
77
serta kesadaran individu untuk tidak berbuat gaduh pada peserta didik
yang lain.73
Masih sama halnya dengan yang disampaikan oleh Guru PAI, selanjutnya
pertanyaan yang sama penulis konfirmasikan kepada bapak kepala sekolah, yang
juga selaku informan yang dalam hal ini mengevaluasi seluruh kinerja dari tenaga
pendidik, dalam hal ini penelitian terkait pandangan beliau selaku kepala sekolah
terhadap proses kemajuan sekolah, khususnya dalam proses pengajaran tentunya
tidak hanya hasil dari transfer pengetahuan namun juga terkait proses keteladanan
yang diberikan oleh guru itu sendiri.
Terlebih lagi dengan adanya keteladanan Guru PAI, yakni bagaimana
keteladanan yang diberikan, beliau mengatakan bahwa:
Seluruh Gurukususnya juga Guru PAI terus mengupayakan keteladanan pada peserta didik, dan hal ini sudah berjalan, hal ini diharapkan Peserta Didik bisa mencontohnya, diantaranya program menunggu Peserta didik setiap paginya, 5 S (senyum,sapa,sopan,santun,dan salam) Juga Guru PAI membiasakan sholat dzuhur, sholat Dhuha hal inipun hasilnya sudah ada sebagian peserta didik yang mencontoh dan mematuhi apa yang menjadi kebutuhannya sebagai peserta didik, juga peserta didik yang tanpa disuruh lagi dalam melaksanakan sholat, bahkan kedisiplinan disekolah ini sudah membaik, ucap kepala sekolah.74
Berkaitan dengan penyataan pak kepala sekolah di atas juga sama halnya
dengan yang disampaikan oleh pak wakasek Kepeserta didikan yang juga selaku
orang tua yang banyak dekat dengan peserta didik disekolah menyampaikan bahwa:
73 Ramli Poloso,Guru Pendidikan Agama Islam, wawancara 28 Juni 2019 74 Drs. Nurdin Tahir, Kepala sekolah, Wawancara 24 Juni 2019
78
Adanya keteladanan yang di arahkan oleh para Guru disekolah, sudah
memperlihatkan hasilnya atau efek dari keteladanan tadi, bahwa setiap
hari Peserta didik datang ke sekolah dengan memberi salam kepada
Guru yang mereka temui disekolah, juga dalam hal sholat mereka sudah
ada beberapa yang sadar sendiri tanpa harus diperintah lagi, walau
memang masih ada juga peserta didik yang belum menyadari akan hal
ini. 75
Dari beberapa uraian di atas peneliti mendapatkan bahwa guru PAI
mempunyai beban yang mulia dari pada pimpinan sekolah untuk terus memberikan
pengajaran serta bimbingan kepada peserta didik dengan mensuport apa yang
menjadi sarana dalam proses pembentukan karakter. Sama halnya dengan apa yang
disampaikan oleh guru matematika di SMK ini, berkaitan dengan pemberian
keteladanan oleh guru kepada peserta didik bahwa:
Guru-guru di sekolah ini sangat mendukung setiap program keagamaan yang berhubungan dengan pembentukan karater peserta didik,kami melakukan persahabatan diantara mereka yang dengan hal ini akan menarik sifat keterbukaan mereka kepada guru-guru. Dalam mewujudkan hal ini kami dan juga guru PAI sering kali mengadakan agenda bersama dalam menanamkan karakter religius lewat program MABIT (malam bina iman dan takwa) walau pun memang tidak semua peserta didik ikut dalam kegiatan ini.76
Hal inipun mendapatkan respon yang baik dari para peserta didik, sesuai
dengan sifat dari seorang remaja itu sendiri mereka senang jika guru itu mendukung
serta melibatkan pmereka peserta didik dalam agenda-agenda yang dilakukan
secara bersama.
75 Drs. Abdul Azis K. Labanga, Wawancara 22 Juni 2019 76 Mardiana Putri, S.pd guru matematika, Wawancara 26 Juni 2019
79
Dipastikan mereka semangat, mengingat di usia mereka yang masih remaja
adalah awal proses mereka untuk mencoba banyak hal, sehingganya kesempatan ini
yang harus dimanfaatkan oleh guru khususnya guru PAI untuk mengarahkan rasa
ingin mencoba para peserta didik itu kepada hal-hal yang positif, sebagaimana yang
disampaikan oleh peserta didik kelas sepuluh di SMK gotong royong berkaitan
dengan pemberian keteladanan guru PAI, bahwa:
Guru pendidikan agama islam disekolah kami selalu memberikan kami keteladanan, kami selalu di nasehati untuk disiplin, jujur dan aktif ketika menerima pelajaran dari guru-guru dikelas,juga kami sering di arahkan untuk mengadakan kegiatan keagamaan.77
Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat menarik beberapa hal penting
bahwa, menjadi seorang guru haruslah benar-benar siap secara
intelektual,moral,mental dan psikis semua untuk mewujudkan apa yang menjadi
tujuan dari pendidikan itu sendiri.78 Yakni memanusiakan manusia, olehnya guru
yang baik adalah yang menjadikan dirinya sebagai suri teladan bagi peserta
didiknya dalam membentuk manusia yang berjiwa tauhid, kreatif,beramal shaleh
dan berkarakter, yang dengan nya akan mampu membawa dirinya dan bangsa
indonesia menjadi kuat secara moral maupun moril.
Adapun terkait dengan karakter peserta didik, peneliti juga menggali dari
informan yang pertama yaitu bapak kepala sekolah, beliaupun memberi komentar
bahwa:
Karakter ialah cara berfikir, cara berperilaku seseorang yang itu berbeda setiap mereka, dan itu merupakan ciri khas seorang individu. Baik berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat bahkan negara sekalipun.
77 Peserta Didik kelas X, wawancara, 25 juni 2019 78 Daryanto dan muljo raharjo, model pembelajaran inovatif. Yogyakarta:2012 hal 172
80
Peneliti melanjutkan kepada Guru Pendidikan Matematika Ibu Mardiana
Putri, S.Pd yg juga sekaligus Pembina Rohis di SMK Gotong Royong mengenai
Karakter peserta didik itu sendiri, beliau mengatakan pendapat juga bahwa:
karakter adalah perilaku peserta didik yang tertanam dan terlihat pada cara ia berkomunikasi ataupun berperilaku, yang hal ini tentunya berbeda dimasing-masing peserta didik.79
Masih berkaitan dengan hal di atas, selaku guru PAI tentunya benar-benar
harus memahami apa yang di maksudkan dengan karakter terlebih dalam hal
pembentukan karakter peserta didik, sudah tentu seorang Guru PAI sangatlah
memperhatikannya, hal ini sesuai dengan hasil wawancara bahwa:
karakter merupakan, bentuk perilaku seseorang yang tercermin dalam
kesehariannya dan terwujud dalam emosionalnya dan spritualnya. Baik
itu dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat. Karakter ini
menjadi penting untuk dimiliki setiap individu peserta didik untuk
membantu diri mereka menjadi bagian dari masyarakat yang seutuhnya
kelak.80
Dari uraian para di informan di atas peneliti melihat adanya kesamaan
paham berkaitan dengan karakter peserta didik itu sendiri, setiap peserta didik
memiliki karakter yang berbeda-beda yang dibawa dari lingkungan tempat ia
tinggal. Karakter seseorang terbentuk karena kebiasaan yang dilakukan seseorang,
sikap yang di ambil dalam menanggapi keadaan. Karakter ini akan menjadi sesuatu
79 Mardiana Putri, S.pd Pembina Rohis, Wawancara 26 Juni 2019 80 Ramli Poloso, M.Pd.i Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara 28 Juni 2019
81
yang menempel pada setiap orang, dan sering yang bersangkutan tidak menyadari
karakternya, dan orang lain yang biasanya lebih mudah menilai karakter
seseorang.81
Sejalan dengan hal diatas Peneliti pun Kemudian melanjutkan kembali
wawancara kepada informan yakni guru PAI yang kaitannya tentang pembentukan
karakter peserta didik itu sendiri, pada Peserta didiknya yang ada dikelas X dan
pada umumnya peserta didik yang ada di SMK Gotong Royong tersebut, bapak
Ramli Poloso M.Pd.i juga mengatakan bahwa
Dalam upaya pembentukan karakter di sekolah ini,guru PAI
mengupayakannya lewat kegiatan keagamaan yang di biasakan Sholat
Dzuhur berjamaah, sholat Dhuha, Bimbingan Iqro dan Al-quran, ada
Kultum singkat dan juga ada Rohis. Yang dengan hal demikian
mengajarkan mereka untuk membiasakan diri mendekat pada hal-hal
yang positif.82
Mengenai upaya dari pihak sekolah dalam membentuk karakter peserta
didik itu sendiri, yang hal ini juga merupakan bagian dari tanggung jawab sekolah
dalam mengembangkan nilai-nilai karakter setiap individu peserta didik, karena
setiap mereka peserta didik membawa karakter yang berbeda dari lingkungan nya
masing-masing, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitar mereka
tinggal.
81 Syamsul Kurniawan, M.S.I pendidikan karakter, konsepsi dan implementasinya secara terpadu dilingkungan keluarga sekolah, perguruan tinggi dan masyarakat, (Yogyakarta:2013) 29 82 Ramli Poloso,Guru Pendidikan Agama Islam, wawancara 28 Juni 2019
82
Karena lingkungan juga punya peran terhadap terbentuknya karakter setiap
individu. Olehnya guru harus ekstra dalam melaksanakan tanggung jawabnya,
Sejalan dengan itu wawancara yang peneliti lakukan dengan Wakasek Kepeserta
didikan bapak Drs. Abdul azis K. Labanga, M.S.I beliau pun menjelaskan:
Pembentukan karakter peserta didik, bidang kepeserta didikan kami melakukan pembinaan yang dibantu oleh guru PAI dengan adanya program gerakan menunggu peserta didik, dimana setiap peserta didik yang datang kesekolah menyalami setiap guru yang ia temukan, baik ketika dikelas maupun diruangan dewan guru bahkan. Hal ini pun sudah memperlihatkan hasilnya, walau memang belum semua peserta didik83
Peneliti pun melanjutkan pertanyaan tentang efektivitas dari pemberian
keteladanan oleh Guru Pendidikan Agama Islam itu sendiri dalam pembentukan
karakter, dalam hal ini bapak Nurdin Tahir, S.Pd selaku kepala sekolah memberikan
komentar bahwa:
Terkait pemberian keteladanan ini yang dibiasakan oleh Guru PAI
khusunya, terhadap karakter peserta didik perubahan dalam bersikap
lebih disiplin, hormat kepada guru-guru, juga kebisaan mengaji diantara
mereka. Sudah ada kesadaran pribadi diantara mereka yang dengan itu
membantu para Guru untuk terus memberikan Contoh teladan.
Bahkan beberapa tahun terakhir di Sekolah ini tidak pernah lagi terjadi
aksi tawuran antara sekolah, bahkan untuk perkelahian sesama peserta
didikpun sudah jarang terjadi dilingkungan sekolah kami.84
83 Drs. Abdul Azis K. Labanga, M.S.I, Waka KePeserta Didikan, Wawancara 22 Juni 2019 84 Hi. Nurdin Tahir, Kepala Sekolah, Wawancara 24 Juni 2019
83
Hal ini juga peneliti temukan lewat observasi kepada peserta didik-peserta
didik kelas X yang peneliti temukan, terkait dengan keteladanan yang diberikan
oleh guru PAI, diantaranya menyampaikan bahwa:
Semua Guru disekolah baik, tidak ada yang jahat, hanya saja peserta
didik yang terlalu berlebihan, karena sikap Guru Tergantung sikap
mereka peserta didik.85
Juga yang di sampaikan oleh peserta didik kelas X ATPH, bahwa
diantara guru-guru itu kami seperi bersahabat peserta didik yang lain
juga ketika peneliti observasi sama hal demikian.
Terlihat saat jam istrahat itu tak jarang mereka untuk datang keruang Guru-
guru untuk sekedar menyapa, bertanya kabar, terlebih dengan Guru PAI mereka
begitu terlihat bersahabat, karena tak hanya dikelas berjumpa dengan Pak Ramli
Poloso, namun ketika di Mushollah mereka peserta didik bertemu kembali.86
Penulis menayakan hal terkait efektivitas keteladanan Guru dalam
membentuk karakter. Bapak Ramli Poloso,M.Pd.i menanggapi bahwa:
Efek keteladanan yang diberikan memang sudah ada efeknya,
diantaranya yaitu keberhasilan mereka datang tepat kesekolah, hormat
kepada guru, berkurangnya peserta didik yang bolos, sopan dalam
berkomunikasi, perlahan mulai terlihat perubahan kearah yang lebih
baik. untuk dikelas X itu sendiri. Dalam memberikan teladan terbaik
kepada mereka menjadi hal yang efektif untuk mereka contoh. Walau
85 Peserta Didik, kelas X APT observasi, 20 juni 2019 ) 86 Peserta Didik Kelas X ATPH, Observasi, 19 Juni 2019
84
hal ini tidak semuda membalikan telapak tangan. Namun ini adalah
sebuah tanggung jawab yang sangat berat dari orang tua mereka,
berharap kepada guru disekolah untuk menjadikan anak mereka
menjadi lebih baik.87
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas maka peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa proses pemberian keteladanan guru pendidikan Agama Islam
mengalami keberhasilan dalam membentuk karakter peserta didik yang ada di SMK
Gotong Royong Kota gorontalo. Keteladanan yang diterapkan oleh guru PAI efektif
untuk membentuk karakter peserta didik, walaupun memang tidak semua peserta
didik berubah menjadi lebih baik dari efek keteladanan itu, akan tetapi hasil dari
keteladanan itu makin banyak peserta didik yang sudah semakin baik.
Adapun karakter yang berhasil terbentuk dari keteladanan Guru
sebagaimana uraian di atas serta pengamatan yang dianalisis penulis dapat
interpretasikan adalah sebagai berikut:
a. Religius
Adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang di anutnya. Hal ini sesuai dengan apa yang diberikan oleh
guru PAI yang ada di SMK gotong royong, bahwa nilai keagamaan yang
di terapkan disekolah lewat pembiasaan Guru Pai yaitu berupa, sholat
dhuha, sholat dzuhur berjamaah, BTQ (belajar mengaji), Kultum.
Melalui pembinaan dengan kegiatan ini dapat membentuk karakter
87 Ramli Poloso, M.Pd.i Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara 28 Juni 2019
85
religius peserta didik, yang sudah dilaksanakan di SMK gotong royong
ini.
1. Sholat dhuha
Sholat dhuha adalah salah satu sholat sunnah yang Tak pernah di
lewatkan oleh Nabi SAW setiap Harinya pada pagi hari.
Dalam pelaksanaan sholat dhuha di SMK gotong royong ini,
dilaksanakan pada hari selasa pagi, dilakukan secara berjamaah.
hal ini untuk mengenalkan kepada peserta didik salah satu sunnah
Nabi Muhammad SAW. dan ini dirutinkan setiap pekannya. juga
Nilai yang ingin diharapkan dibentuk pada peserta didik adalah
rasa Ke Ingin Tahuan nya peserta didik.
2. Sholat Dzuhur
Sholat Dzuhur merupakan kewajiban bagi setiap hamba Allah
SWT disetiap harinya, selama ia hidup di atas bumi nya Allah
SWT. hal ini pun yang di laksanakan di SMK gotong Royong ini,
dalam pelaksanaannya di lakukan di mushollah sekolah yang
terletak di sebelah ruang guru PAI, serta yang menjadi imam
sholat Dzuhur adalah guru PAI juga biasanya pak Kepala Sekolah.
Setiap dzuhur para peserta didik langsung di arahkan untuk ke
mushollah juga ada peserta didik yang mengambil bagian untuk
adzan dan yang lain bersiap-siap berwudhu.
86
Adapun nilai dari karakter yang dicapai adalah tanggung jawab
terhadap dirinya kepada Tuhan yang maha esa.
3. BIQ (bimbingan Iqro Al-Quran)
Adapun Waktu pelaksanaan BIQ jadwal nya yaitu pada hari rabu,
akan tetapi pelaksanaannya bersifat kondisional, atau dilakukan di
sela-sela selesai Guru PAI mengajar di kelas. Sama hal nya dengan
kegiatan BIQ ini, nilai yang dicapai adalah rasa keingin tahuan
lebih mendalam dari sesuatu yang sedang dipelajari.
4. Kultum
Kultum ini di bimbing oleh Guru PAI untuk melatih kecakapan
peserta didik dalam bercerita didepan umum, juga mental para
peserta didik. Kultum ini di laksanakan pada hari sabtu sebelum
sholat dzuhur dimulai. Hal ini menjadi icon di antara beberapa
kegiatan yang di laksanakan oleh guru PAI, melalui kegiatan
Kultum ini banyak nilai karakter yang terbentuk, diantaranya
adalah,menghargai prestasi,komunikati,serta kerja keras.
b. Keteladanan 5S
5S ini adalah salah satu di antara beberapa contoh yang dilaksanakan
disekolah menengah Kejuruan Gotong royong ini, 5S
(senyum,sapa,sopan,santun dan salam). Hal ini terlaksanakan pada pagi
hari ketika masuk sekolah, guru-guru harus saling memberikan
senyuman,sapaan, juga sopan, santun serta salam setiap kali bertemu
dilingkungan sekolah, tak hanya kepada sesama guru, akan tetapi juga
87
kepada peserta didik yang ada disekolah. Bentuk keteladanan ini
menjadikan peserta didik mencontohnya, setiap bertemu dengan guru
peserta didik langsung melaksanakan 5S tadi. Adapun nilai yang
berhasil dicapai oleh peserta didik adalah, bersahabat,peduli sosial dan
juga cinta damai.
c. Upacara bendera
Upacara bendera disekolah SMK Gotong Royong ini dilaksanakan
setiap hari senin, adapun proses pembinaan karakter yang di bentuk
dalam pelaksanaan upacara rutin ini ialah, bentuk penghormatan peserta
didik terhadap perjuangan para pejuang bangsa indonesia.
Melalui pembinaan karakter ini, nilai karakter yang terbentuk adalah
cinta tanah air,semangat kebangsaan, serta disiplin. Disiplin disini
adalah datang tepat waktu untuk mengikuti Upacara bendera.
d. Menahan Amarah
Dalam keseharian guru PAI disekolah maupun dalam ruangan kelas
beliau tak pernah memarahi peserta didiknya, walau terdapat hal-hal
yang dilakukan peserta didik sudah kelewatan batas, akan tetapi guru
PAI hanya terus menasehati peserta didiknya, perbuatan Guru PAI ini
pun membentuk karakter peserta didik yaitu mempunyai rasa
persahabatan, dan Cinta Damai, yaitu tindakan yang memperlihatkan
rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain,
sehingg orang lain merasa senang dengan kehadirannya. Juga di sekolah
pun hampir tidak terjadi lagi perkelahian di antara peserta didik-peserta
88
didiknya. Di SMK gotong royong ini pun tidak terlihat genk-genk yang
biasanya disekolah.
e. Berpakaian sopan
Guru PAI dalam kesehariannya selalu menggunakan pakaian yang
sopan, “semua seragam Dinas sekolah saya berlengan panjang dan tidak
sempit di badan” hal ini pun yang ditiru oleh peserta didik-siswi saya,
meraka disekolah tak lagi menggunakan seragam yang sempit untuk
baju dan celananya.
f. Tidak merokok
Rokok adalah produk yang membahayakan dan menimbulkan
ketergantungan pada penggunanya. Didalam sekolah pun demikian
terdapat peraturan untuk peserta didik agar tidak merokok.
Guru PAI di SMK ini adalah salah satu guru yang tidak merokok baik
diluar sekolah maupun di dalam sekolah. Lewat keteladanan ini pula
peserta didik di SMK gotong royong ini tidak pernah ditemukan peserta
didik membawa atau merokok di dalam lingkungan sekolah. Namun, di
luar itu pihak sekolah tidak bisa memastikan. Nilai yang terbentuk dari
keteladanan ini adalah peduli sosial, yaitu sikap dan tindakan yang ingin
selalu memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat.
Adapun uraian diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa keteladanan
yang dibiasakan oleh Guru Pendidikan Agama Islam mampu memberikan
89
perubahan bagi peserta didik untuk membentuk karakter mereka menjadi
lebih baik dalam bersikap, maupun bertindak. Karena Sikap dan perbuatan peserta
didik di lingkungan sekolah tidak lepas dari keteladanan Guru itu sendiri, karena
yang dilakukan peserta didik akan kembali kepada apa yang diteladankan oleh
Guru. untuk itulah Guru harus terlebih dahulu membentuk kemuliaan pribadi pada
dirinya sendiri, karena pada pandangan peserta didik segala perbuatan yang
dilakukan oleh guru pasti adalah baik, karena tidak mungkin seorang Guru akan
berbuat sesuatu yang tidak baik.
Keteladanan mampu untuk memberikan pengajaran kepada orang lain pada
umumnya dan terkhusus dalam dunia pendidikan sekolah, sebagaimana yang
peneliti temukan dilapangan bahwa dengan membiasakan keteladanan dengan
nilai-nilai yang mulia pada peserta didik, maka mereka akan mampu merubah
secara perlahan perilaku mereka yang tadinya berada pada taraf kenalakan “remaja”
menjadi sadar akan posisinya sebagai seorang pelajar yang juga menjadi bagian dari
masyarakat, sehingga kebaikan karakter diri pribadi akan menjadi bekal yang
sangat berharga untuk bergelut dalam dunia kemasyarakatan.
2. Faktor – faktor Kendala dan Solusi Dalam Pembentukan Karakter
Proses pembentukan karakter peserta didik memang bukanlah hal yang
mudah dan terjadi begitu saja, akan tetapi melewati proses yang panjang oleh
banyak pihak, baik orang tua dirumah terlebih para Guru disekolah. Untuk itu
dalam hal pembentukan karakter di sekolah Menegah Kejuruan Gotong Royong
Kota Gorontalo ini, terdapat adanya beberapa Faktor yang menjadi kendala oleh
Guru pendidikan Agama Islam Khususnya.
90
Faktor kendala dalam pembentukan karakter peserta didik depengaruhi
berbagai faktor diantaranya faktor keluarga, dari teman bermain, lingkungan
masyarakat, juga adanya perkembangan teknologi yang banyak menjadi kendala.
Juga lingkungan yang rusak menjadi kendala dalam pembentukan karakter
peserta didik, peserta didik yang sudah terpengaruh pada lingkungan yang rusak
akan sulit untuk dibentuk karakternya maka dari itu harus ada usaha dari keluarga
dan pendidikan untuk membentuk karakter peserta didik menjadi lebih baik lagi.
Hal ini sebagaimana yang di sampaikan oleh bapak kepala sekolah ketika
ditemui diruangannya, memberi tanggapan bahwa:
Dalam melaksanakan suatu program itu pasti ada hambatan, karena
yang kita hadapi ini adalah individu yang berbeda, dan dia merupakan
bagian dari masyarakat dimana ia tinggal. yang tentunya ini juga
pengaruhnya dari orang tuanya, yang memiliki kemampuan yang
berbeda baik dari segi pendidikannya dan lain-lain, seperti :
1. Adanya pengaruh teknologi yang tak terkontrol
2. Teman yang ada disekitar tempat tinggal
3. Juga biasanya masyarakat yang kurang peduli dengan pentingnya
pembinaan karakter
Dari hasil wawancara dengan kepala Sekolah peneliti melanjutkan kembali
wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam bapak Ramli Poloso, M.Pd.i
berkaitan dengan pertanyaan yang sama yaitu faktor kendala dalam pembentukan
karakter peserta didik disekolah, beliau menyampaikan Bahwa:
91
Faktor – faktor yang menjadi kendala dalam pembentukan karakter
dikelas X yaitu,
1. Pada awal-awal banyak peserta didik yang belum bisa membaca Al-
quran saat masuk di sekolah ini, ataupun warisan dari sekolah
mereka yang sebelumnya, sehingga dengan ini mengakibatkan saya
harus mengulang lagi dari awal untuk pembiasaan membaca Al-
Quran, ini yang menjadi faktor utama.
2. Masih ada beberapa peserta didik yang terlambat untuk masuk
sekolah, sehingganya untuk program yang dilaksanakan pagi hari,
peserta didik yang terlambat otomatis akan ketinggalan.
3. Juga karena kita berada dilingkungan perkotaan maka pengaruh dari
teman-teman diluar lingkungan sekolah menjadi kendala untuk kami
pihak sekolah.
4. Juga faktor lain yang ini berasal dari kekurangan kami juga pihak
sekolah, yaitu masih belum mempunyai mushollah permanen untuk
kami melaksanakan program-program pembinaan karakter,
mushollah yang saat ini hanyalah ruang kelas yang tiap-tiap saat
digunakan.88
Adapun terkait solusi tentulah setiap Guru dan sekolah bervariasi, dalam
menghadapi terkait problem, ataupun faktor-faktor yang menjadi kendala dalam
88 Ramli Poloso, M.Pd.i Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, 28 Juni 2019
92
meraih suatu tujuan. Akan tetapi solusi terkait kendala di atas yang disampaikan
oleh Bapak Ramli poloso, M.Pd.i yaitu :
Adanya teguran yang diberikan hingga tiga kali kepada setiap peserta didik yang masih melanggar aturan baik dalam hal berucap maupun berperilaku, jika sudah tiga kali mendapatkan teguran maka Peserta didik tersebut akan di berikan penanganan oleh BK (bimbingan konseling) akan tetapi jika sudah di tangani oleh BK dan ternyata belum juga bersikap baik maka pihak sekolah akan langsung melaporkan hal itu ke pihak orang tua
Juga pak kepala sekolah menyampaikan bahwa solusi yang kami lakukan
terhadap kendala tersebut adalah :
1. Membangun kemitraan antara guru dan orang tua, dengan sedari awal
kami menyampaikan akan adanya program-program pembinaan karakter
disekolah untuk peserta didik, olehnya dengan harapan orang tua dapat
mengontrol agar program ini tetap berjalan ketika Peserta didik berada
dirumah
2. Juga kami melakukan kontroling kepada setiap Guru yang ada disekolah.89
Dari beberapa uraian diatas bahwa faktor yang menjadi kendala dari pihak
sekolah untuk membentuk karakter peserta didik bermacam-macam, mulai dari
faktor:
1. Orang tua
Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya disekolah,
apakah anak nya berhasil di didik ataw tidak, yang ia ketahui bahwa
anak nya terus sekolah. Padahal orang tua pun penting untuk mengontrol
89 Nurdin Tahir, S.Pd, Kepala Sekolah, Wawancara, 24 Juni 2019
93
anaknya saat di rumah, apakah yang di dapatkan anakna disekolah telah
benar-benar di laksanakan ataukah tidak. Ini yang menjadi kendala bagi
guru disekolah. Misalnya untuk jadwal kesekolah seharusnya orang tua
mengontrol itu agar anak tidak terlambat datang kesekolah, orang tua
tidak hanya sekedar memberikan uang jajan untuk anak. Mengingat
guru mengajarkan peserta didik disekolah hanya beberapa jam, berbeda
dengan orang tua.
2. Lingkungan
Lingkungan juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kendala
dalam proses pembentukan karakter, karena lingkungan mampu
mempengaruhi kebiasaan seseorang. Seorang anak akan mencontoh apa
yang sering dilihatnya di lingkungan sekitarnya, untuk itu lagi-lagi
orang tua menjadi kontrol pengendali.
3. Teknologi
Teknologi yang semakin berkembang pesat ini juga menjadi tantangan
besar bagi para guru disekolah, pasalnya hadirnya teknologi ini
membuat peserta didik meninggalkan literasi nya, mereka lebih fokus
pada gadget yang mereka miliki, lewat teknologi ini juga dengan mudah
peserta didik meng Akses konten-konten yang negatif. Mereka akan
menemukan idola-idola baru lewat hand pone mereka sehingga ini
perlahan bisa berimbas, pada mereka peserta didik akan meninggalkan
figur guru disekolah.
94
Adapun solusi untuk mengantisipasi hal demikian yang menjadi kendala
bagi guru dalam proses pembentukan karakter peserta didik disekolah adalah:
1. kerjasama yang baik oleh pihak sekolah
hal ini dimaksudkan adanya terus evaluasi dari seluruh pihak tenaga
pendidik terhadap perkembangan kapasitas baik para tenaga pendidik,
maupun sarana prasarana sekolah, untuk memberikan kenyamanan bagi
peserta didik saat berada disekolah. Baik penyediaan mushollah
permanen untuk pusat penanaman nilai-nilai religiusitas para peserta
didik, karena dengan ini kelak akan menjadi kan mereka kokoh terhadap
perkembangan teknologi seta pengaruh dari lingkungan.
2. Kemitraan guru dan orang tua dirumah
Hal ini dimaksudkan agar apa yang menjadi usaha oleh Guru
disekolah bisa diperhatikan oleh orang tua dalam hal kontroling
kesehariannya, mengingat sehebabat apapun usaha yang dilakukan
sekolah untuk membentuk karakter (positif) pada peserta Didik jika tak
mendapat perhatian oleh orang tua dirumah, maka apa yang diharapkan
akan menjadi wacana semata.
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat
dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Menjadi seorang Guru Pendidikan Agama Islam hendaknya harus terlebih
dahulu menjadikan dirinya pribadi yang mulia. Karena ia akan menjadi
sosok yang Gugu dan Ditiru, Sehingga Keteladanan Guru menjadi sangat
efektif dalam pembentukan karakter peserta didik.
Karakter setiap individu Peserta Didik itu berbeda-beda tentunya,
ada perilakunya yang baik dan ada perilakunya yang masih kurang baik,
akan tetapi masih lebih banyak peserta didik yang sudah menampilakan
perilaku yang baik, seperti sudah memiliki hubungan persahabatan dengan
Guru rasa kesadaran akan kewajibannya sebagai seorang Muslim untuk
beribadah, jujur, disiplin, suka menasihati sesama mereka, patuh
melaksanakan tugas-tugas dan menghormati guru.
2. Faktor kendala dalam pembentukan karakter peserta didik yaitu berasal dari
dari keluarga yang masih kurang memperhatikan sikap dan perilaku
anaknya dalam bergaul, serta lingkungan di masyarakat juga menjadi salah
satu faktor kendala yang di alami banyak sekolah. Dan terlebih lagi dengan
hadirnya teknologi yang semakin canggih, misalnya game on line yang
banyak membuat masyarakat sekolah lalai dalam belajar, ditambah
kurangnya perhatian dari pemerintah dalam hal ini.
96
Sehingga kerja sama antara orang tua dan pendidik menjadi hal yang
penting untuk terus di pertahankan, guna menjaga pola pembinaan yang
telah di lakukan oleh pendidik disekolah, sehingga hal demikian terus
dipantau ketika peserta didik berada dalam lingkungan keluarga maupun
masyarakat.
B. Saran
Setelah uraian pembahasan sebelumnya diatas, maka dapat peneliti
memberikan saran.
1. Sosok guru PAI benar-benar memberikan keteladanannya pada peserta
didik, mulai dari bersikap sampai pada pola tindakannya, semua ini
tentunya tak lepas dari dukungan moral maupun moril dari pihak tenaga
pendidik yang lain,sehingganya untuk lebih mendorong hal ini terus
berjalan tentunya setiap sarana prasarana di maksimalkan. Terlebih
mushallah yang menjadi titik pusat pelaksanaan kegiatan keagamaan
oleh guru PAI, Inilah yang harus dimaksimalkan sekolah SMK ini.
2. Yang menjadi faktor kendala dalam pembentukan karakter peserta didik
pada umumnya dipengaruhi oleh lingkungan tempat dia bergaul, baik
lingkungan keluarga maupun masyarakat, hal ini tentunya menjadi
perhatian dari orang tua untuk mengontrol mereka anak-anaknya.
Untuk itu kemitraan orang tua dan pihak sekolah haruslah berjalan
seiring untuk sama-sama memaksimalkan apa yang menjadi kekurangan
dalam proses pembentukan karakter peserta didik, orang tua sebagai
97
tempat pertama dalam pembentukan karakter haruslah menyadari usaha
dari pihak sekolah untuk kebaikan setiap individu peserta didik.
98
DAFTAR PUSTAKA
Arief Armai, pengantar ilmu dan metodologi pendidikan islam,(Jakarta pers:
2002)
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi.
Cet VIII (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1999)
Ardy Wijayani Novan, Pendidikan Karakter Berbasis Iman Dan Taqwa
Yogjakarta Teras.: 2012)
Arif Muhammad, Pedoman dan acuan guru . (jl. Sultan amai no. 1 kel. Pone kec.
Limboto Barat Kab. Gorontalo )
Daryanto dan Rahardjo Muljo. Model Pembelajaran Inovatif. (Yogjakarta:2012
Gava Media)
Husain Al-Anwar Said Agil, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’an Dalam Sistem
Pendidikan Islam, (Jakarta: ciputat Press, 2005)
Hariyanto dan Muchlas Samani, M.S.I, Pendidikan Karakter, Konsep dan Model,
(surabaya, September 2012)
Irwanto Alkrienciehie dan Anas Salahudin, Pendidikan Karakter Berbasis Agama
dan Budaya Bangsa, (Bandung : Pustaka Setia 2013)
Mukani, Dinamika Pendidikan Islam, (Jombang, 2015).
Marimba Ahmad D Dalam Syamsul Kurniawan,M.S.I, Pendidikan Karakter,
Konsepsi dan Implementasinya Secara Terpadu Dilingkungan Keluarga,
Sekolah,Perguruan Tinggi Dan Masyarakat.(Yokyakarta : 2013)
M.B. Huberman dan Miles, Analisis Data Kualitatif, Terjemahan oleh Tjetjep
Rohendi Rohidi, (Jakarta: UI Press, 1992)
99
Moleong Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya
1994)
Nata Abuddin, Menejemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2003).
Nata Abudin ,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:PT Logos Wacana Ilmu 2001)
Nata Abuddin, perspektif islam tentang pola hubungan guru murid, ( Jakarta: PT
Grafindo persada, mei 2001), Cet, 1
Nazar Bakri,Praktis dan Metodologi Penelitian,.. cet ke. 1
Rusn Abidin Ibn, Pemikiran Al-Ghazali tentang pendidikan. cet 1
Ramayulis,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002)
Said Hamid, Hasan , et.el, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa, (Jakarta: Kentrian Pendidikan Nasional Badan Penulisan dan Pusat
Pengembangan Kurikulum, 2010).
S.Margono,Metodologi penelitian Pendidikan, (Bandung PT Remaja Rosdakarya,
2010)
Syamsul Kurniawan,M.S.I, Pendidikan Karakter, Konsepsi dan Implementasinya
Secara Terpadu Dilingkungan Keluarga, Sekolah,Perguruan Tinggi Dan
Masyarakat.(Yokyakarta : 2013)
Syamsul Kurniawan Dan Moh. Haitami Salim, Studi Ilmu Pendidikan Islam,
(Yokyakarta: Aruzz Media 2012)
Syaefudin Sa’ud Udin,Pengembangan profesi guru. (Bandung, 2008).
Syarqawi Hasan, Nahwa Tarbiyah Islamiyah, (Alexandrea: Muasasah sabab Al-
Jamiah 2003)
100
Said Hamid Hasan dkk,Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter, dalam
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakte”Konsep dan Aplikasinya dalam
lembaga pendidikan, (Bengkulu : 2011)
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta, PT Rineke Cipta, 2010)
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Bengkulu, Maret: 2011),
Pupuh Fathurrohman, Dr. AA suryana, MM Dan Fenny Fatriany,SH., M. Hum,
Pengembangan Pendidikan Karakter, (Bandung: April 2003)
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter”Konsep dan Aplikasinya dalam lembaga
pendidikan, (Bengkulu : 2011)
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 20 tahun 2003 Pasal 3
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Departemen pendidikan dan kebudayaan, kamus besar bahasa indonesia,( Jakarta,
Balai Pustaka)
Departemen Pendidikan Nasional, kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2011)
Lihat Bije Widjajanto, Dapatkah Karakter Seseorang Berubah, ? “ www.
Bijewi.blogspot.com di akses tanggal 7 Februari 2018, pukul 17.40
Heppy El Rias,kamus Ilmiah Populer (Yogyakarta:Pustaka pelajar:2012)
J.s. Badudu & Sutan Muhammad Zain, Kamus umum Bahasa Indonesia
Kontemporer,(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan:1994)
Suharso dan Ana Retroningsih.kamus Besar Bahasa Indonesia (semarang:Widya
Karya,2011) hal 544
101
UU tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, 2003).
102
Lampiran-lampiran
Instrumen penelitian Judul skripsi: efektifitas keteladanan guru PAI dalam membentuk karakter peserta didik
Rumusan masalah : 1. Bagaimana efektivitas keteladanan guru pai dalam membentuk karakter
peserta didik ? 2. Apa saja faktor kendala dan solusi apa saja yang digunakan dalam
membentuk karakter peserta didik ? A. Wawancara bersama guru PAI :
1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang karakter? 2. Apa upaya bapak/ibu dalam membentuk karakter peserta didik? 3. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang keteladanan ? 4. Keteladanan seperti apa yang bapak terapkan kepada peserta didik selama
ini ? 5. Bentuk keteladanan seperti apa yang bapak terapkan di SMK Gotong
Royong kota gorontalo ? 6. Apa yang menjadi landasan sehingga keteladanan ini penting sebagai
upaya di dalam pembentukan karakter peserta didik ? 7. Apa yang melatarbelakangi sehingga penting penerapan keteladanan itu
kepada peserta didik ? 8. Bagaimana sikap dan tindakan peserta didik setelah keteladanan itu ? 9. Adakah strategi bapak dalam membentuk karakter ? bagaimana ? 10. Sejauh mana hasil yang diperoleh dari strategi dan keteladanan yang bapak
gunakan ? 11. Apa tujuan yang ingin dicapai dari hasil pemberian keteladanan ? 12. Problem apa yang bapak/ibu dapatkan dalam pembentukan karakter
peserta didik? 13. Apa saja faktor penghambat yang di alami oleh pak dalam pembentukan
karakter ? 14. Bagaimana solusi dalam menghadapi problem dalam membentuk karakter
peserta didik?
103
B. Wawancara kepala sekolah :
1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang karakter? 2. Apa upaya bapak/ibu dalam membentuk karakter peserta didik? 3. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang keteladanan ? 4. Keteladanan seperti apa yang dicontohkan oleh guru pai ? 5. Bentuk keteladanan apa yang diterapkan oleh guru Pendidikan agama
islam di Smk gotong royong kota gorontalo ? 6. Sejauh mana pengembangan karakter peserta didik dengan pemberian
keteladanan dari guru pendidikan agama islam ? 7. Bagaimana respon /tanggapan guru terhadap guru pendidikan agama islam
? 8. Contoh keteladanan apa yang bisa di ambil oleh peserta didik ataupun
kepada seluruh pihak sekolah ? 9. Karakter-karakter seperti apa saja yang saja yang dimiliki guru pendidikan
agama islam ? 10. Bagaimana hubungan guru pendidikan agama islam terhadap peserta didik
ataupun kepada seluruh pihak sekolah ? 11. Contoh keteladanan seperti apa yang paling menonjol dari guru
pendidikan agama islam ? 12. Bagaiamana cara berpakaian guru pendidikan agama islam ? 13. Bagaimana penguasaan ilmu dibidangnya ? 14. Bagaimana cara ia bertutur kata dengan pihak sekolah ? 15. Bagaimana tingkat kedisiplinannya selama ini di sekolah ? 16. Seberapa pentingkah keteladanan dari seorang guru pendidikan agama
islam dalam pembentukan karakter siswa ? 17. Apakah ada program tambahan dari sekolah yang mendukung
pembentukan karakter siswa pak ? 18. Apa sudah ada terlihat efek dari keteladanan yang diberikan oleh guru pai
pada keseharian siswa ? 19. Apa saja faktor penghambat yang di alami oleh guru pendidikan agama
islam dalam pembentukan karakter ? 20. Apakah ada solusi dalam mendukung pembentukan karakter siswa ? solusi
seperti apa yang diberikan sekolah ?
104
C. Wawancara bersama siswa kelas x
1. Adakah kegiatan religius yang telah dilakukan sekolah agar dapat mengembangkan karakter anda? Kegiatan apa sajakah itu?
2. Apakah dengan mengikuti kegiatan tersebut anda memperoleh hasil yang positif?
3. Apakah anda selalu datang ke sekolah tepat waktu? Jam berapa anda biasanya sudah berada di sekolah?
4. Apakah anda selalu mengikuti tata tertib yang diberikan sekolah? 5. Pernahkah anda melakukan pelanggaran di sekolah? Jika pernah, apa yang
anda langgar? 6. Apa hukuman yang diberikan sekolah kepada siswa yang melanggar
peraturan? 7. Apakah anda seseorang yang kreatif? Pernahkah anda berkreasi di
lingkungan kelas? 8. Pernahkah anda memberikan kontribusi (berupa kreativitas) kepada
sekolah? Jika pernah, kontribusi apa yang anda berikan kepada sekolah?
9. Apakah anda pernah mendapatkan penghargaan dari hasil kreativitas anda? Jika pernah, penghargaan seperti apa yang anda dapatkan?
10. Pernahkan anda melakukan tindakan kekerasan terhadap teman anda? 11. Bagaimana pandangan anda terhadap guru-guru di sekolah? Apakah
bersahabat atau sebaliknya acuh tak acuh atau tidak peduli? 12. Apakah anda pernah berkata tidak jujur terhadap guru? Dalam hal apa? 13. Pernahkah anda berkata tidak jujur pula terhadap teman?
105
106
Instrumen Wawancara Waka Kesiswaan Nama: 1. Menurut bapak/ibu bagaimanakah pendidikan karakter berbasis PAI terhadap siswa di SMK ini?
2. Bagaimana peran anda selaku waka kesiswaan dalam membentuk karakter siswa?
3. Apa saja kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini yang menunjang pendidikan karakter siswa?
4. Sarana dan prasarana apa saja yang difasilitasi untuk menunjang karakter siswa?
5. Bagaimana cara yang dilakukan untuk menerapkan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran?
6. Nilai-nilai apa saja yang ditanamkan dalam pendidikan karakter dan bagaimana implementasinya?
7. Apa dampak dari adanya kegiatan ekstrakurikuler yang menunjang program pembentukan karakter?
107
Instrumen Wawancara Pembina Rohis Nama: 1. Menurut bapak/ibu bagaimanakah pendidikan karakter berbasis PAI terhadap siswa di SMK ini?
2. Bagaimana peran anda selaku Pembina Rohis dalam membentuk karakter siswa khusunya dalam Pendidikan Agama Islam?
3. Apa saja kegiatan keagamaan di sekolah ini yang menunjang pendidikan karakter siswa?
4. Sarana dan prasarana apa saja yang difasilitasi untuk menunjang karakter siswa?
5. Bagaimana cara/strategi yang dilakukan untuk menerapkan pendidikan karakter dalam kegiatan keagamaan di sekolah?
6. Nilai-nilai apa saja yang ditanamkan dalam kegiatan keagamaan di sekolah dan bagaimana implementasinya?
7. Apa dampak atau hasil dari adanya kegiatan keagamaan yang menunjang program pembentukan karakter?
108
Foto foto penelitian 1. Gerbang SMK Gotong Royong
2. Kepala sekolah
109
3. Wakasek kesiswaan
4. Guru Pendidikan Agama Islam
110
5. Staf Dewan Guru SMK Gotong Royong
6. Siswa Kelas X SMK Gotong Royong
111
112
113