III

12
III/1 Lampiran Pergub No.88/2007 tentang RAD PRB Prov. Jateng 2008-2013 BAB III DASAR HUKUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA Pengurangan Risiko Bencana (PRB) di Provinsi Jawa Tengah merupakan bagian utuh dari upaya pengurangan risiko bencana di tingkat nasional dan internasional yang menjadi tanggungjawab bersama antara Pemerintah dan masyarakat, termasuk masyarakat internasional. Sebagai bagian dari komitmen bangsa dan negara Indonesia, maka landasan yang mendasari RAD PRB Provinsi Jawa Tengah mengacu pada kesepakatan-kesepakatan internasional dan peraturan perundang-undangan di Indonesia. A. DASAR HUKUM (INTERNASIONAL) 1. Resolusi PBB Upaya pengurangan risiko bencana merupakan isu lintas wilayah dan sektoral dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan. Pada tanggal 30 Juli 1999 Sidang Umum PBB mendesain bahwa dekade 1990 menjadi Dekade International untuk Pengurangan Risiko Bencana (International Decade for Natural Disaster Reduction/IDNDR). Melalui Resolusi Nomor 56/195 Tanggal 21 Desember 2001, Perserikatan Bangsa Bangsa menetapkan peringatan Hari Pengurangan Risiko Bencana Internasional dalam rangka mendorong agar upayaupaya berkelanjutan pengurangan risiko bencana menjadi agenda tahunan negara-negara peratifikasi resolusi. Keterkaitan yang cukup kuat antara kebijakan, rencana dan program pembangunan serta pengentasan kemiskinan dengan Pengurangan Risiko Bencana akan sangat menentukan hasil akhir pembangunan itu sendiri. Perserikatan bangsa-bangsa melalui beberapa resolusinya menyerukan kepada seluruh negara di dunia untuk memasukkan upaya pengurangan risiko bencana sebagai III/2 Lampiran Pergub No.88/2007 tentang RAD PRB Prov. Jateng 2008-2013

description

hkhasahsasajj

Transcript of III

Page 1: III

III/1Lampiran Pergub No.88/2007 tentang RAD PRB Prov. Jateng 2008-2013BAB IIIDASAR HUKUM PENGURANGAN RISIKO BENCANAPengurangan Risiko Bencana (PRB) di Provinsi Jawa Tengahmerupakan bagian utuh dari upaya pengurangan risiko bencana ditingkat nasional dan internasional yang menjadi tanggungjawabbersama antara Pemerintah dan masyarakat, termasuk masyarakatinternasional. Sebagai bagian dari komitmen bangsa dan negaraIndonesia, maka landasan yang mendasari RAD PRB Provinsi JawaTengah mengacu pada kesepakatan-kesepakatan internasional danperaturan perundang-undangan di Indonesia.A. DASAR HUKUM (INTERNASIONAL)1. Resolusi PBBUpaya pengurangan risiko bencana merupakan isu lintaswilayah dan sektoral dalam kerangka pembangunan yangberkelanjutan. Pada tanggal 30 Juli 1999 Sidang Umum PBBmendesain bahwa dekade 1990 menjadi Dekade Internationaluntuk Pengurangan Risiko Bencana (International Decade forNatural Disaster Reduction/IDNDR). Melalui Resolusi Nomor56/195 Tanggal 21 Desember 2001, Perserikatan BangsaBangsa menetapkan peringatan Hari Pengurangan RisikoBencana Internasional dalam rangka mendorong agar upayaupayaberkelanjutan pengurangan risiko bencana menjadiagenda tahunan negara-negara peratifikasi resolusi.Keterkaitan yang cukup kuat antara kebijakan, rencana danprogram pembangunan serta pengentasan kemiskinan denganPengurangan Risiko Bencana akan sangat menentukan hasilakhir pembangunan itu sendiri.Perserikatan bangsa-bangsa melalui beberaparesolusinya menyerukan kepada seluruh negara di dunia untukmemasukkan upaya pengurangan risiko bencana sebagaiIII/2Lampiran Pergub No.88/2007 tentang RAD PRB Prov. Jateng 2008-2013bagian dari pembangunan. Dikeluarkannya resolusi PBBNomor 46/182 Tahun 1991 tentang Penguatan KoordinasiBantuan Kemanusiaan PBB dalam Hal Bencana menunjukkanbesarnya perhatian dunia dalam hal tersebut. Resolusi inimuncul sebagai wujud atas keprihatinan yang mendalamterhadap penderitaan korban dan situasi darurat akibatbencana, hilangnya hak atas kehidupan, arus pengungsi yangbesar, hilangnya tempat tinggal dan rusaknya berbagai fasilitas.Pada tanggal 22 Desember 2005 diterbitkan ResolusiNomor 60/195 tentang Strategi International dalam UpayaPengurangan Risiko Bencana (International Strategy forDisaster Reduction/ISDR). Dalam resolusi ini PBBmengingatkan negara-negara di dunia bahwa pengurangan

Page 2: III

risiko bencana menjadi bagian penting dalam pembangunanberkelanjutan serta mendorong seluruh negara untuk membuatkomitmen yang kuat terhadap Deklarasi Hyogo, Kerangka AksiHyogo dan Strategi Yokohama.International Strategy for Disaster Reduction (ISDR)adalah suatu pendekatan global untuk mengurangi risikobencana dengan melibatkan seluruh komponen masyarakatuntuk mengurangi kehilangan kesempatan akan kehidupan,kerugian di sektor sosial ekonomi dan kerusakan lingkunganakibat bencana alam. Fokus ISDR adalah:a. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upayapengurangan risiko bencana.b. Mewujudkan komitmen pemerintah dalam rangkamengimplementasikan kebijakan dan upaya penguranganrisiko bencana.c. Mendorong kerjasama antar komponen dalam rangkapengurangan risiko bencana.d. Meningkatkan penggunaan ilmu pengetahuan untukmengurangi risiko bencana.III/3Lampiran Pergub No.88/2007 tentang RAD PRB Prov. Jateng 2008-20132. Strategi YokohamaStrategi Yokohama untuk Dunia yang Lebih Aman:Pedoman untuk Pencegahan, Kesiapsiagaan dan Mitigasiterhadap Bencana Alam dan Rencana Aksi (The YokohamaStrategy for a Safer World: Guidelines for Natural DisasterPrevention, Preparedness and Mitigation and its Plan of Action[“Strategi Yokohama”]) yang diadopsi tahun 1994 memberikansuatu panduan landmark untuk mengurangi risiko dan dampakbencana.Tinjauan terhadap kemajuan dalam pelaksanaanStrategi Yokohama menekankan pentingnya penguranganrisiko bencana yang diperkuat dengan suatu pendekatan yanglebih pro-aktif dalam memberikan informasi, memotivasi danmelibatkan masyarakat di semua aspek pengurangan risikobencana dalam komunitas lokal. Penekanan lainnya adalahpada aspek kelangkaan sumber daya yang dialokasikan khususdari anggaran pembangunan untuk mewujudkan tujuan-tujuanpengurangan risiko, baik pada tingkat nasional maupunregional atau melalui kerja sama internasional dan mekanismefinansial.Kesenjangan dan tantangan khusus yang diidentifikasidari tinjauan pelaksanaan yang masih cukup relevan untukdijadikan acuan dalam pengembangan kerangka aksi 2005-2015, yaitu:a. Tata kelola: kelembagaan, kerangka kerja legal dankebijakan;

Page 3: III

b. Identifikasi risiko, pengkajian, monitoring dan peringatandini;c. Pengelolaan pengetahuan dan pendidikan;d. Pengurangan faktor-faktor risiko mendasar;e. Kesiapsiagaan untuk respon dan pemulihan yang efektif.III/4Lampiran Pergub No.88/2007 tentang RAD PRB Prov. Jateng 2008-20133. Kerangka Aksi HyogoKonferensi sedunia tentang Pengurangan RisikoBencana diselenggarakan di Kobe, Hyogo, Jepang padatanggal 18-22 Januari 2005 menghasilkan suatu KerangkaKerja Aksi 2005-2015 untuk Membangun Ketahanan Bangsadan Komunitas terhadap Bencana. Konferensi mengadopsi limaprioritas aksi, yaitu:a. Memastikan bahwa pengurangan risiko bencana merupakansebuah prioritas nasional dan lokal dengan dasarkelembagaan yang kuat untuk pelaksanaannya.b. Mengidentifikasi, mengkaji dan memonitor risiko-risikobencana dan meningkatkan peringatan dini.c. Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untukmembangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan disemua tingkat.d. Mengurangi faktor-faktor risiko mendasar.e. Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi responyang efektif di semua tingkat.Lembaga-lembaga regional yang mempunyai peran terkaitdengan pengurangan risiko bencana dihimbau untukmelakukan tugas-tugas di bawah ini sesuai dengan mandat,prioritas dan sumberdaya yang dimiliki. Tugas-tugas tersebutadalah:a. Meningkatkan program-program regional, termasuk programuntuk kerja sama teknis, pengembangan kapasitas,pengembangan metodologi dan standar untuk monitoringdan penjajagan bahaya dan kerentanan, pertukaraninformasi dan mobilisasi sumber daya secara efektif, dengantujuan untuk mendukung upaya-upaya nasional dan regionalguna mencapai tujuan-tujuan kerangka kerja aksi ini;b. Melakukan dan mempublikasi penjajagan baseline tingkatregional dan sub-regional tentang status pengurangan risikoIII/5Lampiran Pergub No.88/2007 tentang RAD PRB Prov. Jateng 2008-2013bencana, sesuai dengan kebutuhan yang teridentifikasi dansesuai dengan mandat mereka;c. Melakukan koordinasi dan menerbitkan kajian berkalatentang kemajuan dalam kawasan dan tentang hambatandan dukungan yang diperlukan, dan membantu negara, jikadiminta, dalam penyiapan ringkasan nasional berkala

Page 4: III

tentang program dan kemajuannya;d. Membangun atau memperkuat pusat-pusat kerja samaregional khusus yang sudah ada sebagaimana mestinya,untuk melakukan penelitian, pelatihan, pendidikan danpeningkatan kapasitas dibidang pengurangan risikobencana;e. Mendukung pengembangan mekanisme regional dankapasitas untuk peringatan dini terhadap bencana, termasuktsunami.4. Kerangka Aksi BeijingKonferensi Asia pertama tentang pengurangan risikobencana diadakan di Beijing, China pada tanggal 27-29September 2005. Konferensi diikuti oleh 385 (tiga ratus delapanpuluh lima) peserta dari 42 (empat puluh dua) negara di Asiadan Pasifik Selatan , 13 (tiga belas) Badan PBB dan OrganisasiInternasional dalam rangka mengimplementasikan hasil darikoferensi negara-negara di dunia tentang pengurangan risikobencana, yaitu Kerangka Aksi Hyogo.Pada hari terakhir dicapai suatu kesepakatan yangtertuang dalam Karangka Aksi Beijing untuk PenguranganRisiko Bencana di Asia (Beijing Action for Disaster RiskReduction in Asia). Terdapat lima prioritas utama dalamkerangka aksi ini, yaitu:a. Memastikan bahwa PRB menjadi prioritas utama secaranasional dan lokal berbasis penguatan kelembagaan dalamkerangka implementasi.III/6Lampiran Pergub No.88/2007 tentang RAD PRB Prov. Jateng 2008-2013b. Identifikasi, penilaian dan monitoring risiko bencana danperingatan dini.c. Menggunakan ilmu pengetahuan, inovasi danpenyuluhan/pendidikan untuk membangun kesadaran akankeselamatan dan ketahanan.d. Mengurangi faktor risiko yang muncul.e. Penguatan kesiapsiagaan terhadap bencana sebagai suaturespon yang efektif di semua level.B. DASAR HUKUM (NASIONAL)Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayahyang luas dan terletak digaris khatulistiwa pada posisi silangantara dua benua dan dua samudera dengan kondisi alam yangmemiliki berbagai potensi, baik dari segi geografis, geologis,hidrologis dan demografis. Kondisi tersebut menyebabkankerawanan terhadap bencana dengan frekuensi yang cukuptinggi, sehingga memerlukan penanganan yang sistematis,terpadu dan terkoordinasi.Perlindungan masyarakat terhadap bencana tidak hanyakewajiban dari pemerintah, tetapi merupakan hak bagi seluruh

Page 5: III

masyarakat tanpa pengecualian. Untuk itu terkait denganpengurangan risiko bencana, Pemerintah wajib memberikanperlindungan yang layak dan bermartabat bagi masyarakat.1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945Sesuai amanat Undang-Undang Dasar RepublikIndonesia Tahun 1945 bahwa Negara Kesatuan RepublikIndonesia bertanggung jawab melindungi segenap bangsaIndonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengantujuan untuk memberikan perlindungan terhadap kehidupandan penghidupan termasuk perlindungan atas ancaman danIII/7Lampiran Pergub No.88/2007 tentang RAD PRB Prov. Jateng 2008-2013akibat bencana, dalam rangka mewujudkan kesejahteraanumum yang berlandaskan Pancasila.Perencanaan pengurangan risiko bencana harusberdasar pada pemenuhan hak-hak dasar manusiasebagaimana tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945(amandemen ke 2) Pasal 28G, Ayat (1): ”Setiap orang berhakatas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya,serta berhak rasa aman dan perlindungan dari ancamanketakutan untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatuyang merupakan hak asasi”.2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 TentangPemerintahan DaerahPemerintah daerah berwenang untuk mengatur danmengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomidan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepadadaerah dimaksudkan untuk mempercepat terwujudnyakesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu,pemberian otonomi luas dimaksudkan untuk meningkatkandaya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi,pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan potensiserta keanekaragaman daerah dalam sistem NegaraKesatuan Republik Indonesia (NKRI).Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kotamempunyai peran strategis dalam kerangka mewujudkankesejahteraan masyarakat dan memenuhi hak asasi manusia;sedangkan fungsi pelayanan diarahkan pada pemberdayaansehingga dengan potensi yang dimiliki (lebih dikenal sebagaikearifan lokal), masyarakat dapat mengambil peran secarautuh dalam kerangka pencegahan termasuk penguranganIII/8Lampiran Pergub No.88/2007 tentang RAD PRB Prov. Jateng 2008-2013risiko bencana di daerahnya sendiri dan atau penggerakanperan serta bagi daerah lainnya.

Page 6: III

Pemerintah Provinsi dan atau Kabupaten/Kotamempunyai tanggungjawab untuk menyiapkan rencanapembangunan yang terintegrasi antar program dan kegiatandisamping menyiapkan kelembagaan dan sumberdayanyauntuk melaksanakan pelayanan kepada masyarakat.3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 TentangPenanggulangan BencanaPengelolaan bencana merupakan salah satu bagiandari pembangunan nasional dalam serangkaian kegiatan baiksebelum, pada saat maupun sesudah terjadinya bencana.Selama ini masih dirasakan adanya kelemahan baik dalampengelolaan bencana maupun yang terkait dengan landasanhukum karena belum ada undang-undang yang secarakhusus mengatur hal tersebut.Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentangPenanggulangan Bencana pada prinsipnya mengatur tahapanbencana meliputi pra-bencana, saat tanggap darurat danpasca bencana. Materi muatan undang-undang ini berisikanketentuan-ketentuan pokok penyelenggaraan penanggulanganbencana, diantaranya adalah:a. Penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakantanggung jawab dan wewenang Pemerintah, danPemerintah Daerah yang dilaksanakan secara terencana,terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.b. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam tahaptanggap darurat dilaksanakan sepenuhnya oleh BadanNasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan BadanPenanggulangan Bencana Daerah (BPBD).III/9Lampiran Pergub No.88/2007 tentang RAD PRB Prov. Jateng 2008-2013c. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dilaksanakandengan memperhatikan hak masyarakat antara lainmendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar,perlindungan sosial, pendidikan dan keterampilan dalampenyelenggaraan penanggulangan bencana, sertaberpartisipasi dalam pengambilan keputusan.d. Kegiatan penanggulangan bencana dilaksanakan denganmemberikan kesempatan secara luas kepada lembagausaha dan lembaga internasional.e. Pengawasan terhadap seluruh kegiatan penanggulanganbencana dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerahdan masyarakat pada setiap tahapan bencana agar tidakterjadi penyimpangan dalam penggunaan danapenanggulangan bencana.f. Pemerintah bertanggungjawab dalam pengurangan risikobencana dan pemaduan pengurangan risiko bencanadengan program pembangunan yang dilaksanakan.

Page 7: III

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang PenataanRuangMengingat Indonesia berada pada kawasan rawanbencana yang secara alamiah dapat mengancamkeselamatan bangsa, maka diperlukan penataan ruang yangberbasis mitigasi bencana sebagai upaya meningkatkankeselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan.Penataan ruang harus dilakukan secara komprehensif,holistik, terkoordinasi, terpadu, efektif, dan efisien denganmemperhatikan faktor politik, ekonomi, sosial, budaya,pertahanan, keamanan, dan kelestarian lingkungan hidup.Tujuan penataan ruang sebagaimana diatur dalamUndang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang PenataanRuang adalah untuk mengharmoniskan lingkungan alam danIII/10Lampiran Pergub No.88/2007 tentang RAD PRB Prov. Jateng 2008-2013lingkungan buatan, agar terwujud keterpaduan penggunaansumber daya alam dan sumber daya buatan, serta dapatmemberikan perlindungan terhadap fungsi ruang danpencegahan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.Strategi implementasi penyelenggaran penataan ruangsebagai bagian dari upaya pengurangan risiko bencana:a. Penerapan peraturan zonasi secara konsisten yangmerupakan kelengkapan dari rencana detail tata ruang.b. Penekanan pengendalian pemanfaatan ruang dilakukansecara sistemik melalui penetapan peraturan zonasi,perijinan, pemberian insentif dan disinsentif sertapengenaan sanksi.c. Penegakan hukum yang ketat dan konsisten untukmewujudkan tertib tata ruang.5. Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 2005 TentangBadan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana(Bakornas PB)Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 2005 mengaturtentang keberadaan Badan Koordinasi NasionalPenangganan Bencana (Bakornas PB) yang mempunyaitugas mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaankegiatan penanganan bencana dan kedaruratan secaraterpadu baik sebelum, saat dan atau setelah kejadianbencana yang meliputi pencegahan, kesiapsiagaan,penanganan darurat dan pemulihan.Penanganan bencana di daerah dilakukan oleh SatuanKoordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana (SatkorlakPB) di Provinsi yang diketuai oleh Gubernur dan SatuanPelaksanaan Penanggulangan Bencana (Satlak PB) diKabupaten/Kota yang diketuai oleh Bupati/Walikota.III/11

Page 8: III

Lampiran Pergub No.88/2007 tentang RAD PRB Prov. Jateng 2008-2013Kelembagaan penanggulangan bencana di daerah,mendasarkan pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007tentang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)sedang dalam proses penyusunan peraturan perundangan.Sebagai Badan yang mempunyai fungsi koordinasi, komandodan pelaksana, maka keberadaan BPBD akan strategis dalampenyelenggaraan penanggulangan bencana di daerahtermasuk dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB).C. DASAR HUKUM (REGIONAL)1. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun2003 tentang Rencana Strategis (Renstra) ProvinsiJawa Tengah Tahun 2003–2008.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11Tahun 2003 tentang Rencana Strategis (Renstra) ProvinsiJawa Tengah Tahun 2003-2008 merupakan landasan danpedoman bagi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalammelaksanakan pembangunan 5 (lima) tahun yangpelaksanaannya dituangkan dalam Rencana TahunanDaerah. Rencana Strategis disusun sebagai tolok ukur dalampenilaian pertanggungjawaban Gubernur dalam rangkapelaksanaan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 108 Tahun2000 tentang Tatacara Pertanggungjawaban Kepala Daerah.Renstra Provinsi Jawa Tengah merupakan rumusan strategisProvinsi Jawa Tengah dalam penyelenggaraan pemerintahan,pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kepadamasyarakat. Langkah-langkah tersebut dilandasi olehkebijakan yang diarahkan pada peningkatan kualitas potensiwilayah dan pemberdayaan masyarakat dalam tiga bidangutama, yaitu Bidang Pemerintahan, Bidang Ekonomi danPembangunan serta Bidang Kemasyarakatan. RencanaStrategis 2003–2008 menggunakan tiga pendekatan, yaitupartisipatif, keterpaduan sistem dan kewilayahan. Ketigapendekatan ini tidak hanya digunakan dalam sistemIII/12Lampiran Pergub No.88/2007 tentang RAD PRB Prov. Jateng 2008-2013perencanaan, tetapi juga dalam implementasi program dankegiatan serta dalam kerangka satu kesatuan manajemanyaitu perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.Dalam renstra dimuat visi, misi dan tujuan sebagaiacuan penyusunan dan pelaksanaan program-programpembangunan untuk kurun waktu lima tahun yaitu periode2003-2008 disertai analisis lingkungan internal dari aspekkekuatan/potensi dan kelemahan, maupun analisis lingkunganeksternal dari aspek peluang dan kendala.Visi Jawa Tengah 2003–2008 adalah: Jawa Tengahyang mandiri, berdaya saing, sebagai pilar pembangunan

Page 9: III

nasional dilandasi ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esadalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Dalam visi ini, setidaknya mengandung 2 (dua) maknastrategis sebagai landasan Pengurangan Risiko Bencana(PRB) yakni keberadaan Jawa Tengah dalam kerangka NKRIyang maknanya bahwa upaya PRB di tingkat nasional jugadilakukan oleh Provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya ProvinsiJawa Tengah sebagai pilar pembangunan nasional dimaknaibahwa upaya PRB yang dilakukan di tingkat Nasionalmempertimbangkan posisi strategis Provinsi Jawa Tengah ditataran nasional.Pemerintah telah menyusun Rencana Aksi NasionalPengurangan Risiko Bencana (RAN PRB), sebagai bagiandari NKRI, maka wajib dan bertanggungjawab menyusunRAD PRB.2. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi JawaTengah 2003-2018.Peraturan daerah Nomor 21 Tahun 2003 tentangRencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa TengahTahun 2003-2018 disusun berdasarkan perkembanganpemanfaatan ruang dewasa ini dan sebagai pedoman bagiIII/13Lampiran Pergub No.88/2007 tentang RAD PRB Prov. Jateng 2008-2013semua kegiatan pemanfaatan ruang secara berencana,terarah, terpadu dan berkesinambungan sesuai dengankebijakan nasional dan daerah yang berkelanjutan.Sebagaimana tertuang dalam Bab II Pasal 2 dan 4,RTRW Provinsi Jawa Tengah berdasarkan pada azastanggung jawab negara, azas manfaat dan azasberkelanjutan dengan tujuan terwujudnya pemanfaatan ruangdaerah yang serasi dan optimal sesuai dengan kebutuhandan kemampuan daya dukung lingkungan serta sesuaidengan kebijaksanaan pembangunan nasional dan daerahyang berkelanjutan.Di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi JawaTengah dimuat beberapa hal mendasar yang mencakup:arahan pengelolaan kawasan lindung dan budidaya;pengembangan kawasan budidaya, sistem pusat-pusatpermukiman, sistem sarana dan prasarana wilayah dankawasan yang perlu diprioritaskan; kebijakan tata guna tanah,tata guna air, tata guna pesisir, tata guna laut, tata gunaudara, tata guna hutan dan tata guna sumber daya alamlainnya serta kebijakan penunjang penataan ruang yangdirencanakan yang menjamin kepentingan generasi masa kinidan generasi yang akan datang. Kesemuanya itu sebagaibagian dari upaya mitigasi dan pengurangan risiko bencana di

Page 10: III

Jawa Tengah.3. Peraturan Gubernur Nomor 36 Tahun 2007 tentangRencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2008Dokumen RKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritaspembangunan daerah, ringkasan pendanaan, baik yangdilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yangditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. RKPDProvinsi Jawa Tengah Tahun 2008 dijadikan sebagaipedoman dalam penyusunan Rancangan AnggaranIII/14Lampiran Pergub No.88/2007 tentang RAD PRB Prov. Jateng 2008-2013Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Provinsi JawaTengah Tahun 2008.Program dan kegiatan dalam RKPD Provinsi JawaTengah Tahun 2008 yang secara nomenklatur merupakanintegrasi antara Renstra Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003–2008 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman PengelolaanKeuangan Daerah; secara konseptual dan operasionalterdapat hal–hal yang berkaitan dengan Pengurangan RisikoBencana (PRB). Sebagai suatu rencana aksi, maka yangdimuat dalam RAD PRB Provinsi Jawa Tengah khususnyapada tahun 2008 merupakan program dan atau kegiatan yangakan dilaksanakan sesuai dengan sumber pendaaan yangtelah di alokasikan dengan jelas dalam rangka menjawabpermasalahan riil yang dihadapi Provinsi Jawa Tengah.