II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6...

89
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Basis model pertumbuhan ekonomi adalah teori yang dirumuskan oleh Solow (1956), seorang penerima hadiah Nobel, namun dalam model tersebut belum memasukkan faktor sumberdaya secara keseluruhan. Model ini kemudian diperluas dengan memasukkan faktor sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui dan sumberdaya yang dapat diperbaharui, dan jasa-jasa dalam mendapatkan dan pengelolannya. Namun demikian, model-model yang diperluas ini hanya diaplikasikan dalam konteks debat tentang ekonomi berkelanjutan, bukan dalam bentuk aplikasi makro ekonomi (Stern, 2003). 2.1.1. Model Pertumbuhan Solow Model-model pertumbuhan ekonomi menguji evolusi dari perekonomian secara hipotesis selamanya sebagai kuantitas dan/atau kualitas berbagai input dalam perubahan proses produksi. Disini akan dijabarkan model pertumbuhan Solow (1956) mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Stern (2003). Dalam model ukuran angkatan kerja konstan menyatakan bahwa kapital merupakan faktor produksi utama untuk menghasilkan output, dalam hal ini adalah pendapatan nasional. Model Neoklasik mengasumsikan output meningkat dengan tingkat yang semakin menurun apabila jumlah kapital yang digunakan meningkat seperti Gambar 6. Apabila penduduk diasumsikan konstan, maka hasil kali antara angkatan kerja dan tabungan merupakan proporsi konstan dari pendapatannya. Sehingga tabungan digunakan untuk menciptakan barang-barang kapital baru merupakan

Transcript of II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6...

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Basis model pertumbuhan ekonomi adalah teori yang dirumuskan oleh

Solow (1956), seorang penerima hadiah Nobel, namun dalam model tersebut belum

memasukkan faktor sumberdaya secara keseluruhan. Model ini kemudian

diperluas dengan memasukkan faktor sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui

dan sumberdaya yang dapat diperbaharui, dan jasa-jasa dalam mendapatkan dan

pengelolannya. Namun demikian, model-model yang diperluas ini hanya

diaplikasikan dalam konteks debat tentang ekonomi berkelanjutan, bukan dalam

bentuk aplikasi makro ekonomi (Stern, 2003).

2.1.1. Model Pertumbuhan Solow

Model-model pertumbuhan ekonomi menguji evolusi dari perekonomian

secara hipotesis selamanya sebagai kuantitas dan/atau kualitas berbagai input

dalam perubahan proses produksi. Disini akan dijabarkan model pertumbuhan

Solow (1956) mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Stern (2003).

Dalam model ukuran angkatan kerja konstan menyatakan bahwa kapital

merupakan faktor produksi utama untuk menghasilkan output, dalam hal ini

adalah pendapatan nasional. Model Neoklasik mengasumsikan output meningkat

dengan tingkat yang semakin menurun apabila jumlah kapital yang digunakan

meningkat seperti Gambar 6.

Apabila penduduk diasumsikan konstan, maka hasil kali antara angkatan

kerja dan tabungan merupakan proporsi konstan dari pendapatannya. Sehingga

tabungan digunakan untuk menciptakan barang-barang kapital baru merupakan

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

16

proporsi konstan dari penyusutan stok kapital yang ada (dan menjadi kurang

produktif) dalam setiap periode waktu.

Sumber: Stern, 2003Gambar 6. Model Pertumbuhan Solow

Stok kapital dalam keadaan keseimbangan ketika tabungan sama dengan

penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa

kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output, tetapi lebih

rendah untuk setiap nilai K (kapital). Ini disebabkan tabungan merupakan proporsi

konstan, s, dari pendapatan. Dinamika yang digambarkan pada gambar kurva

Solow sangat sederhana. Pada bagian sebelah kiri K, dimana kapital per tenaga

kerja adalah langka, investasi kapital menghasilkan pendapatan yang relatif lebih

besar pada masa mendatang, dan akan menawarkan tingkat pengembalian yang

tinggi. Lebih lanjut dapat dilihat posisi relatif kurva S (stok kapital) dan D

(depresiasi) disebelah kiri K yang menambah stok kapital lebih besar daripada

depresiasi dan juga meningkatkan kapital.

Namun demikian, tingkat pengembalian kapital yang menurun

(digambarkan oleh tingkat penurunan dari peningkatan kurva output)

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

17

mengimplikasikan bahwa kenaikan berturut-turut dari kapital menghasil tambahan

pendapatan yang menurun pada masa mendatang, sehingga tingkat pengembalian

investasi turun. Oleh karenanya insentif untuk akumulasi kapital melemah. Ketika

stok kapital menyentuh K, akan terjadi keadaan stationer atau keseimbangan.

Penambahan kapital dengan tabungan untuk menutupi kerugian dalam

pengurangan kapital karena depresiasi dan tingkat pengembalian investai akan

jatuh ke titik dimana tidak ada insentif untuk akumulasi kapital yang lebih banyak.

Dalam model ini, perekonomian akan lebih cepat atau lebih lambat

menyentuh keadaan stationer apabila tidak ada (tambahan) investasi bersih, dan

pertumbuhan ekonomi pada akhirnya harus terhenti. Dalam suatu proses transisi,

pada saat suatu negara bergerak melewati keadaan stationer ini, pertumbuhan

dapat dan akan terjadi. Pada perekonomian terkebelakang, dengan stok kapital per

tenaga kerja yang kecil, dapat mencapai pertumbuhan yang cepat dengan

membangun stok kapitalnya. Tetapi seluruh perekonomian pada akhirnya akan

menuju pertumbuhan keseimbangan nol jika tingkat tabungan konstan. Tidak ada

negara dapat tumbuh secara kekal hanya dengan mengakumulasi kapital.

Jika angkatan kerja tumbuh pada tingkat yang tetap sepanjang waktu, total

stok kapital dan total kuantitas output akan meningkat tetapi kapital per tenaga

kerja dan output per tenaga kerja akan tetap konstan apabila suatu perekonomian

telah mencapai keseimbangannya. Hanya perlu penyesuaian pada gambar kurva

Solow bahwa seluruh unit sekarang diukur dalam bentuk per kapita.

Mengacu pada teori pertumbuhan Neoklasik, pertumbuhan ekonomi

hanya akan terjadi dengan adanya kemajuan teknologi. Kuantitas dan kualitas

output yang lebih baik dapat diproduksi dari sejumlah input yang sama. Dalam

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

18

model Solow yang telah dijelaskan, kemajuan teknologi secara kontinu

menggeser fungsi output ke atas, sehingga meningkatkan keseimbangan stok

kapital per kapita dan level output. Secara intuitif, peningkatan dalam ilmu

pengetahuan dan teknologi akan meningkatkan tingkat pengembalian kapital,

sehingga dapat dinyatakan bahwa pengembalian kapital yang menurun

sebaliknya akan menghambat pertumbuhan.

2.1.2. Teori Pertumbuhan Endogen

Model Solow yang telah diuraikan tidak menjelaskan bagaimana perbaikan

teknologi terjadi. Model tersebut mengasumsikan perubahan teknologi terjadi

secara eksogen, sehingga disebut juga dengan model perubahan teknologi

eksogen. Model yang lebih terkini memberlakukan perubahan teknologi secara

endogen, yakni menjelaskan kemajuan teknologi yang masuk dalam model

sebagai keluaran dari keputusan yang diambil oleh perusahaan atau individual.

Dalam model pertumbuhan endogen, hubungan antara kapital dan output

dapat ditulis dalam bentuk Y = AK. Kapital, K, didefenisikan lebih luas daripada

model Neoklasik, yaitu gabungan pabrik/mesin dan pengetahuan berbasis kapital.

Teori pertumbuhan endogen ini telah menempatkan asumsi-asumsi yang rasional,

unsur A diekspresikan sebagai konstanta, dan pertumbuhan dapat terjadi tidak

terhingga sebagai akumulasi kapital.

Poin kunci dari model pertumbuhan endogen adalah ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam bentuk kapital yang terakumulasi melalui research and

development (R&D) dan proses penciptaan pengetahuan lainnya. Ilmu

pengetahuan dan teknologi mempunyai dua sifat khusus. Pertama, stok kapital

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

19

tidak habis karena digunakan, yang mengimplikasikan bahwa stok pengetahuan

dapat dihasilkan sepanjang waktu, walaupun sedang digunakan. Kedua,

menghasilkan eksternalitas positif dalam produksi: perusahaan yang melakukan

R&D memperoleh benefit dari mendapatkan pengetahuan, perusahaan yang lain

juga memperoleh manfaat. Ada beneficial spillovers (limpahan manfaat) bagi

perekonomian dari proses R&D sehingga manfaat sosial dari inovasi melebihi

manfaat swasta kepada innovator awal (Stern, 2003).

Menurut Romer (1994) bahwa ide dasar dari teori pertumbuhan endogen

adalah investasi kapital baik dalam bentuk mesin maupun manusia mampu

menciptakan eksternal positif. Artinya investasi tidak hanya meningkatkan

kapasitas produktif dari perusahaan yang melakukan investasi atau tenaga kerja,

tetapi juga kapasitas produktif dari perusahaan-perusahaan atau tenaga kerja

lainnya yang terkait. Singkatnya, dalam teori pertumbuhan endogen bahwa

inovasi teknologi dan pembentukan modal manusia dilihat sebagai sumber utama

dari pertumbuhan produktivitas, dan pertumbuhan tersebut pada gilirannya

merupakan motor penggerak dari pertumbuhan ekonomi (engine of growth).

Teori pertumbuhan endogen mengasumsikan hanya terdapat satu sektor

produksi atau semua sektor bersifat simetris (Todaro, 2000). Seiring dengan itu,

Sachs dan Larrain (1993) menyatakan bahwa model pertumbuhan endogen

memiliki asumsi increasing return to scale yang menyatakan bahwa ekonomi

skala hasil yang meningkat tidak harus dicapai pada stedy state growth rate yang

sama dengan laju pertumbuhan penduduk ditambah dengan labor autmenting

technical progress. Pertumbuhan pada tingkat yang lebih tinggi harus bisa

berlangsung secara berkesinambungan (self-sustaining). Dan teori pertumbuhan

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

20

endogen menolak asumsi penyusutan imbalan marginal atas investasi modal

(diminishing marginal returns to capital investments) yang dipegang teguh oleh

teori Neokalsik.

Selanjutnya, Todaro (2000) mengatakan model pertumbuhan endogenus

menekankan bahwa investasi dalam modal fisik dan modal manusia akan dapat

ekonomi eksternal dan perningkatan produktivitas yang melebihi keuntungan

pihak swasta yang melakukan investasi itu, dan kelebihan itu cukup untuk

mengimbangi penurunan skala hasil. Pada saat selanjutnya, hal tersebut

menciptakan peluang-peluang investasi baru yang nantinya juga membuahkan

ekonomi eksternal sehingga αpada persamaan Solow sama dengan 1. Itu berarti

persamaan persamaan pertumbuhan neoklasik 1LAKY , diubah menjadi

sebuah persamaan persamaan pertumbuhan endogen yaitu AKY . Hasil

akhirnya adalah peningkatan skala hasil yang mampu menciptakan proses

pembangunan yang berkesinambungan dalam jangka panjang. Terciptanya hasil

akhir dari teori pertumbuhan Endogenous justru tidak dipercaya oleh para

penganut teori pertumbuhan Neoklasik Tradisonal.

Model pertumbuhan endogen juga menekankan pentingnya tabungan dan

investasi modal manusia dalam rangka mamacu pertumbuhan diberbagai negara

berkembang. Namun teori ini mengemukakan beberapa implikasi tabungan

terhadap pertumbuhan ekonomi yang bertolak belakang dengan teori pertumbuhan

Neoklasik Tradisional. Pertama, teori pertumbuhan endogen menyatakan tidak

ada kekuatan khusus yang menghadirkan suatu proses pemerataan tingkat

pertumbuhan ekonomi antar negara, khususnya bagi negara-negara yang

menganut sistem perekonomian tertutup. Tingkat pertumbuhan ekonomi nasional

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

21

masing-masing negara akan tetap konstan, dan satu sama lainnya akan tetap

berbeda, karena hal itu sepenuhnya tergantung pada tingkat tabungan dan

kemajuan teknologi yang dimiliki oleh masing-masing negara. Lebih lanjut

dikemukan oleh Todaro (2000), sekalipun memiliki tingkat tabungan yang sama

besarnya, negara-negara miskin tidak tidak akan mampu untuk mengejar

ketinggalannya dalam hal pendapatan per kapita dari negara-negara kaya. Hal ini

menimbulkan konsekuensi yakni terjadinya resesi suatu negara akan

mengakibatkan peningkatan permanen atas kesenjangan pendapatan antar negara

yang bersangkutan dengan negara-negara lain yang lebih kaya.

Kedua, kemampuan untuk menjelaskan perilaku aneh atas arus

permodalan internasional yang cenderung memperlebar ketimpangan

kesejahteraan atar negara-negara Dunia Pertama dan negara-negara Dunia Ketiga.

Bertolak dari model ini dapat diketahui bahwa potensi dari keuntungan investasi

yang tinggi di negara berkembang yang rasio modal-tenaga kerja masih rendah,

ternyata terkikis oleh rendahnya tingkat investasi komplementer (complenetary

investments) dalam modal sumber daya manusia (terutama melalui pengembangan

fasilitas dan pendidikan, sarana infrastruktur, serta aneka kegiatan penelitian dan

pengembangan (R&D). Negara-negara miskin juga tidak banyak mendapatkan

manfaat dari keuntungan-keuntungan sosial yang lebih luas yang muncul dari

penyediaan modal untuk menggarap bidang-bidang tersebut. Karena individu-

individu di negara-negara miskin tidak memperoleh keuntungan personal dari

serangkaian eksternal positif yang diciptakan oleh investasi yang dilakukan oleh

mereka sendiri. Oleh karena itu pemberlakukan mekanisme pasar bebas justru

akan menjauhkan upaya pendayagunaan investasi komplementer dari tingkat yang

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

22

optimal. Kontras dengan teori neoklasik, model pertumbuhan endogen

menyarankan peran aktif dari kebijakan pemerintah dalam mempromosikan

pembangunan ekonomi melalui investasi langsung dan tidak langsung dalam

formasi mutu modal manusia dan mendorong investasi swasta dalam industri yang

membutuhkan teknologi tinggi.

Dari beberapa keunggulan teori pertumbuhan endogen, muncul beberapa

kritikan terhadap teori tersebut. Pertama, teori pertumbuhan endogen memiliki

asumsi yang tidak cocok untuk diterapkan di negara berkembang. Sebagai contoh,

teori pertumbuhan ini mangsumsikan hanya terdapat satu sektor produksi atau

semua sektor bersifat simetris. Situasi ini tidak menghasilkan pertumbuhan yang

memunculkan realokasi tenaga kerja dan modal diantara sektor-sektor yang

ditransformasikan selama proses perubahan struktural. Kedua, toeri ini tidak

mampu untuk menguraikan sebab-sebab modal yang sangat langka tidak dapat

dimanfaatkan secara optimal. Pertumbuhan di negara berkembang terhambat oleh

serangkaian inefisiensi yang bersumber dari kelemahan infrastruktur, struktur

kelembagaan yang tidak memadai, serta pasar barang dan pasar modal yang jauh

dari sempurna. Faktor-faktor yang sangat berpengaruh ini ternyata kurang

diperhatikan oleh teori pertumbuhan endogen. Itulah sebabnya aplikasi teori

pertumbuhan ini dalam studi pembangunan ekonomi sangat terbatas, apalagi jika

studi tersebut melibatkan perbandingan antar negara. Struktur insentif yang lemah

di negara berkembang merupakan penyebabnya. Struktur insentif yang buruk

tidak memungkinkan terciptanya akumulasi tabungan dan investasi yang tinggi,

sehingga tidak mengherankan apabila pertumbuhan ekonomi di berbagai negara

berkembang senantiasa tersendar-sendat. Inefisiensi alokasi sumberdaya ditemui

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

23

di berbagai perekonomian yang tengah mengalami transisi dari pasar tradisional

ke pasar komersial. Teori-teori ini terlalu banyak memberikan perhatikan kepada

faktor-faktor penyebab pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Dan Ketiga,

serangkaian studi empiris terhadap nilai atau bobot prediktif teori-teori

pertumbuhan endogen tidak mampu memberikan prediksi yang cukup akurat.

Eksternalitas menciptakan momentum dalam proses pertumbuhan karena

perusahaan-perusahaan memasang kapital baru. Pertumbuhan kapital berarti

pertumbuhan dari gabungan stok kapital dan terpisah dari ilmu pengetahuan dan

teknologi. Oleh karenanya output dapat meningkat dengan proporsi konstan (A)

dari gabungan stok kapital, dan tidak terjadi diminishing returns seperti yang

digambarkan dalam gambar kurva Solow.

Jadi dalam model pertumbuhan endogen tingkat pertumbuhan dapat tetap

tumbuh konstan dalam kondisi tingkat pengembalian kapital yang menurun sebagai

dampak eksternal pertumbuhan teknologi. Tingkat pertumbuhan secara permanen

dipengaruhi oleh tingkat tabungan. Tingkat tabungan yang lebih tinggi

meningkatkan pertumbuhan tidak hanya pada level keseimbangan pendapatan.

2.1.3. Model Pertumbuhan dengan Sumberdaya Alam

Model-model pertumbuhan yang telah dijelaskan di atas tidak memasukkan

variabel sumberdaya alam termasuk energi. Seluruh sumberdaya alam yang ada

pada umumnya dalam jumlah terbatas walaupun beberapa diantaranya seperti sinar

matahari ketersediaannya sangat besar. Beberapa sumberdaya lingkungan bersifat

tidak dapat direproduksi dan banyak sumberdaya yang dapat diperbaharui

berpotensi habis terpakai. Kelangkaan dan habis terpakainya sumberdaya

menimbulkan masalah notasi pertumbuhan ekonomi tidak terhingga.

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

24

Ketika ada lebih dari satu input kapital dan sumberdaya alam, ada banyak

alternatif bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi. Alternatif yang diambil ditentukan

oleh kesiapan kelembagaan yang menanganinya. Para analis melihat pada model-

model pertumbuhan optimal yang bertujuan untuk memaksimalkan jumlah

kesejahteraan dalam horizon waktu tertentu (selalu dinyatakan horison infinitif)

atau mencapai keberlanjutan (social welfare yang tidak menurun) dan model-

model ditekankan untuk menjelaskan perekonomian riil dengan mengasumsikan

pasar persaingan sempurna atau aturan-aturan lainnya.

Literatur Neoklasik tentang pertumbuhan dan sumberdaya memusatkan

pada kondisi apa saja yang memungkinkan pertumbuhan keberlanjut, atau paling

tidak konsumsi atau utilitas tidak menurun. Kondisi teknis dan kelembagaan

menentukan kemungkinan berlanjut atau tidaknya suatu perekonomian. Kondisi

teknis mengarahkan pada sesuatu seperti campuran antara sumberdaya yang dapat

diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui, kekayaan awal dari kapital dan

sumberdaya alam, dan pengurangan substitusi antara input. Institusi mencakup

sesuatu seperti stuktur pasar (kompetisi versus perencanaan terpusat), sistem hak

kepemilikan (milik swasta versus publik), dan sistem nilai untuk generasi akan

datang.

Solow (1974) menggambarkan keberlanjutan dicapai dalam model dengan

suatu keterbatasan dan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dengan

tidak menambah biaya dan kapital tidak menyusut. Namun demikian, model

perekonomian dalam kondisi persaingan sempurna akan mengalami kesulitan

sumberdaya dan konsumsi, sehingga kesejahteraan sosial pada akhirnya turun ke

nol (Stiglitz, 1974). Dasgupta and Heal (1979) menggambarkan bahwa dengan

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

25

tingkat diskonto konstan yang disebut juga dengan jalur pertumbuhan optimal

juga menyebabkan sumberdaya alam pada akhirnya habis dan perekonomian

collapse.

Interpretasi umum dari teori pertumbuhan standar adalah bahwa substitusi

dan perubahan teknis dapat secara efektif meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari

sumberdaya dan lingkungan. Habisnya sumberdaya atau degradasi lingkungan

dapat digantikan dengan faktor lainnya dalam bentuk modal yang dibuat manusia

(orang, mesin-mesin, pabrik, dsb). Tetapi terjadi interpretasi yang salah di sini.

Para ekonom Neoklasik sebagian besar tertarik dengan kesiapan institusi, dan

tidak pada kesiapan teknis, akan mempengaruhi keberlanjutan, sehingga mereka

secara tipikal mengansumsi secara a priori bahwa keberlanjutan adalah kelayakan

teknis dan kemudian menyelidiki apakah kesiapan institusi mempengaruhi

keberlanjutan jika layak secara teknis. Berarti, bagaimanapun, secara relatif

asumsi kelayakan secara teknis belum diuji (Stern, 2003).

Lebih lanjut Stern (2003) menyatakan bahwa elastisitas substitusi antara

apa yang disebut para ekonomi adalah kapital (pabrik, mesin dan lainnya) dan

input dari lingkungan (sumberdaya alam, asimilasi sampah, jasa ekosistem) adalah

unsur teknis kritikal yang mengindikasikan bahwa berapa banyak satu input harus

ditingkatkan untuk menghasilkan tingkat yang sama produksi ketika penggunaan

input lainnya dikurangi. Hal ini mengimplikasikan bahwa dampak biaya dalam

meningkatkan harga suatu input dapat secara mudah dihilangkan dengan

mengalihkan ke suatu teknik produksi yang menggunakan input lainnya,

katakanlah kapital. Gambar 7 menggambarkan perbedaan kombinasi dua input

yang dapat menghasilan tingkat output tertentu untuk nilai yang berbeda.

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

26

Sumber: Stern, 2003

Gambar 7. Elastisitas Substitusi Antara Faktor Produksi Modal danSumberdaya Alam

Produk marginal adalah tambahan kontribusi terhadap produksi dengan

menggunakan lebih dari satu unit input dengan anggapan bahwa input lainnya

konstan (yaitu turunan parsial dari fungsi produksi terhadap input). Elastisitas

subsitusi unitary, menjelaskan “substitusi sempurna”, berarti rasio dua input

berubah dengan persentase tertentu dengan anggapan output konstan, perubahan

rasio produk marginal dua input tersebut dengan persentase yang sama (dalam

arah yang berlawanan). Hubungan ini digambarkan oleh kurva (dikenal dengan

isoquant) dalam Gambar 7, yang asymptotic pada kedua aksis. Ketika sumberdaya

yang digunakan nol, produksi dapat dihasilkan dengan meningkatkan penggunaan

kapital secara tidak terhingga. Hal ini juga mengimplikasikan bahwa total biaya

produksi konstan disepanjang kurva isoquant. Substitusi sempurna tidak berarti

bahwa sumberdaya dan kapital memiliki manfaat yang sama, dalam kenyatannya

ketersediaan sumberdaya menurunkan produktivitas marginalnya tidak terhingga.

Modal

Sumberdaya Alam

σ= 0

σ= ~σ= 1

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

27

Gambar tersebut juga mengilustrasikan kasus dimana tidak ada substitusi adalah

tidak mungkin dan dua input bersubstitusi tidak terhingga.

Dalam kasus terdahulu dua input harus digunakan dalam rasio tetap dan

kasus berikutnya produsen tidak berbeda pandangan antara input dan penggunaan

sesuatu yang paling murah. Seperti diskusikan dibawah ini, substitusi sempurna

merupakan asumsi tidak realistik dari perspektif biofisik, paling tidak jika

diasumsikan untuk mengaplikasikan seluruh rasio kapital dan sumberdaya.

Elastisitas permintaan untuk energi, yang didalam teori dihubungkan dengan

elastisitas substitusi mengindikasikan bahwa elastisitas substitusi antara energi

dan input lainnya dan antara bahan bakar yang berbeda bias menjadi antara nol

dan satu. Lebih lanjut, jika elastisitas substitusi lebih besar dari satu, kemudian

isoquant menyilang aksis dan input nonesensil untuk produksi dan sebaliknya.

Ekonom seperti Solow (1974) secara eksplisit menyelesaikan kasus-kasus

dimana untuk sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui dan kapital lebih besar

atau kecil dari satu. Dalam kasus sebelumnya kemungkinan substitusi adalah

besar dan oleh karenanya kemungkinan tidak bersubstitusi bukan suatu isu. Dalam

kasus terakhir, substitusi tidak layak jika suatu perekonomian hanya

menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui.

Ekonomi Neoklasik berargumen bahwa model-model pertumbuhan yang

memasukkan sumberdaya dapat menghitung keseimbangan massa dan

keterbatasan thermodinamika dengan “kondisi esensial”. Jika lebih besar dari satu,

maka sumberdaya adalah “non esensial”. Jika kurang atau sama dengan satu,

maka sumberdaya adalah “esensial”. Esensial dalam kasus ini berarti bahwa

memberikan input non sumberdaya positif, output hanya nol ketika input

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

28

sumberdaya adalah nol, dan sebaliknya sangat tegas positif (strictly positive).

Fungsi produksi Cobb-Douglas, bentuk paling sering digunakan dalam model-

model pertumbuhan. Para ekonom berargumen bahwa hal ini paling tidak

digunakan untuk menghitung pada kondisi dimana beberapa dari energi dan

material dibutuhkan untuk memproduksi barang dan jasa. Tetapi ketika elastisitas

subsitusi adalah unity, ini “esensial” karena jumlahnya dapat menjadi tidak

terhingga jika kapital pabrik digunakan. Para ekonom juga mencatat bahwa

sumberdaya-sumberdaya dan kapital saling tergantung (dalam model-model

neoklasik) dengan sumberdaya lainnya untuk menghasilkan asset-aset kapital.

Oleh karenanya, stok kapital tidak dapat ditingkatkan tanpa mengurangi stok

kapital. Beberapa ekonom menyatakan bahwa suatu asumsi nilai sama atau lebih

besar dari satu antara energi dan input lainnya melanggar hukum thermodinamika

(Dasgupta dan Heal, 1979).

Substitusi secara teknis mungkin akan terjadi jika tidak ada investasi

masyarakat dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu untuk menggantikan

berkurangnya sumberdaya alam dan ekosistem. Berapa banyak investasi yang

diperlukan tergantung pada penetapan institusi dalam perekonomian. Sebagai

contoh, dalam suatu perekonomian dimana keberlanjutan secara teknis layak (dan

hanya ada sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui) tidak akan terjadi

dalam perekonomian kompetitif atau perencanaan terpusat, dimana keputusan

yang ditetapkan adalah maksimisasi aliran utilitas terdiskonto dari gererasi masa

depan menggunakan tingkat diskonto konstan dan positif. Konsumsi per kapita

pada akhirnya akan menurun ke nol setelah periode awal pertumbuhan ekonomi

karena sumberdaya dan ekosistem berkurang lebih cepat daripada akumulasi

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

29

kapital untuk menggantikannya (Stiglitz, 1974; Dasgupta and Heal, 1979).

Keberlanjutan dicapai dibawah penetapan institusi yang pasti (Solow, 1974). Jika

utilitas individual ditetapkan sama besar tanpa pertimbangan ketika mereka terjadi

untuk hidup dan bertujuan untuk memaksimumkan jumlah utilitas sepanjang

waktu, maka pertumbuhan dalam konsumsi dapat terjadi secara tidak terhingga.

Ini ekivalen untuk memaksimumkan net present value dengan tingkat diskonto

nol. Dengan jelas, level konstan dari konsumsi sepanjang waktu juga layak. Suatu

hasil yang penting dalam konteks ini adalah aturan Hartwick (Hartwick, 1977)

yang menggambarkan bahwa jika keberlanjutan secara teknis layak, level konstan

dari konsumsi dapat dicapai dengan melakukan re-investasi sumberdaya dalam

bentuk kapital, yang dapat mensubstitusi sumberdaya. Dixit et al. (1980)

memperluas aturan untuk mengalikan stok kapital pada saat Hartwick (1995)

memperluas aturan untuk perekonomian terbuka.

Faktor kunci lainnya yang memungkinkan pertumbuhan dalam pandangan

berbasis sumberdaya terbatas adalah perubahan teknologi. Perbaikan teknologi

didefenisikan sebagai keuntungan (gain) dalam total produktivitas faktor yang

mengimplikasikan bahwa output meningkat pada saat jumlah tertimbang input-

input dianggap konstan.

2.2. Energi dan Pertumbuhan Ekonomi

Reproduksi merupakan suatu konsep kunci dalam ilmu ekonomi produksi.

Sementara itu ada sejumlah barang bersifat tidak dapat direproduksi, namun dapat

diolah dengan mengeluarkan sejumlah biaya yang masuk dalam sistem ekonomi

produksi. Dalam satu proses produksi memerlukan input atau faktor produksi.

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

30

Faktor produksi dapat dibagi menjadi faktor produksi (input) primer dan input

intermediate (antara). Para Ekonom Aliran Utama (mainstream) berpikir bahwa

kapital, tenaga kerja, dan lahan sebagai faktor produksi primer, sedangkan barang-

barang seperti bahan bakar dan bahan baku sebagai input antara. Harga-harga

yang dibayarkan untuk berbagai jenis input akhir dipandang sebagai pembayaran

untuk pemilik input primer sebagai balas jasa secara langsung untuk memproduksi

input antara (Stern, 1999).

Pendekatan ini fokus pada teori pertumbuhan terhadap input primer,

khususnya kapital dan lahan, serta memperlakukan energi berperan tidak langsung

dalam proses pertumbuhan. Input energi primer merupakan stok sumberdaya

seperti cadangan minyak. Namun demikian, hal ini tidak ditetapkan secara

eksplisit dalam teori-teori pertumbuhan standar yang hanya fokus pada tenaga

kerja dan kapital. Oleh karenanya ide-ide tentang peranan energi dalam aliran

utama teori pertumbuhan ekonomi cenderung agak kusut (Stern 2003).

Kapital dan tenaga kerja dalam jangka waktu lebih panjang merupakan

faktor produksi yang dapat direproduksi, sedangkan energi merupakan faktor

produksi yang bersifat tidak dapat direproduksi. Oleh karenanya, para ahli

sumberdaya dan sejumlah ekonom lingkungan memberikan perhatian yang besar

terhadap peranan energi dan ketersediaannya dalam ekonomi produksi dan proses

pertumbuhan (Stern, 1999).

Hukum Termodinamika I (Hukum Konservasi) mengimplikasikan prinsip

keseimbangan massa (Ayres dan Kneese, 1969). Mengacu pada hukum tersebut,

Stern (2003) menyatakan bahwa dalam rangka memperoleh material output

dengan kuantitas yang lebih besar atau paling tidak sama dengan input yang

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

31

digunakan dalam suatu proses produksi, maka residual sebagai polutan atau sisa

produk hendaknya sekecil mungkin. Oleh karenanya material input yang minimal

dipersyaratkan dalam proses menghasilkan material output. Lebih lanjut Stern

(2003) mengacu pada Hukum Termodinamika II (Hukum Efisiensi) menyatakan

bahwa hukum tersebut mengimplikasikan kuantitas energi minimum dibutuhkan

untuk mengatasi persoalan transformasi. Oleh karenanya harus membatasi

substitusi penggunaan energi dengan faktor produksi lainnya dalam proses

produksi. Seluruh proses ekonomi membutuhkan energi, melalui sejumlah aktivitas

pelayanan yang tidak membutuhkan pengolahan material secara langsung. Namun

demikian, hal ini benar hanya pada level mikro, sedangkan pada level makro

seluruh proses ekonomi membutuhkan penggunaan material tidak langsung,

termasuk didalamnya mengelola tenaga kerja atau memproduksi kapital (Stern

2003).

Energi juga merupakan faktor produksi esensial (Stern, 1997). Seluruh

produksi melibatkan transformasi atau perubahan zat dengan sejumlah cara dan

seluruh transformasi seperti itu memerlukan energi. Berapa aspek sehubungan

dengan pengaturan/pengorganisasian, yaitu informasi, juga perlu dipertimbangkan

menjadi input non-reproduksi. Beberapa analis (seperti Spreng, 1993; Chen, 1994;

Stern, 1994; Ruth, 1995) berargumen bahwa informasi merupakan faktor produksi

yang bersifat non-reproduksi sama halnya dengan energi, dan ilmu ekonomi

lingkungan harus mempertimbangkan informasi dan akumulasinya sebagai

pengetahuan yang dibayarkan untuk energi. Energi memerlukan informasi tentang

lingkungan karena tidak dapat diaktifkan penggunaannya tanpa informasi dan

terakumulasi dalam bentuk pengetahuan. Tidak seperti energi, informasi dan

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

32

pengetahuan tidak mudah dikuantifikasikan. Tetapi faktor-faktor ini merupakan satu

kesatuan dengan mesin, tenaga kerja dan material-material yang dibuat menjadi

bermanfaat. Justifikasi biofisik ini memperlakukan kapital, tenaga kerja dan faktor-

faktor lainnya hanya sebagai faktor kapital dan tenaga kerja karena lebih mudah

diukur daripada informasi dan teknologi, ukuran-ukuran ini sangat tidak sempurna

dibandingkan energi (Stern, 1999).

Dalam pendekatan mainstream ilmu ekonomi Neoklasik, kuantitas

ketersediaan energi terhadap ekonomi pada berbagai tahun diperlakukan sebagai

endogenous, melalui pembatasan dengan batasan biofisik seperti tekanan pada

penyimpanan minyak dan keterbatasan ekonomi seperti jumlah ekstraksi

terpasang, penyulingan, dan kapasitas pembangkit, serta kemungkinan percepatan

dan efisiensi dalam proses ini dapat diproses. Namun demikian, pendekatan

analisis ini kurang digunakan untuk menganalisis peranan energi sebagai

pengendali pertumbuhan produksi dan ekonomi (Stern, 2003).

Sebagai alternatif, model-model ekonomi biofisik mengusulkan bahwa

energi merupakan faktor produksi primer. Ini dapat dipahami karena ada stok

energi tertentu yang didegradasi dalam proses penyediaan jasa-jasa untuk

perekonomian. Tetapi ini berarti bahwa ketersediaan energi dalam setiap periode

ditentukan secara exogenous (Stern, 1999). Dalam beberapa model biofisik (seperti

Gever et al., 1986) batasan geologi merupakan tingkat yang tetap dari ekstraksi

energi. Kapital dan tenaga kerja diperlakukan sebagai aliran konsumsi kapital dan

jasa tenaga kerja, bukan stok. Aliran ini dihitung dengan cara memasukkan

penggunaan energi besama-sama dengan input lainnya. Seluruh nilai tambah

dalam perekonomian dianggap sebagai nilai sewa dari penggunaan energi dalam

Page 19: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

33

perekonomian. Alternatif lainnya adalah teori distribusi produktivitas marginal

Neoklasik seperti yang dikemukan oleh Kaufmann (1987). Kemudian, dalam ilmu

ekonomi Marxist dinyatakan distribusi aktual dari surplus tergantung pada daya

tawar relatif dari perbedaan kelas-kelas sosial (Kaufmann, 1987; Hall et al.,

1986) dan pemasok bahan bakar luar negeri. Surplus energi diambil oleh pemilik

modal, lahan dan tenaga kerja. Dan model input-output menyajikan suatu

perekonomian dimana ada faktor produksi primer tunggal dengan harga yang

tidak ditentukan oleh produktivitas marginal. Produk marginal adalah nol, namun

vektor harga keseimbangan positif. Ada teknik produksi dengan proporsi yang tetap

untuk setiap komoditi dalam bentuk aliran komoditas atau kebutuhan jasa-jasa

(Stern, 1999).

Para ekonom ekologi berargumen bahwa penggunaan energi untuk

menghasilkan input-input antara seperti bahan bakar meningkat ketika kualitas

sumberberdaya seperti penyimpanan minyak menurun. Oleh karenanya biaya

energi meningkat sebagai representasi dari peningkatan kelangkaan dalam nilai

penggunaannya (Cleveland dan Stern, 1999).

Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa ada paradoks antara

perlakuan energi hanya sebagai faktor produksi primer dan perhatian terhadap

kualitas sumberdaya-sumberdaya lainnya. Perubahan kualitas sumberdaya

diperlakukan dalam model sebagai perubahan koefisien input-output, yaitu sebuah

bentuk perubahan teknis. Dalam pendekatan Costanza dan pendekatan Energi

(Brown dan Herendeen, 1996), sumberdaya dinyatakan sebagai input energi solar

dan geologi. Oleh karenanya perubahan kualitas sumberdaya dinyatakan dengan

perubahan dalam energi daripada perubahan dalam koefisien input-output. Jika stok

Page 20: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

34

sumberdaya dinyatakan secara spesifik, energi tidak akan lebih jauh dari sekedar

faktor produksi primer. Model neo-Ricardian yang dibangun oleh Perrings (1987)

dan O'Connor (1993), seperti halnya model Neo Ricardian lainnya, menyatakan

bahwa proporsi teknologi tetap dalam bentuk stok kapital daripada aliran dalam

model Leontief. Mereka tidak membedakan antara faktor produksi primer dan

intermediate. Namun pendekatan tersebut masih menempatkan batasan biofisik

seperti keseimbangan massa dan konservasi energi dalam neraca (Stern, 1999).

Jika perekonomian dapat direpresentasikan sebagai model input-output

dimana tidak ada substitusi antara faktor produksi, faktor pengetahuan dalam

faktor produksi dapat diabaikan. Ini tidak berarti bahwa penggunaan energi dan

ilmu pengetahuan dalam mendapatkan dan pemanfaatannya harus diabaikan.

Perhitungan akurat untuk seluruh penggunaan energi untuk mendukung produksi

final adalah penting. Tetapi kontribusi pengetahuan terhadap produksi tidak dapat

diasumsikan proporsional terhadap biaya energi. Melalui ilmu Thermodinamika

menempatkan batasan terhadap substitusi, derajat substitusi aktual antara stok

kapital memasukkan pengetahuan dan energi merupakan sebuah pertanyaan

secara empiris (Stern, 2003).

2.3. Kebijakan Energi Nasional

Kebijakan energi nasional merupakan bagian kebijakan publik. Menurut

Suharto (2005) bahwa kebijakan publik segala yang berkaitan dengan keputusan

atau ketetapan pemerintah untuk melakukan tindakan yang dianggap akan

membawa dampak baik bagi kehidupana warganya. Dengan demikian kebijakan

publik menunjukkan suatu konsep untuk menentukan suatu pilihan-pilihan

Page 21: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

35

tindakan tertentu yang spesifik, yang meliputi berbagai bidang-bidang seperti

bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, keamanan dan lingkungan. Dalam hal ini

kebijakan energi merupakan kebijakan publik dalam ekonomi yang lebih luas dan

berkaitan dengan berbagai isu seperti lingkungan, sosial, politik, pertahanan dan

keamanan nasional (Gunawan, 2009).

Menurut Undang-Undang Energi Nomor 30 tahun 2007 dinyatakan bahwa

kebijakan energi nasional (KEN) adalah kebijakan pengelolaan energi

berdasarkan prinsip keadilan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan guna

menciptakan kemandirian dan ketahanan nasional. Dalam UU ini kebijakan energi

nasional bertujuan untuk tercapainya kemandirian pengelolaan energi;

terjaminnya ketersediaan energi dan sumber energi dari dalam negeri dan/atau

luar negeri, terjaminnya pengelolaan sumber daya energi secara optimal, terpadu,

dan berkelanjutan;. termanfaatkannya energi secara efisien di semua sektor;

tercapainya peningkatan akses masyarakat yang tidak mampu dan/atau yang

tinggal di daerah terpencil terhadap energi untuk mewujudkan kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat secara adil dan merata,tercapainya pengembangan

kemampuan industri energi dan jasa energi dalam negeri agar mandiri dan

meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia; dan terjaganya kelestarian

fungsi lingkungan hidup.

Berdasarkan sejarahnya, menurut Yusgiantoro (2001) disebutkan bahwa

kebijakan energi di Indonesia pertama kali muncul pada tahun 1976. Tujuan dari

kebijakan tersebut adalah untuk memaksimalkan pemanfaatan sumber daya

energi. Pemerintah kemudian membentuk Badan Koordinasi Energi Nasional

(BAKOREN) yang setingkat dengan departemen dan bertanggung jawab

Page 22: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

36

memformulasikan kebijakan energi serta mengkoordinasikan implementasi

kebijakan ini. BAKOREN untuk pertama kalinya mengeluarkan Kebijaksanaan

Umum Bidang Energi (KUBE) pada tahun 1984. Kebijakan ini terus menerus

diperbarui sesuai dengan perkembangan strategis lingkungan yang mempengaruhi

pembangunan energi di Indonesia. KUBE 1984 diperbarui pada tahun 1990 yang

berisikan kebijakan pemerintah untuk melakukan intensifikasi, diversifikasi dan

konservasi energi. Upaya intensifikasi dilakukan melalui peningkatan kegiatan

survei dan eksplorasi sumber daya energi untuk mengetahui potensinya secara

ekonomis. Diversifikasi merupakan upaya untuk penganekaragaman penggunaan

energi non-minyak bumi melalui pengurangan penggunaan minyak dan

menetapkan batubara sebagai bahan bakar utama pembangkit listrik dan industri

semen. Konservasi dilakukan melalui penggunaan peralatan pembangkit maupun

peralatan pengguna energi yang lebih efisien.

Selanjutnya, KUBE tahun 1998 yang dikeluarkan oleh BAKOREN

bertujuan untuk menciptakan iklim yang mendukung terlaksananya strategi

pembangunan bidang energi dan memberikan kepastian kepada pelaku ekonomi

dalam kaitannya dengan pengadaan, penyediaan dan penggunaan energi. Dalam

KUBE ini mulai diindikasikan adanya keterbatasan sumber daya energi, terutama

minyak bumi. Minyak bumi diarahkan secara bertahap untuk digunakan dalam

negeri sebagai bahan bakar dan bahan baku industri yang dapat meningkatkan

nilai tambah yang tinggi.

Dalam KUBE 1998 kebijakan energi yang perlu ditempuh mencakup lima

kebijakan utama dan sembilan kebijakan pendukung (Sugiyono, 2004). Kebijakan

utama tersebut adalah: (1) Diversifikasi yaitu penganekaragaman pemanfaatan

Page 23: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

37

energi, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan, (2) Intensifikasi yaitu

pencarian sumber energi melalui kegiatan survei dan eksplorasi agar dapat

meningkatkan cadangan baru terutama energi fosil, (3) Konservasi energi adalah

penggunaan energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunaan

energi yang memang benar-benar diperlukan, (4) Penetapan harga rata-rata energi

yang secara bertahap diarahkan mengikuti mekanisme pasar, dan (5)

Memperhatikan aspek lingkungan dalam pembangunan di sektor energi termasuk

didalamnya memberikan prioritas dalam pemanfaatan energi bersih. Sementara itu,

kebijakan pendukung meliputi: meningkatkan investasi, memberikan insentif dan

disinsentif, standardisasi dan sertifikasi, pengembangan infrastruktur, peningkatan

kualitas SDM, pengelolaan sistem infomasi, penelitian dan pengembangan, serta

pengembangan kelembagaan dan pengaturan.

Pada tahun 2004 pemerintah dalam hal ini Departemen Energi dan Sumber

Daya Mineral (DESDM) sudah menyusun Rancangan Kebijakan Energi Nasional

(DESDM 2004). Rancangan kebijakan ini merupakan pembaruan dari KUBE tahun

1998 yang penyusunannya dilakukan bersama-sama dengan stake holders di

bidang energi. Selain itu, juga diharapkan menjadi acuan utama dalam penyusunan

Rancangan Undang-Undang tentang energi yang sedang dipersiapkan. Kebijakan

yang ditempuh masih serupa dengan KUBE sebelumnya yaitu intensifikasi,

diversifikasi, dan konservasi dengan menambah instrumen legislasi dan

kelembagaan. Hal ini tertuang di dalam blue print energi nasional mengenai

perkembangan kebijakan energi nasional. Perkembangan kebijakan energi nasional

dapat ditunjukan pada Tabel 1.

Page 24: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

38

Tabel 1. Perkembangan Kebijakan Energi Nasional, Tahun 1981 – 2003

1981 1987 1991 1998 2003Kebijakan

Umum EnergiKebijakan

Umum EnergiKebijakan

Umum EnergiKebijakan

Umum EnergiKebijakan

Umum Energi1. Intensifikasi2. Divesifikasi3. Konservasi4. Indeksasi

1. Intensifikasi2. Divesifikasi3. Konservasi

1.Intensifikasi2.Divesifikasi3.Konservasi

1. Divesifikasi2. Intensifikasi3. Konservasi4. Harga Energi5. Lingkungan

1. Intensifikasi2. Diversifikasi3. Konservasi

KebijakanPendukung

KebijakanPendukung

KebijakanPendukung

KebijakanPendukung

KebijakanPendukung

1. Penelitian danpengem,bangan.

2. Industri energi3. Iklim Investasi

1. Industri energi2. Iklim Investasi3. Harga Energi

1. Industri energi2. Iklim Investasi3. Harga Energi

KebijakanPemanfaatan

Akhir

KebijakanPemanfaatan

Akhir

KebijakanPemanfaatan

Akhir

1. Industri2.Transportasi3. Rumahtangga

1. Industri2.Transportasi3. Rumahtangga

1. Industri2.Transportasi3. Rumahtangga

1. Investasi2. Insentif &

disinsentif3. Standarisasi &

sertifikasi4. Pengembangan

Infrastruktur5. Peningkatan

Kualitas SDM6. Sistem

Informasi7. Penelitian dan

Pengembangan8. kelembagaan9. Pengaturan

1. Infrastruktur2. Penetapan

mekanismehargakeekonomian

3. Perlindungankaum duafa

4. Lingkungan5. Kemitraan

Pemerintah danswasta

6.Pemberdayaanmasyarakat

7. Litbang dandiklat

8. Koodinasiuntukoptimalisasienergi Mix

Sumber: Kementrian ESDM, 2006.

Perkembangan selanjutnya, kebijakan energi nasional saat ini mengacu pada

Undang-Undang Energi Nomor 30 tahun 2007 tentang energi. Dalam Undang-

Undang tersebut dinyatakan bahwa kebijakan energi nasional (KEN) dirancang dan

dirumuskan oleh Dewan Energi Nasional (DEN). Dewan Energi Nasional (DEN)

adalah suatu lembaga bersifat nasional, mandiri, dan tetap, yang bertanggung

jawab atas kebijakan energi nasional. Dalam hal ini DEN adalah Menteri Energi

Sumber Daya dan Minareal (ESDM).

Dalam Undang-Undang Energi tahun 2007 tentang energi menyatakan bahwa

kebijakan energi nasional meliputi: (1) ketersediaan energi untuk kebutuhan

Page 25: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

39

nasional, (2) prioritas pengembangan energi, (3) pemanfaatan sumber daya energi

nasional, dan (4) cadangan penyangga energi nasional. Tujuan yang ingin dicapai

dalam Undang-Undang ini seperti yang tercamtum dalam pasal 3 yang secara

ringkas meliputi tercapainya kemadirian penglolaan energi; terjaminnya

ketersediaan energi dan sumber energi dalam dan luar negeri; terjaminnya

pengelolaan sumberdaya energi secara optimal, terpadu dan berkelanjutan;

termanfaatkannya energi secara efisien di semua sektor; tercapainya peningkatan

akses energi ke seluruh lapisan masyarakat; tercapainya pengembangan

kemampuan industri dan jasa energi; dan terjaganya kelestarian lingkungan hidup.

Berdasarkan hasil rapat antara Dewan Energi Nasional (DEN) dengan komisi

VII DPR RI memaparkan pokok-pokok Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang

meliputi arah kebijakan energi minyak dan gas bumi, batubara, energi terbarukkan,

energi terbarukkan bahan bakar nabati (BBN), panas bumi, energi terbarukan

surya, PLT tenaga laut dan arah kebijakan energi terbarukan nuklir. Secara rinci

pokok-pokok Kebijakan Energi Nasional (KESDM, 2010) yaitu:

I. Arah Kebijakan Energi Minyak dan Gas Bumi

1. Perlu sistem fiskal untuk minyak, gas bumi dan CBM (coal bed methane)

yang lebih menjamin keuntungan atau mengurangi resiko kontraktor

dengan memberikan bagian pemerintah atau GT (government take) yang

kecil untuk R/C (revenue/cost) yang kecil dan GT yang besar untuk R/C

yang besar.

2. Perlu segera membangun infrastruktur gas termasuk LNG (liquefied

natural gas) receiving terminal, pipa transportasi, SPBG (stasiun pengisi

Page 26: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

40

bahan bakar gas), infrastruktur gas kota dan lain-lain. Perlu harga gas

dosmetik yang menarik.

3. Perlu peningkatan kualitas informasi untuk wilayah kerja yang ditawarkan

melalui perbaikan ketersediaan data antara lain data geofisika dan geologi.

4. Perlu peningkatan kemampuan nasional migas dengan keberpihakan

pemerintah misalnya untuk kontrak-kontrak migas yang sudah habis maka

pengelolaannya diutamakan untuk perusahaan nasional dengan

mempertimbangkan program kerja, kemampuan teknis dan keuangan.

5. Perlu mendorong perbankan nasional untuk memberikan pinjaman guna

membiayai kegiatan produksi energi nasional.

6. Dana depletion premium dari energi tak terbarukan sangat diperlukan

guna meningkatkan kualitas informasi untuk penawaran konsesi-konsesi

migas baru, peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan penelitian,

infrastruktur pendukung migas, serta untuk pengembangan energi non-

migas dan energi di pedesaan.

7. Perlu dikaji segera kemungkinan impor gas (LNG), karena lebih

baik/murah mengimpor gas daripada mengimpor minyak dan BBM. Di

sektor rumah tangga, pemakaian LPG lebih murah dari pemakaian minyak

tanah. Di sektor transportasi, penggunaan BBG lebih murah dan lebih

bersih daripada BBM.

8. Perlu diperbaiki sistem birokrasi dan informasi serta kemitraan di

lingkungan ESDM di samping koordinasi antar institusi untuk mengatasi

permasalahan-permasalahan fiskal, perijinan, tanah, tumpang tindih lahan,

lingkungan, permasalahan desentralisasi dan lain-lain.

Page 27: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

41

II. Arah Kebijakan Batubara

1. Mengutamakan kebutuhan dalam negeri dan melakukan pembatasan

ekspor.

2. Melakukan pengaturan harga domestik dan kebutuhan internasional

(ekspor).

3. Mengatur tatalaksana produksi dan pasar mulai dari hulu sampai hilir

termasuk pembentukan badan pengatur yang independen.

4. Mengembangkan infrastruktur, transportasi, stockpiling dan blending.

5. Menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan pada pertambangan

batubara antara lain memasukkan biaya lingkungan, good mining

practices, pembatasan open surface mining, mengutamakan tambang

dalam, prioritas tata ruang, konservasi lingkungan dan pemanfaatan

teknologi bersih.

6. Melakukan regionalisasi batubara termasuk mine mouth power plant.

7. Meningkatkan eksplorasi sumber daya (laju produksi seimbang dengan

laju penambahan sumber daya dan cadangan).

III. Arah Kebijakan Energi Terbarukan

1. Pengembangan energi terbarukan difokuskan pada panas bumi

(geothermal), energi biomass, surya (solar) dan bahan bakar nabati.

2. Penyediaan dana khusus untuk penelitian dan pengembangan energi

terbarukan guna menurunkan biaya produksi.

3. Pengaturan dan pemberlakuan harga khusus untuk energi terbarukan.

Page 28: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

42

4. Peningkatan pengembangan industri peralatan produksi energi terbarukan

dalam negeri (peralatan penyulingan BBN, solar cell dan panel harus

menggunakan produksi dalam negeri).

5. Pengalokasian dana dengan skema khusus (smart funding) untuk

pengembangan energi terbarukan diluar BBN, khususnya untuk skala

kecil.

6. Pemerintah melakukan pengaturan dan pengalokasian dana dari program

Clean Development Mechanism (CDM), sehingga insentif karbon kredit

dapat memberi manfaat pada publik.

IV. Arah Kebijakan Energi Terbarukan Bahan Bakar Nabati (BBN)

1. Pengembangan BBN untuk menggantikan sebagian BBM.

2. Pada tahap awal pengembangan BBN dilakukan oleh beberapa perusahaan

besar yang dipilih untuk mencapai nilai keekonomian.

3. Pengaturan quota mandatory BBN bagi perusahaan penyedia listrik.

4. Penyempurnaan penetapan besaran quota mandatory dalam penggunaan

BBN untuk sektor transportasi.

V. Arah Kebijakan Energi Terbarukan Panas Bumi

1. Meningkatkan ekplorasi panas bumi dan membuat perkiraan biaya yang

layak pada lokasi yang berbeda-beda.

2. Memastikan status tataguna lahan di hutan-hutan yang memiliki potensi

panas bumi.

Page 29: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

43

3. Mengkaji implementasi peraturan perundang-undangan di sektor panas

bumi untuk mendekatkan sektor hulu dan hilir.

4. Melakukan penyempurnaan di dalam pengelolaan dan persyaratan tender

panas bumi, yang antara lain meliputi : Pendelegasian kepada PLN untuk

melaksanakan tender, pembagian resiko yang menguntungkan antara PLN

dan pengembang, harga jual dan mekanismenya serta pembinaan untuk

skala kecil dan penyehatan BUMN.

5. Meningkatkan kemampuan dalam negeri untuk mendukung kegiatan

eksplorasi dan industri pendukung kelistrikan.

VI. Arah Kebijakan Energi Terbarukan Surya

1. Penerapan mandatory penggunaan solar cell pada pemakai tertentu

(industri besar, gedung komersial dan rumah mewah, PLN).

2. Mensinergikan mandatory dan penerapan feed in tarrif.

3. Penerapan audit teknologi terhadap komponen/peralatan instalasi PLTS.

4. Mengembangkan industri komponen/peralatan instalasi PLTS.

5. Mentargetkan pencapaian keekonomian PLTS ke grid connected tarrif

dalam waktu 10 tahun.

6. Mengembangkan penguasaan teknologi PLTS dalam negeri baik melalui

pembelian license atau meningkatkan penelitian dan pengembangannya.

VII. Arah Kebijakan Energi Terbarukan PLT Tenaga Laut

1. Meningkatkan ekplorasi sumberdaya energi berbasis arus, gelombang dan

perbedaan suhu air laut.

Page 30: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

44

2. Meningkatkan kemampuan nasional untuk peningkatan pemanfaatan

energi arus, gelombang dan perbedaan suhu air laut, baik skala industri

maupun domestik di seluruh kawasan laut Indonesia yang potensial.

3. Meningkatkan kemampuan penelitaan dan pengembangan di bidang energi

laut menuju pemanfaatannya secara ekonomis.

VIII. Arah Kebijakan Energi Terbarukan Nuklir

1. Krisis listrik nasional sudah berlangsung cukup lama, yang telah

mengakibatkan terganggunya kehidupan sosial, pertumbuhan industri,

ekonomi, dan sebagainya. Salah satu diantaranya adalah banyak angkatan

kerja yang tidak dapat tertampung. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

(PLTN) di samping ramah lingkungan juga dapat mengatasi krisis listrik

dalam waktu yang relatif cepat untuk kapasitas yang sangat besar. Oleh

sebab itu, PLTN merupakan solusi untuk mengatasi krisis listrik nasional.

2. Pemerintah meningkatkan kegiatan eksplorasi sumberdaya nuklir nasional.

3. Pemerintah harus konsisten dalam menerapkan kebijakan pemanfaatan

energi nuklir sesuai dengan UU No. 17 tahun 2007 tentang RPJP, dimana

pada Bab. IV.2.3. RPJM ke-3 (2015–2019), dinyatakan: “... mulai

dimanfaatkannya tenaga nuklir untuk pembangkit listrik dengan

mempertimbangkan faktor keselamatan secara ketat,...”.

4. Pemerintah perlu segera membentuk lembaga atau BUMN khusus yang

ditugaskan untuk mengimplementasikan program PLTN sesuai dengan UU

No. 17 tahun 2007. Studi kelayakan PLTN yang lebih komprehensif,

Page 31: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

45

termasuk penetapan waktu pembangunan PLTN pertama, sebagaimana

amanat Sidang DEN yang ke-4, dikoordinasikan oleh lembaga tersebut.

5. Pengembangan nuklir untuk energy security of supply dan lingkungan.

6. Perlu peningkatan sosialisasi dengan data dan informasi yang obyektif

(teknis, ekonomis, keamanan/kendala dan sebagainya) dengan dana yang

memadai, baik itu untuk generasi muda maupun untuk unsur masyarakat

lainnya. (SF)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum kebijakan energi

nasional meliputi kebijakan diversifikasi, intensifikasi dan konservasi energi. Ketiga

dari kebijakan tersebut dapat dijalan secara simultan agar sasaran dari kebijakan

tersebut dapat tercapai. Menurut Sugiyono (2004), secara umum sasaran dari

kebijakan energi, yaitu mengurangi ketergantungan pada minyak bumi sebagai

sumber energi melalui diversifikasi dan intensifikasi sumber daya energi sudah

cukup berhasil. Namun sasaran efisiensi penggunaan melalui konservasi dapat

dikatakan gagal. Hal ini disebabkan adanya kontradiksi antara kebijakan konservasi

dengan kebijakan pemberian subsidi BBM.

2.4. Tinjauan Studi Empiris

2.4.1. Studi Konsep Pertumbuhan Ekonomi dan Energi

Peranan energi dalam pertumbuhan ekonomi secara jelas dipaparkan

dalam artikel yang ditulis oleh Stern (2003), Alam (2006), Momete (2007), dan

Ramos-Martini dan Ortega-Cerdà (2003). Pada prinsipnya keempat penulis ini

memaparkan tentang peranan penting dari energi dalam mendorong pertumbuhan

energi suatu negara. Rumusan dari artikel tersebut dijelaskan berikut ini.

Page 32: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

46

Artikel yang ditulis Stern (2003) menjelaskan hubungan antara energi dan

pertumbuhan ekonomi dan menjelaskan peranan energi dalam produksi

perekonomian. Ketika ilmuan bisnis dan keuangan memberikan perhatian yang

signifikan terhadap dampak harga minyak dan harga energi lainnya terhadap

aktivitas perekonomian, teori pertumbuhan eknomi Neoklasik tidak memberikan

perhatian (perhatian yang kecil) terhadap peranan energi atau sumber-sumber

energi natural dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Para ilmuan ekonomi

sumberdaya dan ekologi mengkritik teori tersebut, khusunya sehubungan dengan

implikasi termodinamika untuk produksi ekonomi dan prospek perekonomian

jangka panjang.

Ketika model alternatif menjelaskan bahwa proses pertumbuhan tidak

bekerja dalam ekonomi Neoklasik, hasil studi empiris menunjukkan peranan

energi dalam proses pertumbuhan. Hasil temuan utama menunjukkan bahwa

adalah penggunaan energi per unit output ekonomi menurun, tetapi terjadi

pergeseran energi yang besar dari penggunaan secara langsung bahan bakar fosil

seperti batubara ke penggunaan bahan bakar yang berkualitas lebih tinggi,

khususnya listrik. Ketika pergeseran ini terjadi dalam komposisi penggunaan

energi final ditempatkan dalam penggunaan neraca energi dan level aktivitas

ekonomi ditemukan masalah ganda. Ketika hal ini dan trend lainnya ditempatkan

dalam neraca, prospek pengurangan penggunaan energi dalam aktivitas ekonomi

menjadi terbatas (Stern, 2003).

Berangkat dari teori ekonomi Neoklasik, Alam (2006) membangun

sebuah alternatif konsep ekonomi yang memasukkan energi bersama-sama dengan

kapital, tenaga kerja, dan teknologi sebagai faktor produksi. Dinyatakan bahwa

Page 33: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

47

konstruk ekonomi Neoklasik dibangun berdasarkan tiga faktor produksi: kapital,

tenaga kerja dan teknologi. Produksi pada awal setiap periode menggunakan

kapital, tenaga kerja dan teknologi dalam tertentu. Kapital pada priode-periode

awal merupakan proporsi dari output perekonomian ditentukan oleh priode

sebelumnya. Para ilmuan Neoklasik secara umum tidak tegas tentang bagaimana

tenaga kerja diproduksi atau direproduksi; mereka mengasumsikan

pertumbuhannya eksogen. Teknologi digambarkan sebagai cadangan ketersediaan

ilmu pengetahuan untuk suatu perekonomian. Pengetahuan diwujudkan dalam

mesin-mesin, keahlian manusia, atau ditempatkan dalam bentuk kode-kode dan

tatanan sosial.

Lebih lanjut dinyatakan bahwa kekosongan dari neraca perekonomian

Neoklasik adalah tidak dimasukkannya energi sebagai kekuatan primer yang

mengendalikan seluruh aktivitas ekonomi. Cukup meyakinkan, energi masuk

dalam ekonomi neoklasik sebagai effort dari tenga kerja, tetapi sumberdaya energi

telah mengalami penurunan secara tajam selama dua decade terakhir. Energi dari

sumberdaya non manusia, seperti batubara, minyak, listrik, pangan atau pupuk,

masuk dalam perekonomian hanya sebagai input intermediet, dan masuk dalam

neraca pendapatan nasional suatu negara sebagai nilai tambah dalam sektor

energi. Cukup sederhana, energi bukan merupakan faktor produksi. Dengan kata

lain, ilmu ekonomi Neoklasik membangun ketidakseimbangan antara ekonomi

dan ekologi. Ekonomi neoklasik berada dalam kondisi isolasi yang baik sekali

dari sifat alamiah dan terbebas dari energi.

Diantara sejumlah ilmuan ekonomi, Georgescu-Roegen (1972 dan 1976)

adalah yang pertama kali memberikan komentar terhadap diabaikannya energi

Page 34: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

48

dalam teori ekonomi. Dia menyatakan bahwa ilmuan ekonomi Marxists dan

Neoklasik tersamar dari sifat alamiah; mereka menempatkan aliran sumberdaya

dan energi sebagai suatu yang pasti dan terhindar dari pemborosan output

perekonomian. Georgescu-Roegen (1976) berargumen bahwa dalam ilmu

ekonomi standar tidak dikenal apa yang disebut dengan “terrestrial resources of

energy and materials are irrevocably used up and the harmful effects of pollution

on the environment accumulate.” Para ahli ekonomi optimis tentang peluang tiada

akhir dari pertumbuhan yang mengabaikan sifat alamiah dari kalkulusnya.

Mengacu pada pendapatan Georgescu-Roegen dan lainnya, wajah baru dari ilmu

ekonomi ekologi dijabarkan dengan cara yang berbeda dengan memasukkan

sejumlah batasan terhadap pertumbuhan.

Paper yang ditulis Alam (2006) bertujuan untuk menempatkan sifat-sifat

dasar dari suatu perekonomian dengan energi sebagai kekuatan pengendali dibalik

seluruh aktivitas ekonomi. Dengan fokus terhadap energi, perekonomian harus

dipandang sebagai suatu sistem aliran energi, sebuah kesuksesan dalam

mengkonversi energi, yang masuk dalam proses produksi barang dan jasa. Dengan

adanya pemikiran ini diharapkan dapat mengubah pemahaman kita tentang tenaga

kerja dan kapital sebagai sumber pertumbuhan. Gambaran yang difokuskan pada

energi mampu menfasilitasi pemahaman yang lebih baik tentang revolusi industri

dan pencetusan dalam pertumbuhan ekonomi telah dihasilkan sejak abad ke-19.

Sebagai resume utama dari artikel ini, Alam (2006) menyatakan bahwa:

Pertama, sketsa perekonomian sebagai suatu sistem energi akan membantu

memecahkan perbedaannya dengan pendekatan ekonomi Neoklasik dalam fungsi

produksi agregat. Ekonomi berisikan aliran produksi energi dan aktivitas-aktivitas

Page 35: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

49

penggunaan energi. Energi adalah sentral untuk perekonomian tersebut karena

mengendalikan seluruh aktivitas ekonomi. Ini menfokuskan pada energi sebagai

sumber yang bersifat mendasar, untuk aktivitas konversi dan mengkonversi

kembali energi tersebut, dan terakhir untuk aktivitas-aktivitas yang menggunakan

energi untuk memproduksi barang dan jasa. Sampai abad ke-19, seluruh

perekonomian menggunakan energi yang bersumber dari sumber-sumber organik.

Setelah dua dekade berlalu, terjadi transisi sumber energi dari sumber-sumber

organik menjadi anorganik, terutama sekali bahan bakar fosil.

Kedua, para ilmuan ekonomi Neoklasik mengabaikan energi dalam

perekonomian, yang memisahkan ekonomi dari ekologi atau sumber-sumber

energi. Ini ditangkap dalam konsep fungsi produksi, sebuah pemetaan dari faktor-

faktor yang hanya memasukkan tenaga kerja dan kapital untuk menghasilkan

output, serta teknologi. Sebagai hasilnya, neraca pertumbuhan ekonomi Neoklasik

disajikan dalam bentuk pertumbuhan kapital, tenaga kerja, dan teknologi. Energi

tidak memainkan peranan dalam pertumbuhan dan sumber-sumber pertumbuhan.

Ketiga, pengabaian energi dalam kerangka pemikiran Neoklasik

membuatnya sulit untuk mendefenisikan tenaga kerja dan kapital. Buku teks-buku

teks ilmu ekonomi yang ada tidak membantu dan tidak konsisten mendefenisikan

ilmu ekonomi. Hal ini tidak mengejutkan ketika tenaga kerja dan kapital

memainkan peranan pendukung dalam perekonomian yang hanya dapat

dipamahami dalam kaitannya dengan energi. Bersama-sama, mereka menguraikan

energi dari sumber-sumber natural, mengkonversi dan mengkonversi kembali

sumber-sumber tersebut untuk digunakan dalam aktivitas perekonomian, dan

kemudian arah dari aliran penggunaan energi ini untuk memproduksi dan

mengkonsumsi barang dan jasa.

Page 36: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

50

Keempat, pengabaian energi dalam fungsi produksi Neoklasik

menyimpang dari analisis standar dari pertumbuhan dan sumber-sumber

pertumbuhan. Para ilmuan Neoklasik gagal untuk memperkenalkan hal tersebut

dalam banyak kasus, pertumbuhan merupakan kecepatan dari aktivitas; jika

aktivitas ini menggunakan mesin, jumlahnya dipengaruhi oleh kecepatan mesin.

Ini menentukan sebuah arah keterkaitan antara energi dan pertumbuhan: ketika

kecepatan selalu tergantung pada penggunaan energi. Ini berarti bahwa

pertumbuhan menempatkan penawaran energi sebagai sumber pertumbuhan

ekonomi yang sangat diperlukan.

Kelima, pengabaian energi dari kerangka pemikiran ekonomi Neoklasik,

dan kegagalannya untuk mengubah hubungan antara energi dan pertumbuhan,

berarti mereka tidak menguraikan hubungan dinamik antara penggunaan energi

yang lebih besar dan perubahan teknis yang berhubungan dengan ketersediaan

energi. Pengenalan energi baru seperti kincir air, kincir angin, mesin penyemprot

atau peledak menciptakan suatu kekuatan daya dorong untuk membuat alat bagi

pertumbuhan yang bermanfaat dan penyediaan energi yang lebih murah

menggantikan energi anorganik untuk lahan dan tenaga kerja. Kerangka

pemikiran produksi Neoklasik tidak menjelaskan hubungan ini.

Keenam, analisis standar dari sumber-sumber pertumbuhan bermasalah

karena mengasumsikan tenaga kerja homogen. Tenaga kerja seharusnya

dipandang memiliki dua fungsi, yaitu penyediaan energi dan pengawasan aliran

energi. Apabila proporsi rata-rata tenaga kerja dikombinasikan dengan energi

sebagai fungsi dari pertumbuhan ekonomi, tidak dapat diasumsikan bahwa tenaga

kerja adalah faktor homogen dalam konteks pertumbuhan.

Page 37: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

51

Terakhir, para ilmuan ekonomi Neoklasik juga mengalami kekosongan

pemikiran yang signifikan dalam hal pembedaan antara perekonomian organik

dan perkonomian fosil. Tanpa suatu pemahaman tentang regim energi, mereka

gagal untuk membangun sebuah apresiasi yang patut dari sumber-sumber tesebut,

waktu dan kecepatan transpormasi ekonomi yang terjadi sejak awal dekade abad

ke-19. Malahan mereka mencoba untuk menjelaskan revolusi industri dalam

bentuk perubahan teknis yang menstimulasi temuan-temuan ilmiah. Demikian

juga, mereka gagal untuk menguraikan keterbatasan penyediaan energi, yang

dihasilkan dari bahan bakar fosil, dalam menstimulasi keberhasilan inovasi dan

pertumbuhan kapital dan keahlian. Untuk alasan yang sama, para ilmuan ekonomi

Neoklasik tidak menjelaskan ketidakseimbangan pembangunan dari dua

perekonomian dengan keterbatasan energi yang berbeda dalam ekologi mereka.

Senada dengan Stern (2003) dan Alam (2006), artikel yang ditulis oleh

Momete (2007) memberikan perhatian pada pentingnya energi untuk

pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia, serta dampaknya terhadap

pembangunan berkelanjutan. Dengan pendekatan Trinomial dan analisis trend,

dapat dinyatakan bahwa konsumsi energi berdampak negatif terhadap lingkungan,

dan pada waktu yang sama berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Sehubungan dengan upaya untuk mengidentifikasi dampak energi secara

keseluruhan, dapat dinyatakan bahwa konsumsi energi berkorelasi dengan

pertumbuhan ekonomi dan emisi CO2. Lebih lanjut dari paper ini dapat

dinyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan harus dirasakan sebagai dimensi

lain dari pertumbuhan ekonomi yang hanya dapat dicapai dengan produksi dan

penggunaan energi berkelanjutan.

Page 38: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

52

Ramos-Martini dan Ortega-Cerdà (2003) melakukan studi yang didasarkan

pada pendapat bahwa wujud dari perekonomian thermodinamika membuka sistem

lebih jauh dari keseimbangan, dan ilmu ekonomi lingkungan Neoklasik bukanlah

cara yang terbaik untuk menggambarkan perilaku sistem seperti itu. Analisis

ekonomi standar melakukan pengembangan, pendekatan prediktif dan

deterministik, yang mendorong untuk melakukan kebijakan prediktif untuk

mengatasi masalah-masalah lingkungan. Hal ini secara aktual menjelaskan

hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan konsumsi pada kondisi hipotesis

dematerialisasi, yang dikenal dengan kurva lingkungan Kuznet atau kurva yang

berbentuk huruf U terbalik. Ini memperlihatkan kepada kita bahwa karakteristik

dari sistem ekonomi mengikuti perilaku yang kompleks, suatu analisis ex-post

dalam kerangka ilmu ekonomi ekologi yang lebih tepat, yang menggambarkan

perekonomian sebagai sistem non-kontinu dan non-prediktif dan yang

memperlihatkan kebijakan sebagai mekanisme pengendalian.

Mengacu pada latar belakang tersebut, Ramos-Martini dan Ortega-Cerdà

(2003) menyajikan sejumlah data empiris tentang evolusi intensitas energi untuk

negara maju dan negara berkembang. Dalam rangka menguji hipotesis tidak

adanya hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan penggunaan energi, disajikan

diagram fase intensitas penggunaan energi dari data deret waktu.

Temuan utama dari hasil kajian Ramos-Martini dan Ortega-Cerdà (2003)

menyebutkan bahwa dalam kenyataannya perekonomian memperlihatkan perilaku

non-linier pada variabel-variabel kunci dan tahapan pembangunan pada level

hirarki yang berbeda membentuk hipotesis ‘punctuated equilibrium’ yang

bermanfaat pada skala yang lebih tinggi, mengindikasikan suatu sistem

Page 39: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

53

perekonomian yang lebih terbuka pada masa mendatang. Tahapan perilaku

intensitas energi menegaskan bahwa hanya dengan mempertimbangkan energi

sebagai barang konsumsi dan faktor produksi tidak cukup untuk memahami

evolusi perekonomian. Intensitas energi adalah variabel kunci yang dapat

digunakan sebagai indikator perubahan struktur sosial ekonomi, struktur keuangan

atau hubungan ekonomi-lingkungan. Hal tersebut juga dapat digunakan sebagai

indikator dari struktur yang baru. Ketersediaan data dan dukungan teknik analisis

konsumsi energi dapat dipandang sebagai persyaratan dan kompleksitas hubungan

sistem ekonomi pada masa mendatang.

International Energy Association (IEA) sejak tahun 1993 telah

menyediakan proyeksi energi dalam jangka menengah sampai jangka panjang

dengan menggunakan World Energy Model (WEM). WEM merupakan konstruk

secara matematik skala besar yang dirancang untuk menggambarkan tentang

fungsi pasar energi sebagai alat utama yang digunakan untuk menjabarkan secara

detail proyeksi sektor per sektor dan wilayah per wilayah untuk kedua referensi

skenario dan berbagai skenario kebijakan alternatif. Model yang telah dibangun

selama ini dibuat dalam enam modul utama, yaitu: permintaan energi akhir;

pembangkit listrik; kilang dan transformasi lain; suplai bahan bakar fosil, emisi

CO2, dan investasi seperti pada Gambar 8.

Dari Gambar 8 dapat dinyatakan bahwa asumsi-asumsi eksogen yang

utama menekankan pada pertumbuhan ekonomi, demografi, harga bahan bakar

fosil internasional, dan perkembangan teknologi. Konsumsi listrik dan harga

listrik berhubungan secara dinamis dengan modul permintaan energi final dan

pembangkit listrik. Model kilang minyak menproyeksikan keluaran dan

Page 40: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

54

persyaratan kapasitas berdasarkan permintaan minyak global. Permintaan utama

bahan bakar fosil berfungsi sebagai input untuk modul penawaran. Neraca energi

lengkap dikompilasi di tingkat regional dan emisi CO2 masing-masing daerah

kemudian dihitung menggunakan penurunan faktor-faktor karbon.

Sumber: IEA, 2008

Gambar 8. Gambaran Model Energi Dunia

Dari aspek teknis, parameter dari modul-modul persamaan permintaan

diduga dengan menggunakan pendekatan ekonometrika. Untuk memperhitungkan

perubahan yang diharapkan secara struktural, kebijakan atau teknologi,

penyesuaian parameter-parameter dibuat selama periode pengamatan,

menggunakan model dan teknik ekonometrika. Modul permintaan dapat diisolasi

dan simulasi dijalankan secara terpisah. Hal ini sangat berguna dalam proses

penyesuaian dan analisis sensitivitas yang terkait dengan faktor tertentu.

Dalam WEM, sejumlah asumsi makroekonomi dan kependudukan

digunakan sebagai referensi dan skenario kebijakan alternatif. Proyeksi-proyeksi

Modul-Modul

Regional

Asumsi-Asumsi Eksogen

Permintaan EnergiAkhir

Pembangki Listrik,Kilang Minyak

Suplai EnergiFosil

Neraca Energi Regional

Emisi CO2 Investasi

Page 41: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

55

dilakukan berdasarkan pada rata-rata harga eceran dari setiap bahan bakar yang

digunakan oleh pengguna akhir, pembangkit listrik dan sektor transformasi

lainnya. Harga-harga pengguna akhir diturunkan dari asumsi tentang harga

internasional bahan bakar fosil. Harga bahan bakar fosil cenderung meningkat dari

tahun ke tahun.

2.4.2. Studi Pertumbuhan Ekonomi dan Energi di Indonesia

Telah terdapat banyak studi yang membahas tentang hubungan antara

pertumbuhan ekonomi dan energi di Indonesia. Berbagai penelitian tersebut

menggunakan metode kuantitatif maupun metode kualitatif dan kombinasi

diantaranya. Berikut ini dipaparkan tentang sejumlah studi tentang pertumbuhan

ekonomi dan energi di Indonesia.

Sugiyono (1999) membangun model energi Indonesia dengan

menggunakan dua paradigma, yaitu paradigma model top-down dan model

bottom-up. Model top-down menyajikan analisis perilaku perekonomian secara

makro berdasarkan harga dan elastisitas. Model bottom-up mempertimbangkan

berbagai pilihan teknologi untuk penyediaan energi dan sektor pengguna energi

dalam terminologi biaya, bahan bakar dan karakteristik emisi. Namun demikian

untuk keperluan proyeksi permintaan dan penyedia energi menggunakan

paradigma gabungan top-down dan bottom-up. Dengan demikian tujuan penelitian

ini adalah untuk membuat proyeksi permintaan dan penyediaan energi di

Indonesia. Proyeksi permintaan dan penyediaan energi ini dilakukan untuk dua

kondisi perekonomian di Indonesia yaitu sebelum dan setelah krisis ekonomi.

Page 42: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

56

Model yang digunakan Sugiyono (1999) adalah model direpresentasikan

sebagai persamaan matematik dalam bentuk nonlinear programming dengan

menggunakan software General Algebraic Modeling System(GAMS). Model

dibuat dengan tahun dasar 1995 dan untuk memproyeksikan permintaan dan

penyediaan energi di Indonesia sampai tahun 2030. Periode proyeksi diambil 5

tahun untuk 1 periode, sehingga ada 7 periode dalam model. Data yang berkaitan

dengan kondisi makroekonomi diperoleh dari International Monetary Fund

(IMF) dan Biro Pusat Statistik (BPS) dari tahun 1980 sampai tahun 1996.

Sedangkan data yang berhubungan dengan energi diperoleh dari beberapa

publikasi dari institusi yang berhubungan dengan bidang energi seperti Direktorat

Jenderal Listrik dan Pengembangan Energi (DJLPE), Komite Nasional Indonesia,

World Energy Council (KNI-WEC), PT PLN Persero, BPPT, dan Pertamina. Data

setelah terjadi krisis ekonomi diperoleh dari berbagai artikel di surat kabar dan

majalah yang terbit selama tahun 1997 sampai dengan awal tahun 1999. Skenario

yang digunakan untuk dianalisis yaitu skenario bila tidak terjadi krisis ekonomi

dan skenario base line yang merupakan kondisi seperti saat ini setelah terjadi

krisis ekonomi. Skenario bila tidak terjadi krisis ekonomi merepresentasikan studi

yang dilakukan sebelum terjadinya krisis ekonomi. Disamping itu juga dilakukan

analisis sensitivitas terhadap discount rate untuk melihat pengaruhnya terhadap

permintaan energi dan pertumbuhan ekonomi.

Hasil penelitian Sugiyono (1999) menunjukkan bahwa permintaan energi

akan tumbuh sebesar 4.3 persen per tahun seandainya tidak terjadi krisis

ekonomi. Dalam kondisi krisis ekonomi, pertumbuhan permintaan energi

diproyeksikan hanya sebesar 2.9 persen per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan

Page 43: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

57

energi tersebut batubara menjadi primadona sebagai sumber energi primer bila

tidak terjadi krisis. Dengan adanya krisis ekonomi yang mengakibatkan

permintaan energi tidak mengalami banyak kenaikan maka gas alam dan batubara

yang berperan besar sebagai sumber energi primer. Dengan berperannya bahan

bakar fosil sebagai energi di masa depan maka emisi CO2 dari penggunaan energi

juga akan meningkat. Dalam model ini hanya emisi CO2 yang diperhitungkan.

Untuk pengembangan studi selanjutnya, model dapat dikembangkan untuk

menganalisis emisi seperti SO2, NO2, dan debu.

Disamping itu, Sugiyono (2004) juga menulis artikel tentang Perubahan

Paradigma Kebijakan Energi Menuju Pembangunan yang Berkelanjuta. Artikel

yang ditulis ini dilatarbelakangi oleh sumberdaya energi yang digunakan di

Indonesia adalah energi fosil (minyak bumi, gas bumi, dan batubara) yang tidak

dapat diperbaharui dan energi yang dapat diperbaharui (tenaga air dan tenaga

panas bumi). Kondisi minyak bumi saat ini sudah cukup kritis. Laju penemuan

cadangan energi lebih rendah dari laju konsumsi energi. Bila tidak diketemukan

cadangan baru, Indonesia menjadi negara pengimpor minyak. Berbagai kebijakan

telah diterapkan selama ini dengan penekanan pada intensifikasi, diversifikasi, dan

konservasi. Namun untuk sektor transportasi, penggunaan minyak bumi dan

subsitusi ke penggunaan batubara tidak memungkinkan. Penggunaan tenaga listrik

dan gas untuk sektor transportasi masih relatif mahal apalagi dengan

menggunakan energi terbarukan. Sehingga ketergantungan akan minyak bumi

untuk sektor transportasi tidak dapat dihindari. Kebijakan energi yang ada saat ini

belum tanggap terhadap rentannya pasokan minyak bila Indonesia menjadi negara

pengimpor minyak. Untuk mengatasinya perlu paradigma baru dalam membuat

Page 44: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

58

kebijakan. Dengan demikian tulisan ini bertujuan untuk membahas kebijakan

energi yang diperlukan serta proses pembuatannya supaya dapat memenuhi

kriteria yang diharapkan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

Menurut Sugiyono (2004), untuk mewujudkan pembangunan energi

berkelanjutan, yakni pembangunan energi yang memenuhi kriteria ekonomis,

bermanfaat secara sosial, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup, diperlukan

kebijakan yang kondusif yang didukung dengan kemandirian finansial, teknologi

dan sumber daya manusia. Kemandirian finansial dapat dicapai bila mampu secara

mandiri membiayai operasional penyediaan dan penggunaan energi nasional.

Kemandirian teknologi harus dilakukan melalui tahapan yang panjang. Tahap

awal adalah meningkatkan kemampuan teknologi nasional dalam penyediaan

barang dan jasa di sektor energi sehingga kandungan lokal teknologi nasional

dalam barang atau jasa tersebut semakin besar. Sedangkan kemandirian

sumberdaya manusia (SDM) dapat dicapai dengan terus meningkatkan

kemampuan SDM dalam negeri di sektor energi yang melibatkan masyarakat

secara aktif.

Lebih lanjut dinyatakan bahwa secara umum sasaran dari kebijakan energi,

yakni mengurangi ketergantungan pada minyak bumi sebagai sumber energi

melalui diversifikasi dan intensifikasi sumberdaya energi, sudah cukup berhasil.

Namun sasaran efisiensi penggunaan energi melalui konservasi dapat dikatakan

gagal karena adanya kontradiksi antara kebijakan konservasi dengan kebijakan

pemberian subsidi BBM. Strategi pengembangan energi jangka pendek dan

jangka panjang juga belum tersusun dengan jelas. Kebijakan-kebijakan yang ada

masih terkesan sebagai kebijakan parsial yang tidak ada aliran strategis terhadap

Page 45: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

59

program jangka panjangnya. Oleh karenanya pada masa mendatang perlu suatu

paradigma baru yang terkait dengan: (a) Proses pembuatan kebijakan harus

transparan dan terbuka bagi masyarakat sehingga masyarakat dapat berpartisipasi

untuk menyempurnakan kebijakan tersebut; (b) Kebijakan sebaiknya bersifat

kualitatif dan kuantitatif sehingga dampaknya dapat dengan mudah dievaluasi;

dan (3) Perlu dipikirkan adanya kebijakan tentang keamanan energi (energy

security).

Sugiyono (2005) juga menulis artikel tentang Pemanfaatan Biofuel dalam

Penyediaan Energi Nasional Jangka Panjang. Artikel yang tulis oleh Sugiyono

(2005) diawali dengan permasalahan bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi

dan populasi dengan segala aktivitasnya akan meningkatkan kebutuhan energi di

semua sektor pengguna energi. Konsumsi energi final meningkat dari 221,33 juta

Setara Barel Minyak (SBM) pada tahun 1990 menjadi 489,01 juta SBM pada

tahun 2003 atau meningkat sebesar 6,3 persen per tahun. Berdasarkan jenis

energinya, konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan konsumsi energi

final terbesar. Pada tahun 2003 konsumsi BBM sebesar 329 juta SBM (67,7

persen), Bahan Bakar Gas (BBG) sebesar 63 juta SBM (13,0 persen), listrik

sebesar 55 juta SBM (11,3 persen), batubara sebesar 31 juta SBM (6,4 persen),

dan LPG sebesar 8 juta SBM (1,6 persen). Sebagian besar konsumsi BBM

digunakan untuk sektor transportasi. Peningkatan kebutuhan energi tersebut tidak

didukung oleh pasokan energi jangka panjang secara berkesinambungan,

terintegrasi, dan ramah lingkungan. Sementara itu, pasokan energi berasal dari

sumber energi dalam negeri dan dari impor dari negara lain. Apabila pasokan

energi dalam negeri tidak mencukupi untuk kebutuhan dalam negeri dan

Page 46: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

60

Indonesia harus mengimpor BBM dari Negara lain. Impor yang tinggi tentu akan

membahayakan negeri ini. Kondisi ini juga didukung oleh potensi sumberdaya

minyak bumi dan kemampuan kapasitas kilang di dalam negeri yang terbatas.

Oleh karena itu perlu dicarikan bahan bakar alternatif untuk substitusi BBM.

Dengan demikian tujuan dari penulisan ini membahas peluang pemanfaatan

biodiesel sebagai bahan bakar alternatif untuk mesin diesel dan bioethanol sebagai

bahan bakar alternatif untuk mesin bensin di sektor transportasi. Pengembangan

dalam pemanfaatan biofuel menjadi lebih menarik dengan semakin meningkatnya

harga minyak mentah dunia yang mencapai US$70 per barel pada akhir tahun

2005.

Selanjutnya metodologi yang digunakan oleh Sugiyono (2005) adalah

menggunakan model reference energy system (RES) yang diformulasi dalam

bentuk linear programming. Model akan mengalokasikan penyediaan energi

primer dan sekunder dengan fungsi obyektif meminimumkan total biaya

penyediaan energi dan dengan kendala berbagai pilihan sumber dan teknologi

energi untuk memenuhi kebutuhan energi final maupun energi bermanfaat.

Analisis dilakukan dengan tahun dasar 2003 dan periode analisis sampai dengan

tahun 2025. Proyeksi kebutuhan energi merupakan masukan model MARKAL

dan diproyeksikan dengan mempertimbangkan pertumbuhan sektor ekonomi dan

populasi. Proyeksi kebutuhan energi diperhitungkan dengan menggunakan model

Model for Analysis of Energy Demand (MAED). Skenario yang akan ditinjau ada

dua yaitu kasus dasar dan kasus harga minyak mentah tinggi. Kasus dasar

menganggap bahwa perkembangan perekonomian sesuai dengan kondisi saat ini.

Asumsi yang digunakan pada kasus dasar adalah discount rate sebesar 10 persen,

Page 47: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

61

harga minyak bumi tahun 2003 – 2004 sebesar 28 US $/barel dan mulai tahun

2005 sebesar 40 US$/barel. Sedangkan harga bahan baku biofuel adalah untuk

CPO sebesar 60,2 US$/SBM dan untuk ubi kayu sebesar 60,8 US$/SBM. Dengan

mempertimbangkan bahan bakau tersebut maka biaya produksi biodiesel dari

CPO dengan kapasitas 100.000 ton/tahun adalah Rp. 4.240/liter dan biaya

produksi bioethanol dari ubi kayu dengan kapasitas 60 kl/hari adalah sebesar Rp.

4.720/liter. Sedangkan untuk kasus harga minyak mentah yang tinggi digunakan

asumsi harga minyak mentah sebesar 50 US$/barel dan 60 US$/barel mulai tahun

2005. Masing-masing kasus dilakukan optimasi untuk melihat peluang

pemanfaatan biofuel.

Hasil penelitian Sugiono (2005) menunjukkan dengan harga minyak

mentah sebesar 40 US$/barel (kasus dasar), diperoleh biaya total sistem energi

Indonesia (discounted total cost) adalah sebesar 590,7 milyar US$. BBM

merupakan bahan bakar yang paling dominan digunakan di sektor transportasi.

Biofuel baik berupa biodiesel maupun bioethanol belum dapat bersaing dengan

BBM. Pada harga tersebut, teknologi transportasi berbasis minyak solar dan

bensin ternyata masih tetap lebih ekonomis dibanding dengan BBG, apalagi

dibandingkan dengan menggunakan biodiesel atau bioethanol. Biaya pemanfaatan

biodiesel dan bioethanol masih lebih tinggi dibanding bahan bakar konvensional.

Selanjutnya, harga minyak mentah sebesar 50 US$/barel dan 60 US$/barel

akan meningkatkatkan biaya total sistem energi Indonesia masing-masing adalah

sebesar 610,8 milyar US$ dan 627,4 milyar US$. Pada harga minyak mentah

sebesar 50 US$/barel, pola pemakaian energi final di sektor transportasi masih

relatif tetap seperti pada kasus dasar. Hal tersebut disebabkan biaya produksi

Page 48: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

62

biodiesel berbahan baku dan biaya produksi bioethanol berbahan baku ubi kayu

masih lebih mahal dari biaya produksi BBM di kilang minyak. Sedangkan dengan

harga minyak 60 US$/barel maka biodiesel dan bioethanol berpotensi untuk

dimanfaatkan di sektor transportasi. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa

pada harga minyak mentah sebesar 55 US$/barel maka biodiesel dan bioethanol

sudah dapat bersaing dengan BBM. Sehingga pada harga minyak mentah di atas

55 US$/barel maka sebagian besar penggunaan minyak solar dan bensin

digantikan dengan biodiesel dan bioethanol. Pemanfaatan biodiesel dan bioethanol

terus meningkat hingga pada tahun 2025 mencapai 47 juta SBM untuk biodiesel

dan 103 juta SBM untuk bioethanol, sehingga kenaikan penggunaan minyak solar

dan bensin di sektor ini dari tahun 2003 hingga tahun 2025 relatif kecil.

Penggunaan minyak solar meningkat dari sebesar 72 juta SBM pada tahun 2003

menjadi 82 juta SBM pada tahun 2025 dan penggunaan bensin meningkat dari 81

juta SBM pada tahun 2003 menjadi 114 juta SBM pada tahun 2025. Pemakaian

avtur yang tidak dapat digantikan oleh bahan bakar lain relatif tetap

pertumbuhannya yaitu sekitar 6.8 persen per tahun. Selain biodiesel dan

bioethanol, diperkirakan BBG juga dapat bersaing dengan minyak solar dan

bensin, sehingga pada tahun 2025 kontribusi BBG di sektor transportasi

meningkat menjadi 20.6 persen terhadap total pemakaian energi di sektor

transportasi.

Berkolaborasi dengan Sugiyono, Jamin (2009) kemudian menulis artikel

tentang Pengembangan Kelistrikan Nasional. Artikel yang ditulis oleh Jamin dan

Sugiyono diawali dengan peningkatan tenaga listrik di Indonesia sejalan dengan

peningkatan pertumbuhan ekonomi, dimana peningkatannya rata-rata sebesar 9.2

Page 49: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

63

persen per tahun. Peningkatan penggunaan tenaga listrik perlu

mempertimbangkan ketersediaan sumber daya energi dan penggunaan teknologi

yang tepat. Oleh karena itu makalah ini bertujuan memberikan gambaran tentang

pengembangan kelistrikan nasional dengan mempertimbangkan berbagai faktor,

baik aspek teknis maupun ekonomis. Selain itu juga dipaparkan target-target

pemerintah dalam pengembangan teknologi untuk mendukung pengembangan

kelistrikan nasional.

Jamin dan Sugiyono (2009) memaparkan pembangkit tenaga listrik di

Indonesia dapat dikelompokkan berdasarkan kepentingannya, yaitu untuk

kepentingan umum dan untuk kepentingan sendiri. Pembangkit tenaga listrik

untuk kepentingan umum sebagian besar dipasok oleh PT PLN (Persero) dan

sebagian lagi dipasok oleh perusahaan tenaga listrik swasta, dalam istilah umum

disebut IPP (Independent Power Producer), serta koperasi. Sedangkan

pembangkit tenaga listrik untuk kepentingan sendiri (captive power) diusahakan

oleh swasta untuk kepentingan operasi perusahaan sendiri dan biasanya tidak

terjangkau oleh jaringan PLN atau karena alasan keandalan sistem.

Kapasitas terpasang pembangkit listrik PLN sampai tahun 2006 sebesar

24.8 GW. Sedangkan kapasitas pembangkit tenaga listrik milik swasta yang sudah

mempunyai ijin sampai dengan tahun 2006 mencapai 3.7 GW. Penyedian tenaga

listrik tahun 2006 sebesar 133.1 TWh yang terdiri atas produksi tenaga listrik PLN

sebesar 104.5 TWh dan pembelian sebesar 28.6 TWh. Penjualan tenaga listrik

PLN tahun 2006 sebesar 112.6 TWh. Penjualan untuk sektor industri sebesar 43.6

TWh, sektor rumah tangga sebesar 43.8 TWh, sektor komersial atau usaha sebesar

18.4 TWh dan sektor publik atau umum sebesar 6.8 TWh.

Page 50: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

64

Selanjutnya dalam kerangka restrukturisasi sektor ketenagalistrikan,

Pemerintah telah memberlakukan UU No. 15 Tahun 1985 tentang usaha

penyediaan tenaga listrik untuk umum diselenggarakan oleh PT PLN (Persero)

sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dan Pemegang Ijin

Usaha Ketenagalistrikan untuk Kepentingan Umum (PIUKU). Peran PIUKU

sangat penting karena keterbatasan finansial pemerintah untuk pendanaan sektor

ketenagalistrikan. Kebijakan pemerintah tentang tarif dasar listrik adalah bahwa

tarif listrik secara bertahap dan terencana diarahkan untuk mencapai nilai

keekonomiannya sehingga tarif listrik rata-rata dapat menutup biaya yang

dikeluarkan. Kebijakan ini diharapkan akan dapat memberikan sinyal positif bagi

investor dalam berinvestasi di sektor ketenagalistrikan.

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik tersebut perlu

mempertimbangkan ketersediaan sumber daya energi dan penggunaan teknologi

yang tepat. Pembangkit tenaga listrik skala besar yang mungkin dikembangkan

adalah menggunakan batubara, gas bumi, dan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

(PLTN). Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara menjadi prioritas

pertama dan disusul PLTGU, PLTN dan PLTU Mulut Tambang Provinsi

Sumatera Selatan. Disamping itu untuk energi terbarukan yang dapat

dikembangkan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dan

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Kemudian Sugiono dan Suarna (2006) menulis artikel dengan

dilatarbelakangi oleh pengamatan tentang peranan energi dalam pembangunan

sebagai bahan bakar dan bahan baku untuk penggerak perekonomian. Seiring

dengan pertumbuhan ekonomi, diperkirakan permintaan energi akan terus

Page 51: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

65

meningkat. Namun disisi lain terjadi keterbatasan sumber daya energi. Oleh

karena itu perlu dilakukan pengoptimalkan penggunaan energi melalui

perencanaan energi terpadu. Untuk menganalisis penggunaan energi secara

terpadu digunakan model MARKAL. Dari hal diatas maka tujuan dari penulisan

ini adalah membahas konsep dan aplikasi dari model MARKAL untuk optimasi

penyediaan energi.

Lebih jauh Sugiyono dan Suarna (2006) memaparkan bahwa model

MARKAL merupakan model untuk optimasi penyediaan energi dengan

menggunakan teknik LP untuk mengalokasikan penyediaan energi dengan fungsi

obyektif meminimumkan total biaya penyediaan energi dan dengan kendala

teknologi serta sumber daya energi untuk memenuhi kebutuhan energi. Dalam

aplikasi, model MARKAL sudah merupakan perangkat lunak terintegrasi dengan

user interface yang disebut ANSWER dan dapat dijalankan dengan menggunakan

PC. Perangkat lunak GAMS merupakan salah satu modul ANSWER yang

digunakan untuk optimasi. Dengan menggunakan PC yang berbasis Windows

maka proses optimasi dan analisis menjadi lebih interaktif dan relatif mudah untuk

dikerjakan. Di Indonesia model MARKAL digunakan sejak tahun 1980 dengan

dibentuknya tim perencanaan energi antar institusi dengan BPPT sebagai

koordinator dan bekerja sama dengan KFA Jerman. Saat ini ada empat institusi

yang mempunyai lisensi untuk menggunakannya, yaitu: Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi (BPPT), ASEAN Centre for Energy (ACE), Badan

Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), serta

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM).

Page 52: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

66

Selanjut Sugiyono dan Suarna (2006) membagi wilayah penelitiannya

menjadi empat wilayah, yaitu: Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Pulau-pulau lain.

Studi dimulai dengan tahun dasar 2000 dan dianalisis sampai tahun 2030. Asumsi

yang digunakan adalah discount rate sebesar 10 persen, harga minyak bumi tahun

2000-2004 sebesar 28 US $/barel dan mulai tahun 2005 sebesar 40 US$/barel.

Database untuk Indonesia mempunyai lebih dari 280 teknologi dengan lebih dari

160 energy carrier. Matriks LP mempunyai lebih dari 22.000 variabel dan 22.000

persamaan. Hasil yang ditampilkan di sini hanya untuk pembangkit tenaga listrik

pada kasus dasar yang menganggap bahwa perkembangan perekonomian sesuai

dengan kondisi saat ini. Lebih dari 80 macam teknologi pembangkit tenaga listrik

digunakan dalam model ini, baik yang sudah komersial saat ini maupun teknologi

baru. Untuk lebih mempermudah analisis, teknologi pembangkit tenaga listrik

digabung menjadi 4 macam sesuai dengan bahan bakarnya, yaitu: (1) Batubara,

(2)Bahan bakar minyak (BBM) termasuk di dalamnya minyak bakar dan minyak

diesel, (3) Gas termasuk turbin gas dan turbin kombinasi gas-uap, dan (4) Energi

terbarukan dan energi nuklir termasuk pembangkit listrik tenaga air, tenaga panas

bumi, biomasa dan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyediaan tenaga listrik akan

didominasi oleh pembangkit listrik batubara, diikuti oleh pembangkit listrik gas

dan penggunaan energi terbarukan. Pembangkit tenaga listrik batubara mengalami

pertumbuhan sebesar 9.7 persen per tahun. Pada akhir periode analisis, batubara

merupakan bahan bakar terbanyak dengan pangsa sebesar 58 persen. Energi

terbarukan mempunyai pangsa 20 persen dan pangsa penggunaan gas hanya

sebesar 19 persen.

Page 53: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

67

Tambunan (2006) menulis artikel dengan tujuan untuk menjelaskan alasan,

tantangan, dan opsi kebijakan sehubungan dengan siklus harga minyak kedua

tertinggi tahun 2005, dibandingkan dengan siklus tertinggi pertama tahun 1974.

Tidak seperti siklus harga minyak pertama, yang dihadapkan pada masalah utama

dari aspek suplai, siklus kedua terjadi lebih dasyat karena kombinasi antara faktor

suplai dan deman. Faktor suplai meliputi:(1) terbatasnya investasi pada industri

minyak, baik pada sektor hulu (upstream) maupun pada sektor hilir (downstream),

(2) masalah-malasah geopolitik di Timur Tengah, Negeria dan wilayah lainnya,

dan (3) produksi minyak di negara-negara non-OPEC yang menurun, dan OPEC

juga tidak dapat mengontrol jumlah cadangan minyak dunia. Dari sisi deman,

percepatan pertumbuhan ekonomi China dan India, dan pemulihan ekonomi di

Asia telah ikut mendorong siklus harga yang tinggi. Sumber utama dari

ketidakpastian harga minyak dunia adalah (1) perseteruan goopolitik di Timur

Tengah yang tidak kunjung selesai, (2) factor “oil boom” di Rusia, (3) terbatasnya

rekayasa teknologi dalam industri minyak, dan (4) pergeseran permintaan dari

minyak fosil.

Menurut Tambunan (2006) tantangan ke depan adalah harga minyak yang

cenderung meningkat, dengan frekuensi peningkatan harga dalam rentang waktu

yang relatif singkat. Tidak ada bukti empiris yang kuat untuk menyatakan

sebaliknya. Jika prediksi tersebut benar, ini dapat menjadi pendorong merosotnya

pertumbuhan ekonomi, khususnya menyerang ekonomi energi, baik di negara

maju maupun di negara sedang berkembang. Berdasarkan kausus Indonesia

sebagai negara penghasil minyak kecil: kenaikan harga minyak dan pergeseran

dari negara pengekspor menjadi pengimpor menciptakan tekanan fiskal yang kuat,

Page 54: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

68

sehingga pada tahun 2005 Pemerintah Indonesia secara mendasar mengurangi

subsidi harga minyak, menyebabkan harga minyak domesik meningkat 125

persen. Dampak siklus kedua ini memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan

ekonomi yang tetap stagnan pada level 5.2 persen, yang diperkirakan bimencapai

6.2 bisa persen pada tahun 2005.

Opsi kebijakan dunia yang terbaik untuk setiap negara, dan untuk

kelompok (kerjasama) dunia, sehubungan dengan siklus kenaikan harga minyak

menurut Tambunan (2006) adalah mengembangkan “green energy plan” yang

berisikan lima pilar dasar: (1) membangun suatu rencana unuk meningkatkan

efisiensi dan produktivitas pemanfaatan energi, (2) konservasi dan mengurangi

polusi, (3) meningkatkan investasi dari aspek produksi, pengolahan, dan distribusi

minyak, (4) mengembangkan akses energi yang sama untuk wilayah pedesaan

(khususnya listrik), dan (5) secara bertahap mengembangkan pasar swasta untuk

energi.

2.4.3. Studi Pertumbuhan Ekonomi dan Energi pada Beberapa Negara

Seperti halnya dengan sejumlah studi tentang pertumbuhan ekonomi dan

energi yang telah dilakukan di Indonesia, telah banyak studi sejenis yang

dilakukan pada berbagai negara dengan menggunakan berbagai model. Model-

model yang digunakan mulai dari yang menggunakan analisis deskriptif, model

kuantitatif sederhana sampai yang kompleks. Berikut ini dipaparkan sejumlah

studi tentang pertumbuhan ekonomi dan energi pada beberapa negara.

Khan (2008) melakukan studi dengan menggunakan pendekatan regional

dan global untuk memecahkan masalah ketahanan energi dan ketidakseimbangan

Page 55: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

69

ekologi, dengan tujuan sepesifik terhadap masalah-masalah ketahanan energi

Cina. Pertumbuhan ekonomi Cina yang tergantung pada energi telah menjadi

perhatian utama para pengambil kebijakan di negara tersebut terkait dengan

ekonomi dan ketahanan nasional. Berambisi untuk mencapai tujuan modernisasi

ekonomi yang setara dengan perekonomian negara-negara industri baru lainnya di

Asia telah berhasil diraih Cina dengan sangat baik, namun mengalami kesulitan

untuk melakukan reorientasi prioritas-prioritas ekonomi. Jika diuji secara teliti,

dengan menggunakan asumsi strategis dapat dilihat bahwa tujuan sesungguhnya

adalah untuk menciptakan kemajuan teknologi pada masa mendatang. Tepatnya,

Cina berkeinginan untuk menjadi benar-benar berusaha untuk menciptakan sistem

inovasi bagi kebutuhan sendiri secara besar-besaran sebagai bagian dari

perekonomian berbasiskan ilmu pengetahuan pada masa mendatang. Sistem

inovasi seperti itu dikenal dengan positive feedback loop innovation systems

(POLIS), telah diciptakan oleh negara-negara maju dan negara-negara industri

baru di Asia seperti Korea Selatan dan Taiwan yang telah terlebih dahulu

mewujudkannya dengan baik. Tetapi ini akan menambah beban energinya dan

kemudian tergantung pada Amerika Serikat sebagai kekuatan yang menjadi

kontrol kunci jalur laut. Hanya dengan strategi reorientasi untuk membangun

POLIS bagi memenuhi kebutuhan sendiri dan kerjasama kelembagaan regional

yang tepat menjadi jalan keluar untuk mengatasi dilema yang dihadapi Cina saat

ini. Model POLIS yang sensitif terhadap lingkungan dan distribusinya dapat

dibangun untuk Cina dan diaplikasikan secara strategik untuk mewujudkan

pembangunan berkelanjutan.

Page 56: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

70

Menurut Khan (2008), bagaimanapun waktu adalah hal yang pokok.

Dalam menentukan jalur ketergantungan pembangunan, apabila tidak dicarikan

strategi alternatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam jangka waktu 5

tahun kedepan, mungkin akan terlambat. Hasil temuan awal mengkonfirmasikan

prediksi-prediksi berdasarkan penggunaan bahan bakar fosil dan menjadi

pertimbangan serius dari sumber-sumber energi alternatif. Pencapaian tujuan

kembar yakni ketahanan energi dan keseimbangan ekologi merupakan tantangan

tetapi sulit diwujudkan untuk Cina. Keseriusan riset kebijakan dapat digunakan

secara efektif jika ada kemauan politik untuk melakukannya. Tujuan kerjasama

regional juga dapat dicapai jika negosiasi untuk membangun kepercayaan dimulai

lebih awal. Tepatnya, kerjasama perekonomian dengan negara-negara Asia,

khususnya Jepang, Indonesia, Vietnam dan India menjadi krusial. Paper ini

memperlihatkan kompleksitas kerjasama dan konflik antara Cina dan Jepang.

Pada masa mendatang Cina juga harus melakukan kerjasama regional dengan

Asia Timur, Selatan, dan Tenggara, demikian juga dengan negara-negara Afrika

dan Amerika Latin.

Ghader et al. (2006) membangunan model dan meramalkan permintaan

listrik di Iran. Studi ini dilatarbelakangi oleh upaya untuk merealisasikan suatu

perekonomian yang stabil, produksi dan eksploitasi energi perlu diprogramkan,

sama pentingnya dengan faktor sumberdaya manusia, bahan baku, sumber-sumber

keuangan dan input lainnya. Mempertimbangkan kondisi energi saat ini banyak

negara lebih fokus pada ketersediaan energi yang terbatas. Untuk mewujudkan

listrik sebagai salah satu sumber energi bersih, maka penyelarasan antara

penawaran dan permintaan menjadi sebuah tantangan bagi para pengambil

Page 57: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

71

kebijakan. Produktivitas industri dari sisi permintaan dan mekanisme harga dari

sisi penawaran dapat dipertimbangkan sebagai alat yang tangguh dalam

mengambil keputusan, mengelola dan mengawasi permintaan konsumsi listrik

untuk industri.

Dalam studi ini, sektor yang mengkonsumsi listrik dibagi dalam sektor

pertanian dan sektor industri. Mengacu pada keberagaman industri dari sisi

peralatan, produk, teknologi, proses dan konsumsi energi, maka sektor industri

dalam mengkonsumsi listrik dibagi dalam dua kelompok, yaitu industri dengan

konsumsi energi tinggi dan industri dengan konsumsi energi rendah, dan model

permintaan disajikan untuk setiap sektor secara terpisah. Tiga jenis industri yang

ditempatkan dalam kelompok pertama (industri dengan konsumsi energi tinggi),

yaitu industri kimia, logam dasar, dan mineral bukan logam. Kemudian yang

termasuk dalam kelompok kedua (industri dengan konsumsi energi rendah) adalah

industri pangan, tekstil, kertas, dan industri-industri penghasil mesin.

Metode analisis Ordinary Least Squares (OLS) digunakan untuk menduga

dan meramalkan ketiga persamaan tersebut secara terpisah. Data yang digunakan

adalah data time series pada periode 1979-2003. Temuan utama dari studi ini

menyebutkan: (1) untuk model permintaan listrik pada industri dengan konsumsi

listrik tinggi, intensitas listrik dan harga substitusi berpengaruh positif; (2) pada

industri dengan konsumsi listrik rendah, jumlah pelanggan, berpengaruh positif

dan signifikan; dan (3) pada sektor pertanian, jumlah konsumsi listrik peride yang

lalu berpengaruh positif dan signifikan.

Tubss (2008) membangun model simulasi permintaan dan penawaran

energi di Kanada. Studi yang dilakukan oleh Tubss (2008) dimotivasi oleh

Page 58: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

72

keinginannya untuk menggunakan model regresi berganda dan model

perdagangan antarwilayah ketika mengevaluasi kebijakan iklim di Kanada. Suatu

model penawaran dan permintaan energi yang terintegrasi antara Kanada dan

Amerika Serikat secara khusus penting untuk menganalisis kebijakan iklim

Kanada karena perekonomian Kanada terintegrasi secara mendalam dengan

perekonomian Amerika Serikat. Spesialisasi Kanada dalam komoditas membuat

perekonomiannya mudah dipengaruhi oleh perubahan harga komoditas serta

perubahan biaya produksi domestik yang diakibatkan oleh kebijakan iklim. Suatu

model Kanada-Amerika Serikat yang terintegrasi dapat digunakan untuk

menganalisis manfaat dari koordinasi kebijakan antara Kanada dan Amerika

Serikat.

Studi ini bertujuan untuk: (1) membangun model simulasi penggunaan

energi Kanada dan Amerika Serikat, (2) menghubungkan model permintaan

energi dengan model penawaran energi menggunakan model perdagangan energi

internasional, dan (3) menggunakan model terintegrasi untuk melakukan simulasi

terhadap sejumlah skenario terhadap kebijakan iklim Kanada dan Amerika Serikat

pada masa mendatang.

Model CIMS Kanada digunakan sebagai langkah awal untuk membangun

dua model baru sektor perekonomian Kanada dan Amerika Serikta. Data dari

Energy Information Administration (EIA) Amerika Serikat dan National Energy

Modelling System (NEMS) digunakan dalam konstruksi model sektor Amerika

Serikat. Data teknologi dari Model Kanada digunakan dalam model Amerika

Serikat untuk sebuah perluasan yang besar, dengan penyesuaian untuk

mencocokkan penggunaan dan emisi energi Amerika Serikat. Referensi EIA dari

Page 59: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

73

Annual Energy Outlook 2006 digunakan untuk merumuskan skenario output

perekonomian dan harga energi.

Dari studi ini dapat disimpulkan bahwa peramalan efektivitas dan dampak

perekonomian dari kebijakan-kebijakan publik untuk mengatasi masalah

perubahan iklim membutuhkan model ekonomi energi yang tepat. Studi ini

merupakan langkah awal integrasi model teknologi bottom-up dan model

makroekonomi top-down. Hasil temuan utama dari studi ini menyebutkan bahwa

output pada masa mendatang menurut sektor energi akan berkurang ketika

ditetapkan harga terhadap emisi di Kanada. Kebijakan iklim Amerika Serikat juga

menentukan pengurangan emisi di Kanada.

Nondo dan Kahsai (2009) mempresentasikan hubungan antara konsumsi

energi dan pertumbuhan energi untuk sejumlah negara di Afrika. Latar belakang

dilakukan studi oleh Nondo dan Kahsai (2009) ini adalah fakta bahwa Sub-

Saharan Africa pada dasarnya diberkahi dengan sejumlah sumberdaya energi

natural seperti angin, batubara, minyak, kayu dan sinar matahari, namun sumber-

sumber dalam jumlah besar ini tidak dieksploitasi untuk beberapa dekade.

Konsekuensinya banyak negara-negara Afrika mengalami defisit energi yang

serius karena miskinnya investasi pada infrastruktur energi. Ketidakseimbangan

persediaan pelayanan energi di Sub-Saharan Africa disebut oleh the United

Nations Economic Commission for Africa (UNECA, 2004) sebagai keterbatasan

faktor untuk pertumbuhan ekonomi dan usaha pengentasan kemiskinan. Terutama

sekali pada penduduk desa dan penduduk miskin perkotaan yang tidak memiliki

akses terhadap pelayanan energi moderen. Dalam rangka untuk memenuhi

konsumsi energi sehari-hari, mayoritas penduduk menggunakan sumber-sumber

Page 60: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

74

biomass tradisional seperti kayu, sisa-sisa pertanian, dan sumber-sumber energi

premitif lainnya dan oleh karenanya menyebabkan masalah degradasi lingkungan

dan lahan.

Pasca periode kemerdekaan di benua Afrika mulai akhir 1960-an, banyak

pimpinan negara-negara Afrika membentuk integrasi wilayah sebagai sebagai

elemen sentral dari strategi pembangunan mereka. Pembentukan Regional

Economic Communities (RECs) di Afrika bertujuan untuk mendorong persatuan,

mewujudkan pembangunan berkelanjutan, meningkatkan daya saing dan

mengintegrasikan negara-negara Afrika dalam perekonomian global melalui

kerjasama yang menguntungkan antara negara-negara anggota. Mengacu pada

penyediaan energi, banyak negara-negara Afrika membentuk kerjasama regional

untuk mengatasi masalah defisit energi. Sebagai contoh, Common Market for

Eastern and Southern Africa (COMESA) yang beranggotakan 20 negara, dengan

tujuan mendorong integrasi regional melalui pembangunan perdagangan.

Mayoritas negara-negara anggota COMESA adalah negara sedang berkembang

dan juga sejumlah negara miskin.

Dengan dibentuknya COMESA, belum cukup investasi pada sektor energi

untuk membangun infrastruktur energi sehingga masih tetap terkebelakang.

Namun demikian, kebijakan ini mampu meningkatkan konsumsi energi per kapita

sehingga dapat membantu pencapaian pembangunan sosial dan mendorong

pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa untuk

merumuskan kebijakan energi dengan tepat, maka penting untuk menentukan

hubungan kausalitas antara konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi untuk

COMESA.

Page 61: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

75

Mengacu pada latar belakang di atas, studi ini menggunakan data panel

untuk menganalisis hubungan jangka panjang antara konsumsi energi dan Produk

Domestik Bruto (PDB) terhadap 19 negara Afrika berdasarkan data tahunan untuk

periode 1980-2005. Pada tahap awal, dilakukan pengujian derajat integrasi antara

konsumsi energi dan PDB dengan menggunakan tiga panel unit roots tests dan

ditemukan bahwa variabel-variabel terintegrasi satu sama lain. Pada tahap kedua,

dilakukan pengujian hubungan jangka panjang antara konsumsi energi dan PDB.

Hasilnya memperlihatkan bahwa konsumsi energi dan PDB bergerak bersama-

sama dalam jangka panjang. Pada tahap ketiga, dilakukan pendugaan hubungan

jangka panjang dan uji kausalitas menggunakan panel-based error correction

models. Hasilnya mengindikasikan bahwa kausalitas jangka pendek dan jangka

panjang tidak searah, bergerak dari konsumsi energi ke PDB. Ini

mengimplikasikan bahwa berkurangnya konsumsi energi dapat menyebabkan

menurunnya pertumbuhan ekonomi.

Aqeel dan Butt. (2001), juga melakukan studi tentang hubungan antara

konsumsi energi dan pertumbuhan energi, untuk kasus di Pakistan. Tujuan umum

dari artikel yang ditulis Aqeel dan Butt (2001) adalah untuk mengetahui arah

hubungan kausalitas antara konsumsi dan aktivitas perekonomian di Pakistan.

Secara spesifik tujuannya adalah untuk menganalisis hubungan kausal antara

konsumsi energi dan pertumbuhan PDB. Dapat ditambahkan bahwa untuk

menjelaskan berbagai peluang terhadap arah kausalitas sebagai informasi lanjutan,

konsumsi energi didisagregasi kedalam komponen-komponen petroleum,

konsumsi gas dan listrik. Tujuan spesifik selanjutnya adalah untuk mengetahui

arah hubungan kausalitas antara konsumsi energi dan kesempatan kerja. Uji

Page 62: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

76

kausalitas Granger dengan menggunakan teknik kointegrasi digunakan untuk

mengetahui ada atau tidaknya kointegrasi antara variable-variabel yang menjadi

perhatian utama. Kemudian untuk menyeleksi panjangnya lag optimum, uji

Granger versi Hsia digunakan untuk mengindentifikasi perbedaan data dan

menggunakan kriteria FPE.

Dari hasil pendugaan dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi

mempengaruhi konsumsi energi total. Hasil investigasi lanjutan mengindikasikan

bahwa pertumbuhan ekonomi menyebabkan konsumsi energi petroleum

meningkat, sedangkan dalam kasus sektor gas, pertumbuhan ekonomi tidak

mempengaruhi konsumsi gas. Namun demikian, untuk sektor pembangkit listrik,

konsumsi energi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Terakhir, konsumsi

energi juga secara langsung mempengaruhi kesempatan kerja.

Berdasarkan hasil temuan utama tersebut dapat dirumuskan sejumlah

implikasi kebijakan. Ketika Pakistan harus mengeluarkan dana yang tinggi untuk

mengimpor minyak, impor petroleum menurun menjadi $1.53 milyar pada tahun

1999/2000 dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar $1.57 milyar. Pada

tahun 2000/2001 impor petroleum mencapai $2.5 milyar atau sekitar 25 persen

dari total impor. Oleh karena itu, dengan penggunaan minyak secara lebih efisien

dan menggantikan minyak dengan gas merupakan kebijakan yang baik. Implikasi

dari studi ini menegaskan bahwa kebijakan konservasi energi sehubungan dengan

konsumsi petroleum tidak akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pakistan.

Sebaliknya untuk kebijakan pertumbuhan energi dalam kasus gas dan konsumsi

listrik, pertumbuhan dalam sektor ini menstimulasi pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan seperti ini akan memperluas kesempatan kerja di dalam negeri.

Page 63: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

77

Kemudian Krichene (2005) membangun model persamaan simultan untuk

pasar dunia minyak mentah dan gas alam. Artikel yang ditulis oleh Krichene

(2005) dilatarbelakangi oleh fenomena pasar minyak mentah dan gas alam

merupakan subjek goncangan dan memiliki konsekuensi perubahan/penguapan

yang sangat tinggi di Amerika Serikat. Goncangan penawaran dan permintaan

menyebabkan pergerakan yang besar pada harga minyak dan gas alam, yang

diikuti respon dinamik penawaran dan permintaan energi, serta dalam eksplorasi

energi dan aktivitas-aktivitas pembangunan. Oleh karenanya pemodelan pasar

minyak mentah dan gas alam sangat penting, tidak hanya karena pengaruhnya

terhadap aktivitas ekonomi makro, tetapi juga karena peranan energi dalam

perencanaan investasi perusahaan dan rumahtangga. Biaya dan efisiensi energi

telah menjadi perhatian utama dalam perencanaan investasi tersebut.

Krichene (2005) membangun model persamaan simultan yang

menghubungkan antara harga minyak, perubahan nilai tukar efektif nominal dollar

Amerika Serikat, dan suku bunga, yang kemudian mengidentifikasi goncangan

kebijakan moneter terhadap peningkatan permintaan minyak mentah. Untuk

tujuan pendugaan jangka pendek, model tersebut diduga dengan metode Two

Stage Least Squares (2SLS). Untuk memperkuat keyakinan terhadap hasil

pendugaan, model tersebut diduga kembali dengan Error Correction Model

(ECM). Kemudian elastisitas jangka panjang diduga dengan bantuan analisis

ECM dan kointegrasi.

Temuan utama dari artikel tersebut menyebutkan bahwa penawaran dan

permintaan minyak mentah dan gas alam terhadap harga sangat inelastis dalam

jangka pendek, berarti terjadi perubahan/penguapan yang sangat tinggi pada pasar

Page 64: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

78

minyak mentah dan gas alam. Permintaan minyak mentah mengalami perubahan

struktural yang dalam pada periode 1973-2004. Sebagai catatan, lompatan harga

minyak, ketika pajak energi di negara-negara pengimpor minyak tinggi,

menyebabkan elastisitas permintaan berkurang secara signifikan, melalui

substitusi dan penghematan energi, permintaan minyak jangka panjang tidak

elastis, dengan permintaan terhadap bahan bakar cair meningkat secara terbatas

untuk transportasi. Elastisitas pendapatan tinggi untuk permintaan minyak mentah

dan gas alam. Elastisitas penawaran minyak mentah mengalami penurunan yang

tajam setelah goncangan minyak, merefleksikan perubahan struktur pasar

kompetitif menjadi tidak kompetitif. Demikian pula halnya dengan elastisitas gas

alam dengan menggunakan model VECM, merefleksikan respon penawaran

sebagai pendorong permintaan gas alam.

Hasil analisis dampak kebijakan moneter terhadap harga minyak

menunjukkan bahwa perubahan suku bunga dan nilai tukar nominal Amerika

Serikat memberikan dampak yang signifikan terhadap harga minyak. Penurunan

suku bunga dan depresiasi nilai tukar menyebabkan harga minyak meningkat

tajam, dan sebaliknya. Hal ini mengindikasikan bahwa harga minyak dan gas alam

akan tetap tinggi selama suku bunga menurun dan nilai tukar dollar terdepresiasi.

Sebagai implikasinya, koordinasi kebijakan moneter antara negara-negara industri

harus dilakukan untuk memasukkan perubahan/penguapan pasar minyak secara

terpisah dalam target inflasi.

Studi pertumbuhan ekonomi dan energi yang lebih kompleks dilakukan

oleh Adams et al. (2006). Mencermati kondisi Thailand sebagai negara dengan

pertumbuhan ekonomi yang cepat dan pengimpor energi, Adams et al. (2000)

Page 65: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

79

membangun suatu model keseimbangan energi untuk Thailand, melakukan

proyeksi kebutuhan energi pada masa mendatang, dan menguji berbagai strategi

alternatif untuk mengatasi masalah ketergantungan energi. Kunci untuk

memproyeksi keseimbangan energi adalah hubungan antara komponen-komponen

yang terkait dengan pembangunan ekonomi dan struktur keterkaitan internal yang

membentuk keseimbangan. Model persamaan simultan dengan pendekatan

analisis Two Stages Least Squares (2SLS), terhadap data neraca keseimbangan

energi Thailand pada periode 1978-1993, digunakan untuk menduga,

memproyeksi dan mensimulasi model keseimbangan energi yang dibangun.

Model keseimbangan energi yang dibangun terdiri dari 3 (tiga) blok. Blok

1 adalah blok kebutuhan energi total menurut sektor. Kebutuhan energi total

terhadap masing-masing bahan bakar sekunder (secondary fuels) dibangun dalam

persamaan-persamaan secara terpisah. Total permintaan sektoral terhadap bahan

bakar menyatakan kebutuhan energi sekunder menurut bahan bakar. Blok

berikutnya adalah transformasi. Kebutuhan produk dipenuhi dengan transformasi

domestik atau impor. Jumlah listrik yang dihasilkan secara langsung berhubungan

dengan kebutuhan jumlah konsumsi domestik. Diasumsikan bahwa kecukupan

kapasitas pembangkit terpenuhi, yaitu konsumsi tenaga listrik (electrical power)

tidak dibatasi oleh kapasitas, dan tidak ada impor yang signifikan. Kebutuhan

bahan bakar untuk pembangkit listrik thermal merefleksikan kebutuhan tenaga

thermal (setelah diberikan kepada bentuk-bentuk tenaga listrik lainnya) dan

parameter efisiensi eksogen. Input minyak mentah (crude oil input) untuk

penyulingan (refining) ditentukan oleh kesediaan kapasitas kilang minyak

(refinery) dan pemanfaatan kapasitas. Output kilang minyak kemudian ditentukan

oleh input minyak mentah dan parameter kehilangan sebuah kilang minyak.

Page 66: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

80

Blok yang terakhir adalah blok penyediaan energi primer yang terdiri dari

produksi domestik, ekspor dan impor. Produksi domestik diproyeksikan

berdasarkan suplai saat ini dan proyeksi dari sumber-sumber domestik. Ekspor

ditetapkan sebagai variabel eksogen karena volumenya relatif kecil kecuali untuk

produk-produk petroleum (industri perminyakan) yang merefleksikan

ketidakseimbangan antara konsumsi dan spektrum penyulingan. Kebutuhan impor

minyak mentah petroleum dan produk-produk petroleum, yang menjadi target

analisis, dihitung sebagai selisih antara kebutuhan domestik (plus ekspor) dan

produksi domestik.

Dengan demikian keseimbangan energi menyajikan suatu kerangka

pemikiran dan menyajikan identitas dasar dari sistem yang dibangun. Persamaan

perilaku menyatakan keterkaitan antara aktivitas dalam perekonomian dan respon

terhadap harga energi relatif dan penggunaan teknologi. Persamaan-persamaan

tersebut juga menggambarkan peranan penting dari stok minyak yang dikonsumsi

peralatan, kendaraan, dan kapasitas penyulingan.

Temuan utama dari studi ini menyebutkan bahwa negara-negara seperti

Thailand yang berada pada kondisi kekurangan energi dan sedang tumbuh dengan

sangat cepat akan terbebani, ceteris paribus, dengan biaya impor energi yang

besar. Pertumbuhan energi relatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan

produk-produk industri, tidak tumbuh lebih cepat daripada pertumbuhan ekspor.

Oleh karenanya peningkatan produksi energi domestik atau perbaikan efisiensi

dapat membantu mengurangi kecenderungan impor energi yang lebih tinggi dari

pertumbuhan ekonomi, namun memberikan dampak terhadap pajak energi lebih

besar, khusus terhadap bensin dan gasoline relatif kecil.

Page 67: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

III. KERANGKA TEORITIS

3.1. Kedudukan Energi dalam Output Perekonomian

Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 2, ada paradoks antara perlakuan energi

hanya sebagai faktor produksi primer dan perhatian terhadap kualitas sumberdaya-

sumberdaya lainnya. Perubahan kualitas sumberdaya cenderung diperlakukan dalam

model sebagai perubahan koefisien input-output, yaitu sebuah bentuk perubahan teknis.

Menurut Stern (2003), jika perekonomian dapat direpresentasikan sebagai model

input-output dimana tidak ada substitusi antara faktor produksi, faktor pengetahuan

dalam faktor produksi dapat diabaikan. Ini tidak berarti bahwa penggunaan energi dan

ilmu pengetahuan dalam mendapatkan dan pemanfaatannya harus diabaikan.

Perhitungan akurat untuk seluruh penggunaan energi untuk mendukung produksi final

adalah penting. Tetapi kontribusi pengetahuan terhadap produksi tidak dapat

diasumsikan proporsional terhadap biaya energi. Melalui ilmu Thermodinamika

menempatkan batasan terhadap substitusi, derajat substitusi aktual antara stok kapital

memasukkan pengetahuan dan energi merupakan sebuah pertanyaan secara empiris.

Senada dengan pendapat Stern (2003), Reksohadiprodjo dan Pradono (1999)

menyatakan bahwa energi merupakan salah satu sumberdaya alam penting yang

mempengaruhi output/produksi nasional. Sumberdaya yang dapat menjadi kendala

dalam pembangunan ekonomi meliputi sumberdaya lahan, manusia, modal, teknologi,

informasi, dan energi. Sumberdaya ini merupakan faktor produksi atau input dalam

suatu proses produksi. Faktor tenaga keja, modal, dan teknologi berasal dari manusia,

sedangkan sumberdaya alam dan energi lebih bersifat pemberian alam. Fungsi

Page 68: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

82

produksi yang menyatakan hubungan antara keluaran (output) dengan jumlah

masukan (input) dapat dinyatakan sebagai berikut:

Y = f(L, K, N, E, T) ................................................................................ (1)

dimana:

Y = Output/produksi nasional

L = Jumlah tenaga kerja

K = Kapital

N = Sumberdaya alam

E = Enterpreneuship

T = Teknologi

Secara empiris, dengan menggunakan prinsip dualitas dalam produksi,

peubah-peubah fisik yang dimasukkan ke dalam model dapat difomulasikan ke

dalam nilai uang. Peubah output/produksi nasional menggunakan data PDB, peubah

tenaga kerja dapat menggunakan proksi upah dan peubah kapital menggunakan

proksi suku bunga. Peubah sumberdaya alam, dalam studi ini adalah energi, tetap

menggunakan kuantitas konsumsi energi. Peubah enterpreneuship (kewirausahaan)

tidak digunakan karena tidak tersedianya data enterpreneuship pada data deret

waktu. Sementara itu peubah teknologi dapat menggunakan proksi trend. Walaupun

dalam suatu studi yang ideal seluruh peubah tersebut perlu dimasukkan, namun

kendala ketersediaan data dan masalah teknis pendugaan memungkinkan sejumlah

peubah tidak dapat dimasukkan ke dalam persamaan. Disamping itu, setiap peubah

dapat didisagregasi sesuai kebutuhan. Dalam studi ini dilakukan disagregasi, yaitu

Page 69: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

83

sektor industri, sektor transportasi, sektor pertanian, dan sektor lainnya. Secara

umum, dalam studi ini fungsi output/produksi nasional dirumuskan sebagai berikut;

PDBi = f(Wi, r, Cei, T, PDBit-1) .......................................................... (2)

dimana:

PDBi = Poduk Domestik Bruto sektor ke i

Wi = Upah tenaga kerja sektor ke i

r = Suku bunga

Cei = Konsumsi energi sektor ke i

T = Trend

LPDBit-1 = Lag PDB

3.2. Konsep Permintaan Energi

Permintaan energi berasal dari permintaan terhadap suatu barang dan jasa,

yaitu keinginan untuk menggunakannya bagi memenuhi kepuasan konsumen. Secara

teoritis, permintaan seorang konsumen terhadap suatu barang dapat diturunkan dari

fingsi kegunaan (utility function), dengan pembatasan angaran belanja dari konsumen

tersebut (Varian, 1992; Koutsoyiannis,1982; dan Henderson dan Quandt, 1980). Oleh

sebab itu fungsi permintaan energi untuk konsumsi langsung juga dapat diturunkan

dari fungsi kegunaan konsumen energi (energy user). Secara matematis fungsi

kegunaan konsumen energi dapat dituliskan sebagai berikut:

U = f(Ce,Cne) ........................................................................................ (3)

dimana:

U = Tingkat utilitas konsumen

Ce = Jumlah konsumsi energi

Cne = Jumlah konsumsi barang lain (non energi)

Page 70: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

84

Dengan menggunakan fungsi permintaan Marshallian yang mengasumsikan

konsumen bersikap rasional, maka konsumen akan memaksimumkan kegunaannya

dalam mengkonsumsi barang-barang tersebut pada tingkat harga dan pendapatan

tertentu. Pada tingkat harga energi Pe dan harga barang selain energi Pne, serta

pendapatan konsumen Y, maka fungsi anggaran konsumen dapat dinyatakan sebagai

berikut:

Y = Pe * Ce + Pne * Cne ......................................................................... (4)

Fungsi permintaan Marshallian merumuskan bahwa konsumen

memaksimumkan kepuasannya dengan kendala anggaran. Dengan menggunakan

prinsip tersebut, rumus pemecahan maksimisasi kegunaan energi dengan pembatas

pendapatan konsumen menggunakan fungsi lagrange (L) dan lagrange multiplier (λ)

sebagai berikut:

L = f(Ce, Cne) + λ (Y - Pe * Ce - Pne * Cne) ........................................ (5)

Fungsi permintaan energi akan diperoleh jika persamaan (5) memenuhi syarat

First Order Condition (FOC) dan Second Order Condition (SOC), yaitu turunan

pertama sama dengan nol dan determinan matrik Hessian bernilai positif. Selain itu,

dari FOC diperoleh:

PeCeCeL * = 0 atau Ce = λ * Pe .......................................... (6)

PneCneCneL * atau Cne = λ *Pne ..................................... (7)

CnjPnjCjPjYL **

.............................................................. (8)

Page 71: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

85

dengan mensubstitusikan persamaan (7) ke persamaan (8) maka akan diperoleh:

'''

PneCne

PjCe ....................................................................................... (9)

atauPnePe

CneCe

'' ........................................................................................... (10)

Ce' adalah marginal utility dari konsumsi energi, sedangkan Cne' adalah tambahan

marginal utility dari konsumsi barang lain atau non-energi. Makna dari persamaan

(10) adalah bahwa kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi sejumlah barang akan

maksimum jika rasio tambahan kepuasan yang dihasilkan oleh barang tersebut sama

dengan rasio harganya.

Menurut Hendersond and Quandt (1980) dengan menyelesaikan Ce dan Cne,

yaitu dengan mensubstitusikan persamaan (6) dan (7) ke dalam persamaan (8) akan

menghasilkan fungsi permintaan energi dan barang non energi berikut:

Ce = (Pe, Pne, Y) .................................................................................... (11)

Cne = f(Pe, Pne, Y).................................................................................. (12)

Ini berarti permintaan konsumen terhadap energi dan barang konsumsi lainnya

ditentukan oleh harga energi, harga barang konsumsi lainnya dan pendapatan

konsumen. Persamaan (11) dan (12) digunakan untuk permintaan energi pada sektor

rumahtangga.

Untuk sektor selain rumahtangga, seperti sektor industri, transportasi,

pertanian dan sektor lainnya, permintaan energi merupakan permintaan input antara

yang digunakan untuk menghasil output. Dengan demikian konsep teori permintaan

energi pada sektor tersebut mengunakan konsep teori permintaan input.

Page 72: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

86

Secara teoritis, fungsi permintaan input dibangun dari pendekatan penurunan

fungsi keuntungan atau fungsi biaya. Pendekatan pertama dikenal dengan pendekatan

maksimisasi laba, dan pendekatan kedua dikenal dengan minimisasi biaya, sehingga

kedua pendekatan tersebut dikenal dengan pendekatan dualitas dalam produksi.

Kedua pendekatan tersebut menghasil pemecahan sama (Henderson dan Quandt,1980

dan Hartono, 2004) Dengan demikian untuk menurunkan fungsi permintaan input

dapat dilakukan dengan menurunkan fungsi keuntungan.

Fungsi produksi yang menyatakan hubungan antara keluaran (output) dengan

jumlah masukan (input) tenaga kerja (L), modal (K), sumberdaya alam (N) dan input

lainnya (Z). Hubungan antara output dan input tersebut dapat dilihat dalam bentuk

fungsi produksi sebagai berikut:

Y = f(L,K,N,Z) ....................................................................................... (13)

Selanjutnya dari fungsi produksi tersebut dapat ditentukan fungsi keuntungan sebagai

berikut:

Л = Pq*f(L,K,N,Z) – λ(Pl*L + Pk*K + Pn*N +Pz*Z) ...............................(14)

dimana:

Л= keuntungan produsen

Pq= harga output Y

Pl = harga input L (upah)

Pk = harga input K

Pn = harga input N

Pz = harga input lain Z.

Page 73: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

87

Fungsi permintaan input diperoleh jika dipenuhi syarat First Order Condition

(FOC) dan Second Order Condition (SOC). Dimana FOC mensyaratkan bahwa

turunan pertama dari fungsi keuntungan tersebut harus sama dengan nol, dan SOC

mensyaratkan nilai determinan matrik Hessian harus positif (Koutsoyiannis, 1979;

Henderson dan Quandt, 1980 dan Hartono, 2004). Bila kedua persyaratan tersebut

dipenuhi maka dari FOC akan diperoleh:

L = Pq * L’- Pl = 0 atau Pa = Pq * L' .................................................... (15)

K = Pq * K’ - Pk = 0 atau Pk = Pq * K’ .................................................... (16)

N = Pq * N' - Pn = 0 atau Pn = Pq * N' ..................................................... (17)

Z = Pq * Z' - Pz = 0 atau Pz = Pq * Z' ...................................................... (18)

Penyelesaian terhadap persamaan( 15) hingga (18) akan menghasilkan fungsi

permintaan input sebagai berikut:

L = f(Pl, Pk, PN, Pz, Pq) ......................................................................... (19)

K = f(Pk, PN, Pl, Pz, Pq) ........................................................................ (20)

N = f(Pn, Pl, Pk, Pz, Pq) .......................................................................... (21)

Z = f(Pz, Pl Pk, Pn, Pq) ........................................................................... (22)

dimana:

L = permintaan tenaga kerja

K = permintaan modal

N = permintaan sumberdaya

Z = permintaan terhadap input Iainnya.

Page 74: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

88

Secara empiris, permintaan energi sektoral (sektor industri, transportasi,

pertanian dan sektor lainnya) meliputi permintaan energi BBM, listrik, batubara, gas

dan biomas. Mengacu pada persamaan (19) sampai (22) maka permintaan energi per

jenis energi dipengaruhi oleh harga energi itu sendiri, harga energi lainnya (bersifat

subsitusi atau komplemen), harga output dan peubah bedakalanya. Karena penelitian

ini menggunakan pendekatan makroekonomi, harga output yang digunakan adalah

PDB sektoral. Dengan demikian permintaan energi sektoral per jenis energi dapat

dirumuskan:

Ceij = f(P i, Pz, PDBj, Ceijt-1) ............................................................... (23)

dimana:

Ceij = Konsumsi energi ke i sektor ke j

Pi = Harga energi ke i

Pz = Harga energi lainnya

PDB = PDB sektor ke j

Ceijt-1 = Lag konsumsi energi ke i sektor ke j

Permintaan energi yang oleh konsumen dalam bentuk energi akhir (Final

Energy) yang diklasifikasikan berdasarkan sektoral. Dalam World Energi Model

(WEM) yang dibangun Oleh IEA sejak tahun 1993 bahwa permintaan energi dapat

dibagi menurut sektoral yang terdiri dari permintaan energi final sektor industri,

sektor rumahtangga, sektor jasa dan sektor transportasi (IEA, 2008). Namun dalam

data neraca energi Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementrian Energy Sumberdaya

Page 75: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

89

Mineral bahwa permintaan energi akhir terdiri dari beberapa sektor yaitu sektor

industri, transportasi, rumahtangga, komersial dan sektor lainya.

Menurut IEA (2008) Wilayah-wilayah yang termasuk dalam Organisation for

Economic Cooperation and Development (OECD) dan non-OECD permintaan energi

akhir dimodelkan dalam cakupan sektoral dan pengguna energi akhir secara rinci,

yakni: (1) Industri dipisahkan ke dalam lima sub-sektor, sehingga memungkinkan

analisis yang lebih rinci mengenai trend dan pengendalian di sektor industri; (2)

Permintaan energi residensial (pemukiman) dipisahkan menjadi lima pengguna akhir

menurut bahan bakar; (3) Permintaan jasa-jasa; dan (4) Permintaan energi sektor

transportasi dimodelkan secara rinci menurut moda angkutan dan bahan bakar.

Permintaan energi akhir dimodelkan pada tingkat sektoral untuk setiap wilayah

WEM, tetapi dilakukan pemisahan pada tingkat pengguna akhir. Dalam penelitian ini

permintaan energi sektor industri tidak dirinci dalam sub-sektor dan permintaan

energi akhir sektor transportasi tidak dirinci berdasarkan moda angkutan secara detail

karena keterbatan data.

Total permintaan energi akhir adalah jumlah konsumsi energi di setiap sektor

pengguna akhir. Pada setiap sub-sektor atau pengguna akhir, setidaknya enam jenis

energi ini akan ditampilkan: batubara, minyak, gas, listrik, energi panas bumi dan

energi-energi terbarukan. Namun, tingkat agregasi ini masih terlalu agregat, sehingga

ada sejumlah aspek yang tidak bisa dimunculkan secara gamblang. Sebagai contoh,

produk-produk minyak yang berbeda dimodelkan secara terpisah sebagai input ke

model kilang minyak. Dalam setiap sub-sektor atau pengguna akhir, permintaan

energi diduga sebagai hasil dari peubah intensitas energi dan peubah aktivitas.

Page 76: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

90

Pada persamaan-persamaan penting, permintaan energi adalah fungsi dari

peubah-peubah berikut:

1. Peubah aktivitas. Peubah aktivitas yang biasa digunakan adalah peubah PDB atau

PDB per-kapita. Dalam banyak kasus, peubah aktivitas yang banyak digunakan

adalah PDB total maupun PDB sektoral. PDB total maupun PDB sektoral

kemudian digunakan sebagai peubah penjelas baik secara langsung ataupun

sebagai peubah bedakala.

2. Harga pengguna akhir. Peubah harga yang digunakan dalam bentuk data historis

time-series untuk batubara, minyak, gas dan harga listrik. Untuk setiap sektor

digunakan harga perwakilan (atau harga rata-rata tertimbang) yang diturunkan

dengan memperhatikan bauran produk dalam konsumsi akhir dan perbedaan

antarwilayah (jika studi mendisagregasi wilayah). Harga pengguna akhir ini

kemudian digunakan sebagai peubah penjelas baik secara langsung ataupun

sebagai peubah bedakala.

3. Peubah lain. Peubah lainnya yang dapat dimasukkan ke dalam model adalah

peubah yang digunakan untuk memperhitungkan perubahan struktural dan

teknologi, efek-efek saturasi atau pengendali penting lainnya.

Dari sisi penggunaan akhir, model dapat dikembangkan menurut pengguna

yang dapat dibagi menjadi pengguna industri, transportasi, rumahtangga, jasa, dan

sektor ekonomi lainnya. Masing-masing sektor pengguna dapat didisagregasi sesuai

dengan tujuan penelitian yang diharapkan dan data yang tersedia. Untuk sektor

industri misalnya dapat didisagregasi menjadi agroindustri dan non agroindustri.

Sektor transportasi didisagregasi menurut mode transportasi seperti penggunaan

Page 77: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

91

sarana transportasi publik dan transportasi pribadi, disagregasi menurut roda, jenis

bahan bakar dan lainnya. Dan untuk rumahtangga dapat diagregasi menurut jenis

peralatan rumahtangga yang menggunakan energi, rumahtangga desa-kota,

rumahtangga pertanian-non pertanian dan lainnya.

3.3. Konsep Penyediaan dan Transformasi Energi

Dalam WEM yang dibangun oleh IEA (2008) modul penyediaan energi fosil

bertujuan untuk memproyeksikan tingkat produksi energi fosil (khususnya minyak) di

setiap negara. Tingkat energi fosil disetiap negara melalui pendekatan parsial bottom-

up. Pendekatan tersebut disajikan pada Gambar 9.

OnshoreShelf

DeepwaterNon-Conv.

Reserves

Identifiedyet-to -be

Developed fieldsAvailable cast

constraints

Potentialgreenfield project s

Technical anddrilling costs

Price threshold foreconomic analysis

Standartproduction

prifiles

Decline rate(aggregate)

Existing fields(from start of

projection)

Selectedprojects ’

grosscapacities

New fieldsproduction

Existing fieldsNet Output

Totalproduction

Realisedmarket price

Total cash

Industry’s share ofcash-flow (after

government take)

Industry investmentpolicy

(re-investment rate)

Industry cashflow s

Industry totalinvestments

Developmentsinvestments

Producing fieldsinvestments

Explorationinvestments

Number ofexploration

wells

Creaming curves baseon USGS estimates

of ultimatelyrecoverable resources

Newdiscoveries

Sumber: IEA, 2008

Gambar 9. Struktur Modul Penyediaan Energi Fosil

Page 78: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

92

Berdasarkan Gambar 9 dapat dijelaskan bahwa struktur modul suplai energi

fosil berdasarkan pada:

1. Review statistik yang lengkap dari rangkaian sejarah panjang semua negara

produsen, mencakup produksi di darat maupun produksi lepas pantai, data-data

penemuan dan pengeboran.

2. Pengembangan daftar penemuan-penemuan masa lalu.

3. Perincian data lapangan berdasarkan pada profil standar produksi dan perkiraan

tingkat penurunan pada level lapangan dan level negara.

4. Perluasan survei dari proyek-proyek hulu yang diduga, direncanakan dan

diumumkan dalam jangka pendek dan jangka menengah oleh negara-negara

OPEC dan Non-OPEC, mencakup cadangan konvensional dan non-konvensional.

5. Metodologi baru dalam WEO-2008 yang bertujuan untuk meniru sedapat

mungkin keputusan modus dari industri dalam mengembangkan cadangan baru

dengan menggunakan kriteria Net Present Value dari arus kas masa depan.

6. Satu set asumsi ekonomi dibahas dan disahkan oleh industri termasuk tingkat

diskonto dan harga ambang batas yang digunakan dalam analisis ekonomi

proyek-proyek potensial, biaya pengeboran, tingkat pengembalian investasi arus

kas industri dan pangsa eksplorasi total investasi.

7. Perluasan survei regim fiskal diterjemahkan ke dalam perkiraan pemerintah

masing-masing dalam bentuk arus kas yang dihasilkan oleh proyek-proyek.

8. Menduga nilai akhir dari pemulihan cadangan.

Setiap negara memproyeksikan profil produksi bahan bakar fosil terdiri dari

enam komponen:

Page 79: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

93

1. Proyeksi produksi dari produksi saat ini: tingkat penurunan yang diproyeksikan

dari produksi di darat maupun di lepas pantai berdasarkan hasil analisis lapangan.

2. Produksi dari perkembangan temuan lapangan yang diduga, direncanakan dan

diumumkan.

3. Produksi dari ladang-ladang yang menunggu pengembangan.

4. Produksi dari ladang yang belum diketahui.

5. Perkiraan potensi dari proyek-proyek tambahan.

6. Produksi gas alam cair dan lainnya.

Transformasi energi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan konsep

penyediaan energi dalam rangka menghasilkan energi yang siap dikonsumsi.

Transformasi energi adalah proses perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk lain.

Dengan kata lain transformasi energi merupakan perubahan energi primer seperti

batubara, minyak mentah, gas dan lain-lain menjadi energi akhir (Energy Final)

seperti BBM, listrik, LPG (Liquefied Petroleum Gas), LNG (Liquefied Natural Gas)

dan lain-lain. Energi akhir inilah yang dapat dikonsumsi oleh penggunanya, seperti

energi yang dikonsumsi oleh sektor industri, transportasi, rumahtangga, pertanian,

dan sektor lainnya. Dengan demikian transformasi energi merupakan bagian penting

yang tidak dapat dipisahkan dalam proses penyediaan dan konsumsi energi.

WEM membangun model permintaan kilang global di antara daerah utama:

OECD, transisi ekonomi, Cina, India, Timur Tengah, Afrika Utara dan daerah-daerah

berkembang lainnya. Kapasitas kilang dipisahkan menurut produksi, permintaan,

ekspor minyak mentah dan produk olahan, dan biaya. Gambar 10 menunjukkan

struktur dari modul kilang dan transformasi energi.

Page 80: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

94

Sumber: IEA, 2008

Gambar 10. Struktur Modul Kilang dan Transformasi Energi

Setelah menentukan output dan kapasitas kilang, kemudian dihitung neraca

produk minyak global. Total permintaan produk minyak (tidak termasuk penggunaan

langsung minyak mentah) disesuaikan dengan total pasokan produk minyak,

termasuk produk dari NGLs dan GTLs. Dengan demikian, pada tingkat global:

Total output kilang = total permintaan produk minyak - (produk NGLs + produk

GTL) + (penggunaan sendiri kilang)

Model neraca penawaran dan permintaan melalui proses pengoptimalan.

Kelebihan permintaan dibagi menurut sebuah matriks pengoptimalan yang

memperhitungkan biaya unit, lingkungan dan kendala politik dan kendala kapasitas.

Ada tiga jenis kapasitas penyulingan tambahan: kilang baru (biaya tertinggi);

menambahkan kapasitas kilang yang ada dan kapasitas secara perlahan-lahan (biaya

terendah). Kapasitas penyulingan mengacu pada kapasitas hari kalender. Persyaratan

investasi dipisahkan antara investasi tambahan dan investasi konversi. Penambahan

Page 81: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

95

investasi didasarkan pada biaya saat ini yang bervariasi antar wilayah/negara. Untuk

penambahan investasi, model tersebut memproyeksikan pangsa kapasitas

penyulingan tambahan untuk masing-masing daerah/negara dan mengalokasikan

biaya yang sesuai. Investasi konversi didasarkan pada perkiraan biaya memodifikasi

kapasitas yang ada untuk memenuhi permintaan baru (produk yang lebih ringan) atau

pembatasan lingkungan baru pada produk (mengandung belerang). Permintaan

produk dibagi menjadi tiga: ringan, menengah dan berat. Model menggunakan rincian

sektoral dan spesifikasi wilayah/negara untuk memproyeksikan permintaan produk.

Modul kilang memproyeksikan kebutuhan kapasitas konversi, didasarkan

pada proyeksi permintaan produk-produk ringan, menengah dan berat, dan

mengantisipasi peraturan lingkungan. Proyeksi yang digunakan untuk menghitung

biaya investasi per juta barel per hari dikonversi. Dilakukan penghitungan rata-rata

tertimbang biaya teknologi, dengan memperhitungkan biaya masing-masing

teknologi yang berbeda seperti catalytic crackers and hydro-skimmers, dari sumber-

sumber industri. Investasi kilang tidak termasuk biaya pemeliharaan.

Disamping membangun Modul Kilang, WEM juga membangun modul

pembangkit listrik yang menghitung: (1) Permintaan listrik, (2) Jumlah listrik yang

dihasilkan oleh setiap jenis pembangkit untuk memenuhi permintaan listrik, (3)

Jumlah kapasitas pembangkit baru yang diperlukan, (4) Jenis pembangkit baru yang

akan dibangun, (5) Konsumsi bahan bakar dari sektor pembangkit listrik, dan (6)

Harga listrik.

Untuk setiap wilayah, permintaan listrik dihitung dalam modul permintaan

berdasarkan sektor. Berbagai faktor yang mempengaruhi permintaan layanan listrik,

Page 82: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

96

mencakup harga listrik, pendapatan rumahtangga, dan kemungkinan beralih ke

sumber energi lain untuk menyediakan layanan yang sama. PDB per kapita sebagai

proksi pendapatan. Modul struktur pembangkit listrik ini dijelaskan pada Gambar 11.

Sumber: IEA, 2008

Gambar 11. Struktur Modul Pembangkitan Listrik

Untuk setiap wilayah, pembangkit listrik dihitung dengan menambahkan

proyeksi permintaan listrik, listrik yang digunakan oleh pembangkit listrik sendiri dan

kerugian/kehilangan jaringan. Kapasitas yang ada didasarkan pada database dari

seluruh pembangkit listrik dunia. Untuk setiap wilayah, diasumsikan beban terpenuhi.

Page 83: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

97

Kapasitas pembangkit baru dihitung sebagai selisih antara total kapasitas listrik yang

dibutuhkan dan realisasi.

Kapasitas untuk pembangkit listrik tenaga nuklir dan pembangkit listrik

energi terbarukan didasarkan pada asumsi-asumsi, yang pada gilirannya didasarkan

pada penilaian terhadap rencana pemerintah dan daya saing relatif teknologi ini

dengan teknologi pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Pada kondisi

keseimbangan pasar, berlaku asumsi bahwa harga yang berlaku adalah harga bahan

bakar fosil internasional. Modul pembangkit listrik energi terbarukan (energi

biomassa, angin, sinar matahari, air, gelombang pasang dan surut dan lainnya) dapat

dilihat pada Gambar 12.

Sumber: IEA, 2008

Gambar 12. Struktur Modul Pembangkit Listrik Energi Terbarukan

Page 84: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

98

3.4. Konsep Efisiensi Pemakaian Energi

Hipotesis penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang erat antara

konsumsi energi dengan pertumbuhan ekonomi (PDB). Dari hubungan ini dapat

diperkirakan berapa kenaikan konsumsi energi yang diperlukan untuk mendapatkan

tingkat pertumbuhan PDB tertentu. Besarnya kenaikan konsumsi energi yang

dibutuhkan untuk menaikkan PDB dapat diketahui dengan menghitung elastisitas

pemakaian energi. Elastisitas pemakaian energi dirumuskan (Yusgiantoro, 2000; dan

KESDM, 2006):

)/()/(

PDBPBDECEC

................................................................................ (24)

dimana:

ε = Elastisitas pemakaian energi

ΔEC = Incremental konsumsi energi pada tahun tertentu (EC2-EC1)

EC = Konsumsi energi pada tahun tertentu

ΔPDB = Incremental PDB pada tahun tertentu (PDB2-PDB1)

PDB = Produk Domestik Bruto pada tahun tertentu

Selain untuk melihat hubungan antara konsumsi energi dengan PDB,

Beberapa manfaat elastisitas pemakaian energi yang digunakan yaitu sebagai

indikator dalam proses pengambilan keputusan strategi pembangunan dan untuk

mengukur tingkat efisiensi pemakaian energi pada suatu negara. Elastisitas

pemakaian energi yang besar dari satu (ε>1) menunjukkan pemakaian energi suatu

Page 85: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

99

negara tersebut tergolong boros. Sebaliknya, elastisitas pemakaian energi yang kecil

dari satu (ε< 1) menunjukkan pemakaian energi pada negara tersebut efisien.

Namun elastisitas bukanlah satu-satunya konsep yang digunakan untuk

pengetahui peranan energi dalam pembangunan. Beberapa negara tertentu

menggunakan konsep perhitungan selain elastisitas pemakaian energi, yiatu konsep

intensitas energi. Konsep intensitas energi dapat dirumuskan:

I = EC/PDB ............................................................................................. (25)

dimana:

I = Intensitas energi

EC = Konsumsi energi pada waktu tertentu

Yusgiantoro (2000) mengatakan bahwa intensitas energi tidak dapat

menggambarkan efisiensi pemakaian energi. Hal ini disebabkan konsep yang

digunakan dalam intensitas energi adalah konsep rata-rata (average), bukan konsep

marjinal (marginal) seperti elastisitas pemakaian energi. Penjelasan intensitas energi

terbatas pada besar pemakaian energi dalam pembangunan suatu negara. Dengan

membandingkan keduanya dapat diketahui keunggulan konsep elastisitas pemakaian

energi. Efisiensi penggunaan energi dapat diketahui dari elastisitas energi, tetapi tidak

dapat diketahui dari intensitas energi.

Oleh karena itu dalam penelitian ini, untuk mengetahui efisiensi pemakaian

energi digunakan konsep elastisitas pemakaian energi. Elastisitas pemakaian energi

yang akan dipaparkan pada Bab VIII dengan menampilkan elastisitas pemakaian

energi berbagai sektor (sektor industri, rumahtangga, transportasi, pertanian dan

sektor lainnya).

Page 86: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

100

3.5. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan konsep dan penelitian empiris yang telah diuraikan pada bagian

tinjauan pustaka dan mengacu pada perumusan masalah dan tujuan penelitian, ada

hubungan yang erat antara konsumsi energi dengan perkembangan perekonomian

suatu negara, termasuk di Indonesia (Gambar 13). Merujuk pada hasil ulasan terhadap

sejumlah literatur yang telah dipaparkan pada bagian pendahuluan dan tinjauan

pustaka dapat dinyatakan bahwa permasalahan konsumsi dan penyediaan energi

dalam kaitannya dengan perkembangan perekonomian Indonesia dapat dilihat dari

sisi konsumsi (permintaan) dan dari sisi penyediaan (penawaran).

Dari sisi konsumsi, sektor energi di Indonesia paling tidak dihadapkan pada

tiga permasalahan. Pertama, pemanfaatan energi di Indonesia yang relatif boros,

diperlihatkan oleh tingkat elastisitas dan intensitas pemakaian energi dibandingkan

dengan pertumbuhan ekonomi. Elastisitas konsumsi energi terhadap Produk

Domestik Bruto (PDB) yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa persentase

peningkatan PDB menyebabkan persentase peningkatan konsumsi energi lebih tinggi

dari persentase peningkatan PDB. Selain elastisitas pemanfaatan energi, intesitas

konsumsi energi di Indonesia juga tinggi, yang ditunjukkan oleh jumlah konsumsi

energi per PDB yang tinggi dan jumlah konsumsi energi per kapita yang juga tinggi

dan cenderung meningkat. Kedua, harga energi, khususnya BBM, yang rendah karena

disubsidi oleh pemerintah sehingga belum mencapai harga keekonomiannya.

Dari sisi penyediaan, sektor energi di Indonesia dihadapkan pada tiga

permasalahan utama yang menyebabkan masih terbatasnya penyediaan energi di

Indonesia. Pertama, terbatasnya teknologi eksplorasi yang ditunjukkan oleh sebagian

Page 87: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

101

Gambar 13. Kerangka Pemikiran Studi Konsumsi dan Penyediaan Energi DalamPerekonomian Indonesia

Hubungan Antara Konsumsi danPenyediaan Energi dengan Perkembangan

Perekonomian Indonesia

Pemasalahan dari Sisi Konsumsi:Pemanfaatan energi yang relatif

borosHarga BBM yang rendah, belum

mencapai harga keekonomiannya

Pemasalahan dari Sisi Penyediaan:Terbatasnya teknologi eksplorasiInvestasi yang terbatas

StudiAnalisis Konsumsi dan Penyediaan Energi

dalam Perekonomian Indonesia

Model Konsumsi dan Penyediaan Energi dalam Perekonomian Indonesia

BlokKonsumsi

Energi

BlokTransformasi

Energi

BlokPenyediaan

Energi

BlokHargaEnergi

BlokOutput

Perekonomian

Peramalan Konsumsidan Penyediaan Energidalam PerekonomianIndonesia Tahun 2025

Kejutan Eksternal:Harga minyak

duniaNilai tukarSuku bungaSubsidi BBMKombinasi

diantaranya

Metode Pendugaan:Two Stages LeastSquares (2SLS)

Hasil Pendugaan:Koefisien PendugaanNilai Elastisitas

Rumusan Implikasi Kebijakan Konsumsi dan Penyediaan Energi yang Efektif dalamPerekonomian Indonesia

AnalisisEfisiensi Energi

MengunakanRumus

ElastisitasPemakaian

Energi

Page 88: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

102

besar aktivitas eksplorasi minyak di Indonesia dilakukan kontraktor perusahaan

minyak asing sehingga tidak sepenuhnya hasil eksplorasi minyak dapat dimanfaatkan

untuk kebutuhan domestik. Dan kedua, investasi dibidang energi masih terbatas dan

cenderung menurun. Hal ini disebabkan oleh masalah ketidakpastian dan

inkonsistensi regulasi, kebijakan penetapan harga yang rendah sehingga tidak

menarik bagi investor, ekonomi biaya tinggi, inkonsistensi di bidang perpajakan, dan

keterbatasan infrastruktur.

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dan gambar di atas adalah

sangat menarik untuk melakukan studi ”Analisis Konsumsi dan Penyediaan Energi

dalam Perekonomian Indonesia”. Data utama yang digunakan merupakan data neraca

energi Indonesia yang bersumber dari Kementrian Energi Sumberdaya Mineral

Model yang dibangun dalam studi ini mencakup lima blok persamaan, yaitu

blok persamaan konsumsi, blok persamaan transformasi energi, blok persamaan

sumber (penyediaan) energi, blok persamaan harga energi, dan blok persamaan

output perekonomian. Blok-blok persamaan ini berhubungan antara satu dengan yang

lainnya sehingga akan dianalisis dengan metode persamaan simultan, yakni Two

Stage Least Squares (2SLS). Lebih detail hubungan antara blok-blok persamaan ini

dijelaskan pada Bab IV, yakni sub-bab spesifikasi model.

Lebih lanjut dari gambar kerangka pemikiran di atas dapat dinyatakan bahwa

disamping dilakukan pendugaan terhadap koefisien pendugaan dan elastisitas

berdasarkan data historis juga dilakukan pendugaan terhadap data peramalan

(forcasting). Peramalan dilakukan sampai tahun 2025 dengan pertimbangan bahwa

pada tahun tersebut sesuai dengan rancangan kebijakan energi nasional yang berlaku

Page 89: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · penyusutan. Ini juga digambarkan dalam Gambar 6 kurva Solow. Catatan bahwa kurva tabungan mempunyai bentuk yang sama seperti kurva output,

103

pada tahun 2025. Dari data historis dan data peramalan kemudian dilakukan

perhitungan elastisitas pemakaian energi untuk mengetahui tingkat efisiensi

pemakaian energi berdasarkan data historis dan tingkat efisiensi pemakaian energi

pada masa mendatang.

Disamping itu juga dilakukan simulasi terhadap external shocks (kejutan

eksternal) seperti peningkatan harga minyak dunia, nilai tukar rupiah terhadah US

Dollar, penurunan suku bunga dan subsidi BBM sebagai faktor yang diduga paling

menentukan konsumsi dan penyediaan energi dalam kaitannya dengan dinamika

perkembangan perekonomian di Indonesia.