II. TINJAUAN PUSTAKA · analisis tanah di laboratorium atau dengan Perangkat Uji Tanah Sawah...

12
II. TINJAUAN PUSTAKA Pupuk merupakan salah satu sumber penting dalam kehidupan tanaman. Salah satunya, produksi pangan dunia ditentukan oleh sumbangan unsur hara yang di dapat dari tanah dan pupuk-pupuk yang ditambahkan ke dalam tanah. Saat ini, hal tersebut sangat diperlukan untuk menjamim kecukupan produksi pangan dan mencegah penurunan produktivitas tanah akibat pengurangan unsur hara. Cepatnya peningkatan populasi dunia mengakibatkan meningkatnya konsumsi yang menjadikan pupuk-pupuk menjadi bagian integral dalam suplai pangan (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). 2.1 Klasifikasi Pupuk Pupuk dapat dibedakan berdasarkan bahan asal, senyawa, fasa, cara penggunaan, reaksi fisiologi, jumlah dan macam hara yang dikandungnya. A. Berdasarkan asalnya dibedakan: 1. Pupuk alam ialah pupuk yang terdapat di alam atau dibuat dengan bahan alam tanpa proses yang berarti. Misalnya: pupuk kompos, pupuk kandang, guano, pupuk hijau dan pupuk batuan P. 2. Pupuk buatan ialah pupuk yang dibuat oleh pabrik. Misalnya: TSP, urea, rustika dan nitrophoska. Pupuk ini dibuat oleh pabrik dengan mengubah sumber daya alam melalui proses fisika dan atau kimia. B. Berdasarkan senyawanya dibedakan: 1. Pupuk organik ialah pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan pupuk alam tergolong pupuk organik: pupuk kandang, kompos, guano. Pupuk alam yang tidak termasuk pupuk organik misalnya rock phosphat, umumnya berasal dari batuan sejenis apatit [Ca 3 (PO 4 ) 2 ]. 2. Pupuk anorganik atau mineral merupakan pupuk dari senyawa anorganik. Hampir semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik. C. Berdasarkan fasa-nya dibedakan: 1. Padat. Pupuk padat umumnya mempunyai kelarutan yang beragam mulai yang mudah larut air sampai yang sukar larut. 2. Pupuk cair. Pupuk ini berupa cairan, cara penggunaannya dilarutkan dulu dengan air. Umumnya pupuk ini disemprotkan ke daun karena mengandung

Transcript of II. TINJAUAN PUSTAKA · analisis tanah di laboratorium atau dengan Perangkat Uji Tanah Sawah...

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk merupakan salah satu sumber penting dalam kehidupan tanaman.

Salah satunya, produksi pangan dunia ditentukan oleh sumbangan unsur hara yang

di dapat dari tanah dan pupuk-pupuk yang ditambahkan ke dalam tanah. Saat ini,

hal tersebut sangat diperlukan untuk menjamim kecukupan produksi pangan dan

mencegah penurunan produktivitas tanah akibat pengurangan unsur hara.

Cepatnya peningkatan populasi dunia mengakibatkan meningkatnya konsumsi

yang menjadikan pupuk-pupuk menjadi bagian integral dalam suplai pangan

(Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

2.1 Klasifikasi Pupuk

Pupuk dapat dibedakan berdasarkan bahan asal, senyawa, fasa, cara

penggunaan, reaksi fisiologi, jumlah dan macam hara yang dikandungnya.

A. Berdasarkan asalnya dibedakan:

1. Pupuk alam ialah pupuk yang terdapat di alam atau dibuat dengan bahan

alam tanpa proses yang berarti. Misalnya: pupuk kompos, pupuk kandang, guano,

pupuk hijau dan pupuk batuan P.

2. Pupuk buatan ialah pupuk yang dibuat oleh pabrik. Misalnya: TSP,

urea, rustika dan nitrophoska. Pupuk ini dibuat oleh pabrik dengan mengubah

sumber daya alam melalui proses fisika dan atau kimia.

B. Berdasarkan senyawanya dibedakan:

1. Pupuk organik ialah pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan

pupuk alam tergolong pupuk organik: pupuk kandang, kompos, guano. Pupuk

alam yang tidak termasuk pupuk organik misalnya rock phosphat, umumnya

berasal dari batuan sejenis apatit [Ca3(PO4)2].

2. Pupuk anorganik atau mineral merupakan pupuk dari senyawa

anorganik. Hampir semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik.

C. Berdasarkan fasa-nya dibedakan:

1. Padat. Pupuk padat umumnya mempunyai kelarutan yang beragam

mulai yang mudah larut air sampai yang sukar larut.

2. Pupuk cair. Pupuk ini berupa cairan, cara penggunaannya dilarutkan

dulu dengan air. Umumnya pupuk ini disemprotkan ke daun karena mengandung

4

banyak hara, baik makro maupun mikro, harganya relatif mahal. Pupuk amoniak

cair merupakan pupuk cair yang kadar N-nya sangat tinggi sekitar 83%,

penggunaannya dapat lewat tanah (diinjeksikan).

D. Berdasarkan cara penggunaannya dibedakan:

1. Pupuk daun ialah pupuk yang cara pemupukan dilarutkan dalam air dan

disemprotkan pada permukaan daun.

2. Pupuk akar atau pupuk tanah ialah pupuk yang diberikan ke dalam

tanah di sekitar akar agar diserap oleh akar tanaman.

E. Berdasarkan reaksi fisiologisnya dibedakan:

1. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis masam artinya bila pupuk

tersebut diberikan ke dalam tanah ada kecenderungan tanah menjadi lebih masam

(pH menjadi lebih rendah). Misalnya: ZA dan Urea.

2. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis basis ialah pupuk yang bila

diberikan ke dalam tanah menyebabkan pH tanah cenderung naik misalnya: pupuk

chili salpeter, calnitro, kalsium sianida.

F. Berdasarkan jumlah hara yang dikandungnya dibedakan:

1. Pupuk yang hanya mengandung satu hara tanaman saja. Misalnya: urea

hanya mengandung hara N, TSP hanya dipentingkan P saja (sebetulnya juga

mengandung Ca).

2. Pupuk majemuk ialah pupuk yang mengandung dua atau lebih dua hara

tanaman. Contoh: NPK, amophoska, nitrophoska dan rustika.

G. Berdasarkan macam hara tanaman dibedakan:

1. Pupuk makro ialah pupuk yang mengandung hanya hara makro saja:

NPK, nitrophoska, gandasil.

2. Pupuk mikro ialah pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja

misalnya: mikrovet, mikroplek, metalik.

3. Campuran makro dan mikro misalnya pupuk gandasil, bayfolan, rustika.

Sering juga ke dalam pupuk campur makro dan mikro ditambahkan juga zat

pengatur tumbuh (hormon tumbuh) (Widya, 2006).

5

2.2 Pupuk Urin Kambing Etawah

Devendra dan Burns (1994) melaporkan bahwa kambing merupakan

ternak bertanduk yang termasuk dalam kelas mamalia, ordo Artiodactyla, sub

ordo Ruminansia, famili Bovidae, genus Capra dan spesies Capra hircus.

Kambing Etawah adalah kambing tipe dwiguna yang merupakan

kombinasi antara produksi air susu dan daging (Ditjennak, 1981). Menurut

Devendra dan Burns (1994), persilangan kambing peranakan Etawah telah

dilakukan sejak tahun 1910-an dengan tujuan untuk memperbaiki mutu kambing

lokal sekarang keturunannya sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan

Indonesia.

Kambing Etawah bertubuh besar dengan kaki belakang berbulu panjang

dan tebal. Rata-rata bobot pejantan bervariasi antara 60-90 kg dan betina 50-60 kg

(Ditjennak, 1981) atau mempunyai bobot rata-rata 40-45 kg (Devendra dan Burns,

1994), produk susu sebanyak 201,96+6,65 kg selama laktasi 191+ hari dengan

produksi susu harian 1,752+0,031 kg (Ditjennak, 1981) atau menghasilkan

produksi susu sebanyak 200-562 kg dengan produksi susu harian 1,5-3,5 kg

selama masa laktasi 170-200 hari (Devendra dan Burns, 1994).

Karakteristik kambing Etawah yaitu mempunyai warna, termasuk warna

putih, merah coklat dan hitam. Telinga panjang, melipat dan menggantung dengan

panjang kurang lebih 30 cm, tinggi 70-80 cm (Devendra dan Burns, 1994).

Dari sudut nutrisi, pakan bagi ternak merupakan salah satu unsur yang

sangat penting dalam menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi. Pakan

yang baik akan menjadikan ternak sanggup melaksanakan fungsi proses produksi

dan reproduksi dalam tubuh secara normal (Prastowo, 1980).

Pakan yang diberikan untuk ternak kambing harus memenuhi kebutuhan-

nya untuk hidup pokok dan bereproduksi (Ensminger, 2001). Pakan yang melebihi

kebutuhan pokok hidupnya akan dimanfaatkan untuk produksi yang lebih tinggi

(Devendra dan Burns, 1994). Kambing PE menyukai beragam tanaman berupa

daun kaliandra, mahoni, daun nangka, daun pisang, daun dadap, rumput setaria

dan rumput gajah (Astuti et al., 2002).

Menurut Atabany (2001), induk laktasi kambing PE dengan rataan bobot

hidup 48 kg, mengkonsumsi 8,19 kg pakan segar per hari, setara dengan 3,7%

6

bobot hidup. Pakan konsentrat, ampas tahu dan singkong yang diberikan selalu

habis dikonsumsi. Rataan banyaknya rumput yang dikonsumsi induk laktasi

76,63% dari pemberian rata-rata 4,19 kg per ekor per hari. Pemberian rumput

dilakukan tiga kali, sedangkan konsentrat dua kali sehari.

Menurut Devendra dan Burns (1994), ternak perah merupakan ternak yang

mampu memproduksi susu melebihi kebutuhan anaknya dan dapat

mempertahankan produksi susunya sampai jangka waktu tertentu. Produksi susu

dipengaruhi oleh mutu genetik, umur induk, ukuran dimensi kambing, bobot

hidup, lama laktasi, tata laksana yang diberlakukan terhadap ternak

(perkandangan, pakan, kesehatan), kondisi iklim setempat, daya adaptasi ternak,

aktivitas pemerahan (Phalepi, 2004), bangsa, musim, masa birahi dan

kebuntingan, jumlah anak sekelahiran, lama masa kering, hormon, pakan dan

penyakit (Soddiq dan Abidin, 2002).

Pemberian input pada kambing memiliki kaitan yang erat dengan output

kambing, di mana faktor-faktor tersebut saling berintegralisasi. Oleh karena itu,

diperlukan analisa laboratorium untuk mengetahui kandungan hara output

kambing tersebut dan juga untuk menilai faktor-faktor apa yang berperan penting

dalam proses tersebut. Hasil analisis di laboratorium menunjukkan kadar hara N,

K, dan C organik pada biourin maupun biokultur lebih tinggi dibanding urin atau

cairan feses yang belum difermentasi.

Tabel 1. Kandungan unsur hara pupuk urin dan kompos cair dari limbah

kambing Jenis Bahan Kandungan hara

N

(%) P

(ppm) K

(ppm) C-organik

(ppm) Urin

Tanpa perlakuan 0.34 94 759 3390

Dengan perlakuan 0.89 89 1770 3773

Kompos

cair

Tanpa perlakakuan 0.27 69 422 2811

Dengan perlakuan 1.22 84 962 3414 Keterangan

- Perlakuan pada urin : fermentasi 7 hari, pemutaran 6 jam

Perlakuan pada feses : fermentasi 7 jam

(Made, 2008)

7

2.3 Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik merupakan pupuk yang dibuat di pabrik secara kimia.

Pupuk anorganik dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah hara yang

menyusunnya, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal

merupakan pupuk yang mengandung hanya satu unsur hara. Sedangkan pupuk

majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur (Kasno,

2009a).

Sumber hara N adalah pupuk urea, ZA, DAP, KNO, dan NPK. Nitrogen

merupakan hara yang bersifat higroskopis atau mudah menyerap air dan mudah

larut dalam tanah. Hara N diserap tanaman dalam bentuk NH4+

dan NO3-. Kadar

NH4+

terlarut tertinggi terjadi pada saat pemupukan hingga hari ke 3 (Ibrahim dan

Kasno, 2008), mudah hilang dan tidak tersedia bagi tanaman. Nitrogen bersifat

mobil di dalam tanah. Sumber hara P adalah pupuk superfosfat, fosfat alam, DAP,

dan NPK. Hara P dalam tanah stabil atau tidak mudah hilang. Hara K bersumber

dari pupuk KCl, MOP, KNO3, dan NPK. Hara K dalam tanah bersifat mobil,

mudah bergerak dan pada tanah tua (Ultisol dan Oxisol) mudah tercuci.

Pupuk anorganik diberikan berdasarkan sifat tanah atau kesuburan tanah

dan varietas tanaman. Sifat tanah atau status hara tanah dapat diketahui dari hasil

analisis tanah di laboratorium atau dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).

Dosis pupuk untuk tanaman dengan hasil lebih tinggi, misalnya padi hibrida akan

lebih tinggi (Kasno, 2009b).

2.4 Pupuk Daun dan Mekanisme Penyerapan Pupuk Melalui Daun

Pupuk daun merupakan salah satu jenis pupuk majemuk. Disebut demikian

karena pembuatan pupuk daun bertujuan agar unsur-unsur yang terkandung di

dalamnya dapat diserap oleh daun atau untuk pembentukan zat hijau daun.

Penyerapan unsur hara dalam pupuk daun memang dirancang berjalan lebih cepat

dibanding dengan pupuk akar. Tanaman akan tumbuh cepat dan media tanam

tidak rusak akibat pemupukan yang terus menerus. Oleh karena itu, pemupukan

melalui daun dianggap lebih efektif dibandingkan dengan pupuk akar. Sayangnya,

pupuk daun mempunyai sifat cepat menguap.

8

Kelebihan pupuk daun dibanding pupuk akar adalah penyerapan hara

melalui mulut daun (stomata) berjalan cepat, sehingga perbaikan tanaman cepat

terlihat. Selain itu, unsur hara yang diberikan lewat daun hampir seluruhnya dapat

diambil tanaman dan tidak menyebabkan kelelahan atau kerusakan tanah. Seperti

diketahui pupuk yang diberikan lewat tanah tidak semuanya dapat diserap akar

tanaman karena sebagian difiksasi oleh tanah (misalnya P difiksasi oleh Al, Fe,

atau Ca, unsur K difiksasi oleh mineral liat, ilit dan sebagainya), tercuci bersama

air perkolasi, atau tererosi bersama butir-butir tanah. Adapun kekurangan pupuk

daun adalah bila dosis yang diberikan terlalu besar, maka daun akan rusak

(Hardjowigeno, 2003).

Pemberian pupuk lewat daun yang tepat adalah antara jam 7-9 pagi atau 5

sore dengan catatan tidak terjadi hujan paling cepat 2 jam setelah pupuk daun

diaplikasikan. Pupuk daun sebaiknya tidak diberikan saat malam hari, panas terik

atau menjelang hujan. Saat terik matahari, cahaya matahari merangsang

fotosintesis yang berakibat menurunnya kandungan CO kira-kira 0.03-0.02%,

tekanan turgor dari sel-sel juga menurun karena kehilangan air yang berlebih

akibat proses transpirasi (Harjadi, 1996). Bila disemprot pada malam hari, daun

sedang menutup, sehingga pupuk tidak sepenuhnya diserap oleh tanaman.

Pemupukan lewat daun sangat menguntungkan bila tanaman dihadapkan pada

kondisi: ketersediaan hara di tanah sangat rendah, topsoil kering dan terjadi

penurunan aktivitas akar selama fase reproduktif (Lingga, 2004). Prioritas

penyemprotan pada bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata.

Faktor yang mempengaruhi efektivitas pemupukan ialah faktor cuaca, di mana

bila terjadi hujan maka akan mengurangi efektivitas penyerapan pupuk.

Penyemprotan saat suhu udara panas menyebabkan konsentrasi larutan pupuk

yang sampai ke daun cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar. Contoh

pupuk daun yang beredar di pasaran yaitu Gandasil Daun 14-12-14 dilengkapi

dengan Mn, Mg, B, Cu dan Zn (Prasetya, 2011).

9

2.5. Karaktristik Hara Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) dalam Tanah

dan Tanaman

Sebagian besar Nitrogen (N) tanah berada dalam bentuk N organik maka

pelapukan N organik merupakan proses menjadikan N tersedia bagi tanaman.

Nitrogen dibebaskan dalam bentuk ammonium, dan bila keadaan baik ammonium

dioksidasikan menjadi nitrit kemudian nitrat (Soepardi, 1983).

Bentuk N yang diabsorpsi oleh tanaman berbeda-beda. Ada tanaman yang

lebih baik apabila diberikan NH4+ tetapi ada pula tanaman yang lebih baik apabila

diberikan NO3-. Tanaman padi sawah mengambil N biasanya dalam bentuk NH4

+,

sebaliknya tanaman-tanaman darat mengabsorpsi bentuk NO3- yang terbanyak.

Nitrogen yang diserap ini di dalam tanaman diubah menjadi – N2 – NH- -NH2 -.

Bentuk reduksi kemudian diubah menjadi senyawa yang lebih kompleks dan

akhirnya menjadi protein. Protein ini bersifat katalisator dan sebagai pemimpin

dalam proses metabolisme. Protein-protein yang fungsionil tidak stabil, mereka

selalu pecah dan kemudian membentuk kembali.

Pemberian N yang banyak akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif

berlangsung hebat sekali dan warna daun menjadi hijau tua. Kelebihan N ialah

dapat memperpanjang umur tanaman dan memperlambat proses pematangan

karena tidak seimbang dengan unsur lainnya seperti P, K, dan S.

Tanaman serat yang kelebihan N akan melemahkan serat-seratnya,

sedangkan untuk tanaman biji-bijian akan menyebabkan tanaman rebah. Hal ini

terutama bila kekurangan kalium atau varietas yang dipakai tidak tahan terhadap

pemupukan N yang tinggi. Keburukan akibat pemupukan yang dikemukakan di

atas biasanya tidak terjadi bila unsur-unsur lain terdapat dalam keadaan yang

cukup. Dalam keadaan demikian pemupukan N biasanya sangat meningkatkan

produksi tanaman.

Kekurangan N biasanya menyebabkan pertumbuhan tanaman tertekan dan

daun-daun menjadi kering. Gejala khlorosis mula-mula timbul pada daun yang tua

sedangkan daun-daun muda tetap berwarna hijau. Kenyataan ini membuktikan

mobilitas N di dalam tanaman. Apabila akar tanaman tidak dapat mengambil N

yang cukup untuk pertumbuhannya maka senyawa N di dalam daun-daun tua akan

menjalani proses autolisis. Dalam hal ini, protein diubah menjadi bentuk yang

10

larut yang kemudian di translokasikan ke bagian daun yang lebih muda di mana

jaringan meristemnya masih aktif. Pada keadaan N yang rendah sekali, daun akan

menjadi coklat dan mati. Untuk jenis rumput-rumputan ujung-ujung daun tua

mula-mula akan mengering seperti terbakar dan menjalar ke seluruh daun melalui

ibu tulang dan melebar ke samping sehingga memberikan bentuk V

(Leiwakabessy et al, 2003).

Tanaman biasanya mengabsorpi P dalam bentuk H2PO4- dan sebagian

kecil dalam bentuk fosfat sekunder yakni H2PO42-

. Absorpsi kedua ion itu oleh

tanaman dipengaruhi oleh pH tanah sekitar akar. Pada pH tanah yang rendah

absorpsi bentuk H2PO42-

meningkat.

Selain kedua bentuk di atas mungkin juga bentuk pirofosfat dan metafosfat

dapat di ambil oleh tanaman. Tanaman juga dapat mengabsorpsi fosfat dalam

bentuk P-organik seperti asam nukleat dan phytin. Bentuk-bentuk ini berasal dari

dekomposisi bahan organik dan dapat langsung digunakan tanaman. Tetapi karena

tidak stabil dalam suasana di mana aktivitas mikroba tinggi, maka peranan mereka

sebagai sumber fosfat bagi tanaman di lapangan menjadi kecil.

Fosfat yang cukup akan memperbesar pertumbuhan akar. Fosfat

merupakan unsur yang mobil di dalam tanaman. Apabila terjadi kekurangan fosfat

maka fosfat di dalam jaringan yang tua di angkat ke bagian-bagian meristem yang

sedang aktif. Tetapi oleh karena kekurangan unsur ini menghambat seluruh

pertumbuhan tanaman, maka gejala yang jelas pada daun seperti halnya

kekurangan unsur-unsur N dan K jarang terlihat.

Peranan fosfat adalah sangat khusus dalam pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Fosfat atau radikal fosforil di dalam sel-sel tanaman di

angkat ke golongan asepior melalui suatu reaksi yang disebut fosforilasi sehingga

reaktivitas dari suatu zat bertambah. Fosforiliasi akan mengurangi energi dari

aktivitas dari penghalang di dalam sel tanaman sehingga memungkinkan semua

reaksi-reaksi kimia di dalam proses biologi berlangsung sempurna dan dipercepat.

Perubahan fosfat di dalam tanaman terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap

pertama fosfat anorganik diabsorpsi dan bereaksi dengan molekul atau radikal

organik, pada tahap kedua terjadi proses transfosforilasi di mana golongan fosforil

diubah menjadi molekul-molekul lain. Dan pada tahap ketiga, fosfat atau

11

pirofosfat dibebaskan dari “intermediated phosphorylated” oleh proses hidrolisa

ataupun melalui substitusi radikal organik. Sumber energi yang utama untuk

perubahan fosfat ke dalam berbagai bentuk kombinasi organik adalah energi

potensial oksidasi-reduksi yang dihasilkan dalam proses metabolisme oksidatif.

Beberapa peranan fosfat yang penting ialah dalam proses fotosintesa,

perubahan-perubahan karbohidrat dan senyawa-senyawa yang berhubungan

dengannya, glikolisis, metabolisme asam-amino, metabolisme lemak,

metabolisme sulfur, oksidasi biologis dan sejumlah reaksi dalam proses hidup

(Leiwakabessy et al, 2003).

Jumlah K dalam tanah jauh lebih banyak daripada P. Masalah utama ialah

ketersediaan. Kalium diikat dalam bentuk-bentuk yang kurang tersedia. Jumlah K

yang dapat dipertukarkan atau tersedia bagi tanaman tidak melebihi 1 persen dari

seluruh kalium tanah (Soepardi, 1983).

Kalium diabsorpsi pada tanaman dalam bentuk K+. Bentuk dapat ditukar

atau bentuk yang tersedia bagi tanaman biasanya dalam bentuk pupuk K yang

larut dalam air.

Kebutuhan tanaman akan K cukup tinggi dan akan menunjukkan gejala

kekurangan apabila kebutuhannya tidak tercukupi. Dalam keadaan demikian maka

terjadi translokasi K dari bagian-bagian yang tua ke bagian-bagian yang muda.

Dengan demikian gejalanya mulai terlihat pada bagian bawah dan bergerak ke

ujung tanaman.

Berbeda dengan N, S, P, dan beberapa unsur lain, tidak dijumpai di dalam

bagian tanaman seperti protoplasma, lemak, dan selulosa. Fungsinya nampaknya

lebih bersifat katalisator. Selain itu, kalium memiliki peranan penting sekali

terhadap peristiwa-peristiwa fisiologis seperti: metabolisme karbohidrat,

metabolisme nitrogen dan sintesa protein, mengawasi dan mengatur aktivitas

beragam unsur mineral, dan mengatur pergerakan stomata.

Peranan-peranan tersebut dapat di lihat dalam berbagai bentuk gejala

tumbuh. Daun-daun menjadi kering, melemahkan batang dari tanaman biji-bijian

dan mengakibatkan mudah rebah. Kekurangan kalium akan menyebabkan

produksi tanaman berkurang sekali. Sering terjadi bahwa walaupun produksi

berkurang sekali tetapi gejala kekurangan tidak timbul. Peristiwa ini dikenal

12

dengan nama kelaparan yang tersembunyi (hidden hunger) dan tidak saja terbatas

pada kalium tetapi juga berlaku untuk unsur hara yang lain (Leiwakabessy et al,

2003).

2.6 Keuntungan dan Ekonomi Pupuk

Membeli pupuk dengan analisis yang tinggi adalah lebih baik daripada

membeli dengan analisis rendah. Data harga menunjukkan bahwa makin tinggi

kadar analisisnya, terutama dari pupuk majemuk, makin banyak hara yang dapat

diperoleh dari tiap rupiahnya. Satu fakta harga yang perlu dingat pada waktu

membeli pupuk adalah harga relatif dari nitrogen, fosfor, dan kalium. (Soepardi,

1983).

Keuntungan usaha tani berasosiasi dengan produksi tinggi, di mana

keuntungan maksimal akan dicapai bilamana produksi dan harga jual tinggi.

Produksi lebih tinggi total biaya produksi per satuan juga tinggi, tetapi ongkos

biaya per satuan hasil lebih rendah dan keuntungan meningkat.

Faktor lain yang menjadi pertimbangan adalah dosis optimum, dosis

pupuk optimum sendiri dipengaruhi oleh harga pupuk dan harga jual produksi.

Bila harga pupuk naik dan harga jual tetap maka sudut persamaan garis ongkos

pemupukan (

) akan naik, sehingga dosis optimum akan bergeser menjadi lebih

rendah, bila sebaliknya maka dosis optimum naik.

Dosis optimum akan berubah pada setiap tahun atau musim karena variasi

iklim, harga jual dan ongkos pupuk. Sehingga perlu dihitung berapa biaya yang

akan dikeluarkan dan berapa tingkat produksi serta harga jual yang diharapkan.

Sistem produksi di bidang pertanian selalu mempertimbangkan resiko, seperti

kebanjiran, kekeringan, dan serangan hama dan penyakit. Resiko ini menurunkan

produksi, namun dengan pengelolaan yang baik dapat mengurangi resiko

tersebut.

Selain itu, bila pemupukan terlau banyak secara ekonomik, kerugian sama

besarnya dengan tanaman pemupukan yang kurang pada proporsi yang sama.

Residu pupuk harus diperhitungkan pada pemupukan berikutnya sebagai

kompensasi pemupukan berlebih, bila efek residu masih terlihat. Pupuk yang

tersimpan dalam tanah, tentunya bila tidak tercuci, akan mengurangi dosis

13

optimum sampai beberapa musim, namun secara perhitungan ekonomi pupuk

bahwa residu pupuk pertanian yang mendalam dalam memperhitungkan dosis

optimum pupuk N sekitar1/3nya pada pemupukan musim berikutnya. Carry over

P dalam tanah sangat bervariasi dari 25 sampai dengan 60%, jumlah yang lebih

rendah bila cara panen dilakukan dengan mengangkut semua biomassa dari lahan

seperti tanaman rumput (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

2.7 Kangkung Darat

Kangkung termasuk suku Convolvulaceae atau keluarga kangkung-

kangkungan. Merupakan tanaman yang tumbuh cepat dan memberikan hasil

dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Terna semusim dengan panjang 30-50

cm ini merambat pada lumpur dan tempat-tempat yang basah seperti tepi kali,

rawa-rawa, atau terapung di atas air. Biasa ditemukan di dataran rendah hingga

1.000 m di atas permukaan laut (Dalimartha, 2007).

Kangkung terdiri dua jenis, yakni kangkung darat yang disebut kangkung

cina dan kangkung air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa, atau parit.

Perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air terletak pada warna bunga.

Kangkung air berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan kangkung darat

bunga putih bersih.

Perbedaan lainnya adalah kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar

daripada kangkung darat. Warna batangnya juga berbeda. Kangkung air berbatang

hijau, sedangkan kangkung darat putih kehijau-hijauan. Lainnya, kebiasaan

berbiji. Kangkung darat lebih banyak bijinya daripada kangkung air itu sebabnya

kangkung darat diperbanyak lewat biji, sedangkan kangkung air dengan cara stek

pucuk batang.

Kangkung mempunyai sifat manis, tawar, berefek sejuk. Sifat tanaman ini

masuk ke dalam meridian usus dan lambung. Efek farmakologis tanaman ini

sebagai anti racun (anti toksik), anti radang, peluruh kencing (diuretik),

menghentikan perdarahan (hemostatik), sedatif (obat tidur). Kangkung juga

bersifat menyejukkan dan menenangkan (Anonymous, 2008).

Kangkung juga memiliki kandungan mineral, vitamin A, B, C, asam

amino, kalsium, fosfor, karoten, dan zat besi. Karena berbagai kandungannya

14

itulah, kangkung memiliki sifat sebagai anti racun, peluruh perdarahan, diuretik

(pelancar kencing), anti radang, dan sedatif (penenang/obat tidur). Sebab itu tidak

heran bila kita mudah mengantuk setelah makan banyak dengan menu utama

kangkung. Sifat inilah yang membuat kangkung memiliki khasiat antara lain

mengurangi haid yang terlalu banyak, mengatasi keracunan makanan, kencing

darah, anyang-anyangan (kencing sedikit-sedikit dan rasanya nyeri), mimisan,

sulit tidur, dan wasir berdarah. Sebagai obat luar, kangkung bisa digunakan untuk

mengobati bisul, kapalan, dan radang kulit bernanah (Gklinis, 2003).

Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat

dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin. Jumlah curah

hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000

mm/tahun. Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak

mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman

kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan

mudah membusuk (Aditya 2009).

Laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang meningkat dari 179 juta jiwa

pada tahun 1990 menjadi 206 juta jiwa tahun 2000 (Badan Pusat Statistik, 2005)

menyebabkan meningkatnya kebutuhan pangan, termasuk sayuran. Produksi

kangkung Indonesia tahun 2005 adalah 229.99 ton sedangkan konsumsi mencapai

1.02 juta ton (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008). Dikaitkan dengan

ketahanan pangan maka dibutuhkan upaya peningkatan pangan dengan laju yang

tinggi dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan volume pemasaran sayuran

untuk memenuhi kebutuhan yang belum tercukupi.