II - repo.apmd.ac.id
Transcript of II - repo.apmd.ac.id
I
II
III
MOTTO
SEORANG PANGERAN HARUS MAMPU BERMAIN BAIK SEBAGAI
MANUSIA SEKALIPUN HARUS MENJADI BINATANG BUAS. SANG
PANGERAN HARUS MAMPU MEMAKAI KEDUA KODRAT ITU, YANG
SATU TANPA YANG LAIN TAK DAPAT ADA.
DAN KARNA SEORANG PANGERAN HARUS MAMPU BERMAIN
SEBAGAI MAKHLUK BUAS DIA HARUS MENCONTOH RUBAH DAN
SINGA KARNA SINGA TAK LEPAS DARI JERAT DAN RUBAH TAK BISA
LOLOS DARI SRIGALA. JADI DIA HARUS MENJADI RUBAH UNTUK
MENGENALI JERAT, DAN MENJADI SINGA UNTUK MENAKUT-NAKUTI
SRIGALA-SRIGALA.
MEREKA YG MENCONTOH SINGA TIDAK AKAN TAU APA-APA.
MERDEKA!!!
-Boeng Budi Prasetiyo-
IV
PERSEMBAHAN
SKRIPSI INI SAYA PERSEMBAHKAN UNTUK KEDUAN ORANG TUA
BAPAK MARSONO DAN IBU SRI WIDAYATI YANG SEJAUH INI TELAH
MENGISI DUNIA SAYA DENGAN BEGITU BANYAK KEBAHAGIAAN
SEHINGGA SEUMUR HIDUP TIDAK CUKUP UNTUK MENIKMATI
SEMUANYA.
TERIMAKASIH ATAS SEMUA CINTA DAN KASIH SAYANG YANG
TELAH BAPAK IBU BERIKAN KEPADA PUTRAMU INI.
MERDEKA !!!
V
KATA PENGANTAR
Segala syukur dan puji hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT, oleh
karena anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia-Nya yang besar
akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Strategi
Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta di Era Pandemic Covid-19.”
Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh
mahasiswa untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta. Setelah dalam penantian cukup lama, dan
kadang-kadang terselip rasa panik dan cemas, skripsi ini pada akhirnya
terselesaikan juga, Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memungkinkan terselesainya
Skripsi ini, kepadanya :
1. Kedua Orang Tua Kandung saya, Ayahanda Marsono dan Ibunda
Sriwidayati.
2. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si selaku Ketua Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Guno Tri Tjahjoko, M.A. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Pemerintahan STPMD “APMD” Yogyakarta.
4. Bapak Ir. Muhammad Barori, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Tridaya Rini Selaku Dosen STPMD “APMD” Yogyakarta yang
telah
memberikan motivasi untuk saya.
6. Bapak dan Ibu dosen serta segenap karyawan Program Studi Ilmu
Pemerintahan
STPMD “APMD” Yogyakarta.
7. Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, terutama Kepala Bapak M Krismono
Aji
VI
S.Pd M.Pd. serta Kepada Wawan Agus Suharyanto Amd.
8. Keluarga Besar dan adik-adik saya yang telah mencurahkan perhatian dan
Kasih sayangnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan kapadanya, Febri
Kurniawan/Endong, Ayu, Ika Rosyana, Metha, dan Dimas Rendi.
9. Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia “GMNI” Komisariat STPMD
“APMD” Yogyakarta atas ruang pembelajarannya.Badan Eksekutif
Mahasiswa STPMD “APMD” Yogyakarta 2017/2018
10. Dewan Pimpinan Cabang Yogyakarta, Abdan Sakura, Haji, Tophan,
Hendri, Arma, Fian, Jaka, Topik Hidayatullah, Aslam M Nur, Jhonifer
Aldin Waruwu, dan Misiano Lase.
11. IKPM Komisariat Sebiduk Sehaluan Oku Timur Yogyakarta
12. IKPM Sumatera Selatan Yogyakarta
13. Kando Uldan Tajri dan Kando Fahrial selaku Motivator saya
14. Sahabat sekaligus saudara tak sekandung saya selama menempuh
pendidikan Strata 1 (S1) di STPMD “APMD” Yogyakarta kepada Mifthul
Noor Syahbana.
15. Teman-teman seperjuangan selama menempuh pendidikan Strata 1 (S1)
di STPMD “APMD” Yogyakarta kepada Renata Yolanda, Bayu
Kurniawan, Aslam M Nur,Fitroh Berli, Ardiansyah, Hengki, Krispena
Apenalia, dan Jhonifer Aldin Waruwu.
16. Kawan-kawan Seperjuangan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia
Yogyakarta, Jef Horison, Galuh, Aisyah, ochi, Fais, Reza, Iskandar,
Okky.
17. Sahabat Perantauan, Budi Mulya, Rama Gilang, Rimbo Pranata, Nanang
Andri, Mas Nandar, Bang Komo, Bro Pesek, Syabani Arif, Rizki Kopong,
Dul aak, Rio Krisdayanto, Welki Ketum, Ari Setiana, Jatra, Ambar, Arma
Gusti,Mahmud, dll.
X
INTISARI
Pariwisata merupakan potensi ekonomi yang bertumpu pada kreativitas
masyarakat dan sumber daya alam yang bisa dapat diperbarui untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat. Dinas Pariwisata merupakan unsur
pelaksana urusan pemerintahan bidang pariwisata yang menjadi kewenangan
daerah. Di kondisi pandemi ini Dinas pariwisata harus menyesuaikan
rancangan rencana program untuk memastikan perputaran ekonomi agar tetap
terjaga. Penelitian ini menyangkut masalah tentang bagaimana penata
kelolaan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta di Era Pandemi Covid-19.
Dengan tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana dampak covid-
19 terhadap pariwisata yang berada di Kota Yogyakarta. untuk mengetahui
upaya yang diambil oleh pemerintah agar pariwisata di Kota Yogyakarta dapat
berjalan secara optimal seperti semula. Penelitian ini menggunakan deskriptif
kualitatif, teknik penelitian informasi secara puposive. Sedangkan teknik
pengumpulan data dengan observasi, dokumentasi dan wawancara. Adapun
sumber data yang digunakan adalah data-data primer dan sekunder, serta data
perkembangan covid-19 yang disajikan oleh portal resmi Dinas Pariwisata
Kota Yogyakarta, data yang dianalisa dengan metode deskriptif analisis.
Hasil analisa data yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa hasil
dari penemuan dilapangan penelitian ini menunjukan dalam tata kelola bidang
usaha pariwisata di Kota Yogyakarta di Era Pandemi Covid-19. Dinas
Pariwisata Kota Yogyakarta membuat sebuah kebijakan dan program Self
Assesment melalui Surat Edaran Walikota Terkait penyelenggaraan Protokol
Pencegahan dan pengendalian Corona Virus Disease 2019 di bidang usaha
dan pariwiata.
Kata kunci : Tata Kelola, Dinas Pariwisata, Pandemi Covid-19.
1
BAB I
PENDAHALUAN
A. Latar Belakang
Sejak Desember 2019, Dunia dihadapkan kepada isu kesehatan yaitu
tersebarnya wabah covid-19. Wabah ini diduga penyebaran pertama di
Wuhan,Tiongkok. Organisasi internasional, World Health Organization (WHO)
menyatakan kondisi ini sebagai Pandemic Global pada 11 Maret 2020. Kampanye
pentingnya mencegah penyebaran virus menjadi krusial. Penggunaan masker,
mencuci tangan, dan menjaga jarak (pembatasan fisik) adalah protokol kesehatan
yang harus dijalankan. Sebagian daerah di Indonesia menerapkan kebijakan
pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus tersebut.
Operasional kantor (Pemerintah dan Swasta) menerapkan kerja di rumah (work
from home).
Beberapa sektor pendidikan dan Instansi kelembagaan melaksanakan aktivitas
di rumah. Namun demikian berdampak pada aktivitas masyarakat. Mobilitas orang
menjadi terbatas, dan bahkan terhenti. Aktivitas dilakukan di ruang privat (rumah).
Lebih jauh, hal ini juga berdampak pada aktivitas ekonomi. Pemenuhan kebutuhan
tertuju utama pada kebutuhan primer dan sekunder, bukan pada kebutuhan tersier.
Berdasarkan informasi Dcode Economic dan Financial Consulting (2020), melalui
infografis yang mengilustrasikan kondisi ekonomi di Mesir, sektor pariwisata adalah
2
sektor terdampak terburuk akibat Pandemic Global ini. Bertolak belakang dengan
industri kesehatan yang memiliki potensi pemenang dalam kondisi ini.
Dunia internasional dihadapi kondisi penyebaran dengan peningkatan jumlah
pasien terkonfirmasi positif. Kebijakan Lockdown dan PSBB mempengaruhi arus
pergerakan barang dan manusia. Sektor bisnis yang bergantung pada arus antar
negara dan juga antar Provinsi/Daerah menghadapi tantangan terbesar. Industri
transportasi, khususnya yang memberikan pelayanan antar kota/provinsi dilakukan
pembatasan hingga dihentikan sementara. Pada Maret 2020, PT. Kereta Api
Indonesia secara bertahap melakukan penutupan jalur antar provinsi, dan juga
memberlakukan kebijakan pengembalian pemesanan tiket sebesar 100 persen.
Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan untuk pelarangan pesawat komersil
mengangkut penumpang selama 24 April sampai dengan 1 Juni 2020. Bahkan
penyebrangan laut ditutup sementara pada 24-27 April 2020, contoh kasus Pelabuhan
Merak melakukan pembatasan layanan sampai dengan 31 Mei 2020.
Hal ini juga berhimbas terhadap destinasi wisata. Perkembangan teknologi
transportasi memiliki peranan terhadap arus wisatawan yang datang di tempat
tujuan wisata. Transportasi adalah satu dari tujuh faktor pendukung jalannya
pariwisata (Tambunan, 2009), berkaitan dengan ketersediaan dan kualitas perjalanan.
Kondisi Pandemic Covid-19 ini, dalam aspek ketersediaan menyebabkan masyarakat
tidak dapat mengakses transportasi. Masyarakat diminta untuk tetap diam di rumah,
tidak melakukan perjalanan. Dalam buku Consumer Behavior in Travel and Tourism
3
(1999) menyampaikan pandangan dan perdebatan mengenai pemenuhan kebutuhan
pariwisata bagi manusia konsumtif. Hierarki kebutuhan Maslow memberikan
penyederhanaan dalam pemahaman kebutuhan manusia, dalam hal ini, pariwisata
digolongkan sebagai pemenuh kebutuhan akan pengakuan.
Kalau kita kaitkan disini pada kondisi nasional, Pandemi Covid-19 dan
Indonesia termasuk di dalamnya. Indonesia berjuang melawan wabah PandemiCovid-
19 dengan memodifikasi kebijakan karantina wilayah (lockdown) menjadi
pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang bersifat lokal sesuai tingkat keparahan
di wilayah Provinsi, Kabupaten, atau Kota. Selama masa pandemi ini, perekonomian
dunia dan Indonesia mengalami pelambatan. Untuk itu, Pemerintah berupaya
mengagendakan Kebijakan Normal Baru agar dampak ekonomi akibat pandemi tidak
sampai menimbulkan krisis yang berkepanjangan. Situasi yang ditimbulkan Pandemi
Covid-19 ini memberikan tantangan baru kepada pemerintah tentunya, khususnya
pada Pemerintahan Kota Yogyakarta dalam menjalankan Penata kelolaan
pemerintahan. Kota Yogyakarta yang relatif aman dan nyaman dengan keramah-
tamahan masyarakatnya, menjadikan Yogyakarta banyak diminati orang/wisatawan
untuk berkunjung.
Hal lain yang menjadikan Yogyakarta mendapat sebutan sebagai Daerah 3
Tujuan Wisata disamping banyak dan ragamnya pesona Obyek dan Daya Tarik
Wisata juga karena telah tersedianya sarana dan prasarana sebagai penunjang
pariwisata seperti akomodasi, restoran/ rumah makan, telekomunikasi, tempat
4
hiburan, toko souvenir, penginapan dan sebagainya. Masyarakat Yogyakarta juga
mempunyai kepedulian yang cukup tinggi dalam menjaga kelestarian Alam dan
Kebudayaan mereka, walaupun demikian Yogyakarta tidak menutup diri terhadap
tumbuhnya Budaya kontemporer maupun budaya lainnya.
Sebagai Kota yang disisi lain dinobatkan sebagai Kota Pelajar, Kota
Yogyakarta juga mendapati gelar sebagai Kota Pariwisata. Sebagai Kota Pariwisata,
dimana ekonomi berjalan seiring pertambahan jumlah kunjungan wisata domestik
maupun mancanegara, kota Yogyakarta mengalami dampak signifikan akibat
Pandemi Covid-19 ini. Bahwa berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Yogyakarta
berita resmi statistik No. 41/07/34 Th. XXII, 1 Juli 2020 tentang perkembangan
pariwisata dan transportasi udara dan darat mengalami penurunan yang drastis. Jika
dibandingkan pada januari-mei 2019 kunjungan wisatawan mancanegara mencapai
44.795 namun pada bulan januari-mei 2020 mengalami penurunan sebesar 58,40%
dengan capaian sebesar 18.633.
Penurunan jumlah Wisatawan di Kota Yogyakarta ini sangat berdampak pada
perekonomian dan pendapatan daerah. Tentu ini menjadikan pertanggung jawaban
serius oleh Pemerintah perlu menyiapkan suatu strategi agar sektor pariwisata tetap
memberikan kontribusi kepada kemajuan daerah Kota Yogyakarta. Dengan demikian
agar daya tarik wisata menjadi eksis kembali mungkin dengan melakukan suatu upaya
ataupun langkah-langkah yang secara sistematis untuk menghidupkan mesin
penggerak perekonomian daerah. Berdasarkan atas apa yang di paparkan penulis di
5
atas, penulis mencoba untuk menguraikan dampak apa saja yang ditimbulkan dari
wabah PANDEMI COVID-19 bagi pariwisata di Kota Yogyakarta. Selain daripada
itu penulis akan sedikit memberikan gambaran terkait bagaimana tindakan Dinas
Pariwisata Kota Yogyakarta kedepannya untuk tetap mengoptimalkan pariwisata
kekondisi seperti semula sebelum adanya wabah COVID-19, lebih lanjut instrumen
kebijakan apa saja yang harus dipersiapkan oleh Pemerintah Dinas Pariwisata Kota
Yogyakarta agar dapat dijadikan pedoman bagi para pemangku kepentingan di Kota
Yogyakarta guna bersama-sama mewujudkan pemulihan pariwisata dan mampu
mendatangkan wisatawan.
Kajian mengenai dampak yang ditimbulkan akibat wabah Pandemic Covid-
19 bagi pariwisata di Kota Yogyakart diharapkan dapat memberikan gambaran
kondisi pariwisata kepada pihak-pihak yang terkait serta diharapkan adanya formula
kebijakan yang disusun dalam tulisan ini mampu dijadikan masukan/input bagi penata
kelolaan untuk merumuskan instrumen kebijakan pariwisata dalam menanggulangi
Pandemi Covid-19.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai
berikut :
Bagaimana Penata Kelolaan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta di Era
Pandemic Covid-19?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan langkah tata kelola Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta di
Era Pandemi Covid-19.
2. Untuk menggambarkan kendala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta dalam Tata
Kelola Pariwisata di Era Pandemi Covid-19.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Akademik
Penelitian ini ditujukan untuk memperkaya literasi keilmuan dalam bidang disiplin
Ilmu Pemerintahan, dan dapat di jadikan bahan untuk penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan Dinas Pariwisata dalam situasi bencana Non Alam.
2. Secara praktis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi Dinas Pariwisata tentang bagaiamana
Tata Kelola Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta di tengah bencana Non Alam
“Pandemi Covid19” dan apa saja menjadi langkah-langkah yang dilakukan oleh
Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta dalam hal meningkatkan kemajuan daerah di
tengah situasi bencana yang Non alam seperti Pandemi Covid-19 dangan melibatkan
sektor wisata.
7
E. Kerangka Konseptual
1. Konsep Tata Kelola Pariwisata
Istilah “kepemerintahan”atau dalam bahasa Inggris “Governance” yaitu: “the
act, fact, manner of governing” berarti tindakan, fakta, pola dan kegiatan atau
penyelenggaraan pemerintahan. Sementara menurut Farazmand (2004:7). Terdapat
tiga komponen kunci dari governance yaitu negara dan institusi, organisasi
masyarakat sipil yang diabaikan dalam sistem sebelumnya dan sektor swasta yang
seharusnya tidak terlibat dalam proses atau dinamika pemerintahan. Berdasarkan
pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa governance merupakan pengelolaan
urusan kepemerintahan yang melibatkan ketiga unsur yaitu pemerintah, masyarakat,
dan swasta dalam segala bidang baik bidang politik, sosial, budaya, maupun
administrasi. Istilah governance disebut juga dengan tata kelola. (Amnah dkk 2016:7
43).
Dalam pola kemitraan antara Pemerintah, Swasta dan Masyarakat; pemerintah
lebih memusatkan perannya sebagai fasilitator. Pemerintah memfasilitasi masyarakat
dan swasta dalam produksi dan distribusi pelayanan publik secara khusus bersifat
lokal, unik dan spesifik. Misalnya pelayanan pariwisata. Pemerintah memberikan
fasilitas seperti fasilitas surat izin pariwisata, fasilitas infrastruktur, fasilitas
pembinaan, pelatihan dan peyuluhan, serta memberikan informasi pariwisata kepada
Masyarakat. Masyarakat berperan dalam mengelola wisata pedesaan dan menjalin
hubungan (kontak) dan kerjasama dengan Pemerintah, Swasta dan Masyarakat.
8
Semakin besarnya kemampuan sektor swasta untuk berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik memberi kesempatan kepada pemerintah untuk
memusatkan perhatiannya pada fungsinya yang lebih strategis sebagai regulator,
fasilitator dan promotor pelayanan publik. Kemitraan antara Pemerintah, Swasta dan
Sasyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik bisa menjadi satu upaya untuk
melakukan demokratisasi. Melalui cara ini, inisiatif dan partisipasi masyarakat untuk
memperbanyak alternatif sumber pelayanan publik disamping pemerintah akan dapat
ditingkatkan.
Disamping peran pemerintah, hendaknya swasta juga dilibatkan dalam
kemitraan ini. Peran swasta biasanya pada segi operasionalisasi atau implementasi
kebijakan dan program, kontribusi tenaga ahli, tenaga terampil maupun sumbangan
dana, alat atau teknologi. Sedangkan peran masyarakat pada umumnya disampaikan
dalam bentuk partisipasi non mobilisasi. Dalam penyelenggaraan pemerintahan di
daerah, peran pemerintah sangat ditentukan oleh fungsi yang melekat, sifatnya
memberikan keuntungan kedua belah pihak atau positive sum game (Swasta dan
Masyarakat). Sedangkan peran pihak swasta adalah menyediakan beberapa fasilitas
atau akomodasi dan jasa yang sifatnya tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah. Peran
masyarakat yaitu masyarakat berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan seluruh kegiatan
atau aktivitas kepariwisataan. (dalam Wahyuni, Eksi, Anggraeni E. RR (2014 hal 79).
Lebih lanjut dijelaskan peran masing-masing aktor yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
9
1. Peran pemerintah dalam pengembangan pariwisata adalah kemampuan
pemerintah di dalam menjalankan fungsi atau peran fasilitasi, regulasi, mediasi,
stimulasi dan koordinasi terhadap swasta dan masyarakat dalam pengembangan
pariwisata.
2. Peran swasta dalam pengembangan pariwisata adalah kemampuan swasta di
dalam menjalankan peran atau fungsinya sebagai penyedia dan penyelenggara
jasa pelayanan di bidang pariwisata dalam pengembangan pariwisata.
3. Peran masyarakat dalam pengembangan pariwisata adalah kemampuan
masyarakat dalam menjalankan peran atau fungsinya sampai pada peran sebagai
mitra pemerintah dan swasta yaitu masyarakat memiliki daya yang relevan dalam
memberikan kontribusi terhadap pengembangan pariwisata.
Dari fenomena pengembangan pariwisata, ketiga faktor yang dimaksud
memiliki hubungan yang sinergis dalam menjalankan peranan dan fungsinya. Dari
aspek hubungan transnasional yang menyatakan bahwa hubungan yang bermakna
bukan hanya yang terjadi antar Negara, tetapi juga melibatkan mereka dengan swasta
seperti Perusahaan multinasional, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) maupun
individu.
10
2. Konsep Pariwisata
Terminologi Pariwisata terdiri dari dua kata yaitu “Pari” yang berarti banyak
atau berkali-kali dan “Wisata” yang berarti berpergian (Suwantoro, 2001).
(Soekadijo,2000) mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan didalam suatu
masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan, sedangkan (Wahab,2003)
mengemukakan bahwa pariwisata merupakan aktivitas perpindahan sementara yang
mempunyai pola hidup berbeda, menurut Undaang-undang Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan dijelaskan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Didasarkan kepada pemahaman pariwisata tersebut di atas, (Yoeti,2008)
mengemukakan bahwa pariwisata harus memenuhi 4 (empat) syarat, yaitu: Pertama,
perjalanan dilakukan dari satu tempat ke tempat lainnya. Kedua, tujuan untuk
bersenang-senang. Ketiga, adanya uang yang dibelanjakan. Keempat, waktu
perjalanan setidaknya 24 (dua puluh empat) jam.
Pariwisata adalah salah satu dari industri gaya baru, yang mampu
menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan
kerja,pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain didalam
negara penerima wisatawan. Lagi pula pariwisata sebagai suatu sektor yang
kompleks, meliputi industri-industri dalam arti klasik, misalnya industri kerajinan
11
tangan dan industri cenderamata. Penginapan trasportasi secara ekonomi juga
dipandang sebagai industri. (Frans Gromang, 2003).
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka pariwisata merupakan aktivitas
mencari kesenangan/kebahagiaan dari suatu tempat baru yang dilakukan dalam kurun
waktu tertentu, dengan begitu perjalanan tersebut merupakan aktivitas temporer/
sementara yang bukan ditujukan untuk mencari keuntungan, adapun manfaat dari
pariwisata antara lain yaitu: memberikan pemasukan secara ekonomi, membuka
kesempatan kerja, mendorong pelestarian budaya asli serta menambah devisa Negara
(Spillane, 1987).
Menurut Happy Marpaung (2002 hal 24) pengertian pariwisata adalah
perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-
pekerjaan rutin keluar dari tempat kediamanya.
Pengertian pariwisata adalah secara lengkap dapat dilihat dalam Undang-
Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan dalam pasal
1 menyatakan :
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan
daya tarik wisata.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
12
3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusaha obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di
bidang tersebut.
4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata.
5. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa
pariwisata atau menyediakan dan mengusahakan obyek dan daya tarik wisata,
usaha pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.
6. Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadisasaran
wisata.
7. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
Kegiatan pariwisata tidak luput dari dua elemen penting, yaitu wisatawan dan
daya Tarik wisata. Wisatawan menurut Cohen (1974) diartikan sebagai pelancong
yang melakukan perjalanan untuk sementara waktu untuk mendapatkan
kenbahagiaan atau kenikmatan, sejalan dengan pemahaman tersebut Fandefi (1995)
mengungkapkan bahwa wisatawan merupakan seseorang yang terdorong sesuatu
sehingga melakukan berpergian dengan maksud bukan mencari nafkah. Sedangkan
pengertian daya tarik wisata sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor
10 Tahun 2009 diartikan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan
13
dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Unsur yang terkandung dalam pengertian di atas dapat disimpulkan, yaitu:
a. Setiap daya tarik wisata memiliki keunikan, keindahan.
b. Daya tarik dapat berupa alam, budaya, atau hasil karya manusia yangberseni
tinggi dan layak untuk dijadikan suatu produk.
c. Yang menjadi sasaran utama adalah wisatawan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa objek wisata yaitu suatutempat
yang menjadi kunjungan wisatawan karena mempunyai sumberdaya dimana
sumberdaya yang dimaksud adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup,
seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai
daya tarik untuk dikunjungi wisatawan sehingga terjadi interkasi antara sesama
manusia.
3. Konsep Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2008. Pada saat pertama kali didirikan, Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta berlokasi di Gedung Dwisatawarsa Jl.
Pekapalan Alun-alun Utara Yogyakarta, yang kemudian pada tahun 2001
berkedudukan di Jl. Suroto No. 11 Yogyakarta. Dan pada tahun 2016 pindah ke Jalan
Kenari. Menurut Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.07/
14
PW.007/ MKP/ 2010 gedung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta
dilindungi oleh UU RI nomor 5 Tahun 1992.
Sebelum menjadi nama Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Dinas Pariwisata
telah beberapa kali berubah nama yaitu, Dinas Pariwisata yang dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah No.5 Tahun 1996 dengan nama Dinas Pariwisata Kota madya
Daerah Tingkat II Yogyakarta, kemudian pada tahun 2000 diubah lagi menjadi Dinas
Pariwisata Seni dan Budaya berdasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun
2000, lalu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta dan terakhirt dibagi
kembali menjadi dua bagian yaitu Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta dan Dinas
Kebudayaan Kota Yogyakarta.
Visi & Misi
Visi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta adalah terwujudnya Kota Yogyakarta
sebagai kota tujuan wisata terkemuka yang bertumpu pada kekuatan dan keunggulan
budaya lokal serta mampu memperkokoh jati diri, memberikan manfaat yang positif
bagi masyarakat, serta dapat menjadi lokomotif pembangunan Kota Yogyakarta
secara menyeluruh.
Misi adalah sebagai berikut:
1. Mengoptimalkan potensi obyek, daya tarik, seni dan budaya yang ada di
Kota Yogyakarta sebagai asset utama kepariwisataan Yogyakarta.
2. Membuat perencanaan pembangunan pariwisata, seni dan budaya
KotaYogyakarta secara komprehensif, terpadu dan berkelanjutan dengan
15
tetap mengedepankan prinsip pelestarian dan pengembangan pariwisata
budaya.
3. Membangun kemitraan yang kondusif antara pemerintah, masyarakat, dan
swasta/ pengusaha dalam mengembangkan pariwisata, seni dan budaya Kota
Yogyakarta.
4. Meningkatkan peran aktif dan apresiasi masyarakat serta swasta/pengusaha
dalam memajukan pariwisata, seni dan budaya Kota Yogyakarta.
5. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumberdaya manusia bidang
pariwisata, seni dan budaya.
6. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya arti pelestarian
budaya.
7. Menumbuhkan sikap sadar wisata dan sadar budaya pada semua komponen
masyarakat Yogyakarta.
8. Memberikan pelayanan prima dan menyiapkan system informasi pariwisata,
seni dan budaya yang memadai.
9. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Yogyakarta baik secara material
maupun sosial.
Tugas Dan Fungsi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta
Dinas mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah
berdasarkan asas otonomi dantugas pembantuan di bidang pariwisata. Untuk
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Dinas mempunyai fungsi:
16
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pariwisata;
b. Penyelenggaraan rusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
pariwisata;
c. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan urusan di bidang pariwisata;
d. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pariwisata;
e. Pengelolaan taman pintar dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah (PPK BLUD);
f. Pengelolaan kesekretariatan meliputi perencanaan umum, kepegawaian,
keuangan, evaluasi dan pelaporan; dang.pelaksanaan pengawasan,
pengendalian evaluasi,dan pelaporan di bidang pariwisata.
Proses Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta di Era Pandemi Covid-19
Dinas Pariwisata merupakan intansi pemerintah yang bergerak di bidang
usaha barang atau jasa untuk membantu memenuhi kebutuhan wisatawan dalam
penyelenggaraan pariwisata. Daerah Istimewa Yogyakarta salah satu wilayah yang
memiliki potensi terhadap pengembangan pariwisata tentu mempunyai pengaruh
penting dibeberapa aspek dalam bidang kepariwisataan diantaranya, aspek
pertumbuhan ekonomi, sosial, dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, serta
daya dukung lingkungan hidup.
Pariwisata sebagai ruang kegiatan manusia, merupakan interaksi langsung
yang dilakukan oleh manusia antar manusia secara (individu atau kelompok) maupun
manusia dengan alam sebagai aktivitas sosial yang mengandung nilai-nilai terhadap
17
lingkungan kehidupan. Dalam kalimat lain, adanya perubahan didalam ruang tersebut
sebagai suatu proses kegiatan atau perjalanan untuk melakukan perpindahan dari
tempat asal ke tempat lain dalam waktu tertentu sebagai tujuan. Sehingga dalam
pariwisata dikenal konsep wisatawan sebagai subjek integral sebagai pelaku utama
yang melakukan aktivitas kegiatan tersebut.
Di era-pandemi corana virus disease-2019 (Covid-19) sebagai bencana
Global Non Alam tentu berpengaruh besar terhadap aktivitas manusia. Dengan
diterapkannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai pilihan
pemerintah dalam menekan laju terhadap angka korban yang terpapar juga
berpengaruh besar disetiap lini kehidupan sosial. Termasuk pembatasan dalam
aktivitas kegiatan tersebut juga berdampak terhadap kinerja instansi pemerintah.
Dalam hal ini Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta sangat berperan penting
dalam menciptakan iklim yang kondusif untuk perkembangan Industri pariwisata
yang meliputi terbukanya kesempatan yang sama dalam berusaha. Karena mengingat
Yogyakarta sebagai salah satu wilayah yang mempunyai potensi besar terhadap
pariwisata dimana hal tersebut juga dapat mendongkrak perekonomian masyarakat
setempat, sehingga stabilitas kinerja dinas terhadap penyelenggaraan dibidang
pariwisata ditengah-tengah pandemi perlu diupayakan agar kegiatan usaha masih
dapat berjalan walaupun terbatas.
18
Di tengah kondisi yang tidak menentu, serta mengingat kebijakan pemerintah
mengenai (PSBB) tentu menjadi pertimbangan disetiap pemerintah untuk
menentukan langkah-langkah maupun upaya dalam menormalisasikan kegiatan
usaha. Oleh karenanya, dinas pariwisata dalam hal menyusun atau merencanakan
setiap program kerja yang mana hal tersubut diperlukan tindakan yang konkrit untuk
memformulasikan di setiap opsi yang dipilih sebagai pilihan alternatif.
Pada dasarnya tata kelola merupakan instrumen dalam suatu rencana model
dari bagian yang tidak terpisahkan dalam kerangka perencanaan, sebagai pendekatan
pola atau metode dalam mengarahkan suatu tujuan yang ingin dicapai. Jadi yang
dimaksud dengan tata kelola pariwisata adalah suatu bentuk atau rencana yang
mengintegrasikan tujuan-tujuan utama, kebijakan dan program sebuah rangkaian
tindakan dalam suatu organisasi menjadi suatu kesatuan yang utuh. Dalam penelitian
ini adalah tata kelola pariwisata di Kota Yogyakarta melalui kebijakan dan program
yang digunakan oleh Dinas Pariwisata, sebuah upaya untuk memberikan rasa aman
dan nyaman bagi masyarakat Kota Yogyakarta dan wisatawan saat berkunjung ke
Kota Yogyakarta.
Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta dalam hal ini telah mengeluarkan suatu
kebijakan dan program melalui Surat Edaran Wali Kota (SE) Nomor:
556/266/SE/2020 tentang Self Assesment (penilaian mandiri) Penyelenggaraan
Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease-2019 (COVID-19) Di Bidang
19
Usaha Pariwisata Untuk Daya Tarik Wisata, Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan
Usaha Jasa Makanan Dan Minuman.
Melalui kebijakan dan program tersebut sebagai upaya pencegahan dan
pengendalian (covid-19), di klasifikasikan dalam tiga jenis bidang usaha dengan
menggunakan prinsip self assesment (penilaian mandiri) sebagai program di masing-
masing bidangnya adalah sebagai berikut :
1. Bidang Usaha Daya Tarik Wisata meliputi komponen :
a. Sarana Prasana.
b. Sumberdaya manusia.
c. Prosedur Operasional.
2. Bidang Usaha Penyediaan Akomodasi meliputi komponen :
a. Tamu akomodasi.
b. Petugas/karyawan Pengelola Akomodasi.
c. Pengelola akomodasi.
3. Bidang usaha jasa makanan dan minuman meliputi komponen :
a. Tamu usaha jasa maknan dan minuman.
b. Pengelola/karyawan jasa usaha makanan dan minuman.
F. Ruang Lingkup
Ruang lingkup merupakan batasan penelitian yang digunakan untuk
memfokuskan penelitian agar berjalan sesuai dengan yang menjadi fokus didalam
20
pelaksanaan penelitian ini agar data dan informasi yang diambil sesuai dengan yang
menjadi kebutuhannya.
Oleh karenanya menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini tentang Tata
Keloa Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Di Era Pandemi Covid-19 adapun dalam
melihat peneliti ini ada 3 komponen yang perlu di soroti dari ruang lingkup peneliti
yaitu:
1. Perencanaan Kebijakan dan Program Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta di
Era Pandemi Covid-19
2. Pelaksanaan Kebijakan dan Program Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta di era
Pandemi Covid-19.
3. Evaluasi Hasil Kebijakandan Program Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta di
era Pandemi Covid-19.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, sesuai dengan tema yang
Peneliti angkat yang mana Penelitia lebih cocok apabila menggunaka Penelitian
deskriptf yang mampu menggambakan peristiwa dan menjawab rumusan
masalah.
Penelitian yang bersifat deskriptif menuntut Peneliti untuk menjelaskan atau
mencatat kondisi atau sikap untuk menjelaskan apa yang ada saat ini. (Morisan,
2012 hal 166).
21
Sedangkan pendengkatan yang Peneliti gunakan dalam Penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Mengenai Penelitian kulitatif yang berarti proses
eksplorasi dan memahami makna perilaku individu dan kelompok,
menggambarkan masalah sosial dan masalah kemanusian. (Sugiyono 2013 hal
347).
Sehingga pada Penelitian dengan, berfokus pada langkah strategis yang
dilakukan oleh Dinas Pariwisata dalam menangani Covid-19 menggunakan jenis
Penelitian deskriptif kualitatif karena jenis penelitan ini nanti akan mampu
menggambarkan secara keseluruhan tentang bagaiamana strategi yang dilakukan
oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta.
2. Unit Analisis
a. Subjek Penelitian
Subyek Penelitian tidak selalu berupa orang, tetapi dapat benda, proses,
kegiatan, dan tempat. Dalam Penelitian ini yang menjadi subjek Penelitian adalah
Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta berserta dengan aparatur dinas pariwisata kota
Yogyakarta, kemudian para perangkat pelaksana kegiatan, kemudian stakeholder
dan masyarakat kota Yogyakarta sebagai penerima dampak kegiatan. Arikunto
(2013 hal 89-90).
Penentuan subyek penelitian informan hasil dari metode penelitian yang di
gunakan ialah, observasi, wawancana, dan dokumentai. Di bawah peneliti
memberikan gambaran tabel informan sebagai berikut :
22
Tabel 1.1 Deskripsi Informan Penelitian
Sumber : Dari wawancara di lapangan,2020.
NO NAMA JENIS
KELAMIN
UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN
1. M Krismono Aji S.Pd
M.Pd.
Laki-laki 53
Tahun
S2 Dinas pariwisata
kota yogyakarta
2. Wawan Agus
Suharyanto Amd.
Laki-laki 37
tahun
D3 Dinas Pariwisata
Kota Yogyakarta
3. Bima Abadi Sulistyo Laki-laki 26
Tahun
S2 Tour Guide
4. Suradianto Laki-laki 30
Tahun
SMA Pengelola Wisata
Bendhung Lepen
5. Muhammad Tegar
Pangestu
Laki-laki 21
Tahun
SMA Bendahara
Pengelola Wisata
Bendhung Lepen
6. Minarsih Perempuan 53
Tahun
SMP Pedagang bendhung
lepen
7. Yulastri Perempuan 57
Tahun
SD Pedagang asongan
malioboro
8. Vktor gisni Laki-laki 48
tahun
SMA Petugas Screnning
Malioboro
9. Sulekah Perempuan 45
tahun
SMP Pedagang Alun-alun
Utara
NO NAMA JENIS
KELAMIN
UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN
1. M Krismono Aji S.Pd
M.Pd.
Laki-laki 53
Tahun
S2 Dinas pariwisata
kota yogyakarta
2. Wawan Agus
Suharyanto Amd.
Laki-laki 37
tahun
D3 Dinas Pariwisata
Kota Yogyakarta
3. Bima Abadi Sulistyo Laki-laki 26
Tahun
S2 Tour Guide
4. Suradianto Laki-laki 30
Tahun
SMA Pengelola Wisata
Bendhung Lepen
5. Muhammad Tegar
Pangestu
Laki-laki 21
Tahun
SMA Bendahara
Pengelola Wisata
Bendhung Lepen
6. Minarsih Perempuan 53
Tahun
SMP Pedagang bendhung
lepen
7. Yulastri Perempuan 57
Tahun
SD Pedagang asongan
malioboro
8. Vktor gisni Laki-laki 48
tahun
SMA Petugas Screnning
Malioboro
9. Sulekah Perempuan 45
tahun
SMP Pedagang Alun-alun
Utara
23
3. Objek Penelitian
Segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karna penilai
menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut. (Arikunto 2009 hal 20). Objek
pada Penelitian ini ialah tentang bagaiamana strategi yang dilakukan oleh Dinas
Pariwisata Kota Yogyakarta di Era Pandemi Covid-19.
4. Lokasi Penelitian
Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
Penelitian, karena tujuan utama adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui
teknik pengumpulan data akan niscaya data tidak akan terkumpul dan memiliki
akredibilitas data. (Sugiyono 2010 Hal 224).
Pengumpulan data adalah Penelitian kualitatif membutuhkan tekhnik
kualitatif yang umum digunakan seperti obsevasi, wawancara bertahap dan
mendalam, dan diskusi terfokus. (Bungin 2007 Hal 77)
a. Observasi
Kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata
sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainya seperti telinga,
penciuman, mulut, dan kulit. (Basrowi 2008 hal 94).
Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dimana
Peneliti melihat dan mengamati secara visual sehingga validitas data sangat
tergantung pada observasi. (Bungin 2007 hal 115).
24
Yang menjadi titik fokus peneliti ialah, tentang bagaimana langkah
strategis yang di lakukan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta terhadap kepada
yang terdampak Covid-19 seperti halnya Stakeholder dan Masyarakat yang
mana nanti peneliti mengamati dari sisi Dinas Pariwisata Kota Yogayakarta
dan juga Apartur Dinas Pariwisata tentang bagaimana langkah strategis itu
direncanakan dan impelementasikan serta dampak apa yang telah dirasakan
oleh Masyarakat Kota Yogyakarta.
b. Wawancara
Wawancara secara umum adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan Penelitian dengan caratanya jawab bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang diwawancarai, dengan
atau, tanpa menggunakan pedoman wawancara dimana pewawancara
terlibat dalam kehidupan Social relative lama. (Bungin 2007 hal 108).
Pihak yang akan menjadi informan Peneliti dalam hal ini ialah Dinas
Pariwisata Kota Yogyakarta, Aparatur Dinas Pariwisata Kota
Yogyakarta, Stakeholder dan Masyarakat Kota Yogyakarta, karena
dari beberapa informan tersebut memiliki hubungan keterkaitan yang
saling mempengaruhi apabila ada suatu kebijakan dan program
ataupun upaya yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata Kota
Yogyakarta.
25
c. Dokumentasi
Dokumentasi tidak kalah penting dari metode-metode lain, adalah
metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat lengger, agenda dan sebagainya. Dibandingkan
dengan metode lain, maka metode ini agak begitu sulit, dalam arti
apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap belum berubah
.dengan metode dokumentasi yang di amati bukan benda hidup atau
benda mati. (Arikunto 1993 hal 202).
Dokumen yang di kumpulkan di antaranya visi dan misi Dinas
Pariwisata Kota Yogyakarta, Agenda kerja kegiatan Dinas Pariwisata
dan dokumen-dokumen lainnya yang di anggap mendukung data.
H. Teknik Analisis Data
a. Penyajian Data
Penyajian data secara tekstual (naratif) atau dapat juga berupa tabel, grafik,
diagram dan sejenisnya. Dengan adanya proses penampilan data ini akan lebih
mudah dalam hal memahami data.
b. Reduksi data
Teknik analisis data yang dilakukan bertujuan untuk mencari jawaban pokok,
mencari tema, dan pola, kemudian memfokuskan pada hal yang dianggap
penting. Data yang telah direduksi akan mempermudah dalam pengumpulan
26
karena data tersebut akan memberikan gambaran yang lebih jelas. (Sugiono,
2013 hal 234).
Data Peneliti reduksi dari hasil penerlitan dan beberapa dokumen yang
berhasil dikumpulkan untuk mencari jawaban pokok kemudian menjadi hal yang
dianggap penting berhubungan dengan topik bahasan serta menjawab dari
rumusan masalah.
c. Penarikan Kesimpulan
Merupakan langkah selanjutnya setelah melakukan penyajian data. Penarikan
kesimpulan yang dilakukan Peneliti bertujuan untuk menjawab rumusan masalah
sehingga dengan adanya penarikan kesimpulan maka terjawablah apa yang
menjadi permasalah dalam Penelitian. Dari rangkaian kegiatan Penelitian yang
dilaksanakan terlihat apa yang menjadi intisari dari Penelitian ini.
27
BAB II
GAMBARAN UMUM PEMKOT YOGYAKARTA DAN DINAS PARIWISATA
KOTA YOGYKARTA
A. Sejarah Umum Pemerintah Kota Yogyakarta
Berdirinya Kota Yogyakarta berawal dari adanya Perjanjian Gianti pada
Tanggal 13 Februari 1755 yang ditandatangani Kompeni Belanda di bawah tanda
tangan Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jendral Jacob Mossel. Isi
Perjanjian Gianti : Negara Mataram dibagi dua : Setengah masih menjadi Hak
Kerajaan Surakarta, setengah lagi menjadi Hak Pangeran Mangkubumi. Dalam
perjanjian itu pula Pengeran Mangkubumi diakui menjadi Raja atas setengah daerah
Pedalaman Kerajaan Jawa dengan Gelar Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing
Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah.
Adapun daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya adalah Mataram
(Yogyakarta), Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede dan ditambah daerah
mancanegara yaitu; Madiun, Magetan, Cirebon, Separuh Pacitan, Kartosuro,
Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu,
Wonosari, Grobogan.
Setelah selesai Perjanjian Pembagian Daerah itu, Pengeran Mangkubumi
yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I segera menetapkan bahwa Daerah
Mataram yang ada di dalam kekuasaannya itu diberi nama Ngayogyakarta
Hadiningrat dan beribukota di Ngayogyakarta (Yogyakarta). Ketetapan ini
28
diumumkan pada tanggal 13 Maret 1755. Tempat yang dipilih menjadi ibukota dan
pusat pemerintahan ini ialah Hutan yang disebut Beringin, dimana telah ada sebuah
desa kecil bernama Pachetokan, sedang disana terdapat suatu pesanggrahan dinamai
Garjitowati, yang dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II dulu dan namanya
kemudian diubah menjadi Ayodya.
Setelah penetapan tersebut diatas diumumkan, Sultan Hamengku Buwono
segera memerintahkan kepada rakyat membabad hutan tadi untuk didirikan Kraton.
Sebelum Kraton itu jadi, Sultan Hamengku Buwono I berkenan menempati
pasanggrahan Ambarketawang daerah Gamping, yang tengah dikerjakan juga.
Menempatinya pesanggrahan tersebut resminya pada tanggal 9 Oktober 1755. Dari
tempat inilah beliau selalu mengawasi dan mengatur pembangunan kraton yang
sedang dikerjakan. Setahun kemudian Sultan Hamengku Buwono I berkenan
memasuki Istana Baru sebagai peresmiannya. Dengan demikian berdirilah Kota
Yogyakarta atau dengan nama utuhnya ialah Negari Ngayogyakarta Hadiningrat.
Pesanggrahan Ambar ketawang ditinggalkan oleh Sultan Hamengku Buwono untuk
berpindah menetap di Kraton yang baru. Peresmian mana terjadi Tanggal 7 Oktober
1756.
Kota Yogyakarta dibangun pada tahun 1755, bersamaan dengan dibangunnya
Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I di Hutan
Beringin, suatu kawasan diantara sungai Winongo dan sungai Code dimana lokasi
tersebut nampak strategi menurut segi pertahanan keamanan pada waktu itu.
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono
29
IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII menerima piagam pengangkatan menjadi
Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi DIY dari Presiden RI, selanjutnya pada
tanggal 5 September 1945 beliau mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa
daerah Kesultanan dan daerah Pakualaman merupakan Daerah Istimewa yang
menjadi bagian dari Republik Indonesia menurut pasal 18 UUD 1945.
Dan pada tanggal 30 Oktober 1945, beliau mengeluarkan amanat kedua yang
menyatakan bahwa pelaksanaan Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta akan
dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII
bersama-sama Badan Pekerja Komite Nasional Meskipun Kota Yogyakarta baik
yang menjadi bagian dari Kesultanan maupun yang menjadi bagian dari Pakualaman
telah dapat membentuk suatu DPR Kota dan Dewan Pemerintahan Kota yang
dipimpin oleh kedua Bupati Kota Kasultanan dan Pakualaman, tetapi Kota
Yogyakarta belum menjadi Kota Praja atau Kota Otonom, sebab kekuasaan otonomi
yang meliputi berbagai bidang pemerintahan massih tetap berada di tangan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kota Yogyakarta yang meliputi daerah Kasultanan dan Pakualaman baru
menjadi Kota Praja atau Kota Otonomi dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 17
Tahun 1947, dalam pasal I menyatakan bahwa Kabupaten Kota Yogyakarta yang
meliputi wilayah Kasultanan dan Pakualaman serta beberapa daerah dari Kabupaten
Bantul yang sekarang menjadi Kecamatan Kotagede dan Umbulharjo ditetapkan
sebagai daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri. Daerah tersebut dinamakan Haminte Kota Yogyakarta. Untuk
30
melaksanakan otonomi tersebut Walikota pertama yang dijabat oleh Ir.Moh Enoh
mengalami kesulitan karena wilayah tersebut masih merupakan bagian dari Daerah
Istimewa Yogyakarta dan statusnya belum dilepas. Hal itu semakin nyata dengan
adanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan
Daerah, di mana Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Tingkat I dan Kotapraja
Yogyakarta sebagai Tingkat II yang menjadi bagian Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selanjutnya Walikota kedua dijabat oleh Mr.Soedarisman Poerwokusumo
yang kedudukannya juga sebagai Badan Pemerintah Harian serta merangkap
menjadi Pimpinan Legislatif yang pada waktu itu bernama DPR-GR dengan anggota
25 orang. DPRD Kota Yogyakarta baru dibentuk pada tanggal 5 Mei 1958 dengan
anggota 20 orang sebagai hasil Pemilu 1955. Dengan kembali ke UUD 1945 melalui
Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 diganti
dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang pokok-pokok Pemerintahan
di Daerah, tugas Kepala Daerah dan DPRD dipisahkan dan dibentuk Wakil Kepala
Daerah dan badan Pemerintah Harian serta sebutan Kota Praja diganti Kotamadya
Yogyakarta.
Atas dasar Tap MPRS Nomor XXI/MPRS/1966 dikeluarkan Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Berdasarkan
Undang-undang tersebut, DIY merupakan Propinsi dan juga Daerah Tingkat I yang
dipimpin oleh Kepala Daerah dengan sebutan Gubernur Kepala Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta yang tidak
terikat oleh ketentuan masa jabatan, syarat dan cara pengankatan bagi Kepala
31
Daerah dan Wakil Kepala Daerah lainnya, khususnya bagi beliiau Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Sedangkan Kotamadya
Yogyakarta merupakan daerah Tingkat II yang dipimpin oleh Walikotamadya
Kepala Daerah Tingkat II dimana terikat oleh ketentuan masa jabatan, syarat dan
cara pengangkatan bagi kepala Daerah Tingkat II seperti yang lain.
Seiring dengan bergulirnya era reformasi, tuntutan untuk menyelenggarakan
pemerintahan di daerah secara otonom semakin mengemuka, maka keluarlah
Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur
kewenangan Daerah menyelenggarakan otonomi daerah secara luas,nyata dan
bertanggung jawab. Sesuai UU ini maka sebutan untuk Kotamadya Dati II
Yogyakarta diubah menjadi Kota Yogyakarta sedangkan untuk pemerintahannya
disebut dengan Pemerintahan Kota Yogyakarta dengan Walikota Yogyakarta
sebagai Kepala Daerahnya.
B. Visi dan Misi
Visi Kota Yogyakarta
Meneguhkan Kota Yogyakarta sebagai Kota Nyaman Huni dan Pusat
Pelayanan Jasa yang Berdaya Saing Kuat untuk Keberdayaan Masyarakat dengan
Berpijak pada Nilai Keistimewaan.
32
Misi Kota Yogyakarta
1. Meningkatkan kesejahteraan dan keberdayaan masyarakat.
2. Memperkuat ekonomi kerakyatan dan daya saing Kota Yogyakarta.
3. Memperkuat moral, etika dan budaya masyarakat Kota Yogyakarta.
4. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya.
5. Memperkuat tata kota dan kelestarian lingkungan.
6. Membangun sarana prasarana publik dan permukiman.
7. Meningkatkan tatakelola pemerintah yang baik dan bersih.
C. Kewilayahan Kota Yogyakarta
Wilayah Kota Yogyakarta meliputi terbagi dalam 14 kecamatan 45 kelurahan,
617 RW dan 2532 RT.
D. Sejarah Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta
Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah
Kota Yogyakarta No. 5 Tahun 2016. Pada saat pertama kali didirikan, Dinas
Pariwisata Kota Yogyakarta berlokasi di Gedung Dwisatawarsa Jl.Pekapalan Alun-
alun Utara Yogyakarta. Yang kemudian pada 1 Juli tahun 2017 hingga saat ini
berkedudukan di Jl. Suroto No. 11 Yogyakarta. Bangunan kantor Dinas
Pariwisata Kota Yogyakarta saat ini adalah salah satu Bangunan Cagar Budaya
(BCB) dan masuk dalam Kawasan Cagar Budaya (KCB). Menurut Peraturan
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata.
33
Nomor: PM.07/PW.007/MKP/2010. Gedung Dinas Pariwisata Kota
Yogyakarta dilindungi oleh UU RI nomor 5 Tahun 1992. Sebelum menjadi Dinas
Pariwisata, nama organisasi ini telah mengalami tiga kali perubahan nama yaitu
Dinas Pariwisata yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 1996
dengan nama Dinas Pariwisata Kota madya Daerah Tingkat II Yogyakarta,
kemudian pada tahun 2000 diubah menjadi Dinas Pariwisata Seni dan Budaya
berdasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2000, dan Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kota Yogyakarta berdasarkan Peraturan Daerah No. 10 Tahun
2008.
34
E. Sejarah Bangunan
Tabel 1.2. Seajarah Bangunan
NO REGNAS RNCB.20100108.02.000180
SK PENETAPAN SK Menteri
NoPM.07/PW.007/MKP/2010
PERINGKAT CAGAR BUDAYA -
KATEGORI CAGAR BUDAYA Bangunan
KABUPATAEN/KOTA Kota Yogyakarta
PROVINSI D.I Yogyakarta
NAMA PEMILIK -
NAMA PENGELOLA -
Keberadaan bangunan ini dikaitkan dengan rute Gerilya Jenderal Sudirman
yang merupakan rute terakhir setelah 7 bulan bergerilya. Sebelumnya merupakan
tempat tinggal Jenderal Urip Sumoharjo.
(Sumber : http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id)
F. Visi Dan Misi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta
Visi Dinas Pariwisata kota Yogyakarta adalah, terwujudnya Kota Yogyakarta
sebagai kota tujuan wisata terkemuka yang bertumpu pada kekuatan dan keunggulan
pariwisata lokal serta mampu memperkokoh jati diri, memberikan manfaat yang
positif bagi masyarakat, serta dapat menjadi lokomotif pembangunan Kota
Yogyakarta secara menyeluruh.
Misi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut:
35
1. Mengoptimalkan potensi obyek dan daya tarik wisata yang ada di
Kota Yogyakarta sebagai aset utama kepariwisataan.
2. Membuat perencanaan pembangunan pariwisata Kota Yogyakarta secara
komprehensif, terpadu dan berkelanjutan dengan tetap mengedepankan
prinsip pelestarian dan pengembangan pariwisata lokal.
3. Membangun kemitraan yang kondusif antara pemerintah, masyarakat,
dan swasta atau pengusaha dalam mengembangkan pariwisata Kota
Yogyakarta.
4. Meningkatkan peran aktif dan apresiasi masyarakat serta swasta/pengusaha
dalam memajukan pariwisata Kota Yogyakarta.
5. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumberdaya manusia
bidang pariwisata.
6. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya pariwisata bagi
Kota Yogyakarta.
7. Menumbuhkan sikap sadar wisata pada semua komponen masyarakat
Yogyakarta.
8. Memberikan pelayanan prima dan menyiapkan system informasi
pariwisata yang memadai.
9. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Yogyakarta baik secara
material maupun sosial.
36
G. Tugas Dan Fungsi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta
Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor: 61 Tahun 2017 tentang Susunan
Organisasi, Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pariwisata Kota
Yogyakarta menetapkan bahwa Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta mempunyai tugas
pokok menyelenggarakan kewenangan Pemerintah Kota Yogyakarta dalam rangka
desentralisasi di bidang pariwisata. Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut,
Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta mempunyai fungsi:
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pariwisata.
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
pariwisata.
3. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan urusan di bidang pariwisata.
4. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pariwisata.
5. Pengelolaan Taman Pintar dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah.
6. Pengelolaan kesekretariatan meliputi perencanaan umum, kepegawaian,
keuangan, evaluasi dan pelaporan.
7. Pelaksanaan pengawasan, pengendalian evaluasi,dan pelaporan di bidang
pariwisata.
H. Struktur Organisasi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta
Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta merupakan unsur pelaksana
penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan susunan organisasi sebagai berikut :
37
KEPALA DINAS
SEKRETARIAT
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SUB BAGIAN UMUM & KEPEGAWAIAN
SUB BAGIAN KEUANGAN
SUB BAGIAN PERENCANAAN, EVALUASI
DAN PELAPORAN
BIDANG PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN
PARIWISATA
BIDANG ATRAKSI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
BIDANG PENGELOLAAN TAMAN PINTAR
SEKSI PENGEMBANGAN OBYEK DAYA TARIK
WISATA
SEKSI EKONOMI KREATIF SEKSI PENATAUSAHAAN
BLUD
SEKSI PROMOSI DAN PEMASARAN PARIWISATA
SEKSI ATRAKSI PARIWISATA
SEKSI PELAYANAN DAN PENGEMBANGAN
SEKSI HUMAS KERJASAMA DAN
PEMASARAN
UPT
38
Adapun rincian tugas dan fungsi Dinas Pariwisata Kota, Yogyakarta sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan
daerah di bidang pariwisata.
2. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang mempunyai tugas
membantu Kepala Dinas dalam merumuskan kebijakan, mengkoordinasikan,
membina, dan mengendalikan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,
monitoring, evaluasi dan pelaporan bidang umum, perlengkapan, kepegawaian, dan
keuangan.
3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang
mempunyai tugas membantu Sekretaris dalam merumuskan kebijakan, koordinasi,
pembinaan, pengawasan, pengendalian, dan pemberian bimbingan di bidang
pengelolaan administrasi umum, tatalaksana, kehumasan, perpustakaan, kearsipan,
dokumentasi, perlengkapan, pengelolaan barang, dan administrasi kepegawaian.
4. Sub Bagian Keungan
Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang mempunyai
tugas membantu Sekretaris dalam merumuskan kebijakan, koordinasi, pembinaan,
pengawasan, pengendalian, dan pemberian bimbingan di bidang pengelolaan
administrasi keuangan dan pelaporan pertanggung jawaban.
39
5. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan
Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian
yang mempunyai tugas membantu Sekretaris dalam merumuskan kebijakan, koordinasi,
pembinaan, pengawasan, pengendalian, dan pemberian bimbingan di bidang perencanaan,
monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
6. Bidang pengembangan dan pemasaran Pariwisata
Bidang Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata dipimpin oleh Kepala
Bidang yang mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam merumuskan
kebijakan, mengkoordinasikan, membina, mengawasi dan mengendalikan program
bidang pengembangan dan pemasaran pariwisata.
7. Seksi Pengembangan Obyek Daya Tarik Wisata
Seksi Pengembangan Obyek Daya Tarik Wisata dipimpin oleh Kepala Seksi
yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengawasan, pengendalian dan pemberian bimbingan
kegiatan di bidang pengembangan obyek daya tarik wisata.
8. Seksi Promosi dan Pemasaran Pariwisata
Seksi Promosi dan Pemasaran Pariwisata dipimpin oleh Kepala Seksi yang
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi,
pembinaan, pengawasan, pengendalian dan pemberian bimbingan kegiatan di bidang
promosi dan pemasaran pariwisata.
40
9. Bidang Atraksi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Bidang Atraksi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dipimpin oleh Kepala Bidang
yang mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam merumuskan kebijakan,
mengkoordinasikan, membina, mengawasi dan mengendalikan program di bidang
atraksi pariwisata dan ekonomi kreatif .
10. Seksi Ekonomi Kreatif
Seksi Ekonomi Kreatif dipimpin oleh Kepala Seksi yang mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan,
pengawasan, pengendalian dan pemberian bimbingan kegiatan di bidang ekonomi
kreatif.
11. Seksi Atraksi Pariwisata
Seksi Atraksi Pariwisata dipimpin oleh Kepala Seksi yang mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan,
pengawasan, pengendalian dan pemberian bimbingan kegiatan di bidang atraksi
pariwisata.
12. Bidang Pengelolaan Taman Pintar
Bidang Pengelolaan Taman Pintar dipimpin oleh Kepala Bidang yang
mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam merumuskan kebijakan,
mengkoordinasikan, membina, mengawasi dan mengendalikan program bidang
pengelolaan taman pintar.
41
13. Seksi Penatausahaan Badan Layanan Umum Daerah
Seksi Penatausahaan Badan Layanan Umum Daerah dipimpin oleh Kepala
Seksi yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan, pengawasan, pengendalian dan pemberian bimbingan
kegiatan di bidang penatausahaan badan layanan umum daerah taman pintar.
14. Seksi Pelayanan dan Pengembangan
Seksi Pelayanan Dan Pengembangan dipimpin oleh Kepala Seksi yang
mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan,
mengkoordinasikan, membina, dan mengendalikan kegiatan di bidang pelayanan dan
pengembangan keprograman serta peralatan peraga taman pintar.
15. Seksi Humas Kerjasama dan Pemasaran
Seksi Humas, Kerjasama Dan Pemasaran dipimpin oleh Kepala Seksi yang
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi,
pembinaan, pengawasan, pengendalian dan pemberian bimbingan kegiatan di bidang
humas, kerjasama dan pemasaran.
16. Sub Bagian Umum Dan Kepegawaian
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang
mempunyai tugas membantu Sekretaris dalam merumuskan kebijakan, koordinasi,
pembinaan, pengawasan, pengendalian, dan pemberian bimbingan di bidang
pengelolaan administrasi umum, tatalaksana, kehumasan, perpustakaan, kearsipan,
dokumentasi, perlengkapan, pengelolaan barang, dan administrasi kepegawaian.
42
I. Sumber Daya Perangkat Daerah
Jumlah personil yang mendukung tugas dan fungsi Dinas Pariwisata Kota
Yogyakarta sampai akhir tahun 2017 sebanyak 33 orang PNS, yang terdiri atas
pejabat struktural sebanyak 15 orang dan pejabat fungsional umum sebanyak 18
orang. Personil Non PNS yang terdiri dari 3 orang tenaga bantuan (naban) dan Non
PNS Taman Pintar sebanyak 90 orang. Pejabat struktural meliputi:
Jumlah personil yang mendukung tugas dan fungsi Dinas Pariwisata Kota
Yogyakarta sampai akhir tahun 2017 sebanyak 33 orang PNS, yang terdiri atas
pejabat struktural sebanyak 15 orang dan pejabat fungsional umum sebanyak 18
orang. Personil Non PNS yang terdiri dari 3 orang tenaga bantuan (naban) dan Non
PNS Taman Pintar sebanyak 90 orang. Pejabat struktural meliputi:
1. Pejabat eselon II : -
2. Pejabat eselon III : 3 orang.
3. Pejabat eselon IV : 12 orang.
Jika dilihat dari jenjang pendidikan formal, jumlah personil PNS yang ada di Dinas
Pariwisata sebagai berikut:
1. Pasca Sarjana : 7orang.
2. Sarjana : 13 orang.
3. D4 : -
4. D III : 7 orang.
5. D II/I : -
6. SLTA Sederajat : 5 orang.
43
7. SLTP : 1 orang
Berdasarkan pangkat dan golongan.
1. Pembina Utama (IV/d) : -
2. Pembina Tingkat I (IV/b) : 1 orang.
3. Pembina (IV/a) : 4 orang.
4. Penata Tingkat I (III/d) : 8 orang.
5. Penata (III/c) : 5 orang.
6. Penata Muda Tk. I (III/b) : 5 orang.
7. Penata Muda (III/a) : 4 orang.
8. Pengatur Tk.I (II/d) : 1 orang.
9. Pengatur (II/c) : 5 orang.
10. Pengatur Muda Tk. I (II/b) : -
11. Pengatur Muda (II/a) : -
J. Sarana Dan Prasarana Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta
Keadaan Sarana dan Prasarana Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta saat ini
menempati bangunan bersejarah bekas kantor Jenderal Sudirman sekaligus akhir rute
gerilya Jenderal Sudirman yang terletak di Jalan Suroto 11 Kotabaru Yogyakarta.
Bangunan ini memiliki nilai sejarah yang penting serta termasuk bangunan cagar
budaya. Lokasinya juga mudah dijangkau karena aksesibilitas transportasinya mudah.
44
Untuk menjalankan tugas dan fungsi sehari-hari Dinas Pariwisata Kota
Yogyakarta didukung oleh sarana dan prasarana yang meliputi:
a. Gedung Kantor
Prasarana gedung kantor yang ditempati oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta
merupakan gedung milik Pemerintah Kota Yogyakarta.
b. Jaringan Internet dan Telepon PABX
Untuk menjalankan tugas dan fungsi sehari-hari kantor Dinas Pariwisata telah
disambungkan dengan fasilitas komunikasi yang berupa sambungan telepon
PABX sejumlah 6 (enam) titik sambungan yang menghubungkan antar ruangan
dan antar bidang/sekretariat di lingkungan Dinas Pariwisata, dan 1 (satu)
sambungan SLJJ, sedangkan untuk keperluan komunikasi dengan berbagai pihak
yang membutuhkan data/informasi melalui jaringan internet maupun intranet
telah disambungkan jaringan internet sebanyak 13 (tiga belas) titik sambungan
desk top dan 2 (dua) titik hot-spot.
c. Meubelair
Jenis meubelair minimal dibutuhkan untuk menunjang tugas dan fungsi sehari-
hari berupa meja-kursi kerja sebanyak jumlah personil yang ada di Dinas
Pariwisata, meja komputer, almari, filling cabinet, meja-kursi rapat, dan meja-
kursi tamu.
d. Komputer/Mesin Ketik
Jumlah komputer yang dimiliki untuk mendukung tugas dan fungsi ada 13 unit,
printer 6 (enam) unit, scanner 2 (dua) unit dan jumlah mesin ketik manual
45
sebanyak 2 (dua) buah dengan kondisi rusak sehingga seringkali memerlukan
perawatan.
e. Sarana mobilitas
Mengingat tugas dan fungsinya berupa rapat koordinasi dengan instansi lain baik
di tingkat pemerintah kota maupun provinsi, serta operasional teknis kegiatan,
maka diperlukan sarana transportasi berupa kendaraan roda 2 (dua), roda 3 (tiga),
roda 4 (empat) dan roda 6 (enam). Kendaraan roda 2 (dua) yang dimiliki sebanyak
10 (sepuluh) unit, roda 3 (tiga) sebanyak 2 (dua) unit, roda 4 (empat) sebanyak 4
(empat) unit dan roda 6 (enam) sebanyak 1 unit.
46
K. Logo Dinas Pariwisata Kota Yogtakarta
Ketetapan DPRD Nomor 2 Tahun 1952 tentang Penetapan Lambang Kota Praja
Yogyakarta.
a. Makna Lambang dan Identitas :
Perbandingan ukuran 18 : 25 untuk memperingati tahun permulaan perjuangan
Pangeran Diponegoro di Yogyakarta (tahun 1825).
Warna Hitam : Simbol Keabadian.
Warna Kuning dan Keemasan : Simbol Keluhuran.
Warna Putih : Simbol Kesucian.
Warna Merah : Simbol Keberanian.
Warna Hijau : Simbol Kemakmuran.
47
Mangayu Hayuning Bawono : Cita-cita untuk menyempurnakan masyarakat
Bintang Emas : Cita-cita kesejahteraan yang dapat dicapai dengan
usaha dibidang kemakmuran.
Padi dan kapas : Jalan yang ditempuh dalam usaha kemakmuran
pangan dan sandang.
Perisai : Lambang Pertahanan.
Tugu : Ciri khas Kota Yogyakarta.
Dua sayap : Lambang kekuatan yang harus seimbang.
Gunungan : Lambang kebudayaan.
Beringin Kurung : Lambang Kerakyatan.
Banteng : Lambang semangat keberanian.
Keris : Lambang perjuangan.
Terdapat dua sengkala Gunaning Keris Anggatra Kota Praja :
Tahun 1953 merupakan tahun permulaan pemakaian Lambang Kota Yogyakarta.
Warna Hasta Samadyaning Kotapraja : Tahun 1884.
48
b. Flora Dan Fauna Identitas Kota Yogyakarta
Dalam rangka menumbuhkan menjadi kebanggaan dan maskot daerah telah
ditetapkan pohon Kelapa Gading (Cocos Nuciferal vv.Gading) dan Burung Tekukur
(Streptoplia Chinensis Tigrina) sebagai flora dan fauna identitas Kota Yogyakarta.
Keberadaan pohon Kelapa Gading begitu melekat pada kehidupan masyarakat
Yogyakarta, karena dikenal sebagai tanaman raja serta mempunyai nilai filosofis dan
budaya yang sangat tinggi, sebagai kelengkapan pada upacara tradisional atau
religius, mempunyai makna simbolis dan berguna sebagai obat tradisional.
Burung tekukur dengan suara merdu dan sosok tubuh yang indah mampu
memberikan suasana kedamaian bagi yang mendengar, menjadi kesayangan para
pangeran dilingkungan kraton. Dengan mendengar suara burung tekukur diharapkan
orang akan terikat kepada Kota Yogyakarta.
L. Program Terkait Internal Perangkat Daerah (Sekretariat)
Rumusan Program dan Kegiatan Tahun 2019 dan perkiraan maju tahun 2019
memiliki beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan diantaranya adalah:
1. Program yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta telah
mengacu pada program yang terdapat pada Peraturan Daerah Kota
Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2015 – 2025.
49
2. Program yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta telah
mengacu pada program yang terdapat pada dokumen RPJMD tahun 2017-
2022 dan renstra Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta tahun 2017-2022.
3. Program dan Kegiatan mengacu pada pencapaian visi dan misi Walikota
Yogyakarta Tahun 2017-2022.
4. Program di bidang pariwisata mengacu pada program dan kebijakan nasional.
Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta pada tahun 2019 akan menjalankan 3 (tiga)
program internal (sekretariat), dan 3 (tiga) program yang langsung mendukung tugas
fungsi pengembangan kepariwisataan. Sedangkan jumlah kegiatan yang
direncanakan untuk mendukung 6 (enam) program tersebut adalah 6 (enam) kegiatan
untuk program internal dan 6 (enam) kegiatan untuk program teknis kepariwisataan.
Program dan kegiatan yang direncanakan sebagai berikut :
Program terkait internal Perangkat Daerah (sekretariat) program pelayanan
administrasi perkantoran kegiatan penyediaan rapat-rapat koordinasi dan konsultasi
kegiatan penyediaan jasa, peralatan dan perlengkapan kantor kegiatan penyediaan
jasa pengelola pelayanan perkantoran 23 program pemeliharaan dan peningkatan
sarana dan prasarana aparatur kegiatan pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor
kegiatan pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas operasional program
peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan kegiatan
penyusunan dokumen perencanaan, pengendalian dan laporan capaian kinerja
perangkat daerah program terkait tugas dan fungsi perangkat daerah program
50
pengembangan dan pemasaran wisata kegiatan pengelolaan dan pengembangan
obyek daya tarik wisata kegiatan promosi dan pemasaran pariwisata.
Kegiatan pengelolaan Kawasan Malioboro Program Peningkatan Kualitas Atraksi
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, kegiatan pembinaan dan pengembangan
ekonomi kreatif kegiatan penyelenggaraan atraksi pariwisata program pengembangan
taman pintar kegiatan operasional layanan BLUD Taman Pintar program dan
kegiatan tersebut berlokasi di dalam Kota Yogyakarta, luar daerah dan luar negeri
menyesuaikan dengan tujuan program dan kegiatan tersebut dalam mendukung
pengembangan kepariwisataan.
Fokus program dan kegiatan melibatkan berbagai stakeholder pariwisata,
yaitu pelaku pariwisata, pengelola destinasi wisata, pengelola jasa usaha pariwisata,
masyarakat, dan sebagainya. Program dan kegiatan yang direncanakan membutuhkan
pagu anggaran sebesar Rp 27.881.328.049 yang berasal dari APBD sebesar Rp
12.946.328.049 dan jasa layanan BLUD sebesar Rp 14.935.000.000. Kebutuhan pagu
anggaran untuk mendukung program dan kegiatan lebih besar dari pagu anggaran di
rancangan awal RKPD yang sebesar Rp 26.375.575.973, beberapa hal yang
menyebabkan peningkatan pagu diantaranya untuk mengakomodir pokok pikiran
dewan yang sesuai dengan output kegiatan yang sudah direncanakan, mengakomodir
usulan dari kelurahan maupun kecamatan sesuai musrenbang, mengakomodir
kebijakan penyediaan THR bagi pekerja penerima upah, mendukung pelaksanaan
PORDA DIY 2019 dan dikarenakan kenaikan standar harga barang jasa maupun
UMP di tahun yang akan datang.
51
M. Faktor-faktor yang Mendukung Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta
Adapun yang dimiliki oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta dalam rangka
mendukung penyelenggaraan kepariwisataan adalah :
Tabel 1.3. Sarana Penunjang Pariwisata Kota Yogyakarta
No Jenis 2018 2019
1 Pramuwisata 178 178
2 Gedung pertemuan 18 18
3 Industri kerajinan 450 450
4 Atraksi budaya/kesenian 628 628
5 Asosiasi wisata 27 27
6 Kampung/desa wisata 6 6
Sumber : Data Kepariwisataan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta.
52
N. Kemitraan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta
Kemitraan yang dijalin oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta dalam
membangun pariwisata di Kota Yogyakarta adalah dengan pihak swasta maupun
masyarakat. Sehingga dari 3 elemen penting dalam pembangunan pariwisata di Kota
Yogyakarta yaitu, Pemerintah, ,Masyarakat dan Swasta harus berjalan seiringan tanpa
ada ketimpangan apapun. Agar tercipta sinergitas dan hubungan yang solid antar
stakeholder dalam pengembangan pariwisata di Kota Yogyakarta.
Kemitraan yang telah dijalin sampai saat ini dengan pihak swasta meliputi
organisasi atau komunitas pengusaha hotel dan restoran PHRI (Persatuan Hotel dan
Resoran Indonesia), GPY (Gabungan Perhotan Yogyakarta), APJI (Asosiasi
Pengusaha Jasa Boga Indonesia). untuk PHRI di khususkan untuk hotel-hotel
berbintang, sedangkan GPY untuk Hotel non bintang. Dengan pramuwisata antara lain
HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia), Rumah Guide, PPTSY (Pguyuban Pemandu
Taman Sari Yogyakarta), P2WKS (Paguyuban Pemandu Wisata Keraton dan
Sekitarnya. Kemitraan yang dilakukan dengan pihak swasta biasanya berupa
sponsorship, promosi, menyelenggarakan event-event yang bersifat momentum dan
insidental, juga monitoring dan pembinaan bagi pelaku wisata Kota Yogyakarta baik
itu swasta maupun masyarakat.
Sedangkan kemitraan yang dijalin dengan masyarakat meliputi organisasi
berbasis masyarakat yang sering dikenal dengan nama paguyuban. Paguyuban
merupakan sebuah kumpulan orang atau masyarakat yang mempunyai visi dan misi
yang sama dan memiliki struktur organisasi seperti organisasi pada umumnya,
53
perbedaannya dengan organisasi yang lain, organisasi ini merupakan organisasi yang
lebih bersifat fleksibel, dan dibentuk atas dasar kesamaan hobi, profesi dan
kepentingan. Paguyuban atau komunitas yang ada di Kota Yogyakarta dan
berhubungan dengan pariwisata antara lain Paguyuban becak yaitu Aspabeta (Asosiasi
Paguyuban Becak Pariwisata), PBWY (Paguyuban Becak Wisata Yogyakarta),
paguyuban pedagang kaki lima antara lain, Pelmani (PKL yang membelakangi toko),
Paguyuban Tridharma (Pedagang kaki lima menghadap toko), Paguyuban Padma
(Pedagang kaki lima angkringan), Paguyuban Handayani (Pedagang kaki lima
makanan siang hari), paguyuban pasar sore, PPLM (Pedagang kaki lima lesehan malam
hari). Selain Paguyuban Pedagang Kaki Lima, ada pula paguyuban kusir andong, juru
parkir, Kelompok Forum masyarakat Penggiat Pariwisata “Rumangsa” yang tersebar
di 14 Kecamatan Kota Yogyakarta, dan juga pengelola kampung wisata yang relative
sudah aktif di Kota Yogyakarta yaitu kampung wisata Dipowinatan, Cokrodiningratan,
Kadipaten, Purbayan, Sosromenduran. Semua paguyuban tersebut menjadi mitra kerja
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta dalam rangka membangun
pariwisata berbasis masyarakat.
75
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Astomo, Putra. Terbitan 2014. Hukum Tata Negara. Teori dan Praktek Hal 234.
Bryson, John. 2007 hal 197. Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial.
Pustaka Belajar Offset. Yogyakarta.
David , R, FRED. 2006.Manajemen strategis. Jakarta . Salemba Empat
Salusu. 1998. Pengambilan Keputusan Strategik untuk Organisasi Publik
danOrganisasi Nonprofit. Jakarta: Rineka Cipta.
Frans Gromang, 2003 hal 78. Manajemen Kepariwisataan
Fandefi, Khalid. 1995. Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta:
Liberty.
Pizam, A., & Mansfeld, Y. (Eds.). (1999). Consumer Behavior in Travel and Tourism. New
York: The Howard Hospitality Presss.
Soekadijo, R. G. 2000. Anatomi Pariwisata Memahami Pariwisata Sebagai Systemic
Linkage.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Spillane, James J. 1987. Pariwisata Di Indonesia Sejarah Dan Prospeknya. Yogyakarta:
Kanisius.
Suwantoro, Gamal. 2001. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi.
Tambunan, N. (2009, Januari-Juni). Posisi Transportasi dalam Pariwisata. Majalah Ilmiah
Panorama. Nusantara, Vi, 39-48.
76
Wahab, Salah. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: Pradnya Paranita.
Yoeti, Oka. A. 2008. Perencanaaan Dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradaya
Pratama.
JURNAL/INTERNET :
Astomo, Putra. 2014. Penerapan Prinsip-Prinsip Pemerintahan Yang Baik Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan. Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 64 Th. XV.
Amnah dkk 2016:7 43
Bank Indonesia. (2020, Mei 5). Siaran Pers . Retrieved from Bank Sentral Repubik Indonesia:
https://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_223620.aspx.
Dcode Economic & Financial Consulting. (2020).
Bryson, John. 2007. Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial.
Pustaka Belajar Offset. Yogyakarta.
Farazmand (2004:7)
Happy Marpaung (2002 hal 24)
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1335/5/141801018_file%205.pdf.
https://jogjaprov.go.id/berita/detail/8685-persiapan-pariwisata-diy-pasca-pandemi-covid-
19.
Infographic | Dcode Economic & Financial Consulting. Retrieved Mei 7, 2020, from Dcode
Economic & Financial Consulting: https://dcodeefc.com/infographics Fennel, D. A. (2015).
Ecotourism (Forth ed.). Oxon: Routledge.
Suyitno. (2001). Perencanaan Wisata. Yogyakarta: Kanisius.
77
Syamsinar. 2016. Penerapan Prinsip-Prinsip Tata Pemerintahan Yang Baik Dalam
Pelayanan. Ejournal Administrasi Negara, Vol. 4 No. 4.
Sugi Rahayu dan Hidayat Khoirul Isna. 2017. Good Tourism Governance Dalam
Pengelolaan Kampung Wisata Di Kawasan Kota Gede Kota Yogyakarta. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Wahyuni, Eksi, Anggraeni E. RR Terbitan (2014 vol 79).
Wahab, Salah. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: Pradnya Paramitha. Wardiyanta.
Yoeti, Oka A. (2008). Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, Dan Implementasi. Penerbit.
Kompas. Jakarta.
Yurianto, Achmad, Kirana Pritasari, Bambang Wibowo, and Siswanto. 2020. Pedoman
Penanganan Cepat Medis Dan Kesehatan Masyarakat COVID-19 Di Indonesia. Jakarta:
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.
UNDANG-UNDANG :
Undang-Undang 1945
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1947
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.
Undang Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan.
Undang-Undang RI nomor 5 Tahun 1992 tentang Cagar Budaya.
78
Peraturan Daerah No.5 Tahun 1996 dengan nama Dinas Pariwisata Kota madya Daerah
Tingkat II Yogyakarta.
Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2000.
Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2008.
Undaang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.