PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU...

78

Transcript of PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU...

Page 1: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).
Page 2: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

i

PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA DI

KAMPUNG TANGGUH BENCANA

(Studi Di Kampung Jagalan Ledoksari, Kelurahan Purwokinanti, Kecamatan Pakualaman,

Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Miftah Arifatu Aghnia

14510004

PROGRAM STUDI ILMU SOSIATRI/PEMBANGUNAN SOSIAL

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

2019

Page 3: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).
Page 4: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

iii

MOTTO

“Jadilah seperti AIR, yang kuat, tenang dan dapat menyesuaikan diri dengan wadahnya”

“Kebaikan kita kepada orang jangan diingat

Kebaikan orang dengan kita harus diingat

Hak semua orang untuk membenci kita, hak semua orang untuk bersikap buruk pada kita. Tapi

kewajiban kita adalah untuk berbuat baik kepada semua orang”

(Ustadz Handy Bonny)

“Perbaiki Sholatmu Maka Alloh akan Memperbaiki Hidupmu”

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Sesungguhnya bersama kesulitan ada

kemudahan, maka apabila engkau telah selesai dari suatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk

urusan yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”

(Q.S. Al-Insyirah ayat 5-8)

Page 5: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

iv

ABSTRAK

Pengalaman bencana banjir lahar dingin dan kiriman sendimen dari Gunung

Merapi pada tahun 2010 ke wilayah Sungai Code di Kota Yogyakarta, membuat

masyarakat Kampung Jagalan Ledoksari dan sekitarnya mulai sadar bencana dan

membentuk komunitas lokal yang kiprahnya dibidang relawan bencana. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui gambaran peran komunitas lokal dalam menghadapi

ancaman bencana di Kampung Tangguh Bencana dan faktor pendorong serta penghambat

dalam menjalankan perannya. Kampung Tangguh Bencana di Ledoksari bekerja sama

dengan Komunitas Pareanom, Komunitas Code-X, dan memberdayakan kelompok PKK

serta karang taruna. Komunitas lokal ini sebagai subyek dalam pemberdayaan bencana.

Dengan banyaknya komunitas tersebut dalam kegiatan menghadapi ancaman bencana

perlu adanya pembagian peran, sehingga memunculkan rumusan masalah : bagaimana

peran komunitas lokal dalam menghadapi ancaman bencana ? dan apa yang menjadi

faktor pendorong serta penghambat dalam kegiatan komunitas lokal tersebut.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode

deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan peran komunitas lokal secara jelas.

Sumber data primer didapat dari observasi dan wawancara secara mendalam. Sedangkan

data sekunder berasal dari dokumentasi, artikel, arsip, UU Penanggulangan bencana, serta

berita elektronik. Untuk melihat bagaimana peran komunitas lokal dalam menghadapi

ancaman bencana digunakan teori peran untuk mengidentifikasi kegiatan dalam

menghadapi bencana mulai tahap pra bencana, tahap tanggap darurat dan pasca bencana.

Hasil penelitian menunjukkan peran komunitas lokal dalam menghadapi ancaman

bencana di Kampung Tangguh Bencana, dalam tahap pra bencana adalah : meningkatkan

kapasitas komunitas dengan mengikuti sosialisasi, pelatihan dan simulasi yang diadakan

oleh pemerintah setempat dan BPBD, kemudian dari hasil pelatihan tersebut, kembali

disosialisasikan kepada masyarakat luas agar mereka mendapat perkembangan ilmu

kebencanaan. Selanjutnya diadakan kerja bakti membersihkan sungai, terlebih saat

memasuki musim hujan mereka mulai mengecek alat-alat kebencanaan yang dipinjam-

pakai dari BPBD, memperbaiki talud yang mulai terkikis dan membuat water level. Pada

tahap tanggap darurat : komunitas lokal berkoordinasi melalui HT, komunitas pareanom

memantau kondisi sungai dengan memperhatikan sendimen yang dibawa dan kecepatan

perjalanan air, sedangkan komunitas Code-X membantu evakuasi warga bersama karang

taruna, sementara kelompok PKK menyiapkan dapur umum dan pengurus KTB

menyiapkan segala kebutuhan pengungsi dibantu oleh pemerintah setempat. Selanjutnya

pada tahap pasca bencana: seluruh komunitas lokal membantu membersihkan rumah

warga yang terdampak banjir, dengan dibantu pihak BPBD serta Damkar untuk

membersihkan lumpur di dalam rumah menggunakan selang air. Selanjutnya diadakan

evaluasi agar dalam penanganan bencana kedepan dapat lebih baik. Faktor pendorong

komunitas lokal adalah perasaan yang sama-sama terpapar bencana, sehingga muncul

jiwa relawan dan kepedulian terhadap sesama. Faktor penghambat komunitas lokal

adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang bencana dan budaya sadar bencana,

sehingga ada penyalahgunaan bantuan logistik untuk masyarakat yang dipergunakan

untuk kepentingan pribadi.

Kata Kunci : peran komunitas, komunitas lokal, ancaman bencana

Page 6: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Miftah Arifatu Aghnia

2. Tempat/Tanggal Lahir : Pasir Belengkong, 14 Juli 1996

3. Agama : Islam

4. Alamat : Taman Jalin Lestari, Blok B, No. 1, Desa Tepian

Batang, Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten

Paser, Provinsi Kalimantan Timur

5. Nomor Handphone : 0821-5470-2696

6. Email : [email protected]

7. Riwayat Pendidikan :

• 2008 Lulus dari SDN 012 Tanah Grogot

• 2011 Lulus dari SMPN 02 Pasir Belengkong

• 2014 Lulus dari SMAN 1 Pasir Belengkong, Jurusan IPA

• 2019 Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”

Yogyakarta, S1 Ilmu Sosiatri

Yogyakarta, Oktober 2019

Penulis

Page 7: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji Syukur penulis panjatkan kepada Alloh Yang Maha Esa,

karena berkat karunia rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi

sebagai salah satu syarat unutuk menyelesaikan pendidikan strata 1 (S1) pada Sekolah

Tinggi Pembanguan Masyarakat Desa “APMD” Yogykakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan tanpa

bantuan dari berbagai pihak mustahil kiranya dapat terselesaikan. Untuk ini penulis

menghaturkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, Ketua Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat

Desa “APMD” Yogykakarta.

2. Ibu Dra. Oktarina Albizzia, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Sosiatri S-1

Sekolah Tinggi Pembanguan Masyarakat Desa “APMD” Yogykakarta.

3. Ibu Dra. Widati, Lic,rer,reg selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Tim dosen penguji, Drs. AY Oelin Marliyantoro, M.Si dan Dra. Anastasia

Adiwirahayu, M. Si yang telah meluangkan waktu untuk menguji saat siding

skripsi.

5. Ibu Kepala Kelurahan Purwokinanti dan aparatnya, yang telah memberikan ijin

penelitian dan warga kampung Jagalan Ledoksari yang bersedia meluangkan

waktunya.

6. Terkhusus kepada yang tercinta Abi dan Ummi serta adik-adik ku Naufal dan

Fathi, atas doa dan dukungan yang selalu menjadikan motivasi dan inspirasi,

Alhamdulillah jazakumulloh khoiron katsir.

Page 8: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

vii

7. Sahabat-sahabatku selama di Yogyakarta, Neng Nurul Febriana, Neng Nurhayati

dan khususnya kalian sahabatku yang sholiha. Alhamdulillah jazakumulloh

khoiron katsir.

8. Teman-Teman Unit Kegiatan Mahasiswa Islam Fastabiqul Khoirot,

Alhamdulillah jazakumulloh khoiron katsir atas kebersamaannya.

9. Teman-Temanku angkatan 2014, angkatan 2015 dan adik-adik kelasku

Alhamdulillah jazakumulloh khoiron katsir.

10. Teman-Teman KKN Kelompok 17, Dedel Kulon, terima kasih atas dukungannya.

11. Teman-Teman Asrama Putri Daya Taka Paser, yang sudah menjadi keluargaku

Alhamdulillah jazakumulloh khoiron katsir.

12. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Alhamdulillah jazakumulloh khoiron

katsir.

Segala amal dan kebaikannya yang diberikan dengan tulus dan ikhlas

kepada penulis semoga mendapatkan imbalan yang setimpal dari Alloh Azza

Wajalla. Aamiin Yaa Robbal ‘aalamiin.

Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis sendiri dan pembaca yang budiman.

Yoyakarta, Oktober 2019

Penulis

Page 9: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bencana Alam sering terjadi di Indonesia karena berada di lokasi Cincin

Api Pasifik (wilayah dengan banyak aktivitas tektonik), Indonesia harus terus

menghadapi resiko bencana alam, diantaranya gunung meletus, gempa bumi,

tsunami dan banjir. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir Indonesia mengalami

banyak peristiwa bencana hingga mengakibatkan ratusan korban manusia dan

hewan yang cukup banyak dan mengerikan di headline dunia, serta

menghancurkan wilayah daratannya (terutama infrastruktur sehingga berimbas

pada ekonomi). The 2010 Asia-Pasific Disaster Report menyatakan bahwa

masyarakat di kawasan Asia Pasifik 4 kali lebih rentan terkena dampak bencana

alam dibanding masyarakat di wilayah Afrika dan 25 kali lebih rentan daripada di

Amerika Utara dan Eropa. Laporan PBB (Persatuan Bangsa Bangsa) tersebut

memeringkatkan Indonesia ke dalam peringkat 4 sebagai negara paling rentan

terkena dampak bencana alam di Asia Pasifik. Indonesia adalah negara yang

memiliki paling banyak gunung berapi aktif di seluruh dunia. Lempeng Eurasia,

Lempeng Pasifik beserta Lempeng Indo-Australia adalah tiga lempeng tektonik

aktif yang menyebabkan terjadinya zona-zona tumbukan yang kemudian

membentuk gunung-gunung berapi ini.

Indonesia diperkirakan memiliki 129 gunung berapi, semuanya diawasi

dengan hati-hati oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Hal ini

dilakukan karena sejumlah gunung berapi di Indonesia terus menunjukkan

Page 10: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

2

aktivitas. Apalagi, diperkirakan lebih dari lima juta orang tinggal (dan/atau kerja)

di "zona bahaya" sebuah gunung berapi (yang harus segera dievakuasi kalau

gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan). Setidaknya ada

satu letusan gunung berapi yang signifikan di Indonesia setiap tahun. Namun,

biasanya hal ini tidak menyebabkan kerusakan yang besar bagi lingkungan atau

menewaskan korban jiwa karena gunung-gunung berapi yang paling aktif terletak

biasanya di tempat-tempat terpencil.

Pada masa lalu, berbagai kelompok baik itu pemerintah, swasta maupun

organisasi masyarakat di Indonesia merespons bencana melalui operasi

pertolongan bencana dan aktivitas kesiapan menghadapi bencana. Pemerintah dan

para stakeholders bencana sibuk menangani korban bencana dan memenuhi

kebutuhan dasar masyarakat yang terdampak bencana dengan memberikan

bantuan pangan, pakaian dan tempat pengungsian serta perawatan korban

bencana. Upaya ini, sebenarnya sudah sering dilakukan ketika bencana terjadi,

namun berulangkali mengalami masalah misalnya bantuan datang terlambat,

sulitnya akses ke lokasi bencana, bantuan yang diberikan tidak sesuai kebutuhan

korban dan lain sebagainya. Sehingga seringkali menimbulkan konflik baik

ditingkat lokal maupun daerah. Pemerintah dalam hal ini setelah masa tanggap

darurat, sibuk menangani kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana.

Dalam penanganan bencana yang responsif ini tidak dapat mengurangi resiko

bencana, masyarakat dianggap tabu terhadap bencana yang pada kenyataannya

ada disekitar mereka. Dengan pengalaman bencana gempa dan tsunami yang

terjadi di Aceh, Yogyakarta dan Pangandaran yang dalam kurun waktu tiga tahun

Page 11: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

3

tersebut (2004-2007) tercatat ±172.033 korban jiwa serta kerugian yang mencapai

3.276 triliun, maka pemerintah memerlukan peningkatan atau perubahan

pendekatan yang lebih signifikan dalam managemen bencana alam. Ini khususnya

pada aspek sistem peringatan dini, kewaspadaan risiko bencana dan kecakapan

managemen bencana lokal. Hal ini merupakan upaya pengurangan resiko bencana

alam yang dapat menjadi acuan bagi perkembangan managemen bencana di

Indonesia. (Sumber data RAN PRB 2010-2012).

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di wilayah

Jawa yang rawan bencana. Potensi bencana yang terjadi di Yogyakarta merupakan

ancaman bagi warga sehingga perlu adanya kewaspadaan. Mulai dari tingkat

pemerintah hingga unit terkecil dalam masyarakat harus berperan aktif untuk

saling mengantisipasi datangnya bencana sehingga, korban atau kerugian dapat

diminimalisir. Tercatat beberapa gempa terjadi di wilayah Yogyakarta dan

berpotensi tsunami seperti yang terjadi pada tahun 2006 yang mengakibatkan

banyak korban jiwa serta kerusakan lainnya. Adanya Gunung Merapi yang sangat

aktif pun tak luput dari ancaman bencana bagi warga Yogyakarta. Bencana yang

mengancam Daerah Istimewa Yogyakarta cukup banyak diantaranya gempa

bumi, lestusan gunung merapi dan erupsi, banjir, tanah longsor serta tsunami yang

tersebar dibeberapa titik kabupaten seperti Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul

dan Kota Yogyakarta.

Membangun kesiapan dalam menghadapi bencana merupakan salah satu

hal penting dalam upaya penanggulangan bencana. Paradigma penanggulangan

bencana telah mengalami pergeseran dari fatalistic responsive yang berorientasi

Page 12: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

4

pada respon kedaruratan akibat bencana menuju kepada proactive preparedness

yaitu penanggulangan bencana yang dilakukan sejak dini melalui kesiapsiagaan

hingga tahap pemulihan sosial. Paradigma ini menuntut pemerintah dan

masyarakat secara bersama-sama melaksanakan upaya pengurangan risiko (Raja,

Hendarmawan, & Sunardi, 2017). Sehingga dengan berjalannya waktu

dikembangkanlah sebuah kerangka kerja pengurangan risiko dan manajemen

bencana alam berbasis komunitas yang lebih komprehensif untuk mengarahkan

pekerjaan mereka. Kerangka kerjanya itu sendiri memuat 3 fase penanganan

bencana alam sekaligus, yaitu: kesiapan dan mitigasi; respons darurat bencana;

dan, rehabilitasi dan pemulihan bencana. Tujuan utama kerangka kerja ini

nantinya adalah, diklaim, untuk meningkatkan kapasitas komunitas dan sekaligus

mengurangi kerawanan dalam menghadapi bahaya bencana alam di

lingkungannya. Selama ini ancaman dan bahaya dari bencana alam seringkali

hanya dianggap sebagai proses alamiah lingkungan, sehingga masyarakat kurang

dipertimbangkan dalam pengelolaan risiko bencana. Oleh karena itu, solusi-solusi

yang bersifat teknis sering menjadi pilihan untuk menanggulangi risiko bencana,

padahal tidak dapat dipungkiri bahwa solusi-solusi teknis tidak sepenuhnya

mampu menyelesaikan masalah kebencanaan tersebut.

Penanggulangan Bencana dan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008

tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tanggung jawab

penanggulangan bencana di Indonesia dikelola oleh institusi resmi BNPB.

Kehadiran BNPB membuat perkembangan usaha penanggulangan bencana di

Indonesia menemui titik terang agar dapat lebih terencana dan terarah (Chang

Page 13: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

5

Seng, 2013). Sistem otonomi daerah yang telah dijalankan sejak reformasi

selanjutnya menuntut pembentukan lembaga khusus yang menangani

kebencanaan di daerah, sehingga Badan Penanggulangan Bencana Daerah

(BPBD) kemudian berangsur-angsur terbentuk di masing-masing daerah, sebagai

turunan dari BNPB.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana mengamanatkan untuk melindungi masyarakat dari

ancaman bencana. Salah satu strategi untuk mewujudkan hal ini adalah melalui

pengembangan desa/kelurahan tangguh terhadap bencana dengan upaya

pengurangan risiko bencana berbasis komunitas (PRBBK). Kemudian

berdasarkan Perka BNPB No 1/2012, dibentuklah Desa/Kelurahan Tangguh

Bencana dengan tujuan memberikan panduan bagi pemerintah dan/atau

pemerintah daerah dalam pengembangan Destana sebagai bagian upaya PRBBK

serta memberikan acuan pelaksanaan pengembangan Destana bagi aparatur

pelaksana dan pemangku kepentingan Pengurangan Risiko Bencana (PRB).

Adapun instrumen kebijakan yang dibuat oleh BPBD Yogyakarta dalam

mengantisipasi datangnya bencana yakni dengan membentuk Kampung Tangguh

Bencana (KTB) sebagai turunan dari Desa/Kelurahan Tangguh Bencana.

Desa/Kelurahan Tangguh Bencana adalah sebuah desa atau kelurahan yang

memiliki kemampuan untuk mengenali ancaman di wilayahnya dan mampu

mengorganisir sumber daya masyarakat untuk mengurangi kerentanan dan

sekaligus meningkatkan kapasitas demi mengurangi risiko bencana. Kemampuan

ini diwujudkan dalam perencanaan pembangunan yang mengandung upaya-upaya

Page 14: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

6

pencegahan, kesiapsiagaan, pengurangan risiko bencana dan peningkatan

kapasitas untuk pemulihan pascabencana. Dalam Destana atau Katana ini,

masyarakat terlibat aktif dalam mengkaji, menganalisis, menangani, memantau,

mengevaluasi dan mengurangi risiko-risiko bencana yang ada di wilayah mereka,

terutama dengan memanfaatkan sumber daya lokal demi menjamin keberlanjutan

penghidupan. Sedangkan KTB atau Kampung Tangguh Bencana dibentuk dalam

rangka mensinergikan setiap kampung yang ada di wilayah desa/kelurahan untuk

mandiri terhadap bencana. Sehingga ketika bencana datang pengorganisasiannya

lebih mudah apabila di setiap kampung memiliki satu perwakilan koordinasi.

Kampung Tangguh Bencana atau biasa disebut KTB dalam hal ini yang

terletak di Kampung Jagalan Ledoksari, Kelurahan Purwokinanti, Kecamatan

Pakualaman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan institusi atau

sebuah komunitas bentukan BPBD Kota Yogyakarta karena melihat potensi

rawan bencana di daerah bantaran Kali Code. Kampung Jagalan Ledoksari

menjadi KTB pertama yang terletak di bantaran sungai. Hal ini juga merupakan

inisiatif warga setempat yang mandiri dalam menghadapi bencana pertama kali

pada tahun 2010. Kemudian Pak Yatmoko mengajukan proposal ke BPBD untuk

memfasilitasi warga Ledoksari dalam pembentukan KTB. Potensi bencana yang

ada di bantaran Kali Code khususnya Kampung Jagalan Ledoksari diantaranya

adalah, banjir dan kiriman sendimen material akibat letusan Gunung Merapi yang

sampai melewati wilayah Kali Code. Tidak hanya itu karena padatnya

pemukiman, rawan longsor pun menjadi alasan perlu adanya kesiapsiagaan

masyarakat bantaran Kali Code.

Page 15: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

7

Selanjutnya, dibentuklah relawan-relawan yang berasal dari gabungan

anggota institusi lokal dan masyarakat setempat. Mereka adalah yang termasuk

aktif di dalam kegiatan masyarakat. Kriteria ini dibutuhkan untuk mengambil

peranan penting dalam mengembangkan Kampung Tangguh Bencana (KTB).

KTB Ledoksari sudah berdiri sejak tahun 2014 yang diketuai oleh Bapak

Yatmoko, meskipun sempat mengalami fakum, namun sejak tahun 2016 hingga

sekarang KTB Ledoksari dikategorikan sebagai KTB yang aktif dan berprestasi.

Terbukti setiap tahun mereka mengikuti lomba yang diadakan oleh BPBD dalam

rangka memperingati hari kesiapsiagaan bencana di balai kota. KTB Ledoksari

menjadi sebuah komunitas lokal bidang kebencanaan dalam upaya Pengurangan

Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) dengan anggotanya yang

merupakan warga pemangku kepentingan setempat seperti kepala dusun, kepala

RT dan kepala RW bahkan pemerintah di kelurahan. Ada pun peran bagian dapur

darurat adalah ibu-ibu PKK. KTB Ledoksari juga dapat menjadi ajang

pembelajaran bagi karang taruna dalam berpartisipasi di bidang kebencanaan.

Biasanya para pemuda ditugaskan menjadi tim evakuasi bencana. Menurut Pak

Amprono selaku ketua KTB Ledoksari saat ini, kegiatan yang dijalankan oleh

KTB Ledoksari tidak hanya ketika bencana terjadi, namun pada kegiatan pra

bencana dan pasca bencana. Mereka mengadakan pertemuan rutin setiap tiga

bulan sekali dalam rangka penguatan kelembagaan dan sosialisasi terkait program

yang dicanangkan BPBD. Selain itu dari BPBD juga sering mengadakan pelatihan

tentang mitigasi bencana dan juga simulasi bencana bersama KTB se Daerah

Istimewa Yogyakarta. Adapun dalam kegiatan pasca bencana, KTB Ledoksari

Page 16: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

8

mengajak masyarakat lainnya yang terdampak untuk bergotong royong

membersihkan lingkungan mereka dan mengevakuasi keluarganya.

Maka dari itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengangkat penelitian

tentang kebencanaan dengan judul “Peran Komunitas Lokal dalam Menghadapi

Ancaman Bencana di Kampung Tangguh Bencana Jagalan Ledoksari, Kelurahan

Purwokinanti, Kecamatan Pakualaman, Daerah Istimewa Yogyakarta“.

Page 17: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

9

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana peran komunitas lokal dalam menghadapi ancaman bencana di

Kampung Tangguh Bencana Jagalan Ledoksari ?

2. Apa yang menjadi faktor pendorong dan penghambat komunitas lokal dalam

menjalankan perannya untuk menghadapi bencana di Kampung Jagalan

Ledoksari?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran komunitas lokal dalam menghadapi ancaman

bencana di Kampung Tangguh Bencana Jagalan Ledoksari.

2. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat komunitas lokal dalam

menjalankan perannya untuk menghadapi ancaman bencana yang ada di

kampung Jagalan Ledokasari.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Manfaat akademik adalah untuk memenuhi syarat kelulusan jenjang

pendidikan strata 1 di STPMD “APMD” Yogyakarta dan sebagai wawasan

untuk mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan terkhusus di bidang

kebencanaan.

Page 18: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

10

b. Manfaat Praktis

Manfaat secara praktis yaitu sebagai masukan bagi institusi lokal dan

masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana mulai dari pra bencana, saat

darurat bencana dan pasca bencana sehingga dapat terus berkembang ilmu

pengetahuannya sesuai dengan hasil penelitian-penelitian yang didapat.

E. KERANGKA TEORI

1. Peran

Menurut Soerjono Soekanto, (2009:212-213). Peran adalah kelengkapan

dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena

menduduki status-status sosial khusus. Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam

peran terdapat dua macam harapan, yaitu: pertama, harapan-harapan dari

masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari

pemegang peran, dan kedua harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang

peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan

dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya.

Sedangkan menurut Biddle and Thomas dalam Sarwono (2015:224),

peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang

diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Misalnya dalam keluarga,

perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi nasihat, memberi

penilaian serta sanksi dan lain sebagainya. Dalam kehidupan sosial nyata,

membawakan peran berarti menduduki suatu posisi sosial dalam masyarakat.

Page 19: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

11

Menurut teorinya Biddle & Thomas dalam Sarwono (2015:215)

membagi peristilahan teori peran dalam empat golongan, yaitu istilah-istilah

yang menyangkut :

a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial;

b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut;

c. Kedudukan orang-orang dalam perilaku;

d. Kaitan antara orang dan perilaku.

Berdasarkan pengertian peran diatas maka dalam hal ini peran adalah

suatu perilaku pada subyek atau pemegang peran yang memiliki kelengkapan

hubungan-hubungan serta harapan dalam menjalankan kewajibannya.

Menurut Biddle dan Thomas (dalam Edy Suhardono 1994:3), tentang teori

peran mereka mereduksinya menjadi suatu sistem klasifikasi yang lebih

ringkas. Adapun makna dari kata “peran” dapat dijelaskan lewat beberapa cara

dengan sebagai berikut :

1) Pertama, suatu penjelasan historis menyebutkan, konsep peran

semula dipinjam dari kalangan drama atau teater yang hidup subur

pada zaman Yunani kuno atau Romawi. Dalam arti, peran menunjuk

pada karakterisasi yang disandang untuk dibawakan oleh seorang

aktor dalam sebuah pentas drama.

2) Kedua, suatu penjelasan yang merujuk pada konotasi ilmu sosial,

yang mengartikan peran sebagai suatu fungsi yang dibawakan

Page 20: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

12

seseorang ketika menduduki suatu karakterisasi (posisi) dalam

struktur sosial.

3) Ketiga, suatu penjelasan yang lebih bersifat operasional,

menyebutkan bahwa peran seorang aktor adalah suatu batasan yang

dirancang oleh aktor lain, yang kebetulan sama-sama berada dalam

satu “penampilan/unjuk peran” (role performance).

Dalam kehidupan sosial nyata, membawakan peran berarti menduduki

suatu posisi sosial dalam masyarakat. Dalam hal ini seorang individu juga harus

patuh pada skenario, yang berupa norma sosial, tuntutan sosial dan kaidah-kaidah.

(Edy Suhardono 1994:7).

Peran serta dapat pula dikenali dari keterlibatan, bentuk kontribusi,

organisasi kerja, penetapan tujuan, dan peran. Parwoto (dalam Soehendy,

1997:28) mengemukakan bahwa peran serta mempunyai ciri-ciri :

1). Keterlibatan dalam keputusan, artinya adalah mengambil dan

menjalankan keputusan dengan memilih suatu jalur tindakan di antara

beberapa alternatif yang ada melalui suatu proses mental dan berfikir logis

dan juga mempertimbangkan semua pilihan alternatif yang ada yang

mempunyai pengaruh negatif atau pun positif.

2). Bentuk kontribusi, dalam hal ini merupakan bentuk adanya

keikutsertaan masyarakat seperti gagasan, tenaga, materi, kepedulian dan

Page 21: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

13

lain-lain untuk menyukseskan suatu program atau kegiatan tertentu yang

dilakukan oleh pihak tertentu.

3). Organisasi kerja artinya bersama setara (berbagi peran) struktur

pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok

orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-

sama mencapai tujuan tertentu.

4). Penetapan tujuan, tujuan sendiri diartikan sebagai hasil akhir atau

segala sesuatu yang akan dicapai selanjutnya penetapan tujuan adalah

upaya untuk menciptakan masa depan dengan langkah awal, gagasan atau

harapan menjadi kenyataan. Dengan kata lain menetapkan apa yang akan

dicapai dan rencana mencapainya serta dapat ditetapkan kelompok

bersama pihak lain.

5). Peran masyarakat adalah sebagai subyek, dalam hal ini masyarakat

dapat mengambil peran dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan sampai

tahap evaluasi dimana masyarakat yang berperan aktif pada pembangunan

itu sendiri.

Struktur Peran dibagi menjadi dua yaitu :

(1). Peran Formal (Peran yang Nampak jelas)

Yaitu sejumlah perilaku yang bersifat homogen. Peran formal yang

standar terdapat dalam keluarga.

(2). Peran Informal (Peran tertutup)

Yaitu suatu peran yang bersifat implisit (emosional) biasanya tidak

tampak ke permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan

Page 22: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

14

emosional individu dan untuk menjaga keseimbangan. Pelaksanaan peran-

peran informal yang efektif dapat mempermudah peran-peran formal.

Secara garis besar, tanggung jawab utama dalam penanggulangan

bencana berada di tangan pemerintah. Kesiapan pemerintah dalam

penanggulangan bencana telah banyak digambarkan terutama pada level

pemerintah pusat hingga kabupaten/kota serta kecamatan (Chang Seng, 2013;

Hidayati, 2008; Madan & Routray, 2015). Namun, kesiapan pada tingkat yang

lebih kecil seperti desa/kelurahan belum terpetakan secara baik, padahal

institusi kelurahan merupakan institusi yang paling banyak bersentuhan

dengan masyarakat secara langsung.

Penelitian sebelumnya yang berkaitan bidang kebencanaan yaitu

skripsi yang ditulis oleh Andita Setiawati, mahasiswa S1 Sosiologi UGM pada

tahun 2017 dengan judul “Peran Komunitas Lokal Dalam Upaya

Pengurangan Risiko Bencana” tersebut menjelaskan bahwa upaya

pengurangan risiko bencana harus dimulai dari tingkat lokal karena

masyarakatlah yang mengetahui kondisi lingkungan mereka. Peran Forum

Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Ngargomulyo dalam upaya

pengurangan resiko bencana difase mitigasi bencana ini didasari karena

adanya rasa persamaan nasib para anggota untuk penanganan bencana yang

lebih baik dan pengurangan risiko bencana yang lebih optimal. Pada tulisan

ini, kasus dilihat dalam pandangan sosiologis, yaitu membahas masyarakat

dan mitra jaringan didalamnya yang terlibat. Upaya yang dilakukan meliputi

penyadaran kepada masyarakat tentang pemahaman bahaya akan ancaman

Page 23: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

15

bencana, sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat dalam menghadapi

bencana seperti bagaimana upaya penyelamatan diri. Kampanye tabungan

bencana juga dilakukan, agar dalam fase pasca bencana masyarakat masih

memiliki aset untuk dimanfaatkan.

Upaya pengurangan resiko bencana berbasis komunitas dapat menjadi

jawaban bagi pemerintah daerah dalam memanagemen bencana pada tingkat

lokal. Dengan memanfaatkan potensi lokal yakni masyarakat serta sumber

daya lokal maka potensi bencana mampu terorganisir dengan baik.

Keberadaan komunitas lokal yang mengambil peran dalam Kampung

Tangguh Bencana di Ledoksari khususnya menjadikan masyarakat turut

berpartisipasi secara aktif dalam setiap kegiatan kebencanaan. Dengan adanya

KTB masyarakat menjadi aktor utama yang diharapkan mandiri dalam

menghadapi bencana. Dalam hal ini peneliti menarik kesimpulan bahwa peran

komunitas lokal menjadi penting karena dapat menjadi alernatif terpercaya

pada tingkat terendah dalam upaya pengurangan resiko bencana ditingkat

kelurahan dan kampung dengan adanya tindakan, kewajiban, keterlibatan

masyarakat, bentuk kontribusi serta kesiapan menghadapi bencana.

Page 24: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

16

2. Komunitas Lokal

Komunitas adalah suatu unit atau kesatuan sosial yang terorganisasikan dalam

kelompok-kelompok dengan kepentingan bersama (community of common interest),

baik yang bersifat fungsional maupun yang mempunyai teritorial. Istilah community

dapat diterjemahkan sebagai “ masyarakat setempat”. Istilah komunitas dalam batas-

batas tertentu dapat menunjuk pada warga sebuah dusun (dukuh atau kampung), desa,

kota, suku, atau bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok

besar maupun kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa

kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka

kelompok tadi disebut komunitas.

Sebagai suatu perumpamaan, kebutuhan seseorang tidak mungkin secara

keseluruhan terpenuhi apabila dia hidup bersama-sama rekan lainnya yang sesuku.

Dengan demikian, kriteria yang utama bagi adanya suatu komunitas adalah terdapat

hubungan sosial (social relationship) antara anggota suatu kelompok. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa komunitas menunjuk pada bagian masyarakat yang

bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu

dan faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar di antara para

anggotanya, dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya (Soekanto :

1990).

Maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat atau komunitas adalah

suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial

Page 25: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

17

tertentu. Dasar-dasar dari komunitas adalah lokalitas dan perasaan semasyarakat

setempat tersebut (Soemardjan, 1962).

Komunitas (community) dalam prespektif sosiologi adalah warga setempat

yang dapat dibedakan dari masyarakat lebih luas (society) melalui kedalaman

perhatian bersama ( a community of interest) atau oleh tingkat interaksi yang tinggi.

Para anggota komunitas mempunyai kebutuhan bersama (common needs), jika tidak

ada kebutuhan bersama itu bukan suatu komunitas (Jim Ife, 1995). Dalam suatu

komunitas aktivitas anggotanya dicirikan dengan partisipasi dan keterlibatan langsung

anggota komunitas dalam kegiatan tersebut, di mana semua usaha swadaya masyarakat

diintegrasikan dengan usaha-usaha pemerintah setempat untuk meningkatkan taraf

hidup, dengan sebesar mungkin ketergantungan pada inisiatif, sifat berswadaya, dan

kegotong-royongan, sehingga proses pembangunan berjalan efektif.

Suatu komunitas pasti mempunyai lokalitas atau tempat tinggal (wilayah)

tertentu. Komunitas yang mempunyai tempat tinggal tetap dan permanen, biasanya

mempunyai ikatan solidaritas yang kuat sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya.

Secara garis besar, komunitas berfungsi sebagai ukuran untuk mengorganisasikan

hubungan antara hubungan-hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis tertentu.

Dewasa ini komunitas berkembang menjadi komunitas yang peduli terhadap

bencana. Hal ini dikarenakan beberapa daerah yang memiliki potensi rawan bencana,

seperti halnya di wilayah Yogyakarta. Sejak 2012, dengan adanya instrumen kebijakan

dari BNPB yang mana memaksimalkan managemen bencana pada tingkat lokal serta

dalam rangka upaya Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK)

Page 26: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

18

maka dibentuklah Desa/Kelurahan Tangguh Bencana. Dalam implementasinya BPBD

bertanggung jawab untuk memfasilitasi masyarakat dalam pembentukan

Desa/Kelurahan Tangguh Bencana. Selanjutnya Destana/Katana yang dibentuk oleh

BPBD Yogyakarta dikembangkan di setiap kabupaten di wilayah Daerah Istimewa

Yogyakarta, hingga saat ini sudah sekitar 261 desa yang masuk kategori

Desatana/Katana. Salah satunya Katana Purwokinanti, yang sudah memiliki tiga KTB

disetiap kampungnya.

Disini masyarakat atau komunitas dimaknai sebagai kelompok orang yang

hidup dan saling berinteraksi di daerah tertentu, yang dapat memiliki ikatan hukum

dan solidaritas yang kuat karena memiliki satu atau dua kesamaan tujuan, lokalitas

atau kebutuhan bersama. Misalnya, tinggal di lingkungan yang sama-sama terpapar

pada risiko bahaya yang serupa, atau sama-sama telah terkena bencana, yang pada

akhirnya mempunyai kekhawatiran dan harapan yang sama tentang risiko bencana.

2.1 Desa/Kelurahan Tangguh Bencana

Desa/Kelurahan Tangguh Bencana adalah sebuah desa atau kelurahan yang

memiliki kemampuan untuk mengenali ancaman di wilayahnya dan mampu

mengorganisir sumber daya masyarakat untuk mengurangi kerentanan dan sekaligus

meningkatkan kapasitas demi mengurangi risiko bencana. Kemampuan ini

diwujudkan dalam perencanaan pembangunan yang mengandung upaya-upaya

pencegahan, kesiapsiagaan, pengurangan risiko bencana dan peningkatan kapasitas

untuk pemulihan pascabencana. Desa/Kelurahan Tangguh Bencana mempunyai

konsep yang jelas yaitu desa sebagai wilayah administratif.

Page 27: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

19

Desa/Kelurahan Tangguh Bencana memiliki tujuan sebagai berikut :

• Melindungi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bahaya dari dampak-

dampak merugikan bencana,

• Meningkatkan peran serta masyarakat, khususnya kelompok rentan, dalam

pengelolaan sumber daya dalam rangka mengurangi risiko bencana,

• Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan sumber

daya dan pemeliharaan kearifan lokal bagi pengurangan risiko bencana,

• Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam memberikan dukungan sumber daya

dan teknis bagi pengurangan risiko bencana,

• Meningkatkan kerjasama antara para pemangku kepentingan dalam PRB, pihak

pemerintah daerah, sektor swasta, perguruan tinggi, LSM, organisasi masyarakat

dan kelompok-kelompok lainnya yang peduli.

Organisasi pelaksana desa/ kelurahan tangguh bencana dilaksanakan oleh

masyarakat melalui forum penanggulangan bencana desa/kelurahan yang berasal dari

unsur pemerintah dan masyarakat, kelompok/ tim relawan penanggulangan bencana di

dusun, RW dan RT serta pengembangan kerjasama antar sektor dan pemangku

kepentingan dalam mendorong upaya pengurangan resiko bencana. Pengurus

Desa/Kelurahan Tangguh Bencana bersifat dari masyarakat, oleh masyarakat dan

untuk masyarakat sehingga seluruh kegiatan pengurangan resiko bencana berbasis

masyarakat.

Peran pemerintah, BPBD di tingkat provinsi dapat mendorong BPBD di tingkat

kabupaten/kota untuk mengembangkan program Desa/Kelurahan tangguh bencana.

Page 28: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

20

Pada tahap awal BPBD kabupaten/kota perlu berperan aktif dalam mendorong dan

memfasilitasi desa-desa/kelurahan untuk merencanakan dan melaksanakan program

ini. Selain bantuan teknis, BPBD kabupaten/ kota diharapkan turut memberikan

dukungan sumber daya untuk pengembangan program di tingkat desa/kelurahan dan

masyarakat. Pemerintah di tingkat kecamatan diharapkan membantu BPBD

kabupaten/kota dalam memantau dan memberi bantuan teknis bagi pelaksana program.

Ditingkat masyarakat, para pemimpin masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama akan

bekerjasama dengan aparat pemerintah memobilisasi warga untuk mengadopsi

pendekatan ini. Pendanaan rencana mobilisasi dana dan sumber daya dari APBD

Kabupaten/kota, APBDes/ADD, dana mandiri masyarakat dan sektor swasta atau

pihak-pihak lain bila dibutuhkan.

Pada desa/kelurahan tangguh bencana konteks ecological termasuk salah satu

prinsip desa/kelurahan tangguh bencana yaitu Mobilisasi Sumber Daya Lokal. Mobilisasi

Sumber Daya Lokal merupakan prakarsa pengurangan risiko bencana juga merupakan

upaya pengerahan segenap aset, baik modal material maupun modal sosial. Termasuk

kearifan lokal masyarakat sebagai modal utama. Kemampuan untuk memobilisasi sumber

daya menjadi salah satu ukuran untuk melihat ketangguhan desa. Mobilisasi sumber daya

mengandung prinsip pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan sekaligus

meningkatkan daya dukung lingkungan terhadap berbagai risiko bencana dengan

mengacu pada kebutuhan masyarakat dan hak-haknya. Masyarakat dapat membangun

kerjasama yang saling menguntungkan dengan lembaga swadaya masyarakat, lembaga

usaha, maupun lembaga-lembaga lainnya dari luar komunitas untuk bersama-sama

Page 29: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

21

mengurangi risiko bencana. Kegiatan di dalam Desa/Kelurahan Tangguh Bencana adalah

sebagai berikut :

• Pengkajian Risiko Desa/Kelurahan meliputi menilai ancaman, menilai kerentanan,

Menilai kapasitas, menganalisis risiko bencana.

• Perencanaan PB dan Perencanaan Kontinjensi Desa/Kelurahan meliputi,

Rencana Penanggulangan Bencana Desa/ Kelurahan, Rencana Kontinjensi Desa/

Kelurahan.

• Pembentukan Forum PRB Desa/Kelurahan.

• Peningkatan Kapasitas Warga dan Aparat dalam PB.

• Pemaduan PRB ke dalam Rencana Pembangunan Desa dan Legalisasi.

• Pelaksanaan PRB di Desa/Kelurahan.

• Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Program di tingkat Desa/Kelurahan.

2.2 Kampung Tangguh Bencana

Dalam perkembangan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana agar memudahkan

koordinasi sampai pada tingkatan terendah, maka dibentuklah komunitas siaga

bencana pada wilayah dusun/kampung yang selanjutnya disebut Kampung Tangguh

Bencana (KTB). Secara pengertian dan tujuan adanya komunitas ini sama dengan

dibentuknya Desa/Kelurahan Tangguh Bencana, akan tetapi lingkupnya lebih kecil.

Kampung Tangguh Bencana dibentuk dalam rangka memperkecil unit/level

pemberdayaan penanggulangan bencana. Karena masyarakat yang tinggal di

wilayah Kampung juga memiliki hak untuk selamat dari ancaman bencana, serta

berhak mengenali potensi bencana yang ada dilingkungannya. Dalam KTB, seluruh

Page 30: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

22

lapisan masyarakat dapat berkontribusi dalam upaya pengurangan resiko bencana.

Masyarakat lokal dapat menjadi relawan penanggulangan risiko bencana (PRB)

dengan ikut berpartisipasi dalam kegiatan Kampung Tangguh Bencana. Mulai pada

tahap kesiapsiagaan dan mitigasi bencana, respon darurat bencana dan rehabilitasi

serta pemulihan pasca bencana. Sehingga nantinya terwujud tujuan utama kerangka

kerja yang berdasarkan Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana yaitu untuk meningkatkan kapasitas komunitas dan

sekaligus mengurangi kerawanan dalam menghadapi bahaya bencana di

lingkungannya.

Harapannya adalah dengan terbentuknya Kampung Tangguh Bencana tersebut

mereka mulai mengembangkan kemandirian terhadap bencana, termasuk juga bekerja

sama dengan pihak BPBD, dan memperluas pengetahuan mereka tentang

kesiapsiagaan bencana, sehingga mereka mampu menghadapi ancaman bencana yang

ada di sekitarnya. Dalam hal ini masyarakat sebagai komunitas lokal terlibat aktif

dalam mengkaji, menganalisis, menangani, memantau, mengevaluasi dan mengurangi

risiko-risiko bencana yang ada di wilayah mereka, terutama dengan memanfaatkan

sumber daya lokal.

3. Bencana

Menurut pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia

sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

Page 31: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

23

kerugian harta benda dan dampak psikologis. Dengan kata lain, bencana tidak terjadi

manakala peristiwa atau serangkaian peristiwa tidak menimbulkan korban jiwa

manusia, kerusakan lingkungan, kerusakan harta benda dan dampak psikologis bagi

korban.

Upaya untuk mencapai tujuan penanggulangan bencana sebagaimana amanat

Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yaitu

untuk:

a. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana.

b. Menyelaraskan peraturan perundangundangan yang sudah ada.

c. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,

terkoordinasi, dan menyeluruh.

d. Menghargai budaya lokal.

e. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.

f. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan

menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.

Bencana berdasarkan sumbernya dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Bencana alam, adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa/serangkaian peristiwa oleh alam

2) Bencana nonalam, adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa/serangkaian peristiwa nonalam

Page 32: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

24

3) Bencana sosial, adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa/serangkaian peristiwa oleh manusia

Bencana alam juga dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Bencana alam meteorologi (hidrometeorologi). Berhubungan dengan

iklim. Umumnya tidak terjadi pada suatu tempat yang khusus

2) Bencana alam geologi. Adalah bencana alam yang terjadi di permukaan

bumi seperti gempa bumi, tsunami, dan longsor

Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 pasal 1 angka 13, ancaman

bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.

Selanjutnya resiko bencana menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007

pasal 1 angka 17 adalah potensi kerugian yang timbul akibat bencana pada suatu

wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa

terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan

gangguan kegiatan masyarakat. Untuk mempermudah penyampaian kepada

masyarakat, istilah “resiko bencana” dapat disamakan dengan istilah “potensi

dampak bencana”, “perkiraan akibat bencana”, atau istilah-istilah lain yang

relavan. Dalam pengurangan resiko bencana dapat diambil dari pasal 37 Undang-

Undang Nomor 24 Tentang Penanggulangan Bencana yaitu dilakukan untuk

mengurangi dampak situasi buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan

dalam situasi sedang tidak terjadi bencana. Pengurangan resiko bencana

merupakan upaya untuk mencegah mata rantai proses bencana, agar korban jiwa

manusia, kerusakan alam, kerugian harta benda dan dampak psikologis dapat

dicegah atau diminimalisir yang mana hal ini dilakukan sebelum bencana terjadi.

Page 33: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

25

Mitigasi bencana merupakan tindakan yang diambil sebelum bencana

terjadi dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan dampak bencana

terhadap masyarakat dan lingkungan (King, 2007). Mitigasi juga sering disebut

pencengahan atau pengurangan risiko dan dianggap sebagai landasan manajemen

bencana (Federal Emergency Management Agency/FEMA, 2006). Mitigasi

sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai serangkaian upaya untuk

mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran

dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP

No. 21 Tahun 2008, Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Upaya

mitigasi pada era dewasa ini semakin digiatkan dan dianggap sebagai bagian

penting dalam upaya pengurangan risiko bencana. Banyak ahli yang mengklaim

jika pelaksanaan program atau upaya pengurangan risiko bencana di fase mitigasi

dengan baik, efektif mampu menurunkan potensi kepanikan atau kekacauan saat

terjadi fase tanggap darurat serta menurunkan potensi dampak sebagai rangkaian

dalam penanggulangan bencana.

Beberapa kegiatan mitigasi bencana di antaranya:

1) pengenalan dan pemantauan risiko bencana;

2) perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;

3) pengembangan budaya sadar bencana;

4) penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan

bencana;

5) identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman

bencana;

Page 34: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

26

6) pemantauan terhadap pengelolaan sumber daya alam;

7) pemantauan terhadap penggunaan teknologi tinggi;

8) pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan

lingkungan hidup.

Pengurangan resiko bencana berbasis komunitas atau selanjutnya

disingkat PRBBK menjadi salah satu strategi yang dikembangkan dalam

mengurangi resiko yang diakibatkan oleh bencana dan meningkatkan

kewaspadaan masyarakat yang mana peneliti ingin memfokuskan pada peran

institusi lokal yang berkembang di masyarakat lokal. Hal ini menitikberatkan pada

pendayagunaan potensi lokal terutama masyarakat yang rentan bencana dalam

kemandirian melalui pengorganisasian potensi lokal secara efektif dan efisien,

dengan tujuan agar masyarakat mampu mengolah potensinya, memanajemen

bencana untuk menumbuhkan budaya aman dalam masyarakat sendiri.

Manajemen bencana didefinisikan sebagai istilah kolektif yang mencakup semua

aspek perencanaan untuk merespons bencana, termasuk kegiatan-kegiatan

sebelum bencana dan setelah bencana yang mungkin juga merujuk pada

manajemen risiko dan konsekuensi bencana (Shaluf, 2008).

Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana, pada pasal 33 secara jelas mengatur tiga tahap dalam penanggulangan

bencana, yaitu tahap pra bencana, tahap saat tanggap darurat bencana dan pasca

bencana. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

Page 35: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

27

1) Tahap Pra Bencana

Tahap ini merupakan tahap awal dalam menghadapi bencana yaitu

dengan kegiatan pengurangan resiko bencana dan kesiapsiagaan bencana. Pada

tahap ini terdapat dua jenis pekerjaan yakni, mengurangi resiko bencana dan

membangun kesiapsiagaan seluruh elemen masyarakat. Tujuan kegiatan ini

adalah meminimalisasi potensi dampak bencana (K3DL : Korban, Kerusakan,

Kerugian, dan Dampak Lainnya) ketika terjadi bencana. Mitigasi yaitu

serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana baik melalui

pembangunan mitigasi struktural maupun penyadaran dan peningkatan

kemampuan menghadapi ancaman bencana atau mitigasi non struktural. Pada

tahap ini juga terdapat Kesiapsiagaan bencana, yaitu serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengantisipasi bencana alam melalui langkah yang tepat guna

dan berdaya guna. Kesiapsiagaan adalah sekumpulan tindakan yang

memungkinkan pemerintah, organisasi, masyarakat dan perorangan untuk

melakukan tindakan dalam menghadapi situasi bencana secara cepat dan

efektif.

Bentuk-bentuk kegiatan kesiapsiagaan bencana tersebut dapat berupa:

a. Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana.

b. Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini

penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan

dasar.

c. Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme

tanggap darurat.

Page 36: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

28

d. Penyiapan lokasi evakuasi.

e. Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap

tanggap darurat bencana.

f. Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk

pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.

2) Tahap Saat Tanggap Darurat

Merupakan respon cepat untuk menolong dan mengurangi penderitaan

korban pada saat terjadi bencana. Tujuan pada tahap ini adalah semaksimal

mungkin menyelamatkan banyak nyawa agar tidak ada pertambahan korban jiwa.

3) Tahap Pasca Bencana

Pada tahap ini terdiri dari rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.

Tujuannya untuk memulihkan kondisi pasca bencana dengan membangun kembali

daerah pasca bencana dengan lebih baik. Serta upaya mengembalikan keadaan

masyarakat pada situasi yang kondusif, sehat, dan layak sehingga masyarakat dapat

hidup seperti sedia kala sebelum bencana terjadi, baik secara fisik dan psikologis.

F. METODE PENELITIAN

1. Jenis penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif

kualitatif. Pilihan peneliti untuk menggunakan metode ini tidak saja untuk

mendapatkan hasil penelitian yang berkualitas tetapi juga mendapatkan hasil

penelitian yang tepat sesuai dengan gambaran nyata yang terjadi di lapangan.

Menurut Nazir (1988: 63) dalam Buku “Contoh Metode Penelitian”, metode

Page 37: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

29

deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,

suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa

pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat

deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Kemudian

menurut Sugiyono (2005: 21) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu

metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil

penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.

Miles and Huberman (1994) dalam Sukidin (2002:2) metode kualitatif

berusaha mengungkap berbagai keunikan yang terdapat dalam individu,

kelompok, masyarakat, dan/atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara

menyeluruh, rinci, dalam, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Dengan demikian, dapat disimpulkan penelitian deskriptif kualitatif adalah

sebuah upaya penelitian yang menggambarkan atau menganalisis suatu hasil

penelitian yang diperoleh dari sumber data primer dan data sekunder kemudian

dapat diintrepretaskan, dianalisis dan disimpulkan sehingga mendapatkan hasil

penelitian yang akurat dan sesuai dengan fakta di lapangan.

2. Ruang Lingkup Penelitian

a. Obyek Penelitian

Obyek penelitian dalah permasalahan atau perihal yang akan diteliti.

Dalam penelitian ini, yang menjadi obyek penelitian adalah Peran Komunitas

lokal dalam menghadapi ancaman bencana di Kampung Tangguh Bencana

Page 38: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

30

Jagalan Ledoksari, Kelurahan Purwokinanti, Kecamatan , Daerah Istimewa

Yogyakarta, Indonesia.

b. Definisi Konseptual

1) Peran

Peran merupakan hubungan erat yang dimiliki seseorang atau

institusi dan organisasi untuk menjalankan sebuah fungsi atau tanggung

jawab dalam status sosial tertentu. Dalam peran ada harapan baik dari

masyarakat maupun dari pemegang peran atas kewajiban dan peranannya.

2) Komunitas Lokal

Komunitas adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai

oleh suatu derajat hubungan sosial tertentu. Dasar-dasar dari komunitas

adalah lokalitas dan perasaan semasyarakat setempat tersebut. Dalam

suatu komunitas harus memiliki kebutuhan bersama serta tujuan dalam

integrasi pemerintah setempat yaitu untuk pemenuhan kebutuhan dan

kesejahteraan masyarakat. Salah satunya, melalui komunitas lokal

terbentuk komitmen bersama untuk mengurangi risiko bencana dalam

menghadapi ancaman bencana di tingkat Kampung. Komunitas yang

dimaksud diantaranya kelompok PKK, karang taruna, komunitas

Pareanom dan komunitas Code-X.

Page 39: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

31

3) Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat

yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun

faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa

menimbulkan bencana. Pengurangan resiko bencana merupakan upaya

untuk mencegah mata rantai proses bencana, agar korban jiwa manusia,

kerusakan alam, kerugian harta benda dan dampak psikologis dapat

dicegah atau diminimalisir yang mana hal ini dilakukan sebelum bencana

terjadi.

c. Definisi Operasional

Agar pengambilan informasi dan data menjadi terarah berdasarkan

fakta maka indikator dalam penelitian ini adalah : Peran Komunitas Lokal

dalam menghadapi ancaman bencana di KTB Jagalan Ledoksari, Kali Code,

Kelurahan Purwokinanti Kecamatan Pakualaman, Yogyakarta, Daerah

Istimewa Yogyakarta, dapat diukur melalui :

1) Peran komunitas lokal dalam menghadapi ancaman bencana di

Kampung Tangguh Bencana Ledoksari

a) Tahap Pra Bencana

Page 40: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

32

(1) Peran serta komunitas lokal dalam persiapan menghadapi

ancaman bencana

(2) Upaya komunitas lokal dalam pengurangan risiko bencana

kepada masyarakat Kampung Jagalan Ledoksari melalui

kegiatan

b) Tahap Tanggap Darurat

(1) Kontribusi komunitas lokal dan upaya penyelamatan korban

saat tanggap darurat

(2) Pembagian kerja komunitas lokal saat tanggap darurat

c) Tahap Pasca Bencana

2) Kendala-kendala yang dihadapi komunitas lokal pada Kampung

Tangguh Bencana dalam menghadapi ancaman bencana

3) Usaha-usaha komunitas lokal untuk menghadapi kendala-kendala

tersebut

4) Faktor pendorong komunitas lokal dalam menjalankan perannya.

3. Lokasi Penelitian

Peneliti dalam hal ini memutuskan mengambil penelitian di KTB

Ledoksari, dikarenakan masyarakat yang ada di Kampung Jagalan Ledoksari

dalam sejarahnya mereka sudah memiliki pengalaman di bidang kebencanaan

sejak tahun 2010 pasca meletusnya gunung merapi, yang mengakibatkan banjir,

serta adanya kiriman material dari sungai Gendol sampai ke area Kali Code yang

merupakan wilayah pemukiman warga kampung Jagalan Ledoksari. Kiriman

Page 41: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

33

material pasca gunung meletus tersebut mengakibatkan jembatan terputus dan

beberapa rumah warga hanyut. Sehingga warga bergerak untuk mengevakuasi

korban dan memperbaiki jembatan yang putus. Penelitian ini dilakukan di

Kampung Jagalan Ledoksari, Kelurahan Purwokinanti, Kecamatan Pakualaman,

Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang

memiliki data mengenai variabel-variabel atau permasalahan- permasalahan yang

diteliti. Pada dasarnya subjek penelitian adalah yang akan dikenai kesimpulan

hasil penelitian. Informan merupakan subyek dalam suatu penelitian. Dalam

penelitian ini informan yaitu masyarakat sebagai komunitas lokal yang berperan

dalam menghadapi ancaman bencana di lingkungannya. Penelitian ini

menggunakan teknik purposiv sampling (cari di metode penelitian) dengan

informan yang berjumlah 15 orang :

a. Pemerintah Kelurahan

Informan yang diambil dari pemerintah kelurahan berjumlah 3 orang, yang

terdiri atas :

1 orang Kepala Kelurahan : Ibu Dra. Ertiana Erna Hendrayani

1 orang Bidang Pendataan (Tim Assasment Kelurahan) : Pak Suparmono

1 orang Pengurus Katana : Pak Agus

Page 42: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

34

b. Pemerintah Kecamatan

Informan diambil dari pemerintah kecamatan yaitu hanya 1 orang Seksi

Pemerintahan, Ketentraman dan Ketertiban Umum : Bapak Suhardi

c. BPBD Kota Yogyakarta

1 orang Kepala BPBD Kota Yogyakarta : Bapak Hari Wahyudi S.E

1 orang Seksi Kesiapsiagaan : Ibu Retno

d. Pengurus KTB Ledoksari

1 orang Ketua KTB Ledoksari : Pak Joko Amprono

1 orang Sekretaris KTB Ledoksari : Pak Adiyo Kuntoro

e. Karang Taruna

1 orang perwakilan karang taruna : Mufid

f. Pengurus PKK Ledoksari

1 orang Ketua PKK : Ibu Eni Sulistyowati

1 orang pengurus PKK bagian dapur umum : Tati Jumiati

g. Komunitas Relawan Code X

1 orang humas komunitas Code X : Damar Aristianto/Andre

Page 43: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

35

2 orang anggota komunitas : Apriyanto dan Pak Basuki

h. Komunitas Pareanom : Informan yang diambil dari komunitas pareanom

dan sekaligus sebagai kepala kampung adalah : Bapak Yatmoko

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Menurut teori penelitian kualitatif, agar penelitinya dapat betul-betul

berkualitas, maka data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu berupa data

primer dan data sekunder. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau

kata-kata yang diucapkan secara lisan,gerak-gerik atau perilaku yang

dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek

penelitian (informan) yang berkenaan dengan variabel yang diteliti.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen

grafis (tabel, catatan, notulen rapat, dll), foto-foto, film, rekaman video,

benda-benda, dan lain-lain yang dapat memperkaya data primer.

Bungin (2007:115), mengemukakan beberapa bentuk observasi yang

dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi,

observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.

1) Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode

pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian

melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-

benar terlibat dalam keseharian responden.

Page 44: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

36

2) Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa

menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat

harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati

suatu objek.

3) Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok

terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.

Pada penelitian ini, peneliti sudah melakukan observasi tidak terstruktur

yaitu dengan mengamati suatu obyek yang akan diteliti. Pada tahap ini peneliti

telah melakukan observasi sebanyak 4 (empat) kali yakni dengan

mengobservasi lapangan, dokumen dan informan. Tujuannya adalah agar

peneliti mendapatkan inorman yang berkompeten. Kemudian agar data-data

berupa dokumen yang peneliti butuhkan dapat dipergunakan dalam

melengkapi penelitian. Hasil penelitian tersebut yakni dengan didapatkannya

beberapa data seperti buku panduan Kampung Tangguh Bencana, buku

monografi kelurahan, profil kelurahan, buku saku BPBD, modul pelatihan

fasilitator untuk Katana dan masyarakat serta beberapa foto kegiatan

kebencanaan di kampung Jagalan Ledoksari.

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara berhadapan secara langsung dengan yang

diwawancarai, tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan terlebih

dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain. Dalam penelitian ini

Page 45: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

37

wawancara menggunakan jenis wawancara bebas terpimpin, dalam artian

pertanyaan yang diajukan kepada informan sudah dipersiapkan

sebelumnya, akan tetapi pertanyaan disampaikan tidak harus sama persis

dengan konsep sebelumnya. Wawancara bebas terpimpin bisa disebut

dengan wawancara tidak terstruktur, dimana dalam hal ini peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis

dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Wawancara ini ditujukan kepada subjek penelitian yang berjumlah

15 orang terdiri atas pemerintah kecamatan, pemerintah kelurahan, BPBD

Kota Yogyakarta, pengurus KTB, kelompok PKK, karang taruna,

komunitas pareanom yang merupakan komunitas asli kampung Jagalan

Ledoksari, dan komunitas Code-X yang merupakan komunitas relawan

bencana tingkat nasional. Tentunya peneliti memiliki masing-masing

tujuan dalam mewawancarai informan-informan tersebut. Pertama, dalam

hal ini wawancara yang dilakukan antara pemerintah kecamatan dan

pemerintah kelurahan bertujuan untuk mengecek sinergitas dan hubungan

mereka dalam memanagemen bencana di daerahnya. Kedua, wawancara

dilakukan dengan BPBD Kota Yogyakarta yang mana sebagai instansi

yang fokus dalam penanggulangan bencana daerah dengan upaya-upaya

dalam menghadapi bencana untuk melakukan perbandingan data atau

konfirmasi kegiatan kebencanaan di daerah yang berkaitan dengan KTB

yang disampaikan oleh bapak Amprono selaku pengurus KTB Ledoksari.

Ketiga, wawancara dengan komunitas lokal yang ada di Kampung Jagalan

Page 46: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

38

Ledoksari, dalam hal ini bertujuan untuk mengetahui peran serta mereka

dalam kegiatan menghadapi ancaman bencana di wilayahnya.

b. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,

atau karya-karya monumental dari seorang dan record (rekaman).

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah

kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen

yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi

dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini teknik

dokumentasi dilakukan melalui dokumentasi foto dan rekaman yang

dilakukan dengan informan di Kampung Jagalan Ledoksari, kelurahan

Purwokinanti, Kota Yogyakarta.

6. Teknik Analisis Data

Menurut Lexy J. Moleong (2012:247) proses analisis data dimulai dengan

menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara,

pengamatan yang sudah dituliskan dalam caatan lapangan, dokumen pribadi,

dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya.

Model analisis dalam penelitian kualitatif biasanya meliputi empat

komponen yaitu pengumpulan data, reduksi data (reduction), sajian data (display),

Page 47: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

39

dan verifikasi data atau penarikan kesimpulan (conclusion drawing). Keterkaitan

empat komponen tersebut ditunjukkan secara interaktif dalam proses

pengumpulan data sehingga kegiatan dilakukan secara berkelanjutan. Adapun

penjelasan dan keempat komponen dalam teknik analisis data kualitatif tersebut,

antara lain adalah sebagai berikut;

• Pengumpulan data. Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan seluruh catatan

lapangan yang telah dibuat berdasarkan wawancara dan pengamatan yang telah

dilakukan.

• Reduksi dan kategonisasi data. Pada tahap ini dilakukan proses penyederhanaan

dan pengkategorian data.

• Display data, merupakan proses menampilkan data hasil reduksi dan kategorisasi

dalam matriks berdasarkan kritenia tertentu, dapat berupa grafik, tabel, teks,

transkip dan lainnya.

• Penarikan kesimpulan, apabila hasil display data menunjukkan bahwa data yang

diperoleh telah cukup dan sesuai dengan informasi yang dibutuhkan, dimulailah

penarikan kesimpulan menggunakan teori dan hasil data di lapangan.

Dari penjelasan diatas, peneliti selanjutnya menganalisis data dengan

menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu dengan menginterpretasikan data-

data yang diperoleh ke dalam bentuk kalimat-kalimat. Kemudian data tersebut

diurutkan, dikelompokkan dan ditarik kesimpulan dari hasil penelitian

dilapangan.

Page 48: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

40

BAB II

DESKRIPSI WILAYAH KELURAHAN PURWOKINANTI DAN

KAMPUNG TANGGUH BENCANA

A. Gambaran Umum Kelurahan Purwokinanti

Kelurahan Purwokinanti merupakan salah satu kelurahan yang terletak di

Kecamatan Pakualaman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kelurahan ini

sudah ada sejak 1981 yang berdasarkan Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6

Tahun 1981 (6/1981) Tentang Pembentukan, Pemecahan, Penyatuan dan Penghapusan

Kelurahan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

1. Kondisi Geografis

a. Batas Wilayah

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tegalpanggung dan Kelurahan

Bausasran, Kecamatan Danurejan

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Gunungketur, Kecamatan

Pakualaman dan Kelurahan Wirogunan, Kecamatan Mergangsan

3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan

4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Gunungketur, Kecamatan

Pakualaman.

Page 49: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

41

Gambar II. 1

Peta Kecamatan Pakualaman

Sumber:Google www.jogjakota.go.id

b. Luas Wilayah

Kelurahan Purwokinanti memiliki luas wilayah 0.33 Km2 dengan

peruntuntukannya yaitu Pekarangan seluas 0,0052 km2 , bangunan umum 0,1943 km2 ,

pemukiman atau perumahan 0,1314 km2 , taman 0,0047 km2 , pekuburan 0,0064 km2 ,

dan lain-lain (perkantoran) 0, 0063 km2 . Saat ini Kelurahan Purwokinanti dipimpin oleh

Ibu Dra. Ertiana Erna Hendrayani. Kelurahan Purwokinanti ini merupakan dataran rendah

dengan suhu udara rata-rata 24°C s/d 26°C, letak ketinggiannya dari permukaan laut

adalah ± 114 M, sedangkan banyaknya curah hujan 2000-3000 mm/tahun. Kondisi ini

membuat beberapa wilayahnya yaitu yang berada di bantaran Kali Code rawan banjir.

Page 50: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

42

Gambar II.2

Peta Kelurahan Purwokinanti

Sumber : Google www.jogjakota.go.id

c. Orbitrasi Kelurahan Purwokinanti ke pusat-pusat pemerintahan tergambar seperti tabel

berikut :

Tabel II.1

Jarak Kelurahan Purwokinanti ke Pusat-Pusat Pemerintahan

No Tempat Jarak

1. Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan 1 km

2. Jarak dari pusat pemerintahan Kota 2 km

3. Jarak dari pusat pemerintahan Provinsi 1 km

4. Jarak dari pusat pemerintahan Provinsi 1 km

5. Jarak dari pusat pemerintahan Negara 565 km

Sumber : Data Monografi Kelurahan Purwokinanti 2019

Page 51: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

43

Letak Kelurahan Purwokinanti sangat dekat dengan jarak dari Kecamatan

Pakualaman yaitu hanya 1 km, sehingga jika ditempuh dengan menggunakan motor

hanya sekitar 2 menit dan untuk berjalan hanya 6 menit. Sedangkan jarak dari ibukota

kabupaten adalah 2 km atau dapat ditempuh dengan 10 menit menggunakan kendaraan

bermotor. Maka dapat dikatakan Kelurahan Purwokinanti memiliki lokasi yang relatif

strategis karena berada di tengah kota.

2. Kondisi Demografi

Jumlah penduduk Kelurahan Purwokinanti secara keseluruhan yakni berjumlah

6.462 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 3.101 jiwa dan jumlah penduduk

perempuan 3.361 jiwa. Sementara jumlah Kepala Keluarga adalah 1.519.

Diagram II. 1

Jumlah Penduduk Kelurahan Purwokinanti Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber : Data Monografi Kelurahan Purwokinanti 2019

33613101

48.00% 52.00%0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

Perempuan Laki-laki

Jumlah Persentase

Page 52: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

44

Berdasarkan data jumlah penduduk Kelurahan Purwokinanti yang berdasarkan

kategori jenis kelamin laki- laki diatas berjumlah 3.101 jiwa dan jumlah penduduk

perempuan adalah 3.361 jiwa. Jadi total penduduk adalah 6.462 jiwa.

Kelurahan Purwokinanti terbentuk dari empat kampung diantaranya, Kampung

Jagalan Beji, Kampung jagalan Ledoksari, Kampung Kepatihan dan Kampung

Purwokinanti. Kelurahan ini di sebelah barat dibatasi oleh Sungai Code yang

membentang dari utara menuju selatan. Beberapa daerah yang membentuk kelurahan

Purwokinanti pada awalnya adalah "wedi kengser", yaitu tanah yang terhanyut oleh arus

Sungai Code dan kemudian mengendap di sepanjang bantaran Sungai Code, kemudian

tanah yang mengendap tersebut didirikan pemukiman perintis, yang kemudian

berkembang menjadi sebuah kampung. Kampung yang berawal dari wedi kengser

tersebut adalah Kampung Jagalan Ledoksari dan Kampung Jagalan Beji. Saat ini tanah

endapan yang tumbuh menjadi perkampungan yang sangat padat penduduknya

Page 53: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

45

Diagram II.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

Sumber : Data Monografi Kelurahan Purwokinanti 2018

Berdasarkan Tabel diatas maka dapat kita ketahui jumlah penduduk berdasarkan

agama Islam yakni sebanyak 5.147 orang dengan presentase 80%, agama Kristen 430

orang dengan presentase 7%, agama Katolik 837 orang dengan presentase 13% dan

agama Budha 28 orang dengan presentase 0%, lalu agama Hindu 20 orang dengan

presentase 0%.

80%

7%

13%0%0%

jumlah

Islam

Kristen

Katolik

Hindu

Budha

Page 54: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

46

Tabel II.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Pegawai Negeri Sipil 176

2 TNI/Polri 9

3 Swasta/buruh 1334

4 Wiraswasta/pedagang 824

5 Pertukangan 7

6 Pensiunan 123

7 Tani/buruh 2

8 Jasa 8

Total 2.483

Sumber : Data Monografi Kelurahan Purwokinanti 2018

Berdasarkan daftar tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata penduduk di

Kelurahan Purwokinanti memiliki pekerjaan sebagai Swasta/buruh, terlihat dari jumlah

yang cukup signifikan yaitu 1334 jiwa, diikuti dengan wiraswasta/pedagang dengan

jumlah 824 jiwa, kemudian jumlah PNS yaitu 176 jiwa dan jumlah pensiunan yaitu 123

jiwa, selanjutnya TNI/Polri memiliki jumlah yang sedikit yaitu hanya 9 jiwa, diikuti oleh

penyedia layanan jasa 8 jiwa dan sebagai Tani/buruh tani yakni hanya 2 orang. Hal ini

dikarenakan kelurahan Purwokinanti terletak di tengah kota, sehingga lebih banyak

warganya yang bekerja di perusahaan swasta dibanding bertani karena tidak ada

lahannya.

Page 55: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

47

Diagram II. 3

Tingkat Pendidikan Masyarakat

Sumber : Data Monografi Kelurahan Purwokinanti 2018

Berdasarkan data diagram diatas penulis simpulkan bahwa tingkat pendidikan

penduduk Kelurahan Purwokinanti cukup beragam. Mulai dari jumlah tingkat pendidikan

tertinggi adalah tamat SMA/SMU dengan jumlah 2.135 orang, diikuti oleh tamat SMP

yaitu dengan jumlah 817 orang. Sedangkan jumlah lulusan sarjana/S1 cukup besar juga

yaitu 657 orang. Untuk lulusan Pascasarjana/S2 adalah 80 orang dan lulusan

Akademi/D1-D3 adalah 417 orang. Kemudian untuk yang tingkat pendidikan Sekolah

Dasar adalah 542 orang dan Taman Kanak-Kanak berjumlah 587 orang.

3. Kondisi Sarana dan Prasarana

Kelurahan Purwokinanti memiliki satu kantor kelurahan yang merupakan

bangunan permanen. Digunakan sepenuhnya oleh pemerintah kelurahan dalam setiap

kegiatan pelayanan dan aktivitas pertemuan dengan masyarakat.

587 542

817

2135

417657

8024% 16% 44% 4.8% 11% 0.2% 1.520

500

1000

1500

2000

2500

Tamat TK Tamat SD Tamat SMP TamatSMA/SMU

TamatAkademi

TamatSarjana

Tamat PascaSarjana

JUMLAH Persentase

Page 56: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

48

Tabel II. 3

Fasilitas dan Prasarana Kesehatan

No. Fasilitas/Prasarana Jumlah

1. Puskesmas 1 buah

2. UKBM (Posyandu) 10 buah

3. Poliklinik/Balai Pelayanan Masyarakat 2 buah

4. Apotik2 2 buah

5. Rumah Bersalin/BKIA1 1 buah

6. Dokter Praktek 10 orang

7. Bidan 10 orang

8. Akupuntur 6 orang

9. Jamu Gendong1 1 orang

10. Batra Pijat 17 orang

11. Tenaga Dalam 3 orang

Total 63

Sumber : Data Monografi Kelurahan Purwokinanti 2018

Berdasarkan daftar tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Kelurahan

Purwokinanti memiliki fasilitas dan prasaranan ksehatan yang cukup lengkap.

Page 57: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

49

a. Prasarana Pendidikan

Diagram II.4

Jumlah Prasarana Pendidikan

Sumber : Data Monografi Kelurahan Purwokinanti 2018

Berdasarkan data diagram diatas, bahwa Kelurahan Purwokinanti memiliki fasilitas

prasarana Pendidikan dengan jumlah gedung sekolah PAUD 10 buah, gedung sekolah TK

4 buah, gedung sekolah SD 2 buah dan gedung Perguruan Tinggi 1 buah, sedangkan untuk

gedung sekolah SLTP/SLTA mereka belum memilikinya. Jadi total prasarana pendidikan

di kelurahan Purwokinanti adalah 17 gedung.

b. Prasarana Ibadah

Untuk prasarana ibadah Kelurahan Purwokinanti memiliki 5 Masjid dan 1 Mushola yang

tersebar di setiap kampungnya. Tetapi untuk prasarana ibadah lainnya seperti gereja,

klenteng dan wihara, mereka tidak memilikinya. hal ini dikarenakan tempat ibadah

tersebut berada diluar wilayah Kelurahan Purwokinanti tetapi masih bisa dijangkau oleh

penganut agama lain tersebut.

10

4

2

01

0

2

4

6

8

10

12

GedungSekolahPAUD

GedungSekolah TK

GedungSekolah SD

GedungSekolah

SLTP/SLTA

GedungPerguruan

Tinggi

JUMLAH Persentase

Page 58: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

50

c. Prasarana Umum

Kelurahan Purwokinanti memiliki prasarana umum seperti Olahraga sebanyak 14 buah,

kesenian atau budaya 3 buah dan balai pertemuan warga 3 buah.

4. Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan

a. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPMK) adalah wadah prakarsa masyarakat

kelurahan yang menjadi mitra kerja pemerintah kelurahan untuk menampung dan

mewujudkan aspirasi, serta kebutuhan masyarakat di kelurahan. LPM Kelurahan

Purwokinanti memiliki jumlah pengurus 17 orang dan jumlah anggota 57 orang

dengan satu kali jumlah kegiatan perbulan.

b. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah organisasi kemasyarakatan

yang memberdayakan wanita untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan. Tim

Penggerak PKK di Kelurahan Purwokinanti memiliki 34 personil dengan jumlah

pengurus 7 orang dan jumlah anggota 31 orang, untuk pertemuan PKK diadakan

sebulan sekali.

c. Karang Taruna yang ada di wilayah Purwokinanti ada satu dengan jumlah

pengurus rata-rata 19 orang.

d. Kelurahan Purwokinanti memiliki jumlah RW : 10 buah dengan jumlah RT 47

buah dan 47 dasawisma.

e. Lembaga Kemasyarakatan Lainnya antara lain ada IK-PSM (Ikatan Pekerja Sosial

Masyarakat dengan jumlah 36 personil, BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat)

dengan jumlah personil 15 orang. Selanjutnya ada Kelurahan Tangguh Bencana

(Katana) dengan jumlah pengurus 28 orang dan Kampung Tangguh Bencana

Page 59: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

51

(KTB) ada 3 kampung yaitu KTB Ledoksari, KTB Kepatihan serta KTB Jagalan

Beji yang baru saja dibentuk tahun 2019.

5. Kondisi Ekonomi

Mayoritas masyarakat Kelurahan Purwokinanti bekerja disektor swasta/buruh dan

wiraswasta/pedagang. Hal ini dikarenakan letak geografis kelurahan yang berada

ditengah-tengah industri pariwisata dan pusat perbelanjaan. Terdapat Puro Pakualaman

yang merupakan tempat tinggal Pangeran Paku Alam dan Museum Puro Pakualaman

yang dijadikan tempat wisata sejarah dan masih banyak yang lainnya. Kemudian wilayah

ini dekat destinasi wisata seperti Malioboro, Taman Pintar, Alun-Alun Utara dan Keraton

Yogyakarta. Selain itu juga dekat dengan pusat perbelanjaan yakni Pasar Beringharjo.

Dan beberapa sarana lainnya juga yang menunjang perekonomian di Kelurahan

Purwokinanti seperti UMKM, wisata kuliner, toko, kaki lima, warung/kios dan swalayan.

Selain itu juga wilayah ini memiliki hotel-hotel besar seperti Hotel Jambuluwuk dan Puri

Pangeran Hotel. Kelurahan Purwokinanti juga memiliki koperasi yang berjumlah tiga unit

serta terdapat tiga tempat percetakan dan satu penerbitan.

6. Kondisi Sosial dan Budaya

Memanfaatkan potensi sumber daya manusia dan warisan budaya membuat

masyarakat Kelurahan Purwokinanti memiliki ikatan sosial dan budaya yang kuat,

adanya berbagai macam komunitas seperti Paguyuban Muda Mudi Jagalan

(PAMUJA), Komunitas Pareanom, Bergodo JOGO LEKSO, Komunitas Code-X,

Paguyuban Kesenian (Keroncong, Ketoprak, Karawitan, dll), Taman Bacaan,

Kelompok Senam Lansia, dan Forum Pengurangan Risiko Bencana. Masyarakat

Purwokinanti juga setiap tahun berpartisipasi dalam kegiatan Upacara Ruwahan dalam

Page 60: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

52

menyambut Bulan Suci Ramadhan. Ikatan solidaritas dan gotong royong dalam setiap

kegiatan masyarakat juga didukung oleh lembaga pemerintah setempat.

7. Pembagian Wilayah Kelurahan Purwokinanti

Tabel II. 4

Pembagian wilayah RW dan RT di Kelurahan Purwokinanti

NO RW JUMLAH

RT Dasawisma

1 RW I 6 6

2 RW II 5 5

3 RW III 5 5

4 RW IV 5 5

5 RW V 6 6

6 RW VI 4 4

7 RW VII 5 5

8 RW VIII 3 3

9 RW IX 4 4

10 RW X 4 4

Jumlah 47 47

Sumber : Data Monografi Kelurahan Purwokinanti 2018

Page 61: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

53

8. Struktur Pemerintahan Kelurahan Purwokinanti

Diagram II. 5

Struktur Pemerintahan Kelurahan Purwokinanti

Sumber : Data Monografi Kelurahan Purwokinanti 2019

9. Visi dan Misi Kelurahan Purwokinanti

Visi

Menjadi fasilitator dan motivator dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan

dan kemasyarakatan dengan didukung pelayanan prima yang sesuai bidang

kewenangannya

Misi

Siap menjadi pelayan dan fasilitator yang prima

LURAH

Dra. Erna Ertiana Hendrayani

Kepala Seksi Pemerintahan Dan

Pembangunan Trantib

Jihad Prananto, S.T

Kepala Seksi Pemberdayaan

Andiyani Tyas Utami, S.Sos

Kepala Seksi Pelayanan Informasi

dan Pengaduan

Kurniatun S.E

SEKRETARIS

Diah Nur Astuti, S.H, M.Si

Kelompok Jabatan

Fungsional

Suparmono (Tenaga Teknis)

Page 62: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

54

B. KAMPUNG TANGGUH BENCANA JAGALAN LEDOKSARI

1. Sejarah Kampung

Mulanya, menurut Rijksblad 1916 No. 18 Tentang Paprintahan kota

Ngayogyakarta terbagi menjadi lima Onder district yaitu Tugu, Kauman, Gading,

Lempuyangan, dan Keraton. Onder district Keraton terdiri atas Kampung

Ketandan, Gondomanan, Ngampilan, dan Wirobrajan. Onder district Gading,

terdiri atas Kampung Dahengan, Mantrijeron, Karangkajen, dan Mergangsan.

Onder district Lempuyangan terdiri dari Kampung Bintaran, Lempuyangan,

Gondokusuman, dan Pengok. Sedangkan Onder district Keraton terdiri dari

Kampung Panembahan, Langenastran, Taman, dan Kadipaten. Kampung

dikepalai oleh Lurah kampung atau kepala kampung. Kepala kampung berada

dibawah kekuasaan kepala Onder district. Kepala Onder district berada di bawah

kekuasaan Bupati.

Kabupaten kota dibentuk mulai tahun 1945, daerahnya meliputi bekas

Kawedanan Kota Yogyakarta. sebelum itu, Kabupaten Ngayogyakarta berasal

dari Kawedanan Sleman, Kota dan Kasalan. Pada reorganisasi pada tahun

tersebut, wilayah administrasi kawedanan distia wilayah dipecah. Kawedanan

kota diubah menjadi Kabupaten Kota Yogyakarta. hal itu merupakan gabungan

dari Kabupaten Kota Kasultanan dan kabupaten Kota Pakualaman sebagaimana

diatur dalam Maklumat NO. 18 tahun 1946. Sedangkan kawedanan Sleman,

Kalasan, ditambah kawedanan Godean (dari Kabupaten Bantul) digabung

menjadi Kabupaten Sleman. Munculnya Undang-Undang No. 16 tahun 1950

Page 63: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

55

wilayah Kota Yogyakarta sampai sekarang terdiri dari 14 kecamatan dan 45

kelurahan dan realitanya setiap kelurahan terbagi menjadi struktur yang lebih

kecil yang dahulu merupakan gabungan beberapa kampung.

2. Latar Belakang Kampung Tangguh Bencana

Kota Yogyakarta merupakan kota yang terletak di Daerah Istimewa

Yogyakarta yang terletak di pantai selatan Pulau Jawa, berhadapan langsung

dengan zona subduksi atau pertemuan antara dua lempeng tektonik yang terletak

di dasar Samudera Hindia. Lokasi demikian secara geologis menyebabkan

Yogyakarta memiliki potensi yang tinggi terjadi bencana gempa bumi dan erupsi

merapi. Dua bencana tersebut adalah bencana yang secara periodik terjadi pada

siklus-siklus tertentu. Selain itu secara hidrologis dan meteorologis kota

Yogyakarta memiliki curah hujan tinggi dengan keberadaan 3 aliran sungai yang

beruhulu di merapi. Ketika musim penghujan aliran sungai seringkali tidak

mampu menampung volume air yang masuk sehingga menyebabkan bencana

banjir, belum lagi jika ditambah material Gunung Api Merapi yang menyebabkan

pendangkalan sungai pasca erupsi. Kota Yogyakarta yang semakin tahun

didatangi penduduk dari berbagai tempat dalam berbagai tujuan tertentu

mengalami tekanan demografis yang juga berpotensi untuk menyebabkan

terjadinya bencana lain seperti kebakaran, atau konflik sosial.

Dari sana kita ketahui bahwa secara geografis, geologis, hidrologis, dan

demografis wilayah Kota Yogyakarta memiliki kerawanan bencana, baik ang

disebabkan oleh faktor alam, non alam maupun oleh akibat ulah manusia.

Page 64: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

56

Bencana yang terjadi di Kota Yogyakarta dapat menimbulkan korban jiwa,

pengungsian, kerusakan aset, dan kerugian dalam bentuk lain yang besar.

Bencana telah menghancurkan hasil-hasil pembangunan yang diperoleh

dengan susah payah. Dana yang digunakan untuk tanggap darurat dan pemulihan

pasca bencana juga telah mengurangi anggaran yang seharusnya dapat

dimanfaatkan untuk pembangunan wilayah dan program-program pemberantasan

kemiskinan. Jika terjadi bencana, masyarakat miskin dan kaum marjinal yang

tinggal di kawasan rawan bencana akan menjadi pihak yang paling dirugikan,

karena jumlah korban terbesar biasanya berasal dari kelompok ini dan pemiskinan

yang ditimbulkan oleh bencana sebagian besar akan menimpa mereka.

Mengingat korban terbesar dari bencana adalah kaum miskin di tingkat

masyarakat dan yang pertama-tama menghadapi bencana adalah masyarakat

sendiri, pemerintah mengembangkan program pengurangan resiko bencana

berbasis komunitas, sesuai dengan tanggungjawab pemerintah untuk melindungi

masyarakat. Salah satu strategi yang akan digunakan untuk mewujudkan ini

adalah melalui pengembangan kampung-kampung yang tangguh terhadap

bencana.

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 tahun

2012 tentang pedoman pembentukan desa/kelurahan tangguh bencana telah

menggariskan upaya pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat yang akan

dilaksanakan melalui pengembangan kampung tangguh bencanaperlu dipadukan

ke dalam perencanaan dan praktik pembangunan reguler, agar wilayah dapat

Page 65: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

57

melakukan program pengembangan Kampung Tangguh Bencana dan

memadukannya sebagai bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Kota, dibutuhkan adanya pedoman umum yang akan menjadi acuan

pelaksanaanya.

3. Kampung Tangguh Bencana

a. Komponen Kampung Tangguh Bencana

Secara garis besar Kampung Tangguh Bencana akan memiliki komponen-

komponen sebagai berikut :

1) Legislasi : penyusunan regulasi daerah dan kelurahan yang mengatur

pengurangan resiko dan penanggulangan bencana di tingkat kampung

2) Pemetaan Resiko Bencana dan Perencanaan Aksi, terdiri dari :

a) Pemetaan Resiko Bencana

b) Rencana Aksi Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Komunitas

c) Rencana Kontinjensi Bencana

Pemetaan dan rencana aksi harus terintegrasi dengan pemetaan resiko dan

rencana rencana aksi di tingkat yang lebih tinggi (kelurahan, kecamatan, dan

kota) dan atau lebih luas (antar kampung, antar daerah aliran sungai).

d) Kelembagaan : pembentukan tim relawan Kampung Tangguh Bencana yang

berasal dari warga kampung setempat, yang bertugas: Mengorganisasikan

kegiatan penanggulangan bencana kampung, RT dan RW; Menggalang

kekuatan relawan penanggulangan bencana di tingkat RT dan RW;

Mengembangkan kerja sama penanggulangan bencana antar kampung;

Page 66: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

58

Melakukan penggalian, penggalangan dan pengelolaan sumber daya dari

semua pihak dan semua sektor, baik pemerintahan, masyarakat maupun dunia

usaha.

e) Mobilisasi Sumber Daya Kampung

Berupa rencana untuk inventarisasi dan pengelolaan sumber-sumber daya dan

dana yang dapat dimobilisasi untuk penyelenggaraan penanggulangan

bencana di tingkat kampung, baik yang bersumber dari dana mandiri

masyarakat, lembaga penyandang dana, sektor swasta atau pihak-pihak lain

yang dibutuhkan.

f) Pendanaan Oleh Pemerintah : rencana mobilisasi dana dan sumber daya (dari

APBN, APBD DIY, APBD Kota Yogyakarta.

g) Pengembangan Kapasitas : pelatihan, pendidikan dan penyebaran informasi

kepada masyarakat, khususnya kelompok relawan dan para pelaku

penanggulangan bencana agar memiliki kemampuan dan berperan aktif

sebagai pelaku utamadalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan

evakuasi kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana.

h) Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana : kegiatan-kegiatan mitigasi fisik

struktural dan non-fisik; sistem peringatan dini;kesiapsiagaan untuk tanggap

darurat; dan segala upaya pengurangan risiko melalui intervensi

pembangunan dan program pemulihan, baik yang bersifat struktural-fisik

maupun non-struktural.

Page 67: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

59

b. Kampung Sebagai Subyek Ketangguhan

Disebut Kampung, sebab terjadinya begitu saja, awalnya terbentuk tanpa

perda, tanpa Sk dan dari pangreh pengembating praja. Namun terjadi karena

tempat tinggal ini merupakan pertemuan antara penghuni dengan penghuni,

antara anak turun penghuni maupun penghuni luar. Memang sangat sederhana

sekali, namun penuh dengan kejujuran, justru semacam itulah yang

dikehendaki kawula alit, walaupun tempatnya terkesan berserakan, mereka

Cuma orang kecil yang mencari tempat ngeyup untuk siangnya mencari

nafkah bagi anak istrinya, bukan untuk yang lain-lain. Para penghuni tampak

akrab dan ramah tanpa kepalsuan, justru mereka menjunjung tinggi nilai-nilai

kemanusiaan yang masih merupakan tolak ukur peradaban.

Nilai-nilai historis semacam ini yang kemudian berkembang menjadi

interaksi antar masyarakat yang mewujudkan aktivitas sosial kemasyarakatan

dan ekonomi seperti: sosial/budaya yang berupa system-sistem sosial yang

dibangun bersama untuk menjaga keamanan kampung, sistem interaksi sosial

berupa olahraga, kenduri, arisan juga bentuk aktivitas sosial berupa kesenian.

Selain itu, masyarakat kampung juga memiliki historis dalam pengembangan

ekonomi misalnya dalam pemberdayaan usaha masyarakat (UKM, koperasi,

home industri, dan lain-lain).

Dalam konteks kebutuhan bersama untuk selamat terhadap bencana, maka

satuan kampung dianggap sebagai satuan yang tepat untuk diberdayakan dan

disusun organisasinya. Kampung sebagai satuan terkecil pemerintahan secara

historis dapat diarahkan untuk menyusun penanggulangan bencana secara

Page 68: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

60

mandiri. Kemandirian inilah yang diharapkan merupakan tindakan yang

efektif. Kampung dikatakan tangguh jika mampu melakukan penilaian

terhadap resiko bencana yang ada di kampung tersebut dan melakukan

perencanaan serta tindakan untuk mengurangi risiko bencana yang ada. Secara

rinci dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Pengkajian Resiko Kampung

Dalam mengembangkan Kampung Tangguh Bencana, para pemangku

kepentingan pertama-tama harus mengadakan pengkajian atas risiko-risiko

bencana yang ada di kampung sasaran. Pengkajian risiko terdiri dari tiga

komponen, yaitu penilaian atau pengkajian ancaman, kerentanan dan

kapasitas/kemampuan. Ada beberapa perangkat yang dapat digunakan untuk

melakukan pengkajian risiko, seperti misalnya HVCA (Hazard, Vulnerability,

and Capacity Assessment), yang dikembangkan oleh Palang Merah Indonesia.

Perangkat-perangkat pengkajian risiko yang dapat digunakan dalam

pengembangan kampung tangguh bencana akan dirinci lebih lanjut dalam

panduan pelaksanaan yang lebih teknis.

2) Rencana Penanggulangan Bencana Kampung

Rencana aksi penanggulangan bencana kampung merupakan rencana aksi yang

berisi kegiatan-kegiatan untuk pengurangan risiko bencana, sekaligus rencana

mobilisasi sumber daya berbagai pemangku kepentingan, pemerintah maupun

non-pemerintah, dalam lingkup Kampung. Rencana aksi pengurangan risiko

bencana harus disusun bersama masyarakat, karena warga masyarakat di kawasan

Page 69: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

61

rawan bencana merupakan pihak yang paling terpapar ancaman dan paling

mengenal wilayahnya.

3) Rencana Kontinjensi Kampung

Rencana Kontijensi adalah rencana yang disusun untuk menghadapi suatu situasi

kritis yang diperkirakan akan segera terjadi, tetapi dapat pula tidak terjadi.

Rencana kontijensi (Rekon) merupakan suatu proses identifikasi dan penyusunan

rencana yang didasarkan pada keadaan kontijensi atau yang belum tentu tersebut.

Suatu rencana kontijensi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan, jika keadaan

yang diperkirakan tidak terjadi.

Rekon bencana memuat rencana tindakan segera jika terjadi krisis/ bencana yang

diperkirakan akan terjadi. Renkon berupaya mengidentifikasi kemungkinan

kejadian bencan beserta dampaknya bagi masyarakat dan membangun

kesepakatan bersama untuk membagi tanggung jawab dalam menghadapinya,

serta keputusan tentang mobilisasi sumber daya yang akan dilakukan.

4) Pembentukan Tim Relawan Kampung Tangguh Bencana

Untuk mendukung upaya pengurangan risiko bencana sekaligus sebagai upaya

kesiapsiagaan bencana, di kampung perlu dibentuk Tim Relawan Kampung

Tangguh Bencana. Tim ini dapat dibentuk secara khusus atau mengembangkan

kelompok yang telah ada di kampung. Tim ini tidak menjadi bagian dari struktur

resmi pemerintah setempat, tetapi pemerintah dapat terlibat di dalamnya bersama

dengan komponen masyarakat sipil lainnya.

Page 70: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

62

5) Peningkatan Kapasitas Warga dan Aparat dalam Penanggulangan Bencana

Peningkatan kapasitas dalam isu Pengurangan Risiko Bencana (PRB) akan

meliputi pelatihan-pelatihan dalam Pemetaan Ancaman, HVCA (Hazard,

Vulnerability, and Capacity Assessment) atau Penilaian Ancaman, Kerentanan

dan kapasitas PMI, metode-metode PRA (Participatory Rural Appraisal) atau

penilaian pedesaan partisipastif, dan metode-metode serupa lainnya yang

dibutuhkan. Peningkatan kapasitas juga akan dilakukan melalui penyediaan

peralatan dan perangkat-perangkat sistem peringatan dini dan kesiapsiagaan

bencana yang terjangkau dalam konteks program.

6) Pemaduan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ke dalam Pembangunan dan

Legalisasi

Selain menyusun rencana aksi PRB Kampung, program diharapkan juga

mendorong pemaduan PRB ke dalam Rencana Pembangunan Kelurahan. Bila

berdiri sendiri, rencana aksi kemungkinan sulit untuk mendapatkan pendanaan,

karena harus bersaing dengan program-program pembangunan lainnya. Oleh

karena itu, selain program berfungsi menyusun rencana aksi PRB Kampung,

program juga diharapkan mendorong masuknya aspek-aspek dalam PRB ke

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, sehingga RPJMD juga

mengandung pendekatan pengurangan risiko bencana.

7) Pelaksanaan Pengurangan Risiko Bencana di Kampung

Rencan aksi PRB dan rencana kontijensi kampung perlu diimplentasikan oleh

seluruh warga. Untuk itu dibutuhkan pendanaan dan alokasi sumber daya yang

memadai. Hal ini akan diatur lebih lanjut melalui pedoman yang akan disusun.

Page 71: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

63

8) Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan di tingkat Kampung

Agar dapat diimplementasikan dengan berhasil, program Kampung Tangguh

Bencana perlu dilengkapi dengan sistem pemantauan, evaluasi dan pelaporan

yang baik. Kegiatan-kegiatan ini perlu dilakukan sejak awal pelaksanaan program

di berbagai tingkatan, mulai dari tingkat kota sampai tingkat masyarakat.

Perangkat pemantauan dan evaluasi perlu dibuat sesuai dengan kemampuan

pemerintahan Kota Yogyakarta, sumber daya yang ada dan kapasitas warga serta

dapat memberikan bukti-bukti yang diperlukan untuk memberi penilaian.

c. Tujuan Pengembangan Kampung Tangguh

1) Sinkronisasi pengembangan Pengurangan Risiko Bencana berbasis

kampung dengan konsep Desa/Kelurahan Tangguh Bencana berdasarkan

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1

Tahun 2012 Tentang Pedoman Pembentukan Desa/Kelurahan Tangguh

Bencana;

2) Penyelarasan penyelenggaraan penanggulangan bencana dengan

semangat Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3) Memperkecil basis pengorganisasian masyarakat untuk internalisasi

pengurangan risiko bencana ke dalam kehidupan masyarakat;

4) Optimalisasi pengurangan risiko bencana berbasis potensi sosial budaya

masyarakat Kota Yogyakarta;

5) Melindungi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bahaya dari

dampak-dampak merugikan bencana;

Page 72: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

64

6) Meningkatkan peran serta masyarakat, khususnya kelompok rentan, dalam

pengelolaan sumber daya dalam rangka mengurangi risiko bencana;

7) Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan

sumber daya dan pemeliharaan kearifan lokal bagi pengurangan risiko

bencana;

8) Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam memberikan dukungan sumber

daya dan teknis bagi pengurangan risiko bencana;

9) Meningkatkan kerjasama antara para pemangku kepentingan dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana, pihak pemerintahan Kota

Yogyakarta, sektor swasta, perguruan tinggi, lembaga swadaya

masyarakat (LSM), organisasi kemasyarakatan (Ormas) dan kelompok-

kelompok lainnya yang peduli.

4. Kampung Tangguh Bencana Ledoksari

Kampung Jagalan Ledoksari merupakan salah satu kampung di kelurahan

Purwokinanti yang pertama kali memiliki kampung tangguh bencana tepatnya

pada tahun 2014 atas dasar bentuk kepedulian salah seorang anggota komunitas

Pareanom yaitu Pak Yatmoko. Kampung ini memiliki 6 RT, terletak di ujung

paling barat dari wilayah kelurahan Purwokinanti, kecamatan Pakualaman, dan

berada di tepian sungai Code. Topografi wilayah sekitar 70% merupakan daerah

ledok, membujur dari utara ke selatan. Batas wilayah sebelah utara berbatasan

dengan RW 14 Kelurahan Tegalpanggung di sebelah timur dibatasi oleh RW 04,

RW 05 dan RW 06 kelurahan Purwokinanti, sebelah selatan berbatasan dengan

Page 73: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

65

RW 02 dan disebelah barat berbatasan dengan RW 07, RW 09 kelurahan

Ngupasan.

Kampung Jagalan Ledoksari padat dengan penduduk tercatat ada 6.462

jiwa terdiri dari jumlah laki-laki 3.101 jiwa dan perempuan 3.361 jiwa. Mata

pencaharian didominasi oleh pedagang maupun usaha kecil rumah tangga, karena

memang kampung ini berdekatan dengan pusat perbelanjaan Pasar Beringharjo.

Ancaman Bencana yang ada di kampung salah satu potensi di daerah bantaran

sungai code ini adalah banjir, karena terletak di bantaran Kali Code yang berhulu

di Gunung Merapi, ancaman bencana utama dari wilayah ini adalah banjir hujan

maupun banjir lahar dingin. Seperti yang terjadi pada tahun 2010 lalu. Banyaknya

material lahar dingin yang terbawa arus air, mengakibatkan beberapa daerah

sekitar Sungai Code mengalami dampaknya berupa banjir lahar dingin. Ancaman

lain yang juga perlu diwaspadai adalah gempa bumi, angin puting beliung, tower

radio Retjo Buntung ( misal roboh dan lain sebagainya) dan kebakaran. Terlebih

untuk kebakaran, perlu mendapatkan perhatian lebih, sebab wilayah ini termasuk

kampung padat penduduk. Hal ini tentu memperbesar dampak bencana apabila

terjadi kebakaran. Sempitnya jalan kampung juga akan mengakibatkan sulitnya

evakuasi saat terjadi bencana.

Kerentanan yang ada di Kampung Jagalan Ledoksari ada beberapa faktor

yang diperhatikan untuk menanggulangi dan mengurangi dampak bencana antara

lain, dari faktor lingkungan, yaitu pengikisan talud, pendangkalan sungai, saluran

limbah air rumah tangga, pencemaran sumber air bersih(sumur), lokasi rumah

berhimpitan (padat penduduk), jalan kampung sempit, jembatan dan keamanan

Page 74: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

66

wilayah. Sedangkan dari faktor alam yaitu banjir. Talud merupakan salah satu

cara yang digunakan untuk mengurangi dampak banjir, perlu selalu diperhatikan

kondisinya. Apabila terjadi pengikisan, maka dampak banjir akan berakibat

semakin parah. Selain itu, pendangkalan sungai juga dapat menjadi satu hal yang

dapat mengakibatkan dampak banjir menjadi semakin meluas. Padatnya

penduduk mengakibatkan lokasi rumah saling berhimpitan. Ini memperbesar

dampak bencana apabila terjadi kebakaran. Sempitnya jalan kampung juga

tentunya akan mengakibatkan sulitnya evakuasi saat terjadi bencana.

Beberapa potensi yang dimiliki kampung dapat dimanfaatkan ntuk

menangani bencana. salah satunya dari segi fisik yaitu, adanya balai RW juga

sebagai pos komando bencana, sarana olahraga, tempat titik kumpul, talud sungai

sepanjang 327 meter, jalur evakuasi yang jelas, early warning system ( 2 titik

lokasi ), masjid, hotel, rumah susun, jembatan, pos kampling, dan MCK. Dari

sumber daya manusia diantaranya adanya relawan, Paguyuban Muda Mudi

Jagalan ( PAMUJA), Komunitas Pareanom, bergodo JOGO LEKSO, forum PRB

(pengurangan risiko bencana), Komunitas Code-X, Paguyuban Kesenian,

(Keroncong, Ketoprak, Karawitan,dll), Taman Bacaan, Kelompok Senam Lansia

dan Poco-Poco. Adanya beragam komunitas ini diharapkan dapat mengurangi

dampak bencana yang terjadi dengan komunikasi yang baik dan lancar.

Aksi Kampung, untuk mengantisipasi ancaman bencana dan kerentanan

yang ada, masyarakat melakukan aksi penanggulangan diantaranya: peningkatan

jalur evakuasi, penentuan titik kumpul, penentuan tempat pengungsian, simulasi

Page 75: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

67

kebencanaan, sosialisasi PRB, kerja bakti rutin, pengadaan peralatan

kebencanaan.

Tabel II.6

SUSUNAN PENGURUS KAMPUNG TANGGUH BENCANA (KTB)

KAMPUNG JAGALAN LEDOKSARI PERIODE 2019-2022

No Nama Jabatan Dalam TIM

1 Joko Amprono dan Heri Wibowo Ketua dan Wakil Ketua

2 Adiyo Kuntoro/ M. Dinar Maulana H Sekretaris

3 Wasgiyanti/Dra. Chamda Mulyarini Bendahara

4 Apriyanto, M. Ichsanudin, Sudaryanto, Dito Prasetyo, dan Haryono Seksi Evakuasi dan Eksekusi

5 Ign. Sumarsono dan Muji Hartono Seksi Informasi, Sosialisasi dan

Edukasi

6 H. Suryo Edi Setiawan Seksi Peringatan Dini

7 Endro Nugroho dan Adhi Arfianto Seksi Data

8 Miming Helansyah dan Nur Mufid Seksi Perlengkapan

9 M.M Kuntari dan Iswantono Seksi Logistik

10 Eni Sulistyowati, Tati Jumiati, dan Hartilah Seksi dapur Umum

11 Agung Dirganto dan Siti Roswaniah Seksi P3K

12 Ardianto Setiawan Seksi Transportasi

13 Nurmaidi, Sutrisna, dan Margono Seksi Keamanan

Sumber: Data Fasilitator Katana Purwokinanti, 2019

Page 76: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

68

Berikut adalah Job Description (Uraian Tugas/Jabatan) dari Pengurus Kampung

Tangguh Bencana Jagalan Ledoksari :

1) Penasehat dan Pengarah

Bertanggung jawab atas keseluruhan pelaksanan kegiatan PRB dan menetapkan

langkah-langkah guna mempercepat upaya penanganan bencana

2) Ketua :

a) Mengkoordinasikan, mengsinkronkan, perencanaan, penganggarandan

pelaksanaan kebijakan Program Pengurangan Risiko Bencana

b) Meningkatkan responsibilitas, akuntabilitas, dan efektifitas kebijakan dan

program Pengurangan Risiko Bencana kelurahan sesuai karakteristik

kondisi lokal

c) Memantau dan mengevaluasi perkembangan kebijakan dan program

Pengurangan Risiko Bencana ditingkat Kampung

3) Sekretaris :

a) Melaksanakan kegiatan administrasi terkait pelaksanaan kebijakan dan

program Pengurangan Risiko Bencana ditingkat Kampung

b) Menyusun tatakala, persiapan, dan penyelenggaraan rapat koordinasi

secara menyeluruh

c) Membuat notulensi rapat koordinasi, menyusun laporan dan

mendokumentasikan seluruh kegiatan dan kejadian secara terperinci.

4) Bendahara :

a) Melakukan/mencatat kondisi keuangan yang dilaksanakan oleh semua

komponen yang ada

Page 77: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

69

b) Melaporkan keluar masuk kondisi keuangan kepada ketua dan seluruh

anggota forum

c) Membuat laporan pertanggung jawaban keuangan yang diketahui oleh

Ketua KTB.

5) Seksi Evakuasi :

a) Melaksanakan penanganan/evakuasi terhadap korban bencana

b) Melakukan penyelamatan terhadap korban bencana

c) Menyiapkan sumber daya penunjang untuk kegiatan evakuasi dan

penyelamatan korban bencana.

6) Seksi Informasi, Sosialisasi dan Edukasi

a) Mengupdate informasi dari pihak manapun untuk memperoleh informasi

yang jelas pada setiap saat

b) Melakukan sosialisasi pada semua warga mengenai kondisi wilayah pada

saat darurat/aman

c) Merencanakan program-program dan anggaran pelatihan penanggulangan

bencana bagi masyarakat

7) Seksi Peringatan Dini

a) Memberikan informasi kepada masyarakat ketika ada potensi ancaman

bencana menggunakan alat, tanda atau tindakan yang sudah disepakati

sebagai Early Warning System (EWS)

b) Memastikan masyarakat mengetahui jika ada potensi ancaman bencana

(status waspada)

Page 78: PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MENGHADAPI ANCAMAN …repo.apmd.ac.id/941/1/MIFTAH ARIFATU AGHNIA.pdf · 2020. 1. 23. · gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).

70

c) Memastikan masyarakat mengetahui jalur-jalur evakuasi, titik kumpul dan

tempat pengungsian

8) Seksi Data

a) Melakukan pendataan secara rinci terhadap warga yang tinggal diwilayah

Kelurahan Purwokinanti

b) Melakukan pendataan terhadap kelompok rentan dan kelompok kapasitas

yang ada

c) Jika terjadi bencana melakukan pendataan korban bencana meliputi

manusia, harta dan benda yang dimiliki oleh warga

d) Melakukan update data setiap 6 bulan sekali

e) Berkoordinasi dengan seksi-seksi yang lain untuk update data yang

diperlukan

9) Seksi Perlengkapan

a) Menyiapkan alat dan sarana yang akan digunakan untuk evakuasi

b) Menyiapkan lokasi untuk evakuasi beserta kelengkapannya

c) Menyiapkan tenda medis, dapur umum dan perlengkapan yang dibutuhkan

d) Berkoordinasi dengan seksi-seksi yang lain untuk pemenuhan kebutuhan

yang diperlukan

10) Seksi Logistik

a) Mengiventarisir seluruh kebutuhan alat, sarana dan prasarana, sandang

dan kebutuhan per makanan

b) Mencatat barang masuk dan barang keluar secara rinci