Ife-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031006.docx · Web viewyang terdaftar di Bursa Efek...
Transcript of Ife-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031006.docx · Web viewyang terdaftar di Bursa Efek...
ABSTRAK
PERBEDAAN KINERJA PASAR PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN REAL EARNING MANAGEMENT DAN PERUSAHAAN
YANG TIDAK MELAKUKAN REAL EARNING MANAGEMENT (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG
TERDAFTAR DI BEI)
Oleh
EMMA KHAIRUNISA
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan kinerja pasar antara perusahaan yang melakukan real earning management dan perusahaan yang tidak melakukan real earning management. Penelitian ini menggunakan data dari 16 perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006 sampai dengan 2010. Pengukuran manajemen laba riil berdasarkan model Roychowdhury (2006), yaitu manajemen laba riil melalui arus kas operasi, biaya produksi, dan biaya diskresioner. Kinerja pasar diukur dengan cummulative abnormal return (CAR) dengan market adjusted model. Selanjutnya pengujian hipotesis menggunakan independent samples t test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan yang melakukan real earning management melalui arus kas operasi dan biaya produksi dengan kinerja pasar perusahaan yang tidak melakukan real earning management. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi para pelaku bisnis mengenai keberadaan manjemen laba riil dan pengaruhnya terhadap kinerja pasar sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi.
Kata kunci: manajemen laba riil (real earning management), cummulative abnormal return (CAR).
ABSTRACT
THE DIFFERANCE OF MARKET PERFORMANCE OF COMPANIES WHICH ARE DOING REAL EARNING MANAGEMENT AND
THE COMPANIES WHICH ARE NOT DOING REAL EARNING MANAGEMENT (EMPIRICAL STUDY ON FOOD AND BEVERAGE
COMPANY LISTED IN BEI)
By
EMMA KHAIRUNISA
This study aims to identify the difference of the market performance of companies between doing real earnings management and the company is not doing real earnings management. This study used data from 16 food and beverage companies listed in Indonesia Stock Exchange during the years 2006 to 2010. Measurement of real earnings management based on the model Roychowdhury (2006), the real earnings management through operating cash flow, production costs, and discretionary expenses. Market performance is measured with a cumulative abnormal return (CAR) with the market adjusted model. Further testing of hypotheses using independent samples t test.
The results showed there is not difference of market performance of companies that do real earnings management with the market performance of companies that do not do real earnings management. The study is expected to be for business information about the presence of real earning management and influence to the market performances so that it can be a consideration in making investment decisions.
Keywords: real earnings management, cumulative abnormal return (CAR).
Nama Mahasiswa : Emma Khairunisa
Nomor Pokok Mahasiswa : 0811031006
No Telp : 085758855115
Email : [email protected]
Program Studi : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Pembimbing I : Drs. A. Zubaidi Indra, M.M., C.P.A
Pembimbing II : Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt.
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Informasi merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi para pelaku pasar
modal seperti calon investor maupun investor dalam pengambilan keputusan
investasi dalam suatu perusahaan. Perusahaan publik mempunyai kewajiban
melaporkan apa yang telah dilakukan manajemen atas sumber daya
perusahaan. Laporan tersebut berupa laporan keuangan tentang laporan-
laporan rutin dan laporan-laporan khusus yang menerangkan peristiwa penting
yang terjadi. Laporan keuangan secara keseluruhan meliputi neraca, laporan
laba rugi, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Berdasarkan
kenyataan yang ada, investor dan calon investor cenderung memperhatikan
laba yang terdapat dalam laporan keuangan tanpa memperhatikan bagaimana
laba tersebut didapatkan. Oleh karena itu informasi laba memainkan peranan
penting dalam proses pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan.
Manajemen selaku pengelola perusahaan mempunyai informasi tentang
perusahaan lebih banyak dan lebih dahulu daripada pemilik perusahaan,
sehingga terjadi asimetri informasi yang memungkinkan pihak manajemen
melakukan praktik akuntansi berorientasi pada laba untuk mencapai suatu
kinerja tertentu. Terdapat berbagai cara dalam melakukan praktik akuntansi
yang berorientasi pada laba. Salah satu cara yang dilakukan oleh manajemen
dalam proses penyusunan laporan keuangan yang dapat mempengaruhi tingkat
laba yaitu dengan manajemen laba (earnings management) yang diharapkan
dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Manajemen laba yang dilakukan
manajer pada laporan keuangan akan mempengaruhi kinerja keuangan saham.
Tujuan pihak manajemen melakukan manajemen laba adalah untuk memenuhi
target laba, menghindari kerugian, dan mendapatkan kompensasi (Oktorina,
2008). Manajemen laba menarik untuk diteliti karena dapat memberikan
gambaran tentang perilaku manajer dalam melaporkan kegiatan usahanya pada
suatu periode tertentu. Manajemen laba riil (real earning management) dapat
terjadi sepanjang periode akuntansi. Kegiatan manajemen laba riil dimulai dari
praktik operasional yang normal, yang dimotivasi oleh manajer yang ingin
memenuhi target laba, menghindari kerugian, dan mendapatkan kompensasi.
Berbagai upaya dilakukan manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan
salah satunya yaitu dengan manajemen laba. Namun demikian, adanya praktek
manajemen laba tidak dapat mencerminkan kondisi perusahaan yang
sesungguhnya. Hal ini dapat menyesatkan publik, khususnya pemakai laporan
keuangan karena kinerja perusahaan akan kelihatan baik walaupun sebenarnya
berasal dari manipulasi dan tidak menggambarkan kondisi yang
sesungguhnya. Jika investor mengetahui adanya praktek manajemen laba dan
mengetahui kondisi perusahaan yang sesungguhnya, maka investor akan
memberikan reaksi terhadap harga saham, yang nantinya akan diikuti dengan
koreksi harga saham. Reaksi terhadap harga saham dari para investor akan
menghasilkan suatu pengembalian abnormal (abnormal return). Berdasarkan
penjelasan di atas, maka penulis akan mengambil judul : ”Perbedaan Kinerja
Pasar pada Perusahaan yang Melakukan Real Earning Management dan
Perusahaan yang Tidak Melakukan Real Earning Management”
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah perusahaan food and beverage melakukan manajemen laba
melalui real earning management dalam laporan keuangan?
2. Apakah terdapat perbedaan kinerja pasar antara perusahaan yang
melakukan real earning management dan perusahaan yang tidak
melakukan real earning management?
I.3 Batasan Masalah
1. Kinerja Pasar diukur dengan menggunakan Cummulative Abnormal
Return (CAR).
2. Perusahaan yang diteliti adalah Perusahaan Food and Beverage yang
listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2010.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dan manfaat yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis apakah perusahaan melakukan real earning
management arus kas operasi, biaya produksi dan biaya diskresioner.
2. Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja pasar antara
perusahaan yang melakukan real earning management dan perusahaan
yang tidak melakukan real earning management?
b. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berkaitan
dengan pengembangan ilmu mengenai real earning management.
2. Bagi akademisi, sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang
memiliki topik sejenis dan berkaitan dengan penelitian ini.
1.5 Landasan Teori
1.5.1 Teori agensi
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah
sebuah kontrak antara satu orang atau lebih pemilik (principal) yang menyewa
orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang
meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen.
Hubungan antara pemilik perusahaan sebagai pihak yang melimpahi
wewenang (principal) dan manajemen sebagai pihak penerima wewenang
(agent) dinamakan principal-agent relationship. Pemilik sebagai prinsipal
memberikan wewenang kepada manajemen untuk menjalankan kegiatan
operasional sehari-hari dan manajemen sebagai penerima wewenang tersebut
diharapkan dapat bertindak sesuai dengan keinginan para pemilik perusahaan.
Kewajiban manajer sebagai pengelola perusahaan dalam mengungkapkan
semua informasi mengenai apa yang dilakukan dan dialaminya ke dalam
laporan keuangan dimanfaatkan untuk mencari keuntungan pribadi. Laporan
keuangan yang menginformasikan nilai dan kondisi fundamental perusahaan
digunakan untuk kepentingan pribadi. Sehingga dapat menyebabkan asimetri
informasi, yang memungkinkan manajemen mempunyai kesempatan bahkan
leluasa melakukan rekayasa laba.
1.5.2 Manajemen laba
Schipper (dalam Subramanyam dan John J Wild 2010) manajemen laba dapat
didefinisi sebagai intervensi manajemen dengan sengaja dalam proses
penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan pribadi. Jika perusahaan
laba, saldo akun laba akan naik sehingga otomatis harga pasar sahamnya pun
meningkat.
Menurut Paul M Healy dan James M Wahley (1998), manajemen laba terjadi
ketika para manajer menggunakan pertimbangan dalam pelaporan keuangan
dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan yang
menyesatkan terhadap pemegang saham atas dasar kinerja ekonomi organisasi
atau untuk mempengaruhi hasil sesuai dengan kontrak yang tergantung pada
angka-angka akuntansi yang dilaporkan.
1.5.3 Real Earning Management
Roychowdhury (2006) dijelaskan bahwa manajemen laba dapat dilakukan
dengan manajemen laba akrual murni dan manajemen laba riil. Kegiatan
manajemen laba riil dimulai dari praktek operasional normal, yang dimotivasi
oleh manajer yang berkeinginan untuk mengelabui stakeholder yang ingin
mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan.
1.5.4 Teknik Real Earning Management
Dalam mendeteksi tindakan manajemen laba riil yang dilakukan oleh
perusahaan, Roychowdhury (2006) menggunakan model Dechow et al. (1998)
dan fokus pada dua metode berikut yaitu:
a. Manajemen penjualan
Manajemen penjualan berkaitan dengan usaha manajer untuk
meningkatkan penjualan selama periode akuntansi dengan tujuan
meningkatkan laba untuk mencapai target laba. Tindakan yang dapat
dilakukan manajer untuk menambah atau mempercepat penjualan yaitu
dengan menawarkan diskon-diskon yang berlebihan dan menawarkan
persyaratan kredit yang lebih lunak.
Arus kas dari kegiatan operasi dapat digunakan untuk menentukan apakah
kegiatan operasional perusahaan dalam menghasilkan arus kas cukup
untuk melunasi pinjaman jangka pendek, memelihara kemampuan
operasional perusahaan dan membiayai pengeluaran-pengeluaran untuk
kegiatan operasional. Arus kas kegiatan operasi berisi rincian-rincian
jumlah penerimaan dan pengeluaran kas dari kegiatan operasional
perusahaan. Dalam Roychowdhury (2006) dijelaskan bahwa metode yang
dilakukan agar arus kas operasi berada pada target abnormal adalah
manajemen penjualan.
b. Produksi yang berlebihan (Overproduction)
Overproduction merupakan teknik manajemen laba dengan memproduksi
besar-besaran. Manajer memproduksi barang lebih besar daripada yang
dibutuhkan agar mencapai permintaan yang diharapkan perusahaaan. Hal
ini biasa dilakukan oleh manajer perusahaan manufaktur. Produksi dalam
skala besar menyebabkan biaya overhead tetap dibagi dengan jumlah unit
barang yang besar sehingga rata-rata biaya per unit dan harga pokok
penjualan menurun. Penurunan harga pokok per unit barang yang
diproduksi besar-besaran mempunyai dampak pelaporan margin operasi
yang lebih tinggi dan arus kas kegiatan operasi yang lebih rendah daripada
tingkat penjualan normal.
1.5.5 Kinerja pasar
Secara umum tujuan pengukuran kinerja manajemen yaitu mengukur
efektivitas dan efisiensinya kinerja yang telah dilakukan untuk mencapai
target yang telah ditetapkan. Ada beberapa aspek penting dalam mengevaluasi
kinerja dalam suatu perusahaan. Evaluasi kinerja yang dapat dilakukan dalam
suatu perusahaan dapat digolongkan kepada dua aspek, yaitu evaluasi kinerja
pada aspek keuangan dan evaluasi kinerja pada aspek non-keuangan. Hasil
evaluasi tersebut dapat menilai bagaimana manajemen dapat mencapai target
yang ditetapkan, dilihat dari segi keuangan maupun non-keuangan.
1.5.7 Kerangka Pemikiran
1.5.8 Pengembangan Hipotesis
Laporan keuangan merupakan alat komunikasi pihak internal yaitu
manajemen dengan pihak eksternal yaitu kreditur, investor dan pemerintah.
Pelaku pasar modal memerlukan informasi dari laporan keuangan untuk
mengevaluasi kinerja manajemen dan mengambil keputusan investasi.
Investor dan calon investor cenderung memperhatikan laba yang terdapat
dalam laporan keuangan tersebut karena itu, informasi laba memainkan
peranan penting dalam proses pengambilan keputusan oleh pemakai laporan
keuangan. Salah satu cara yang dilakukan oleh manajemen dalam proses
penyusunan laporan keuangan yang dapat mempengaruhi tingkat laba yaitu
dengan manajemen laba (earnings management) yang diharapkan dapat
KINERJA PASAR
Perusahaan yang tidak melakukan REM
Perusahaan yang melakukan REM
meningkatkan kinerja perusahaan. Manajemen laba yang dilakukan manajer
pada laporan keuangann tersebut akan mempengaruhi kinerja pasar. Sehingga
investor memberikan reaksi berupa koreksi harga saham perusahaan tersebut.
Pada pasar yang efisien peningkatan jumlah laba akan direaksi positif oleh
pasar sehingga harga pasar saham perusahaan akan naik, yang pada akhirnya
meningkatkan jumlah return yang diperoleh oleh para pemegang saham.
Dengan demikian, tingkat pengembalian investasi perusahaan atau return
saham dapat menjadi indikator pengukuran kinerja pasar.
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan
yang melakukan real earning management dan perusahaan yang tidak
melakukan real earning management.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Food
and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sedangkan
sampel dalam penelitian ini berdasarkan metode purposive sampling. Sampel
dipilih berdasarkan karakteristik sebagai berikut:
1. Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama tahun 2006-2010.
2. Perusahaan Food and Beverage menerbitkan laporan keuangan untuk
periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember tahun 2006-2010 dengan
tujuan untuk meningkatkan komparabilitas atau daya banding yang baik.
3. Data laporan keuangan yang dibutuhkan tersedia dan lengkap pada setiap
tahunnya dan data dalam satuan rupiah.
Melihat dari karakteristik yang diharapkan, maka perusahaan-perusahaan yang
menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel Daftar Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian
(Sumber : www.idx.com )
No Kode Nama1 ADES Akasha Wira International Tbk Tbk2 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk3 CEKA Cahaya Kalbar Tbk4 DLTA Delta Djakarta Tbk5 FAST Fast Food Indonesia Tbk6 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk7 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk8 MYOR Mayora Indah Tbk9 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk10 PTSP Pioneerindo Gourmet International Tbk11 SIPD Sierad Produce Tbk12 SKLT Sekar Laut Tbk13 SMAR SMART Tbk14 STTP Siantar Top Tbk15 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk16 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry Tbk
1.6.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam jenis data
sekunder. Jenis data sekunder adalah jenis data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat
melalui pihak lain), yang dapat diperoleh dari buku ICMD (Indonesian
Capital Market Directory) dan website Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.6.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode dokumentasi,
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a. Data penjualan, harga pokok penjualan, saldo laba dan biaya-biaya yang
diperoleh dari laporan laba rugi.
b. Data arus kas bersih dari kegiatan operasi yang diperoleh dari laporan
arus kas.
1.6.4 Operasional Variabel Penelitian
a. Kinerja Pasar
Kinerja pasar diproksi dengan menggunakan Cumulative Abnormal Return
(CAR). Menurut Husnan (2003), kinerja pasar dapat diuji dengan melihat
abnormal return yang terjadi. Abnormal return merupakan selisih antara
tingkat keuntungan sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan.
Dengan demikian, abnormal return dalam penelitian ini dihitung dengan cara
mengurangi return saham perusahaan dengan return indeks pasar pada
periode yang sama. Ada dua tahap untuk memperoleh abnormal return (ARit)
yaitu tahap pertama merupakan selisih dari return aktual (Rit) yang kemudian
dikurangi dengan return market (Rmt) yang diperoleh dari tahap kedua.
Cumulative Abnormal Return (CAR) merupakan penjumlahan dari abnormal
return hari sebelumnya di dalam periode peristiwa untuk masing-masing
sekuritas (Hartono, 2003).
Rit = IHSIt – IHSIt-1IHSIt-1
Rmt = IHSGt – IHSGt - 1 IHSG t – 1
ARit = Rit - Rmt
tCARit = ∑ ARi
a=t3
Keterangan :
CAR = Kinerja pasar yang diukur dengan cummulative abnormal return
ARit = Abnormal return untuk perusahaan i pada hari ke-t.
Rit = Return harian perusahaan i pada hari ke-t.
Rmt = Return indeks pasar pada hari ke-t.
IHSIt = Indeks harga saham individual perusahaan i pada waktu t.
IHSIt-1 = Indeks harga saham individual perusahaan i pada waktu t-1.
IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t.
IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t-1.
b. Group Perusahaan
1. Perusahaan yang melakukan Real Earning Management
2. Perusahaan yang tidak melakukan Real Earning Management
Beberapa faktor yang dapat membuktikan apakah perusahaan tersebut
melakukan real earning management atau tidak. Faktor-faktor tersebut adalah
abnormal arus kas operasi dan biaya produksi.
1. Arus Kas Operasi dalam penelitian ini diukur dengan mengidentifikasi
data arus kas operasi, penjualan dan laba perusahaan pada laporan keuangan
periode estimasi (2006-2009) dan window period (2010). Perusahaan yang
melakukan real earning management melalui arus kas operasi akan memiliki
kriteria sebagai berikut :
a. Penjualan mengalami kenaikan pada tahun 2010.
b. Arus kas operasi mengalami penurunan yang signifikan atau peningkatan
yang tidak signifikan pada periode estimasi (2006-2009) dan mengalami
penurunan pada window period (2010).
c. Sedangkan laba perusahaan mengalami peningkatan pada window period.
Setelah melakukan identifikasi dan perusahaan memiliki semua kriteria
tersebut. Langkah selanjutnya adalah membandingkan arus kas operasi dan
penjualan setiap perusahaan setiap tahun, baik pada periode estimasi maupun
window period. Kemudian untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut
melakukan real earning management pada tahun 2010 adalah dengan cara
membandingkan persentase arus kas operasi dan penjualan pada tahun 2010
dengan mean persentase arus kas operasi dan penjualan pada periode estimasi.
Setelah dibandingkan, kita dapat melihat hasil mean persentase pada periode
estimasi dan persentase pada window period, apabila persentase dari
perbandingan arus kas operasi dan penjualan pada tahun 2010 lebih rendah
dan signifikan, maka terdapat indikasi perusahaan meningkatkan volume
penjualan pada tahun berjalan dengan pemberian diskon-diskon atau
pemberian kredit lunak, karena idealnya peningkatan penjualan akan
mempengaruhi peningkatan kas perusahaan.
2. Biaya Produksi dalam penelitian ini diukur dengan mengidentifikasi data
biaya produksi, harga pokok penjualan dan laba perusahaan pada laporan
keuangan periode estimasi (2006-2009) dan window period (2010).
Perusahaan yang melakukan real earning management melalui biaya produksi
akan memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Biaya produksi mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun 2010.
b. Harga pokok penjualan mengalami penurunan yang signifikan atau
peningkatan yang tidak signifikan setiap tahun penelitian.
c. Sedangkan laba perusahaan mengalami peningkatan pada window period.
Setelah melakukan identifikasi dan perusahaan memiliki semua kriteria
tersebut. Langkah selanjutnya adalah membandingkan harga pokok penjualan
dan biaya produksi setiap perusahaan setiap tahun, baik pada periode estimasi
maupun window period. Kemudian untuk mengetahui apakah perusahaan
tersebut melakukan real earning management pada tahun 2010 adalah dengan
cara membandingkan persentase harga pokok penjualan dan biaya produksi
pada tahun 2010 dengan mean persentase harga pokok penjualan dan biaya
produksi pada periode estimasi. Setelah dibandingkan, kita dapat melihat hasil
mean persentase pada periode estimasi dan persentase pada window period,
apabila persentase dari perbandingan harga pokok penjualan dan biaya
produksi pada tahun 2010 lebih tinggi dan signifikan, maka terdapat indikasi
perusahaan menekan harga pokok penjualan seiring dengan peningkatan
barang yang diproduksi pada tahun berjalan, karena idealnya peningkatan
biaya produksi akan mempengaruhi peningkatan harga pokok penjualan.
1.6.5 Metode analisis
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai-nilai statistik dari
masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian. Analisis ini
bertujuan untuk melihat karakteristik data, mengetahui dan membuktikan
pola yang terjadi selama periode pengamatan. Dalam penelitian ini,
analisis deskriptif yang digunakan adalah dengan menghitung mean dan
standar deviasi dari CAR untuk tiap-tiap tahun perusahaan yang
melakukan real earning management dan yang tidak melakukan real
earning management, dengan menggunakan program SPSS 17.0.0 for
Windows.
2. Pengujian Hipotesis
1. Independent Samples T Test
Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji t-test dan
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kinerja
perusahaan yang melakukan real earning management dan yang tidak.
Sebelum melakukan uji t-test maka dilakukan uji normalitas terlebih
dahulu.
Menentukan kriteria penilaian hipotesis
Ha diterima jika Asymp. Sig, (2-tailed) < 0.05 dan ditolak jika Asymp. Sig.
(2-tailed) > 0.05.
1.7 Hasil penelitian dan Pembahasan
1.7.1 Analisis Deskriptif
Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan persentase
perbandingan, diperoleh data yang memberikan penjelasan mengenai nilai
rata-rata (mean) dari variabel-variabel penelitian. Berikut ini adalah
gambaran atas statistik deskriptif masing-masing variabel:
1. Arus Kas Operasi
Kode Tahun CFO/St CFO/St (%) Mean REMDLT
A 2010 0,025083367 2,50% 10,06%
YaMLBI 2010 0,178785854 17,88% 26,47% Ya
Sumber : Data diolah
Keterangan:
CFO : Arus Kas Operasi
St : Penjualan
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase dari arus kas operasi dibagi
dengan penjualan tahun 2010 pada perusahaan PT Delta Djakarta Tbk dan
PT Multi Bintang Indonesia Tbk lebih rendah dan signifikan dari persentase
mean pada periode estimasi (2006-2009). Semakin rendah persentase arus
kas operasi dibagi penjualan, berarti semakin kecil arus kas operasi yang
dihasilkan perusahaan tersebut dan semakin besar volume penjualan
perusahaan pada periode tersebut.
Dapat kita lihat pada Lampiran 1, PT Delta Djakarta Tbk mengalami
fluktuasi arus kas operasi dimana terjadi kenaikan arus kas operasi yang
sangat signifikan di tahun 2007 dan 2009, namun di tahun 2008 dan 2010
arus kas operasi juga mengalami penurunan yang signifikan. PT Delta
Djakarta Tbk mengalami peningkatan penjualan dan laba yang cukup
signifikan setiap tahun.
PT Delta Djakarta Tbk memiliki persentase dari arus kas operasi dibagi
dengan penjualan tahun 2010 sebesar 2,50% dan mean dari arus kas operasi
dibagi dengan penjualan pada periode estimasi sebesar 10,06%. Hal ini
menunjukkan bahwa persentase dari arus kas operasi dibagi dengan
penjualan pada tahun penelitian atau tahun 2010 (2,50%) jauh lebih rendah
dan signifikan dibandingkan dengan persentase mean pada periode estimasi
(2006-2009).
PT Multi Bintang Indonesia Tbk memiliki arus kas yang mengalami
penurunan yang signifikan di tahun penelitian (2010). PT Multi Bintang
Indonesia Tbk mengalami peningkatan penjualan dan laba yang signifikan
setiap tahun.
Mean dari arus kas operasi dibagi dengan penjualan PT Multi Bintang
Indonesia Tbk pada periode estimasi sebesar 26,47%, hal ini menunjukkan
bahwa persentase dari arus kas operasi dibagi dengan penjualan pada tahun
penelitian atau tahun 2010 (17,88%) lebih rendah dan signifikan
dibandingkan dengan persentase mean pada periode estimasi (2006-2009).
Menurut Roychowdhury (2006), perusahaan yang terbukti melakukan
tindakan real earning management melalui arus kas operasi apabila arus kas
kegiatan operasi yang rendah dan signifikan pada tahun penelitian
dibandingkan dengan periode estimasi.
2. Biaya Produksi
Kode TahunHPP/By. PROD
HPP/By. PROD (%) Mean REM
AISA 2010 0,807287068 80,73% 103,28% Ya
INDF 2010 1,998033471 199,80% 273,52% Ya
PTSP 2010 0,685683496 68,57% 96,66% YaSumber : Data diolah
Keterangan :
HPP : Harga Pokok Penjualan
By. Prod : Biaya Produksi
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase dari harga pokok penjualan
dibagi dengan biaya produksi tahun 2010 pada perusahaan PT Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT
Pioneerindo Gourmet International Tbk lebih rendah dan signifikan dari
persentase mean pada periode estimasi (2006-2009). Semakin rendah
persentase harga pokok penjualan dibagi dengan biaya produksi, berarti
semakin kecil harga pokok penjualan yang dihasilkan perusahaan tersebut
dan semakin besar biaya produksi perusahaan pada periode tersebut.
Pada Lampiran 1, PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk mengalami peningkatan
biaya produksi dan laba yang signifikan dari tahun 2006-2010 sedangkan
harga pokok penjualan mengalami fluktuasi dimana walaupun terjadi
kenaikan harga pokok penjualan, tetapi kenaikan ini tidak signifikan bila
dibandingkan dengan biaya produksi yang selalu mengalami peningkatan
yang signifikan dan bahkan harga pokok penjualan sempat mengalami
penurunan di tahun 2008, idealnya apabila biaya produksi meningkat
signifikan akan menyebabkan harga pokok produksi dan harga pokok
penjualan meningkat signifikan pula.
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk memiliki persentase dari harga pokok
penjualan dibagi dengan biaya produksi sebesar 80,73% dan mean dari
harga pokok penjualan dibagi dengan biaya produksi pada periode estimasi
sebesar 103,28%, hal ini menunjukkan bahwa persentase dari harga pokok
penjualan dibagi dengan biaya produksi pada tahun penelitian atau tahun
2010 (80,73%) jauh lebih rendah dan signifikan dibandingkan dengan
persentase mean pada periode estimasi (2006-2009).
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk mengalami peningkatan signifikan
di tahun penelitian (2010). PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
mengalami peningkatan penjualan signifikan setiap tahun dan peningkatan
laba signifikan di tahun 2010.
Mean dari pokok penjualan dibagi dengan biaya produksi PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk pada periode estimasi sebesar 273,52%. Hal ini
menunjukkan bahwa persentase dari pokok penjualan dibagi dengan biaya
produksi pada tahun 2010 (199,80%) yang lebih rendah dan signifikan
dibandingkan dengan persentase mean dari pada periode estimasi (2006-
2009).
PT Pioneerindo Gourmet International Tbk memiliki persentase dari harga
pokok penjualan dibagi dengan biaya produksi sebesar 68,57% dan mean
dari harga pokok penjualan dibagi dengan biaya produksi pada periode
estimasi sebesar 96,66%, hal ini menunjukkan bahwa persentase dari harga
pokok penjualan dibagi dengan biaya produksi pada tahun 2010 (68,57%)
jauh lebih rendah dan signifikan dibandingkan dengan persentase mean pada
periode estimasi (2006-2009).
Menurut Roychowdhury (2006), perusahaan yang terbukti melakukan
tindakan real earning management melalui biaya produksi, apabila biaya
produksi yang tinggi dan signifikan pada tahun penelitian. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat lima perusahaan yang melakukan real earning
management yaitu PT Delta Djakarta Tbk, PT Multi Bintang Indonesia Tbk,
PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
dan PT Pioneerindo Gourmet International Tbk.
1.7.2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan terhadap yang signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan yang
melakukan real earning management melalui arus kas kegiatan operasi
dengan kinerja pasar perusahaan yang tidak melakukan real earning
management melalui arus kas kegiatan operasi yang didefinisikan ke dalam
hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) sebagai berikut:
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan
yang melakukan real earning management dan perusahaan yang tidak
melakukan real earning management.
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kinerja pasar
perusahaan yang melakukan real earning management dan perusahaan
yang tidak melakukan real earning management.
Tabel Hasil Pengujian HipotesisTest Statisticsb
CAR
Mann-Whitney U 23.000
Wilcoxon W 38.000
Z -.511
Asymp. Sig. (2-tailed) .609
Sumber: Data Diolah (Lampiran 3)
Dalam hipotesis ini peneliti menguji perbedaan kinerja pasar (CAR)
perusahaan yang melakukan real earning management dan yang tidak
melakukan real earning management. Penelitian ini menggunakan tingkat
signifikan α = 0,05 dan hasil pada pengujian adalah p (0,609) > α.
Berdasarkan penjelasan hasil tersebut maka secara statistik Ha ditolak dan
Ho diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap kinerja pasar perusahaan yang melakukan real earning
management maupun perusahaan yang tidak melakukan real earning
management. Dalam Lampiran uji normalitas, dapat kita lihat bahwa mean
kinerja pasar perusahaan yang melakukan real earning management lebih
rendah dibandingkan kinerja pasar perusahaan yang tidak melakukan real
earning management. Standar deviasi yang menunjukkan penyebaran
kinerja pasar pun dapat kita lihat bahwa perusahaan yang tidak melakukan
real earning management memiliki standar deviasi yang sangat tinggi, hal
ini adalah salah satu penyebab tidak terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap kinerja pasar.
1.8 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan analisis data yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan terhadap kinerja pasar perusahaan yang melakukan real
earning management dengan perusahaan yang tidak melakukan real earning
management.
1.9 Keterbatasan Penelitian
Terdapat keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian yaitu
perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini terlalu sedikit, karena hanya
mengambil sampel perusahaan industri food and beverage saja dan pada
periodesasi yang cukup pendek. Jika sampel penelitian mengambil jenis
perusahaan dari industri lainnya mungkin dapat memberikan hasil yang
berbeda.
2.0 Saran
1. Melakukan penelitian dengan menggunakan sampel yang lebih banyak
dan tidak hanya perusahaan food and beverage saja yang dijadikan
sampel. Hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih akurat dan
menunjukkan apakah penelitian dengan menggunakan seluruh perusahaan
dapat memberikan hasil yang berbeda atau sama.
2. Bagi peneliti selanjutnya dapat menguji ulang penelitian ini dan dapat
juga menambah variabel lain yang dianggap memiliki pengaruh cukup
kuat, sehingga penelitian selanjutnya dapat menemukan hasil yang baru
dan dapat mengetahui apakah penelitian ini masih layak atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, W. 2008. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Melalui Manipulasi Aktivitas Riil”. Seminar Ketahanan Ekonomi Nasional (SKEN). Yogyakarta.
Annisaa’rahman. dan Yanthi H. 2007. “Earnings Management Melalui Accruals Dan Real Activities Manipulation Pada Initial Public Offerings Dan Kinerja Jangka Panjang (Studi Empiris Pada Bursa Efek Jakarta)”. The 1st
Accounting Conference, Fakultas Ekonomi - Universitas Indonesia.
Aprilia, H. 2010. Skripsi “Indikasi Manajemen Laba melalui Manipulasi Aktivitas Riil (Studi Empiris pada Perusahaan Right Issue yang terdaftar di BEI)”. Fakultas Ekonomi-Universitas Diponegoro.
Aryani, W. 2011. Skripsi “Mekanisme Corporate Governance dan Manajemen Laba melalui Manipulasi Aktivitas Riil”. Fakultas Ekonomi-Universitas Diponegoro.
Bartov, E. 1993. The timing of Asset Sales and Earnings Manipulation. The Accounting Review 68 (4): 840-855.
Baridwan, Z.; Hariani, Arie Rahayu. 2010. Insentif untuk Memanipulasi Laba sebagai Syarat Keefektifan Audit yang Berkualitas dalam Mengurangi Manipulasi Laba. Fakultas Ekonomi-Universitas Gajah Mada.
Bens, D., Nagar, V., dan Franco Wong, M. H. 2002. Real investment implications of employee stock option exercises. Journal of Accounting Research 40: 359-393.
Bushee, B. J. 1998. The Influence of Institutional Investors on Myopic R & D Investment Behavior. The Accounting Review 73 (3): 305-333.
Cohen, D.A.; Pandit, Shail; Wasley Charles dan Zach Tzachi. 2011. “Measuring Real Activity Management”. SSRN.
Dechow, et al. 1998. “The Relation between Earnings and Cash Flows.” Journal of Accounting and Economics. 25: 133-168.
Ernestberger, J.; Link, Benedikt dan Vogler, Oliver. 2011. “The Real Business Effects of Quarterly Reporting”. Ruhr-University Bochum.
Ghozali, I. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Gunny, Katherine. 2009. The relation between earnings management using real activities manipulation and future performance: Evidence from meeting earnings benchmarks. http://www.ssrn.com
Gunny, K. 2005. “What are the Consequences of Real Earnings Management?”Working Paper, University of Colorado.
Hartono, J. 2003. “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.
Healy, Paul M., dan James M. Wahlen. 1998. A Review Of The Earnings Management Literature And Its Implications For Standard Setting. http://www.ssrn.com
Husnan, S., dan E. Pudjiastuti. 2003. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi 2, UPP AMP-YKPN, Yogyakarta.
Koyuimirsa. 2011. Skripsi “Dampak Manajemen Laba Akrual dan Manajemen laba Riil terhadap Kinerja Pasar”. Fakultaas Ekonomi- Universitas Diponegoro.
Livnat, Joshua dan Paul Zarowin. 1990. The Incremental Information Content of Cash-Flow Components. Journal of Accounting and Economics, vol. 13, hal. 25-46.
Oktorina, M., dan Yanthi H. (2008). “Analisis Arus Kas Kegiatan Operasi dalam Mendeteksi Manipulasi Aktivitas Riil dan Dampaknya Terhadap Kinerja Pasar.” Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XI, Pontianak.
Priyatno, D. 2010. “Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS”. MediaKom. Cetakan Pertama. Jakarta.
Ratmono, D. 2010. Manajemen laba riil dan berbasis akrual: Dapatkah auditor yang berkualitas mendeteksinya?. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XIII, Purwokerto.
Roychowdhury, S. 2006. “Earnings Management through Real Activities Manipulation.” Journal of Accounting and Economics. 42: 335-370.
Sahabu, S. 2009. “Manajemen Laba Melalui Akrual Dan Manipulasi Aktivitas Nyata Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perusahaan Yang Melakukan Right Issue”. Tesis Yang Dipublikasikan.
Sari, Ratna Candra. 2008. “Investor Protection, Real Activity Manipulation And Accrual Manipulation: Asian Comparison”. Depok, 4-5 November.
Subramanyam, K.R dan Wild, John J. 2010. Analisis Laporan Keuangan Edisi 10. Salemba Empat.
Sulistiawan, D.; Januarsi, Yeni dan Alvia, Liza. 2011. “Creative Accounting”. Salemba Empat.
Sulistyowati, D. 2009. “Analisis Teknik Manajemen Laba Menggunakan Manipulasi Aktivitas Riil dan Classification Shifting”. Universitas Diponegoro Semarang.
Suyudi, M. 2009. Sintesis Teori dalam Akuntansi untuk Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda Vol.7 No. 1.
www.idx.co.id/softcopylaporankeuangan
Zang, Amy Y. 2006. “Evidence on the Tradeoff between Real Manipulation and Accrual Manipulation.” Working Paper, Duke Universitas.