ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR...

46
1 ABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2006- 2010 Oleh NANCY GRACE PASARIBU Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh financial leverage, asset composition, asset turnover terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan dugaan hipotesis bahwa financial leverage, asset composition, asset turnover berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian ini menggunakan sampel penelitian sebanyak 16 perusahaan yang dipilih berdasarkan metoda penyampelan bersasaran. Regresi logistik digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa financial leverage dan asset composition berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, dan asset turnover berpengaruh positif signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Kata kunci: Kecurangan Akuntansi, Hutang Keuangan, Komposisi Aset, Perputaran Aset.

Transcript of ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR...

Page 1: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

1

ABSTRAK

PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA

PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2006-2010

Oleh

NANCY GRACE PASARIBU

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh financial leverage, asset composition, asset turnover terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan dugaan hipotesis bahwa financial leverage, asset composition, asset turnover berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

Penelitian ini menggunakan sampel penelitian sebanyak 16 perusahaan yang dipilih berdasarkan metoda penyampelan bersasaran. Regresi logistik digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa financial leverage dan asset composition berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, dan asset turnover berpengaruh positif signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

Kata kunci: Kecurangan Akuntansi, Hutang Keuangan, Komposisi Aset, Perputaran Aset.

Page 2: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

2

ABSTRACT

THE EFFECT OF FINANCIAL STABILITY FACTORS TO ACCOUNTING FRAUD TENDENCY IN FOOD AND BEVERAGES

COMPANY LISTED IN BEI 2006-2010

By

NANCY GRACE PASARIBU

The purpose of this study is to analyze the effect of financial leverage, asset composition, and asset turnover to the accounting fraud tendency in food and beverages companies listed in the Indonesian Stock Exchange. With the allegations hypothesis that financial leverage, asset composition, asset turnover is positive effect to the accounting fraud tendency.

This study samples were 16 companies using the purposive sampling method. In this study binary logistic regression was used to test the hypothesis.

The results showed that financial leverage and asset composition is positive effect and not significant to accounting fraud tendency, and asset turnover are positive effect and significant to accounting fraud tendency.

Keyword: Accounting Fraud, Financial Leverage, Asset Composition, Asset Turnover.

Page 3: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

3

Nama : Nancy Grace Pasaribu

NPM : 0811031039

Jurusan : Akuntansi

No HP : 0857 8981 5830

Email : [email protected]

Pembimbing I : Saring Suhendro, S.E., M.Si., Akt.

Pembimbing II : Retno Y. N., S.E., M.Sc., Akt.

Page 4: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecurangan akuntansi telah berkembang secara luas. Dampak dari kecurangan

tersebut sangat besar dan telah merugikan banyak pihak. Contoh kecurangan

akuntansi juga terjadi di Indonesia sebagai Negara dengan peringkat korupsi

tertinggi di dunia (Transparancy International, 2005). Di Indonesia, kecurangan

akuntansi dibuktikan dengan adanya likuidasi beberapa bank, diajukannya

manajemen BUMN dan swasta ke pengadilan, kasus kejahatan perbankan,

manipulasi pajak, korupsi di komisi penyelenggara pemilu, dan DPRD.

Kecurangan akuntansi sering kali diawali dengan salah saji atau manajemen laba

dari laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak material tetapi akhirnya

tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran dan menghasilkan laporan keuangan

tahunan yang menyesatkan secara material (Rezaee, 2002). Oleh sebab itu,

penelitian ini menjadikan manajemen laba (earnings management) sebagai proksi

variabel dependen yaitu kecenderungan kecurangan akuntansi. Manajemen laba

yang dipilih adalah manajemen laba real karena perusahaan melakukan

manajemen laba real untuk menghindari melaporkan kerugian (Roychowdhury

2006).

Dalam SAS No.99 untuk menghadapi tekanan manajer melakukan financial

statement fraud dengan melakukan kecurangan financial stability (Skousen,

2009). Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi

keuangan suatu entitas dalam keadaan stabil. Ketika financial stabilty perusahaan

berada dalam keadaan terancam, maka manajemen akan melakukan berbagai cara

agar kondisi keuangan perusahaan terlihat baik. Perusahaan yang terbukti secara

empiris tetap stabil meskipun kondisi ekonomi Indonesia dalam keadaan krisis

adalah perusahaan food and beverages yang dapat dilihat dari peningkatan

pertumbuhan antara tahun 1998 sampai dengan tahun 2001. Hal ini tentu tidak

terlepas dari pengelolaan model kerja yang efektif, kemampuan perusahaan dalam

Page 5: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

5

bersaing dan permintaan pasar tidak menurun. Maka penulis sangat tertarik untuk

memilih perusahaan food and beverages sebagai objek penelitian.

Variabel independen dalam penelitian ini terdapat tiga faktor financial stability

yaitu financial leverage, asset composition, dan asset turnover yang merupakan

kecenderungan kecurangan akuntansi. Financial leverage merupakan penggunaan

sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan

tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan

meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2001).

Penggunaan hutang tersebut akan menciptakan leverage keuangan yang

mendorong risiko dari saham biasa dan mendorong pemegang saham untuk

meminta tingkat pengembalian yang lebih tinggi.

Hubungan antara kecenderungan kecurangan akuntansi dengan financial leverage

dapat dilihat dari salah satu motivasi debt convenant hypothesis, yang menyatakan

bahwa semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang maka

manajer akan cenderung memilih metoda akuntansi yang dapat “memindahkan”

laba perioda mendatang ke perioda berjalan sehingga dapat mengurangi

kemungkinan perusahaan yang mengalami pelanggaran kontrak atau perjanjian

hutang(Widyastuti, 2009).

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh

Soselisa dan Mukhlasin (2009), dengan perbedaan yang terdiri dari variabel

independen, perioda penelitian, dan sampel penelitian. Besar harapan penulis

untuk memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai kecurangan akuntansi

melalui model yang komprehensif dan teruji secara empiris sesuai dengan situasi

dan kondisi yang berlaku di Indonesia. Berdasarkan uraian latar belakang di atas,

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Financial Stability terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi pada

Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI 2006-2010. ”

Page 6: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

6

1.2 Perumusan Masalah dan Batasan Masalah

1.2.1 Perumusan Masalah

1. Apakah financial leverage berpengaruh terhadap kecenderungan

kecurangan akuntansi?

2. Apakah asset composition berpengaruh terhadap kecenderungan

kecurangan akuntansi?

3. Apakah asset turnover berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan

akuntansi?

1.2.2 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Populasi adalah perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia dengan perioda pengamatan tahun 2006-2010.

2. Kecenderungan kecurangan akuntansi yang diteliti dilakukan dengan

penyekoran 1 untuk perusahaan yang cenderung melakukan kecurangan

akuntansi dan 0 untuk perusahaan yang tidak cenderung melakukan

kecurangan akuntansi.

3. Faktor-faktor mempengaruhi kecenderungan kecurangan akuntansi

diproksikan dengan financial leverage, asset composition, dan asset

turnover.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

Menganalisis pengaruh financial leverage, asset composition, asset turnover

terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia perioda tahun 2006 - 2010.

1.3.2 Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari dilakukannya penelitian

ini adalah:

1. Dapat menjadi bukti empiris serta memberikan kontribusi tambahan

terhadap penelitian-penelitian yang telah ada.

Page 7: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

7

2. Bagi manajemen perusahaan dapat mencegah dan menganggulangi

terjadinya fraud demi integritas keuangan, reputasi, dan masa depan

organisasi.

3. Bagi para akademisi hasil studi ini diharapkan dapat memberikan masukan

terhadap isu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan

kecurangan akuntansi.

4. Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan sebagai masukan atau

bahan pembanding bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis

maupun penelitian yang lebih luas.

2.1. Kecurangan (fraud)

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mendefinisi kecurangan

(fraud) sebagai tindakan penipuan atau kekeliruan yang dibuat oleh seseorang

atau badan yang mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan

beberapa manfaat yang tidak baik kepada individu atau entitas atau pihak lain

(Ernst & Young LLP, 2009).

Dalam penelitian ini, financial leverage, asset composition, dan asset turnover

merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan kecurangan

akuntansi. Dengan kata lain faktor-faktor tersebut mendorong terjadinya

kecurangan akuntansi. Skousen et.al (2009) menjelaskan teori Fraud Triangle

bahwa penyebab atau pemicu fraud dibedakan atas tiga hal yaitu:

1. Tekanan (Unshareable pressure/ incentive) yang merupakan motivasi

seseorang untuk melakukan fraud antara lain motivasi ekonomi, alasan

emosional (iri/cemburu, balas dendam, kekuasaan, gengsi) dan nilai (values).

2. Kesempatan / peluang persepsian (Perceived opportunity) yaitu kondisi yang

memungkinkan seseorang melakukan atau menutupi tindakan tidak jujur.

Contoh kurangnya pengendalian yang dapat mencegah dan mendeteksi

perilaku curang, ketidakmampuan menilai kualitas kinerja ,terbatasnya akses

terhadap informasi, dan tidak adanya jejak audit.

3. Rasionalisasi (Rationalization) atau sikap yaitu pembenaran atas kecurangan

yang telah dilakukan. Contoh yang paling banyak digunakan adalah hanya

Page 8: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

8

meminjam aset yang dicuri serta merasa pendapatannya kurang dari yang

seharusnya lalu melakukan kecurangan.

Tabel 1.1 : Jenis-jenis Fraud

Jenis Fraud Korban Pelaku Penjelasan 1. Embezzlement

employee atau occupational fraud

Karyawan Atasan Atasan baik langsung maupun tidak langsung melakukan kecurangan pada karyawannya.

2. Management fraud

Stakeholders, kreditor dan pihak lain yang mengandalkan laporan keuangan

Manajemen puncak

Manajemen puncak menyediakan penyajian yang keliru, biasanya pada informasi keuangan.

3. Invesment scams

Investor Perorangan Individu yang menipu investor menanamkan uangnya dalam investasi yang salah.

4. Vendor fraud Organisasi atau perusahaan yang membeli barang atau jasa

Organisasi / perorangan yang menjual

Organisasi yang memasang harga terlalu tinggi atau tidak adanya pengirimin pada barang yang telah dibayar.

5. Customer fraud

Organisasi atau perusahaan yang menjual barang atau jasa

Pelanggan Pelanggan membohongi penjual dengan memberikan kepada pelanggan yang tidak seharusnya atau menuduh penjual memberikan lebih sedikit dari yang seharusnya.

Sumber: Fraudulent Financial Reporting: Tanggung Jawab Auditor Independen

(Effendi, 2006).

ACFE (Association of Certified Fraud Examiners) membagi Fraud (Kecurangan)

dalam tiga jenis berdasarkan perbuatan yaitu:

1. Penyimpangan atas aset (Asset Misappropriation)

Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan atau pencurian aset-aset

perusahaan atau pihak lain. Asset misappropriation merupakan bentuk fraud

yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat

diukur/dihitung (defined value). Penyimpangan atas aset dapat digolongkan

Page 9: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

9

ke dalam kecurangan kas dan kecurangan atas persediaan dan aset lainnya

serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang (fraudulent disbursement).

2. Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent Statement)

Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat,

eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi

keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan atau

financial engineering dalam penyajian laporan keuangannya. Hal tersebut

dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan atau mungkin dapat

dianalogikan dengan istilah window dressing.

3. Korupsi (Corruption)

Korupsi terbagi ke dalam conflict of interest, pemberian ilegal (illegal

gratuity), dan pemerasan (economic extortion). Jenis fraud ini paling sulit

dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan pihak lain seperti suap. Hal

ini merupakan jenis yang banyak terjadi di negara-negara berkembang yang

penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola

yang baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini

tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja secara bersama-sama

menikmati keuntungan.

2.2. Manajemen Laba

Manajemen laba adalah suatu intervensi yang dilakukan manajer pada kinerja

perusahaan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan

memperoleh keuntungan untuk kepentingan sendiri. Timbulnya manajemen laba

dapat dijelaskan dengan teori agensi. Sebagai agen, manajer secara moral

bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal)

dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak.

Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam perusahaan

dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan

tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Teknik

manajemen laba terdiri dari manajemen laba real dan manajemen laba akrual.

Page 10: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

10

Manajemen laba real merupakan manipulasi yang dilakukan melalui aktivitas

sehari-hari perusahaan selama perioda akuntansi berjalan dengan tujuan

memenuhi target laba tertentu atau untuk menghindari kerugian. Menurut

Roychowdhury (2006) metoda manajemen laba real yaitu:

A. Manajemen penjualan

Manajemen penjualan dapat dikatakan sebagai bentuk usaha manajer untuk

meningkatkan penjualan selama perioda akuntansi dengan tujuan meningkatkan

laba untuk mencapai target laba. Contohnya dengan menawarkan diskon-diskon

yang berlebihan dan menawarkan persyaratan kredit yang lebih lunak. Pemberian

diskon tersebut akan meningkatkan volume penjualan sehingga dapat mencapai

target laba jangka pendek dan kinerjanya terlihat baik maka manajer akan

menerima bonus. Akan tetapi, laba tahun sekarang yang meningkat mempunyai

dampak negatif terhadap aliran kas masa depan. Hal tersebut terjadi karena

margin yang lebih rendah serta menyebabkan biaya produksi menjadi lebih tinggi

daripada aktivitas normal.

Cara lain untuk meningkatkan penjualan yaitu dengan menawarkan persyaratan

kredit yang lebih lunak. Sebagai contoh perusahaan ritel dan otomotif sering

menawarkan tingkat bunga kredit yang rendah sampai dengan akhir perioda

akuntansi untuk meningkatkan penjualan. Volume penjualan yang meningkat

menyebabkan laba tahunan berjalan tinggi namun arus kas masuk lebih kecil dan

biaya produksi lebih tinggi dari penjualan normal.

B. Produksi yang berlebihan (Overproduction)

Overproduction merupakan teknik manajemen laba dengan memproduksi besar-

besaran. Manajer memproduksi barang lebih besar daripada yang dibutuhkan agar

mencapai permintaan yang diharapkan perusahaaan. Produksi dalam skala besar

menyebabkan biaya overhead tetap dibagi dengan jumlah unit barang yang besar

sehingga rata-rata biaya per unit produk dan harga pokok penjualan menurun.

Penurunan harga pokok per unit produk yang diproduksi besar-besaran

mempunyai dampak pelaporan margin operasi yang lebih tinggi dan arus kas

kegiatan operasi yang lebih rendah daripada tingkat penjualan normal.

Page 11: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

11

C. Pengurangan biaya diskresioner

Biaya diskresioner merupakan biaya-biaya yang tidak mempunyai hubungan yang

akurat dengan output dan merupakan biaya yang outputnya tidak dapat diukur

secara moneter. Contohnya dengan menurunkan beban iklan, beban administrasi,

dan beban umum terutama saat perioda pengeluaran tersebut tidak secara

langsung menyebabkan pendapatan dan laba. Apabila pengeluaran biaya

diskresioner dalam bentuk kas, maka pengurangan biaya-biaya tersebut akan

berdampak pada arus kas keluar sehingga berdampak positif pada arus kas operasi

abnormal perioda tersebut. Resiko yang timbul akibat hal tersebut kemungkinan

menyebabkan penurunan arus kas pada perioda yang akan datang.

Sedangkan manajemen laba akrual merupakan rekayasa atau manipulasi laba

dengan discretionary accrual yang tidak memiliki pengaruh terhadap aliran kas

perusahaan secara langsung. Manajemen laba akrual biasanya dilakukan pada

akhir perioda dengan keikutsertaan pihak manajer perusahaan. Ketika manager

mengetahui laba sebelum direkayasa, sehingga dapat mengetahui berapa besar

manipulasi yang diperlukan agar target laba tercapai. Manipulasi ini dapat

terdeteksi oleh auditor, investor ataupun badan pemerintah sehingga dapat

berdampak pada harga saham bahkan menyebabkan kebangkrutan atau kasus

hukum (Wulandari dan Ayu, 2007).

2.3. Financial Stability

Dalam SAS No.99 dikemukakan dalam menghadapi tekanan untuk melakukan

financial statement fraud manager melakukan kecurangan stabilitas keuangan

(financial stability) atau profitabilitas terancam oleh keadaan ekonomi, industri,

dan situasi entitas yang beroperasi (Skousen, 2009). Financial stability

merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan dalam keadaan

stabil. Ketika financial stabilty perusahaan berada dalam keadaan terancam, maka

manajemen akan melakukan berbagai cara agar kondisi keuangan perusahaan

terlihat baik.

2.3.1. Financial Leverage

Page 12: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

12

Menurut Subramanyan (2010) financial leverage perusahaan pada tahunt akan

berpengaruh sebagai ukuran sejauh mana aset perusahaan dapat dibiayai dengan

utang pada tahunt+1. Hubungan antara kecenderungan kecurangan akuntansi

dengan financial leverage dapat dilihat dari salah satu motivasi yang

dikemukakan oleh Widyastuti (2009) yaitu debt convenant hypothesis, yang

menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian

hutang maka manajer akan cenderung memilih metoda akuntansi yang dapat

“memindahkan” laba perioda mendatang ke perioda berjalan sehingga dapat

mengurangi kemungkinan perusahaan yang mengalami pelanggaran kontrak atau

perjanjian hutang.

2.3.2. Asset Composition

Asset composition yang dalam hal ini mencakup aset lancar dan sediaan akan

berhubungan dengan kecenderungan kecurangan akuntansi. Asset composition

adalah penggambaran komposisi sediaan dan piutang yang terdapat dalam total

aset (Salman, 2007) . Komposisi aset mengukur kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan sediaan,

karena sediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisasi menjadi

uang kas, walaupun kenyataannya mungkin sediaan lebih likuid daripada piutang.

Persons (1995) menyatakan perubahan asset composition perusahaan pada tahunt

dalam jumlah yang material akan menimbulkan tuntutan auditor pada tahunt+1.

2.3.3 Asset Turnover.

Asset turnover merupakan penggambaran nilai penjualan yang dihasilkan

perusahaan dari setiap rupiah asetnya. Perputaran aset menunjukkan seberapa jauh

aset yang telah dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan

berapa kali operating assets berputar dalam suatu perioda tertentu dan seberapa

efektif perusahaan menggunakan hutang. Persons (1995) menyatakan bahwa asset

turnover mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi persaingan usaha.

Hal ini memberikan insentif bagi manajer tersebut untuk melakukan kecurangan

akuntansi. Subramanyan (2010) asset turnover perusahaan pada tahunt akan

Page 13: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

13

berpengaruh sebagai ukuran seberapa jauh aset digunakan dalam kegiatan

perusahaan pada tahunt+1.

Benish (1997) mengungkapkan bahwa sales, growth, leverage, dan total akrual

yang dibagi dengan total aset berguna dalam mengidentifikasi pelanggar GAAP

dan perusahaan yang secara agresif menggunakan akrual untuk memanipulasi

pendapatan. Dengan demikian hubungan kecenderungan kecurangan akuntansi

dengan perputaran aset (asset turnover) dapat dikatakan bahwa semakin

terdorongnya manajer oleh pemegang saham untuk mendapatkan investor baru

menyebabkan manajer terdorong untuk melakukan bentuk-bentuk kecurangan

akuntansi. Investor-investor pada umumnya tertarik untuk menanamkan modal

ketika perusahaan tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik dengan

pertumbuhan yang meningkat dengan cepat.

2.4. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh financial

stability terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi:

Soselisa dan Mukhlasin (2009) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh

faktor kultur organisasi, manajemen, strategik, keuangan dan auditor terhadap

kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian ini dilakukan pada 110

perusahaan go public di BEI selama perioda 2003 – 2007. Penelitian tersebut

menggunakan daftar sanksi yang dikeluarkan oleh Bapepam untuk

mengidentifikasi 29 perusahaan yang melakukan kecurangan akuntansi (fraud

firm) selama perioda 2003 – 2007 dan mengambil secara acak 81 perusahaan

sebagai perusahaan yang tidak melakukan kecurangan akuntansi (non-fraud firm).

Dengan hasil penelitian financial leverage tidak berpengaruh terhadap

kecenderungan kecurangan akuntansi sedangkan komposisi aset dan ukuran

perusahaan berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi

serta capital turnover yang berpengaruh negatif terhadap kecenderungan

kecurangan akuntansi.

Wilopo (2006) menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

kecenderungan kecurangan akuntansi dengan populasi perusahaan BUMN yang

Page 14: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

14

ada di Indonesia dengan mengirimkan kuesioner kepada 477 perusahaan. Hasil

dari penelitian ini adalah pengendalian internal yang efektif memberikan pengaruh

yang signifikan dan negatif terhadap perilaku tidak etis, pengendalian internal

yang efektif memberikan pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap

kecenderungan kecurangan akuntansi, kesesuaian kompensasi memberikan

pengaruh tidak signifikan terhadap perilaku tidak etis, kesesuaian kompensasi

memberikan pengaruh tidak signifikan terhadap kecenderungan kecurangan

akuntansi, ketaatan aturan akuntansi memberikan pengaruh yang signifikan dan

negatif terhadap perilaku tidak etis, ketaatan dari akuntan atau penanggung jawab

penyusun laporan keuangan terhadap aturan akuntansi memberikan pengaruh

yang signifikan dan negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi,

asimetri informasi memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap

perilaku tidak etis, asimetri informasi memberikan pengaruh yang signifikan dan

positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, moralitas manajemen

memberikan pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap perilaku tidak etis,

moralitas manajemen memberikan pengaruh yang signifikan dan negatif pada

kecenderungan kecurangan akuntansi, perilaku tidak etis memberikan pengaruh

yang signifikan dan positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

2.5. Model Penelitian

Financial Leverage

Kecenderungan Kecurangan

Akuntansi

Asset Composition

Asset Turnover

Page 15: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

15

2.6. Pengembangan Hipotesis

2.6.1 Financial Leverage

Financial leverage merupakan penggunaan sumber dana yang memiliki beban

tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih

besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkat keuntungan yang tersedia

bagi pemegang saham (Sartono, 2001). Dalam suatu perusahaan dikenal istilah

biaya modal (Cost Of Capital) yaitu penggambaran pengembalian yang harus

diperoleh suatu perusahaan atas investasi. Analisis biaya modal ini bertujuan

untuk melihat bagaimana kondisi struktur modal perusahaan, biaya modal ini

diusahakan seminimal mungkin maka dapat dikatakan bahwa struktur keuangan

adalah baik.

Pada kenyataannya, perusahaan sulit mencapai struktur modal yang optimal dalam

suatu komposisi pembelanjaan yang tepat, bahkan ketika menetapkan suatu range

untuk struktur modal yang optimal pun sangat sulit. Oleh karena itu, sebagian

besar perusahaan hanya memperhatikan apakah perusahaan tersebut terlalu

banyak mempergunakan hutang ataukah tidak. Penggunaan hutang tersebut akan

menciptakan leverage keuangan yang mendorong resiko dari saham biasa dan

mendorong pemegang saham untuk meminta tingkat pengembalian yang lebih

tinggi.

Persons (1995) menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang

tinggi tidak lagi menggunakan pinjaman sebagai sumber dananya dan akan beralih

ke equity financing. Oleh karena itu, perusahaan tersebut harus memiliki kinerja

yang baik dan laba yang tinggi untuk menarik calon investor. Hal ini akan

menciptakan motivasi untuk melakukan manipulasi laba. Soselisa dan Mukhlasin

(2009) menyatakan bahwa financial leverage berpengaruh negatif pada

kecenderungan kecurangan akuntansi sedangkan Persons (1995) menyatakan

bahwa financial leverage berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan

akuntansi. Berdasarkan uraian di atas maka melalui skripsi ini dapat diajukan

hipotesis:

(Ha1) : Financial leverage berpengaruh positif terhadap kecenderungan

kecurangan akuntansi.

Page 16: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

16

2.6.2 Asset Composition

Asset composition adalah penggambaran komposisi sediaan dan piutang yang

terdapat dalam total aset (Salman, 2007) . Komposisi aset mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak

memperhitungkan sediaan, karena sediaan memerlukan waktu yang relatif lama

untuk direalisasi menjadi uang kas, walaupun kenyataannya mungkin sediaan

lebih likuid daripada piutang.

Feroz et al. (1991) menyatakan bahwa 75% perusahaan yang melakukan

kecurangan akuntansi cenderung melakukan overstatements dari piutang usahanya

dan sediaannya. Sebagaimana halnya yang disebutkan pula oleh BPK (2010)

penyalahgunaan aset (asset misappropriation) dapat digolongkan ke dalam

kecurangan kas dan kecurangan atas sediaan dan aset lainnya serta pengeluaraan

biaya-biaya secara curang (fraudulent disbursement).

Jadi dapat diketahui bahwa hubungan komposisi aset (assets composition) dengan

kecenderungan kecurangan akuntansi semakin tidak seimbangnya laporan

keuangan yang dilakukan pelaku kecurangan akibat penyalahgunaan aset, pelaku

cenderung memindahkan akun lain misalnya dengan membebankan ke akun

biaya. Persons (1995) menyatakan bahwa besarnya komposisi aset lancar

khususnya piutang dan sediaan dalam aset perusahaan berpengaruh secara positif

terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Berdasarkan uraian di atas maka

melalui skripsi ini dapat diajukan hipotesis:

(Ha2) : Asset composition berpengaruh positif terhadap kecenderungan

kecurangan akuntansi.

2.6.3 Asset Turnover.

Asset turnover merupakan penggambaran nilai penjualan yang dihasilkan

perusahaan dari setiap rupiah asetnya. Perputaran aset menunjukkan seberapa jauh

aset yang telah dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan

berapa kali operating assets berputar dalam suatu perioda tertentu dan seberapa

efektif perusahaan menggunakan hutang. Persons (1995) menyatakan bahwa asset

turnover mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi persaingan usaha.

Persons (1995) juga menyatakan bahwa manajer dari perusahaan yang melakukan

Page 17: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

17

kecurangan biasanya kurang bisa bersaing dibandingkan dengan manajer

perusahaan yang tidak melakukan kecurangan dalam memanfaatkan aset

perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Hal ini memberikan insentif bagi

manajer tersebut untuk melakukan kecurangan akuntansi. Beneish (1999)

berargumen bahwa kinerja perusahaan yang buruk mendorong perusahaan untuk

melakukan kecurangan akuntansi.

Nguyen (2008) juga mengungkapkan jenis-jenis fraud yang berhubungan dengan

penjualan baik yang dilakukan pelanggan ataupun suatu perusahaan. Contoh di

Indonesia dapat dikemukakan kasus yang terjadi pada PT Kimia Farma Tbk. PT

Kimia Farma Tbk adalah badan usaha milik negara yang sahamnya telah

diperdagangkan di bursa. Berdasarkan indikasi oleh Kementerian BUMN dan

pemeriksaan Bapepam ditemukan adanya salah saji dalam laporan keuangan yang

mengakibatkan lebih saji (overstatement) laba bersih untuk tahun yang berakhir

31 Desember 2001 sebesar Rp 32,7 miliar yang merupakan 2,3 % dari penjualan

dan 24,7% dari laba bersih. Salah saji ini terjadi dengan cara melebihsajikan

penjualan dan sediaan pada 3 unit usaha, dan dilakukan dengan

menggelembungkan harga sediaan yang telah diotorisasi oleh Direktur Produksi

untuk menentukan nilai sediaan pada unit distribusi PT Kimia Farma Tbk per 31

Desember 2001. Selain itu manajemen PT Kimia Farma Tbk melakukan

pencatatan ganda atas penjualan pada 2 unit usaha. Pencatatan ganda itu dilakukan

pada unit-unit yang tidak disampling oleh auditor eksternal (Koroy, 2008).

Persons (1995) menemukan bahwa semakin rendah asset turnover suatu

perusahaan, maka akan semakin besar kecenderungan perusahaan tersebut untuk

melakukan kecurangan laporan keuangan/ akuntansi. Berdasarkan uraian di atas

maka melalui skripsi ini dapat diajukan hipotesis:

(Ha3) : Asset turnover berpengaruh positif terhadap kecenderungan

kecurangan akuntansi.

Page 18: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

18

3.1 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berupa

laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang terdaftar dan telah dipublikasi di

Bursa Efek Indonesia pada perioda 2006 – 2010.

3.2 Metoda Pengumpulan Data

Metoda pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

mencari data langsung dari catatan-catatan atau laporan keuangan yang ada pada

BEI. Data sekunder yang diambil dari BEI ini terdiri dari laporan auditor

independen dan laporan keuangan perusahaan setiap perusahaan food and

beverages yang terdaftar dan sesuai dengan kriteria pemilihan sampel. Perusahaan

food and beverages terbukti secara empiris tetap stabil meskipun kondisi ekonomi

Indonesia dalam keadaan krisis dapat dilihat dari peningkatan pertumbuhan antara

tahun 1998 sampai dengan tahun 2001. Dengan pengelolaan model kerja yang

efektif, kemampuan perusahaan dalam bersaing dan permintaan pasar tidak

menurun. Selain itu juga penulis melakukan studi pustaka yaitu pengumpulan data

sebagai landasan teori serta penelitian terdahulu yang didapat dari dokumen-

dokumen, buku, internet, ICMD (Indonesian Capital Market Directory) serta

sumber data tertulis lainnya yang berhubungan dengan informasi yang

dibutuhkan.

3.3 Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sampel perusahaan food and

beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebab perusahan tersebut

terbukti secara empiris tetap stabil meskipun kondisi Indonesia mengalami krisis

keuangan. Penulis menggunakan data perioda pengamatan yang tercatat di Bursa

Efek Indonesia selama 5 tahun, yaitu dari perioda tahun 2006-2010. Teknik

penarikan sampel dalam penelitian ini adalah metoda penyampelan bersasaran

(purposive sampling method), yaitu pemilihan anggota sampel yang didasarkan

pada kriteria-kriteria tertentu atau ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh sampel itu.

Kriteria yang harus dipenuhi oleh sampel pada penelitian ini adalah:

1. Tersedia laporan keuangan lengkap untuk perioda yang berakhir pada 31

Desember pada tahun pengamatan 2006 -2010 dalam satuan rupiah.

Page 19: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

19

2. Laporan tahunan perusahaan yang memiliki data-data berkaitan dengan

variabel penelitian.

Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria

NO. Kriteria Jumlah 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

tahun 2006-2010

150

2. Perusahaan food and beverages yang terdaftar di

BEI tahun 2006-2010

21

3. Perusahaan food and beverages yang melakukan

delisting tahun 2006-2010 dari BEI

(3)

4. Tidak ada data penelitian (2)

Jumlah sampel penelitian 16

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.4.1 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen atau sering disebut variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah kecenderungan kecurangan akuntansi yang diproksikan dengan manajemen

laba real. Kecenderungan kecurangan akuntansi merupakan variabel dami (dummy

variable) sehingga akan diberikan nilai 1 untuk perusahaan yang cenderung

melakukan kecurangan akuntansi, dan nilai 0 untuk perusahaan yang tidak

cenderung melakukan kecurangan akuntansi.

3.4.2 Variabel Independen

1. Financial Leverage (FL)

Sartono (2001) menyatakan financial leverage merupakan penggunaan sumber

dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan

tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan

meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Financial leverage

digunakan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan menggunakan hutang dari

luar untuk membiayai operasi. Subramanyam dan Wild (2010) dalam buku

Page 20: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

20

Analisis Laporan Keuangan menyatakan formula untuk menghitung variabel

financial leverage adalah:

2. Asset Composition (AC)

Assets composition adalah penggambaran komposisi sediaan dan piutang yang

terdapat dalam total aset (Persons,1995). Komposisi aset mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan tidak memperhitungkan

sediaan, karena sediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir

menjadi uang kas, walaupun kenyataannya mungkin sediaan lebih likuid daripada

piutang (mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka

pendeknya). Persons (1995) menyatakan komposisi aset diproksikan dalam

formula:

3. Asset Turnover (ATO)

Asset turnover merupakan penggambaran nilai penjualan yang dihasilkan

perusahaan dari setiap rupiah asetnya. Perputaran aset menunjukkan seberapa jauh

aset yang telah dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan

berapa kali operating assets berputar dalam suatu perioda tertentu dan seberapa

efektif perusahaan menggunakan hutang atau mengelola asetnya sehingga

memberikan aliran kas masuk. Formula yang digunakan untuk mengukur variabel

perputaran aset menurut Subramanyam dan Wild (2010) dalam buku Analisis

Laporan Keuangan adalah:

3.5 Alat Analisis

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan metoda regresi. Regresi yang

digunakan adalah regresi logistik. Regresi logistik (logit) dipilih karena data

dalam penelitian ini berupa data nominal dan data rasio baik variabel dependen

maupun variabel independen. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan

Page 21: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

21

untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap satu variabel dependen

yang merupakan variabel dami (dummy variable). Model logit yang digunakan

dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

KKA = α + β1FL+ β2AC + β3ATO +ε

Keterangan:

KKA = Kecenderungan kecurangan akuntansi (variabel dami, 1 jika perusahaan

cenderung curang, 0 jika perusahaan tidak cenderung curang, yang diukur

dengan manajemen laba real)

FL = Financial leverage

AC = Asset composition

ATO = Asset turnover

α = konstanta

ε = error atau kesalahan residual

3.5.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif ini digunakan untuk mengukur rata-rata, nilai maksimum dan

minimum, standar deviasi dari masing-masing obyek penelitian pada perioda

2006-2010. Analisis deskriptif ini dengan menggunakan SPSS versi 18.0.

3.5.2 Uji Hipotesis

Untuk menjawab hipotesis yang telah dibuat dapat digunakan metoda analisis

sebagai berikut:

a. Uji Kelayakan Model Regresi

Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit lebih besar dari pada

0,05 maka model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan

model dapat diteima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2007).

b. Uji Model Fit

Dalam menilai overall fit model, dapat dilakukan dengan beberapa cara.

Diantaranya:

1. Chi Square

Page 22: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

22

Nilai chi square didapat dari nilai -2logL1–2logL0. Apabila terjadi penurunan,

maka model tersebut menunjukkan model regresi yang baik (Ghozali, 2007).

2. Cox and Snell’s R Square dan Nagelkereke’s R square

Nagelkereke R square merupakan modifikasi dari koefisien Cox and Snell R

square untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 sampai 1. Hal ini

dilakukan dengan cara membagi nilai Cox and Snell R square dengan nilai

maksimumnya (Ghozali, 2007).

3. Tabel Klasifikasi 2x2

Tabel klasifikasi 2x2 menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan salah

(incorrect). Pada kolom merupakan dua nilai prediksi dari variabel dependen

dalam hal ini kecenderungan kecurangan (1) dan tidak cenderung curang (0),

sedangkan pada baris menunjukkan menunjukkan nilai observasi

sesungguhnya dari variabel dependen. Pada model sempurna, maka semua

kasus akan berada pada diagonal dengan ketepatan peramalan 100% (Ghozali,

2007).

c. Pengujian Signifikansi Koefisien Regresi

Pengujian koefisien regresi dilakukan untuk menguji seberapa jauh semua

variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh

terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Analisis pengujian hipotesis

dengan logit memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan sebesar 5%.

2. Kriteria penerimaan dan penolakan signifikansi didasarkan pada

signifikansi p-value (prob value). Jika p value (signifikansi) > 0.05, maka

variabel yang diteliti tidak signifikan. Sebaliknya jika p value < 0.05,

maka variabel yang diteliti signifikan (Ghozali, 2007)

4.1 Statistik Deskriptif

Roychowdhury (2006) menyatakan perusahaan yang terbukti melakukan tindakan

manajemen laba real cenderung memperlihatkan arus kas kegiatan operasi yang

rendah, biaya produksi yang tinggi dan biaya diskresioner yang rendah dari yang

Page 23: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

23

seharusnya. Apabila mean arus kas kegiatan operasi abnormal dan biaya

diskresioner seluruh sampel bernilai negatif maka sampel diduga cenderung

melakukan manajemen laba real. Sedangkan apabila mean biaya produksi

abnormal bernilai positif maka sampel diduga cenderung melakukan manajemen

laba real melalui biaya produksi.

Untuk memberi skor 1 atau 0 pada setiap perusahaan food and beverages diawali

dengan menghitung kegiatan abnormal arus kas, abnormal produksi dan abnormal

diskresioner menggunakan pendekatan Roychowdhury (2006). Setelah

menghitung ketiga abnormal manajemen laba real dengan Microsoft Excel maka

nilai kegiatan abnormal tersebut menjadi dasar untuk menjadi dasar

mengklasifikasikan perusahaan mana yang melakukan manajemen laba real sesuai

dengan persyaratan nilai mean ketiga kegiatan abnormal perusahaan

Roychowdhury (2006) menggunakan uji statistik deskriptif SPSS. Setelah

diperoleh hasil uji statistik deskriptif dari variabel-variabel abnormal arus kas

(ABNCFO), abnormal produksi (ABNPROD), dan abnormal diskresioner

(ABNDISEXP) maka langkah selanjutnya menentukan nilai mean manakah yang

masuk persyaratan manajemen laba real Roychowdhury (2006) bahwa mean arus

kas kegiatan operasi abnormal dan biaya diskresioner seluruh sampel bernilai

negatif , serta mean biaya produksi abnormal bernilai positif.

Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik DeskriptifDescriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ABNCFO 80 ,056311 ,407307 ,19317308 ,089282422

ABNPROD 80 -,134529 1,763518 ,39343193 ,289919966

ABNDISEXP 80 -,018954 2,160397 ,58660501 ,362209520

Valid N (listwise) 80

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Jadi dari hasil tabel di atas dapat diartikan perusahaan hanya terbukti melakukan

manajemen laba real melalui biaya produksi saja. Nilai mean biaya produksi

abnormal sebesar 0,39343193 nantinya akan menjadi dasar dalam

mengelompokkan sampel. Jika nilai biaya produksi abnormal sampel lebih besar

dari 0,39343193 maka diberi nilai 1 dengan arti perusahaan tersebut cenderung

Page 24: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

24

melakukan kecurangan akuntansi. Namun apabila nilai biaya produksi abnormal

sampel lebih kecil dari 0,39343193 maka diberi nilai 0 dengan arti perusahaan

tersebut tidak cenderung melakukan kecurangan akuntansi.

4.2 Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit Test)

Analisis pertama yang dilakukan adalah dengan menilai kelayakan model regresi

logistik yang akan digunakan. Pengujian kelayakan ini dilakukan dengan

menggunakan Goodness of fit test yang diukur dengan nilai Chi-Square pada

bagian bawah uji Hosmer and Lemeshow.

Tabel 4.2 Hasil Uji Hosmer and LemeshowHosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 14,453 8 ,071

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dari tabel di atas dapat diartikan bahwa nilai dari pengujian Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test berupa nilai chi square sebesar 14,453 dengan

signifikansi sebesar 0,071. Dengan tingkat signifikansi lebih besar dari tingkat α

sebesar 0,05 maka hal tersebut menunjukkan model mampu memprediksi nilai

observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data

observasinya (Ghozali, 2007).

4.3 Uji Model Fit (Overall Model Fit)

4.3.1 Chi Square Test

Tabel 4.3 Hasil Uji Chi Square awal

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients

Constant

Step 0 1 110,703 -,100

2 110,703 -,100

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.4 Hasil Uji Chi Square akhir

Page 25: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

25

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients

Constant FL AC ATO

Step 1 1 98,760 -1,422 ,799 2,835 ,199

2 85,928 -2,510 ,729 2,736 1,046

3 80,606 -3,794 ,661 3,089 1,975

4 80,328 -4,197 ,646 3,424 2,244

5 80,326 -4,230 ,644 3,454 2,267

6 80,326 -4,230 ,644 3,454 2,267

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Kedua tabel di atas menunjukkan perbandingan. Pada -2 log likelihood awal

menunjukkan angka 110,703, sedangkan pada -2 log likelihood akhir

menunjukkan angka 80,326 adanya penurunan nilai ini mengindikasikan bahwa

model regresi ini baik Ghozali (2007).

4.3.2 Cox and Snell’s R Square dan Nagelkerke’s R Square

Tabel 4.5 Hasil Uji Cox and Snell’s R Square dan Nagelkerke’s R Square

Step

-2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 80,326a ,316 ,422

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas nilai Nagelkerke’s R Square sebesar 0,422 menunjukkan

bahwa variabilitas variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel

independen sebesar 42,2 % dan 57,8 % dapat dijelaskan oleh variabel lain di luar

model. Cox and Snell’s R Square merupakan ukuran yang meniru R2 pada

multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai

maksimum kurang dari 1 sehingga sulit diinterprestasi. Nagelkerke’s R Square

merupakan modifikasi dari koefisien Cox and Snell’s untuk memastikan bahwa

nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara

membagi nilai Cox and Snell’s R Square dengan nilai maksimumnya (Ghozali,

2007).

Page 26: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

26

4.3.3 Uji Klasifikasi 2x2

Tabel 4.6 Hasil Uji Klasifikasi

Observed Predicted

KKA

Percentage

Correct

Tidak Cenderung

Curang

Cenderung

Curang

Step 1 KKA Tidak Cenderung Curang 35 7 83,3

Cenderung Curang 8 30 78,9

Overall Percentage 81,3

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dari tabel tersebut perusahaan yang diprediksi tidak memiliki kecenderungan

untuk melakukan kecurangan akuntansi, kekuatan prediksi dari model regresi

sebesar 83,3%. Hal ini menunjukkan 35 perusahaan yang diprediksi tidak

memiliki kecenderungan untuk melakukan kecurangan akuntansi. Sedangkan

kekuatan prediksi model perusahaan yang cenderung melakukan kecurangan

akuntansi sebesar 78,9%, yang berarti sebanyak 30 perusahaan dari total 38

perusahaan yang cenderung melakukan kecurangan akuntansi.

Sebesar 81,3% persentase secara keseluruhan dapat diprediksi melalui model

regresi ini. Dengan kata lain persentase tersebut menunjukkan ketepatan tabel

yang mendukung tidak adanya perbedaan terhadap data hasil prediksi dengan data

observasinya yang menunjukkan sebagai model regresi yang baik. Ghozali (2007)

menyatakan pada model yang sempurna, maka kasus akan berada pada tingkat

ketepatan peramalan 100%.

4.4 Uji Koefisien Regresi

Uji hipotesis menggunakan model logistic regression. Regresi logistik digunakan

untuk menguji pengaruh financial leverage, asset composition dan asset turnover

terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Untuk menguji signifikansi

koefisien dari variabel independen yang menggunakan p-value (probability value)

dengan tingkat signifikansi sebesar 5% (0,05). Apabila nilai signifikansi lebih

Page 27: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

27

kecil dari 0,05 maka koefisien regresi adalah signifikan. Hasil pengujian hipotesis

disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Uji Signifikansi Koefisien Regresi

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a FL ,644 ,653 ,973 1 ,324 1,904

AC 3,454 3,274 1,113 1 ,291 31,641

ATO 2,267 ,582 15,191 1 ,000 9,647

Constant -4,230 1,054 16,119 1 ,000 ,015

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai konstanta adalah -4,230 yang artinya

jika financial leverage, komposisi aset, dan asset turnover mengalami kenaikan

sebesar 1, maka log of odds kecenderungan kecurangan akuntansi akan turun

sebesar 4,230 dengan asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris paribus)

sehingga didapatkan persamaan Logit sebagai berikut:

= -4,230 + 0,644 FL + 3,454 AC + 2,267 ATO

Berdasarkan tabel pengujian hipotesis di atas menunjukkan bahwa koefisien

financial leverage 0,644 artinya apabila financial leverage mengalami kenaikan

sebesar 1, maka log of odds kecenderungan kecurangan akuntansi akan naik

sebesar 0,644 dengan asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris paribus).

Koefisien asset composition 3,454 artinya apabila asset composition mengalami

kenaikan sebesar 1, maka log of odds kecenderungan kecurangan akuntansi akan

naik sebesar 3,454 dengan asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris paribus).

Koefisien asset turnover 2,267 artinya apabila asset turnover mengalami kenaikan

sebesar 1, maka log of odds kecenderungan kecurangan akuntansi akan naik

sebesar 2,267dengan asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris paribus).

4.5 Estimasi dan Interprestasinya

Pengujian hipotesis dengan regresi logistik tersaji dalam tabel 4.6 Variables in the

Equation pada kolom signifikan dibandingkan dengan nilai signifikansi (α) yang

digunakan, yaitu 0,05 (5%). Apabila tingkat signifikansi < 0.05, maka Ha

diterima, jika tingkat signifikan > 0.05, maka Ha tidak dapat diterima.

Page 28: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

28

Dari hasil perhitungan berdasarkan tabel 4.8 secara statistis maka disimpulkan

bahwa financial leverage yang memiliki koefisien positif 0,644 dengan nilai

signifikansi 0,324 (p value > 0,05) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap

kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan

bahwa financial leverage berpengaruh positif terhadap kecenderungan

kecurangan akuntansi ditolak. Hasil tersebut tidak konsisten dengan penelitian

yang dilakukan oleh Soselisa dan Mukhlasin (2009).

Asset composition yang memiliki koefisien 3,454 dengan nilai signifikansi sebesar

0,291. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa asset

composition berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi

ditolak karena menunjukan nilai signifikansi p value >0,05. Hasil ini konsisten

dengan penelitian Soselisa dan Mukhlasin (2009).

Sedangkan asset turnover yang memiliki koefisien 2,267 dengan nilai signifikansi

sebesar 0,000. Hal ini menyatakan bahwa perusahaan dengan asset turnover

berpengaruh positif signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

Hasil ini berkontradiksi dengan penelitian yang dilakukan Soselisa dan Mukhlasin

(2009) yang menyatakan bahwa asset turnover berpengaruh secara negatif

terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

4.6 Pembahasan

4.6.1 Pengaruh financial leverage terhadap kecenderungan kecurangan

akuntansi.

Hasil pengujian terhadap variabel financial leverage secara statistis menunjukkan

nilai koefisien regresi sebesar 0,644 dengan nilai signifikansi 0,324 (p value >

0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ini ditolak. Persons (1995)

melakukan penelitian yang sama dengan hasil yang berbeda dengan nilai koefisien

regresi positif sebesar 2,799 dan nilai signifikansi sebesar 0,0001. Jadi diperoleh

bukti secara empiris terdapat argumentasi bahwa perbedaan hasil tersebut terjadi

akibat perbedaan kondisi keuangan perusahaan-perusahaan di Indonesia dengan

perusahaan asing. Contohnya bentuk pasar modal yang transaksinya lebih terbuka,

mudah diakses dan dengan manajemen perusahaan yang baik.

Page 29: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

29

4.6.2 Pengaruh asset composition terhadap kecenderungan kecurangan

akuntansi.

Hasil pengujian statistik yang menghasilkan asset composition yang memiliki

koefisien sebesar 3,454 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,291 (p value >

0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis ditolak. Secara empiris

terdapat argumentasi bahwa hal tersebut terjadi akibat perbedaan sampel yang

digunakan dengan perioda yang berbeda pula. Soselisa dan Mukhlasin (2009)

dalam penelitiannya menggunakan daftar sanksi yang dikeluarkan oleh Bapepam

untuk mengidentifikasi perusahaan manufaktur yang melakukan kecurangan

akuntansi (fraud firm) perioda 2003 – 2007.

5.1 Simpulan

1. Melalui pengujian statistik deskriptif, abnormal perusahaan food and

beverages memiliki kecenderungan manajemen laba hanya melalui biaya

produksi dengan nilai mean sebesar 0,39343193.

2. Financial leverage secara statistis menghasilkan koefisien positif sebesar

0,644 dengan nilai signifikansi sebesar 0,324. Hasil tersebut menyatakan

apabila financial leverage mengalami kenaikan sebesar 1, maka log of odds

kecenderungan kecurangan akuntansi akan naik sebesar 0,644 dengan

asumsi variabel lain adalah konstan. Jadi dapat disimpulkan bahwa financial

leverage berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi

maka hipotesis ditolak. Perusahaan yang memiliki financial leverage yang

tinggi tidak memiliki kecenderungan untuk melakukan pemindahan laba

atau motivasi debt convenant hypothesis (Widyastuti, 2009).

3. Asset composition secara statistis menghasilkan koefisien positif sebesar

3,454 dengan nilai signifikansi sebesar 0,291. Hasil tersebut menyatakan

apabila asset composition mengalami kenaikan sebesar 1, maka log of odds

kecenderungan kecurangan akuntansi akan naik sebesar 3,454 dengan

asumsi variabel lain adalah konstan. Jadi dapat disimpulkan bahwa asset

composition berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan

Page 30: ABSTRAKfe-akuntansi.unila.ac.id/.../08082012-0811031039.docx · Web viewABSTRAK PENGARUH FAKTOR FINANCIAL STABILITY TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN FOOD

30

akuntansi maka hipotesis ditolak. Perusahaan yang memiliki asset

composition yang tinggi tidak memiliki kecenderungan untuk melakukan

overstatement pada piutang maupun sediaannya (Feroz et al, 1991).

4. Asset turnover secara statistis menghasilkan koefisien positif sebesar 2,267

dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hasil tersebut menyatakan apabila

asset turnover mengalami kenaikan sebesar 1, maka log of odds

kecenderungan kecurangan akuntansi akan naik sebesar 2,267 dengan

asumsi variabel lain adalah konstan. Jadi dapat disimpulkan bahwa asset

turnover berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi

maka hipotesis diterima. Perusahaan yang memiliki asset composition yang

tinggi tidak memiliki kecenderungan untuk melakukan salah saji pada

penjualannya (Beneish, 1999).

5.2 Keterbatasan Penelitian

Berikut ini beberapa keterbatasan penelitian yang dapat dijadikan bahan

pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya:

1. Tidak didapatkannya daftar sanksi fraud firm Bapepam jadi sampel penelitian

hanya terbatas pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia sehingga kemungkinan kesimpulan penelitian ini tidak akan

berlaku untuk perusahaan manufaktur secara keseluruhan dan pada perioda

waktu yang berbeda.

2. Variabel independen dalam penelitian ini hanya dapat menjelaskan 42,2 %

saja, sehingga variabel independen dalam penelitian ini belum dapat

menjelaskan secara keseluruhan.

5.3 Saran

1. Melakukan penelitian dengan menguji industri lain yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih akurat

dan menunjukkan apakah penelitian dapat memberikan hasil yang berbeda.

2. Menambahkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kecenderungan

kecurangan akuntansi.