identitas nasional
-
Upload
cokorda-widhiyani-pemayun -
Category
Documents
-
view
218 -
download
4
description
Transcript of identitas nasional
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Identitas nasional secara terminologis adalah suatu cirri yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang
lain.Berdasarkan perngertian yang demikian ini maka setiap bangsa didunia ini akan memiliki
identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan,sifat,cirri-ciri serta karakter dari bangsa
tersebut.Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional sebagai mana di jelaskan di atas
maka identitas nasional suatu Bangsa tidak dapat di pisahkan dengan jati diri suatu bangsa
ataulebih populer disebut dengan kepribadian suatu bangsa.
Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai
persamaan nasib dalam proses sejarahnya,sehingga mempunyai persamaan watak atau
karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu
sebagai suatu kesatuan nasional.
Dalam penyusunan makalah ini digunakan untuk mengangkat tema dengan tujuan
dapat memmbantu mengatasi masalah tentang identitas nasional dan dapat di terapkan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1.2.1 Apa Pengertian Identitas Nasional?
1.2.2 Apa Faktor-Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional?
1.2.3 Apa Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional?
1.2.4 Apa Karakteristik Identitas Nasional?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.3.1 Mengetahui Pengertian Identitas Nasional?
1.3.2 Mengetahui Faktor-Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional?
1.3.3 Mengetahui Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional?
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.1 Pengertian Identitas Nasional
Istilah “ Identitas Nasional “ secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan
pengertian ini maka setiap detik bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri
sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut terbentuk secara
histories. Maka pada hakikatnya “ Identitas Nasional” suatu bangsa tidak dapat dipisahkan
dengan jati diri suatu bangsa atau lebih popular disebut sebagai kepribadian suatu bangsa.
Istilah kepribadian sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitasi dari
faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari tingkahlaku individu. Oleh
karena itu, menurut Ismaun (1981: 6 ) Kepribadian adalah tercermin pada keseluruhan
tingkah laku seseorang dalam hubungan dengan manusia lain.
Berdasarkan uraian diatas , maka pengertian kepribadian sebagai suatu identitas
nasional suatu bangsa, adalah keseluruhan atau totalitas dari kepribadian individu-individu
sebagai unsur yang membentuk bangsa tersebut.oleh karena itu pengertian identitas nasional
suatu bangsa tidak dapt dipisahkan dengan pengertian “ peoples character “, “ National
character”, atau “ National Identity “. Oleh karena itu, identitas nasional suatu bangsa
termasuk identitas nasional Indonesiajuga harus dipahami dalam konteks dinamis.
Bagi bangsa Indonesia dimensi dinamis identitas nasional bangsa Indonesia belum
menunjukkan perkembangan kearah sifat kreatif serta dinamis. Setelah bangsa Indonesia
mengalami kemerdekaan 17 Agustus 1945, berbagai perkembangan ke arah kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan mengalami kemerosotan dari segi identitas nasional.
Setelah dekrit presiden 5 Juli 1959 bangsa Indonesia kembali ke UUD 1945. Pada saat
itu dikenal periode orde lama dengan penekanan kepada kepemimpinan yang sifatnya
sentralistik. Berkembangnya partai komunis pada periode ini dipandang sebagai keagalan
pemerintah untuk mempertahankan Pancasila ideologi dan dasar negara kesatuan Republik
Indonesia yang berakibat jatuhnya kekuasaan orde lama.
Kekeliruan orde baru pada akhirnya mengakibatkan terjadinya krisis diberbagai
bidang kehidupan. Sudah banyak memang yang dilakukan pemerintah negara Indonesia
dalam melakukan reformasi, baik dibidang politik, hukum, ekonomi, militer, pendidikan serta
bidang-bidang lainnya. Namun demikian, sebagai bangsa yang kuat dari seluruh elemen
masyarakat.
2.2 Faktor-Faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional
Identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta keunikan sendiri-sendiri,
yang sangat ditentukan oleh berbagai faktor. Sedikitnya ada 2 faktor yang mendukung
kelahiran identitas suatu bangsa, yaitu faktor objektif dan subjektif. Bagi bangsa Indonesia
faktor objektif mendukung kelahiran identitas nasional meliputi faktor geografis-ekologis dan
demokratis. Sedangkan faktor subjektif adalah faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan
yang dimiliki bangsa Indonesia.
Robert de Ventos, sebagaimana dikutip Manuel Castells dalam bukunya, The power
of Identity ( Suryo, 2002) mengemukakan teori tentang munculnya identitas nasional suatu
bangsa sebagai hasil interaksi historis antara empat faktor pnting, yaitu faktor primer, faktor
pendorong, faktor penarik dan faktor reaktif. Kesatuan tersebut tidak menghilangkan
keberanekaan, dan hal inilah yang dikenal dengan bhineka tunggal ika. Faktor kedua,
meliputi pembangunan komunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan bersenjata modern dan
pembangunan lainnya dalam kehidupan negara.
Faktor ketiga, mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya
birokrasi, dan pemantapan sistem pendidikan nasional. Fakta keempat, meliputi penindasan,
dominasi, dan pencarian identitas alternatif melalui memori kolektif rakyat.
Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan identitas
nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia pada
dasarnya melekat erat dengn perjuangan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu pembentukan identitas nasional Indonesia melekat erat unsur-unsur
sosial, agama, ekonomi, budaya, geografis yang berkaitan dan terbentuk melalui suattu proses
yang cukup panjang ( Kaelan dan Zubaidi, 2007 : 50-51 )
2.3 Unsur-unsur Pembentuk Indentitas Nasional
a) Sejarah
Sebelum menjadi Negara yang modern Indonesia pernah mengalami masa kejayaan
yang gemilang pada masa kerajaan Majapahit dan sriwijaya. Pada dua kerajaan tersebut telah
membekas pada semangat perjuangan bangsa Indonesia pada abat-abat berikutnya.
b) Kebudayaan
Aspek kebuayaan yang menjadi unsur pembentuk indentitas nasional meliputi: akal
budi, peradaban, dan pengetahuan. Misalnya sikap ramah dan santun bangsa Indonesia.
c) Suku Bangsa
Kemajemukan merupakan indentitas lain bangsa Indonesia. tradisi bangsa Indonesia
untuk hidup bersama dalam kemajemukan yang bersfat alamiah tersebut, tradisi bangsa
Indonesia untuk hidup bersama dalam kemajemukan merupakan hal lain yang harus
dikembangkan dan di budayakan.
d) Agama
Keanekaragaman agama merupakan indentitas lain dari kemajemukan dengan kata
lain, agama dan keyakinan Indonesia tidak hanya dijamin oleh konstitusi Negara, tetapi juga
merupakan suatu Rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang harus tetap dipelihara dan disyukuri
bangsa Indonesia. Menyukuri nikmat kemajemukan pemberian Allah dapat dilakukan
dengan, salah satunya, sikap dan tindakan untuk tidak memaksakan keyakinan dan tradisi
suatu agama, baik mayoritas maupun minoritas, atau kelompok lainnya.
e) Bahasa
Bahasa adalah salah satu atribut indentitas nasional Indonesia. Sekalipun Indonesia
memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa Indonesia (bahasa yang digunakan bangsa
melayu) sebagai bahasa penghubung (lingua franca) peristiwa sumpah pemuda tahun 1982,
yang menyatakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia.
f) Kasta dan Kelas
Kasta adalah pembagian social atas dasar agama. Dalam agama hindu para
penganutnya dikelompokkan kedalam beberapa kasta.kasta yang tertinggi adalah kasta
Brahmana (kelompok rohaniaan) dan kasta yang terendah adalah kasta Sudra (orang biasa
atau masyarakat biasa). Kasta yang rendah tidak bisa kawin dengan kasta yang lebih tingi
dan begitu juga sebaliknya. Kelas menurut Weber ialah suatu kelompok orang-orang dalam
situasi kelas yang sama, yaitu kesempatan untuk memperoleh barang-barang dan untuk dapat
menentukan sendiri keadaan kehidupan ekstern dan nasib pribadi. Kekuasaan dan milik
merupakan komponen-komponen terpenting: berkat kekuasaan, mka milik mengakibatkan
monopolisasi dan kesempatan-kesempatan.
2.4 Karakteristik Identitas Nasional
Pada hakikatnya Identitas Nasional, meupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang
tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu nation ( bangsa ) dengan
ciri-ciri khas tertentu yang membuat bangsa bersangkutan berbeda dengan bangsa lain.
Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa Identitas Nasional Indonesia adalah Pancasila
yang aktualisasinya tercermin dalam berbagai penataan kehidupan berbangsa dan bernegara
dalam arti luas.
Perlu dikemukakan bahwa nilai-nilai budaya yang tercermin sebagai identitas nasional tadi
bukanlah barang jadi yang sudah selesai “mandheg” dalam kebekuan normatif dan dogmatis,
melainkan sesuatu yang “ terbuka”-cenderung terus-menerus bersemi sejalan dengan hasrat
menuju kemajuan yang dicita-citakan bangsa Indonesia.
Perkembangan Iptek dan arus globalisasi yang membuat masyarakat Indonesia harus
berhadapan dengan kebudayaan berbagai bangsa di dunia, sudah sepantasnya menyadarkan
kita semua, bahwa pelestarian berbagai bangsa di dunia, sudah sepantasnya menyadarkan kita
semua, bahwa pelestarian budaya sebagai upaya untuk mengembangkan identitas kita semua.
Dalam upaya pengembangan identitas nasional, pelestarian budaya tidak berarti menutup diri
terhadap segala bentuk pengaruh kebudayaan bangsa Indonesia.
Sebagai komitmen konstitusional yang dirumuskan oleh para pendiri negara kita dalam
pembukaan, khususnya dalam pasal 32 UUD 1945 beserta penjelasannya, yaitu : “
kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budaya rakyat
Indonesia.
Kesadaran pentingnya mengembangkan dan memperkaya kebudayaan bangsa dengan
keterbukaan menerima kebudayaan asing yang bernilai positif semakin tegas diamanatkan
dalam pasal 32 UUD 1945 yang diamandemen :
1. Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia menjamin
kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya
2. Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional
2.5 Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme adalah suatu situasi kejiwaan dimana kesetiaan seseorang secara total
diabdikan kepada negara dan bangsa atas nama sebuah bangsa. Munculnya nasionalisme
terbukti sangat efektif sebagai alat perjuangan bersama merebut kemerdekaan dari
cengkraman kolonial.
Nasionalisme dapat diwujudkan dalam sebuah identitas politik/kepentingan bersama
dalam bentuk sebuah wadah yang disebut bangsa (nation) dengan demikian bangsa (nation)
merupakan suatu badan (wadah) yang didalamnya terhimpun orang-orang yang memiliki
persamaan keyakinan dan persamaan lain yang mereka miliki seperti : ras, etnis, agama,
bahasa dan budaya. Dari unsur persamaan tersebut semuanya dapat dijadikan sebagai
identitas politik bersama untuk menentukan tujuan bersama.
Tujuan ini direalisasikan dalam bentuk sebuah entitas organisasi politik yang
dibangun berdasarkan geopolitik yang terdiri atas : populasi, geografis, dan pemerintahan
yang permanen yang disebut negara (state). Menurut Dean A. Mix dan Sandra M. Hawley,
nation-state merupakan sebuah bangsa yang memiliki bangunan politik seperti ketentuan-
ketentuan perbatasan teritorial pemerintah sah, pengakuan bangsa lain dan sebagainya.
Menurut Koerniatmante Soetoprawiro secara hukum peraturan tentang kewarganegaraan
merupakan suatu konsekuensi langsung dari perkembangan nasionalisme.
2.6 Latar Belakang Lahirnya Nasionalisme Indonesia
Tumbuhnya paham nasionalisme bangsa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari situasi
politik pada abad ke 20. Pada masa itu semangat menentang kolonialisme Belanda mulai
muncul di kalangan pribumi. Ada 3 pemikiran besar tentang watak nasionalisme Indonesia
yang terjadi pada masa sebelum kemerdekaan yakni paham ke Islaman, marxisme dan
nasionalisme Indonsia.
Para analis nasionalis beranggapan bahwa Islam memegang peranan penting dalam
pembentukan nasionalisme sebagaimana di Indonesia. Menurut seorang pengamat
nasionalisme George Mc. Turman Kahin, bahwa Islam bukan saja merupakan mata rantai
yang mengikat tali persatuan melainkan juga merupakan simbol persamaan nasib menetang
penjajahan asing dan penindasan yang berasal dari agama lain.
Ikatan universal Islam pada masa perjuangan pertama kali di Indonesia dalam aksi
kolektif di pelopori oleh gerakan politik yang dilakukan oleh Syarikat Islam yang berdiri
pada awalnya bernama Syarikat Dagang Islam dibawah kepemimpinan
H.O.S.Tjokoroaminoto, H.Agus Salim dan Abdoel Moeis telah menjadi organisasi politik
pemula yang menjalankan program politik nasional dengan mendapat dukungan dari semua
lapisan masyarakat.
2.7 Faktor-Faktor Nasionalisme Indonesia
2.7.1 Faktor dari dalam (internal)
- Kenangan kejayaan masa lampau
Bangsa-bangsa Asia dan Afrika sudah pernah mengalami masa kejayaan sebelum
masuk dan berkembangnya imperialisme dan kolonialisme barat. Bangsa India, Indonesia,
Mesir, dan Persia pernah mengalami masa kejayaan sebagai bangsa yang merdeka dan
berdaulat. Kejayaan masa lampau mendorong semangat untuk melepaskan diri dari
penjajahan.
Bagi Indonesia kenangan kejayaan masa lampau tampak dengan adanya kenangan
akan kejayaan pada masa kerajaan Majapahit dan Sriwijaya. Dimana pada masa Majapahit,
mereka mampu menguasai daerah seluruh Nusantara, sedangkan masa Sriwijaya mampu
berkuasa di lautan karena maritimnya yang kuat.
- Perasaan senasib dan sepenanggungan akibat penderitaan dan kesengsaraan masa
penjajahan
Penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa terhadap bangsa Asia, Afrika
mengakibatkan mereka hidup miskin dan menderita sehingga mereka ingin menentang
imperialisme barat.
- Munculnya golongan cendekiawan
Perkembangan pendidikan menyebabkan munculnya golongan cendekiawan baik
hasil dari pendidikan barat maupun pendidikan Indonesia sendiri. Mereka menjadi penggerak
dan pemimpin munculnya organisasi pergerakan nasional Indonesia yang selanjutnya
berjuang untuk melawan penjajahan.
- Paham nasionalis yang berkembang dalam bidang politik, sosial ekonomi, dan
kebudayaan
Dalam bidang politik, tampak dengan upaya gerakan nasionalis menyuarakan aspirasi
masyarakat pribumi yang telah hidup dalam penindasan dan penyelewengan hak asasi
manusia. Mereka ingin menghancurkan kekuasaan asing/kolonial dari Indonesia.
Dalam bidang ekonomi, tampak dengan adanya usaha penghapusan eksploitasi ekonomi
asing. Tujuannya untuk membentuk masyarakat yang bebas dari kesengsaraan dan
kemelaratan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia.
Dalam bidang budaya, tampak dengan upaya untuk melindungi, memperbaiki dan
mengembalikan budaya bangsa Indonesia yang hampir punah karena masuknya budaya asing
di Indonesia. Para nasionalis berusaha untuk memperhatikan dan menjaga serta
menumbuhkan kebudayaan asli bangsa Indonesia.
2.7.2 Faktor dari luar (eksternal)
Kemenangan Jepang atas Rusia (1905)
Perkembangan Nasionalisme di Berbagai Negara
a. Pergerakan Kebangsaan India
b. Gerakan Kebangsaan Filipina
c. Gerakan Nasionalis Rakyat Cina
d. Pergerakan Turki Muda (1908)
e. Pergerakan Nasionalisme Mesir
Munculnya Paham-paham baru
Munculnya paham-paham baru di luar negeri seperti nasionalisme, liberalisme,
sosialisme, demokrasi dan pan islamisme juga menjadi dasar berkembangnya paham-paham
yang serupa di Indonesia. Perkembangan paham-paham itu terlihat pada penggunaan
ideologi-ideologi (paham) pada organisasi pergerakan nasional yang ada di Indonesia.
2.8 Perkembangan Nasionalisme di Indonesia
Sebagai upaya menumbuhkan rasa nasionalisme di Indonesia diawali dengan
pembentukan identitas nasional yaitu dengan adanya penggunaan istilah “Indonesia” untuk
menyebut negara kita ini. Dimana selanjutnya istilah Indonesia dipandang sebagai identitas
nasional, lambang perjuangan bangsa Indonesia dalam menentang penjajahan. Kata yang
mampu mempersatukan bangsa dalam melakukan perjuangan dan pergerakan melawan
penjajahan, sehingga segala bentuk perjuangan dilakukan demi kepentingan Indonesia bukan
atas nama daerah lagi. Istilah Indonesia mulai digunakan sejak :
J.R. Logan menggunakan istilah Indonesia untuk menyebut penduduk dan kepulauan
nusantara dalam tulisannya pada tahun 1850.
Earl G. Windsor dalam tulisannya di media milik J.R. Logan tahun 1850 menyebut
penduduk nusantara dengan Indonesia.
Serta tokoh-tokoh yang mempopulerkan istilah Indonesia di dunia internasional.
Istilah Indonesia dijadikan pula nama organisasi mahasiswa di negara Belanda yang
awalnya bernama Indische Vereninging menjadi Perhimpunan Indonesia.
Nama majalah Hindia Putra menjadi Indonesia Merdeka
Istilah Indonesia semakin populer sejak Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Melalui
Sumpah Pemuda kata Indonesia dijadikan sebagai identitas kebangsaan yang diakui
oleh setiap suku bangsa, organisasi-organisasi pergerakan yang ada di Indonesia
maupun yang di luar wilayah Indonesia.
Kata Indonesia dikukuhkan kembali dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17
Agustus 1945.
2.9 Karakteristik nasionalisme Indonesia
Paham Nasionalisme terbukti sangat efektif sebagai alat perjuangan bersama merebut
kemedekaan dari cengkraman kolonial . Semangat Nasionnalisme dipakai sebagai metode
perlawanan, sebagaimana yang disampaikan oleh Larry Diamond dan Marc F Platner bahwa
para penganut nasionalisme dunia ketiga secara khas menggunakan pretorika anti
kolonialisme dan anti imperialisme .
Dengan demikian , bangsa merupakan suatu wadah yang didalamnya terhimpun
orang-orang yang mempunyai persamaan keyakinan yang mereka miliki . unsur persamaan
itu dijadikan identitas politik berdasarkan geopolitik dan pemerintahan permanen (negara).
Negara merupakan bangsa yang memiliki bangunan politik . Menurut penganutnya paham
nasionalisme yang disampaikan oleh Soekarno bukanlah nasionalisme yang berwatak sempit
(chauvinisme) melainkan bersifat toleran dan tidak memaksa.
2.10 Penyimpangan Identitas Nasional
Geografis :
1. Kurangnya kekuatan maritime yang memadai.
2. Pertahanan laut dan udara masih belum di kembangkan dengan optimal. Akibatnya
wilayah yang jauh di pinggir perbatasan merasa di perhatikan dan dijaga dari
kemungkinan datangnya ancaman luar
3. Kebanyakan daerah perbatasan mengalami kelambanan dalam pembangunan
infrakstruktural transportasi dan komunikasi sehingga mereka kurang berinteraksi
dengan wilayah lin di tanah air,bahkan mereka lebih dekat dengan negara tetangga.
4. Kondisi geografis yang senjang juga terlihat mencolok antara wilayah pedesaan dengan
wilayah perkotaan. Warga pedesaan merasa tertinggal dan tidak di perhatikan di
bandingkan dengan warga di perkotaan. Muncul berbagai masalah social akibat
ketimpangan pembangunan anatar daerah, dan proses urbanisasi yang tak berencana.
Demografis :
Terjadinya kesenjangan antara generasi tua dengan generasi muda dalam memandang
persoalan bangsa dan menghadapi tantangan hidup.
Social dan Budaya :
1. Perasaan senasib-sepenanggungan semakin mencair
2. Kristalisasi nilai kebangsaan mengalami keretakan di sana-sini
3. Banyaknya pejabat yang menuntut hak-hak istimewa bagi kepentingan pribadinya,
meskipun hak-hak dasar rakyat pada umumnya belum terpenuhi. Sikap itu pada
gilirannya membuahkan tragedi pemerintahan yang lamban di tengah desakan
kepentingan umum akibat bencana yang terjadi dimana-mana dan kondisi social ekonomi
yang diterpa krisis dari waktu ke waktu
4. Lemahnya kemampuan bangsa dalam mengelola keragaman
Gejala tersebut dapat di lihat dari menguatnya orientasi dalam kelompok, etnik, dan
agama yang berpotensi menimbulkan konflik social dan bahkan disintegrasi bangsa. Masalah
ini juga semakin serius akibat dari makin terbatasnya ruang public yang dapat diakses dan
dikelola bersama masyarakat yang multikultur untuk penyaluran aspirasi. Dewasa ini muncul
kecenderungan pengalihan ruang publik ke ruang privat karena desakan ekonomi.
Kurangnya kemampuan bangsa dalam mengelola kekayaan budaya yang kasat mata
(tangible) dan yang yang tidak kasat mata (intangible). Dalam era otonomi daerah,
pengelolaan kekayaan budaya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Kualitas
pengelolaan yang rendah tidak hanya disebabkan oleh kapasitas fiskal, namun juga
pemahaman, apresiasi, kesadaran, dan komitmen pemerintah daerah terhadap kekayaan
budaya.
Pengelolaan kekayaan budaya ini juga masih belum sepenuhnya menerapkan prinsip
tata pemerintahan yang baik (good governance). Sementara itu, apresiasi dan kecintaan
masyarakat terhadap budaya dan produk dalam negeri masih rendah, antara lain karena
keterbatasan informasi.
Terjadinya krisis jati diri (identitas) nasional. Nilai – nilai solidaritas sosial,
kekeluargaan, dan keramahtamahan sosial yang pernah di anggap sebagai kekuatan
pemersatu dan ciri khas bangsa indonesia, makin pudar bersamaan dengan menguatnya nilai
– nilai materialisme.
Demikian pula kebanggaan atas jati diri bangsa seperti penggunaan bahasa indonesia
secara baik dan benar, semakin terkikis oleh nilai – nilai yang dianggap lebih superior.
Identitas nasional meluntur oleh cepatnya penyerapan budaya global yang negatif, serta tidak
mampunya bangsa indonesia mengadopsi budaya global yang lebih relevan bagi upaya
pembangunan bangsa dan karakter bangsa (nation and character building).
- Keterkaitan Globalisasi terhadap Identitas Nasional
Era Globalisasi merupakan era yang penuh dengan kemajuan dan persaingan,
sedangkan Identitas Nasional sebuah bangsa merupakan hal yang sangat diperlukan untuk
memperkenalkan sebuah bangsa atau Negara dimata dunia. Dengan adanya Globalisasi,
identitas sebuah bangsa dan Negara dapat mudah dikenalkan dimata internasional atau juga
identitas tersebut mudah tenggelam karena terpengaruh oleh bangsa dan Negara lain.
Perlu kita sadari, bangsa Indonesia yang kita cintai ini sedang mengalami krisis
identitas nasional yang sangat membahayakan bagi nilai – nilai dasar Identitas bangsa
Indonesia itu sendiri. Letak Negara Indonesia yang sangat setrategis merupakan hal yang
sangat mempengaruhi terjaga atau tidak kelangsungan Identitas bangsa Indonesia. Globalisasi
yang terus berkembang pesat membuat nilai– nilai budaya bangsa Indonesia mulai terkikis
oleh budaya – budaya barat yang kurang sesuai dengan budaya asli bangsa Indonesia seperti
halnya budaya berpakaian. Kebaya dan batik yang merupakan salah satu identitas bangsa
Indonesia yang berupa pakaian, kini mulai hilang dari kehidupan bangsa Indonesia
karena tergantikan oleh pakaian yang bersifat kebarat – baratan. Tidak hanya itu saja,
masyarakat Indonesia yang dulunya terkenal sebagai orang – orang yang ramah, kini mulai
terpengaruh terhadap era globalisai yang memiliki sifat “persaingan” yang sangat tinggi yang
menyebabkan kesenjangan sosial di masyarakt semakin meningkat.
- Keterkaitan Integrasi Nasional Indonesia dan Identitas Nasional
Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multidimensional.
Untuk mewujudkannya, diperlukan keadilan dalam kebijakan yang diterapkan oleh
pemerintah dengan tidak membedakan ras, suku, agama, bahasa, dan sebagainya.
Sebenarnya, upaya mcmbangun keadilan, kesatuan, dan persatuan bangsa merupakan bagian
dari upaya membangun dan membina stabilitas politik.
Di samping itu, upaya lainnya dapat dilakukan, seperti banyaknya keterlibatan
pemerintah dalam mcncntukan komposisi dan rnckanisme parlemen. Dengan demikian,
upaya integrasi nasional dengan strategi yang mantap perlu terus dilakukan agar terwujud
integrasi bangsa Indonesia yang diinginkan. Upaya pembangunan dan pembinaan integrasi
nasional ini perlu karena pada hakikatnya integrasi nasional menunjukkan kckuatan persatuan
dan kesaluan bangsa yang diinginkan.
Pada akhirnya, persatuan dan kesatuan bangsa inilah yang dapat lebih menjamin
terwujudnya negara yang makmur, aman. dan tentram. Konflik yang terjadi di Aceh, Ambon,
Kalimantan Barat, dan Papua merupakan cermin belum terwujudnya integrasi nasional yang
diharapkan. Adapun keterkaitan integrasi nasional dengan Identitas Nasional adalah bahwa
adanya integrasi nasional dapat menguatkan akar dari Identitas Nasional yang sedang
dibangun.
- Pancasila Sebagai Pemberdayaan Identitas Nasional
Suatu bangsa harus memiliki identitas nasional dalam pergaulan internasional. Tanpa
national identity, maka bangsa tersebut akan terombang-ambing mengikuti ke mana angin
membawa. Dalam ulang tahunnya yang ke-62, bangsa Indonesia dihadapkan pada pentingnya
menghidupkan kembali identitas nasional secara nyata dan operatif.
Identitas nasional kita terdiri dari empat elemen yang biasa disebut sebagai konsensus
nasional. Konsensus dimaksud adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.
Revitalisasi Pancasila harus dikembalikan pada eksistensi Pancasila sebagai ideologi
bangsa dan negara. Karena ideologi adalah belief system, pedoman hidup dan rumusan cita-
cita atau nilai-nilai (Sergent, 1981), Pancasila tidak perlu direduksi menjadi slogan sehingga
seolah tampak nyata dan personalistik. Slogan seperti “Membela Pancasila Sampai Mati”
atau “Dengan
Pancasila Kita Tegakkan Keadilan” menjadikan Pancasila seolah dikepung ancaman
dramatis atau lebih buruk lagi, hanya dianggap sebatas instrument tujuan. Akibatnya,
kekecewaan bisa mudah mencuat jika slogan-slogan itu tidak menjadi pantulan realitas
kehidupan masyarakat.
Karena itu, Pancasila harus dilihat sebagai ideologi, sebagai cita-cita. Maka secara
otomatis akan tertanam pengertian di alam bawah sadar rakyat, pencapaian cita- cita, seperti
kehidupan rakyat yang adil dan makmur, misalnya, harus dilakukan bertahap. Dengan
demikian, kita lebih leluasa untuk merencanakan aneka tindakan guna mencapai cita-cita itu.
Selain perlunya penegasan bahwa Pancasila adalah cita-cita, hal penting lain yang
dilakukan untuk merevitalisasi Pancasila dalam tataran ide adalah mencari maskot. Meski
dalam hal ini ada pandangan berbeda karena dengan memeras Pancasila berarti menggali
kubur Pancasila itu sendiri, namun dari sisi strategi kebudayaan adalah tidak salah jika kita
mengikuti alur pikir
Soekarno, jika perlu Pancasila diperas menjadi ekasila, Gotong Royong. Mungkin
inilah maskot yang harus dijadikan dasar strategi kebudayaan guna penerapan Pancasila.
Pendeknya, ketika orang enggan menyebut dan membicarakan Pancasila, Gotong Royong
dapat dijadikan maskot dalam rangka revitalisasi Pancasila.
Mencari maskot. Meski dalam hal ini ada pandangan berbeda karena dengan memeras
Pancasila berarti menggali kubur Pancasila itu sendiri, namun dari sisi strategi kebudayaan
adalah tidak salah jika kita mengikuti alur pikir Soekarno, jika perlu Pancasila diperas
menjadi ekasila, Gotong Royong. Mungkin inilah maskot yang harus dijadikan dasar strategi
kebudayaan guna penerapan Pancasila. Pendeknya, ketika orang enggan menyebut dan
membicarakan Pancasila, Gotong Royong dapat dijadikan maskot dalam rangka revitalisasi
Pancasila.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Identitas Nasional, meupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu nation ( bangsa ) dengan ciri-ciri khas
tertentu yang membuat bangsa bersangkutan berbeda dengan bangsa lain. Dengan perkataan
lain dapat dikatakan bahwa Identitas Nasional Indonesia adalah Pancasila yang aktualisasinya
tercermin dalam berbagai penataan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam arti luas.
Paham Nasionalisme terbukti sangat efektif sebagai alat perjuangan bersama merebut
kemedekaan dari cengkraman colonial dan Negara merupakan bangsa yang memiliki
bangunan politik . Menurut penganutnya paham nasionalisme bukanlah nasionalisme yang
berwatak sempit (chauvinisme) melainkan bersifat toleran dan tidak memaksa
3.2 Saran
1. Diharapkan mahasiswa atau masyarakat lebih memahami apa itu identitas nasional dan
identitas nasional Indonesia dalam diri generasi penerus bangsa
2. Diharapkan informasi ini dapat tersebar luas ke masyarakat agar mengetahui pentingnya
memehami identitas nasional dan identitas nasional Indonesia sebagai tonggak kemajuan
Negara
3. Agar ditindaklanjuti oleh pihak lain atau teman-teman dan kalangan yang peduli terhadap
identitas dan nasionalisme Indonesia.