Identifikasi Spesies Mikroalga Dari Berbagai Cara Hidupnya
-
Upload
ngabdull-aylik -
Category
Documents
-
view
241 -
download
4
description
Transcript of Identifikasi Spesies Mikroalga Dari Berbagai Cara Hidupnya
IDENTIFIKASI SPESIES MIKROALGA DARI BERBAGAI CARA HIDUPNYA
Oleh:
Nama : Mila AfriyaniNIM : B1J010226Kelompok : 6Rombongan : IIAsisten : Widiyanto Rano .S.
LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO
2012
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang mempunyai garis pantai terpanjang di dunia
yaitu ± 80.791,42 Km. Disepanjang garis pantai, tumbuh dan berkembang berbagai
jenis alga laut yang berpotensi sebagai biotarget industri.Berbagai riset mutlak
dilakukan untuk pemanfaatan secara optimal kekayaan hayati ini secara
berkelanjutan. Riset-riset kimiawan terutama dituntut untuk mencari bahan baku
industri, senyawa bioaktif, pengembangan produk-produk turunan berbasis alga, dan
mempelajari misteri dan keunikan-keunikan alga dalam hubungannya sebagai bagian
dari ekosistem. Indonesia telah dikenal luas sebagai negara kepulauan yang 2/3
wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ±
80.791,42 Km. Didalam lautan terdapat bermacam-macam mahluk hidup baik berupa
tumbuhan air maupun hewan air.Salah satu mahluk hidup yang tumbuh dan
berkembang di laut adalah alga.
Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil
yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni.Didalam alga terkandung
bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral dan juga
senyawa bioaktif. Sejauh ini, pemanfaatan alga sebagai komoditi perdagangan atau
bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman
jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam
alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi dan
lain-lain.Berbagai jenis alga seperti Griffithsia, Ulva, Enteromorpna, Gracilaria,
Euchema, dan Kappaphycus telah dikenal luas sebagai sumber makanan seperti salad
rumput laut atau sumber potensial karagenan yang dibutuhkan oleh industri gel.
Begitupun dengan Sargassum, Chlorela/Nannochloropsis yang telah dimanfaatkan
sebagai adsorben logam berat, Osmundaria, Hypnea, dan Gelidium sebagai sumber
senyawa bioaktif, Laminariales atau Kelp dan Sargassum Muticum yang
mengandung senyawa alginat yang berguna dalam industri farmasi. Pemanfaatan
berbagai jenis alga yang lain adalah sebagai penghasil bioetanol dan biodiesel
ataupun sebagai pupuk organic.
Kandungan bahan-bahan organik yang terdapat dalam alga merupakan
sumber mineral dan vitamin untuk agar-agar, salad rumput laut maupun
agarose.Agarose merupakan jenis agar yang digunakan dalam percobaan dan
penelitian dibidang bioteknologi dan mikrobiologi.Potensi alga sebagai sumber
makanan (terutama rumput laut), di Indonesia telah dimanfaatkan secara komersial
dan secara intensif telah dibudidayakan terutama dengan tehnik polikultur
(kombinasi ikan dan rumput laut).
Pemanfaatan sistem adsorpsi untuk pengambilan logam-logam berat dari
perairan telah banyak dilakukan.Beberapa spesies alga telah ditemukan mempunyai
kemampuan yang cukup tinggi untuk mengadsorpsi ion-ion logam, baik dalam
keadaan hidup maupun dalam bentuk sel mati (biomassa).Berbagai penelitian telah
membuktikan bahwa gugus fungsi yang terdapat dalam alga mampu melakukan
pengikatan dengan ion logam.Gugus fungsi tersebut terutama adalah gugus
karboksil, hidroksil, sulfudril, amino, iomodazol, sulfat, dan sulfonat yang terdapat
didalam dinding sel dalam sitoplasma.
Kemampuan alga dalam menyerap ion-ion logam sangat dibatasi oleh
beberapa kelemahan seperti ukurannya yang sangat kecil, berat jenisnya yang rendah
dan mudah rusak karena degradasi oleh mikroorganisme lain. Untuk mengatasi
kelemahan tersebut berbagai upaya dilakukan, diantaranya dengan mengimmobilisasi
biomassanya. Immobilisasi biomassa dapat dilakukan dengan mengunakan (1)
Matrik polimer seperti polietilena glikol, akrilat, (2) oksida (oxides) seperti alumina,
silika, (3) campuran oksida (mixed oxides) seperti kristal aluminasilikat, asam
polihetero, dan (4) Karbon.
Berbagai mekanisme yang berbeda telah dipostulasikan untuk ikatan antara
logam dengan alga/biomassa seperti pertukaran ion, pembentukan kompleks
koordinasi, penyerapan secara fisik, dan pengendapan mikro.Tetapi hasil penelitian
akhir-akhir ini menunjukan bahwa mekanisme pertukaran ion adalah yang lebih
dominan. Hal ini dimungkinkan karena adanya gugus aktif dari alga/biomassa seperti
karboksil, sulfat, sulfonat dan amina yang akan berikatan dengan ion logam.
Alga hijau, alga merah ataupun alga coklat merupakan sumber potensial
senyawa bioaktif yang sangat bermanfaat bagi pengembangan (1) industri farmasi
seperti sebagai anti bakteri, anti tumor, anti kanker atau sebagai reversal agent dan
(2) industri agrokimia terutama untuk antifeedant, fungisida dan herbisida.
Kemampuan alga untuk memproduksi metabolit sekunder terhalogenasi yang bersifat
sebagai senyawa bioaktif dimungkinkan terjadi, karena kondisi lingkungan hidup
alga yang ekstrem seperti salinitas yang tinggi atau akan digunakan untuk
mempertahankan diri dari ancaman predator. Dalam dekade terakhir ini, berbagai
variasi struktur senyawa bioaktif yang sangat unik dari isolat alga merah telah
berhasil diisolasi.Namun pemanfaatan sumber bahan bioaktif dari alga belum banyak
dilakukan. Berdasarkan proses biosintesisnya, alga laut kaya akan senyawa turunan
dari oksidasi asam lemak yang disebut oxylipin. Senyawa ini mempunyai berbagai
jenis senyawa metabolit sekunder diproduksi.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah mengetahui keanekaragaman mikroalga
ditinjau dari berbagai cara hidupnya di alam.
C. Tinjauan Pustaka
Mikroalgae merupakan mikroba tumbuhan air yang berperan penting dalam
lingkungan sebagi produsen primer.Sebagian besar mikroalgae bersifat fotosintetik,
mempunyai klorofil untuk menangkap energi matahari dan karbon dioksida menjadi
karbon organik yang berguna sebagai sumber energi bagi kehidupan konsumer
seperti kopepoda, larva moluska, udang dan lain-lain.Selain peranannya sebagai
produsen primer, hasil sampingan fotosintesa mikroalgae yaitu oksigen juga berperan
bagi respirasi biota sekitarnya.
Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem.Berbagai jenis alga yang
hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak aktif
merupakan penyusun phitoplankton.Sebagian besar fitoplankton adalah anggota alga
hijau, pigmen klorofil yang dimilikinya efektif melakukan fotosintesis sehingga alga
hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan.
Banyak spesies alga terdapat sebagai sel tunggal yang dapat berbentuk bola,
batang, gada atau kumparan.Dapat bergerak atau tidak.Algae hijau uniseluler yang
khas yaitu Algae mengandung nucleus yang dibatasi membrane.Setiap sel
mengandung satu atau lebih kloroplas, yang dapat berbentuk pita atau seperti
cakram-cakram diskrit (satuan-satuan tersendiri) sebagaimana yang terdapat pada
tumbuhan hijau.Di dalam matriks kloroplas terdapat membrane tilakoid yang
berisikan klorofil dan pigmen-pigmen pelengkap yang merupakan situs reaksi cahaya
pada fotosintesis.
Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi
individu yang beraneka ragam dan memasukannya kedalam suatu takson.Prosedur
identifikasi berdasarkan pemikiran yang bersifat deduktif. Identifikasi berhubungan
dengan ciri-ciri taksonomi dalam jumlah sedikit (ideal satu ciri), akan membawa
specimen ke dalam satu urutan kunci identifikasi, sedangkan klasifikasi berhubungan
dengan upaya mengevaluasi jumlah besar ciri-ciri (idealnya seluruh ciri yang
dimiliki). Klasifikasi adalah penataan hewan-hewan atau tumbuhan ke dalam
kelompok yang didasarkan atas kesamaan dan hubungan kekerabatan.
Pengambilan sampel mikroalga dari air dengan planktonet
Botol film
Diambil satu tetes dengan pipet tetes lalu diletakkan di atas object glass dan ditutup dengan cover glass
Diamati di bawah mikroskop
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop, objek glass,
cover glass,hand counter, botol film, pipet, mikrotom/pisau silet, cawan petri, pinset.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel mikroalga
dari air, tanah, lichen (simbion), formalin dan akuades steril.
B. Metode
1. Identifikasi
a. Botol film dipasang pada planktonet
b. Sampel (mikroalga) dari green house diambil dengan planktonet yang sudah
dipasang botol film menggunakan ember yang telah disediakan.
c. Sempel kemudian diambil dengan menggunakan pipet, lalu di letakkan pada
object glass, tutup dengan cover glass dan amati dibawah mikroskop.
d. Sampel yang sudah diamati, kemudian di foto dan deskripsikan.
dimasukan
diambil dan diletakan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Chlorosarcina sp.
Plectonema sp.
Chlorosarcina sp.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pada praktikum identifikasi didapatkan spesies
mikroalga yaitu Plactonema sp. dan Chlorosarcina sp.. Klasifikasi
mikroalga yang didapat adalah sebagai berikut :
1. Chlorosarcina sp.
Menurut Wikipedia klasifikasi Chlorosarcina adalah sebagai berikut :
Divisio : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlorosarcinales
Familia : Chlorosarcinaceae
Genus : Chlorosarcina
Spesies : Chlorosarcina sp.
2. Plectonema sp.
Menurut Aprilisa (2007), klasifikasi Plactonema sp. Adalah sebagai
berikut :
Divisio :Chlorophyta
Kelas :Chlorophyceae
Ordo :Plactonemales
Familia :Plactonemaceae
Genus :Plactonema
Spesies :Plactonema sp.
Mikroalga adalah mikroorganisme fotosintetik dengan morfologi sel
yang bervariasi, baik uni-selular maupun multiselular (membentuk koloni
kecil).Sebagian besar mikroalga tumbuh secara fototroflk, meskipun tidak
sedikit jenis yang mampu tumbuh secara heterotrofik.Mikroalgae merupakan
mikroba tumbuhan air yang berperan penting dalamlingkungan sebagi
produsen primer.Sebagian besar mikroalgae bersifat fotosintetik,mempunyai
klorofil untuk menangkap energi matahari dan karbon dioksida
menjadikarbon organik yang berguna sebagai sumber energi bagi kehidupan
konsumerseperti kopepoda, larva moluska, udang dan lain-lain.Selain
peranannya sebagaiprodusen primer, hasil sampingan fotosintesa mikroalgae
yaitu oksigen juga berperanbagi respirasi biota sekitarnya (Panggabean,
2007).
Mikroalga sebagai salah satu sumberdaya hayati mempunyai
beragampotensi yang telah lama dimanfaatkan oleh manusia. Potensi tersebut
antara lainsebagai berikut: a) pakan alami berbagai jenis ikan, udang, kerang,
b) bahan pangannonkonvensional, c) bahan baku dalam industri kimia dan
farmasi, d) penghasilsumber energi, e) pupuk hayati. Mikroalga juga berperan
sebagai indikatorpencemaran perairan dan agen bioremidiasi (Prihatini et al.,
2007).
Macam-macam mikroalga antara lain plankton (fitoplankton),
perifiton, dan bentos. Kultur phytoplankton murni dimulai dari kegiatan
isolasi kemudian dikembangkan sedikit demi sedikit secara bertingkat.
Media kultur yang digunakan mula-mula hanya beberapa milimeter saja.
Kemudian berangsur-angsur meningkat ke volume yang lebih besar hingga
sekala massal. Kultur phytoplankton hingga volume 3 liter masih dilakukan
dalam skala laboratorium sehingga sering disebut dengan kultur skala
laboratorium. Selanjutnya dilakukan kultur semi out-door merupakan tahap
kultur selanjutnya. Kultur out-door biasanya dimulai dari volume 1 ton
hingga lebih dari 20 ton tergantung besar kecilnya skala pembenihan
(Anonim, 2008).
Fitoplankton di dalam proses metabolisme perairan juga mempunyai
peran sebagai pendaur ulang nutrien. Sel mikroalgae mengabsorbsi nutrien-
nutrien primer seperti amoniak, urea, nitrat, phospat, potassium dan metal
seperti Fe, Cu, Mg, Zn, Mo, dan Fanadium.Vitamin seperti vitamin B12,
vitamin B6 dan vitamin B1 merupakan unsur esensial yang mendukung
pertumbuhan beberapa spesies atau kebanyakan spesies mikroalgae.
Mikroalgae juga mempunyai kandungan pigmen esensial seperti astaxanthin,
zeaxanthin, chllorophil, phycocyanin dimana akan memperkaya pewarnaan
dan kesehatan di dalam kehidupan ikan dan invertebrata. Tris elemen iodin
dalam sistem perairan telah diberikan oleh sel mikroalgae dan itu merupakan
zat penting bagi kemampuan daya tahan tubuh semua organisme hidup di
perairan. Pemanfaatan mikroalgae ini juga mempunyai efek terapi terhadap
ikan dan organisme perairan lainnya, beberapa mikroalgae bisa menghasilkan
semacam antibiotik dan atau di dalam proses metabolismenya mengeluarkan
zat anti bakterial (Suriadnyani, 2004).
Fitoplankton dapat digunakan sebagai pakan larva yang secara visual
ditandaidengan warna air yang sesuai dengan pigmentasi sel plankton yang
dikultur,kepadatan sel yang tinggi dan bentuk sel yang sempurna serta tidak
adanyakontaminan di dalam media pemeliharaannya.Fitoplankton untuk
beberapa jenis dapat dipanen secara parsial dengan penambahan air laut dan
nutrien untukpertumbuhan selanjutnya.Pemberian biasanya dilakukan
setengah dosis dari dosisawal, dan lama pemeliharaan sekitar 4-5 hari sudah
dapat digunakan kembaliProduksi mikroalga dalam jumlah besar dilakukan
dengan cara dikulturkan. Proses kultur mikroalga sama seperti pada
penanganan akuakultur secara umum, dimana kita harus memperhatikan
faktor fisika, kimia, dan biologi yang sesuai dengan mikroalga yang akan
dikulturkan. Zat penyubur banyak digunakan dalam menunjang keberhasilan
kultur mikro alga ini (Suriadnyani, 2004).
Mikroalga merupakan kelompok tumbuhan berukuran renik yang
termasuk dalam kelas alga, diameternya antara 3-30 µm, baik sel tunggal
maupun koloni yang hidup di seluruh wilayah perairan tawar maupun laut,
yang lazim disebut fitoplankton. Di dunia mikrobia, mikroalga termasuk
eukariotik, umumnya bersifat fotosintetik dengan pigmen fotosintetik hijau
(klorofil), coklat (fikosantin), biru kehijauan (fikobilin), dan merah
(fikoeritrin). Morfologi mikroalga berbentuk uniseluler atau multiseluler
tetapi belum ada pembagian tugas yang jelas pada sel-sel komponennya. Hal
itulah yang membedakan mikroalga dari tumbuhan tingkat tinggi. Terdapat
empat kelompok mikroalga antara lain : diatom (Bacillariophyceae), alga
hijau (Chlorophyceae), alga emas (Chrysophyceae) dan alga biru
(Cyanophyceae). Penyebaran habitat mikroalga biasanya di air tawar
(limpoplankton) dan air laut (haloplankton), sedangkan sebaran berdasarkan
distribusi vertikal di perairan meliputi : plankton yang hidup di zona
euphotik (ephiplankton), hidup di zona disphotik (mesoplankton), hidup di
zona aphotik (bathyplankton) dan yang hidup di dasar perairan / bentik
(hypoplankton) Isnansetyo dan Kurniastuty (1995).
Sel mikroalgae dapat dibagi menjadi 10 divisi dan 8 divisi algae
merupakan bentuk unicellulair. Dari 8 divisi algae, 6 divisi telah digunakan
untuk keperluan budidaya perikanan sebagai pakan alami. Setiap divisi
mempunyai karakteristik yang ikut memberikan andil pada kelompoknya,
tetapi spesies-spesiesnya cukup memberikan perbedaan-perbedaan dari
lainnya. Ada 4 karakteristik yang digunakan untuk membedakan divisi mikro
algae yaitu ; tipe jaringan sel, ada tidaknya flagella, tipe komponen
fotosintesa, dan jenis pigmen sel. Selain itu morfologi sel dan bagaimana sifat
sel yang menempel berbentuk koloni / filamen adalah merupakan informasi
penting didalam membedakan masing-masing group.
Sifat yang paling berguna untuk mengidentifikasi algae adalah warna
atau pigmen mereka. Pigmen-pigmen tersebut menyerap energi cahaya dan
mengubahnya menjadi biomassa melalui proses fotosintesis. Ada 3 kelas
utama pigmen dan berbagai kombinasi yang memberikan warna khas pada
algae. Kelompok utama dari pigmen hijau adalah chlorophil, dengan
clorophil a sebagai pigmen utama yang menyerap gelombang panjang biru
dan merah sebagai cahaya yang penting untuk fotosintesis.
Plactonema sp. memiliki sumber yang berharga dari karotenoid.
Kromatografi cair kinerja tinggi menunjukkan bahwa itu berisi lima
karotenoid provitamin A: 5,6-epoksi-β-karoten, α-karoten, β-karoten, 9Z-β-
karoten dan 15Z-β-karoten. Profil kromatografi strain alga didominasi oleh
dua utama karotenoid: lutein dan β-karoten. Pemisahan kromatografi yang
dicapai dengan menggunakan Nucleosil 120 - kolom 5C18, dengan gradien
yang melibatkan fase gerak berikut: A - asetonitril: air = 9: 1 dan B - etil
asetat), waktu pemisahan total yang kurang dari 20 menit (Muntean et al.
2007).
Sebagian besar carotenoid lebih bersifat melindungi pigmen lain
daripada ikut secara langsung dalam reaksi fotosintesis. Dalam setiap difisi,
terdapat pengecualian seperti fukosantin pada diatome dan alga coklat, yang
sangat aktif dalam proses fotosintesa. Fikobilin berwarna merah (fikoeretrin)
atau biru (fikocyanin) dan menangkap gelombang panjang yang tidak
ditangkap oleh pigmen-pigmen lainnya dan melewati energi yang ditangkap
pada clrophil a untuk fotosintesis. Beberapa variasi dari bentuk sel dapat
ditemukan pada alga unicellular dapat berbentuk bola pipih memanjang atau
berbentuk kotak sebagai tambahan beberapa unicellular memiliki lengan atau
duri yang merupakan perluasan dari dinding sel. Banyak mikroalgae yang
membentuk filamen-filamen sel yang menghubungkan satu sama
lain .Mikroalgae lainnya membentuk koloni-koloni sel yang memiliki suatu
pola yang khusus dan ditentukan oleh jumlah sel Kondisi kultur akan
menentukan morfologi suatu organisme dan variasinya.
Menurut Insan (2012), Mikroalga merupakan tumbuhan berthallus
dan berklorofil. Thallus alga dapat uniselluler (sel tunggal) maupun
multiselluler (berupa filamen). Organ seksual tidak mempunya jaket (lapisan
pelindung). Hidup di perairan (air tawar, payau maupun laut), di tanah/
tempat-tempat yang lembab/ basah. Beberapa hidup terestrial, epifit dan
epizoic. Dapat juga berasosiasi dengan fungi membentuk lichen. Endofitic
(masuk dalam jaringan tumbuhan). Berdasarkan cara hidupnya:
1. fitoplankton
Hidup bebas mengambang/ melayang di air. Cara bergerak terbawa bebas
mengikuti arus air (pasif). Ada yang aktif disebut neuston.
2. Fitobentos
Hidup melekat pada substrat/ sesuatu di dasar perairan. Berdasarkan ukuran
dibedakan menjadi makroalga bentos dan mikroalga bentos. Tergantung tipe
substrat, rerumputan/ tumbuhan air dan arus air. Tipe substrat: stabil misalnya
batu dan tidak stabil misalnya pasir.
3. Alga simbiotik
Hidup bersama dan saling berasosiasi dengan organisme lain. Keuntungan
adanya simbion adalah inang mendapat makanan sedangkan alga mendapat
perlindungan/ lingkungan tetap dan zat-zat makanan. Kerugiannya daerah
penyerapan hara/ sinar untuk inang berkurang/ sempit.
a. Lichen Alga (phycobion)
Chlorophyta : Trebouxia, Pseudotrebouxia
Cyanobacteria : Nostoc, Chroococcus
b. Binatang di atas rambut-rambut mati, cangkang siput, dan di dalam
kerangka
serangga/ laba-laba. Contoh: zoochlorella pada cangkang siput, Cladophora
pada sel kura-kura laut.
4. Aerial algae
a. Tumbuh di permukaan tanah yang lembab dan cukup sinar matahari untuk
fotosintesis.
Contoh: alga hijau di tanah asam, Cyanobacteria di tanah netral.
b. Permukaan batu, di antara batu dan banyak (endolitic), bentuk coccoid.
Contoh: Cyanobacteria
c. Kulit pohon dan daun.
Contoh uniseluler :Aponococcus, Protococcus, Filamen: Trentepohlia
d. Salju. Permukaan salju terlihat berwarna merah atau hijau.
Contoh: Chlamydomonas nivalis
Insan (2012) menyatakan Sel ada yang tunggal/ soliter, koloni,
palmeloid/ agregasi, amoeboid dan filamen. Sel-sel alga ada yang berflagel
dan ada yang tidak berflagel. Macam-macam bentuk sel pada alga dan
beberapa contoh spesiesnya sebagai berikut:
1. uniselular
a. berflagel
Jumlah dan susunan flagel bermacam-macam. Tipe ini sebagai alga
eukaryotik primitif. Contoh: Trachelomonas, Chlamydomonas, Ochromonas,
Euglena
b. non flagel
Sel tunggal dan tidak mempunyai flagen. Contoh : Chlorella,
Cyclotella
2. koloni
a. berflagel
Koloni berubah jumlah dan susunan selnya. Contoh : Volvox,
Stephanosphaera
b. non flagel
Sel terkumpul dalam koloni reguler dan dikelilingi lendir/
mucilaginous.
Contoh: Pandorina
3. agregasi palmeloid
Spesies berflagel, tetapi pada tingkat palmeloid, sel mengeluarkan lendir dan
tidak berflagel. Contoh : Kurchneriella, Gloeocystis.
4. amoeboid atau sel-sel rhizopodial
Sel tunggal atau berkoloni, amoeboid, dinding tipis kadang tertutup struktur lain,
seperti bentuk mangkok atau lorikel. Contoh : Chrysamoeba
5. filamen
a. tidak bercabang. Contoh : Erytrotrichia
b. bercabang. Contoh : Tolypotrix, Callithamnion. Cabang palsu pada
Scytonema
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil identifikasi mikroalga didapat mikroalga berupa Chlorosarcina sp., dan
Plactonema sp.
2. Mikroalga berdasarkan cara hidupnya dibedakan menjadi fitoplankton, fitobentos,
alga simbiotik, dan aerial alga.
.
DAFTAR REFERENSI
Aprilisa. 2007. http://aprilisa.wordpress.com/bio-inside-2/volvox-dkk/. Diakses tanggal 11 april 2013.
Ilalqisny, Insan, H. A. et al., 2011. Petunjuk Praktikum Fikologi. Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Jenderal Soedirman: Purwokerto.
Isnansetyo, A dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Kanisius. Yogyakarta.
Muntean, E., Bercea, V., Dragos, N., Muntean, N. 2007. Potential use of Mougeotia Sp. Algae in food production, based its carotenoid content. Journal of Agroalimentary Processes and Technologies, Volume XIII, No.1 (2007), 143-148
Panggabean, L. M. G. 2007. Koleksi Kultur Mikroalgae. Oseana vol.XXXII No.2: 11-20.
Prihantini, N.B, B. Putri, dan R. Yuniati. 2005. Pertumbuhan Chlorella spp. dalam Medium Ekstrak Tauge (MET) dengan Variasi pH Awal. Makara, Sains, Vol. 9, No. 1: 1-6.
Suriadnyani, N. N. 2004. Teknik Kultur Fitoplakton Secara Tradisional. Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur Vol 3 no 2:21-25.
Wikipedia. 2012. http://en.wikipedia.org/wiki/Microspora. Diakses tanggal 11 April 2013.