KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

49

Transcript of KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

Page 1: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …
Page 2: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

KULTIVASI MIKROALGA Scenedesmus sp.

DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH INDUSTRI SUSU

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

SITI KOMALASARI

11150950000023

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020M / 1441 H

Page 3: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …
Page 4: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …
Page 5: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …
Page 6: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

v

ABSTRAK

Siti Komalasari. Kultivasi Mikroalga Scenedesmus sp. dengan Menggunakan

Air Limbah Industri Susu. Skripsi. Program Studi Biologi. Fakultas Sains

dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dibimbing oleh Dr. Megga Ratnasari Pikoli, M.Si dan Dr. Hanies Ambarsari,

BSc., M.ApplSc.

Kultivasi mikroalga diperlukan untuk meningkatkan atau memperbanyak jumlah

sel mikroalga sehingga diperoleh biomassa. Mikroalga yang dikultivasi pada air

limbah bisa dijadikan salah satu solusi untuk mengurangi biaya medium. Karena

pada dasarnya, media sintesis untuk pertumbuhan mikroalga cukup mahal. Selain

itu, mikroalga yang dikultivasi pada air limbah bisa menurunkan konsentrasi

polutan dalam air limbah agar tidak mencemari lingkungan. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi air limbah industri susu

terhadap pertumbuhan mikroalga Scenedesmus sp. yang dihasilkan dengan

menggunakan air limbah industri susu sebagai medium pertumbuhan. Rancangan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap yang

terdiri atas enam perlakuan yang berbeda, yaitu air limbah industri susu

konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100%, medium basal bold (kontrol positif), dan

akuades (kontrol negatif) selama 21 hari. Analisis data secara statistik dengan

metode ANOVA dilanjutkan dengan uji Duncan. Berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa terdapat perbedaan nyata rata-rata konsentrasi sel Scenedesmus

sp. di antara konsentrasi air limbah industri susu. Pertumbuhan sel tertinggi

berada pada konsentrasi limbah 25% dengan rata-rata kelimpahan sel 1,5x106

sel/mL dan hasil lain juga menunjukkan bahwa Scenedesmus sp. yang dikultivasi

pada air limbah industri susu dapat menurunkan konsentrasi amonia dan Chemical

Oxygen Demand (COD) yang terdapat pada air limbah.

Kata kunci: Scenedesmus sp., Kelimpahan sel, air limbah industri susu.

Page 7: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

v

ABSTRACT

Siti Komalasari. Cultivation of Microalgae Scenedesmus sp. Using the Milk

Industry Wastewater. Essay. Biology Study Program. Faculty of Science and

Technology. Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

Supervised by Dr. Megga Ratnasari Pikoli, M.Sc and Dr. Hanies Ambarsari,

BSc., M.ApplSc.

Microalgae cultivation aims to increase the number of microalgae cells to obtain

biomass. Microalgae that are cultivated in wastewater can be used as a solution to

reduce costs. Because basically, synthesis media for microalgae growth is quite

expensive. In addition, microalgae that are cultivated in wastewater can reduce

the concentration of pollutants in wastewater so as not to pollute the environment.

This study aims to determine the effect of the concentration of wastewater in the

milk industry on the growth of microalgae Scenedesmus sp. generated by using

the dairy industry wastewater as a growth medium. The design used in this study

was a Completely Randomized Design consisting of six different treatments, dairy

milk industry wastewater concentrations of 25%, 50%, 75%, 100%, basal bold

medium (positive control), and distilled water (negative control) for 21 days.

Statistical data analysis using the ANOVA method was continued by Duncan's

test. Based on the results of the study be found there are significant differences in

the average concentration of Scenedesmus sp. among the dairy industry

wastewater concentrations. The highest cell growth was at a waste concentration

of 25% with an average cell concentration of 1.5x106 sel / mL and other results

also showed that Scenedesmus sp. cultivated in dairy industry wastewater can

reduce the concentration of ammonia and Chemical Oxygen Demand (COD)

contained in wastewater.

Keywords: Scenedesmus sp., Cell concentration, Dairy industry waste water

Page 8: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Kultivasi Mikroalga Scenedesmus sp. dengan

Menggunakan Air Limbah Industri Susu”. Shalawat serta salam senantiasa

tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para

sahabatnya yang membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang

benderang.

Skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sains

Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilaksanakan di Pusat Teknologi Lingkungan (PTL) Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi (BPPT) Geostech, Puspiptek, Tangerang Selatan.

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik karena adanya

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan

kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu penyusunan skripsi ini, antara lain kepada:

1. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas Sains

daTeknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Priyanti, M.Si selaku Ketua Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan

Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Narti Fitriana, M.Si selaku sekretaris Program Studi Biologi, Fakultas Sains

dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Megga Ratnasari Pikoli, M.Si selaku pembimbing I yang berperan

memberikan arahan dalam penulisan skripsi, memberikan nasihat dan

membantu konsultasi.

5. Dr. Hanies Ambarsari, BSc., M.ApplSc selaku pembimbing II yang berperan

dalam memberikan arahan baik secara lisan maupun tulisan dan dalam teknik

pelaksanaan penelitian di laboratorium.

Page 9: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

vii

6. Dr. Nani Radiastuti, M.Si, Dr. Agus Salim, M.Si, Arina Findo Sari, M.Si

dan Ardian Khairiah, M.Si selaku Dosen Penguji Seminar Proposal dan

Seminar Hasil yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun

dalam proses pembuatan skripsi serta dalam pelaksanaan kegiatan

penelitian.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca yang bersifat membangun demi terciptanya karya yang lebih

sempurna. Semoga karya ini bisa bermanfaat tidak hanya untuk penulis tetapi

juga untuk pembaca.

Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Jakarta, Januari 2020

Penulis

Page 10: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

viii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .................................................................................................. iv

ABSTRACT ................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .............................................................................. .. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................. .. vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... .. viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. .. ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 3

1.3. Hipotesis ..................................................................................... 3

1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3

1.6. Kerangka Berpikir ...................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mikroalga .................................................................................... 5

2.1.1. Fase Lag (lag phase) ............................................................. 5

2.1.2. Fase Logaritmik (log phase) ................................................. 6

2.1.3. Fase Penurunan Pertumbuhan (declining growth phase) ...... 6

2.1.4. Fase Stasioner (stationery phase) .......................................... 7

2.1.5. Fase Kematian (death phase) ................................................ 7

2.2. Karakteristik dan Morfologi Scenedesmus sp............................. 8

2.3. Kondisi Lingkungan yang Mempengaruhi Mikroalga ............... 9

2.4. Air Limbah Industri Susu ........................................................... 11

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................... 13

3.2. Rancangan Penelitian.................................................................. 13

3.3. Bahan dan Alat Penelitian .......................................................... 13

3.4. Cara Kerja ................................................................................... 15

3.4.1. Pembuatan Medium Basal Bold (MBB) ............................... 15

3.4.2. Pemurnian Scenedesmus sp. .................................................. 15

3.4.3. Pengukuran Kualitas Air Limbah Industri Susu (ALIS) ....... 16

3.4.4. Pembuatan Medium Limbah ................................................. 16

3.4.5. Inokulasi Scenedesmus sp. .................................................... 16

3.4.6. Penghitungan Jumlah Sel Scenedesmus sp. ........................... 16

3.5. Analisis Data ............................................................................... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pertumbuhan Scenedesmus sp. .................................................. 18

4.2. Amonia dan COD pada media kultur Scenedesmus sp. .............. 20

Page 11: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

ix

4.3. pH dan suhu pada media kultur Scenedesmus sp........................ 23

BAB V KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan ................................................................................. 26

5.2 Saran ........................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian ................................................... 4

Gambar 2. Pola Pertumbuhan Mikroalga ................................................... 7

Gambar 3. Morfologi Scenedesmus sp. ...................................................... 8

Gambar 4. Bagan Kerja Penelitian ............................................................. 14

Gambar 5. Grafik rata-rata konsentrasi sel Scenedesmus sp. .................... 18

Gambar 6. Rata-rata pH medium pertumbuhan Scenedesmus sp. ............. 21

Gambar 7. Rata-rata suhu medium perlakuan air limbah. ......................... 22

Gambar 8. Rata-rata konsentrasi amonia dalam medium air limbah ......... 24

Gambar 9. Rata-rata konsentrasi COD pada perlakuan konsentrasi air limbah

industri susu............................................................................. 25

Gambar 10. Perlakuan konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100%. ...................... 34

Gambar 11. Perlakuan kontrol negatif dan kontrol positif .......................... 34

Page 13: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Komposisi medium basal bold (MBB) ................................... 31

Lampiran 2. Foto perlakuan kontrol dan medium air limbah industri susu 32

Lampiran 3. Hasil uji analisis variansi dan uji Duncan konsentrasi sel ...... 32

Lampiran 4. Hasil analisis variansi dan uji Duncan konsentrasi amonia .... 33

Lampiran 5. Hasil uji analisis variansi dan uji Duncan COD ..................... 33

Lampiran 6. Hasil analisis variansi dan uji Duncan pH .............................. 34

Lampiran 7. Hasil uji analisis variansi suhu ............................................... 35

Page 14: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mikroalga adalah organisme perairan yang umumnya uniseluler serta

dapat hidup soliter dan berkoloni. Kultivasi mikroalga dapat juga disebut dengan

pembudidayaan mikroalga atau kulturisasi. Kultivasi mikroalga bertujuan untuk

meningkatkan atau memperbanyak jumlah sel mikroalga sehingga diperoleh

biomassa. Mikroalga telah berhasil dikultivasi pada air limbah pasar (Apandi,

Maya, Radin, & Ahmad, 2017), air limbah peternakan babi (Jia, Xiang, Yang, Hu,

& Tang, 2015), air limbah tapioka (Romaidi et al., 2018), air limbah domestik

(Acivedo, Pino, & Panuela, 2017), dan air limbah kota (Liao, 2016), untuk

produksi biomassa. Mikroalga yang dikultivasi pada air limbah bisa dijadikan

salah satu solusi untuk mengurangi biaya. Karena pada dasarnya, media sintesis

untuk pertumbuhan mikroalga cukup mahal. Oleh karena itu, mikroalga yang

dikultivasi pada air limbah akan mengurangi biaya nutrisi sintesis sehingga air

limbah bisa dijadikan media alternatif untuk pertumbuhan mikroalga.

Salah satu manfaat mikroalga adalah dapat memanfaatkan senyawa

organik dan anorganik yang terlarut dalam air limbah untuk pertumbuhan dan

perkembangannya (Acivedo et al., 2017). Mikroalga yang ditumbuhkan pada

media air limbah dapat menurunkan kandungan nitrogen, fosfor, Chemical

Oxygen Demand (COD), amonia, pengurangan logam berat, dan pengurangan zat

warna. Romaidi et al (2018) melaporkan bahwa Scenedesmus sp. dapat

mengurangi COD sebesar 72% pada air limbah tapioka. Acivedo et al (2017)

melaporkan bahwa Scenedesmus sp. dapat menurunkan kadar nitrogen sebanyak

80% dan fosfor 65% pada air limbah domestik. Oleh karena itu, mikroalga juga

bisa dijadikan sebagai agen bioremediasi.

Keuntungan penggunaan mikroalga sebagai agen bioremediasi adalah

proses pengolahannya berjalan alami sehingga ramah lingkungan dan tidak

menghasilkan limbah sekunder serta menghasilkan biomassa yang dapat

dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan (Santoso, Darmawan, & Susanto,

Page 15: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

2

2012). Salah satu mikroalga yang memiliki persentase tinggi dalam memanfaatkan

nutrisi pada air limbah untuk pertumbuhannya adalah Scenedesmus sp. Mikroalga

ini memiliki kandungan asam oleat tinggi sekitar 52,8% sehingga bisa dijadikan

sebagai bahan baku produksi biodiesel (Pandian & David, 2012).

Perkembangan industri susu di Indonesia semakin meningkat seiring

dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap produk olahan susu.

Peningkatan ini secara otomatis diikuti peningkatan volume air limbah industri

susu (ALIS) sebagai hasil samping produksi. Fenomena meningkatnya jumlah

produksi susu secara nilai ekonomi sangat menguntungkan. Namun jika

peningkatan limbah cair yang ditimbulkan oleh industri susu dan dibuang ke

lingkungan tidak dikelola dengan baik, akan berbahaya dan mencemari

lingkungan. ALIS memiliki sifat mudah terurai, membusuk, bau dan banyak

mengandung nutrisi terutama nitrogen dan fosfor (Garno, Komarawidjaja, &

Susanto, 2013). Selain itu, ALIS juga memiliki karakteristik lain seperti kadar

Biochemical Oxygen Demand (BOD) sebesar 600-2000 mg/L, kadar COD sebesar

800-4500 mg/L, kadar total nitrogen sebesar 20-230 mg/L, kadar total fosfor

sebesar 20-100 mg/L, amonia 20-48 mg/L, substansi lemak 80-250 mg/L, dan pH

berkisar 5-9 (Pambudi, Sa’diyah, Juliastuti, & Hendrianie, 2012). Nilai tersebut

melampaui standar baku mutu ALIS yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup Republik Indonesia nomor 5 tahun 2014. Nilai baku mutu

ALIS yang ditetapkan antara lain kadar COD 100 mg/L, amonia 10 mg/L, kadar

total nitrogen 10 mg/L, kadar total fosfor 2 mg/L, minyak dan lemak 10 mg/L dan

pH 6-11.

Garno et al (2013) melaporkan bahwa air limbah industri susu yang

digunakan sebagai medium pertumbuhan mikroalga dapat menurunkan

konsentrasi nitrogen menjadi 0,20 mg/L, sedangkan pada awal penelitian

konsentrasi nitrogen mencapai 17,43 mg/L. Oleh karena itu, untuk menganalisis

pengaruh ALIS terhadap pertumbuhan Scenedesmus sp. dan untuk penanganan air

limbah agar tidak mencemari lingkungan, maka diperlukan penelitian tentang

kultivasi mikroalga Scenedesmus sp. dengan menggunakan air limbah industri

susu.

Page 16: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

3

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1) Apakah Scenedesmus sp. dapat menggunakan air limbah industri susu sebagai

media pertumbuhannya?

2) Apakah konsentrasi air limbah industri susu berpengaruh terhadap konsentrasi

sel Scenedesmus sp.?

3) Apakah Scenedesmus sp. dapat mempengaruhi kadar amonia dan Chemical

Oxygen Demand (COD) air limbah industri susu?

1.3. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1) Scenedesmus sp. dapat menggunakan air limbah industri susu sebagai medium

pertumbuhannya.

2) Konsentrasi air limbah industri susu berpengaruh terhadap konsentrasi sel

Scenedesmus sp.

3) Scenedesmus sp.dapat mempengaruhi kadar amonia dan Chemical Oxygen

Demand (COD) air limbah industri susu.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk:

1) Mengetahui pengaruh konsentrasi air limbah industri susu terhadap konsentrasi

sel Scenedesmus sp.

2) Memperbanyak konsentrasi sel Scenedesmus sp. dengan memanfaatkan air

limbah industri susu dan meningkatkan kualitas air limbah industri susu.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai salah satu solusi mendapatkan media

yang murah dan alternatif untuk produksi biomassa Scenedesmus sp. dan dapat

digunakan untuk penanganan air limbah industri susu.

Page 17: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

4

1.6. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir pada penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian kultivasi mikroalga Scenedesmus sp.

dengan menggunakan air limbah industri susu.

Air limbah industri susu

Mengandung bahan

organik tinggi

Mudah terurai dan

bau

Dibutuhkan agen bioremediasi

Scenedesmus sp.

Kemampuan

tumbuh pesat

Dapat

memanfaatkan

senyawa

organik dan

anorganik

dalam air

limbah

Kultivasi pada air limbah industri susu

Menghasilkan

biomassa

Menurunkan senyawa polutan

pada air limbah industri susu

Page 18: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mikroalga

Mikroalga merupakan organisme perairan yang lebih dikenal dengan

fitoplankton. Organisme ini membutuhkan nutrien anorganik untuk proses

fotosintesis (Richmond, 2014). Menurut Wehr et al (2015) terdapat empat

kelompok mikroalga antara lain alga hijau (Chlorophyceae), alga biru

(Cyanophyceae), alga emas (Chrysophyceae), dan diatom (Bacillariophyceae).

Mikroalga merupakan produsen primer perairan yang mampu

berfotosintesis seperti layaknya tumbuhan tingkat tinggi (Kawaroe, Prartono,

Sanuddin, Dahlia, & Augustine, 2010). Organisme ini memanfaatkan sinar

matahari sebagai sumber energi dan memanfaatkan nutrien seperti N, P, K dan

komponen lainnya (Chisti, 2007). Salah satu spesies mikroalga yang sering

digunakan dalam penelitian adalah Scenedesmus sp. karena memiliki toleransi

yang tinggi terhadap perubahan lingkungan.

Menurut Kawaroe et al (2010) terdapat 5 tahap pola pertumbuhan

mikroalga pada sistem kultivasi. Tahapan tersebut antara lain: (1) fase lag (lag

phase); (2) fase eksponensial (log phase); (3) fase penurunan pertumbuhan

(declining growth phase); (4) fase stasioner (stationery phase); dan (5) fase

kematian (death phase).

Fase lag merupakan pertumbuhan pada fase awal karena penambahan

kelimpahan mikroalga terjadi dalam jumlah sedikit. Fase ini mudah diobservasi

pada saat kultivasi mikroalga baru saja dilakukan atau sesaat setelah bibit

mikroalga dimasukkan pada media kultivasi. Saat fase lag, pada umumnya terjadi

stressing secara fisiologi karena adanya perubahan kondisi lingkungan media

kultivasi dari media awal ke media yang baru. Selain itu, pada media baru karena

dilakukan penambahan nutrisi maka kelarutannya lebih banyak dari pada media

sebelumnya, sehingga akan memengaruhi sintesis metabolik mikroalga karena

mengalami perpindahan konsentrasi dari konsentrasi rendah menuju konsentrasi

yang tinggi. Proses terjadinya perubahan tersebut menyebabkan mikroalga

Page 19: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

6

mengalami proses penyesuaian terlebih dahulu sebelum mengalami pertumbuhan

(Azim,2012).

Fase logaritmik merupakan tahapan pertumbuhan lanjut yang terjadi pada

mikroalga setelah fase lag. Mikroalga yang dikultivasi akan mengalami

pertambahan biomassa secara cepat. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan

jumlah sel yang sangat cepat melalui pembelahan sel mikroalga. Penambahan

tersebut apabila dihitung secara matematis, maka akan membentuk fungsi

logaritma (Azim, 2012). Menurut Kawaroe et al (2010) untuk tujuan kultivasi

sebaiknya mikroalga dipanen pada akhir fase logaritmik karena pada fase ini

struktur sel masih berada pada kondisi normal dan secara nutrisi terjadi

keseimbangan antara nutrien dalam media dan kandungan nutrisi dalam sel. Selain

itu, umumnya pada fase akhir logaritmik, kandungan protein dalam sel sangat

tinggi, sehingga kondisi mikroalga berada pada kondisi yang paling optimal.

Fase penurunan pertumbuhan (declining growth phase) terjadi dengan

indikasi pengurangan kecepatan pertumbuhan sampai sama dengan fase awal

pertumbuhan, yaitu kondisi yang stagnan sehingga tidak terjadi penambahan sel.

Fase ini ditandai dengan berkurangnya nutrien dalam media, sehingga

memengaruhi kemampuan pembelahan sel yang menyebabkan jumlah sel semakin

menurun. Pada fase ini juga dapat dijumpai penambahan jumlah sel akan tetapi

kualitas sel memiliki nutrisi yang kurang baik. Pemanenan dapat dilakukan pada

fase ini (Azim, 2012).

Fase stasioner diindikasikan dengan adanya pertumbuhan mikroalga yang

terjadi secara konstan akibat dari keseimbangan katabolisme dan anabolisme di

dalam sel. Fase ini ditandai dengan rendahnya tingkat nutrien dalam sel

mikroalga. Kelimpahan yang rendah dalam kultivasi dapat terjadi pada fase

stasioner yang pendek (Wehr et al., 2015).

Fase kematian diindikasikan oleh kematian sel mikroalga yang terjadi

karena adanya perubahan kualitas air ke arah yang buruk, penurunan kandungan

nutrien dalam media kultivasi dan kemampuan metabolisme mikroalga yang

menurun akibat dari umur yang sudah tua. Kenyataan ini biasanya ditandai

dengan penurunan jumlah sel yang cepat dan secara morfologi pada fase ini

mikroalga banyak mengalami kematian dibandingkan dengan melakukan

Page 20: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

7

Page 21: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

8

Page 22: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

9

Setiap penelitian suatu ekosistem akuatik, pengukuran suhu air merupakan

hal yang mutlak untuk dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan berbagai

jenis gas dan air serta semua aktivitas biologis di dalam ekosistem akuatik sangat

dipengaruhi oleh suhu. Menurut hukum Van’t Hoffs dalam Effendi (2003)

kenaikan suhu sebesar 10 oC (hanya pada kisaran suhu yang masih ditolerir) akan

meningkatkan aktivitas fisiologis (misalnya respirasi) dari organisme sebesar 2-3

kali lipat. Pola suhu akuatik dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas

cahaya matahari, pertukaran panas antara air dan udara sekelilingnya (Azim,

2012).

Armi (2001) menyatakan bahwa perbedaan suhu pada suatu perairan

dipengaruhi oleh empat faktor, yakni: (1) variasi jumlah panas yang diserap, (2)

pengaruh konduksi panas, (3) pertukaran tempat massa air, (4) pertukaran air

secara vertikal. Bahwa suhu yang dapat ditolerir oleh organisme pada suatu

perairan berkisar antara 20-30 oC (Armi, 2001). Temperatur memengaruhi proses-

proses fisika, kimia dan biologi yang berlangsung dalam sel mikroalga.

Peningkatan temperatur hingga batas tertentu akan merangsang aktivitas molekul,

meningkatnya laju difusi dan juga laju fotosintesis (Azim, 2012).

Salinitas adalah jumlah keseluruhan garam yang terlarut dalam volume air

tertentu. Salinitas ini dinyatakan sebagai bagian garam per seribu bagian air (%).

Salinitas rata-rata air laut dalam samudra adalah 35%. Salinitas menggambarkan

padatan total di dalam air, setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida,

semua bromida dan iodida digantikan oleh klorida, dan semua bahan organik telah

dioksidasi (Effendi, 2003).

Nilai pH merupakan faktor pengontrol yang menentukan kemampuan

biologis mikroalga dalam memanfaatkan unsur hara. Nilai pH yang terlalu tinggi

misalnya, akan mengurangi aktifitas fotosintesis mikroalga. Proses fotosintesis

merupakan proses mengambil CO2 yang terlarut di dalam air, dan berakibat pada

penurunan CO2 terlarut dalam air. Penurunan CO2 akan meningkatkan pH. Dalam

keadaan basa ion bikarbonat akan membentuk ion karbonat dan melepaskan ion

hidrogen yang bersifat asam sehingga keadaan menjadi netral. Sebaliknya dalam

keadaan terlalu asam, ion karbonat akan mengalami hidrolisa menjadi ion

bikarbonat dan melepaskan ion hidrogen oksida yang bersifat basa, sehinggga

Page 23: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

10

keadaan netral kembali. Rata-rata pH untuk kultivasi sebagian besar spesies

mikroalga antara 7-9, dengan optimum rata-rata pH berkisar antara 8,2-8,7 (Azim,

2012).

Nutrien terdiri atas unsur-unsur hara makro (macronutrient) dan unsur

hara mikro (micronutrient). Contoh unsur hara makro untuk pertumbuhan

mikroalga adalah senyawa organik seperti N, K, Mg, S, P dan Cl. Unsur hara

mikro adalah Fe, Cu, Zn, Mn, B, dan Mo. Unsur hara tersebut diperoleh dalam

bentuk persenyawaan dengan unsur hara lain. Khusus bagi mikroalga yang

memiliki kerangka dinding sel yang mengandung silikat, misalnya Diatom, unsur

Si berperan sebagai faktor pembatas. Secara umum defisiensi nutrien pada

mikroalga mempengaruhi penurunan protein, pigmen fotosintesis serta kandungan

produk karbohidrat dan lemak. Konsentrasi mikroalga yang dikultivasi secara

umum lebih tinggi dari pada yang di alam. Dalam kultivasi alga ditambahkan

nutrien antara lain nitrat, fosfat dan silikat untuk memenuhi nutrien pada media

kultivasi. Seperti halnya semua tanaman, mikroalga juga melakukan proses

fotosintesis, yaitu mengasimilasi karbon anorganik untuk dikonversi menjadi

materi organik. Bersama dengan cahaya yang merupakan sumber energi sangat

berperan dalam proses fotosintesis pada alga. Oleh karena itu, intensitas cahaya

memegang peranan yang sangat penting, namun intensitas cahaya yang diperlukan

tiap-tiap alga untuk dapat tumbuh secara maksimum berbeda-beda. Intensitas

cahaya yang diperlukan tergantung volume kultivasi dan densitas alga (Wehr et al.,

2015).

2.4. Fotoautotropik, Heterotrofik dan Mixotropik Budidaya Mikroalga

Kondisi lingkungan memiliki dampak signifikan pada karakteristik

pertumbuhan dan komposisi kimia sel mikroalga (Liang et al., 2009). Kebanyakan

mikroalga dibudidayakan secara fotoautotrop yang berarti senyawa organik dari

sel-sel mikroalga yang dihasilkan hanya selama fotosintesis menggunakan sumber

karbon anorganik seperti CO2, Na2CO3, NaHCO3 (Flynn et al., 1991). Hasil

beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa biomassa yang lebih tinggi,

densitas sel, dan produksi lipid mikroalga dapat dicapai dengan membudidayakan

mikroalga di bawah kondisi heterotrofik dan mixotrophik, dibandingkan dengan

pertumbuhan autotropik pertumbuhan (Garcia et al, 2011; Kong et al, 2011).

Page 24: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

11

Pertumbuhan heterotrofik bahwa mikroalga memanfaatkan sumber karbon

organik seperti glukosa, gliserol, asetat atau karbon organik dalam air limbah.

Dalam kondisi mixotropik, mikroalga dapat memanfaatkan senyawa anorganik

dan karbon organik untuk fotosintesis dan jalur metabolik lainnya. Tumbuh di

bawah kondisi baik, sel-sel mikroalga mensintesis protein, karbohidrat, dan lipid.

Budidaya mixotropik telah terbukti menghasilkan tingkat pertumbuhan yang lebih

tinggi dan produktivitas biomassa (Xin et al., 2010). Banyak faktor seperti suhu,

konsentrasi nitrogen, sumber karbon organik, karbon dioksida, tingkat aerasi dan

salinitas dapat mempengaruhi akumulasi lipid pada sel mikroalga (Brennan dan

Owende, 2010).

2.5. Air Limbah Industri Susu

Industri dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang

Perindustrian didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah bahan

mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan/atau barang jadi menjadi barang

dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang

bangun dan perekayasaan industri. Proses pembuatan barang dan jasa memerlukan

transformasi sumber daya menjadi barang. Untuk dapat produktif dan mempunyai

nilai tambah pada suatu produk, maka efisiensi sangat diperlukan. Salah satu

industri yang mempunyai peluang yang cukup baik adalah industri pengolahan

susu, mengingat susu adalah salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh

seluruh kelompok usia. Selain itu, banyak produk dapat dibuat dari susu seperti

makanan, minuman, keju, mentega, yogurt, dan lain-lain. Dari sisi manfaat, susu

mempunyai manfaat yang sangat besar terutama bagi anak-anak. Dengan minum 2

gelas susu secara teratur setiap hari, akan mengurangi resiko keropos tulang di

usia senja. Dari sisi permintaan, kebutuhan susu nasional setiap hari mencapai 4

juta hingga 6 juta liter (Sanny, 2011).

Populasi sapi perah mengalami peningkatan dari 361 ribu ekor pada tahun

2005 meningkat menjadi 487 ribu ekor pada tahun 2009 meningkat sebesar 8,32%

/tahun. Sejalan dengan peningkatan populasi, produksi juga meningkat dari 536

ribu ton pada tahun 2005 menjadi 608 ribu ton pada tahun 2009 meningkat

sebesar 5,05 persen pertahun (Pertanian, 2017).

Page 25: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

12

Delapan perusahaan susu terbesar di Indonesia antara lain PT Ajinomoto

Calpis Beverage Indonesia, PT Frisian Flag Indonesia, PT Puri Purnama

Delodyeh, PT Cisarua Mountain Dairy, PT Sari Husada, PT Danone Indonesia,

dan PT Indolakto. Perusahaan-perusahaan tersebut memproduksi beragam jenis

susu, mulai susu sapi segar, yoghurt, jelly pudding, pasteurilize milk, acidif milk,

susu kental manis, susu steril, hingga susu bubuk. Industri pengolahan susu di

Indonesia akan tumbuh sebesar 10% per tahun, mengingat bertumbuhnya industri

makanan dan minuman yang menggunakan susu sebagai bahan baku nya. Selain

itu, dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan merupakan

peluang baru bagi perusahaan minuman susu olahan untuk menciptakan variasi

produk susu olahan (Sanny, 2011).

Limbah industri susu umumnya berbentuk cair, Air Limbah Industri Susu

(ALIS) berasal dari susu dan produk jadi maupun yang hilang karena kebocoran

pipa, luberan (overflow) tangki penampungan, kegagalan proses produksi, atau

jeleknya proses handling. Karakteristik limbah cair industri susu tidak jauh

berbeda dengan karakteristik limbah industri pangan pada umumnya. Diketahui

ALIS mempunyai kadar BOD sebesar 600-2000 mg/L, kadar COD sebesar 800-

4500 mg/L, kadar total nitrogen sebesar 20-230 mg/L, kadar total fosfor sebesar

20-100 mg/L, amonia 20-48 mg/L, substansi lemak 80-250 mg/L, dan pH berkisar

5-9 (Pambudi et al., 2012). Hanya saja limbah cair industri susu mempunyai ciri

khas yaitu kerentanannya terhadap bakteri pengurai sehingga mudah mengalami

pembusukan. ALIS juga mengandung beberapa senyawa sanitasi (NaOH, KOH,

H3PO4/HNO3, NaOCl) yang digunakan untuk membersihkan peralatan dan area

produksi (Liu & Haynes, 2010).

Limbah dari pengolahan susu segar mempunyai bahan organik terlarut

yang tinggi. Pengolahan limbah ini akan menghasilkan sludge atau lumpur susu

yang mengendap pada kolam penampungan, lumpur susu ini mempunyai

kandungan bahan kering sangat rendah, sedangkan kandungan lemaknya cukup

tinggi dan sangat rentan terhadap serangan mikroba sehingga mudah terurai atau

cepat sekali mengalami pembusukan. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar

nutrisi (Lu et al., 2015).

Page 26: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

13

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2019. Lokasi penelitian

dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Lingkungan (PTL) Badan Pengkajian

dan Penerapan Teknologi (BPPT) Geostech, Puspiptek, Serpong, Tangerang

Selatan.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang diperlukan adalah mikroalga Scenedesmus sp. koleksi

Laboratorium Pusat Teknologi Lingkungan (PTL) Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi (BPPT), air limbah industri susu PT Indolakto, akuades

steril, alkohol, alumunium foil. Bahan untuk uji kualitas air limbah diantarannya

natrium salisilat, natrium sitrat, natrium nitroprussid, dan dikloro asam sianurat.

Bahan kimia untuk medium basal bold (MBB) berupa NaNO3, CaCl.2H2O,

MgSO4.7H2O, K2HPO4, KH2PO4, NaCl, EDTA, FeSO4.7H2O, H3BO3,

ZnSO4.7H2O, MoO3, CuSO4.5H2O, MnCl2.4H2O, Co(No3)2.6H2O.

Alat–alat yang digunakan adalah spektrofotometer UV-Vis, erlenmeyer,

aerator, timbangan analitik, selang aerator, mikroskop cahaya, pipet tetes volume

5 mL dan 10 mL, kaca objek, kamera, kamar hitung Haemocytometer Neubauer,

kertas saring, oven, termometer, cover glass, kaca objek, lemari pendingin,

autoklaf dan pH meter.

3.3. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL) yang terdiri atas enam perlakuan dan tiga kali ulangan. Inkubasi

dilakukan selama 21 hari dengan konsentrasi sel Scenedesmus sp. sebanyak

3,5x107

sel/mL pada setiap perlakuan.

Perlakuan pertama konsentrasi 0% dengan memberikan akuades steril

sebagai kontrol negatif, perlakuan kedua konsentrasi 0% dengan memberikan

Page 27: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

14

medium basal bold (MBB) sebagai kontrol positif. Perlakuan ketiga, keempat,

kelima dan keenam menggunakan air limbah industri susu susu dengan

konsentrasi masing-masing air limbah yaitu 25%, 50%, 75%, 100%. Masing–

masing perlakuan untuk 250 mL erlenmeyer.

3.4. Bagan Kerja

Bagan kerja pada penelitian kali ini sebagai berikut:

Gambar 4. Bagan kerja penelitian kultivasi mikroalga Scenedesmus sp. dengan

menggunakan air limbah industri susu.

Pengukuran amonia dan

COD

Pengukuran konsentrasi sel

Scenedesmus sp.

Analisis data

Pembuatan medium basal bold (MBB)

Isolat koleksi di inokulasi pada 100 mL media MBB kemudian

diperbanyak 1.000 mL sebagai stok kultur

Pengukuran kualitas air limbah industri susu seperti amonia dan COD,

suhu, pH setiap tiga hari sekali selama 21 hari waktu kultivasi.

Pembuatan medium limbah konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100% masing-

masing dibuat pada erlenmeyer 300 mL dengan jumlah volume 250 mL

Kultivasi 25 mL kultur Scenedesmus sp.

pada media air limbah industri susu,

cahaya 12 jam gelap 12 jam terang

Page 28: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

15

3.5. Cara Kerja

3.5.1. Pembuatan Medium Basal Bold (MBB)

Sebelum membuat MBB, terlebih dahulu dibuat larutan stok MBB yang

terdiri atas NaNO3, CaCl.2H2O, MgSO4.7H2O, K2HPO4, KH2PO4, NaCl, trace

element EDTA dan KOH, trace element FeSO4.7H2O, trace element H3BO3, dan

trace element ZnSO4.7H2O, MoO3, CuSO4.5H2O, MnCl2.4H2O, Co(No3)2.6H2O.

Larutan stok MBB dibuat dengan cara melarutkan bahan kimia sesuai

dengan komposisi medium yang tertera pada Lampiran 1. Pembuatan MBB

dilakukan dengan cara menambahkan 10 mL dari setiap larutan stok ke dalam

erlenmeyer 1 liter kemudian ditambahkan akuades. Larutan yang telah

dihomogenkan tersebut selanjutnya disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu

121 ⁰C dengan tekanan 1,06 kg/cm

2 atm selama 15 menit.

3.5.2. Pembuatan Medium Limbah

Pembuatan medium air limbah industri susu dibuat sesuai perlakuan

penelitian yaitu, konsentrasi 25%, 50%, 75%, 100%, masing–masing perlakuan

dibutuhkan sebanyak 250 mL. Pembuatan air limbah industri susu sebagai berikut.

Konsentasi 25% berisi 62,5 mL air limbah industri susu dan berisi 187,5 mL

akuades steril, konsentrasi 50% berisi 125 mL air limbah industri susu dan berisi

125 mL akuades steril, konsentrasi 75% berisi 187,5 mL air limbah industri susu

dan berisi 62,5 mL akuades steril, konsentrasi 100% hanya berisi air limbah

industri susu sebanyak 250 mL.

3.5.3. Inokulasi Scenedesmus sp.

Inokulasi dilakukan dengan menyiapkan masing–masing wadah untuk

kultivasi yaitu erlenmeyer 250 mL. kemudian diisi dengan medium sesuai

perlakuan. Kemudian ditandai dengan kode perlakuan masing–masing dan

selanjutnya dimasukan 25 mL Scenedesmus sp. kedalam masing–masing wadah

kultur.

3.5.4. Penghitungan Jumlah Sel Scenedesmus sp.

Penghitungan jumlah sel untuk mendapatkan data kelimpahan sel

dilakukan setiap 3 hari sekali selama 21 hari. Sebanyak 1 mL kultur diambil

Page 29: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

16

secara aseptik dari tiap-tiap perlakuan. Penghitungan jumlah sel dilakukan

dengan menggunakan kamar hitung Haemocytometer Neubauer.

Cara penghitungan kelimpahan sel mikroalga adalah pertama

Haemocytometer dibersihkan dan dipasang cover glass. Sampel air mikroalga

yang akan dihitung kerapatannya diteteskan dengan pipet pada bagian parit yang

melintang hingga penuh. Selanjutnya Haemocytometer diamati di bawah

mikroskop serta dilakukan penghitungan jumlah sel pada setiap bidang kotak.

3.5.5. Pengukuran Parameter Uji

Parameter uji seperti suhu, pH diukur setiap hari. Sedangkan amonia, COD

diukur 3 hari sekali.

3.5.5.1. Uji Amonia

Pembuatan larutan standart N-ammonia 1000 mg/l. Senyawa NH4Cl

dikeringkan menggunakan oven pada suhu 100 ⁰C selama 2 jam. Senyawa NH4Cl

yang telah dikeringkan ditimbang sebanyak 0,191 g kemudian dimasukan ke

dalam labu ukur 50 mL dan ditera dengan akuades. Pembuatan pereaksi salisilat.

Natrium salisilat dan natrium sitrat ditimbang sebanyak 6,5 g, natrium

nitroprussid ditimbang sebanyak 0,0485 g kemudian dilarutkan dengan akuades

hingga 50 mL. Pembuatan pereaksi dikloro asam sianurat. Senyawa NaOH

ditimbang sebanyak 1,6 g dan dilarutkan dengan sedikit akuades. Dikloro asam

sianurat ditimbang sebanyak 0,1 g dan dilarutkan dengan akuades 50 mL.

Pembuatan kurva kalibrasi N-ammonia. Larutan N-NH3 dipipet masing-

masing 0,4;0,8;1,6;2,4;3,2;4,0 mL. Kemudian akuades dipipet masing-masing

3,6;3,2;2,4;1,6;0,8;0 mL sehingga jumlah volume total yaitu 4 mL. Larutan

standar diambil 4 mL dan ditambahkan 0,5 mL pereaksi salisilat dan pereaksi

dikloro asam sianurat kemudian diaduk dengan vortex dan didiamkan selama 30

menit. Serapan diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang

655 nm.

Pengukuran sampel. Sampel diambil sebanyak 4 mL ditambahkan 0,5 mL

pereaksi salisilat dan pereaksi dikloro asam sianurat kemudian diaduk dengan

vortex dan didiamkan selama 30 menit. Serapan diukur menggunakan

spektrofotometer pada panjang gelombang 655 nm.

Page 30: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

17

3.5.5.2. Uji Chemical Oxygen Demand (COD)

Pembuatan pereaksi destruksi. Larutan H2SO4 diambil sebanyak 700 mL

dimasukan ke dalam botol pereaksi coklat ukuran 1 liter. Senyawa Ag2SO4

ditimbang sebanyak 7,084 g kemudian dimasukan kedalam larutan H2SO4 dan

diaduk menggunakan magnetic stirrer selama satu-dua hari.

Pengukuran sampel. Sampel dimasukan ke dalam tabung reaksi sebanyak

1 mL dan ditambahkan 2 mL pereaksi destruksi. Kemudian diaduk dengan vortex

dan larutan didestruksi menggunakan thermoreactor selama dua jam. Setelah itu

larutan didinginkan sampai mencapai suhu ruang. Kemudian diukur menggunakan

spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm.

3.5.6. Analisis Data

Data konsentrasi sel mikroalga, pH, suhu, amonia dan COD dianalisis

secara statistik dengan menggunakan SPSS 22, jika hasil berbeda nyata maka

dilakukan uji lanjutan dengan uji Duncan.

Page 31: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pertumbuhan Scenedesmus sp.

Pertumbuhan Scenedesmus sp. didapatkan berdasarkan pengamatan

terhadap konsentrasi sel dengan perlakuan akuades (kontrol negatif), MBB

(kontrol positif), air limbah industri susu konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100%.

Pertumbuhan Scenedesmus sp. diamati berdasarkan rata-rata konsentrasi sel

Scenedesmus sp. selama 21 hari. (Gambar 5).

Gambar 5. Konsentrasi sel Scenedesmus sp.

Grafik rata-rata konsentrasi sel Scenedesmus sp. (Gambar 5) menunjukkan

bahwa rata-rata konsentrasi sel Scenedesmus sp. dalam berbagai konsentrasi air

limbah industri susu bervariasi. Hasil analisis variansi pada taraf nyata 5%

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata terhadap konsentrasi air

limbah industri susu. Hasil uji Duncan berdasarkan konsentrasi sel Scenedesmus

sp. terdapat perbedaan yang nyata pada konsentrasi 100% dengan konsentrasi

25% dan 50%. Hal ini menunjukkan konsentrasi air limbah industri susu

memengaruhi pertumbuhan Scenedesmus sp. Medium perlakuan 75% dan 100%

3.0E+05

8.0E+05

1.3E+06

1.8E+06

2.3E+06

2.8E+06

0 3 6 9 12 15 18 21

Sel

/mL

Hari ke-

akuades MBB 25% 50% 75% 100%

Page 32: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

19

yang konsentrasi air limbah industri susu lebih tinggi, konsentrasi sel paling

rendah masing-masing sebesar 6x105 sel/mL dan 4x10

5 sel/mL. Menurut

Chrismanda & Nofdianto (2006) penurunan pertumbuhan pada konsentrasi yang

tinggi adalah karena konsentrasi nutrien yang terlalu tinggi meracuni sel-sel

mikroalga, sehingga keberadaan nutrien dalam konsentrasi yang tinggi malah

menghambat pertumbuhannya.

Perbedaan nyata terdapat pada konsentrasi air limbah industri susu 25% dan

50% (Lampiran 3). Terdapat perbedaan yang nyata ini diduga karena rendahnya

konsentrasi nutrien dalam medium akibat pengenceran atau pemberian akuades

steril pada air limbah industri susu. Sehingga nutrisi menjadi faktor pembatas bagi

pertumbuhan yang akan berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan

ketersediaan nutrien yang cukup akan menyebabkan terjadinya pembelahan sel

dengan cepat (Sriharti, 2014).

Terlihat pada Gambar 5 terjadi pertumbuhan sel Scenedesmus sp. pada

setiap perlakuan menggunakan air limbah industri susu. Pertumbuhan sel yang

banyak terjadi pada pemberian konsentrasi air limbah industri susu 25% (1,5x106

sel/mL), 50% (9x105 sel/mL) dan pertumbahan paling sedikit pada konsentrasi

75% (6x105 sel/mL) dan 100% (4x10

5 sel/mL). Walaupun terjadi perlambatan

pertumbuhan pada pemberian konsentrasi 75% dan 100% bila dibandingkan

dengan medium akuades, namun secara keseluruhan perlakuan menunjukan

adanya pertumbuhan. Hari ke-3 dari pengamatan terjadi peningkatan konsentrasi

sel Scenedesmus sp. hal ini menunjukkan bahwa Scenedesmus sp. tidak

memerlukan lagi adaptasi terhadap faktor lingkungan untuk pertumbuhannya.

Pertumbuhan sel Scenedesmus sp. pada perlakuan konsentrasi 25% mencapai

puncak pada hari ke-3 dengan jumlah rata-rata konsentrasi sel sebanyak 1,7x106

sel/mL. Perlakuan konsentrasi 50% mencapai puncak pertumbuhan pada hari ke-3

dengan konsentrasi sel sebanyak 1,3x106 sel/mL. Perlakuan konsentrasi 75%

mencapai puncak pertumbuhan pada hari ke-6 konsentrasi sel sebanyak 8x105

sel/mL. Perlakuan konsentrasi 100% mencapai puncak pertumbuhan pada hari ke-

9 dengan konsentrasi sel mencapai 6x105 sel/mL.

Pencapaian puncak populasi yang lebih cepat pada perlakuan air limbah

industri susu konsentrasi yang tepat memungkinkan Scenedesmus sp. melakukan

Page 33: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

20

fotosintesis yang lebih cepat sehingga menghasilkan biomassa yang lebih banyak.

Ketersediaan unsur hara pada medium yang terbatas menyebabkan pertumbuhan

Scenedesmus sp. menjadi terhambat. Begitupun ketersediaan unsur hara yang

berlebihan yang terdapat pada air limbah susu menyebabkan keracunan sehingga

dapat menurunkan pertumbuhan Scenedesmus sp. Hal ini dibuktikan oleh

beberapa penelitian yang telah menggunakan air limbah industri susu untuk

budidaya mikroalga. Namun, hasil biomassa mikroalga yang tumbuh pada air

limbah industri susu rendah. Hasil penelitian Liu & Haynes (2010) menunjukkan

bahwa biomassa tertinggi dari mikroalga yang tumbuh pada air limbah industri

susu kurang dari 0,7 g/L. Hal ini disebabkan karena air limbah industri susu

mengandung zat organik yang terlalu tinggi (Christenson & Sims, 2011) dan air

limbah industri susu juga mengandung berbagai elemen logam (Markou &

Georgakakis, 2011). Oleh karena itu, pada penelitian ini didapatkan bahwa

perbedaan konsentrasi medium limbah dapat memengaruhi konsentrasi sel

Scenedesmus sp. Konsentrasi sel Scenedesmus sp. cukup rendah yaitu 6x105

sel/mL dan 4x105

sel/mL pada perlakuan konsentrasi air limbah 75% dan 100%

dan dalam uji analisis variansi tidak berbeda nyata dengan akuades. Perlakuan

konsentrasi rendah yaitu 25% hasil konsentrasi sel Scenedesmus sp. cukup tinggi

sebesar 1,5x106 sel/mL dan dalam uji analisis variansi tidak berbeda nyata dengan

MBB.

4.2. Amonia dan COD pada Media Kultur Scenedesmus sp.

Amonia merupakan senyawa sumber utama nitrogen selain nitrat yang

mampu digunakan oleh mikroalga untuk proses metabolismenya sedangkan

penggunaan nitrit dibatasi oleh toksisitasnya. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa rata-rata konsentrasi amonia dalam berbagai konsentrasi air limbah industri

susu bervariasi (Gambar 8). Hasil analisis variansi pada taraf nyata 5%

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata terhadap konsentrasi amonia

pada air limbah industri susu. Perlakuan air limbah dengan konsentrasi 25%

berbeda nyata dengan konsentrasi 75% dan 100%. Konsentrasi 50% berbeda nyata

dengan konsentrasi 75% dan 100% (Lampiran 4). Hal ini disebabkan karena

konsentrasi air limbah yang tepat untuk pertumbuhan mikroalga yaitu 25% dan

Page 34: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

21

50%, mikroalga benar-benar memanfaatkan amonia sebagai sumber nutrisi untuk

pertumbuhannya. Kadar amonia dalam air limbah terus menurun sampai hari

terakhir pengamatan. Hal ini bisa dilihat dari hasil penelitian (Gambar 8).

Gambar 8. Konsentrasi amonia dalam medium air limbah industri susu yang

dikultivasi mikroalga Scenedesmus sp.

Semakin lama waktu kultivasi, konsentrasi amonia dalam air limbah

semakin berkurang. Penurunan kadar amonia karena terjadinya proses nitrifikasi

sehingga terbentuk nitrat yang menjadi sumber nutrien untuk pertumbuhan

mikroalga. Scenedesmus sp. yang dikultivasi pada air limbah konsentrasi 25% dan

50% dengan hasil akhir masing-masing sebesar 0,25 mg/L dan 0,29 mg/L. Nilai

tersebut memenuhi standar baku mutu air limbah industri susu sebesar 10 mg/L

yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia

nomor 5 tahun 2014. Hal ini terjadi karena amonia dalam air limbah digunakan

mikroalga sebagai nutrisi untuk pertumbuhannya, yaitu untuk membantu dalam

sintesa protein. Mikroalga membutuhkan amonia untuk pertumbuhannya,

mikroalga harus mengkonversi nitrat menjadi amonium sebelum dapat

menggunakannya. Ketika amonia dalam air limbah siap untuk digunakan

mikroalga tidak harus menghabiskan energi untuk mengubah apapun. Jadi, lebih

banyak nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan.

Pada umumnya, senyawa nitrogen yang digunakan dalam metabolisme sel

mikroalga berupa amonia. Selain digunakan oleh Scenedesmus sp. untuk

02468

10121416182022242628

0 3 6 9 12 15 18 21

Am

onia

(m

g/L

)

Hari ke-

25% 50% 75% 100%

Page 35: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

22

metabolisme, amonia juga bereaksi dengan oksigen menjadi nitrogen sehingga

kandungannya semakin berkurang (Sihaloho, 2009).

Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata konsentrasi COD dalam

berbagai konsentrasi air limbah industri susu bervariasi. Hasil analisis variansi

pada taraf nyata 5% menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata terhadap

konsentrasi COD pada air limbah industri susu. Perlakuan air limbah konsentrasi

25% berbeda nyata dengan 50%, 75%, dan 100%. Hal ini menunjukkan bahwa

kultivasi Scenedesmus sp. dengan menggunakan medium air limbah industri susu

dapat menurunkan konsentrasi COD. Setelah diberi perlakuan dengan

menumbuhkan mikroalga Scenedesmus sp. hasil pengamatan konsentrasi COD

sudah menurun dari hari ke-3 (Gambar 9).

Gambar 9. Konsentrasi COD pada perlakuan air limbah industri susu.

Scenedesmus sp. yang dikultivasi pada air limbah industri susu konsentrasi

25%,50%,75% dan 100% masing masing dapat mengurangi konsentrasi COD

sebesar 70%, 60%, 30% dan 20%. Hasil ini diperkuat oleh penelitian Romaidi et

al., (2018) yang menyatakan bahwa pengolahan limbah industri menggunakan

mikroalga mampu mengurangi konsentrasi COD sebesar 72%. Setelah diberi

perlakuan dengan menumbuhkan mikroalga Scenedesmus sp. Medium perlakuan

dengan konsentrasi 25% dari hari ke-3 sampai hari ke 21 terus menerus

menunjukkan penurunan dengan nilai rata-rata COD diakhir sebesar 98,95 mg/L.

0

90

180

270

360

450

0 3 6 9 12 15 18 21

CO

D m

g/L

Hari ke-

25% 50% 75% 100%

Page 36: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

23

Nilai tersebut memenuhi standar baku mutu air limbah industri susu yaitu sebesar

100 mg/L yang sudah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

Republik Indonesia nomor 5 tahun 2014. Medium perlakuan dengan konsentrasi

50%, 75% dan 100% masih menunjukkan penurunan konsentrasi COD walaupun

hasilnya tidak signifikan dibandingkan dengan konsentrasi 25% dan hasil rata-rata

COD diakhir masing-masing sebesar 121,733 mg/L, 269,077 mg/L, dan 316,32

mg/L nilai tersebut melampaui standar baku mutu air limbah industri susu.

Menurunnya nilai COD diduga karena adanya Scenedesmus sp. yang

memanfaatkan senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam air limbah industri

susu. Senyawa-senyawa tersebut merupakan nutrisi yang dibutuhkan oleh

Scenedesmus sp. dalam pertumbuhannya. Scenedesmus sp. membutuhkan oksigen

untuk menyerap senyawa-senyawa organik pada limbah cair industri susu.

Menurut Kawaroe et al., (2010) media air limbah dapat diolah secara biologis oleh

mikroalga sekaligus memberikan masukan nutrisi dalam pertumbuhannya.

4.3. pH dan Suhu Media Kultur Scenedesmus sp.

Pertumbuhan Scenedesmus sp. dipengaruhi oleh pH medium. Berdasarkan

data pengukuran pH bahwa nilai pH seluruh perlakuan selama 21 hari mengalami

perubahan. Nilai pH dari masing-masing perlakuan mengalami peningkatan dan

penurunan selama pengamatan berlangsung (Gambar 6).

Gambar 6. pH medium kultivasi Scenedesmus sp.

3

4

5

6

7

8

9

10

0 3 6 9 12 15 18 21

pH

Hari ke-

Akuades MBB 25% 50% 75% 100%

Page 37: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

24

Hasil rata-rata pH medium bervariasi, berdasarkan uji analisis variansi

rata-rata pH medium berbeda nyata antara konsentrasi 25%, 75% dan 100%. Hasil

yang tidak berbeda nyata yaitu konsentrasi 50%, 75%, dan 100%. Rata-rata pH

medium tidak berbeda nyata pula pada konsentrasi 25%, 50%, akuades dan MBB.

pH air limbah industri susu pada hari ke-0 adalah 5 dan dihari pengamatan

terakhir nilai pH menjadi 7 untuk konsentrasi 25%, sedangkan nilai pH 5,5 untuk

konsentrasi 50% dan 75%, pH konsentrasi 100% menjadi 4,8. Ren et al., (2013)

menyatakan bahwa mikroalga Scenedesmus sp. dapat tumbuh pada rentan pH 4-

11. Perubahan nilai pH yang ditunjukkan pada (Gambar 6) dimungkinkan adanya

metabolisme yang dilakukan oleh Scenedesmus sp. yang dikultivasi dalam air

limbah industri susu. Secara umum dari pengamatan hari ke-0 sampai ke-8 semua

perlakuan cenderung mengalami peningkatan pH. Kemungkinan hal tersebut

terjadi karena adanya aktivitas fotosintesis yang dilakukan oleh Scenedesmus sp.

Karbondioksida (CO2) merupakan komponen utama dalam proses fotosintesis.

Karena menurunnya kadar CO2 dalam air limbah, menyebabkan nilai pH

meningkat dari keadaan asam menjadi netral (Arifin, 2012). Konsentrasi 100%

rata-rata pH pada hari terakhir pengamatan mencapai 4,8 nilai pH tersebut sangat

rendah untuk pertumbuhan mikroalga. Rendahnya nilai pH tersebut diduga karena

kematian Scenedesmus sp. yang tidak bisa lagi bertoleransi pada lingkungan

medium pertumbuhan dengan konsentrasi tertinggi yaitu 100%, karena

konsentrasi sel mikroalga yang tinggi akan menaikkan pH air limbah (Nurhayati,

Basuhi, & Rindit, 2014). Pertumbuhan mikroalga tergantung pada faktor

lingkungan, seperti pH. Hal tersebut karena pH akan memengaruhi metabolisme

sel mikroalga (Prihantini, Putri, & Yuniati, 2005).

Pada proses fotosintesis, karbondioksida (CO2) bebas merupakan jenis

karbon anorganik utama yang dibutuhkan mikroalga. Mikroalga juga

menggunakan ion karbonat (CO3¯) dan ion bikarbonat (HCO3). Penyerapan CO2

bebas dan bikarbonat oleh mikroalga menyababkan penurunan konsentrasi CO2

terlarut dan mengakibatkan peningkatan nilai pH (Prihantini et al, 2005).

Hasil suhu rata-rata yang didapat selama pengamatan bisa dilihat pada

Gambar 7.

Page 38: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

25

Gambar 7. Suhu medium perlakuan air limbah industri susu yang dikultivasi

Scenedesmus sp.

Suhu merupakan faktor yang sangat sensitif untuk pertumbuhan dan

metabolisme mikroalga (Christenson & Sims, 2011). Hasil uji analisis variansi

menunjukkan bahwa rata-rata suhu medium tidak berbeda nyata. Rata-rata suhu

medium kultivasi Scenedesmus sp. pada air limbah industri susu selama 21 hari

berkisar 23-25 ⁰C masih tergolong suhu optimum untuk pertumbuhan mikroalga.

Hal ini di perkuat oleh penelitiaan Westerhoff et al., (2010) yang menyatakan

bahwa Scenedesmus sp. bisa tumbuh setelah menyesuaikan dengan lingkungan

sekitar, dengan kisaran suhu 10-30 ⁰C Scenedesmus sp. masih tumbuh dengan

baik, hal ini menunjukan bahwa Scenedesmus sp. adalah spesies mikroalga yang

menjanjikan dan bisa beradaptasi dengan rentan suhu yang lebar antara 10-30 ⁰C.

Tetapi pada suhu 42 ⁰C mikroalga tidak bisa tumbuh (Westerhoff, Hu, & Soto,

2010).

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

0 3 6 9 12 15 18 21

Suhu ⁰

C

Hari ke-

Akuades MBB 25% 50% 75% 100%

Page 39: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

26

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kultivasi mikroalga Scenedesmus sp. dengan

menggunakan air limbah industri susu dapat disimpulkan bahwa:

1) Scenedesmus sp. dapat menggunakan air limbah industri susu sebagai medium

pertumbuhannya.

2) Konsentrasi sel Scenedesmus sp. menunjukkan perbedaan di antara keempat

konsentrasi air limbah industri susu yang digunakan (25%, 50%, 75%, dan

100%). Konsentrasi air limbah industri susu yang terbaik untuk pertumbuhan

Scenedesmus sp. adalah 25%, yang tidak berbeda nyata dengan Medium Basal

Bold.

3) Scenedesmus sp. yang dikultivasi pada medium air limbah industri susu

dengan konsentrasi 25% dan 50% dapat menurunkan konsentrasi amonia dan

konsentrasi 25% juga dapat menurunkan konsentrasi COD, dan menjadi sesuai

dengan standar baku mutu air limbah industri susu yang ditetapkan oleh

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia nomor 5 tahun

2014.

5.2. Saran

Dari hasil penelitian dapat disarankan untuk:

1) Melakukan peningkatan konsentrasi starter yang ditumbuhkan pada masing-

masing medium air limbah.

2) Dilakukan analisis senyawa total nitrogen dan fosfor yang terdapat dalam air

limbah industri susu agar lebih meyakinkan bahwa mikroalga bisa dijadikan

alternatif untuk pengolahan air limbah industri susu secara menyeluruh.

Page 40: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

27

DAFTAR PUSTAKA

Acivedo, S., Pino, N. J., & Panuela, G. A. (2017). Biomass production of

Scenedesmus sp. and removal of nitrogen and phosphorus in domestic

wastewater Remoción de nitrógeno , fósforo y producción de biomasa de

Scenedesmus sp. en agua residual domestica. Environmental Engineering,

193(1), 185–193.

Apandi, N. M., Maya, R., Radin, S., & Ahmad, N. A. (2017). Protein and lipid

content of microalgae Scenedesmus sp. biomass grown in wet market

wastewater. EDF Science, 06011.

Arifin, F. (2012). Uji kemampuan Chlorella sp. sebagai bioremediator limbah

cair tahu. Malang.

Aritonang, D., Sutsna, M., & Sururi, M. (2013). Pengolahan limbah domestik

dengan menggunakan biokoagulan biji Moringa oliefera lam. dan saringan

pasir ceput. Institut Teknologi Nasional, Bandung.

Armi. (2001). Pengaruh aktivitas pabrik semen andalas terhadap kelimpahan,

diversitas dan produktivitas plankton di perairan pantai Lhoknga Kabupaten

Aceh Besar. Aceh.

Azim, H. & M. (2012). Mikroalga sumber pangan & energi masa depan

(Pertama). UPT UNDIP Press Semarang.

Chisti, Y. (2007). Biodiesel from microalgae. Biotechnology Advances. 25(1),

294–306. https://doi.org/10.1016/j.biotechadv.

Chrismanda, T., & Nofdianto. (2006). Pengaruh konsentrasi nutrien terhadap

pertumbuhan dan produktifitas Chlorella sp. pada sistem kultur

semikontinyu. Limnotek Perikanan Darat Tropis Diindonesia, 9(1), 82-83.

Christenson, L., & Sims, R. (2011). Production and harvesting of microalgae for

wastewater treatment, biofuls, and bioproducts, bioetachnol, 29(6), 686–702.

https://doi.org/10.1016/j.biortech.

Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan

lingkungan perairan. Yogyakarta.

Gao, B., Huang, L., Wang, F., Chen, A., & Zhang, C. (2019). Bilateral and

simultaneous accumulation of lipid and biomass in the novel oleaginous

green microalga Tetradesmus bernardii under mixotrophic growth. Algal

Research, 37(3), 64–73. https://doi.org/10.1016/j.algal.2018.11.012.

Garcia, J., Mujeriego, R., & Hernandez-Marine, M. (2012). High rate algal pond operating strategies for urban wastewater nitrogen removal, 126, 331–339.

https://doi.org/10.1016/j.algal.2014.03.00.

Page 41: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

28

Garno, Y. S., Komarawidjaja, W., & Susanto, J. P. (2013). Kajian pertumbuhan

Chlorella sp. pada limbah cair industri susu. Teknologi Lingkungan, 15(3),

13-19.

Jia, Q., Xiang, W., Yang, F., Hu, Q., & Tang, M. (2015). Low-cost cultivation of

Scenedesmus sp. with filtered anaerobically digested piggery wastewater :

biofuel production and pollutant remediation. International Coastal Biology

Congress, (May). https://doi.org/10.1007/s10811-015-0610-9

Kawaroe, M., Prartono, Sanuddin, A., Dahlia, W., & Augustine, D. (2010).

Mikroalga potensi dan pemanfaatannya untuk produksi bio bahan bakar.

Bogor: IPB Press.

Liang, Y., Sarkany, N., & Cui, Y. (2009). Biomassa and lipid productivities of

Chlorella vulgaris under autotrophic, heterotrophic and mixotrophic growth

conditions. Biotechnology Latters, 31(7), 1043–1049

Liao, Y. (2016). Mixotrophic cultivation of the microalga Scenedesmus obliquus

with reused municipal wastewater in the graduate college. Department of

Agricultural and Biosystems Engineering.

Liu, Y., & Haynes, R. (2010). Effect of long-term irrigation with dairy factory

wastewater on soil properties. World Congress of Soil Science, (August), 70–

73.

Lu, Q., Zhou, W., Min, M., Ma, X., Chandra, C., Doan, Y. T. T., … Ruan, R.

(2015). Growing Chlorella sp . on meat processing wastewater for nutrient

removal and biomass production. Bioresource Technology 198, 189–197.

https://doi.org/10.1016/j.biortech.2015.08.133

Markou, G., & Georgakakis, D. (2011). Cultivation of filamentous Cyanobacteria

(blue-green algae) in agro-industrial wastes and wastewaters: a review,

88(10), 3389–3401

Nurhayati, C., Basuhi, H., & Rindit, P. (2014). Pengaruh pH, konsentrasi isolat

Chlorella Vulgaris dan waktu pengamatan terhadap tingkat cemaran limbah

cair crumb rubber. Jurnal Dinamika Penelitian Industri, 2, 97–106.

Pambudi, F. H., Sa’diyah, K., Juliastuti, S. R., & Hendrianie, N. (2012). Peran

mikroorganime Azotobacter chroococcuum, Pseudomonas putida, dan

Aspergilus niger pada pembuatan pupuk cair dari limbah cair industri

pengolahan susu. Jurnal Teknik Pomits, 1(1), 1–4.

Pandian, P., & David, R. . (2012). Scenedesmus as a potential source of biodiesel

among selected microalgae. Current Science, 102(4), 616–620.

Pertanian, K. (2017). Statistik peternakan dan kesehatan hewan. Direktorat Jendral

Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Preisig, H. R., & Andersen, R. A. (2005). Algal culturing techniques. Elsevier.

Acivedo, S., Pino, N. J., & Panuela, G. A. (2017). Biomass production of

Page 42: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

29

Scenedesmus sp. and removal of nitrogen and phosphorus in domestic

wastewater Remoción de nitrógeno , fósforo y producción de biomasa de

Scenedesmus sp. en agua residual domestica. Environmental Engineering,

193(1), 185–193.

Prihantini, N., Putri, B., & Yuniati, R. (2005). Pertumbuhan Chlorella sp. dalam

medium ekstrak tauge (MET) dengan variasi H awal. Makara Sains, 9.

Ren, H., Liu, B., Ma, C., Zhao, L., & Ren, N. (2013). A new lipid -rich microalga

Scenedesmus sp. strain R-16 isolated using Nile red straining: effects of

carbon and nitrogen sources and initial pH on the biomass and lipid

production. Biotechnology for Biofuels, 6, 1–10.

https://doi.org/10.1016/j.biortech.2015.11.082

Richmond, A. (2014). Handbook of Microalgal Culture: Biotechnology and

Applied Phycology. USA: Blackwell Science.

Romaidi, Hasanudin, M., Kholifah, K., Maulidiyah, A., Putro, S. P., Kikuchi, A.,

& Sakaguchi, T. (2018). Lipid production from tapioca wastewater by culture

of Scenedesmus sp. with simultaneous BOD , COD and nitrogen removal.

Journal of Physics.

Sanny, L. (2011). Analisis industri pengolahan susu di Indonesia. Binus Business,

2(9), 81–87.

Santoso, A. D., Darmawan, R. A., & Susanto, J. P. (2012). Mikroalga untuk

penyerapan emisi CO2 dan pengolahan limbah cair di lokasi industri. Teknik

Lingkungan, (April), 133–140.

Setiawan, A., Kardono, Darmawan, R. ., Santoso, Stani, A., Prasetyadi, Sapulete,

S. (2008). Teknologi penyerapan karbondioksida dengan kultur fitoplankton

pada fotobioreaktor.

Sihaloho, W. (2009). Analisis kandungan amoniak dan limbah cair inlet dan outlet

dari beberapa industri kelapa sawit. Universitas Sumatra Utara., Medan.

Sophonsiri, C., & Morgenroth, E. (2004). Chemical composition associated with

different particle size fractions in municipal, industrial, and agricultural

wasterwater. Chemosphere, 55(5), 691–70.

Sriharti. (2014). Pengaruh spesies Chlorella sp. dalam menetralisir limbah cair

karet. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia dan Proses, 3(April).

Wehr, J. D., Sheath, R. G., & Kociolek, P. (2015). Freshwater algae of north

america: ecology and classification. USA: Academic Press.

Westerhoff, P., Hu, Q., & Soto, M. (2010). Growth Parameters of microalgae

tolerant to high levels of carbon dioxide in batch and continous-flow

photobioreactors, 31(5), 523–532.

Page 43: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

30

LAMPIRAN

Lampiran 1. Komposisi medium basal bold (MBB) :

Sumber : (Preisig & Andersen, 2005)

Bahan Jumlah (mg)

NaNO3 25

CaCl.2H2O 2,5

MgSO4.7H2O 7,5

K2HPO4 10

KH2PO4 17,5

NaCl 2,5

trace element EDTA 5

KOH 3,1

trace element FeSO4 4,98

trace element H3BO3 11,42

ZnSO4.7H2O 8,82

MoO3 1,44

CuSO4.5H2O 0,71

MnCl2.4H2O 1,57

Co(No3)2.6H2O. 0,49

Page 44: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

31

Page 45: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

32

Lampiran 3. Hasil analisis variansi dan uji Duncan konsentrasi sel

Descriptives

Konsentrasi

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

akuades 8 360375,00 202889,855 71732,396 190754,84 529995,16 50000 583000

MBB 8 1794791,63 793387,002 280504,665 1131503,49 2458079,76 50000 2633333

25% 8 1419583,38 563313,498 199161,397 948641,51 1890525,24 50000 1766667

50% 8 920833,38 368367,272 130237,498 612870,63 1228796,12 50000 1300000

75% 8 599999,88 254015,316 89807,976 387637,76 812361,99 50000 883333

100% 8 380000,00 163958,904 57968,226 242926,93 517073,07 50000 633333

Total 48 912597,21 688490,777 99375,084 712680,33 1112514,09 50000 2633333

Konsentrasi sel

Duncan

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

akuades 8 360375,00

100% 8 380000,00

75% 8 599999,88 599999,88

50% 8 920833,38

25% 8 1419583,38

MBB 8 1794791,63

Sig. 0,322 0,161 0,103

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 8,000.

ANOVA

Konsentrasi sel

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1,377E+13 5 2,755E+12 13,603 0,000

Within Groups 8,505E+12 42 2025E+11

Total 2,228E+13 47

Page 46: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

33

Lampiran 4. Hasil analisis variansi dan uji Duncan konsentrasi amonia

Descriptives

Amonia

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Lower

Bound Upper Bound

25% 8 6,8938 8,50338 3,00640 -,2153 14,0028 ,10 19,54

50% 8 7,7325 9,42508 3,33227 -,1471 15,6121 ,21 21,71

75% 8 16,2213 4,83650 1,70996 12,1778 20,2647 12,85 24,47

100% 8 16,8525 4,28612 1,51537 13,2692 20,4358 12,45 23,82

Total 32 11,9250 8,24102 1,45682 8,9538 14,8962 ,10 24,47

ANOVA

Amonia

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 685,028 3 228,343 4,502 ,011

Within Groups 1420,316 28 50,726

Total 2105,344 31

Amonia

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

25% 8 6,8938

50% 8 7,7325

75% 8 16,2213

100% 8 16,8525

Sig. ,816 ,861

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 8,000.

Page 47: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

34

Lampiran 5. Hasil uji analisis variansi dan uji Duncan COD

Descriptives

COD

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

25% 8 245,7513 142,36329 50,33302 126,7326 364,7699 98,95 478,61

50% 8 676,7991 111,50800 39,42403 583,5761 770,0221 478,61 858,78

75% 8 1165,1525 324,94224 114,88443 893,4940 1436,8110 478,61 1553,74

100% 8 1279,7775 335,75804 118,70839 999,0768 1560,4782 478,61 1522,32

Total 32 841,8701 481,53652 85,12443 668,2577 1015,4825 98,95 1553,74

ANOVA

COD

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 5431044,090 3 1810348,030 28,848 ,000

Within Groups 1757155,855 28 62755,566

Total 7188199,945 31

COD

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

25% 8 245,7513

50% 8 676,7991

75% 8 1165,1525

100% 8 1279,7775

Sig. 1,000 1,000 ,368

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 8,000.

Page 48: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

35

Lampiran 6. Hasil analisis variansi dan uji Duncan pH

Descriptives

pH

N Mean Std. Deviation

Std.

Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

akuades 8 7,7250 ,54968 ,19434 7,2655 8,1845 6,80 8,50

MBB 8 7,9500 1,12758 ,39866 7,0073 8,8927 6,50 9,60

25% 8 5,6250 1,03889 ,36730 4,7565 6,4935 4,60 7,00

50% 8 5,2125 ,47037 ,16630 4,8193 5,6057 4,80 6,30

75% 8 4,8125 ,18851 ,06665 4,6549 4,9701 4,50 5,00

100% 8 4,5750 ,25495 ,09014 4,3619 4,7881 4,20 5,00

Total 48 5,9833 1,52040 ,21945 5,5419 6,4248 4,20 9,60

pH

Duncana

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

100% 8 4,5750

75% 8 4,8125

50% 8 5,2125 5,2125

25% 8 5,6250

akuades 8 7,7250

MBB 8 7,9500

Sig. ,094 ,248 ,526

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 8,000.

ANOVA

pH

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 87,824 5 17,565 35,429 ,000

Within Groups 20,822 42 ,496

Total 108,647 47

Page 49: KULTIVASI MIKROALGA DENGAN MENGGUNAKAN AIR LIMBAH …

36

Lampiran 7. Hasil uji analisis variansi suhu

Descriptives

Suhu

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

akuades 8 23,13 2,100 ,743 21,37 24,88 20 25

MBB 8 23,13 2,100 ,743 21,37 24,88 20 25

25% 8 23,13 2,100 ,743 21,37 24,88 20 25

50% 8 23,13 2,100 ,743 21,37 24,88 20 25

75% 8 23,13 2,100 ,743 21,37 24,88 20 25

100% 8 23,13 2,100 ,743 21,37 24,88 20 25

Total 48 23,13 1,985 ,287 22,55 23,70 20 25

ANOVA

Suhu

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups ,000 5 ,000 ,000 1,000

Within Groups 185,250 42 4,411

Total 185,250 47