Identifikasi polutan padat

53
MAKALAH IDENTIFIKASI LIMBAH PADAT, SUMBER DAN TEKNOLOGI PENGOLAHANNYA Tugas mata kuliah Identifikasi Potensi Limbah dan Analisis Resiko Pencemaran Lingkungan Dosen pengampu : Ir. Supranto, M.Sc., Ph.D. Disusun oleh : Agus Aktawan (11/322281/PTK/07449) MAGISTER TEKNIK SISTEM UNIVERSITAS GADJAH MADA 0

Transcript of Identifikasi polutan padat

Page 1: Identifikasi polutan padat

MAKALAH IDENTIFIKASI LIMBAH PADAT,

SUMBER DAN TEKNOLOGI PENGOLAHANNYA

Tugas mata kuliah Identifikasi Potensi Limbah dan Analisis Resiko

Pencemaran Lingkungan

Dosen pengampu : Ir. Supranto, M.Sc., Ph.D.

Disusun oleh :

Agus Aktawan (11/322281/PTK/07449)

MAGISTER TEKNIK SISTEM

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

0

Page 2: Identifikasi polutan padat

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena saya

dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Identifikasi Limbah Padat,

Sumber dan Teknologi Pengolahannya. Makalah ini disusun untuk memenuhi

tugas mata kuliah Identifikasi Potensi Limbah dan Analisis Resiko Pencemaran

Lingkungan. Tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan

tentang sumber pencemaran dari limbah padat, sumber dan teknologi

pengolahannya.

Dalam makalah ini kami akan memaparkan secara khusus tentang

pengertian limbah padat sendiri, sumbernya dan teknologi pengolahannya.

Makalah ini kami buat dengan bahasa yang jelas dan semoga para pembaca dapat

mengerti dan memahaminya dengan mudah.

Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari

kesempurnaan. Tetapi kami sangat mengharapkan agar pembaca dapat mengerti

dan menambah wawasan untuk mengetahui tentang limbah padat dan teknologi

pengolahannya.

Yogyakarta, 26 Desember 2012

penulis

1

Page 3: Identifikasi polutan padat

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...1

BAB 1…………………………………………………………………………….3

BAB 2…………………………………………………………………………….4

BAB 3…………………………………………………………………………….8

KESIMPULAN………………………………………………………………….31

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………32

2

Page 4: Identifikasi polutan padat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Permasalahan lingkungan hidup akan terus muncul secara serius di

berbagai pelosok bumi sepanjang penduduk bumi tidak segera memikirkan dan

mengusahakan keselamatan dan keseimbangan lingkungan. Demikian juga di

Indonesia, permasalahan lingkungan hidup seolah-olah seperti dibiarkan

menggelembung sejalan dengan intensitas pertumbuhan industri, walaupun

industrialisasi itu sendiri sedang menjadi prioritas dalam pembangunan. Tidak

kecil jumlah korban ataupun kerugian yang justru terpaksa ditanggung oleh

masyarakat luas tanpa ada kompensasi yang sebanding dari pihak industri.

Walaupun proses perusakan lingkungan tetap terus berjalan dan kerugian

yang ditimbulkan harus ditanggung oleh banyak pihak, tetapi solusinya yang tepat

tetap saja belum bisa ditemukan. Bahkan di sisi lain sebenarnya sudah ada

perangkat hukum yaitu Undang-Undang Lingkungan Hidup, tetapi tetap saja

pemecahan masalah lingkungan hidup menemui jalan buntu. Hal demikian pada

dasarnya disebabkan oleh adanya kesenjangan yang tetap terpelihara menganga

antara masyarakat, industri dan pemerintah termasuk aparat penegak hukum.

Kesan pelik semakin jelas bisa dilihat apabila kita mencoba

memperhatikan respon maupun persepsi para pihak yang berwenang mengenai

permasalahan lingkungan hidup, baik hakim, jaksa, kepolisian, pengacara,

pengusaha maupun masyarakat umum. Respon dan persepsi mereka mengenai

konsep, konteks, substansi dan penanganan terhadap lingkungan hidup sangat

berbeda dan beragam. Padahal untuk menangani suatu kasus lingkungan hidup,

misalnya pencemaran suatu sungai, segenap pihak yang berwenang menanganinya

harus mempunyai visi dan persepsi yang sama mengenai lingkungan hidup,

sehingga bisa diperoleh solusi yang optimal dan dirasakan adil bagi berbagai

pihak.

3

Page 5: Identifikasi polutan padat

BAB II

LIMBAH PADAT

Limbah padat adalah segala sesuatu yang tidak terpakai dan berbentuk

padat atau setengah padat. Limbah padat dapat berupa campuran berbagai bahan

baik yang tidak berbahaya (sisa makanan) maupun berbahaya (limbah bahan

berbahaya dan beracun dari industri). Adanya limbah padat yang terkontaminasi

mikroorganisme dapat berdampak pada timbulnya berbagai gangguan kesehatan.

Gas-gas yang dikeluarkan dalam proses pembusukan, pembakaran, ataupun

pembuangan limbah juga dapat mengganggu kesehatan.

Cairan yang dihasilkan dari penguraian limbah organik padat disebut

leachate (lindi). Lindi dapat menyerap zat-zat pencemar di sekelilingnya sehingga

di dalam lindi terdapat mikroba patogen, logam berat, atau zat berbahaya lain.

Keadaan ini dapat mencemari air tanah dan jika terminum, dapat menimbulkan

penyakit. Limbah padat yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi vektor

penyakit. ( http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1990219-pencemaran-

limbah-padat/#ixzz2GFtqXbP3)

Berbagai cara penanganan atau pengolahan limbah padat antara lain :

Penimbunan Terbuka, Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum

dikenal, yaitu metode penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary

landfill.Pada metode penimbunan terbuka.  Di lahan penimbunan terbuka,

berbagai hama dan kuman penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan

yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara

sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur

dengan sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.

Sanitary Landfill, Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang

yang dialasi lapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah

perembesan limbah ke tanah. Pada landfill yang lebih modern lagi, biasanya

dibuat sistem Iapisan ganda (plastik – lempung – plastik – lempung) dan pipa-pipa

saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses

pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk

menghasilkan listrik.

4

Page 6: Identifikasi polutan padat

Insinerasi, Insinerasi adalah pembakaran sampah/limbah padat menggunakan

suatu alat yang disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah

volume sampah berkurang sangat banyak (bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses

insinerasi menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan

listrik atau untuk pemanas ruangan.

Pembuatan kompos padat dan cair, Metode ini adalah dengan mengolah

sampah organik seperti sayuran, daun-daun kering, kotoran hewan melalui proses

penguraian oleh mikroorganisme tertentu. Pembuatan kompos adalah salah satu

cara terbaik dalam penanganan sampah organik.  Berdasarkan bentuknya kompos

ada yang berbentuk padat dan cair. Pembuatannya dapat dilakukan dengan

menggunakan kultur mikroorganisme, yakni menggunakan kompos yang sudah

jadi dan bisa didapatkan di pasaran seperti EM4 (Efectif Microorganisme 4).

EMA merupakan kultur campuran mikroorganisme yang dapat meningkatkan

degaradasi limbah atau sampah organik.

Daur Ulang, Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas

menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya

dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang

baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan

emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru.

Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas

kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan

produk / material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah

modern dan bagian ketiga adalah proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and

Recycle). Material-material yang dapat didaur ulang dan prosesnya di antaranya

adalah:

Bahan bangunan, Material bangunan bekas yang telah dikumpulkan

dihancurkan dengan mesin penghancur, kadang-kadang bersamaan dengan

aspal, batu bata, tanah, dan batu. Hasil yang lebih kasar bisa dipakai

menjadi pelapis jalan semacam aspal dan hasil yang lebih halus bisa

dipakai untuk membuat bahan bangunan baru semacam bata.

5

Page 7: Identifikasi polutan padat

Baterai, Banyaknya variasi dan ukuran baterai membuat proses daur ulang

bahan ini relatif sulit. Mereka harus disortir terlebih dahulu, dan tiap jenis

memiliki perhatian khusus dalam pemrosesannya. Misalnya, baterai jenis

lama masih mengandung merkuri dan kadmium, harus ditangani secara

lebih serius demi mencegah kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia.

Baterai mobil umumnya jauh lebih mudah dan lebih murah untuk didaur

ulang.

Barang Elektronik, Barang elektronik yang populer seperti komputer dan

handphone umumnya tidak didaur ulang karena belum jelas perhitungan

manfaat ekonominya. Material yang dapat didaur ulang dari barang

elektronik misalnya adalah logam yang terdapat pada barang elektronik

tersebut (emas, besi, baja, silikon, dll) ataupun bagian-bagian yang masih

dapat dipakai (microchip, processor, kabel, resistor, plastik, dll). Namun

tujuan utama dari proses daur ulang, yaitu kelestarian lingkungan, sudah

jelas dapat menjadi tujuan diterapkannya proses daur ulang pada bahan ini

meski manfaat ekonominya masih belum jelas.

Logam, Besi dan baja adalah jenis logam yang paling banyak didaur ulang

di dunia. Termasuk salah satu yang termudah karena mereka dapat

dipisahkan dari sampah lainnya dengan magnet. Daur ulang meliputi

proses logam pada umumnya; peleburan dan pencetakan kembali. Hasil

yang didapat tidak mengurangi kualitas logam tersebut. Contoh lainnya

adalah alumunium, yang merupakan bahan daur ulang paling efisien di

dunia. Namun pada umumnya, semua jenis logam dapat didaur ulang

tanpa mengurangi kualitas logam tersebut, menjadikan logam sebagai

bahan yang dapat didaur ulang dengan tidak terbatas.

Bahan Lainnya 

Kaca  dapat juga didaur ulang. Kaca yang didapat dari botol dan lain

sebagainya dibersihkan dari bahan kontaminan, lalu dilelehkan bersama-

sama dengan material kaca baru. Dapat juga dipakai sebagai bahan

bangunan dan jalan. Sudah ada Glassphalt, yaitu bahan pelapis jalan

dengan menggunakan 30% material kaca daur ulang.

6

Page 8: Identifikasi polutan padat

Kertas  juga dapat didaur ulang dengan mencampurkan kertas bekas yang

telah dijadikan pulp dengan material kertas baru. Namun kertas akan selalu

mengalami penurunan kualitas jika terus didaur ulang. Hal ini menjadikan

kertas harus didaur ulang dengan mencampurkannya dengan material baru,

atau mendaur ulangnya menjadi bahan yang berkualitas lebih rendah.

Plastik  dapat didaur ulang sama halnya seperti mendaur ulang logam.

Hanya saja, terdapat berbagai jenis plastik di dunia ini. Saat ini di berbagai

produk plastik terdapat kode mengenai jenis plastik yang membentuk

material tersebut sehingga mempermudah untuk mendaur ulang. Suatu

kode di kemasan yang berbentuk segitiga 3R dengan kode angka di

tengah-tengahnya adalah contohnya. Suatu angka tertentu menunjukkan

jenis plastik tertentu, dan kadang-kadang diikuti dengan singkatan,

misalnya LDPE untuk Low Density Poly Etilene, PS untuk Polistirena,

dan lain-lain, sehingga mempermudah proses daur ulang.

BAB III

7

Page 9: Identifikasi polutan padat

POKOK BAHASAN

A. Limbah Padat berupa Logam

Dengan banyaknya bahan bahan yang terbuat berbahan dasar besi maka

semakin banyak limbah limbah besi yang dihasilkan seperti mobil rongsok, besi

tua, dll. Alternatif dan solusi yang dapat diambil;

Dijadikan alat alat rumah tangga

Menjualnya ke tengkulak

Membuangnya ke tempat pembuangan akhir

Menyewakan tempat untuk menyimpan besi-besi tersebut

Meleburnya untuk menjadi besi lempengan

Peleburan besi tua akan menjadi bernilai jual tinggi apabila proses yang

dilakukan benar dan menghasilkan bahan baku besi lempengan dengan kualitas

tinggi. Dalam pembelian bahan besi tua memang dibutuhkan biaya yang cukup

besar akan tetapi nilai jual besi tua yang telah dilebur akan menjadi 3 kali lipat

dari harga bahan besi tua yang kita beli. Selain membuat lingkungan terlihat lebih

bersih sehingga memberikan efek positif pada masyarakat dan lingkungan, selain

memberikan pemandangan yang enak dengan bebas dari tumpukan besi tua juga

mengajarkan masyarakat agar produktif bukan hanya jadi masyarakat yang

konsumtif.

8

Page 10: Identifikasi polutan padat

Scrap dikenal dengan istilah barang bekas atau rongsokan dalam bahasa

Jawa. Sebenarnya scrap tidak hanya besi tua, tetapi plastik bekas, gelas, tembaga,

paper, kertas, karet ban dan lainnya. Bisnis ini menawarkan segudang peluang

usaha, terutama import scrap dari negara asing. Misalnya Eropa Timur, Canada

dan Australia, karena hargs scrap disana relative sangat murah bila dibandingkan

dengan harga scrap dalam negeri.

Untuk memulai bisnis scrap, diistilahkan bila, ‘Kalau ingin mendapatkan

uang besar, tantangan pun juga besar,’ memang melekat pada bisnis besi bekas.

Karena uang kecil, disamakan dengan berbisnis besi mulai dari pemulung besi tua

yang berkeliling membeli besi tua dari rumah tangga, industri atau pemilik tangan

pertama, lalu menjual lagi ke pengepul menengah, kemudian menjual lagi ke

pengepul besar, dan kemudian besi tua disetor pengepul besar ke pabrik peleburan

besi.

Biaya yang dikeluarkan pedagang besi tua pun sangat besar. Diperkirakan

hanya untung sekitar Rp 50-Rp 150 per kg dari pabrik peleburan besi tua dengan

harga beli pabrik untuk besi tua lokal mulai kualitas terendah hingga premium

sekitar Rp 3600-Rp 4300 per kg, (harga besi per Mei minggu ke 2 tahun 2011).

Namun bila Anda bermodal besar hingga ratusan miliar rupiah, langkah

import besi tua dari luar negeri menjadi pilihan cepat mendapat keuntungan

berlipat. Bahkan jauh diatas keuntungan rata rata supplier besar pabrikan.

Caranya? Anda harus siap semua dokumen, seperti izin impor scrap, izin

B3, dan membuka L/C, memang terlihat berbirokrasi panjang, namun selanjutnya

Anda akan mendapat kemudahan dan keuntungan yang tak berujung.

Di Indonesia, para pelaku bisnis besi tua masih sibuk mencari pasokan dari

dalam negeri, memakai cara lama timbang bayar, bahkan ada sekelompok

pedagang besi tua yang hanya tertarik untuk import besi tua, namun mereka hanya

mau timbang bayar dengan menungggu port of discharge (Pelabuhan di

Indonesia).

Para juragan besi tua di Surabaya saja, (yang 99,99% selalu pakai cara

timbang bayar di tempat) bersatu dan berkumpul membuat semacam asosiasi atau

9

Page 11: Identifikasi polutan padat

koperasi, mereka berani membuka L/C atau T/T payments againts documents,

sebagai prosedur baku tata cara perdagangan International.

Dan uniknya belum ada perusahaan Indonesia yang bermain dipengelolaan

besi tua atau scrap metals processor mencatatkan sahamnya di bursa, meski pun

beberapa perusahaan bermodal besar sudah pantas melakukannya.

Padahal mayoritas perusahaan scrap metal processor di Amerika, Eropa,

Canada, atau Australia sudah terlisted di Bursa Efek negaranya masing masing,

termasuk salah satu pabrikan peleburan besi besar di Sidoarjo Jatim, yang

menjadikan pemiliknya sebagai manusia terkaya di dunia dari bisnis besi tua dan

manufaktur logam ini.

Bisnis yang sangat likuid atau menguntungkan ini, memang memiliki

perputaran uang yang sangat besar, dan sangat disayangkan bila konglomerasi

besar di Indonesia tidak bermain di dunia besi tua. Mereka hanya tertarik pada

pembangunan manufakturnya, membuat pabrik peleburan besi, sedangkan lahan

usaha scrap metal processor yang sangat menguntungkan dibanding pabrik

peleburan justru dimiliki bangsa lain di Indonesia.

B. Limbah Padat berupa Kertas

Permasalahan sampah kertas tidak terlepas dari permasalahan sampah secara

keseluruhan. Salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi sampah kertas antara

lain dengan mendorong usaha guna ulang dan daur ulang sampah kertas.

a. Jenis dan Sumber Sampah Kertas

Sampah kertas jenisnya bermacam-macam, misalnya kertas HVS, kertas

kraft, karton, kertas berlapis plastik, dsb. Biasanya aktivitas yang berbeda

menghasilkan jenis-jenis sampah kertas yang berbeda pula. Apabila kita

lihat tabel di bawah sebagai contoh, pabrik dan pertokoan lebih banyak

menghasilkan sampah kertas karton, sedangkan perkantoran dan sekolah

lebih banyak menghasilkan kertas tulis bekas.

10

Page 12: Identifikasi polutan padat

Tabel Jenis, Sumber dan produk daur ulang sampah kertas

Jenis sampah kertas Sumber Produk daur ulangKertas komputer dan kertas tulis

Perkantoran, percetakan, sekolah

Kertas komputer dan kertas tulis, art paper

Kantong kraft Pabrik, pasar, pertokoan

Karton, art paper

Karton dan box Pabrik, pasar, pertokoan

Karton, art paper

Koran, majalah dan buku

Perkantoran, pasar, rumah tangga

Kertas koran, art paper

Kertas bekas campuran Rumah tangga, perkantoran, TPS/TPA, pertokoan

Kertas tissue, kertas tulis kualitas rendah, art paper

Kertas pembungkus makanan

Rumah tangga, perkantoran

Tidak dapat didaur ulang

Kertas tissue Rumah tangga, perkantoran, pertokoan, rumah makan

Kertas tissue (tetapi jarang yang didaur ulang)

Sumber: Ditjen Cipta Karya, 1999

b. Teknologi Pengolahan Sampah Kertas

Setelah melalui beberapa tahapan mulai dari pemulung, lapak, bandar, dan

supplier, sampah kertas akan bermuara ke pabrik pendaur ulang kertas. Di

pabrik ini kertas yang sudah dipilah-pilah akan dipotong kecil-kecil lalu

diproses menjadi bubur kertas melalui proses peleburan dalam boiler.

Selanjutnya dilakukan proses pembentukan kertas bermutu rendah. Proses

keseluruhan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar: Diagram proses pembuatan kertas daur ulang

Daur Ulang Kertas

Tempat Kerja:

tempat pembuatan, tempat pencetakan kertas, tempat penjemuran,

tempat penyimpanan bahan baku, dan tempat penyimpanan produk.

Alat dan Bahan:

11

Kertas daur ulang

Pulp/bubur kertas

Peleburan Sampah kertas

Page 13: Identifikasi polutan padat

1. sampah kertas, air, rumput, pelepah pisang, lem kayu/lem sagu,

dan pewarna.

2. blender

3. baskom  atau bak rendam (ukuran 60×70 cm)

4. spon

5. meja

6. kain

7. screen (ukuran 25×25 cm atau 35×45 cm.

8. papan dan alat pemberat

Cara Membuat:

1. Robek kecil-keil kertas bekas dan rendam didalam air selama 1

hari

2. Blender kertas sampai menjadi bubur ( halus)

3. Tuangkan kedalam Baskom yang berisi air dan diaduk

4. Letakan Spons di atas meja, lalu taruh kain yang sudah dibasahi

diatasnya

5. Saring campuran (jangan terlalu tebal) di baskom memakai screen

sablon

6. Letakan diatas spons yang sudah dilapisi kain dengan posisi

terbalik, gosok sedikit screennya dan angkat dengan hati-hati

7. Tutup dengan kain yang sudah dibasahi. tambah satu lapis lagi

kain basah, ulangi langkah 5 dan 6

8. Sesudah beberapa lapis press dengan menaruh papan besar

diatasnya dan beri pemberat (Batako atau Batu)

9. biarkan selama sekitar1 jam agar airnya berkurang. sebelum

diangkat pastikan sudah cukup kering. angkat sepasang demi

sepasang dan jemur ditempat yang panas. lalu setrika sepasang

demi sepasang kemudian buka kainnya pelan-pelan.

Jika anda ingin membuat atau corak khusus, cobalah beberapa proses

di bawah ini.

12

Page 14: Identifikasi polutan padat

1. Proses tempelan. Sebelum anda menutup campuran bubur kertas

dengan kain yang sudah dibasah, tempelkan bunga, rumput atau

daun-daun kecil diatasnya.

2. Proses Campuran. Ketika memblender kertas, tambahkan bunga,

rumput atau bahan alami lainnya yang akan memberikan warna

dan pola khusus.

3. Proses Press. Ketika sedang mengepress kertasnya, taruhlah daun

atau sesuatu yang bermotif bagus. taruhlah papan diatasnya dan

beri pemberat.

Contoh barang yang bisa dibuat dengan kertas Daur Ulang.

Kertas untuk menggambar karya seni

Pembungkus buku, tempat pensil, dan lain-lain

Undangan, amplop, map, dll . kertas daur ulang juga bagus sekali

untuk ditempel diatas karya-karya yang bisa anda bikin dari

karton.

kotak pensil + bingkai photo

kotak kado, kartu lebaran dan ulang tahun.

Frame pas photo dan aneka kerajinan lain.

Dan jika anda ingin memberi warna pada kertas daur ulang memakai

bahan alami untuk mewarnai kertas daur ulang tersebut anda bisa

memakai beberapa bahan yang bisa dipakai untuk memberi warna

tersebut. diantaranya :Kunyit, Daun Jati, Daun pandan Wangi,

Gambir, Pacar Cina, Nila.

Kunyit : Kalau kita parut dan disaring akan menghasikan warna

kuning.

Daun Jati : Kalau diparut dan disaring akan menhasilkan warna

merah

Daun Pandan Wangi : Kalau kita parut dan disaring akan

menghasikan warna hijau

Gambir : Kalau kita parut dan disaring akan menghasikan warna

hitam

13

Page 15: Identifikasi polutan padat

Pacar Cina : Kalau kita parut dan disaring akan menghasikan

warna merah muda

Nila : Kalau kita parut dan disaring akan menghasikan warna biru

Kalau mau coba anda membuat kertas dengan warna baru : Saat kertas

bekas yang kecil-kecil mau direndam di air selama 1 hari, isilah airnya

(sesudah disiram) dengan macam-macam bahan yang bisa

memberikan warna yang bagus.

Cara Lain Daur Ulang Kertas

1.  Robek-robek kertas dalam ukuran kecil. Rendam dalam seember

air selama semalaman.

2.  Ambil sekitar 1,5 gelas kertas renclaman, masukkan ke dalam

blender. Tambahkan 2 gelas air dan hancurkan sampai merata.

3.  Tuang larutan halus tadi ke dalam baskom lebar. Saring

menggunakan saringan kasa berbingkai,

4. sehingga selapis tipis kertas berada di permukaannya.

5. Tempelkan lapisan kertas yang baru ini ke permukaan  keras yang

rata, misalnya papan kayu. Lepaskan dari saringan kasa.

6. Serap permukaan kertas yang baru dengan kain untuk

mengtilangkan kelebihan air. Jemur hingga betulbetul kering di

terik matahari,

7. Saat kertas baru sudah kering, lepaskan perlahann dari permukaan

papan. Agar kertas memiliki motif yang cantik, tambahkan daun-

daunan atau bahan lain pada saat penyaringan. Dengan begitu,

bahan tambahan in akan ikut menyatu bersama bahan kertasnya.

C. Limbah Padat berupa Ban

Sekitar enam ribu ton ban bekas dihasilkan setiap tahun di Eropa, Amerika

dan Jepang. Hal ini akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya industri

otomotif dunia. Upaya pemusnahan dengan cara pembakaran yang biasa

dilakukan ternyata menghasilkan dampak polusi yang berbahaya karena

14

Page 16: Identifikasi polutan padat

berpengaruh buruk pada kesehatan manusia. (M.Juma, 2006) Ban-ban bekas

tentunya akan mencemari lingkungan sekitarnya mengingat ban bekas tidak dapat

terurai dengan mudah secara biologis. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu

usaha yang serius untuk menangani dan mengolah limbah ban bekas tersebut agar

tidak menimbulkan masalah terhadap lingkungan. Ada dua cara utama yang dapat

dilakukan terhadap ban-ban bekas yakni: mendaur ulang dan menggunakan

kembali karet ban bekas serta mereklamasi bahan baku karet (Zhao Shulan, 2009).

Daur ulang ban bekas membutuhkan teknik khusus karena ban bekas

adalah bahan termoset, yang tidak dapat diolah kembali seperti termoplastik.

Pengolahan ban bekas menjadi serbuk ban bekas adalah salah satu teknik menarik

untuk pemanfaatan ban-ban bekas. Salah satu cara yang menjanjikan dalam

'mendaur ulang' serbuk ban bekas adalah dengan mencampurkan ke dalam bahan

termoplastik untuk mendapatkan bahan termoplastik elastomer (TPE) dan pilihan

sempurna untuk termoplastik adalah polipropilena (PP) (Shu Ling Zhang,2010).

Namun, pendekatan ini mempunyai keterbatasan karena sifat yang tidak memadai

dari campuran yang dihasilkan, bahkan pada kadar karet rendah. Alasan utama

adalah kesulitan dalam kompatibilisasi dari dua bahan yang berbeda, khususnya

jika salah satu komponen terjadi ikatan silang. Kualitas campuran tergantung pada

tingkat pemisahan fasa dan ukuran partikel dari fasa terdispersi. Ketidaksesuaian

yang besar dari kedua bahan menghasilkan sifat mekanik rendah. Teknik

kompatibilisasi sering digunakan untuk meningkatkan kualitas campuran dan

meningkatkan sifat mekanik. (H.S.Liu,2001) Beberapa contoh bahan

Termoplastik Elastomer (TPE), seperti Stirene-Butadiena-Rubber (SBR),

polybutadiena, dan Etylene Propylene-Diene-Rubber (EPDM). Jenis plastik yang

banyak digunakan untuk membuat TPE antara lain: Polyethylene (PE),

Polyvinylchloride (PVC), dan Polypropylene (PP) (Nakason, 2006).

Elastomer mempunyai sifat elastis tetapi tak lunak dengan panas

sedangkan termoplastik seperti PP (Polypropylene),mempunyai sifat keras dan

bisa dilunakkan dengan panas. Dengan dilakukan blending elastomer-termoplastik

kedua bahan tersebut akan saling berikat silang (cross-linking) yang akan

15

Page 17: Identifikasi polutan padat

menghasilkan produk yang memiliki paduan sifat keduanya yaitu elastis dan bisa

lunak dengan panas.

Polipropilena merupakan jenis bahan baku plastik yang ringan, densitas

0,90 – 0,92, memiliki kekerasan dan kerapuhan yang paling tinggi dan bersifat

kurang stabil terhadap panas dikarenakan adanya hidrogen tersier. Polipropilena

mempunyai sifat kristalinitasnya yang tinggi menyebabkan daya regangannya

tinggi, kaku dan keras. (Alamika, S, 1983),agar polipropilena tidak keras dan

rapuh maka ditambahkan karet alam atau serbuk ban bekas sebagai filler.

Limbah ban banyak digunakan sebagai tikar karet, penjaga jalan rel,

bumper pelindung, dan untuk bahan bangunan dan konstruksi (Topcu dan

Sarıdemir, 2008; Turatsinze et al, 2005.). Limbah ban juga dapat digunakan

sebagai bahan kapal pemecah gelombang,bumper dermaga / pelindung, atau

bahkan untuk membangun terumbu buatan dalam industri pertanian laut

(Chapamn dan Clynick, 2006). Ada juga yang digunakan sebagai penahan

erosi .kursi ,tali, ayunan, tempat pot bunga dan lain-lain. Limbah ban dapat

digunakan dalam banyak alternatif daur ulang. Namun, pasar tampaknya lebih

kecil dibandingkan dengan jumlah ban yang dihasilkan setiap tahun. Oleh karena

itu sangatlah penting untuk mengeksplorasi aplikasi baru ban bekas. (Chitsan

Lin,2008)

Untuk aplikasi yang lebih luas ban-ban bekas diolah dalam bentuk serbuk

sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengisi (filler) dan anti degradasi dalam

kompon (Long,1985;dalam Ramadan) dan dapat diaplikasikan sebagai

pengolahan energi,material untuk teknik sipil ,roofing,lapangan olahraga

(Turf) ,tempat bermain anak-anak. (Rachel Simon,2010).

Ban berbahan dasar karet, merupakan salah satu jenis polimer sintetis

(Polystirene). Polystirene tidak dapat dengan mudah direcycle sehingga

pengolahan limbah polystirene harus dilakukan secara benar agar tidak merugikan

lingkungan. Proses perengkahan polystirene merupakan salah satu cara untuk

meminimalisir limbah polystirene tersebut. Polystirene adalah molekul yang

memiliki berat molekul ringan, terbentuk dari monomer stirena yang berbau

harum. Kelebihan polystirene adalah ringan, keras, tahan panas, agak kaku, tidak

16

Page 18: Identifikasi polutan padat

mudah patah dan tidak beracun Proses perengkahan ini berlangsung pada suhu

tinggi, sehingga diperlukan katalis untuk menurunkan temperatur dan menyingkat

waktu proses. Adapun komposisi material dari ban sebagai berikut :

Secara umum dikenal 2(dua) cara Proses Pengolahan Ban Bekas, yaitu:

Batch system dan Continous system, salah satu pertimbangan utamanya adalah

dari kapasitas produksi, yakni untuk kapasitas kecil lebih sesuai menggunakan

sistim Batch dan kapasitas besar menggunakan sistim Continous. Untuk

mendapatkan hasil yang maksimal, ban dihancurkan menjadi ukuran kecil +/‐5cm,

selanjutnya potongan ban dimasukkan kedalam tabung reaktor dengan menambah

katalis tertentu untuk dipanaskan sampai dengan temperature 5500C. Gas yang

keluar dari pemanasan ini langsung didinginkan, sehingga akan diperoleh Minyak

(setingkat Premium atau Solar atau Minyak Tanah) dan Gas Sintetis bersifat

flammable yang dilalirkan kembali ketabung reaktor sebagai sumber panas,

Proses ini dikenal dengan CATALYTIC PYROLISIS atau THERMAL

DEPOLYMERIZATION. Selain menghasilkan Minyak dan Gas, proses ini juga

akan menghasilkan produk yang bernilai ekonomi yakni Carbon Black yang dapat

dijual kepada pabrik-pabrik Ban dan Kawat baja yang dapat dijual kepada pabrik-

pabrik pengecoran logam. Setiap 10.000 kg potongan Ban yang diproses secara

pirolisa dapat menghasilkan:

4.500 ltr Minyak

3.300 kg Carbon Black

1.100 kg Kawat baja

1.100 kg Gas Sintetis

17

Page 19: Identifikasi polutan padat

D. Limbah Padat berupa Plastik

Limbah plastik merupakan masalah yang sudah dianggap serius bagi

pencemaran lingkungan khususnya bagi pencemaran tanah. Bahan plastik

merupakan bahan organik yang tidak bisa terurai oleh bakteri. Dan alangkah

baiknya jika limbah plastik tersebut dapat digunakan lagi dengan cara

mendaur ulang dan dijadikan produk baru. Upaya pengelolaan daur ulang

sampah plastik telah banyak dilakukan oleh pemerintah, seperti dengan

menyediakan tempat sampah yang sudah dipecah menjadi beberapa kategori

sampah (sampah basah dan sampah kering). Akan tetapi strategi ini masih

belum memberikan hasil yang signifikan dalam reduksi jumlah sampah

plastik. Dengan kata lain, manajemen yang ada saat ini belum sepenuhnya

berjalan efektif. Masih banyak masyarakat yang membuang sampah tidak

berdasarkan kategori sampah. Peningkatan pemahaman kepada masyarakat

perlu dilakukan baik dengan sosialisasi secara langsung maupun tidak

langsung.

Seperti yang diungkapkan oleh Vesilind et al (2003) menyatakan

bahwa dalam implementasi sebuah manajemen/pengelolaan sampah dalam

sebuah komunitas, hal pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan

reduksi sampah langsung pada sumber penghasil sampah.

Dibutuhkan sebuah cara efektif agar dalam aktivitas ini, sampah

plastik yang terkumpul sudah terpisah berdasarkan kategori jenis plastik,

sehingga proses daur ulang di tingkat selanjutnya dapat dilakukan lebih

efisien. Pengelolaan daur ulang sampah plastik yang ergonomis dan

terintegrasi dengan baik akan dapat membantu kegiatan atau program

strategis dalam upaya pengurangan jumlah sampah plastik yang efektif.

Dalam proses suatu sistem ada 6 aspek yang perlu diperhatikan yaitu

secara teknis, ekonomis, ergonomis, sosio-kultural, bisa

dipertanggungjawabkan, hemat energi, dan turut melestarikan lingkungan

(Manuaba, 2004). Dengan memperhatikan keenam aspek atau kriteria inilah

yang akan digunakan dalam penyusunan manajemen/pengelolaan daur ulang

sampah plastik ini.

18

Page 20: Identifikasi polutan padat

a. Jenis dan Sumber Sampah Plastik

Dari jumlah plastik yang dikonsumsi masyarakat Indonesia, sekitar 50%

merupakan produk kemasan sekali pakai. Dan pada umumnya tidak semua

jenis plastik kemasan dipungut oleh pemulung untuk didaur ulang. Plastik

kresek HDPE (High Density Polyethlene) misalnya masih banyak yang

enggan memungutnya walaupun dibeberapa tempat. Berikut adalah

sebagian nama-nama jenis sampah plastik yang biasanya didaur ulang.

Tabel Jenis-jenis sampah plastik yang didaur ulang

No.Jenis sampah

plastikSumber plastik Produk daur ulang

1. Acrylic Pulpen, sen kendaraan

Toples, tatakan/tutup gelas

2. As sen Tempat kosmetik, sikat gigi

Nampan, korek gas, toples

3. Chip tali Springbed Rambut boneka4. Duragon Roda kaset, tepat pita

kasetRoda kaset

5. HD ember Ember, krat minuman, gayung, ember cat

Centong, tempat sabun, piring

6. HD blowing Botol sampo, botol oli, drum plastik

Celengan, botol plastik

7. HD hitam Ember hitam Ember, roda mobil mainan

8. HD tikar Tikar plastik Ember, piring,rolan kabel9. HD butek Saringan, ember Corong, tempat sayuran,

tempat sambal10. PVC selang Selang Sandal, sepatu boot11. PVC botol Botol baygon, soklin Celengan, botol12. PVC Blue band Blue band Botol, celengan, toples13. PP kardus Kardus lembaran PP Ember, gayung, piring14. PP ember cat Ember cat Thermos, gayung15. PP tali Stripping band Cangkir, gelas, tali rafia,

gayung

19

Page 21: Identifikasi polutan padat

b. Teknologi Pengolahan Sampah Plastik

Daur Ulang sampah plastik

Setiap jenis plastik memiliki sistem pengolahan senediri. Untuk plastik

jenis LDPE, HDPE, PET, PVC, PS, dan PP Ada beberapa tahap yang

dilakukan dalam mendaur ulang plastik, yaitu:

1. Bersihkan plastik dari kontaminer seperti kertas, ataupun tipe plastik

yang lain (biasanya berasal dari label plastik atau sisa isi yang masih

melekat). Untuk membersihkan bisa menggunakan cutter maupun

dicuci sampai benar-benar bersih dari kontaminer.

2. Pipihkan plastik (bila berongga seperti botol) dengan cara

menginjaknya atau menggunakan mesin pres.

3. Masukkan ke dalam mesin perajang plastik.

4. Pilah kembali serpihan plastik untuk membedakan tiap tipe plastik.

Media yang digunakan adalah air atau minyak goreng. Berikut

identifikasi yang dapat dilakukan untuk membantu membedakan antar

tipe plastik:

5. Plastik yang telah dibedakan tipenya (tenggelam dan mengapung),

dipisahkan untuk diproses sesuai dengan tipenya. Serpihan akan

dimasukkan ke dalam mesin peleleh (melting). Temperatur yang

digunakan untuk masing-masing tipe plastik dapat dilihat pada tabel

5.3.

6. Setelah diproses pada mesin melting, hasil yang keluar berupa strand

yang kemudian dipotong dengan menggunakan mesin pellet. Dan

dihasilkan bijih plastik

Sedangkan untuk Plastik Multilayer, diproses dengan pengecoran, berikut

keterangan proses pengolahan plastik jenis multilayer:

1. Cuci plastik multilayer dan bersihkan dari sisa kotoran yang masih

melekat. Misalkan untuk sachet sampo bersihkan dari sisa sampo yang

masih ada.

2. Keringkan dengan cara dijemur sampai kering.

20

Page 22: Identifikasi polutan padat

3. Setelah kering, bakar plastik multilayer sampai semua kandungan

plastik leleh. Setelah kandungan plastik leleh, yang tersisa adalah

kandungan alumunium (logam).

4. Kandungan logam yang tersisa akan dilelehkan dengan menggunakan

tungku pemanas dengan temperatur 7000C untuk alumunium, 15000C

untuk besi, dan >1500 0C untuk baja. Hasil lelehan logam dicetak lalu

dinginkan.

Aktivitas akhir yang dilakukan adalah fabrikasi, yaitu proses

mengubah sampah plastik menjadi bijih plastik recycle, dengan

menggunakan metode melting dan peletisasi. Aktivitas fabrikasi biasanya

dilakukan pada tingkat industri recycle, karena teknologi yang digunakan

membutuhkan modal yang cukup besar. Pada aktivitas fabrikasi terdiri dari

tahap pemilahan tahap kedua, yaitu membedakan sampah plastik

berdasarkan tipe plastik. Pemilahan kedua ini dilakukan karena setiap tipe

plastik memiliki titik leleh sendiri-sendiri, sehingga tidak dapat

diperlakukan sama. Metode yang digunakan disini adalah dengan

memasukkan serpihan sampah plastik ke dalam cairan seperti air, minyak

tanah, maupun minyak goreng. Perbedaan masssa jenis dari masing-

masing tipe plastik akan menyebabkan serpihan plastik tenggelam dan

terapung. Serpihan plastik yang terapung dipisahkan dengan yang

tenggelam. Setelah dipisahkan, serpihan plastik dilelehkan (melting)

dengan menggunakan temperatur yang disesuaikan dengan tipe plastik.

Pada proses ini akan dihasilkan strand (lelehan plastik yang masih panjang

seperti mie). Kemudian masuk pada bagian penyaringan (filtering) untuk

memisahkan antara strand dengan bahan kontaminasi yang tidak tersaring

saat inspeksi (pemilahan tahap I). Strand selanjutnya masuk ke dalam

mesin peletisasi, sehingga dihasilkan bijih plastik recycle.

Mata rantai pekerjaan daur ulang plastik umumnya bermula dari :

1. Pemulung

2. Pengepul

3. Penggilingan bahan daur ulang plastik

21

Page 23: Identifikasi polutan padat

4. Pembuatan pelet / biji plastik

5. Pabrik pembuatan peralatan /perabotan.

Cara melakukan daur ulang limbah plastik. Pada rantai pekerjaan daur

ulang plastik, rantai pertama hingga ke tiga sudah banyak dilakukan oleh

para pelaku usaha daur ulang, sedangkan rantai 4 dan 5 masih terbatas

dilakukan oleh pelaku daur ulang yang bermodal besar. Untuk itu,

penerapan teknik pencetakan plastik sistim manual akan dapat mengurangi

biaya investasi dan terjangkau oleh para pelaku daur ulang yang bermodal

kecil.

Sistim manual pencetakan produk plastik pada dasarnya adalah

memanaskan limbah plastik cacahan hingga meleleh dan mencetak dengan

memberikan tekanan kepada cetakan yang sudah disediakan kemudian

didinginkan. Produk yang dihasilkan tidak akan kalah mutunya dengan

produk hasil pencetakan sistim otomatis. Secara skematik, proses manual

dibandingkan dengan proses otomatis dapat digambarkan sebagai berikut:

Adapun proses pencetakan plastik daur ulang dapat menggunakan

teknologi sederhana dan harganya pun dapat terjangkau oleh pelaku daur

ulang plastik yang bermodal kecil. Dengan demikian maka diharapkan

bahan baku daur ulang tidak harus selalu dikirim ke industri besar yang

memerlukan transportasi tambahan tetapi cukup dicetak di tingkat lapak.

22

Page 24: Identifikasi polutan padat

Sampah plastik menjadi energi listrik

Sampah plastik selama ini kerap menjadi masalah di sejumlah kota

besar. Selain tak bisa terurai dan sulit dikelola, sampah jenis ini juga

dapat mencemari tanah. Perlu waktu ratusan tahun untuk membuat

sampah plastik terurai. Kalaupun plastik bisa terurai, namun partikel-

partikel plastik malah akan meracuni tanah. Sedangkan jika plastik

dibakar, justru akan menghasilkan asap yang berbahaya bagi

pernapasan manusia.

Sampah plastik sudah bisa diolah menjadi solar dan bensin. Untuk

pengolahannya, dari 23 ton sampah plastik itu sudah bisa menghasilkan

30 ribu liter solar.

Cara yang ditempuh untuk menghasilkan BBM dari plastik adalah,

sampah plastik diolah dan dipanaskan hingga suhu 450 derajat celcius.

Cara memanaskan menggunakan alat bernama Recycle Oil Machine.

Dari hasil pemanasan tersebut didapatkan minyak berupa 60 persen

solar dan 40 persen bensin. Bila digunakan untuk bahan bakar

kendaraan jenis bensin, kualitas plastik olahan belum bagus. Namun

kualitas solarnya jauh lebih baik. Bahkan di Korea sudah dipakai untuk

kendaraan.

23

Page 25: Identifikasi polutan padat

pengolahan sampah plastik menjadi minyak adalah salah satu solusi

yang baik di Kota besar, pasalnya selama ini produksi sampah yang

begitu besar menjadikan masalah tersendiri bagi lingkungan. Dari 1.200

sampah ternyata berpotensi menghasilkan sekitar 10 ribu liter BBM

setelah dipilah. Potensi ini tentu membanggakan. Sehingga masyarakat

lokal dapat di pakai sebagai tenaga kerja.

Dengan ini saya berharap bisa mengubah limbah plastik menjadi bahan

bakar minyak (BBM). Hasil penguraian limbah plastik ini dikenal

dengan minyak plastik.

kualitas minyak plastik setingkat lebih tinggi dibanding minyak tanah.

Namun masih di bawah bensin. Minyak plastik ini baru bisa digunakan

untuk bahan bakar kompor dan lampu.

Minyak plastic ini di olah melalui proses penyulingan dengan

menggunakan alat sederhana berupa tabung gas 3 kilogram untuk

membakar limbah plastic. Uap hasil pembakaran di tamping dalam

tabung kaca, hasil pengmbunan itu menjadi minyak dan bisa di gunakan

untuk pengganti alternative BBM yang ramah lingkungan.

E. Limbah Padat Organik

Limbah padat organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah

tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa

dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar. Organik adalah proses yang

kokoh dan relatif cepat, maka tanda apa yang kita punya untuk menyatakan bahwa

bahan-bahan pokok kehidupan, sebutlah molekul organik, dan planet-planet

sejenis, ada juga di suatu tempat di jagad raya? sekali lagi beberapa penemuan

24

Page 26: Identifikasi polutan padat

baru memberikan rasa optimis yang cukup penting. Sampah organik adalah

sampah yang bisa mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan

yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Kompos

merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami,

alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses

pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah pasar khusus seperti

pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian

besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah

yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum

minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik.

Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan,

maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi : Sampah organik

basah, Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandungan

air yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran. Dan sampah

organik kering, Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah

bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering

di antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering.

Pada bagian ini akan dijelaskan secara garis besar tentang proses yang

terjadi pada kelima teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk pengolahan limbah

padat atau sampah organik tingkat akhir.

1. Insenerasi

Insenerasi merupakan proses pembakaran langsung kandungan karbon

dalam sampah untuk dimanfaatkan menjadi energi. Insenerasi adalah cara paling

sederhana untuk memanfaatkan energi yang terkandung dalam sampah.

Insenerasi juga dapat mengurangi massa sampah hingga 80% dan volume

sampah hingga 95% sehingga dapat mengatasi masalah kekurangan tempat

landfill. Reaksi yang terjadi pada pembakaran sampah melalui insenerasi secara

umum dapat dijabarkan sebagai :

CnHmNoSpOq(s) + rO2(g) → nCO2(g) + (m/2)H2O(g) + oNOx(g) + pSOy(g)

Dapat dilihat bahwa sampah yang dapat diproses dengan insenerasi harus

merupakan sampah dengan kandungan organik yang tidak diproses terlebih

25

Page 27: Identifikasi polutan padat

lanjut (misalnya menjadi plastik). Reaksi tersebut juga mengindikasikan bahwa

ada kemungkinan pembentukan gas NOx maupun SOx yang pada dasarnya

adalah gas asam yang dapat mencemari lingkungan. Penanganan insenerasi

dengan teknologi lebih lanjut disertai dengan perlakuan terhadap flue gas (gas

buang). Penanganan flue gas tersebut dapat berupa filter atau absorber. Selain

itu, bila teknologi insenerasi tidak baik, dapat terbentuk gas karbon monoksida

akibat pembakaran yang tidak sempurna.

Teknologi insenerasi telah berkembang seiring perjalanan waktu.

Teknologi yang telah ada dan dimanfaatkan hingga saat ini antara lain :

a. Burn pile : pembakaran sampah yang ditumpuk di dalam lubang di tanah.

Cara tradisional yang sering ditemui di masyarakat awam. Cara ini

berbahaya dan tidak dapat dimanfaatkan sebagai penyedia energi.

b. Burn barrel : pada dasarnya sama dengan burn pile, hanya saja teknologi

ini memanfaatkan steel barrel untuk mengontrol pembakaran agar tidak

terkena angin.

c. Moving grate : teknologi paling umum untuk menangani sampah rumah

tangga (municipal waste). Berupa grate yang bergerak sehingga sampah

dapat masuk perlahan ke dalam kamar pembakaran (combustion

chamber) sehingga pembakaran yang terjadi dapat dikontrol agar

terbentuk pembakaran yang sempurna. Single moving grate bouler dapat

menangani hingga 35 metrik ton sampah per jam dan dapat dioperasikan.

d. Rotary-klin : sering dimanfaatkan oleh industri besar. Berupa insenerator

dengan dua combustion chamber. Pada primary chamber, sampah padat

diputar sambil dibakar membentuk gas yang pada akhirnya akan

disempurnakan pembakarannya dalam fasa gas di secondary chamber.

Teknologi ini dapat memastikan pembakaran sempurna sampah.

e. Fluidized bed : sampah dijadikan butiran kecil sebelum dibakar dalam

sebuah reaktor dengan tiupan angin dari bagian bawah. Sampah dibakar

dalam keadaan terfluidisasi sehingga pembakaran sempurna lebih

terjamin. Fluidisasi adalah keadaan suatu fasa padat yang karena

pergerakannya memiliki sifat seperti fluida.

26

Page 28: Identifikasi polutan padat

f. Nilai energi yang didapatkan dari proses insenerasi bergantung pada jenis

sampah yang dibakar. Nilai energi tersebut tersaji pada tabel berikut

Material BTU/poundplastik 11.000-20.000karet 10.900koran 8.000

kertas karton 7.000sampah halaman 3.000sampah makanan 2.600

rata-rata 4.500-4.800Sumber : Waste-to-energy incineration, Tennessee Solud Waste Education Project

2. Gasifikasi

Gasifikasi adalah proses mengubah material organik atau fosil menjadi

karbon monoksida, hidrogen, dan karbon dioksida. Proses gasifikasi pada

umumnya dilakukan pada temperatur di atas 700 oC. Proses gasifikasi

membutuhkan fumigator sebagai reagen pembakar “bahan bakar” (sampah).

Fumigator dapat berupa udara bebas, oksigen, karbon dioksida, atau kukus

(steam). Jenis fumigator dipilih untuk mencapai keadaan yang diinginkan.

Proses gasifikasi secara keseluruhan dapat dibagi menjadi empat proses besar :

a. Dehidrasi : dapat disebut juga pengeringan, yaitu proses menguapnya

kandungan air (moisture) dalam padatan. Terjadi pada temperatur sekitar

1000C (titik didih air). Air akan terlepas sebagai kukus.

b. Pirolisis : berupa degradasi termal bahan padat organik menjadi zat

mudah menguap (volatile matter). Terjadi pada temperatur 200-300 0C.

c. Pembakaran : seperti pada insenerasi, karbon dan hidrogen dibakar

membentuk karbon dioksida dan air serta sedikit karbon monoksida.

d. Gasifikasi : reaksi pembentukan gas sintetik dari karbon yang tersisa

maupun dari karbon dioksida (melalui oksidasi atau reduksi)

Reaksi umum gasifikasi adalah :

CnHo(s) + xO2(g) → (n-y)CO(g) + yCO2(g) + (o/2)H2O(g)

Gas karbon monoksida dan gas hidrogen dapat dimanfaatkan untuk

membentuk bahan bakar seperti bensin dan solar dengan teknologi

27

Page 29: Identifikasi polutan padat

tertentu, sehingga campuran kedua gas tersebut sering disebut gas

sintetik atau synthetic gas atau lebih dikenal sebagai syngas.

Teknologi yang telah dimanfaatkan untuk proses gasifikasi antara lain :

1) Counter-current fixed bed (up draft) : material padat (sampah)

ditempatkan sebagai jejalan (bed). Fumigator dialirkan dari bawah,

berlawanan arah dengan aliran “bahan bakar” dari atas. Syngas yang

terbentuk akan mengalir ke atas sedangkan abu sisa pembakaran

dapat ditampung di bawah.

2) Co-current fixed bed (down draft) : pada dasarnya, co-current

memiliki prinsip yang sama dengan counter-current, hanya saja

aliran fumigator dialirkan dari atas, sejalan dengan arah “bahan

bakar”. Syngas yang terbentuk akan dialirkan ke bawah.

kiri : co-current, tengah : counter-current, kanan : cross-flow

sumber : http://www.bios-bioenergy.at

3) Fluidized bed : seperti pada penjelasan tentang fluidized bed pada

insenerator, proses gasifikasi dengan teknologi ini juga

menggunakan padatan yang terfluidisasi.

4) Entrained flow : mirip seperti fluidized bed, tetapi partikel padatan

sampah memiliki bentuk dan massa yang lebih kecil sehingga dapat

terbawa udara dari bawah hingga terpental keluar dari reaktor untuk

kemudian disirkulasikan kembali ke dalam sistem. Keuntungan

sistem ini adalah abu sisa pembakaran dapat diminimalisasi karena

ketika partikel padatan akan disirkulasi kembali, partikel tersebut

bersama abu mengalami perlakuan untuk memisahkan keduanya di

dalam cyclone.

28

Page 30: Identifikasi polutan padat

5) Plasma : teknologi ini menggunakan arus tegangan tinggi untuk

membuat api plasma. Penggunaan api plasma dapat meningkatkan

yield gasifikasi hingga lebih dari 90% konversi. (Messerle and

Ustimenko, 2007)

6) Hasil dari gasifikasi bergantung dari jenis fumigator yang digunakan.

Tabel mengenai hasil tersebut tersaji di bawah.

Komponen Vol-%,

kering

Fumigator

Udara Enriched air (80% O2) Steam

CO2 10-20 40-50 25-47

H2 9-20 9-17 35-50

CH4 1-8 < 1 14-25

CO2 10-20 19-25 9-15

N2 40-55 15-30 2-3

Nilai kalori bersih

(MJ/Nm3, kering) 4-6,5 7-9 12-17

Sumber : http://www.bios-bioenergy.at

3. Pirolisis

Pirolisis adalah proses dekomposisi termal material organik tanpa

kehadiran oksigen. Pirolisis sejatinya adalah salah satu sub-proses dari gasifikasi

secara keseluruhan. Sama seperti gasifikasi, pirolisis tidak menghasilkan energi

secara langsung, tetapi menghasilkan gas maupun padatan yang dapat

dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Gas tersebut adalah H2 atau CH4 sedang

padatannya adalah arang dengan kandungan fixed carbon yang cukup tinggi

sehingga lebih baik untuk digunakan sebagai bahan bakar. Pada umumnya,

proses pirolisis menggunakan pasir sebagai “teman” bahan bakar (sampah) yang

dibakar. Sampah yang akan dipirolisis pada umumnya dikeringkan dan dibuat

butiran terlebih dahulu agar proses pirolisis berjalan dengan baik.

Teknologi yang digunakan untuk melakukan pirolisis hingga saat ini antara lain :

a. Fixed bed : sama seperti fixed bed pada gasifikasi. Kapasitas dapat

mencappai 10 ton per hari.

29

Page 31: Identifikasi polutan padat

b. Augers : menggunakan screw untuk memindahkan pasir panas dan

sampah sambil mengaduknya.

c. Ablative : partikel sampah ditumbukkan secara cepat ke logam panas.

d. Rotating cone : partikel sampah dan pasir diputar dalam kerucut metal

dan dibakar. Kapasitas dapat mencapai 5 ton per hari.

e. Fluidized bed : sama seperti fluidized bed pada gasifikasi.

Pirolisis terbagi menjadi 3 jenis berdasarkan kecepatan prosesnya. Ketiga

jenis tersebut menghasilkan produk yang cukup berbeda.

Secara umum, nilai kalor gas hasil pirolisis berkisar antara 22 hingga 30

MJ/m3 (www.wtert.eu)

4. Kompos

Pengomposan (composting) adalah proses dekomposisi material organik

oleh mikroorganisme menjadi humus, materi kesuburan tanah, yang dapat

digunakan sebagai pupuk. Proses pengomposan dapat dilakukan pada sampah

rumah tangga yang terbatas pada bahan makanan atau sisa makhluk hidup,

misalnya daun yang gugur. Pengomposan dapat dilakukan secara sederhana

dengan metode “Takakura”, yaitu dengan mencampurkan sisa makanan atau

sampah makhluk hidup ke dalam keranjang yang telah diberi ragi, tanah, dan

jerami. Proses pengomposan yang lebih besar dapat menggunakan bioreaktor.

Kompos hasil pengolahan sampah tidak dapat digunakan sebagai sumber energi

langsung, tetapi dapat dijadikan pupuk. Pupuk kompos pada umumnya lebih

baik daripada pupuk buatan karena bahan dasarnya adalah material organik dari

makhluk hidup sehingga kandungan asam amino atau zat hidup lainnya lebih

alami. Keuntungan penggunaan kompos sebagai wujud pengolahan sampah

30

Page 32: Identifikasi polutan padat

adalah kemudahannya sehingga bahkan sebuah keluarga saja dapat membuatnya

sendiri. Pengomposan adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam sistem

pengolahan sampah “in-situ” atau pada sumbernya, yaitu di rumah masing-

masing.

5. Landfill

Sejatinya, landfill hanyalah menumpuk dan menimbun sampah yang tidak

bisa diolah kembali pada suatu lahan yang kemudian ditutup dengan tanah

kembali. Tentu saja, sampah yang akan diolah dengan cara landfill sebelumnya

telah diberi perlakukan agar volume sampah tersebut terkompresi. Metode ini

sangat mudah, tidak membutuhkan reaktor, cukup lahan luas dan tanah yang

cukup untuk menutupi seluruh sampah. Landfill yang terkelola dengan baik

dapat menjadi tempat yang tidak berbahaya dan bahkan asri, tidak terlihat bahwa

sebelumnya tempat tersebut adalah timbunan sampah. Namun, landfill tetap

menyimpan bahaya berupa ketidakstabilan struktur tanah dari sampah yang

tertimbun. Landfill yang sudah tertata dengan baik dapat longsor dan

menumpahkan seluruh isi sampahnya dan membahayakan masyarakat. Nilai

tambah dari landfill dapat dikatakan tidak ada. Keuntungan penggunaan landfill

adalah semua jenis sampah dapat diolah dengan cara ini.

ASPEK INSENERASI GASIFIKASI PIROLISIS KOMPOS LANDFILL

JENIS SAMPAH p o k p o o o o k l g

PRODUK RATA-

RATAenergi 10,5 MJ/kg energi 12 MJ/Nm3 energi 22 MJ/m3 pupuk

KAPASITAS

250 ton/day-1355

ton/day200 ton/day-500 ton/day 200 ton/day Skala kecil Sangat besar

KELEBIHAN

panas langsung

dimanfaatkan, sampah

tidak perlu penanganan

awal

lebih bersih dan aman

bagi lingkungan, syngas

dapat dibuat untuk

berbagai macam produk,

energi pembakaran bisa

untuk energi gasifikasi

mendapatkan dua produk

untuk energi : gas dan

arang sehingga nilai

energi keseluruhan besar,

produk gas dapat

langsung dimanfaatkan

untuk bahan bakar

mudah

diterapkan pada

skala kecil,

murah

KEKURANGAN dapat menimbulkan

polusi berupa gas NOx

atau SOx, tidak dapat

menangani sampah

peralatan yang besar

diperlukan, banyak

energi yang hilang dalam

proses gasifikasi, produk

butuh peralatan besar,

penyediaan atmosfer

pirolisis (miskin oksigen)

memerlukan biaya

bau masih

tercium, tidak

dapat dijadikan

energi secara

bahaya longsor,

bahaya

pencemaran udara

dan sungai, bahaya

31

Page 33: Identifikasi polutan padat

berbahaya plastik

dengan kandungan klor

harus diolah kembali

sebelum dapat dipakailangsung

kebocorann

landfill

o : organik; k : kertas; l : logam; g : gelas; p : plastik

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

a. Dampak negatif dari pembangunan akan selalu muncul, untuk itu dampak

ini harus dikelola dengan sebaik-baiknya agar tidak menimbulkan efek

yang lebih besar lagi.

b. Badan air/sungai akan selalu menanggung beban pencemaran, apabila

setiap industri yang membuang limbahnya tidak sesuai dengan

persyaratan/baku mutu yang telah ditetapkan.

c. Kegiatan pengelolah limbah dapat dilakukan dengan 2 (dua) metode yaitu

dengan pengelolaan limbah itu sendiri dan minimisasi limbah.

d. Kemajuan teknologi pengolahan limbah dapat dimanfaatkan sebagai

alternatif menekan efek negatif yang mungkin saja timbul.

e. Penegakan hukum dan etika bisnis harus betul-betul dijalankan dengan

tegas dan sebaik-baiknya.

4.2 SARAN

1. Kerusakan dan tingkat pencemaran yang tinggi pada badan air/sungai

dapat diupayakan mengelola jika peran serta masyarakat dan lembaga-

lembaga terkait ikut dalam pendayagunaan limbah.

2. Pembangunan instalasi pengolahan air limbah sudah mutlak dan harus

dimiliki oleh setiap industri atau badan pengolah yang ditunjuk agar setiap

air limbah yang dibuang ke badan air sudah masuk dalam baku mutu yang

telah ditetapkan oleh pemerintah.

32

Page 34: Identifikasi polutan padat

3. Pengalaman-pengalaman negara maju dalam mengelola limbah dapat

dijadikan contoh untuk diterapkan pada negara kita.

4. Keseriusan dari semua pihak sangat diperlukan agar limbah industri yang

ada benar-benar tidak mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia,

kalau hal ini tidak kita mulai dari sekarang maka akan sama-sama kita lihat

bahaya apa yang akan muncul ke depan yang menghadang kita.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul, Pengantar Imu Kesehatan Lingkungan, Jakarta : Mutiara

Sumber Widya, 1995.

Dimas, Ramadhan Abdillah Fikri,Laboratorium Teknik Reaksi Kimia,

Departemen Teknik Kimia, Institut Teknologi : Bandung

http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1990219-pencemaran-limbah-

padat/#ixzz2GFtqXbP3

33