Volume factor merupakan tahap awal dalam penentuan stripping ratio.doc
IDENTIFIKASI PENYEBARAN DAN ANALISIS STRIPPING …digilib.unila.ac.id/25843/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of IDENTIFIKASI PENYEBARAN DAN ANALISIS STRIPPING …digilib.unila.ac.id/25843/3/SKRIPSI TANPA BAB...
IDENTIFIKASI PENYEBARAN DAN ANALISIS STRIPPING RATIO
MINING BATUBARA DENGAN MENGGUNAKAN DATA GEOFISIKA
LOGGING PADA LAPANGAN “DK” DI DAERAH LAHAT,
SUMATERA SELATAN
(Skripsi)
Oleh
HARDEKA PAMERAMBA
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
2017
i
ABSTRACT
IDENTIFICATION THE DISTRIBUTION AND COAL MINING
STRIPPING RATIO ANALYSIS USING GEOPHYSICAL LOG DATA IN
“DK” AREA IN LAHAT, SOUTH SUMATERA
By
Hardeka Pameramba
There had been done a geophysical exploration log research in the exploration
area of PT Priamanaya Energy, Lahat, South Sumatera. This research aims to
identify the distribution of coal seam and to analysis the stripping ratio from the
coal reserves counted as reference in the coal mining exploration using the same
methode. This research used secondary data which is well log data and softwares
wellcad 4 and rockworks 15. The well log data was analyzed to obtain the
lithology distribution model, calculate the lithology volume of the research area,
and determined the stripping ratio (SR). The results represent the lithologies of the
area namely sandstone, claystone, and coal. There are also achieved the log
pattern in seam, gamma ray log respon, dan density of the coal seam. Gamma ray
is about 0-10 cps and long density is about 2500-8000 cps. In addition, 3D modell
is also obtained from isopach map and the overburden volume calculated form
coal seam of the research area. Deposit distribution of coal bed is about
11,659,400 m3 with overburden 29,171,200 m
3 and the stripping ratio achieved is
1:25. According to the result, the coal reserves in this area is economic to be
explored.
Keywords: logging, coal, seam, gamma ray, density stripping ratio
ii
ABSTRAK
IDENTIFIKASI PENYEBARAN DAN ANALISIS STRIPPING RATIO
MINING BATUBARA DENGAN MENGGUNAKAN DATA GEOFISIKA
LOGGING PADA LAPANGAN “DK” DI DAERAH LAHAT,
SUMATERA SELATAN
oleh
Hardeka Pameramba
Telah dilakukan penelitian eksplorasi Geofisika Logging di area eksplorasi PT
Priamanaya Energy kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini
mengidentifikasi penyebaran seam batubara dan menganalisis nilai stripping ratio
dari besarnya cadangan yang dihitung sebagai bahan informasi atau refrensi dalam
eksploitasi tambang batubara dengan menggunakan metode yang sama.penelitian
ini menggunakan data skunder,data log sumur dan perangkat lunak wellcad 4 dan
rockworks 15, yang selanjutnya dilakukan analisis data log sumur, pemodelan
penyebaran litologi dan perhitungan besarnya volume litologi area penelitian serta
penentuan nilai stripping ratio (SR). Hasil yang diperoleh adalah litologi area
penelitian yaitu sandstone,claystone dan batubara. Didapatkan juga pola grafik
log pada seam, besar kecilnya nilai log gamma ray dan density pada seam
batubara dimana gamma ray berkisar antara 0 – 10 cps dan long density berkisar
antara 2500 – 8000 cps, beserta model 3D (Tiga Dimensi) dengan peta isopach
dan besarnya volume overburden dan seam barubara daerah penelitian. Sebaran
deposit lapisan batubara didapatkan sebesar 11,659,400 m3 dengan overburden
sebesar 29,171,200 m3 dan stripping ratio didapatkan 1 : 2.5 berdasarkan data
tersebut maka batubara didaerah tersebut ekonomis untuk dieksploitasi.
Kata kunci: logging, batubara, seam, gamma ray, density stripping ratio
IDENTIFIKASI PENYEBARAN DAN ANALISIS STRIPPING RATIOMINING BATUBARA DENGAN MENGGUNAKAN DATA GEOFISIKALOGGING PADA LAPANGAN PADA LAPANGAN “DK” DI DAERAH
LAHAT-SUMATERA SELATAN
Oleh
Hardeka Pameramba
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik GeofisikaFakultas Teknik Universitas Lampung
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
2017
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Hardeka Pameramba. Lahir di
Candimas, Lampung Utara pada tanggal 18 Agustus 1993.
Penulis merupakan anak kedua dari satu bersaudara, dari
pasangan Bapak Sarbani dan Ibu Asnaini, S.Pd. Penulis telah
menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 01
Candimas, Lampung Utara pada tahun 2005. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP PRIMA Kotabumi dan pada
tahun 2008 penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA PRIMA
Kotabumi, Lampung Utara pada tahun 2011.
Pada tahun 2011 penulis melanjutkan studi di perguruan tinggi dan terdaftar
sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas
Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam mengikuti organisasi
Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika Hima TG Buana (2011-sekarang),
Anggota Bidang Kaderisasi HIMA TG BHUWANA (2012/2014), dan Seketaris
Umum Himpunan Mahasiswa Geofisika Indonesia (HMGI) Regional Sumatera
(2014/2015). Di dalam pengaplikasian ilmu di bidang Geofisika penulis Pada
bulan Maret-April 2015, penulis melakukan Kerja Praktek di PT Dizamatra.
viii
Powerindo Lahat Sumatera Selatan dengan judul Interpretasi Data Logging Untuk
Menentukan Litologi Batuan Pada Lapangan Batubara “X” Di Daerah Lahat,
Sumatera Selatan. Pada tahun 2015 penulis melaksanakan penelitian Tugas Akhir
di PT Priamanaya Energy dan melaksanakan penulisan skripsi jurusan Teknik
Geofisika Universitas Lampung. Hingga akhirnya penulis berhasil menyelesaikan
pendidikan sarjananya pada tanggal 21 April 2017 dengan judul skripsi
“Identifikasi Penyebaran Dan Analisis Stripping Ratio Mining Batubara
Dengan Menggunakan Data Geofisika Logging Pada Lapangan “DK” Di
Daerah Lahat, Sumatera Selatan”.
ix
Skripsi ini Saya Persembahkan Untuk:
Wanita Terhebat Seluruh Dunia, IbundaTercinta:Asnaini,S.Pd
Ayah Terhebat Sepanjang Masa: Sarbanidan
(Keluarga Besar)
sertaSemua Guru yang telah menginspirasi dan memberikan ilmu kepada saya
Keluarga Besar Teknik Geofisika 2011 dan Sahabat- SahabatAlmamater Tercinta Universitas Lampung
xi
MOTTO
“Don’t tell how educated you are, tell me howmuch you travelled”
~(Rasulullah SAW)~
“To Get a Success, Your Courage Must beGreater Than Your Fear”
~ (Hardeka Pameramba) ~
“Bukan Gunung Tinggi Yang Kau Daki YangAkan Membuatmu Lelah dan Kalah “Bukan”
Tapi Kerikil Kecil di Sepatumu~(Muhammad Ali)~
“Intelligence Is Not The Determinant OfSucces, But Hard Work Is The Real
Determinant Of Your Succes”~(Anonymous)~
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat,
taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Identifikasi Penyebaran Dan Analisis Stripping Ratio Mining
Batubara Dengan Menggunakan Data Geofisika Logging Pada Lapangan
“DK” Di Daerah Lahat, Sumatera Selatan” sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar sarjana pada Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik,
Universitas Lampung.
Sholawat dan salam senantiasa tercurah untuk sang Teladan dan Pemimpin umat,
junjungan umat, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari
zaman Jahiliyah kepada zaman yang berilmu pengetahuan seperti saat ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan
datang. Harapannya semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 13 Februari 2017Penulis,
Hardeka Pameramba
xii
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-
Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Identifikasi
Penyebaran Dan Analisis Stripping Ratio Mining Batubara Dengan
Mneggunakan Data Geofisika Logging Pada Lapangan “DK” Di Daerah
Lahat, Sumatera Selatan” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayah dan Ibu tercinta, Ayah Sarbani dan Ibu Asnaini S,Pd yang sangat
tulus dalam mendidik putranya, yang senantiasa mendukung dan tiada henti-
hentinya mendoakan serta memberi semangat agar selalu kuat dan bijaksana
untuk putranya agar menjadi manusia yang berguna.
2. Bapak Prof. Suharno, M.S., M.Sc., Ph.D. selaku dekan Fakultas Teknik
Universitas Lampung;
3. Bapak Dr. Ahmad Zaenudin, S.Si., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik
Geofisika Universitas Lampung;
4. Bapak Dr. Ordas Dewanto, S.Si., M.Si. selaku Pembimbing I. Terimakasih
atas ilmu yang telah diberikan dan membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi;
xiii
5. Bapak Rustadi, S.Si., M.T selaku Pembimbing II. Terimakasih atas ilmu
yang telah diberikan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi;
6. Bapak Bagus Sapto Mulyatno, S.Si., M.T. selaku dosen penguji.
Terimaksih atas ilmu, kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi
ini menjadi lebih baik;
7. Bapak Dr. Muh Sarkowi, S.Si,.M.Si., Bapak Alimuddin, S.Si., M.Si.,
Bapak Syamsulrijal Rasimeng, S.Si., M.Si., Bapak Karyanto, S.Si., M.T.,
Bapak Nandi Haerudin, S.Si., M.Si, Kak Rahmat Catur Wibowo, S.T.,
M.Eng. selaku dosen Teknik Geofisika Universitas Lampung. Terimakasih
atas ilmu yang telah diberikan selama penulis kuliah;
8. Seluruh staf TU Jurusan Teknik Geofisika, Mba Anita Dewi, Bapak
Marsuno, Bapak Pujiono terimakasih telah banyak membantu penulis
dalam hal administrasi dan pelaksanaan seminar;
9. Bapak Kusmat dan Bapak Agung, terimakasih banyak penulis ucapkan
karena telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian di PT. Priamanaya Energy – Lahat Sumatera Selatan.
10. Bapak Farid Martadinata, S.T selaku Pembimbing I. Terimakasih atas ilmu
yang bapak diberikan;
11. Bapak Muhammad Jamil selaku pembimbing lapangan. Terimakasih atas
ilmu dan pengalaman yang diberikan serta atas kesediaannya dalam
membantu dalam pelaksanaan penelitian;
12. Bapak Dores, Bapak Daden, Bapak Dian, Bapak Rahmat, Bapak
Andika, terimakasih banyak kepada bapak-bapak engineer yang telah berbagi
ilmu dengan penulis selama pelaksanaan penelitian disana;
xiv
13. Sahabat-sahabatku tersayang Teknik Geofisika 2011. Ahmad Dezi Farista,
Achmadi Hasan Nasution, Adityo Nugroho Kalandoro, Agung Mahesya
Hakim, Alwi Karya Sasmita, Andrian Nisar, Annisa Eka Putri, Arenda
Reza Riyanda, Asri Wulandari, Bagus Hardiansyah, Christian Sibuea,
Dian Nur Rizkiani, Dian Triyanto, Doni Zulfafa, Farid Anshari, Fitri
Rusmala Dewi, Fitri Wahyuningsih, Guspriandoko, Hardeka, Hilda Ayu
Utami, Leo Rivandi Purba, Lia Tri Khairum, M.Herwanda, Mezrin
Romosi, Nanda Hanyfa Maulida, Rahmi Alfani Putri, Ratu Mifta Fadila,
Rika Indrawati, Rosita Renovita,Sari Putri Zam, Syamsul Ma’arif, Titi
Setianing Rahayu, Tri Pamungkas, Wilyan Pratama, Yeni Purnama
Sari, Yunita Permata Sari, dan Yusuf Effendi terimakasih atas segalanya,
kebersamaannya, kepedulian, motivasi, cerita, perjalanan, ilmu, pengalaman,
nasehat, kasih sayang, canda tawa haru tangis bersamanya. Terimakasih atas
segala pelajaran hidup yang telah diberikan kepada penulis. Kalian adalah
keluarga bagi penulis. Akan selalu merindukan kekonyolan kalian TG’11.
Semoga kita semua menjadi orang-orang yang sukses dan semoga masih
diberikan kesempatan untuk kita dapat bertemu dan berkumpul kembali.
Penulis sangat menyayangi kalian;
14. Teman seperjuangan saat penulis berada di universitas dan melakukan
penelitian. Sari Putri Zam yang selalu baik kepada penulis. Terimakasih
banyak atas segalanya, kebersamaan, pengalaman yang sungguh berarti dan
tak ternilai, cerita, ilmu, canda tawa, terimakasih untuk segala pelajaran yang
diberikan sehingga penulis bisa menjadi lebih baik dalam menyikapi
kehidupan
xv
15. Kakak – kakak Teknik Geofisika Universitas Lampung angkatan 2007, 2008,
2009, 2010 dan Adik–adik angkatan 2012, 2013, 2014, 2015 dan 2016
terimakasih atas pengalaman dan canda tawa yang selalu tercipta serta
kekeluargaan yang sangat erat ini;
16. Keluarga kecil satu atap empat puluh hari teman-teman KKN yang aku
sayangi, Eri Fatriyansah, M.Gusti,Coco Yudistira Panggabean, SL
Destikasari, Simeng, Gunawan Wibisono, Ajeng Ayu Miranti, Rika
Lusiana Surya, terimakasih telah menjadi teman dan pendengar yang baik
atas segala keluh kesah penulis, selalu menyayangi, mengingatkan dan
memotivasi penulis tentang kehidupan, kehadiran dan doamu selalu menjadi
penyemangat bagi penulis, terimakasih atas kebersamaan, cerita, canda tawa
nya, ilmu pengetahuan, pengalaman dan segalanya. Aku merindukan kalian;
17. uwong akamigas palembang baik, pintar, hebat, terimakasih atas
kebersamaan, ilmu, pengalamannya, semoga sukses semua Pranita Apriana
Sari, Herri Susanto, M. Benfarhan, Iku Tatra dan Rahmad dan wong
lahat Rino Fadli terimakasih atas kebersamaan, canda tawa, petualangan
singkat dan pengalamannya selama di Lahat semoga kita dipertemukan lagi
untuk petualangan selanjutnya aamiin;
18. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sebaik harapan, namun
harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat
Bandar Lampung, 13 Februari 2017
Penulis,
Hardeka Pameramba
xvi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACK..................................................................................................... i
ABSTRAK ......................................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL......................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................vii
HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................viii
MOTTO.............................................................................................................. x
KATA PENGANTAR...................................................................................... xi
SANWACANA ................................................................................................ xii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL........................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ..................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian .................................................................................. 2
C. Batasan Masalah Penelitian .................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 3
xvii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Letak dan Lokasi Penelitian .................................................................. 4
B. Kondisi Geologi ................................................................................... 6
1. Geologi umum ................................................................................ 6
2. Geologi daerah penelitian .............................................................. 8
3. Stratigrafi ...................................................................................... 10
4. Struktur geologi.............................................................................. 12
BAB III TEORI DASAR
A. Well Logging ........................................................................................ 13
1. Log gamma ray................................................................................. 14
2. Log calliper ...................................................................................... 17
3. Log density ....................................................................................... 18
B. Aplikasi Well Logging Untuk Batubara ................................................ 22
C. Batubara ............................................................................................... 23
1. Faktor pembentukan batubara......................................................... 24
a. Posisi geoteknik ........................................................................ 24
b. Topografi (Morfologi) .............................................................. 24
c. Iklim........................................................................................... 24
d. Kecepatan peneurunan cekungan .............................................. 25
e. Tumbuhan.................................................................................. 25
f. Dekomposisi flora .................................................................... 26
g. Sejarah sesudah pengendapan.................................................... 27
h. Struktur cekungan batubara....................................................... 27
i. Metamorfosa organik ................................................................ 27
D. Teori Terjadinya Batubara..................................................................... 28
1. Teori In-situ .................................................................................... 28
2. Teori Drift ....................................................................................... 29
E. Jenis batubara dan sifatnya ....................................................................33
F. Analisis Nisbah Pengupasan.................................................................. 33
a. Faktor volume ................................................................................. 33
b. Faktor tonase ................................................................................... 34
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 37
B. Alat dan Bahan ...................................................................................... 38
C. Metode Penelitian ................................................................................. 38
1. Interpretasi data log ......................................................................... 38
2. Korelasi penampang 2D .................................................................. 39
3. Pemodelan 3D .................................................................................. 39
4. Diagram alir penelitian ..................................................................... 39
xviii
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sebaran Sumur Eksplorasi Seam Batubara Berdasarkan Elevasi ......... 41
B. Interpretasi Litologi Batuan Daerah Penelitian ..................................... 44
C. Penyebaran Endapan Lapisan Seam Batubara Daerah Penelitian ....... 45
1. Seam A ..............................................................................................50
2. Seam B ............................................................................................. 55
3. Seam C ............................................................................................ 60
D. Analisis Striping Ratio Perhitungan Dengan Menggunakan
software rockwork 15 ............................................................................ 64
a. Volume litologi total lapangan DK daerah penelitian .................... 64
b. Volume overburden (OB), interburden (IB), dan seam batubara.....65
BAB VI KESIMPULAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xix
DAFTAR TABEL
Halaman
T abel 1. Kolom stratigrafi cekungan Sumatera Selatan ....................................... 11
Tabel 2. Kegiatan penelitian ................................................................................. 37
Tabel 3. Data sumur eksplorasi dan koordinat daerah penelitian ......................... 41
Tabel 4. Sebaran posisi dan ketebalan seam A tiap sumur eksplorasi
daerah penelitian ..................................................................................... 46
Tabel 5. Sebaran posisi dan ketebalan seam B tiap sumur eksplorasi
daerah penelitian ..................................................................................... 46
Tabel 6. Sebaran posisi dan ketebalan seam C tiap sumur eksplorasi
daerah penelitian. .................................................................................... 47
Tabel 7. Sampel nilai grafik log seam A sumur eksplorasi PE-05 ........................ 55
Tabel 8. Sampel nilai grafik log seam B sumur eksplorasi PE-05.........................59
Tabel 9. Sampel nilai grafik log seam C sumur eksplorasi PE-05 ........................ 64
Tabel 10. Tabel volume masing-masing litologi di daerah penelitian .................. 66
Tabel 11. Tabel volume seam dan burden (lapisan penutup)................................67
Tabel 12. Tabel perbandingan niali seam batubara dan burden ............................69
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian ............................................................... 5
Gambar 2. Peta pola struktur regional cekungan Sumatera Selatan ..................... 7
Gambar 3. Peta geologi daerah penelitian............................................................. 9
Gambar 4. Respon sinar gamma terhadap berbagai litologi .................................... 15
Gambar 5. Log calliper pada diameter borehole .................................................. 18
Gambar 6. Prinsip pengukuran density log ........................................................... 19
Gambar 7. Teori in-situ ......................................................................................... 30
Gambar 8. Proses pembentukan batubara ............................................................. 32
Gambar 9. Tahapan pembatubaraan ..................................................................... 32
Gambar 10. Ilustrasi lapisan batubara dan lapisan penutup .................................. 36
Gambar 11. Diagram alir penelitian ...................................................................... 40
Gambar 12. Peta sebaran drill hole ....................................................................... 43
Gambar 13. Interpretasi grafik log dalam penentuan litologi ............................... 44
Gambar 14. Sumur dan sebaran litologi dengan software rockwork 15 ............... 48
Gambar 15. Model 3D sebaran litologi batuan daerah penelitian ......................... 49
Gambar 16. Model 3D penyebaran batubara area penelitian ................................ 50
Gambar 17. Peta isopach seam A .......................................................................... 51
xvi
Gambar 18. Model 3D sebaran Seam A area penelitian ........................................ 52
Gambar 19. Sampel grafik iInterpretasi Seam A sumur PE-18 ............................. 53
Gambar 20. Sampel grafik interpretasi seam A sumur PE-19 .............................. 53
Gambar 21. Sampel grafik interpretasi seam A sumur PE-05 .............................. 54
Gambar 22. Peta isopach seam B .......................................................................... 56
Gambar 23. Model 3 dimensi sebaran seam B daerah penelitian ......................... 57
Gambar 24 Sampel grafik interpretasi seam B sumur PE-09. .............................. 58
Gambar 25. Sampel grafik interpretasi seam B sumur PE-19 .............................. 58
Gambar 26. Sampel grafik interpretasi seam B sumur PE-18...............................58
Gambar 27. Peta isopach Seam C ......................................................................... 61
Gambar 28. Model 3 dimensi sebaran seam C daerah penelitian ......................... 62
Gambar 29. Model 3 dimensi sebaran seam C daerah penelitian sumur PM-13 .. 62
Gambar 30. Sampel grafik interpretasi seam C sumur PE-18 .............................. 63
Gambar 31. Sampel grafik interpretasi seam C sumur PE-08 ............................. 63
Gambar 32. Hasil pemodelan litologi dan hasil perhitungan total volume litologi
area penelitian .................................................................................. 65
Gambar 33. Model 3 dimensi sebaran litologi penyusun area penelitian. ............ 65
Gambar 34. (a). Hasil pemodelan lapisan, (b). Hasil
perhitungan volume OB,IB, dan seam batubara area penelitian. ..... 67
Gambar 35. Model 3 dimensi sebaran seam batubara dan lapisan penutup......... 68
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batubara merupakan salah satu sumber energi yang selama ini banyak
dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan manusia selain migas.
Batubara terbentuk dengan cara yang kompleks dan memerlukan waktu yang
lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) di bawah pengaruh fisika, kimia
dan keadaan geologi.
Pada dasarnya batubara merupakan bahan bakar fosil dan termasuk
dalam kategori batuan sedimen, yang dapat digunakan sebagai sumber
energy pembangkit listrik bahan bakar dasar dalam industri semen, kokas,
serta peleburan baja. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
maka dilakukan eksplorasi dalam penemuan endapan batubara dan
penyebaran di suatu tempat tertentu, sehingga dapat diketahui daerah yang
prospek. Penyebaran batubara di suatu tempat pasti diikuti dengan
penyebaran deposit dan kualitasnya, meskipun dalam wilayah tersebut
umumnya kualitas dan nilai kalorinya tidak jauh berbeda.
2
Keterdapatan batubara cooking coal area eksplorasi PT Priamanaya
Energi tentunya dipengaruhi oleh berbagai hal, baik oleh pengaruh geologi,
fisika dan kimia. Karena berbagai pengaruh inilah, maka akan ada perbedaan
karakter dari tiap lapisannya, baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif.
Untuk itulah perlu dilakukan suatu langkah untuk mengetahui penyebaran
dan karakter dari lapisan batubara dengan menggunakan data yang
mendukung, sehingga didapatkan suatu gambaran yang jelas yang dapat di
petakan.
Metode geofisika logging untuk batubara tidak hanya untuk
mendapatkan informasi geologi, kedalaman, dan ketebalan, tetapi untuk
memperoleh berbagai data lain, seperti jenis dan kwalitas lapisan batubara.
Dan juga mengompensasi berbagai masalah yang tidak diinginkan apabila
hanya dilakukan pemboran dan terjadinya lose core seperti pengecekan
kedalaman yang sesungguhnya dari lapisan yang penting, terutama lapisan
batubara. Dari permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan analisis
menggunakan data logging geofisika, untuk mengetahui besar nilai log
gamma ray dan log density tiap lapisan guna menentukan penyebaran dan
analisis stripping ratio seam batubara.
B. Tujuan
Tujuan dari kerja praktek ini adalah:
1. Mengetahui sebaran deposit lapisan batubara di daerah penelitian.
2. Mengetahui nilai stripping ratio seam batubara daerah penelitian.
3. Mengetahui cadangan batubara di daerah penelitian.
3
C. Batasan Masalah
Ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini dibatasi oleh data yang
dimiliki berupa data sekunder dengan jumlah 12 sumur eksplorasi pada
lapangan “DK” dengan luas 2 km2. Dimana data log geofisika yang
digunakan meliputi log gamma ray, log density dan log caliper. Selanjutnya
dilakukan pengolahan dengan software rockwork 15, sehingga dapat
dilakukan analisis sebaran dan ketebalan seam batubara serta analisis
stripping ratio pada daerah penelitian.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Diperoleh data cadangan dan geometri batubara di luasan 2 km2
pada
lapangan DK yang dapat di gunakan untuk perencanaan lebih lanjut.
4
BAB II
STUDI PUSTAKA
A. Letak dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT Priamanaya Energi yang terletak di
Keban Agung, Desa Kebur, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat,
Provinsi Sumatera Selatan.Letak koordinatnya berada pada 1030
61’ 18”-
103062’ 67” BT dan 3
075’ 70”-3
075’ 16” LS. IUP pertambangan PT
Priamanaya Energi melingkupi dengan luas 2 km2
dengan bentuk lahan
konsesi seperti di perlihatkan pada Gambar 1.
5
Gambar 1. Peta lokasi dan kesampaian daerah IUP PT Priamanaya Energi (PT. Priamanaya Energi).
6
B. Kondisi Geologi
Keadaan geologi daerah penelitian PT Priamanaya Energi berdasarkan
geologi umum, geologi daerah penelitian, stratigrafi, dan struktur adalah:
1. Geologi umum
Geologi regional daerah kuasa pertambangan eksplorasi KW.15.02.LHT.
2008 dipengaruhi oleh sistem penunjaman lempeng yang terdapat di sebelah
barat Pulau Sumatera, yaitu antar Lempeng Eurasia yang relatif diam dengan
Lempeng India-Australia yang bergerak kearah utara hingga timur laut.
Secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi keadaan batuan,
morfologi, tektonik, dan struktur geologi di daerah kuasa pertambangan
eksplorasi KW.15.02.LHT.2008 yang berada di cekungan Sumatera Selatan,
Gambar 2 peta pola struktur regional cekungan Sumatera Selatan.
7
Gambar 2. Peta pola struktur regional cekungan Sumatera Selatan
(Heidrick dan Aulia, 1993).
Berdasarkan konsep tektonik lempeng, kedudukan cekungan batubara
Tersier di Indonesia bagian barat berkaitan dengan busur kepulauan. Dalam
sistem ini dikenal adanya cekungan busur belakang, cekungan busur depan,
dan cekungan intramontana atau cekungan antar busur. Masing-masing
cekungan tersebut memiliki karakteristik endapan batubara yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Dilain pihak, semua cekungan batubara Tersier di
Indonesia (termasuk cekungan Sumatera Selatan) digolongkan jenis cekungan
paparan karena berhubungan dengan kerak benua pada semua sisinya, kecuali
8
cekungan Kutai dan cekungan Tarakan di Kalimantan Timur yang
digolongkan sebagai kontinental margin.
cekungan Sumatera Selatan telah mengalami tiga kali orogenesa, yakni :
pada zaman Mesozoikum Tengah, Kapur Akhir–Tersier Awal, dan Plio
Plistosen. Setelah orogenesa terakhir dihasilkan kondisi struktur geologi
regional seperti terlihat pada saat ini yaitu:
(1) Zone Sesar Semangko, merupakan hasil tumbukan antara Lempeng
Sumatera Hindia dan Pulau Sumatera, akibat tumbukan ini gerak
rotasi diantara keduanya.
(2) Perlipatan dengan arah utama baratlaut – tenggara, sebagai hasil efek
gaya kopel Sesar Semangko.
(3) Sesar-sesar yang beasosiasi dengan perlipatan dan sesar-sesar Pra
Tersier yang mengalami peremajaan.
Siklus pengendapan di cekungan Sumatera Selatan, disimpulkan
bahwa batuan dan endapan batubara yang termasuk kedalam Formasi
Muara Enim.
2. Geologi daerah penelitian
Secara umum cekungan Sumatera Selatan menghasilkan endapan batubara
dengan penyebaran yang cukup luas, namun memiliki peringkat batubara
yang tidak terlalu tinggi, kecuali disekitar daerah intrusi batuan beku. Yang di
tunjukan pada Gambar 3 peta geologi daerah penelitian berikut:
9
Gambar 3. Geologi daerah penelitian (Gafoer, dkk, yang telah dimodifikasi,1986).
Daerah penyelidikan termasuk kedalam satuan formasi batuan mulai dari yang
paling tua ke formasi muda sebagai berikut:
(1) Satuan endapan alluvium (Qa) yang tersusun atas pasir, lanau dan
lempung.
(2) Satuan gunung api muda (Qhv) berupa breksi gunung api, lava dan
tufa yang bersifat andesit.
(3) Formasi Kasai (QTk) yang tersusun atas tufa, tufa pasiran dan batu
pasir tufaan yang mengandung batu apung.
(4) Formasi Muara Enim (Tmpm) berupa batu lempung, betu lanau dan
batu pasir tufaan dengan sisipan batubara.
(5) Formasi Air Benakat (Tma) berupa perselingan batu lempung dengan
batu lanau dan serpih yang pada umumnya bersifat karbonat.
(6) Formasi Gumai (Tmg) yang tersusun atas batu lempung, serpih yang
dibeberapa tempat berupa gampingan, dengan sisipan batu gamping.
10
Daerah penyelidikan termasuk bagian Antiklinorium Muara Enim dengan
orientasi Sumbu Sinklin berarah barat-timur. Selain struktur sinklin dan
antiklin di daerah ini juga terdapat struktur sesar dan kekar. Struktur geologi
tersebut diketahui berdasarkan pengamatan data lapangan.Struktur sinklin dan
antiklin diketahui oleh adanya kemiringan batuan/batubara yang saling
berlawanan antara satu sama lainnya.
Lapisan batuan batubara yang terdapat di bagian utara daerah
penyelidikan memiliki kemiringan ke arah selatan dengan besar sudut 10–45o,
sedangkan batuan/batubara yang terdapat di bagian selatannya memiliki
kemiringan ke arah utara dengan besar sudut 8–20o. lapisan batuan/batubara
yang terdapat di bagian paling selatan daerah penyelidikan memiliki
kemiringan ke arah utara dengan besar sudut 4-25o. sehingga kenyataan ini
diperoleh 2 struktur sinklin dan 1 struktur antiklin. Struktur antiklin yang
terdapat dibagian tengah daerah penyelidikan menunjam di bagian barat
dengan besar sudut 10–18o, sedangkan struktur sinklin yang terdapat di
bagian utara menunjam di bagian timur dengan besar sudut 9-16o.Struktur
kekar terdapat pada semua jenis batuan yang termasuk kedalam Formasi
Muara Enim, yakni batupasir, batulempung, batulanau, dan batubara.
3. Stratigrafi
Stratigrafi daerah pertambangan PT Priamanaya Energi (diurutkan dari tua
ke muda) sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 1.
11
Tabel 1.Kolom stratigrafi cekungan Sumatra Selatan (Koesoemadinata,1980).
BAWAH
ATAS
TENGAH
Pasir, lanau Lempung,
Aluvial
Kwarter
Kerikil, Pasir tuffan, lempung ,
Konkresi vulkanik, tuf batuapung
Lempung, Lempung pasiran,
pasir dan lapisan tebal
batubara
Lempung pasiran dan napalan,
banyak pasir dengan glaukonit,
kadang gampingan
Napal,Lempung, serpih,
serpih lanauan,kadang-
kadang gamping dan pasir
tipis, Globigerina biasa
terdapat
Napal, gamping terumbu dan
gamping lempungan
Pasir, pasir gampingan, lempung, lempung pasiransedikit batubara,
pasir kasar pada dasar penampang
dibanyak tempat
Tuff ungu, hujau,
merah, coklat, lempung
tuffan, breksi dan
konglongmerat
Batuan beku aneka warna dan
batuan sedimen yang
bermetamorfosir tingkat rendah
LAF
Talang
akar
Batu
Raja
Gumai
Air
Benakat
Muara
Enim
KASAI
Mesozoikum
Paleozoikum
PALEOSEN
O
L I
G
O S
E
N Bawah
Tengah
Atas
M
I
O
S
E
N
T
E
L
I
S
A
Pre-
tersier
P
A
L
E
M
B
A
N
G
PLIOSEN
Plistosen
UMUR
K
E
L
O
M
P
O
K
LITOLOGI FORMASI
12
4. Struktur geologi
Endapan batubara PT Priamanaya Energi ditemukan pada formasi Muara
Enim. Formasi Muara Enim terdiri dari batu pasir, batu lanau, batu lempung
dan batubara. Pada umumnya batu pasir dan batu lanau lebih dominan. Litologi
pada masing-masing batuan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Batubara berwarna hitam mengkilap, retak-retak, agak rapuh dan
dibeberapa tempat dijumpai silicified coal.
b. Batu lempung berwarna abu-abu gelap dan menyerpih.
c. Batu lanau berwarna abu-abu terang hingga abu-abu gelap.
d. Batupasir berwarna putih kecoklatan.
Dari hasil pengeboran, diketahui batuan penyusun daerah penambangan
sebagai berikut:
a. Batubara
Hitam, keras, britle, mengkilap, gores hitam, pecahan sub-concoidal-
concoidal, terdapat pyrite pengisi cleat, cleat jarang. Batubara
ditemukan pada kedalaman yang bervariasi.
b. Batu lempung
Abu-abu gelap sampai abu-abu kecoklatan, rendah, terdapat sisa
tumbuhan.
c. Batu lanau
Abu-abu terang hingga abu-abu gelap.
d. Batu pasir
Abu-abu keputihan, masif, berbutir halus, keras, sedikit terdapat
mineral kuarsa.
13
BAB III
TEORI DASAR
A. Well Logging
Logging geofisika berkembang dalam eksplorasi minyak bumi untuk
analisa kondisi geologi dan reservoar minyak. Sedangkan pada logging
geofisika untuk eksplorasi batubara dirancang tidak hanya untuk
mendapatkan informasi geologi, tetapi untuk memperoleh berbagai data lain,
seperti kedalaman, ketebalan dan kualitas lapisan batubara dan sifat
geomekanik batuan yang menyertai penambahan batubara. Dan juga
mengompensasi berbagai masalah yang tidak terhindar apabila hanya
dilakukan pengeboran seperti pengecekan kedalaman sesungguhnya dari
lapisan batubara.
Pada eksplorasi batubara, kombinasi logging densitas dan sinar gamma
adalah yang paling efektif untuk menentukan sifat geologi sekitar lapisan
batubara. Setiap jenis logging mempunyai keistimewaan masing-masing, oleh
karena itu dilakukan kombinasi logging untuk analisa menyeluruh.
Well logging merupakan metode pengukuran besaran-besaran atau
parameter fisika dan kimia batuan terhadap kedalaman lubang bor. Logging
geofisika bertujuan untuk memperoleh data kedalaman, ketebalan, dan
14
kualitas lapisan batubara yang dikombinasikan dengan data pengeboran.
Log geofisika yang utama digunakan dalam eksplorasi batubara adalah
gamma ray log, density log, dan caliper log. Kombinasi ini biasa disebut
dengan formation density biasa disebut dengan formation density (Afriani
dkk, 2015).
1. Log gamma ray
Log gamma ray adalah metoda untuk mengukur radiasi sinar gamma yang
dihasilkan oleh unsur-unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan di
sepanjang lubang bor. Unsur radioaktif yang terdapat dalam lapisan batuan
tersebut diantaranya uranium, thorium, potassium, radium, dan lain-lain
Unsur radioaktif umumnya banyak terdapat dalam shale dan clay, namun
sedikit sekali terdapat dalam claysandstone, limestone, dolomite, coal, gypsum
dan lain-lain. Oleh karena itu shale dan clay akan memberikan respon gamma
ray yang sangat signifikan dibandingkan dengan batuan lain seperti batubara.
Pengukuran log gamma ray dilakukan dengan menurunkan instrumen gamma
ray log kedalam lubang bor dan merekam radiasi sinar gamma untuk setiap
interval tertentu (Harsono, 1993).
Dikarenakan sinar gamma dapat menembus logam dan semen, maka
logging gamma ray dapat dilakukan pada lubang bor yang telah dipasang
casing ataupun telah dilakukan cementing. Walaupun terjadi atenuasi sinar
gamma karena semen dan casing, akan tetapi energinya masih cukup kuat
15
untuk mengukur sifat radiasi gamma pada formasi batuan di sampingnya. Di
tunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Respon sinar gamma terhadap berbagai lithologi (Abdullah,
2009).
Log gamma ray diskala dalam satuan API (GAPI). Satu GAPI = 1/200 dari
tanggapan yang didapat dari kalibrasi standar suatu formasi tiruan yang berisi
uranium, thorium dan potasium dengan kualitas yang diketahui dengan tepat
dan diawasi oleh American Petroleum Institute (API) di Houston, Texas.
Penggambaran garis batu pasir berada dibawah garis batu pasir biasanya
menunjukkan batubara atau batu gamping. Untuk defleksi diantara garis shale
dan batu pasir menunjukkan gradasi antara batu pasir dan shale, seperti batu
lanau, batu gamping argilaceous dan kadang batubara kotor umumnya
dijumpai pada lapisan pembawa batubara dengan metode log gamma ray (BPB
manual, 1981).
16
Kurva defleksi gamma ray pada lapisan batubara mudah di kenali karena
nilai kandungan radioaktif yang sangat rendah dibandingkan dengan batuan
sedimen lainnya. Hal itu disebabkan karena batubara umumnya tidak
mengandung uranium maupun potassium. Namun jika terdapat mineral clay di
dalam lapisan batubara sebagai parting (batuan pengotor), maka kandungan
radioaktifnya akan menunjukkan kenaikan harga di dalam respon log gamma
ray.
Log gamma ray digunakan secara luas untuk korelasi pada sumur - sumur
berselubung. Korelasi pada sumur-sumur sering dilakukan dengan
menggunakan log gamma ray, dimana sejumlah tanda-tanda perubahan litologi
hanya terlihat pada log gamma ray (Dewanto, 2006).
Log gamma ray mempunyai kegunan sebagai berikut:
a. Menentukan lapisan permeable
b. Mengidentifikasi litologi, korelasi antar formasi
c. Menentukan volume serpih
d. Menentukan lapisan shale dan non shale
e. Mendeteksi adanya mineral radioaktif
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai log gamma ray adalah
sebagai berikut:
a. Diameter lubang bor, dimana diameter akan mempengaruhi jumlah
lumpur yang ada di dalam lubang bor, sehingga akan melemahkan
respon sinar gamma
b. Lumpur yang ada di dalam lubang bor, apabila lumpur yang digunakan
lebih dari 10 lb/gall maka perlu dilakukan korelasi.
17
c. Casing, akan menurunkan intensitas radioaktif sekitar 30%
d. Semen, dimana semen dibuat dari limestone dan shale, sehingga sinar
gamma akan terserap oleh semen.
2. Log caliper
Pada logging out casing, log ini mengukur diameter lubang sumur yang
bervariasi yang diakibatkan adanya variasi lapisan.Pada lapisan shale
permeabilitasnya mendekati nol sehingga takterjadi kerak lumpur dan sering
terjadi keruntuhan sehinggga diameternya menjadi lebih besar. Pada lapisan
permeabel terjadi kerak lumpur sehingga diameter lubang sumur menjadi
lebih kecil, sedangkan pada lapisan kompak tak terjadi kerak lumpur dan
terjadi pula keruntuhan sehinggadiameternya sama dengan diameter semula.
Jadi log ini juga berguna untuk menentukan adanya lapisan permeabel.
gambaran lubang bor oleh log caliper dapat dilihat pada Gambar 5.
18
HOLE DIAMETERScale iachas
bit sizecaliper
caved hole
on gauge
mud cake thicknesscaliper
‘bad hole’ oftight spot
bitsize
mud cake
sloughing
SHALE
HARD LIMESTONEBED
PERMEABLESANDSTONE
IMPERMEABLESANDSTONE
SHALE
Gambar 5. Log calliper pada diameter borehole (Martono, 2004).
3. Log density
Log density adalah suatu kurva yang memanfaatkan sumber sinar
radioaktif untuk mengetahui densitas batuan. Cara ini memberikan data berat
jenis dan porositas batuan sepanjang lubang bor. Nilai berat jenis dan porositas
batubara sangat berbeda dengan berat jenis dan porositas batuan penutup
lainnya. Maka Log density yang dihasilkan dengan jelas menunjukkan
perbedaan.
Prinsip kerja Log density yaitu suatu sumber radioaktif dari alat pengukur
dipancarkan sinar gamma, dengan intensitas energi tertentu menembus
formasi/batuan. Batuan terbentuk dari butiran mineral, sedangkan mineral
tersusun dari atom-atom yang terdiri dari proton dan elektron. Partikel sinar
19
gamma akan membentur elektron-elektron dalam batuan yang dilaluinya. Dari
benturan ini sinar gamma akan mengalami pengurangan energi. Energi yang
kembali sesudah mengalami benturan akan diterima oleh detektor yang
berjarak tertentu dengan sumbernya, seperti Gambar 6.
Gambar 6. Prinsip pengukuran density log (Martono, 2004).
Dalam operasinya logging rapat massa dilakukan dengan mengukur sinar
gamma yang ditembakkan dari sumber melewati dan dipantulkan formasi
batuan kemudian direkam kembali oleh dua detector yang ditempatkan dalam
satu probe dengan jarak satu sama lain diatur sedemikan rupa. Kedua
detector short dan long space di amankan dari pengaruh sinar gamma yang
datang langsung dari sumber radiasi. Jadi yang terekam oleh kedua detector
hanya sinar yang telah melewati formasi saja, seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 5 (Berau, 2009).
20
Dimana semakin lemah energi yang kembali menunjukkan semakin
banyak elektron-elektron dalam batuan yang dilalui sinar gamma tersebut,
yang berarti semakin banyak/padat butiran/mineral penyusun batuan persatuan
volume. Besar kecilnya energi yang diterima oleh detektor tergantung dari
faktor-faktor berikut:
a. Besarnya densitas matrik batuan
b. Besarnya porositas batuan
c. Besarnya densitas kandungan yang ada dalam pori-pori batuan
Log density menunjukkan besarnya densitas lapisan yang ditembus oleh
lubang bor sehingga berhubungan dengan porositas batuan. Besar kecilnya
density juga dipengaruhi oleh kekompakan batuan dengan derajat kekompakan
yang variatif, dimana semakin kompak batuan maka porositas batuan tersebut
akan semakin kecil. Pada batuan yang sangat kompak, harga porositasnya
mendekati harga nol sehingga densitasnya mendekati densitas matrik (Naim,
2010).
Logging density dilakukan untuk mengukur densitas batuan disepanjang
lubang bor. Densitas yang diukur adalah densitas keseluruhan dari matriks
batuan dan fluida yang terdapat pada pori. Prinsip kerja alatnya adalah dengan
emisi sumber radioaktif. Semakin padat batuan semakin sulit sinar radioaktif
tersebut teremisi dan semakin sedikit emisi radioaktif yang terhitung oleh
penerima (counter) (Abdullah, 2009).
21
Pada penelitian yang dilakukan, satuan dari nilai Log densiy adalah counts
persecond (CPS). Sehingga untuk mengetahui nilai densitas yang sebenarnya
dari batuan, maka perlu dilakukan kalibrasi satuan dari CPS ke gr/cc. Dimana
pada satuan CPS bernilai tinggi, maka pada satuan gr/cc akan bernilai rendah.
Lapisan batu bara mempunyai nilai densitas yang paling rendah diantara
semua jenis batuan, yaitu antara 1,2 – 1,8 gr/cc. Sehingga log densitas dapat di
gunakan untuk mengetahui lapisan batubara.
Log densitas terdiri dari 2 macam yaitu log spacing density (LSD) dan
short spacing density (SSD) atau bed resolution densitty (BRD). Log spacing
density digunakan untuk evaluasi lapisan batubara karena menunjukkan
densitas yang mendekati sebenarnya berkat pengaruh yang kecil dari dinding
lubang bor. Sedangkan short spacing density mempunyai vertikal yang tinggi,
maka cocok untuk pengukuran ketebalan lapisan batubara.
a. Log long spaced density
Digunakan untuk elevasi lapisan bawah permukaan karena menunjukkan
nilai densitas mendekati sebenarnya, karena pengaruh yang kecil dari dinding
lubang bor. Dalam penentuan tebal menggunakan log long spaced density,
tebal diukur 1/3 dari defleksi maksimum.
b. Log short spaced density
Log ini mempunyai resolusi vertikal yang cukup tinggi dari pada log long
spaced density, sehingga log ini sangat cocok untuk pengukuran ketebalan
lapisan-lapisan di bawah permukaan. Dalam penentuan tebal menggunakan log
short spaced density tebal diukur ½ dari defleksi maksimum.
22
B. Aplikasi Well Logging Untuk Batubara
Batubara merupakan bahan galian strategis yang menjadi salah satu
sumberdaya energi nasional bernilai ekonomis penting. Informasi mengenai
sumberdaya serta besar cadangan menjadi tujuan yang mendasar dalam
merencanakan kebijaksanaan di bidang energi nasional. Penggunaaan metoda
geofisika penampang lubang bor ( well logging ) dalam eksplorasi batubara
sudah umum dilakukan, umumnya dilakukan untuk mengetahui ketebalan
lapisan batubara serta membantu menggambarkan urutan litologi batuan pada
setiap lubang bor. Pengukuran logging merupakan rangkaian pekerjaan dalam
rangka pengkajian batubara bersistim.
Dalam penyelidikan geofisika menggunakan metoda lubang bor (well
logging) yang terdiri dari logging sinar gamma (gamma ray), resistivity, self
potensial dan calliper. Pada hasil aplikasi pengukuran untuk batubara pada
pangukuran penampang lubang bor dengan metoda sinar gamma (gamma
ray) memerlihatkan kontras yang jelas untuk lapisan serta ketebalan batubara
di daerah penelitian dan hasil pengukuran sangat membantu menentukan
panampang letak litologi lubang bor, terutama apabila terjadi “lose core”,
kontras yang paling jelas untuk mendeteksi lapisan batubara terlihat pada
hasil pengukuranlogging gamma ray maka parameter ini harus diprioritaskan
terlebih dahulu dalam pengukuran logging dilapangan (Djunaedi, 2013).
23
C. Batubara
Batubara adalah batuan sedimen organik yang dapat terbakar, berasal
dari akumulasi pengendapan bahan tumbuhan dalam konsdisi tertutup dari
udara (bebas oksigen) dan terkena pengaruh panas serta tekanan yang
berlangsung lama sekali, berwarna coklat sampai hitam, yang sejak
pengendapannya terkena proses fisika dan kimia, yang mana mengakibatkan
pengayaan kandungan karbonnya. Secara garis besar batubara terdiri dari zat
organik, air dan bahan mineral. Batubara dapat diklasifikasikan menurut
tingkatan, yaitu lignit, sub bituminous, bituminous dan antrasit.
Ada enam parameter yang mengendalikan pembentukan endapan
batubara, yaitu adanya sumber vegetasi, posisi muka air tanah, penurunan
yang terjadi bersamaan dengan pengendapan, penurunan yang terjadi setelah
pengendapan, kendali lingkungan geotektonik endapan batubara dan
lingkungan pengendapan terbentuknya batubara. Model geologi untuk
pengendapan batubara menerangkan hubungan antara genesa batubara dan
batuan sekitarnya baik secara vertikal maupun lateral pada suatu cekungan
pengendapan dalam kurun waktu tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian, mengenai siklus pengendapan di cekungan
Sumatera Selatan, disimpulkan bahwa batuan dan endapan batubara yang
termasuk kedalam formasi Muara Enim memiliki siklus pengendapan regresi.
Secara umum cekungan Sumatra Selatan menghasilkan endapan batubara
dengan penyebaran yang cukup luas, namun memiliki peringkat batubara
yang tidak terlalu tinggi, kecuali sekitar intrusi batuan beku, seperti yang
terdapat di lapangan batubara Air Laya, Suban dan Bukit Kendi.
24
1. Faktor pembentukan batubara
Cara terbentuknya batubara merupakan proses yang kompleks, dalam
arti harus dipelajari dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Terdapat
serangkaian faktor yang diperlukan dalam pembentukan batubara yaitu:
a. Posisi geotektonik
Posisi geotektonik adalah suatu tempat yang keberadaannya
dipengaruhi oleh gaya - gaya tektonik lempeng. Dalam pembentukan
cekungan batubara, posisi geotektonik merupakan faktor yang dominan.
Posisi ini akan mempengaruhi iklim lokal dan morfologi cekungan
pengendapan batubara maupun kecepatan penurunannya. Pada fase
terakhir, posisi geotektonik mempengaruhi proses metamorfosa organik dan
struktur dari lapangan batubara melalui masa sejarah setelah pengendapan
akhir.
b. Topografi (morfologi)
Morfologi dari cekungan pada saat pemebentukan gambut sangat
penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut
terbentuk. Topografi mungkin mempunyai efek terbatas terhadap iklim dan
keadaan bergantung pada posisi geotektonik.
c. Iklim
Kelembaban memegang peranan penting dalam pembentukan
batubara dan merupakan faktor pengontrol pertumbuhan flora dalam
kondisi yang sesuai. Iklim tergantung pada posisi geografi dan lebih luas lagi
25
dipengaruhi oleh posisi geotektonik. Temperatur yang lembab pada iklim
tropis dan subtropis pada umumnya sesuai untuk pertumbuhan flora
dibanding wilayah yang lebih dingin. Hasil pengkajian menyatakan bahwa
hutan rawa tropis mempunyai siklus pertumbuhan setiap 7-9 tahun
ketinggian pohon sekitar 30 m. Sedangkan pada iklim yang lebih dingin
ketinggian pohon hanya mencapai 5-6 m dalam selang waktu yang sama.
d. Kecepatan penurunan cekungan
Kecepatan penurunan cekungan batubara dipengaruhi oleh gaya-gaya
tektonik. Jika penurunan cekungan dan pengendapan gambut seimbang akan
dihasilkan endapan batubara tebal. Pergantian transgresi dan regresi
mempengaruhi pertumbuhan flora dan pengendapan. Hal tersebut
menyebabkan adanya infiltrasi material dan mineral yang mempengaruhi
mutu batubara yang terbentuk. Proses geologi menentukan berkembangnya
evolusi kehidupan berbagai macam tumbuhan. Dalam masa perkembangan
geologi secara tidak langsung membahas sejarah perkembangan batubara
dan metamorfosa organik. Makin tua umur batuan makin dalam
penimbunan yang terjadi, sehingga terbentuk batubara yang bermutu
tinggi. Tetapi pada batubara yang memepunyai umur geologi lebih tua
selalu ada resiko mengalami deformasi tektonik yang membentuk struktur
perlipatan atau patahan pada lapisan batubara. Di samping itu faktor erosi
akan merusak semua bagian dari endapan batubara.
e. Tumbuhan
Flora merupakan unsur utama pembentukan batubara.
Pertumbuhan dari flora terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona
26
fisiografi dengan iklim dan topografi tertentu. Flora merupakan faktor
penentu terbentuknya berbagai tipe batubara. Evolusi dari kehidupan
menciptakan kondisi yang berbeda selama masa sejarah geologi. Mulai
dari paleozoic hingga Devon, flora belum tumbuh dengan baik. Setelah
Devon pertama kali terbentuk lapisan batubara di daerah laguna yang
dangkal. Periode ini merupakan titik awal dari pertumbuhan flora secara
besar-besaran dalam waktu singkat pada setiap kontinen. Hutan tumbuh
dengan subur selama masa Karbon. Pada masa Tersier merupakan
perkembangan yang sangat luas dari berbagai jenis tanaman.
f. Dekomposisi flora
Dekomposisi flora yang merupakan bagian dari transformasi
biokimia dari material organik merupakan titik awal untuk seluruh alterasi.
Dalam pertumbuhan gambut, sisi tumbuhan akan mengalami
perubahan, baik secara fisik maupun kimiawi. Setelah tumbuhan mati
proses degradasi biokimia lebih berperan. Proses pembusukan (decay) akan
terjadi oleh kerja mikrobiologi (bakteri anaerob). Bakteri ini bekerja dalam
suasana tanpa oksigen menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan
secara cellulosa, protoplasma dan pati. Dari proses di atas terjadi
perubahan dari kayu menjadi lignit dan batubara berbitumen. Dalam
suasana kekurangan oksigen terjadi proses biokimia yang berakibat
keluarnya air (H2O) dan sebagian unsur karbon akan hilang dalam bentuk
karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO) dan metan (CH4). Akibat
pelepasan unsur atau senyawa tersebut jumlah relatif unsur karbon akan
bertambah. Kecepatan pembentukan gambut bergantung pada kecepatan
27
perkembangan tumbuhan dan proses pembusukan. Bila tumbuhan tertutup
oleh air dengan cepat, maka akan terhindar oleh proses pembusukan, tetapi
disintegrasi dan penguraian oleh mikroorganisme. Bila tumbuhan yang telah
mati terlalu lama berada di udara terbuka, maka kecepatan pembentukan
gambut akan berkurang, sehingga hanya bagian keras saja tertinggal yang
menyulitkan penguraian oleh mikroorganisme.
g. Sejarah sesudah pengendapan
Sejarah cekungan batubara secara luas bergantung pada posisi
geotektonik yang mempengaruhi perkembangan batubara dan cekungan
batubara. Secara singkat terjadi proses geokimia dan metamorfosa organik
setelah pengendapan gambut. Di samping itu sejarah geologi endapan
batubara, berupa perlipatan, pensesaran, intrusi magnetik dan sebagainya.
h. Struktur cekungan batubara
Terbentuknya batubara pada cekungan batubara pada umumnya
mengalami deformasi oleh gaya tektonik, yang akan menghasilkan lapisan
batubara dengan bentuk-bentuk tertentu. Di samping itu adanya erosi yang
intensif menyebabkan bentuk lapisan batubara tidak menerus.
i. Metamorfosa organik
Tingkat pembentukan adalah penimbunan atau penguburan oleh
sedimen baru. Pada tingkat ini proses degradasi biokimia tidak
berperan lagi tetapi lebih didominasi oleh proses dinamokimia. Proses ini
menyebabkan terjadinya perubahan gambut menjadi batubara dalam
berbagai mutu. Selama proses ini terjadi pengurangan air lembab
28
oksigen dan zat terbang (seperti CO2, CO), CH4 dan gas lainnya) serta
bertambahnya prosentase karbon padat, belerang dan kandungan abu.
Perubahan batubara diakibatkan oleh faktor tekanan dan waktu. Tekanan
dapat disebabkan oleh lapisan sedimen penutup yang sangat tebal atau
karena tektonik. Hal ini menyebabkan bertambahnya tekanan dan
percepatan proses metamorfosa organik. Proses metamorfosa organik akan
dapat mengubah gambut menjadi batubara sesuai dengan perubahan sifat
kimia, fisika dan optiknya.
D. Teori Terjadinya Batubara
Ada dua teori yang menjelaskan terjadinya batubara menurut
tempatnyayaitu teori in-situ dan teori drift.
1. Teori In-situ
Teori ini menerangkan bahwa batubara terbentuk dari tumbuhan atau
pohon yang berasal dari hutan dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara
yang terbentuk sesuai dengan teori in-situ biasanya terjadi di hutan basah dan
berawa, sehingga pohon-pohon di hutan tersebut pada saat mati dan roboh,
langsung tenggelam ke dalam rawa tersebut, dan sisa tumbuhan tersebut tidak
mengalami pembusukan secara sempurna, dan akhirnya menjadi fosil
tumbuhan yang membentuk sedimen organik. Batu bara hasil dari proses
tersebut banyak terdapat di lapangan batubara Muara Enim, Sumatra Selatan,
berikut ilustrasi proses pembentukan batubara dengan teori in-situ pada
Gambar 7.
29
Gambar 7. Teori in-situ
2. Teori Drift
Sedangkan pada teori drift batubara terbentuk dari tumbuhan atau
pohon yang berasal dari hutan yang bukan di tempat dimana batubara tersebut
terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori drift biasanya terjadi
di delta-delta, mempunyai ciri-ciri lapisan batubara tipis, tidak menerus
(splitting), banyak lapisannya (multiple seam), banyak pengotor (kandungan
abu cenderung tinggi). Untuk batubara jenis ini banyak terdapat di lapangan
batubara delta Mahakam purba, Kalimantan Timur.
Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap, yaitu tahap
biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan). Yang terlihat
pada ilustrasi Gambar 8.
30
Gambar 8. Proses pembentukan batubara
Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa
tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam kondisi bebas oksigen
(anaerobik) di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu
tergenang air pada kedalaman 0,5-10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini
melepaskan unsur H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3
untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah
menjadi gambut.
Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses
biologi, kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari
sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap
komponen organik dari gambut. Pada tahap ini prosentase karbon akan
meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan oksigen akan berkurang. Proses
ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat kematangan material
organiknya mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit,
hingga meta antrasit, proses pembentukan batubara itu sendiri dimulai sejak
31
zaman batubara pertama (carboniferous period / periode pembentukan karbon
atau batubara), yang beralangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang
lalu (Sulistiawati,1992).
Ada tiga faktor yang mempengaruhi proses pembetukan batubara
yaitu: umur, suhu dan tekanan.Mutu endapan batubara juga ditentukan oleh
suhu, tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai 'maturitas
organik. Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut/peat
(C60H6O34) yang selanjutnya berubah menjadi batubara muda (lignite) atau
disebut pula batubara coklat (brown coal). Batubara muda adalah batubara
dengan jenis maturitas organik rendah.
Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus
selama jutaan tahun, maka batubara muda akan mengalami perubahan yang
secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda
menjadi batubara sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan
fisika terus berlangsung hingga batubara menjadi lebih keras dan warnanya
lebih hitam, sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit
(anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang
semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya
menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk
batubara. Berikut Gambar 9 memperlihatkan tahapan pembatubaraan :
32
Gambar 9.Tahapan pembatubaraan
Di samping itu semakin tinggi peringkat batubara, maka kadar karbon
akan meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Karena
tingkat pembatubaraan secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu
batubara, maka batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah disebut pula
batubara bermutu rendah seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih
lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah, memiliki
tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah,
sehingga kandungan energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara,
umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin
hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan
kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin
besar.
33
E. Jenis Batubara Dan Sifatnya
1. Sifat batubara jenis antrasit :
- Warna hitam sangat mengkilat,kompak
- Nilai kalor sangat tinggi, kandungan karbon sangat tinggi
- Kandungan air sangat tinggi
- Kandungan abu sangat sedikit.
2. Sifat batubara jenis bitumine/subbitumine
- Warna hitam mengkilat, kurang kompak
- Nilai kalor tinggi, kandungan karbon relatif tinggi
- Kandungan air sedikit
- Kandungan abu sedikit
- Kandungan sulfur sedikit.
3. Sifat batubara jenis lignit (Sukandarrumidi,1995).
- Warna hitam sangat rapuh
- Nilai kalor rendah, kandungan karbon sedikit
- Kandungan air tinggi
- Kandungan abu banyak
- Kandungan sulfur banyak.
F. Analisis Nisbah Kupas Atau Stripping Ratio (SR)
Dalam menganalisis nilai potensial seam batubara di suatu area penelitian
dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Faktor volume
34
Faktor volume merupakan tahap awal dalam penentuan stripping ratio
penampang litologi pemboran menunjukkan formasi litologi yang ditembus
dan ketebalan masing-masing formasi litologi. Dari informasi tersebut,
dilakukan identifikasi ketebalan tanah penutup batubara. Untuk batubara
dengan sistem perlapisan multiseam, dilakukan penjumlahan total ketebalan
untuk seluruh seam. prosedur ini berlaku untuk seluruh lubang bor. Perbedaan
ketebalan dari tanah penutup dan batubara berpengaruh terhadap elevasi batas
atas dan batas bawah keduanya. Dalam kasus ini batasan antara batubara dan
batubara diasumsikan jelas.
b. Faktor tonase
Faktor tonase pada industri pertambangan, penjualan bahan galian dan
kapasitas produksi dilakukan selain atas dasar volume juga dilakukan atas
dasar baerat dari bahan galian tersebut. Konversi dari volume ke berat harus
dilakukan dalam kaitannya dengan kegiatan pemuatan, pengangkutan maupun
untuk kegiatan pengolahan. Dalam perhitungan cadangan, tanah penutup
yang akan dikupas maupun batubara yang akan ditimbang dihitung dalam
satuan berat (tonase). Konversi satuan volume ke satuan berat dilakukan
dengan batuan suatu faktor tonase. Faktor tonase yang dimaksud adalah
densitas.
Besar nilai densitas untuk setiap material berbeda-beda. Umumnya
satuan yang digunakan untuk densitas antara lain gram/cm³, pound/feet³ dan
ton/meter³. Nilai densitas untuk tanah penutup (humus dan lempung) sekitar
sebesar 1,365 ton/m³ dan densitas batubara sebesar 1,3 ton/m³. Berat (tonase)
35
tanah penutup yang akan dikupas maupun batubara yang akan ditimbang
diperoleh dengan mengalikan volume keduanya dengan densitas masing-
masing. Perhitungan tonase dinyatakan pada persamaan berikut:
Tonase = Volume Densitas
Nisbah pengupasan salah satu cara menguraikan geometri dari operasi
penambangan berddasarkan nisbah pengupasan. Nisbah pengupasan
(Stripping Ratio) menunjukkan perbandingan antara volume tanah penutup
dengan volume batubara dan tonase tanah penutup dengan tonase batubara
pada areal yang akan di timbang.
Rumusan umum yang sering digunakan untuk menyatakan perbandingan
ini dapat dilihat pada persamaan berikut:
Stripping Ratio = tanah penutup (ton) / Batubara (ton) perbandingan antara
tanah penutup dengan batubara juga dapat dinyatakan melalui perbandingan
volume dengan rumusan seperti berikut ini:
Stripping Ratio = Tanah Penutup (m³)/Batubara(m³).
Gambar 10 memperlihatkan lapisan batubara diantara lapisan – lapisan
berwarna abu – abu yang biasa disebut Overburden Seam.
36
Gambar 10. Ilustrasi lapisan batubara dan lapisan pentup
Dalam dunia tambang perbandingan tebal lapisan ini disebut sebagai
Stripping Ratio. Secara mudah bisa dikatakan SR akan menentukan berapa
banyak Overburden yang harus dikupas untuk mendapatkan batubara.
Ilustrasinya SR = 15, Overburden (OB) yang harus dikupas adalah 15 ton
atau 15 m³ batubara. Makin besar SR maka akan seemakin besar biaya yang
dikeluarkan untuk mengeluarkan 1 ton atau m³ batuabra karena harus
membuang lebih banyak Overburden (Azis, 2011).
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT Priamanaya Energi pada bulan Maret-April
2016 dengan judul penelitian “ Identifikasi Penyebaran dan Analisis Stripping
Ratio Seam Batubara dengan menggunakan data Geofisika Logging pada
Lapangan “DK” Lahat, Sumatera Selatan”. Berikut adalah tabel kegiatan
penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kegiatan Penelitian
No. Kegiatan
Bulan ke-1 Bulan ke-2
Minggu ke- Minggu ke-
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Studi Literatur
2. Pengumpulan
Data
3. Interpretasi Data
4. Pengolahan Data
5. Penyusunan
Laporan
38
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dua belas data log sumur
2. Peta sebaran drill hole,
3. Peta geologi daerah penelitian
4. Data topografi daerah penelitian
5. Software WellCad
6. Software Rockworks 15
7. Software Global Mapper
8. Software Surfer
9. Software ArcGis
10. Microsoft office
11. Personal computer (PC)
12. literatur pustaka
13. Alat tulis dan alat pendukung lainnya.
C. Metode Penelitian
1. Interpretasi data log
Data log sumur yang dimiliki berupa data .LAS file, yang selanjutnya
dilakukan interpretasi dan diolah dengan menggunakan Software WellCad
untuk dapat mendapatkan tampilan grafik log sumur yang terdiri dari log
gamma ray, log calliper dan log density. Grafik log diinterpretasi litologi
bantuannya berdasarkan besar kecilnya nilai log gamma ray, log calliper dan
log density.
39
2. Korelasi penampang 2D
Setelah Mengetahui litologi pada masing-masing drill hole, langkah
selanjutnya adalah melakukan korelasi penampang untuk melihat kondisi
bawah permukaan dan melihat penyebaran lapisan batubara.
3. Pemodelan 3D
Setelah mengetahui sebararan kedalaman dan juga ketebalan lapisan, maka
dilakukan pemodelan secara 3D untuk menghitung volume batubara dan juga
volume litologi lainnya. Untuk pemodelan digunakan bantuan software
rockworks 15 dengan mengimport data sebaran drill hole, elevasi dan litologi
masing-masing drill hole yang sudah diinterpretasi sebelumnya dengan
software wellcad.
4. Diagram alir penelitian
Diagram alir dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 11.
40
Gambar 11.Diagram alir penelitian.
Mulai
Studi Literatur
Pengambilan data
Data log Data koordinat
Selesai
Processing WellCAD Processing Surfer
Peta sebaran
drillhole dan peta
isopach
Grafik log
Interpretasi
Litologi
Processing Rockwork 15
Model 3D (V burden dan V coal)
Perhitungan SR
Analisis
Kesimpulan
71
VI. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian mengenai eksplorasi tambang batubara yang telah dilakukan maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penyebaran batubara diarea penelitian menunjukkan lapisan yang memiliki
kemiringan 17 – 21o dengan strike utara ke selatan.
2. Lapisan batubara tidak selalu memiliki nilai density tertinggi dan respon well
logging pada batubara tidak selalu di level terendah sering di temukan dengan
nilai gamma ray yang sedang dan nilai gamma ray yang sedang tetapi density
yang sangat tinggi.
3. Penyebaran seam batubara terbanyak adalah seam B,dan seam A,lapisan
batubara yang paling tebal adalah seam B dengan ketebalan rata-rata 17,2 m
dan seam A 11,6 m sedangkan pada seam C dengan lapisan yang paling tipis
mempunyai ketebalan rata-rata 6,8 m, sehingga dengan luasan 354,981 m2
dianggap masih layak di eksplorasi
4. Cadangan volume batubara terhitung adalah sebesar ±11,659,400 m3 dari
total volume litologi keseluruhan ±42,741,600 m3..
5. seam yang paling tinggi nilai potensialnya adalah seam B yaitu dengan
cadangan sebesar ± 6,400,900 m3 dan seam yang paling rendah nilai
potensialnya adalah seam C yaitu dengan SR sebesar ± 1,396,800 m3 namun
72
apabila diakumulasikan nilai striping ratio (SR) menunjukkan nilai
potensialitas yang berada pada kategori ekonomis yaitu 1 : 2,5
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A. Gamma Ray Log. Ensiklopedi Seismik Online. January 31, 2009.
August 11, 2010.
http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2009/01/gamma-ray-
log.html.
Afriani, Y. 2015. Penentuan Kualitas Batubara Berdasarkan Log Gamma Ray,
Log Densitas dan Analisis Parameter Kimia. Sulawesi.
Aziz, A. 2011. About SR, Density, Tonase. August 10, 2011. November 26,
2011.http://www.scribd.com/doc/67977189/About-SR-Density-Tonase
Berau, R. Density Log (Log Rapat Massa). January 15, 2009. April 25, 2015.
http://rahmanberau.wordpress.com/2009/01/15/density-log-(log-rapat-
massa).html.
BPB manual, 1981, British Petoleum Book, British company, United Kingdom
Dewanto, O. 2006. Buku Ajar Well Logging Vol-1. Jurusan Fisika FMIPA
UNILA. Bandar Lampung.
Djunaedi E, Somantri M, Imanuel dan Idral A. 2013. Penyelidikan Geofisika
Batubara dengan metoda Well Logging Didaerah Musi Banyuasin, Muara
Enim Provinsi Sumatera Selatan. Bandung.
Gafoer, S., Cobrie, T., dan Purnomo, J. 1986. Geologi Lembar Lahat, Sumatera.
Puslitbang Geologi: Bandung.
Harsono, A. 1993.PengantarEvaluasi Log, Schlumberger Data Services. Jakarta.
Heidrick dan Aulia., 1993. A Structural and Tectonic Model of The Coastal Plains
Block, Cental Sumatra Basin. Jakarta: IPA.
Koesoemadinata. 1978. Geologi Minyak Bumi dan Gas Bumi. Edisi Kedua Jilid I.
Bandung : Penerbit ITB.
Naim, A. Analisa Logging. Blog Fi_Qolbi. May 10, 2010. April 26, 2015.
http://andrewfahlik.blogspot.com/2010_10_01_archive.html
Martono, H.S. 2004. Prinsip Pengukuran Logging (Dokumen RecsaLOG).
Bandung.
Sukandarrumidi. 1995. Batubara dan Gambut. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Sulistiawati, 1992. Proses Pembentukan Batubara, Analisa Penelitian dan
Pengembangan Geologi ITB.