Analisa Stripping Ratio Dalam Menentukan Suatu OB

24
ANALISA STRIPPING RATIO DALAM MENENTUKAN SUATU METODE PENAMBANGAN BATUBARA PADA PT.INTI BARA NUSALIMA PEKANBARU PROPOSAL PENELITIAN Oleh RIKI RONALDO VIKTOR TAMBARIKI NIM 04306024

description

copas

Transcript of Analisa Stripping Ratio Dalam Menentukan Suatu OB

Page 1: Analisa Stripping Ratio Dalam Menentukan Suatu OB

ANALISA STRIPPING RATIO DALAM MENENTUKAN SUATU 

METODE PENAMBANGAN BATUBARA PADA

PT.INTI BARA NUSALIMA PEKANBARU

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh 

RIKI RONALDO VIKTOR TAMBARIKI

NIM 04306024

LOGO

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN

2009

Page 2: Analisa Stripping Ratio Dalam Menentukan Suatu OB

A.JUDUL ANALISA STRIPPING RATIO DALAM MENENTUKAN SUATU 

METODE PENAMBANGAN BATUBARA DI AREA PENAMBANGAN

PT.INTI BARA NUSA LIMA JAMBI

B. LATAR BELAKANG

Endapan bahan galian umumnya tersebar secara tidak merata didalam kulit bumi baik

jenis, jumlah maupun kadarnya. Dalam mengusahakan industri pertambangan selalu

berhadapan dengan sesuatu yang serba terbatas baik lokasi, jenis, jumlah maupun mutu

materialnya. Keterbatasan ini ditambah lagi usaha meningkatkan keselamatan kerja serta

menjaga kelestarian lingkungan hidup. Jadi didalam mengelola sumberdaya mineral

diperlukan tahapan usaha pertambangan dan penerapan metode penambangan yang sesuai

dan tepat, baik ditinjau dari segi ekonomis maupun teknis, agar perolehan keuntungan dapat

optimal.

Dalam memulai penambangan dan pengembangan perencanaan kegiatan

penambangan batubara, nisbah kupas pulang pokok (break even stripping ratio) merupakan

salah satu aspek penentu pemilihan metode penambangan yang akan digunakan. Batas

ekonomi penambangan secara terbuka adalah batasan yang ditentukan oleh nisbah kupas

ekonomi (economic stripping ratio/SREC). Dari nilai SREC ini dapat diketahui berapa nilai

SR yang menjadi batasan cadangan tertinggi yang dapat ditambang dengan metode tambang

terbuka dan menguntungkan, hal ini sangat dipengaruhi oleh harga jual batubara, dimana

suatu cadangan batubara dapat bernilai ekonomis dan sebaliknya pada waktu yang berbeda,

hal ini dipengaruhi oleh harga jual batubara dipasaran.

C. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN

Maksud dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 3: Analisa Stripping Ratio Dalam Menentukan Suatu OB

1. Menghitung cadangan batubara dengan metode block system berdasarkan log bor dengan

bantuan software Surfer 8.

2. Menganalisa kondisi stripping ratio pada masing-masing blok cadangan dan keseluruhan

untuk mengetahui batasan ekonomi penambangan secara terbuka berdasarkan economic

stripping ratio sehingga dapat diketahui batasan berakhirnya tambang terbuka dan kapan akan

dimulai tambang bawah tanah.

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan metode penambangan yang akan diterapkan

berdasarkan break even stripping ratio yang disesuaikan dengan harga batubara dan biaya

produksi perusahaan.

D. RUANG LINGKUP KEGIATAN

Karakteristik industri pertambangan yang padat modal dan padat teknologi adalah hal yang

sangat penting diperhitungkan. Untuk menentukan metode penambangan yang akan

diterapkan terhadap suatu daerah yang memiliki cadangan batubara yang ekonomis

dipengaruhi oleh kondisi dan karekteristik endapan batubara tersebut serta besarnya modal

yang tersedia dan kesiapan teknologi yang ada. Pada waktu berbeda dengan kondisi ekonomi

yang berbeda, maka suatu cadangan bisa berubah dari cadangan yang ekonomis menjadi

tidak ekonomis dan sebaliknya. Hal ini dipengaruhi oleh harga jual dari produk yang

dihasilkan dan biaya dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut.

Permasalahan yang timbul akibat dari perubahan kondisi ekonomi yang berlaku

mempengaruhi nilai dari cadangan batubara yang ada. Besarnya keuntungan yang diharapkan

adalah tujuan dari pengusahaan industri pertambangan, dan hal ini dipengaruhi oleh metode

penambangan yang akan diterapkan. Kesesuaian metode penambangan yang akan diterapkan

Page 4: Analisa Stripping Ratio Dalam Menentukan Suatu OB

terhadap suatu cadangan ditentukan oleh nisbah kupas pulang pokok (break even stripping

ratio) dan nilai ini menjadi batasan berakhirnya tambang terbuka dan kapan dimulai tambang

bawah tanah.

E. METODE PENELITIAN

Secara umum penelitian ini dilaksanakan dengan memakai 2 metoda yakni metode primer

dan metode sekunder. Metode primer dilakukan dengan mengadakan observasi langsung ke

daerah penelitian dan hasil observasi menjadi data utama dalam penelitian ini, antara lain :

1. Mengumpulkan data-data dari hasil pemboran eksplorasi.

2. Mengumpulkan data-data biaya pengupasan overburden dan penambangan batubara, serta

harga jual batubara.

Metode sekunder yang diterapkan dalam penelitian ini mencakup studi literatur dari berbagai

sumber yang kemudian dikembangkan untuk mendukung kajian dari penelitian ini serta hasil

olahan data utama yang dijadikan data sekunder seperti pembuatan peta isopach,

isooverburden dan isostruktur.

Dari uraian diatas, maka dapat dibuat diagram alir metode penelitian sebagai berikut:

Gambar 1.1. Diagram Alir Penelitian

F. DASAR TEORI

1. Endapan Batubara (coal deposit)

Batubara yang merupakan kelanjutan proses dari pembentukan gambut adalah batuan

sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari tumpukan hancuran tumbuhan yang

terhumifikasi dalam kondisi tertutup udara atau dibawah permukaan air dan menjadi padat

setelah tertimbun oleh lapisan diatasnya serta mengakibatkan pengkayaan kandungan karbon

Page 5: Analisa Stripping Ratio Dalam Menentukan Suatu OB

dimana selama pengendapan mengalami proses fisika dan kimia. Batubara tersebut

mengandung material karbon lebih dari 70% volume dengan kandungan air lebih dari 35%.

Urutan proses pembentukan batubara secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:

- Gambut, merupakan fase awal dari proses pembentukan batubara dan masih

memperlihatkan sifat asal dan bahan dasarnya (tanaman asal).

- Lignit, sudah memperlihatkan struktur kekar dan gejala perlapisan. Endapan ini dapat

dipergunakan untuk pembakaran dengan temperatur rendah.

- Bituminous, dicirikan dengan sifat padat dan hitam. Batubara jenis ini dapat dipergunakan

untuk bahan bakar dengan temperatur sedang-tinggi.

- Antrasit, warna hitam, keras, kilap tinggi. Pada proses pembakaran memperlihatkan warna

biru dan dapat dipergunakan untuk berbagai macam industri besar yang memerlukan

temperatur tinggi.

2. KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA

2.1. Sumberdaya Batubara (Coal Resources)

Sumber daya batubara (Coal Resources) adalah bagian dari endapan batubara yang

diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumber daya batubara ini dibagi dalam kelas-kelas

sumberdaya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara kualitatif oleh

kondisi geologi/tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif oleh jarak titik informasi.

Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan apabila setelah dilakukan kajian

kelayakan dinyatakan layak.

Sumberdaya batubara dapat diklasifikasikan dalam beberapa bagian antara lain :

• Sumber Daya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource)

Page 6: Analisa Stripping Ratio Dalam Menentukan Suatu OB

Sumber daya batu bara hipotetik adalah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari

daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang

ditetapkan untuk tahap penyelidikan survei tinjau.

• Sumber Daya Batubara Tereka (inferred Coal Resource)

Sumber daya batu bara tereka adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian

dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang

ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospeksi.

• Sumber Daya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource)

Sumber daya batu bara tertunjuk adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian

dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang

ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.

• Sumber Daya Batubara Terukur (Measured Coal Resourced)

Sumber daya batu bara terukur adalah jumlah batu bara di daerah peyelidikan atau bagian

dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat–syarat yang

ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.

2.2. Cadangan Batubara (Coal Reserves)

{Cadangan batubara (Coal Reserves) adalah bagian dari sumber daya batubara yang telah

diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang pada saat pengkajian kelayakan

dinyatakan layak untuk ditambang.

• Cadangan Batubara Terkira (Probable Coal Reserve)

Cadangan batu bara terkira adalah merupakan sumberdaya batubara terindikasi dan sebagian

sumberdaya batubara terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait

telah terpenuhi sehingga penambangan dapat dilakukan secara layak.

• Cadangan batubara terbukti (Proved Coal Reserve)

Cadangan batu bara terbukti adalah sumberdaya batubara terukur yang berdasarkan

Page 7: Analisa Stripping Ratio Dalam Menentukan Suatu OB

kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga penambangan dapat dilakukan

secara layak

3. PERMODELAN ENDAPAN BATUBARA

Untuk membuat permodelan endapan batubara diperlukan peta topografi, peta geologi, peta

garis singkapan batubara, peta parit uji, suur uji, dan pengeboran sebagai data dasarnya, serta

data olahan dari data dasar seperti peta isopach, peta isostruktur dan peta isostruktur.

3.1. Data Dasar Permodelan Endapan Batubara

Adapun data dasar dari permodelan endapan batubara yang diperlukan untuk dianalisis

selanjutnya antara lain peta topografi, peta geologi, peta parit uji, sumur uji dan pengeboran. 

Pada peta topografi, skala peta topografi harus memenuhi syarat yaitu minimal 1:2000 untuk

tujuan studi kelayakan. Apabila peta masih dalam bentuk hardcopy maka harus dibuat

softcopy dengan mendigitasi peta tersebut dengan perangkat digitizer. Apabila peta masih

dalam bentuk data mentah hasil survei (format x,y,z) maka harus dilakukan proses gridding

dan contouring dengan paket program perangkat lunak.

Peta geologi berguna untuk mengetahui penyebaran batubara melalui garis singkapan dan

kemiringannya sehingga dapat membantu dalam penentuan lokasi pengeboran maupun

mengetahui blok-blok yang akan ditambang.

Pada peta parit uji, sumur uji dan pengeboran, data yang perlu ditampilkan adalah koordinat,

elevasi, sudut kemiringan pengeboran (untuk pengeboran miring), total kedalaman, ketebalan

litologi dan keterangan litologi. Untuk parit uji dan sumur uji perlu ditampilkan juga

kedudukan perlapisan litologi (strike dan dip).

Tabel rekapitulasi dibuat secara sistematis, dibuat secara terpisah setiap seam apabila terdapat

lebih dari satu seam. Elevasi harus dinyatakan terhadap titik ikat yang sama dengan titik ikat

peta topografi dan data-data lainnya. Data dasar ini kemudian diplot dalam satu peta digital

yang memuat informasi topografi, informasi geologi, sebaran singkapan, sebaran parit uji,

Page 8: Analisa Stripping Ratio Dalam Menentukan Suatu OB

sumur uji dan bor.

3.2. Data Olahan Permodelan Endapan Batubara

Dari data dasar permodelan endapan batubara, maka setelah diolah lebih lanjut dengan

metode yang sesuai, maka hasil pengolahan data tersebut antara lain diperoleh peta isopach,

peta isostruktur, dan peta isooverburden.

Peta isopach (kontur ketebalan) merupakan peta yang menunjukkan kontur penyebaran

ketebalan batubara. Perbedaan ketebalan batubara ini disebabkan perbedaan cara

keterbentukan dan kondisi keterbentukan batubara tersebut. Data ketebalan pada peta ini

merupakan tebal sebenarnya yang dapat diperoleh dari data bor, uji paritan , uji sumuran atau

dari singkapan. Peta ini juga dapat disusun dari kombinasi peta isostruktur. Tujuan dari

penyusunan peta ini adalah untuk menggambarkan variasi ketebalan batubara dibawah

permukaan. 

Peta Isostruktur (kontur struktur) menunjukkan kontur elevasi yang sama dari top atau bottom

batubara. Elevasi top dan bottom batubara dapat diperoleh dari data bor. Peta isostruktur

berguna untuk mengetahui arah umum (jurus) masing-masing seam batubara, sekaligus

sebagai dasar untuk menyusun peta isooverburden.

Peta isooverburden menunjukkan kontur ketebalan lapisan tanah penutup (overburden) yang

sama. Ketebalan tersebut dapat diperoleh dari data bor atau dari peta isostruktur dimana

ketebalan overburden dapat dihitung dari perpotongan kontur isostruktur dengan kontur

topografi. Cukup penting sebagai dasar evaluasi cadangan selanjutnya, dimana ketebalan

tanah penutup ini dapat digunakan sebagai batasan awal dari penentuan pit potensial.

Perbandingan antara volume overburden dan batubara yang diimplementasikan dalam bentuk

stripping ratio pada daerah cadangan, dapat dijadikan salah satu dasar penentuan batasan

penambangan.

4. TAHAPAN PERHITUNGAN NISBAH PENGUPASAN

Page 9: Analisa Stripping Ratio Dalam Menentukan Suatu OB

4.1. Perhitungan Volume

Perhitungan volume merupakan tahap awal yang harus dilakukan dalam penentuan stripping

ratio, penampang litologi pemboran menunjukkan formasi litologi yang ditembus dan

ketebalan masing-masing formasi litologi. Dari informasi tersebut, dilakukan identifikasi

ketebalan tanah penutup dan batubara. Untuk batubara dengan sistem perlapisan multiseam,

dilakukan penjumlahan total ketebalan untuk seluruh seam. Prosedur ini berlaku untuk

seluruh lubang bor. Perbedaan ketebalan dari tanah penutup dan batubara berpengaruh

terhadap elevasi batas atas dan batas bawah keduanya. Dalam kasus ini batasan antara

overburden dan batubara diasumsikan jelas.

Perhitungan luas daerah tergantung dari metode perhitungan cadangan yang digunakan.

Setelah luas daerah diketahui, lalu dilakukan kalkulasi antara ketebalan rata-rata batubara

maupun tanah penutup pada daerah tersebut dengan luasan daerah, dan diperoleh volume

tanah penutup dan batubara pada daerah tersebut. Perhitungan volume dinyatakan dengan

persamaan berikut:

Volume = AT x A 

Dimana :

AT = Avarage Thickness (ketebalan rata-rata), m

A = Area (luas daerah), m2

4.2. Perhitungan Tonase

Pada industri pertambangan, penjualan bahan galian dan kapasitas produksi dilakukan atas

dasar berat dari bahan galian tersebut. Hal ini berlawanan dengan industri perancangan sipil

dimana pembayaran dilakukan atas dasar volume material yang dipindahkan. Konversi dari

volume ke berat harus dilakukan dalam kaitannya dengan kegiatan pemuatan, pengangkutan

Page 10: Analisa Stripping Ratio Dalam Menentukan Suatu OB

maupun untuk kegiatan pengolahan.

Dalam perhitungan cadangan, tanah penutup yang akan dikupas maupun batubara yang akan

ditambang dihitung dalam satuan berat (tonase). Konversi satuan volume ke satuan berat

dilakukan dengan bantuan suatu faktor yaitu density. Besar nilai density untuk setiap material

berbeda-beda. Umumnya satuan yang digunakan untuk density antara lain gram/cm3,

pound/feet3 dan ton/meter3.

Nilai density untuk tanah penutup (humus dan lempung) sebesar 2300 lb/yd3 atau setara

dengan 1,36 ton/m3 dan density batubara sebesar 1,3 ton/m3. Berat (tonase) tanah penutup

yang akan dikupas maupun batubara yang akan ditambang diperoleh dengan mengalikan

volume keduanya dengan density masing-masing. Perhitungan tonase dinyatakan pada

persamaan berikut : 

Tonase = V x D 

Dimana :

T = Tonase (ton)

V = Volume (m3)

D = Density (ton/m3)

4.2. Nisbah Pengupasan (Stripping Ratio)

Stripping ratio (SR) menunjukkan perbandingan antara volume (tonase) tanah penutup yang

harus dibongkar untuk mendapatkan satu ton batubara pada areal yang akan ditambang.

Rumusan umum yang sering digunakan untuk menyatakan perbandingan ini dapat dilihat

pada persamaan berikut :

Ada 3 (tiga) jenis nisbah pengupasan (stripping ratio), yaitu :

1. Nisbah Kupas Pulang Pokok (Break Even Stripping Ratio) : BESR

Page 11: Analisa Stripping Ratio Dalam Menentukan Suatu OB

2. Nisbah Kupas Instanteneous (Instanteneous Stripping Ratio) : SRINST

3. Nisbah Kupas Ekonomik (Economic Stripping Ratio) : SREC

4.2.1. Nisbah Kupas Pulang Pokok (Break Even Stripping Ratio)

Break Even Stripping Ratio (BESR) adalah perbandingan antara biaya penggalian batubara

dengan baya pengupasan tanah penutup (overburden) atau merupakan perbandingan biaya

penambangan bawah tanah dengan penambangan terbuka. Break Even Stripping Ratio

inidisebut juga overall stripping ratio, yang dapat dinyatakan sebagai berikut :

BESR = CMUG - CMSM

CSOB

Dimana :

CMUG : Cost Mining With Underground (Biaya Penambangan Bawah tanah), US$/ton.

CMSM : Cost Mining With Surface (Biaya Penambangan dengan Tambang terbuka),

US$/ton.

CSOB : Cost Stripping Overburden (Biaya Pengupasan Tanah Penutup), US$/ton.

Untuk menganalisa kemungkinan metoda penambangan yang akan digunakan baik tambang

terbuka maupun tambang bawah tanah, maka sangat penting mengetahui nilai BESR. Jika

nila BESR lebih besar dari nilai SR maka metoda penambangan yang digunakan adalah

tambang terbuka, apabila nilai BESR lebih kecil dari nilai SR maka metoda penambangan

yang digunakan adalah tambang bawah tanah apabila hal tersebut masih memungkinkan

untuk dilakukan dengan kondisi cadangan yang ada dan kondisi ekonomi yang berlaku.

Page 12: Analisa Stripping Ratio Dalam Menentukan Suatu OB

4.2.2. Nisbah Kupas Instanteneous (Instanteneous Stripping Ratio)

Nisbah Kupas Instanteneous (SRINST) adalah nisbah kupas untuk pengembangan rencana

penambangan yang nilainya lebih kecil dari nilai BESR setelah ditentukan bahwa akan

digunakan metoda tambang terbuka, maka nisbah kupas ini dapat dinyatakan sebagai

berikut :

SRINST = RevM – CMSM – CL – CP – CT – CH – CO

CSOB

Dimana:

RevM = Revenue Mining (Pendapatan atau harga jual dari 1 ton cadangan), US$/ton.

CL = Cost Loading (Biaya Pemuatan), US$/ton.

CP = Cost Prepare (Biaya Pengolahan), US$/ton.

CT = Cost Trading (Biaya Pengangkutan), US$/ton.

CH = Cost Harbour (Biaya Pelabuhan Untuk Pengapalan), US$/ton.

CO = Cost Office (Biaya Non Teknis/Administratif), US$/ton.

Dalam perhitungan stripping ratio ini, biaya produksi adalah total dari seluruh biaya untuk

mendapatkan cadangan/ton, yaitu biaya penambangan, biaya pemuatan, biaya pengolahan,

biaya pengangkutan, biaya pengapalan dan biaya non teknis. Namun biaya pengupasan tanah

penutup tidak dihitung sebagai biaya produksi.

Untuk mengetahui laba yang diperoleh dari tambang terbuka (Profit Surface Mining = PSM,

maka dapat dinyatakan sebagai berikut :

PSM = RevM – CSOB(SRINST) - CMSM – CL – CP – CT – CH – CO

4.2.3. Nisbah Kupas Ekonomi (Economic Stripping Ratio)

Page 13: Analisa Stripping Ratio Dalam Menentukan Suatu OB

Economic Stripping Ratio (SREC) artinya berapa besar keuntungan yang dapat diperoleh bila

cadangan tersebut ditambang dengan metode tambang terbuka. Dari nilai SREC ini dapat

diketahui berapa nilai SR yang menjadi batasan cadangan tertinggi yang dapat ditambang

dengan metode tambang terbuka dan menguntungkan. Pada dasarnya, jika terjadi kenaikan

harga cadangan di pasaran, maka akan dapat mengakibatkan perluasan tambang sehingga

cadangan akan bertambah, sebaliknya jika harga cadangan turun, maka jumlah cadangan

akan berkurang. Nisbah kupas ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

SREC = RevM – CMSM – CL – CP – CT – CH – CO - PSM

CSOB

Batas ekonomi tambang terbuka dicapai apabila PSM = 0 dimana SRINST = SREC. Apabila

ada cadangan yang akan terus ditambang dengan metode tambang bawah tanah, maka harus

ada laba (profit) yang diperoleh. Untuk mengetahui laba yang diperoleh dari tambang bawah

tanah (Profit Underground Mining = PUG), maka dapat dinyatakan sebagai berikut :

PUG = RevM – CPUG

Dimana :

CMUG = Cost Production with Underground Mining (Biaya Produksi Tambang 

Bawah Tanah), US$/ton.

G. RENCANA JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Waktu (minggu) 

Page 14: Analisa Stripping Ratio Dalam Menentukan Suatu OB

No Kegiatan 

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Studi pustaka

2 Pengamatan 

3 Pengambilan data

4 Pengolahan data

5 Analisa data

6 Pembuatan draft

J. RENCANA DAFTAR ISI

RINGKASAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Bab

I PENDAHULUAN

II TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan

2.2 Struktur Organisasi

2.3 Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Page 15: Analisa Stripping Ratio Dalam Menentukan Suatu OB

2.4 Lokasi dan Kesampaian Daerah

2.5 Morfologi dan Topografi

2.6 Struktur Geologi

2.7 Stratigrafi Daerah Penelitian

2.8 Cadangan dan Kualitas Batubara

2.9 Produksi Batubara

III DASAR TEORI

3.1 Endapan Batubara (Coal Deposit)

3.2 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara

3.3 Pemodelan Endapan Batubara

3.4 Perhitungan Cadangan

3.5. Tahapan Perhitungan Nisbah Pengupasan

IV DATA DAN ANALISA DATA

4.1 Data

4.2 Analisa Data

V PEMBAHASAN

5.1 Nisbah Kupas (Stripping Ratio)Daerah Penelitian.

5.2 Nisbah Kupas Pulang Pokok (Break Even Strippig Ratio)

5.3 Nisbah Kupas Ekonomi (Economic Stripping Ratio)

5.4 Pengaruh Harga Jual Batubara Terhadap BESR dan SREC

5.5 Kesesuaian SREC Terhadap Harga Batubara Terendah

Page 16: Analisa Stripping Ratio Dalam Menentukan Suatu OB

VI KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

H. RENCANA DAFTAR PUSTAKA

1. Bukin Daulay, Dr.,MSc., Geologi dan Eksplorasi Batubara, Puslitbang Teknologi Mineral

dan Batubara, Bandung, 2001.

2. Chairul Nas, Estimasi Cadangan Mineral, Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan,

Bandung, 1994.

3. Eko Budiyanto, M.Si., Pemetaan Kontur dan Pemodelan Spasial 3 Dimensi Menggunakan

Surfer, Penerbit Andi Yogyakarta, Yogyakarta, 2005.

4. Eugene P.Pfleider, “Surface Mining”, First Edition, The American Institute of Mining,

Metallurgical and Petroleum Engineers, Inc., New York, 1968.

5. Hustrullid William, Kuchta Mark, “Open Pit Mine Planning and Design”, VolumeI –

Fundamentals, A.A.BALKEMA, ROTTERDAM, 1955.

6. Rudy Asaf Ayub Pesiwarissa, Ir.,Tambang Permukaan, Batas Ekonomiknya dan

Kesinambungan Ke Tambang Bawah Tanah,