IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...

61
i IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OBESITAS DALAM KEBUDAYAAN SUKU BUGIS PADA MASYARAKAT SUKU BUGIS DI KOTAMADYA BALIKPAPAN, KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP OLEH BUMI ZULHERI HERMAN C11108282 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Transcript of IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...

Page 1: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

i

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI OBESITAS DALAM KEBUDAYAAN SUKU

BUGIS PADA MASYARAKAT SUKU BUGIS DI KOTAMADYA

BALIKPAPAN, KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN

SIDRAP

OLEH

BUMI ZULHERI HERMAN

C11108282

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

ii

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN

KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

Telah disetujui Untuk Dicetak dan Diperbanyak

Judul Skripsi:

“IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

OBESITAS DALAM KEBUDAYAAN SUKU BUGIS PADA MASYARAKAT

SUKU BUGIS DI KOTAMADYA BALIKPAPAN, KABUPATEN SOPPENG

DAN KABUPATEN SIDRAP”

Makassar, 14 Februari 2013

Pembimbing 1 Pembimbing 2

(Dr.dr. Sri Ramadhany, M.Kes.) (dr. Basir Palu, MHA, Sp.A.)

Page 3: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

iii

PANITIA SIDANG UJIAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

Skripsi dengan judul “IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI OBESITAS DALAM KEBUDAYAAN SUKU BUGIS

PADA MASYARAKAT SUKU BUGIS DI KOTAMADYA BALIKPAPAN,

KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” telah diperiksa,

disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Bagian Ilmu

Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin Makassar, pada:

Hari/tanggal : Kamis, 14 Februari 2013

Waktu : 13.00 WITA

Tempat : Ruang Seminar IKM-IKK FKUH PB.622

Ketua Tim Penguji:

(Dr.dr. Sri Ramadhany, M.Kes.)

Anggota Tim Penguji

(dr. Basir Palu, MHA, Sp.A.) (Dr. dr. H. A Armyn Nurdin, MSc)

Page 4: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

iv

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI OBESITAS DALAM KEBUDAYAAN SUKU BUGIS

PADA MASYARAKAT SUKU BUGIS DI KOTAMADYA BALIKPAPAN,

KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP”

Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN Stambuk: C 111 08 282

Telah disetujui untuk dibacakan pada Seminar Hasil di Bagian Ilmu Kesehatan

Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin Makassar pada :

Hari/Tanggal : Kamis, 14 Februari 2013

Pukul : 13.00 WITA

Tempat : Ruang Seminar PB. 622 IKM & IKK FK Unhas.

Makassar, 14 Februari 2013

Mengetahui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. dr. Sri Ramadhany, M. Kes. dr. Basir Palu, MHA, Sp.A

Page 5: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

v

SUMMARY

Hasanuddin University

Faculty of Medicine

General Physician

Bumi Zulheri Herman

Identification and Analysis of Obesity Factor in Bugis Culture in Bugis

Population of Balikpapan, Soppeng and Sidrap.

(xi + 50 pages + 36 Tables)

Obesity is a worldwide health problem. People with obesity tend to have

bigger risk suffer from non communicable diseases such as hypertension, stroke,

diabetes mellitus and eventually death. Epidemic trend shows a increase 2 times

fold of obesity prevalence in last two decades. Some of important risk factors has

been identified and cultural factor may play important role in increasing tendency

of obesity in several ethnic. Sulawesi ethnics consist of Bugis, Makassar, Mandar

and Toraja and have different ways of life according to the culture. This research

was conducted to identify and analyze cultural factor that might affect the

existence of obesity in Buginese. This case control study involved 96 people from

3 different region, Balikpapan(A), Soppeng(B) and Sidrap(C) which represent

different characters of buginese, the local buginese and buginese who live outside

Sulawesi. Sample were collected using random sampling and classified into obese

and non obese group and and asked for several information including food intake,

economy costs, job, Perspective of culture including Siri for protecting women

(which may cause women have less activities and no possibility to be

breadwinner) and Siri of Body (feel ashame with obesity). Style of house and

topography of environment were interpreted by surveyor. Antropometric data also

obtained from sample. Corelation analysis was conducted using Spearman and

Cooficient Contingency test, and comparative analysis by using Kruskal Wallis

test. From three region,there are no correlation between style of house (A p=0,984

B p=0,056 C p=0,331), topography (A p=0,727 B p=0,632 C p=0,151), and job (A

p=0,706 B p=0,632 C p=0,160) to obesity. Food intake is strongly correlate with

obesity (A:p=0,000 r=0,628. B:p=0,000 r=0,633. C:p=0,012 r=0,455). In this

study, economy status in Soppeng has a strong correlation with obesity(p=0,001

r=0,537) further analysis revealed that the higher economy status, the house will

be more luxurious (p=0,000 r=0,633 – 0,824). So style of house will correlate

indirectly to obesity. This might explain style of house is almost correlate with

obesity in Soppeng (p=0,056). There are no significant difference between siri

that might limit the participation of women become breadwinner and obesity (A

p=0,534 B p=0,529 C p 0,982). And the same with Siri of body (A p=0,417 C

p=0,498), except in Soppeng (p=0,014).

References: 27 (1994-2012)

Keywords : obesity, bugis, culture

Page 6: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas kesempatan hidup,

kasih dan pencerahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Identifikasi Dan Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Obesitas Dalam

Kebudayaan Suku Bugis Pada Masyarakat Suku Bugis Di Kotamadya

Balikpapan, Kabupaten Soppeng Dan Kabupaten Sidrap

Penyusunan skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Dalam

penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik

moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih yang tiada hingganya kepada :

1. Dr.dr Sri Ramadhany M.Kes selaku pembimbing I dan dr Basir Palu MHA

Sp.A, selaku pembimbing II yang telah banyak mamberikan bimbingan,

nasehat dan arahan kepada penulis.

2. Dr.dr A.Armyn Nurdin, Kepala Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas dan

Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dan

para dosen dan seluruh karyawan/ staf bagian IKM dan IKP atas bantuan

yang diberikan selama penulis menjalankan kepaniteraan klinik di bagian ini.

3. Prof. Dr. dr Idrus A Paturusi selaku Rektor Universitas Hasanuddin dan Prof

dr. Irawan Jusuf selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengenyam ilmu

di Fakultas Kedokteran.

4. Ayah saya Yuherman Julius Dahlan, yang dalam kesibukannya yang luar

biasa selalu menerima saya apa adanya, memotivasi saya untuk menjadi

orang yang berguna dan mengejar impian yang saya cita-citakan

5. Ibu saya Ny. Hikmah Mustakim Goga yang dengan upaya dan caranya

sendiri, menjadi ibu yang baik dalam kehidupan saya.

6. Adik saya Bumi Zulhendra Herman, SE yang selalu berusaha untuk

memahami kerepotan saya dan mendukung saya dalam menyelesaikan

pendidikan kedokteran saya.

7. Marhumi, nenek saya tercinta dengan amat sangat sabar menemani saya

dalam masa masa kesendirian saya hingga nafas terakhirnya, sumber motivasi

saya dalam menyelesaikan pendidikan.

8. Teman sejawat saya, Allen Aditya S.Ked untuk semua waktu dan kesempatan

yang pernah dilalui bersama. Saya selalu berdoa dan berharap untuk

kebaikan dan kehidupan yang lebih baik serta masa depan yang lebih cerah

untuk Anda.

9. Untuk teman teman dari BBF terima kasih untuk semua waktu yang

dihabiskan bersama dan saling berbagi.,

10. Dian Sulistya Ningrum S.Ked, Andy Wahab S.Ked, terima kasih atas

pelajaran hidup dan sesuatu yang telah kalian ajarkan kepada saya. Nidhia

Page 7: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

vii

Badjak S.Ked dan Hastuti Sudirman S.Ked untuk semua keceriaan dimasa

kepaniteraan klinik terutama pada bagian Pediatri.

11. Teman teman pada stase IKM IKP, Ivonne JS, S.Ked, Anugerah Yanti S.ked,

Ulfa Ansfolorita S.Ked, Tuti Andayani S.Ked, Yusniar Nur. S.Ked, Is

Asmaul aq Hataul S.Ked, Viesna Beby S.Ked, Ragil Sekarindra S.ked,

Danianti S.Ked atas kegokilannya yang luar biasa selama menjalani

penelitian besar ini.

12. Teman teman dan senior saya di MYRC, terutama untuk pimpinan saya

terdahulu Saudara dr. M. Junaedi, dr. Rafiqah Nurdin, dan Firdaus Fabrice

S.Ked untuk semua kesempatannya menimba ilmu mengenai penelitian di

keluarga kecil ini

13. Teman Teman satu angkatan saya Osteoblast terutama untuk ketua Angkatan

saya Ammar Abdurrahman Hasyim S.Ked sebagai ketua angkatan, atas segala

kebersamaan yang dilalui.

14. Seluruh pasien di rumah sakit Wahidin Sudiro Husodo dan RS Jejaring,

terutama Nyonya Ateka Bagum dan Tn. Mohammed Ayas serta bayi kecil

mereka, pengungsi dari Rohingya, terima kasih atas kesempatannya untuk

memperbolehkan saya berkontribusi dalam perawatan dan kesembuhan anda.

Anda adalah motivasi terbesar saya dibanding siapapun.

15. Semua pihak yang terlibat dalam penelitian saya di tiga daerah, saya

mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang setinggi

tingginya sehingga skripsi ini dapat diselesasikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran

dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi

penyempurnaan selanjutnya.

Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi

penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Tuhan memberkati segala

usaha dan karma baik yang telah diusahakan.

Makassar, 14 Februari 2013

Bumi Zulheri Herman,

Page 8: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PERCETAKAN ................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iii

RINGKASAN.................................................................................................. v

KATA PENGANTAR...................................................................................... vi

DAFTAR ISI................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL............................................................................................ x

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian............................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian............................................................................. 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 5

A. Obesitas............................................................................................. 5

B. Faktor Budaya Sebagai Faktor Yang Mempengaruhi Obesitas........ 7

BAB III. KERANGKA KONSEP .................................................................... 18

A. Kerangka Konsep.............................................................................. 18

B. Definisi Operasional...........................................................................

BAB IV. METODE PENELITIAN...................................................................

A. Lokasi Penelitian................................................................................

B. Waktu Penelitian................................................................................

18

21

21

21

Page 9: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

ix

C. Populasi dan Sampel Penelitian........................................................

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi................................................................

E. Model Penelitian..................................................................................

F. Variabel Penelitian..............................................................................

G. Instrumen Penelitian..........................................................................

H. PengolahanData.................................................................................

I. Penyajian dan Pelaporan Data.........................................................

BAB V. HASIL PENELITIAN.......................................................................

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

21

21

22

23

23

23

23

24

45

47

Page 10: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

x

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

5.1 Karakteristik Sampel Kotamadya Balikpapan menurut

Antropometri

25

5.2 Distribusi Responden Kotamadya Balikpapan Menurut

Pekerjaan

26

5.3 Distribusi Responden Kotamadya Balikpapan Menurut

Lingkungan

26

5.4 Distribusi Responden Kotamadya Balikpapan Menurut

Ekonomi

27

4.5 Distribusi Responden Kotamadya Balikpapan Menurut

Asupan makanan

27

4.6 Distribusi Responden Kotamadya Balikpapan Menurut

Rumah Tinggal

28

4.7 Kros Tabulasi Siri Penampilan dengan status IMT 28

4.8 Kros Tabulasi Siri Kesetaraan dengan status IMT 29

4.9 Karakteristik Sampel Kabupaten Soppeng menurut

Antropometri

30

4.10 Distribusi Responden Kabupaten Soppeng Menurut

Pekerjaan

30

4.11 Distribusi Responden Kabupaten Soppeng Menurut

Lingkungan

31

4.12 Distribusi Responden Kabupaten Soppeng Menurut

Ekonomi

31

4.13 Distribusi Responden Kabupaten Soppeng Menurut

Asupan makanan

32

4.14 Distribusi Responden Kabupaten Soppeng Menurut

Rumah Tinggal

32

4.15 Kros Tabulasi Siri Penampilan dengan status IMT 33

4.16 Kros Tabulasi Siri Kesetaraan dengan status IMT 33

4.17 Karakteristik Sampel Kabupaten Sidrap menurut

Antropometri

34

Page 11: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

xi

4.18 Distribusi Responden Kabupaten Sidrap Menurut

Pekerjaan

35

4.19 Distribusi Responden Kabupaten Sidrap Menurut

Lingkungan

35

4.20 Distribusi Responden Kabupaten Sidrap Menurut

Ekonomi

36

4.21 Distribusi Responden Kabupaten Sidrap Menurut

Asupan makanan

36

4.22 Distribusi Responden Kabupaten Sidrap Menurut

Rumah Tinggal

37

4.23 Kros Tabulasi Siri Penampilan dengan status IMT 37

4.24

4.25

4.26

4.27

4.28

4.29

4.30

4.31

4.32

4.33

4.34

4.35

4.36

Kros Tabulasi Siri Kesetaraan dengan status IMT

Hasil Uji Korelasi Spearman Kotamadya Balikpapan

Hasil Uji Korelasi Spearman Kabupaten Sidrap

Hasil Uji Korelasi Spearman Kabupaten Soppeng

Analisa Lingkungan dengan IMT di Kabupaten

Soppeng

Analisa Lingkungan dengan IMT di Kabupaten Sidrap

Analisa Lingkungan dengan IMT di Kotamadya

Balikpapan

Korelasi Lingkungan Terhadap Obesitas di Kabupaten

Soppeng

Korelasi Lingkungan Terhadap Obesitas di Kabupaten

Sidrap

Korelasi Lingkungan Terhadap Obesitas di Kotamadya

Balikpapan

Uji kruskal Wallis Untuk Balikpapan

Uji kruskal Wallis Untuk Sidrap

Uji kruskal Wallis Untuk Soppeng

38

38

39

39

41

41

41

42

42

42

43

43

43

Page 12: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Overweight dan obesitas merupakan faktor resiko utama untuk timbulnya

penyakit kronik meliputi diabetes, penyakit kardiovaskular dan kanker. Awalnya

permasalahan ini mengancam negara berkapita tinggi namun saat ini overweight

dan obesitas telah meluas ke negara berpendapatan menengah dan rendah

terutama di area urban.1

Secara umum angka obesitas meningkat dua kali lipat dari tahun 1980.

Pada tahun 2008 lebih dari 1,4 milliar orang dewasa berusia 20 tahun atau lebih

telah didiagnosis overweight dan sekitar 200 juta laki-laki dan hampir 300 juta

perempuan dinyatakan obesitas. Kenyataan statistik yang perlu diperhatikan

adalah 65% populasi dunia tinggal dinegara dimana overweight dan obesitas

menjadi penyebab kematian lebih banyak daripada kurang gizi. 1

Hasil penelitian survei Indeks Massa Tubuh (IMT) di 12 Kota di Indonesia

tahun 1995 mendapatkan prevalensi gizi lebih sebesar 10,3% dan prevalensi

obesitas sebesar 12,2%.2 Prevalensi gizi lebih ini mengalami peningkatan pada

tahun 1999 sebesar 14% dan tahun 2000 sebesar 17,4%.3

Melihat betapa besarnya masalah obesitas, maka obesitas menjadi aspek

kesehatan yang dibuatkan strategi pemberantasan terdiri oleh WHO. Dalam

strategi tersebut, WHO menekankan empat faktor penting yang mempengaruhi

obesitas dan dua diantaranya berhubungan dengan perilaku yakni diet dan

kurangnya aktivitas.4

Page 13: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

2

Dua hal tersebut sangat berkaitan dengan budaya terutama budaya modern

saat ini. Hal ini jelas menggambarkan bahwa budaya dapat mempengaruhi

perilaku sehat seseorang, disamping pengetahuan dan tingkat ekonomi.

Suku bugis merupakan satu dari empat suku yang berada di Sulawesi

Selatan selain Makassar, Toraja dan Mandar. Budaya yang berbeda akan

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakatnya. Obesitas telah dikaitakan

dengan masyarakat bugis karena berbagai faktor terutama asupan makanan

berkalori tinggi. Selain itu pekerjaan, tempat tinggal dan lingkungan sekitar

memberikan kontribusi terhadap kejadian obesitas dikalangan suku bugis. Faktor-

faktor tersebut ada sebagai hasil dari kebudayaan yang mengakar selama

bertahun-tahun.

Berangkat dari hal itulah penelitian ini dilakukan. Penelitian ini akan

berfokus pada kebudayaan suku bugis di tiga tempat yang berbeda yang masih

mencerminkan karakter asli suku bugis. Suku bugis yang bekerja sebagai petani

dan tinggal di dataran rendah seperti di Kabupaten Sidrap tentunya akan memiliki

pola hidup yang berbeda dengan orang bugis yang tinggal berkebun pada dataran

tinggi seperti di Kabupaten Soppeng dan orang bugis yang bekerja sebagai

nelayan terutama di daerah perantauan seperti di Kota Balikpapan. Tentunya

dengan penelitian ini akan dihasilkan suatu temuan mengenai kaitan antara

kebudayaan asli bugis dengan obesitas dikalangan suku bugis sehingga akan

timbul suatu solusi dan pendekatan kesehatan yang terbaik untuk menangani

masalah obesitas dikalangan suku Bugis.

Page 14: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

3

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin melakukan suatu

penelitian berbasis antropologi untuk mengetahui apakah ada hubungan budaya

terhadap obesitas dikalangan suku bugis.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi faktur budaya yang berhubungan dengan obesitas dan

hubungan serta korelasinya terhadap obesitas pada suku bugis pada suku bugis di

tiga daerah di Indonesia yakni Kabupaten Soppeng, Kabupaten Sidrap dan

Kotamadya Balikpapan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hubungan antara tempat tinggal suku bugis dengan obesitas

pada suku bugis

2. Untuk mengetahui hubungan antara lingkungan tempat tinggal dengan obesitas

pada suku bugis

3. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan tipikal orang bugis dengan

obesitas pada suku bugis

4. Untuk mengetahui asupan makanan pada orang bugis dan hubungannya dengan

obesitas pada suku bugis

5. Untuk mengetahui hubungan budaya siri tertentu terhadap obesitas pada suku

bugis

Page 15: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

4

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk:

1. Memperlihatkan gambaran kehidupan orang bugis dalam berbagai aspek

budaya.

2. Membantu menentukan upaya promosi kesehatan yang tepat melalui

pendekatan budaya dalam mengurangi obesitas dikalangan suku bugis.

3. Mengetahui faktor resiko budaya yang modifiable dan melakukan upaya

pencegahan yang tepat dalam mengurangi obesitas

Page 16: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Obesitas

Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat

badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas

adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada

bagian bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu

apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita

karena lemak.5

Overweight dan obesitas menurut WHO didefinisikan sebagai akumulasi

abnormal atau berlebihan daripada lemak yang memicu resiko penyakit. Secara

kasar, obesitas pada populasi ditentukan melalui indeks massa tubuh dimana berat

badan dalam kilogram dibagi hasil pangkat dua tinggi badan dalam meter.

Seseorang dengan indeks massa tubuh sama atau lebih dari 30 digolongkan

obesitas sedangkan indeks massa tubuh 25 kg/m2 atau lebih disebut sebagai

overweight.1

Overweight dan obesitas merupakan faktor resiko utama untuk timbulnya

penyakit kronik meliputi diabetes, penyakit kardiovaskular dan kanker. Awalnya

permasalahan ini mengancam negara berkapita tinggi namun saat ini overweight

dan obesitas telah meluas ke negara berpendapatan menengah dan rendah

terutama di area urban.1

Page 17: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

6

Secara umum angka obesitas meningkat dua kali lipat dari tahun 1980.

Pada tahun 2008 lebih dari 1,4 milliar orang dewasa berusia 20 tahun atau lebih

telah didiagnosis overweight dan sekitar 200 juta laki-laki dan hampir 300 juta

perempuan dinyatakan obesitas. Kenyataan statistik yang perlu diperhatikan

adalah 65% populasi dunia tinggal dinegara dimana overweight dan obesitas

menjadi penyebab kematian lebih banyak daripada kurang gizi.1

Indonesia dan negara berkembang lainnya sedang menghadapi transisi

epidemiologi, demografi, dan urbanisasi. Di bidang gizi telah terjadi perubahan

pola makan seperti rendahnya konsumsi buah dan sayur, tingginya konsumsi

garam dan meningkatnya konsumsi makanan yang tinggi lemak serta

berkurangnya aktivitas olahraga pada sebagian masyarakat terutama di perkotaan.6

Susenas 2004 mendapatkan bahwa 60% penduduk umur > 15 tahun kurang

mengkonsumsi buah dan sayur menurut standar WHO yaitu minimal 5 porsi, dan

24% tidak tiap hari mengkonsumsi sayur dan buah7.

Perubahan pola makan dan

aktivitas fisik berakibat semakin banyaknya penduduk golongan tertentu yang

mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas 8

Gizi lebih dan obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit

jantung koroner disamping faktor risiko lainnya, seperti hipertensi, diabetes

melitus, merokok, stres, dan kurang olahraga9.

Penelitian Manson dkk. (1990)

dalam Suyono (1994) terhadap 115.886 wanita berumur 30-55 tahun, setelah

diikuti selama 8 tahun, ternyata risiko relatif (RR) penderita gizi lebih berkisar

antara 1,0 sampai 3,3 kali, sedangkan pada indeks massa tubuh (IMT) lebih dari

29 risiko relatif 3,3 kali terjadinya penyakit jantung koroner. Dengan demikian

Page 18: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

7

makin tinggi IMT makin besar resiko terjadinya penyakit jantung koroner. Risiko

relatif ini diperoleh setelah dilakukan penyesuaian terhadap faktor umur dan

kebiasaan merokok10

.

Hasil penelitian survei Indeks Massa Tubuh (IMT) di 12 Kota di Indonesia

tahun 1995 mendapatkan prevalensi gizi lebih sebesar 10,3% dan prevalensi

obesitas sebesar 12,2%2 Prevalensi gizi lebih ini mengalami peningkatan pada

tahun 1999 sebesar 14% dan tahun 2000 sebesar 17,4% 3

Obesitas telah menjadi fokus utama WHO pada strategi global tahun 2008-

2013 dalam upaya pencegahan penyakit nonkomunikabel melalui pengendalian

dua faktor utama yakni diet dan kurangnya aktivitas fisik disamping penggunaan

tembakau dan alkohol.4

2.1.2 Faktor Budaya Sebagai Faktor Yang Mempengaruhi Obesitas

Secara eksplisit, WHO telah menggambarkan faktor yang mempengaruhi

obesitas yakni, diet dan kurangnya aktivitas fisik. Hal ini merupakan salah satu

bentuk perilaku pada masyarakat.

Menurut UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan

adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup

produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus

dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur –unsur fisik, mental dan

sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.11

Paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir pembangunan

kesehatan yang bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah

Page 19: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

8

kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis

dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan

pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan

hanya penyembuhan penduduk yang sakit.11

Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi

oleh faktor-faktor seperti kelas sosial, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka

ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari

variabel-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan

pasien. Menilik kalimat diatas dapat disimpulkan bahwa paradigma sehat sangat

ditentukan oleh faktor budaya dan sosial.11

Untuk mendapatkan gambaran mengenai budaya yang dapat

mempengaruhi pola diet, Endah muwarni menggambarkan budaya Eating Out

sebagai hasil dari akulturasi budaya modern dalam masyarakat. 12

Fenomena yang terjadi pada masyarakat perkotaan, konsumsi makanan

tidak hanya sekedar sebagai kebutuhan biologis memenuhi rasa lapar, akan tetapi

makan adalah gaya hidup yang akan menandakan identitas, kelas, kelompok, dsb.

Oleh karenanya, makan diluar (eating out) muncul sebagai buah komoditas dalam

kehidupan sosial masyarakat urban. Produsen mengemas makan beserta tempat

makan dengan menciptakan suasana dan pengalaman yang khas yang dapat

dirasakan konsumen. Sebagaimana dinyatakan Bourdieu (1984), tempat makan

dan jenis makanan yang dipilih bisa saja menentukan kelas sosial seseorang.

Perkotaan dengan beragam pusat perbelanjaan dan tempat makan telah menjadi

arena pertarungan, tidak saja bagi produsen dalam mendapatkan konsumen, akan

Page 20: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

9

tetapi juga bagi konsumen dalam menunjukkan status dan kelas sosialnya melalui

jenis makanan dan tempat makan. Konsumen disajikan berbagai pilihan tempat

dan jenis makanan yang beragam.12

Lalu apa yang terjadi dengan fenomena eating out? Restoran yang

makanan cepat saji dengan kalori yang tinggi menjadi sasaran paling sederhana

dari budaya ini. Dan menurut J Wardle, asupan kalori yang tidak terkontrol sangat

berpotensi menimbulkan obesitas13

Penelitian yang dilakukan Yungshen et al pada tahun 2003 mempelihatkan

perubahan budaya lainnya pada masyarakat modern seperti melewatkan sarapan

ternyata berhubungan dengan peningkatan prevalensi obesitas (odds ratio = 4.5,

95% confidence interval: 1.57,12.90) dan sama besarnya dengan sarapan atau

makan malam di luar rumah seperti definisi eating out.14

Kesimpulan sederhana adalah budaya dapat mempengaruhi pola hidup.

Lalu bagaimana dengan peranan budaya lokal, atau masyarakat yang memegang

budaya lokal dalam kehidupannya? Apakah beberapa budaya lokal di Indonesia

cenderung memiliki potensi menimbulkan obesitas? Apakah hal ini menjadi

faktor utama munculnya beberapa penyakit tertentu pada beberapa etnis tertentu

pula di Indonesia?

Analisis dimulai dengan melihat gambaran obesitas pada ras atau etnis.

Ras atau etnis akan menggambarkan setidaknya ada potensi herediter yang

memungkinkan timbulnya obesitas dikalangan ras tertentu dan menjadi alasan

utama tingginya obesitas dikalangan etnis tersebut. Analisa ras dimulai dari ras

Page 21: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

10

tertentu diluar negeri. Berikut adalah grafik perbandingan obesitas pada anak anak

di Amerika dengan tiga ras utama disana.

Prevalensi obesitas pada anak-anak ras Afrika Amerika, Mexico Amerika

dan Amerika Asli lebih tinggi dari etnis lainnya. Centers for Disease Control

(CDC) melaporkan pada tahun 2000 prevalensiobesitas pada anak hitam non

Hispanik mencapai 19% dan 20% pada Mexico Amerikad dibandiungkan 11%

pada anak putih non Hispanik. Dibandingkan pada data tahun 1980, peningkatan

obesitas terjadi sangat nyata pada non Hispanik hitam dan Mexico Amerika (lihat

grafik diatas). Meskipun prevalensi keseleruhan obesitas pada anak meningkat

pada pertengahan dekade ini, perbedaan ras mulai menghilang terbukti dengan

mulai meningkatnya obesitas pada anak kulit putih.15

Yang dapat disimpulkan

saat ini adalah ras tidak lagi berpengaruh pada kejadian obesitas. Sehingga faktor

etnisitas untuk terjadinya obesitas sekarang dianggap sama pada semua suku. Lalu

faktor apa lagi yang dapat mempengaruhi terjadinya obesitas berdasarkan unsur

budaya?

Kebiasaan diet dapat dipengaruhi oleh budaya, misalnya etnis Cina yang

menganggap obesitas sebagai lambang kekayaan, tidak memiliki kecenderungan

Page 22: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

11

untuk berdiet menurut Lee (1991) Namun, globalisasi telah mengubah persepsi

budaya tersebut terhadap obesitas yakni pada penelitian oleh Lee pada tahun 2001

yang mendapati sebanyak 3 – 10% perempuan di Hong Kong mengalami gejala

gangguan makan disebabkan oleh keinginan untuk menjadi kurus. Penelitian ini

disokong oleh penelitian yang dilakukan di Fiji oleh Becker et al di tahun 2002

yang menunjukkan peningkatan secara signifikan gejala gangguan makan di

kalangan remaja perempuan setelah tayangan televisi.16

Globalisasi telah

mengubah pemikiran dasar manusia sehingga manusia berubah kondisi dari tidak

tahu menjadi tahu dan dari tidak sadar menjadi sadar.

Apa yang dapat disimpulkan dari pemaparan diatas? Ras atau etnis tidak

lagi menjadi dasar utama timbulnya obesitas. Akan tetapi persepsi dari lingkungan

berupa paparan budaya menjadi salah satu kunci utama terjadinya obesitas

tentunya setelah pertimbangan ekonomi. Akan tetapi seandainya tingkat ekonomi

masyarakat dalam keadaan merata, maka kunci utama timbulnya obesitas

merupakan pengaruh dari budaya semata.

Unsur-Unsur budaya terutama dalam budaya bugis meliputi tempat

tinggal, pekerjaan, lingkungan, asupan makanan serta aturan adat yang disebut

Siri’. Hal ini tentunya perlu dicermati apakah setiap unsur budaya ini memberikan

kontribusi terhadap obesitas. Apakah unsur asli budaya bugis pada dasarnya

memang telah membentuk potensi seseorang untuk menjadi obesitas atau pada

dasarnya unsur budaya bugis tidak demikian? Analisa teoritis dimulai dari aspek

pekerjaan dan tempat tinggal suku bugis.

Page 23: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

12

2.1.2.1 Pekerjaan Sebagai Faktor Yang Mempengaruhi Obesitas

Pekerjaan sebagai unsur demografi memiliki hubungan dengan obesitas.

Elya et al (2009) mengemukakan prevalensi obesitas sentral lebih tinggi pada

sampel yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan

hubungan nyata antara pekerjaan dan kejadian obesitas sentral (p<0,05)17

Hasil

yang sama juga ditunjukkan Erem et al. (2004) yang menemukan tingginya

prevalensi obesitas pada ibu rumah tangga dan pedagang. Terdapatnya hubungan

nyata antara pekerjaan dan kejadian obesitas sentral diduga karena berkaitan

dengan aktivitas fisik berat yang melibatkan pengeluaran energi.18

Kantachuvessiri et al. (2005) menyatakan bahwa penggunaan energi bervariasi

pada tingkat aktivitas yang berbeda. Beberapa pekerjaan melibatkan tingginya

penggunaan energi, sementara pekerjaan yang lain melibatkan sedikit pengeluaran

energi.19

Sebagian besar orang bugis bekerja sebagai petani dan nelayan. Sebagai

contoh Masyarakat Kecamatan Lilirilau di Kabupaten Soppeng. Masyarakat

tersebut merupakan salah satu masyarakat asli yang mendiami bagian timur

wilayah Kabupaten Soppeng. Masyarakat Kecamatan Lilirilau adalah penduduk

suku Bugis yang secara turun temurun berdiam dan tinggal di dataran tinggi. Pola

kehidupan mereka adalah bercocok tanam, terutama jagung, padi, palawija dan

tembakau. Di samping itu, mereka juga bergantung kepada hasil tanaman keras,

seperti kelapa dan kakao. Perubahan pola bercocok tanam masyarakat lilirilau

merupakan suatu akulturasi budaya yang dibawa dari masyarakatnya yang

merantau ke Malaysia. Dulunya mereka menanam padi dan palawija namun,

keuntungan besar yang ditawarkan dalam menanam kakao telah membuat

Page 24: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

13

perubahan besar pada budaya kehidupan dan status sosial mereka. Hal ini

tentunya berbeda dengan suku bugis yang bekerja sebagai nelayan.20

Masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan

berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat

dan laut. Sebagai suatu sistem, masyarakat nelayan terdiri atas kategori-kategori

sosial yang membentuk kesatuan sosial. Mereka juga memiliki sistem nilai dan

simbol-simbol kebudayaan sebagai referensi perilaku mereka sehari-hari. Faktor

kebudayaan inilah yang menjadi pembeda antara masyarakat nelayan dengan

kelompok sosial lainnya. Sebagian besar masyarakat pesisir, baik langsung

maupun tidak langsung, menggantungkan kelangsungan hidupnya dari mengelola

potensi sumberdaya kelautan. 21

Terbentuknya permukiman komunitas suku Bugis dan suku Bajo di BajoE

dilatarbelakangi oleh sebagian besar masyarakatnya yang mempunyai sumber

mata pencaharian sebagai nelayan. Mereka membentuk permukiman kampung

nelayan untuk memudahkan aksesibilitas terhadap kegiatan sehari-hari, sebagai

nelayan, mulai dari penangkapan ikan ataupun hasil-hasil laut lainnya sampai

pada pemasaran. Semuanya dilakukan di kampung ini. Komunitas suku Bugis di

Bajo sebagai penduduk asli sudah banyak berinteraksi dengan beberapa suku

pendatang. Antara lain suku Makassar, Mandar, suku Bajo dan beberapa suku

lainnya. 21

Selain di Bajo, komunitas nelayan bugis juga terdapat di kawasan lainnya.

Di Kota Balikpapan, komunitas bugis membangun suatu kampung khusus dimana

hampir sebagian besar dari mereka bekerja sebagai nelayan. Kawasan mereka

Page 25: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

14

terletak di kawasan terpadu kampung baru dimana rumah berbentuk panggung

yang dibangun tepat diatas laut.

Secara teori, berdasarkan pemaparan diatas, pekerjaan tipikal suku bugis

akan memberikan hubungan terhadap obesitas. Bertani, melaut, berdagang dan

berumah tangga yang merupakan pekerjaan dari suku bugis tentunya akan

berpengaruh terhadap obesitas.

2.1.2.2 Topografi Lingkungan dan Bentuk Tempat Tinggal Mempengaruhi

Obesitas.

Topografi Lingkungan, dan bentuk tempat tinggal sangat mempengaruhi

kehidupan orang bugis. Tinggal dirumah panggung tentu sangat berbeda

dibandingkan dengan tinggal dirumah semi permanen sehingga secara teoritis

orang orang yang tinggal dirumah panggung akan beraktivitas lebih banyak bila

dibandingkan dengan orang-orang yang tinggal dirumah semi permanen.

Secara teori wilayah dataran rendah perkotaan memungkinkan kemudahan

akses akan pangan dan gaya hidup seseorang dibandingakan dengan wilayah

pantai dan perbukitan. Akses pangan di perkotaan lebih mudah dibandingkan

dengan wilayah perdesaan. Akses pangan mempermudah pemenuhan kebutuhan

pangan sehingga memungkinkan pemenuhan kalori seseorang. Selain itu, gaya

hidup masyarakat perkotaan juga berbeda dengan gaya hidup masyarakat

perdesaan. Sehingga unsur budaya seperti lingkungan, pekerjaan, dan tempat

tinggal akan memberikan pengaruh terhadap kejadian obesitas.22

Perbedaan lingkungan yakni kehidupan pantai dan dataran tinggi juga

akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pola aktivitas masyarakat.

Page 26: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

15

Sehingga unsur budaya seperti lingkungan, pekerjaan, dan tempat tinggal akan

memberikan pengaruh terhadap kejadian obesitas. Dilihat dari pengaruh topografi

lingkungan terhadap aktifitas secara teoritis, orang bugis yang tinggal di dataran

tinggi akan lebih sedikit obesitas bila dibandingkan dengan nelayan karena

perbedaan tingkat energi yang dibutuhkan untuk beraktifitas. Berjalan di dataran

tinggi dan tidak rata akan memakan energi lebih banyak dibandingkan dengan

orang yang tinggal pada medan yang datar.

2.1.2.3 Asupan Makanan Mempengaruhi Obesitas.

Dari aspek kuliner manusia cenderung punya preferensi. Manusia telah

diajarkan untuk memilih makanan sejak kecil, membiasakan diri pada rasanya dan

tumbuh berkembang dengan pola makan yang diajarkan.23

Secara umum budaya bugis menyajikan makanan yang bersifat manis

antara lain beppa puteh, nennu-nennu, palopo, barongko, paloleng, sanggarak,

lapisi, cangkueng, badda-baddang dan lain-lain. Menurut kepustakaan yang ada

makanan tradisional seperti ini sering disajikan pada acara acara tertentu. Namun

untuk diet sehari hari masyrakat suku bugis belum tergambar dengan jelas.

Kalkulasi harian asupan nutri rata-rata suku bugis tidak banyak ditelusuri lebih

jauh. Potensi timbulnya obesitas dapat pula diperkirakan terjadi karena aspek

asupan makanan24

2.1.2.4 Aspek Budaya Siri Terhadap Obesitas.

Pada masyarakat Suku Bugis, menjunjung tinggi adat-istiadat yang disebut

dengan siri’ yang berarti segala sesuatu yang menyangkut hal yang paling peka

dalam diri masyarakat Bugis, seperti martabat atau harga diri, reputasi, dan

Page 27: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

16

kehormatan, yang semuanya harus dipelihara dan ditegakkan dalam kehidupan

nyata.25

Siri’ merupakan kebanggaan atau keagungan harga diri yang telah

diwariskan oleh leluhur untuk menjunjung tinggi adat istiadat yang di dalamnya

terpatri pula sendi-sendi tersebut. Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini

semakin merabah setiap sudut kehidupan, maka perubahan-perubahan akan terjadi

dalam kehidupan masyarakat. Kuatnya siri’ yang dimiliki oleh masyarakat Bugis

sangat jelas terlihat jika harkat dan martabatnya dilanggar oleh orang lain, maka

orang yang dilanggar harkat dan martabatnya tersebut akan berbuat apa saja untuk

membalas dendam dan memperbaiki nama besar keluarganya di tengah-tengah

masyarakat.25

Budaya siri tersebut membedakan perilaku yang seharusnya dimiliki oleh

laki laki dan perempuan. Perempuan dalam bugis diibaratkan sebagai permata

keluarga sehingga adanya pelanggaran yang terjadi pada perempuan akan merusak

siri yang ada dalam keluarga. Perempuan harus menjaga perilakunya dan

memendam beberapa nafsu. Sedangkan laki laki harus terlihat agresif

(marisaliwengngi) dan menjaga perilakunya. Dengan adanya budaya seperti ini

membuat perempuan bugis cenderung dipelihara dalam rumah untuk mencegah

hal hal yang tidak diinginkan. Dibatasinya aktivitas seperti ini akan berpengaruh

pada pola hidup laki laki dan perempuan bugis26

Keterbatasan aktivitas ini akan memicu terjadinya obesitas secara

langsung seperti yang dipaparkan oleh WHO sebelumnya. Sehingga secara teori,

obesitas pada perempuan bugis dipengaruhi oleh faktor ini.

Page 28: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

17

Melalui pendidikan, seseorang diajarkan berbagai kemampuan dan nilai-

nilai yang berguna bagi manusia. Saat ini masyarakat sudah meninggalkan sistem

stratifikasi sosial tertutup dan siri’ saat ini merujuk kepada beragam kasus tidak

hanya menyangkut masalah perempuan. Siri’ saat ini juga menyangkut masalah

taraf hidup dan status sosial seseorang dan keluarga dalam masyarakat. Semakin

baik standar hidup, semakin baik pula tingkat siri’ seseorang dan keluarga.

Hukum pembunuhan yang sebelumnya dianggap sebagai salah satu cara untuk

memulihkan siri’ sudah jarang terjadi pada masyarakat.25

Contoh hal mengenai

mempertahankan siri secara sederhana. Seorang bugis bila diajak seseorang untuk

makan, maka orang tersebut tidak akan makan selahap mungkin. Hal ini sering

dialami oleh orang bugis di perantauan karena akan tampak memalukan bila

terlihat rakus, dan kontras bila dibandingkan dengan orang bugis yang hidup

dilingkungannya, maka orang bugis akan tidak canggung untuk menghabiskan

sajian.

Secara ringkas unsur budaya yang mungkin berpengaruh pada obesitas di

kalangan suku bugis adalah, lingkungan, tempat tinggal, pekerjaan, asupan

makanan serta budaya siri yang berhubungan dengan pembatasan aktivitas fisik

dan sopan santun dalam perjamuan.

Page 29: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

18

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Obesitas

Obesitas didefinisikan sebagai orang dengan indeks massa tubuh lebih dari

30 kg/m2. Data antropometri diukur dengan menggunakan spring balance scale

untuk berat badan (satuan kilogram) dan meteran untuk tinggi badan (satuan

meter). Responden yang non obes diberi nilai 1 dan obes diberi nilai 2.

3.2.2 Suku Bugis

Orang bugis didefinisikan sebagai keturunan suku bugis sedikitnya

sebanyak 2 keturunan dan tidak berasal dari pernikahan campur.

OBESITAS PADA

SUKUBUGIS

FAKTOR

EKONOMI

FAKTOR

PENGETAHUAN

FAKTOR SOSIAL

BUDAYA TEMPAT TINGGAL

PEKERJAAN

LINGKUNGAN

BUDAYA SIRI ASUPAN

MAKANAN

FAKTOR GENETIS

Page 30: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

19

3.2.3 Tempat Tinggal

Tempat tinggal didefinisikan sebagai rumah tinggal bagi seorang bugis

berupa rumah panggung. Rumah panggung adalah rumah yang dibuat dari kayu

dan memiliki kemungkinan mobilitas (diangkat) dan tidak memiliki sedikitpun

bagian rumah yang permanen. Rumah panggung diberi kode 1. Rumah panggung

semi permanen adalah rumah panggung yang memiliki bagian permanen yang

terbuat dari batu (diberi kode 2). Rumah permanen satu lantai adalah rumah

permanen tanpa lantai yang dibangun dengan tembok batu tidak melebihi satu

tingkat (diberi kode 3) dan rumah permanen lebih dari satu lantai adalah rumah

permanen lebih dari satu tingkat (kode 4). Setidaknya rumah tersebut dihuni

paling sedikit selama lima tahun terakhir.

3.2.4 Pekerjaan

Pekerjaan adalah pekerjaan utama sehari hari yang dilakukan sebagai

usaha utama untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam hal ini pekerjaan yang akan

diteliti adalah, bertani, nelayan, berdagang dan berumah tangga.

3.2.5 Asupan Makanan

Asupan makanan adalah gambaran makanan yang dimakan dalam satu

bulan dengan perkiraan energi dihitung melalui harris benedict dengan

perhitungan kasar food recall 24 jam. Perhitungan energi dilakukan dengan rumus

Laki-laki : BMR = 66,42 + (13,75 BB) + (5,0 TB) – (6,78 U)

Perempuan : BMR = 655,1 + (9,65 BB) + (1,85 TB) – (4,68 U)

Keterangan :

BMR = Basal Metabolic Rate (kkal)

Page 31: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

20

BB = Berat badan (dalam kilogram)

TB = Tinggi badan (dalam meter)

U = Usia (dalam tahun)

Pengelompokan konsumsi energi akan dibagi menjadi 3 kelompok yakni

kurang dari 90% intake BEE (kode 1), 90-120% BEE (kode 2) dan >120% BEE

(kode 3)

3.2.6. Lingkungan

Lingkungan adalah keadaan tempat tinggal sekitar subjek yang

menggambarkan kontur dan akses publik yang dapat mempengaruhi perilaku atau

ketersediaan sumber makanan. Dibagi menjadi area pantai, area dataran rendah

perkotaan, dan area perbukitan.

3.2.7 Budaya Siri

Budaya Siri didefinisikan sebagai persepsi dalam keluarga mengenai siri.

Siri yang akan diteliti yakni siri kesetaraan yang membatasi aktivitas anggota

keluarga terutama perempuan dalam rumah tangga. Pertanyaan ini akan diajukan

kepada responden wanita. Dikatakan ada bila responden mengatakan bahwa ada

siri seperti itu dalam kelurga dan tidak jika sebaliknya.

Siri terhadap penampilan dikatakan sebagai rasa malu terhadap gemuk

Responden akan ditanyakan apakah responden malu bila memiliki tubuh yang

gemuk. Kode 1 untuk ya dan Kode 2 untuk tidak.

Page 32: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

21

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di tiga daerah di tiga kabupaten/ kotamadya di

Indonesia. Kabupaten Sidenreng Rappang, Kabupaten Soppeng dan Kota

Balikpapan

4.2. WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10 Desember 2012- 12 Februari

2013 dan dimulai di Kotamadya Balikpapan dan dilanjutkan pada daerah

Kabupaten Sidrap dan Soppeng

4.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Populasi penelitian adalah seluruh orang bugis yang terdapat di tiga daerah

tersebut. Sampel diambil secara acak dengan menggunakan kriteria inklusi dan

eksklusi oleh tim Surveyor dengan mendatangi titik pertemuan tertentu, Sampel di

Kotamadya Balikpapan diambil di Pasar Pandan Sari, Pasar Kebun Sayur dan

Kawasan Terpadu Kampung Baru. Titik pengambilan sampel untuk kabupaten

Soppeng diambil di Pasar Sentral kecamatan Lalabata dan Kabupaten Sidrap di

Pasar Daerah Rappang.

4.4 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI

Kriteria inklusi meliputi :

a. Suku Bugis yang tidak tercampur dengan pernikahan luar minimal dua

keturunan

Page 33: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

22

b. Memenuhi definisi obesitas

c. Bagi perempuan, tidak sedang menggunakan kontrasepsi, atau tidak hamil

d. Menetap lebih dari 5 tahun didaerah penelitian

e. Memiliki pekerjaan tipikal bugis yang menetap.

f. Bersedia mengikuti penelitian

Sedangkan kriteria eksklusi antara lain:

a. Suku Bugis yang telah tercampur dengan pernikahan luar

b. Tidak memenuhi definisi obesitas

c. Bagi perempuan, menggunakan kontrasepsi atau hamil

d. Menetap kurang dari 5 tahun didaerah penelitian

e. Belum memiliki pekerjaan tipikal bugis yang menetap.

f. Tidak bersedia mengikuti penelitian

4.5 MODEL PENELITIAN

Studi dilakukan dengan pendekatan crosssectional. Data primer diambil

menggunakan kuisioner dan akan dianalisis hubungannya dengan menggunakan

uji korelasi Spearman dan Kontingensi Koofisien.

4.6 VARIABEL PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel independen yakni unsur

budaya bugis dan variabel dependennya adalah obesitas. Variabel counfounding

yang akan dikontrol dalam penelitian ini adalah variabel ekonomi dan tingkat

pendidikan yang melambangkan tingkat pengetahuan.

Page 34: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

23

4.7 INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian ini menggunakan kuisioner yang telah disusun

berdasarkan variabel penelitian yang akan diteliti. Sedangkan pengumpul data

yang digunakan berupa alat tulis, dan kertas serta alat hitung antopometri seperti

meteran dan spring balance scale serta kalkulator.

4.8 PENGOLAHAN DATA

Kuisioner yang telah diisi kemudian dimasukkan dalam piranti lunak

analisis statistik SPSS 17 dengan inputan kode variabel sesuai dengan pemaparan

sebelumnya. Dilakukan 2 jenis analisis yakni Univariat untuk mengetahui

gambaran deskriptif variabel yang sebagian besar bersifat kategorial. Uji bivariat

dilakukan untuk mengetahui hubungan amtar variabel Uji korelasi Spearman

dilakukan untuk menganalisis variabel ordinal dan Uji Koofisien Kontingensi

untuk uji variabel nominal. Uji komparatif Kruskal Wallis dilakukan pada analisa

variabel siri. Kriteria tingkat kemaknaan statistik yang dianjurkan adalah p<0.05

4.8. PENYAJIAN DAN PELAPORAN DATA

Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk table sederhana untuk

analisis univariat dan bivariat yang disertai narasi dan analisis untuk ditarik

sebuah kesimpulan

Page 35: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

24

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Penelitian dengan judul “Identifikasi dan Analisis Faktor-Faktor Pada

Kebudayaan Suku Bugis yang Mempengaruhi Obesitas pada Suku Bugis di

Kotamadya Balikpapan, Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Soppeng” dilakukan

mulai dari tanggal 10 Desember 2012- 12 Februari 2013.

Penelitian ini melibatkan 96 responden dari 3 daerah yang telah ditentukan

sebelumnya. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan menggunakan

kuisioner yang ditanyakan oleh surveyor kepada subjek penelitian. Hasil yang

diperoleh, dikumpulkan dan dianalisa menggunakan piranti lunak SPSS versi 17.

Dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan uji Mann Withney dan

Kruskal Wallis untuk menarik kesimpulan dari unsur-unsur budaya yang

mempengaruhi obesitas. Dibawah ini merupakan hasil analisis data per daerah.

5.1.1 Karakteristik Sampel Penelitian

Kotamadya Balikpapan merupakan salah satu kota di Propinsi Kalimantan

Timur yang dihuni oleh berbagai macam etnis pendatang, salah satunya adalah

suku Bugis dengan proporsi sebesar 14,4% dari total penduduk. Sebanyak 31

subjek (15 laki-laki dan 16 perempuan) dalam dua kelompok (17 obes dan 14 non

obes) dilibatkan dalam penelitian ini dengan rentang usia 32-70 tahun dengan

umur rata-rata 49,39 tahun dengan umur terbanyak 43 tahun. Indeks massa tubuh

Page 36: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

25

rata-rata yakni 27,93 kg/M2 dengan IMT terendah yakni 18,26 kg/m2 dan

maksimum 31,80. Berat Badan Subjek penelitian berkisar antara 45-95 kg dengan

berat badan rata-rata 75,06 Kg. Tinggi badan rata-rata 1,637 m dengan rentang

1,50-1,75 m.

Tabel 1 : Karakteristik Sampel Kotamadya Balikpapan menurut Antropometri

Umur IMT BB TB

N Valid 31 31 31 31

Missing 0 0 0 0

Mean 49.39 27.9306 75.06 1.6374

Median 45.00 30.4500 78.00 1.6300

Mode 43 30.49a 69a 1.58a

Std. Deviation 12.112 3.91846 12.329 .06366

Minimum 32 18.26 45 1.50

Maximum 70 31.80 95 1.75

Berdasarkan unsur-unsur budaya, karakteristik sampel penelitian di

Kotamadya Balikpapan, pekerjaan tipikal suku bugis paling banyak dari

responden adalah berdagang sebanyak 16 responden. Responden umumnya

bekerja sebagai pedagang bahan makanan seperti beras, telur dan sayuran

terutama sayuran yang didatangkan dari Sulawesi.Responden memiliki kios

sendiri di pasar tradisional dan ada juga yang menjadikan ruko sebagai tempat

untuk berjualan. Sebanyak 11 responden adalah ibu rumah tangga yang

melakukan pekerjaan rumah tangga tanpa memiliki pekerjaan yang tetap.

Responden yang bekerja sebagai nelayan ada 3 orang, umumnya tinggal di

kawasan terpadu Kampung Baru yang berada diatas pantai Teluk Balikpapan. Dan

1 responden bekerja sebagai petani yakni petani sayuran dan berladang lada pada

waktu waktu tertentu dan tinggal di daerah transmigrasi terpadu Km 17.

Page 37: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

26

Tabel 2. Distribusi Responden Kotamadya Balikpapan Menurut Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Nelayan 3 9.7 9.7 9.7

Bertani 1 3.2 3.2 12.9

Berdagang 16 51.6 51.6 64.5

rumah tangga 11 35.5 35.5 100.0

Total 31 100.0 100.0

Topografi Kotamadya Balikpapan terdiri dari daerah pantai, dataran

rendah perkotaan dan kawasan perbukitan. Sebagian besar responden (18 orang)

tinggal di dataran rendah perkotaan disusul dengan perbukitan sebanyak 8 orang

dan kawasan pantai sebanyak 5 orang dan semuanya tinggal di Kawasan terpadu

Kampung Baru.

Tabel 3. Distribusi Responden Kotamadya Balikpapan Menurut Lingkungan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Pantai 5 16.1 16.1 16.1

Perkotaan 18 58.1 58.1 74.2

perbukitan 8 25.8 25.8 100.0

Total 31 100.0 100.0

Menurut Perda Kotamadya Balikpapan, Upah Minimum Regional Tahun

2013 adalah IDR 1.700.000 sehingga kategori 1 adalah dibawah 1.700.000 ,

Kategori 2 berkisar 1.700.000-3.400.000 dan kategori tiga adalah diatas IDR

3.400.000. Berikut adalah karakteristik responden menurut tingkat ekonomi

keluarga setiap bulan.

Page 38: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

27

Tabel 4. Distribusi Responden Kotamadya Balikpapan Menurut Ekonomi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Dibawah UMR 4 12.9 12.9 12.9

1-2 kali UMR 17 54.8 54.8 67.7

diatas 2 kali UMR 10 32.3 32.3 100.0

Total 31 100.0 100.0

Berdasarkan tingkat ekonominya, sebagian besar responden berada pada

tingkat ekonomi menengah (17 orang) disusul menengah keatas (10 orang) dan

sisanya (4 orang ) berada pada tingkat ekonomi menengah kebawah.

Berdasarkan asupan makanan yang didapatkan melalui perhitungan food

recall maka diperoleh distribusi subjek menurut asupan makanannya. Sebanyak 20

responden memiliki pola makan menengah, disusul pola makan rendah energi (6

orang dan tinggi energi 5 orang

Tabel 5. Distribusi Responden Kotamadya Balikpapan Menurut Asupan makanan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <90 % BEE 6 19.4 19.4 19.4

90-120% BEE 20 64.5 64.5 83.9

>120 BEE 5 16.1 16.1 100.0

Total 31 100.0 100.0

Berdasarkan bentuk rumah responden, sebagian besar responden (12

orang) tinggal di rumah permanen satu lantai, disusul tinggal dirumah panggung

semi permanen (8 orang), rumah permanen lebih dari 1 lantai (6 orang) dan rumah

panggung sebanyak 5 orang.

Page 39: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

28

Tabel 6. Distribusi Responden Kotamadya Balikpapan Menurut Rumah Tinggal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid rumah panggung 5 16.1 16.1 16.1

rumah panggung semi permanen 8 25.8 25.8 41.9

rumah permanen 1 lantai 12 38.7 38.7 80.6

rumah permanen lebih dari 1

lantai

6 19.4 19.4 100.0

Total 31 100.0 100.0

Berdasarkan pandangan terhadap budaya Siri, dibagi menjadi siri terhadap

penampilan yakni apakah responden malu bila tubuhnya gemuk dan siri

kesetaraan dimana laki-laki merupakan tulang punggung dan perempuan

cenderung dibatasi aktivitasnya. Pada pasien dengan obes didapatkan sebanyak 6

dari 17 orang responden malu dengan tubuh gemuknya dan 11 dari 17 responden

yang obes tidak siri dengan tubuh gemuknya. Sedangkan pada responden non

obes semuanya seimbang ( 7 orang malu dan 7 orang tidak malu)

Tabel 7. Kros Tabulasi Siri Penampilan dengan status IMT

siripenampilan

Total malu tidak

statusIMT obes 6 11 17

non obes 7 7 14

Total 13 18 31

Sedangkan pada pandangan kesetaraan yang hanya ditanyakan terhadap

responden perempuan mengatakan bahwa dalam kelurganya terdapat pandangan

bahwa perempuan tidak perlu bekerja untuk menanggung kebutuhan keluarga

Page 40: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

29

yakni sebanyak 11 orang. Sebanyak 6 orang perempuan obes memegang nilai

tersebut dalam kehidupan keluarganya dan sebanyak 4 orang obes tidak merasa

ada nilai siri yang membatasi aktivitas mereka dalam keluarga. Pada golongan

non obes, sebanyak 5 orang memiliki keterbatasan aktivitas dan 2 responden

tidak.

Tabel 8. Kros Tabulasi Siri Kesetaraan dengan status IMT

Count

sirikesetaraan

Total tidak ditanyakan ada tidak

statusIMT Obes 7 6 4 17

non obes 7 5 2 14

Total 14 11 6 31

Kabupaten Soppeng merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sulawesi

Selatan yang hampir seluruhnya dihuni oleh suku bugis dan etnis lain seperti cina,

dan Jawa. Sebanyak 35 subjek (14 laki-laki dan 21 perempuan) dalam dua

kelompok (18 obes dan 17 non obes) dilibatkan dalam penelitian ini dengan

rentang usia 29-67 tahun dengan umur rata-rata 46,29 tahun dengan umur

terbanyak 34 tahun. Indeks massa tubuh rata-rata yakni 27,49 kg/M2 dengan IMT

terendah yakni 18,03 kg/m2 dan maksimum 34,81. Berat Badan Subjek penelitian

berkisar antara 45-97 kg dengan berat badan rata-rata 73,77 Kg. Tinggi badan

rata-rata 1,64 m dengan rentang 1,52-1,79 m.

Page 41: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

30

Tabel 9 : Karakteristik Sampel Kabupaten Soppeng menurut Antropometri

Umur BB TB IMT

N Valid 35 35 35 35

Missing 0 0 0 0

Mean 46.29 73.7714 1.6429 27.4929

Median 46.00 76.0000 1.6300 30.0600

Mode 34a 87.00 1.65 33.15

Std. Deviation 11.421 14.68510 .06506 5.51318

Minimum 29 45.00 1.52 18.03

Maximum 67 97.00 1.79 34.81

Berdasarkan unsur-unsur budaya, karakteristik sampel penelitian di

Kabupaten Soppeng, pekerjaan tipikal suku bugis paling banyak dari responden

adalah berdagang sebanyak 12 responden dan rumah tangga 12 responden.

Responden umumnya bekerja sebagai pedagang bahan makanan seperti beras,

telur dan sayuran serta hasil hasil pertanian dan perkebunan seperti kakao. Sisanya

bekerja sebagai petani yang mengelola sawah dan ladang kakao sebanyak 11

orang.

Tabel 10. Distribusi Responden Kabupaten Soppeng Menurut Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid bertani 11 31.4 31.4 31.4

berdagang 12 34.3 34.3 65.7

rumah tangga 12 34.3 34.3 100.0

Total 35 100.0 100.0

Topografi Kabupaten Soppeng terdiri dari dataran rendah perkotaan dan

kawasan perbukitan seperti desa Mattabulu dan Lalabata Rilau. Sebagian besar

Page 42: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

31

responden (24 orang) tinggal di dataran rendah perkotaan disusul dengan

perbukitan sebanyak 11 orang.

Tabel 11. Distribusi Responden Kabupaten Soppeng Menurut Lingkungan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid dataran rendah perkotaan 24 68.6 68.6 68.6

Perbukitan 11 31.4 31.4 100.0

Total 35 100.0 100.0

Upah Minimum Regional Tahun 2013 untuk Sulawesi Selatan adalah IDR

1.440.000 sehingga kategori 1 adalah dibawah 1.440.000, Kategori 2 berkisar

1.440.000-2.880.000 dan kategori tiga adalah diatas IDR 2.880.000. Berikut

adalah karakteristik responden menurut tingkat ekonomi keluarga setiap bulan.

Tabel 12. Distribusi Responden Kabupaten Soppeng Menurut Ekonomi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Dibawah UMR 3 8.6 8.6 8.6

1-2 kali UMR 22 62.9 62.9 71.4

diatas 2 kali UMR 10 28.6 28.6 100.0

Total 35 100.0 100.0

Berdasarkan tingkat ekonominya, sebagian besar responden berada pada

tingkat ekonomi menengah (22 orang) disusul menengah keatas (10 orang) dan

sisanya (3 orang ) berada pada tingkat ekonomi menengah kebawah.

Berdasarkan asupan makanan yang didapatkan melalui perhitungan food

recall maka diperoleh distribusi subjek menurut asupan makanannya. Sebanyak 21

Page 43: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

32

responden memiliki pola makan menengah, disusul pola makan rendah energi 7

orang dan tinggi energi 7 orang

Tabel 13. Distribusi Responden Kabupaten Soppeng Menurut Asupan Makanan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <90 % BEE 7 20.0 20.0 20.0

90-120% BEE 21 60.0 60.0 80.0

>120 BEE 7 20.0 20.0 100.0

Total 35 100.0 100.0

Berdasarkan bentuk rumah responden, sebagian besar responden (12

orang) tinggal di rumah panggung, disusul tinggal dirumah permanen 1 lantai (9

orang), rumah panggung semi permanen (8 orang) dan rumah permanen lebih dari

satu lantai sebanyak 6 orang.

Tabel 14. Distribusi Responden Kabupaten Soppeng Menurut Bentuk Rumah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid rumah panggung 12 34.3 34.3 34.3

rumah panggung semi permanen 8 22.9 22.9 57.1

rumah permanen 1 lantai 9 25.7 25.7 82.9

rumah permanen lebih dari 1

lantai

6 17.1 17.1 100.0

Total 35 100.0 100.0

Berdasarkan pandangan terhadap budaya Siri, dibagi menjadi siri terhadap

penampilan yakni apakah responden malu bila tubuhnya gemuk dan siri

kesetaraan dimana laki-laki merupakan tulang punggung dan perempuan

Page 44: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

33

cenderung dibatasi aktivitasnya. Pada pasien dengan non obes didapatkan

sebanyak 15 dari 17 orang responden malu dengan tubuh gemuk dan 2 dari 17

responden yang obes tidak siri dengan tubuh gemuknya. Sedangkan pada

responden obes semuanya seimbang ( 9 orang malu dan 9 orang tidak malu)

Tabel 15. Kros Tabulasi Siri Penampilan dengan status IMT

Count

statusIMT

Total obes non obes

penampilan malu 9 15 24

tidak 9 2 11

Total 18 17 35

Sedangkan pada pandangan kesetaraan yang hanya ditanyakan terhadap

responden perempuan mengatakan bahwa dalam kelurganya terdapat pandangan

bahwa perempuan tidak perlu bekerja untuk menanggung kebutuhan keluarga

yakni sebanyak 12 orang. Sebanyak 7 orang perempuan obes memegang nilai

tersebut dalam kehidupan keluarganya dan sebanyak 5 orang obes tidak merasa

ada nilai siri yang membatasi aktivitas mereka dalam keluarga. Pada golongan

non obes, sebanyak 5 orang memiliki keterbatasan aktivitas dan 7 tidak.

Tabel 16. Kros Tabulasi Siri Kesetaraan dengan status IMT

Count

statusIMT

Total obes non obes

Kesetaraan tidak ditanyakan 6 5 11

Ada 7 5 12

Tidak 5 7 12

Total 18 17 35

Page 45: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

34

Kabupaten Sidrap merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sulawesi

Selatan dengan topografi yang hampir seluruhnya dataran rendah dan dianggap

sebagai lumbung padi dari Sulawesi Selatan.Dari Center ini sebanyak 30 subjek

(14 laki-laki dan 16 perempuan) dalam dua kelompok (16 obes dan 14 non obes)

dilibatkan dalam penelitian ini dengan rentang usia 28-70 tahun dengan umur

rata-rata 47,13 tahun dengan umur terbanyak 28 tahun. Indeks massa tubuh rata-

rata yakni 27,436 kg/M2 dengan IMT terendah yakni 19,14 kg/m2 dan maksimum

31,74. Berat Badan Subjek penelitian berkisar antara 49-95 kg dengan berat badan

rata-rata 74,03 Kg. Tinggi badan rata-rata 1,64 m dengan rentang 1,49-1,75 m.

Tabel 17 : Karakteristik Sampel Kabupaten Sidrap menurut Antropometri

Umur BB TB IMT

N Valid 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0

Mean 47.13 74.0333 1.6433 27.4360

Median 44.50 75.5000 1.6450 30.0650

Mode 28a 67.00a 1.58a 27.64

Std. Deviation 12.336 12.09868 .06880 4.12947

Minimum 28 49.00 1.49 19.14

Maximum 70 95.00 1.75 31.74

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Berdasarkan unsur-unsur budaya, karakteristik sampel penelitian di

Kabupaten Sidrap, pekerjaan tipikal suku bugis paling banyak dari responden

adalah rumah tangga sebanyak 12 responden Sisanya adalah bertani terutama

bertani mengelola sawah untuk ditanam padi sebanyak 9 orang dan nilai yang

sama untuk berdagang sebanyak 9 orang

Page 46: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

35

Tabel 18. Distribusi Responden Kabupaten Sidrap Menurut Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Bertani 9 30.0 30.0 30.0

Berdagang 9 30.0 30.0 60.0

rumah tangga 12 40.0 40.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Topografi Kabupaten Sidrap terdiri dari dataran rendah perkotaan dan

kawasan perbukitan namun tidak setinggi daerah lainnya. Sebagian besar

responden (22 orang) tinggal di dataran rendah perkotaan disusul dengan

perbukitan sebanyak 8 orang.

Tabel 19. Distribusi Responden Kabupaten Sidrap Menurut Lingkungan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid dataran rendah 22 73.3 73.3 73.3

Perbukitan 8 26.7 26.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Upah Minimum Regional Tahun 2013 untuk Sulawesi Selatan adalah IDR

1.440.000 sehingga kategori 1 adalah dibawah 1.440.000, Kategori 2 berkisar

1.440.000-2.880.000 dan kategori tiga adalah diatas IDR 2.880.000. Berikut

adalah karakteristik responden menurut tingkat ekonomi keluarga setiap bulan.

Page 47: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

36

Tabel 20. Distribusi Responden Kabupaten Sidrap Menurut Ekonomi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Dibawah UMR 6 20.0 20.0 20.0

1-2 kali UMR 13 43.3 43.3 63.3

diatas 2 kali UMR 11 36.7 36.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Berdasarkan tingkat ekonominya, sebagian besar responden berada pada

tingkat ekonomi menengah (13 orang) disusul menengah keatas (11 orang) dan

sisanya (6 orang) berada pada tingkat ekonomi menengah kebawah.

Berdasarkan asupan makanan yang didapatkan melalui perhitungan food

recall maka diperoleh distribusi subjek menurut asupan makanannya. Sebanyak 20

responden memiliki pola makan menengah, disusul pola makan tinggi energi 7

orang dan renah energi 3 orang

Tabel 21. Distribusi Responden Kabupaten Sidrap Menurut Asupan Makanan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <90 % BEE 3 10.0 10.0 10.0

90-120% BEE 20 66.7 66.7 76.7

>120 BEE 7 23.3 23.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Berdasarkan bentuk rumah responden, sebagian besar responden (12 orang)

tinggal di rumah panggung, disusul tinggal dirumah permanen 1 lantai (10 orang),

rumah panggung semi permanen (5 orang) dan rumah permanen lebih dari satu

lantai sebanyak 3 orang.

Page 48: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

37

Tabel 22. Distribusi Responden Kabupaten Sidrap Menurut Bentuk Rumah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid rumah panggung 12 40.0 40.0 40.0

rumah panggung semi permanen 5 16.7 16.7 56.7

rumah permanen 1 lantai 10 33.3 33.3 90.0

rumah permanen lebih dari 1

lantai

3 10.0 10.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Berdasarkan pandangan terhadap budaya Siri, dibagi menjadi siri terhadap

penampilan yakni apakah responden malu bila tubuhnya gemuk dan siri

kesetaraan dimana laki-laki merupakan tulang punggung dan perempuan

cenderung dibatasi aktivitasnya. Pada pasien dengan obes didapatkan sebanyak 6

dari 16 orang responden malu dengan tubuh gemuk dan 10 dari 16 responden

yang obes tidak siri dengan tubuh gemuknya. Sedangkan pada responden non

obes semuanya seimbang ( 7 orang malu dan 7 orang tidak malu)

Tabel 23. Kros Tabulasi Siri Penampilan dengan status IMT

Count

siripenampilan

Total Malu tidak

IMTstat Obes 6 10 16

non obes 7 7 14

Total 13 17 30

Sedangkan pada pandangan kesetaraan yang hanya ditanyakan terhadap

responden perempuan mengatakan bahwa dalam kelurganya terdapat pandangan

bahwa perempuan tidak perlu bekerja untuk menanggung kebutuhan keluarga

Page 49: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

38

yakni sebanyak 11 orang. Sebanyak 7 orang perempuan obes memegang nilai

tersebut dalam kehidupan keluarganya dan sebanyak 2 orang obes tidak merasa

ada nilai siri yang membatasi aktivitas mereka dalam keluarga. Pada golongan

non obes, sebanyak 4 orang memiliki keterbatasan aktivitas dan 3 tidak.

Tabel 24.Kros Tabulasi Siri Kesetaraan dengan Status IMT

Count

Sirikesetaraan

Total tidak ditanyakan ada tidak

IMTstat Obes 7 7 2 16

non obes 7 4 3 14

Total 14 11 5 30

5.1.2 Analisa Hubungan Antara Budaya dengan Obesitas

Unsur Budaya yang sudah diidentifikasi yakni bentuk rumah, pekerjaan

tipikal, lingkungan tempat tinggal, asupan makanan, dan 2 nilai siri yakni

kesetaraan rumah tangga dan siri penampilan. Uji korelasi Spearman akan

dilakukan terhadap variabel tingkat ekonomi, bentuk rumah dan asupan makanan.

Tabel 25 :Hasil Uji Korelasi Spearman Kotamadya Balikpapan

rumah Ekonomi

Asupan

makanan statusIMT

Spearman's

rho

Rumah Correlation Coefficient 1.000 .824**

.052 -.004

Sig. (2-tailed) . .000 .780 .984

N 31 31 31 31

Ekonomi Correlation Coefficient .824**

1.000 .072 .122

Sig. (2-tailed) .000 . .701 .515s

N 31 31 31 31

Asupan

makanan

Correlation Coefficient .052 .072 1.000 .628**

Sig. (2-tailed) .780 .701 . .000

N 31 31 31 31

Status IMT Correlation Coefficient -.004 .122 .628**

1.000

Sig. (2-tailed) .984 .515 .000 .

N 31 31 31 31

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 50: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

39

Tabel 26 :Hasil Uji Korelasi Spearman Kabupaten Sidrap

rumah Ekonomi

Asupan

Makanan IMTstat

Spearman's rho Rumah Correlation Coefficient 1.000 .801** .251 .184

Sig. (2-tailed) . .000 .181 .331

N 30 30 30 30

Ekonomi Correlation Coefficient .801** 1.000 .370* .150

Sig. (2-tailed) .000 . .044 .430

N 30 30 30 30

Asupan

makanan

Correlation Coefficient .251 .370* 1.000 .455*

Sig. (2-tailed) .181 .044 . .012

N 30 30 30 30

IMTstat Correlation Coefficient .184 .150 .455* 1.000

Sig. (2-tailed) .331 .430 .012 .

N 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Tabel 27 :Hasil Uji Korelasi Spearman Kabupaten Soppeng

Asupan

makanan statusIMT rumah Ekonomi

Spearman's rho Asupan

Makanan

Correlation Coefficient 1.000 .633** .270 .317

Sig. (2-tailed) . .000 .117 .063

N 35 35 35 35

statusIMT Correlation Coefficient .633** 1.000 .326 .537**

Sig. (2-tailed) .000 . .056 .001

N 35 35 35 35

Rumah Correlation Coefficient .270 .326 1.000 .600**

Sig. (2-tailed) .117 .056 . .000

N 35 35 35 35

Ekonomi Correlation Coefficient .317 .537** .600** 1.000

Sig. (2-tailed) .063 .001 .000 .

N 35 35 35 35

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari ketiga tabel diatas dapat terlihat bahwa asupan makanan berkorelasi

positif dengan IMT (Balikpapan p=0,000 r=0,628. Sidrap p=0,012 r=0,455.

Soppeng p=0.000 r=0.633) Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Erin et

al (2003)26

dimana asupan makanan berkorelasi dengan obesitas dan juga oleh

Page 51: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

40

Mustamin (2010) dimana asupan makanan berkorelasi dengan obesitas

(p=0,022).27

Tidak ada korelasi yang bermakna antara bentuk rumah dengan Indeks

Massa Tubuh (Balikpapan p=0,984 Sidrap p=0,331) walaupun di kabupaten

Soppeng, variabel ini nyaris berkorelasi (p=0,056).

Ada hal yang menarik mengenai unsur bentuk rumah. Terdapat korelasi

positif yang sangat kuat antara tingkat ekonomi dengan bentuk rumah di semua

kota (Balikpapan p=0.000 r=0.824. Sidrap p=0.000 r=0.801 dan Soppeng p=0.000

r=0.633) Hal ini memberikan gambaran bahwa bentuk rumah adalah lambang

tingkat ekonomi suatu keluarga. Melihat korelasi variabel ekonomi terhadap

obesitas, Kabupaten Soppeng menunjukkan korelasi yang kuat terhadap hubungan

kedua variabel itu (p=0.001 r=0.537) dibandingkan kedua daerah yang lain yakni

Sidrap (p=0.430) dan Balikpapan (p=0,515). Hal ini menunjukkan bahwa bentuk

rumah bila dikaitkan dengan obesitas adalah hubungan yang tidak langsung yang

diperantarai oleh tingkat ekonomi. Maka tidak mengherankan bahwa nyaris

terdapat korelasi antara bentuk rumah responden di Kabupaten Soppeng dengan

status obesitas respondennya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor ekonomi

mempengaruhi unsur budaya bentuk tempat tinggal pada suku bugis.

Analisis unsur budaya berupa wilayah lingkungan, pekerjaan, dan nilai siri

kesetaraan dan penampilan dilakukan dengan uji Kontingensi Koofisien. Berikut

adalah hasil analisis mengenai korelasi antara lingkungan dengan IMT:

Page 52: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

41

Tabel 28 : Analisa Lingkungan dengan IMT di Kabupaten Soppeng

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .081 .632

Interval by Interval Pearson's R -.081 .169 -.466 .644c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.081 .169 -.466 .644c

N of Valid Cases 35

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Tabel 29 : Analisa Lingkungan dengan IMT di Kabupaten Sidrap

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .253 .151

Interval by Interval Pearson's R .262 .167 1.436 .162c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .262 .167 1.436 .162c

N of Valid Cases 30

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Tabel 30 : Analisa Lingkungan dengan IMT di Kotamadya Balikpapan

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .142 .727

Interval by Interval Pearson's R .137 .177 .746 .462c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .135 .177 .734 .469c

N of Valid Cases 31

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Berdasarkan analisis diatas tidak ada korelasi antara tempat tinggal dengan

obesitas pada ketiga daerah (Balikpapan p=0,727 Sidrap p=0,151 dan Soppeng

p=0,632) Hal ini berbeda dari penelitian Wardina (2009)22

yang menunjukkan ada

Page 53: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

42

korelasi antara lingkungan tempat tinggal dengan obesitas. Hal yang mungkin

mempengaruhi adalah sarana transportasi yang sudah merata terutama di kota

Balikpapan sehingga akses pangan akan merata terlepas dari topografi daerah

yang sangat bervariasi dibandingkan dengan 2 daerah lainnya.

Analisa berikutnya yakni mengenai faktor pekerjaan terhadap obesitas.

Berikut adalah hasil analisis ketiga daerah tersebut.

Tabel 31 Korelasi Lingkungan Terhadap Obesitas di Kabupaten Soppeng

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .239 .346

Interval by Interval Pearson's R .105 .168 .606 .549c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .102 .171 .589 .560c

N of Valid Cases 35

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Tabel 32 Korelasi Lingkungan Terhadap Obesitas di Kabupaten Sidrap

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .330 .160

Interval by Interval Pearson's R .113 .183

.600 .554c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .099 .189

.524 .604c

N of Valid Cases 30

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Tabel 33 Korelasi Lingkungan Terhadap Obesitas di Kotamadya Balikpapan

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .208 .706

Interval by Interval Pearson's R -.163 .172 -.892 .380c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.172 .174 -.942 .354c

N of Valid Cases 31

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Page 54: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

43

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara pekerjaan

dengan obesitas (Balikpapan p=0,706 Sidrap p=0,160 dan Soppeng p=0,346) Hal

ini bertentangan dengan Elya et al (2009) yang mengemukakan bahwa pekerjaan

berkorelasi dengan obesitas.17

Analisis mengenai budaya siri yang berhubungan dengan kesetaraan dan

penampilan akan diuji dengan Uji Kruskal Wallis dengan hasil berikut:

Tabel 34 Uji kruskal Wallis Untuk Balikpapan

sirikesetaraan Siripenampilan

Chi-Square .387 .660

Df 1 1

Asymp. Sig. .534 .417

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: statusIMT

Tabel 35 Uji Kruskal Wallis Untuk Sidrap

sirikesetaraan Siripenampilan

Chi-Square .001 .459

Df 1 1

Asymp. Sig. .982 .498

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: IMTstat

Tabel 36 Uji Kruskal Wallis Untuk Soppeng

kesetaraan Penampilan

Chi-Square .397 5.761

Df 1 1

Asymp. Sig. .529 .016

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: statusIMT

Dari analisis diatas tidak ada perbedaan yang bermakna antara budaya siri

yang menekan keseteraan peran perempuan dalam rumah tangga dengan obesitas

(Balikpapan p=0,534 Sidrap p=0,982 dan Soppeng p=0,529). Hasil yang sama

Page 55: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

44

ditunjukkan pada siri penampilan. Tidak ada perbedaan bermakna antara

persepktif malu terhadap obesitas pada kedua kota (balikpapan p=0,417 dan

sidrap p=0,498) namun ada perbedaan bermakna antara perspektif siri karena

gemuk dengan obesitas di kabupaten soppeng (p=0,014).

Page 56: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

45

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah :

1. Tidak ada korelasi antara bentuk tempat tinggal suku bugis dengan obesitas

pada suku bugis di Kabupaten Soppeng, Kabupaten Sidrap dan Kotamadya

Balikpapan

2. Tidak ada korelasi antara lingkungan tempat tinggal dengan obesitas pada suku

bugis di Kabupaten Soppeng, Kabupaten Sidrap dan Kotamadya Balikpapan

3. Tidak ada korelasi antara antara pekerjaan tipikal orang bugis dengan obesitas

pada suku bugis di Kabupaten Soppeng, Kabupaten Sidrap dan Kotamadya

Balikpapan

4. Ada korelasi positif yang kuat antara asupan makanan dengan obesitas pada

suku bugis di Kabupaten Soppeng, Kabupaten Sidrap dan Kotamadya

Balikpapan

5. Tidak ada perbedaan bermakna antara budaya siri yang membatasi kesetaraan

terhadap obesitas pada suku bugis di Kabupaten Soppeng, Kabupaten Sidrap

dan Kotamadya Balikpapan. Dan tidak adaperbedaan bermakna antara budaya

siri pada penampilan terhadap obesitas pada suku bugis di Kabupaten Sidrap

dan Kotamadya Balikpapan kecuali di Kabupaten Soppeng

Page 57: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

46

6.2 Saran

1. Penelitian ini mengalami kendala dalam mengumpulkan sampel dengan jumlah

sampel yang lebih besar sehingga bila melakukan studi yang sama pertimbangan

mengenai jangka waktu dan tenaga surveyor perlu diperhatikan agar sampel yang

diperoleh jauh lebih banyak sehingga memberikan hasil yang lebih spesifik.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terutama untuk membahas aspek-aspek

budaya bugis lainnya terutama aspek budaya bugis yang tidak terdapat dalam

aspek budaya lainnya.

Page 58: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

47

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Obesity and overweight (update : Mei 2012) dikutip dari

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/index.html

2. Kodyat, dkk., (1996): “Survei indek massa tubuh (IMT) di 12

kotamadya, indonesia”, Gizi Indonesia, 21: 52-61.

3. Departemen Kesehatan RI (2003): Petunjuk teknis pemantauan status

gizi orang dewasa dengan indeks massa tubuh (IMT), Jakarta.

4. WHO. 2008-2013 Action plan for the global strategy for the prevention

and control of noncommunicable diseases. Geneva:WHO 2009

5. Ganong WF. Fisiologi Kedokteran 2005. Jakarta:EGC

6. Azrul, Azwar (2004): Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di

Masa Depan, www.gizi.net, 27 September 2004.

7. Badan Litbang Kesehatan (2005). Data Susenas 2004 Substansi

Kesehatan: Status Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, Perilaku Hidup

Sehat dan Kesehatan Lingkungan. Jakarta, Badan Litbang Kesehatan.

8. Almatsier, Sunita (2001): Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta, Gramedia

Pustaka Utama.

9. Supari, Fadillah (2003): Penyakit Jantung Koroner dan Pencegahannya,

Seminar Gizi dan Kesehatan Populer, Bogor, 12 Juni 2003.

10. Suyono, Slamet dan Djauzi S. (1994): Penyakit Degeneratif dan Gizi

Lebih, Risalah WKNPG V, LIPI, Jakarta.

Page 59: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

48

11. Sunanti Z.S. Konsep sehat, sakit dan penyakit dalam konteks sosial

budaya. 2005 Jakarta: Departemen Kesehatan RI

12. Endah M. Eating out’ makanan khas daerah : Komoditas gaya hidup

masyarakat urban. 2006. Jakarta: Universitas Multimedia Nusantara

13. Wardle J .Eating behaviour and obesity. Obesity reviews (2007) 8

(Suppl. 1) 73–75

14. Yunsheng M, Elizabeth RB, Edward J.S, George WR, James R.H, Nancy

LC, Philip AM, Ira SO. Association between eating patterns and obesity

in a free-living US adult population. Am J Epidemiol 2003;158:85–92

15. Sonia C et al. Influence of race, ethnicity, and culture on childhood

obesity: implications for prevention and treatment a consensus statement

of shaping merica’s health and the obesity society. Diabetes care,

2008;31;11

16. Hanisah I. Penapisan gejala gangguan makan menggunakan eat-26 pada

mahasiswi fakultas kedokteran universitas sumatera utara 2010. Medan:

Universitas Sumatera Utara

17. Sugiyanti, Elya. Hardiansyah. Afriansyah, Nurfi. Faktor risiko obesitas

sentral pada orang dewasa di dki jakarta: analisis lanjut data riskesdas

2007. Gizi Indon 2009, 32(2):105-116

18. Erem C et al. Prevalence of obesity and associated risk factors in a

Turkish population (Trabzon City, Turkey). Obes Res. 2004;12:1117-27.

Page 60: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

49

19. Kantachuvessiri A et al. Factors associated with obesity among workers

in a metropolitan waterworks authority. Southeast Asian J Trop Med

Public Health. 2005;36:1057-65.

20. Muhammadiyah. Perubahan sosial dan budaya masyarakat petani kakao

di kecamatan lilirilau kabupaten soppeng. jurnal Masyarakat dan

Kebudayaan Politik 2012, Vol 25, 1: 8-14

21. Salipu, Amir. Transformasi pemukiman suku bajo di kelurahan bajoe

kota administratif watampone sulawesi selatan. 2002.Tesis Pascasarjana

Arsitektur ITS Surabaya.

22. Humayrah, Wardina. Faktor gaya hidup dalam hubungannya dengan

risiko kegemukan orang dewasa di provinsi sulawesi utara, dki jakarta,

dan gorontalo. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi

Manusia Institut Pertanian Bogor. 2009

23 Stanley JU,Hayley L. Obesity in biocultural perspective. Annu. Rev.

Anthropol. 2006.35:337–60

24. Muttia AH. Proses dalam tradisi perkawinan masyarakat bugis di desa

pakkasalo kecamatan sibulue kabupaten bone. 2012, Makassar:

Universitas Hasanuddin

25. Idrus NI. Siri’, gender, and sexuality among the bugis in south sulawesi.

antropologi indonesia Januari 2005, Vol. 29, No. 1

26. Erik LM, Lars UG, Lauren LO. Food intake patterns and development of

obesity Dan Med Bull 2004;51:152.

Page 61: IDENTIFIKASI DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · KABUPATEN SOPPENG DAN KABUPATEN SIDRAP” Oleh: Nama: BUMI ZULHERI HERMAN

50

27 Mustamin. Asupan energi dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas

sentral pada ibu rumah tangga di kelurahan ujung pandang baru

kecamatan tallo kota makassar Media Gizi Pangan, Vol. X, Edisi 2, Juli

– Desember 2010