I Made Mastresna

download I Made Mastresna

of 5

description

made

Transcript of I Made Mastresna

I Made Mastresna

I Made MastresnaTekun Pelajari Puluhan Lontar, Kristalisasikan Ilmu Bali Kuno

Menekuni dunia spiritual atau alam gaib sejak belia, membuat I Made Mastresna (38) kini jadi paham betul apa yang ditekuninya tersebut. Namun, meski sudah mempelajari puluhan lontar Bali kuno yang memuat hal-hal ilmu gaib sampai soal usadha, ayah tiga anak ini selalu mengatakan dirinya masih perlu belajar. Meski segala "kesaktian"-nya selama ini sudah teruji, toh pria low profile yang ahli fisiognomi dan palmistri ini mengaku masih banyak yang harus dia gali dan pelajari dari khazanah budaya Bali. Berikut wawancara Bali Post dengan pria dengan segudang jabatan -- dari guru besar fisiognomi & palmistri, pendiri/pembina Yayasan Taksu Bali, pinisepuh Perguruan Seni Bela Diri Tenaga Dalam Cakra Naga Siwa Sampurna, guru besar Tri Bhuana, pimpinan Prometra International di Indonesia, serta Jero Mangku Dalang Wayang & Dramatari Calonarang -- ini.

BAGAIMANA ceritanya Anda bisa menggeluti dunia alam gaib atau spiritual? Saya dilahirkan dari keluarga seniman dan perdukunan. Sejak SD saya sudah diajar mendalang, main gender wayang dan menari Bali. Ketika di bangku SMP, saya masih menekuni seni, tetapi juga sudah menekuni dunia spiritual. Bahkan sejak menjadi murid kelas VI SD, saya sudah biasa membaca lontar yang dilatih oleh kakek saya.

Apakah saudara Anda juga tertarik menekuni dunia spiritual? Saya anak kedua dari tiga bersaudara. Hanya saya sendiri yang menekuni dunia spiritual. Boleh dibilang, saya saja yang melakukan semuanya, ya seni, ya spiritual juga. ejak SD saya sudah menggelar wayang lemah, di SMP menari dan pada saat menjadi siswa SMA saya dapat juara lomba tari. Ketika jadi siswa di SMA 1 Denpasar, saya sering sempat jadi juara I menari se-Denpasar, juara I tari kreasi baru, dan pada tahun 1987 sebagai juara I tari kreasi baru se-Bali mewakili Gianyar.

Anda yakin dan sadar bahwa hal-hal gaib atau spiritual bisa Anda tekuni pada awalnya?Ya, mungkin karena bakat dan keturunan itu, tanpa disadari ada berkah dari atas. Kakek saya adalah seorang yang menekuni pedalangan yang meninggalkan seperangkat wayang dan kelir-nya, sedangkan ayah saya seorang pebisnis. Nah, yang muncul pada diri saya kedua-duanya.

Anda punya pengalaman gaib ketika belia?Ketika masih di SMP, saya pernah secara tak sengaja ditembak oleh teman dengan menggunakan senapan angin. Ternyata, peluru itu tak bisa menembus tubuh saya. Padahal, pada saat itu saya hanya bermodal mantra Tri Sandhya, yang saya lakukan secara rutin. Saat itu, setelah diambil pelurunya, ternyata peluru rusak, padahal saya belum menggunakan atau mempelajari ilmu apa-apa. Mantra Tri Sandhya itu sangat besar manfaatnya, yang membuktikan bahwa di sana ada aura niskala yang hidup. Sekali lagi, Tri Sandhya itu memiliki kekuatan yang sangat luar biasa.

Lalu, bagaimana menyikapi, di sisi lain Anda juga menekuni seni dan bisnis?etelah kuliah di Undiknas Denpasar, saya memang aktif menekuni seni, sehingga saya sempat dipercaya mewakili kampus menarikan tari Kebyar Duduk ke Surabaya. Pada semester akhir jurusan manajemen, saya memang juga menggeluti dunia bisnis. Di bisnis, dunia spiritual saya hentikan dulu. Namun, ternyata yang gaib itu tidak mau dan saya ditarik kembali ke rumah untuk melakukan hal itu.

Bagaimana Anda kemudian memulai masuk ke dunia spiritual itu?Pertama kali saya ada misi untuk ngewayang Calonarang. Di situ saya belum mempertemukan ilmu apa-apa, hanya menggunakan ilham saja. Ternyata pentas itu sukses, dengan segala tantangan seperti banyak jatuh korban hewan babi yang ada di Celuk. Hampir di tiap rumah ada babi yang mati. Untung saja kami selamat semuanya. Mungkin saja babi-babi yang mati itu sebagai korban tempur. Pentas saya saat itu adalah sistem ngayah, kebetulan ada odalan. Dari situ, orang mulai mengenal saya.

Mengapa Anda memulai dari seni wayang Calonarang?Ya, karena saya diwarisi lontar-lontar dan pewayangan. Setelah saya pentas dan ampuhnya dapat dibuktikan, saya pentas hampir seluruh Bali. Dari wayang, saya meningkat ke dramatari Calonarang. Waktu SMA, saya biasa memerankan tokoh Panji, Patih Madri. Kembali ke niskala, kemudian saya meningkat menjadi penari Matah Gede yang sudah biasa mengundang leak seluruh Bali.Selain seni pewayangan, apa saja yang Anda pelajari dari lontar?Mungkin karena harus dijalani, saya semakin senang mempelajari lontar-lontar. Banyak hal, misalnya tentang cakra dan kundalini, saya temukan dalam lontar-lontar Bali Kuno itu. Selanjutnya saya terus membahas. Kemudian timbul suatu kekuatan yang bagi saya patut dilestarikan, digabungkan, terus dibuktikan.

Berapa lontar yang Anda miliki dan bagaimana Anda membacanya?Ada sekitar 50 cakep lontar yang masih bisa dibaca, hanya saja sifatnya anonim. Saya sempat bertanya pada kakek, ia mengaku sudah nami (menerima) dan tidak tahu nama pengarangnya. Ternyata kakek saya juga sempat menanyakan kepada kakeknya, tentang keberadaan lontar dan wayang itu. Juga kakeknya bilang sudah nami begitu. Kakeknya dia juga sempat menanyakan kepada kakeknya lagi, juga mendapat jawaban yang sama. Kalau tidak salah ada sekitar tujuh undag (keturunan) yang menjawab begitu. Terus terang, lontar Bali Kuno itu sangat sulit membacanya. Namun, dengan mukjizat Beliau, tanpa ada yang mengajari ternyata saya bisa melakukannya.

Bagaimana Anda menemukan ilmu yang kemudian Anda aplikasikan ke dalam Perguruan Cakra Naga Siwa Sampurna yang Anda rintis itu?Makin banyak saya baca lontar, makin banyak saya tahu tentang ilmu Dari penggabungan ilmu-ilmu itu, saya bisa menemukan cakra, prana, kanda pat yang bisa digabungkan. Setelah penggabungan itu, maka timbullah Perguruan Cakra Naga Siwa Sampurna. Timbulnya gabungan ilmu ini, ada cerita perjalanan saya sebelumnya. Awalnya saya disuruh nangkil ke Pura Dalem dan di sana diberikan suruhan bahwa akan ada ilmu Bali Kuno yang turun. Selanjutnya, saya juga disuruh nangkil ke Lempuyang dan pura Sad Kahyangan semua. Di sana diturunkan lagi pelengkap-pelengkapnya, seperti ajian-ajian. Semua ajian yang sampai di Gunung Semeru itu saya rangkum

. "Suruhan" yang Anda terima itu berupa apa?Berupa wahyu yang saya terima lewat proses meditasi. Uniknya, semua ajian itu dilengkapi dengan penarikan benda-benda gaib, pusaka-pusaka, untuk melengkapi perguruan. Salah satu contohnya adalah berupa besi kuning, ada yang muncul dari tanah dan ada dari benda lainnya. Jadi, semua pusaka Sad Kahyangan itu ada pada saya. Dari situ timbullah kekuatan cakra naga yang luar biasa. Setelah perguruan saya berjalan sekitar dua tahun, sisya-nya mencapai 800 lebih, tidak hanya di seluruh Bali, bahkan sampai ke Lombok dan mancanegara.

Apa misi mendasar Anda merintis berdirinya Perguruan Cakra Naga Siwa Sampurna?Sekarang saya melihat biaya untuk pengobatan sakit medis tinggi sekali, dan harga rumah sakit juga tinggi kayak harga hotel. Melihat hal ini, maka timbullah pertanyaan saya, kenapa Bali tidak bisa mengatasi ini? Banyak "aliran" luar yang masuk ke Bali, kenapa di Bali tidak ada hal yang lain untuk menyembuhkan orang sakit dari segi medisnya? Saya rintis Cakra Naga hanya untuk menyembuhkan penyakit nonmedis saja

Kemudian saya kembali memohon pada Ida Bhatara, semata-mata karena saya merasa kasihan kepada masyarakat bawah yang tidak bisa berobat dan obatnya yang terlalu mahal.

Bisa Anda jelaskan bagaimana pengobatan ala nonmedis yang Anda terapkan?Ada pasien yang mengeluh punya sakit ginjal. Kalau ditangani dokter, ia harus dioperasi. Lalu, saya hubungkan. Kebetulan saya juga mempelajari buku tentang ginjal. Kemudian saya mencari cakra minor ginjalnya. Ternyata putaran dari minor ginjal itu sangat cepat. Hal itu menunjukkan adanya kelebihan prana yang menimbulkan kekuatan lebih. Sedangkan pada organ lainnya, normal. Saya pikir, itu yang jadi masalah. Nah, mengatasi kelebihan prana ini, cakra-nya harus direm atau dinormalkan. Dengan apa? aya kemudian berpikir di dalam warna auranya itu ada sekian warna yang sifatnya bermacam-macam -- ada yang bersifat pemecah, mengeblok, melokalisasi, melebarkan dan sebagainya. Jadi dengan cara seperti itu saya padukan, sehingga cakra yang saya rem itu menjadi normal. Setelah itu, dua kali dia periksa ke dokter, ternyata ginjalnya sudah normal kembali. Ada juga pengidap penyakit lever, setelah dilihat di cakra lever atau hatinya, memang benar bermasalah. i sini peranan cakra sangat penting. Maka bisa ditarik kesimpulan, dari sekian ribu pasien sakit medis itu, tubuhnya terkait dengan cakra-cakra-nya.

Bagaimana dengan konsep pengobatan Tri Bhuana yang juga Anda rintis itu?Rumus-rumus tadi kami pelajari terus, lalu kami padukan dengan ilmu kedokteran modern secara terus-menerus. Dari sanalah kemudian ketemu formula Tri Bhuana. Ini bukan mukjizat karena kami bisa jelaskan secara medis. Semua yang bermasalah mungkin cakra-nya yang hiperaktif, tidak aktif, atau nonaktif. Dari sekian ribu pasien yang kami tangani, ternyata kami berhasil.

ebelumnya, formula ini tak punya nama. Kami berdoa, apa ini sebenarnya, dan apa yang kami inginkan dalam menolong masyarakat untuk penyakit medisnya yang obatnya mahal agar bisa sembuh. Kemudian turun nama Tri Bhuana. Artinya, kundalini yang dianggap paling dasar tubuh itu disebut bhur loka. Cakra, aksara dan prana itu dianggap di bagian tengahnya disebut bwah loka. Lalu, izin Tuhan atau di niskala disebut swah loka. Penggabungan ini yang menghasilkan formula luar biasa.

Berapa pasien yang sudah Anda sembuhkan?Atas izin Beliau, semua yang saya tangani sampai sekarang ada sekitar 1.500 orang dengan waktu belum ada setahun, 80 persen penyakitnya sembuh total secara medis. Sakitnya medis, di dalamnya kami obati satu minggu atau dua minggu dia sembuh juga secara medis, walau tanpa dokter. alah satu keunggulannya, dalam pengobatan Tri Bhuana ini, tanpa sentuh, tanpa kimia, tak ada tusuk jarum, dan tak ada jampi-jampi. Semua itu karena hasil kristalisasi dari semua ilmu Bali Kuno.

Melihat cara pengobatan tersebut, jika dibanding dengan metode hipnotis, apa bedanya?Beda. Kalau hipnotis, orang akan dipengaruhi ke alam bawah sadarnya. Kalau Tri Bhuana, kami mengeblok sarafnya. Untuk bisa mengeblok saraf, saya mempelajari buku yang sangat tebal sekali. Makanya, kalau membikin orang gila atau membuat sembuh, kami akan menggunakan ilmu modern kedokteran, juga dengan supranatural bisa dilakukan. Tetapi kita harus mengetahui titiknya, sehingga menguasai sarafnya dulu.

Anda juga pendiri dan pembina Yayasan Taksu Bali, bagaimana itu?Untuk Yayasan Taksu Bali, itu karena banyak ada pusaka-pusaka warisan atau didapat barang-barang yang mungkin tidak ternilai harganya. Untuk mengurus semua itu, harus ada wadahnya, makanya saya bikin Yayasan Taksu Bali. Di yayasan ini, barang-barang pusaka yang luar biasa itu ada sekitar 200 macam. Ada pusaka keris serta benda gaib lainnya yang semuanya hidup. Benda-benda ini sifatnya alami, dari alam yang memang diciptakan oleh Tuhan. Jadi, Taksu Bali ini adalah yayasan yang menaungi pusaka-pusaka warisan serta melestarikan kesenian seperti wayang dan dramatari Calonarang, Semarpagulingan, dll. Di samping itu, lewat wadah ini kami juga sering menggelar pameran.

* * * Anda konon memiliki atau menguasai ilmu "mandi sakecap". Bisa diceritakan?Dalam menguasai ilmu mandi sakecap, saya sendiri punya sumpah, tidak boleh ngomong ngawur dan tidak bercanda dengan kata-kata sendiri. Berat sekali bagi saya menyandang ilmu mandi sakecap itu. Karena kalau saya salah ngomong, takut segala sesuatu akan terjadi. Makanya, sebelum saya diizinkan menguasai ilmu ini, saya lakukan dengan melalui proses yang sangat berat, seperti menghilangkan rasa marah, emosional dan segalanya. Dalam meraih ilmu itu, saya melakukan tidak makan, tidak minum, dan tidak tidur selama tujuh hari.

Bisa diceritakan pula soal "batu berputar" yang Anda miliki itu?Batu itu saya temukan melalui proses meditasi di Tukad Unda. Batu itu, kalau kita tanya tentang apa saja, dalam bahasa apa pun, dia akan menjawab. Akurasi jawabannya sangat luar biasa, 99 persen benar. Jika ingin mencobanya, sebelumnya pikiran kita harus dikosongkan dan berdoa, selanjutnya tinggal naik saja. Kemudian tanyakan dalam hati atau lewat kata-kata, batu itu akan berputar. Kalau bergerak ke kanan, jawabannya berarti "ya", sedangkan ke kiri berati "tidak". Orang harus menerima jawaban tersebut betul-betul dengan hati yang tulus. Pertanyaan harus spesifik, yang memungkinkan bisa dijawab "ya" atau "tidak". Sebelum SBY menjadi presiden, juga sempat dicoba, semua orang yang naik batu itu bertanya SBY akan naik atau tidak, jawabannya "ya". Apa-apa saja yang bisa ditanyakan pada batu tersebut?Sekarang batu itu sangat digandrungi oleh anak-anak muda dalam mencari jodoh. Tetapi jangan sekali-kali menanyakan hak Tuhan, misalnya kapan akan mati atau lahir. Cuma harus ada etikanya, kalau orang haid tidak boleh naik batu. Biasanya yang menanyakan kurang siap. Karena, kalau jawabnya "ya", dia akan senang, tapi kalau jawabannya "tidak" mereka akan jadi pusing. Nah, inti kegunaan batu itu adalah untuk mempersiapkan diri. Makanya, sebelum orang berminat naik, saya sering menanyakan apakah mereka sudah siap dengan jawabannya.

Anda juga ahli di bidang fisiognomi atau ilmu membaca wajah. Bagaimana ceritanya Anda mendalami ilmu tersebut? Saya sudah sekian tahun di Cakra Naga dan ngiring sesuwunan juga. Makanya saya sering dibilang Jero Mangku, Jero Balian, atau macam-macam lagi. Dari situ lalu saya mulai melihat keagungan Tuhan. Saya berpikir, jangan sampai ada pasien yang hanya sakit ringan saja harus "mengontak" batara. Atau sakit yang tidak wajar seperti memitra, ditanyakan kepada Tuhan. Nah, kenapa harus "ngontak" batara, sedangkan Tuhan atau Siwa sangat agung, dan kita tidak boleh main-main dengan Beliau. Di ilmu Bali Kuno, orang bisa tahu tetengeran gerih dari muka seseorang. Maka jangan heran kalau para orang tua mengatakan, "peh uli di muane suba tawang awakne gelem" -- dari wajahnya saja seseorang bisa diketahui sakit. Ternyata orang tua dulu itu sudah menguasai fisiognomi, hanya saja mereka tidak tahu namanya. Mereka hanya tahu menerka wajah saja. Nah, dari situlah timbul ide saya untuk mempelajarinya.

Mengapa mesti wajah, bukan bagian atau anggota tubuh lainnya?Karena wajah yang paling enak. Artinya, kita tidak perlu minta izin dan tidak perlu bayar untuk membaca wajah orang. Seseorang boleh ngomong apa saja, tetapi wajahnya sudah ngomong dengan sebenarnya. Semuanya sudah ada di wajahnya. Namun, dalam sumpah fisiognomi kita tidak boleh ngawur. Artinya kita harus bicara dengan sebenarnya, itu pun kalau si objek itu memerlukan. Kita tidak bisa membaca wajah orang lalu dibicarakan dengan teman lain. Tidak boleh main-main, karena akan menyangkut nyawa orang.

Bisa dicontohkan?Misalnya, ada seseorang yang akan bepergian jauh. Di wajahnya ada terlihat aura putih yang berarti akan ada sesuatu yang menyedihkan padanya. Kalau dia pergi jauh, kemungkinan dia atau keluarganya akan mengalami musibah. Dalam hal ini kita tidak boleh mengatakan "jangan pergi" kalau dia tidak menanyakan. i lontar Bali, semua ini ada tapi terpisah-pisah. Contohnya, ada lontar pati urip ada disebut bagaimana ciri-ciri orang yang akan meninggal. Terkait itu, dalam konteks pengobatan yang Anda tekuni, berarti Anda tahu ciri-ciri pasien yang akan meninggal atau tidak?Kalau ada pasien sakit, kita memang harus paham dulu orang ini akan meninggal atau tidak. Seandainya meninggal, kita akan tahu hukum meninggal adalah kodrat dari Tuhan. Jadi kita tidak akan bisa mengobati, kita hanya bisa memberi doa dan jalan dengan lancar. Kalau kita obati, artinya kita sudah menentang kodrat Tuhan. Tuhan memerintah ia meninggal tanggal sekian, tetapi kita lantas mengobati agar kita dianggap sakti. Itulah kesalahan seorang dukun yang tidak mengetahui etika seorang dukun.

Menurut Anda, bagaimana sesungguhnya etika seorang dukun atau "pengusadha" dalam konteks ini?eorang dukun atau pengusadha jangan memakai wahyu tok. Mereka harus mempelajari lontar-lontar yang ada karena itu merupakan unduk, indik, etika dan tata cara. Lontar itu jelas merupakan tafsir dari pada wahyu. Wahyu juga harus dikuasai, bagaimana pun kita menerima dari Atas. Banyak pengusadha mengandalkan wahyu saja, padahal belum tentu wahyu itu dari Tuhan -- karena juga ada ilusi dari para pengusadha itu sendiri. Itu bahaya. Banyak dukun tidak menguasai black magic, tapi ngomong tentang pengleakan.

Bagaimana pandangan Anda tentang "black magic" khususnya?Bagi saya, black magic itu penting. Kalau tidak ada black magic atau pengiwa, tidak akan ada ilmu putih atau penengen. Misalnya kalau tidak ada tangan kiri, siapa yang mengatakan ada tangan kanan. Kalau kita cari arti positifnya, dengan adanya pengiwa inilah manusia menjadi bakti kepada Tuhan. Contohnya, dengan tahu ada pengeleakan, berarti orang akan ketakutan kemudian muspa ke merajan untuk mohon diberikan keselamatan. Jadi black magic besar pengaruh positifnya yang berguna untuk meyakinkan manusia kepada Tuhannya. Makanya pengeleakan tidak pernah dihapuskan oleh Ida Sang Hyang Widhi. Sama halnya dengan, kalau tidak ada penyakit, dokter tidak akan memiliki pekerjaan.

* pewawancara:budarsanagus martin

BIODATA

Nama : I Made Mastresna, S.E.Tempat/tgl. lahir : Br. Celuk Sukawati Gianyar, 17 Agustus 1966Istri : Ni Wayan NurheniAnak : Dewi Mas Tresna Ningsih I Made Mas Semara Geni Ni Komang Mas UlandariPendidikan : S1 Ekonomi ManajemenPekerjaan : WiraswastaOrangtua : I Wayan Sukerta (alm.) Ni Ketut WatriJabatan :- Guru Besar Fisiognomi & Palmistri- Pendiri/Pembina Yayasan Taksu Bali- Pinisepuh Perguruan Seni Bela Diri Tenaga Dalam Cakra Naga Siwa Sampurna- Guru Besar Tri Bhuana- Pimpinan Prometra International di Indonesia- Jero Mangku Dalang Wayang & Dramatari Calonarang Alamat : Jln. Jagaraga No. 4 Br./Ds. Celuk, Sukawati, Gianyar