Husnu Ulumul Qur'An

9
MUNASABAH AL-QUR’AN A. Pengertian munasabah Dalam pengertian Etimologi (bahasa) munasabah dapat berarti cocok, patut, sesuai kedekatan atau penyerupaan. Menurut al- Qaththan munasabah berarti segi-segi hubungan antara satu kata dan kata lainnya atau antara satu surat dengan surat lainnya. Az-zarkasyi dan AS-asyutyi merumuskan bahwa yang dimaksud munasabah secara istilah ialah “ilmu yang membahas tetang hikmah korelasi urutan ayat-ayat al-qur’an atau usaha pemikiran manusia untuk menggali rahasia hubungan antara ayat dengan surat yag diterima oleh akal (terminologi).” Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa ilmu munasabah ialah bersifat maq’ul (Rasional) sesuai dengan ungkapan : “munasabah adalah suatu hal yang Rasional, apabila di hadapkan kepada akal niscaya dia akan menerimannaya.” Sebagai mana telah dikemukakan di atas ilmu ini berupaya menjelaskan segi-segi korelasi antara ayat-ayat dan surah- surah dalam al-qur’an baik korelasi itu berupa ikatan antara yang ‘AM (Umum) dengan yang Khos (Khusus), anatara yang abstrak dengan yang kongkrit antara sebab dengan akibat, antara illat dengan ma’lulnya, antara yang rasional dengan yang Irrasional, atau bahkan antara Dua hal yang Kontruduktif. B. Sikap para ulama’ dan dasar-dasar pemikirannya maengenai munasabah Diatas telah di kemukakan bahwa sifat dari munasabah adal ma’qul (Rasional) karna di dasarkan pada hasil perenungan disamping perhatian yang cermat dan mendalam terhadap susunan serta keterkaitan makna yang terkandung di dalam ayat-ayat dan surah-surah dalam al-qur’an. Karna sifat dan dasar itulah, maka terjadi perbedaan sikap dikalangan para ulama’ mangenai halitu yaitu : Pertama : sikap yang memperhatikan dan mengembangkan munasabah.

description

bahan kuliah

Transcript of Husnu Ulumul Qur'An

Page 1: Husnu Ulumul Qur'An

MUNASABAH AL-QUR’AN

A. Pengertian munasabahDalam pengertian Etimologi (bahasa) munasabah dapat berarti cocok, patut, sesuai kedekatan atau penyerupaan. Menurut al-Qaththan munasabah berarti segi-segi hubungan antara satu kata dan kata lainnya atau antara satu surat dengan surat lainnya. Az-zarkasyi dan AS-asyutyi merumuskan bahwa yang dimaksud munasabah secara istilah ialah “ilmu yang membahas tetang hikmah korelasi urutan ayat-ayat al-qur’an atau usaha pemikiran manusia untuk menggali rahasia hubungan antara ayat dengan surat yag diterima oleh akal (terminologi).”

Berdasarkan pengertian diatas dapat dikatakan bahwa ilmu munasabah ialah bersifat maq’ul (Rasional) sesuai dengan ungkapan :

“munasabah adalah suatu hal yang Rasional, apabila di hadapkan kepada akal niscaya dia akan menerimannaya.”

Sebagai mana telah dikemukakan di atas ilmu ini berupaya menjelaskan segi-segi korelasi antara ayat-ayat dan surah-surah dalam al-qur’an baik korelasi itu berupa ikatan antara yang ‘AM (Umum) dengan yang Khos (Khusus), anatara yang abstrak dengan yang kongkrit antara sebab dengan akibat, antara illat dengan ma’lulnya, antara yang rasional dengan yang Irrasional, atau bahkan antara Dua hal yang Kontruduktif.

B. Sikap para ulama’ dan dasar-dasar pemikirannya maengenai munasabahDiatas telah di kemukakan bahwa sifat dari munasabah adal ma’qul (Rasional) karna di dasarkan pada hasil perenungan disamping perhatian yang cermat dan mendalam terhadap susunan serta keterkaitan makna yang terkandung di dalam ayat-ayat dan surah-surah dalam al-qur’an. Karna sifat dan dasar itulah, maka terjadi perbedaan sikap dikalangan para ulama’ mangenai halitu yaitu :Pertama : sikap yang memperhatikan dan mengembangkan munasabah.Kedua : sikap yang tidak memperhatikan dan menganggap munasabah tidak perlu untuk di ungkap.

Fakhruddin al-Razi (wafat.606 H.) adalah seorang ulama’ yang sangat besar perhatiannya terhadap munasabah baik munasabah antara ayat maupun tentang surah, Ia prnah mengatakan mengenai surah al-baqarah. Bahwa barang siapa yang menghayati dan merenungkan bagian-bagian dari susunan dan indahan urutan surat ini, maka pasti ia akan mengetahui bahwa al-qur’an itu merupakan mukjizat lantaran kepasehan lapal-lapalnya dan ketinggian mutu makna-maknanya. Selain itu jalaluddin al-syuthiy juga termasuk di antara sederetan ulama’ yang mendukung kelompok ini.Ia mengatakan :

Page 2: Husnu Ulumul Qur'An

Artinya :“ilmu munasabah adalah ilmu yang mulia, sedikit sekali para ahli tafsir yang menaruh perhatin pada ilmu tersebut. Hal ini disebabkan karna halusnya ilmu tersebut orang-orang yang paling sering mengungkapkannya adalah imam Fakhruddin. Ia mengatakan dalam tafsirnya : banyak sekali bagian-bagian halus dari al-qur’an yang tersimpen dalam susunan ayat dan hubungan-hubungannya.”

C. Relavansi munasabah dengan tafsir al-aqur’an Sebagaimana halnya asbab al-nuzul yang mempunyai pengaruh dalam memahami makna dan menafsirkan ayat-ayat al-qur’an. ilmu munasabah juga membantu dalam menginterpretasi dan menukilkan ayat dengan baik dan cermat. Atas dasar itulah sebagian ulama’ ada yang mengensentrasikan diri utuk menulis hal itu.Di antara ulama’ yang dimaksud adalah Ahmad Ibn Ibrahim Ibn Zubair al-andalusiy al- Nahwiy al-hafiz (Wafat 807 H) karyanya : Al-burhan fimudasabati tartibi suwar al-qur’an. Dan Ibrahim ibu umar al-biqa’i dengar karyanya Nazm dengan karyanya al- durar fi tanasub al-ayati wa suwar yang terdiri dari 22 (duapuluh dua jilid) besar.Adapun kedudukan munasabah dalam penafsiran al-qur’an pendapat para mupassir tetang munasabah secara garis besar. Terbagi menjadi dua kelompok “Pertama” menampung dan mengembangkan munasabah dalam menafsirkan ayat. Sedangkan kelompok lain tidak memperhatikan munasabah samasekali dalam menafsirkan sebuah ayat. Ar-Rozi adalah orang yang yang sangat menaruh perhatian kepada munasabah penafsiran, baik hubungan antara ayat maupun antara surat. Adapun salah seorang mufassir kontemporer yang kurang setuju kepada analisis munasabah adalah Syekh Mahmud Syaltut, Mantan Rektor Universitas Al-Azhar Kairo Mesir yang memiliki karya tulis di berbagai cabang ilmu termasuk tafsir al-Qur’an.Keberadaan as-sunah justru untuk mengembangkan fungsi : meluruskan apa yang ringkas. Merinci apa yang Global serta menjelaskan hal-hal yang sulit di pahami.Firman Allah :

Artinya :Dan kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka perintah-perintah larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat dalam AL-Qur’an. (Dan supaya mereka memikirkan).(QS An-Nahal, 16:44).Ada kelompok yang kedua yang menganggap munasabah tidak perlu di ungkap. Di antara ulama’ yang termasuk dalam kelompok ini dan paling keras menentang pengunaan munasabah dalam penapsiran ayat-ayat dan surah-surah dalam Al-Qur’an adalah ma’ruf Dualibi ia mengatakan :“maka usaha yang tidak perlu di lakukan adalah mencari-cari hubungan di antara ayat-ayat dan surah-surah Al-Qur’an.”

Page 3: Husnu Ulumul Qur'An

Dalam Al-Qur’an sendiri menyatakan dan mengukuhkan dirinya sebagai “penjelas dan petunjuk.”

Artinya :Dan kami turunkan Al-Qur’an kepadamu al-kitatab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi oran-orang yang berserah diri.”

D. Macam-macam Munasabah

Zhahir Al-Irtibath (Korelasi yang bersifat transparan) yaitu : korelasi atau persesuaian antara bagian ayat al-Qur’an yang satu dengan yang lain tanpak jelas dan kuat, karna apabila keduanya di pisahkan maka tidak bisa menjadi kalimat yang sempurna.

Khafiyyu Al-Irtibath (korelasi yang bersifat tersambung) yaitu : korelasi antara bagian atau ayat al-Qur’an yang tidak tampak secara jaelas, seakan-akan masing-masing ayat atau surat itu baerdiri sendiri baik karna ayat yang satu di atapkan kepada yang satu seakan-akan tanpak bertentangan dengan yang lain. Korelasi seperti ini antara lain dalam surah al-Baqarah Allah swt berfirman :

Artinya :“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sbit, katakanlah bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia (bagi ibadat)”....

Munasabah dari segi materinya dapat di bagi menjadi dua yaitu : munasabah antara ayat dan munasabah antara surah.

1. Munasabah antara ayat dalam al-Qur’an Yaitu : hubungan persesuaian antara ayat yang satu dengan ayat yang lain. “al-Qarinah al-Maknawiyyah” dapat dikatagorikan menjadi empat jenis munasabah : A) Tanzir, yakni hubungan yang mencerminkan perbandingan minsalnya :

Menurut al-Zamakhs yari, munasabah pada ayat tersebut adalah menunjukkan bahwa allah swt memerintahkan kepada rasulnya supaya melakukan pembagian ghanimah (barang-barang hasil rampasan perang) kepada prajurit muslim, sekalipun sebagian tidak menyukai hal tersebut. Ilmu munasabah yang merupakan salah satu wahana dari sekian banyak ilmu-ilmu al-Qur’an untuk menafsirkan atau menakwilkan al-Qur’an bukanlah Tauqifi (petunjuk yang telah di tetapkan Rasulullah saw) melaikan ijtihad mufassir (yang bersifat rasional) merupakan hasil perenungan atau penghayatan terhadap

Page 4: Husnu Ulumul Qur'An

kemukjizatan al-Qur’an dan rahasia Retorika dari segi keterangan secara mandiri yang terkandung di dalamnya.

Begitu pentingnya munasabah di ketahui dan di pahami dalam penaffsiran al-Qur’an imam badruddin al-Zarkasyi pernah mengungkapkan :

“jika sebab nuzul (suatu ayat tidak ada tidak di jadikan pedoman) maka yang lebih utama adalah mengemukakan sisi munasabah” Bahkan imam Fatkhruddin al-Razi lebih berani mengatakan :

“menjaga susunan kata lebih baik dari pada menerima hadis ahad” Kebenaran munasabah antara ayat yang satu dengan ayat yang lain sebagai satu kesatuan yang utuh dalam keserasian baik makna yang di kandungnya harus berkaitan erat dengan tujuan surah secara keseluruhan. Tidak relevansi dengan tafsir al-Qur’an. Contohnya :“Demi fajar dan malam yang sepuluh” Kata dalam ayat diatas minsalnya tidak mungkin terlepas pengertiannya dari kata atau ayat yang di iringginya.

B) Mudladdah (kontradiksi) yakni munasabah yang terjadi antra ayat atau bagian ayt yang masing-masing mencerminkan pertentangan seperti firman allah swt :

Artintya :“mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari tuhannya. Dan merekalah oarang yang beruntung sesungguhnya oarang-orang kafir saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman.”

C) Istithrd yakni munasabah yang mencerminkan adanya kaitan antara satu persoalan dengan persoalan yang lain dalam ayat-ayat al-Qur’an :( AL-A’raf : 26-27)

Artinya :“wahai anak adam, sesungguhnya kami telah menurunkan pakaian untuk menutupi auratmu dan pakain indah untuk perhiasan. Dan pakain takwa itulah yang paling baik... sebagai mana ia (syetan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya, pakaian untuk memperlihatkan auratnya” Contoh lain dari jenis munasabah istithrad ini antara lain adalah terdapat dalam firman allah swt.

Page 5: Husnu Ulumul Qur'An

Sesungguhnya Ini adalah benar-benar rezki dari kami yang tiada habis-habisnya. Beginilah (keadaan mereka). dan Sesungguhnya bagi orang-orang yang durhaka benar-benar (disediakan) tempat kembali yang buruk,

Munasabah pada kedua ayat tersebut adalah berupa pengalihan perhatian dan pembicaraan dari masalah rizki yang tiada putus-putusnya yang di peroleh oleh para ahli surga pada ayat 54 surat shad diatas kepada pembicaraan lain.

D) Takhallus yakni munasabah dalam bentuk perpindahaan dalam satu pembicaraan lain yang bermaksud untuk membangkitkan semangat dan perasaan pembaca atau pendengar dengan di pisahkan oleh lafal “Hadza” contoh firman allah swt.

Artinya :

“Ini adalah kehormatan (bagi mereka) dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (di sediakan) tempat kembali yang baik.”

Topik pembicaraan sebelum ayat tersebut, adalah mengenai para nabi kemudian kemudian beralih ke topik lain yang membicarakan tetang kesenangan surga, dan dirangkai dengan penjelasan mengenai siksa neraka daengan segala penderitaan bagi para penghuninya. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan semangat atau gaerah para pembaca dan pendegarnya untuk berbuat kebajikan.

E) Takhallus dalam bentuk lain, yaitu perpindahan pembicaraan dari topik semula kesatu maksud tentu dengan sedemikian rupa sehingga pembaca atau pendegar tidak merasakan adanya perpindahan tersebut sebagai mana dalam ayat al-Qur’an.

156. Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia Ini dan di akhirat; Sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: "Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami".

Page 6: Husnu Ulumul Qur'An
Page 7: Husnu Ulumul Qur'An