HUKUM PERIKATAN
Click here to load reader
Transcript of HUKUM PERIKATAN
HUKUM PERIKATAN.
A. UMUM
1.RUMUSAN PERIKATAN:
Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi diantara dua orang atau lebih, yang
terletak didalam lapangan harta kekayaan , dimana pihak yang satu berhak atas suatu
prestasi dan pihak lain berkewajiban memenuhinya.
Pasal 1233 KUHPdt. “ Tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, maupun
karena undang-undang”
2.EMPAT (4) UNSUR PERIKATAN:
Hubungan Hukum, dari hubungan ini timbul hak dan kewajiban terhadap para pihak.
Kekayaan; maksudnya ukuran-ukuran yang dipakai bisa dinilai dengan uang maupun
tidak, namun bila terjadi wanprestasi dan agar rasa keadilan tetap terjaga, akibat
hukum berupa konsekwensi material.
Para pihak sebagai subjek hukum yaitu pihak kreditur ( berhak menuntut prestasi) dan
pihak debitur (berkewajiban memenuhi prestasi)
Prestasi sebagai objek hukum.
Pasal 1234 KUHPdt “Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk
berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu”
Atas dasar pasal pasal 1234 KUHPdt tersebut diatas prestasi dapat dibedakan:
Memberikan sesuatu
Berbuat sesuatu
Tidak berbuat sesuatu
3.SUMBER PERIKATAN:
Pasal 1352 KUHPdt menyatakan” Perikatan-perikatan yang dilahirkan dari undang-
undang timbul dari undang-undang saja, atau dari undang-undang sebagai akibat
perbuatan orang”
Pasal 1353 KUHPdt. menyatakan” Perikatan-perikatan yang dilahirkan dari undang-undang
sebagai akibat perbuatan orang, terbit dari perbuatan halal atau dari perbuatan melawan hukum
(onrechmatige daad)
Sumber perikatan berupa :
Terjadi karena undang-undang semata
Terlepas dari kemauan pihak-pihak yang bersangkutan.contoh
Lampau waktu (verjaring) bisa mendapatkan sesuatu atau melepaskan sesuatu.
Kematian, hak dan kewajiban yang meninggal beralih kepada akhli waris
Kelahiran; timbul kewajiban orang tua memelihara anaknya, demikian sebaliknya
setelah orang tua uzur anak wajib mengurusnya (alimentasi,) Pasal 1321 KUHPdt
menyatakan “ Tiap-tiap anak wajib memberi nafkah kepada orang tuanya dan pada
keluarga sedarahnya dalam garis keatas, apabila mereka dalam keadaan miskin”
Terjadi karena undang-undang sebagai akibat perbuatan orang (baik
perbuatan halal maupun melawan hukum.) Contoh:
Melakukan kesepakatan (perjanjian), secara tertulis maupun lisan
Mengurus kepentingan orang lain secara sukarela (zaakwarneming).Pasal 1354
KHHPdt menyatakan” Jika seseorang dengan sukarela, tanpa mendapat perintah
untuk itu, mengurus urusan orang lain, maka ia berkewajiban untuk meneruskan
menyelsaikan urusan tersebut hingga orang yang diwakili kepentingsannya dapat
mengurus sendiri urusan itu.Pihak yang kepentingannya diwakili diwajibkan memenuhi
perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh si wakil atas namanya, dan mengganti semua
pengeluaran yang sudah dilakukan oleh siwakil tadi”.
Perbuatan melawan hukum. Seseorang melakukan sesuatu tanpa sengaja yang mengakibatkan
kerugian pihak lain maka yang bersangkutan diwajibkan mengganti kerugian karena
perbuatan tersebut, perikatan tersebut lahir diluar kemauan kedua orang tersebut (diatur
pasal 1365 KUHPdt).
Catatan: Schuld adalah kewajiban seorang debitur membayar utang-utangnya, Haftung adalah
kewajiban seorang debitur membiarkan kreditur mengambil harta kekayaannya sebesar kewajiban
pelunasan hutangnya.
B. JENIS-JENIS PERIKATAN.
1. PENGELOMPOKAN PERIKATAN
a. Perikatan dilihat dari prestasinya (untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat
sesuatu dan tidak berbuat sesuatu).
b. Perikatan dilihat dari subjeknya (perikatan tanggung-menanggung, perikatan
pokok dan tambahan).
c. Perikatan dilihat dari daya kerjanya ( perikatan dengan ketetapan waktu,.dan
perikatan bersyarat).
d. Pembedaan perikatan berdasar undang-undang.terdiri dari:
perikatan untuk memberikan , berbuat dan tidak berbuat sesuatu
perikatan bersyarat
perikatan dg ketetapan waktu
perikatan manasuka (alternative)
perikatan tanggung-menanggung (hoofdelijk, solidair, renteng)
perikatan dapat dibagi dan tidak dapat dibagi
perikatan dengan ancaman hukuman.
2. SECARA SKEMA, PENGELOMPOKAN PERIKATAN SBB:
-Memberikan sesuatu
-Berbuat sesuatu
-Tidak berbuat sesuatu
-Manasuka (alternative)
Berdasar prestasinya
-Fakultatif
-Generik & spesifik
-Dpt dibagi & tdk dpt dibagi
Sepintas lalu & Kontinue
-Tanggung-
menanggung
Berdasar Subjeknya -Pokok
JENIS PER- -Tambahan
IKATAN:
-Dg. Ketetapan waktu
Berdasar daya kerjanya
-Bersyarat
-M’berikan, Berbuat & Tidak
Berbuat bsesuatu.
-Bersyarat
-Dg Ketetapan waktu
Berdasar Undang-Undang -Manasuka
-Tanggung-menanggung
-Dpt dibagi & Tdk dpt dibagi
-Dg ancaman hukuman.
3 PERIKATAN BERDASAR UNDANG-UNDANG.
3.1. Perikatan Memberikan sesuatu:
Undang-undang tidak merumuskannya secara sempurna, hanya dapat disimpulkan
berdasar pasal 1235 KUHPdt bahwa memberikan sesuatu adalah perikatan untuk
menyerahkan (leveren) dan merawat benda (prestasi) sampai pada saat penyerahan
dilakukan.
3.2. Perikatan Bersyarat:
Perikatan dikatakan bersyarat apabila ia digantungkan pada suatu peristiwa yang masih
akan datang dan masih belum tentu akan terjadi, baik secara menangguhkan lahirnya
perikatan hingga terjadinya peristiwa yang dimaksudkan maupun secara membatalkan
perikatan menurut terjadinya atau tidak terjadinya peristiwa tersebut.. Perikatan bersyarat
ini dapat dibagi dua yaitu
a. Dengan suatu syarat tangguh, contoh A akan memenuhi permintaan B untuk
menyewa rumah A, jika A jadi pindah kerja ke luar negeri.
b. Perikatan dengan suatu syarat batal, jenis perikatan ini sebenarnya telah timbul,
justru jika syarat yang ditentukan terjadi maka perjanjian berakhir selsai atau
batal. Contoh:B boleh terus tinggal dan menyewa rumah A, sepanjang A belum
pensiun dari pekerjaannya.
3.3. Perikatan dengan Ketetapan Waktu:
Perikatan ini menangguhkan pelaksanaannya atau menentukan lama waktu berlakunya
suatu perjanjian atau perikatan. Contoh A menyewakan rumah kepada B selama 2 ( dua)
tahun, setelah dua tahun B harus pindah atau memperpanjang sewa kontraknya.
3.4. Perikatan Manasuka (alternative).
Perikatan ini memberikan kebebasan kepada debitur (orang berhutang) untuk memilih
salah satu cara melunasi kewajibannya kepada kreditur (orang ber-piutang) hak memilih
ada pada debitur (siberhutang) tetapi tidak boleh dipaksakan. Contoh A punya utang
kepada B, dan A boleh melunasinya dengan sejumlah uang atau barang tertentu yang
sama nilainya.
3.5. Perikatan Tanggung-menanggung.
Perikatan ini terdiri dari pihak kreditur di satu pihak dan terdapat beberapa orang debitur
dipihak lain. Masing-masing debitur berkewajiban menanggung seluruh hutang, namun
jika hutang telah dilunasi seseorang, membebaskan kewajiban debitur lainnya.(satu untuk
semua, semua untuk satu, disebut juga tanggung jawab renteng).
3.6. Perikatan yang dapat dibagi dan Tidak dapat dibagi :
Yang dimaksud dapat dan tidaknya dibagi, adalah prestasinya. Jika sesorang
berkewajiban menyerahkan seekor kuda, tentu kuda tak dapat dipecah, lain halnya jika
yang harus diserahkan satu ton beras, tentu bisa diserahkan sebagian dulu, sisanya bisa
menyusul sesuai kesepakatan. Contoh lain kontrak pemborongan pengaspalan 10 km
jalan merupakan satu paket perjanjian yang tidak dipecah-pecah, namun penyelsaian
pengaspalan jalan bisa dibagi kepada dua pemborong masing-masing 5 km.
3.7. Perikatan dengan ancaman hukuman.
Perikatan ini menentukan si berhutang (debitur) untuk memenuhi kewajibannya sesuai
kesepakatan, jika tidak (wanprestasi) akan dikenakan sanksi. Contoh keterlambatan
penyelsaian proyek oleh pelaksana pemborongan, dikenakan denda 1 (satu) permil dari
nilai proyek pe-hari keterlambatan.
AZAS HUKUM PERJANJIAN.
Hukum perjanjian menganut sistem terbuka artinya setiap orang boleh membuat
perjanjian atau kesepakatan perihal apa saja sepanjang tidak dilarang dan melanggar
ketentuan Undang-undang.Kesepakan yang dibuat oleh dua pihak bersifat “ Facta Sunt
Servanda”, berdasar azas tersebut perjanjian atau kesepakatan merupakan undang-
undang yang harus ditaati oleh masing-masing pihak
C. SYARAT SYAHNYA SUATU PERJANJIAN.
Untuk syahnya perjanjian menurut pasal 1320 KUHPdt diperlukan empat syarat:
1. Ada kesepakatan diantara mereka yang mengikatkan dirinya
2. Cakap untuk membuat perjanjian
3. Mengenai suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal.
Dua syarat pertama disebut syarat subjektif, karena mengenai subjek / pelaku, sedangkan
dua syarat terakhir disebut syarat objektif, kerena mengenai objek yang disepakati.
Kesepakatan merupakan “perizinan” diantara pelaku, menyatakan adanya persetujuan
mengenai hal yang diperjanjikan.
Cakap dalam hal ini dimaksudkan orang yang secara hukum mampu melakukan
perjanjian. Pasal 1330 KUHPdt menyatakan orang yang tidak cakap melakukan
perjanjian adalah:
orang yang belum dewasa
mereka yang ditaruh dibawah pengampuan ( curatele)
orang perempuan dalam hal-hal yg ditetapkan UU dan orang yang oleh UU
dilarang melakukan perjanjian.
Mengenai Hal tertentu, maksudnya dalam membuat suatu perjanjian harus mengenai
objek yang jelas perihal yang diperjanjikan
Causa yang halal dimaksudkan objek yang telah ditentukan tersebut harus halal secara
hukum tidak mengenai sesuatu yang dilarang baik oleh hukum tertulis maupun kebiasaan.
1. BATAL DEMI HUKUM DAN DAPAT DIBATALKAN.
Tidak terpenuhinya dua syarat pertama (syarat subjektif) perjanjian bisa dibatalkan,
artinya perjanjian tersebut tidak dengan sendirinya batal, tetapi bila ada pihak-pihak yang
merasa keberatan bisa dibatalkan dengan kesepakatan pula.
Tidak terpenuhinya dua syarat terakhir (syarat objektif) perjanjian batal demi hukum,
artinya dengan sendirinya perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada.
2. EMPAT MACAM AKIBAT KELALAIAN DEBITUR
Karena kelalaian tersebut mempunyai akibat hukum yang penting, maka kelalaian
tersebut harus ditetapkan dahulu, jika disangkal oleh debitur harus dibuktikan didepan
pengadilan. Memang tidak mudah menyatakan kelalaian, karena kadang-kadang
perjanjian tidak jelas baik yang menyangkut waktu maupun prestasinya.Namun bila
terbukti lalai debitur harus menerima sanksi berupa:
Bayar ganti rugi
Pembatalan perjanjian
Perlihan risiko ( segala risiko akibat kelalaian ditanggung debitur sendiri)
Membayar biaya perkara ( bila sampai pengadilan)
Ganti rugi bisa diperinci dalam tiga unsur berupa: biaya, rugi dan bunga.
Biaya yaitu segala sesuatu pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata telah
dikeluarkan oleh satu pihak.
Rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang milik kreditur yang diakibatkan
kelalaian debitur.
Bunga adalah kerugian yang diakibatkan oleh kehilangan keuntungan yang sudah
dikalkulasikan sebelumnya.
Pembatalan perjanjian bisa sangat merugikan bagi debitur, misal kontrak pesanan
seragam untuk satu batalion prajurit, berapa besar keuntungan yang akan diperoleh
debitur bila kontrak bisa diselsaikan dengan baik.
Risiko adalah kerugian yang terjadi suatu peristiwa diluar kesalahan para pihak, namun
jika ternyata peristiwa tersebut terkait dengan kelalaian salah satu pihak, maka pihak
yang lalai menanggungnya.
Biaya perkara sudah merupakan ketentuan hukum ( pasal 181b ayat 1 HIR) yang kalah
dalam pengadilan harus membayar biaya perkara.
Pasal 1267 KUHPdt. menyatakan bahwa sorang kreditur dapat menuntut pemenuhan
prestasi oleh debitur lalai berupa:
Pemenuhan perjanjian
Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi
Ganti rugi saja
Pembatalan perjanjian
Pembatalan disertai ganti rugi.
3. PEMBELAAN DEBITUR YANG DITUDUH LALAI
Seorang debitur yang dituduh lalai bisa membela diri dengan mengemukakan alasan
untuk membebaskan dirinya dari tuduhan lalai. Pembelaan tersebut ada tiga macam yaitu:
Mengajukan tuntutan berupa keadaan memaksa ( overmacht, force majeur)
Mengajukan bahwa sebenarnya si kreditur juga telah lalai yang justeru
mengakibatkan debitur tak bisa penuhi kewajibannya, misalnya terlambat
mengirim barang.
Mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi,
misalnya sipembeli pernah menyatakan puas dengan kualitas barang yang
diterimanya.
D.CARA HAPUSNYA SUATU PERIKATAN.
Pembayaran
Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
Pembaharuan hutang
Perjumpaan utang atau konpensasi
Percampuran utang
Pembebasan utang
Musnahnya barang yang terutang
Pembatalan perjanjian
Berlakunya suatu syarat batal
Lewat waktu.(daluwarsa).
Pembayaran: dimaksudkan setiap pemenuhan perjanjian secara sukarela. Dalam
hal kasus jual beli misalnya yang dimaksud pembayaran adalah pemenuhan
kewajiban masing-masing pihak, pembeli melunasi sejumlah harga tertentu
dan penjual menyerahkan barang dalam keadaan baik sebagaimana
disepakati.
Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penitipan atau penyimpanan,
Kasusnya sebagai contoh berikut, jika si kreditur menolak pembayaran, maka
notaris atau juru sita datang ketempat kreditur menawarkan pembayaran
berupa uang atau barang, jika si kreditur tetap menolak, yang bersangkutan
diminta menanda tangan berita acara (proses verbal) kemudiaN notaris atau
juru sita datang ke pengadilan untuk menitipkaN uang atau barang sebagai
pembayaran kepada kreditur tersebut, setelah resmi barang atau uang diterima
pengadilan, maka lunaslah kewajiban debitur, selanjutnya terserah kreditur
mau diterima atau tidak, dengan menanggung sejumlah biaya tertentu
sehubungan dengan barang atau uang yang dititipkan.
Pembaharuan Hutang atau Novasi; menurut pasal 1413 KUHPdt ada tiga
macam jalan melakukan pembaharuan hutang yaitu:
Membuat perjanjian baru menggantikan perjanjian lama.
Seorang berutang baru ditunjuk mengggantikan orang berutang lama, yang
oleh kreditur (si berpiutang) dibebaskan dari perikatannya.
Seorang kreditur baru, ditunjuk untuk menggantikan kreditur lama, terhadap
siapa siberhutang dibebaskan dari perikatannya.
Perjumpaan hutang.atau konpensasi, yaitu cara melusai hutang dengan cara
“mempertemukan hutang-pihutang dengan perhitungan” antara kreditur dan
debitur, sehingga lunas.
Percampuran utang; bila kedudukan seorang debitur dan kreditur berkumpul
pada satu orang. Misalnya dalam kasus terjadi perkawinan dengan
percampuran harta antar kreditur dan debitur atau seorang kreditur meninggal
dan satu-satunya pewaris adalah debitur.
Pembebasan hutang, yaitu kreditur secara sukarela membebaskan tagihannya
dan secara hukum bisa dikatakan lunas apabila si debitur sendiri menerima
keputusan kreditur membebaskan hutangnya.
Objek barang terhutang musnah, dengan syarat hilang atau musnahnya barang
tersebut diluar kesalahan debitur.
Batal / pembatalan, jika suatu perikatan batal karena dibatalkan atau batal demi
hukum maka tidak ada lagi perikatan hukum yang dilahirkan karena
pembatalan tersebut..
Berlakunya syarat batal. Dalam hal perikatan bersyarat, maka jika terpenuhi
syarat batal dengan sendirinya perikatan hapus.
Lewat waktu ( daluwarsa), pasal 1946 KUHPdt menyatakan, lewat waktu atau
daluwarsa adalah upaya untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan
dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu, dan atas syarat-
syarat yang ditentukan oleh undang-undang.
Menurut hukum perdata, perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi diantara dua
orang atau lebih yang terletak didalam lapangan harta kekayaan, dimana pihak yang satu
berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu, sedangkan menurut
Vollmar bahwa ditinjau dari isinya, perikatan itu ada selama seseorang itu (debitur) harus
melakukan suatu prestasi yang mungkin dapat dipaksakan terhadap kreditur kalau perlu
dengan bantuan hakim. Pengertian prestasi adalah apabila dua orang mengadakan
perjanjian ataupun apabila undang-undang dengan terjadinya suatu peristiwa untuk
menciptakan suatu perikatan untuk memenuhi sesuatu kewajiban.
Perikatan memiliki empat unsur, yaitu : a) hubungan hukum, b) kekayaan, c) pihak-pihak
dan d) prestasi (obyek hukum). Hubungan hukum adalah hubungan yang terhadapnya
hukum melekatkan hak pada satu pihak dan melekatkan kewajiban pada pihak lainnya.
Apabila satu pihak tidak mengindahkan ataupun melanggar hubungan tadi, lalu hukum
memaksakan supaya hubungan tersebut dipenuhi ataupun dipulihkan kembali. Untuk
menilai suatu hubungan hukum perikatan atau bukan, maka hukum mempunyai kriteria
tertentu yaitu ukuran-ukuran yang digunakan terhadap sesuatu hubungan hukum sehingga
hubungan hukum itu dapat disebutkan suatu perikatan.
Didalam perkembangan sejarah, apa yang dipakai sebagai kriteria itu tidak tetap, dahulu
yang menjadi kriteria ialah hubungan hukum itu dapat dinilai dengan uang atau tidak.
Apabila hubungan hukum itu dapat dinilai dengan uang, maka hubungan hukum tersebut
merupakan suatu perikatan. Sekalipun suatu hubungan hukum itu tidak dapat dinilai
dengan uang, tetapi kalau masyarakat atau rasa keadilan menghendaki agar suatu
hubungan itu diberi akibat hukum, maka hukum pun akan melekatkan akibat hukum pada
hubungan tersebut sebagai suatu perikatan.
Apabila hubungan hukum tadi dijajaki lebih jauh lagi maka hubungan hukum itu harus
terjadi antara dua orang atau lebih, yaitu pihak yang aktif adalah kreditur atau yang
berpiutang dan pihak yang pasif adalah debitur atau yang berutang. Mereka ini yang
disebut subyek perikatan. Seorang debitur harus selamanya diketahui, karena seseorang
tentu tidak dapat menagih dari seseorang yang tidak dikenal, lain halnya dengan kreditur
boleh merupakan seseorang yang tidak diketahui, artinya penggantian kreditur dapat
terjadi secara sepihak tanpa bantuan debitur, bahkan dalam lalu lintas perdagangan yang
tertentu penggantian itu telah disetujui terjadi sejak semula. Apabila dalam suatu
perikatan kreditur itu ditentukan atau dikenal, maka kreditur yang seperti ini disebut
kreditur yang memiliki gugatan atas nama (vordering op naam). Dengan demikian maka
penggantian kedudukan debitur hanya dapat terjadi apabila kreditur telah memberikan
persetujuan, misalnya pengambilalihan utang (schuldoverneming)
Didalam perikatan pihak-pihak kreditur dan debitur itu dapat diganti. Penggantian debitur
harus diketahui atau persetujuan kreditur, sedangkan penggantian kreditur dapat terjadi
secara sepihak, bahkan untuk hal-hal tertentu pada saat suatu perikatan lahir antara pihak-
pihak, secara apriori disetujui hakikat penggantian kreditur. Pada setiap perikatan
sekurang-kurangnya harus satu orang kreditur dan sekurang-kurangnya satu orang
debitur, namun tidak menutup kemungkinan dalam satu perikatan itu tedapat beberapa
orang kreditur dan beberapa orang debitur.
Seorang kreditur dapat mengalihkan haknya atas prestasi kepada kreditur baru, hak mana
adalah merupakan hak-hak pribadi yang kualitatif, sehingga kewajiban memenuhi
prestasi dari debitur dinamakan kewajiban kualitatif Penggantian kreditur dapat pula
terjadi dengan subrogasi. Menurut Asser"s (Handeling tot de beofening van het Ned
Burgerlijkrecht, 1967) bahwa sejak saat suatu perikatan dilakukan, pihak kreditur dapat
memberikan persetujuan untuk adanya penggantian debitur, misalnya didalam sutu
perjanjian jual beli dapat dijanjikan seseorang itu membeli untuk dirinya sendiri dan
untuk pembeli-pembeli yang berikutnya. Apabila didalam jual beli ini debitur (pembeli)
belum melunaskan seluruh harga beli, maka dalam hal benda itu dialihkan kepada
pembeli baru, maka kewajiban untuk membayar tersebut dengan sendirinya beralih
kepada pembali itu. Kedudukan debitur dapat berganti dapat atau beralih dengan
subrogasi.
Menurut pasal 1234 KUHPerdata, bahwa prestasi dibedakan atas : a) memberikan
sesuatu, b) berbuat sesuatu, c) tidak berbuat sesuatu. Kedalam perikatan untuk
memberikan sesuatu termasuk pemberian sejumlah uang, memberi benda untuk dipakai
(menuewa), penyerahan hak milik atas benda tetap dan bergerak, perikatan untuk
melakukan sesuatu misalnya membangun rumah, sedangkan perikatan untuk tidak
melakukan sesuatu misalnya A membuat perjanjian dengan B ketika menjual apoteknya
untuk tidak menjalankan usaha apoteknya dalam daerah yang sama.
Sumber perikatan menurut Pasal 1352 KUHPerdata, bahwa perikatan-perikatan yang
dilahirkan dari undang-undang saja (uit de wet alleen) atau dari undang-undang sebagai
akibat perbuatan orang (uit de wet ten gevolge van's mensen toedoen), sedangkan pasal
1353 KUHPerdata mengatakan bahwa perikatan-perikatan yang dilahirkan dari undang-
undang sebagai akibat perbuatan orang, terbit dari perbuatan halal atau dari perbuatan
melawan hukum (onrechmatige daad).
Perikatan yang bersunber dari undang-undang semata-mata adalah perikatan yang dengan
terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu, ditetapkan melahirkan suatu hubungan hukum
(perikatan) diantara pihak-pihak yang bersangkutan, terlepas dari kemauan pihak-pihak
tersebut, misalnya kematian dengan meninggalnya seseorang, maka perikatan yang
pernah mengikat orang tersebut beralih kepada ahli warisnya, demikian pula kelahiran
anak timbul perikatan antara ayah dan ank, dimana si ayah wajib memelihara anak
tersebut. Menurut pasal 1321 KUHPerdata, bahwa tiap-tiap anak wajib memberi nafkah
kepada orang tuanya dan para keluarga sedarahnya dalam garis keatas apabila mereka
dalam keadaan miskin.
Perkatan yang bersumber dari undang-undang sebagai akibat perbuatan orang maksudnya
ialah bahwa dengan dilakukannya serangkaian tingkah laku oleh seseorang, maka
undang-undang melekatkan akibat hukum berupa perikatan terhadap orang tersebut.
Tingklah laku sesorang tadi mungkin merupakan perbuatan yang menurut hukum
dibolehkan undang-undang atau mungkin pula merupakan perbuatan yang tidak
dibolehkan undang-undang (melawan hukum). Perikatan sebagai akibat perbuatan orang
yang melawan hukum diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata bahwa undang-undang
menetapkan kewajiban orang itu untuk memberi ganti rugi. Dengan meletakan kewajiban
memberi ganti rugi antara orang yang melakukan perbuatan yang melawan hukum
kepada orang yang menderita kerugian karena perbuatan itu, lahirlah suatu perikatan
diluar kemauan kedua orang tersebut, sedangkan perikatan akibat perbuatan mengurus
kepentingan orang lain secara suka rela (zaakwaarneming) diatur dalam pasal 1354
KUHPerdata yang menyatakan jika seseorang dengan sukarela, tanpa mendapat perintah
untuk itu, mengurus urusan orang lain, maka Ia berkewajiban untuk meneruskan
menyelesaikan urusan tersebut hingga orang yang diwakili kepentingannya dapat
mengerjakan sendiri urusan itu. Pihak yang kepentingannya diwakili diwajibkan
memenuhi perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh si wakil itu atas namanya, dan
mengganti semua pengeluaran yang sudah dilakukan oleh si wakil tadi.