Hukum perdata internasional asas perkawinan dan kebendaan

17
PRINSIP KEWARGANEGARAAN DALAM HPI INDONESIA, & PEMAKNAAN KEBENDAAN DALAM PERKAWINAN OLEH : WILLYBRODUS N. BATA ANDRIANO POILEMA - ANDREAS ROMARIO DOPO NIKODEMUS SABUNA - JANUARSE DJAMI RIWU

Transcript of Hukum perdata internasional asas perkawinan dan kebendaan

Page 1: Hukum perdata internasional asas perkawinan dan kebendaan

PRINSIP KEWARGANEGARAAN DALAM HPI INDONESIA, &PEMAKNAAN KEBENDAAN DALAM PERKAWINAN

OLEH :WILLYBRODUS N. BATAANDRIANO POILEMA - ANDREAS ROMARIO DOPONIKODEMUS SABUNA - JANUARSE DJAMI RIWU

Page 2: Hukum perdata internasional asas perkawinan dan kebendaan

PEMAKNAAN PRINSIP KEWARGANEGARAANDALAM HPI INDONESIA

ASAS KEWARGANEGARAANMENURUT HPI INDONESIA

UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia

Asas Ius SoliAdalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran. Bagi negara indonesia penentuan yang diber lakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang tersebut.

Page 3: Hukum perdata internasional asas perkawinan dan kebendaan

ASAS KEWARGANEGARAANMENURUT HPI INDONESIA

UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia

Asas Ius SanguinisAdalah penenuan kewarganegaraan berdasarkan keturunan atau pertalian darah. Artinya penentuan kewarganegaraan seseorang berdasarkan kewarganegaraan orang tuanya, bukan berdasarkan negara tempat tinggalnya.

Asas Kewarganegaraan TunggalAdalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.

Page 4: Hukum perdata internasional asas perkawinan dan kebendaan

ASAS KEWARGANEGARAANMENURUT HPI INDONESIA

UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia

Asas Kewaganegaraan Ganda TerbatasAdalah asas menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini. Undang-undang ini pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda (bipatr ide) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride). Kewarganegaraan ganda yang diber ikan kepada anak dalam undangundang ini merupakan suatu pengecualian.

Page 5: Hukum perdata internasional asas perkawinan dan kebendaan

PEWARGANEGARAAN (NATURALISASI)

UU No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Indonesia

Negara Republik Indonesia memberi kesempatan kepada orang asing (bukan warga negara) untuk menjadi warga negara. Dalam hal permohonan kewarganegaraan atau naturalisasi

Naturalisasi Biasa

Naturlisasi Istimewa (Luar Biasa)

Page 6: Hukum perdata internasional asas perkawinan dan kebendaan

Setiap orang yang bukan WNI diperlakukan seperti orang asing.

Kehilangan kewarganegaraan RI bagi suami atau istri yang terikat perkawinan sah tidak menyebabkan kehilangan status kewarganegaraan itu.

Anak yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin yang mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya sebelum ayah itu memperoleh kewarganegaraan RI turut memperoleh kewarganegaraan RI.

AKIBAT PEWARGANEGARAAN

Pewarganegaraan membawa akibat hukum pasangan kawin campuran dan anakanaknya yang menjadi warga negara karena pewarganegaraan

Page 7: Hukum perdata internasional asas perkawinan dan kebendaan

AKIBAT PEWARGANEGARAAN

Pewarganegaraan membawa akibat hukum pasangan kawin campuran dan anakanaknya yang menjadi warga negara karena pewarganegaraan

Seorang anak yang lahir dari perkawinan WNA dan WNI tanpa memandang kedudukan hukukm ayahnya baik sah maupun tidak sebelum usia 18 tahun memiliki kewarganegaran ganda. Setelah 18 tahun diharuskan memilih kewaranegaraan.

Anak yang lahir di wilayah negara RI yang saat lahir tidak jelas kedudukan orang tuanya atau tidak diketahui orang tuanya merupakan kewarganegaraan RI.

Anak dibawah usia 5 tahun telah ditetapkan secara sah sebagai anak WNA berdasarkan pengadilan, tetap diakui sebagai WNI.

Page 8: Hukum perdata internasional asas perkawinan dan kebendaan

PEMAKNAAN KEBENDAAN DALAM PERKAWINAN BERDASARKAN HPI

ASAS-ASAS HUKUM PERDATA INTERNASIONAL DALAM PERKAWINAN

Pasal 1 UU 1/1974 tentang Perkawinan, perkawinan di definisikan sebagai :

“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Page 9: Hukum perdata internasional asas perkawinan dan kebendaan

ASAS-ASAS HUKUM PERDATA INTERNASIONAL DALAM PERKAWINAN

Ikatan semacam itu berlansung antara pria dan wanita yang masing-masing tunduk pada sistem hukum nasional yang berbeda tentunya memunculkan persoalna-persoalan HPI dalam bidang hukum keluarga yang meliputi

masalah validitas perkawinan,kekuasaan orang tua, status anak, danjuga masalah megenai kebendaan atau harta ketika perkawinan itu berakhir.

Page 10: Hukum perdata internasional asas perkawinan dan kebendaan

ASAS-ASAS HUKUM PERDATA INTERNASIONAL DALAM PERKAWINAN

Dalam HPI persoalan pokoknya adalah sistem hukum manakah yang harus diberlakukan terhadap persoalan-persoalan di atas

Page 11: Hukum perdata internasional asas perkawinan dan kebendaan

PENGERTIAN PERKAWINAN CAMPURAN

Secara teoritis dalam HPI dikenal dua pandangan utama yang berusuaha membatasi pengertian “perkawinan campuran

Perkawinan yang berlangsung antara pihak yang berbeda domicile-nya sehingga terhadap masing-masing pihak berlaku kaidah hukum yang berbeda.

Pernikahan antara pihak yang berbeda kewarganegaraanya.

Page 12: Hukum perdata internasional asas perkawinan dan kebendaan

AKIBAT PERKAWINAN CAMPURAN

Beberapa asas yang berkembang dalam HPI tentang akibat perkawinan adalah bahwa akibat perkwanina tunduk pada

Sistem hukum tempat perkawinan diresmikan

Sistem hukum dari tempat suami-istri bersama-sama menjadi warga negara setelah perkawinan

Sistem hukum dari tempat suami istri berkediaman tetap bersama setelah perkawinan atau tempat suami-istri ber-domicile setelah perkawinan

Page 13: Hukum perdata internasional asas perkawinan dan kebendaan

ASAS-ASAS HUKUM PERDATA INTERNASIONAL HUKUM BENDA

Kesulitan selalu timbul apabila pembahasan tentang benda dan hak-hak kebendaan dalam HPI sehubungan dengan benda tetap (imoveables), benda bergerka (movable) dan benda tak berwujud (intangibles) karena setiap sistem hukum menetepkan kriteria serta klarifikasi tentang benda yang berbeda-beda

pertanyaan yang penting dalam HPI adalah berdasarkan hukum amana klarifikasi jenis benda itu harus dilakukan. Dalam kaitan ini, teori HPI mengenal dua asa utama yang menetapkan bahwa klarifikasi semana itu harus dilakukan berdasarakan :

Hukum dari tempat gugatan atas benda itu diajukan (lex fori)

Hukum dari tempat benda berada/terletak (lex situs)

Page 14: Hukum perdata internasional asas perkawinan dan kebendaan

STATUS BENDA TETAP

Asas umum yang diterima dalam HPI menetapkan bahwa status banda tetap ditetapkan berdasarkan lex situs atau hukum dari tempat benda berada/terletak. Asas ini juga dimuat dalam pasal 17 Algemene Bepalingen van wetgeving voor Indonesie.

Page 15: Hukum perdata internasional asas perkawinan dan kebendaan

STATUS BENDA BERGERAK

Beberapa asas HPI yang menyangkut penentuan status benda bergerak, anatara lain, menetapkan berdasarkan

Hukum dari tempat pemegang hak atas benda tersebut berkewarganegaraan

Hukum dari tempat pemegang hak atas benda tersebut

Hukum dari tempat benda terletak

Page 16: Hukum perdata internasional asas perkawinan dan kebendaan

STATUS BENDA BERGERAK

Benda yang dikategorikan ke dalam “benda tidak berwujud” biasnay meliputi utang piutang, hak milik perindustrian, atau hak milik intelektual. Asas HPI yang relevan dengan usaha penentuan status benda tak berwujud, di antaranya, menetapkan bahwa yang diberlakukan adalah sistem dari tempat

Kreditur atau pemegang hak atas benda itu berkewarganegaraan

Gugatan atas benda itu diajukan

Pembuat perjanjian utang piutang (khusus untuk perjanjian utang piutang)

Yang sitem hukumnya dipilih oleh para pihak dalam perjanjian yang menyangkut benda-benda

Page 17: Hukum perdata internasional asas perkawinan dan kebendaan

TERIMAKASIH