layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas...

123
KEDUDUKAN KREDITOR PEMEGANG HAK JAMINAN KEBENDAAN DALAM KEPAILITAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh i

Transcript of layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas...

Page 1: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

KEDUDUKAN KREDITOR PEMEGANG HAK JAMINAN

KEBENDAAN DALAM KEPAILITAN BERDASARKAN UNDANG-

UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN

PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna

Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh

FARIT MASYHUDI

NIM. E0006125

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

i

Page 2: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

KEDUDUKAN KREDITOR PEMEGANG HAK JAMINAN

KEBENDAAN DALAM KEPAILITAN BERDASARKAN UNDANG-

UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN

PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

Oleh

FARIT MASYHUDI

NIM. E0006125

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Maret 2011

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Djuwityastuti , S.H.,M.H Hernawan Hadi ,S.H.,Mhum NIP 195405111980032001 NIP 196005201986011001

ii

Page 3: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

KEDUDUKAN KREDITOR PEMEGANG HAK JAMINAN KEBENDAAN DALAM KEPAILITAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN

PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

OlehFARIT MASYHUDI

NIM. E0006125

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan

Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 13 April 2011

DEWAN PENGUJI

1. Moch. Najib Imanullah, S.H, M.H, Ph.D :...........................................................NIP. 195908031985031001

Ketua

2. Hernawan Hadi ,S.H.,Mhum :........................................................... NIP. 196005201986011001

Sekretaris

3. Djuwityastuti , S.H.,M.H :...........................................................NIP. 195405111980032001

Anggota

MengetahuiDekan,

Mohammad Jamin, S.H.,M.HumNIP.196109301986011001

iii

Page 4: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

PERNYATAAN

Nama : Farit Masyhudi

NIM : E0006125

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul

“KEDUDUKAN KREDITOR PEMEGANG HAK JAMINAN KEBENDAAN

DALAM KEPAILITAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR

37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN

KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG’’ adalah betul-betul karya sendiri.

Hal-hal yang bukan karya sayadalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda

citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti

pernyataan saya tidak benar,maka saya bersedia menerima sanksi akademik

berupa pencabutan penulisanhukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari

penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Maret 2011

yang membuat pernyataan

Farit Masyhudi

NIM. E0006125

iv

Page 5: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

ABSTRAK

Farit Masyhudi, E 0006125. 2011. KEDUDUKAN KREDITOR PEMEGANG HAK JAMINAN KEBENDAAN DALAM KEPAILITAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan dari penulisan hukum ini ialah untuk mengetahui kedudukan kreditor pemegang hak jaminan kebendaan (separatis) dalam kepailitan berdasarkan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang serta mengetahui eksekusi yang dilakukan oleh kreditor pemegang hak jaminan kebendaan terkait dengan adanya masa penangguhan.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat perskriptif dan terapan. Penulis menggunakan pendekatan undang-undang (statue approach). Bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Teknik pengumpulan bahan hukum dengan studi dokumen atau bahan pustaka. Analisis bahan hukum dengan menggunakan metode penalaran deduktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedudukan kreditor pemegang hak jaminan kebendaan (separatis) yaitu pemegang gadai, hipotek, fidusia, dan hak tanggungan, dalam kepailitan terjamin dan kuat berdasarkan Pasal 55 ayat (1) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Kreditor pemegang hak jaminan kebendaan harus didahulukan dalam pelunasan piutangnya. Pembagian boedel pailit kepada para kreditor tersebut dalam kepailitan berdasarkan tiga (3) prinsip, yaitu Prinsip Paritas Creditorum, Prinsip Pari Passu Prorata Parte, dan Prinsip Structured Creditors. Urutan kreditor di dalam kepailitan yaitu dari kreditor separatis, kreditor preferen, dan kreditor konkuren. Tetapi aturan Pasal 55 ayat (1) tidak konsisten dengan ketentuan Pasal 56 ayat (1) terkait dengan eksekusi yang dilakukan kreditor pemegang hak jaminan kebendaan (separatis) di mana harus menunggu masa penangguhan yaitu selama 90 hari. Dengan demikian tentunya akan menimbulkan risiko dan kurang menjamin hak-hak kreditor pemegang hak jaminan kebendaan, apabila debitor dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga, karena harus tunduk pada aturan penangguhan eksekusi.

Kata kunci : Kreditor, Jaminan Kebendaan, Kepailitan

v

Page 6: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

ABSTRACT

Farit Masyhudi, E0006125. 2011. THE POSITION OF CREDITOR HOLDING THE PROPERTY COLLATERAL RIGHT IN BANKRUPTCY BASED ON THE ACT NO. 37 OF 2004 ABOUT BANKRUPTCY AND DEBT PAYMENT OBLIGATION DELAY. Law Faculty, Sebelas Maret University.

The objective of research is to find out the Position of creditor holding the property (separatist) collateral right in bankruptcy based on the act no. 37 of 2004 about bankruptcy and debt payment obligation delay as well as the execution carried out by the creditor holding the collateral right related to the deferment period.

This study belongs to a normative law research that is prescriptive and applied in nature. The writer employed the statue approach. The law materials used were primary and secondary law materials. Technique of collecting law material was documentary study. The technique of analyzing law material used was deductive analysis method.

The result of research shows that the position of creditor holding the property (separatist) collateral right is as the pawning, mortgage, fiduciary, and dependent right holder in the bankruptcy is guaranteed and strong based on the article 55 clause (1) of Act no. 37 of 2004 about bankruptcy and debt payment obligation delay. The creditor holding the property collateral right should be transcend his/her debt payment. The bankrupt boedel distribution to the creditor during the bankruptcy was done based on three (3) principles: Paritas Creditorum, Pari Passu Prorata Parte and Structured Creditors principles. The creditor’s affair in the bankruptcy concerns the separatist, preference and congruent creditors. But the article 55 clause (1) is not consistent with the article 56 clause (1) concerning the execution carried out by the creditor holding the collateral right in which she/he should wait for deferment period of 90 days. Thus, it, of course, will result in the risk and inadequately guarantee the rights of the creditor holding the collateral right, when the debtor is stated bankrupt by the Commercial court, because she/her should be submitted to the execution deferment regulation.

Keywords: Creditor, Property Collateral Right, Bankruptcy

vi

Page 7: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

MOTTO

“Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah manusia mengerjakan yang

baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah

terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu

termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah”.

(Q.S. Luqman: 17)

vii

Page 8: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

PERSEMBAHAN

Teriring rasa syukur kepada Allah SWT, karya ini kupersembahkan untuk:

1. Bapak H. Triwahyudi dan Ibu Hj. Sawarni yang telah membesarkan dan

mendidik dengan penuh kasih sayang;

2. Kakak-kakakku (Nurul Rahmawati, S.E dan Siti Nur K, S.Si) dan Adikku

(Taufiq Urrachman) yang telah memberi motivasi yang baik

3. Ita’, atas kebersamaanmu diwaktu sedih dan senang

4. Teman senasib dan seperjuangan Tri Idiot (Penulis [Ulo], Andri [Komodo],

Awe [Boyo] ) teman berbagi cerita, semoga kita bisa menjadi saudara

selamanya,

5. Tim Kebanggaan Marmozzi FC, Lian, Zaki, Juni, Anung, Wahyu, Agus Doy,

Rudy, Erik, Adi CN, Didit, Ahimsa, Puguh, Udin, Prast, Haris.

6. Teman-teman Angkatan 2006 Dawud, Aji, Mahendra, Angga, Hendro,

Lukman KCM, Qomar, Bedu, Erika, Dian, Ulin, Tami, Yaya’, Nia, Neney,

Mut, Amel, Fafa, Erlina, Memey, Gita, Mega, Chacha.

7. Teman-teman Angkatan 2007 Hapid, Estu, Tri, Giska, Ayu, Wisnu, Adel, Mi

Chan, dan banyak lagi lainnya.

8. Temen-temen BEM FH, Gova, Delik, Korfah and UKM lainnya

viii

Page 9: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,

sehingga dapat menyelesaikan tugas penulisan hukum dengan sebaik-baiknya

yang berjudul “KEDUDUKAN KREDITOR PEMEGANG HAK JAMINAN

KEBENDAAN DALAM KEPAILITAN BERDASARKAN UNDANG-

UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN

PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG’’.

Penulisan hukum ini untuk mengetahui bagaimana kedudukan kreditor

pemegang hak jaminan kebendaan (separatis) di dalam Undang-undang Nomor

37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

terkait pemenuhan hak-hak kreditor pemegang jaminan kebendaan dalam hal

pembagian boedel pailit. Penulisan hukum ini disusun guna memenuhi dan

melengkapi syarat-syarat untuk memperoleh derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum

di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan

penulisan hukum ini masih terdapat kekurangan maupun ketidaksempurnaan di

dalamnya, karena keterbatasan pengetahuan. Atas kekurangan tersebut, penulis

mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun guna ke depan

menjadi lebih baik lagi.

Banyak kesulitan yang ditemui dalam menyelesaikan penulisan hukum ini,

namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang

timbul dapat teratasi. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya yang kepada:

9. Bapak Moh. Jamin, S.H, M. Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret atas kesempatan belajar di Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

10. Orang Tua dan adik yang selalu menyayangi, mencintai, dan memotivasi dengan baik.

11. Ibu Ambar Budi S. S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Perdata yang

telah sedikit banyak memberikan petunjuk dalam penulisan hukum ini.

ix

Page 10: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

12. Ibu Djuwityastuti, S.H.,M.H selaku Pembimbing I dan Bapak Hernawan

Hadi,S.H.,M.Hum selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan

petunjuk dan pengarahan dalam penulisan hukum ini.

13. Bapak Yudho Taruno M. ,S.H.,M.Hum., selaku Pembimbing Akademik yang

telah membimbing selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

14. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret atas

segala dedikasinya terhadap seluruh mahasiswa selama menempuh studi di

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

15. Seluruh Bapak dan Ibu Penjaga Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

16. Keluarga besar penulis yang selalu mendukung penulis.

17. Seluruh Sahabat dan Kawan di Fakultas Hukum Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

18. Semua pihak yang tidak dapatdisebutkan satu persatu yang telah membantu

penyusunan penulisan hukum ini baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Akhir kata, semoga penulisan hukum ini dapat memberi manfaat bagi

semua pihak. Penulis memohon maaf jika terdapat kekeliruan ataupun kesalahan

dalam penyusunan penulisan hukum ini. Semoga Allah SWT melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

Surakarta,April 2011

Penulis,

Farit Masyhudi

E0006125

x

Page 11: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI......................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN.......................................................................... iv

ABSTRAK........................................................................................................ v

MOTTO............................................................................................................ vii

PERSEMBAHAN............................................................................................. viii

KATA PENGANTAR...................................................................................... ix

DAFTAR ISI..................................................................................................... xi

DAFTAR BAGAN........................................................................................... xiii

BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................... 1

A. Latar Belakang.......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian...................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian.................................................................... 5

E. Metode Penelitian..................................................................... 6

F. Sistematika Penulisan Hukum.................................................. 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 11

A. Kerangka Teori......................................................................... 11

1. Tinjauan tentang Kepailitan................................................ 11

a. Pengertian Kepailitan.................................................... 11

b. Tujuan Kepailitan.......................................................... 12

c. Asas-Asas dalam Kepailitan ......................................... 13

d. Syarat-syarat Pernyataan Kepailitan ............................. 14

e. Proses Pengajuan Permohonan Pailit ........................... 18

f. Akibat Kepailitan ......................................................... 19

xi

Page 12: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

2. Tinjauan tentang Kreditor................................................... 20

a. Pengertian Kreditor....................................................... 20

b. Peraturan danJenis-Jenis Kreditor................................. 21

3. Tinjauan tentang Jaminan................................................... 25

a. Pengertian Jaminan....................................................... 25

b. Bentuk-Bentuk Jaminan................................................ 26

c. Pihak-Pihak yang terkait dalam Jaminan...................... 35

d. Tujuan Jaminan............................................................. 36

B. Kerangka Pemikiran.................................................................. 37

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................ 40

A. HASIL PENELITIAN ............................................................. 40

Penjelasan Kreditor Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata dan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang....... 40

B. PEMBAHASAN ..................................................................... 48

Kedudukan Kreditor Separatis Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang.................................................. 48

PENUTUP………………................................................................................ 63

A. Simpulan…………................................................................... 63

B. Saran……………..................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA .………….............................................................. 65

xii

Page 13: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Alur Kerangka Pemikiran...............................................................

37

xiii

Page 14: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ekonomi di Indonesia pada saat ini tumbuh tidak begitu

pesat. Hal ini terlihat dari banyaknya pengangguran yang ada serta mata uang

rupiah yang naik turun terhadap mata uang asing terutama mata uang dollar.

Seiring dengan era yang semakin modern, maka semakin komplek juga masalah

yang timbul dibidang ekonomi tersebut. Orang hidup memerlukan modal untuk

mencukupi kebutuhannya. Demikian juga suatu perusahaan untuk memenuhi

kegiatan usahanya.

Dalam kehidupan, baik perorangan (natural person) maupun suatu badan

hukum (legal entity) adakalanya tidak memiliki uang yang cukup untuk

membiayai keperluan atau kegiatannya. Untuk dapat mencukupi kekurangan

tersebut, orang atau perusahaan dapat antara lain melakukannya dengan

meminjam uang yang dibutuhkan itu dari pihak lain (Sutan Remy, 2002: 5).

Permasalahan sering kali muncul selama perkembangan suatu perusahaan

atau industri tersebut adalah kebutuhan akan dana bagi perusahaan guna

menjalankan kegiatan usahanya tidak diragukan lagi sebagai salah satu kebutuhan

yang sangat esensial atau mendasar. Untuk melanjutkan usaha, perusahaan

tersebut kemudian meminjam dana dari sumber yang lain yang lebih dikenal

dengan utang. Dana yang berupa utang dapat diperoleh perusahaan tersebut dari

berbagai sumber seperti bank-bank, lembaga pembiayaan, pasar uang yang

memperjual-belikan surat-surat utang jangka pendek, pasar modal yang

memperjual-belikan surat-surat utang jangka panjang, maupun sumber-sumber

pembiayaan lainnya yang bisa digunakan oleh perusahaan untuk mendapatkan

utang yang disertakan dengan bunga.

Apabila seseorang atau suatu badan hukum memperoleh pinjaman dari

pihak lain (orang lain atau badan hukum lain), maka pihak yang memperoleh

pinjaman itu disebut debitor sedangkan pihak yang memberikan pinjaman disebut

kreditor. Pemberian pinjaman atau kredit yang diberikan oleh kreditor kepada

debitor dilakukan karena adanya kepercayaan bahwa debitor dapat

1

Page 15: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

2

mengembalikan pinjaman tersebut kepada kreditor tepat pada waktunya. Tanpa

adanya kepercayaan dari kreditor, tidaklah mungkin kreditor mau memberikan

pinjaman kepada debitor, hal ini disebut dengan kredit (credit) yang berasal dari

kata credere yang berarti kepercayaan atau Trust (Sutan Remy Sjahdeini, 2002:6).

Krisis moneter yang melanda hampir seluruh belahan dunia pada

pertengahan tahun 1997 telah memporak-porandakan sendi-sendi perekonomian.

Dunia usaha merupakan dunia yang paling menderita dan merasakan dampak

krisis yang tengah melanda. Negara kita memang tidak sendirian dalam

menghadapi krisis tersebut, namun tidak dapat dipungkiri bahwa Negara kita

adalah salah satu Negara yang paling menderita dan merasakan akibatnya.

Selanjutnya tidak sedikit dunia usaha yang gulung tikar, sedangkan yang masih

dapat bertahan pun hidupnya menderita ( Ahmad Yani & Gunawan W, 2002: 1).

Dengan terpuruknya kehidupan perekonomian dunia maka akan berimbas

pada perekonomian nasional, dapat dipastikan banyak dunia usaha yang ambruk

dan rontok sehingga tidak dapat meneruskan kegiatannnya termasuk dalam

memenuhi kewajibannya kepada kreditor. Keambrukan itu akan menimbulkan

masalah besar jika aturan main yang ada tidak lengkap dan sempurna. Untuk itu

perlu ada aturan main yang dapat digunakan secara cepat, terbuka, dan efektif

sehingga dapat memberikan kesempatan kepada kreditor dan debitor untuk

mengupayakan penyelesaian yang adil. Salah satu sarana hukum yang menjadi

landasan bagi penyelesaian utang piutang dan erat relevansinya dengan

kebangkrutan dunia usaha adalah peraturan tentang kepailitan, termasuk peraturan

tentang penundaan kewajiban pembayaran utang (Ahmad Yani & Gunawan W,

2002: 2).

Kepailitan pada dasarnya merupakan perkara perdata, lebih tepatnya perkara

utang-piutang. Kepailitan merupakan proses dimana apabila seorang debitor tidak

mampu melunasi utangnya kepada lebih dari dua kreditornya dan utang tersebut

telah jatuh tempo yang diputus oleh Pengadilan Niaga sesuai dengan peraturan

kepailitan. Penyelesaiannya pun bisa dilakukan berbagai cara, mengajukan

permohonan pailit ke Pengadilan Niaga atau diselesaikan di luar pengadilan

(alternative dispute resolution), tergantung pilihan dari pihak kreditor yang

Page 16: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

3

merasa haknya dilanggar. Perkara kepailitan mempunyai beberapa kekhususan

dibanding dengan perkara perdata biasa. Hal tersebut diantaranya dapat dilihat

dari syarat pengajuannya, pengadilan yang berwenang memeriksa dan

memutusnya, dan jangka waktu penyelesaian perkara tersebut yang berbeda

dengan perkara perdata pada umumnya.

Salah satu syarat pengajuan perkara kepailitan adalah debitor harus

mempunyai dua kreditor atau lebih, yang mana salah satu utangnya telah jatuh

tempo dan dapat ditagih. Di dalam kepailitan ada tingkatan jenis kreditor yaitu

kreditor separatis (kreditor pemegang hak jaminan kebendaan), kreditor preferen,

dan kreditor konkuren. Sehubungan dengan hal tersebut maka perkara kepailitan

akan berkaitan dengan masalah hak jaminan yang dimiliki oleh kreditor separatis,

baik berupa jaminan yang bersifat umum sebagaimana diatur dalam Pasal 1131

dan Pasal 1132 Kitab Undang Undang Hukum Perdata ataupun yang bersifat

khusus.

Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan :

“Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak,

baik yang sudah ada maupun yang baru ada dikemudian hari, menjadi

tanggungan untuk segala perikatan perseorangan”.

Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyebutkan :

“Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang

yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-

bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-

masing, kecuali antara para berpiutang itu ada alsaan-alasan yang sah

didahulukan”.

Menurut prinsip hukum jaminan, kedudukan kreditor pemegang hak

jaminan kebendaan tidak terpengaruh oleh kepailitan. Dalam Pasal 1131 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, hukum memberikan jaminan kepada kreditor

bahwa apabila debitor tidak melunasi hutangnya dikarenakan suatu hal pada

waktu yang ditentukan, maka harta kekayaan debitor baik yang bergerak maupun

tidak bergerak yang telah ada di kemudian hari, akan menjadi agunan hutangnya

Page 17: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

4

yang dapat dijual untuk pelunasan pinjaman atau kredit yang diberikan oleh

kreditor kepada debitor. Sedangkan Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata, memberikan jaminan kedudukan yang seimbang pada para kreditornya.

Kedudukan yang seimbang tersebut antar kreditor dapat dikecualikan apabila

ditentukan lain oleh undang-undang yang berlaku Hal tersebut berarti Kreditor

tersebut dapat melaksanakan haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan.

Mengingat Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang merupakan lex specialis (ketentuan

yang bersifat spesifik dalam hal kepailitan). Undang-Undang Nomor 37 tahun

2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang tersebut

memberikan pengecualian terhadap kreditor yang mempunyai hak kebendaan,

pengecualian tersebut dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 55 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban

Pembayaran Utang, yang menyebutkan bahwa setiap kreditor Pemegang Gadai,

Jaminan Fidusia, Hak Tanggungan, Hipotik, atau Hak Agunan atas kebendaan

lainnya, dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan.

Ketentuan tersebut memberikan kedudukan yang kuat kepada kreditor pemegang

hak kebendaan terhadap aset debitor yang menjadi jaminan utangnya, yang tidak

terpengaruh oleh kepailitan yang menimpa debitor.

Namun demikian, sebagaimana diatur dalam Pasal 56 Undang-Undang

Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban

Pembayaran Utang hak eksekusi kreditor separatis dimaksud, ditangguhkan untuk

jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal putusan

pernyataan pailit diucapkan. Oleh sebab itu pasal tersebut, secara teoritis

membatasi hak kreditor, sebagai kreditur separatis. Kemudian apabila ditinjau

lebih lanjut, Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang

Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang tersebut tidak

sepenuhnya memberikan jaminan kepada kreditur pemegang hak jaminan

kebendaan untuk melaksanakan hak-haknya (eksekusi) apabila debitor dinyatakan

pailit oleh Pengadilan Niaga mengingat barang yang dijaminkan berupa barang

bergerak sudah tidak ada lagi pada debitor, maka penulis tertarik untuk menelaah

Page 18: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

5

KEDUDUKAN KREDITOR PEMEGANG HAK JAMINAN KEBENDAAN

DALAM KEPAILITAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR

37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN

KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka penulis akan

mengemukakan pokok permasalahan yaitu Bagaimana kedudukan kreditor

(separatis) pemegang hak jaminan kebendaan dalam kepailitan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang ?

C. Tujuan Penelitian

Suatu kegiatan pada dasarnya memiliki suatu tujuan tertentu yang hendak

dicapai, dan suatu penelitian dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Adapun

yang menjadi tujuan penelitian ini adalah antara lain sebagai berikut :

1. Tujuan Obyektif

Untuk mengetahui kedudukan kreditor pemegang hak jaminan

kebendaan terkait dengan masa penangguhan eksekusi.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman penulis di

bidang Hukum Perdata khususnya Hukum Kepailitan dan Hukum

Jaminan.

b. Memenuhi persyaratan akademis guna mencapai gelar sarjana dalam

bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian tentunya diharapkan akan memberikan manfaat yang

berguna, khususnya bagi ilmu pengetahuan di bidang penelitian tersebut. Adapun

manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

Page 19: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

6

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pembangunan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada

umumnya dan Hukum Perdata pada khususnya.

b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memperkaya referensi dan

literatur dalam dunia kepustakaan tentang kedudukan kreditor

pemegang hak jaminan kebendaan berdasarkan Undang-undang

kepailitan.

c. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penelitian-

penelitian sejenis untuk tahap berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran,

membentuk pola pikir ilmiah sekaligus mengetahui kemampuan

penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

b. Memberikan wawasan dan pengetahuan hukum bagi masyarakat luas

terkait dengan kedudukan kreditor pemegang hak jaminan kebendaan

dalam kepailitan.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum,

prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum

yang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi,

teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang

dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2008:35).

Dua syarat utama yang harus dipenuhi sebelum mengadakan penelitian

dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan yakni peneliti harus lebih dahulu

memahami konsep dasar ilmu pengetahuan yang berisi (system dan ilmunya) dan

metodologi penelitian disiplin ilmu tersebut (Johny Ibrahim, 2006:26). Didalam

penelitian hukum, konsep ilmu hukum dan metodologi yang digunakan dalam

suatu penelitian memainkan peran yang sangat signifikan agar ilmu hukum

Page 20: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

7

beserta temuan-temuannya tidak terjebak dalam relevansi dan aktualitasnya

(Johnny Ibrahim, 2006:28).

Berdasarkan hal tersebut maka penulis dalam penelitian ini menggunakan

metode penulisan sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang penulis pergunakan dalam penyusunan

penulisan hukum ini adalah penelitian normative atau penelitian hukum

kepustakaan. Penelitian hukum normatif menurut Johnny Ibrahim adalah

suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan

logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya (Johnny Ibrahim, 2006:57).

Penelitian hukum normatif memilki definisi yang sama dengan

penelitian hukum doctrinal (doctrinal research) yaitu penelitian berdasarkan

bahan-bahan hukum (library based) yang fokusnya pada membaca dan

mempelajari bahan-bahan hukum primer dan sekunder (Johnny Ibrahim,

2006:44).

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian hukum ini tentunya sejalan dengan sifat ilmu hukum

itu sendiri. Ilmu hukum mempunyai sifat sebagai ilmu yang preskriptif dan

terapan. Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu hukum mempelajari

tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep

hukum, dan norma-norma hukum. Sifat preskriptif keilmuan hukum ini

merupakan sesuatu yang subtansial di dalam ilmu hukum. (Peter Mahmud

Marzuki, 2008:22).

3. Pendekatan Penelitian

Menurut Peter Mahmud Marzuki, didalam penelitian hukum terdapat

beberapa pendekatan. Pendekatan-pendekatan yang digunakan di dalam

penelitian hukum adalah pendekatan undang-undang (statue approach),

pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historical

approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan

konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2008:93). Dari

Page 21: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

8

kelima pendekatan penelitian hukum tersebut, penulis akan menggunakan

pendekatan undang-undang (statue approach).

Pendekatan undang-undang (statue approach) dilakukan dengan

menelaah undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu

hukum yang sedang ditangani, untuk menelaah unsur filosofis adanya suatu

peraturan perundang-undanag tertentu yang kemudian dapat disimpulkan

ada atau tidaknya benturan filosofis antara undang-undang dengan isu

hukum yang ditangani (Peter Mahmud Marzuki, 2008:93-94). Dalam hal ini

yaitu Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian hukum yang

dilakukan oleh penulis adalah bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif yang artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri

dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam

pembuatan perundang-undangan dan putusan hakim. Sedangkan bahan

hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan

merupakan dokumen-dokumen resmi, yang meliputi buku-buku teks,

kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum dan komentar atas putusan

pengadilan (Peter Mahmud Marzuki, 2006: 141).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan bahan hukum primer

yaitu perundang-undangan terkait dengan kepailitan, sedangkan bahan

hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan

merupakan dokumen-dokumen resmi, yang meliputi buku-buku teks,

kamus-kamus hukum dan jurnal-jurnal hukum.

5. Teknik Pengumpulan bahan hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum yang aakan digunakan sebagai

sumber di dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan yaitu pengumpulan

bahan hukum dengan jalan membaca peraturan perundang-undangan,

dokumen-dokumen resmi maupun literatur-literatur yang erat kaitannya

Page 22: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

9

dengan permasalahan yang dibahas berdasarkan bahan hukum sekunder.

Dari bahan hukum tersebut, kemudian dianalisis dan dirumuskan sebagai

bahan hukum penunjang di dalam penelitian ini.

6. Teknik Analisis

Penelitian yang dilakukan oleh penulis merupakan penelitian

normatif dengan teknik analisis menggunakan metode silogisme dan

interpretasi. Interpretasi yaitu merupakan metode penemuan hukum yang

memberi penjelasan yang gamblang terkait teks undang-undang agar ruang

lingkup kaidah dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa tertentu.

Silogisme yang penulis gunakan adalah metode penalaran deduktif,

yaitu hal-hal yang dirumuskan secara umum diterapkan pada keadaan yang

khusus. Dalam penelitian ini, penulis mengkritisi teori-teori ilmu yang

bersifat untuk kemudian menarik kesimpulan yang sesuai dengan isu hukum

yang diteliti atau dianalisis, yaitu mengenai kedudukan kreditor pemegang

hak jaminan kebendaan didalam perkara kepailitan.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika

penulisan hukum, serta untuk mempermudah pemahaman berkaitan seluruh isi

penulisan hukum ini, maka penulis menyajikan sistematika penulisan hukum ini

yang terdiri dari empat bab.

Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari subbab-subbab yaitu latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penulisan hukum. Bab pertama ini

merupakan awal yang menjadi dasar, bahan pertimbangan, serta

patokan dari penulisan hukum ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab II ini mengenai Tinjauan Pustaka berisi subbab Kerangka Teori

dan subbab Kerangka Pemikiran. Pada Kerangka Teori ini memuat

Page 23: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

10

berbagai pengertiian yang mendukung dari judul yang ada hingga

memudahkan para pembacanya. Dimulai dari tinjauan mengenai

Kepailitan yang di dalamnya memuat pengertian kepailitan, asas-asas

dalam kepailitan, syarat-syarat pernyataan pailit, proses pengajuan

perkara pailitdan akibat hukum kepailitan. Tinjauan kedua yaitu

tinjauan mengenai kreditor yang di dalamnya memuat pengertian dan

jenis-jenis kreditor. Tinjauan yang ketiga yaitu tinjauan mengenai

Jaminan yang terdiri dari pengertian jaminan,, bentuk-bentuk jaminan,

pihak-pihak yang terkait dalam jaminan dan tujuan dari jaminan itu

sendiri. Pada subbab Kerangka Pemikiran, dibuat sebuah bagan untuk

menyederhanakan pola pikir serta alur arah dari tulisan ini.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan bab inti dan bab yang paling penting. Memaparkan

dan menjabarkan hasil penelitian yang kemudian dengan analisis

menghasilkan pembahasan atas pokok permasalahan yang dituju.

Dimulai dengan perbandingan kreditor dalam Undang-undang Nomor

37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang dan kreditor menurut Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata, kedudukan kreditor separatis dalam kepailitan, dan

eksekusi oleh kreditor separatis.

BAB IV :PENUTUP

Bab Penutup adalah bab terakhir, yang memuat kesimpulan dan saran.

Kesimpulan harus tetap merujuk pada pokok rumusan masalah yang

ditarik intinya dari hasil analisis pada pembahasan. Untuk saran lebih

bersifat unversal yang memunculkan ide untuk menciptakan keadaan

lebih baik terutama dalam kaitannya dengan inti dari penulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Page 24: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Kepailitan

a. Pengertian

Secara tata bahasa, kepailitan berarti segala hal yang

berhubungan dengan pailit. Dalam Black’s Law Dictionary pailit atau

Bankrupt adalah the state or condition of a person (individual,

partnership, corporation, municipality) who is unable to pay is debt as

they are, or become due. The term includes a person against whom an

involuntary petition has been filed, or who has filed a voluntary

petition, or who has been adjudged a bankrupt.

Black’s Law Dictionary mengartikan pengertian pailit

dihubungkan dengan ketidakmampuan untuk membayar dari seorang

(debitor) atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo.

Ketidakmampuan tersebut harus disertai dengan suatu tindakan nyata

untuk mengajukan, baik yang dilakukan secara suka rela oleh debitor

sendiri, maupun atas permintaan pihak ketiga (di luar debitor), suatu

permohonan pernyataan pailit ke Pengadilan (Ahmad Yani dan

Gunawan Widjaja. 2002:11-12).

Menurut Undang-undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004

tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

dalam Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa:

“Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan debitor pailit

yang pengurusan dan pemberesan dilakukan oleh kurator di

bawah pengawasan hakim pengawas sebagai mana diatur dalam

Undang-Undang ini”.

Istilah kepailitan yang digunakan di Indonesia berasal dari kata

pailit yang bersumber dari bahasa Belanda yaitu failliet yang berarti

kebangkrutan, bangkrut dan faillissement untuk istilah  kepailitan

yang berarti keadaan bangkrut. Sedangkan dalam bahasa Inggris untuk

istilah pailit dan kepailitan digunakan istilah bankrupt dan bankruptcy.

11

Page 25: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

12

Berikut adalah pendapat beberapa ahli (http://mkn-unsri.blogspot.com,

Surakarta 10 Juli 2010) :

1) Menurut Subekti, pailisemen itu adalah suatu usaha bersama

untuk mendapatkan pembayaran bagi semua orang berpiutang

secara adil.

2) Menurut Soekardono, kepailitan adalah penyitaan umum atas

kekayaan si pailit bagi kepentingan semua penagihnya, 

sehingga Balai Harta Peninggalanlah yang ditugaskan dengan

pemeliharaan serta pemberesan boedel dari orang yang pailit.

3) Menurut Kartono, kepailitan adalah suatu sitaan dan eksekusi

atas seluruh kekayaan si debitur untuk kepentingan seluruh

krediturnya bersama-sama, yang pada waktu si debitur

dinyatakan pailit mempunyai piutang dan untuk jumlah piutang

yang masing-masing kreditur miliki pada saat itu.

Berdasar pendapat beberapa ahli di atas tentang definisi atau

pengertian tentang kepailitan, maka dapat ditarik unsur-unsur sebagai

berikut yaitu:

1) Kepailitan dimaksudkan guna menjamin pembagian yang sama

terhadap harta kekayaan debitor di antara para kreditornya.

2) Kepailitan mencegah agar debitor tidak melakukan perbuatan-

perbuatan yang dapat merugikan kepentingan para kreditor.

3) Kepailitan memberikan perlindungan kepada debitor yang

beritikad baik dari para kreditornya, dengan cara memperoleh

pembebasan utang.

b. Tujuan Kepailitan

Tujuan-tujuan dari hukum kepailitan adalah :

1) Melindungi para kreditor konkuren untuk memperoleh hak

mereka sehubungan dengan asas jaminan. Menghindarkan

terjadinya saling rebut diantara para kreditor.

2) Menjamin agar pembagian harta kekayaan debitor diantara para

kreditor sesuai dengan asas pari passu (membagi secara

Page 26: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

13

proporsional harta kekayaan debitor kepada para kreditor

konkuren).

3) Mencegah agar debitor tidak melakukan perbuatan perbuatan

yang dapat merugikan kepentingan para kreditor.

4) Memberikan perlindungan kepada debitor yang beritikad baik

dari para kreditornya, dengan cara memperoleh pembebasan

utang.

5) Menghukum pengurus yang karena kesalahannya telah

mengakibatkan perusahaan mengalami keadaan keauangan yang

buruk sehingga perusahaan mengalami keadaan insolvensi dan

kemudian dinyatakan pailit oleh pengadilan.

6) Memberikan kesempatan kepada debitor dan kreditornya untuk

berunding dan membuat kespakatan mengenai restrukturisasi

utang -utang debitor (Sutan Remy, 2002: 39-40).

c. Asas-Asas dalam Kepailitan

Asas-asas hukum dalam kepailitan tercermin dalam Undang-

Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaaan

Kewajiban Pembayaran Utang, yakni sebagai berikut (Adi

Sulistiyono. 2010: 9) :

1) Asas Keseimbangan

Undang-undang Kepailitan diadakan untuk memberikan

perlindungan hukum kepada para kreditor maupun debitor.

Perlindungan diberikan kepada debitor guna mencegah kreditor

yang tidak jujur, dan perlindungan hukum juga diberikan kepada

kreditor guna memperoleh akses terhadap harta kekayaan

debitor yang dinyatakan pailit karena tidak mampu lagi

membayar utang-utangnya.

2) Asas Kelangsungan Usaha

Undang-undang Kepailitan juga memungkinkan atau

memberikan kesempatan kepada debitor dimana apabila pihak

debitor dinilai masih memiliki itikad baik dan dipandang

Page 27: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

14

mempunyai prospek untuk melangsungkan usahanya, untuk

melanjutkan usahanya dan melunasi utang-utangnya kepada

kreditor.

3) Asas Keadilan

Undang-undang Kepailitan menjamin keadilan bagi seluruh

pihak yang berkepentingan guna pembagian harta pailit. Sesuai

dengan asas Pari Passu yang tercermin di dalam Pasal 1132

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dimana membagi harta

pailit secara proporsional harta kekayaan debitor kepada kreditor

konkuren.

4) Asas Integrasi

Adanya integrasi antara sistem hukum formil dengan materiel

dalam Undang-undang Kepailitan. Dimana adanya suatu kaitan

atau kesatuan yang mengatur tentang masalah kepailitan.

d. Syarat-syarat Pernyataan Kepailitan

Pengajuan permohonan kepailitan terhadap debitor harus

memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam peraturan

perundang-undangan kepailitan yang berlaku. Permohonan pernyataan

pailit tersebut kemudian diajukan melalui Pengadilan Niaga. Syarat-

syarat dalam pengajuan permohonan pernyataan pailit tersebut

tercermin di dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun

2004 tentang Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban Pembayaran

Utang yang menyebutkan :

“Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditornya dan tidak

membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu

dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan

yang berwenang, baik atas permohonannya sendiri maupun atas

permohonan satu atau lebih kreditornya”.

Syarat pengajuan permohonan kepailitan yang telah tercermin

dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004

Page 28: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

15

tentang Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang

tersebut dapat dibagi menjadi :

1) Debitor minimal mempunyai dua kreditor

Syarat yang mengharuskan adanya debitor yang memiliki

minimal dua kreditor merupakan syarat yang wajib dipenuhi

sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37

Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban

Pembayaran Utang. Syarat yang mengatur minimal memiliki

dua kreditor tersebut dikenal dengan syarat “concursus

creditorium”. Syarat tersebut merupakan “raison d’entre-nya”

Undang-Undang Kepailitan, karena eksistensi Undang-Undang

Kepailitan diperlukan untuk mengatur mengenai salah satunya

adalah bagaimana cara membagi harta kekayaan debitor di

antara para kreditornya dalam hal debitor memiliki lebih dari

seorang kreditor (Sutan Remy Sjahdeini, 2002: 63).

Debitor tidak dapat dinyatakan pailit jika hanya memiliki

seorang kreditor, hal itu disebabkan karena jika hanya memiliki

satu orang kreditor maka tidak ada keperluan untuk membagi

aset debitor di antara para kreditor.

2) Adanya minimal satu utang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih

Utang menurut Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor

37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban

Pembayaran Utang meyatakan bahwa:

“Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat

dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang

Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung

maupun yang akan timbul dikemudian hari atau kontinjen,

yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan

yang wajib dipenuhi oleh debitor dan bila tidak dipenuhi

memberi hak kepada kreditor untuk mendapat

pemenuhannya dari harta kekayaan debitur”.

Page 29: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

16

Pengertian utang dalam pernyataan kepailitan harus telah

jatuh tempo atau jatuh waktu dan dapat ditagih. Utang yang

telah jatuh waktu ialah utang yang dengan lampaunya waktu

penjadwalan yang ditentukan di dalam perjanjian kredit itu,

menjadi jatuh waktu dan karena itu pula kreditor berhak

menagihnya (Sutan Remy Sjahdeini, 2002: 68).

Utang yang telah jatuh waktu dapat disebut pula hutang

yang telah expired dengan sendirinya menjadi utang yang telah

jatuh waktu dan dapat ditagih, namun hutang yang telah dapat

ditagih belum tentu merupakan utang yang telah jatuh waktu.

Utang tersebut dapat ditagih karena terjadi salah satu peristiwa-

peristiwa yang disebutkan dalam perjanjian (events of default).

Adalah lazim dalam suatu perjanjian kredit mencantumkan

klausul events of default, yaitu klausul yang meberikan hak

kepada bank untuk menyatakan kepada nasabah debitor telah

cidera janji apabila salah satu peristiwa yang tercantum dalam

events of default terjadi (Sutan Remy Sjahdeini, 2002: 69).

Apabila dalam suatu perjanjian kredit tidak ditentukan

suatu waktu tertentu mengenai telah dapat ditagihnya suatu

utang, maka dapat merujuk dalam pada Pasal 1238 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, yang menyatakan:

“Si berhutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah

atau dengan sebuah akta sejenis itu telah lalai, atau demi

perikatannya sendiri, ialah jika ia menetapkan, bahwa si

berhutang akan harus dianggap lalai dengan lewatnya

waktu yang ditentukan”.

Menurut Pasal 1238 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata berarti bila debitor dianggap lalai jika ada suatu perintah

atau akta pernyataan lalainya debitor yang dikirim oleh kreditor.

Akta pernyataan lalainya debitor biasa berbentuk surat teguran

Page 30: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

17

atau somasi yang di dalamnya menyatakan bahwa debitor telah

lalai dan di dalam surat tersebut debitor diberikan waktu tertentu

untuk melunasi hutangnya. Dengan begitu secara otomatis maka

utang debitor telah dapat di tagih.

3) Diputus pengadilan yang berwenang

Permohonan pernyataan pailit diputus oleh pengadilan

yang berwenang. Pengadilan yang berwenang dalam hal ini

adalah Pengadilan Niaga. Pihak yang berwenang mengajukan

permohonan pernyataan pailit diatur di dalam Pasal 2 Undang-

Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang, yaitu:

a) Kreditornya, satu orang atau lebih,

b) Debitor sendiri (dalam hal debitornya telah menikah dan

terjadi pencampuran harta harus dengan persetujuan suami

atau istrinya),

c) Kejaksaan untuk kepentingan umum,

d) Bank Indonesia (BI) apabila debitornya adalah bank,

e) Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), apabila

debitornya adalah perusahaan efek,

f) Menteri Keuangan, jika debitornya Perusahaan Asuransi,

Reasuransi, BUMN bergerak untuk kepentingan publik.

Permohonan pernyataan pailit diajukan oleh para

pemohonkepada pengadilan dengan mempertimbangkan bahwa

pengadilan tidak boleh menolak suatu perkara dimana

merupakan kewenangan hakim/ pengadilan untuk menerima

ataupun menolak suatu permohonan tersebut (Amir

Syamsuddin, 2005:87).

e. Proses Pengajuan Permohonan Pailit

Proses pengajuan permohonan pailit diajukan di Pengadilan

Niaga berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004

Page 31: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

18

tentang Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang,

yaitu sebagai berikut:

1) Permohonan pernyataan pailit didaftarkan di Kepaniteraan

Pengadilan Niaga, tempat domisili debitor.

2) Panitera menyampaikan permohonan kepada Ketua Pengadilan

Niaga selama 2 (dua) hari, sejak pendaftaran dilakukan.

3) Pengadilan akan mempelajari permohonan dan menetapkan hari

sidang 3 (tiga) hari sejak pendaftaran dilakukan.

4) Pemanggilan sidang dilakukan 1 (satu) minggu sebelum sidang

pertama dilaksanakan.

5) Sidang harus dilaksanakan paling lambat 20 (dua puluh) hari

sejak hari pendaftaran.

6) Penundaan sidang boleh dilakukan paling lama 25 (dua puluh

lima) hari sejak pendaftaran.

7) Putusan permohonan pailit harus sudah jatuh/ diputuskan 60

(enam puluh) hari sejak didaftarkan.

8) Penyampaian salinan putusan kepada pihak yang

berkepentingan dalam waktu 3 (tiga) hari setelah putusan

dijatuhkan.

9) Pengajuan dan pendaftaran permohonan kasasi kepada Panitera

Pengadilan Niaga selama 8 (delapan) hari sejak putusan

dijatuhkan.

10) Panitera Pengadilan Niaga mengirim permohonan kasasi kepada

pihak terkasasi 2 (dua) hari sejak pendaftaran permohonan

kasasi.

11) Pihak terkasasi menyampaikan kontra memori kasasi kepada

pihak Panitera Pengadilan Niaga selama 7 (tujuh) hari sejak

pihak terkasasi menerima dokumen kasasi.

12) Panitera Pengadilan Niaga menyampaikan berkas kasasi kepada

Mahkamah Agung selama 2 (dua) minggu sejak pendaftaran

permohonan kasasi.

Page 32: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

19

13) Mahkamah Agung mempelajari dan menetapkan sidang selama

2 (dua) hari sejak permohonan diterima.

14) Sidang pemeriksaan permohonan kasasi dilaksanakan 20 (dua

puluh) hari sejak permohonan didaftarkan.

15) Putusan kasasi sudah harus jatuh paling lama 60 (enam puluh)

hari sejak permohonan kasasi didaftarkan.

16) Penyampaian putusan kepada pihak yang berkepentingan selama

3 (tiga) hari sejak putusan kasasi dijatuhkan.

17) Apabila hendak melakukan Peninjauan Kembali (PK) sesuai

dengan ketentuan prosedur pengajuan kasasi (Pasal 14 Undang-

Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang).

f. Akibat Kepailitan

Secara umum suatu pernyataan kepailitan memiliki akibat :

1) Kepailitan meliputi seluruh harta kekayaan debitor pada saat

pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh

selama kepailitan.

2) Debitor demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan

mengurus kekayaannya yang termasuk dalam harta pailit, sejak

tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan.

3) Kepailitan hanya mengenai harta pailit dan tidak mengenai diri

pribadi debitur pailit.

4) Harta pailit diurus dan dikuasai kurator untuk kepentingan

semua para kreditor dan debitor. Hakim pengawas memimpin

dan mengawasi pelaksanaan jalannya kepailitan.

5) Tuntutan dan gugatan mengenai hak dan kewajiban harta pailit

harus diajukan oleh atau terhadap kurator.

6) Segala perbutan debitor yang dilakukan sebelum dinyatakan

pailit, apabila dapat dibuktikan bahwa perbuatan tersebut secara

sadar dilakukan debitor untuk merugikan kreditor, maka dapat

dibatalkan oleh kurator atau kreditor.

Page 33: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

20

7) Hibah dapat dibatalkan sepanjang merugikan harta kepailitan

(boedel pailit).

8) Perikatan selama kepailitan yang dilakukan oleh debitor, apabila

perikatan tersebut menguntungkan bisa diteruskan. Namun

apabila perikatan tersebut merugikan, maka kerugian

sepenuhnya ditanggung oleh debitor secara pribadi, atau

perikatan tersebut dapat dimintakan pembatalan.

9) Kepailitan suami atau istri yang kawin dalam suatu persatuan

harta, diperlakukan sebagai kepailitan persatuan harta tersebut

(Adi Sulistiyono. 2010: 29).

2. Tinjauan Umum Tentang Kreditor

a. Pengertian Kreditor

Didalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang

Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang telah

disebutkan mengenai pengertian kreditor. Kreditor adalah orang yang

mempunyai piutang karena perjanjian atau Undang-Undang yang

dapat ditagih di muka pengadilan. Dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata tidak dipakai istilah “kerditor”, tetapi dipakai istilah si

berpiutang (schuldeischer).

Dapat disimpulkan, kreditor adalah pihak (perorangan,

organisasi, perusahaan atau pemerintah) yang memiliki tagihan

kepada pihak lain (pihak kedua) atas properti atau layanan jasa yang

diberikannya (biasanya dalam bentuk kontrak atau perjanjian) dimana

diperjanjikan bahwa pihak kedua tersebut akan mengembalikan

properti yang nilainya sama atau jasa. Pihak kedua ini disebut sebagai

peminjam atau yang berhutang.

Ada dua perbedaan pengertian kreditor yang mengacu pada

pengertian utang dalam arti sempit dan luas.Pengertian kreditor yang

mengacu pada utang dalam arti sempit, adalah pihak yang memiliki

tagihan atau hak tagih berupa pembayaran sejumlah uang yang hak

tersebut timbul semata-mata dari perjanjian utang-piutang. Sedangkan

Page 34: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

21

pengertian kreditor yang mengacu pada utang dalam arti luas, adalah

pihak yang memiliki tagihan atau hak tagih berpa pembayaran

sejumlah uang yang hak tersebut timbul baik karena perjanjian apapun

maupun karena undang-undang. Termasuk dalam hal ini adalah

tagihan berdasarkan putusan pengadilan. (Sutan Remy, 2002: 115) .

b. Peraturan dan Jenis-Jenis Kreditor

Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

mengisyratkan bahwa setiap kreditor memiliki kedudukan yang sama

terhadap kreditor lainnya, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang

karena memiliki alasan-alasan yang sah untuk didahulukan daripada

kreditor-kreditor lainnya. Pengajuan perkara kepailitan diatur di

dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang

Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang, salah

satunya dilakukan oleh kreditor. Pembagian boedel pailit tersebut

dibagi kepada para kreditor yang memiliki piutang yang didasarkan

pada tingkatan kreditor. Tiga (3) tingkatan kreditur tersebut, yaitu:

1) Kreditor Separatis, yaitu Kreditor yang mempunyai hak jaminan

kebendaan. Dikatakan “separatis” yang berkonotasi

“pemisahan”, karena kedudukan kreditor tersebut memang

dipisahkan dari kreditor lainnya. Dalam arti dia dapat menjual

sendiri dan mengambil sendiri dari hasil penjualan, yang

terpisah dengan harta pailit pada umumnya (Munir Fuady,

1998:109):

a. Gadai yang diatur dalam Bab XX Buku III Kitab Undang

Undang Hukum Perdata. Menurut Pasal 1150Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata, gadai adalah “Suatu hak yang

diperoleh kreditor atas suatu barang bergerak yang

diserahkan kepadanya oleh debitor atau oleh kuasanya,

sebagai jaminan atas utangnya dan yang memberi

wewenang kepada kreditor untuk mengambil pelunasan

piutangnya dari barang itu dengan mendahului kreditor-

Page 35: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

22

kreditor lain; dengan pengecualian biaya penjualan sebagai

pelaksanaaan putusan atas tuntutan mengenai pemilikan

atau penguasaan, dan biaya penyelamatan barang itu,

yangdikeluarkan stelah barang itu diserahkan sebagai gadai

dan yang harus didahulukan”untuk kebendaan bergerak

dengan cara melepaskan kebendaan yang dijaminkan

tersebut dari penguasaan pihak yang memberikan jaminan

kebendaan berupa gadai tersebut ;

b. Hipotik yang diatur dalam Bab XXI Buku III Kitab Undang

Undang Hukum Perdata, Pasal 1162 Kitab Undang Undang

Hukum Perdata. Hipotek adalah “suatu hak kebendaaan atas

benda-benda tak bergerak, untuk mengambil penggantian

daripadanya bagi pelunasan bagi suatu perikatan”, yang

menurut Pasal 314 Kitab Undang Undang Hukum Dagang

berlaku untuk kapal laut yang memiliki ukuran sekurang-

kurangnya dua puluh meter kubik dan didaftar di

Syahbandar Direktorat Jenderal Perhubungan Laut

Departemen Perhubungan sehingga memiliki kebangsaan

sebagai kapal Indonesia dandiperlakukan sebagai benda

tidak bergerak. Sementara itu, yang tidak terdaftar dianggap

sebagai benda bergerak sehingga padanya berlaku ketentuan

Pasal 1977 Kitab Undang Undang Hukum Perdata;

c. Hak Tanggungan sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

yang mengatur mengenai penjaminan atas hak-hak atas

tanah tertentu berikut kebendaan yang dianggap melekat

dan diperuntukkan untuk dipergunakan secara bersama-

sama dengan bidang tanah yang di atasnya terdapat hak-hak

atas tanah yang dapat dijaminkan dengan hak tanggungan ;

d. Jaminan Fidusia yang diatur dalam Undang-Undang Nomor

42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

Page 36: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

23

2) Kreditor Preferen, yaitu Kreditor pemegang hak istimewa

seperti yang diatur dalam Pasal 1139 dan Pasal 1149 Kitab

Undang Undang Hukum Perdata. Hak istimewa adalah suatu

hak yang oleh undang-undang diberikan kepada seseorang

berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi dari pada orang

berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutangnya.

Gadai dan hipotik adalah lebih tinggi dari pada hak istimewa,

kecuali dalam hal-hal di mana oleh undang-undang ditentukan

sebaliknya.

3) Kreditor Konkuren atau disebut juga kreditor bersaing, karena

tidak memiliki jaminan secara khusus dan tidak mempunyai hak

istimewa, sehingga kedudukannya sama dengan kreditor tanpa

jaminan lainnya berdasarkan asas paritas cridetorium. Para

kreditor konkuren mempunyai kedudukan yang lebih

rendah/dikalahkan dengan pra kreditor preferen. Para kreditor

konkuren hanya mempunyai hak yang bersifat perorangan yang

mempunyai tingkatan yang sama satu dengan yang lainnya.

Tidak mempunyai kedudukan untuk didahulukan

pemenuhannya, baik karena adanya lebih dulu ataupun karena

dapat ditagih lebih dulu (Sri Soedewi Masjcoen Sofwan, 2007:

76).

Pembagian boedel pailit kepada para kreditor tersebut dalam

kepailitan berdasarkan tiga (3) prinsip, yaitu: (M Hadi Subhan, 2009:

27-31).

1) Prinsip Paritas Creditorum yaitu kesetaraan kedudukan para

kreditor, yang menentukan bahwa para kreditor mempunyai

kedudukan yang sama terhadap harta debitor. Prinsip ini

mengandung makna bahwa semua kekyaan debitor baik berupa

barang yang bergerak ataupun barang yang tidak bergerak

ataupun barang yang sekarang dimiliki debitor dan barang-

barang yang dikemudian hari dimiliki debitor terikat kepada

Page 37: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

24

penyelesaian kewajiban debitor. Makna lain dari prinsip paritas

creditorium adalah bahwa yang menjadi jaminan umum

terhadap utang-utang debitor hanya terbatas pada harta

kekayaannya saja bukan aspek lainnya, seperti status pribadi dan

hak-hak lainnya diluar harta kekayaan sama sekali tidak

terpengaruh terhadap utang piutang debitor tersebut. Ketidak

adilan prinsip paritas creditorium adalah menyamaratakan

kedudukan para kreditor. Betapa tidak adilnya seorang kreditor

yang memiliki jaminan kebendaan diperlakukan sama dengan

seorang kreditor yang sama sekali tidak memegang jaminan

kebendaan.

2) Prinsip Pari Passu Prorata Parte, yaitu bahwa harta kekayaan

tersebut merupakan jaminan bersama untuk para kreditor dan

hasilnya harus dibagikan secara proporsional antara mereka,

kecuali jika antara kreditor itu ada yang menurut undang-undang

harus didahulukan dalam menerima pembayaran tagihannya.

Berdasarkan prinsip tersebut, pembagian harta debitor untuk

melunasi utang-utangnya terhadap kreditor dilakukan tidak

sekedar sama rata, melainkan juga disesuaikan dengan

proporsinya. Singkatnya, kreditor yang memiliki tagihan lebih

besar akan mendapatkan porsi pembayaran yang lebih besar dari

pada kreditor yang tagihannya lebih kecil. Prinsip Pari Passu

Pro Rata Parte menemukan relevansinya dalam kondisi harta

debitor yang akan dibagi lebih kecil dibanding dengan jumlah

utang-utang debitor.

3) Prinsip Structured Creditors, yaitu prinsip yang

mengklasifikasikan dan mengelompokkan berbagai macam

kreditor sesuai dengan kelasnya masing- masing. Dikatakan

belum lengkap dan adil karena kedua prinsip ini baru mengatur

tentang aturan dasar pembagian harta kekayaan debitor terhadap

para kreditor dalam kelas yang sama. Kreditor pemegang hak

Page 38: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

25

jaminan kebendaan dan kreditor yang memiliki hak istimewa

belum terproteksi. Penerapan prinsip Structured Creditors dalam

praktek kepailitan, menjadi solusi dari benturan antara prinsip

hukum kepailitan dengan prinsip hukum jaminan dan hukum

lain yang memberikan keistimewaan tertentu pada kreditor

sebagaimana dimaksud di atas (M Hadi Subhan, 2009: 27-31).

Ketiga prinsip tersebut sangat penting baik dari segi hukum

perikatan dan hukum jaminan maupun hukum kepailitan. Tidak

adanya prinsip ini maka pranata kepailitan menjadi tidak bermakna

karena filosofi kepailitan adalah sebagai pranata untuk melakukan

likuidasi terhadap aset debitor yang memiliki banyak kreditor dimana

tanpa adanya kepailitan maka para kreditornya akan saling berebut

baik secara sah maupun secara tidak sah sehingga menimbulkan suatu

ketidakadilan baik terhadap debitor sendiri maupun terhadap kreditor

khususnya kreditor yang masuk belakangan sehingga tidak

mendapatkan bagian harta debitor untuk pembayaran utang-utang

debitor.

3. Tinjauan Umum Tentang Jaminan

a. Pengertian Jaminan

Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda,

yaitu zekerheid atau cautie. Zekerheid atau cautie mencakup secara

umum cara-cara kreditur menjamin dipenuhinya tagihannya,

disamping pertanggungan jawab umum debitur terhadap barang-

barangnya (Salim HS, 2004: 21).

Kontruksi jaminan dalam definisi ini ada kesamaan dengan yang

dikemukakan Hartono Hadisoeprapto dan M. Bahsan. Hartono

Hadisoeprapto berpendapat bahwa jaminan adalah “sesuatu yang

diberikan kepada kreditor untuk menimbulkan keyakinan bahwa

debitor akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang

yang timbul dari suatu perikatan”.

Page 39: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

26

Istilah yang digunakan oleh M. Bahsan adalah jaminan.Ia

berpendapat bahwa jaminan adalah “Segala sesuatu yang diterima

kreditor dan diserahkan debitor untuk menjamin suatu utang piutang

dalam masyarakat” (Salim HS, 2004: 22).

Kedua definisi jaminan yang dipaparkan diatas, adalah

1) Difokuskan pada pemenuhan kewajiban kepada kreditor (Bank);

2) Ujudnya jaminan ini dapat dapat dinilai dengan uang (Jaminan

materiil); dan

3) Timbulnya jaminan karena adanya perikatan antara kreditor

dengan debitor.

b. Bentuk-bentuk Jaminan

Jaminan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu jaminan materiil

(Kebendaan) dan jaminan imateriil (Perorangan). Jaminan kebendaan

mempunyai ciri-ciri “kebendaan” dalam arti memberikan hak

mendahului diatas benda-benda tertentu dan mempunyai sifat melekat

dan mengikuti benda yang bersangkutan. Sedangkan jaminan

perorangan tidak memberikan hak mendahului atas benda-benda

tertentu, tetapi hanya dijamin oleh harta kekayaan sesorang lewat

orang yang menjamin pemenuhan perikatan yang bersangkutan (Salim

HS, 2004: 23).

Ciri-ciri dari jaminan kebendaan menurut Sri Soedewi

Masjchoen Sofwan, yaitu

1) Hukum kebendaan merupakan hukum yang bersifat memaksa

(dwingend recht) yang tidak dapat dikesampingkan (waife) oleh

para pihak.

2) Hak kebendaan dapat dipindahkan, dengan pengertian bahwa,

kecuali dalam hal yang bertentangan dengan undang-undang,

kesusilaan dan ketertiban umum, hak milik atas kebendaan dapat

dialihkan dari pemiliknya semula kepada pihak lainnya, dengan

segala akibat hukumnya.

Page 40: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

27

3) Individualiteit, yang berarti bahwa yang dapat dimiliki sebagai

kebendaan adalah segala sesuatau yang menurut hukum dapat

ditentukan terpisah (individued bepaald).

4) Totaliteit. Asas ini menyatakan bahwa kepemilikan oleh

individu atas suatu kebendaan berarti kepemilikan menyeluruh

atas setiap bagian kebendaan tersebut. Dalam konteks ini

misalnya seseorang tidak mungkin memiliki bagian dari suatu

kebendaan, jika ia sendiri tidak memiliki title hak milik atas

kebendaan tersebut secara utuh.

5) Asas tidak dapat dipisahkan (onsplitsbaarheid). Asas ini

merupakan konsekuensi hukum dari asas totaliet, dimana

dikatakan bahwa seseorang tidak dimungkinkan melepaskannya

hanya sebagian hak miliknya atas sesuatu kebendaan yang utuh.

Meskipun seorang pemilik diberikan kewenangan untuk

membebani hak miliknya dengan hak kebendaan lainnya yang

bersifat terbatas (jura in re aliena), namun pembebanan yang

dilakukan itu pun hanya dapat dibebankan terhadap keseluruhan

kebendaan yang menjadi miliknya tersebut. Jadi jura in re

aliena tidak mungkin dapat diberikan untuk sebagian benda,

melainkan harus untuk seluruh benda tersebut sebagi suatu

kesatuan.

6) Asas prioriteit. Pada uraian mengenai asas onsplisbaarheid

tersebut telah dikatakan bahwa atas suatu kebendaan dapat

dimungkinkan untuk diberikan jura in re aliena yang

memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut.

Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan

berjenjang (prioritas) antara satu hak dengan hak lainnya. Ingat

ada hak kebendaan yang bersifat umum dan ada hak kebendaan

yang bersifat terbatas. Diatas hak milik mungkin dibebankan

hak pakai hasil, yang atas hak pakai hasil tersebut masih

mungkin dibebankan hipotek.

Page 41: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

28

7) Asas percampuran (vermenging). Asas ini merupakan juga asas

kelanjutan dari pemberian jura in re aliena, dimana dikatakan

bahwa pemegang hak milik atas kebendaan yang diberikan hak

kebendaan terbatas tidak mungkin menjadi pemegang hak

kebendaan terbatas tersebut. Jika hak kebendaan terbatas

tersebut jatuh jatuh ke tangan pemegang hak milik kebendaan

tersebut, maka hak kebendaan yang bersifat terbatas tersebut

demi hukum hapus.

8) Asas publiciteit. Asas ini berlaku untuk benda tidak bergerak

yang diberikan hak kebendaan.

9) Asas perlakuan yang berbeda atas kebendaan bergerak dan

kebendaan tidak bergerak.

10) Adanya sifat perjanjian dalam setiap pengadaan atas

pembentukan hak kebendaan. Asas ini mengingatkan kita

kembali bahwa pada dasarnya dalam setiap hukum perjanjian

terkandung pula asaas kebendaan dan dalam setiap hak

kebendaan melekat pula sifat hukum perjanjian didalamnya.

Sifat perjanjian ini menjadi makin penting adanya dalam

pemberian hak kebendaan yang terbatas (jura in re aliena)

(Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2004: 68).

Adapun bentuk daripada jaminan materiil (kebendaan), yaitu

1) Gadai

a) Pengertian

Istilah gadai berasal dari terjemahan dari kata pand

(Bahasa Belanda) atau pledge atau pawn (Bahasa Inggris).

Menurut Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata, gadai adalah “Suatu hak yang diperoleh kreditor

atas suatu barang bergerak yang diserahkan kepadanya

oleh debitor atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas

utangnya dan yang memberi wewenang kepada kreditor

Page 42: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

29

untuk mengambil pelunasan piutangnya dari barang itu

dengan mendahului kreditor-kreditor lain; dengan

pengecualian biaya penjualan sebagai pelaksanaaan

putusan atas tuntutan mengenai pemilikan atau

penguasaan, dan biaya penyelamatan barang itu,

yangdikeluarkan stelah barang itu diserahkan sebagai

gadai dan yang harus didahulukan” (Salim HS, 2004: 33).

Unsur-unsur yang tercantum dalam pengertian gadai

adalah

Adanya subjek gadai, yaitu kreditor (penerima

gadai) dan debitor (pemberi gadai),

Adanya objek gadai, yaitu brang bergerak, baik yang

berujud maupun tidak berujud,

Adanya kewenangan kreditor,

b) Dasar Hukum Gadai

Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

sampai dengan pasal 1160 Buku II Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata,

Artikel 1196 vv, title 19 Buku III NBW,

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1969 tentang

Perusahaan Jawatan Pegadaian,

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1970

Tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 7

Tahun 1969 Tentang Perusahaan Jawatan Pegadaian,

Peraturan pemerintah Nomor 103 Tahun 2000

tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian.

c) Subjek dan Objek Gadai

Subjek gadai trediri atas dua pihak yaitu pemberi

gadai (pandgever) dan penerima gadai (pandnemer).

Pemberi gadai adalah orang atau badan hukum yang

memberikan jaminan dalam bentuk benda bergerak selaku

Page 43: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

30

gadai kepada penerima gadai untuk pinjaman uang yang

diberikan kepadanya atau pihak ketiga. Penerima gadai

adalah orang atau badan hukum yang menerima gadai

sebagai jaminan untuk pinjaman uang yang diberikannya

kepada pemberi gadai (Salim HS, 2004: 36).

Objek gadai yaitu benda bergerak. Dibagi menjadi

dua, yaitu benda bergerak yang berujud dan tidak berujud.

Benda bergerak berujud adalah benda yang dapat dipindah

atau dipindahkan. Contohnya, emas, arloji, sepeda motor.

Benda bergerak yang tidak berujud, seperti piutang atas

bawah, piutang atas tunjuk, hak memungut hasil atas

benda dan atas piutang (Salim HS, 2004: 37-38).

2) Fidusia

a) Pengertian

Istilah fidusia berasal dari bahasa belanda, yaitu

fiducie, sedangkan dalam bahasa inggris disebut fiduciary

transfer of ownership, yang artinya kepercayaan. Dalam

pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999

Tentang Jaminan Fidusia dapat dijumpai pengertian

Fidusia, yaitu “Pengalihan hak kepemilikan suatu benda

atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda

yang hak kepemilikannya yang diadakan tersebut tetap

dalam penguasaan pemilik benda tersebut” (Salim HS,

2004: 55).

Dikenal juga mengenai istilah jaminan fidusia, yaitu

terdapat dalam pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 42

Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia dapat dijumpai

pengertian Fidusia, “Jaminan Fidusia adalah hak jaminan

atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang

tidak bewujud danbenda tidak bergerak khususnya

Bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan

Page 44: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

31

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4

Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada

dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi

pelunasan uang tertentu, yang memberikan kedudukan

yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap

kreditor lainnya”.

Unsur- unsur jaminan fidusia

Adanya hak jaminan,

Adanya objek, yaitu benda bergerak baik berujud

maupun yang tidak berujud dan benda tidak

bergerak, khusunya bangunan yang tidak dibebani

hak tanggungan. Ini berkaitan dengan pembebanan

jaminan rumah susun,

Benda menjadi objek jaminan tetap berada dalam

penguasaan pemberi fidusia,

Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada

kreditor (Salim HS, 2004: 57).

b) Dasar Hukum Jaminan Fidusia

Arrest Hoge Raad 1929, tertanggal 25 januari 1929

tentang Blerbrouwerij Arrest (Negeri Belanda),

Arrest Hoggerechtshof 18 Agustus 1932 tentang

BPM-Clynet Arrest (Indonesia),

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang

Jaminan Fidusi.

c) Subjek dan Objek Jaminan Fidusia

Subjek dari jaminan fidusia adalah pemberi dan

penerima fidusia. Pemberi fidusia adalah orang

perorangan atau korporasi pemeilik benda yang menjadi

objek jaminan fidusia. Penerima fidusia adalah orang

perorangan atau korporasi yang mempunyai piutang yang

pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia.

Page 45: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

32

Objek jaminan fidusia menurut Undang Undang

Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yaitu

benda bergerak baik yang berujud maupun tidak berujud;

dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak

dibebani hak tanggungan. (Salim HS, 2004: 64).

3) Hak Tanggungan

a) Pengertian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanggungan

diartikan sebagai barang yang dijadikan jaminan. Dalam

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996

tentang Hak Tanggungan disebutkan pengertian hak

tanggungan adalah “Hak jaminan yang dibebankan pada

hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-

benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu

untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan

kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu

terhadap kreditor-kreditor lainnya. “

b) Dasar Hukum

Hak Tanggungan diatur dalam Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah

beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah atau

yang lebih dikenal dengan UUHT.

c) Subjek dan Objek Hak Tanggungan

Subjek Hak Tanggungan diatur dalam Pasal 8

sampai dengan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1996 tentang Hak Tanggungan. Dalam kedua pasal itu

ditentukan bahwa yang dapat menjadi subjek hukum

dalam pembebanan hak tanggungan adalah pemberi hak

Page 46: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

33

tanggungan dan pemegang hak tanggungan. Pemberi hak

tanggungan dapat perorangan atau badan hukum, yang

mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan

hukum terhadap objek hak tanggungan. Sedangkan

pemegang hak tanggungan terdiri dari perorangan atau

badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang

berkepentingan. Objek Hak Tanggunganantara lain

meliputi: Hak Milik (eigendom), Hak Guna Bangunan

(HGB), Hak Guna Usaha (HGU).

4) Hak Hipotek

a) Pengertian

Pengertian hipotek dapat dilihat dalam Pasal 1162

Kitab Undang Undang Hukum Perdata. Hipotek adalah

“suatu hak kebendaaan atas benda-benda tak bergerak,

untuk mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan

bagi suatu perikatan”.

Vollmar mengartikan hipotek adalah “sebuah hak

kebendaan atas benda-benda tak bergerak tidak bermaksud

untuk memberikan orang yang berhak (pemegang hipotek)

sesuatu nikmat dari suatu benda, tetapi ia bermaksud

memberikan jaminan belaka bagi pelunasan hutang

dengan dilebih dahulukan” (Salim HS, 2004: 195-196).

b) Dasar Hukum

Pasal 1162 sampai dengan Pasal 1232 Kitab Undang

Undang Hukum Perdata,

Pasal 314 sampai dengan Pasal 316 Kitab Undang

Undang Hukum Dagang,

Artikel 1208 sampai dengan Artikel 1268 NBW

Belanda,

Pasal 49 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992

tentang Pelayaran.

Page 47: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

34

c) Subjek dan Objek Hipotek

Ada dua pihak dalam perjanjian pembebanan

hipotek kapal laut, yaitu pemberi hipotek

(hypotheekgever) dan penerima hipotek. Pemberi hipotek

adalah mereka yang sebagai jaminan memberikan suatu

hak kebendaan/ zakelijke recht (hipotek), atas bendanya

yang tidak bergerak, biasanya mereka mengadakan suatu

hutang tang terikat pada hipotek, tetapi hipotek atas beban

pihak ketiga. Penerima hipotek disebut juga

hypotheekbank, hypotheeknemer atau hypotheekhouder,

yaitu pihak yang menerima hipotek, pihak yang

meminjamkan uang dibawah ikatan hipotek.Biasanya yang

menerima hipotek ini adalah lembaga perbankan dan atau

lembaga keuangan nonbank (Salim HS, 2004: 200).

Objek hipotek diatur dalam Pasal 1164 Kitab

Undang Undang Hukum Perdata, meliputi

Benda-benda tak bergerak yang dapat

dipindahtangankan beserta segala perlengkapannya,

Hak pakai hasil atas benda-benda tersebut beserta

segala perlengkapannya,

Hak numpang karang dan hak usaha,

Bunga tanah, baik yang dibayar dengan

uangmaupun yang harus dibayar dengan hasil tanah,

Bunga sepersepuluh,

Pasar-pasar yang diakui oleh pemerintah, beserta

hak-hak asli merupakan yang melekat padanya.

c. Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam Jaminan

Pihak-pihak yang terkait dalam jaminan atas penyelesaian

utang-piutang dalam kepailitan antara lain:

1) Pihak penerima Jaminan

Page 48: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

35

Penerima jaminan adalah pihak kreditor yang mengambil

inisiatif untuk mengajukan permohonan pailit ke pengadilan.

Pihak yang berwenang mengajukan permohonan pernyataan

pailit diatur di dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 37 Tahun

2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang.

2) Pihak pemberi Jaminan

Pihak pemberi Jaminan adalah pihak debitor yang

dimohonkan pailit oleh pihak pemohon yang berwenang dimana

debitor tersebut memiliki dua atau lebih kreditor dan tidak

membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan

dapat ditagih (Aria Suyudi, Eryanto Nugroho, Herni Sri

Nurbayanti, 2004: 93).

3) Pihak pemberi Jaminan sebagai Pihak Ketiga (borg)

Pihak pemberi jaminan atau penanggung hutang lebih

dikenal dengan Borgtocht. Hubungan borg atau pihak ketiga

diatur dalam perjanjian tambahan. Meskipun borg berkedudukan

sebagai pihak ketiga, tetapi borg telah secara sukarela

mengikatkan diri sebagai debitor atau penjamin atau

penanggung (guarantor) kepada kreditor untuk berprestasi sama

dengan debitor. Prestasi tersebut dilakukan oleh penjamin bila

debitor tidak bisa memenuhi kewajibannya untuk melunasi

hutang-hutangnya kepada kreditor atau melakukan wanprestasi

terhadap perjanjian pokoknya. Penanggungan diatur dalam Pasal

1820 Kitab Undang Undang Hukum Perdata.

d. Tujuan Jaminan

Jaminan memiliki tujuan yaitu untuk melindungi kepentingan

kreditor. Kepentingan kreditor yang berhubungan dengan pemberian

dana yang telah diberikan oleh kreditor kepada debitor agar

dikembalikan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.

Adanya jaminan yaitu untuk meyakinkan kreditor, bahwa debitor

Page 49: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

36

memiliki kemampuan untuk mengembalikan atau melunasi utang atau

kreditnya yang diberikan kepadanya sesuai dengan persyaratan dan

perjanjian hutang atau kredit yang telah disepakati bersama antara

kreditor dengan debitor.

Pembuatan perjanjian jaminan adalah untuk menjamin

pelaksanaan perikatan debitor terhadap kreditor yang ada dalam suatu

perjanjian lain yang hendak dijamin pelaksanannya disebut saja

perjanjian pokok yang melahirkan perikatan-perikatan pokok. Dengan

demikian, kausa perjanjian penanggungan adalah untuk memperkuat

perjanjian pokoknya (J. Satrio, 1999: 60).

Page 50: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

Kreditor Debitor

Wanprestasi

Undang Undang No37 Tahun 2004

Putusan PailitPengadilan

Niaga

Perjanjian Utang

Akibat HukumPailit

Jaminan

JaminanPeroranganJaminanKebendaan

Kedudukan KreditorPemegang JaminanKebendaan

37

B. Kerangka Pemikiran

Gambar. 1Kerangka Pemikiran

Page 51: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

38

Keterangan

Penyelesaian hutang terkait dengan suatu perjanjian kredit antara pihak

kreditor maupun pihak debitor telah selesai jika pihak debitor mampu memenuhi

semua kewajibannya kepada pihak kreditor. Bila pihak debitor tidak memiliki

harta atau aset yang cukup maka dapat melalui jalur pengadilan berdasarkan

peraturan kepailitan yaitu Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dengan cara melakukan

permohonan pailit yang dilakukan oleh para kreditor kepada Pengadilan Niaga di

daerah wilayah hukumnya. Pengajuan permohonan pailit oleh kreditor harus

memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun

2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Pengaturan dalam undang-undang tersebut berhubungan dengan jaminan yang

diberikan oleh pihak debitor kepada pihak kreditor.

Adanya hak jaminan yang dimiliki oleh Kreditor, baik berupa jaminan

yangbersifat umum sebagaimana diatur dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata ataupunyang bersifat khusus. Pasal 1131 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata menentukan bahwa segala harta kekayaan

Debitor baik yang berupa bendabergerak maupun benda tetap (benda tidak

bergerak), baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari,

menjadi jaminan atau agunan bagi semua perikatan yang dibuat oleh Debitor

dengan para Krediturnya. Sehingga Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata itu memberikan ketentuan bahwa apabila Debitor cidera janji tidak

melunasi utang yang diperolehnya dari para Kreditornya, maka hasil penjualan

atas semua harta kekayaan Debitor tanpa kecuali, merupakan sumber pelunasan

bagi utangnya. Sedangkan Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

memberikan jaminan kedudukan yang seimbang pada para kreditornya.

Kedudukan yang seimbang tersebut antar kreditor dapat dikecualikan apabila

ditentukan lain oleh undang-undang yang berlaku.

Dari situ muncul masalah mengenai kedudukan diantara para kreditornya.

Apakah harus disamakan atau ada yang lebih tinggi, karena dalam Undang-

Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Page 52: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

39

Pembayaran Hutang. Pasal 55 ayat (1) menyebutkan bahwa kreditor pemegang

hak jaminan kebendaan dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi

kepailitan. Hal tersebut berkebalikan dengan ketentuan Pasal 56 yang

menyebutkan adanya waktu penangguhan pengeksekusian yaitu 90 hari setelah

putusan diucapkan.

Ketentuan Pasal 56 mengenai masa waktu yang ditetapkan sampai 90 hari

setelah putusan pailit diucapkan menimbulkan kekhawatiran dalam pemenuhan

hak kreditor pemegang jaminan kebendaan. Apabila boedel pailit tidak tercukupi,

ataupun hilang pada masa penangguhan akan mengakibatkan ketidakpastian

kedudukan kreditor pemegang jaminan kebendaan atas haknya tersebut.

Page 53: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN.

Penjelasan Kreditor Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata Dan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang

Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Kepailitan identik dengan kebangkrutan suatu usaha, dimana putusan

kepailitan berdampak negatif bagi para pengusaha. Putusan pailit

mengakibatkan semua harta benda maupun kekayaan yang dimiliki oleh

debitor kemudian menjadi harta boedel pailit dimana harta tersebut disita

dan dilelang guna pemenuhan segala kewajiban debitor. Kepailitan berarti

sita umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan

pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan hakim

pengawas. Bankruptcy is a legal process that gives debtors relief from debts

they cannot pay and, in some cases, compensates creditors for the money

that debtors owe them. Originally, bankruptcy laws were enacted to protect

creditors but over the centuries these laws have evolved to protect debtors

to a greater extent (www.thewisdomjournal.com).

Penulis mengartikan kepailitan adalahproses hukum yang memberikan

bantuan debitor dari utang mereka tidak dapat membayar dan, dalam

beberapa kasus, kreditor mengkompensasi debitor yang berutang kepada

mereka. Awalnya, hukum kepailitan yang berlaku untuk melindungi

kreditor, tetapi selama berabad-abad undang-undang telah berevolusi untuk

melindungi debitor ke tingkat yang lebih besar.

Pihak yang berwenang mengajukan permohonan pernyataan pailit

diatur di dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang

Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang, yaitu:

g) Kreditornya, satu orang atau lebih,

h) Debitor sendiri (dalam hal debitornya telah menikah dan terjadi

pencampuran harta harus dengan persetujuan suami atau

istrinya),

40

Page 54: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

41

i) Kejaksaan untuk kepentingan umum,

j) Bank Indonesia (BI) apabila debitornya adalah bank,

k) Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), apabila debitornya

adalah perusahaan efek,

l) Menteri Keuangan, jika debitornya Perusahaan Asuransi,

Reasuransi, BUMN bergerak untuk kepentingan publik.

Kreditor yang berkepentingan terhadap debitor tidak hanya kreditor

konkuren saja melainkan juga kreditor pemegang hak jaminan kebendaan

atau yang sering disebut kreditor separatis dan kreditor yang menurut

ketentuan hukum harus didahulukan atau yang disebut dalam rezim hukum

kepailitan disebut kreditor preferen. Memang kreditor separatis sudah

memegang jaminan kebendaan dan ia dapat mengeksekusi jaminan

kebendaan yang dipegangnya seolah-olah tidak terjadi kepailitan, akan

tetapi kreditor separatis tersebut masih memiliki kepentingan yang berupa

sisa tagihan yang tidak cukup ditutup dengan eksekusi jaminan serta

kepentingan mengenai keberlangsungan usaha debitor.

Disetiap negara, pengaturan tentang kreditor itu berbeda. Pengaturan

mengenai urutan siapa yang harus diberi pelunasan dahulu di dalam negara

Amerika berbeda dengan pengaturan yang ada di Indonesia.

The bankruptcy liquidation procedure in the United States is called Chapter 7. The bankruptcy priority rule that determines how the proceeds of the sale are divided is called the “absolute priority rule.” It specifies that claims are paid in full in the following order: first,a dministrative expenses of the bankruptcy process itself; second, claims taking statutory priority, such as tax claims,ren t claims,a nd unpaid wages and benefits; and,t hird,unsecured creditors’ claims, including those of trade creditors, long-term bondholders,and holders of damage claims against the firm. Subordination agreements which specify that certain unsecured creditors rank above others in priority are followed; otherwise all unsecured creditors’ claims have equal priority. Equity holders receive the remainder,i f any (Corporate BankruptcyMichelle J. White).

Page 55: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

42

Penulis mengartikan berdasakan prosedur kepailitandi Amerika

Serikat disebutkandalam Bab 7. Aturan prioritas kepailitan yang

menentukan bagaimana hasilpenjualan dibagi disebut "aturan prioritas

mutlak." menetapkan bahwa klaim ini dibayar secara penuh dalam urutan

sebagai berikut: pertama, biaya administrasi dari proses kebangkrutan itu

sendiri; kedua, klaim mengambil prioritas hukum, seperti tagihan pajak,

klaim sewa, dan upahyang belum dibayar, dan klaim ketiga unsecured

creditors , termasuk hutang usaha, pemegang obligasijangka panjang, dan

pemegang klaim kerusakan terhadap perusahaan. Subordinasi perjanjian

yang menetapkan bahwa unsecured creditors tertentu peringkatnya diatas

orang lain dalam urutan prioritas, jika tidakadasemua klaim unsecured

creditors memiliki prioritas yang sama. Ekuitas pemegang menerima

sisanya, jika ada. Jadi di Amerika, kreditor ditempatkan pada urutan ketiga

termasuk kreditor pemegang hak kebendaan.

Hukum Indonesia mengatur mengenai kreditor yaitu antara lain diatur

dalam:

1. Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Dasar hukum jaminan adalah perjanjian pemberian jaminan

kebendaan antara debitor dan kreditor dengan tujuan menjamin

pemenuhan, pelaksanaan atau pembayaran suatu kewajiban, prestasi

atau utang debitor kepada kreditor. Betapa tidak adilnya seorang

kreditor yang memegang jaminan kebendaan diperlakukan sama

dengan seorang kreditor yang tidak memegang jaminan kebendaan.

Jika pada akhirnya disamakan kedudukan hukumnya antara kreditor

pemegang jaminan kebendaan dan unsecured creditor, maka adanya

lembaga hukum jaminan menjadi tidak bermakna lagi. Demikian pula

dengan kreditor yang oleh undang-undang diberikan keistimewaan

dalam pelunasan piutangnya. Jika kedudukannya disamakan dengan

kreditor yang tidak diberikan preferensi oleh undang-undang maka

dipastikan akan terjadi benturan kepentingan antara hukum kepailitan

dan hukum jaminan.

Page 56: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

43

Setiap Kreditor pasti mempunyai jaminan kebendaan pelunasan

utang dari debitor baik yang bersifat umum maupun yang bersifat

khusus. Apabila kreditor tidak meminta jaminan secara khusus ketika

melakukan perjanjian utang-piutang dengan debitor secara otomatis

kreditor mempunyai jaminan umum pembayaran utang dari harta

benda milik debitor, seperti yang dijelaskan di dalam Pasal 1131 Kitab

Undang Undang Hukum Perdata.

“Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun

yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada

dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan

perseorangan”.

Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa harta

debitor yang ada dan yang akan ada dikemudian hari, baik harta

bergerak maupun tidak bergerak akan menjadi jaminan pembayaran

utang bagi kreditor meskipun tidak diperjanjikan sebelumnya.Berbeda

dengan jaminan yang bersifat khusus, pihak kreditor sejak semula

telah meminta kepada debitor agar hartanya secara khusus dijadikan

jaminan pembayaran utang sehingga apabila dikemudian hari pada

saat jatuh tempo debitor tidak dapat menepati janjinya untuk

membayar atau melunasi utangnya maka harta debitor tersebut dapat

dieksekusi oleh kreditor melalui prosedur tertentu.

Pasal 1132 Kitab Undang Undang Hukum Perdata disebutkan

bahwa :

“Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi

semua orang yang mengutangkan padanya, pendapatan

penjualan benda benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan,

yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali

apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah

untuk didahulukan”.

Page 57: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

44

Bahwa dengan demikian setiap kreditor memiliki kedudukan

yang sama terhadap kreditor lainnya (paritas creditorum), kecuali

ditentukan undang-undang karena memiliki alasan-alasan yang sah

untuk didahulukan daripada kreditor-kreditor lainnya pasal-pasal

dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata sebagaimana dijelaskan

di atas mengatur mengenai urutan prioritas para kreditor, apabila tidak

ditentukan bahwa suatu piutang merupakan hak istimewa yang

berkedudukan lebih tinggi daripada piutang yang dijamin dengan

suatu hak jaminan, maka urutan kreditornya adalah sebagai berikut :

a. Kreditor yang memiliki piutang yang dijaminkan dengan hak

jaminan.

b. Kreditor yang memiliki hak istimewa.

c. Kreditor konkuren.

Pasal 1134 Kitab Undang Undang Hukum Perdata menyatakan:

“Hak istimewa adalah hak yang oleh undang-undang diberikan

kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi

daripada orang berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan

sifat piutangnya. Gadai dan hipotik adalah lebih tinggi daripada

hak istimewa, kecuali dalam hal-hal dimana oleh undang-

undang ditentukan sebaliknya”.

Pasal 1134 Kitab Undang Undang Hukum Perdata menyatakan

bahwa kedudukan kreditor yang memiliki hak istimewa lebih tinggi

daripada kreditor lainnya. Contoh dari undang-undang yang

menetukan bahwa ada kreditor lain yang kedudukannya lebih tinggi

dari kreditor pemegang hak jaminan adalah sebagai berikut (Munir

Fuady, 1998:106-107):

a. Pasal 1149 ayat (1) “Bahwa biaya-biaya perkara yang semata-

mata disebabkan pelelangan dan penyelesaian suatu warisan;

biaya-biaya ini didahulukan daripada gadai dan hipotek”.

Page 58: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

45

b. Undang-Undang Perpajakan, Pasal 21 Undang- Undang Nomor

28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan, bahwa hutang pajak lebih tinggi kedudukannya dari

hutang lain, termasuk hutang dengan jaminan.

c. Undang-Undang Ketenagakerjaan, tagihan yang merupakan

hak-hak pekerja lebih kedudukannya dari tagihan biasa termasuk

tagihan yang dijamin dengan jaminan hutang. Tetapi Kitab

Undang Undang Hukum Perdata (Pasal 1149 ayat (4))

mengkategorikan tagihan tenaga kerja tersebut sebagai general

statutory priority, sehingga kedudukannya dibawah kreditor

separatis

d. Peraturan Pemerintah tentang Likuidasi Bank, Pasal 23 dari

Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1996. Peraturan

Pemerintah Nomor 68 Tahun 1996 ini berlaku untuk likuidasi

bank, bukan untuk kepailitan bank. Jadi jika bank tersebut pailit,

yang berlaku adalah tetap Undang-Undang Nomor 37 Tahun

2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang dan Kitab Undang Undang hukum Perdata, seperti juga

perusahaan lain.

Apabila suatu hak istimewa ditentukan harus dilunasi terlebih

dahulu daripada kreditor lainnya termasuk kreditor pemegang hak

jaminan, maka urutan para kreditor adalah sebagai berikut :

a. Kreditor yang memiliki hak istimewa.

b. Kreditor yang memiliki piutang yang dijaminkan dengan hak

jaminan.

c. Kreditor konkuren.

2. Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan

Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Tujuan tujuan dari hukum kepailitan adalah melindungi para

kreditor konkuren untuk memperoleh hak mereka sehubungan dengan

asas jaminan. Menghindarkan terjadinya saling rebut diantara para

Page 59: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

46

kreditor. Menjamin agar pembagian harta kekayaan debitor diantara

para kreditor sesuai dengan asas paripassu (membagi secara

proporsional harta kekayaan debitor kepada para kreditor konkuren).

Salah satu asas hukum dalam kepailitan yaitu asas Keadilan, Undang-

undang Kepailitan menjamin keadilan bagi seluruh pihak yang

berkepentingan guna pembagian harta pailit. Sesuai dengan asas Pari

Passu yang tercermin di dalam Pasal 1132 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata dimana membagi harta pailit secara proporsional harta

kekayaan debitor kepada kreditor konkuren. Selain asas tersebut,

terdapat asas Structured Creditors, yaitu prinsip yang

mengklasifikasikan dan mengelompokkan berbagai macam kreditor

sesuai dengan kelasnya masing-masing.Penerapan prinsip Structured

Creditors dalam praktek kepailitan, menjadi solusi dari benturan

antara prinsip hukum kepailitan dengan prinsip hukum jaminan dan

hukum lain yang memberikan keistimewaan tertentu pada kreditor.

Dalam penjelasan Pasal 2 Undang Undang Nomor 37 Tahun

2004 Tentang Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban Pembayaran

Utangbahwa pengajuan yang dilakukan oleh kreditor tidak hanya

kreditor konkuren saja, tapi juga bisa dilakukan oleh kreditor separatis

maupun kreditor preferen. Khusus mengenai kreditor separatis dan

kreditor preferen, mereka dapat mengajukan permohonan pailit tanpa

kehilangan hak agunan atau kebendaan yang mereka miliki terhadap

harta debitor dan haknya untuk didahulukan.

Pasal 55 ayat (1) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004

Tentang Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban Pembayaran

Utangmenyebutkan :

“Dengan tetap memperhatikan ketentuan sebagaiman dimaksud

dalam Pasal 56, pasal 57, dan Pasal 58, setiap kreditor

pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau

hak agunan atas kebendaan lainnya, dapat mengeksekusi haknya

seolah-olah tidak terjadi kepailitan”.

Page 60: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

47

Pasal 55 ayat (2) menyebutkan :

“Dalam hal penagihan suatu piutang sebagaimana dalam Pasal

136 dan Pasal 137 maka mereka hanya dapat berbuat demikian

setelah dicocokkan penagihannya dan hanya untuk mengambil

pelunasan dari jumlah yang diakui dari penagihan tersebut”

Ketentuan tersebut memberikan kedudukan yang kuat kepada

kreditor pemegang hak kebendaan terhadap aset debitor yang menjadi

jaminan utangnya, yang tidak terpengaruh oleh kepailitan yang

menimpa debitor. Kreditor yang memegang jaminan kebendaan

(yaitu; jaminan berupa Hak Tanggungan, Gadai dan Fidusia) diakui

secara tegas sebagai kreditor yang mempunyai hak preferensi

eksklusif terhadap jaminan kebendaan yang dimilikinya. Didalam

kepailitan disebut kreditor separatis. Pemberian kewenangan eksklusif

kepada kreditor separatis tersebut merupakan suatu prinsip hukum

yang telah lama berlaku di Indonesia. Prinsip itu bertujuan untuk

memberikan kepastian hukum kepada para pemilik modal dalam

memberikan pinjaman atau membiayai aktivitas komersial debitor.

Mengapa kedudukan gadai dan hipotek adalah lebih tinggi dari hak

istimewa, karena pada asasnya kehendak dari para pihak adalah lebih

diutamakan dari ketentuan undang-undang. Peraturan khusus lebih

diutamakan dari peraturan umum maka, privelegi khusus lebih diutamakan

dari prevelegi umum.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para kreditor pemegang

hak gadai dan hipotik menurut undang-undang mempunyai kedudukan yang

terkuat. Menurut Pasal 1133 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, hak

untuk didahulukan diantara para kreditur timbul dari : Hak Istimewa, Gadai,

Hipotik. Menurut Pasal 1134 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, Hak

Istimewa ialah suatu hak yang oleh Undang-undang diberikan kepada

seorang kreditor sehingga tingkatan kreditor tersebut lebih tinggi daripada

kreditor lainnya, semata-mata sifat piutang kreditor tersebut. Kedudukan

Hak Jaminan terhadap hak istimewa, menurut Pasal 1134 Kitab Undang

Page 61: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

48

Undang Hukum Perdata lebih tinggi daripada Hak Istimewa, kecuali dalam

hal-hal dimana oleh Undang-undang ditentukan sebaliknya. Hak istimewa

yang lebih yang lebih tinggi dari hak jaminan misalnya biaya perkara yang

semata-mata disebabkan karena suatu penghukuman untuk melelang baik

suatu benda bergerak maupun benda tidak bergerak . Biaya ini dibayar dari

hasil penjualan benda tersebut sebelum dibayarkan kepada para kreditor

lainnya, termasuk kepada kreditor pemegang hak jaminan.Dengan perkataan

lain, bahwa kedudukan kreditor separatis adalah yang tertinggi

dibandingkan kreditor lainnya, kecuali undang-undang menentukan

sebaliknya (Pasal 1134 Kitab Undang Undang Hukum Perdata). Kemudian

menyusul para pemegang hak istimewa, baru kemudian yang paling lemah

yaitu para kreditor konkuren.

B. PEMBAHASAN.Kedudukan Kreditor Separatis Berdasarkan Undang-Undang Nomor

37 Tahun 2004 Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Pernyataan pailit seorang debitor penting bagi para kreditor yang

terlibat kepailitan. Kepailitan dimaksudkan guna menjamin pembagian yang

sama terhadap harta kekayaan debitor di antara para kreditornya. Penerapan

asasStructured Creditors, yaitu pengaturan tentang pengelompokan kreditor

berdasarkan kelas masing-masing kreditor. Undang Undang Nomor 37

Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban Pembayaran

Utangmengklasifikasikan kreditor  dalam 3 kelas, yaitu: Kreditor separatis

atau secured creditors; Kreditor preferen atau preferred creditors;Kreditor

konkuren atau unsecured creditors.

1. Kreditor preferen, yaitu Kreditor pemegang hak istimewa seperti yang

diatur dalam Pasal 1139 dan Pasal 1149 Kitab Undang Undang

Hukum Perdata. Bahwa biaya-biaya perkara yang semata-mata

disebabkan pelelangan dan penyelesaian suatu warisan; biaya-biaya

ini didahulukan daripada gadai dan hipotek. Hak hak istimewa

Page 62: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

49

berdasarkan Undang-Undang Perpajakan, Pasal 21 dari Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan, bahwa hutang pajak lebih tinggi kedudukannya dari

hutang lain, termasuk hutang dengan jaminan. Peraturan Pemerintah

tentang Likuidasi Bank, Pasal 23 dari Peraturan Pemerintah Nomor 68

Tahun 1996. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1996 ini berlaku

untuk likuidasi bank, bukan untuk kepailitan bank. Undang-Undang

Ketenagakerjaan, tagihan yang merupakan hak-hak pekerja lebih

kedudukannya dari tagihan biasa termasuk tagihan yang dijamin

dengan jaminan hutang. Tetapi Kitab Undang Undang Hukum Perdata

(pasal 1149 ayat (4)) mengkategorikan tagihan tenaga kerja tersebut

sebagai general statutory priority, sehingga kedudukannya dibawah

kreditor separatis.

Kreditor preferen mempunyai hak mendahului atas barang. Hal

ini dimaksudkan, agar pemerintah dapat mengambil pelunasan terlebih

dahulu, terutama dalam pelunasan utang pajak. Akan tetapi, dalam hal

Kreditor Separatis mengeksekusi objek jaminan kebendaannya

berdasarkan Pasal 55 ayat (1) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004

Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

maka kedudukan tagihan pajak di atas Kreditor Separatis hilang. Pasal

21 ayat(3) Undang-Undang No. 28 Tahun 2007, menentukan : “Hak

mendahului untuk pajak melebihi segala hak mendahului lainnya

kecuali terhadap :

a. Biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman

untuk melelang suatu barang bergerak dan atau barang tidak

bergerak.

b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang

dimaksud, dan atau

c. biaya perkara yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan

penyelesaian suatu warisan.”.

Page 63: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

50

2. Kreditor konkuren atau disebut juga kreditor bersaing, karena tidak

memiliki jaminansecara khusus dan tidak mempunyai hak istimewa,

sehingga kedudukannya samadengan kreditor tanpa jaminan lainnya

berdasarkan asas paritas cridetorium. Kreditor jugaharus berbagi

diantara mereka secara proporsional, atau disebut juga secara pari

passu, yaitu menurut perbandingan besarnya masing-masing piutang

mereka, dari hasil penjualan harta kekayaan debitor yang tidak

dibebani dengan hak jaminan. Sebagai kreditor konkuren yang tidak

memiliki hak mendahului dan hak istimewa, dalam mengajukan

permohonan Pernyataan Pailit ke Pengadilan Niaga selama

persyaratan dan pembuktiannya sebagai kreditor terpenuhi, maka

semuanya tidak akan pernah menjaadi masalah. Sedang yang menjadi

masalah adalah ketika debitor dinyatakan pailit, ternyata debitor sudah

benar-benar bangkrut dan sudah tidak memiliki harta guna melunasi

utang-utangnya. Mereka mempunyai hak untuk mengajukan

permohonan pailit maupun hak untuk mengajukan proses perdamaian

penundaan kewajiban pembayaran utang dan mereka memiliki

kedudukan yang sama dan berhak memperoleh hasil penjualan harta

kekayaan debitor, baik yang telah ada maupun yang baru akan ada di

kemudian hari, setelah sebelumnya dikurangi dengan kewajiban

membayar piutang kepada para kreditor pemegang hak jaminan dan

kreditor pemegang hak istimewa secara proporsional menurut

perbandingan besarnya piutang masing-masing.

3. Kreditor separatis, yaitu kreditor yang mempunyai hak jaminan

kebendaan,diantaranya: pemegang hak tanggungan, pemegang gadai,

pemegang jaminan fidusia,pemegang hak hipotik, dan lain-lain. Hak

jaminan kebendaan yang dimiliki oleh kreditor ini memberikan hak

untuk menjual secara lelang atas kebendaan yang dijaminkan

kepadanya dan selanjutnya memperoleh hasil penjualan kebendaan

tersebut untuk pelunasan piutangnya secara mendahulu dari kreditor-

kreditor lainnya. Kreditor Separatis adalah kreditor yang didahulukan

Page 64: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

51

dari kreditor kreditor lainnya untuk memperoleh pelunasan dari hasil

penjualan harta kekayaan debitor asalkan benda tersebut telah

dibebani dengan hak jaminan tertentu bagi kepentingan kreditor

tersebut.Pengertian kreditor Separatis mempunyai anggapan yang

sama dengan pengertian kreditor Preferen, karena kreditor Separatis

maupun kreditor Preferen mempunyai kesamaan hak yaitu hak

mendahului. Pasal 1134 Kitab Undang Undang Hukum Perdata

menyebutkan bahwa kedudukan kreditor yang dijamin lebih tinggi

dari kreditor yang memegang hak istimewa, kecuali dalam hal dimana

Undang-Undang menentukan sebaliknya. Kedudukan sebagai Kreditor

Separatis tentu lebih disukai pihak kreditor dibandingkan haknya

menjadi kreditor konkuren. Sehubungan dengan itu, pihak kreditor

biasanya akan meminta penyerahan kekayaan debitor sebagai jaminan

bagi pembayaran kembali utangnya.

Kedudukan kreditor separatis dalam kepailitan diatur dalam dua tahap

yaitu masa pra pailit dan setelah masa setelah debitor dinyatakan pailit oleh

Pengadilan Niaga (pasca pailit). Kedudukan para kreditor separatis dengan

jelas diatur dalam Pasal 55 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004

Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang. Pasal 55 ayat

(1) menyebutkan :

“Dengan tetap memperhatikan ketentuan sebagaiman dimaksud

dalam Pasal 56, pasal 57, dan Pasal 58, setiap kreditor

pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau

hak agunan atas kebendaan lainnya, dapat mengeksekusi haknya

seolah-olah tidak terjadi kepailitan”.

Pasal 55 ayat (2) menyebutkan :

“Dalam hal penagihan suatu piutang sebagaimana dalam Pasal

136 dan Pasal 137 maka mereka hanya dapat berbuat demikian

setelah dicocokkan penagihannya dan hanya untuk mengambil

pelunasan dari jumlah yang diakui dari penagihan tersebut”.

Page 65: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

52

Ketentuan dalam Pasal 55 ini, dapat dilihat bahwa kreditor separatis

memiliki hak yang tidak dimiliki oleh kreditor yang lain (Kreditor

Konkuren) yang hak untuk didahulukan. Ketentuan pasal tersebut berarti

seorang kreditor pemegang hak jaminan kebendaan (Hipotek, Hak

Tanggungan, Hak Gadai, dan Fidusia) tidak terpengaruh oleh putusan

pernyatan pailit. Hal ini tentunya konsisten dengan ketentuan perundangan

lainnya yang mengatur tentang parate executie dari pemegang hak jaminan

kebendaan.

Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang juga mengatur kedudukan

kreditor separatis pada periode setelah debitor pailit sebagai berikut:

a. Pasal 56 dan Pasal 246

1) Pasal 56 ayat (1) “Hak eksekusi kreditor sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) dan hak pihak ketiga

untuk menuntut hartanya yang berada dalam penguasaan

debitor pailit atau kurator, ditangguhkan untuk jangka

waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal

putusan pernyataan pailit diucapkan”.

2) Pasal 56 ayat (2) “Penangguhan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) tidak berlaku terhadap tagihan kreditor yang

dijamin dengan uang tunai dan hak kreditor untuk

memperjumpakan utang”.

3) Pasal 56 ayat (3) “selama jangka waktu penangguhan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kurator dapat

menggunakan harta pailit berupa benda tidak bergerak

maupun benda bergerak atau menjual harta pailit yang

berupa benda bergerak yang berada dalam penguasaan

kurator dalam rangka kelangsungan usaha debitor, dalam

hal telah diberikan perlindungan yang wajar bagi

kepentingan kreditor atau pihak ketiga sebagaimana

dimaksud pada ayat (1)”.

Page 66: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

53

4) Pasal 246 “Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

56, Pasal 57, dan Pasal 58 berlaku mutatis mutandis

terhadap pelaksanaan hak kreditor sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 55 ayat (1) dan kreditor yang diistimewakan,

dengan ketentuan bahwa penangguhan berlaku selama

berlangsungnya penundaan kewajiban pembayaran utang”.

Kedua Pasal tersebut dikenal juga sebagaai ketentuan yang

mengatur tentang automatic stay, yang diberlakukan bagi

kreditor separatis setelah debitor dinyatakan pailit atau

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang sementara ditetapkan.

Berdasarkan ketentuan stay ini kreditor belum dapat

mengeksekusi sendiri haknya selama 90 hari.

b. Pasal 60 ayat (3)

Pasal 60 ayat (3) menyebutkan bahwa :

“Dalam hal hasil penjualan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) tidak cukup untuk melunasi piutang yang

bersangkutan, kreditor pemegang hak tersebut dapat

mengajukan tagihan pelunasan atas kekurangn tersebut

dari harta pailit sebagai kreditor konkuren, setelah

mengajukan permintaan pencocokan utang”.

Apabila hasil penjualan barang jaminan piutang kreditor

separatis tidak mencukupi untuk memenuhi pembayaran

piutangnya, kreditor separatis dapat mengajukan tagihan atas

pelunasan atas kekurangan tersebut kepada kurator.

Konsekuensinya, kreditor separatis berubah menjadi kreditor

konkuren tetapi hanya untuk kekurangan tagihan

pembayarannya. Dengan demikian kekurangan tagihan ini harus

diajukan untuk dicocokkan dalam rapat verifikasi.

Page 67: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

54

c. Pasal 138

Pasal 138 “Kreditor yang piutangnya dijamin dengan

gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, hak agunan

atas kebendaan lainnya, atau yang mempunyai hak yang

diistimewakan atas suatu benda tertentu dalam harta pailit dan

dapat membuktikan bahwa sebagian piutang tersebut

kemungkinan tidak akan dapat dilunasi dari hasil penjualan

benda yang menjadi agunan, dapat menunda diberikan hak-hak

yang dimiliki kreditor konkuren atas bagian piutang tersebut,

tanpa mengurangi hak unuk didahulukan atas benda yang

menjadi agunan piutangnya”.

Kreditor separatis yang dapat membuktikan bahwa

sebagian dari piutangnya tersebut tidak dapat dilunasi dari hasil

penjualan barang jaminan dapat menjadi kreditor konkuren atas

bagian piutang yang tak dapat dilunasi tersebut. Ketentuan ini

dibuat untuk mengantisipasi kemungkinan dari nilai jaminan

kebendaan yang dimiliki oleh kreditor separatis kurang dari

nilai piutang yang dimilikinya.

d. Pasal 149

1) Pasal 149 (1) “pemegang gadai, jaminan fidusia, hak

tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendeaann

lainnya dan kreditor yang diistimewakan, termasuk

kreditor yang mempunyai hak untuk didahulukan yang

dibantah, tidak boleh mengeluarkan suara berkenaan

dengan rencana perdamaian, kecuali apabila mereka telah

melepaskan haknya untuk didahulukan demi kepentingan

harta pailit sebelum diadakannya pemungutan suara

tentang rencana perdamain tersebut’.

Page 68: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

55

2) Pasal 149 ayat (2) “Dengan pelepasan hak sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), mereka menjadi kreditor

konkuren, juga dalam hal perdamaian tersebut tidak dapat

diterima”.

Kreditor separatis pada prinsipnya tidak

mengeluarkan suara dalam rapat kreditor. Namun jika

kreditor separatis telah melepaskan haknya sebagai

kreditor separatis menjadi kreditor konkuren, ia memiliki

hak yang sama dengan kreditor konkuren lainnya. Kondisi

ini hanya akan terjadi dalam hal hak kreditor separatis

untuk didahulukan dibantah dalam rapat verifikasi.

Undang Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang tidak membatasi kreditor mana

saja yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit, apakah itu

Kreditor Konkuren, Kreditor Preferen ataupun Kreditor separatis. Dalam

penjelasan Pasal 2 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang

Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utangbahwa pengajuan

yang dilakukan oleh kreditor tidak hanya kreditor konkuren saja, tapi juga

bisa dilakukan oleh kreditor separatis maupun kreditor preferen. Khusus

mengenai kreditor separatis dan kreditor preferen, mereka dapat

mengajukan permohonan pailit tanpa kehilangan hak agunan atau

kebendaan yang mereka miliki terhadap harta debitor dan haknya untuk

didahulukan. Kalau permohonan pernyataan pailit diajukan oleh kreditor

konkuren itu tidak masalah, karena memang kreditor konkuren tidak

mempunyai hak istimewa atau hak yang didahulukan sehingga patut apabila

agar hartanya dapat kembali. Namun demikian halnya dengan kreditor

separatis walaupun sebagai pemegang hak jaminan dan kreditor preferen

yang mempunyai hak istimewa mempunyai hak pelunasan lebih dulu tetap

dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap debitor. Karena

justru dengan Undang Undang ini dibuat dengan tujuan untuk melindungi

Page 69: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

56

hak hak seluruh kreditor baik yang bernaung dibawah Pasal 1132 maupun

Pasal 1133 Kitab Undang Undang Hukum Perdata.

Berdasarkan ketentuan diatas jelaslah bahwa kedudukan kreditor

separatismempunyaikedudukan yang lebihtinggidarikreditorlainnyadantetap

dijamin pembayarannya oleh Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004

tentang Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utangbaik pada

masa pra pailit maupun setelah debitor dinyatakan pailit. Bahkan jika

tagihannya dibantah, tagihan tersebut harus diakui secara bersyarat oleh

Kurator dalam rapat verifikasi dan dimasukkan dalam daftar piutang yang

diakui sementara. Demikian juga jika jaminan yang ada padanya tidak

mencukupi untuk memenuhi pembayaran tagihannya, kreditor separatis

dapat menjadi kreditor konkuren untuk kekurangan tagihannya tersebut

tanpa kehilangan hak istimewanya untuk mengeksekusi sendiri barang

jaminan yang ada padanya.Sebaliknya, apabila hasil penjualan tersebut

melebihi hutang-hutangnya, plus bunga setelah pernyataan pailit, ongkos-

ongkos dan hutang, maka kelebihan tersebut haruslah diserahkan kepada

pihak debitor. Akan tetapi, jika terdapat kreditor diistimewakan yang

tingkatannya di atas tingkatan kreditor separatis, maka kurator dan kreditor

diistimewakan tersebut dapat meminta kreditor separatis agar hasil

penjualan harta jaminan hutang tersebut diserahkan kepadanya sejumlah

yang sama dengan piutang yang diistimewakan tersebut.Hak jaminan

kebendaan yang dimiliki oleh kreditor pemegang jaminan kebendaan

tersebut memberikan kewenangan bagi kreditor tersebut untuk menjual

secara lelang kebendaan yang dijaminkan kepadanya dan untuk selanjutnya

memperoleh pelunasan secara mendahulu dari kreditor-kreditor lainnya dari

hasil penjualan kebendaan yang dijaminkan kepadanya tersebut.

Pernyataan pailit seorang debitor tidak terlalu penting bagi Kreditor

separatis dan Kreditor preferen, karena mereka dapat mengeksekusi benda

jaminan seolah-olah tidak ada kepailitan. Selaku separatis para pemegang

hak kebendaan dapat melaksanakan haknya dengan cepat/mudah.

Prosedurnya lebih mudah karena tidak melalui prosedur penyitaan lewat

Page 70: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

57

jurusita. Selain itu separatis juga terbebas dari ongkos-ongkos boedel

seumumnya (Sri Soedewi Mahjoen Sofwan, 2007: 78).

Para kreditor yang memegang hak jaminan atas kebendaan,

mempunyai hak separatis.Menurut Setiawan, Hak Separatis adalah: "Hak

yang diberikan oleh hukum kepada kreditor pemegang Hak jaminan, bahwa

barang jaminan (agunan) yang dibebani dengan hak jaminan (hak agunan)

tidak termasuk harta pailit". Kreditorberhak untuk melakukan eksekusi

kekuasaannya sendiri yang diberikan oleh undang-undang sebagai

perwujudan dari hak kreditor pemegang hak jaminan untuk didahulukan dari

para kreditor yang lainnya(http://ejournal.umm.ac.id).

Akan tetapi, walaupun kreditor separatis dapat mengeksekusi dan

mengambil sendiri hasil penjualan hak jaminan, ia tetap tunduk pada hukum

tentang penangguhan eksekusi untuk masa tertentu yakni maksimum selama

90 (sembilan puluh) hari untuk kepailitan, dan maksimum 270 hari untuk

penundaan kewajiban pembayaran hutang.Sekilas Pasal 55 Undang Undang

Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang mengakui hak separatis dari pemegang hak jaminan

sebagaimana ditentukan oleh Kitab Undang Undang Hukum Perdata.

Pencantuman Pasal 55 ini sangat penting bagi kepentingan dan pemberian

perlindungan kepada kreditor. Apabila membaca Pasal 55, nampaknya

Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang memang mengakui hak separatis dari

kreditor pemegang hak jaminan, tetapi hal tersebut berbeda dengan Pasal 56

Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang dimana hak kreditor pemegang hak jaminan

tersebut ditangguhkanpaling lama 90 hari sejak putusan pailit ditetapkan.

Alasan pembentuk Undang-undang menetapkan adanya tanggung waktu

tersebut adalah untuk memberikan perlindungan ekonomis terhadap hak

kurator menjual barang jaminan dalam kepailitan.

Page 71: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

58

Penjelasan dari Pasal 56 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004

tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

mengemukakan bahwa penangguhan yang dimaksud dalam Pasal 56 Ayat

(1) bertujuan antara lain :

1. Untuk memperbesar keuntungan tercapai perdamaian ; atau

2. Untuk memperbesar kemungkinan mengoptimalkan harta pailit ; atau

3. Untuk memungkinkan Kurator melaksanakan tugasnya secara

optimal.

Hanya saja tidak semua kreditor separatis berlaku penangguhan

kewajiban pembayaran utang tersebut. Hukum tentang penangguhan

kewajiban pembayaran utang tersebut mengenal pengecualian, yaitu sebagai

berikut:

1. Penangguhan eksekusi tidak berlaku terhadap kreditor yang dijamin

dengan uang tunai.

2. Penangguhan eksekusi tdak berlaku bagi kreditor untuk perjumpaan

utang yang merupakan bagian atau akibat dari mekanisme transaksi

yang terjadi di Bursa Efek dan Bursa Perdagangan Berjangka

(Penjelasan Pasal 56 ayat (2) Undang-Undang Nomor 37 Tahun

2004).

Selama berlangsungnya jangka waktu penangguhan segala tuntutan

hukum untuk memperoleh pelunasan atas suatu piutang tidak dapat diajukan

dalam sidang badan peradilan, dan baik kreditor maupun pihak ketiga

dimaksud dilarang mengeksekusi atau memohonkan sita atas benda yang

menjadi agunan, kurator dapat menggunakan atau menjual boedel pailit

yang termasuk sebagai barang persediaan (inventory) atau barang bergerak

(current assets). Ketentuan pasal 56 ayat (1) Undang Undang Nomor 37

Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban Pembayaran

Utang yang memberlakukan penangguhan eksekusi obyek hak jaminan atau

agunan sejak putusan pailit ditetapkan dirasakan kurang tepat, karena

ketentuan hukum yang menentukan terjadinya keadaan yang disebut

standstill atau automatic stay dalam kepailitan, yaitu keadaan status quo

Page 72: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

59

terhadap harta kekayaan (assets) debitur maupun terhadap utang debitor

seyogyanya diberlakukan sejak dimulainya pengajuan permohonan

pernyataan pailit atau sejak permohonan pernyataan pailit didaftarkan di

pengadilan, dalam kerangka untuk memberi perlindungan hukum baik

kepada para kreditor terhadap upaya-upaya debitur menyangkut harta

kekayaannya yang dapat merugikan para kreditur, maupun kepada debitur

terhadap upaya-upaya para kreditor baik sendiri-sendiri maupun bersama-

sama dalam menagih piutangnya, agar supaya dalam penyelesaian utang

piutang itu dapat berjalan dengan tertib dan sesuai dengan prinsip-prinsip

dalam kepailitan.

Jangka waktu penangguhan tersebut berakhir demi hukum saat

kepailitan diakhiri lebih cepat atau pada saat dimulainya keadaan insolvensi

(keadaan tidak mampu bayar). Keadaan insolvens iitu tidak perlu ditetapkan

dengan putusan hakim. Keadaan insovensi itu datang dengan sendirinya

bilamana (Purwosutjipto, 1998: 49):

1. Tidak ada akor ;

2. Ada akor, tetapi tidak disetujui oleh rapat verifikasi

3. Ada akor yang disetujui oleh rapat verifikasi tetap tidak mendapat

homolgasidari hakim pemutus kepailitan;

4. Ada akor yang sudah dihomolgasi tetapi ditolak oleh Hakim Banding.

Berdasarkan Pasal 59 Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004

tentangKepailitan dan Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang, kreditor

penerima jaminan, harus melaksanakan haknya tersebut dalam jangka waktu

paling lambat 2 (dua) bulan setelah dimulainya keadaan insolvensi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 178 Ayat (1). Yang dimaksud dengan

harus melaksanakan hak-haknya” adalah bahwa kreditor sudah mulai

melaksanakan haknya.Dalam Pasal 178 Ayat (1) menyebutkan bahwa:

“jika dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana

perdamaian ditolak berdasarkan putusan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap, demi hukumharta pailit berada dalam keadaan

insolvensi”.

Page 73: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

60

Dengan demikian, sekalipun masa verifikasi atau pencocokan

piutang memakan waktu lama dan masa insolvensi belum timbul, kreditor

separatis dapat mulai melaksanakan haknya. Apabila rapat verivikasi

beralarut-larut dan masa insolvensi menjadi tertunda melebihi jangka waktu

90 (sembilan puluh) hari setelah putusan pailit diucapkan, maka hak kreditor

separatis untuk bisa mulai melaksanakan eksekusinya menjadi ikut tertunda.

Hal ini menimbulkan resiko bagi kreditor pemegang hak jaminan

kebendaan. Dimana dalam Undang-Undang lain telah memberikan

kedudukan yang kuat bila debitor dinyatakan pailit, antara lain dalam Pasal

1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengenai Gadai, Pasal 1162

Kitab Undang Undang Hukum Perdata mengenai Hipotik, Undang Undang

Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, dan Undang Undang

Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. Perbedaan pengaturan

tersebut menyebabkan terjadinya disharmonisasi hukum antara masing-

masing pengaturan tersebut yang erakibat tidak diberikanya kedudukan

yang sepantasnya bagi kreditor dan tidak terjadinya sinkronisasi dengan

Undang-Undang tentang Kepailitan.

Ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang Undang Fidusia Nomor 42

Tahun 1999 menyebutkan bahwa, “Hak preferensi adalah hak penerima

fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda

yang menjadi obyek jaminan fidusia”. Dengan adanya pasal tersebut maka

hak pemegang fidusia harus didahulukan seperti juga halnya dengan

pemegang gadai, hipotek dan hak tanggungan. Selanjutnya dijelaskan dalam

Pasal 27 ayat (3) Undang Undang Fidusia Nomor 42 Tahun 1999, bahwa

“Hak preferensi dari penerima fidusia tidak hilang dengan pailit atau

likuidasinya debitor”.

Hak yang didahulukan dihitung sejak tanggal pendaftaran benda yang

menjadi jaminan fidusia pada kantor pendaftaran fidusia. Hak untuk

mengeksekusi sendiri jaminan fidusia dijelaskan dalam Pasal 15 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999.

Page 74: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

61

“Apabila debitor cidera janji, Penerima Fidusia mempunyai hak

menjual Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas

kekuasaannya sendiri”.

Dengan demikian, jika debitor pailit, maka pihak penerima fidusialah

yang terlebih dahulu menerima pelunasan hutangnya yang diambil dari

penjualan barang obyek fidusia. Setelah itu, jika ada sisa, baru diberikan

kepada kreditor lainnya(Munir Fuady, 2003:42). Jika dihubungkan dengan

penangguhan eksekusi dalam kepailitan maka akan menimbulkan resiko

mengingat barang yang dijaminkan berupa barang bergerak sudah tidak ada

lagi pada debitor (penurunan nilai asset)karena pemegang hak jaminan

fidusia harus tunduk pada ketentuan jangka waktu eksekusi. Padahal

seharusnya pemegang hak jaminan fidusia bisa secara langsung mengambil

piutangnya dari jaminan fidusia tersebut.

Ketentuan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak

Tanggungan menentukan bahwa apabila pemberi Hak Tanggungan

dinyatakan pailit, pemegang Hak Tanggungan tetap berwenang melakukan

segala hak yang diperolehnya menurut undang-undang ini, artinya kreditor

pemegang Hak Tanggungan dapat melaksanakan hak-haknya

berdasarkanUndang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

seakan-akan tidak ada kepailitan atau tagihan kreditur pemegang Hak

Tanggungan ada di luar kepailitan, yaitu di luar sitaan umum, dengan kata

lain obyek Hak Tanggungan tidak termasuk harta pailit. Maksud dari dapat

melaksanakan hak-haknya dalam Pasal 21Undang-Undang Nomor 4 Tahun

1996 tentang Hak Tanggungan, tidak lain adalah melakukan eksekusi untuk

menjual obyek Hak Tanggungan dan mengambil hasil penjualan untuk

melunasi piutangnya terhadap debitur. Namun bila kita melihat ketentuan

dalam Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tepatnya dalam pasal 56 ayat (1),

hak dari kreditor pemegang hak jaminan kebendaanuntuk megeksekusi

obyek jaminan kebendaan ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama 90

(sembilan puluh) hari sejak putusan pailit ditetapkan, artinya pasal tersebut

Page 75: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

62

justru tidak mengakui keberadaan hak separatis dari kreditor pemegang Hak

Tanggungan yang telah diakui dalamUndang-Undang Nomor 4 Tahun 1996

tentang Hak Tanggungan.

Pemberlakuan masa penangguhan obyek hak jaminan di satu sisi dalam

prakteknya dapat mendatangkan kerugian khususnya bagi kreditor separatis

berkaitan dengan lamanya waktu yang diberikan yaitu 90 (sembilan puluh)

hari dan dengan tidak adanya kepastian atas nilai nominal yang akan

dikembalikan pada kreditor separatis. Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa

Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaaan

Kewajiban Pembayaran Utang tidak konsisten dalam mengatur kedudukan

kreditor pemegang hak jaminan kebendaan, disatu sisi berdasarkan Pasal 55

ayat (1) kreditor tersebut dapat melaksanakan haknya seolah-olah tidak terjadi

kepailitan, di sisi lain menurut Pasal 56 ayat (1) pelaksanaan hak atau

eksekusi dari kreditor harus menunggu selama jangka waktu stay, yaitu

paling lama 90 hari sejak debitor dinyatakan pailit.

Page 76: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

63

BAB IV.PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang berjudul Kedudukan

Kreditor Pemegang Hak Jaminan Kebendaan Dalam Perkara Kepailitan Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban

Pembayaran Utang maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Pembagian boedel pailit dibagi

kepada para kreditor yang memiliki piutang yang didasarkan pada tingkatan kreditor. Tiga (3)

tingkatan kreditur tersebut, yaitu: Kreditor Separatis, Kreditor Preferen, dan Kreditor

Konkuren. Pembagian boedel pailit kepada para kreditor tersebut dalam kepailitan

berdasarkan tiga (3) prinsip, yaitu Prinsip Paritas Creditorum, Prinsip Pari Passu Prorata

Parte, dan Prinsip Structured Creditors. Kedudukan Kreditor Separatis dalam Kitab Undang

Undang Hukum Perdata maupun dalam kepailitan adalah kuat dan dijamin. Hal tersebut

dijelaskan dalam Pasal 1131, 1132, dan Pasal 1134 Kitab Undang Undang Hukum Perdata.

Serta Pasal 55 ayat (1)) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan

Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang. Pada prinsipnya Pasal 55 ayat (1) Undang

Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaaan Kewajiban Pembayaran

Utangmemberikan jaminan bagi kreditor pemegang hak untuk mengeksekusi haknya.

Namun pada Pasal 56 ayat (1) Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan

dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tidak konsisten jika dihubungkan dengan

peraturan tentang jaminan kebendaan. Antara lain ketentuan Undang Undang Nomor 42

Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dan Undang Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang

Hak Tanggungan, yang mana tidak menetapkan masa penangguhan, sedangkan Pasal 56 ayat

(1) pelaksanaan hak atau eksekusi dari kreditor harus menunggu selama jangka waktu stay,

yaitu paling lama 90 hari sejak debitor dinyatakan pailit. Hal tersebut akan merugikan

kreditor pemegang hak jaminan kebendaan, yang seharusnya bisa mengambil pelunasan akan

tetapi harus tunduk pada aturan penangguhan eksekusi.

Page 77: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

64

B. Saran

Beberapa saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak yang terkait antara

lain sebagai berikut:

Untuk Pemerintah diharapkan mengatur lebih rinci mengenai hak kreditor pemegang

hak jaminan kebendaan dalammasa stay sesuai Pasal 56 ayat (1) Undang Undang Nomor 37

Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewaiban Pembayaran Utang terkait

pemenuhan hak kreditor pemegang hak jaminan kebendaan yang dapat mengeksekusi haknya

seolah-olah tidak ada kepailitan sesuai Pasal 55 ayat (1) Undang Undang Nomor 37 Tahun

2004 TentangKepailitan dan Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Page 78: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

65

DAFTAR PUSTAKA

Adi Sulistiyono. 2009. “Hukum Kepailitan” Bahan Perkuliahan. Disampaikan pada perkuliahan Hukum Kepailitan pada semester Ganjil 2009/2010 di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Ahmad Yani, Gunawan Widjaja. 2002. Seri Hukum Bisnis Kepailitan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Amir Syamsuddin. 2005. “Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Kepailitan”. Jurnal Konstitusi. Vol 2, No 2.

Aria Suyudi, Eryanto Nugroho, Herni Sri Nurbayanti. 2004. Kepailitan di Negeri Pailit. Analisis Hukum Kepailitan di Indonesia. Jakarta: Dimensi

HMN.Purwosutjipto. 1998. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Perwasutan, Kepailitan dan Penundaan Pembayaran. Jakarta: Djambatan.

http://ejournal.umm.ac.id . Eksekusi Hak Tanggungan Oleh Kreditur Preferen Menurut Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 dan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998(21 oktober 2010 pukul 22.00)

http://mkn-unsri.blogspot.com. Kedudukan Guarantor Dalam Kepailitan(10 juli2010 pukul 15.00)

Johnny Ibrahim. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayu Media Publishing.

J. Satrio. 1999. Hukum Perikatan-Perikatan pada Umumnya. Bandung: Alumni.

KartiniMuljadi, Gunawan widjaja.2005. ”Seri hokum kekayaan: Hak istimewa, gadai, dan hipotek. Jakarta: kencana

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

M. Hadi Shubhan. 2009. Hukum Kepailitan: Prinsip, Norma, dan Praktik di Peradilan. Jakarta: Kencana.

Michelle J. White. Corporate Bankruptcy.Journal of Financial Economics. 2004

Munir Fuady. 2002. Hukum Pailit 1998 Dalam Teori dan Praktek. Bandung: Citra Aditya Bakti.

. 2003. Jaminan Fidusia. Bandung: Citra aditya Bakti.

Peter Mahmud Marzuki. 2006. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ron. The “New” Bankruptcy Laws. The wisdom journal, September 2009

Salim Hs. 2004. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan. 2007. Hukum Jaminan Di Indonesia: Pokok Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan. Yogyakarta: Liberty.

Page 79: layanan.hukum.uns.ac.id file/Data... · Web viewyang memberikan hak kebendaan terbatas atas kebendaan tersebut. Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjang

66

Sutan Remy Sjahdeini. 1999. Hak Tanggungan: Asas Asas, Ketentuan Ketentuan Pokok dan Masalah Yang dihadapi Oleh Perbankan (Suatu Kajian Mengenai Undang Undang Hak Tanggungan). Bandung: Alumni.

. 2002. Memahami Failissements Verordening Juncto Undang-Undang No. 4 Tahun 1998. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 131 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4443.

Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 168 Tamabahan Lembaran Negara Nomor 3889.

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 42 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3632.